Anda di halaman 1dari 31

PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Ikan merupakan bahan pangan yang berprotein tinggi, murah dan mudah di cerna oleh tubuh. Sebagian besar masyarakat kita di Indonesia sudah mengenal berbagai jenis ikan, baik ikan konsumsi dan ikan yang bernilai eksport, bahkan para petani (pembudidaya) pun sudah beralih sebagai pembudidaya ikan, baik ikan air laut, ikan air payau maupun ikan air tawar. Dilihat ditinjau dari sektor perikanan air tawar yang terus berkembang pesat dari waktu ke waktu dengan berbagai jenis ikan yang di budidayakan, salah satunya adalah ikan mas (Cyprinus carpio), yang merupakan jenis ikan air tawar yang bernilai ekonomis tinggi. Ikan yang sudah dibudidayakan oleh masyarakat baru sekitar 20 jenis ikan, dan salah satunya adalah ikan mas (Cyprinus carpio). Lambatnya usaha budidaya ikan mas ini disebabkan oleh kurangnya sumber benih yang baik dan teknologi pembenihan ikan mas secara intensif. Untuk memenuhi permintaan tersebut maka perlu adanya penyediaan benih yang cukup, tepat waktu, dan tepat mutunya. Oleh sebab itu, kegiatan pembenihan ikan mas secara intensif perlu dikembangkan, dalam rangka memenuhi kebutuhan pembudidaya, dan permintaan pasar baik dalam kualitas maupun kualitas yang memadai. Penyediaan benih yang bermutu baik dalam jumlah cukup dan kontinu merupakan faktor penting dalam upaya pengembangan budidaya ikan konsumsi. Oleh karena itu, informasi teknologi pengelolaan usaha pembenihan ikan mas yang mencakup ras-ras ikan mas yang potensial, pemilihan lokasi yang tepat

pengelolaan induk yang baik, pemijahan, penetasan telur, pendederan, pasca panen, dan analisis kelayakan ekonomi sangat diperlukan. .

B. Rumusan masalah Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang dapat diangkat adalah : 1. Apakah tahap-tahapan dalam pembenihan ikan mas merah (Cyprinus carpio) 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas benih ikan mas merah (Cyprinus carpio) ?

C. Tujuan a. Mengetahui dan menerapkan teknik pemijahan ikan mola. b. Untuk mengetahui teknologi yang di terapkan dalam pembenihan ikan mas di Balai Pengembangan Teknologi Kelautan Perikanan (BPTKP) Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. C. Manfaat PKL Penulis dapat menambah pengetahuan di lapangan khususnya mengenai teknik pembenihan ikan mas, mulai dari pemilihan induk hingga tahap pendederan.

BAB II GAMBARAN UMUM UNIT KERJA BUDIDAYA AIR TAWAR CANGKRINGAN 2.1 Sejarah Berdirinya Balai Benih Ikan Cangkringan didirikan pada tahun 1953 dengan luas areal 0,9750 Ha. Kegiatan saat itu memijahkan ikan jenis mujair dengan Teknik Pemijahan secara alami (Tradisional) dan berlangsung sampai tahun 1967 dengan produksi benih 616.000 ekor per tahun. Kemudian pada tahun 1967 dikembangkan teknik pembenihan dengan sistem kantong dan produksi benih mencapai 2.000.000 per tahun. Sejalan dengan upaya pengembangan mutu benih dan induk unggul jenis ikan air tawar, benbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan teknik pembenihan. Pada tahun 1977 telah ditemukan pemijahan ikan dengan sistem Cangkringan. Dengan meningkatnya tugas dan fungsi BBI Cangkringan sebagai Balai Benih Ikan Sentral, pada tahun 1976 memperoleh anggaran APBN untuk pembangunan fasilitas induce breeding (kawin suntik) dan berhasil membenihkan ikan grass carp dan kemudian diikuti ikan patin siam. Perluasan lahan sampai pada tahun anggaran 1997/1998 dengan luas areal 7,5169 Ha yang terdiri dari kolam efektif 5,0388 Ha, gedung dan rumah jaga 0,1805 Ha dan jalan pematang saluran dan lingkungan 3,1976 Ha. Pada tahun 2003 BBIS berubah menjadi Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan pada Balai Perekayasaan Teknologi Perikanan dan Kelautan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2009 berubah lagi menjadi Unit Kerja

Budidaya Air Tawar pada Balai Pengembangan Teknologi Kelautan dan Perikanan. 2.2 Lokasi Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan terletak di kaki Gunung Merapi dengan kemiringan tanah 5%, ketinggian dari permukaan air laut 330 m dan berlokasi di Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan,

KabupatenSleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 2.3 Status Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan berstatus sebagai Instalasi Seksi Budidaya Air Tawar pada Balai Pengembangan Teknologi Kelautan dan Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 2.4 Sifat Tanah dan Air Untuk melihat secara lebih lengkap sifat tanah dan air tersebut, berikut klasifikasi lengkapnya. a) Jenis tanah b) Tekstur tanah c) Sifat tanah d) Suhu air e) pH air : Vulkanis muda : Pasir berbatu : Porous : 19-28oC : 7-7,5

