Anda di halaman 1dari 101

i

MANAJEMEN PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN LELE MUTIARA (Clarias sp.)


DI UK BAT WONOCATUR BALAI PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
PERIKANAN BUDIDAYA (BPTPB) CANGKRINGAN, SLEMAN,
YOGYAKARTA

PRAKTIK KERJA MAGANG

Oleh:

BONARDO DEBATARAJA
NIM. 165080400111019

PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
ii

MANAJEMEN PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN LELE MUTIARA (Clarias sp.)


DI UK BAT WONOCATUR BALAI PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
PERIKANAN BUDIDAYA (BPTPB) CANGKRINGAN, SLEMAN,
YOGYAKARTA

PRAKTIK KERJA MAGANG

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan di


Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

Oleh:

BONARDO DEBATARAJA
NIM. 165080400111019

PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
iii

PRAKTIK KERJA MAGANG

MANAJEMEN PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN LELE MUTIARA (Clarias sp.)


DI UK BAT WONOCATUR BALAI PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
PERIKANAN BUDIDAYA (BPTPB) CANGKRINGAN, SLEMAN,
YOGYAKARTA

Oleh:

BONARDO DEBATARAJA
NIM. 165080400111019

telah dipertahankan didepan penguji


pada tanggal 25 November 2019
dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Mengetahui, Menyetujui,
Ketua JurusanSEPK Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Edi Susilo, MS Dr. Ir. Anthon Efani, MP


NIP. 19591205 19503 1 003 NIK. 19650717 199103 1 006
Tanggal: Tanggal:
iv

KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PRAKTIK KERJA MAGANG


v

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan kasih

setia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktik kerja magang ini

dengan baik. Selama pengerjaan laporan praktik kerja magang ini, penulis banyak

mendapat dukungan moril maupun material dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa karena limpah rahmat, karunia dan kesehatan yang

diberikan selama ini sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

2. Keluarga saya yaitu kedua orang tua saya yang selalu memberikan

dukungan dalam bentuk moral spiritual dan materiil.

3. Bapak Anthon Efani, MP selaku dosen pembimbing sehingga laporan Praktik

Kerja Magang ini dapat terselesaikan

4. Bapak Maryanto selaku pimpinan UK BAT Wonocatur dan Mas Arif selaku

coordinator lapang yang selalu memberikan informasi dan pengetahuan

kepada saya selama proses magang.

5. Patner magang saya yaitu Didik dan Gilda yang menemani saya merasakan

suka dan duka selama melaksanakan Praktik Kerja Magang di UK BAT

Wonocatur.

6. Teman Teman asrama JOIS yaitu Baridhi, Umar, Nony, Ribka, Pini, Mia dan

Rina yang sudah membantu dan menemani dalam suka dan duka di asrama

JOIS.

7. Teman dekat saya Octo, Yoyo, Febrianty dan Saul selalu membantu dan

mendukung saya selama ini.

8. Dan seluruh teman-teman se-Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan yang

selalu memberi dukungan dan movasi untuk menyelesaikan laporan Praktik

Kerja Magang ini.


vi

RINGKASAN

BONARDO DEBATARAJA. Manajemen Produksi Pembenihan Ikan Lele Mutiara


(Clarias sp.) di Unit Kerja Budidaya Air Tawar (UK BAT) Wonocatur, Balai
Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya (BPTPB) Cangkringan, Sleman,
Yogyakarta (di bawah bimbingan Anthon Efani, MP)

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas


wilayah laut yang dapat dikelola sebesar 5,8 juta km2 yang memiliki
keanekaragaman sumberdaya kelautan dan perikanan yang sangat besar. Potensi
lestari sumber daya ikan atau maximum sustainable yield (MSY) di perairan laut
Indonesia sebesar 6,5 juta ton per tahun, dengan jumlah tangkapan yang
diperbolehkan sebesar 5,2 juta ton/tahun (80% dari MSY). Selain perikanan
tangkap, Indonesia juga memiliki potensi perikanan budidaya. Ikan lele yang
memiliki nama latin Clarias sp. adalah salah satu jenis ikan budidaya air tawar
yang sering dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Unit Kerja Budidaya Air
tawar (UK BAT) Wonocatur adalah unit kerja dari Balai Pengembangan Teknologi
Perikanan Budidaya (BPTPB) Cangkringan di bawah naungan Dinas Kelautan dan
Perikanan (DKP), Yogyakarta yang berfokus pada budidaya ikan lele.
Tujuan Praktik Kerja Magang ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari:
Profil Unit Kerja Budidaya Air Tawar (UK BAT) Wonocatur yang menyangkut
sejarah berdiri dan struktur organisasinya, aspekteknis usaha, aspek manajemen,
aspek finansial, dan factor pendukung dan penghambat usaha pembenihan ikan
lele Mutiara (Clarias sp.)
Praktik kerja magang dilaksanakan di Unit Kerja Budidaya Air Tawar (UK
BAT) Wonocatur, Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya (BPTPB)
Cangkringan, Dusun Cangkringan, Desa Agromulyo, Kecamatan Cangkringan,
Kabupaten Sleman, Yogyakarta pada tanggal 17 Juni-26 Juli 2019. Metode yang
digunakan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Magang meliputi partisipasi aktif,
wawancara, observasi dan dokumentasi. Sedangkan sumber dapa berasal dari
data primer dan data sekunder. Analisa data yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif dan deskriptif kuantitatif.
Pada awalnya Unit Kerja Budidaya Air Tawar Wonocatur berlokasi di Desa
Tegalmulyo, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, DIY dengan luas tanah
sekitar 2 hektar, namun pada bulan Juli 2008 lokasi UK BAT Wonocatur pindah ke
Dusun Desa Argumulyo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman karena
lokasi yang lama digunakan untuk kepentingan publikasi yang lain. UK BAT
Wonocatur menempati sebagai UK BAT Cangkringan tepatnya di sebelah barat
karena belum adanya lokasi pengganti yang sesuai. UK BAT Wonocatur berfokus
pada kegiatan budidaya ikan lele, dengan komoditas utama adalah lele Mutiara.
UK BAT Wonocatur dipimpin oleh Bapak Maryanto dan dibantu oleh dua Staff
PNS, dan tiga Staff HOK dan seorang sarjana pendamping.
Aspek teknis pada usaha pembenihan ikan lele mutiara yang terdiri dari
sarana produksi, prasarana budidaya, proses produksi sudah tergolong baik. Akan
tetapi terdapat prasarana produksi yang kurang memadai seperti pagar dan pintu.
Aspek manajemen produksi yang ada di UK BAT Wonocatur sudah
terlaksana dengan baik dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengawasan yang dilakukan oleh Bapak Maryanto selaku pimpinan UK BAT
Wonocatur.
vii

Aspek finansial usaha pembenihan ikan lele Mutiara selama satu tahun
sudah dikatakan menguntungkan dan dapat dikembangkan. Hal ini dapat diketahui
dari R/C ratio yang memiliki nilai >1 dengan keuntungan yang diperoleh selama
satu tahun Rp. 17.732.600. Hal ini juga diperkuat dengan jumlah benih ikan yang
dapat dijual pada satu tahunnya sudah melebihi BEP.
Untuk factor pendukung usaha pembenihan ikan lele Mutiara ini sudah dapat
dikatakan baik dan mendukung usaha serta sudah dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan produksi. Sedangkan factor penghambat yaitu meliputi perubahan
suhu yang drastis, serangan hama dan penyakit serta ketersediaan sarana dan
prasarana yang kurang memadai.
Saran yang dapat diberikan dari hasil Praktik Kerja Magang adalah
meningkatkan kapasitas produksi benih ikan lele Mutiara untuk mengoptimalkan
penggunaan biaya tetap yang ada pada usaha dan meningkatkan kegiatan
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana mengoptimalkan kegiatan
produksi. Sedangkan bagi pemerintah, sebaiknya memberikan dukungan dengan
cara pemberian modal kepada usaha ini, untuk memperbaiki dan meningkatkan
sarana dan prasarana yang ada.
viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas taufik dan hidayah-Nya,

sehingga Praktik Kerja Magang tentang “Manajemen Produksi Pembenihan Ikan

Lele Mutiara (Clarias sp.) di UK BAT Wonocatur Balai Pengembangan Teknologi

Perikanan Budidaya (BPTPB) Sleman, Yogyakarta” sebagai salah satu syarat

untuk meraih gelar sarjana perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Universitas Brawijaya. Laporan ini di susun berdasarkan hasil Praktik Kerja

Magang yang dilaksanakan mulai tanggal 17 Juni 2019 – 26 Juli 2019 (30 Hari

Orang Kerja). Pada kesempatan ini, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Keluarga besar yang selalu memberikan doa dan dukungan serta dana.

2. Dr. Ir. Anthon Efani,MP selaku dosen pembimbing yang telah memberi

petunjuk dan bimbingan selama penyusunan laporan Praktik Kerja Magang

ini.

3. Pihak UK BAT Wonocatur, Sleman, Yogyakarta yang telah memberi

kesempatan untuk melaksanakan Praktik Kerja Magang ini.

Penulis menyadari bahwa usulan Praktik Kerja Magang ini masih banyak

terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat bersedia menerima kritik dan

saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan dalam penyusunan laporan

selanjutnya sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Malang, 10 Oktober 2019

Penulis
ix

DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................... v

RINGKASAN ...................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................. 5
1.3 Kegunaan ............................................................................................ 5

2. METODE PRAKTIK KERJA MAGANG (PKM)


2.1 Metode Pelaksanaan Praktik Kerja Magang ........................................ 7
2.1.1 Tempat dan Jadwal Pelaksanaan PKM .................................... 7
2.1.2 Partisipasi Aktif ......................................................................... 7
2.1.3 Observasi ................................................................................. 8
2.1.4 Wawancara .............................................................................. 8
2.1.5 Dokumentasi ............................................................................ 9
2.2 Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 10
2.2.1 Data Primer ............................................................................ 10
2.2.2 Data Sekunder ....................................................................... 10
2.3 Analisis Data ...................................................................................... 11
2.3.1 Deskriptif Kualitatif .................................................................. 11
2.3.2 Deskriptif Kuantitatif................................................................ 12

3. KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA MAGANG


3.1 Keadaan Umum Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya
(BPTPB) ............................................................................................ 16
3.2 Letak Geografis dan Keadaan Alam Sekitar ...................................... 16
3.3 Keadaan Topografi ............................................................................ 17
3.4 Kondisi Masyarakat Sekitar BPTPB Cangkringan .............................. 18

4. HASIL PRAKTIK KERJA MAGANG


4.1 Profil Unit Kegiatan Budidaya Air Tawar (UK BAT) Wonocatur .......... 21
4.1.1 Sejarah Berdirinya UK BAT Wonocatur .................................. 21
4.1.2 Tugas dan Fungsi UK BAT Wonocatur ................................... 22
4.2 Aspek Manajemen ............................................................................. 22
4.2.1 Perencanaan (Planning) ......................................................... 22
4.2.2 Pengorganisasian (Organizing) .............................................. 23
x

4.2.3 Pengarahan (Actuating) .......................................................... 25


4.2.4 Pengawasan (Controlling) ...................................................... 27
4.3 Aspek Teknis ..................................................................................... 30
4.3.1 Sarana.................................................................................... 30
4.3.2 Prasarana............................................................................... 35
4.3.3 Proses Produksi ..................................................................... 42
4.4 Aspek Finansial ................................................................................. 64
4.4.1 Permodalan ............................................................................ 64
4.4.2 Total Biaya ............................................................................. 65
4.4.3 Penerimaan Usaha ................................................................. 67
4.4.4 Revenue Cost Ratio (R/C ratio) .............................................. 68
4.4.5 Keuntungan Usaha ................................................................. 68
4.4.6 Break Even Point (BEP) ......................................................... 69
4.4.7 Rentabilitas ............................................................................ 72
4.5 Faktor Pendukung dan Penghambat.................................................. 73
4.5.1 Faktor Pendukung Usaha ....................................................... 73
4.5.2 Faktor Penghambat Usaha ..................................................... 74

5 KESIMPULAN DAN SARAN


5. 1 Kesimpulan ........................................................................................ 75
5. 2 Saran ................................................................................................. 76

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 77

LAMPIRAN........................................................................................................ 79
xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Pelaksanaan Praktik Kerja Magang ....................................................... 7


Tabel 2. Jumlah Penduduk Kecamatan Cangkringan berdasarkan Pekerjaan ... 18
Tabel 3. Jabatan dan Tugas setiap Kariawan UK BAT Wonocatur .................... 26
Tabel 4. Kandungan Gizi dalam Pakan ............................................................. 45
Tabel 5. Ciri-Ciri Induk Yang Sudah Matang Gonad .......................................... 47
Tabel 6. Hasil Perhitungan Fekuditas ................................................................ 53
Tabel 7. Hasil Perhitungan Fertilization Rate ..................................................... 54
Tabel 8. Hasil Perhitungan Hatching Rate ......................................................... 55
Tabel 9. Hasil Perhitungan Survival Rate Larva................................................. 56
Tabel 10. Kandungan gizi dalam pakan benih PF 500 ....................................... 58
Tabel 11. Frekuensi Pemberian Pakan Pada Larva Ikan Lele ........................... 59
Tabel 12. Rata-rata kualitas air.......................................................................... 62
Tabel 13. Modal Tetap Dan Penyusutan .......................................................... 64
Tabel 14. Biaya Tetap ....................................................................................... 66
Tabel 15. Biaya Variabel .................................................................................. 66
Tabel 16. Penerimaan Usaha Dihitung Pada Tiap Siklusnya ............................. 67
xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1. Ikan Lele Mutiara (Clarias sp.) ........................................................... 2


Gambar 2. Layout UK BAT Wonocatur.............................................................. 17
Gambar 3. Struktur Organisasi UK BAT Wonocatur .......................................... 25
Gambar 4. Kolam Pemeliharaan Induk.............................................................. 31
Gambar 5. Bak Pemijahan ................................................................................ 32
Gambar 6. Sumber Tenaga Listrik .................................................................... 33
Gambar 7. Bak Filter Pengendapan .................................................................. 34
Gambar 8. Hi-Blower ......................................................................................... 35
Gambar 9. Kantor.............................................................................................. 36
Gambar 10. Bangsal ......................................................................................... 36
Gambar 11. Gudang Pakan .............................................................................. 37
Gambar 12. Gudang Kapur ............................................................................... 37
Gambar 13. Gudang Pupuk .............................................................................. 38
Gambar 14. Garasi............................................................................................ 38
Gambar 15. Transportasi .................................................................................. 39
Gambar 16. Tabung Oksigen ............................................................................ 39
Gambar 17. Kulkas ........................................................................................... 40
Gambar 18. Timbangan (a) Digital dan (b) Duduk ............................................. 40
Gambar 19. Sumur............................................................................................ 41
Gambar 20. Rumah Dinas ................................................................................. 41
Gambar 21. Asrama .......................................................................................... 42
Gambar 22. Jalan.............................................................................................. 42
Gambar 23. Pengadaan induk........................................................................... 44
Gambar 24. Pakan Induk .................................................................................. 45
Gambar 25. Induk Matang Gonad ..................................................................... 47
Gambar 26. Bak Proses Pemijahan .................................................................. 48
Gambar 27. Bak Pemijahan .............................................................................. 50
Gambar 28. Kakaban ........................................................................................ 51
Gambar 29. Telur yang dihasilkan ..................................................................... 52
Gambar 30. Tubifex .......................................................................................... 58
Gambar 31. Persiapan Kolam Pendederan ....................................................... 60
Gambar 32. Miona sp. ....................................................................................... 61
Gambar 33. Pengukuran Kualitas Air ................................................................ 62
xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Perhitungan Fekunditas ................................................................ 79


Lampiran 2. Perhitungan Fertilization Rate (FR) ............................................... 80
Lampiran 3. Perhitungan Hatching Rate (HR) ................................................... 81
Lampiran 4. Perhitungan Survival Rate (SR) .................................................... 82
Lampiran 5. Data Kualitas Air ........................................................................... 83
Lampiran 6. Catatan Harian PKM (LOG BOOK) ............................................... 85
1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas

wilayah laut yang dapat dikelola sebesar 5,8 juta km2 yang memiliki

keanekaragaman sumberdaya kelautan dan perikanan yang sangat besar. Potensi

lestari sumber daya ikan atau Maximum Sustainable Yield (MSY) di perairan laut

Indonesia sebesar 6,5 juta ton per tahun, dengan jumlah tangkapan yang

diperbolehkan sebesar 5,2 juta ton/tahun (80% dari MSY). Kemudian, untuk

besarnya potensi perikanan tangkap di perairan umum yang memiliki total luas

sekitar 54 juta Ha, yang meliputi danau, waduk, sungai, rawa, dan genangan air

lainnya, diperkirakan mencapai 0,9 juta ton ikan/tahun. Sementara, untuk

perikanan budidaya, potensi yang dimilikinya adalah a)perikanan budidaya air laut

seluas 8,3 juta Ha (yang terdiri dari 20% untuk budidaya ikan, 10% untuk budidaya

kekerangan, 60% untuk budidaya rumput laut, dan 10% untuk lainnya),

b)perikanan budidaya air payau atau tambak seluas 1,3 juta Ha, dan c)perikanan

budidaya air tawar seluas 2,2 juta Ha (yang terdiri dari kolam seluas 526,40 ribu

Ha, perairan umum (danau, waduk, sungai dan rawa) seluas 158,2 ribu Ha, dan

sawah untuk mina padi seluas 1,55 juta Ha). Berdasarkan data FAO, pada tahun

2012 Indonesia menempati peringkat ke-2 untuk produksi perikanan tangkap dan

peringkat ke-4 untuk produksi perikanan budidaya di dunia. Fakta ini dapat

memberikan Gambaran bahwa potensi perikanan Indonesia sangat besar,

sehingga bila dikelola dengan baik dan bertanggungjawab agar kegiatannya dapat

berkelanjutan, maka dapat menjadi sebagai salah satu sumber modal utama

pembangunan di masa kini dan masa yang akan datang (Kementerian

PPN/BAPPENAS Direktorat Kelautan dan Perikanan, 2014).


2

Pemerintah Kabupaten Sleman, Yogyakarta saat ini semakin gencar

mengembangkan sektor perikanan khususnya budidaya karena perikanan

budidaya di Kabupaten Sleman memiliki perkembangan yang pesat dalam

memasok kebutuhan ikan yang cukup besar. Pengelolaan sektor perikanan

budidaya didukung oleh peran kelompok pembudidaya sebagai media

pembangunan yang sangat strategis untuk memproduksi, mengelola, dan

menggali potensi ikan. Akan tetapi masih memiliki beberapa permasalahan yaitu

mengenai produktivitas yang rendah, harga pakan intensif yang tinggi,

keterbatasan induk yang berkualitas, dan sumber daya manusia yang ada masih

tergolong rendah (Luberizki, 2016).

Gambar 1. Ikan Lele Mutiara (Clarias sp.)


Sumber : Balai Riset Pemulihan Ikan 2019

Menurut Mahyuddin (2008), sistematika dan klasifikasi ikan Lele Mutiara

adalah sebagai berikut:

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Subkelas : Telestoi

Ordo : Ostariophysi

Subordo : Siluroidae

Famili : Clariidae

Genus : Clarias

Spesies : Clarias sp.


