Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

MANAJEMEN TATA LINGKUNGAN AKUAKULTUR

DISUSUN OLEH

Nama: Dedry pantoni

Nim : 161110662

Kls: Pagi

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

2018
BAB I.

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Biota air membutuhkan lingkungan yang nyaman agar dapat hidup sehat
dan tumbuh optimal. Apabila lingkungan tersebut tidak memenuhi syarat, biota air
dapat mengalami stres, mudah terserang penyakit yang akhirnya akan
menyebabkan kematian. Untuk itu pertimbangan atau faktor-faktor yang
mempengaruhi lingkungan perairan adalah penting untuk diperhatikan karena
kualitas tanah dan air sangat mempengaruhi semua jenis organisme yang hidup di
air.
Sungai Kapuas merupakan rumah dari lebih 700 jenis ikan dengan sekitar
12 jenis ikan langka dan 40 jenis ikan yang terancam punah. Potensi perikanan air
tawar di sungai Kapuas adalah mencapai 2 juta ton. Hutan yang masih terlindungi
dengan baik menyebabkan sungai Kapuas terjaga kelestariannya. Namun,
belakangan ini sungai Kapuas telah tercemar logam berat dan berbagai jenis
bahan kimia, akibat aktivitas penambangan emas dan perak di bagian tengah
sungai ini. Walaupun telah mengalami pencemaran oleh logam berat, Sungai
Kapuas tetap menjadi urat nadi bagi kehidupan masyarakat seperti transportasi
yang menghubungkan daerah satu dengan daerah lainnya, keperluan rumah
tangga, kegiatan budidaya ikan dan lain sebagainya.

Memelihara ikan bagi petani bukan menjadi perkara mudah. Ada kalanya
ikan mati mendadak, sehingga harus gagal panen sebelum waktunya. Ada
beberapa faktor yang menjadi penyebab ikan mati mendadak seperti adanya
guyuran hujan di daerah hulu sungai sehingga membawa partikel berbahaya yang
menyebabkan ikan mati mendadak. Selain itu Pencemaran berbagai zat kimia
berbahaya di Sungai Kapuas di Kalimantan Barat saat ini sudah terjadi mulai
bagian hulu hingga hilir sungai. Untuk itu, Pemerintah Provinsi Kalbar berupaya
meminimalisasi pencemaran tersebut dengan merancang peraturan daerah tentang
standarisasi kualitas air sungai. Ketua Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Kalbar Tri Budiarto di Pontianak mengatakan bahwa Sungai Kapuas tak hanya
tercemar zat kimia merkuri, tetapi juga limbah pabrik, bakteri Ecoli, dan ada juga
indikasi tercemar pestisida dari perkebunan.

1.2.Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum adalah untuk mengetahui manajemen tata lingkungan


akuakultur yang diterapkan di lokasi budidaya

manfaatnya adalah menambah pengetahuan dan keterampilan dalam


menganalisa kondisi lapang pada suatu usaha budidaya dalam rangka
memperoleh keuntungan yang setinggi-tingginya.
BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. keramba jaring apung

Budidaya ikan dalam Karamba Jaring Apung (KJA) merupakan


salah satu teknologi budidaya yang handal dalam rangka optimasi
pemanfaatan perairan sungai, danau dan waduk. Usaha budidaya ikan mas
dan nila dalam KJA di Danau Tondano di Pulau Sulawesi telah
berkembang dengan pesat, namun perkembangannya tidak terkendali, dan
terlalu banyak menyita areal perairan danau (Mantau dkk, 2004).
Pengelolaan usaha budidaya yang kurang baik juga mengakibatkan
kerugian terhadap operasional budidaya, seperti membatasi jumlah unit
KJA dan menurunnya produksi ikan sehingga menyebabkan masih terus
meruginya usaha budidaya ikan mereka karena rendahnya produktivitas.
Pada dasarnya penempatan KJA harus pada kedalaman air minimal
berkisar antara 2 - 3 m dan kedalaman optimal 5 - 7 m dengan kecerahan
air 1 - 2 m (Mantau dkk, 2004). Usaha tani di bidang perikanan air tawar
memiliki prospek yang sangat baik karena sampai sekarang ikan konsumsi,
baik berupa ikan segar maupun bentuk olahan, masih belum mencukupi
kebutuhan konsumen (Murtidjo Bambang A, 2001). Pada tahun 2013
produksi budidaya perikanan air tawar sebesar 48.550,68 ton, perikanan
laut sebesar 101.990,9 ton dan perairan umum darat (perairan tawar)
sebesar 10.760,5 ton. Bentuk Pengolahan dan Pemanfaatan Hasil Perikanan
(P2HP) jumlah produksinya mencapai 75,42 ton (Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013)

Strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana yang


berfokus pada tujuan jangka panjang, disertai penyesuaian suatu cara atau
upaya bagaimana agar suatu tujuan dapat tercapai (Sukristo dalam Sugiardi.
2006). Hal yang sama dikemukakan oleh Rangkuti (1999), bahwa strategi
adalah alat untuk mencapai tujuan akhir. Selanjutnya dikemukakan bahwa
dalam strategi terdapat dua faktor yang harus diperhatikan untuk dianalisis
yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Analisis faktor internal
dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan, sedangkan faktor
eksternal dimaksudkan untuk mengetahui peluang dan ancaman apa saja
yang sedang dan akan terjadi. Wheelen dan Hunger (1992) dalam Sugiardi
(2006) mengemukakan strategi yang efektif adalah memaksimalkan
kekuatan dan peluang yang dimiliki perusahaan serta meminimalkan
kelemahan dan ancaman yang dihadapi. Menurut Hamel dan Prahalad
(1995) dalam Umar (2003), strategi merupakan tindakan yang bersifat
incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan
berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan di masa depan.
Dengan demikian strategi selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan
bukan dimulai dari apa yang terjadi.
BAB III

METODELOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu pelaksanaan


Praktikum akan dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 21 Juli 2018
bertempat di BBI Pontianak jl. Parit mayor.
3.2. Metode praktek
Kegiatan praktikum manajemen tata lingkungan akuakultur dengan
mencari dan mengetahui cara seleksi induk, karantina induk, pemberian
pakan, pemeriksaan kesehatan induk dan pemeriksaan kualitas air.
a) Observasi
Kegiatan ini melalui observasi atau pengamatan
secara langsung terhadap kegitan yang bertempatan di BBI
Pontianak jl. Parit mayor.
b) Wawancara
Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan
wawancara atau komunikasi secara langsung kepada
pemilik pengelolaan BBI Pontianak.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil secara langsung dan observasi di lapangan maka dapat kami jabar
kan hasil dan pembahasan sebagai berikut. Narasumber, Bpk. Khodirin.

4.1.BBI Pontianak
Usaha perikanan merupakan salah satu sektor yang sangat strategis dan
potensial. Strategi Pembangunan ekonomi terutama dalam menciptakan
lapangan usaha dan kerja pada industri perikanan melalui pengelolaan dan
pemanfaatan sumberdaya perikanan.
4.2.Peran dan Fungsi BBI Pontianak
Peran dan fungsi, dengan adanya BBI Kota Pontianak kami rasa sangat
menguntungkan bagi mahasiswa perikanan dan ilmu kelautan UMP khususnya
mengetahui lebih banyak lagi ilmu perikanan secara mendalam dan bisa
berkembang untuk ke depannya nanti.
4.3.Sarana dan Prasarana
a. Sarana
BBI Kota Pontianak akan meningkatkan sarana dan prasarana
pendukung baik segi perluasan areal, perbaikan kolam yang sudah rusak,
penambahan kolam yang baru dan mengembangkan sumber air untuk
pemijahan maupun untuk pemeliharaan ikan.
Adapun sarana dan prasarana yang digunakan dalam BBI Kota
Pontianak sebagai berikut:
a. sarana
1. Kolam
BBI Kota Pontianak memiliki 9 petak kolam.
2. Bibit
Bibit yang di hasilkan dari BBI Kota Pontianak dengan cara
pemijahan yang dilakukan di BBI itu sendiri.
3. Pakan
b. Prasarana
1) Kantor
2) Laboratorium
3) Rumah karyawan
4) Mes
5) Aula
6) Rumah pakan dan rumah mesin