2.5 Visi dan Misi Adapun Visi dan Misi dari Budidaya Air Tawar pada Balai Pengembangan Teknologi Kelautan dan Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan Cangkringan ialah sebagai berikut: 2.5.1. Visi Indonesia menjadi produsen perikanan terbesar di dunia pada tahun 2014 2.5.2. Misi Adapun misinya adalah sebagai berikut. a. Pengembangan SDM. b. Mengembangkan sarana dan prasarana dibidang kelautan dan perikanan. c. Mengarahkan masyarakat pada sumber daya alam khususnya di bidang kelautan dan perikanan. d. Peningkatan pelayanan dibidang perikanan pada masyarakat 2.6 Tugas dan Fungsi Tugas dan fungsi Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan sebagai salah satu unit kerja dari Seksi Budidaya Air Tawar pada Balai Pengembangan Teknologi Kelautan dan Perikanan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebagai sarana bimbingan langsung kepada UPR dalam penggandaan dan pengendalian mutu benih dan mempunyai tugas pokok

melaksanakan peningkatan produksi induk dalam jumlah dan mutu. Tugas pokok sesuai fungsinya, meliputi: a. Memproduksi induk ikan bermutu dalam rangka menunjang usaha pembenihan rakyat dan pengendalian mutu benih. b. Memperoleh benih ikan untuk keperluan mengisi kekurangan benih yang dihasilkan oleh UPR. c. Melaksanakan perekayasaan dan adaptasi teknologi budidaya air tawar yang lebih baik dan sekaligus penyebarannya kepada UPR berupa pelayanan informasi teknologi dan bimbingan teknis pembenihan budidaya air tawar. d. Sebagai sumber pendapatan asli daerah. 2.7 Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang ada di UKBAT Cangkringan meliputi : a) Kolam b) Bak c) Bangunan gedung d) Bangsal kerja 2.8 Operasional 2.8.1 Pengelolaan Induk Pengelolaan induk dilakukan untuk memperoleh beberapa hal berikut: a) Pengembangan mutu induk ikan murni/ras yang di unggulkan untuk memproduksi induk unggul/bermutu dalam rangka pembinaan BBI lokal dan UPR. : 103 Buah : 122 Buah : 26 Buah : 2 Buah

b) Persilangan antar keturunan yang berbeda dalam satu ras dan persilangan antar ras murni untuk menghasilkan benih unggul/bermutu dalam rangka memenuhi kekurangan kebutuhan benih. 2.8.2.1 Pembenihan Ada beberapa cara pembenihan yang terdapat di UKBAT cangkringan yaitu sebagai berikut: a) Pembenihan alami untuk pembenihan ikan nila hitam Gift G3, nila hitam wanayasa dan nila JICA. b) Pembenihan alami dengan perawatan telur terkontrol, untuk

pembenihan ikan gurami, mas, lele dan lobster air tawar. c) Pembenihan alami tangkap larva untuk nila merah d) Induce breeding untuk ikan grass carp, patin dan bawal air tawar. 2.8.2.2 Perekayasaan Teknologi Uji penerapan Teknologi dan Perekayasaan yang dilakukan pada tahun 2005 adalah sebagai berikut: a. Pembesaran nila dengan pakan ampas tahu.

b. Pematangan gonad lobster air tawar. c. lobster air tawar.

d. Seleksi individu ikan nila merah. 2.8.2.3 Bimbingan Teknis Di antara bimbingan teknis yang dilakukan adalah sebagai berikut. a) Unit pembenihan rakyat.

b) Petani atau kelompok berupa magang dan pelayana informasi teknologi. c) Pelajar/mahasiswa yang melakukan praktek kerja lapangan atau penelitian. d) Petugas teknis dalam kegiatan pelatihan atau kunjungan. 2.8.2.4 Kerjasama dengan Instansi Pemerintah dan Swasta a) Universitas Gajah Mada dalam rangka selective breeding nila merah. b) Pedagang Ikan Krido Baruno. 2.9 Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja yang ada di Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan sebanyak 14 orang dengan status kepegawaian dan tingkat pendidikan sebagai berikut: Tabel 1. Tenaga Kerja Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan
Status Kepegawaian PNS 1 2 3 4 5 Jumlah S1 D3 SLTA SLTP SD 2 1 2 3 3 14 PTT 2 1 5 3 3 14

No

Pendidikan

Jumlah

2 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistematika dan Morfologi Ikan MAS Ikan mas merupakan jenis ikan yang telah banyak dikenal oleh masyarakat luas sebagai ikan hias maupun konsumsi. Pengklasifikasian ikan mas dalam taksonomi adalah sebagai berikut : Kingdom Philum SubPilim Class Sub Class Ordo Family Genus Spesies (Rahmat R, 2005:6) Menurut Agus S. (2002), bila diamati secara seksama, badan ikan mas berbentuk memanjang dan sedikit memipih kesamping (compressed). Mulutnya terletak diujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan : Animalia : Chordata :Osteichthiyes : Osteichthyes : Telestoi : Cypriniformes : Cyprinidae : Cyprinus : Cyprinus carpio