3

Ikan lele yang memiliki nama latin Clarias sp. Adalah salah satu jenis ikan

air tawar yang banyak dibudidayakan oleh pembudidaya ikan yang ada di

Indonesia. ikan lele merupakan ikan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat di

Indonesia, kandungan gizi yang cukup tinggi dan relative murahnya harga ikan lele

adalah beberapa alasan mengapa ikan lele menjadi pilihan masyarakat, sehingga

kebutuhan akan ikan lele terus bertambah disetiap daerah. Ikan lele termasuk

komoditas yang memiliki peluang pasar yang prospektif, karena permintaan pasar

yang cenderung meningkat dan belum terpenuhinya permintaan tersebut. Oleh

sebab itu, usaha budidaya ikan lele akan cenderung meningkat pada masa-masa

mendatang. Ikan lele merupakan ikan yang memiliki beberapa keistimewaan dan

banyak diminati orang, aneka masakan dari lele bisa diperoleh dengan mudah,

rasa daging yang lezat dan gurih membuat bisnis budidaya lele menjadi peluang

usaha yang cukup menjanjikan keuntungan (Irawan et al. 2014).

Pada kondisi yang ada, usaha budidaya ikan yang ada saat ini memiliki

prospek usaha yang menjanjikan. Hal ini karena permintaan pasar akan ikan

semakin meningkat dengan meningkat pula kesadaran masyarakat akan

pentingnya mengkonsumsi ikan. Tetapi, pada kenyataannya pembudidaya ikan

masih memiliki keterbatasan maupun hambatan dalam menjalankan usahanya,

sehingga hasil yang diperoleh tidak dapat optimal. Untuk itu diperlukan

pendekatan manajemen agar usaha budidaya yang dijalankannya dapat berjalan

secara efektif dan efisien.

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan

dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber

daya- sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah

ditetapkan. Manajemen juga dapat berarti sebagai suatu proses pencapaian tujuan

suatu organisasi melalui orang lain. Manajemen dalam suatu organisasi sangan

penting dan diperlukan diperlukan untuk mencapai tujuan, untuk menjaga


4

keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling bertentangan dan untuk

mencapai efisiensi dan efektivitas (Handoko, 2009).

Manajemen produksi dan operasi merupakan kegiatan mengatur dan

mengoordinasikan penggunaan sumber-sumber daya yang berupa sumber daya

manusia, sumber daya alat dan sumber daya dana serta bahan, secara efektif dan

efisien, untuk menciptakan dan menambah kegunaan (utility) suatu barang dan

jasa. Berdasarkan istilah di atas, manajemen produksi dan operasi adalah segala

sesuatu kegiatan yang berhubungan dengan menciptakan barang dan jasa, serta

kegiatan yang mendukung dalam menghasilkan barang atau jasa tersebut.

Dengan demikian, manajemen produksi dan operasi selalu terdapat dalam hamper

semua organisasi (Assauri, 1998).

Alasan memilih Kabupaten Sleman sebagai lokasi untuk melaksanakan

kegiatan Praktik Kerja Magang (PKM) karena memiliki perikanan budidaya yang

berkembang dengan pesat serta didukung oleh pemerintah daerah Sleman dalam

pengembangan usaha budidaya ikan di Sleman. Dalam menjalankan sebuah

usaha budidaya, pelaku usaha membutuhkan pengelolaan usaha dengan

manajemen yang baik dan matang. Akan tetapi, dalam usaha budidaya yang ada

di Kabupaten Sleman masih terdapat beberapa permasalahan seperti

produktivitas yang masih rendah, SDM yang berkerja juga masih memiliki kualitas

yang rendah, mahalnya harga pakan intensif serta kesulitan memperoleh induk

yang berkualitas. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan pengamatan

terkait manajemen produksi pembenihan ikan lele Mutiara dengan kegiatan Praktik

Kerja Magang (PKM) pada Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya

Sleman, Yogyakarta. Manajemen produksi digunakan untuk mengetahui

manajemen produksi yang dijalankan apakah sudah efektif dan efisien, sehingga

dapat dijadikan tolok ukur apakah usaha tersebut sukses atau tidaknya dalam

manajemen produksinya. Hal inilah yang mendasari penulis untuk memilih judul:
5

“Manajemen Produksi Pembenihan Ikan Lele Mutiara (Clarias sp.) di Balai

Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya Sleman, Yogyakarta”.

1.2 Tujuan

Tujuan dari Praktik Kerja Magang (PKM) ini yaitu untuk mengetahui dan

mempelajari:

1. Profil Unit Kegiatan Budidaya Air Tawar (UK BAT) Wonocatur Sleman,

Yogyakarta

2. Aspek Manajemen pada produksi pembenihan ikan lele Mutiara (Clarias sp.)

di Balai Pengembangan Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya

Sleman, Yogyakarta

3. Aspek teknis pada produksi pembenihan ikan lele Mutiara (Clarias sp.) di

Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya Sleman, Yogyakarta.

4. Aspek finansial pada produksi pembenihan ikan lele Mutiara (Clarias sp.) di

Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya Sleman, Yogyakarta.

5. Faktor pendukung dan penghambat dalam usaha pembenihan ikan lele

Mutiara (Clarias sp.) di Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya

Sleman, Yogyakarta.

1.3 Kegunaan

Kegunaan dari Praktik Kerja Magang (PKM) ini adalah sebagai bahan

informasi bagi:

1. Lembaga Akademis (Mahasiswa dan Perguruan Tinggi)

Sebagai sarana informasi keilmuan untuk menambah pengetahuan

mengenai pemanfaatan sumber daya perikanan, khususnya manajemen produksi

serta dapat dijadikan referensi untuk penelitian lebih lanjut.

2. Masyarakat
6

Sebagai bahan pertimbangan dan menambah informasi bagi masyarakat

yang akan membuka suatu usaha di bidang perikanan.

3. Instansi

Sebagai sarana informasi untuk instansi yang menjalankan usaha dalam

proses produksi agar produksi yang dijalankannya lebih efektif dan efisien lagi.

4. Pemerintah

Sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan dan membuat kebijakan

yang berkaitan dengan manajemen produksi pada suatu instansi.


7

2. METODE PRAKTIK KERJA MAGANG (PKM)

2.1 Metode Pelaksanaan Praktik Kerja Magang

Praktik Kerja Magang (PKM) yang telah dilaksanakan ini dilakukan pada

tanggal 17 Juni - 26 Juli 2019 dengan menggunakan empat metode yaitu

partisipasi aktif, observasi, wawancara dan dokumentasi yang saling berhubungan

dan mendukung dalam melengkapi data yang diperlukan dalam penyusunan

laporan kegiatan Praktik Kerja Magang (PKM).

2.1.1 Tempat dan Jadwal Pelaksanaan PKM

Praktik Kerja Magang (PKM) ini dilaksanakan di Unit Kerja Budidaya Air

Tawar (UK BAT) Wonocatur, Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya

(BPTPB), Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Waktu pelaksanaan Praktik kerja

magang yaitu pada tanggal 17 Juni sampai dengan 26 Juli 2019 atau selama 30

HOK (Hari Orang Kerja).

Tabel 1. Pelaksanaan Praktik Kerja Magang


Waktu Pelaksanaan
No. Kegiatan Mei Juni Juli Agustus
Minggu ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
Partisipasi
Observasi
2
Wawancara
Dokumentasi
3 Analisis data
4 Penyusunan laporan

2.1.2 Partisipasi Aktif

Menurut Sarwono (2006), partisipasi aktif adalah salah satu cara peneliti

mengumpulkan data dengan terlibat langsung terhadap apa yang diteliti. Untuk

memperoleh hasil data dan informasi yang akurat peneliti harus mampu berbaur
8

dengan objek yang diteliti. Peneliti harus cermat mengamati setiap perubahan dari

objeknya.

Partisipasi aktif yang dilaksanakan dalam Praktik Kerja Magang (PKM)

berupa keikutsertaan secara aktif dalam kegiatan yang ada pada Balai

Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya (BPTPB), Sleman, Yogyakarta

yang meliputi berpartisipasi dalam kegiatan penerimaan bahan baku dan kegiatan

dalam produksi pembenihan ikan lele Mutiara. Selain melakukan kegiatan yang

berkenaan dengan manajemen produksi benih lele, yaitu dengan cara ikut

membersihkan kolam dan kegiatan pemasaran benih ikan lele Mutiara.

2.1.3 Observasi

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang

tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antaranya yang

terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan

data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan

perilakumanusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati

tidak terlalu besar (Sugiyono, 2014).

Observasi yang dilaksanakan dalam Praktik Kerja Magang (PKM) berupa

mengikuti dan mengamatati mengenai kegiatan sehari-hari pada usaha

pembenihan ikan lele Mutiara (Clarias sp.) di Balai Pengembangan Teknologi

Perikanan Budidaya Sleman, Yogyakarta dan mengamati secara langsung

pelaksanaan manajemen produksi di dalamnya. Observasi dalam Praktik kerja

magang ini dilakukan selama kegiatan magang dilaksanakan, yaitu selama 30 Hari

Orang Kerja (HOK).

2.1.4 Wawancara

Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna

dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai tenik pengumpulan


9

data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-

hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit. Teknik

pengumpulan data ini mendasarkan diri atau pemikiran diri pada laporan pada diri

sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau

keyakinan pribadi (Sugiyono, 2014).

Informan yang dipilih dalam wawancara pada Praktik Kerja Magang (PKM)

ditujukan kepada kepala Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya dan

kepada pekerja yang ada di usaha pembenihan ini. Wawancara dalam praktik

kerja magang ini berfungsi untuk menggali informasi mengenai profil dan sejarah

balai serta penerapan menejemen produksi dan aspek teknis yang digunakan

dalam usaha ini. Selain itu, wawancara digunakan untuk mengetahui faktor

pendukung dan hambatan yang ada dalam usaha pembenihan ikan lele Mutiara.

2.1.5 Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan dalam mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, surat kabar,

agenda, dan sebagainya. Dokumentasi dapat pula dimengerti secara luas adalah

segala macam bentuk sub informasi yang berhubungan dengan dokumen, baik

yang resmi maupun tidak resmi dalam bentuk laporan, buku harian, dan

sebagainya baik yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan. Jadi data dapat diambil

melalui metode yang digunakan dalam penelitian dari berbagai catatan tentang

peristiwa masa lampau dalam bentuk dokumen (Faisol, 2015).

Dokumentasi yang dilaksanakan dalam Praktik Kerja Magang (PKM) yaitu

mengumpulkan data yang berupa dokumen-dokumen yang berkaitan dengan

usaha, catatan maupun data administratif tempat usaha. Pengambilan data ini

nantinya akan diperoleh dari pemilik usaha. Selain itu, dokumentasi juga dapat

dilakukan dengan mengambil gambar kegiatan yang ada dalam usaha ini.
10

2.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam Praktik Kerja Magang (PKM) ini meliputi data

primer dan data sekunder.

2.2.1 Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama yaitu

individu atau perseorangan yang membutuhkan pengelolaan lebih lanjut seperti

hasil wawancara/hasil pengisian kuesioner. Data primer yang digunakan berupa

tanya jawab langsung dengan pihak-pihak terkait. Data primer pada umumnya

diperoleh ketika pelaksanaan kegiatan magang yang berupa hasil dari wawancara,

observasi, prosedur dan teknik pengambilan data (Wandansari, 2013).

Data primer adalah data yang diperoleh langung dari tempat Praktik Kerja

Magang yang diperoleh dari kegiatan partisipasi aktif, observasi, wawancara dan

dokumentasi. Dalam Praktik Kerja Magang (PKM) yang dilaksanakan di Balai

Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya Sleman, Yogyakarta data primer

yang akan dikumpulkan, meliputi:

1. Sejarah berdirinya Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya,

Sleman Yogyakarta

2. Aspek teknis, aspek finansiil dan aspek manajemen yang digunakan di Balai

Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya, Sleman Yogyakarta

3. Mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat pada usaha

pembenihan ikan lele Mutiara di Balai Pengembangan TeknologiPerikanan

Budidaya, Sleman Yogyakarta.

2.2.2 Data Sekunder

Menurut Wandansari (2013), data Sekunder adalah data sekunder yang

telah diolah lebih lanjut dan disajikan dengan baik oleh pihak pengumpul data

primer atau pihak lain. Data sekunder biasanya berupa data dokumen dan arsip-

arsip resmi. Data sekunder dapat dikumpulan dimanapun dan kapanpun.


11

Data sekunder adalah data yang tidak secara langsung didapatkan dari

tempat usaha. Dalam Praktik Kerja Magang (PKM) yang dilaksanakan di Balai

Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya Sleman, Yogyakarta data

sekunder yang akan dikumpulkan, meliputi:

1. Keadaan umum lokasi Praktik Kerja Magang (PKM) yang meliputi letak

geografis dan keadaan tofograpi wilayah

2. Keadaan umum penduduk di sekitar tempat Praktik Kerja Magang.

2.3 Analisis Data

Analisis data pada kegiatan Praktik Kerja Magang (PKM) ini dilakukan

dengan analisis deskriptif, baik deskriptif kualitatif maupun deskriptif kuantitatif.

2.3.1 Deskriptif Kualitatif

Deskriptif kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti

pada makna dibalik data yang tampak. Untuk memahami interaksi sosial. Interaksi

sosial yang kompleks hanya dapat diuraikan, bila peneliti melakukan penelitian

metode kualitatif dengan cara ikut serta, wawancara mendalam terhadap interaksi

sosial tersebut. Selain itu untuk memahami perasaan orang. Perasaan orang

dapat diketahui dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan

observasi (Sugiyono, 2014).

Analisis data yang dilakukan selama Praktik Kerja Magang (PKM) yaitu

dengan menggunakan deskriptif kualitatif, antara lain:

1. Keadaan umum tempat usaha yang meliputi sejarah dan perkembangan

usaha, lokasi usaha, dan struktur organisasi pada Balai Pengembangan

Teknologi Perikanan Budidaya, Sleman, Yogyakarta.

2. Aspek manajemen produksi pembenihan ikan lele Mutiara Balai

Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya, Sleman, Yogyakarta mulai


12

dari planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating

(pergerakan), dan controlling (pengawasan).

3. Aspek teknis di Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya,

Sleman, Yogyakarta yang meliputi:

a. Sarana Produksi

Analisa data mengenai sarana produksi pembenihan ikan lele pada Balai

Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya Sleman, Yogyakarta adalah terkait

dengan alat yang digunakan untuk mencapaimaksud atau tujuan misalnya adalah

aerator, seser, selang, dan lain-lain.

b. Prasarana produksi

Analisa data mengenai prasarana produksi pembenihan ikan lele pada Balai

Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya Sleman, Yogyakarta adalah tekait

dengan fasilitas pendukung untuk menjalankan fungsi misalnya jalan, listrik,

pengairan dan lainnya.

c. Proses Produksi

Analisa data mengenai proses produksi pembenihan ikan lele pada Balai

Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya Sleman, Yogyakarta adalah

kegiatan terkait bagaimana proses produksi pada pembenihan ikan lele dilakukan

mulai dari menyiapkan kolam sampai benih siap dipanen.

4. Faktor pendukung dan faktor penghambat pada Balai Pengembangan

Teknologi Perikanan Budidaya, Sleman, Yogyakarta.

2.3.2 Deskriptif Kuantitatif

Menurut Yusuf (2014), penelitian deskriptif kuantitatif adalah salah satu jenis

peneIitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual. dan akurat

mengenai fakta dan sifat populasi tertentu, atau mencoba menggambarkan

fenomena secara detail. Penelitian deskriptif kuantitatil merupakan usaha sadar

dan sistematis untuk memberikan jawaban terhadap suatu masalah dan/atau


13

mendapaikan informasi lebih mendalam dan luas terhadap suatu fenomena

dengan menggunakan tahap-tahap penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Tipe

penelitian deskriptif kuantitatif bukanlah tipe penelitian asosiatif.

Analisis data yang dilakukan selama Praktik Kerja Magang (PKM) yaitu

dengan menggunakan deskriptif kuantitatif, antara lain:

1. Permodalan

Modal yang cukup sangat penting bagi setiap usaha karena dengan modal

yang cukup itu memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi dengan

seekonomis mungkin. Perusahaan tidak mengalami kesulitan atau menghadapi

bahaya-bahaya yang mungkin timbul karena adanya krisis atau kekacauan

keuangan. Kelebihan dengan adanya modal merupakan jumlah aktiva lancar yang

berasal dari modal sendiri atau utang. (Susanti et al., 2014).

2. Total Biaya

Biaya total (total cost) adalah jumlah dari biaya tetap dan biaya variable.

Biaya variable merupakan biaya yang berubah secara linear sesuai dengan

volume output operasi perusahaan. Biaya tetap adalah biaya yang tidak dapat

berubah mengikuti tingkat produksi sebagai contohnya adalah biaya pemeliharaan

pabrik dan asuransi., biaya abdomen telepon bulanan. Biaya total dapat dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut:

TC = FC + VC
Dimana:

FC = Fix Cost

VC = Variabel Cost

3. Penerimaan Usaha

Penerimaan usaha dapat dibedakan menjadi menjadi dua hal, yaitu

pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor memiliki pengertian

yang sama dengan penerimaan. Penerimaan adalah jumlah produk yang


14

dihasilkan pada suatu periode produksi dikalikan dengna harga per satuan produk

tersebut. Penerimaan dapat dihitung menggunakan rumus:

TR = Y x Py

Dimana:

TR : Total Revenue (Penerimaan Total)

Y : Jumlah Produksi

Py : Harga Per satuan Produk

3. Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)

Analisis R/C ratio merupakan alat analisis yang digunakan untuk melihat

pendapatan relatif suatu usaha dalam 1 tahun terhadap biaya yang dipakai dalam

suatu kegiatan. Suatu usaha dikatakan layak jika nilai R/C ratio lebih besar dari 1

(R/C > 1). Semakin tinggi nilai R/C, tingkat keuntungan suatu usaha akan semakin

tinggi (Mahyuddin, 2008). Untuk menghitung R/C ratio seperti rumus di bawah ini:

R/C ratio = Total Pendapatan


Total Biaya Produksi

4. Keuntungan

Keuntungan adalah selisih dari pendapatan dan biaya total yang

dikeluarkan. Keuntungan relatif usaha dapat diketahui dengan analisis imbang

penerimaan dan biaya atau revenue-cost ratio(R/C). Analisis R/C digunakan untuk

mengetahui setiap nilai rupiah biaya yang digunakan dalam kegiatan usaha dapat

memberikan sejumlah nilai rupiah penerimaan. Kegiatan usaha yang

menguntungkan memiliki nilai R/C yang besar (Widiyantara, 2009). Keuntungan

dihitung menggunakan rumus:

Keuntungan = Penerimaan – Biaya produksi total

5. Break Even Point (BEP)


15

Analisis Break Even Point (BEP) atau titik impas yang merupakan teknik

analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya total, laba yang diharapkan dan

volume penjualan. Secara umum analisa ini juga memberikan informasi mengenai

margin of safety yang mempunyai kegunaan sebagai indikasi dan gambaran

kepada manajemen berapakah penurunan penjualan dapat ditaksir sehingga

usaha yang dijalankan tidak menderita rugi. Selain itu apabila penjualan pada

Break Event Point (BEP) dihubungkan dengan penjualan yang dianggarkan. Maka

akan dapat diperoleh informasi tentang berapa jauh penjualan bisa turun sehingga

industri tidak menderita rugi atau tingkat keamanan bagi industri dalam melakukan

penurunan penjualan (Marhaeni, 2011)

6. Rentabilitas

Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba

selama periode tertentu. Bisa juga dikatakan bahwa rentabilitas adalah tingkat

prospektif tidaknya perusahaan di masa yang akan datang, berdasarkan tingkat

suku bunga tertentu (Utama, 2016). Cara untuk mengukur tingkat rentabilitas

perusahaan yaitu:

Laba Bersih
Rasio rentabilitas = X 100%
Total Passiva
16

3. KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA MAGANG

3.1 Keadaan Umum Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya

(BPTPB)

BPTPB Cangkringan adalah salah satu Unit Pelaksanaan teknis Dinas

(UPTD) pada Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Instimewa Yogyakarta.

