Anda di halaman 1dari 80

TEKNIK PEMBENIHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias sp.

) DI UPT
USAHA PERTANIAN BALAI PERBENIHAN IKAN, DESA TLOGOWARU,
KOTA MALANG, JAWA TIMUR

PRAKTEK KERJA MAGANG

Oleh :

SYAH REZA ALMAHDI WIJAYA


NIM. 145080501111072

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
TEKNIK PEMBENIHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias sp.) DI UPT
USAHA PERTANIAN BALAI PERBENIHAN IKAN, DESA TLOGOWARU,
KOTA MALANG, JAWA TIMUR

PRAKTEK KERJA MAGANG

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan


di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya

Oleh :
SYAH REZA ALMAHDI WIJAYA
NIM. 145080501111072

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
PRAKTEK KERJA MAGANG

TEKNIK PEMBENIHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias sp.) DI UPT


USAHA PERTANIAN BALAI PERBENIHAN IKAN, DESA TLOGOWARU,
KOTA MALANG, JAWA TIMUR

Oleh :

SYAH REZA ALMAHDI WIJAYA


NIM. 145080501111072

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Jurusan MSP Dosen Pembimbing

(Dr. Ir. Muhamad Firdaus,MP) (Nasrullah Bai Arifin, S.Pi, M.Sc)

NIP. 19680919 200501 1 001 NIK. 2016058408291001

TANGGAL: TANGGAL:
UCAPAN TERIMAKASIH

Dalam penyelesaian laporan praktik kerja magang ini penulis banyak

mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam

kesempatan yang baik ini perkenankan penulis untuk mengucapkan rasa

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman dan pentunjuk serta telah

melindungi kami dalam melaksanakan praktik kerja magang yang jauh dari

kampung halaman kami.

2. Ibu Jumiarti selaku orang tua yang selalu memberikan do’a, motivasi dan

dukungan.

3. Prof. Dr. Ir. Happy Nursyam, MS selaku dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Universitas Brawjaya Malang.

4. Dr. Ir. Muhamad Firdaus, MP selaku ketua jurusan Manajemen Sumberdaya

Perairan.

5. Dr. Ir. M. Fadjar, M.Sc selaku ketua program studi Budidaya Perairan yang

telah membantu dalam hal administrasi dan pengarahan praktik kerja

magang serta pemberian semangat juang untuk meraih cita-cita masa depan.

6. Nasrullah Bai Arifin, S.Pi, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah banyak

memberikan saran, bimbingan, dan nasehat bagi penulis sehingga dapat

menyelesaikan Praktik Kerja Magang ini dengan baik.

7. Ibu Roose Marie, S.AB selaku kepala Balai Perbenihan Ikan Desa Tlogowaru

Kota Malang, Jawa Timur.

8. Bapak Kuswantoro, Mas Huda, Mas Udin, Mas Mad, Mas Prisma, Mas

Faizin, Mas Jarwo, selaku pembimbing lapang dan teknisi selama kegiatan

Praktek Kerja Magang.


9. Teman-teman Program Studi Budidaya Perairan angkatan 2014 yang

membantu dalam proses administrasi agar dapat melaksanakan praktik kerja

magang.

Akhirnya penulis memanjatkan doa semoga Allah SWT memberikan

pahala yang setimpal atas segala bantuan semua pihak yang telah ikhlas

membantu penulis dalam menyusun dan menyelesaikan laporan praktik kerja

magang ini. Amin.

Malang, juli 2018

Penulis
RINGKASAN

Syah Reza Almahdi Wijaya. Teknik pembenihan ikan lele sangkuriang (Clarias
sp.) Di UPT Usaha Pertanian Balai Perbenihan Ikan, Desa Tlogowaru, Kota
Malang, Jawa Timur (Dibawah bimbingan Nasrullah Bai Arifin, S.Pi, M.Sc.)

Indonesia sejak lama sudah dikenal sebagai negara agraris. Konsumsi


ikan per-kapita masyarakat Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan
masyarakat negara kelompok ASEAN lainnya. Maka pemerintah mengharapkan
bahwa 2/3 kebutuhan protein hewani bangsa Indonesia dapat dipenuhi dari sub-
sektor perikanan.Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi
protein hewani dari sub-sektor perikanan adalah melalui peran Unit Usaha
Pertanian Balai Perbenihan Ikan. Dengan demikian, tujuan dan sasaran
pembangunan sub-sektor perikanan di samping meningkatkan devisa negara
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan sasaran agar target
tiap orang dapat mengkonsumsi ikan kurang lebih 25 kg/orang/tahun tercapai.
Tujuan dari Praktek Kerja Magang ini adalah untuk memperoleh pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman kerja terutama dalam teknik pembenihan ikan lele
sangkuriang (Clarias sp.) juga untuk membandingkan antara teori yang telah
dipelajari dengan kenyataan yang ada di lapang. Praktek Kerja Magang
dilaksanakan pada tanggal bulan Januari sampai dengan bulan maret 2018 di
Balai Perbenihan Ikan (BBI), Tlogowaru Malang. Metode yang digunakan dalam
PKM ini adalah metode deskriptif dengan teknik pengambilan data meliputi data
primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi,
wawancara, partisipisasi aktif dan dari studi literatur.Kegiatan pembenihan Ikan
Lele Sangkuriang (Clarias sp.) dimulai dari pemeliharaan induk, penebaran induk
(pemberian pakan dan pengendalian hama penyakit), seleksi induk, pemijahan,
penetasan telur, perhitungan telur, pemeliharaan larva, dan benih (persiapan
kolam pendederan, pemberian kapur dan pupuk, penebaran larva, pemberian
pakan, pemanenan, serta pengepakan dan transportasi benih), dan monitoring
kualitas air. Sumber air yang digunakan untuk mengaliri kolam-kolam di Balai
Perbenihan Ikan Tlogowaru berasal dari sungai desa Tlogowaru. Air yang akan
masuk ke kolam pemeliharaan sebelumnya mebentuk aliran zig-zag. Aliran zig-
zag terjadi karena ada sekat yang terbuat dari beton. Bak filter ini dilengkapi
dengan saluran inlet dan outlet yang terbuat dari pipa PVC. Teknik pembenihan
ikan lele sangkuriang (Clarias sp.) di Balai Perbenihan Ikan Tlogowaru
menggunakan Teknik pemijahan alami. Hasil pengukuran kualitas air pada
pembenihan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.) di didapatkan data kualitas air
parameter fisika adalah suhu yaitu 25,80 C - 28,150 C dan kecerahan yaitu 90-
103,6 cm prosentase 100 %. Parameter kimia pH yaitu 7,47 – 8.07, DO yaitu
5,31-5,85 mg/l dan amonia sebesar <0,1 mg/l. Hasil dari perhitungan FCR (Feed
Convertion Ratio) yaitu 0,6%, Fekuenditas yaitu 22.779, SR (Survival Rate) yaitu
93% dan HR (Hatching Rate) yaitu 86%. Berdasarkan hasil PKM dapat
disimpulkan bahwa kondisi perairan di BPI Tlogowaru cukup baik untuk
pembenihan karena kualitas airnya dapat menunjang kehidupan organisme.
Saran berdasarkan hasil PKM ini sebaliknya pada saat proses pemeliharaan
larva, benih dan induk perlu diperhatikan masalah kualitas air agar tidak
terserang penyakit. Perlu dilakukan pengukuran baik fisika maupun kimia secara
periodik untuk mengantisipasi terjadinya fluktuasi kualitas air yang berpengaruh
pada kelulushidupan larva dan benih.
KATA PENGANTAR

Praktik Kerja Magang ini berjudul “Teknik Pembenihan Ikan Lele

Sangkuriang (Clrias sp.) di UPT Usaha Pertanian Balai Perbenihan Ikan, Desa

Tlogowaru, Kota Malang, Jawa Timur”. Di dalam tulisan ini disajikan pokok-pokok

bahasan pembenihan lele sangkuriang yang meliputi kegiatan persiapan wadah

pemeliharaan induk, seleksi induk, pemberian pakan induk, teknik pemijahan,

penetasan telur, pemeliharaan larva dan benih, kontrol kualitas air, penanganan

hama dan penyakit, sampling pertumbuhan, pemanenan, transportasi benih, dan

analisis usaha. Praktik kerja magang ini dibawah bimbingan Nasrullah Bai Arifin,

S.Pi, M.Sc dan Ibu Roose Marie S. AB (kepala BPI Tlogowaru) sebagai

pembimbing lapang.

Sangat disadari bahwa dengan keterbatasan yang dimiliki, walaupun telah

dikerahkan segala kemampuan untuk lebih teliti, penulis mengharapkan saran

yang membangun agar tulisan ini dapat bermanfaat dalam menambah ilmu

pengetahuan.

Malang, Juli 2018

Penulis
DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMAKASIH...................................................................................... iii

RINGKASAN........................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .............................................................................................. v

DAFTAR ISI .......................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xi

1. PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Tujuan ........................................................................................................... 3

1.3 Kegunaan ...................................................................................................... 3

1.4 Tempat dan Waktu ........................................................................................ 4

2. METODE PRAKTEK KERJA MAGANG ........................................................... 5

2.1 Metode Pelaksanaan .................................................................................... 5

2.2 Teknik Pengambilan Data ............................................................................. 5

2.2.1 Data Primer ........................................................................................... 5


2.2.2 Data Sekunder ...................................................................................... 7
2.3 Jadwal Pelaksanaan ..................................................................................... 7

3. KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK KERJA MAGANG ............................. 8

3.1 Keadaan Umum Lokasi Praktek Kerja Magang ................................ 8

3.1.1 Sejarah Berdirinya UPT Usaha Pertanian, Balai Benih Ikan,


Tlogowaru ........................................................................................... 8
3.1.2 Letak Geografis dan Keadaan Alam Sekitar ..................................... 9
3.1.3 Struktur Organisasi. ......................................................................... 10
3.1.4 Tugas dan Fungsi ............................................................................ 11
3.2 Sarana dan Prasarana BPI Tlogowaru ............................................ 12

3.2.1 Sarana .............................................................................................. 12


3.2.2 Prasarana ......................................................................................... 16
4. HASIL PRAKTEK KERJA MAGANG .............................................................. 21

4.1 Kegiatan Pembenihan................................................................................. 21


4.1.1 Pemeliharaan Induk ............................................................................ 21
4.1.2 Pemijahan ........................................................................................... 23
4.1.3 Penanganan Telur .............................................................................. 28
4.2 Produksi Larva ............................................................................................ 33

4.3 Pengelolaan Kualitas Air .................................................................. 37

4.5 Pengendalian Hama dan Penyakit .................................................. 38

4.6 Pemanenan ...................................................................................... 40

4.7 Hambatan yang Dihadapi dalam Budidaya ..................................... 42

4.8 Analisa Usaha .................................................................................. 43

4.8.1 Permodalan ...................................................................................... 43


4.8.2 Biaya Tetap ...................................................................................... 44
4.8.3 Biaya Variabel .................................................................................. 44
4.8.4 Biaya Total ....................................................................................... 45
4.8.5 Penerimaan ...................................................................................... 45
4.8.6 Keuntungan ...................................................................................... 46
4.8.7 R/C Rasio ......................................................................................... 46
4.8.8 Break Even Point (BEP)................................................................... 46
4.8.9 Payback Period (PP) ........................................................................ 47
4.8.10 Permasalahan Yang dihadapi dalam Usaha ................................... 48
5. PENUTUP ......................................................................................................... 49

5.1 Kesimpulan....................................................................................... 49

5.2 Saran ................................................................................................ 49

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 51

LAMPIRAN ........................................................................................................... 54
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Kandungan gizi dalam pakan .............................................................. 22

Tabel 2. Ciri-Ciri Induk Ikan Lele yang Sudah Matang Gonad .............................. 24

Tabel 3. Hasil Perhitungan Fekunditas............................................................... 30

Tabel 4. Hasil Perhitungan Fertilization Rate ..................................................... 31

Tabel 5. Hasil Perhitungan Hatching Rate ......................................................... 32

Tabel 6. Hasil Perhitungan Survival Rate ........................................................... 34

Tabel 7. Kandungan gizi dalam pakan benih PF 500 ........................................ 35

Tabel 8. Jenis, dosis dan frekuensi pemberian pakan larva ikan lele ............... 36

Tabel 9. Hasil Rata-rata Kualitas Air .................................................................... 56

Tabel 10. Biaya Tetap Pembenihan Lele Sangkuriang........................................ 44

Tabel 11. Biaya variable pembenihan Lele Sangkuriang ..................................... 44


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1. BPI Tlogowaru ...................................................................................... 9

Gambar 2. Struktur Organisasi UPT Usaha Pertanian ....................................... 11

Gambar 3. Wadah pemeliharaan induk: ............................................................... 13

Gambar 4. Sumber Tenaga Listrik........................................................................ 14

Gambar 5. Bak Air Tandon ................................................................................... 15

Gambar 6. Sistem Aerasi ...................................................................................... 15

Gambar 7. Kantor BPI Tlogowaru ..................................................................... 16

Gambar 8. Gudang Peralatan .............................................................................. 17

Gambar 9. Gudang Pakan .................................................................................... 17

Gambar 10. Garasi ............................................................................................... 18

Gambar 11. Transportasi ...................................................................................... 18

Gambar 12. Timbangan Jarum ............................................................................ 19

Gambar 13. Rumah Dinas .................................................................................... 19

Gambar 14. Akses Jalan ....................................................................................... 20

Gambar 15. Induk lele sangkuriang ...................................................................... 21

Gambar 16. Pakan Induk lele Sangkuriang .......................................................... 22

Gambar 17. Seleksi Induk Ikan Lele Sangkuriang ................................................. 24

Gambar 18. Ciri-Ciri Induk Matang Gonad ........................................................... 25

Gambar 19. Pengukuran Panjang dan Berat Ikan Lele Sangkriang ................... 25

Gambar 20. Persiapan Wadah Pemijahan Induk Ikan Lele Sangkuriang ............... 26

Gambar 21. Telur Ikan Lele Sangkuriang pada Substrat Pemijahan .................. 27

Gambar 22. Proses Pembalikan Kakaban ...............Error! Bookmark not defined.