(protaktil). Pada bagian mulut terdapat gigi kerongkongan yang terdiri dari tiga baris berbentuk geraham. Sirip punggung berbentuk memanjang yang letak bagian permukaan punggung berjari-jari dan keras, sedangkan dibagian

akhir bergerigi. Bagian belakang sirip dubur ikan mas juga berjari-jari keras dan bagian terakhirnya bergerigi sirip ekornya berbentuk cagak, berukuran simetris, dan memanjang hingga kebelakang tutup insang. Sisik ikan mas berukuran cukup besar dengan tipe sisik lingkaran (cycloid). Menurut Djoko S. (2002), linea lateralis (gurat sisi) terletak dipertengahan tubuh, memanjang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor. b. syarat dan Kebiasaan Hidup ikan mas akan tumbuh dan berkembang dengan baik pada tempat dengan ketinggian 150-600 meter di atas permukaan air laut. Suhu air optimal yang baik untuk pertumbuhannya antara 24-28 C, sedangkan pH yang cocok berada antara 7-8. Di alam ikan mas hidup di perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan airnya tidak terlalu deras, seperti dipinggiran sungai atau danau ( Suhaili A, 1984:50). Ikan mas tergolong omnivora, yakni ikan yang dapat memangsa berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik. Tetapi makanan utamanaya adalah tumbuhan dan binatang yang terdapat didasar dan tepi perairan (Heru S, 1995:118). Ikan mas tergolong kedalam ikan phytophilis. Ikan phitophilis adalah golongan ikan yang tempat memijahnya di perairan yang terdapat vegetasi untuk menempelkan telur yang dikeluarkan (Ichsan effendy, 1997:44).

10

c. perkembangbiakan Ikan mas jantan mencapai dewasa kelamin pada umur 2-3 tahun atau panjang tubuhnya berkisar 25-30 cm. Sedangkan ikan mas betina mencapai matang kelamin pada umur 4-5 tahun atau panjang tubuhnya mencapai 30-40 cm. Diwilayah iklim tropis, ikan mas mencapai tingkat kedewasaan pada usia muda, yaitu sekitar 1-2 tahun. Proses kematangan kelamin ikan mas berlanggsung relatif lama dan pelan-pelan. Perkembangan gametnya sangat dipengaruhi oleh temperatur lingkungan. Tetapi

perkembangan telur dan sperma induk ikan mas yang hidup di daerah tropis relatif lebih cepat dibanding kawasan subtropis. Pembentukan kuning telur didaerah subtropis hampir terhenti selama musim dingin. Demikian larva dan benih ikan mas yang menetas pada lingkungan dingin cendrung memiliki ukuran lebih kecil. Fertilisasi terjadi apabila sel-sel telur telah terbuahi oleh sperma. Sel sperma bergerak aktif didalam air dan masuk membuahi sel telur melalui lubang kecil pada chorin. Telur yang membuahi (fertil) akan menyerap air sehingga ukurannya membesar atau menggelembung (swell) dan sel-selnya mulai melakukan pembelahan secara mitisis. Proses yang dinamakan embriogenesis ini berlangsung selama puluhan jam dan kemudian telur menetas menjadi larva. Sifat telur ikan mas adalah menempel pada substrat. Telur ikan mas berbentuk bula berwarna bening, berdiameter 1,5-1,8 mm, dan berbobot 0,17-

11

0,20 mg. Ukuram telur bervariasi, tergantung dari umur dan ukuran atau bobot induk.embrio akan tumbuh didalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa. Diameter telur ikan mas dalam keadaan kering (normal) 1 mm1,5 mm dan beratnya 0,0010-0,0014 g/butir.sedangkan diameter telur ikan mas dalam keadaan menggelembung 1,5mm 2,5mm dan beratnya setelah terbuahi mencapai 0,0033-0,0125 g/butir (Abbas S, 2001:24-25). d. pembenihan ikan mas siklus hidup ikan mas dimulai dari perkembangan di dalam gonad (ovarium pada ikan betina yang menghasilkan telur dan testis pada ikan jantan yang menghasilkan sperma). Sebenarnya pemijahan ikan mas dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Secara alami, pemijahan terjadi pada malam harisampai akhir fajar. Menjelang memijah, induk-induk ikan mas aktif mmencari tempat yang rimbun, seperti tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan air. Substrat inilah yang nantinya akan digunakan sebagai tempat menempel telur sekaligus membantu perangsangan ketika terjadi pemijahan. Antara 2-3 hari kemudiaan, telur-telur akan menetas dan tumbuh menjadi larva. Larva ikan mas mempunyai kantong kuning kuning telur yang berukuran relatif besar sebagai cadangan makanan bagi larva. Kantong kuning tersebut akan habis dalam waktu 2-4 hari. Larva ikan mas bersifat menempel dan bergerak vertikal. Ukuran larva antara 0,50,6 mm dan bobotnya antara 18-20 mg (Abbas S, 2001:24).