(BPTPB) Cangkringan memiliki tugas dan fungsi yang tercantum dalam peraturan

Gubernur nomor 39 Tahun 2008. Tugas dari BPTPB itu sendiri adalah

menyelenggarakan pengembangan teknologi budidaya air tawar, budidaya air

payau dan budidaya air laut.

Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya (BPTPB), Cangringan

memiliki tujuh unit kerja yaitu Unit kerja Budidaya Air Tawar (UKBAT) sebanyak 4

unit, Unit Kerja Budidaya Air Payau (UKBAP) sebanyak 2 unit, dan Unit Kerja

Budidaya Air Laut (BAL) 1 unit. Unit Kerja Budidaya Air tawar meliputi UKBAT

Cangkringan, UKBAT Wonocatur, UKBAT Sendangsari, dan UK BAT Bejiharjo.

Sedangkan Unit Kerja Budidaya Air Payau (UKBAP) meliputi UKBAP Samas dan

UKBAP Congot serta Unit Kerja Budidaya Air Laut (BAL).

3.2 Letak Geografis dan Keadaan Alam Sekitar

Secara geografis wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai dari 1100 13’

00’’ BT sampai dengan 1100 33’ 00’’ BT dan 70 34’ 51’’ LS sampai dengan 70 47’

03’ LS dengan ketinggian antara 100 – 2.500 meter ditas permukaan air laut.

Kabupaten Sleman terdiri dari 17 Kecamatan, 86 desa dan 1.212 padukuhan. Unit

Kerja Budidaya Air Tawar (UK BAT) Wonocatur terletak di Dusin Cangkringan,

Desa Argumulyo, Kabupaten Sleman, DIY lebih tepatnya berada disebelah barat

UK BAT Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta. Secara geografis UK BAT Wonocatur terletak pada 70 30’ LS sampai


17

800 15’ LS dan 1100 00’ BT sampai 1100 BT. Jarak tempuh UK BAT Wonocatur ±

18 kilometer dari pusat kota Yogyakarta. UK BAT Wonocatur menempati tanah

seluas 1.155 Ha yang terdiri dari lahan untuk perkolaman seluas 0.575 ha, lahan

untuk bangunan berupa 1 unit hatchery, 1 gudang pupuk, 1 gudang pakan dan

bangsal serta bangunan kantor seluas 0.192 ha dan untuk lahan penghijauan serta

lahan parkir seluas 0.388 Ha.

Gambar 2. Layout UK BAT Wonocatur


Sumber : Data Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya 2019

3.3 Keadaan Topografi

Ditinjau dari topografinya, UK BAT Wonocatur terletak pada ketinggian 330

mdpl dengan kemiringan tanah sebesar 5 %, dengan suhu udara berkisar 25-33

C serta derajat keasaman (Ph) air berkisar 7 – 9. Keadaan tanah banyak


0

mengandung pasir berdebu, dengan jenis tanah vulkanis muda dan bersifat poros

sehingga air mudah meresat. Bentangan wilayah di Kecamatan Cangkringan

berupa tanah yang berombah dan perbukitan dengan batas wilayah sebagai

berikut:

Utara : Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali

Timur : Kecamatan Kemalang dan Manisrenggo, Kabupaten Klaten

Selatan : Kecamatan Ngemplak


18

Barat : Kecamatan Pakem

3.4 Kondisi Masyarakat Sekitar BPTPB Cangkringan

Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya Perikanan (BPTPB)

Cangkringan terletak di Desa Agromulyo Kecamatan Cangkringan Kabupaten

Sleman. Jumlah penduduk Kecamatan Cangkringan berdasarkan Pekerjaan dapat

diketahui bahwa sebagian besar penduduk memiliki pekerjaan pada bidang

pertanian/perkebunan yaitu sebanyak 4,192 Jiwa dengan rincian sebanyak 2,316

Jiwa laki-laki dan 1,876 adalah perempuan. Jenis pekerjaan yang menempati

peringkat kedua adalah kariawan swasta dengan jumlah 3,590 jiwa, dengan

jumlah kariawan swasta laki-laki sebanyak 2,097 jiwa dan kariawan swasta

perempuan sebanyak 1,493 jiwa. Kemudian pada peringkat ketiga yaitu Mengurus

Rumah Tangga sebanyak 3,488 jiwa, dengan 1 jiwa adalah laki-laki dan 3,487 jiwa

adalah perempuan.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Kecamatan Cangkringan berdasarkan Pekerjaan


No. Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Jumlah
(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)
1 Belum/Tidak Bekerja 447 260 707
2 Mengurus Rumah Tangga 1 3,487 3,488
3 Pelajar/Mahasiswa 1,442 1,459 2,901
4 Pensiunan 96 39 135
5 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 305 295 600
6 Tentara Nasional Indonesia 57 3 60
(TNI)
7 Kepolisian RI (POLRI) 119 7 126
8 Perdagangan 22 29 51
9 Petani/Pekebun 2,316 1,876 4,192
10 Peternak 18 8 26
11 Nelayan/Perikanan - - -
12 Industri - 1 1
13 Konstruksi 2 - 2
14 Transportasi 2 - 2
15 Karyawan swasta 2,097 1,493 3,590
16 Karyawan BUMN 28 16 44
17 Karyawan BUMD 11 2 13
18 Karyawan Honorer 50 50 100
19

No. Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Jumlah


(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)
19 Buruh Harian Lepas 964 213 1,177
20 Buruh 496 277 773
Tani/Perkebunan
21 Buruh 2 1 3
Nelayan/Perikanan
22 Buruh Peternakan 4 7 11
23 Pembantu Rumah tangga - 6 6
24 Tukang Cukur 3 - 3
25 Tukang Listrik 3 - 3
26 Tukang batu 39 - 39
27 Tukang Kayu 13 - 13
28 Tukang Sol Sepatu - - -
29 Tukang las/pandai besi 6 - 6
30 Tukang Jahit 6 19 25
31 Tukang Gigi 1 - 1
32 Penata Rias - 3 3
33 Penata Busana - - -
34 Penata Rambut - 3 3
35 Mekanik 31 - 31
36 Seniman 12 3 15
37 Tabib - - -
38 Paraji - - -
39 Perancang Busana - - -
40 Penterjemah 2 - 2
41 Imam Masjid - - -
42 Pendeta 1 1 2
43 Pastor 1 - 1
44 Wartawan 8 1 9
45 Ustadz/Mubaliqh 1 - 1
46 Juru Masak - 1 1
47 Promotor Acara - - -
48 Anggota DPR-RI - - -
49 Anggota DPD - - -
50 Anggota BPK - - -
51 Presiden - - -
52 Wakil Presiden - - -
53 Anggota Mahkamah - - -
Konstitusi
54 Anggota - - -
Kabinet/Kementrian
55 Duta Besar - - -
56 Gubernur - - -
57 Wakil Gubernur - - -
20

No. Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Jumlah


(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)
58 Bupati - - -
59 Wakil Bupati - - -
60 Walikota - - -
61 Wakil Walikota - - -
62 Agt DPRD Prov. 1 - 1
63 Agt DPRD Kab/Kota - - -
64 Dosen 40 30 70
65 Guru 128 332 460
66 Pilot - - -
67 Pengacara 3 - 3
68 Notaris - 3 3
69 Arsitek 5 - 5
70 Akuntan - - -
71 Konsultan 4 1 5
72 Dokter 8 17 25
73 Bidan - 17 17
74 Perawat 8 59 67
75 Apoteker - 10 10
76 Psikiater/Psikolog - 1 1
77 Penyiar Televisi 1 - 1
78 Penyiar Radio 1 - 1
79 Pelaut 3 - 3
80 Peneliti 2 1 3
81 Sopir 111 - 111
82 Pialang 1 - 1
83 Paranormal - - -
84 Pedagang 66 134 200
85 Perangkat Desa 86 15 101
86 Kepala Desa 3 - 3
87 Biara - 10 10
88 Wiraswasta 1,838 825 2,663
89 Lainnya 20 16 36
90 Hakim - - -
91 Biarawan - - -
JUMLAH TOTAL 12.396 12.668 25.064
Sumber : Data Kependudukan Hasil Konsolidasi Dan Pembersihan Data
Oleh Kementerian Dalam Negeri SEMESTER II TAHUN 2018.
21

4. HASIL PRAKTIK KERJA MAGANG

4.1 Profil Unit Kegiatan Budidaya Air Tawar (UK BAT) Wonocatur

Berdasarkan hasil Praktik Kerja Magang (PKM), profil Unit Kegiatan

Budidaya Air Tawar (UK BAT) Wonocatur, Sleman, Yogyakarta meliputi sejarah

berdirinya, struktur organisasi, dan tugas dan fungsi.

4.1.1 Sejarah Berdirinya UK BAT Wonocatur

Unit kerja Budidaya Air Tawar (UK BAT) Wonocatur Yogyakarta berdiri pada

tahun 1951. Pada awal berdirinya unit kerja ini bernama Balai Benih Ikan (BBI).

Gagasan ini dicetuskan oleh Bapak Husein selaku kepala seksi Perikanan di Dinas

Kelautan dan Perikanan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada tahun 2004,

nama Balai Benih Ikan (BBI) Wonocatur di ubah menjadi Unit Kerja Budidaya Air

Tawar (UK BAT) Wonocatur Yogyakarta dengan dengan pertimbangan unit kerja

ini dikhususkan untuk melakukan kegiatan operasional jenis-jenis ikan air tawar

saja.

Pada awalnya Unit Kerja Budidaya Air Tawar Wonocatur berlokasi di Desa

Tegalmulyo, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, DIY dengan luas tanah

sekitar 2 hektar, namun pada bulan Juli 2008 lokasi UK BAT Wonocatur pindah ke

Dusun Desa Argumulyo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman karena

lokasi yang lama digunakan untuk kepentingan publikasi yang lain. UK BAT

Wonocatur menempati sebagai UK BAT Cangkringan tepatnya di sebelah barat

karena belum adanya lokasi pengganti yang sesuai.

Komoditas ikan di UK BAT Wonocatur saat masih di Desa Tegomulyo,

Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul adalah ikan Tawes, ikan Lele dan

ikan Grasscarp dengan komoditas utama adalah ikan Mas, ikan Nila dan ikan

Tawes. Saat berpindah ke Cangkringan komoditas utama UK BAT Wonocatur

adalah ikan Lele. Tahun 2013 UK BAT Wonocatur mengembangkan pembesaran


22

ikan Sidat dan pada akhir tahun 2014 UK BAT Wonocatur juga mengembangkan

budidaya ikan Gabus.

4.1.2 Tugas dan Fungsi UK BAT Wonocatur

UK BAT Wonocatur termasuk dari salah satu Unit Pelaksanaan Teknis

Daerah Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya DIY. Unit Kerja ini

bergerak dalam bidang pembenihan dan pembesaran ikan khususnya ikan air

tawar. Berikut tugas UK BAT Wonocatur:

1. Mengembangkan induk ikan bermutu dan berkualitas baik

2. Memproduksi ikan konsumsi

3. Melayani kebutuhan benih konsumsi air tawar

4. Memberikan bimbingan teknis kepada masyarakat

5. Membuat rencana kerja dan lapangan

UK BAT Wonocatur juga mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Membudidayakan ikan air tawar dalam rangka untuk menunjang UPR

2. Tempat melaksanakan adaptasi teknologi budidaya ikan

3. Penyuluhan teknis budidaya ikan

4. Tempat mengembangkan rekayasa teknologi budidaya ikan air tawar.

4.2 Aspek Manajemen

Aspek manajemen merupakan salah satu aspek penting yang harus

diperhatikan dalam kegiatan produksi suatu usaha. Fungsi manajemen yang

harus diperhatikan meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian

(organizing), pengarahan (actuating) dan pengawasan (controlling). Penjelasan

fungsi manajemen, dijelaskan oleh pembahasan di bawah ini:

4.2.1 Perencanaan (Planning)

Menurut Assauri (1998), perencanaan berfungsi agar kegiatan produksi dan

operasi yang akan dilakukan dapat terarah bagi pencapaian tujuan produksi dan
23

operasi, serta fungsi produksi dapat terlaksana secara efektif dan efisien.

Perencanaan yang dilakukan dalam hubungannya dengan fungsi-fungsi produksi

dan operasi adalah:

a. Perencanaan operasi atau proses produksi.

b. Perencanaan persediaan dan pengadaan.

c. Perencanaan mutu.

d. Perencanaan penggunaan kapasitas mesin.

e. Perencanaan pemanfaatan sumber daya manusia.

Unit Kerja Budidaya Air Tawar (UK BAT) Wonocatur sendiri dalam hal

perencanaan (planning) memiliki perencanaan jangka pendek dan perencanaan

jangka panjang. Pada perencanaan jangka pendek, hal yang diencanakan adalah

seputar input maupun output produksi. Untuk input sendiri mengenai pengadaan

pakan. Karena berada di bawah naungan Dinas Perikanan dan Kelautan,

pengadaan pakan akan ada sistem buka tender bagi perusahaan pakan.

Kemudian untuk output produksinya, dibuatkan target berapa besar produksi benih

yang harus dihasilkan dalam satu tahunnya.

Selain adanya perencanaan jangka pendek, di Unit Kerja Budidaya Air

Tawar (UK BAT) Wonocatur juga memiliki perencanaan jangka panjang.

Berhubungan untuk menunjang kegiatan produksi maka perencanaan jangka

panjang yang dirumuskan yaitu untuk membangun pagar maupun renovasi kantor.

Berhubungan dengan pembangunan pagar beserta kantor nantinya akan

membutuhkan sumber daya manusia yang akan bekerja borongan untuk

membangun pagar beserta renovasi kantor.

4.2.2 Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian merupakan fungsi yang terpenting dalam menjalankan

produksi. Seorang pelaksana produksi harus mengenal dan melaksanakan

prinsip-prinsip organisasi sebelum menjalankan fungsi-fungsi manajemen


24

produksi lainnya. Pertama yang harus dilakukan adalah menetapkan struktur

organisasi yang penting untuk menjamin keterkaitan antara segi kesehatan

dengan aktivitas produksi. Setelah struktur organisasi terbentuk, maka langkah

berikutnya adalah menata pekerjaan yang harus dilakukan. Setelah mengetahui

pekerjaan yang harus dilakukan makan langkah selanjutnya yaitu memilih

pekerjaan mana yang sesuai dengan seseorang (Rasyaf, 2010).

UK BAT Wonocatur memiliki struktur organisasi yang terdiri dari pimpinan, 1

staf pegawai PNS, Pegawai honorer yang berjumlah 4 orang. UK BAT Wonocatur

dipimpin oleh Bapak Maryanto yang bertangungjawab atas semua kegiatan yang

terjadi di UK BAT Wonocatur. Pada bagian administrasi diduduki oleh Dian A.Md,

Bapak Rohman, A.Md yang bertugas di bagian produksi ikan Lele, M Ichsan A.Md

yang bertugas di pemasaran ikan lele, Arif S.Pi bertugas di bagian sarana dan Ari

Dwipriyanto yang bertugas sebagai penjaga malam. Wonocatur, tidak ada sistem

pembagian kerja yang khusus dalam pemasarannya. Dengan kata lain,

pemasaran benih ikan lele mutiara ini dilakukan secara bersama-sama dan

tanggung jawab bersama, jadi semua pegawai di Unit Kerja Budidaya Air Tawar

Wonocatur dapat ambil bagian didalam pemasaran ikan lele mutiara ini. Semua

pegawai yang ada pada saat pemasaran benih ikan lele mutiara dan telah dipilih

oleh Maryanto selaku Kepala Unit Kerja di Unit Kerja Budidaya Air Tawar

Wonocatur adalah pegawai yang biasanya akan melakukan pemasaran benih ikan

lele mutiara tersebut. Adapun struktur organisasi beserta status kepegawaian

pekerja yang ditunjukkan dibawah ini.


25

Pimpinan
Maryanto

Bagian
Bagian Bagian Sarana- Bagian Bagian
Administrasi Produksi Prasarana Pemasaran Keamanan
Dian A.Md Arif S.Pi Rohman Ichsan A.Md Ari D.
A.Md

Gambar 3. Struktur Organisasi UK BAT Wonocatur


Sumber : Data Primer yang Diolah

4.2.3 Pengarahan (Actuating)

Tujuan fungsi pengorganisasian adalah untuk menjadikan pekerja, bekerja

sesuai dengan yang diharapkan. Pengorganisasian membutuhkan fungsi

pengarahan agar kegiatan dapat dikendalikan. Pengarahan merupakan fungsi

manajemen yang digunakan untuk memimpin, mengawasi, memotivasi,

mendelegasikan dan menilai. Dengan kata lain, pengarahan adalah untuk

mengarahkan penggerak pada arah yang kita tentukan. Agar semua aktivitas tidak

menyimpang, maka diperlukan kualitas pekerja. Kualitas dan peran pekerja ditata

dalam suatu struktur organisasi yang dapat kita petik hasilnya bila semua itu

memenuhi sasaran dan sub-sasaran. Masalah yang ada adalah kualitas pekerja

tidak sama. Oleh karena itu, para pekerja yang berkaitan dengan produksi harus

diarahkan. Bila fungsi ini dijalankan dengan langkah-langkah secara benar, maka

kemungkinan besar apa yang diharapkan akan tercapai (Rasyaf, 2010).

Sistem actuating atau penggerakan di Unit Kerja Budidaya Air Tawar

Wonocatur dikepalai oleh Bapak Maryanto selaku kepala Unit Kerja. Sebagai

kepala unit kerja, Bapak Maryanto melakukan pengarahan kepada setiap staffnya

dalam menjalankan tugasnya. Biasanya sebelum menjalankan program kerjanya,

kepala unit kerja melakukan briefing terlebih dahulu agar jalannya kegiatan

produksi lancar seperti apa yang diharapkan. Selain itu, untuk menciptakan

kondisi kerja yang menyenangkan dan nyaman, Bapak Maryanto mengakrabkan


26

diri dengan para pekerja dengan seringnya mengobrol santai dan bercanda.