Gambar 23. Proses Pembalikan Kakaban ............................................................. 29

Gambar 24. Perhitungan sampel telur terbuahi dan tidak terbuahi. .................... 31
Gambar 25. Cacing Sutra (Tubifex sp.) ................................................................ 35

Gambar 26. Pengukuran Kualitas Air ................................................................... 38

Gambar 27. Pemanenan, Pemasaran dan Packing larva................................... 41


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Peta Lokasi BPI Tlogowaru .............................................................. 54

Lampiran 2. Denah Lokasi BPI Tlogowaru ........................................................... 55

Lampiran 3. Perhitungan Fekunditas (F) ............................................................. 59

Lampiran 4. Perhitungan Fertilization Rate (FR) .................................................. 60

Lampiran 5. Perhitungan Hatching Rate (HR)...................................................... 61

Lampiran 6. Perhitungan Survival Rate (SR) Larva ............................................. 62

Lampiran 7. Data Kualitas Air ............................................................................... 65

Lampiran 8. Rincian Modal Tetap Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang .. 63

Lampiran 9. Rincian Modal Lancar Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang 67

Lampiran 10. Rincian Modal Kerja Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang . 69
1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki perairan yang cukup luas dan produksi perikanan yang

melimpah. Menurut Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

(2014), produksi perikanan Indonesia tahun 2010 mencapai 10,83 juta ton atau

naik 10,29% dibandingkan dengan tahun 2009 sebanyak 9,82 juta ton. Tahun

2011 produksi ikan meningkat lagi menjadi sebesar 12,26 juta ton, sampai tahun

2014 produksi perikanan Indonesia ditargetkan mencapai 22,39 juta ton dan

sekitar 16,89 juta ton diantaranya merupakan hasil budidaya. Menteri Kelautan

dan Perikanan menyatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir budidaya lele

merupakan yang paling banyak dilakukan masyarakat. Menurutnya, peningkatan

produksi dan konsumsi ikan lele yang sangat signifikan tersebut mempertegas

posisi lele sebagai komoditas ikan pilihan rakyat. Untuk itu, dalam rangka

mengejar target produksi ikan secara nasional, khusus untuk lele, produksinya

digenjot naik 4,5 kali lipat dari 200.000 ton pada tahun 2009 menjadi satu juta ton

pada tahun 2014.

Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah

dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia. Habitatnya di

sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang

tergenang air. Ikan lele bersifat noctural, yaitu aktif bergerak mencari makanan

pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di

tempat-tempat gelap. Di alam ikan lele memijah pada musim penghujan

(Suyanto, 1991). Sehingga pemijahan ikan ini terkendala akan musim, untuk itu

pemenuhan akan bibit ikan lele yang bermutu dan sesuai dengan waktu akan

sulit terpenuhi.
2

Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.) memiliki potensi pasar yang masih

tinggi meskipun sudah banyak dibudidayakan. Menurut Nasrudin (2010),

ramainya bisnis lele sangkuriang tidak lepas dari prospek atau jaminan

keuntungan yang akan diraup bagi siapa yang melakoninya. Selain itu, pasar

yang masih terbuka lebar, baik untuk segmen pembenihan maupun pembesaran.

Tingkat permintaan terhadap komoditas ini pun semakin tinggi dari waktu ke

waktu. Selain itu, menurut Khairuman dan Amri (2011), tumbuh dan berkem-

bangnya usaha budidaya lele tidak terlepas dari program pemerintah yang

mencanangkan Indonesia sebagai produsen terbesar ikan konsumsi atau hasil

budidaya dunia tahun 2015. Untuk mencapai target tersebut, secara nasional

diproyeksikan kenaikan produksi perikanan budidaya pada akhir tahun 2014

sebesar 353%.

Teknik pembenihan ikan lele sangkuriang sendiri mengalami

perkembangan dari pembenihan secara alami, pembenihan dengan

perangsangan pemijahan, hingga pembenihan buatan yang sepenuhnya

melibatkan campur tangan manusia dan aplikasi teknologi. Media pembenihan

pun beragam, dari kolam tanah sederhana di lahan terbuka, penggunaan bak

pemijahan khusus, hingga pemijahan terkontrol dalam ruangan tertutup.

Walaupun perkembangan teknik pemijahan semakin maju dan aplikasi

teknologinya pun semakin mudah dan praktis, tetap saja ada kendala yang

ditemui. Para pembenih pemula umumnya butuh waktu yang lama untuk dapat

menjalankan usahanya dengan baik. Persoalan utamanya adalah resiko pada

fase benih yang masih dikatakan cukup tinggi (Adam et al., 2014).

Hasil produksi benih lele secara Nasional mengalami fluktuasi, menurun

sebesar 800.000 pada tahun 2011 dan meningkat sebesar 16.000 pada tahun

2012 (BPS, 2012). Yulinnda (2012), megatakan bahwa pasokan benih ikan lele
3

juga mengalami kekurangan di kalangan pembudidaya. Kekurangan pasokan

benih lele berkaitan erat dengan kegiatan usaha pembesaran yang semakin

meningkat. Dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar domestik, kegiatan

pembenihan perlu dilakukan perbaikan. Dengan perbaikan tersebut diharapkan

peningkatkan mutu dan produktivitas benih dapat tercapai, baik di tingkat

Kabupaten maupun secara Nasional (Dedi et. al, 2015). Oleh karena itu, kegiatan

praktek kerja magang untuk mengetahui teknik pembenihan Ikan Lele

Sangkuriang yang tepat sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas benih

Ikan Lele Sangkuriang. Sehingga, praktek kerja magang mengenai pembenihan

Ikan Lele Sangkuriang dilaksanakan di UPT Usaha Pertanian Balai Pembenihan

Ikan Tlogowaru, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Magang ini adalah agar dapat

mempraktekan secara langsung teori yang di dapat pada saat perkuliahan dan

dapat mengasah kemampuan dalam menerapkan langsung teknik pembenihan

Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.), serta dapat meningkatkan keterampilan

lapang dalam bidang perikanan khususnya budidaya Ikan Lele.

1.3 Kegunaan

Kegunaan dari Praktek Kerja Magang ini agar mahasiswa dapat

memadukan teori yang didapat saat perkuliahan dengan keadaan yang

sebenarnya di lapang dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan

mahasiswa di lapang. Selain itu, mahasiswa juga dapat memahami

permasalahan yang timbul dalam teknik pembenihan Ikan Lele Sangkuriang.

Hasil dari laporan ini diharapkan dapat menambah informasi, pengetahuan serta

keterampilan khususnya teknik pembenihan Ikan Lele Sangkuriang.


4

1.4 Tempat dan Waktu

Praktek Kerja Magang dilaksanakan di UPT Usaha Pertanian Balai

Perbenihan Ikan, Desa Tlogowaru, Kota Malang, Jawa Timur pada bulan Januari

sampai Maret 2018.


5

2. METODE PRAKTEK KERJA MAGANG

2.1 Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan yang akan digunakan dalam PrakteKerja Magang ini

adalah metode deskriptif. Menurut Iskandar (2007), metode deskriptif merupakan

data atau informasi yang diperoleh secara langsung dari seorang pakar maupun

buku-buku yang berhubungan dengan kasus yang diteliti. Metode deskriptif

memecahkan suatu masalah dengan mendekriptifkan fakta dan studi hubungan

yang membandingkan hasil penelitian yang telah dilakukan.

2.2 Teknik Pengambilan Data

Pada Praktek Kerja Magang ini terdapat dua macam pengambilan data,

yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari observasi,

partisipasi aktif, dan wawancara, sedangkan data sekunder didapat dari data

balai, buku maupun jurnal terkait pembenihan ikan lele.

2.2.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari narasumber

tanpa melalui perantara. Menurut Istijanto (2005), data primer adalah data yang

diperoleh secara langsung dari sumbernya, sehingga periset merupakan orang

yang pertama kali memperoleh data tersebut. Proses pengumpulan data primer

memerlukan proses yang relatif lebih lama jika dibandingkan dengan data

sekunder. Teknik pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan cara

observasi, partisipasi aktif dan wawancara.


6

a. Observasi

Teknik pengambilan data yang dilakukan dengan cara mengamati obyek

secara langsung disebut dengan observasi. Hal tersebut sesuai dengan

pendapat Ariyanti (2015), Observasi yaitu pengamatan langsung yang dilakukan

oleh penulis, dengan menggunakan teknik observasi tidak berstruktur yang

dilaksanakan untuk mengumpulkan data dan dibantu dengan adanya pedoman

observasi. Dalam Praktek Kerja Magang ini, observasi yang dilakukan adalah

kegiatan pengadaan induk, pemeliharaan induk, seleksi induk, pemijahan induk,

penanganan dan penetasan telur, pemeliharaan larva, pengelilaan kualitas air,

kultur pakan alami dan penanganan hama dan penyakit.

b. Partisipasi Aktif

Observasi partisipatif yaitu peneliti berperan aktif dalam kegiatan di

lapang, sehingga peneliti dengan mudah mengamati karena berpedoman dengan

apa yang diteliti. Partisipasi aktif merupakan metode pengumpulan data yang

digunakan untuk mendapatkan data penelitian melalui pengamatan dan

pengindraan, dimana peneliti terlibat dalam keseharian pelaku yang diteliti atau

informan, keberadaan peneliti dapat terlibat secara aktif maupun tidak aktif

(Djaelani, 2013). Dalam Praktek Kerja Magang ini, partisipasi aktif yang dilakukan

adalah melaksanakan agenda rutin dari balai, membantu proses pemeliharaan

induk, seleksi induk, pemijahan induk, penanganan dan penetasan telur,

pemeliharaan larva, mengontrol kualitas air, membantu pemberian pakan dan

pemanenan benih.

c. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus


7

diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang

lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan pada laporan

tentang diri sendiri atau self-report, atau setidaknya pada pengetahuan dan atau

keyakinan pribadi (Sugiyono,2011). Dalam Praktek Kerja Magang ini, wawancara

dilakukan kepada teknisi lapang dan staf, yaitu tentang keadaan umum lokasi,

sarana dan prasarana pembenihan ikan lele, sumber induk yang didapatkan,

pasar benih ikan lele, analisis usaha pembenihan ikan lele serta permasalahan

dan pengembangan usaha ikan lele.

2.2.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan struktur data historis mengenai variabel-

variabel yang telah dikumpulkan dan dihimpun sebelumnya oleh pihak lain.

Sumber data sekunder bisa diperoleh dari sumber internal, internet,

perpustakaan umum maupun lembaga pendidikan, atau membeli dari pihak-

pihak yang mengkhususkan diri menyajikan data sekunder (Hermawan, 2005).

Dalam Praktek Kerja Magang ini, data sekunder diperoleh dari buku penunjang

yang berhubungan dengan kegiatan pembenihan ikan lele, jurnal penelitian,

serta sumber tertulis yang ada di balai berupa sejarah dan latar belakang

berdirinya balai, letak geografis dan topografi balai, struktur organisasi balai,

tugas pokok dan fungsi balai, data broodstock, data produksi benih setiap siklus

dan setiap tahunnya dan data analisis usaha pembenihan ikan lele.

2.3 Jadwal Pelaksanaan

Praktek Kerja Magang ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan

April 2018.
8

3. KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK KERJA MAGANG

3.1 Keadaan Umum Lokasi Praktek Kerja Magang


3.1.1 Sejarah Berdirinya UPT Usaha Pertanian, Balai Benih Ikan,
Tlogowaru

Semakin tingginya permintaan masyarakat terhadap kegiatan budidaya

menuntut pembangunan lahan budidaya yang meluas dan pengadaan benih ikan

yang tinggi. Pemerintah berusaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

dengan mendirikan Balai Benih Ikan. Awal berdirinya UPT Usaha Pertanian,

Balai Benih Ikan, Tlogowaru tidak secara langsung. Sebelum UPT Usaha

Pertanian, Balai Benih Ikan, Tlogowaru berdiri, pemerintah kota Malang

mendirikan Balai Benih Ikan di Wonokoyo Kedungkandang, Malang dan

Swalayan Ikan Sarangan, Malang.

Pada tahun 2005 menggunakan Anggaran Dana Alokasi khusus bidang

Kelautan dan Perikanan dari Departemen Pertanian dan APBD Kota Malang

dibangun berupa gedung lantai dua yang berada di jalan Sarangan 29 Malang,

yang digunakan sebagai kantor UPT Usaha Pertanian didalam bidang Perikanan.

Setelah pembangunan gedung selesai, kemudian pada tahun 2007 baru

dibangun Balai Benih Ikan di Wonokoyo. Karena terdapat permasalahan

keterbatasan air sehingga sulit mendapatkan air untuk sumber air dalam

pembenihan maka Dinas Pertanian memberikan Dana Alokasi Khusus (DAK)

untuk membuka cabang UPT Usaha Pertanian, Unit Kolam Pembesaran

Tlogowaru yang sumber airnya lancar. Oleh karena itu, pada tahun 2011 UPT

Usaha Pertanian, Unit Kolam Pembesaran Tlogowaru terbentuk tepatnya pada

bulan Januari 2011.