12

Larva berubah menjadi kebul (larva stadia akhir) dalam waktu 4-5 hari. Pada stadia kebul ini, ikan mas memerlukan pasokan makanan dari luar untuk menunjang kehidupannya. Pakan alami kebul terutama berasal dari zooplankton, seperti rotifera, moina, dan daphnia. Dalam pembenikan ikan mas terdapat beberapa tahapan sampai dihasilkan benih atau bibit ikan. Tahapan pertama adalah tahapan pemeliharaan dan seleksi induk, pemijahan dan perawatan larva. 1. Pemeliharaan dan Seleksi Induk induk dipelihara dikolam khusus secara terpisah antara jantan dan betina. Pakan yang diberikan berupa pelet dengan kandungan protein 25%. Dosis pemberian pakan sebanyak 3% per bobot biomassa per hari. Pakan tersebut diberikan setiap 3 kali/hari. Ikan betina yang diseleksi sudah dapat dipijahkan setelah berumur 1,5 -2 tahun dengan bobot >2 kg. Sedangkan induk jantan berumur 8 bulan dengan bobot > 0,5 kg. Ciri-ciri ikan betina yang siap dipijahkan diantaranya adalah pergerakan lambat, pada malam hari sering meloncat-loncat, perut membesar/buncit ke arah belakang dan jika diraba terasa lunak, dan lubang anus agak melunak/menonjol dan berwarna kemerahan. Sedangkan untuk ikan jantan mengeluarkan sperma (cairan berwarna putih) dari lubang kelamin bila di striping (Rahmat, 2005:25). Ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:

13

1) Betina, badan bagian perut besar, buncit dan lembut (Gb 1), Gerakan lambat, pada malam hari biasanya meloncat-loncat. Jika perut distriping mengeluarkan cairan berwarna kuning.

b c

Gambar 1. Morfologi Ikan mas Majalaya Betina. Kloaka (a), Sirip caudal (b), Sirip anal (c) 2) Jantan, badan tampak langsing (Gb. 2), Gerakan lincah dan gesit. Jika perut distriping mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.

b c

Gambar 2. Morfologi Ikan mas majalaya jantan. Kloaka (a), Sirip caudal (b), Sirip anal (c)

2. Pemijahan

14

Cara pemijahan ikan adalah dengan memberikan rangsangan yaitu membuat lingkungan perairan menyerupai keadaan lingkungan perairan umum dimana ikan ini memijah secara alami atau dengan rangsangan hormon. Mula-mula kolam diisi air hingga penuh menggenangi permukaan pelataran kolam. Kedalaman air pada pelataran adalah 30-50 cm. Beberapa jam setelah induk ikan dilepas, maka setiap individu akan berenang manyusuru pelataran dan lereng pematang kolam untuk mencari pasangan. Biasanya ikan mas berpijah di malam hari. Faktof lingkungan yang mempengaruhi pemijahan adalah suhu air, drajat keasaman, aliran air, kedalaman air, proses memijah, kecerahan, dan kandungan oksigen (Abbas, 2001:161). 3. Penetasan Telur a. Morfologi Telur dan Komposisi Kimiawi Telur Ikan Mas sel telur dibentuk dari hasil differensiasi sel-sel kecambah yang terdapat di ovarium. Telur-telur ikan tersusun oleh berbagai komponen sebagaimana layaknya sebuah sel, yakni terdiri atas inti dan sitoplasma yang dibungkus oleh membran sel. Inti tetap pada tahap metafase II sampai telur dipijahkan dan diaktifkan oleh pengenceran dalam air (Yushinta F, 2002:161). Telur ikan ovipar yang belum dibuahi, bagian luarnya dilapisi oleh selaput yang dinamakan selaput kapsul (chorion). Dibawah chorion selaput kedua yang dinamakan selaput vitelline. Selaput ketiga yang mengelilingi plasma telur dinamakan selaput plasma. Ketiga selaput ini semuanya menempel satu sama lain dan tidak terdapat ruang diantaranya. Bagian telur yang terdapat sitoplasma biasanya berkumpul disebelah telur bagian atas yang

15

dinamakan kutub anima. Bagian bawahnya yaitu pada kutub yang berlawanan terdapat banyak kuning telur disebut kutub vegetatif. Pada chorion terdapat micropyle yaitu suatu lubang kecil tempat masuknya sperma ke dalam sel telur pada waktu terjadi pembuahan. Apabila telur baru keluar dari induk dan bersentuhan dengan air ada dua hal yang terjadi, pertama selaput chorion akan terlepas dengan selaput viteline dan membentuk ruang yang dinamakan ruang periviteline. Masuknya air kedalam telur disebabkan oleh perbedaan tekanan osmosis dan imbibisi protein telur yang terdapat pada permukaan kuning telur. Proses yang kedua ialah terjadi pengerasan selaput chorion (Ichsan E, 1997:4849). Pada ikan mas, membran terluar telur disusun oleh lapisan protein yang mengandung aktifitas asam mucapoly sacharida. Komposisi kimia membran ini menyebabkan telur ikan mas memiliki daya rekat yang kuat setelah telur terlepas ke dalam air tawar (Yushinta F, 2002:161). Warna kuning pada telur dipengaruhi oleh kandungan karotenoid. Cairan telur ikan mas mengandung 0,60% komponen mineral dan 88,34% air. Cairan ovarium banyak mengandung ion Na+ dan Ca+ (Yushinta F, 2002:164).