Dengan hal ini, pekerja maupun siswa yang magang merasa nyaman dan tidak

canggung. Hal ini berdampak positif untuk produktifitas SDM yang ada. Adapun

jabatan dan tugas setiap staff dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jabatan dan Tugas setiap Kariawan UK BAT Wonocatur


Nama Jabatan Tugas
Maryanto Kepala UK BAT Menjalankan kegiatan
Wonocatur budidaya, mengawasi
dan memotivasi
kariawan, dan
bertanggungjawab
kepada BPTPB atas
segala kegiatan yang
ada di UK BAT
Wonocatur
Dian A,Md Administrasi Menerima panggilan
pesanan konsumen,
membuat agenda kantor
setiap minggunya, entri
data, dan melakukan
arsip data.
Arif S.Pi Produksi Membuat jadwal
produksi, melakukan
standar kualitas produk,
mengawasi proses
produksi, dan
menyediakan produk
pesanan.
Rohman A,Md Sarana dan Prasarana Membuat pedoman
penggunaan alat dan
bahan, penyediakan
peralatan yang
dibutuhkan dan
melakukan perawatan
alat.
Ichsan A,Md Pemasaran Menentukan tren pasar,
menetapkan harga,
pemcari peluang pasar,
pembuat desain
pemasaran dan
berhubungan dengan
konsumen
Ari Dwiprianto Keamanan Bertanggungjawab atas
segala keamanan
kariawan maupun
material UK BAT
Wonocatur
Sumber : Data Primer yang Diolah
27

4.2.4 Pengawasan (Controlling)

Menurut Assauri (1998), pengendalian dan pengawasan merupakan

kegiatan yang dilakukan untuk menjamin agar kegiatan produksi dan operasi yang

dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Apabila terjadi

penyimpangan, maka penyimpangan tersebut dapat dikoreksi, sehingga apa yang

diharapkan dapat tercapai. Kegiatan pengendalian dan pengawasan yang

dilakukan dalam pelaksanaan fungsi produksi dan operasi adalah sebagai berikut

1. Pengendalian produksi dan operasi

Pengendalian produksi dan operasi adalah rangkaian prosedur yang

diarahkan kepada elemen-elemen dalam proses produksi antara lain

pengendalian bahan, harga, proses produksi, standar kualitas produk, dan tenaga

kerja sehingga memberikan dampak positif pagi keuntungan usaha.

Pada kegiatan pengendalian produksi yang dilakukan di UK BAT Wonocatur

lebih berfokus kepada penyediaan bahan baku pakan ikan dan pengendalian

hama dan penyakit. Penyediaan pakan ikan dilakukan setiap dua minggu sekali.

Pakan berasal dari pemerintah karena UK BAT Wonocatur berada pada Naungan

Dinas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Sedangkan untuk pengendalian hama dan

penyakit dilakukan apabila secara visual ikan tampak lemas dan berwarna pucat.

Apabila ikan terserang bakteri maka diberikan vitamin dan obat yang dicampurkan

pada pakan. Kegiatan pemberian vitamin dan obat dilakukan sampai ikan benar

benar sehat.

Pengendalian parasit dan penyakit merupakan suatu upaya untuk

menghindarkan larva terserang parasit dan penyakit. Parasit yang sering

menyerang lele mutiara baik masih larva maupun dewasa yaitu Argullus sp.,

Gyrodactylus sp. , Trichodina sp. , dan Cychlidogyrus sp.. Penyakit ini biasanya

menyerang benih lele yang dipicu oleh kualitas air yang buruk, suhu air yagn terlalu

dingin dan padat tebar yang terlalu tinggi, pH yang rendah, dan kadar amoniak
28

yang tinggi akibat sisa pakan dan sisa metabolisme ikan. Penangananya dengan

cara penggantian air kolam, penggaraman sebanyak 500 gr/m3 selama 3 hari, dan

pada pakan ikan lele diberi fish imunovit atau biovitaquatik sebanyak 5 ml/kg pakan

pemberiannya setiap sore sampai tidak ada kematian pada lele. Hama yang

membawa parasit yaitu air, keong, dan laba-laba. Hama-hama tersebut

merupakan organisme pembawa penyakit ke larva ikan. Selain itu, hama tersebut

juga bisa menjadi kompetitor dalam perebutan oksigen yang ada di dalam perairan

sehingga mempengaruhi pertumbuhan benih. Tindakan yang bisa dilakukan dalam

pengendalian hama ialah dengan memasang jaring pada saluran inlet serta

mengurangi benda atau tanaman air yang digunakan sebagai media bertelur

serangga.

Jenis penyakit yang sering yang menyerang lele adalah penyakit parasitik

yang disebabkan oleh protozoa, bakteri dan virus. Jenis protozoa yang sering

menginfeksi benih lele adalah Icthyopthirius sp., Trichodina sp., dan Cychlidogyrus

sp. Penyakit yang ditimbulkan oleh serangan protozoa adalah penyakit bintik putih

(white spot disease). Jenis bakteri penyebab timbulnya penyakit pada ikan lele

adalah Aeromonas sp., Pseudomonas sp., dan Myobacterium sp. Gejala serangan

penyakit bacterial adalah bintik merah diseluruh permukaan tubuh ikan, perut

mengembung, sirip ekor geripis, sirip punggung dan sirip dada berdarah. Virus

yang menyerang ikan lele adalah Rabdovirus dengan gejala pendarahan pada

organ-organ ikan dan kulit, perut mengembung dan kulit pucar. Pencegahan

penularan dan infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan virus dapat dilakukan

melalui makanan yang dicampur dengan obat antibiotik.

2. Pengendalian dan pengawasan mutu.

Kegiatan pengawasan dan pengendalian mutu dilakukan oleh bidang

produksi. Salah satu upaya peningkatan mutu benih lele adalah dengan

memberikan pakan yang mengandung protein tinggi. Apabila pakan yang


29

diberikan memiliki gizi yang seimbang maka pertumbuhan benih akan sangat

pesat dan memiliki postur tubuh yang besar. Pada saat ikan sudah masuk tahap

pendederan maka dilakukan uji laboratorium tentang kesehatan ikan agar ikan

tersebut layak konsumsi. Mutu ikan tersebut sangat dijaga karena apabila mutu

ikan buruk akan mempengaruhi jumlah dan harga jugal ikan. Pemberian pakan

dengan kadar protein dan serat yang tinggi akan mempengaruhi mutu ikan

sehingga kandungan gizi dari ikan tersebut tinggi.

3. Pengendalian dan pengawasan biaya.

Pengawasan biaya di UK BAT Wonocatur dilakukan oleh bidang pengawas

dari BPTPB Cangkringan. Segala biaya dalam proses produksi direkap oleh

bidang administasi. Hasil audit laporan keuangan nantinya akan diserahkan

kepada BPTPB Cangkringan sebagai laporan hasil penerimaan dan pengeluaran.

Apabila terjadi kecurangan atau penggunaan biaya produsi tidak sesuai tempat

nya maka pimpinan UK BAT Wonocatur akan menindak tegas kariwan dengan

melakukan pemecatan serta tidak memberi upah.

4. Pengendalian SDM

Pengendalian SDM di UK BAT Wonocatur dilakukan setiap sebulan sekali.

Adapun kegiatan yang dilakukan adalah dengan membuat catatan capaian setiap

kariawan, penetapan standard dan metode penilaian kinerja, melakukan koreksi

atau evaluasi serta memberikan motivasi kepada kariawan melalui seminar -

seminar dan pelatihan. Pengendalian SDM dilakukan juga dengan melakukan

studi banding ke dinas-dinas perikanan dan ilmu kelautan ataupun balai-balai lain.

Apabila ada kariawan yang tidak mencapai target penilaian maka akan dilakukan

evaluasi dan perbaikan kinerja ataupun dilakukan pergantian posisi sampai

kariawan tersebut merasa bisa melakukan dan nyaman terhadap pekerjaan yang

dilakukan.
30

Fungsi pengawasan di Unit Kerja Budidaya Air Tawar (UK BAT) Wonocatur

adalah dengan cara melakukan pengawasan terhadap kegiatan produksi maupun

sumber daya manusia yang bekerja. Pengawasan produksi dilakukan dengan

cara melihat hasil produksi dengan apa yang dirumuskan dalam perencanaan,

apakah sudah sesuai dengan apa yang direncanakan atau tidak. Hal ini dapat

diketahui melalui catatan harian yang dimiliki oleh Unit Kerja Budidaya Air Tawar

(UK BAT) Wonocatur, yang didalamnya mencatat mengenai data pemijahan,

fekunditas, HR, SR dan pemanenan. Apabila hasil tidak sesuai dengan target,

maka akan dievaluasi faktor apa yang menjadi penyebabnya, dan diperbaiki untuk

perencanaan selanjutnya. Selanjutnya pengawasan dilakukan terhadap

sumberdaya manusia yang ada, hal ini dilakukan Bapak Yudi Kasmono selaku

kepala unit dengan melihat absensi pekerja, kedisiplinan, maupun kinerja para

pekerja.

4.3 Aspek Teknis

Berdasarkan hasil Praktik Kerja Magang (PKM), aspek teknis pada laporan

ini terdiri dari sarana-prasarana dan proses produksi.

4.3.1 Sarana

Sarana ialah sesuatu yang digunakan sebagai alat atau peralatan dalam

pencapaian maksud dan tujuan. Fasilitas utama dalam proses pembenihan

merupakan fasilitas yang menjadi komponen pokok dalam kegiatan budidaya.

Fasilitas utama dalam proses pembenihan ikan lele mutiara yang digunakan yaitu

kolam beton dan sistem pengairan. Sarana yang digunakan dalam produksi

pembenihan Ikan Lele Mutiara (Clarias sp.) di Unit Kerja Budidaya Air Tawar (UK

BAT) Wonocatur, Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya (BPTPB),

Cangkringan, Sleman, Yogyakarta adalah sebagai berikut.


31

1. Bak dan Kolam Pemeliharaan Induk

Wadah yang digunakan dalam proses pemeliharaan induk lele mutiara

berupan kolam beton. Kolam pemeliharaan induk merupakan Kolam permanen

yang terbuat dari beton dan memiliki luas 9 m2dengan tinggi bak 1 m dengan dasar

kolam berupa beton. Kolam tersebut dilengkapi dengan inletdan outlet dari pipa

paralon dengan diameter inlet2 inci dan diameter outlet3 inci. Inlet Kolam

dihubungkan dengan pipa dari saluran air. Air yang masuk pada kolam

pemeliharaan induk dan pemijahan sebesar 0,4 L/detik. Outle kolam berada pada

sisi yang berlawanan dengan inlet kolam dan berada dibagian dasar yang

terhubung langsung dengan saluran pembuangan.

Gambar 4. Kolam Pemeliharaan Induk


Sumber : Data Primer yang Diolah

Kolam pemeliharaan induk ikan lele mutiara adalah kolam permanen yang

berdimensi 12 mx 6.7 m x 1.5 m dengan luas kolam 80 m2. saluran inlet dan

outletkolam induk tersebut berukuran 2 inci. Debit air yang mengalir dalam kolam

tersebut sebesar 0.5 L/detik. Kolam pemeliharaan induk tersebut dilengkapi

dengan jaring yang berfungsi untuk menjaga induk ikan agar tidak melompat dari

kolam pemeliharaan. Jaring tersebut di ikat di setiap sisi jaring pada paku yang

sudah terpasang di setiap pematang kolam.


32

2. Kolam Pemijahan dan Pemeliharaan Larva

Kolam pemijahan merupakan kolam yang digunakan dalam proses

pembenihan di UK BAT Wonocatur. Kolam pemijahan dan pemeliharaan larva

terbuat dari beton yang berbentuk persegi panjang dengan luas ukuran 15 m2.

Kolam ini dilengkapi dengan saluran inlet dan outlet yang terbuat dari pipa paralon.

Jumlah kolam pemijahan berjumlah 20 unit. Kolam pemijahan lele ditujukkan pada

Gambar 5.

Gambar 5. Bak Pemijahan


Sumber : Data Primer yang Diolah

3. Sistem Penyediaan Listrik

Tenaga listrik yang digunakan di UK BAT Wonocatur bersumber dari

Perusahaan Listrik Negara (PLN). Tenaga listrik dilengkapi dengan abdomenlistrik

yang berada pada bangunan kantor dan bangunan hatcherydengan kapasitas

masing-masing meteran 4.400 Watt. Ketersediaan tenaga listrik merupakan

sarana yang sangat vital dalam suatu usaha pembenihan karena hampir sebagian

besar peralatan yang dioperasikan membutuhkan tenaga listrik, oleh karena itu

tenaga listrik harus tersedia 24 jam. Ketersediaan listrik juga harus dioperasikan

dengan baik dan benar agardimanfaatkan secara optimal. Pada suatu lokasi

pembenihan dibutuhkan juga seorang pengawas yang mampu menjaga selama

24 jam dan memastikan semua peralatan tetap beroperasi dengan sebagaimana


33

mestinya. Pemilihan lokasi usaha pembenihan sebaiknya jaringan pasokan listrik

dari PLN dapat mudah didapatkan.

Cadangan sumber listrik jika pasokan dari PLN terhambat dibutuhkan

generator set yang kapasitasnya sesuai dengan kebutuhan dari peralatan yang

digunakan. UK BAT Wonocatur hampir semua instalasi peralatan menggunakan

sumber energi listrik untuk mensuplai oksigen dan distribusi air selama 24 jam. UK

BAT Wonocatur menggunakan cadangan listrik yang berasal dari 2 generator set

dengan kapasitas 380 KVA dan 100 KVA. Sumber tenaga listrik ditunjukkan pada

Gambar 6.

Gambar 6. Sumber Tenaga Listrik


Sumber : Data Primer yang Diolah

4. Sistem Penyediaan Air

Penyediaan air merupakan hal mutlak yang harus ada karena merupakan

media hidup ikan. Air yang tersedia harus steril, yakni tidak mengandung hama

dan penyakit. Sumber air yang dignakan UK BAT Wonocatur dalam kegiatan

pembenihan berasal dari aliran Sungai Opak. Air yang masuk ke dalam kolam

pemeliharaan sebelumnya melewati bak filter. Bak filter tersebut berupa bak beton

yang memiliki bentuk persegi panjang dengan volume 9 m3. Air yang mengalir di

bak tersebut akan membentuk aliran zig-zag yang bertujuan agar pasir yang

terbawa dari sungai akan mengendap di bak tersebut. Aliran zig-zag tersebut

terjadi karena adanya sekat yang terbuat dari beton dengan ukuran panjang 4 cm
34

dengan ketinggian 1.16 m. Bak filter tersebut dilengkapi dengan inlet dan

outletyang tebuat dari pipa paralon dengan diameter 4 inci. Air yang sudah

diendapkan selanjutnya didistribusikan melalui saluran air yang terbuat dari beton

dengan lebar 45 cm dan tinggi saluran air sebesar 47 cm. Bak filter. Bak filter

ditunjukkan pada Gambar 7.

Gambar 7. Bak Filter Pengendapan


Sumber : Data Primer yang Diolah

5. Sistem Aerasi

Sumber udara yang digunakan untuk proses pembenihan ikan lele du UK

BAT Wonocatur berasal dari Hi-Blower dengan spesifikasi 100 HP, 230 V, 50 Hz,

95 W. Hi-Blower memiliki fungsi sebagai suplai oksigen ke dalam perairan pada

wadah budidaya yang digunakan. Udara dari Hi-Blower didistribusikan

menggunakan pipa paralon ¾ inci yang dialirkan ke bak penetasan telur,

pemeliharaan larva hingga bak pendederan benih. Setiap paralon disambungkan

dengan aerasi dan batu sebagai pemberat agar selang aerasi bisa tenggelam.

Selang aerasi yang digunakan memiliki diameter 5 mm dengan panjang batu

pemberat 3 cm dan panjang selang aerasi 2 m, dalam setiap bak pemeliharaan

terdapat 5 titik aerasi. Pengaturan debit udara digunakan keran aerasi pada setia

titiknya. Hi-Blower ditunjukkan pada Gambar 8.


35

Gambar 8. Hi-Blower
Sumber : Data Primer yang Diolah

4.3.2 Prasarana

.Prasarana adalah sesuatu yang merupakan factor penunjang terlaksananya

suatu proses kegiatan. Prasarana yang digunakan dalam produksi pembenihan

Ikan Lele Mutiara (Clarias sp.) di Unit Kerja Budidaya Air Tawar (UK BAT)

Wonocatur, Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya (BPTPB),

Cangkringan, Sleman, Yogyakarta adalah sebagai berikut.

1. Kantor

Kantor BPTPB Cangkrinfan merupakan pusat dari seluruh Unit Kerja

Budidaya Air yang ada di Provinsi DIY. Kantor BPTPB Cangkringan ditunjukan

pada Gambar 9. Kantor UK BAT Wonocatur memiliki ukuran 12,92 x 5,74 m2

berjumlah 1 unit. Kantor ini digunakan sebagai ruangan administrasi serta

digunakan untuk menerima tamu maupun rapat anggota. Selain itu kantor juga

digunakan untuk menyimpan laporan-laporan penting mengenai kegiatan yang

telah dilakukan ole UK BAT Wonocatur.


36

Gambar 9. Kantor
Sumber : Data Primer yang Diolah

2. Bangsal

Bangsal merupakan suatu bangunan yang berfungsi untuk menyimpan

barang-barang pendukung dalam proses budidaya seperti kulkas, tabung oksigen,

selang aerator, jaring dan timbangan. Selain itu, bangsal juga dapat digunakan

sebagai tempat sebagian kegiatan budidaya seperti sampling, pembuatan pakan

dan proses pengepakan benih. Ukuran bangunan bangsal yang dimiliki UK BAT

Wonocatur adalah 5,5 x 2,8 m2.

Gambar 10. Bangsal


Sumber : Data Primer yang Diolah

3. Gudang Pakan

Gudang pakan merupakan tempat untuk menyimpan pakan ikan lele dan

barang-barang penunjang lainnya seperti ember, gelas ukur serta untuk

menyimpan probiotik air dan pakan. Bangunan ini memiliki ukuran 5,5 x 2,36 m2

berjumlah 1 unit yang letaknya berdekatan dengan bangsal.


37

Gambar 11. Gudang Pakan


Sumber : Data Primer yang Diolah

4. Gudang Kapur

Gudang kapur merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan kapur

dan alat-alat penunjang proses budidaya yang dimiliki oleh UK BAT Wpnpcatur.

Bangunan ini memiliki ukuran 4,13 x 2,19 m2 berjumlah 1 unit yang terletak

bersebelahan dengan gudang pupuk.

Gambar 12. Gudang Kapur


Sumber : Data Primer yang Diolah

5. Gudang Pupuk

Gudang pupuk di UK BAT Wonocatur terbuat dari beton tanpa pintu yang

berfungsi untuk menyimpan pupuk kandang dan alat-alat penunjang lainnya.

Bangunan ini memiliki ukuran 4,13 x 2,9 m2 berjumlah 1 unit.


38

Gambar 13. Gudang Pupuk


Sumber : Data Primer yang Diolah

6. Garasi

Garasi di UK BAT Wonocatur di BPTPB Cangkringan digunakan untuk

menyimpan kendaraan-kendaraan yang berada di UK BAT Wonocatur. Letak

garasi sekitar 100 m dari kantor UK BAT Wonocatur karena letaknya berada di

Cangkringan. Bangunan ini memiliki ukuran 6 x 6 m2. Bangunan tersebut terbuat

dari beton dan dilapisi dengan terpal.