Balai Benih Ikan di Wonokoyo Kedungkandang, Malang, Swalayan Ikan

Sarangan, Malang serta UPT Usaha Pertanian, Unit Kolam Pembesaran


9

Tlogowaru memiliki lokasi yang berbeda namun ketiganya masih dalam naungan

Dinas Pertanian Pemerintah Kota Malang. Pada Januari 2017 UPT Usaha

Pertanian, Unit Kolam Pembesaran Tlogowaru berubah menjadi Balai

Perbenihan Ikan, Tlogowaru (Gambar 3) yang di bawah naungan Dinas

Pertanian dan Ketahanan Pangan.

Gambar 1. Balai Benih Ikan, Tlogowaru

3.1.2 Letak Geografis dan Keadaan Alam Sekitar

Letak geografis Bali Benih Ikan, Tlogowaru berlokasi di jalan Monumen

Polri RT 03 RW 02 Kelurahan Tlogowaru, Kecamatan Kedungkandang, Malang

Provinsi Jawa Timur. Letak geografis Bali Benih Ikan, Tlogowaru pada ketinggian

452 m di atas permukaan laut sehingga kelurahan Tlogowaru berhawa sejuk.

Kelurahan Tlogowaru berjarak 4 km dari kecamatan Kedungkandang, 10 km dari

pusat pemerintah Kota Malang. Balai Perbenihan Ikan, Tlogowaru berada di

wilayah pemukiman dan pertanian serta berjarak 500 m dari jalan raya. Sumber

air sekitar Balai Perbenihan Ikan, Tlogowaru juga mudah diakses yaitu dari

sungai disekitar Balai Perbenihan Ikan, Tlogowaru.

Letak dari UPT Usaha Pertanian Balai Perbenihan Ikan, Tlogowaru

tergolong strategis dan mudah untuk dijangkau. Selain itu terdapat batasan-

batasan jarak terhadap lokasi untuk mempermudah jangkauan. Adapun batas-

batas pada sekitar Kelurahan Tlogowaru adalah sebagai berikut:

• Sebelah Utara : Kelurahan Wonokoyo Kota Malang


10

• Sebelah Selatan : Desa Tangkilsari Kabupaten Malang

• Sebelah Barat : Kelurahan Arjowinangun Kota Malang

• Sebelah Timur : Desa Sumber Suko Kabupaten Malang

3.1.3 Struktur Organisasi.

Susunan struktur organisasi Balai Perbenihan Ikan, Tlogowaru, Kedungkandang,

Malang adalah sebagai berikut:

1. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, memiliki tugas memimpin,

mengkoordinasikan, mengarahkan, mengawasi dan mengendalikan seluruh

kegiatan mengenai Perikanan maupun Pertanian serta Pangan.

2. Kepala Kepala UPT Usaha Pertanian, memiliki tugas memimpin,

mengkordinasikan, mengarahkan, mengawasi dan mengendalikan serta

melaporkan seluruh kegiatan yang ada di Balai Benih Ikan Tlogowaru dan

Wonokoyo.

3. Petugas Teknis, memiliki tugas mengelola dan terjun langsung dalam kegiatan

pembenihan, perawatan, dan pembesaran ikan.

Pada Balai Perbenihan Ikan Tlogowaru dan Wonokoyo memiliki jumlah petugas 5

orang, 3 orang dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan yang bertanggung jawab di

Balai Benih Ikan Tlogowaru dan Wonokoyo serta masing-masing Balai Benih Ikan ada 2

orang penjaga malam. Dari kelima orang petugas teknis seminggu atau dua minggu

bergantian berada di Balai Benih Ikan Tlogowaru dan Wonokoyo. Dalam satu UPT

terdapat 2 petugas teknis dan 1 orang PNS dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

yang memiliki tugas untuk bertanggung jawab penuh selama kegiatan di UPT. Secara

prinsip, tugas dari struktur organisasi yang ada di UPT Usaha Pertanian Balai Perbenihan

Ikan bersifat turunan atau jabatan yang diatas membawahi yang ada dibawah atau searah

tidak bolak balik. Sehingga sifatnya vertical, tidak ada pembagian tugas yang bersifat
11

horizontal. Dapat digambarkan struktur organisasi UPT Usaha Pertanian, Balai Benih Ikan,

Tlogowaru dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja

3.1.4 Tugas dan Fungsi

UPT Usaha Pertanian Balai Perbenihan Ikan Desa Tlogowaru, Kota

Malanng, Jawa Timur. Unit Kerja ini bergerak dalam bidang pembenihan dan

pembesaran ikan khususnya ikan air tawar. Berikut tugas BPI Tlogowaru :

1. Mengembangkan induk ikan bermutu dan berkualitas baik.

2. Memproduksi ikan konsumsi.

3. Melayani kebutuhahan benih ikan konsumsi air tawar.

4. Memberikan bimbingan teknis perikanan kepada masyarakat.

5. Membuat rencana kerja dan lapangan.


12

BPI Tlogowaru juga mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Membudidayakan ikan air tawar dalam rangka untuk menunjang UPR.

2. Tempat melaksanakan adaptasi teknologi budidaya ikan.

3. Penyuluhan teknis budidaya ikan.

3.2 Sarana dan Prasarana BPI Tlogowaru


3.2.1 Sarana

A. Kolam Budidaya

UPT Usaha Pertanian, Balai Perbenihan Ikan, Tlogowaru memiliki luas

lahan 5200 m². Dari luas lahan tersebut terdapat 6 kolam besar dengan luas

10x20 m2 dan 31 kolam kecil dengan luas 4x4 m 2 serta 5 kolam ikan hias dengan

luas 1x1 m2 dan masing-masing kedalaman kolam yaitu 150 cm. Kolam di UPT

Usaha Pertanian, Balai Perbenihan Ikan, Tlogowaru merupakan kolam intensif

dengan memiliki bentuk persegi untuk kolam ukuran kecil dan untuk kolam

ukuran besar persegi panjang. Konstruksi dinding kolam dan dasar terbuat dari

beton. Diameter inlet dan outlet sebesar 7 cm dan 8 cm dengan kemiringan

dasar kolam sebesar 10°. Pada kolam budidaya lele sangkuriang di UPT Usaha

Pertanian, Balai Perbenihan Ikan, Tlogowaru dibagi menjadi 3 yaitu kolam induk

langsung dijadikan kolam pemijahan, kolam pendederan dan kolam pembesaran.

Kolam induk dan kolam pemijahan berukuran 4 m x 4 m dengan kedalaman 130

cm. Kolam induk dan kolam pemijahan lele berjumlah 4 buah kolam. Dan kolam

pendederan terdiri dari kolam besar dan kolam kecil. Kolam besar untuk

pembesaran yang berukuran 20 m x10 m dengan kedalaman 150 cm. Kolam

budidaya ikan lele sangkuriang dapat disajikan pada Gambar 3.


13

Gambar 3. Wadah pemeliharaan induk

B. Sistem Penyediaan Listrik

Sumber Listrik di UPT Usaha Pertanian, Balai Perbenihan Ikan,

Tlogowaru bersumber dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan dari genset

yang digunakan saat darurat. Terdapat 2 meteran listrik, yaitu pada bagian

belakang UPT dan pada bagian samping kantor. Masing - masing memiliki daya

6000 watt dan 1300 watt. Listrik yang berdaya 6000 watt digunakan untuk

menyalakan saluran air tandon dan yang 1300 watt ini digunakan untuk

menyalakan aerasi (blower), penerangan dan lain-lain. Selain itu UPT Usaha

Pertanian, Balai Perbenihan Ikan, Tlogowaru juga memiliki sebuah genset yang

digunakan saat aliran listrik PLN mati yang berkekuatan 2200 watt.

Kelemahan arus listrik dari PLN adalah jika terjadinya perbaikan listrik

yang 5 hari mati dan 5 hari menyala. Kelemahan arus listrik dari PLN tersebut

dapat menyebabkan terganggunya kegiatan budidaya baik dari segi penerangan

maupun aerasi. Tetapi kelemahan arus listrik tersebut jarang terjadi. Sumber

listrik dapat dilihat pada Gambar 4.


14

(A) (B)
Gambar 4.(A) Sumber Listrik dengan daya 6.000 watt: (B) Sumber Listrik dengan

daya 1.300 watt

D. Sistem Penyediaan Air

Pada UPT UPT Usaha Pertanian, Balai Benih Ikan, Tlogowaru terdapat

tandon yang berfungsi menampung air bersih yang dimanfaatkan masyarakat

sekitar sebagai air minum dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Tandon

(Gambar 5a) yang berukuran 4x4x4 m 3 dan berisi air bersih ini berasal dari

sumur bor dan dihubungkan menggunakan saluran pipa untuk mengalirkan air

yang berdiameter 9 cm. Selain untuk kegiatan kebutuhan rumah tangga, air

tendon juga digunakan untuk media budidaya pada kolam serta untuk

pembersihan kolam dan kebutuhan lainnya. Tetapi sumber air yang digunakan

untuk kolam budidaya tidak hanya berasal dari air tandon melainkan juga berasal

dari aliran sungai Amprong (Gambar 5b) yang letaknya berada di belakang kolam

pendederan. Penggunaan air sungai berfungsi agar lebih efisien terhadap

penggunaan air dan tidak bergantung pada ketersediaan air dari sumur bor.

Tidak ada treatment khusus untuk mengalirkan air sungai ke kolam, air langsung

dialirkan masuk dari pintu air yang terdapat di kolam pendederan kemudian di

alirkan ke kolam budidaya yang lainnya dengan dihubungkan saluran pipa

berdiameter 9 cm.
15

(A) (B)
Gambar 5.Sistem penyediaan air, (A) Bak air tandon dan (B) aliran sunga
Amprong

E. Sistem Aerasi

Sistem aerasi yang digunakan menggunakan Blower. Sistem aerasi ini

hanya digunakan pada kolam display (Kolam Pemasaran Ikan) atau dalam

bahasa lapangnya biasa disebut dengan tanjaran yang terbuat dari jaring sintetis.

Sistem aerasi pada kolam tidak diberikan selama 24 jam nonstop, tetapi hanya

diberika pada saat malam hari saja karena pada saat pagi hari konsumsi oksigen

masih tercukupi akibat fotosintesis dari fitoplankton dan pergerakannya atau

aliran air yang terdapat pada kolam dan terjadi terus menerus. Sehingga

pemberian aerasi hanya dilakukan pada malam hari saja karena tidak ada suplai

oksigen dari fitoplankton, sistem aerasi ini akan dimatikan dalam kondisi tertentu

seperti tidak adanya benih ikan untuk penjualan. Sistem aerasi pada UPT Usaha

Pertanian, Balai Benih Ikan, Tlogowaru dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Sistem aerasi Blower.


16

3.2.2 Prasarana

a. Kantor

Kantor BPI Tlogowaru merupakan pusat dari seluruh Unit Kerja

Budidaya Air yang ada di kota Malang. Kantor BPI Tlogowaru ditunjukan pada

Gambar 7. Kantor BPI Tlogowaru memiliki ukuran luas bangunan 136 m2

berjumlah 1 unit. Kantor ini digunakan sebagai ruang administrasi serta digunakan

untuk menerima tamu maupun rapat anggota. Selain itu kantor ini juga digunakan

untuk menyimpan laporan-laporan penting mengenai kegiatan yang telah

dilakukan oleh BPI Tlogowaru.

Gambar 7. Kantor BPI Tlogowaru

b. Gudang Peralatan

Gudang peralatan merupakan suatu bangunan yang berfungsi untuk

menyimpan barang barang pendukung dalam proses budidaya seperti bak

grading, tabung oksigen, selang aerator, jaring dan timbangan. Selain itu, Ukuran

bangunan Gudang peralatan yang dimiliki BPI Tlogowaru adalah 2,8 m 2.


17

Gambar 8. Gudang

c. Gudang Pakan

Gudang pakan merupakan tempat untuk menyimpan pakan ikan lele

dan barang barang penunjangnya seperti ember, gelas ukur serta digunakan

untuk menyimpan pakan. Bangunan ini memiliki ukuran 3,5 m2 berjumlah 1 unit

yang letaknya disamping bangunan kantor.

Gambar 9. Gudang Pakan

d. Garasi

Garasi di BPI Tlogowaru digunakan untuk menyimpan kendaraan-

kendaraan yang berada di BPI Tlogowaru. Letak garasi berada dibelakang

kantor BPI Tlogowaru . Bangunan ini memiliki ukuran 6 m 2. Bangunan tersebut

berada di sebelah kantor utama.


18

Gambar 10. Garasi

e. Transportasi

Kendaraan yang dimiliki oleh BPI Tlogowaru adalah kendaraan

bermotor sebanyak 1 unit yaitu mobil bak terbuka. Kendaraan ini menggunakan

bahan bakar bensin yang berfungsi untuk mengangkut ikan ke tempat

konsumen dan mengangkut barang barang kebutuhan dari BPI Tlogowaru.

Gambar 11. Transportasi

f. Timbangan

BPI Tlogowaru memiliki 1 unit timbangan jarum dengan merk “ACIS”

dengan kapasitas 600 g untuk menimbang benih ikan dalam proses

sampling maupun menimbang antibiotik.