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penetasan Telur Ikan Mas Penetasan adalah suatu proses dimana terjadi perubahan dari tipe introkapsuler menjadi tipe ekstra kapsuler yakni hidup bebas. Mekanisme penetasan dibedakan menjadi dua tipe yakni, penetasan secara mekanik dan penetasan secara enzimatik. Aksi mekanik adalah aksi dari dalam yang

16

menggunakan tekanan setelah pemecahan awal atau pelunakan pembungkus telur oleh enzim.mpenetasan telur pada ikan hanya terjadi setelah embrio mencapai tingkat perkembangan tertentu dan cairan sel penetas telah benarbenar matang, namun tingkat perkembangan dan kematangan cairan penetas tidak cukup menyebabkan penetasan yang sebenarnya terjadi. Dibutuhkan beberapa rangsangan pada embrio agar enzim penetasan dikeluarkan. Cahaya, peningkatan suhu, dan aktifitas respirasi diduga merupakan rangsangan alami sekresi enzim penetasan. Penurunan respirasi akibat berkurangnya ketersediaan oksigen merupakan salah satu faktor perangsang dikeluarkanya enzim penetasan dan sebaliknya, diperlambat oleh medium oleh oksigen. Sedangkan konsentrasi yang baik untuk penetasa adalah sekitar 5-6 ppm. Suhu juga merupakan fakor penting yang mempengaruhi sekresi enzim penetasan, pada suhu rendah yakni 1-2 C pemijahan dan penetasan akan terhambat, sebaliknya embrio dipindah ke medium dengan suhu lebih tinggi akan mempercepat penetasannya. Peningkatan suhu akan menstimulasi sekresi enzim penetasan. Suhu yang lebih tinggi juga akan menyebabkan selaput telur lebih cepat larut dibandingkan pada suhu rendah sehingga waktu penetasannya relatif relatif lebih cepat. Cahaya juga dapat mempengaruhi penetasan telur ikan. Laju penetasan lebih tinggi pada priode terang dibanding periode gelap. Enzim penetas dikontrol oleh rangsangan fotoreseptor seperti mata dan kelenjar pineal (Yushinta F, 2002:179-180).

17

Selain faktor-faktor diatas, penetasa juga dipengaruhi oleh tingkat kekeruhannya, bahan-bahan beracun yang terlarut dalam air seperti karbondioksida atau NH3 (Bambang C, 2001:64). c. Proses Penetasan Telur Ikan penetasan adalah perubahan intracaosuler (tempat yang terbatas) ke fase kehidupan (tempat luas), hal ini penting dalam perubahan-perubahan moffologi hewan. Penetasan merupakan saat terakhir masa pengeraman sebagai hasil beberapa proses sehingga embrio keluar dari cangkangnya. Penetasan terjadi karena kerja mekanik dan kerja enzimatik. Kerja mekanik terjadi karena embrio sering mengubah posisinya karena kekurangan ruang dalam cangkangnya, atau karena embrio telah lebih panjang dari lingkungan dalam cangkangnya. Dengan pergerakan tersebut bagian luar lembek dan tipis akan pecah sehingga embrio akan keluar dari cangkangnya, Kerja enzimatik, yaitu enzim dan zat kimia lainya yang dikeluarkan oleh kelenjar endodermal di daerah embrio. Enzim ini disebut chorionase yang kerjanya bersifat mereduksi chorion yang terdiri dari pseudokeratine menjadi lembek. Sehingga pada bagian cangkang yang tipis dan terkena chorionase akan pecah dan ekor embrio keluar dari cangkang kemudian diikuti tubuh dan kepalanya. Semakin aktif embrio bergerak maka semakin cepat penetasan terjadi.

