PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Ganda Tahap 2 dengan Kompetensi Keahlian Agribisnis Perikanan Air Tawar.
Dalam progran pelatihan ini melibatkan guru SMK maupun SMA yang berminat
untuk menambah kompetensi keahlian lagi sehingga dapat mengajar di bidang
yang baru.
Salah satu program kegiatan pelatihan Guru Keahlian Ganda ini adalah
Praktik Kerja Industri. Praktik Kerja Industri (Prakerin) yang dilakukan pada saat
In Service Training (In) merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk
memberikan pengalaman dan membekali guru peserta Program Keahlian
Ganda tentang dunia kerja di industri yang relevan dengan Kompetensi
Keahlian Agrisnis Perikanan Air Tawar.
2
Adapun manfaat dari pelaksanaan Praktik Kerja Industri ini adalah
membekali peserta untuk memadukan sekaligus peneguhan antara
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama kegiatan On Service
Training dan In Service Training di PPPPTK Pertanian Cianjur dengan
pengetahuan dan keterampilan di BPTPB Cangkringan Sleman Daerah
Istimewa Yogyakarta sehingga dapat menjadi bekal mengajar siswa kelak
selesai kegiatan Diklat Guru Keahlian Ganda. Dengan menerapkan teknologi
dan inovasi di bidang budidaya ikan selama kegiatan Praktik Kerja Industri di
dalam kegiatan pembelajaran siswa diharapkan kelak akan meningkatkan
animo siswa untuk masuk di Program Keahlian Perikanan dan meningkatkan
minat siswa untuk bekerja di bidang perikanan khususnya bidang budidaya ikan
air tawar setelah menyelesaikan masa studinya.
3
II. GAMBARAN UMUM BPTPB CANGKRINGAN
4
KEPALA BALAI
Ir. Dwijo Priyanto B.S, M.MA
LABORATORIUM
Astuti, SP
5
2. Koordinator
a. Koordinator induk dan calon induk
Bertugas dan mengawasi bawahannya dalam kegiatan yang
mengenai dengan kegiatan pemeliharaan induk dan menyeleksi
calon indukan
b. Koordinator Pembenihan
Bertugas memimpin serta mengkoordinasi kepada bawahannya
dalam penanganan yang berkaitan dengan kegiatan pembenihan,
dari pemijahan, pemeliharaan larva, dan pendederan sampai ukuran
tertentu
c. Administrasi
Mempunyai tugas tersendiri khususnya dalam hal yang berkaitan
dengan maslah keuangan, mencatat dan melaporkan maslah
keuangan dari pengeluaran hinggga penerimaan yang ada pada UK
BAT Cangkringan
3. Staf UKBAT Cangkringan
Melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan budidaya ikan pada UK
BAT Cangkringan, sesuai dengan perintah yang diberikan dari
koordinator.
6
tekstur tanah pasir berbatu. Suhu air berkisar 280 sampai 290C. pH air sampai
7,5 – 8,2. Air yang digunakan untuk budidaya berasal dari sungai Opak yang
ditampung di Waduk Somologi. Batas-batas wilayahnya adalah bagian utara
berbatasan dengan lereng Gunung Merapi, bagian barat kecamatan Pakem,
bagian timur kecamatan Manisrenggo, dan bagian selatan Kecamatan
Ngemplak.
D. Prosedur Pelayanan
7
d. Pretest
e. Pelaksanaan kegiatan.
f. Postest
g. Penilaian dan Evaluasi
h. Pemberian Sertifikat
i. Pelepasan Peserta
3. Prosedur dan Mekanisme Pelayanan Laboratorium Kesehatan Ikan dan
Lingkungan
a. Mengajukan permohonan dan proposal kepada kepala Laboratorium
b. Pengambilan sampel oleh petugas dari pihak Laboratorium langsung
mendatangi lokasi kolam.
c. Petugas menguji sampel yang diterima.
d. Analisa hasil pengujian oleh kepala Laboratorium.
e. Penyampaian hasil uji oleh “bagian Administrasi” kepada konsumen.
f. Proses administrasi
4. Prosedur dan Mekanisme Pengaduan Produk
a. Konsumen memeriksa produk yang diterima.
b. Jika terdapat kesalahan dalam packing dan distribusi, bagian
pemasaran akan melakukan penggantian produk sesuai
kekurangan/kerusakan yang terjadi.
c. Konsumen dapat meminta pembinaan ke bagian pemasaran untuk
penanganan produk jika diinginkan.
5. Prosedur dan Mekanisme Penanganan Pengaduan dan Indeks
Kepuasan Masyarakat
a. Konsumen mengisi form pengaduan.
b. Kepala unit melakukan analisa kepuasan dan pengaduan konsumen.
c. Kepala Seksi melakukan evaluasi terhadap hasil analisa kepala Unit.
d. Perbaikan dilakukan bersama antara Kepala Unit dan Kepala Seksi
untuk pelayanan yang lebih maksimal.
8
III. PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
9
Sarana yang ada di BPTPB Cangkringan meliputi bak pengendapan, bak
filter, bak seleksi induk, bak penampungan, bak pemijahan, bak penetasan, bak
kultur pakan alami, bak treatment.
10
C. Hasil Praktik Kerja Industri
11
pertumbuhannya lebih baik. Morfologi ikan mas merah Najawa dapat
dilihat pada gambar
Selain itu, ikan mas merah Najawa (Cyprinus carpio L.) memiliki
keunggulan, antara lain ; memiliki ciri khas warna merah menyala dan
bentuk tubuh bulat memanjang pertumbuhannya cepat; tahan terhadap
penyakit; toleran terhadap lingkungan; memiliki nilai ekonomis tinggi.
a. Pengadaan Induk
12
b. Seleksi Induk
Seleksi induk yang sudah matang gonad dengan cara menurunkan
volume air kolam pemelharaan induk sampai 40 cm dan menangkap
induk satu persatu secara manual dengan menggunakan kedua tangan.
Kemudian mengamati kondisi fisik ikan seperti induk matang gonad,
tubuh ikan sempurna tidak ada cacat (luka pada tubuh maupun sirip),
kepala relatif kecil dibanding tubuhnya, sisik bagus, pangkal ekor besar,
tubuh tebal dan punggung tinggi.
Dari kegiatan seleksi induk didapatkan 6 ekor induk jantan ikan mas
merah Najawa, dengan total bobot induk jantan 4,5 kg. Sedangkan
induk betina hanya 2 ekor dengan masing-masing bobotnya 2 kg,
sehingga total bobot induk betina 4 kg, perbandingan pemijahan ikan
Mas Merah Najawa 1 : 1 sesuai dengan bobot induk.
Adapun cara untuk menentukan kematangan gonad yang
dilakukan di UK BAT Cangkringan adalah sebagai berikut :
1) Pemilihan induk betina yang siap memijah :
a) Perut Nampak buncit, membesar kearah belakang dan kesamping
serta perut lembek atau lunak jika diraba.
b) Alat kelamin terlihat kemerahan dan jika diurut kearah kelamin
akan mengeluarkan telur.
c) Pergerakan induk lebih lamban.
2) Pemilihan induk jantan yang siap memijah :
a) Alat kelamin tampak memerah serta tubuh mengeluarkan lender
yang banyak, semakin licin permukaan tubuh semakin baik dan
semakin siap induk untuk memijah.
b) Induk jantan yang sudah matang gonad, apabila ditekan bagian
perut kearah kelamin akan mengeluarkan sperma yang berwarna
putih jernih.
c) Gerakan ikan lebih lincah dan tingkah laku agresif.
d) Warna tubuh lebih mengkilat dari sebelum matang gonad.
13
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mantau et al. (2004), induk
betina matang gonad ditandai denag gerakan lamban, perut membesar
atau buncit ke arah belakang, jika diraba terasa lunak, lubang anus
agak membengkak atau menonjol, dan bila diurut (stripping) perlahan
kearah anus akan keluar cairan kuning kemerahan. Untuk induk jantan
gerakannya lincah, badannya langsing, dan jika perut diurut akan keluar
cairan sperma berwarna putih seperti susu dari lubang kelamin.
c. Persiapan kolam
Hal yang perlu dipersiapkan untuk kegiatan pembenihan yaitu
mempersiapkan kolam terlebih dahulu. Kolam yang perlu dipersiapkan
yaitu kolam pemijahan, kolam penetasa dan kolam pemeliharaan benih.
14
Setelah itu menyiapkan happa yang berukuran 4 x 2 x 1 m di
dalam kolam pemijahan sebagai tempat pemijahan. Kemudian
mengisi kolam dengan air yang beraal dari sungai dengan ketinggian
60 – 80 cm.
Selanjutnya menyiapkan kakaban yang terbuat dari ijuk yang
memiliki ukuran panjang 120 x 50 cm. Dalam membuat kakaban
biasanya disesuaikan dengan bobot ikan, untuk 1 kg ikan mas merah
Najawa memerlukan 2 buah kakaban, agar telur ikan mas merah
Najawa yang dikeluarkan di kakaban tidak terlalu rekat dan
keberhasilan penetasan telur juga sempurna. Sehingga dalam
pemijahan ini menggunakan 8 buah kakaban. Posisi kakaban untuk
pemijahan ikan mas merah Najawa setidaknya 5 cm dibawah
permukaan air. Karena ikan mas akan lebih mudah menyemprotkan
telur-telurnya dalam kakaban. Kakaban ini adalah sebagai sarang
atau sebagai tempat ikan mas menempelkan telurnya.
Volume air pada kolam pemijahan diberi perlakuan naik turun
bertujuan untuk merangsang pemijahan ikan mas merah Najawa
agar ikan cepat memijah. Hasil pengukuran kualitas air kolam
pemijahan di UK BAT Cangkringan yaitu kolam pemijahan memiliki
suhu 26,050C oksigen terlarut 3,65 ppm dan pH 7,59.
15
dari kolam pemijahan ke kolam penetasan telur. Kualitas air pada
kolam penetasan telur dan pemeliharaan larva di UK BAT
Cangkringan yaitu suhu 25,030C oksigen terlarut 3,8 ppm dan pH 7,6
16
pengapuran adalah untuk membunuh bibit-bibit penyakit yang ada
dalam kolam yang akan digunakan untuk proses pemeliharaan larva.
d. Pemijahan
17
memasukkan kakaban ke dalam kolam pemijahan, kakaban harus
terendam air sedikitnya 5 cm di bawah permukaan air.
Selanjutnya memasukkan induk jantan dan betina yang sudah
di timbang berat tubuhnya pada happa. Sebelumnya induk di
puasakan terlebih dahulu (tidak diberi makan). Perbandingan induk
dalam pemijahan menggunakan perbandingan 1 : 1 sesuai berat
tubuh ikan. Pada malam hari volume air diturunkan hingga 30 – 40 cm
kemudian diisi lagi sampai ketinggian 60 – 80 cm, yang bertujuan
untuk merangsang pemijahan ikan. Kebiasaan induk ikan mas merah
Najawa memijah pukul 21.00 WIB. Tetapi pada PKM ini ikan mas
merah Najawa memijah pada pukul 01.00 WIB hal ini mengalami
kemunduran dari waktu yang biasanya dikarenakan oleh musim
kemarau dimana suhunya lebih dingin dari musim penghujan.