19

Gambar 12.Timbangan Jarum


g. Rumah Dinas

BPI Tlogowaru memiliki 1 rumah dinas yang berada di Kawasan BPI

Tlogowaru. Rumah dinas tersebut diperuntukan pegawai dari BPI Tlogowaru

untuk kepentingan fasilitas pegawai atau mempermudah pengamanan serta

pengawasan lingkup balai. Keluarga dari pegawai juga dapat tinggal.

Gambar 13. Rumah Dinas

h. Akses Jalan

Adapun akses jalan menuju UPT Usaha Pertanian Balai Perbenihan

Ikan Tlogowaru berada pada Kelurahan Tlogowaru Kecamatan

Kedungkandang Kota Malang Jawa Timur, atau 45 menit dari pusat Koa Malang.

BPI Tlogowaru termasuk balai yang mudah di jangkau, mempermudah dan

mendukung dalam akses segala hal yang berhubungan dengan distribusi.


20

Gambar 14. Akses Jalan


21

4. HASIL PRAKTEK KERJA MAGANG

4.1 Kegiatan Pembenihan


4.1.1 Pemeliharaan Induk
4.1.1.1 Pengadaan Induk

Calon induk lele sangkuriang di BPI Tlogowaru merupakan pemberian

dari UPBAT Kepanjen Kabupaten Malang, Jawa Timur. Induk jantan dan betina

yang dipijahkan minimal mempunyai berat 1 kg dan sudah berumur lebih dari 10

bulan. Induk yang akan dipijahkan kemudian dipuasakan selama 22-24 jam agar

bisa diketahui perut induk berisi telur atau berisi pakan. Berat induk betina yang

akan dipijahkan memiliki berat 1000 gram sedangkan pada jantan memiliki berat

1100 gram. Khairuman dan Amri (2012) menyatakan bahwa induk yang

digunakan dalam pemijahan ditentukan oleh jenis dan kualitas induk, karena

induk merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan kegiatan pembenihan.

Induk yang berkualitas baik akan menghasilkan benih yang baik pula. Benih yang

dihasilkan memiliki daya tahan tubuh kuat sehingga mampu bertahan dalam

kondisi lingkungan yang buruk maupun terhadap serangan penyakit. Induk lele

sangkuriang seperti yang disajikan pada Gambar 15.

Gambar 15. Induk lele sangkuriang


22

4.1.1.2 Pemberian Pakan Induk

Pakan yang digunakan berupa pakan komersil dengan kadar protein

sebesar 44% - 46% (Tabel 2). Tujuan dari pemberian pakan dengan kadar

protein tinggi adalah agar pertumbuhan gonad pada induk ikan lele sangkuriang

dapat maksimal. Pemberian pakan sebanyak 5% dari berat biomassa/hari

dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak 2 kali/hari yaitu diberi pada pagi

hari pukul 08.30 dan sore hari pukul 15.00.

Gambar 16. Pakan Induk lele sangkuriang

Menurut Marnani et al. (2011), pakan merupakan salah satu faktor yang

menentukan laju pertumbuhan ikan. Pemberian pakan dengan nilai gizi tinggi

tidak akan bermanfaat maksimal, bila dalam pemberian tidak sesuai dengan

kebiasaan pakan dari ikan yang dibudidayakan. Sumber energi untuk memenuhi

kebutuhan ikan adalah pakan. Manajemen pemberian pakan yang baik, seperti

frekuensi pemberian pakan, dapat mengurangi pakan berlebih dan efisiensi

pakan menjadi tinggi.

Tabel 1 Kandungan gizi dalam pakan


Komposisi Pakan

Protein 44-46%

Lemak 12%

Serat Kasar 3%

Abu 15%

Kandungan Air 11%


23

4.1.2 Pemijahan
4.1.2.1 Pemberokan

Pemberokan induk jantan dan betina lele sangkuriang dalam proses

pemijahan sangat penting karena bertujuan untuk mengetahui induk yang akan

dipijahkan benar-benar matang gonad atau belum. Selain itu, pemberokan induk

juga bertujuan untuk pengosongan lambung sehingga pemijahan tidak banyak

mengeluarkan feses atau kotoran dan urin sehingga tidak mengakibatkan

munculnya racun. Proses pemberokan dilakukan 1 hari sebelum induk ikan

tersebut dipijahkan. Wadah yang digunakan dalam proses pemberokan adalah

wadah pemeliharaan induk .

Induk lele yang akan dipijahkan sebaiknya diberok atau dipuasakan

terlebih dahulu. Caranya, induk lele yang sudah diseleksi tidak diberi pakan

sekitar 1-2 hari. Pemberokan induk betina dilakukan untuk memastikan bahwa isi

perut induk adalah telur. Jika perut induk mengempes setelah pemberokan maka

dapat dipastikan isi perutnya adalah lemak bukan telur. Apabila telur tidak

mengempis dan alat kelaminnya sesuai dengan ciri-ciri matang gonad maka

sudah mengandung telur (Nugroho, 2012).

4.1.2.2 Seleksi Induk

Tingkat Kematangan Gonad (TKG) induk dapat diketahui dengan cara

melakukan sampling atau seleksi induk. Sampling kematangan gonad dilakukan

sebelum kegiatan pemijahan. Kegiatan diawali dengan mengambil induk ikan lele

dari bak pemeliharaan dengan menggunakan jaring. Pengambilan induk

dilakukan dengan cara penggiringan induk ke salah satu sisi kolam, setelah

jaring menempel pada dinding kolam dilakukan pengangkatan jaring. Cara

pengamatan tingkat kematangan induk dilakukan dengan cara visual.

Pengamatan didasarkan pada jenis kelamin dan kondisi fisik pada induk tersebut.

Induk yang memenuhi kriteria untuk dipijahkan kemudian dilakukan penimbangan


24

dan pengukuran panjang tubuh kemudian langsung dimasukkan ke dalam bak

pemijahan. Ciri-ciri induk matang gonad ditunjukkan pada Tabel 3 dan Gambar

17.

Pemilihan atau seleksi induk bertujuan untuk mengetahui tingkat

kematangan gonad induk yang akan di pijahkan. Induk lele yang digunakan untuk

pemijahan harus sudah benar-benar siap memijah. Induk yang diseleksi

merupakan bibit unggul dengan pertumbuhan bagus, berumur setahun atau

lebih, berat induk minimal 0,5 kg tiap ekornya, sehat, dan tidak cacat. Jika yang

dimaksud sudah diperoleh, sebaiknya ikan tersebut segera dipisahkan dan

dipelihara tersendiri di kolam pemeliharaan induk (Mahyuddin, 2008).

A B
Gambar 17. Seleksi Induk: (A) Induk Lele Sangkuriang dan
(B) Penjaringan Induk lele Sangkuriang

Tabel 2. Ciri-Ciri Induk Ikan Lele yang Sudah Matang Gonad


Parameter Induk Jantan Induk Betina

Umur Minimal 1 tahun Minimal 1 tahun


Bobot Minimal 1000 g – 1500 g/ekor Minimal 1000 g – 1500 g/ekor
Urogenital Papilla melebihi pangkal sirip Alat kelamin berwarna
anus dan warna kemerahan kemerahan, membesar dan
serta membesar menonjol keluar
Tubuh Perut ramping, panjang 65-70 Perut membesar, panjang 55-
cm 60 cm
Kesehatan Sehat tidak cacat Sehat tidak cacat
25

A B
Gambar 18. Ciri-Ciri Induk Matang Gonad: (A) Induk Jantan dan (B) Induk Betina

Induk yang telah diseleksi kemudian diukur panjang dan beratnya agar

dapat diketahui keseimbangan berat antara jantan dan betina agar dapat

memijah dan meminimalisir luka yang ditimbulkan saat memijah. Induk jantan

dan betina diukur panjangnya menggunakan papan pengukur atau menggunakan

meteran tali (Gambar 19 A) dan berat induk jantan dan betina ditimbang

menggunakan timbangan duduk dan bak sortir agar memudahkan dalam

penimbangan dan berat yang didapatkan benar-benar berat indukan tanpa air

ikut tertimbang sehingga menambahkan nilai berat indukan yang akan ditimbang

(Gambar 19 B).

Gambar 19. Proses Seleksi: (A) Pengukuran Panjang dan (B) Penimbangan
Bobot Indukan Lele Sangkuriang

4.1.2.3 Persiapan Tempat Pemijahan

Wadah yang akan digunakan untuk pemijahan induk lele sangkuriang

penetasan telur hingga pemeliharaan larva dijadikan satu pada wadah yang

sama dan dipersiapkan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk pemijahan.

Wadah yang digunakan untuk pemijahan adalah bak beton dengan luas 9 m 2 dan
26

memiliki tinggi 1 m. Bak tersebut juga dilengkapi inlet dengan diameter 2 inci dan

outlet dengan diameter 3 inci. Debit air yang masuk 0,4 L/detik. Bak pemijahan

induk terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran dengan cara disikat dan dibilas

dengan air. Bak tersebut setelah dibersihkan dilakukan pengisian air sampai

mencapai ketinggian 30 cm. Proses persiapan wadah ditunjukkan pada Gambar

20. Menurut Nugroho (2007), kolam untuk induk yang akan dipijahkan dapat

menggunakan kolam tanah maupun beton. Kolam tersebut dapat berukuran 2-9

m2 dengan tinggi air optimum 25-30 cm. Selain bak beton juga dapat digunakan

bak fiber. Kolam juga perlu diberi kakaban yang berguna untuk tempat

menempelnya telur pada saat memijah.

Gambar 20. Persiapan Wadah Pemijahan Induk Ikan Lele Sangkuriang

4.1.2.4 Pemijahan

Pemijahan indukan lele sangkuriang dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu

pemijahan alami, semi buatan, dan buatan. Pemijahan yang dilakukan di BPI

Tlogowaru adalah pemijahan secara alami (natural spawning), pemijahan alami

dilakukan tanpa perlakuan apapun yang melibatkan manusia seperti penyuntikan

ataupun stripping induk betina untuk mengeluarkan telur. Wadah pemijahan ikan

lele sangkuriang berukuran 1 m2 x 2 m2 diisi oleh sepasang induk dengan rasio

pemijahan 1 jantan : 1 betina dengan bobot induk yang sama. Pada umumnya

pemijahan secara alami terjadi pada malam hari karena ikan lele bersifat

nocturnal.
27

Telur ikan lele bersifat menempel pada substrat. Jumlah substrat yang

digunakan disesuaikan dengan bobot induk yang dipijahkan, umumnya diberikan

4 kakaban/kg induk. Pemijahan ini biasanya berlangsung pada jam 20.00 – 22.00

WIB, dengan pengamatan pemijahan dilakukan 1 jam sekali, pada proses

pemijahan induk jantan dan induk betina akan saling berkejaran di sekitar subtrat

pemijahan. Induk betina yang dikejar induk jantan akan mengeluarkan telur dan

disemprotkan ke subtrat pemijahan dan saat itu pula induk jantan

menyemprotkan sperma ke telur yang telah menempel pada subtrat. Untuk

mengetahui induk telah memijah atau belum dengan cara mengangkat subtrat

secara perlahan untuk melihat telur atau dengan melihat pada air jika air sedikit

berminyak itu berarti induk lele telah memijah. Pengamatan pada pukul 22.00

WIB induk telah memijah dan menghasilkan telur yang banyak.

Sebelum berpijah, induk jantan dan betina bercumbu dan berkejaran di

sekitar lubang persembunyian. Aktivitas ini dilakukan selama sekitar dua jam dan

diakhiri dengan pembuahan, yaitu induk betina mengeluarkan telur dan induk

jantan membuahi dengan spermanya. Setiap memijah, seekor induk lele bisa

mengeluarkan 10.000 hingga 15.000 butir telur. Setelah pembuahan, induk

jantan akan meninggalkan sarang sedangkan induk betina tetap berada di

sarang hingga telur menetas. Pada suhu air 25-32 oC, telur menetas dalam

waktu 20-24 jam setelah pembuahan (Iswanto, 2007).

Gambar 21. Telur Ikan Lele Sangkuriang pada Substrat Pemijahan


28

4.1.3 Penanganan Telur


4.1.3.1 Persiapan Wadah Penetasan Telur

Wadah yang digunakan untuk penetasan telur adalah wadah yang sama

digunakan untuk pemijahan. Proses persiapan wadah penetasan telur sudah

dilakukan ketika proses persiapan wadah untuk pemijahan. Pada saat wadah

akan digunakan untuk penetasan telur sebelumnya induk lele telah diangkat

menggunakan seser atau skopnet dengan perlahan agar tidak merusak telur

yang menempel pada subtrat pemijahan. Pengecekan aerasi dan suhu air pada

wadah penetasan harus dilakukan secara berkala agar kegiatan penetasan telur

mendapatkan hasil yang maksimal. Suhu yang optimal untuk penetasan telur

berada pada selang 28-30 ºC, sedangkan oksigen terlarut yang optimal untuk

penetasan telur berkisar 4 mg/L – 5 mg/L. Selanjutnya kakaban yang telah berisi

telur diatur posisinya dengan cara dibalik agar telur yang menempel pada

kakaban dapat terendam air secara keseluruhan. Pembalikan kakaban

ditunjukkan pada Gambar 22.