18

d. Parameter lingkungan Ikan mas 1. Kualitas Air Arifin (1991) menyatakan bahwa Kualitas air sebagai faktor kelayakan suatu perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme akuatik yang nilainya ditentukan dalam kisaran tertentu. Kualitas air memegang peranan penting terutama dalam kegiatan budidaya. Penurunan mutu air dapat mengakibatkan kematian, pertumbuhan terhambat, timbulnya hama penyakit. 2. Oksigen Terlarut Menurut Boyd (1982), Oksigen terlarut merupakan salah satu parameter yang berpengaruh dalam kelangsungan hidup ikan. konsentrasi oksigen terlarut yang menunjang pertumbuhan dan proses produksi yaitu lebih dari 5 ppm. Sumber oksigen dapat berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer sekitar 35% dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton. Menurut Effendi (2002), Difusi oksigen ke air bisa terjadi secara langsung pada kondisi air diam (stagnant) atau terjadi karena agitasi atau pergolakan masa air akibat adanya gelombang atau ombak dan air terjun. Difusi oksigen dari atmosfer ke peraiaran hakekatnya berlangsung relatif lambat meskipun terjadi pergolakan massa air. Oleh karena itu, Oksigen yang

19

dikonsumsi oleh ikan berbeda pada setiap spesies, ukuran, aktivitas, suhu, jenis pakan, dan faktor lain.

3. Suhu Menurut Britz dan Hecht (1987), Suhu air dalam pertumbuhan ikan mas adalah 20C-22C, hal tersebut terkait dengan laju metabolismenya. Suhu di luar batas tertentu akan menyebabkan Ikan tidak sehat. untuk pembesaran benih ikan mas akan baik pada suhu 25C- 30C. 4. Tingkat Keasaman (pH) Menurut Arifin (1991), Keasaman (pH) yang sub-optimal berakibat buruk pada spesies kultur dan menyebabkan ikan stress, mudah terserang penyakit, produktivitas dan pertumbuhan rendah. Batas toleransi ikan terhadap pH adalah bervariasi tergantung suhu, kadar oksigen terlarut, alkalinitas, adanya ion dan kation, serta siklus hidup organisme tersebut. Selain itu keasaman (pH) memegang peranan penting dalam bidang perikanan karena berhubungan dengan kemampuan untuk tumbuh dan bereproduksi. Minimal hidup pada pH 4 dan diatas pH 11 mati. Nilai pH yang baik untuk ikan mas berkisar antara 6,5-8,5. Tinggi rendahnya pH dalam perairan dipengaruhi oleh jumlah kotoran dalam lingkungan perairan khususnya sisa pakan dan hasil metabolisme. 5. Amonia (NH3) Menurut Chen J. (1993), Sisa makanan dan kotoran ikan akan terurai antara lain menjadi nitrogen dalam bentuk amoniak. N-amoniak terlarut

20

dalam air, sehingga tidak dapat diuraikan ke udara melalui aerasi. N-amoniak akan mengurangi daya ikat butir darah merah terhadap oksigen, sehingga pertumbuhan ikan terhambat. Ikan sangat peka terhadap amoniak dan senyawanya. Jumlah amoniak dalam air akan bertambah, sesuai dengan peningkatan aktivitas dan kenaikan suhu air. Ekskresi ikan juga mempengaruhi kandungan amoniak dalam air. Ekskresi ikan berasal dari katabolisme protein pakan dan dikeluarkan dalam bentuk amonia dan urea ke air. Kandungan amoniak dalam air sumber yang baik tidak lebih dari 0,1 ppm. Air yang mengandung 1,0 ppm sudah diangap tercemar. Air yang mengandung amonia tinggi bersifat toksik karena akan menghambat ekskresi pada ikan. Pada sistem budidaya dilakukan pengendalian nitrogen anorganik melalui penambahan karbon yang menyebabkan penumpukan nitrogen amoniak di dalam kolam akan menurun diikuti dengan peningkatan pertumbuhan ikan.

21

BAB IV TEKNIK PEMBENIHAN PADA IKAN MAS MERAH () DI UNIT KERJA BUDIDAYA AIR TAWAR CANGKRINGAN

4.1 Alat dan Bahan I. Alat-alat yang digunakan dalam usaha pembenihan ikan mas diantaranya adalah: 1. Hapa Hapa adalah alat yang digunakan pada saat melakukan kegiatan pemijahan. Pemasangan hapa dilakukan sebelum atau sesudah pengisian air. bila pemijahan di kolam tanah, maka hapa sebaiknya dipasang setelah pengisian air. Hapa yang dipasang sebelum pengisian air bisa kotor dengan lumpur akibat aliran air yang jatuh ke dasar kolam. bila pemijahan di kolam beton, maka hapa bisa dipasang sebelum pengisian air. Aliran air tidak menimbulkan lumpur, karena dalam kolam beton tak berlumpur. Hapa juga bisa dipasang setelah pengisian air, tetapi pemasangan lebih sulit, karena terkadang harus turun ke air. Hapa dipasang dengan menarik keempat tali pada setiap sudut hapa, lalu diikat pada paku yang dipasang di dinding tembok.

22

2. Kakaban Kakaban adalah alat penempel telur. Bahan utamanya adalah ijuk yang sudah disisir, atau dibersihkan. Ijuk yang sudah disisir dijepit dengan belahan bambu, atau kayu yang diberi paku. Pada umumnya kakaban yang sering digunakan berukuran panjang 80 cm dan lebar 30 cm. Sebelum atau sesudah digunakan, kakaban harus dibersihkan dan dijemur. 3. Kalo Kalo adalah alat yang digunakan untuk mengambil benih ikan pada saat melakukan kegiatan pendederan. 4. Kolam pemijahan Kolam pemijahan adalah kolam yang digunakan untuk perkawinan induk ikan jantan dan betina. Kolam pemijahan terbuat dari beton. 5. Kolam pendederan Kolam pendederan adalah kolam yang digunakan untuk meletakkan larva ikan mas majalaya dengan ukuran 0,5-1cm.