18
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑜𝑛𝑎𝑑
𝐹= 𝑥𝑁 N = jumlah telur bobot 0,1 gram adalah 14 butir
0,1
400
= 𝑥 14 = 56000
0,1
19
Tabel.1.Sampling telur ikan mas merah Najawa
Percobaan Telur yang tidak Telur yang Total
ke : terbuahi terbuahi
Pertama 4,3,3,10,6,0 0,11,6,41,14,4 100
Kedua 5,2,12,9 13,3,41,15 100
Ketiga 8,8,4,4 29,25,16,6 100
Jumlah 77 223 300
85 74,33
𝐽𝑎𝑑𝑖 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑟𝑣𝑎 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ = 𝑥 𝑥 56000 = 35224
100 100
f. Pemeliharaan Benih
20
pemeliharaan setelah berumur 4 – 5 hari dari kolam penetasan telur.
Kemudian dipelihara sampai ukuran 2 – 3 cm selama ± 3 minggu.
Pakan yang diberikan untuk benih ikan mas merah Najawa
setelah umur seminggu dari tebar pertama berupa fermentasi pakan
yang berasal dari pellet halus (serbuk), molase, boster fish imunovit,
boster grotop dengan dosis 500 gram dengan pemberian satu kali
sehari.
g. Pemanenan
𝑁𝑡
SR = 𝑁𝑜 𝑥 100%
Keterangan :
SR = Tingkat kelulushidupan (%)
Nt = Jumlah kultivan pada akhir penelitian (ekor)
No = Jumlah kultivan pada awal penelitian (ekor)
21
Pada pembenihan ikan mas merah Najawa tingkat kelulushidupannya
adalah 67%. Jadi dari total larva yang ditebar 35.224 ekor
menghasilkan 23.600 ekor benih yang dipanen.
22
Tabel 4. Data Kualitas Air kolam Pemijahan
Waktu
No Data
Pagi Siang Sore Malam
1 pH 7,05 7,40 7,95 7,96
2 Suhu (0C) 25,1 26,7 26,4 26
3 DO (ppm) 4,2 3,5 3,5 3,4
23
i. Pengendalian Hama dan Penyakit
Penyakit yang sering ditemui pada pembenihan ikan mas
merah Najawa di UK BAT Cangkringan adalah penyakit yang
disebabkan oleh parasit jenis cacing insang atau Dactylogyrus spp.
(Gambar 5) dan Gyrodactylus menyerang kulit. Gejala yang
ditimbulkan ikan tampak kurus, sisik kusam, tubuh banyak
mengeluarkan lender, sirip ekor kadang-kadang rontok, ikan
menggosok-gosokkan badannya pada benda keras disekitarnya
seperti dinding kolam, terjadi pendarahan dan menebal pada insang.
Sedangkan hama yang ada di UK BAT Cangkringan yaitu keong, ular,
dan katak.
24
tolok ukur jumlah yang akan dibeli. Pengepakan dan pengangkutan
yang dilakukan di UK BAT Cangkringan dilakukan secara tertutup.
Wadah yang digunakan dalam pengangkutan benih ikan mas merah
Najawa secara tertutup ini adalah plastic dengan ukuran 5 kg.
Kantong plastik yang digunakan memiliki kualitas yang baik.
Pengepakan benih ikan mas merah Najawa dilakukan dengan
member air pada plastik kurang lebih 4/5 bagian dan diberi oksigen
agar benih ikan mas merah Najawa mendapatkan suplai oksigen
selama proses pengangkutan sehingga meminimalisir terjadinya
kematian. Menurut Anonymous (2011), oksigen dari tabung dialirkan
ke kantong plastikan sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga,
perbandingan air : oksigen (1 : 1). Plastik yang telah berisi benih dan
oksigen ditutup dan diikat dengan karet dan siap dipasarkan.
Pengepakan dilakukan dengan cara memasukkan ikan ke
dalam plastik yang berukuran 5 kg yang dilapisi dengan plastik yang
sama untuk menghindari kebocoran, kemudian benih yang sudah
ditakar dimasukkan ke dalam plastik dan sebelumnya plastik telah diisi
dengan air. Setelah benih dimasukkan pada plastik, kemudian
ditambahkan oksigen (Gambar 6).
25
Pengangkutan benih di UK BAT Cangkringan dengan
menggunakan mobil pick up untuk pengangkutan jarak jauh atau
apabila ada pesanan yang harus di antar. Sedangkan untuk
pengangkutan jarak dekat biasanya pembeli datang sendiri dan
membawanya sendiri tanpa harus di antarkan ke tempat.
k. Pemasaran
Di UK BAT Cangkringan pemasaran larva dan benih dilakukan
ditempat pemasaran ikan atau bangsal. Bagi konsumen yang akan
membeli benih ikan biasanya memesan terlebih dahulu untuk mendata
jumlah pengeluaran dan pemasukan dari konsumen. Selain itu,
pemesanan juga bertujuan untuk mempersiapkan benih ikan terlebih
dahulu, apakah benih siap panen apa belum.
Pemasaran benih yang dilakukan di UK BAT Cangkringan
dengan cara pembeli datang dan membeli benih ikan mas merah
Najawa secara langsung. Pembeli benih ikan mas merah Najawa yang
datang biasanya adalah para petani ikan yang berasal dari daerah
sekitar Sleman dan masyarakat sekitar UK BAT Cangkringan. Untuk
penjualan benih ikan mas merah Najawa dilakukan pada pagi hari jam
07.30 – 12.00 WIB. Penjualan benih ikan mas merah Najawa di UK
BAT Cangkringan menggunakan takaran cangkir dalam menjual.
Cangkir dalam penjualan benih ikan mas merah Najawa memiliki
volume 0,785 liter. Satu cangkir berisi ± 1.000 ekor untuk benih ukuran
2 – 3 cm, dimana harga per ekor Rp.20,-
26
2. Teknik pembenihan ikan Nila Nilasa
27
a. Manajemen Induk
1) Persiapan kolam
28
Nila merah Nilasa. Kemudian dilakukan pengisisan air dengan cara
membuka saluran inlet dan menutup saluran outlet.
Pada tahap seleksi dipilih 400 ekor calon induk yang terdiri
dari 100 jantan dan 300 ekor betina. Calon induk yang
dipergunakan harus sehat, bentuk badan normal, berwarna merah
polos. Proses seleksi induk dilakukaan dengan memilih induk
yang telah matang gonad dan siap dipijahkan. Setelah diseleksi,
induk ikan nila merah diukur panjang dan ditimbang beratnya.
Untuk induk jantan panjangnya 36 cm dan berat 656 gram,
sedangkan induk betina memilki panjang 30 cm dan berat 583
gram. Masing-masing induk berumur 7 – 10 bulan. Kemudian
induk ditebar pada kolam pemeliharan selua 600 m 2. Kolam
terbuat dari dinding beton dengan dasar kolam tanah (semi
permanen )
Penebaran induk dilakukan pagi hari karena menghindari
suhu yang tinggi dan akan mengakibatkan stress pada indukan.
Induk nila merah nilasa berasal dari pemijahan sendiri yang
dibesarkan hingga menjadi indukan. Induk ikan nila merah nilasa
29
berumur antara 10 – 12 bulan, bobot untuk indukan betina
berkisar antara 400 – 500 g/ekor sedangkan bobot untuk indukan
jantan berkisar 700 – 1.000 g/ekor. Penebaran induk ke dalam
wadah pemeliharaan induk dilakukan dengan cara memanen
indukan yang sudah dipijahkan secara massal. Kolam yang
dipakai setelah pemijahan massal disurutkan, setelah kolam surut
induk akan berkelompok di kamalir (saluran kolam) lalu ditangkap
menggunakan waring dan dimasukkan ke dalam rembeng (alat
angkut) setelah itu dipanggul ke kolam hapa penampungan induk.
Di hapa indukan dihitung dan dipisahkan antara jantan dan betina.
Induk yang sudah di dalam kolam dipelihara hingga 14 – 30 hari
untuk proses pemberokan.
Waktu pemberian pakan dua kali sehari yaitu pada pagi hari
pukul 07.30 dan sore hari pukul 15.30. Jumlah pakan yang
diberikan sebanyak 3% dari berat biomassa ikan nila. Pemberian
pakan dilakukan secara menyebar keseluruh kolam, karena ikan
nila tidak hanya berkumpul pada satu titik saja.
30
Penyimpanan pakan ditempatkan dalam gudang pakan
dengan kondisi ruangan pakan bersih dan tidak terkena sinar
matahari. Pakan disimpan di dalam karung. Pakan harus terhindar
dari kontak langsung dengan lantai agar kualitas pakan tidak
menurun.
b. Pemijahan Induk
31
rantai kehidupan hama. Kegiatan selanjutnya pemupukan, pupuk
yang digunakan adalah pupuk kandang, dosis pupuk yang
digunakan yaitu 200 gram/m2. Tujuan dari pemupukan yaitu untuk
menumbuhkan pakan alami di dalam kolam. Pengisian air
dilakukan dengan cara mebuka saluran inlet dan meutup pintu
outlet. Ketinggian air untuk kolam pemijahan yaitu 80 cm.
2) Seleksi Induk dan Penebaran Induk Fase Pemijahan
Teknik pemijahan ikan nila yang dilakukan UK BAT Cangkringan
adalah teknik pemijahan alami dengan jumlah perbandingan ikan
jantan dan ikan betina 1 : 3. Satu paket ikan nila yang dipijahklan
berjumlah 400 ekor yang terdiri dari 100 ekor jantan dan 300 ekor
betina. Induk terlebih dahulu harus melalui proses seleksi untuk
kemudian dipijahkan dalam kolam semi permanen.
Perbedaan induk nila merah nilasa jantan dan betina dapat dilihat
dari morfologinya yaitu ukuran tubuh, jumlah lubang pada bagian
anal, dan warna tubuh induk. Pada induk jantan bentuk tubuh
agak membulat dan bertubuh tinggi, warna tubuh lebih cerah, alat
kelamin berupa tonjolan kecil dan meruncing sebagai tempat
keluarnya sperma. Sedangkan pada induk betina bentuk tubuh
agak memanjang, warna tubuh kusam, memiliki alat kelamin yang
membulat. Bobot rata-rata indukan betina berkisar 400 - 600
g/ekor, sedangkan bobot indukan jantan berkisar 700 – 1.000
g/ekor. Induk yang digunakan untuk proses pemijahan mencapai
umur 10 – 12 bulan dan memiliki ciri morfologis yang baik
dipisahkan berdasarkan kelaminnya dan dimasukkan ke dalam
drum yang telah diisi air kolam untuk dipindahkan ke kolam
pemijahan. Satu drum berisi 40 ekor induk dipindahkan dengan
cara dipikul. Penebaran induk tersebut dilakukan pagi hari. Hal ini
bertujuan untuk menghindari induk mengalami stress. Sebelum
32
ditebar induk diaklimatisasi dengan cara menurunkan drum
secara perlahan ke permukaan air kolam.