Sutisna dan Sutarmanto (1995) menyebutkan bahwa penetasan terjadi

bila embrio lebih panjang daripada lingkaran kuning telur dan telah membentuk

sirip perut. Penetasan juga disebabkan oleh gerakan-gerakan larva akibat

peningkatan suhu, intensitas cahaya, dan pengurangan oksigen. Pemijahan dan

fertilisasi cara alami biasanya dilanjutkan dengan cara penetasan langsung di

kolam pemijahan tersebut. Beberapa kelemahan dari cara ini adalah

kemungkinan telur dan larva dimangsa oleh predator dan terkena infeksi

penyakit, sehingga mortalitas larva menjadi tinggi.


29

Gambar 23. Proses Pembalikan Kakaban

4.1.3.2 Proses Penanganan

Penanganan telur setelah pemijahan yaitu telut yang sudah di keluarkan

dari induk betina yang menempel di kakaban di balik dan diusahakan jangan

sampai ada yang menumpuk, yang selanjutnya di beri aerator untuk menyuplai

oksigen di perairan. Telur ikan lele berbentuk bulat dan berwarna bening serta

memiliki lapisan minyak sehingga telurnya dapat mengapung. Tipe telur lele

termasuk pada tipe telur adhesif karena telur menempel pada substrat dan telur

lele termasuk pada telur Bouyant, karena telur akan mengapung di permukaan

air. Telur lele akan menetas dalam jangka 24 jam. Menurut Efendie (2002), telur

lele berdasarkan kualitas kulit luarnya dikelompokkan kedalam telur gumpalan

lendir, yaitu telur-telur di letakkan pada rangkaian lendir atau gumpalan lendir.

4.1.3.3 Perhitungan Telur

a. Fekunditas

Menurut Sutisna dan Sutarmanto (1995), fekunditas sangat berpengaruh

terhadap jumlah anak ikan yang dihasilkan oleh induk yang dipijahkan. Semakin

kecil ukuran telur, fekunditasnya akan semakin besar. Secara matematis,


30

persamaan perhitungan fekunditas dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil

perhitungan fekunditas dari 2 induk betina disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Perhitungan Fekunditas


Pemijahan Berat Awal Berat Akhir Berat Rata-rata Telur Fekunditas
(gram) (gram) Sampel (gram) (butir/kg)
Alami 1000 900 0,00439 22.779

Rata-rata fekunditas yang diperoleh dari 2 sampel yang digunakan sebesar

27.605 butir/kg. Fekunditas ikan lele sangkuriang pada umumnya berkisar

antara 60.000 butir/kg berat tubuh induk. Menurut Fatah dan Adjie (2013), nilai

fekunditas suatu spesies ikan selain dipengaruhi oleh ukuran panjang total, juga

dipengaruhi oleh bobot tubuh. Rendahnya nilai fekunditas yang diperoleh

disebabkan Karena pemijahan dilakukan pada saat musim kemarau. Menurut

Mahyuddin (2008), lele di alam memijah pada awal atau sepanjang musim

penghujan. Rangsangan memijahnya di alam berhunbungan erat dengan

bertambahnya volume air yang biasanya terjadi pada musim penghujan dan

meningkatnya kualitas air serta ketersediaan jasad renik (pakan alami). Lele

terangsang untuk memijah setelah turun hujan lebat dan munculnya bau tanah

yang cukup menyengat (bau ampo) akibat tanah kering terkena hujan. Pada saat

musim terjadi peningkatan kedalaman air yang dapat merangsang ikan lele

memijah.

b. Derajat Pembuahan

Fertilisasi atau pembuahan dilakukan secara alami. Saat induk dilepas

pada kolam pemijahan, pembuahan terjadi 12 jam setelah induk jantan dan

betina di campur dalam satu kolam berukuran 1 m 2 x 2 m2. Untuk mengetahui

berapa banyak telur yang terbuahi, maka setelah ikan memijah dan di pindahkan

ke kolam induk masing-masing dapat dilihat pada kakaban dan menggunakan


31

alat sampling dengan meletakkan alat samping tersebut di atas kakaban

kemudian dilakukan perhitungan jumlah telur yang terbuahi (fertilization rate/FR).

FR merupakan perbandingan antara jumlah telur yang terbuahi dengan jumlah

telur secara keseluruhan.

Ciri-ciri telur ikan lele sangkuriang yang tidak terbuahi adalah warnanya

putih. Perhitungan FR dilakukan 8 jam setelah pemijahan sudah dilakukan di bak

pemijahan. Perhitungan FR disajikan pada Lampiran 4. Sampel yang digunakan

dalam perhitungan FR sebanyak 2 sampel. Sampel telur yang digunakan berasal

dari 2 induk yang berbeda. Sampel menempel pada kakaban dengan

menggunakan besi persegi berukuran 3 x 3 cm dihitung telur yang terbuahi dan

yang tidak terbuahi. Proses perhitungan sampel telur terbuahi dan tidak terbuahi

disajikan pada Gambar 24.Hasil perhitungan FR disajikan pada Tabel 4.

Gambar 24. Perhitungan sampel telur terbuahi dan tidak terbuahi.

Tabel 4. Hasil Perhitungan Fertilization Rate


Pemijahan Jumlah Telur Tidak Terbuahi Terbuahi FR (%)
(butir) (butir) (butir)
Alami 452 110 342 75,66%

Menurut Murtidjo (2001), derajat pembuahan dipengaruhi oleh jumlah

sperma dan telur. Oleh Karena itu, perbandingan antara induk jantan dengan

induk betina harus seimbang. Perimbangan induk jantan dan betina bukan

berdasarkan jumlah, melainkan berdasarkan berat induk yaitu 1 kg jantan


32

dengan 1 kg betina. Selain itu, kematangan telur dan sperma juga ikut

menentukan besar kecilnya derajat pembuahan.

c. Derajat Penetasan Telur

Untuk mengetahui berapa banyak telur yang menetas, maka dilakukan

perhitungan daya tetas telur (hatching rate/HR). Perhitungan HR dilakukan

dengan mengambil 100 butir telur yang terbuahi pada kakaban dan diletakkan

wadah baskom yang sudah berisi air. Wadah baskom diberi aerasi dan dibiarkan

hingga telur menetas. Larva yang menetas dihitung di wadah yang berisi air

secukupnya dan diberi saringan diatasnya, kemudian dari wadah baskom

dituangkan keatas saringan perlahan-lahan. Kemudian siapkan wadah baskom

berisi air dan proses perhitungan dengan memindahkan larva dari saringan.

Perhitungan HR pada Lampiran 5. Hasil perhitungan HR disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Perhitungan Hatching Rate


Pemijahan Jumlah Telur Tidak Menetas HR (%)
Terbuahi Menetas (butir)
(butir) (butir)
Alami 100 9 91 91%

Derajat penetasan telur dipengaruhi oleh beberapa factor, salah satunya

adalah kualitas air kolam penetasan telur. Menurut Bachtiar (2004), selama

proses penetasan telur, air yang digunakan harus dalam keadaan jernih dan

bersih agar proses pemijahan berjalan dengan baik. Air yang bersih dan jernih

akan mempengaruhi daya tetas telur ikan. Oleh Karena itu, selama proses

penetasan telur digunakan aerasi untuk menjaga oksigen terlarut di dalam kolam

penetasan tetap berada pada kisaran optimal yaitu 4 mg/L – 5 mg/L.

Larva lele sangkuriang tidak diberi makan selama 3 hari, karena larva lele

sangkuriang masih mempunyai cadangan makanan berupa kuning telur (egg

yolk). Kuning telur akan habis dalam waktu 3 hari, pada saat inilah larva sangat
33

rentan akan kematian karena harus menyesuaikan dengan pakan tambahan

untuk bertahan hidup. Pakan yang mempunyai kandungan protein yang tinggi

dapat meningkatkan pertumbuhan larva, sehingga larva lele akan tumbuh

dengan cepat dan memiliki bentuk tubuh yang besar serta sehat. Pakan yang

dapat digunakan untuk larva lele yaitu pakan alami berupa cacing sutra.

d. Survival Rate (SR)

SR merupakan perbandingan antara jumlah larva yang hidup dengan

jumlah telur yang menetas. Cara menghitung larva yang hidup sama dengan

menghitung telur yang menetas, yaitu memindahkan larva dari wadah baskom ke

saringan lalu dikembalikan lagi ke wadah baskom yang sudah berisi air.

Perhitungan SR ada pada Lampiran 6. Hasil perhitungan SR dari 2 sampel yang

digunakan disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Perhitungan Survival Rate Larva


Telur
Larva Mati Larva Hidup
Pemijahan Menetas SR (%)
(ekor) (ekor)
(butir)
Alami 91 23 68 74,73%

Kelangsungan hidup larva sangat bergantung pada ketersediaan

makanan yang terdapat pada kuning telur. Menurut Djarijah (2001),

kelangsungan hidup larva tergantung pada kualitas kuning telur sebagai

makanan cadangannya. Larva yang memiliki makanan cadangan dengan jumlah

banyak, biasanya kelangsungan hidupnya lebih baik.

4.2 Produksi Larva


4.2.1 Pemeliharaan larva

Telur Ikan lele sangkuriang (Clarias sp.) akan menetas dalam waktu 24

jam atau 1 hari yang ditetaskan pada bak penetasan. Hal ini sesuai dengan

pendapat Kordi (2012), telur Lele akan menetas 1—2 hari setelah pemijahan

yang dipelihara dengan baik pada suhu 25—28 °C. Hasil pengamatan pada larva
34

lele yang baru menetas diperoleh bahwa tubuh larva ikan lele yang baru menetas

memiliki pigmen mata dan bercak-bercak coklat hitam yang transparan pada tiap

bagian tubuhnya dengan tubuh yang lurus dan berada dipermukaan air. Larva

lele yang baru menetas sudah memiliki sirip yang masih belum sempurna

bentuknya dengan ukuran rahang mulut yang besar.

Setelah 1 hari telur ikan lele menetas, kakaban sebaiknya diambil dari

bak penetasan. Larva yang baru menetas kondisinya sangat lemah. Larva lele

harus tetap dipantau perkembangannya serta kualitas airnya di dalam bak agar

tetap berada pada kisaran optimal yaitu, suhu berkisar 28 oC – 30oC, sedangkan

untuk pH antara 6 – 8 dan DO berkisar 4 mg/L – 5 mg/L. Pengambilan larva yang

mati akibat jamur harus tetap dilakukan, agar jamur tidak menyebar ke larva lele

yang lain. Selama 2 hari setelah menetas, larva ikan lele mendapat asupan

makanan dari kantung kuning telur (yolk sac) yang terdapat pada tubuhnya.

Setelah kantung telur habis larva baru diberi pakan alami berupa cacing sutra

selama 1 minggu yang selanjutnya akan diberi pakan buatan yang dihaluskan.

Pada proses pemeliharaan larva, hal yang perlu diperhatikan adalah kebersihan

dan kualitas air bak pemeliharaan yaitu DO berkisar 4 mg/L – 5 mg/L, suhu

berkisar 28 – 30oC, dan pH antara 6 – 8.

4.2.2 Pemberian pakan larva

Pemberian pakan larva dilakukan apabila larva telah mencapai umur 3

hari. Pakan yang diberikan setelah larva mencapai umur 3 hari yaitu cacing sutra

(Gambar 25). Pemberian pakan alami cacing sutra (Tubifex sp.) dilakukan

sampai larva tersebut berumur 1 minggu. Pemberian pakan dilakukan 2 kali

sehari secara terkontrol pada pagi dan sore hari. Cacing sutra (Tubifex sp.)

sebanyak 100 gram per 1000 benih, ditebar pada bak pemeliharaan larva
35

sebanyak 5 titik, yakni pada setiap sudut bak pemeliharaan dan satu titik di

tengah bak pemeliharaan larva.

Menurut Gunawan (2014), larva yang baru menetas (umur 3-4 hari)

kondisinya masih rentan mati sehingga harus berupa pakan alami. Pakan alami

yang umumnya diberikan adalah kutu air dan cacing sutra. Kutu air bisa

diperoleh pada genangan air, sedangkan cacing sutra terdapat di selokan atau

saluran irigasi dengan banyak bahan organic yang berasal dari limbah rumah

tangga atau pabrik tapioca, tahu dan tempe. Agar pertumbuhannya optimal, kutu

air atau cacing sutra sebaiknya diberikan ke larva hingga berumur 13 hari.

Setelah itu, larva bisa diberi pellet.

Larva yang telah berumur 2 minggu pakan yang diberikan berupa pakan

buatan jenis pelet PF 500 yang mengandung protein sebesar 39-41% (Tabel 6).

Frekuensi pemberian pakan sebanyak 2 kali sehari yaitu pada pukul 08.00 WIB

dan 15.00 WIB. Pemberian pakan dilakuan secara adlibitum yaitu secara terus

menerus sampai pergerakan ikan terlihat melemah atau tidak nafsu pada

makanan.

Gambar 25. Cacing Sutra (Tubifex sp.)

Tabel 6. Kandungan gizi dalam pakan benih PF 500


Komposisi Pakan Benih
Protein 39-41%
Lemak 5%
Serat Kasar 4%
Abu 11%
Kadar Air 10%
36

Unit Usaha Pertanian Balai Perbenihan Ikan Tlogowaru memberikan

pakan terhadap larva ikan lele berdasarkan stadia perkembangan larva.