4.2 Cara Kerja 1. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore. 2. Seleksi induk dilakukan pada saat akan melakukan pemijahan yaitu induk yang matang gonad. 3. Persiapan kolam pemijahan pada pagi hari.

23

4. Setelah induk ikan mas majalaya merah, keesokan harinya telur yang telah menempel dikakaban diangkat secara hati-hati dan dipindahkan ke kolam penetasan. 5. Pendederan atau pemiliharaan benih ikan mas dilakukan setelah telur-telur hasil pemijahan menetas. 6. Pemanenan benih ikan mas merah.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pemberian Pakan 2. Seleksi Induk Hasil yang diperoleh pada saat praktek kerja lapangan (bisa dilihat pada Tabel 1) Tabel 1. Berat rata-rata induk ikan mas merah dan larva yang menetas. No kelamin Jumlah induk Berat rata-rata Telur menetas 1 Jantan 10 1 kg 2 Betina 8 1,25 kg 50.000 40.000 Seleksi induk dilakukan bertujuan agar induk ikan mas merah yang dipilih benar-benar telah matang gonad dan siap untuk dipijahkan, sehingga proses pemijahan dapat berjalan dengan baik. Ciri-ciri induk jantan dan betina unggul yang sudah matang gonad untuk dipijahkan, yaitu: a. Betina : umur antara 1,5-2 tahun dengan berat berkisar 2 kg/ ekor; Jantan: umur minimum 8 bulan dengan berat berkisar 0,5 kg/ ekor.

24

b. Bentuk tubuh secara keseluruhan mulai dari mulut sampai ujung sirip ekor mulus, sehat, sirip tidak cacat. c. Tutup insang normal tidak tebal dan bila dibuka tidak terdapat bercak putih, panjang kepala minimal 1/3 dari panjang badan, lensa mata tampak jernih. d. Sisik tersusun rapi, cerah tidak kusam. Seleksi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keunggulan induk ikan mas merah yang akan dipijahkan. tingkat kematangan gonad calon induk yang akan dipijahkan dapat diketahui dengan cara pengurutan pada kedua bagian perut. Apabila pengurutan induk betina mengeluarkan sel telur dari alat kelaminnya maka induk mas merah tersebut dapat siap dipijahkan. Induk jantan juga dilakukan pengurutan pada kedua sisi perut. Apabila dilakukan pengurutan pada alat kelaminnya mengeluarkan sperma, maka induk mas merah siap dipijahkan. 3. Persiapan Kolam Pemijahan Kolam dibersihkan sebelum digunakan, kemudian diisi air setinggi 20 cm dan bagian tengah kolam diberi kakaban. Kakaban yang telah disiapkan dipasang rata menutupi parit dalam kolam pemijahan. selanjutnya bambu tempat kakaban diikat dengan tali rafia bertujuan agar kakaban tidak bergeser dari tengah kolam dan supaya kakaban tetap berada dibawah permukaan air. Hal ini dimaksudkan agar telur-telur ikan mas merah hasil pemijahan dapat tertampung dikakaban dan seluruh bagiannya tetap dalam kondisi terendam air kolam. 4. Penetasan Telur

25

Telur-telur yang telah menempel dikakaban diangkat secara hati-hati dan dipindahkan ke kolam penetasan setelah berumur 1 hari. Induk jantan dan betina dikembalikan ke kolam pemeliharaan induk. Induk ikan mas merah yang betina ditimbang beratnya. berat rata-rata induk jantan 1 kg dan induk betina 1,25 kg. kemudian dikembalikan ke kolam pemeliharaan induk pukul 06.00 pagi. Setelah proses penetasan telur, kakaban harus diangkat secara hati-hati. jika pengangkatan kakaban terlambat dilakukan, telur-telur yang tidak menetas akan membusuk dan menyebabkan kualitas air menurun, dan akhirnya membahayakan keselamatan benih yang baru menetas. proses pemindahan kakaban ini dilakukan pada pagi hari bertujuan agar larva yang dipindahkan tidak mengalami stres akibat perubahan suhu yang drastis. Telur-telur ikan mas merah akan menetas 20-24 jam setelah pemijahan. Proses penetasan berlangsung pada air yang mengalir, pengaliran air ini bertujuan untuk menjaga kualitas air selama penetasan, Jika kualitas air jelek maka akan timbul bau yang tidak sedap dan telur tidak bisa menetas bahkan akan membusuk, sehingga benih ikan mas merah yang baru menetas dapat mengalami kematian. Larva ikan mas merah yang telah menetas dapat dilihat di bawah kakaban. biasanya larva akan berada di bawah kakaban satu hari setelah menetas. Setelah umur dua hari larva akan mulai terlihat di permukaan air atau menempel pada dinding hapa. setelah berumur 5-7 hari larva siap didederkan di bak pendederan. Pemindahan telur-telur ikan mas dilakukan pada pukul 05.00 pagi. Hal ini bertujuan agar telur yang dipindahkan dari bak pemijahan ke bak penetasan tidak mengalami perbedaan suhu yang drastis, yang dapat mempengaruhi proses
26