Gambar 14. Garasi


Sumber : Data Primer yang Diolah

7. Transportasi

Kendaraan yang dimiliki oleh UK BAT Wonocatur adalah kendaraan

bermotor sebanyak 2 unit yaitu motor roda dua dan motor roda tiga. Kendaraan ini

menggunakan bahan bakar bensin yang berfungsi untuk mengangkut ikan ke

tempat konsumen dan mengangkut barang-barang kebutuhan dari UK BAT

Wonocatur.
39

Gambar 15. Transportasi


Sumber : Data Primer yang Diolah

8. Tabung Oksigen

Tabung oksigen merupakan salah satu alat yang mendukung dalam

kegiatan pengepakan ikan. Alat ini berfungsi untuk proses pengemasan ikan

indukan, benih, maupun larva pada waktu akan dipasarkan. Tabung oksigen ini

memiliki panjang 132 cm, keliling 71 cm, dan diameter 17 cm. Tabung oksigen

yang digunakan mempunyai kapasitas untuk 400-500 kantong. Kantong plastik

yang digunakan umumnya berukuran 60 x 40 cm2 dengan perbandingan air dan

oksigen 1:2.

Gambar 16. Tabung Oksigen


Sumber : Data Primer yang Diolah

9. Kulkas

Kulkas berfungsi sebagai tempat penyimpanan bahan obat-obatan,

antibiotik, pakan,dan bahan bahan yang mudah rusak karena pengaruh suhu

lainnya. Kulkas yang digunakan oleh UK BAT Wonocatur adalah kulkas dua pintu.

Dimensi kulkas tersebut yaitu 62 x 61 x 154 cm2 dan mempunyai berat 63 kg.
40

Gambar 17. Kulkas


Sumber : Data Primer yang Diolah

10. Timbangan

UK BAT Wonocatur memiliki 1 unit timbangan digital dengan kapasitas 600

g (Gambar 18a) untuk menimbang benih ikan dalam sampling maupun

menimbang antibiotik, serta 1 unit timbangan duduk (Gambar 18b) yang

berkapasitas 5 kg untuk menimbang induk ikan lele saat dipijahkan dan juga untuk

menimbang berat pakan yang akan diberikan.

(a) (b)
Gambar 18. Timbangan (a) Digital dan (b) Duduk
Sumber : Data Primer yang Diolah
11. Sumur

Sumur di UK BAT Wonocatur digunakan sebagai penyedia air bersih yang

digunakan dalam kegiatan pembuatan probiotik, mencuci peraltan yang telah

digunakan, dan kegiatan masak. Sumur yang digunakan UK BAT Wonocatur

berada di belakang kantor UK BAT Wonocatur.


41

Gambar 19. Sumur


Sumber : Data Primer yang Diolah

12. Rumah Dinas

BPTPB Cangkringan memiliki 5 unit rumah dinas. Rumah dinas tersebut

diperuntukkan pegawai dari BPTPB Cangkringan dan UK BAT Wonocatur yang

bertujuan untuk kepentingan fasilitas pegawai dan mempermudah pengamanan

serta pengawasan lingkup balai. Keluarga dari pegawai dapat tinggal di rumah

tersebut sampai masa pensiun.

Gambar 20. Rumah Dinas


Sumber : Data Primer yang Diolah

13. Asrama

Asrama ini diberi nama Jois yang singkatan dari Jogjakarta Istimewa.

Asrama ini memiliki kamar berjumlah 8, dimana luas setiap kamar adalah 3 x 3 m2

yang dilengkapi dengan sarana-prasarana pendukung seperti kamar mandi dan

tempat jemuran. Asrama Jois diperuntukkan untuk penginapan tamu dari BPTPB
42

Cangkringan dan peserta PKL/PKM dari istansi-instansi terkait yang memiliki

kepentingan keilmuan maupun pengabdian.

Gambar 21. Asrama


Sumber : Data Primer yang Diolah

14. Akses Jalan

Akses jalan menuju UK BAT Wonocatur maupun BPTPB Cangkringan

berada pada Desa Agromulyo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman

Provinsi DIY, atau 45 menit dari ibu kota provinsi. Dari kondisi jalan berada pada

golongan A yang mana mempermudah dan mendukung akses segala hal yang

berhubungan dengan distribusi.

Gambar 22. Jalan


Sumber : Data Primer yang Diolah

4.3.3 Proses Produksi

Tahapan proses produksi pada pembenihan Ikan Lele Mutiara (Clarias sp.)

di Unit Kerja Budidaya Air Tawar (UK BAT) Wonocatur, Balai Pengembangan
43

Teknologi Perikanan Budidaya (BPTPB), Cangkringan, Sleman, Yogyakarta

dimulai dari Pemeliharaan induk, pemijahan, penanganan telur, penanganan larva,

kultur pakan alami, pengolaan kualitas air, pengendalian hama dan penyakit dan

pemanenan.

pemeliharaan
induk

pemijahan

penanganan telur

penanganan larva

kultur pakan alami

pengolaan kualitas
air

pengendalian
hama dan penyakit

pemanenan

4.3.3.1 Pemeliharaan Induk

Kegiatan pemeliharaan induk pada Ikan Lele Mutiara (Clarias sp.) dimulai

dengan pengadaan induk dan pemberian pakan induk akan dijelaskan sebagai

berikut.
44

1. Pengadaan Induk

Calon induk lele mutiara di UK BAT Wonocatur merupakan hasil dari

pembesaran yang dilakukan oleh balai itu sendiri. Induk jantan dan betina yang

dipijahkan menimal mempunyai berat 1 kg dan sudah berumur lebih dari 10 bulan.

Induk yang akan dipijahkan kemudian dipuasakan selama 22-24 jam agar bisa

diketahui perut induk berisi telur atau berisi pakan. Berat induk betina yang akan

dipijahkan memiliki berat 1000 sedangkan pada jantan memiliki berat 1100. Hal ini

sesuai dengan pendapat Khairuman dan Amir (2012) bahwa induk yang akan

digunakan dalam pemijahan ditentukan oleh jenis dan kualitas induk, karena induk

merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan kegiatan pembenihan. Induk

yang berkualitas baik akan menghasilkan benih yang baik pula. Benih yang

dihsilkan memiliki daya tahan tubuh kuat sehingga mampu bertahan dalam kondisi

lingkungan yang buruk maupun terhadap serangan penyakit. Induk lele mutiara

seperti disajikan pada Gambar 23.

Gambar 23. Pengadaan induk


Sumber : Data Primer yang Diolah

2. Pemberian Pakan Induk

Pakan yang digunakan berupa pakan komersil dengan kadar protein

sebesar 39% - 41% (Tabel 4). Tujuan dari pemberian pakan dengan kadar protein

tinggi adalah agar pertumbuhan induk optimal dan gonad yang dihasilkan
45

berkualitas. Pemberian pakan sebanyak 2% dari berat biomassa/hari dengan

frekuensi pembenihan pakan sebanyak 2 kali/hari yaitu diberi pada pagi hari pukul

08.00 WIB dan sore hari pukul 15.00 WIB.

Gambar 24. Pakan Induk


Sumber : Data Primer yang Diolah

Pakan merupakan salah satu faktor yang menentukan laju pertumbuhan

ikan. Pemberian pakan dengan gizi tinggi tidak dan akan bermanfaat maksimal,

bila dalam pemberian tidak sesuai dengan kebiasaan pakan dari ikan yang

dibudidayakan. Sumber energi untuk memenuhi kebutuhan ikan adalah pakan.

Apabila kandungan gizi dalam pakan tidak sesuai maka mempengaruhi laju

pertumbuhan ikan tersebut. Manajemen pemberian pakan yang baik akan

mempengaruhi pertumbuhan ikan (Marnami, 2011).

Tabel 4. Kandungan Gizi dalam Pakan


Komposisi pakan
Protein 44-46%
Lemak 12%
Serat Kasar 3%
Abu 15%
Kandungan air 11%
Sumber : Dinas Perikanan dan Ilmu Kelautan 2019

4.3.3.2 Pemijahan

Pemijahan pada Ikan Lele Mutiara (Clarias sp.) dimulai dengan pemberokan,

seleksi induk, persiapan tempat pemijahan, pemijahan dan penanganan setelah

memijah akan dijelaskan sebagai berikut.


46

1. Pemberokan

Pemberokan iduk jantan dan betina lele mutiara dalam proses pemijahan

sangat penting karena bertujuan untuk mengetahui induk yang akan dipijahkan

benar-benar matang gonad atau belum. Selain itu, pemberokan induk juga

bertujuan untuk pengkosongan lambung sehingga pemijahan tidak banyak

mengeluarkan feses atau kotoran dan urin sehingga tidak mengakibatkan

munculnya racun. Proses pemberokan dilakukan 1 hari sebelum induk ikan

tersebut dipijahkan. Wadah yang digunakan dalam proses pemberokan adalah

kolam pemeliharaan induk lele mutiara.

Induk lele yang akan dipijahkan sebaiknya diberok atau dipuasakan terlebih

dahulu. Caranya, lele yang sudah diseleksi tidak diberi pakan sekitar 1-2 hari.

Pemberokan induk betina dilakukan untuk meastikan bahwa isi perut induk adalah

telur dan bukan lemak. Jika perut induk mengempes setelah pemberokan maka

dapat dipastikan isi perutnya adalah lemak bukan telur. Apabila telur tidak

mengempis dan alat kelaminnya sesuai dengan ciri-ciri matang gonad maka sudah

mengandung telur (Nugroho, 2012).

2. Seleksi Induk

Tingkat Kematangan Gonad (TKG) induk dapat diketahui dengan cara

melakukan sampling atau seleksi induk. Sampling kematangan gonad dilakukan

sebelum kegiatan pemijahan. Kegiatan diawali dengan mengambil induk dari bak

pemeliharaan dengan menggunakan jaring. Cara pengamatan tingkat

kematangan induk dilakukan dengan cara visual. Pengamatan didasarkan pada

jenis kelamin dan kondisi fisik pada induk tersebut. Induk yang memiliki kriteria

untuk dipijahkan kemudian dilakukan penimbangan dan pengukuran panjang

tubuh kemudia langsung dimasukkan ke dalam bak pemijahan.

Pemilihan atau seleksi induk bertujuan untuk mengetahui tingkat

kematangan gonad induk yang akan dipijahkan. Induk lele yang digunakan untuk
47

memijah harus benar-benar siap memijah. Induk yang di seleksi merupakan bibit

unggul dengan pertumbuhan bagus, berumur setahun atau lebih, berat induk

minimal 0,5 kg setiap ekornya, sehat dan tidak cacat. Jika yang dimaksud sudah

diperoleh, sebaiknya ikan tersebut segera dipisahkan dan dipelihara sendiri di

kolam pemeliharaan induk (Mahyuddin, 2008).

Betina
Jantan

Gambar 25. Induk Matang Gonad


Sumber : Data Primer yang Diolah

Tabel 5. Ciri-Ciri Induk Yang Sudah Matang Gonad


Parameter Induk Jantan Induk Betina
Umur Minimal 1 tahun Minimal 1 tahun
Bobot Minimal 1000-1500 gr Minimal 1000-1500 gr

Urogenital Papila melebihi Alat kelamin berwarna


pangkal sirip anus kemerahan, membesar dan
dan warna kemerahan menonjol keluar
serta membesar

Tubuh Perut ramping, Perut membesar, panjang


panjang 65-70 cm 55-60 cm
Kesehatan Sehat dan tidak cacat Sehat dan tidak cacat
Sumber : Data Primer yang diolah

Induk yang telah diseleksi kemudian di ukur panjang dan beratnya agar

diketahui keseimbangan berat antara jantan dan betina agar dapat memijah dan

meminimalisirkan luka yang ditimbulkan saat memijah. Induk jantan dan betina di

ukur panjangnya menggunakan papan pengukur atau menggunakan meteran tali

dan berat induk jantan dan betina di timbang menggunakan timbangan duduk dan
48

bak sortin agar mudah dalam penimbangan dan di dapat berat yang

sesungguhnya tanpa air.

3. Persiapan Tempat Pemijahan

Wadah yang akan digunakan untuk pemijahan, penetasan telur hingga

pemeliharaan larva dijadikan satu pada kolam bak beton. Bak beton yang

digunakan untuk pemijahan adalah bak beton dengan luas 9 m2 dan memiliki tinggi

1 m. Bak tersebut dilengkapi dengan inlet berdiameter 2 inci dan outlet dengan

diameter 3 inci. Debit air yang masuk 0,4 L/detik. Bak pemijahan induk terlebih

dahulu dibersihkan dari kotoran dengan menyikan dan membilas kolam dengan air

bersih. Bak tersebut kemudian di isi air sampai mencapai ketinggian 30 cm. Proses

persiapan tempat pemijahan dapat dilihat pada Gambar 26.

Kolam untuk induk yang akan dipijahkan dapat menggunakan kolam tanah

maupun beton. Kolam tersebut berukuran 2-9 m2 dengan ketinggian air optimum

mencapai 25-30 cm. Selain bak beton juga dapat digunakan bak fiber. Kegunaan

bak fiber adalah untuk tempat sementara pemberokan agar ikan benar benar siap

untuk memijah. Kolam juga perlu diberikan kakaban yang berguna untuk tepat

menempelnya telur yang keluar (Nugroho, 2007).

Gambar 26. Bak Proses Pemijahan


Sumber : Data Primer yang Diolah
49

4. Pemijahan

Pemijahan indukan lele mutiara dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu

pemijahan alami, semi buatan dan buatan. Pemijahan yang dilakukan di UK BAT

Wonocatur adalah pemijahan secara alami (natal spawning), pemijahan alami

dilakukan tanpa perlakuan apapun melibatkan manusia seperti penyuntikan

ataupun sripping induk betina untuk mengeluarkan telur. Bak pemijahan di isi

sepasang induk betina dan jantan dengan rasio pemijahan 1 jantan : 1 betina

dengan bobot induk yang sama. Pada umumnya pemijahan secara alami terjadi

pada malam hari karena ikan lele bersifat nocturnal.

Telur ikan lele bersifat menempel pada substrat (Gambar 27). Jumlah

substrat yang digunakan disesuaikan dengan bobot induk yang dipijahkan,

umumnya diberikan 4 kakaban/kg induk. Pemijahan ini biasanya berlangsung

pada pukul 20.00 – 22.00 WIB, dengn pengamatan dilakukan 1 jam sekali, pada

saat pemijahan lele jantan akan mengejar lele betina disekitar substrat. Induk

betina yang dikejar jantan akan mengeluarkan telur dan disemprotkan ke substrat

pemijahan dan saat itu pula jantan menyemprotkan sperma ke telur yang telah

menempel pada substrat. Untuk mengetahui induk telah memijah atau tidak yaitu

dengan melihat pada air jika sedikit berminyak maka induk telah memijah.

Pengamatan pada pukul 22.00 WIB induk telah memijah dan menghasilkan telur

yang banyak.

Pemijahan ikan lele mutiara terjadi secara alamiah pada bulan November-

Desember dan bulan April-Mei. Sebelum berpijah, induk jantan dan betina

bercumbu dan berkejaran disekitar lubang persembunyian. Aktivitas ini dilakukan

selama dua jam dan diakhiri dengan pembuahan, yaitu induk betina menghasilkan

telur dan jantan membuahi dengan spermanya. Setiap memijah, seekor induk lele

mutiara dapat menghasilkan telur sebanyak 10.000 hingga 15.000 butir telur.

Setelah pembuahan, induk lele jantan akan meninggalkan sara tempat pemijahan
50

sedangkan yang induk betina akan tetap tinggal di tempat pemijahan sampai telur

menetas. Telur akan lebih cepat menetas apabila berada pada suhu 25-320C pada

kisaran waktu 20-24 jam setelah pembuahan (Iswanto, 2007).

Gambar 27. Bak Pemijahan


Sumber : Data Primer yang Diolah

5. Penanganan Setelah Memijah

Setelah terjadi pembuahan, induk lele harus diangkat dan dikeluarkan dari

bak pemijahan menggunakan seser agar induk tidak merusak telur yang

menempel pada substrat. Pengcekan aerasi dan suhu air pada bak penetasan

harus dilakukan secara berkala agar kegiatan penetasan telur maksimal. Suhu air

harus dijaga pada kisaran 28-300C, kadar oksigen terlarut yang optimal berkisar

pada 4 mg/L-5mg/L. Selanjutnya kakaban yang telah berisi telur di atur posisinya

dengan cara dibalik agar telur yang menempel pada kakaban dapat terendam air

secara keseluruhan. Pembalikan kakaban dapat dilihat pada Gambar 28.


51

Gambar 28. Kakaban


Sumber : Data Primer yang Diolah

4.3.3.3 Penanganan Telur

Penanganan telur pada Ikan Lele Mutiara (Clarias sp.) dimulai dengan

persiapan wadah penetasan telur, proses penanganan dan perhitungan telur akan

dijelaskan sebagai berikut.

1. Persiapan Wadah Penetasan Telur

Wadah yang digunakan untuk penetasan telur adalah wadah yang sama

digunakan untuk pemijahan. Proses persiapan wadah penetasan telur sudah

dilakukan ketika proses persiapan wadah untuk pemijahan. Pada saat wadah akan

digunakan untuk penetasan telur sebelumnya induk lele telah diangkat

menggunakan seser atau skopnet dengan perlahan agar tidak merusak telur yang

menempel pada substrat pemijahan. Pengcekan aerasi dan suhu air pada bak

penetasan harus dilakukan secara berkala agar kegiatan penetasan telur

maksimal. Suhu air harus dijaga pada kisaran 28-300C, kadar oksigen terlarut

yang optimal berkisar pada 4 mg/L-5mg/L. Selanjutnya kakaban yang telah berisi

telur di atur posisinya dengan cara dibalik agar telur yang menempel pada kakaban

dapat terendam air secara keseluruhan. Pembalikan kakaban dapat dilihat pada

Gambar 29.
52

Penetasan terjadi bila embrio lebih panjang dari lingkaran kuning telur dan

telah membentuk sirip perut. Penetasan juga disebabkan oleh gerakan-gerakan

larva akibat peningkatan suhu, intensitas cahaya, dan penurunan oksigen.

Pemijahan dan fertilisasi cara tradisional biasanya dilanjutkan dengan cara

penetasan langsung di kolam pemijahan tersebut. Beberapa kelemahan dari cara

ini adalah kemungkinan telur dan larva dimangsa oleh predator dan terkena infeksi

penyakit seperti jamur sehingga mortalitas larva menjadi tinggi.

Gambar 29. Telur yang dihasilkan


Sumber : Data Primer yang Diolah

2. Proses Penanganan

Penanganan telur setelah pemijahan yaitu telur yang sudah dikeluarkan dari

induk betina menempel pada kakaban di balik dan diusahakan jangan sampai ada

yang menumpuk, yang selanjutnya di beri aerator untuk menyuplai oksigen di

perairan. telur ikan lele berbentuk bulat berwarna bening serta memiliki lapisan

minyak sehingga telurnya dapat mengapung. Tipe telur lele termasuk pada tipe

telur adhesife karena telur menempel pada substrat dan telur lele termasuk pada

telur bouyant, karena telur akan mengapung di permukaan air. Telur lele akan

menetas dalam jangka waktu 24 jam. Telur lele berdasarkan kualitas kulit luarnya

dikelompokkan ke dalam telur gumpalan lendir, yaitu telur-telur diletakkan pada

rangkaian lendir atau gumpalan (Efendi, 2002).