4.4.Komoditas Yang Dibudidayakan


Komuditas yang di budidayakan di BBI Kota Pontianak ini adalah :
1) Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
2) Ikan Mas (Cyprinus carpio)
3) Ikan Lele (Clarias Sp)

4.5.Pengendalian Hama Penyakit


Pengendalian hama dan penyakit ikan. Selama pemeliharaan, kesehatan
ikan selalu diamati agar dapat melakukan penaggulangan sedini
mungkin. Hama ikan dapat berupa hama perusak, pesaing dan pemangsa yang
dapat mengganggu pertumbuhan ikan sehingga menurunkan jumlah produksi.
Hama tersebut dapat dibasmi secara kimia (menggunakan obat-obatan),
biologi (menekan pertumbuhannya dengan memasukkan hewan predator)
maupun menangkap hama secara langsung. Apabila ditemui tanda-tanda
serangan penyakit, maka segera dilakukan diagnostik dan pengobatan serta
memisahkan atau membuang ikan yang terserang penyakit.
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari hasli praktikum kali ini dapat kami simpulkan bahwa BBI Kota Pontianak
memiliki beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Permintaan benih ikan sebagai imput pembudidaya di BBI Kota


Pontianak.
2. Perencanaan usaha pembenihan ikan di BBI Kota Pontianak di
sesuaikan dengan sarana dan prasarana yang di miliki.
3. Hasil kelayakan investasi usaha pembenihan ikan di BBI Kota
Pontianak meliputi usaha pembenihan ikan nila, ikan lele dan ikan
mas.

5.2. Saran

Saran yang dapat di berikan adalah sebagai berikut

 Fasilitas yang ada di dalam BBI Kota Pontianak sangat memuaskan


bagi mahasiswa yang melakukan penelitian tentang budiyaya ikan.
 Lebih di jaga dan di rawat agar kolam tetap bertahan lama
 Sebaiknya rekontruksi kolam yang rusak harus di perbaiki dan di
perluaskan agar bisa memenuhi ketersedian ikan,dan SDM dari ilmu
perikanan ini bertambah agar bisa mempermudah dalam pelatihan
apabila ada kegiatan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Agus Rochdianto, 2005. Analisis Finansial Usaha Pembenihan Ikan Karper (Cyprinus
carpio Linn) di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali. Skripsi S1 FE,
Universitas Tabanan

Budi Daya Ikan Mas Secara Intensif. Khairuman, SP, Ir. Dodi Sudenda, MM, & Ir.
Bambang Gunadi, M.Sc. AgroMedia Pustaka. Jakarta. 2008

http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_karper. Diunduh 22 juli 2018. 22 WIB.


Anonim. 1999. Membangun perbenihan ikan yang lebih maju. Sinar tani no. 2789-
tahun XXIX – 1999. Rabu 12 mei 1999.
Mantau, Z. A. Supit, Sudarty, J.B.M. Rawung, U. Buchari, L. Oroh, J. Sumampow,
dan A. Mamentu. 2001. Penelitian Adaptif Pembenihan Ikan Mas dan
maskulinasi ikan nila di Sulawesi Utara. Laporan Hasil Penelitian. IPPTP
Kalasey, Sulawesi Utara.
Tamanampo, J.F.W.S. 1994. Ekologi Perairan ( Ekologi Perairan Tawar ). Fakultas
Perikanan Universitas Sam Ratulangi ), Manado.

Anda mungkin juga menyukai