Semakin besar umur larva, maka pakan yang diberikan juga menyesuaikan

bukaan mulut ikan. Jenis, dosis, dan frekuensi pemberian pakan terhadap larva

ikan lele yang dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 7. Jeni, dosis dan frekuensi pemberian pakan larva ikan lele
Umur Jenis Wadah
No Dosis Frekuensi
Larva Pakan Pemeliharaan
Kuning
1 D1-D2 - - Bak
Telur
Cacing
sutra
2 D3-D10 - 2 kali sehari Bak
(Tubifex
sp.)
Pellet
3 D14-D30 Adlibitum 2 kali sehari Kolam
Halus

4.2.3 Pendederan

Pendederan larva ikan lele sangkuriang (Clarias sp.) dilakukan pada

kolam berukuran 120 m2. Kolam yang digunakan untuk pendederan adalah

kolam beton. Sebelum dilakukan pendederan, kolam terlebih dahulu dilakukan

pengapuran dan pemupukan. Setelah kolam dikeringkan selama 1 -2 hari

dilakukan pengapuran menggunakan kapur tohor dengan dosis 50 gr/m 2 untuk

menstabilkan pH atau 250 gr/m 2 untuk mematikan hama. Kemudian dilakukan

pemupukan menggunakan pupuk kandang dengan dosis 25 kg / 80 m 2 untuk

menumbuhkan pakan alami. Pengeringan dasar kolam kembali dilakukan,

setelah itu di isi air sampai kolam terisi setengah. Penebaran dilakukan pada pagi

atau sore hari ketika suhu air tidak tinggi. Sebelum dilakukan penebaran, larva

diadaptasikan selama kurang lebih 15 menit lalu larva dilepaskan secara

perlahan sampai larva keluar dengan sendirinya. Kegiatan pendederan 1

dilakukan dengan ketinggian air 40 cm Pada pendederan 1 larva yang ditebar


37

berumur 10 hari, padat tebar sebanyak 10.000 ekor dengan kepadatan 1000 ekor

per m2.

Gusrina (2014) menjelaskan bahwa larva yang akan didederkan

sebaiknya jangan ditebarkan langsung ke kolam namun terlebih dahulu dilakukan

aklimatisasi untuk menghindari perubahan suhu ekstrim antara suhu kolam

dengan suhu air pada wadah pengangkutan. Padat penebaran larva 10.000-

15.000 ekor/m 2. Selama masa pendederan pemupukan ulang perlu dilakukan

untuk menjamin tersedianya makanan alami yang cukup. Pemupukan dapat

dilakukan 1-2 kali seminggu, menggunakan pupuk kandang (25 kg kotoran sapi

atau 3 kg kotoran ayam/100m 2).

4.3 Pengelolaan Kualitas Air

Pengelolaan kualitas air kolam pemeliharaan yang dilakukan di BPI

Tlogowaru yaitu pengaliran air secara terus menerus. Pengaliran air ini bertujuan

untuk mengganti air lama dengan air yang baru, sehingga kotoran atau lumpur

yang ada pada kolam pemeliharaan dapat terbuang. Air kolam pemeliharaan

berasal dari Sungai Amprong. Air dialirkan melalui saluran irigasi dan

didistribusikan melalu pipa paralon berdiameter 4 inci menuju kolam

pemeliharaan masing-masing. Saluran air pada tiap kolam dihubungkan oleh

paralon berdiameter 4 inci dan saling terkait antara satu kolam dengan kolam

yang lainnya, sehingga air berjalan dari kolam yang berada di hulu ke kolam

yang berada di hilir. Kegiatan pengukuran kualitas air (Gambar 26) pada saat

PKL dilakukan pada pagi hari dan sore hari, parameter yang diukur meliputi

suhu, pH, dan DO . Data pengukuran kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 7.

Minggawati (2012) menyebutkan bahwa kualitas suatu perairan

memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap survival dan pertumbuhan


38

makhluk hidup di perairan itu sendiri. Lingkungan yang baik (hiegienis bagi

hewan diperlukan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya).

Pertumbuhan dan kelangsungan hidup hewan atau tumbuhan di suatu perairan

sangat dipengaruhi oleh suhu, kecerahan, pH, DO dan CO 2 dan kadar ammonia

(NH3). Pada kegiatan usaha budidaya, kualitas air merupakan suatu hal yang

penting karena kualitas air dapat mempengaruhi pengelolaan, kelangsungan

hidup, perkembangan, pertumbuhan, dan produksi budidaya. Apabila kualitas air

dalam suatu kolam budidaya buruk, maka produksi akan turun kelangsungan

hidup organisme budidaya akan terhambat.

Gambar 26.Pengukuran Kualitas Air

Tabel 8. Hasil Rata-rata Kualitas Air

Waktu
No Parameter
Pagi Sore
1 DO (mg/l) 5,31 mg/l 5,85mg/l
2 pH 7,47 8,07
3 Suhu () 25,8 0C 28,15 0C

4.5 Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian parasit dan penyakit merupakan suatu upaya untuk

menghindarkan larva terserang parasit dan penyakit. Parasit yang sering

menyerang lele sangkuriang baik masih larva maupun dewasa yaitu Argullus
39

spp., Gyrodactylus sp., Trichodina sp., dan Cychlidogyrus spp.. Penyakit ini

biasanya menyerang benih lele yang dipicu oleh kualitas air yang buruk, suhu air

terlalu dingin dan padat tebar ikan terlalu tinggi, pH yang rendah, dan kadar

amoniak tinggi akibat sisa pakan dan sisa metabolism ikan. Penanganannya

dengan cara penggantian air kolam, penggaraman sebanyak 500 gram/m 3

selama 3 hari, dan pada pakan ikan lele ditambahkan fish imunovit atau

biovitaquatik sebanyak 5 ml/kg pakan pemberiannya setiap sore sampai tidak

ada kematian pada ikan lele. Hama yang membawa parasit yaitu air, keong dan

laba-laba air. Hama-hama tersebut merupakan organisme pembawa penyakit ke

larva ikan. Selain itu, hama tersebut juga bisa menjadi kompetitor dalam

perebutan oksigen yang ada di dalam perairan sehingga mempengaruhi

pertumbuhan benih ikan lele Sangkuriang (Carias sp.). Tindakan yang bisa

dilakukan dalam pengendalian hama ialah dengam memasang jaring pada

saluran inlet serta mengurangi benda atau tanaman air yang digunakan sebagai

media bertelur serangga.

Menurut Djarijah dan Puspowardoyo (2002), jenis penyakit yang sering

menyerang lele adalah penyakit parasitik yang disebabkan oleh protozoa, bakteri

dan virus. Jenis protozoa yang sering menginfeksi benih lele adalah

Ichtyopthirius sp., Trichodina sp. dan Chilodonella sp. Penyakit yang ditimbulkan

oleh serangan protozoa adalah penyakit bintik putih (white spot disease). Jenis

bakteri penyebab timbulnya penyakit pada ikan lele adalah Aeromonas sp.,

Pseudomonas sp. dan Myobacterium sp. Gejala serangan penyakit bacterial

adalah bintik merah di seluruh permukaan tubuh ikan, perut menggembung, sirip

ekor geripis, sirip punggung dan sirip dada berdarah. Virus yang menyerang ikan

lele adalah Rabdovirus dengan gejala pendarahan pada organ-organ ikan dan

kulit, perut menggembung dan kulit pucat. Pencegahan penularan dan infeksi
40

yang disebabkan oleh bakteri dan virus dapat dilakukan melalui makanan yang

dicampur dengan obat antibiotik.

4.6 Pemanenan

Lele dipanen dengan cara menentukan umur dan ukuran ikan yang

dikehendaki. Lele Sangkuriang dapat dipanen apabila larva sudah berumur 3-4

hari (Gambar 27a). Selain itu ikan lele juga di jual dalam ukuran benih yang

dibagi menjadi beberapa ukuran yaitu ukuran 1 -3 cm, ukuran 3-5 cm, ukuran 5-7

cm, dan ukuran 7-9 cm.

Pemanenan larva dilakukan dengan cara hapa diangkat secara perlahan

dan larva lele digiring kebagian tepi sehingga larva terkumpul pada satu titik.

Larva yang terkumpul kemudian ditangkap menggunakan jaring dan kemudian

dimasukkan kedalam gelas ukur 1 ml dan segera dimasukkan kedalam kantong

plastik berukuran 5 kg. Jumlah larva dalam 1 ml gelas ukur berkisar antara 260-

265 ekor. Dalam 1 kantong plastik berukuran 5 kg di isi dengan 500 ekor benih.

Kantong plastik yang berisi larva kemudian diberi oksigen dan diikat dengan

karet gelang dan selanjutnya larva lele sangkuriang siap di kirim seperti disajikan

pada Gambar 27b.

Sementara itu, pemanenan benih lele dilakukan dengan menguras kolam

hingga habis kemudian diambil benihnya. Sebelum dilakukan pengepakan dan

pemasaran benih, hal pertama yang dilakukan yaitu seleksi benih. Seleksi benih

dilakukan dengan cara benih dimasukkan ke dalam bak grading sesuai ukuran

yang dikehendaki sehingga dapat dikelompokkan berdasarkan ukuran. Setelah

dilakukan penyeleksian maka benih lele dapat dimasukkan kedalam kantong

plastik dengan menghitung jumlah benih per kantongnya. Setelah itu, diisi

oksigen dengan perbandingan oksigen dan air adalah 3:1. Sebelum pengisian

oksigen terlebih dahulu kantong plastik dikosongkan dengan tujuan untuk


41

mengeluarkan udara yang ada dalam kantong plastik, setelah itu kantong plastik

diikat rapat menggunakan karet gelang.

Teknik pengangkutan benih yang dilakukan di BPI Tlogowaru ini

menggunakan sistem tertutup, dimana teknik pengangkutan sistem tertutup ini

dilakukan dengan menggunakan oksigen. Pengangkutan dengan sistem tertutup

biasanya digunakan untuk pengangkutan jarak jauh dan membutuhkan waktu

lama.

Menurut Cahyono (2000), pengangkutan ikan dapat dilakukan dengan

dua cara, yaitu pengangkutan tertutup dan pengangkutan terbuka. Dalam

pengangkutan tertutup, ikan diangkut dalam wadah tertutup dan diberi oksigen

murni. Pengangkutan ikan secara tertutup biasanya menggunakan wadah dari

kantong plastik. Sedangkan dalam pengangkutan terbuka, ikan diangkut dalam

wadah atau bak terbuka tanpa diberi oksigen murni.

a b

Gambar 2. Pemanenan dan Pemasaran (a) Larva umur 4 hari; (b) Packing larva

Pemasaran larva dan benih lele Sangkuriang biasanya vdilakukan di

wilayah Malang, baik wilayah kota maupun kabupaten. Biasanya para

pembudidaya lele yang di daerah Malang dan sekitarnya dapat membeli

langsung di balai.
42

4.7 Hambatan yang Dihadapi dalam Budidaya

Selama berlangsungnya kegiatan usaha pembenihan lele sangkuriang

terdapat beberapa hambatan yang cukup serius. Jika dilihat dari kemungkinan

pengembangan usahanya, hambatan yang dialami antara lain:

a. Pergantian musim yang tidak dapat diprediksi dapat menyebabkan

fluktuasi pergantian suhu maupun pH yang tidak menentu sehingga

menyebabkan kematian masal pada benih.

b. Ukuran benih tidak seragam sehingga pertumbuhan ikan lele

sangkuriang juga tidak seragam. Pertumbuhan ikan yang tidak

seragam ini dapat memungkinkan terjadinya kanibalisme.

Guna mendukung tingkat keberhasilan kegiatan pembenihan ikan lele

sangkuriang maka perlu pemecahan terhadap masalah tersebut. Beberapa hal

yang dilakukan di BPI Tlogowaru untuk mengatasi masalah tersebut antara lain:

a. Permasalahan yang berhubungan dengan kondisi alam seperti

fluktuasi suhu dan pH dapat diatasi dengan melakukan kegiatan

pembenihan di indoor sehingga suhu dan pH tetap dapat terkontrol.

Kegiatan tersebut juga harus diimbangi dengan pengontrolan kualitas

air menggunakan alat yang akurat dan dilakukan dalam jangka waktu

yang dekat agar apabila terdapat fluktuasi maka dapat segera

ditangani.

b. Grading dapat menjadi salah satu alternatif yang dapat digunakan

untuk mengurangi tingkat kanibalisme dalam satu kolam. Grading

digunakan untuk memisahkan ikan lele berdasarkan ukurab berat dan

panjangnya. Selain itu untuk meminimalisir tingkat kanibalisme perlu

dilakukan pemberian pakan dengan tepat, baik jumlah maupun

waktunya.
43

4.8 Analisa Usaha


4.8.1 Permodalan

Menurut Primyastanto (2011), penganggaran modal merupakan

penanaman dana di masa sekarang dengan harapan akan memperoleh

keuntungan di masa mendatang Karena penganggaran dana sebagai suatu

konsep investasi.

Sumber modal pada Unit Usaha Pertanian Balai Perbenihan Ikan

Tlogowaru berasal dari APBD Kota Malang. Berikut uraian modal usaha

pembenihan ikan lele sangkuriang di UPT Unit Usaha Pertanian Balai

Perbenihan Ikan Tlogowaru, Kota Malang, Jawa Timur:

4.8.1.1 Modal Tetap

Modal tetap dalam usaha pembenihan ikan lele sangkuriang di UPT

Usaha Pertanian Balai Perbenihan Ikan Tlogowaru selama satu bulan adalah

sebesar Rp. 30.566.000. Rincian modal tetap usaha pembenihan ikan lele

sangkuriang pada Lampiran 8. Menurut Hadispoetra (2000), modal tetap adalah

modal yang memiliki umur ekonomis lebih dari satu periode normal operasi

perusahaan (1 tahun), dibeli dan digunakan untuk setiap operasi dan setiap

periode memiliki nilai penyusutan.