53

3. Perhitungan Telur

Perhitungan telur pada pembenihan ikan lele Mutiara (Clarias sp.) meliputi

fekunditas, derajat pembuahan, derajat penetasan dan survival rate.

a. Fekunditas

Fekunditas sangat berpengaruh terhadap jumlah anak ikan yang dihasilkan

oleh induk yang dipijahkan. Semakin kecil ukuran telur, fekunditasnya akan

semakin besar (Sutisna dan Sutarmanto, 1995). Secara matematis, persamaan

fekunditas dapat dilihat pada lampiran 1. Hasil dari perhitungan fekunditas dari 2

induk betina disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Perhitungan Fekuditas


Pemijahan Berat Berat Berat Fekunditas
awal akhir rata-rata (butir/kg)
(gr) (gr) telur (gr)
Alami 1000 900 0,00439 22.779
Sumber : Data Primer yang Diolah

Rata-rata fekunditas yang diperoleh dari 2 sampel yang digunakan sebesar

27.605 butir/kg. Fekunditas ikan lele mutiara pada umumnya berkisar antara

60.000 butir/kg berat tubuh induk. Menurut Fatah dan Adjie (2013), nilai fekunditas

suatu spesies ikan selain dipengaruhi oleh ukuran panjang total, juga dipengaruhi

oleh bobot tubuh. Rendahnya nilai fekunditas yang diperoleh disebabkan karena

pemijahan dilakukan pada musim kemarau. Menurut Mahyuddin (2008), lele di

alam memijah pada awal atau sepanjang musim penghujan. Rangsangan

memijahnya di alam berhubungan erat dengan bertambahnya volume air yang

biasanya terjadi pada musim penghujan dan meningkatnya kualitas air serta

tersedianya jasad renik (pakan alami). Lele terangsang untuk memijah setelah

turun hujan lebat dan munculnya bau tanah yang cukup menyengat (bau embrio)

akibat tanah kering terkena hujan. Pada saat musim terjadi peningkatan

kedalaman air yang dapat merangsang ikan lele memijah.


54

b. Derajat Pembuahan

Fertilisasi atau pembuahan dilakukan secara alami. Saat induk dilepaskan

pada kolam pemijahan, pembuahan terjadi 12 jam setelah proses pemijahan.

Untuk mengetahui berapa banyak telur yang terbuahi, maka setelah ikan memijah

dan dipindahkan ke kolam induk masing-masing dapat di lihat pada kakaban dan

menggunakan alat sampling dilakukan penghitungan jumlah telur yang terbuahi

(Fertilization Rare/FR). FR merupakan perbandingan antara jumlah telur yang

terbuahi dengan jumlah telur secara keseluruhan.

Ciri-ciri telur ikan lele mutiara yang tidak terbuahi adalah warna putih susu.

Perhitungan FR dilakukan 8 jam setelah pemijahan sudah dilakukan di bak

pemijahan. Perhitungan FR disajikan pada lampiran 2. Sampel yang digunakan

dalam perhitungan FR sebanyak 2 sampel. Sampel telur yang digunakan berasal

dari 2 induk yang berbeda. Sampel menempel pada kakaban dengan

menggunakan besi persegi berukuran 3 x 3 cm di hitung telur yang terbuahi dan

yang tidak terbuahi. Proses perhitungan sampel telur yang terbuahi dan tidak

terbuahi disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Perhitungan Fertilization Rate


Pemijahan Jumlah Tidak Terbuahi FR (%)
telur terbuahi (butir)
(butir) (butir)
Alami 452 110 342 75,66
Sumber : Data Primer yang Diolah

Derajat pembuahan dipengaruhi oleh jumlah sperma dan telur. Oleh

karena itu, perbandingan antara induk jantan dengan betina harus seimbang.

Perimbangan induk jantan dan betina bukan berdasarkan jumlah, melainkan

berdasarkan berat induk. Selain itu, kematangan telur dan sperma juga ikut

menentukan besar kecilnya derajat pembuahan (Murtidjo, 2001)


55

c. Derajat Penetasan Telur

Untuk mengetahui berapa banyak telur yang menetas, maka dilakukan

perhitungan daya tetas telur (hatching rare/HR). Perhitungan HR dilakukan dengan

mengambil 100 butir telur yang tebuahi pada kakaban dan diletakkan pada wadah

baskom yang sudah berisi air. Wadah baskom diberi aerasi dan dibiarkan hingga

telur menetas. Larva yang menetas di hitung di wadah yang berisi air secukupnya

dan diberi saringan diatasnya, kemudian dari wadah baskom dituangkan ke atas

saringan perlahan-lahan. Kemudia siapkan wadah baskom berisi air dan proses

perhitungan dengan memindahkan larva dari saringan ke wadah baskom.

Perhitungan HR pada lampiran 3. Hasil perhitungan HR disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Perhitungan Hatching Rate


Pemijahan Jumlah Tidak Menetas HR (%)
telur menetas (butir)
terbuahi (butir)
(butir)
Alami 100 9 91 91%
Sumber : Data Primer yang Diolah

Derajat penetasan telur dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya adalah

kualitas air pada kolam penetasan telur. Menurut Bachtiar (2004), selama proses

penetasan telur, air yang digunakan harus dalam keadaan jernih dan bersih agar

proses pemijahan berjalan dengan baik. Air yang bersih dan jernih akan

mempengaruhi daya tetas telur. Oleh karena itu, selam proses penetasan telur

digunakan aerasi untuk menjaga kualitas air di dalam kolam penetasan.

Larva lele mutiara tidak diberi makan selama 3 hari, karena larva masih

mempunyai cadangan makanan berupa kuning telur (egg yolk). Kuning telur akan

habis dalam waktu 3 hari, pada saat inilah larva sangan rentan akan kematian

karena harus menyesuaikan dengan pakan tambahan untuk bertahan hidup.

Pakan yang mempunyai kandungan protein yang tinggi dapat meningkatkan

pertumbuhan larva, sehingga larva lele akan tumbuh dengan cepat dan memiliki
56

bentuk tubuh yang besar serta sehat. Pakan yang dapat digunakan untuk larva

lele yaitu pakan alami berupa cacing sutra.

d. Survival Rate (SR)

SR merupakan perbandingan antara jumlah larva yang hidup dengan jumlah

telur yang menetas. Cara menghitung larva yang hidup sama dengan menghitung

telur yang menetas, yaitu memindahkan larva dari wadah baskom ke saringan lalu

dikembalikan lagi ke wadah baskom yang sudah di isi air. Perhitungan SR ada

pada lampiran 4. Hasil perhitungan dari 2 sampel yang digunakan disajikan pada

Tabel 9.

Tabel 9. Hasil Perhitungan Survival Rate Larva


Pemijahan Telur Larva Larva SR (%)
menetas mati hidup
(butir) (ekor) (ekor)
Alami 91 23 68 74,73%
Sumber : Data Primer yang Diolah

Kelangsungan hidup larva sangat bergantung pada ketersediaan makanan

yang tedapat pada kuning telur. Kelangsungan hidup larva tergantung pada

kualitas kuning telur sebagai makanan cadangannya. Larva memiliki makanan

cadangan dengan jumlah banyak atau ukuran kuning telurnya besar, biasanya

kelangsungan hidupnya lebih baik.

4.3.3.4 Penanganan Larva

Produksi larva pada Ikan Lele Mutiara (Clarias sp.) dimulai dengan

pemeliharaan larva, pemberian pakan larva dan pendederan akan dijelaskan

sebagai berikut.

1. Pemeliharaan Larva

Telur ikan lele mutiara akan menetas pada waktu 24 jam setelah pembuahan

pada kolam bak penetasan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kordi (2012),

telur lele akan menetas 1-2 hari setelah pemijahan yang dipelihara dengan baik

pada suhi 25-280C. Hasil pengamatan Pada larva yang baru menetas diperoleh
57

bahwa tubuh larva ikan lele yang baru menetas memiliki pigmen mata dan bercak

coklat hitam yang transparan pada tiap bagian tubuhnya dengan tubuh yang lurus

dan berada dipermukaan air. Larva lele yang baru menetas sudah memiliki sirip

yang masih belum sempurna bentuknya dengan ukuran rahang mulut yang besar.

Setelah 1 hari telur ikan lele menetas, kakaban sebaiknya diambil dari bak

penetasan. Larva yang baru menetas kondisinya sangat lemah. Larva lele harus

tetap dipantau perkembangannya serta kualitas airnya di dalam bak. Pengambilan

larva yang mati akibat jamur harus tetap dilakukan agar jamur tidak menyebar ke

larva lele yang lain. Selama 2 hari setelah menetas, larva ikan lele mendapat

asupan makanan dari kantung kuning telur (egg yolk) yang tedapat pada tubuhnya.

Jika kantung telur kuning sudah habis, larva diberi pakan alami berupa cacing sutra

selama 1 minggu yang selanjutnya akan di beri pakan buatan yang dihaluskan

atau bisa juga diberi tepung ikan. Pada proses pemeliharaan larva, hal yang perlu

diperhatikan adalah kebersihan dan kualitas air bak pemeliharaan yaitu DO, suhu

dan pH.

2. Pemberian Pakan Larva

Pemberian pakan larva dilakukan apabila larva telah mencapai umur 3 hari.

Pakan yang diberikan setelah larva mencapai umur 3 hari yaitu cacing sutra

(Gambar 30). Pemberian pakan alami cacing sutra (tubifex sp.) dilakukan sampai

larva tersebut berumur 1 minggu. Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari secara

terkontrol pada pagi dan sore hari. Cacing sutra ditebar pada bak pemeliharaan

sebanyak 5 titik, yakni setiap sudut bak pemeliharaan dan ditengah bak.

Larva yang baru menetas (umur 3-4 hari) kondisinya sangat lemah dan

rentan mati sehingga harus berupa pakan alami. Pakan alami yang umumnya

diberikan adalah kutu air dan cacing sutra. Kutu air biasanya diperoleh pada

genangan air, sedangkan cacing sutra terdapat di selokan atau saluran irigasi

dengan bahan organik yang berasal dari limbah rumah tangga atau pabrik tapioca,
58

tahu, dan tempe. Agar pertumbuhannya optimal, kutu buku air atau cacing sutra

sebaiknya diberikan ke larva hingga berumur 13 hari. Setelah itu larva bisa diberi

pakan buatan (Gunawan, 2014).

Larva yang berumur 2 minggu pakan yang diberikan berupa pakan buatan

jenis pellet PF 500 yang mengandung protein sebesar 39-41% (Tabel 10).

Frekuensi pemberian pakan sebanyak 2 kali sehari yaitu pada pukul 08.00 WIB

dan 15.00 WIB. Pakan yang diberikan tidak berdasarkan pengamatan langsung

tingkat konsumsi ikan (adlibitum).

Gambar 30. Tubifex


Sumber : Data Primer yang Diolah

Tabel 10. Kandungan gizi dalam pakan benih PF 500


Komposisi pakan
Protein 39-41%
Lemak 5%
Serat Kasar 4%
Abu 11%
Kandungan air 10%
Sumber: Dinas Perikanan dan Ilmu Kelautan 2019

Unit Kerja Budidaya Air Tawar (UK BAT) Wonocatur memberikan pakan

terhadap larva ikan berdasarkan perkembangan larva. Semakin besar umur larva,

maka pakan yang diberikan juga menyesuaikan bukaan mulut ikan. Jenis, dosis,

dan frekuensi pemberian pakan terhadap larva ikan lele yang dapat di lihat pada

Tabel 11.
59

Tabel 11. Frekuensi Pemberian Pakan Pada Larva Ikan Lele


No Umur Jenis Dosis Frekuensi Wadah
larva pakan pemeliharaan
1 D1- Kuning Bak
- -
D2 telur
2 D3- Cacing Bak
D10 sutra 2 kali
-
(Tubifex sehari
Sp.)
3 D14- Pellet 2 kali Kolam
adlibitum
D30 halus sehari
Sumber : Data Primer yang diolah

3. Pendederan

Pendederan larva ikan lele mutiara dilakukan pada kolam berukuran 120 m 2.

Kolam yang digunakan untuk pendederan adalah kolam beton dengan dasar

tanah. Sebelum dilakukan pendederan, kolam terlebih dahulu dilakukan

pengapuran dan pemupukan. Setelah kolam dikeringkan 1-2 hari, dilakukan

pengapuran menggunakan kapur tohor dengan dosis 50 gr/m2 untuk menstabilkan

pH atau 250 gr/m2 untuk mematikan hama. Kemudian dilakukan pemupukan

menggunakan pupuk kandang dengan dosis 25 kg/80m2 untuk menumbuhkan

pakan alami. Pengeringan dasar kolam kemudian dilakukan dan setelah itu di isi

air. Penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari ketika suhu air tidak tinggi.

Sebelum dilakukan penebaran, larva diadaptasikan selama kurang lebih 15 menit

lalu larva dilepaskan secara perlahan sampai larva keluar dengan sendirinya.

Kegiatan pendederan 1 dilakukan dengan ketinggian air 40 cm. Pada pendederan

1 larva yang ditebar berumur 10 hari. Padat tebar sebanyak 50.000 ekor dengan

padat tebar 416 ekor per m2.

Larva yang akan didederkan sebaiknya jangan ditebar langsung ke kolam

namun terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi suhu air pada wadah pengangkutan.

Padat penebaran larva 10.000-15.000 ekor/m2. Selama masa pendederan

pemupukan ulang perlu dilakukan untuk menjamin tersedianya makanan alami


60

yang cukup. Pemupukan dapat dilakukan 1-2 kali seminggu, menggunakan pupuk

kandang (25 kg kotoran sapi atau 3 kg kotoran ayam/100m2).

Gambar 31. Persiapan Kolam Pendederan


Sumber : Data Primer yang Diolah

4.3.3.5 Kultur Pakan Alami

Pakan yang diberikan dalam pemeliharaan larva adalah Miona sp. (Gambar

32). Miona sp. diberikan pada fase pendederan. Kultur Miona sp. dilakukan pada

kolam pemeliharaan larva melalui kegiatan pemupukan yang telah dilakukan saat

persiapan wadah. Hal tersebut bertujuan untuk menumbuhkan pakan alami di

kolam pemeliharaan. Kultur Miona sp. dilakukan 4-5 hari sebelum penebaran larva

sehingga saat kuning telur habis larva bisa langsung ditebar pad akolam

pemeliharan larva. Pemberian Miona sp. sampai Miona sp. yang berada di kolam

habis kurang dari 5 hari.

Pakan alami sangat penting bagi kelangsungan hidup ikan terutama pada

fase benih. Miona sp. sebagai pakan benih yang memiliki keunggulan antara lain

Miona sp. sangat cocok untuk bukaan mulut benih ikan, sifat Miona sp. yang selalu

bergerak aktif akan menarik benih untuk memangsa Miona sp. dan Miona sp.

memiliki kandungan terdiri dari protein 37,38%, lemak 13,29%, serat kasar 0%,

dan kadar air 99,60%. Kandungan gizi tersebut cukup berpotensi dalam

menunjang pertumbuhan ikan hingga tahap benih.


61

Gambar 32. Miona sp.


Sumber : Data Primer yang Diolah

4.3.3.6 Pengelolaan Kualitas Air

Pengelolaan kualitas air kolam pemeliharaan yang dilakukan di UK BAT

Wonocatur yaitu pengaliran air secara terus menerus. Pengaliran air ini bertujuan

untuk menggantikan air lama dengan air yang baru, sehingga kotoran atau lumpur

yang ada pada kolam pemeliharaan dapat terbuang. Air kolam pemeliharaan

berasal dari sungai Opak. Air dialirkan melalui saluran irigasi dan didistribusian

melalui pipa paralon berdiameter 4 inci menuju kolam pemeliharaan masing-

masing. Saluran air pada tiap kolam dihubungkan oleh paralon berdiameter 4 inci

dan saling terkait antar satu kolam dengan kolam yang lainnya, sehingga air

berjalan dari kolam yang berada di hulu ke kolam yang berada di hilir. Kegiatan

pengukuran kualitas air (Gambar 33) pada saat PKM dilakukan pada pagi dan sore

hari, parameter yang diukur meliputi suhu, pH, DO dan kecerahan. Data

pengukuran kualitas air dapat di lihat pada lampiran 5.

Kualitas suatu perairan memberikan pengaruh cukup besar terhadap

survival dan pertumbuhan mahkluk hidup di perairan itu sendiri. Lingkungan yang

baik ialah lingkungan yang cocok bagi hewan yang diperlukan untuk pertumbuhan

dan kelangsungan hidupnya. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup suatu hewan

atau tumbuhan diperairan sangat dipengaruhi oleh suhu, kecerahan, pH, DO, dan

CO2 dan kadar ammonia (NH3). Pada kegiatan usaha budidaya, kualitas air

merupakan suatu hal yang penting karena kualitas air dapat mempengaruhi
62

pengelolaan, kelangsungan hidup, perkembangan, pertumbuhan, dan produksi

budidaya. Apabila kualitas air dalam suatu kolam buruk, maka produksi akan turun

dan kelangsungan pertumbuhan organisme akan terhambat (Minggawati, 2012).

Gambar 33. Pengukuran Kualitas Air


Sumber : Data Primer yang Diolah

Tabel 12. Rata-rata kualitas air


No. Parameter Waktu
Pagi Sore
1 Do (mg/l) 5.31 5,85
2 Kecerahan (%) 100 100
3 pH 7,47 8,07
4 Suhu (0C) 25,8 28,15
Sumber : Data Primer yang diolah

4.3.3.7 Pemanenan

Lele di panen dengan cara menentukan umur dan ukuran ikan yang

dikehendaki. Lele mutiara di UK BAT Wonocatur dapat dipanen apabila larva

sudah berumur 3-4 hari. Selain itu ikan lele juga di jual dalam ukuran benih yang

dibagi menjadi beberapa ukuran yaitu 1-3 cm, 3-5 cm dan 5-7.

Pemanenan larva dilakukan dengan cara diangkat secara perlahan dan larva

lele digiring kebagian tepi sehingga larva terkumpul pada satu titik. Larva yang

terkumpul kemudian ditangkap menggunakan jaring dan kemudian dimasukkan ke

dalam gelas ukur 1 ml dan segera dimasukkan ke dalam kantong plastik. Jumlah

larva dalam 1 ml gelas ukur berkisar antara 260-265 ekor. Kantong plastik yang
63

berisi larva kemudian diberi oksigen dan di ikat dengan karet dan selanjutnya larva

lele siap di kirim.

Sementara itu, pemanenan benih lele dilakukan dengan menguras kolam

hingga habis kemudia diambil benihnya. Sebelum dilakukan pengepakan dan

pemasaran benih, hal pertama yang dilakukan yaitu seleksi benih. Seleksi benih

dilakukan dengan cara benih dimasukkan ke dalam bak grading sesuai ukuran

yang dikehendaki sehingga dapat dikelompokkan berdasarkan ukuran. Setelah

dilakukan penyeleksian maka benih lele dapat dimasukkan ke dalam kantong

plastik dengan menghitung jumlah benih per kantong. Setelah itu, di isi oksigen

dengan perbandingan oksigen dan air 3:1. Sebelum pengisian oksigen terlebih

dahulu pantong plastik dikosongkan dengan tujuan mengeluarkan udara yang ada

di dalam kantong plastik, setelah itu kantong plastik di ikat rapat menggunakan

karet gelang.

Teknik pengangkutan benih yang dilakukan di UK BAT Wonocatur ini

menggunakan sitem tertutup dimana teknik pengangkutan sistem tertutup ini

dilakukan dengan menggunakan oksigen. Pengangkutan dengan sistem tertutup

biasanya digunakan untuk mengangkut jarak jauh dan membutuhkan waktu lama.