penetasan telur. Pada waktu pemijahan, induk betina yang digunakan berjumlah 8 ekor dan yang jantan berjumlah 10 ekor, pemijahan ini diperkirakan menghasilkan telur sebanyak 50.000 dan menetas sebanyak 40.000. Telur yang 10.000 mati mungkin disebabkan karena faktor cuaca yang ekstrim, terutama di pagi hari. Suhu di BPTKP pada pagi hari berkisar 18oC. padahal suhu air paling stabil adalah 20C-22C. Jadi, faktor suhu sangat berpengaruh pada saat penetasan telur pada ikan. 5. Pendederan Pendederan atau pemeliharaan benih ikan mas dilakukan setelah telurtelur hasil pemijahan menetas. Pendederan dilakuan pada pagi hari, dari jam tujuh sampai tengah hari. Hal ini dilakukan untuk menghindari terik matahari dan untuk menjaga kesehatan benih agar tidak terganggu. 6. Pemberian Pakan Benih Ikan Mas Merah Proses pemberian pakan untuk larva ikan mas di BPTKP Cangkringan yang diamati saat Praktek Kerja Lapangan adalah sebagai berikut: 1. Pada hari pertama hingga kelima larva ikan tidak diberikan pakan alami. Larva ikan mas merah masih memiliki cadangan makanan berupa kuning telur. 2. Hari keenam hingga ketujuh larva ikan mas merah memakan pakan alami (zooplankton) yang tersedia dikolam. 3. Setelah larva berumur 7 hari diberikan pakan tambahan berupa pelet.

27

4. Pakan tambahan yang diberikan setelah larva berumur 7 hari adalah pelet yang berbentuk butiran kecil yang telah dihaluskan oleh mesin penggilingan. pemberian pakan tambahan berupa pelet ini dilakukan sebanyak 2 kali sehari dengan cara pelet halus disebarkan dalam kolam secara merata. Penambahan nafsu makan larva mas merah dilakukan penambahan larutan

penambah nafsu makan. larutan ini ditambahkan pada pelet yang akan diberikan dengan cara mengaduknya hingga rata. Salah satu jenis larutan penambah nafsu makan pada larva ikan mas harus mengandung mikroba probiotik isolat, dengan kandungan lactobacillus, acetobacter, dan yeast. Tujuan penambahan larutan agar ikan mas merah tidak mudah terserang penyakit, seperti virus KHV yang sering menyerang ikan mas yang sudah dewasa. 7. Pemanenan benih Benih ikan mas merah dipanen pada waktu pagi hari. panen dilakukan dengan menggunakan, jumlah benih yang dipanen di perkirakan 180.000. dihitung per kalo jumlahnya 10.000 benih. dan benih yang mati dibuang. Jumlah benih yang mati lebih banyak pada saat kita mengamati di lapangan. Hal ini mungkin disebabkan karena pengaruh pH air, suhu lingkungan yang kadang-kadang tidak menentu, juga karena terjadinya kebocoran pintu air kolam.

28

29

BAB V KESIMPULAN Dengan melakukan praktek kerja lapangan dapat mengetahui dan banyak belajar mengenai pembenihan ikan, terutama ikan mas merah. teknik pembenihan ikan mas merah dengan cara alami langkah-langkahnya : pemilihan induk yang unggul yang dipelihara dengan baik, pemberian pakan dikontrol dengan seksama. Melakukan seleksi induk, kemudian melakukan pemiliharaan telur dan larva yang baik. Demikian yang dapat dijabarkan dalam laporan PKL ini. mudah-

mudahan bermanfaat. Semoga PKL angkatan mendatang lebih sukses dan lebih baik.

30

DAFTAR PUSTAKA Arifin, M.Z. 1991. Budidaya ikan mas. Semarang: Dohara prize. Britz, P. J., T. Hecht. 1987. Temperature Preference and optimum Temperature for Growth of Cyprinus carpio.L (Larvae and Postlarvae). New York: Aquaculture. Byod. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. New York: Elseveir Science Publising Company. Chen, J. C. And Y. Z. Kou. 1993. Accumulation of Ammonia in the Haemolymph of Penaeus Monodon Exposed to Ambient Ammonia. New York: Aquaculture. Effendi, I. 2002. Pengantar Akuakultur. Jakarta: Penebar Swadaya. Santosa,budi.1993. Petunjuk Praktis Budidaya Ikan Mas. Yogyakarta: Kanisius.

31

Anda mungkin juga menyukai