4.8.1.2 Modal Lancar

Modal lancar adalah modal yang habis bersamaan dalam proses

produksi. Modal lancar dalam usaha pembenihan ikan lele sangkuriang di UPT

Usaha Pertanian Balai Perbenihan Ikan Tlogowaru selama satu bulan adalah

sebesar Rp. 915.876. Rincian modal lancar usaha pembenihan ikan lele

sangkuriang pada Lampiran 8.

4.8.1.3 Modal Kerja

Menurut Sawir (2005), modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang

dimiliki oleh suatu perusahaan, sebagai dana yang harus tersedia untuk
44

membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Modal kerja dalam usaha

pembenihan ikan lele sangkuriang di UPT Usaha Pertanian Balai Perbenihan

Ikan selama satu bulan adalah sebesar Rp. 1.000.000. Rincian modal kerja

usaha pembenihan ikan lele sangkuriang pada Lampiran 9.

4.8.2 Biaya Tetap

Menurut Siswanto (2007), biaya tetap adalah elemen biaya yang tidak

berubah pada setiap satuan barang yang diproduksi. Total biaya tetap pada

kegiatan pembenihan lele sangkuriang selama satu bulan adalah sebesar Rp.

386.258. Dengan rincian sebagai berikut.

Tabel 9. Biaya Tetap Pembenihan lele sangkuriang


No. Biaya Tetap Harga (Rp)
1. PBB 50.425
2. Penyusutan 248.740
Total 299.165

4.8.3 Biaya Variabel

Menurut Sirait (2006), biaya variabel adalah biaya yang berubah secara

proporsional sesuai dengan perubahan volume produksi atau tingkat kegiatan.

Biaya ini bersifat tetap per unitnya, namun secara total bersifat variabel sesuai

dengan tingkat produksi. Total biaya variabel pada pembenihan ikan lele

sangkuriang dalam satu bulan adalah sebesar Rp. 615.876, dengan rincian

sebagai berikut.

Tabel 10. Biaya variable pembenihan Lele Sangkuriang


Harga Harga Total
No. Biaya Variabel Jumlah
Per Unit (Rp) (Rp)
1. Pakan Induk 15 kg 14.500 217.500
2. Pakan Benih 10 kg 18.000 180.000
3. Kapur 12 kg 1000 12.000
4. Listrik 1 unit 101.376 101.376
5. Tenaga Kerja Panen 1 orang 25.000 25.000
6. Plastik Packing 80 pcs 1.000 80.000
Jumlah Rp.180.876 Rp.615.876
45

4.8.4 Biaya Total

Menurut Widjajanto dan Widyaningsih (2007), biaya total adalah jumlah

seluruh biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk

menghasilkan sejumlah produk dalam suatu priode tertentu. Total biaya yang

diperoleh untuk pembenihan lele sangkuriang sebesar Rp. 1.383.634. Dengan

rincian biaya sebagai berikut.

Biaya total = Biaya tetap + Biaya variable

= Rp. 299.165 + Rp. 615.876

= Rp. 915.041

4.8.5 Penerimaan

Menurut Basahudin dan Arie (2014), penerimaan merupakan jumlah

rupiah yang diterima dari penjualan. Penerimaan yang diperoleh dalam usaha

pembenihan ikan lele sangkuriang di BPI Tlogowaru adalah sebesar Rp.

3.187.206 dan rincian penerimaan sebagai berikut.

• Rata-rata jumlah induk yang di pijahkan ada 7 ekor setiap minggu

• 1 siklus (1 minggu) ada 7 ekor induk dengan bobot 8,5 kg, 1 bulan = 4 siklus

• Rata-rata satu induk mengeluarkan 80.536 butir telur

• Jumlah telur yang dihasilkan = fekunditas x bobot induk

= 80.536 x 8,5

= 684.556 butir telur

• Jumlah larva yang dihasilkan = jumlah telur x FR x HR x SR

= 684.556 x 84,57% x 91,5% x 75,21%

= 398.402 ekor

• Produksi 1 bulan = 398.402 ekor x 4

= 1.593.603 ekor

• Harga larva = Rp 2/ekor


46

• Total penerimaan 1 bulan = Rp 2 x 1.593.603 ekor

= Rp 3.187.206

4.8.6 Keuntungan

Menurut Case dan Fair (2012), keuntungan atau laba merupakan

perbedaan antara penerimaan total dan biaya total. Keuntungan yang didapat

dalam usaha pembenihan ikan lele sangkuriang di BPI Tlogowaru selama satu

bulan adalah sebesar Rp. 1.903.070 dan rincian keuntungan sebagai berikut.

Keuntungan = Penerimaan – Biaya total

= Rp. 3.187.206 – Rp. 915.041

= Rp. 2.272.165

4.8.7 R/C Rasio

Menurut Pitojo (2005), R/C rasio merupakan perbandingan antara

penerimaan dan biaya yang dikeluarkan. R/C rasio yang semakin tinggi diatas

angka satu menunjukkan bahwa usaha tersebut semakin menguntukan. Nilai R/C

rasio yang diperoleh pada usaha pembenihan lele sangkuriang sebesar 3,4.

Artinya, setiap mengeluarkan Rp. 1,00 maka pendapatan yang diperoleh sebesar

Rp. 3,4. Usaha pembenihan ikan lele sangkuriang dikatakan layak untuk

dijalankan karena besarnya R/C ratio lebih dari 1. Perhitungan R/C rasio

pembenihan lele sangkuriang adalah sebagai berikut.

R/C rasio = Penerimaan : Biaya Total

= Rp. 3.187.206 : Rp. 915.041

= 3,4

4.8.8 Break Even Point (BEP)

Menurut Fuad et al. (2006), break even point merupakan suatu keadaan

usaha ketika tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Bila kondisi

tersebut tercapai, jumlah penghasilan yang di peroleh sama dengan jumlah biaya
47

yang dikeluarkan. Titik balik produksi pada usaha pembenihan lele sangkuriang

dicapai jika larva yang terjual sebanyak 457.520 ekor, sedangkan titik balik harga

diperoleh pada harga Rp. 0,2. Perhitungan BEP pembenihan lele mesir adalah

sebagai berikut.

BEP Produksi = Biaya total : Harga satuan

= Rp. 915.041 : Rp. 2

= 457.520 ekor

BEP Harga = Biaya total : Penerimaan

= Rp 915.041 : Rp 3.187.206

= 0,2

4.8.9 Payback Period (PP)

Menurut Arifin (2007), payback period adalah suatu periode atau jangka

waktu yang diperlukan untuk dapat menutupi kembali investasi. Payback period

pembenihan lele sangkuriang dicapai dalam waktu 2,3 tahun atau kurang lebih 6

tahun 3 bulan. Perhitungan payback period pembenihan lele sangkuriang adalah

sebagai berikut.

Payback period = Modal Usaha : Keuntungan

= Rp. 31.481.876 : Rp. 11.971.911

= 2,3

Berdasarkan analisis usaha yang dilakukan terhadap pembenihan lele

mesir, diketahui bahwa usaha pembenihan lele mesir layak untuk dikembangkan

(R/C rasio = 5,1). Tetapi jika usaha pembenihan dilakukan pada musim kemarau,

paybac period atau lama waktu pengembalian modal akan sangat lama, yaitu 2,3

tahun (2 tahun 3 bulan). Hal tersebut dikarenakan pada musim kemarau

fekunditas telur yang dihasilkan sangat rendah, sehingga akan mempengaruhi

jumlah larva yang dihasilkan. Untuk itu, sangat disarankan bagi para
48

pembudidaya agar tidak melakukan pembenihan di musim kemarau. Keuntungan

yang di peroleh ketika melakukan pembenihan di musim kemarau tidak akan

sebanding dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Walaupun tidak mengalami

kerugian, namun waktu pengembalian modal akan sangat lama.

4.8.10 Permasalahan Yang dihadapi dalam Usaha

Permasalahan dalam pembenihan ikan lele sangkuriang yang dihadapi

oleh BPI Tlogowaru adalah tingginya permintaan dari konsumen, baik larva

maupun benih. Tingginya permintaan tersebut memaksa BPI Tlogowaru harus

melakukan produksi setiap minggu sekali. Dengan jumlah induk yang terbatas

dan musim yang sedang tidak mendukung, fekunditas yang dihasilkan pun

menjadi rendah. Induk yang terlalu sering dipijahkan, produksi telur yang

dihasilkan juga akan mengalami penurunan kualitas.

Usaha pembenihan lele sangkuriang merupakan suatu usaha yang cukup

prospektif. Selain Karena permintaan pasar yang tinggi, adanya rencana

pemerintah untuk meningkatkan jumlah produksi lele nasional juga menjadi daya

Tarik bagi masyarakat. Meskipun demikian, pengembangan usaha pembenihan

lele sangkuriang juga harus memperhatikan faktor lain, seperti factor lingkungan.

Musim merupakan salah satu faktor penting yang sering diabaikan dalam usaha

pembenihan lele sangkuriang. Musim memegang peranan penting dalam usaha

pembenihan, Karena tidak semua musim produksi benih lele sangkuriang dapat

maksimal.
49

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil Praktek Kerja Magang (PKM) tentang teknik

pembenihan ikan lele sangkuriang (Clarias sp.) di Unit Perlayanan Teknis Balai

Perbenihan Ikan Tlogowaru, Kota Malang, Jawa Timur dapat disimpulkan

sebagai berikut:

• Kegiatan pembenihan ikan lele sangkuriang meliputi pengadaan induk,

pemijahan, pemeliharaan larva dan pemanenan.

• Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan secara alami

• Telur lele sangkuriang akan menetas dalam waktu ± 24 jam.

• Total fekunditas yang dihasilkan dua induk betina lele sangkuriang

sebanyak 55.211 butir.

• Parasit, penyakit dan hama yang sering menyerang ikan lele yaitu

Argullus spp., Gyrodactylus sp., Trichodina sp., dan Cychlidogyrus spp.

• Daerah pemasaran ikan lele sangkuriang adalah seluruh Indonesia

terutama di Malang dan sekitarnya.

• Pemanenan larva lele sangkuriang dalam 1 siklus sebanyak 773.369 ekor

dengan julah pendapatan sebesar 6.186.952 dengan nilai SR sebesar

72,69 %.

5.2 Saran

Adapun saran yang diberikan dalam proses kegiatan pembenihan ikan

lele sangkuriang ini adalah sebagai berikut:

• Agar pada saat proses pemeliharaan larva, benih dan induk perlu

diperhatikan masalah kualitas air agar tidak terserang penyakit.


50

• Perlu penanganan yang lebih terhadap ikan yang terserang penyakit, hal

ini berdampak pada persentase SR yang didapat.

• Perlu dilakukan pengukuran baik fisika maupun kimia secara periodik

untuk mengantisipasi terjadinya fluktuasi kualitas air yang berpengaruh

pada kelulushidupan larva dan benih.


51

DAFTAR PUSTAKA

Adelina. 2011. Faktor-faktor Yang Memengaruhi Minat Berwirausaha Budidaya


Lele Sangkuriang. Jurnal Ekonomi dan Manajemen. 1-9.

Arifin, J. 2007. Aplikasi Excel untuk Perencanaan Bisnis. PT. Elex Media
Komputindo. Jakarta. 403 hlm.

Ariyanti, R. 2015. Implementasi kebijakan pemungutan pajak restoran di


Kabupaten Kayong Utara. Govername, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan. 4: 1-
9.

Bachtiar, Y. 2004. Budi Daya Ikan Hias Air Tawar untuk Ekspor. Agromedia
Pustaka. Depok. 108 hlm.

Basahudin, M. S. dan U. Arie. 2014. Pembesaran Lele Secara Cepat 50 Hari


Panen. 100 hlm.

BPS. 2012. Jumlah Produksi Benih Ikan Nasional https://data.go.id/dataset/


produksi -budi-daya-perikanan-nasional/ resource/9cdcc145-3807-444c-
d26- 718ad5465c32 Diakses pada 13 juni 2017.

Cahyono, B. 2000. Budi Daya Ikan Air Tawar. Kanisius. Yogyakarta. 114 hlm.

Case, K. E dan R. C. Fair. 2012. Prinsip-Prinsip Ekonomi Jilid 1. Erlangga.


Jakarta. 506 hlm.

Dedi, A. K., A. Suryani dan E. R. Cahyadi. 2015. Prospek Pengembangan


Pembenihan Ikan Lele (Clarias sp.) di Desa Babakan Kecamatan Ciseeng
Kabupaten Bogor. Manajemen IKM. 10: 22-23.

Djaelani, A. R. 2013. Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif.


Makalah Ilmiah Pawiyatan. 20: 82-92.

Djarijah, A. S. dan H. Puspowardoyo. 2002. Pembenihan dan Pembesaran Lele


Dumbo Hemat Air. Kanisius. Yogyakarta. 60 hlm.

Fatah, K. dan S. Adjie. 2013. Biologi Reproduksi Ikan Betutu (Oxyeleotris


marmorata) di Waduk Kedung Ombo Propinsi Jawa Tengah. BAWAL. 5
(2): 89-96.

Fuad, M., Christin, Nurlele, Sugiarto, dan Paulus. 2006. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta. 284 hlm.

Gunawan, S. 2014. Kupas Tuntas Budi Daya dan Bisnis Lele. Penebar Swadaya.
Jakarta. 194 hlm.

Gusrina. 2014. Genetika dan Reproduksi Ikan. Deepublish. Jakarta. 254 hlm.

Gusrina. 2014. Genetika dan reproduksi ikan. Deepublish. Yogyakarta. 254hlm.


52

Hermawan, A. 2005. Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. PT. Grasindo.


Jakarta. 259 Hlm.

Iskandar, E. 2007. Sistem pakar untuk diagnosa penyakit Ispa


menggunakan metode Faktor Kepastian. Jurnal Ilmiah STMIK GT MDP.
3: 9-15.

Ismail dan A. Khumaidi.2016. Teknik pembenihan ikan mas (Cyprinus carpio,l) di


balai benih ikan (bbi)tenggarang bondowoso. Jurnal Ilmu Perikanan. 7:
27-37.

Ismail dan A. Khumaidi. 2016. Teknik pembenihan ikan mas (Cyprinus carpio) di
Balai Benih Ikan Bondowoso. Jurnal Ilmu Perikanann. 2.: 27-37.

Istijanto. 2005. Aplikasi Praktis Riset Pemasaran. Gramedia Pustaka Utama.


Jakarta. 279 Hlm.

Iswanto, H. 2007. Beternak Lele Dumbo. Agromedia Pustaka. Jakarta. 52 hlm.

Jaja, A. S dan K. Sumantadinata. 2013. Usaha Pembesaran dan Pemasaran


Ikan Lele serta Strategi Pengembanganya di UD Sumber Rezeki Parung,
Jawa Barat. Jurnal Manajemen IKM, 8: 45-56.

KKP. 2013. Laporan tahuan direktorat produksi, Direktorat Jendral Perikanan


Budidaya. Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.
http://www.djpb.kkp.go.id/public/upload/download/Pustaka/06PUSTAKA/L
APTAH%20PRODUKSI%20%202013.pdf. Diakses pada 29 April 2017.

KKP. 2015. Rancangan renstra DJPB 2015-2019. http:// djpb.kkp.go.id/ public/


upload/ Sakip/ Rancangan %20Renstra %20DJ %20PB %202015-2019.
pdf. Diakses pada 29 April 2017.

Lolita, T.N. 2006. Pembudidayaan Ikan. Badan Riset Kelautan dan Perikanan.
Jakarta. 62 hlm.

Mahyuddin, Kholish. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya.


Jakarta. 124 hlm

Marnani, S.; E. Listiowati dan M. Santoso. 2011. Frekuensi Pemberian Pakan


dan Kondisi Pemeliharaan Berbeda terhadap Laju Pertumbuhan Lele
Dumbo (Clarias gariepinus). Omni-Akuatika. 10(12): 7-13.

Minggawati, I. dan Lukas. 2012. Studi Kualitas Air untuk Budidaya Ikan Karamba
di Sungai Kahayan. Media Sains 4(1): 87-91.

Murtidjo, B. A. 2001. Beberapa Metode Pembenihan Ikan Air Tawar. Kanisius.


Yogyakarta. 109 hlm.

Nasrudin. 2010. Jurus Sukses Beternak Lele Sangkuriang. Penerbit PT Penebar


Swadaya. Jakarta. 55 hlm.

Nugroho, E. 2007. Kiat Agribisnis Lele. Penebar Swadaya. Depok. 76 hlm.


53

Nugroho, E. 2012. Lele Peluang Bisnis dan Kisah Sukses. Agriflo. Depok. 200
hlm.

Pitojo, S. 2005. Benih Kacang Tanah. Kanisius. Jakarta. 200hlm.

Primyastanto. 2011. Feasibility Study Usaha Perikanan (Sebagai Aplikasi dari


Teori Studi Kelayakan Usaha Perikanan). UB Press. Malang. 145 hlm.

Rustam. 2006. Pelatihan Budidaya Laut. Coremap tahap II Kabupaten Selayar.


Yayasan Mattirotasi. Makasar.

Setiawan, B. B. 2006. Budidaya Ikan Lele. Penerbit Pustaka Indonesia. Cetakan

Sirait, J. T. 2006. Anggaran Sebagai Alat Bantu Manajemen. PT. Gramedia


Widiasarana Indonesia. Jakarta. 211 hlm.

Siswanto. 2007. Operations Research Jilid 1. Erlangga. Jakarta. 428 hlm.

Sudradjat, A. 2015. Budidaya 26 Komoditas Laut Unggul Edisi Revisi. Niaga


Swadaya. 188 Hlm.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta.


Bandung. 250 Hlm.

Sukardono, E., M. Sarma dan K. Sumantadinata. 2013. Strategi Pemasaran


Restoran Pecel Lele Lela Cabang Pinangranti, Jakarta Timur. Manajemen
IKM, 8 (2): 170-180.

Sutisna, D. H. dan R. Sutarmanto. 1995. Pembenihan Ikan Air Tawar. Kanisius.


Yogyakarta. 136 hlm.

Widjajanto, B. dan A. Widyaningsih. 2007. Mengasah Kemampuan Ekonomi.


Citra Praya. Bandung. 171 hlm.

Yulinda, E. 2012. Analisi finansial usaha pembenihan Ikan lele dumbo (Clarias
gariepinus) di kelurahan Lembah sari kecamatan rumbai pesisir Kota
pekanbaru provinsi riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan 17 : 38-55.
54

LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Lokasi BPI TLOGOWARU

Sumber : Google Maps, 2018


55

Lampiran 2. Denah Lokasi BPI Tlogowaru


56

Keterangan:

• Kolam A

Fungsi Utama : Sebagai kolam pengendapan untuk mengalirkan air

budidaya ke kolam lain.

Fungsi Lain : Sebagai kolam untuk menjaring benih ikan nila yang akan

di panen.

• Kolam B

Fungsi Utama : Sebagai kolam pembesaran ikan nila.

• Kolam C, D, E dan F

Fungsi Utama : Sebagai kolam display (Kolam Pemasaran Ikan)

• Kolam 1, 2 dan 3

Fungsi Utama : Sebagai kolam pemeliharaan induk dan pemijahan ikan

lele dan nila.

• Kolam 4

Fungsi Utama : Sebagai kolam untuk pemeliharaan ikan patin.

• Kolam 5, 6 dan 7

Fungsi Utama : Sebagai kolam pemijahan ikan lele

• Kolam 8

Fungsi Utama : Sebagai kolam untuk pemeliharaan ikan mas jantan.

• Kolam 9, 10, 11, 13 dan 14

Fungsi Utama : Sebagai kolam pendederan benih ikan nila.

Fungsi Lain : Sebagai kolam pemijahan ikan lele.

• Kolam 12

Fungsi Utama : Sebagai kolam untuk pemeliharaan induk koi betina.

• Kolam 15

Fungsi Utama : Sebagai kolam untuk ikan hias.


57

• Kolam 16

Fungsi Utama : Sebagai kolam pendederan 1 ikan nila.

Fungsi Lain : Sebagai kolam pemijahan ikan lele

• Kolam 17, 18 dan 19

Fungsi utama : Sebagai kolam untuk pemelihraan induk nila sekaligus

kolam pemijahan

• Kolam 20

Fungsi Utama :.Sebagai kolam pemijahan ikan lele

• Kolam 21, 22 dan 23

Fungsi utama : Sebagai kolam untuk pemelihraan induk nila sekaligus

kolam pemijahan.

• Kolam 24, 25 dan 26

Fungsi Lain : Sebagai kolam untuk pemeliharaan benih ikan nila/ kolam

bisa (cadangan).

• Kolam 27

Fungsi Utama : Sebagai kolam pemeliharaan induk betina ikan lele.

• Kolam 28

Fungsi Utama : Sebagai kolam pemeliharaan induk jantan ikan lele.

• Kolam 29

Fungsi Lain : Sebagai kolam untuk pemeliharaan benih ikan nila/ kolam

serba bisa (cadangan).

• Kolam 30

Fungsi Utama : Sebagai kolam calon induk lele.


58

• Kolam 31

Fungsi Utama : Fungsi Utama: Sebagai kolam pemeliharaan induk betina

ikan lele.
59

Lampiran 3. Perhitungan Fekunditas (F)

Berat induk awal = 1000 gram

Berat induk akhir = 900 gram

Berat rata-rata sampel telur (10 butir) = 0,00439 gram

= 22.779 butir
60

Lampiran 4. Perhitungan Fertilization Rate (FR)

= 75,66%
61

Lampiran 5. Perhitungan Hatching Rate (HR)

= 91%
62

Lampiran 6. Perhitungan Survival Rate (SR) Larva

= 74,73%
63

Lampiran 7. Data Kualitas Air

a. Suhu
Pengamatan Ke-
08.00 WIB 16.00 WIB
(Minggu)
1 26,4 0C 27,8 0C
2 27,1 0C 28,3 0C
3 25,4 0C 28,3 0C
4 24,3 0C 28,2 0C
Total 103,2 0C 112,6 0C
Rata-rata 25,8 0C 28,15 0C

b. pH
Pengamatan Ke-
08.00 WIB 16.00 WIB
(Minggu)
1 7,30 8,09
2 7,32 8,13
3 7,85 8,01
4 7,44 8,07
Total 29,91 32,3
Rata-rata 7,47 8,07

c. Dissolved Oxygen (DO)


Pengamatan Ke-
08.00 WIB 16.00 WIB
(Minggu)
1 5,4 mg/l 5,8 mg/l
2 6,1 mg/l 6,7 mg/l
3 4,85 mg/l 5,1 mg/l
4 4,92 mg/l 5,8 mg/l
Total 21,27 mg/l 23,4 mg/l
Rata-rata 5,31 mg/l 5,85 mg/l
64

Lampiran 8 . Rincian Modal Tetap Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang

Total
Umur Penyusutan Penyusutan
No Modal Tetap Jumlah Harga (Rp) Harga
Teknis per tahun per bulan
(Rp)

1 Tanah 168 m2 25.000/m2 4.200.000 - - -

2 Gudang 13 m2 150.000/m2 1.950.000 10 195.000 16.250

Kolam
4.500.000/
3 Pemeliharaa 2 Unit 9.000.000 10 900.000 75.000
m2
n Induk

Kolam

Pemijahan
2.700.000/
4 dan 2 Unit 5.400.000 10 540.000 45.000
m2
Penetasan

telur

Kolam 5.000.000/
5 1 Unit 5.000.000 10 500.000 41.666
Pendederan m2

Instalasi 1.500.000/
6 1 Unit 1.500.000 8 187.500 15.625
Aerasi unit

1.250.000/
7 Hi-blow 1 Unit 1.250.000 8 156.250 13.020
unit

10.000/bua
8 Ember 2 Buah 20.000 5 4.000 333
h

30.000/bua
9 Bak Plastik 2 Buah 60.000 5 12.000 1.000
h

25.000/bua
10 Bak Grading 3 Buah 75.000 5 15.000 1250
h
65

Tabung 1.000.000/
11 1 buah 1.000.000 10 100.000 8.333
Oksigen unit

10.000/bua
12 Kakaban 8 buah 80.000 2 40.000 3.333
h

15.000/bua
13 Seser 2 buah 30.000 2 15.000 1.250
h

21.000/
14 Sikat Plastik 1 buah 21.000 2 10.500 875
buah

35.000/bua
15 Waring halus 1 buah 35.000 2 17.500 1.458
h

125.000/
16 Happa halus 1 buah 125.000 5 25.000 2.083
buah

125.000/
17 Timbangan 1 buah 125.000 10 12.500 1.042
buah

Induk Lele 50.000/


18 10 ekor 500.000 3 166.666 13.888
Mesir ekor

10.000/
19 Pipa 6 unit 60.000 2 30.000 2.500
unit

50.000/
20 Krembeng 1 buah 50.000 10 5.000 417
buah

21 Lampu 3 Unit 25.000/unit 75.000 1 75.000 6.250

10.000/bua
22 Bambu 1 buah 10.000 2 5.000 417
h

30.566.00
Jumlah 3.011.916 248.740
0

Keterangan : DAK = Dana Alokasi Khusus dari APBD


66

Lampiran 9. Rincian Modal Lancar Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang

No Modal Lancar Jumlah Harga Per Harga Total

Unit (Rp) (Rp)

1 Pakan Induk 15 kg 14.500 217.500

2 Pakan Benih 10 kg 18.000 180.000

3 Pupuk 100 kg 1000 100.000

4 Kapur 12 kg 1000 12.000

5 Listrik 1 unit 101.376 101.376

6 Tenaga Kerja Panen 1 orang 25.000 25.000

7 Plastik Packing 80 pcs 1.000 80.000

Jumlah Rp. 361.876 Rp. 915.876

Modal Usaha = Modal Tetap + Modal Lancar

= Rp. 30.566.000 + Rp. 915.876

` = Rp. 31.481.876
67

Lampiran 10. Rincian Modal Kerja Usaha Pembenihan Ikan Lele

Sangkuriang

Harga per
No Modal Kerja Jumlah Harga Total
Unit

1 Pakan Induk 15 kg 14. 500 217.500

2 Pakan Benih 10 kg 18.000 180.000

3 Kapur 12 kg 1.000 12.000

4 Listrik 1 unit 101.376 101.376

5 Plastik packing 80 Pcs 1.000 80.000

6 PBB 1 unit 50.425 50.425

7 Penyusutan 1 unit 248.740 248.740

8 Tenaga Kerja Panen 1 orang 25.000 25.000

Jumlah Rp. 460.000 Rp. 890.000

Anda mungkin juga menyukai