Pengangkutan ikan dapt dilakukan dengan dua cara, yaitu pengangkutan

tertutup dan pengangkutan terbuka. Dalam pengangkutan tertutup, ikan diangkut

dalam wadah tertutup dan diberi oksigen murni. Pengangkutan ikan secara

tertutup biasanya menggunakan wadah dari kantong plastik. Sedangkan dalam

pengangkutan terbuka, ikan diangkut dalam wadah atau bak terbuka tanpa di beri

oksigen murni.

Pemasaran larva dan benih lele mutiara biasanya dilakukan di seluruh

indonesia. Para pembudidaya lele di daerah Cangringan dan sekitarnya dapat

membeli langsung di balai, sedangkan untuk petani yang berada di luar daerah

dapat memesan larva atau benih terlebih dahulu agar jumlahnya bisa disesuaikan.
64

4.4 Aspek Finansial

Dalam suatu kegiatan produksi, salah satu aspek penting yang harus

dianalisis adalah aspek finansial. Aspek finansial sendiri ada dua yaitu aspen

finansial jangka pendek dan jangka panjang. Unutk aspek finansial jangka pendek

yaitu analisa yang dilakukan dalam kurun waku ≤ 1 tahun.

4.4.1 Permodalan

Modal kerja merupakan aspek penting bagi tiap perusahaan karena modal

kerja merupakan faktor penentu berjalannya kegiatan operasional dalam jangka

pendek perusahaan. Kegiatan operasional tersebut berpengaruh pada

pendapatan yang diperoleh perusahaan. Perusahaan yang mampu menghasilkan

nilai tambah atau keuntungan yang sustainable (berkelanjutan) adalah

perusahaan yang mampu memanfaatkan modal kerja secara efektif dan efisien.

Modal kerja adalah investasi sebuah perusahaan pada aktiva-aktiva jangka

pendek seperti kas, sekuritas, persediaan, dan piutang. Dana sebagai modal kerja

merupakan dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional

perusahaan, terutama yang memiliki jangka waktu pendek. Jadi modal kerja

adalah seluruh aktiva lancar atau aktiva jangka pendek yang sering digunakan

dalam kegiatan operasional sehari-hari perusahaan (Santoso, 2013).

Pada usaha pembenihan lele mutiara (Clarias sp.) di UK BAT Wonocatur,

untuk menunjang kegiatan produksi, diketahui modal tetap yang digunakan dalam

usaha tersebut sebesar Rp. 15.165.000,00 dengan penyusuta modal tetap tiap

tahunnya sebesar Rp. 2.721.500,00. Perhitungan modal tetap dapat dilihat pada

Tabel 13.

Tabel 13. Modal Tetap Dan Penyusutan


65

Harga Umur
Harga Penyusuta
No. Komponen Jumlah satuan tekni
total (Rp) n
(Rp) s
1 Ember plastik besar 5 18.000 90.000 2 45.000
2 Ember plastik kecil 10 10.000 100.000 2 50.000
3 Bak plastik besar 5 25.000 125.000 2 62.500
4 Bak plastik grading 8 25.000 200.000 5 40.000
5 Timbangan duduk 1 250.000 250.000 5 50.000
6 Timbangan gantung 1 150.000 150.000 5 30.000
7 Timbangan 1 150.000 150.000 5 30.000
8 Skopnet 2 50.000 100.000 2 50.000
9 Seser kecil 6 20.000 120.000 3 40.000
10 Kalo 3 10.000 30.000 4 7.500
11 Hapa 6 100.000 600.000 4 150.000
12 Kakaban 8 10.000 80.000 2 40.000
13 Bak fiber 4 1.500.000 6.000.000 10 600.000
14 Krembeng plastik 2 50.000 100.0000 5 20.000
15 Hi-blow 1 1.500.000 1.500.000 5 300.000
16 Penggaris 1 20.000 20.000 5 4.000
17 Kulkas 1 2.500,000 2.500.000 5 500.000
18 Tabung gas 1 1.000.000 1.000.000 5 200.000
19 Mesin pompa air 3 450.000 1.350.000 5 270.000
20 Angkong 1 350.000 350.000 5 70.000
21 Cangkul 1 50.000 50.000 4 12.500
22 Induk lele mutiara 6 50.000 300.000 2 150.000
Jumlah 15.165.000 2.721.500
Sumber : Data Primer yang Diolah

4.4.2 Total Biaya

Biaya total/Total cost adalah penjumlahan dari biaya variabel total (TVC) dan

biaya tetap total (TFC). TVC merupakan biaya produksi yang jumlahnya berubah-

ubah sesuai atau mengikuti perubahan jumlah output. TFC merupakan biaya

produksi yang jumlahnya tidak berubah berapapun jumlah produksinya. Biaya

tetap total (Total Fixed Cost) dapat dikatakan sebagai biaya yang sifatnya wajib

dikeluarkan oleh produsen dimana ada atau tidak ada aktivitas produksi. Jika biaya

tetap tersebut tidak dikeluarkan, maka konsekuensinya dapat menghambat

jalannya proses produksi yang lainnya (Amstrong dan Kotler, 2008).


66

Biaya produksi pada usaha pembenihan ikan lele mutiara Clarias sp. di UK

BAT Wonocatur terdiri dari biaya total dan biaya variabel. Biaya tetap selama satu

tahun pada usaha ini sebesar Rp.19.021.500,00, sedangkan biaya variabel

selama satu tahun yang dibutuhkan sebesar Rp.3.570.900,00, sehingga biaya

total yang dibutuhkan selama satu tahun sebesar Rp.22.529.400,00. Perhitungan

dari biaya total dapat di lihat pada Tabel 14 dan 15.

Tabel 14. Biaya Tetap


No. Komponen Satuan Jumlah Harga satuan Harga total (Rp)
(Rp)
1 Penyusutan Tahun 1 2.746.500. 2.746.500
2 Upah pekerja Tahun 1 12.000.000 12.000.000
3 Listrik Tahun 1 3.000.000 3.000.000
4 Perawatan Tahun 1 1.300.000 1.300.000
peralatan
Jumlah 19.021.500
Sumber : Data Primer yang Diolah

Tabel 15. Biaya Variabel


No. Komponen Satuan Jumlah Harga satuan Harga total (Rp)
(Rp)
1 Pakan induk Kilogram 21 11.000 250.900
2 Pakan benih Kilogram 90 18.000 1.620.000
3 Cacing sutra Liter 10 25.000 250.000
4 Pakan serbuk Kilogram 10 25.000 250.000
5 Pupuk Kilogram 100 1.000 100.000
kandang
6 Kapur tohor Kilogram 90 1.000 90.000
7 Karet Pcs 5 10.000 50.000
8 Plastik packing Pcs 6 30.000 180.000
9 Oksigen Tabung 2 70.000 140.000
10 Ovaprim Pcs 2 250.000 500.000
11 NaCl Pcs 10 15.000 150.000
Jumlah 3.570.900
Sumber : Data Primer yang Diolah

Biaya total

Biaya total (TC) = Biaya Tetap (FC) + Biaya Variabel (VC)

= Rp. 19.021.500,00 + Rp. 3.570.900,00

= Rp. 22.592,400,00
67

4.4.3 Penerimaan Usaha

Penerimaan atau Total Revenue (TR) adalah pendapatan kotor usaha yang

didefenisikan debagai nilai produk total usaha dalam jangka waktu tertentu.

Penerimaan total adalah jumlah seluruh penerimaan perusahaan dari hasil

penjualan sejumlah produk (barang yang dihasilkan). Cara untuk menghitung

penerimaan total dapat dilakukan dengan mengalikan jumlah produk dengan

harga jual produk per unit (Primyastanto, 2011). Jika dirumuskan sebagai berikut:

TR = Q x P

Keterangan:

TR = Penerimaan total perusahaan

Q = Jumlah produk yang dijhasilkan

P = harga jual per unit

Penerimaan usaha pada pembenihan ikan lele mutiara (Clarias sp.) di UK

BAT Wonocatur terdiri dari penerimaan larva ikan lele dan benih ikan lele, dengan

total penerimaan yagn diterima selama satu tahun sebesar Rp. 40.325.000,00.

Untuk perhitungan penerimaan dapat diketahui pada Tabel 16.

Tabel 16. Penerimaan Usaha Dihitung Pada Tiap Siklusnya


No. Ukuran Jumlah Harga (Rp) Harga total (Rp)
1 Larva 200.000 5 1.000.000
2 Benih 1-2 cm 6.000 10 60.000
3 Benih 2-3 cm 30.500 45 1.372.500
4 Benih 3-5 cm 20.000 80 1.600.000
Total 4.032.500
Sumber : Data Primer yang Diolah

Pada satu tahun terdapat 10 kali siklus pembenihan, sehingga dalam satu

tahun diperoleh penerimaan sebesar

Penerimaan satu tahun = Rp. 4.032.5000,00 x 10

= Rp. 40.325.000,00
68

4.4.4 Revenue Cost Ratio (R/C ratio)

Analisis RC Ratio merupakan alat analisis untuk melihat keuntungan relatif

suatu usaha dalam satu tahun terhadap biaya yang dipakai dalam kegiatan

tersebut. Suatu usaha dikatakan layak apabila R/C lebih besar dari 1 (R/C > 1).

Hal ini menggambarkan semakin tinggi nilai R/C ratio maka tingkat keuntungan

suatu usaha akan semakin tinggi (Primyastanto, 2011). Perhitungan R/C Ratio

ditunjukkan oleh rumus di bawah ini:

total pendapatan
R/C ratio =
total biaya produksi

Revenue Cost Ratio (R/C Ratio) pada usaha pembenihan ikan lele mutiara

(Clarias sp.) di UK BAT Wonocatur diketahui dengan membandingjkan total

penerimaan dengan total biaya. R/C Ratio pada usaha ini sebesar 1,78, hal ini

menunjukkan bahwa usaha ini menguntungkan, karena nilai R/C Ratio >1. Untuk

perhitungan R/C Ratio dapat diketahui pada perhitungan di bawah ini:


𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
R/C ratio = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖

𝑅𝑝.40.325.000
= 𝑅𝑝.22.592.400

= 1,78

4.4.5 Keuntungan Usaha

Keuntungan usaha atau pendapatan bersih adalah besarnya penerimaan

setelah dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi baik tetap

maupun tidak tetap (Primyastanto, 2011). Perhitungan keuntungan dapat

dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

Π = TR - TC

Keterangan:

Π = Keuntungan (Rp. / tahun)

TR = Total Revenue (pendapatan total) Rp. / tahun


69

TC = Total Cost (biaya tetap) Rp. / tahun

Keuntungan usaha pada pembenihan ikan lele Mutiara (Clarias sp.) di UK

BAT Wonocatur diketahui dengan mencari selisih antara total penerimaan dengan

biaya total. Keuntungan yagn diperoleh selama satu tahun sebesar Rp.

17.732.600,00. Untuk perhitungan keuntungan usaha dapat di lihat pada

perhitungan dibawah ini:

Π = Total Penerimaan – Biaya Total

= Rp. 40.325.000,00 – Rp. 22.529.400,00

= Rp. 17.732.600,00

4.4.6 Break Even Point (BEP)

Break Even Point atau titik impas merupakan keadaan dimana suatu usaha

berada pada posisi tidak memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian.

BEP merupakan teknik analisa yang mempelajari hubungan antara biaya tetap,

biaya variabel, volume kegiatan dan keuntungan. Dalam perencanaan keuntungan

analisa Break Even Point merupakan profit planning approach yang mendasarkan

pada hubungan antara biaya (Cost) dan penghasilan penjualan (Revenue)

(Primyastanto, 2011).

1. BEP atas dasar sales, dirumuskan:


𝐹𝐶
BEP = 𝑣𝑐
1−
𝑠

Dimana:

FC = Biaya Tetap

VC = Biaya Variabel

S = Nilai penjualan (jumlah penerimaan)

2. BEP atas dasar unit, dirumuskan:


𝐹𝐶
BEP = 𝑝−𝑣

Dimana:
70

FC = Biaya Tetap

p = Harga per unit

v = biaya variabel per unit

Hasil perhitungan BEP pada usaha pembenihan ikan lele Mutiara pada UK

BAT Wonocatur selama satu tahun diperoleh nilai BEP total sebesar Rp.

20.869.562,00. BEP unit larva sebanyak 1.035.068 ekor dengan nilai BEP sales

sebesar Rp. 5.175.340,00. BEP unit pada benih ukuran 1-2 cm sebanyak 31.052

ekor dengan nilai BEP sales sebesar Rp. 310.520,00. BEP unit pada benih ukuran

2-3 cm sebanya 157.847 ekor dengan nilai BEP sales sebesar Rp. 7.103.155,00.

BEP unit pada benih ukuran 3-5 cm sebanyak 103.503 ekor dengan nilai BEP

sales sebesar Rp. 8.280.545,00. Rincian perhitungan BEP dapat di lihat pada

perhitungan di bawah ini.

BEP Sales Mix = Larva : benih ukuran 1-3 : benih ukuran 3-5 : benih ukuran 5-7

=1 : 0.06 : 1,37 : 1,6


𝐹𝐶
- BEP Total = 𝑉𝐶
1−
𝑇𝑅

19.021.500
= 3.570.900
1−
40.325.000

19.021.500
= 0.911

= Rp. 20.869.562,00
𝑇𝑅 𝐿𝑎𝑟𝑣𝑎
- BEP Sales Larva = 𝑇𝑅
𝑥 𝐵𝐸𝑃 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙

10.000.000
= 𝑥 20.869.562
40.325.000

= Rp. 5.175.340,00
𝑇𝑅 𝑙𝑎𝑟𝑣𝑎
𝑥 𝐵𝐸𝑃 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑇𝑅
- BEP Unit Larva = 𝑝 𝑙𝑎𝑟𝑣𝑎

10.000.000
𝑥 20.869.562
40.325.00
= 5

75.684.340
= 70.000
71

= 1.035.068 ekor

𝑇𝑅 𝑠𝑖𝑧𝑒 1−3 𝑐𝑚
- BEP Sales Size 1-3 cm = 𝑇𝑅
𝑥 𝐵𝐸𝑃 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

600.000
= 40.325.000 𝑥 20.869.562

= Rp.310.520,00
𝑇𝑅 𝑠𝑖𝑧𝑒 1−3 𝑐𝑚
𝑥 𝐵𝐸𝑃 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑇𝑅
- BEP Unit Size 1-3 cm = 𝑝 𝑠𝑖𝑧𝑒 1−2 𝑐𝑚

600.000
𝑥 20.869.562
40.325.000
=
10

310.520
= 10

= 31.052 ekor

𝑇𝑅 𝑠𝑖𝑧𝑒 3−5
- BEP Sales Size 3-5 cm = 𝑇𝑅
𝑥 𝐵𝐸𝑃 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙

𝑅𝑝. 13.725.000
= 𝑅𝑝.40.325.000
𝑥 𝑅𝑝. 20.869.562

= Rp. 7.103.155
𝑇𝑅 𝑠𝑖𝑧𝑒 3−35𝑐𝑚
𝑥 𝐵𝐸𝑃 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑇𝑅
- BEP Unit Size 3-5 cm =
𝑃 𝑠𝑖𝑧𝑒 2−3 𝑐𝑚

𝑅𝑝.13.725.000
𝑥 𝑅𝑝.20.869.000
𝑅𝑝.40.325.000
= 𝑅𝑝.45

𝑅𝑝.7.104.155
= 𝑅𝑝.45

= 157.847 ekor

𝑇𝑅 𝑠𝑖𝑧𝑒 5−7 𝑐𝑚
- BEP Sales Size 5-7 cm = 𝑇𝑅
𝑥 𝐵𝐸𝑃 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

𝑅𝑝.16.000.000
= 𝑅𝑝.40.325.000 𝑥 𝑅𝑝. 20.869.562

= Rp. 8.280.545
𝑇𝑅 𝑠𝑖𝑧𝑒 5−7 𝑐𝑚
𝑥 𝐵𝐸𝑃 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑇𝑅
- BEP Unit Size 5-7 cm = 𝑃 𝑠𝑖𝑧𝑒 3−5 𝑐𝑚

𝑅𝑝.16.000.000
𝑥 𝑅𝑝.20.869.562
= 𝑅𝑝.40.325.000𝑅𝑝 80

𝑅𝑝 8.280.545
= 𝑅𝑝 80
72

= 103.506 ekor

4.4.7 Rentabilitas

Rentabilitas adalah kemampuan perusahaan dengan modal yang bekerja

didalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Dalam melaksanakan suatu usaha

ada beberapa indicator yang dapat dijadikan tolak ukur menghitung efesiensi

penggunaan modal yang ditanamkan pada perusahaan tersebut, hal ini dilakukan

untuk melihat gambaran kelancaran dan keberhasilan usaha. Salah satu dari

indicator tersebut adalah nilai rentabilitas. Rentabilitas suatu usaha menunjukkan

perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba

tersebut, dengan kata lain rentabilitas suatu usaha perusahaan menunjukkan

perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba

tersebut, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:

Laba Bersih
Rasio Rentabilitas = 𝑥 100%
Total Passiva

Rentabilitas suatu usaha dapat di hitung dengan cara membagi keuntungan

yang diperoleh dengan modal kerja yang digunakan dalam suatu usaha, kemudian

dikalikan 100%. Pada dasarnya modal kerja sama dengan biaya total yang

dikeluarkan. Rentabilitas pada usaha pembenihan ikan lele mutiara (Clarias sp.)

di UK BAT Wonocatur sebesar 78,49%. Hal ini berarti usaha tersebut layak

dilakukan, karena modal yang ada dapat dimanfaatkan secara efisien dan efektif

untuk menghasilkan laba. Perhitungan dari rentabilitas dapat dilihat pada

perhitungan di bawah ini.

𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
Rentabilitas = 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙x 100%

𝑅𝑝.17.732.600
= 𝑅𝑝.22.592.400 𝑥 100%

= 78,49%
73

4.5 Faktor Pendukung dan Penghambat

Dalam usaha di bidang apapun, baik di bidang perikanan, pertanian,

peternakan dan lain-lain pasti ada faktor yang menjadi pendukung dan

penghambat dalam sebuah usaha. Baik faktor internal maupun faktor eksternal

semua sama-sama mempengaruhi usaha. UK BAT Wonocatur pun juga tak luput

dari adanya faktor pendukung dan faktor penghambat dalam menjaga ekstensi

mereka dalam usaha di bidang perikanan. Adapun faktor pendukung dan

penghambat usaha di UK BAT Wonocatur adalah sebagai berikut.

4.5.1 Faktor Pendukung Usaha

Dalam suatu usaha, faktor pendukung suatu usaha dapat menjadi poin plus

dalam menjalankan kegiatan produksi. Faktor pendukung dari usaha pembenihan

ikan lele mutiara di UK BAT Wonoctur meluputi ikan lele Mutiara (Clarias sp.)

adalah spesien baru ikan lele yang memiliki banyak keunggulan. Berdasarkan

namanya sendiri, ikan lele Mutiara memiliki kepanjangan “Mutu Tiada Tara” atau

dapat dikatakan jenis ini adalah unggulannya dari ikan lele. Keunggulannya dalah

tidak rentan terhadap penyakit, pertumbuhan yang cepat, dan pemeliharaannya

yang mudah. Selain itu, nafsu makan ikan lele Mutiara (Clarias sp.) stabil dan lebih

hemat pakan, yang mana dapat menghemat biaya untu pemberian pakan.