3) Pemijahan Induk
Pemijahan ikan nila merah nilasa dilakukan secara masal dengan
perbandingan indukan jantan dan indukan betina dipijahkan 1 : 3.
Induk jantan dan induk betina dipijahklan dalam satu kolam
sehingga pemijahan dapat berlangsung setiap hari. Ikan nila
merah nilasa termasuk ikan yang bersifat parentalcare.
Pemijahan diawali dengan indukan jantan membuat sarang dan
indukan betina akan mendiami sarang yang dibuat oleh induk
jantan sampai induk jantan menghampirinya dan terjadilah proses
pemijahan. Proses pemijahan induk betina akan mengeluarkan
telur dan indukan jantan mengeluarkan spermanya, sehingga
terjadinya proses pembuahan. Selanjutnya telur akan dierami di
dalam induk betina. Induk betina bersifat mouth breeder. Induk
betina yang sedang mengeramin telur akan terlihat membesar
pada bagian mulutnya.
c. Manajemen Telur
33
dan mulut tertutup. Induk diberi pakan setiap hari dengan frekuensi
dua kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari. Pengecekan induk
yang sedang mengerami dilakukan setiap pagi hari dengan
mengambil induk dengan menggunakan serokan kemudian mengecek
mulut induk. Telur tersebut dimasukan ke dalam ember plastik yang
telah diisi air dari kolam pemijahan. Ember yang digunakan untuk
penampungan telur diberi seser pada bagian atasnya yang bertujuan
untuk memudahkan dalam perhitungan telur. Telur dimasukkan ke
ember yang diberi seser kemudian pemberian aerasi kedalam ember.
Perhitungan telur menggunakan centong dan satu ember berisi air
untuk telur yang terbuahi.
Kegiatan selanjutnya mengamati proses penetasan telur di hari
ke dua setelah penebaran ke dalam wadah inkubasi, telur sudah
menetas menjadi larva dan masih terdapat kuning telur pada perut
larva. Kuning telur akan habis setelah 2 hari penetasan mejadi larva.
Setelah menetas secara sempurna, kemudian larva dihitung untuk
mencari data derajat penetasan telur.
d. Pemeliharaan Larva
1) Persiapan Kolam
Persiapan wadah larva yang dilakukan di BPTPB
Cangkringan berupa kolam semi permanen berbentuk persegi
paanjang berukuran 10 x 5 x 1,5 m dengan ketinggian 0,8
sebanyak 1 unit. Sebelum dilakukan penebaran larva, kolam
dipersiapkan terlebih dahulu. Air kolam disurutkan dengan menutup
saluran inlet dan membuka pintu outlet.
Pengapuran menggunakan kapur tohor dengan dosis 50
g/m2 kapur ditebar disemua permukaan kolam. Setelah
pengapuran lalu di lakukan proses pemupukan dengan dosis 200
g/m2 . Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang. Pengisian
34
air dilakukan dengan cara membuka saluran inlet dan menutup
pintu outlet.
2) Pengambilan Larva
Pengambilan larva dilakukan pada hari ke 12 – 14.
Sebelumnya dilakukan pengamatan titik-titik larva untuk melihat
bergerombolnya larva. Setelah titik-titik tempat larva diketahui,
pemanenan larva dilakukan dengan menyerok larva
menggunakan serokan atau waring. Pertama kumpulkan
gerombolan larva ikan, lalu serok menggunakan waring dari dasar
kolam kemudian diangkat secara perlahan. Setelah itu pindahkan
larva tersebut pada hapa dengan ukuran 2 x 1 x 1 m untuk
menampung larva sementara dan setelah itu dilakukan
perhitungan larva. Pemanenan larva dilakukan selama beberapa
hari pada kolam yang sama. Karena untuk memaksimalkan padat
tebar pada kolam yang akan digunakan untuk pemeliharaan larva.
3) Penebaran Larva
Larva yang telah berada pada hapa diambil kemudian
dipindahkan ke kolam pemeliharaan larva, untuk dipelihara
selama 14 hari. Larva dibawa menggunakan ember plastik yang
35
telah diisi oleh air. Larva dipindahkan pada pagi hari agar larva
tidak mengalami stres. Setelah itu larva dilepas di kolam
pemeliharaan larva yaitu kolam semi permanen yang berukuran
50 m2 dengan jumlah kepadatan larva 200 ekor/ m 2. Ukuran larva
yang ditebar berkisar antara 0,6 – 0,7 cm dan berat larva berkisar
antara 0,02 – 0,05 gram.
4) Pemberian Pakan Larva
Pemberian pakan larva ikan nila merah nilasa sampai hari kelima
tidak diberikan pakan buatan, dengan harapan larva memakan
pakan alami berupa fitoplankton dan zooplankton yang
ditumbuhkan di kolam melalui proses pemupukan kolam. Pada
hari keenam larva diberikan pakan buatan berupa pakan bubuk
hingga akhir pemeliharaan. Pemberian pakan sebesar 3 % dari
berat biomassa ikan. Frekuensi pemberian pakan dua kali sehari
yaitu pagi dan sore hari, pakan diberikan secara merata dengan
cara pemberian pakan mengelilingi kolam pemeliharaan. Pakan
tersebut memilki kandungan dan nilai nutrisi seperti Tabel berikut.
36
e. Pengelolaan Kualitas air
f. Pemanenan
37
kedalam hapa dan dimiringkan secara perlahan sampai benih masuk
ke dalam hapa. Setelah itu dilakukan proses greeding untuk
mendapatkan ukuran benih yang seragam.
38
memudahkan pengisian air. Plastik diisi air sebanyak 5 liter,
kemudian benih dimasukkan ke dalam plastik packing dengan
penakaran, platik diisi oksigen dengan perbandingan 1 : 3. Kemudian
plastik diikat menggunakan 2 karet gelang, pengikatan plastik harus
benar agar ikatan tidak lepas saat transpotasi benih.
Benih ikan nila merah nilasa yang dihasilkan dari kegiatan
pembenihan oleh UKBAT Cangkringan adalah benih yang dipelihara
selama 14 hari yang berukuran 2 – 3 cm. Benih dijual dengan harga
Rp. 25/ekor. Benih yang dihasilkan kemudian dijual disekitar wilayah
daerah Istimewa Yogyakarta, dan juga ke daerah luar Yogyakarta.
Penjualan dilakukan secara aktif dan pasif. Penjualan secara aktif
yaitu dilakukan melalui web maupun bulletin. Sedangkan penjualan
secara pasif dilakukan dengan cara pembeli datang langsung ke
UPTD BPTPB unit kerja Cangkringan atau melakukan pemesanan
via telepon.
39
3. Teknik Pembenihan ikan Lele Mutiara
Ikan lele merupakan salah satu komoditas perikanan budidaya air tawar
yang diprioritaskan pengembangan produksinya oleh Kementerian Kelautan
dan Perikanan dalam rangka mendukung pencapaian peningkatan produksi
perikanan budidaya. Budidaya ikan lele telah lama berkembang di Indonesia,
diawali dengan menggunakan spesies ikan lele lokal. Indonesia memiliki
cukup banyak spesies ikan lele. Karena penggunaan lele lokal kurang
memadai dalam kualitasnya maka dikembangkanlah varietas lele baru salah
satunya lele Mutiara yang berasal generasi ke-3 (G3) dari persilangan 4
spesies lele yaitu lele Mesir, Paiton, Sangkuriang, dan Dumbo.
Upaya pemuliaan ikan lele Mutiara tersebut dilakukan melalui program
seleksi individu dengan target karakter utama berupa peningkatan laju
pertumbuhan bobot. Upaya pemuliaan tersebut diawali pada tahun 2010
melalui koleksi, karakterisasi dan evaluasi populasi-populasi induk
pembentuk, dilanjutkan dengan pembentukan populasi dasar sintetis pada
tahun 2011, pembentukan populasi generasi pertama pada tahun 2012,
pembentukan populasi generasi kedua pada tahun 2013 dan pembentukan
populasi generasi ketiga pada tahun 2014. Rangkaian kegiatan penelitian
seleksi individu tersebut telah menghasilkan peningkatan pertumbuhan dari
generasi ke generasi. Populasi generasi ketiga telah mengalami peningkatan
pertumbuhan bobot secara kumulatif sebesar 50,64% dibandingkan populasi
dasarnya, sehingga dinilai layak untuk dirilis (dilepas) sebagai strain baru
ikan lele unggul.
Populasi generasi ketiga ikan lele hasil pemuliaan tersebut telah
dinyatakan lulus pada Penilaian Pelepasan Jenis/Varietas tanggal 27
Oktober 2014, dengan nama ikan lele MUTIARA (“Mutu Tinggi Tiada
Tara”).
40
Hasil karakterisasi dan evaluasi performa menunjukkan bahwa ikan lele
Mutiara memiliki keunggulan performa budidaya yang lengkap sesuai
dengan harapan para pembudidaya, antara lain (BPPI, 2014):
Laju pertumbuhan tinggi: 20-70% lebih tinggi daripada benih-benih lain.
Lama pemeliharaan singkat: lama pembesaran 45-50 hari pada kolam
tanah dari benih tebar berukuran 5-7 cm atau 7-9 cm.
Keseragaman ukuran relatif tinggi: tahap produksi benih diperoleh 80-
90% benih siap jual dan pemanenan pertama pada tahap pembesaran
tanpa sortir diperoleh ikan lele ukuran konsumsi sebanyak 70-80%.
Rasio konversi pakan (FCR = Feed Conversion Ratio) relatif rendah:
0,5-0,8 pada pendederan dan 0,6-1,0 pada pembesaran.
Daya tahan terhadap penyakit relatif tinggi: sintasan (SR = Survival
Rate) 60-70% pada infeksi bakteri Aeromonas hydrophila (tanpa
antibiotik).
Toleransi lingkungan relatif tinggi: suhu 15-35 oC, pH 5-10, amoniak <3
mg/L, nitrit < 0,3 mg/L, salinitas 0-10 ‰.
Toleransi terhadap stres relatif tinggi.
Produktivitas relatif tinggi: produktivitas pada tahap pembesaran 15-
70% lebih tinggi daripada benih-benih strain lain.
Proporsi daging relatif tinggi.
Porsi keuntungan usaha pada tahap pembesaran 200-900% lebih tinggi
daripada benih-benih strain lain.
41
Teknologi budidaya ikan lele di UK-BAT Wonocatur secara garis
besar terdiri dari teknologi pemeliharaan induk, pemijahan (alami dan
buatan), pemeliharaan larva, pendederan dan pembesaran. Teknologi
pemeliharaan induk merupakan teknik penanganan induk-induk yang akan
digunakan dalam proses pemijahan dan terutama berkaitan dengan
proses pematangan gonad induk. Teknologi pemijahan merupakan teknik
untuk memilih dan memijahkan induk-induk hingga menghasilkan larva,
baik melalui proses pemijahan alami maupun buatan. Teknologi
pemeliharaan larva atau pembenihan merupakan teknik pemeliharaan
larva hingga menjadi benih yang siap untuk dipelihara kembali pada tahap
pendederan, umumnya dilakukan hingga benih berumur sekitar 16-20
hari, berukuran 1-2 cm, 2-3 cm dan 3-4 cm. Tahap pembenihan pada ikan
lele Afrika kadang disebut juga sebagai tahap pendederan pertama.
Teknologi pendederan merupakan teknik pemeliharaan benih hasil
pembenihan hingga menjadi benih yang siap untuk dipelihara lebih lanjut
pada tahap pembesaran, umumnya dilakukan selama 4 minggu atau 1
bulan, hingga dominan menjadi benih berukuran 5-7 cm dan 7-9 cm.
Tahap pendederan pada ikan lele Afrika kadang juga disebut sebagai
tahap pendederan kedua. Teknologi pembesaran merupakan teknik
pemeliharaan benih hasil pendederan hingga mencapai ukuran konsumsi,
umumnya hingga mencapai ukuran 100-150 gram atau hingga menjadi
calon induk.
a. Pemeliharaan induk
Induk-induk ikan lele MUTIARA dapat dipelihara dalam kolam
berdasar tanah, dan beton. Dasar kolam yang datar tersebut
dimaksudkan untuk memudahkan dalam proses pemilihan induk yang
akan dipijahkan.
Bak pemeliharaan induk berukuran 15 m2 dengan tinggi bak 1
meter, diisi air dengan ketinggian 50 cm dan memiliki volume air
42
dengan jumlah 7.500 liter. Sedangkan kolam untuk pembesaran ikan
Lele Mutiara berkapasitas volume 80.000 liter.
Pemeliharaan induk jantan dan betina ikan lele MUTIARA
dilakukan dalam kolam/bak yang terpisah. Tetapi, dalam kelompok
induk betina disertakan beberapa ekor (sekitar 5-10%) induk jantan.
.Pakan yang diberikan pada induk ikan lele MUTIARA berupa pakan bentuk
pelet terapung yang dikhususkan untuk induk, berkadar protein minimum 35%
(misalnya Vitality BS 990, PT Cargill Indonesia atau PRIMA FEED PF-128, PT
Matahari Sakti), sebanyak 1-2% biomassa/hari, diberikan 1-2 kali sehari, dan
jika perlu diperkaya dengan suplemen, terutama sumber-sumber protein
tambahan (misalnya daging ikan, keong emas, telur dan lain-lain) dan vitamin.
Pakan yang berkualitas tinggi tersebut sangat penting bagi proses pematangan
gonad induk untuk mendukung efektivitas induk yang digunakan (dipijahkan)
berulang-ulang.
43
Air media pemeliharaan induk ikan lele MUTIARA menggunakan
air yang berasal dari sungai atau irigasi. Air dalam kolam/bak
pemeliharaan induk tersebut bukan berupa air yang baru, tetapi
merupakan air lama yang kaya dengan partikel-partikel bioflok,
berwarna kehijauan atau kecokelatan. Pengaliran air baru hanya
dilakukan dalam debit yang kecil. Suhu air media pemeliharaan dijaga
agar stabil tidak lebih rendah dari 25oC.
b. Pemijahan
44
depan hingga belakang) tampak terisi semua, sehingga tampak lebih
ramping. Untuk lebih memastikan ketepatan pemilihan induk betina
yang siap pijah dilakukan pengambilan sedikit sampel (contoh) oosit
intraovarian dengan menggunakan slang kateter (kanula)
berdiameter 2,5-3 mm yang dimasukkan ke dalam lubang papila
genitalia dan disedot. Sampel oosit induk betina ikan lele MUTIARA
yang siap pijah berwarna hijau-kekuningan atau kuning-kecokelatan
secara seragam, permukaannya tampak mengkilap dan berukuran
relatif seragam (lebih dari 80% diameter oositnya lebih besar dari 1,2
mm), oosit-oosit saling berlekatan, tetapi relatif mudah dipisah-
pisahkan dan tidak banyak mengandung cairan. Seperti halnya
strainstrain yang lain, induk jantan ikan lele MUTIARA yang akan
dipijahkan dipilih berdasarkan ciri-ciri eksternalnya, yakni dipilih yang
papila genitalianya berukuran besar dan panjang serta berwarna
kemerahan-keunguan.
2) Penyuntikan Hormon
Penyuntikan hormon dimaksudkan untuk memaksimalkan
pematangan gonad (menginduksi terjadinya proses pematangan
gonad tahap akhir dan ovulasi atau spermiasi) dan menginduksi
proses sinkronisasi pematangan sel gamet induk-induk yang akan
dipijahkan. Pada induk betina, penyuntikan hormon berguna untuk
menyeragamkan kematangan oosit (sel telur) yang pada awalnya
45
ada sebagian yang tingkat kematangannya masih belum maksimal
agar seluruh oosit dapat matang secara serentak (sinkronisasi),
sehingga dapat terovulasi seluruhnya, sedangkan pada induk jantan
berguna untuk meningkatkan volume cairan sperma.
Waktu penyuntikan hormon dilakukan dengan
mempertimbangkan rencana waktu pemijahan atau rencana waktu
pengambilan (koleksi) sel-sel gamet dikaitkan dengan suhu air. Pada
kondisi di UK-BAT Wonocatur dengan suhu air berkisar 27-30oC
dilakukan 8-10 jam sebelum perkiraan waktu terjadinya pemijahan
alami atau waktu pengambilan sperma dan oosit. Penyuntikan
hormon pada pemijahan alami dilakukan pada siang menjelang sore
hari. Hal yang perlu diperhatikan pada proses penyuntikan hormon
adalah dosis hormon, terutama untuk proses pemijahan di luar
musim pemijahan. Jumlah hormon yang diberikan ditentukan
berdasarkan bobot induk-induk yang akan dipijahkan (persatuan
bobot induk). Hormon komersial yang mudah diperoleh dan terbukti
efektif digunakan adalah ovaprim dengan dosis penyuntikan ovaprim
untuk induk betina ikan lele MUTIARA adalah 0,2 mL/kg bobot induk
dan induk jantan 0,1 mL/kg bobot induk. Sebagai pengencer hormon
dapat digunakan akuabides, akuades atau larutan NaCl fisiologis
(larutan infus intravena) sekitar ½-1 bagian volume ovaprim yang
digunakan.
Penyuntikan hormon menggunakan syringe (berkapasitas
kecil, 2-3 mL) dilakukan secara intramuskular pada daging bagian
punggung di salah satu sisi sebelah pangkal sirip punggung. Induk-
induk yang akan disuntik terlebih dahulu ditutup bagian kepalanya
(bagian matanya) dengan kain handuk basah agar tenang (tidak
berontak).
Penyuntikan dilakukan secara hati-hati dan perlahan agar
hormon yang telah disuntikkan tidak ada yang (merembes) keluar..
46
Gambar 13 Penyuntikan hormon.
3) Pemijahan Alami
Induk-induk ikan lele MUTIARA matang gonad yang terpilih
dapat langsung dipijahkan secara alami ataupun terlebih dahulu
diinduksi melalui penyuntikan hormon. Jika dilakukan induksi secara
hormonal, maka penyuntikan hormon dilakukan pada siang
menjelang sore hari (sekitar pukul 15.00 WIB). Pemijahan alami
dilakukan dengan memasukkan pasangan induk terpilih ke dalam
kolam/bak pemijahan yang berisi air baru yang bersih setinggi 30-50
cm dan telah dilengkapi dengan kakaban atau lembaran hapa (warna
hijau) sebagai media penempelen telur. Pasangan induk akan
memijah pada malam hari, umumnya sekitar pukul 21.00-24.00 WIB
pada pasangan induk yang diinduksi secara hormonal, atau pada
dini hari untuk pasangan induk yang tidak diinduksi secara hormonal.
Induk-induk yang telah memijah segera dipindahkan ke kolam/bak
khusus pemeliharaan induk pasca pemijahan (resting).
Kakaban atau lembaran hapa yang telah berisi telur dapat
dipindahkan ke kolam/bak penetasan atau tetap dibiarkan dalam
kolam/bak pemijahan tersebut hingga menetas. Air media penetasan
47
harus bersih. Setelah larva menetas, kakaban diangkat (dipindah)
dari kolam/bak penetasan.
48
induk betina yang telah dipijahkan dalam wadah penampungan
(berukuran kecil) yang terlalu lama ataupun pengembalian ke dalam
kolam pemeliharaan asalnya (bersama dengan induk-induk lain)
dapat meningkatkan resiko kematian. Induk-induk betina ikan lele
MUTIARA dapat dikembalikan ke kolam/bak pemeliharaan asalnya
ketika kondisi kesehatannya telah pulih kembali, setidaknya setelah
selama seminggu dalam kolam/bak resting.
Periode waktu sejak fertilisasi hingga sekitar 8-10 jam
merupakan periode kritis bagi perkembangan telur ikan lele
MUTIARA. Oleh karena itu, selama periode waktu tersebut telur-telur
tidak boleh diganggu dan kualitas air harus dimonitor secara berkala.
Suhu air penetasan dijaga tidak lebih rendah dari 25 oC. Fluktuasi
suhu air secara drastis (tiba-tiba dan ekstrim) harus dihindari. Proses
penetasan telur ikan lele MUTIARA dilakukan dalam media air yang
mengalir atau mengalami proses pergantian atau menggunakan
fasilitas aerasi untuk memberikan suplai gas oksigen terlarut yang
cukup bagi perkembangan telur/embrio.
Idealnya, kadar gas oksigen terlarut selama proses penetasan
dijaga tidak kurang dari 5 mg/L. Penetasan telur ikan lele MUTIARA
dalam air yang tidak mengalir dan tidak terjadi pergantian air
(stagnan) menghasilkan daya tetas yang rendah, bahkan tak jarang
telur-telur mati dan tidak dapat menetas. Oleh karena itu, pada
proses penetasan dalam air yang tidak mengalir perlu dilakukan
penggantian air (bersuhu sama) dan menggunakan padat tebar telur
yang rendah, yakni sekitar 100-150 butir telur/liter (sekitar 0,1-0,2 g
telur/liter).
Pengecekan perkembangan telur ikan lele MUTIARA perlu
dilakukan secara berkala untuk mengetahui perkembangan
keberhasilan penetasan. Telur-telur yang fertil dan berkembang
secara sempurna tetap tampak jernih dengan bagian kuning telur
49
tampak berwarna hijau-kecokelatan dengan sedikit bintik berwarna
kemerahan hingga 7-9 jam setelah fertilisasi, sedangkan telur-telur
yang mati berwarna putih susu (keruh).
Larva-larva ikan lele MUTIARA mulai menetas sekitar 18 jam
setelah fertilisasi pada suhu 28-29oC. Larva-larva yang menetas
perlu dipisahkan dari telur-telur yang tidak menetas, karena telur-
telur yang tidak menetas dan mengalami pembusukan dapat
meracuni dan mematikan larva. Pemisahan tersebut dilakukan
dengan memindahkan kakaban atau tray penetasan dari bak
penetasan segera setelah sebagian besar telur telah menetas. Hal
tersebut juga dimaksudkan untuk memisahkan larva-larva yang
menetas normal dari yang abnormal, karena penetasan larva yang
abnormal umumnya terjadi belakangan. Larva-larva yang abnormal
tersebut merupakan larva yang berkualitas rendah, umumnya akan
mengalami kematian selama periode 3-8 hari (umumnya hingga
kantung kuning telurnya habis terserap atau tidak dapat
memanfaatkan pakan) atau kalaupun dapat bertahan hidup
umumnya berbentuk cacat. Larva-larva yang abnormal tersebut
sebaiknya tidak dipelihara.
Larva-larva ikan lele MUTIARA yang baru menetas memiliki
organ penempel pada bagian dasar perut pada kantung kuning
telurnya, sehingga larva bersifat menempel pada substrat atau saling
menempel (berlekatan) dengan larva-larva yang lain sehingga
mengumpul. Adanya organ penempel tersebut menyebabkan larva
ikan lele MUTIARA yang baru menetas tetap berada (menempel) di
dasar bak penetasan karena tidak dapat berenang, kecuali jika
terpaksa karena terganggu oleh gangguan fisik. Larva yang baru
menetas tersebut bersifat fototaksis negatif (menghindari cahaya),
sehingga umumnya larva-larva ikan lele MUTIARA yang baru
menetas berkumpul pada daerah-daerah yang gelap pada dasar bak
50
penetasan, terutama pada bagian pojok-pojok bak penetasan. Organ
penempel pada larva ikan lele MUTIARA tersebut akan hilang
setelah larva berumur 2 hari dan barulah larva dapat berenang.
Waktu tersebut bersamaan dengan telah hampir habis terserapnya
kantung kuning telur dan larva mulai memerlukan pakan dari luar.
Oleh karena itu, larva ikan lele MUTIARA hasil penetasan tetap
dibiarkan dalam bak penetasan selama 2 hari. Larva-larva yang mati
ataupun sisa-sisa telur-telur yang tidak menetas dan mengalami
pembusukan serta berjamur perlu dibuang dari bak penetasan
dengan penyifonan yang dilakukan secara hati-hati.
c. Pemeliharaan larva
Pemindahan atau pemanenan larva ikan lele MUTIARA dari bak
penetasan untuk dipelihara dalam wadah pemeliharaan larva dilakukan
ketika larva berumur 2 hari (setelah kantung kuning telur hampir habis
terserap), ketika larva-larva telah berenang bebas dan menyebar.
Pemanenan dilakukan dengan menggunakan seser yang halus
sehingga masih menyisakan (mengikutsertakan) sedikit air selama
proses pemindahan tersebut. Wadah pemeliharaan larva ikan lele
MUTIARA berupa akuarium, bak beton, fiberglas, terpal atau plastik,
dengan kedalaman 10-20 cm. Padat tebar optimum yang digunakan
sebanyak 30 ekor larva/liter atau sekitar 6.000 ekor larva/m2, dengan
dilengkapi fasilitas penambah kadar oksigen terlarut menggunakan
aerasi. Padat tebar yang lebih rendah ataupun lebih tinggi juga dapat
digunakan, tergantung ketersediaan oksigen terlarut.
Sejak awal pemberian pakan hingga hari ke-3 larva ikan lele
MUTIARA diberi pakan berupa Daphnia sp. diberikan secara utuh
hingga umur 15 hari (sekitar 2 minggu). Sejak hari ke-5 (umur 1
minggu) larva ikan lele MUTIARA mulai perlu diberi sedikit pakan
buatan berbentuk tepung/halus berkadar protein 40% (misalnya HI-
51
PRO-VITE PS-P, PT Central Panganpertiwi atau FENG LI 0, PT
Matahari Sakti) yang secara bertahap diganti dengan pelet berbentuk
remah (crumble) berkadar protein 40% (misalnya BINTANG 581 dan
582, PT Central Proteinaprima) hingga pemanenan. Dengan demikian,
sejak umur 15 hari (sekitar 2 minggu) larva ikan lele MUTIARA telah
memakan pakan buatan secara penuh, tidak lagi diberi Dhapnia.
Pakan-pakan tersebut diberikan lima kali sehari, pada pagi,
menjelang siang, setelah siang, sore dan malam hari (dengan selang
waktu sekitar 4 jam), diberikan secara ad libitum atau sekitar 20%
biomassa/hari. Porsi pakan diberikan lebih banyak pada sore-malam
hari, karena larva bersifat lebih aktif pada malam hari atau pada saat
gelap. Penggunaan air media pemeliharaan yang tidak jernih
menghasilkan sintasan yang lebih tinggi. Lama pemeliharaan larva ikan
lele MUTIARA sekitar 15-20 hari, tergantung sistem dan wadah
pemeliharaan yang digunakan.
Selama tahap pemeliharaan larva, keseragaman ukuran larva
harus diperhatikan, karena larva ikan lele MUTIARA sebagaimana larva
strain-strain yang lain bersifat kanibal. Kanibalisme tersebut bahkan
dapat terjadi sejak tahap awal larva mulai makan (umur 2 hari).
Kegiatan pemisahan larva-larva yang berukuran besar tersebut
dilakukan bersamaan dengan proses penyifonan dan penggantian air.
Selama pemeliharaan larva dilakukan pengelolaan kualitas air melalui
penyifonan sisa-sisa pakan dan kotoran maupun penggantian air, jika
diperlukan. Namun demikian, sejak larva berumur sekitar 1 minggu
tidak dilakukan penggantian air secara total, cukup dilakukan
penambahan air untuk mengembalikan air ke ketinggian semula setelah
berkurang akibat penyifonan. Kalaupun dilakukan penggantian air
hanya dilakukan sebagian.
Tahap pemeliharaan larva diakhiri ketika larva telah menjadi
benih. Umumnya, tahap larva ikan lele MUTIARA berakhir pada saat
52
berumur sekitar 16-20 hari, ketika berukuran panjang sekitar 2 cm.
Pada saat pemanenan, benih di-grading dalam kelompok ukuran 1-2
cm, 2-3 cm dan 3-4 cm. Benih-benih yang berukuran di luar kelompok-
kelompok ukuran tersebut jumlahnya hanya sedikit, sehingga tidak
digunakan dalam tahap pemeliharaan (tahap pendederan) lebih lanjut.
d. Pendederan
Benih-benih ikan lele MUTIARA hasil tahap pemeliharaan larva
selanjutnya dipelihara dalam kolam/bak secara outdoor atau semi-
outdoor (tahap pendederan) hingga mencapai ukuran yang siap untuk
dibesarkan. Pendederan benih ikan lele MUTIARA dapat dilakukan
dalam kolam/bak beton (semen), fiberglas, plastik ataupun terpal
dengan air yang tidak jernih, tetapi berwarna hijau (pendederan sistem
air hijau). Kolam/bak pendederan yang berukuran kecil lebih mudah
pengelolaannya daripada yang berukuran besar, terutama berkaitan
dengan faktor predasi dan kemudahan akses pakan yang pada
akhirnya berpengaruh terhadap sintasan, pertumbuhan maupun tingkat
keseragaman ukuran benih yang dihasilkan. Kedalaman air kolam/bak
pendederan sekitar 30-50 cm. Penebaran benih dilakukan setelah
kolam/bak dipastikan bebas dari predator.
53
Gambar 17 Pendederan benih.
54
Padat tebar pendederan benih ikan lele MUTIARA yang
digunakan sebesar 300-3.000 ekor/m2, tergantung sistem pendederan
yang digunakan. Pendederan pada kolam tanah menggunakan padat
tebar yang rendah, berkisar 300-500 ekor/m2. Hal tersebut dilakukan
untuk menjaga agar kualitas air selama tahap pendederan tetap
terjaga, sehingga tidak perlu dilakukan penggantian air, karena
penggantian air dalam kolam tanah (yang berisi benih-benih yang
masih berukuran kecil) secara teknis relatif sulit dilakukan akibat
adanya lumpur. Pendederan dalam kolam/bak beton, plastik, terpal
atau fiberglas menggunakan padat tebar yang lebih tinggi, berkisar 500-
1.000 ekor m2. Melalui penggunaan padat tebar yang lebih tinggi
tersebut kualitas air media pendederan dapat memburuk, tetapi hal
tersebut secara teknis dapat ditangani dengan cepat dan mudah
melalui penyifonan dan penggantian air. Pendederan dengan sistem
bioflok yang dilengkapi fasilitas aerasi dapat menggunakan padat tebar
yang tinggi, berkisar 1.000-3.000 ekor/ m2.
Benih ikan lele MUTIARA ditebar ketika air dalam kolam/bak
pendederan telah didiamkan setidaknya selama 1 hari. Penebaran
benih dilakukan pada pagi atau sore hari, ketika suhu tidak terlalu
tinggi. Penebaran benih-benih yang berasal dari daerah yang berbeda
kondisi iklimnya atau untuk transportasi jarak jauh perlu dilakukan
aklimatisasi suhu air.
Sesaat setelah penebaran, benih ikan lele MUTIARA perlu diberi
pakan. Pakan yang digunakan harus pakan khusus untuk benih yang
berkualitas tinggi, tidak boleh menggunakan pakan yang berkualitas
rendah, karena akan menyebabkan benih lambat tumbuh dan mudah
sakit/lemah, limbahnya juga akan cepat mencemari dan memperburuk
kondisi air pemeliharaan, sehingga meracuni benih. Jenis dan ukuran
pakan harus disesuaikan dengan ukuran bukaan mulut benih. Pakan
yang diberikan berupa pakan komersial berbentuk remah dengan kadar
55
protein 40% pada minggu II dan III, selanjutnya diganti dengan pelet
apung berkadar protein 30% pada minggu IV. Pakan diberikan 4 kali
sehari (pagi, siang, sore dan malam hari) selama sekitar 10-15 hari
awal masa pendederan, selanjutnya diberikan 3 kali sehari (pagi, siang
dan sore hari). Pakan diberikan secara ad libitum dan secara tepat,
tidak terlalu kurang dan tidak berlebihan. Untuk mencegah
bertambahnya penumpukan limbah sisa pakan akibat kelebihan pakan,
sejak sekitar 10-15 hari awal masa pendederan digunakan pakan jenis
pelet apung, karena lebih mudah dikontrol.
Kondisi kualitas air selama masa pendederan harus dijaga agar
selalu dalam kondisi yang bagus, karena keberhasilan pendederan
benih ikan lele MUTIARA sangat tergantung pada kestabilan kondisi
kualitas air media pendederan. Kestabilan kondisi kualitas air media
pendederan tersebut dipertahankan dengan cara menerapkan
manajemen pemberian pakan secara tepat. Kualitas air media
pendederan benih ikan lele MUTIARA harus dimonitor secara terus-
menerus dengan memperhatikan kondisi fisik air dan kondisi fisik serta
tingkah laku benih yang dipelihara. Kondisi air harus dipertahankan
agar warnanya selalu tampak “segar”, ditandai dengan warna air yang
awalnya tampak berwarna cokelat-bening, menjadi cokelat-kehijauan,
hijaukecokelatan, hijau muda sampai hijau tua untuk pendederan
sistem air hijau. Air media pendederan yang berkualitas bagus ditandai
dengan terlihat adanya butiran-butiran partikel halus berwarna hijau
(untuk pendederan sistem air hijau).
Pada pendederan sistem air hijau, kondisi kualitas air yang buruk
ditandai dengan terjadinya perubahan warna air dari hijau “segar”
menjadi berwarna hijau pucat, seluruh bagian air berwarna hijau-
keputihan secara merata, tidak terlihat butiran-butiran partikel yang
melayang-layang dan pada bagian permukaan air tidak ada lapisan
yang berwarna bening. Selain itu, indikasi buruknya kondisi kualitas air
56
juga ditandai dengan tingkah laku benih yang beberapa diantaranya
telah mulai tampak “malas-malasan”, seringkali diam “menggantung”
pada permukaan air terutama di daerah pojok-pojok kolam/bak atau
ditandai juga dengan adanya beberapa benih yang perutnya
“kembung”. Namun demikian, perubahan kondisi kualitas air juga dapat
dipengaruhi/ditentukan oleh perubahan kondisi cuaca yang ekstrim.
Jika kondisi kualitas air telah buruk, maka perlu segera dilakukan
penggantian air sebagian ataupun penggantian air total.
Penggantian air sebagian atau “pengenceran” air dilakukan jika
kondisi kualitas air belum terlalu buruk, belum sampai ditandai dengan
adanya banyak benih yang mati, hanya sebatas ditandai dengan
adanya benih-benih yang “menggantung” dan mulai terciumnya bau
yang sedikit tidak sedap. Umumnya hal tersebut mulai terjadi setelah 2
minggu masa pendederan, ketika sebagian besar benih ikan lele
MUTIARA telah mencapai ukuran 5-7 cm. Penggantian air sebagian
dapat langsung dilakukan dengan penambahan (pengaliran) air baru
sehingga air dasar terbuang dengan sendirinya melalui saluran
pembuangan (outlet) atau dengan cara membuang sebagian air bagian
dasar yang banyak mengandung limbah melalui penyifonan terlebih
dahulu, kemudian dilakukan penambahan air baru hingga mencapai
ketinggian (volume) air awal.
Penggantian air secara total dilakukan jika kondisi kualitas air
media pendederan telah benar-benar buruk, ditandai dengan telah
adanya banyak benih ikan lele MUTIARA yang mati dan terciumnya
bau air yang tidak sedap. Penggantian air total dilakukan dengan cara
membuang seluruh air media pendederan secara cepat, membuang
kotoran dan limbah serta bangkai-bangkai benih. Pembuangan air
media pendederan secara total tersebut dilakukan secara hati-hati
dengan cara segera menambahkan (mengalirkan) air yang baru
menjelang hampir habisnya air media pendederan lama yang dibuang
57
melalui saluran outlet agar benih tidak sampai kekeringan sehingga
kondisi benih tidak bertambah lemah dan air media pendederan yang
lama terbuang seluruhnya. Air media pendederan yang baru sebagai
pengganti air media pendederan yang lama dapat diambil dari sebagain
volume kolam/bak pendederan lain yang kualitas airnya masih bagus,
yang kemudian ditambah dengan air baru yang berasal dari sungai atau
irigasi yang tidak banyak mengandung partikel lumpur. Perlu dilakukan
pemberian larutan garam krosok dengan dosis 1-2 kg/m3 volume air
media pendederan yang baru.
Setelah sekitar 2 minggu dalam masa pendederan perlu dilakukan
grading untuk kembali menyeragamkan ukuran benih, sehingga
mengurangi kanibalisme. Benih-benih yang berukuran lebih besar dan
lebih kecil dipisahkan dari kelompok benih yang berukuran dominan.
Agar benih-benih ikan lele MUTIARA tetap sehat dan tidak mengalami
stress, proses grading benih dilakukan dalam kolam/bak penampungan
dengan volume air yang tinggi dan dengan kondisi kualitas air yang mirip
dengan air media kolam/bak pendederan asalnya. Penampungan benih
yang akan di-grading dilakukan dalam hapa yang permukaannya halus
(misalnya hapa yang berwarna hijau). Penggunaan waring yang ukuran
mata waringnya besar dan permukaannya kasar (misalnya waring yang
berwarna hitam) harus dihindari, karena dapat menyebabkan luka,
terutama pada bagian moncong, yang pada akhirnya dapat
meningkatkan resiko terjadinya infeksi penyakit.
Tahap pendederan merupakan tahapan budidaya yang paling
rentan terhadap serangan penyakit. Perubahan cuaca yang ekstrim dan
kondisi kualitas air yang buruk menyebabkan beberapa benih ikan lele
MUTIARA menjadi stress dan kondisinya lemah, sehingga rentan
terhadap serangan penyakit yang diakibatkan oleh parasit maupun
bakteri. Serangan penyakit parasiter umumnya hanya menyebabkan
kematian benih secara perlahan dan dalam jumlah yang sedikit,
58
sedangkan serangan penyakit bakterial umumnya bersifat “ganas”, jika
tidak segera dilakukan penanganan dapat menyebabkan kematian benih
dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat.
Parasit yang umum menyerang benih ikan lele MUTIARA adalah
Trichodina sp., Dactylogyrus sp. dan Gyrodactylus sp. Secara umum,
serangan penyakit parasiter ditandai dengan tingkah laku benih yang
“malas-malasan”, berdiam diri “menggantung” di pinggir-pinggir atau
pojok-pojok kolam/bak, warnanya menjadi gelap, dengan tubuh yang
kurus akibat respon pakannya rendah (malas makan) dan sungut-
sungutnya putus menjadi pendek. Munculnya serangan parasit tersebut
mengindikasikan bahwa kualitas air media pendederan dalam kondisi
yang buruk, sehingga perlu ditangani dengan segera. Serangan parasit
tersebut dapat menyebabkan kematian secara perlahan pada sebagian
kecil benih ikan lele MUTIARA.
Penyakit parasiter tersebut dapat ditangani dengan memberikan
larutan garam krosok dengan dosis 2-4 kg/m3 volume air media
pendederan selama 2-3 hari berturut-turut atau dilakukan dengan
penggantian air sebagian. Penggantian sebagian air media pendederan
untuk menangani serangan penyakit parasiter tersebut umumnya
dilakukan dengan membuang sebagian air media pemeliharaan lama
dan menggantinya dengan air yang memiliki tingkat kepekatan partikel
bioflok (air hijau atau air cokelat) lebih pekat.
Kondisi air media pendederan benih ikan lele MUTIARA yang
kurang tepat dapat memicu terjadinya serangan penyakit bakterial.
Bakteri yang umum menyerang benih ikan lele MUTIARA adalah
Aeromonas hydrophila dan Flavobacterium collumnare (sinonim
Flexibacter collumnaris). Pada umumnya serangan bakteri
Flavobacterium collumnare terjadi pada awal-awal masa pendederan,
terjadi ketika tingkat kepekatan air media pendederan masih rendah dan
59
adanya faktor lain (misalnya gangguan cuaca ekstrim, stress atau infeksi
parasit) yang menyebabkan kondisi benih menjadi lemah.
Sebaliknya, serangan bakteri Aeromonas hydrophila umumnya terjadi
menjelang akhir masa pendederan, ketika kualitas air media pendederan
telah buruk akibat tingginya limbah, ditambah lagi dengan adanya faktor
lain yang menyebabkan kondisi benih menjadi lemah. Penyakit akibat
serangan bakteri Aeromonas hydrophila umumnya ditandai dengan
adanya luka yang tampak mengalami pendarahan secara internal
sehingga tampak berwarna kemerahan, sedangkan serangan bakteri
Flavobacterium collumnare ditandai dengan adanya luka berwarna putih
yang akhirnya mengalami pembusukan pada bagian moncong (penyakit
“moncong putih”) dan ekor benih. Penyakit “moncong putih” seperti
halnya penyakit parasiter dapat ditangani dengan memberikan larutan
garam krosok dengan dosis 2-4 kg/m3 volume air media pendederan
selama 2-3 hari berturut-turut.
Sedangkan, penyakit akibat serangan bakteri Aeromonas
hydrophila tidak dapat ditangani dengan penggunaan larutan garam
krosok. Namun demikian, penyakit akibat serangan bakteri Aeromonas
hydrophila dapat ditangani dengan segera memperbaiki kualitas air
media pendederan dengan cara mengganti air media pemeliharaan lama
dengan air media pemeliharaan dari kolam/bak yang kondisi kualitas
airnya bagus, segera memisahkan benih-benih yang sakit ke wadah lain
dengan kondisi kualitas air yang bagus, menaikkan ketinggian air media
pemeliharaan agar suhunya lebih stabil, mengurangi kepadatan benih
dan membatasi pemberian pakan agar kualitas air tetap terjaga atau
menggunakan antibiotik yang teregistrasi.
Tahap pendederan benih ikan lele MUTIARA diakhiri ketika telah
secara dominan benih mencapai ukuran panjang sekitar 5-9 cm,
umumnya tercapai dalam waktu 30-40 hari masa pendederan. Pada saat
pemanenan dilakukan grading benih ke dalam kelompok ukuran 5-7 cm
60
dan 7-9 cm. Normalnya, proporsi kedua kelompok ukuran benih ikan lele
MUTIARA hasil pendederan tersebut berkisar 80-90%. Benih-benih yang
berukuran di luar kelompok kelompok ukuran tersebut jumlahnya hanya
sedikit, sehingga tidak digunakan dalam tahap pemeliharaan (tahap
pembesaran) lebih lanjut.
61
Langkah Kerja dalam mengkultur semi massal Daphnia sp. dimulai
dengan menguras bak fiber/wadah kultur. Membersihkan bak fiber
menggunakan sabun dan spon. Membilas bak fiber menggunakan air
mengalir sampai bersih. Mengisi bak fiber menggunakan air sumur yang
telah diberi filter bak. Menambahkan klorin 100 ml keaalam bak fiber ( 100 L),
1 ml klorin untuk 1 liter air. Biarkan selama 24 jam. Bak fiber yang telah di
sterilisasi dan diisi air. Ditambahkan Na thio sulfat sebanyak 100 ml, biarkan
selama 4 jam. Selanjutnya menimbang pupuk KCl 20 gr, NPK 10 gr, ZA 80
gr, Kapur 1 gr, dan Urea : 10 g. Masukkan pupuk tersebut ke dalam bak
fiber yang telah berisi air. Jika menggunakan pupuk organik timbang pupuk
tersebut dengan dosis 1 gram/L (1kg/m3). Masukkan dalam plastik ikat dan
dilubangi. Tunggu 2 – 3 hari sampai warna air menjadi coklat muda.
Tebarkan bibit Daphnia ke dalam adah tersebut. Kepadatan populasi 50 –
100 individu/l atau 2-3 g/m3. Panen secara parsial/sebagian setelah
pemanenan berikan pupuk ulang agar tumbuh lagi, demikian seterusnya.
62
penyakit yang menyerang dari semua titik sampel petani ikan di seluruh
Daerah Istimewa Yogyakarta sehingga dapat dibuat peta sebaran penyakit di
wilayah DIY. Dengan terindentifikasinya hama dan penyakit ikan akan
memudahkan untuk menentukan kapan waktu terjadinya serangan hama dan
penyakit, serta dapat dilakukan langkah preventif dan kuratif untuk
menanggulangi hama dan penyakit yang menyerang. Peta serangan hama
dan penyakit ikan dapat dilihat pada lampiran 3.
63
lingkungan dari pencemaran bahan kematerapeutik, serta keamanan
konsumen dari residu antibiotik.
Syarat ikan yang divaksinasi adalah ikan yang telah berumur lebih dari
3 minggu, tidak sedang sakit, dan suhu air stabil.
Teknik media pakan cocok digunakan untuk ikan yang sudah dipelihara
di dalam kolam. Vaksin diencerkan terlebih dahuu dengan air yang bersih
(tambahkan booster), kemudian dimasukkan ke dalam alat semprot.
Semprotkan larutan vaksin ke dalam pakan secara merata, keringkan, dan
selanjutnya segera diberikan kepada ikan. Dosis yang diberikan adalah 2-3
ml per kg pakn ikan. Pemberian vaksin melalui pakan sebaiknya selama 5 –
7 hari berturut-turut.
64
6. Hasil observasi ke Unit Kerja di bawah UPTD BPTPB Cangkringan
1) Perawatan Induk
Induk berumur 1 tahun lebih dengan rasio jantan, dan betina 1 : 1.
Pemberian pakan dengan protein 30 – 35 % tiga kali sehari dengan
porsi sekenyangnya. Penambahan suplemen madu, kuning telur,
vitamin E, dan minyak cumi.
2) Pemijahan
Pemijahan dengan system koloni pada kolam bulat diameter 10 m dan
kedalaman 3 m. Induk bandeng memijah secara alami pada bulan-
bulan gelap.
3) Penanganan Telur dan Penetasan
Telur bandeng yang baik akan mengambang di permukaan air. Telur
diambil dengan cara mengalirkan air sehingga telur-telur bandeng ikut
aliran air keluar menuju bak bulat penampungan dan telur- telur
bandeng tersebut ditampung menggunakan jaring halus / plankton
net. Telur-telur bandeng yang sudah ditampung, kemudian ditetaskan
di Hatchery pada bak khusus penetasan yang dilengkapi aerator.
4) Kultur Pakan Alami
Adapun pakan alami yang dikultur secara massal dan digunakan
untuk pakan larva bandeng adalah Chlorella, Spirulinna, Rotifera.
5) Perawatan Larva
Larva bandeng transparan dan pemberian pakan alami setelah
cadangan kuning telur habis. Pemberian pakan alami ke larva
bandeng berupa chlorella, spirulinna, dan rotifer. Sedangkan pakan
buatan untuk larva bandeng menggunakan D O. Panen larva pada
hari ke 18 – 21.
65
6) Pendederan dan Pembesaran
Benih didederkan pada kolam massal yang lebih besar. Aerasi tetap
diberikan untuk suplai oksigen. Pakan diberikan 2 kali sehari dengan
bobot 3 % dari biomassa larva bandeng tersebut. Pada pembesaran
ikan bandeng, luas petakan yang digunakan 2.000 m2 dengan padat
tebar 5 ekor/m2, sehingga jumlah gelondongan yang tebar sebanyak
10.000 ekor. Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmad dan Yakob
(1998), bahwa luas petakan sebaiknya tidak lebih dari 0,5 ha dan
berbentuk empat persegi panjang atau bujur sangkar. Bentuk empat
persegi panjang merupakan bentuk ideal karena memudahkan pada
saat menggerakkan alat panen (Idel dan Wibowo, 1996). Petak
pembesaran ini fungsinya hampir sama dengan fungsi petak
penggelondongan dan menurut Hadie dan Supriatna (2000), petak
pembesaran merupakan tempat terakhir pemeliharaan ikan untuk
menjadi ukuran konsumsi. Pakan yang diberikan pakan untuk nener di
petak pembesaran ini pakannya berupa pakan buatan sama seperti
pakan yang digunakan pada nener di petak penggelondongan.
7) Pemanenan
Pemanenan bandeng sesuai permintaan pasar/konsumen yaitu panen
benih segala macam ukuran, dan panen ikan bandeng ukuran
konsumsi.
66
penebarab dua P2 akan tetapi lambat pada waktu larva sampai
penebaran P1.
Ikan yang dipersiapkan sebagai induk diperlakukan secara khusus
dengan memberikan makanan dengan kandungan protei 30 sd 35 %.
Indukan yang siap dipijahkan yakni induk jantan berusia 1tahun dan induk
betina satu setengah tahun. Induk jantan ditandai operculum kalau diraba
terasa kasar
Ikan tawes termasuk ikan yang agak sulit dipijahkan secara alami
akan tetapi dengan menggunakan teknik pemijahan Cangkringan tingkat
keberhasilannya relative tinggi. Sistem cangkringan adalah cara
pemijahan dengan menggunakan ikan mas yang dipijahkan bersamaan di
dalam 1 (satu) bak dengan induk ikan Tawes. Cara tersebut digunakan
untuk merangsang berpijahnya induk-induk ikan lain yang sulit dipijahkan
walaupun telah matang gonad. Induk ikan mas akan memijah terlebih
dahulu yang letak hapanya didepan . Beberapa saat kemudian ikan tawes
yang letak hapanya dibelakang akan terangsang untuk berpijah. Tawes
akan memijah pada waktu sore hari, telur akan keluar pada happa yang
tidak dilengkapi kakaban karena sifat telur tawes akan melayang-layang.
Untuk pemijahan rasio jantan dan berina adalah 1 : 2
67
Fekunditas Ikan Tawes 1 Kg induk mampu bertelur 1 juta butir.
Sifat telur tawes melayang dan tidak menempel sehingga perlu aerasi
yang tinggi agar tidak mengumpul. Hapa yang digunakan berukuran
sangat lembut karena ukuran telur tawes sangat kecil. Setelah 12 jam telur
menetas, larva sangat lembut dan transparan. Larva perlu penanganan
khusus karena sangat kecil transparan dan masih sangat terpengaruh
oleh perubahan lingkungan sehingga SR masih rendah yaitu kurang lebih
40%
Ikan Gurami ikan adalah salah satu jenis ikan yang memilki prospek
cerah jika dibudidayakan dengan baik. Terlebih lagi gurami banyak
diminati oleh msyarakat Indonesia karena memiliki daging yang tebal dan
sedap. Gurami yang dipelihara di UK BAT Sendangsari ada beberapa
jenis yang telah mampu dipijahkan diantaranya : Gurami local, Gurami
Cangkringan, Gurami Galunggung, Gurami Kapas, Gurami Padang,
Gurami Sowang.
Karena pembudidayaan ikan gurami membutuhkan waktu yang
lama sampai tiba masa panen, sihingga menyebabkan harga ikan gurami
di pasaran menjadi mahal. Oleh karena itu pula ikan gurami disebut
68
sebagai makanan elit, khususnya untuk gurami yang mempunyai ukuran
besar.
Namun, seiring dengan perkembangan jaman, ternyata ada
beberapa cara yang bisamembuat ikan gurami yang dibudidayakan cepat
besar dan cepat panen.
69
Pakan yang dipergunakan untuk induk gurami berupa pakan buatan
dengan kadar protein 30 – 35 % dan pakan alami berupa daun
senthe. Menurut pengalaman semakin banyak daun senthe yang
diberikan akan menghasilkan telur dengan kulaitas lebih baik bila
dibandingkan hanya menggunakan pakan buatan. Pakan buatan
diberikan 30 % dari umlah total sedadangkan daun senthe sebanyak
70%.
Pembuatan induk untuk indukan gurami memang membutuhkan
waktu yang relatif lama yaitu minimal 3 sampai 4 tahun dengan bobot
berkisar antara 1 Kg sampai dengan 1,5 Kg perekor. Akan tetapi
gurami memilki masa produksi yang relative lebih lama dibandingkan
ikan air tawar lainnya.
UK PAT Sendangsari menyediakan gurami dengan ukuran yang
bervareasi sesuai dengan permintaan konsumen. Untuk induk
Gurami dijual perpaket denga jumlah gurami jantan 1 ekor dan
gurami betina 3 ekor dengan harga perpaket Rp 550 ribu, sedangkan
untuk calon indukan perpaket seharga Rp 300 ribu.
Dari pengalaman ternyata jenis gurami Sowang memilki pertumbuhan
paling cepat. Untuk gurami ukuran konsumsi dari penebaran 1 (P1 )
bisa mencapai 500 g selama 1 tahun pemeliharaan.
Untuk bisa memijah dengan baik gurami membutuh suasana yang
tenang dengan air yang relative stabil dengan gemericik air untuk
merangsang pemijahan.
Gurami yang mau memijah ditandai dengan membuat sarang sendiri
dari bahan sarang berupa ijut yang telah disediakan. Sarang dibuat
didalam sosok dari plastik tempat sampah yang telah disediakan.
Tanda-tanda gurami yang telah memijah dan bertelur yaitu adanya
lapisan minyak di atas permukaan air dan bau amis. Gurami jantan
akan menunggui sarang yang telah berisi telur.
70
Telur yang berada di dalam sarang gurami diangkat dimasukkan di
ember plastik kemudain dipisahkan dari ijuk. Telur ditetaskan di
ember pasti yang ditempatkan didalam hatchery. Telur akan
menetas dan larva tidak diberi makanan selama cadangan makanan
yang berupa kunig telunyar masih.
Setelah cadangan makanan habis larva diberi makanan cacing sutra
selama 40 hari. Panen larva dilakukan sesuai permintaan konsumen
dengan standar ukuran kwaci, ukuran kuku, ukuran silet, ukuran
rokok mil dan ukuran rokok dengan tiap-tiap ukuran memilki harga
yang berbeda. Pemasaran benih gurami disekitar Yogyakarta dan
jawa tengah.
1) Persiapan Lahan
Lahan untuk pembesaran udang dipersiapkan dengan dikeringkan
terlebih dahulu selama 5 hari, kemudian dicangkul untuk
membalikkan tanah dan didiamkan lagi selama 3 hari. Setelah itu
lahan tersebut dilakukan pengapuran dengan menggunakan kapur
tohor dengan kadar 250 gram / m2. Kemudian dilakukan pemupukan
menggunakan pupuk kandang yang dimasukkan ke dalam karung
palstik dengan kadar 250 gram/m2. Setelah itu diisi air dengan
salinitas yang tersedia 2 – 3 ppt dari air sumur bor. Kondisi dasar
tanah pada lahan tersebut berpasir. Masing-masing kolam dilengkapi
dengan kincir air / paddle wheel secukupnya yaitu berkisar 2 – 4
buah.
2) Penebaran
Bibit udang Vaname yang berasal dari CP Prima Situbondo.
Kemudian bibit udang tersebut ditebarkan ke kolam yang telah
71
dipersiapkan setelah 1 minggu pengolahan lahan/kolam. Pakan
diberikan 3 kali sehari dengan porsi sekenyangnya.
3) Perawatan
Setiap hari kontrol kualitas air yaitu pH, Suhu, Salinitas, dan D O.
Kemudian setiap hari dilakukan penyiponan dan penggantian 1/3 air
setelah penyiponan. Dilakukan pengecekan pakan setiap 2 jam.
Aerasi terus dihidupkan selama 24 jam sampai udang vaname besar
bobotnya dan siap panen.
4) Panen
Sistem panen total dengan melihat kondisi kesehatan udang dalam
keadaan normal 3 bulan panen. Dalam 1 tahun siklus panen
dilakukan sebanyak 3 kali.
72
2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Praktik Kerja Industri
73
Penebaran induk
Pemijahan
5 Senin, 6 Mei 2018 08.00 – 17.00 Pembenihan Ikan Mas
Najawa :
Penetasan
Perawatan larva
Pendederan
Grading
Seleksi
Sortasi
Pemeliharaan
Pemanenan
6 Selasa, 7 Mei 2018 08.00 – 17.00 Pembenihan Ikan Nila :
Seleksi Induk
Persiapan kolam
pemijahan
Penebaran induk
Pemijahan
74
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
75
B. Saran
76
DAFTAR PUSTAKA
Alam, M., 2016. Ikan Lele Mutiara. Majalah Intekan : Informasi Teknologi
Perikanan Budidaya. Edisi 03 Juni 2016. BPTPB Dinas Kelautan dan
Perikanan Yogyakarta.
Alfiah, A.R., E. Arini dan T. Elfitasari, 2013. Pengaruh Kepadatan yang Berbeda
Terhadap Kelulushidupan dan Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochormis
niloticus) pada Sistem Resirkulasi dengan Filter Bioball. Journal of
Aqualculture Management and Technology. 2(3) : 86-93.
Astutik, D.D., 2015. Teknik Pembenihan Ikan Mas Merah Najawa (Cyprinus
carpio L.) Di UPTD BPTPB Unit Cangkringan, Argomulyo, Cangkringan,
Kabupaten Sleman. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas
Brawijaya. Malang.
BPPI. 2014. Naskah Akademis Pelepasan Ikan Lele Tumbuh Cepat Generasi
Ketiga Hasil Seleksi Individu. Balai Penelitian Pemuliaan Ikan. Sukamandi.
Farid, M.S., 2016. Analisa dan Penanganan Bakteri pada Ikan Air Tawar di
Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya (BPTPB)
Cangkringan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya. Malang.
Mantau, Z., J.B.M. Rawung dan Sudarty, 2004. Pembenihan Ikan Mas yang
Efektif dan Efisien. Jurnal Litbang Pertanian, 23 (2) : 68-73.
77
Muntalim, F. Mas’ud, 2014. Pengembangan Budidaya dan Teknologi
Pengolahan Ikan Bandeng (Chanos-chanos Forsskal) Di Kabupaten
Lamongan Guna Meningkatkan Nilai Tambah. Jurnal Eksakta. 2 (1): 54-
66. Universitas Islam Lamongan.
Sa’ani, H., 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan 1. Binacipta. Bogor.
78
LAMPIRAN
1. Data Pendukung
Lampiran 1. Peta lokasi unit kerja BPTPB Cangkringan
79
Lampiran 2. Peta lokasi BAT Cangkringan
80
Lampiran 3. Karakteristik Ikan Lele MUTIARA
81
82
Lampiran 4. Peta Serangan Hama Penyakit Ikan
Tingkat
Kode Kabupaten Kecamatan Nama Penyakit
Serangan
B01 BANTUL JETIS Motil Aeromonas Septicemia ( Aeromonas hydrophila) ringan
B01 KULON PROGO PANJATAN Motil Aeromonas Septicemia ( Aeromonas hydrophila) sedang
B01 GUNUNG KIDUL WONOSARI Motil Aeromonas Septicemia ( Aeromonas hydrophila) sedang
83
84
Lampiran 5 . Obat-Obat Herbal
85
3. Rumput bermuda Sitosterol, - Menghilangkan virus - 2g tanaman dicacah halus ditambah
karoten, yang menyebabkan 100 ml air kemudian dicampur
Vitamin C, White spot Syndrome pada pakan
palmitic acid Virus (WSSV) pada - Air tersebut dicampur dengan
triterpenoid, udang Paneus pelet, inkubasi 15 menit dan
dan alkaloid monodon disimpan pada suhu kamar.
ergonovin.
4. Bawang putih Minyak atsiri - Menghilangkan bakteri - 25 mg bawang putih dihaluskan dan
dan allicin penyebab penyakit dicampur air 1 liter untuk
bercak merah perendaman ikan sakit
Aeromonas hydrophila - Untuk KHV sebanyak 30 gram
pada ikan patin dalam 100 ml air
- Virus KHV pada ikan
mas
- Parasit Ich dan cacing
Trichodina sp
86
5. Ciplukan Asam - Menghilangkan bakteri - Daun dan buahnya direbus (15-30 g)
klorogenat, penyebab radang, dalam 100 ml air atau kering (5-10 g)
elaidic acid, dan bengkak, dan dalam 100 ml air, lalu digunakan
physalin kemerahan atau borok untuk perendaman
87
8. Krokot, Gelang KCl, KSO4, - Membunuh bakteri - 1,3-3 kg daun segar dicacah halus
KNO3, kalsium, penyebab keradangan, dicampur dalam pakan dan diberikan
magnesium, bengkak, dan luka serta untuk 100 kg ikan
glikosida, radang usus
glikoretin,
nicotinic acid,
tannin, saponin,
vitamin A, B, C,
I-noradrenalin,
noradrenalin,
dopamine, dan
dopa
9. Jambu biji tanin, minyak - Membunuh bakteri - 4-5 g daun dicacah halus dicampur
atsiri (eugenol, Aeromona shydrophila air 1 liter, selanjutnya dicampur
minyak lemak, dengan pakan
damar, zat - 1-2 g daun dicacah halus dan
samak, dicampur air 5 liter. Air tersebut
triterpinoid, untuk perendaman ikan yang sakit
asam apfel, dan
selama 48 jam
buahnya
mengandung
asam amino
(triptofan, lisin),
kalsium, fosfor,
besi, belerang,
vitamin A, B1
dan C.
88
10. Jinten hitam - Berfungsi sebagai - Jinten hitam dihaluskan secukupnya
imunostimulan, anti lalu dicampurkan ke dalam pakan
penyakit virus dan
antioksidan
- Aeromonas hydropila
penyebab bercak
merah pada ikan serta
virus KHV
89
12. Daun kelor Minyak behen, - Membunuh bakteri - 5 g daun dicacah haslus dicampur air
minyak terbang, Aeromonas hydrophila 100 ml. hasil saringannya dicampur
myrosine penyebab penyakit air dan digunakan untuk
bercak merah perendaman ikan yang sakit.
- Streptococcus
agalactiae penyebab
penyakit dengan gejala
berenan tak beraturan,
mata menonjol, dan
badan kehitaman
13. Ketapang - Membunuh bakteri - 60 g daun dicacah halus lalu
Aeromonas hydrophila dicampur ke dalam 1 liter air dan
digunakan untuk perendaman ikan
yang sakit
- Untuk menurunkan pH caranya
Daun ketapang dijemur selama 6
jam lalu dimasukkan ke kolam
selama 2-3 hari.
90
14. Kipahit - Membunuh bakteri - 1 gram daun dicacah halus dan
penyebab TBC pada dicampur 1.000 liter air untuk
ikan air tawar perendaman ikan yang sakit selama
3 jam
15. Ketepeng - -
91
17. Kucing-kucingan - Membunuh bakteri - 125-500 g daun kering atau 2 kg
Flexibacter colimnaris daun segar dicacah halus dan
atau penyakit rontok dicampurkan ke pakan untuk 100 kg
insang ikan. Pemberian dilakukan 3 kali
dalam sehari dalam 3 hari
92
19. Lampesan - Fungsinya untuk - Caranya 60 kg daun atau batang
meningkatkan kualitas dicacah dan disebarkan ke kolam
air dengan luas 100m2
- 30 kg daun atau batang dicacah dan
- Untuk menurunkan pH disebarkan ke kolam dengan luas 24
m2
- Daun/batang dipotong-potong lalu
- Untuk menumbuhkan
dijemur selama 6 jam hingga layu,
plankton
kemudian dimasukkan ke kolam
selama 2-3 hari.
93
21 Mengkudu - Imunostimulsn - 10 lembar daun dicacah atau
(meningkatkan diremas-remas dalam 5 liter air dan
kekebalan tubuh ikan ) airnya digunakan untuk
dan pengobatan perendaman. Untuk perendaman
penyakit cacing ikan yang terkena penyakit cacingan,
(Dactylogiriasis dan 3 mg ekstrak daun dilarutkan dalam
Gyrodactyliasis) 1 liter air. Daun dan buah juga
sangat baik untuk pakan harian ikan
nila dan tawes
94
memberikan kelangsungan 60%,
larutan biji mimba dengan
konsentrasi 25 g dalam 100 liter
air secara perendama cukup
efektif
95
tarda penyebab bisul
dan luka-luka pada kulit
27 Paci-paci - Target dari tumbuhan - Ekstrak daun paci-paci sebanyak 4 g
ini adalah, in vitro dalam 100 ml air dicampur pakan.
senyawa flavonoid, Dari larutan tersebut sebanyak 1 ml
antraquinon dicampur dengan 10 g pakan
(Pseudomonas ditambah 0,3 ml pengikat berupa
pseudomalleri, B. putih telur. Untuk perendaman,
anthracis, Saprolegnia dosisnya 1 g ekstrak daun dalam 1
sp, A. hydrophila, liter air
Cyanobacterium
pseudodiphetericum
dan Pseudomonas
aeruginosa) dan
kumarin/fenolik.
28 Padang Teki, Rumput Teki - Membunuh bakteri - 1 kg rumput segar dicacah halus lalu
yang menyebabkan dicampur dengan pakan untuk 100
penyakit enteritis atau kg ikan
radang pada usus
96
29 Pakis giwang - Membunuh bakteri - 500 g daun kering dibuat bubuk atau
penyebab radang usus 2,5 kg daun segar dicacah halus dan
dicampur pakan untuk 100 kg ikan.
Pemberian pakan dilakukan 1 kali
dalam 1 hari selama 3 hari
97
2. Foto Kegiatan pada saat melaksanakan pekerjaan di tempat DU/DI
98
Kegiatan di UK BAT Sendangsari
99
Kegiatan kultur pakan alami (Chlorella, dan spirulinna)
100
Sumber Dokumen
1. Buku-buku Perpustakaan
2. Data Primer dan Data Sekunder Laboratorium Kesehatan Ikan dan
Lingkungan BPTPB Cangkringan
3. Hasil wawancara dari Kepala BPTPB Cangkringan dan staf Karyawan
BPTPB Cangkringan
4. Hasil wawancara dari Kepala dan staf Karyawan masing-masing unit
kerja yang berada di bawah UPTD BPTPB Cangkringan Sleman DIY
5. Hasil kegiatan praktik bersama dengan Sarjana pendamping di tiap unit
kerja di bawah unit kerja UPTD BPTPB Cangkringan Sleman DIY
101