Selain faktor biologi ikan, terdapat juga faktor eksternal yang dapat

mendukung kegiatan produksi, meliputi permintaan akan benih ikan lele mutiara

(Clarias sp.) tinggi. Askes menuju lokasi produksi mudah, dalam hal ini UK BAT

Wonocatur terletak tidak jauh dari jalan raya Cangkringan, dan didekatnya juga

terdapat pasar ikan. Aksesibilitas yang mudah akan mendukung kegiatan produksi

sampai dengan kegiatan disitribusinya. Lokasi UK BAT Wonocatur dekat dengan

sumber air. Dalam usaha budidaya, sumber air sendiri menjadi faktor penting

dalam kegiatn produksi. UK BAT Wonocatur sendiri bertempat dekat dengan


74

sungai Opak maupun saluran irigasi sawat, yang mana supply air bersihnya selalu

tercukupi.

4.5.2 Faktor Penghambat Usaha

Dalam suatu kegiatan produksi, selain adanya faktor pendukung atau

peunjang, juga terdapat faktor yang menghambat kegiatan produksi. Faktor

penghambat dari usaha ini meliputi, terjadinya perubahan suhu yang sangat

drastis antara siang dan malam. Hal ini menyebabkan nafsu makan ikan

berkurang, ssehingga dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan ikan.

Selain itu, perubahan suhu yang sangat drastis dapat menyebabkan kematian

massal ikan. Adanya penyakit dan hama yang menyerang benih ikan lele Mutiara.

Penyakit dan hama berakibat menghambat pertumbuhan maupun dapat

mempengaruhi kehidupan ikan. Penyakit yang sering menyerang pada ikan lele

disebabkan oleh bakteri Aeromonas.

Faktor penghambat lainnya yang mempengaruhi kegiatan produksi adalah

kurangnya sarana dan prasarana produksi yang memadahi untuk kegaitan

produksi. Keberadaan saran maupun prasarana dalam suatu kegiatan produksi

sendiri sangat penting sebagai peralatan utama maupun peralatan penunjang.

Apabila sarana maupun prasarana kurang memadai, hal ini dapat berdampak

pada produktifitas yang terhambat.


75

5 KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari Praktik Kerja Magang yang dilaksanakan pada usaha

pembenihan ikan lele Mutiara (Clarias sp.) di Unit Kerja Budidaya Air Tawar (UK

BAT) Wonocatur, dapat disimpulkan bahwa:

1. Aspek manajemen produksi yang dilakukan pada UK BAT Wonocatur

meliputi fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengawasan yang dilakukan oleh Bapak Maryanto selaku pimpinan Unit

Kerja Budidaya Air Tawar (UK BAT) Wonocatur sudah terlaksana dengan

baik.

2. Aspek tenkis yang digunakan dalam usaha pembenihan lele Mutiara (Clarias

sp.) di UK BAT Wonocatur meliputi sarana dan prasarana produksi, serta

proses produksi dimulai dari pemeliharaan induk, pemilihan induk,

penyediaan air, persiapan kolam, penebarab induk dan pemijahan, pasca

pemijahan dan penetasan telur, pemberian pakan, pendederan, pengontroln

budidaya dan penanganan hama dan penyakit.

3. Aspek finansial pada usaha pembenihan ikan lele Mutiara (Clarias sp.) di UK

BAT Wonocatur dapat dikatakan menguntungkan, karena memiliki nilai R/C

Ratio > 1, dengan keuntungan dalam satu tahunnya sebesar Rp.

17.732.600,00, dan usaha ini layak dikembangkan karena memiliki nilai

rentabilitas yang tinggi yaitu sebesar 78,49%.

4. Faktor pendukung dalam usaha pembenihan lele Mutiara (Clarias sp.) di UK

BAT Wonocatur meluputi sifat dari ikan lele itu sendiri yang unggul, hemat

pakan, permintaan tinggi, dan aksesibilitas yang mudah. Akan tetapi faktor

penghambat dalam usaha ini meliputi perubahan suhu yang drastis, adanya
76

hama dan penyakit yang menyerang, maupun sarana dan prasarana yang

kurang memadahi.

5. 2 Saran

Setelah dilakukan Praktik Kerja Magang di UK BAT Wonocatur, saran yang

dapat saya berikan sebagai bahan masukan dan bahan petimbangan untuk

membantu pengembangan dan memajukan usaha pembenihan ikan lele Mutiara

antara lain:

1. Bagi pelaku usaha, meningkatkan kapasitas produksi benih ikan lele

Mutiara. Hal ini untuk mengoptimalkan penggunaan biaya tetap yang ada

pada usaha. Selain itu meningkatkan kegiatan promosi baik promosi secara

online mapun offline.

2. Bagi peneliti, melakukan penelitian lebh lanjut untuk mengetahui bagaimana

mengoptimalkan kegiatan produksi pada UK BAT Wonocatur, baik dari faktor

internal maupun eksternal.

3. Bagi pemerintah, sebaiknya memberikan dukungan dengan cara pemberian

modal kepada usaha ini, untuk memperbaiki dan meningkatkan sarana dan

prasarana yang ada. Selain itu, perlu adanya perbaiki jalan menuju lokasi

UK BAT Wonocatur.
77

DAFTAR PUSTAKA

Amstrong, G. dan Klother, P. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran, Edisi ke-12.


Jakarta : Erlangga
Assauri, S. 1998. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Revisi.
Jakarta:Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Bachtiar, Y. 2004. Budidaya Ikan HIas Air Tawar untuk Ekspor. Agromedia
Pusaka. Depok. 108 hlm
Faisol. 2015. Pendidikan Islam Perspektif. Jakarta: Guepedia
Fatah, K. dan S. Adjie. 2013. Biologi Reproduksi Ikan Betutu (Oxyeleotris
marmorata) di Waduk Kedung Ombo Provinsi Jawa Tengah. BAWAL. 5 (2) :
89-96
Gunawan, S. 2014. Kupas Tuntas Budidaya dan Bisnis Lele. Penebar Swadaya.
Jakarta. 194 hlm
Handoko, H. 2009. Manajemen. Yogyakarta: BPFE
Irawan, D. dan Helmizuryani. 2014. Analisis Perbedaan Jenis Pakan
sebagaiPengganti Pellet terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup
Ikan Lele Mutiara (Clarias gariepinus). Jurnal. Fiseries Vol. III No.1.
Iswanto, H. 2007. Beternak Lele Dumbo. Agromedia Pusaka. Jakarta. 52 hlm
Kementerian PPN/BAPPENAS Direktorat Kelautan dan Perikanan. 2014. Kajian
Strategi Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan. Jakarta
Mahyuddin, K. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele.
Jakarta:Penebar Swadaya
Marhaeni,A.P.2011. Analisis Break Even Point Sebagai Alat PerencanaanLaba
Pada Industri Kecil Tegel di Kecamatan Pedurungan Periode 2004 – 2008
(Studi Kasus Usaha Manufaktur).Skripsi. Fakultas Ekonomi.Universitas
Diponegoro.
Marnami. S.; E. Listiowati dan M. Santoso. 2011. Frekuensi Pemberian Pakan dan
Kondisi Pemeliharaan Berbeda Terhadap Laju Pertumbuhan Lele Dumbo
(Clarias geriepinus). Omni-Akuatik. 10 (12) : 7 -13
Minggawati, I, dan Lukas. 2012. Studi Kualitas Air untuk Budidaya Ikan Karamba
di Sungai Kahaya. Media Sains. 4(1): 87-91
Murtidjo, B. A. 2001. Beberapa Metode Pembenihan Ikan Air Tawar. Kanisius.
Yogyakarta. 109 hlm
Nugroho, E. 2007. Kiat Agribisnis lele. Penebar Swadaya. Depok. 76 hlm
Nugroho, E. 2012. Lele Peluang Bisnis dan Kisah Sukses. Agriflo. Depok. 200 hlm
Primyastanto, M. 2011. Feasibility Study Usaha Perikanan (Sebagai Aplikasi dari
teori Studi Kelayakan Usaha Perikanan). Malang: UB Press
Rasyaf, M. 2010. Manajemen Peternakan Ayam Kampung. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius
78

Santoso, C. E. E. 2013. Perputaran Modal Kerja dan Perputaran Piutang


Pengaruhnya Terhadap Profitabilitas pada PT. Pegadaian (PERSERO).
Jurnal EMBA. Vol. 1 No. 4
Sarwono, J. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualititatif. Graha
Ilmu.Yogyakarta.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta
Susanti, C. D., S. M. Rahayu dan Topowijono. 2014. Analisis pengelolaan modal
kerja dalam usaha menjaga likuiditas dan profitabilitas perusahaan (Studi
kasus pada PT. Armada Pagora Jaya Kediri Periode 2011-2013). Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB). 12(1) : 1-10.
Sutisna, D. H dan R. Sutarmanto. 1995. Pembenihan Ikan Air Tawar. Kanisius.
Yogyakarta. 136 hlm
Utama, I.G. B. R. 2016. Pengantar Industri Pariwisata.
Yogyakarta: Deepublish.
Wandansari, N. D. 2013.Perlakuan Akuntansi atas PPH Pasal 21 padaPT. Artha
Prima Finance Kotamobagu. Jurnal. Jurnal EMBA Vol.1 No.3
Widiyantara, G. B. 2009. Kinerja Produksi Pendederan Lele Mutiara (Clarias sp.)
melalui Penerapan Teknologi Pergantian Air 50%, 100%, dan 150% Per
Hari. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Yusuf, M. 2014. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan
PenelitianGabungan. Jakarta: Kencana.
79

LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Fekunditas

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘


Fekunditas =
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟

Berat induk awal = 1000 gr

Berat induk akhir = 900 gr

Berat rata-rata sampel telur (10 butir) = 0.00439 gr

1000−900
Fekunditas =
0.00439

= 22.779 butir
80

Lampiran 2. Perhitungan Fertilization Rate (FR)

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑢𝑎ℎ𝑖


FR =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

171
FR = 𝑥 100%
226

= 75,66%
81

Lampiran 3. Perhitungan Hatching Rate (HR)

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑚𝑒𝑛𝑒𝑡𝑎𝑠


HR = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑢𝑎ℎ𝑖 𝑥 100%

91
HR = 𝑋 100%
100

HR = 91%
82

Lampiran 4. Perhitungan Survival Rate (SR)

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑟𝑣𝑎 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝


SR = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑚𝑒𝑛𝑒𝑡𝑎𝑠 𝑥 100%

68
SR = 𝑥 100%
91

SR = 74,73%
83

Lampiran 5. Data Kualitas Air


a. Suhu

Pengamatan Ke- 08.00 WIB 16.00 WIB


(Minggu)
1 26,4 0C 27,8 0C
2 27,1 0C 28,3 0C
3 25,4 0C 28,3 0C
4 24,3 0C 28,3 0C

Total 103,2 0C 112,6 0C


Rata-Rata 25,8 0C 26,15 0C

b. Kecerahan

Kecerahan = Kedalaman 1 + Kedalaman 2

Keterangan:
Kedalaman 1 = saat secchi disk tidak tampak pertama kali
Kedalaman 2 = saat secchi disk tampak pertama kali
Pengamatan Ke- 08.00 WIB 16.00 WIB
(Minggu)
1 106 cm (100%) 105 cm (100%)
2 101,5 cm (100%) 101 cm (100%)
3 101 cm (100%) 105 cm (100%)
4 106 cm (100%) 101 cm (100%)

Total 414,5 cm (100%) 414 cm (100%)


Rata-Rata 103,6 cm (100%) 103.5 cm (100%)

c. pH
Pengamatan Ke- 08.00 WIB 16.00 WIB
(Minggu)
1 7,30 8.09
2 7,32 8.13
3 7,85 8.01
4 7,44 8.07

Total 29,91 32,3


Rata-Rata 7.47 8.07
84

d. Dissolved Oxygen (DO)


Pengamatan Ke- 08.00 WIB 16.00 WIB
(Minggu)
1 5,4 mg/L 5,8 mg/L
2 6,1 mg/L 6,7 mg/L
3 4,5 mg/L 5,1 mg/L
4 4,92 mg/L 5,8 mg/L

Total 21,27 mg/L 23,4 mg/L


Rata-Rata 5,31 mg/L 5,85 mg/L
85

Lampiran 6. Catatan Harian PKM (LOG BOOK)


No. Tanggal, Kegiatan Catatan Harian PKM
Bulan,
Tahun
1 17 Juni 2019 - Pembukaan - Penerimaan aturan
- Pembekalan yang ada di BPTPB
- Pemanenan Cangkringan
benih - Membersihkan bak
- Pembersihan fiber J8 pasca panen
kolam benih
- Pemberian pakan - Melakukan seleksi
benih ikan (Grading)
2 18 Juni 2019 - Pemanenan - Melakukan grading
benih lele ukuran 3-5 cmm,
- Packing 6-9 cm
- Membersihkan - melakukan packing
bak fiber benih sebanyak 3000
- Sampling benih ekor
- Pemberian pakan
3 19 Juni 2019 - pemanenan benih - melakukan
- grading pemanenan benih
- packing sebanyak 4000 ekor
- pemberian pakan ukuran 5-7 cm
- pemberian - pemberian vitamin
vitamin dan obat dan obat pada benih
ikan yang sakit
4 20 Juni 2019 - pemanenan benih - melakukan
- grading pemanenan benih lele
- packing ukuran 5-7 cm
- pemberian pakan sebanyak 3000

5 21 Juni 2019 - pemanenan ikan - pelakukan


- perawatan benih pemanenan lele
konsumsi 2 Kg
- memberikan obat dan
vitamin kepada benih
lele yang sakit
6 24 Juni 2019 - pemanenan ikan - pemanenan indkan
- membersihkan lele sebanyak 1 paket
kolam (1 paket = 15 indukan)
- pemberian pakan - membersihkan kolam
indukan J 3.6
7 25 Juni 2019 - membersihkan - membersihkan kolam
kolam untuk pendederan
- pemberian kapur - pemberian kapur
- pemberian pupuk untuk menstabilkan
- pemberian pakan pH
- pemberian pupuk
untuk menumbuhkan
pakan alami
86

No. Tanggal, Kegiatan Catatan Harian PKM


Bulan,
Tahun
8 26 Juni 2019 - penangkapan - penangkap 2 indukan
induk lele masing masing 1
- melakukan jantan 1 betina
pemijahan - menyiapkan bak
- pemberian pakan tempat pemijahan
- pembuatan kakaban
dan pemberian telur
ke air untuk
merangksang indukan
9 27 Juni 2019 - melakukan - melakukan
pemijahan penangkapan induk
- penyuntikan lele 2 pasang (1 : 1)
hormone - pemberian ovaprim
- pemberian pakan untuk merangsang
indukan
10 28 Juni 2019 - pemanenan induk - menangkap indukan
lele sebanyak 2 paket
(2 : 1) 2 betina dan 1
jantan ( 1 paket = 15
ekor indukan)
11 1 Juli 2019 - pengecekan - indukan berhasil
kolam pemijahan bertelur
- pembersihan - kakaban diapungkan
kolam pemijahan agar telur bergerak
- memisahkan - indukan dipisahkan
indukan dari dari kolam pemijahan
kolam pemijahan agar induk tidak
- pemberian pakan memakan telur dan
merusak telur
12 2 Juli 2019 - pemanenan benih - penangkapan benih
- grading lele ukuran 7-9 cm
- packing sebanyak 2000 ekor
- pemberian pakan - packing ikan dalam
plastic (1 plastik berisi
525 ekor)
13 3 Juli 2019 - pemanenan ikan - pemanenan ikan
- penanganan larva konsumsi sebanyak 5
- sampel larva Kg
- pengangkatan
kakaban dari kolam
pemijahan
14 4 Juli 2019 - perawatan larva - membersihkan bak
- pemindahan larva pemijahan
ke bak fiber - pemanenan larva ikan
- pemberian pakan dan dipindahkan ke
larva bak fiber
- memberikan tubifex
sebagai pakan larva
87

No. Tanggal, Kegiatan Catatan Harian PKM


Bulan,
Tahun
15 5 Juli 2019 - perawatan larva - pembersihkan pak
- pemberian pakan fiber dari larva-larva
- penyifonan yang mati
- pemberian tubifex
16 8 Juli 2019 - pemanenan ikan - menangkap lele
konsumsi konsumsi sebanyak
- perawaran larva 10 kg
- pemberian pakan - pemberian tubifex
- pembersihan - membersihkan kolam
kolam J.2.3, J.2.4, J.2.5 dan
J.2.6
17 9 Juli 2019 - pemanenan - pelakukan
- seleksi penangkapan benih
- perawatan ukuran 3-5 cm , 7-9
cm sebanyak 5000
ekor
- memisahkan benih
yang cacat dan luka
fisik
18 10 Juli 2019 - Sampling larva - Melakukan sampling
- Pemberian pakan untuk mengetahui FR,
SR,GR larva
19 11 Juli 2019 - Pemanenan ikan - Melakukan seleksi
- Seleksi ikan ikan konsumsi
- Pemberian pakan berdasarkan jenis
kelamin
20 12 Juli 2019 - Perawatan ikan - memberikan vitamin
- Pemanenan dan obat kepada ikan
- grading yang sakit
- melakukan
penangkapan ikan
konsumsi sebanyak 5
kg
21 15 Juli 2019 - pemanenan - penangkapan benih
- grading ikan sebanyak 7000
- packing benih ukuran 3-5 cm,
- pemberian pakan 7-9 cm.
- packing tertutup
22 16 Juli 2019 - persiapan kolam - pembersihan kolam
pemijahan J.5.1 untuk bak
- penangkapan pemijahan
indukan - penyediaan kakaban

23 17 Juli 2019 - sampling telur - menyempling


- penangkapan persentasi telur yang
undukan dari bak dibuahi dan tidak
pemijahan terbuahi
- mengapungkan
kakaban
88

No. Tanggal, Kegiatan Catatan Harian PKM


Bulan,
Tahun
24 18 Juli 2019 - penanganan larva - penanganan larva di
- sampling larva bak J.5.1
- penangkapan - sampling larva yang
indukan menetas
- persiapan - menyiapkan kolam
pemijahan J.3.5 untuk tempat
pemijahan
25 19 Juli 2019 - perawatan larva - melakukan
- pemindahan larva penyifonan untuk
ke bak fiber mengangkat larva
- persiapan kolam yang mati
pendederan - pemberian kapur dan
pupuk ke bak J. 6.1
untuk bak pendederan
26 22 Juli 2019 - pemeliharaan - penangkapan indukan
larva 2 pasang
- pemanenan induk - menyiapkan kolam
- penangkapan J.3.7 dan J.3.8 untuk
indukan tempat pemijahan
- penyediaan
kolam penijahan
27 23 Juli 2019 - perawatan telur - penghitungan telur
- penangkapan hasil pemijahan
indukan dari tebuahi dan tak
kolam pemijan terbuahi
- mengapungan - membuka saluran
kakaban pengairan
28 24 Juli 2019 - melakukan audit - menjelaksakan proses
laporan PKM produksi selama PKM
- melakukan - pemberian bingkisan
presentasi keda pihak balai
29 25 Juli 2019 - penyiponan bak - melakukan
larva penyifonan agar bak
- pemanenan ikan fiber bersih
- membersihkan - pemanenan ikan
selokan konsumsi sebayak 5
kg
- membersihkan
saluran pembuangan
air
30 26 Juli 2019 - pamitan kepada - bersalaman dengan
pihak balai semua pegawai
- penyerahan BPTPB
sertifikat - dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai