) DI UPT
USAHA PERTANIAN BALAI PERBENIHAN IKAN, DESA TLOGOWARU,
KOTA MALANG, JAWA TIMUR
Oleh :
Oleh :
SYAH REZA ALMAHDI WIJAYA
NIM. 145080501111072
Oleh :
Mengetahui, Menyetujui,
TANGGAL: TANGGAL:
UCAPAN TERIMAKASIH
mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman dan pentunjuk serta telah
melindungi kami dalam melaksanakan praktik kerja magang yang jauh dari
2. Ibu Jumiarti selaku orang tua yang selalu memberikan do’a, motivasi dan
dukungan.
3. Prof. Dr. Ir. Happy Nursyam, MS selaku dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Perairan.
5. Dr. Ir. M. Fadjar, M.Sc selaku ketua program studi Budidaya Perairan yang
magang serta pemberian semangat juang untuk meraih cita-cita masa depan.
6. Nasrullah Bai Arifin, S.Pi, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah banyak
7. Ibu Roose Marie, S.AB selaku kepala Balai Perbenihan Ikan Desa Tlogowaru
8. Bapak Kuswantoro, Mas Huda, Mas Udin, Mas Mad, Mas Prisma, Mas
Faizin, Mas Jarwo, selaku pembimbing lapang dan teknisi selama kegiatan
magang.
pahala yang setimpal atas segala bantuan semua pihak yang telah ikhlas
Penulis
RINGKASAN
Syah Reza Almahdi Wijaya. Teknik pembenihan ikan lele sangkuriang (Clarias
sp.) Di UPT Usaha Pertanian Balai Perbenihan Ikan, Desa Tlogowaru, Kota
Malang, Jawa Timur (Dibawah bimbingan Nasrullah Bai Arifin, S.Pi, M.Sc.)
Sangkuriang (Clrias sp.) di UPT Usaha Pertanian Balai Perbenihan Ikan, Desa
Tlogowaru, Kota Malang, Jawa Timur”. Di dalam tulisan ini disajikan pokok-pokok
penetasan telur, pemeliharaan larva dan benih, kontrol kualitas air, penanganan
analisis usaha. Praktik kerja magang ini dibawah bimbingan Nasrullah Bai Arifin,
S.Pi, M.Sc dan Ibu Roose Marie S. AB (kepala BPI Tlogowaru) sebagai
pembimbing lapang.
yang membangun agar tulisan ini dapat bermanfaat dalam menambah ilmu
pengetahuan.
Penulis
DAFTAR ISI
RINGKASAN........................................................................................................... v
1. PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
5.1 Kesimpulan....................................................................................... 49
LAMPIRAN ........................................................................................................... 54
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2. Ciri-Ciri Induk Ikan Lele yang Sudah Matang Gonad .............................. 24
Tabel 8. Jenis, dosis dan frekuensi pemberian pakan larva ikan lele ............... 36
Gambar Halaman
Gambar 19. Pengukuran Panjang dan Berat Ikan Lele Sangkriang ................... 25
Gambar 20. Persiapan Wadah Pemijahan Induk Ikan Lele Sangkuriang ............... 26
Gambar 21. Telur Ikan Lele Sangkuriang pada Substrat Pemijahan .................. 27
Gambar 24. Perhitungan sampel telur terbuahi dan tidak terbuahi. .................... 31
Gambar 25. Cacing Sutra (Tubifex sp.) ................................................................ 35
Lampiran Halaman
Lampiran 10. Rincian Modal Kerja Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang . 69
1
1. PENDAHULUAN
Indonesia memiliki perairan yang cukup luas dan produksi perikanan yang
(2014), produksi perikanan Indonesia tahun 2010 mencapai 10,83 juta ton atau
naik 10,29% dibandingkan dengan tahun 2009 sebanyak 9,82 juta ton. Tahun
2011 produksi ikan meningkat lagi menjadi sebesar 12,26 juta ton, sampai tahun
2014 produksi perikanan Indonesia ditargetkan mencapai 22,39 juta ton dan
sekitar 16,89 juta ton diantaranya merupakan hasil budidaya. Menteri Kelautan
dan Perikanan menyatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir budidaya lele
produksi dan konsumsi ikan lele yang sangat signifikan tersebut mempertegas
posisi lele sebagai komoditas ikan pilihan rakyat. Untuk itu, dalam rangka
mengejar target produksi ikan secara nasional, khusus untuk lele, produksinya
digenjot naik 4,5 kali lipat dari 200.000 ton pada tahun 2009 menjadi satu juta ton
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah
sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang
tergenang air. Ikan lele bersifat noctural, yaitu aktif bergerak mencari makanan
pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di
(Suyanto, 1991). Sehingga pemijahan ikan ini terkendala akan musim, untuk itu
pemenuhan akan bibit ikan lele yang bermutu dan sesuai dengan waktu akan
sulit terpenuhi.
2
Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.) memiliki potensi pasar yang masih
ramainya bisnis lele sangkuriang tidak lepas dari prospek atau jaminan
keuntungan yang akan diraup bagi siapa yang melakoninya. Selain itu, pasar
yang masih terbuka lebar, baik untuk segmen pembenihan maupun pembesaran.
Tingkat permintaan terhadap komoditas ini pun semakin tinggi dari waktu ke
waktu. Selain itu, menurut Khairuman dan Amri (2011), tumbuh dan berkem-
bangnya usaha budidaya lele tidak terlepas dari program pemerintah yang
budidaya dunia tahun 2015. Untuk mencapai target tersebut, secara nasional
sebesar 353%.
pun beragam, dari kolam tanah sederhana di lahan terbuka, penggunaan bak
teknologinya pun semakin mudah dan praktis, tetap saja ada kendala yang
ditemui. Para pembenih pemula umumnya butuh waktu yang lama untuk dapat
fase benih yang masih dikatakan cukup tinggi (Adam et al., 2014).
sebesar 800.000 pada tahun 2011 dan meningkat sebesar 16.000 pada tahun
2012 (BPS, 2012). Yulinnda (2012), megatakan bahwa pasokan benih ikan lele
3
benih lele berkaitan erat dengan kegiatan usaha pembesaran yang semakin
Kabupaten maupun secara Nasional (Dedi et. al, 2015). Oleh karena itu, kegiatan
1.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Magang ini adalah agar dapat
mempraktekan secara langsung teori yang di dapat pada saat perkuliahan dan
1.3 Kegunaan
Hasil dari laporan ini diharapkan dapat menambah informasi, pengetahuan serta
Perbenihan Ikan, Desa Tlogowaru, Kota Malang, Jawa Timur pada bulan Januari
data atau informasi yang diperoleh secara langsung dari seorang pakar maupun
Pada Praktek Kerja Magang ini terdapat dua macam pengambilan data,
yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari observasi,
partisipasi aktif, dan wawancara, sedangkan data sekunder didapat dari data
tanpa melalui perantara. Menurut Istijanto (2005), data primer adalah data yang
yang pertama kali memperoleh data tersebut. Proses pengumpulan data primer
memerlukan proses yang relatif lebih lama jika dibandingkan dengan data
a. Observasi
observasi. Dalam Praktek Kerja Magang ini, observasi yang dilakukan adalah
b. Partisipasi Aktif
apa yang diteliti. Partisipasi aktif merupakan metode pengumpulan data yang
pengindraan, dimana peneliti terlibat dalam keseharian pelaku yang diteliti atau
informan, keberadaan peneliti dapat terlibat secara aktif maupun tidak aktif
(Djaelani, 2013). Dalam Praktek Kerja Magang ini, partisipasi aktif yang dilakukan
pemanenan benih.
c. Wawancara
diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
tentang diri sendiri atau self-report, atau setidaknya pada pengetahuan dan atau
dilakukan kepada teknisi lapang dan staf, yaitu tentang keadaan umum lokasi,
sarana dan prasarana pembenihan ikan lele, sumber induk yang didapatkan,
pasar benih ikan lele, analisis usaha pembenihan ikan lele serta permasalahan
variabel yang telah dikumpulkan dan dihimpun sebelumnya oleh pihak lain.
Dalam Praktek Kerja Magang ini, data sekunder diperoleh dari buku penunjang
serta sumber tertulis yang ada di balai berupa sejarah dan latar belakang
berdirinya balai, letak geografis dan topografi balai, struktur organisasi balai,
tugas pokok dan fungsi balai, data broodstock, data produksi benih setiap siklus
dan setiap tahunnya dan data analisis usaha pembenihan ikan lele.
Praktek Kerja Magang ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan
April 2018.
8
menuntut pembangunan lahan budidaya yang meluas dan pengadaan benih ikan
dengan mendirikan Balai Benih Ikan. Awal berdirinya UPT Usaha Pertanian,
Balai Benih Ikan, Tlogowaru tidak secara langsung. Sebelum UPT Usaha
Kelautan dan Perikanan dari Departemen Pertanian dan APBD Kota Malang
dibangun berupa gedung lantai dua yang berada di jalan Sarangan 29 Malang,
yang digunakan sebagai kantor UPT Usaha Pertanian didalam bidang Perikanan.
keterbatasan air sehingga sulit mendapatkan air untuk sumber air dalam
Tlogowaru yang sumber airnya lancar. Oleh karena itu, pada tahun 2011 UPT
Tlogowaru memiliki lokasi yang berbeda namun ketiganya masih dalam naungan
Dinas Pertanian Pemerintah Kota Malang. Pada Januari 2017 UPT Usaha
Provinsi Jawa Timur. Letak geografis Bali Benih Ikan, Tlogowaru pada ketinggian
wilayah pemukiman dan pertanian serta berjarak 500 m dari jalan raya. Sumber
air sekitar Balai Perbenihan Ikan, Tlogowaru juga mudah diakses yaitu dari
tergolong strategis dan mudah untuk dijangkau. Selain itu terdapat batasan-
melaporkan seluruh kegiatan yang ada di Balai Benih Ikan Tlogowaru dan
Wonokoyo.
3. Petugas Teknis, memiliki tugas mengelola dan terjun langsung dalam kegiatan
Pada Balai Perbenihan Ikan Tlogowaru dan Wonokoyo memiliki jumlah petugas 5
orang, 3 orang dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan yang bertanggung jawab di
Balai Benih Ikan Tlogowaru dan Wonokoyo serta masing-masing Balai Benih Ikan ada 2
orang penjaga malam. Dari kelima orang petugas teknis seminggu atau dua minggu
bergantian berada di Balai Benih Ikan Tlogowaru dan Wonokoyo. Dalam satu UPT
terdapat 2 petugas teknis dan 1 orang PNS dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
yang memiliki tugas untuk bertanggung jawab penuh selama kegiatan di UPT. Secara
prinsip, tugas dari struktur organisasi yang ada di UPT Usaha Pertanian Balai Perbenihan
Ikan bersifat turunan atau jabatan yang diatas membawahi yang ada dibawah atau searah
tidak bolak balik. Sehingga sifatnya vertical, tidak ada pembagian tugas yang bersifat
11
horizontal. Dapat digambarkan struktur organisasi UPT Usaha Pertanian, Balai Benih Ikan,
Malanng, Jawa Timur. Unit Kerja ini bergerak dalam bidang pembenihan dan
pembesaran ikan khususnya ikan air tawar. Berikut tugas BPI Tlogowaru :
A. Kolam Budidaya
lahan 5200 m². Dari luas lahan tersebut terdapat 6 kolam besar dengan luas
10x20 m2 dan 31 kolam kecil dengan luas 4x4 m 2 serta 5 kolam ikan hias dengan
luas 1x1 m2 dan masing-masing kedalaman kolam yaitu 150 cm. Kolam di UPT
dengan memiliki bentuk persegi untuk kolam ukuran kecil dan untuk kolam
ukuran besar persegi panjang. Konstruksi dinding kolam dan dasar terbuat dari
dasar kolam sebesar 10°. Pada kolam budidaya lele sangkuriang di UPT Usaha
Pertanian, Balai Perbenihan Ikan, Tlogowaru dibagi menjadi 3 yaitu kolam induk
cm. Kolam induk dan kolam pemijahan lele berjumlah 4 buah kolam. Dan kolam
pendederan terdiri dari kolam besar dan kolam kecil. Kolam besar untuk
Tlogowaru bersumber dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan dari genset
yang digunakan saat darurat. Terdapat 2 meteran listrik, yaitu pada bagian
belakang UPT dan pada bagian samping kantor. Masing - masing memiliki daya
6000 watt dan 1300 watt. Listrik yang berdaya 6000 watt digunakan untuk
menyalakan saluran air tandon dan yang 1300 watt ini digunakan untuk
menyalakan aerasi (blower), penerangan dan lain-lain. Selain itu UPT Usaha
Pertanian, Balai Perbenihan Ikan, Tlogowaru juga memiliki sebuah genset yang
digunakan saat aliran listrik PLN mati yang berkekuatan 2200 watt.
Kelemahan arus listrik dari PLN adalah jika terjadinya perbaikan listrik
yang 5 hari mati dan 5 hari menyala. Kelemahan arus listrik dari PLN tersebut
maupun aerasi. Tetapi kelemahan arus listrik tersebut jarang terjadi. Sumber
(A) (B)
Gambar 4.(A) Sumber Listrik dengan daya 6.000 watt: (B) Sumber Listrik dengan
Pada UPT UPT Usaha Pertanian, Balai Benih Ikan, Tlogowaru terdapat
sekitar sebagai air minum dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Tandon
(Gambar 5a) yang berukuran 4x4x4 m 3 dan berisi air bersih ini berasal dari
sumur bor dan dihubungkan menggunakan saluran pipa untuk mengalirkan air
yang berdiameter 9 cm. Selain untuk kegiatan kebutuhan rumah tangga, air
tendon juga digunakan untuk media budidaya pada kolam serta untuk
pembersihan kolam dan kebutuhan lainnya. Tetapi sumber air yang digunakan
untuk kolam budidaya tidak hanya berasal dari air tandon melainkan juga berasal
dari aliran sungai Amprong (Gambar 5b) yang letaknya berada di belakang kolam
penggunaan air dan tidak bergantung pada ketersediaan air dari sumur bor.
Tidak ada treatment khusus untuk mengalirkan air sungai ke kolam, air langsung
dialirkan masuk dari pintu air yang terdapat di kolam pendederan kemudian di
berdiameter 9 cm.
15
(A) (B)
Gambar 5.Sistem penyediaan air, (A) Bak air tandon dan (B) aliran sunga
Amprong
E. Sistem Aerasi
hanya digunakan pada kolam display (Kolam Pemasaran Ikan) atau dalam
bahasa lapangnya biasa disebut dengan tanjaran yang terbuat dari jaring sintetis.
Sistem aerasi pada kolam tidak diberikan selama 24 jam nonstop, tetapi hanya
diberika pada saat malam hari saja karena pada saat pagi hari konsumsi oksigen
aliran air yang terdapat pada kolam dan terjadi terus menerus. Sehingga
pemberian aerasi hanya dilakukan pada malam hari saja karena tidak ada suplai
oksigen dari fitoplankton, sistem aerasi ini akan dimatikan dalam kondisi tertentu
seperti tidak adanya benih ikan untuk penjualan. Sistem aerasi pada UPT Usaha
3.2.2 Prasarana
a. Kantor
Budidaya Air yang ada di kota Malang. Kantor BPI Tlogowaru ditunjukan pada
berjumlah 1 unit. Kantor ini digunakan sebagai ruang administrasi serta digunakan
untuk menerima tamu maupun rapat anggota. Selain itu kantor ini juga digunakan
b. Gudang Peralatan
grading, tabung oksigen, selang aerator, jaring dan timbangan. Selain itu, Ukuran
Gambar 8. Gudang
c. Gudang Pakan
dan barang barang penunjangnya seperti ember, gelas ukur serta digunakan
untuk menyimpan pakan. Bangunan ini memiliki ukuran 3,5 m2 berjumlah 1 unit
d. Garasi
e. Transportasi
bermotor sebanyak 1 unit yaitu mobil bak terbuka. Kendaraan ini menggunakan
f. Timbangan
h. Akses Jalan
Kedungkandang Kota Malang Jawa Timur, atau 45 menit dari pusat Koa Malang.
dari UPBAT Kepanjen Kabupaten Malang, Jawa Timur. Induk jantan dan betina
yang dipijahkan minimal mempunyai berat 1 kg dan sudah berumur lebih dari 10
bulan. Induk yang akan dipijahkan kemudian dipuasakan selama 22-24 jam agar
bisa diketahui perut induk berisi telur atau berisi pakan. Berat induk betina yang
akan dipijahkan memiliki berat 1000 gram sedangkan pada jantan memiliki berat
1100 gram. Khairuman dan Amri (2012) menyatakan bahwa induk yang
digunakan dalam pemijahan ditentukan oleh jenis dan kualitas induk, karena
Induk yang berkualitas baik akan menghasilkan benih yang baik pula. Benih yang
dihasilkan memiliki daya tahan tubuh kuat sehingga mampu bertahan dalam
kondisi lingkungan yang buruk maupun terhadap serangan penyakit. Induk lele
sebesar 44% - 46% (Tabel 2). Tujuan dari pemberian pakan dengan kadar
protein tinggi adalah agar pertumbuhan gonad pada induk ikan lele sangkuriang
dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak 2 kali/hari yaitu diberi pada pagi
Menurut Marnani et al. (2011), pakan merupakan salah satu faktor yang
menentukan laju pertumbuhan ikan. Pemberian pakan dengan nilai gizi tinggi
tidak akan bermanfaat maksimal, bila dalam pemberian tidak sesuai dengan
kebiasaan pakan dari ikan yang dibudidayakan. Sumber energi untuk memenuhi
kebutuhan ikan adalah pakan. Manajemen pemberian pakan yang baik, seperti
Protein 44-46%
Lemak 12%
Serat Kasar 3%
Abu 15%
4.1.2 Pemijahan
4.1.2.1 Pemberokan
pemijahan sangat penting karena bertujuan untuk mengetahui induk yang akan
dipijahkan benar-benar matang gonad atau belum. Selain itu, pemberokan induk
terlebih dahulu. Caranya, induk lele yang sudah diseleksi tidak diberi pakan
sekitar 1-2 hari. Pemberokan induk betina dilakukan untuk memastikan bahwa isi
perut induk adalah telur. Jika perut induk mengempes setelah pemberokan maka
dapat dipastikan isi perutnya adalah lemak bukan telur. Apabila telur tidak
mengempis dan alat kelaminnya sesuai dengan ciri-ciri matang gonad maka
sebelum kegiatan pemijahan. Kegiatan diawali dengan mengambil induk ikan lele
dilakukan dengan cara penggiringan induk ke salah satu sisi kolam, setelah
Pengamatan didasarkan pada jenis kelamin dan kondisi fisik pada induk tersebut.
pemijahan. Ciri-ciri induk matang gonad ditunjukkan pada Tabel 3 dan Gambar
17.
kematangan gonad induk yang akan di pijahkan. Induk lele yang digunakan untuk
lebih, berat induk minimal 0,5 kg tiap ekornya, sehat, dan tidak cacat. Jika yang
A B
Gambar 17. Seleksi Induk: (A) Induk Lele Sangkuriang dan
(B) Penjaringan Induk lele Sangkuriang
A B
Gambar 18. Ciri-Ciri Induk Matang Gonad: (A) Induk Jantan dan (B) Induk Betina
Induk yang telah diseleksi kemudian diukur panjang dan beratnya agar
dapat diketahui keseimbangan berat antara jantan dan betina agar dapat
memijah dan meminimalisir luka yang ditimbulkan saat memijah. Induk jantan
meteran tali (Gambar 19 A) dan berat induk jantan dan betina ditimbang
penimbangan dan berat yang didapatkan benar-benar berat indukan tanpa air
ikut tertimbang sehingga menambahkan nilai berat indukan yang akan ditimbang
(Gambar 19 B).
Gambar 19. Proses Seleksi: (A) Pengukuran Panjang dan (B) Penimbangan
Bobot Indukan Lele Sangkuriang
penetasan telur hingga pemeliharaan larva dijadikan satu pada wadah yang
Wadah yang digunakan untuk pemijahan adalah bak beton dengan luas 9 m 2 dan
26
memiliki tinggi 1 m. Bak tersebut juga dilengkapi inlet dengan diameter 2 inci dan
outlet dengan diameter 3 inci. Debit air yang masuk 0,4 L/detik. Bak pemijahan
induk terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran dengan cara disikat dan dibilas
dengan air. Bak tersebut setelah dibersihkan dilakukan pengisian air sampai
20. Menurut Nugroho (2007), kolam untuk induk yang akan dipijahkan dapat
menggunakan kolam tanah maupun beton. Kolam tersebut dapat berukuran 2-9
m2 dengan tinggi air optimum 25-30 cm. Selain bak beton juga dapat digunakan
bak fiber. Kolam juga perlu diberi kakaban yang berguna untuk tempat
4.1.2.4 Pemijahan
pemijahan alami, semi buatan, dan buatan. Pemijahan yang dilakukan di BPI
ataupun stripping induk betina untuk mengeluarkan telur. Wadah pemijahan ikan
pemijahan 1 jantan : 1 betina dengan bobot induk yang sama. Pada umumnya
pemijahan secara alami terjadi pada malam hari karena ikan lele bersifat
nocturnal.
27
Telur ikan lele bersifat menempel pada substrat. Jumlah substrat yang
4 kakaban/kg induk. Pemijahan ini biasanya berlangsung pada jam 20.00 – 22.00
pemijahan induk jantan dan induk betina akan saling berkejaran di sekitar subtrat
pemijahan. Induk betina yang dikejar induk jantan akan mengeluarkan telur dan
mengetahui induk telah memijah atau belum dengan cara mengangkat subtrat
secara perlahan untuk melihat telur atau dengan melihat pada air jika air sedikit
berminyak itu berarti induk lele telah memijah. Pengamatan pada pukul 22.00
sekitar lubang persembunyian. Aktivitas ini dilakukan selama sekitar dua jam dan
diakhiri dengan pembuahan, yaitu induk betina mengeluarkan telur dan induk
jantan membuahi dengan spermanya. Setiap memijah, seekor induk lele bisa
sarang hingga telur menetas. Pada suhu air 25-32 oC, telur menetas dalam
Wadah yang digunakan untuk penetasan telur adalah wadah yang sama
dilakukan ketika proses persiapan wadah untuk pemijahan. Pada saat wadah
akan digunakan untuk penetasan telur sebelumnya induk lele telah diangkat
menggunakan seser atau skopnet dengan perlahan agar tidak merusak telur
yang menempel pada subtrat pemijahan. Pengecekan aerasi dan suhu air pada
wadah penetasan harus dilakukan secara berkala agar kegiatan penetasan telur
mendapatkan hasil yang maksimal. Suhu yang optimal untuk penetasan telur
berada pada selang 28-30 ºC, sedangkan oksigen terlarut yang optimal untuk
penetasan telur berkisar 4 mg/L – 5 mg/L. Selanjutnya kakaban yang telah berisi
telur diatur posisinya dengan cara dibalik agar telur yang menempel pada
bila embrio lebih panjang daripada lingkaran kuning telur dan telah membentuk
kemungkinan telur dan larva dimangsa oleh predator dan terkena infeksi
dari induk betina yang menempel di kakaban di balik dan diusahakan jangan
sampai ada yang menumpuk, yang selanjutnya di beri aerator untuk menyuplai
oksigen di perairan. Telur ikan lele berbentuk bulat dan berwarna bening serta
memiliki lapisan minyak sehingga telurnya dapat mengapung. Tipe telur lele
termasuk pada tipe telur adhesif karena telur menempel pada substrat dan telur
lele termasuk pada telur Bouyant, karena telur akan mengapung di permukaan
air. Telur lele akan menetas dalam jangka 24 jam. Menurut Efendie (2002), telur
lendir, yaitu telur-telur di letakkan pada rangkaian lendir atau gumpalan lendir.
a. Fekunditas
terhadap jumlah anak ikan yang dihasilkan oleh induk yang dipijahkan. Semakin
antara 60.000 butir/kg berat tubuh induk. Menurut Fatah dan Adjie (2013), nilai
fekunditas suatu spesies ikan selain dipengaruhi oleh ukuran panjang total, juga
Mahyuddin (2008), lele di alam memijah pada awal atau sepanjang musim
bertambahnya volume air yang biasanya terjadi pada musim penghujan dan
meningkatnya kualitas air serta ketersediaan jasad renik (pakan alami). Lele
terangsang untuk memijah setelah turun hujan lebat dan munculnya bau tanah
yang cukup menyengat (bau ampo) akibat tanah kering terkena hujan. Pada saat
musim terjadi peningkatan kedalaman air yang dapat merangsang ikan lele
memijah.
b. Derajat Pembuahan
pada kolam pemijahan, pembuahan terjadi 12 jam setelah induk jantan dan
berapa banyak telur yang terbuahi, maka setelah ikan memijah dan di pindahkan
Ciri-ciri telur ikan lele sangkuriang yang tidak terbuahi adalah warnanya
yang tidak terbuahi. Proses perhitungan sampel telur terbuahi dan tidak terbuahi
sperma dan telur. Oleh Karena itu, perbandingan antara induk jantan dengan
induk betina harus seimbang. Perimbangan induk jantan dan betina bukan
dengan 1 kg betina. Selain itu, kematangan telur dan sperma juga ikut
dengan mengambil 100 butir telur yang terbuahi pada kakaban dan diletakkan
wadah baskom yang sudah berisi air. Wadah baskom diberi aerasi dan dibiarkan
hingga telur menetas. Larva yang menetas dihitung di wadah yang berisi air
berisi air dan proses perhitungan dengan memindahkan larva dari saringan.
adalah kualitas air kolam penetasan telur. Menurut Bachtiar (2004), selama
proses penetasan telur, air yang digunakan harus dalam keadaan jernih dan
bersih agar proses pemijahan berjalan dengan baik. Air yang bersih dan jernih
akan mempengaruhi daya tetas telur ikan. Oleh Karena itu, selama proses
penetasan telur digunakan aerasi untuk menjaga oksigen terlarut di dalam kolam
Larva lele sangkuriang tidak diberi makan selama 3 hari, karena larva lele
yolk). Kuning telur akan habis dalam waktu 3 hari, pada saat inilah larva sangat
33
untuk bertahan hidup. Pakan yang mempunyai kandungan protein yang tinggi
dengan cepat dan memiliki bentuk tubuh yang besar serta sehat. Pakan yang
dapat digunakan untuk larva lele yaitu pakan alami berupa cacing sutra.
jumlah telur yang menetas. Cara menghitung larva yang hidup sama dengan
menghitung telur yang menetas, yaitu memindahkan larva dari wadah baskom ke
saringan lalu dikembalikan lagi ke wadah baskom yang sudah berisi air.
Telur Ikan lele sangkuriang (Clarias sp.) akan menetas dalam waktu 24
jam atau 1 hari yang ditetaskan pada bak penetasan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Kordi (2012), telur Lele akan menetas 1—2 hari setelah pemijahan
yang dipelihara dengan baik pada suhu 25—28 °C. Hasil pengamatan pada larva
34
lele yang baru menetas diperoleh bahwa tubuh larva ikan lele yang baru menetas
memiliki pigmen mata dan bercak-bercak coklat hitam yang transparan pada tiap
bagian tubuhnya dengan tubuh yang lurus dan berada dipermukaan air. Larva
lele yang baru menetas sudah memiliki sirip yang masih belum sempurna
Setelah 1 hari telur ikan lele menetas, kakaban sebaiknya diambil dari
bak penetasan. Larva yang baru menetas kondisinya sangat lemah. Larva lele
harus tetap dipantau perkembangannya serta kualitas airnya di dalam bak agar
tetap berada pada kisaran optimal yaitu, suhu berkisar 28 oC – 30oC, sedangkan
mati akibat jamur harus tetap dilakukan, agar jamur tidak menyebar ke larva lele
yang lain. Selama 2 hari setelah menetas, larva ikan lele mendapat asupan
makanan dari kantung kuning telur (yolk sac) yang terdapat pada tubuhnya.
Setelah kantung telur habis larva baru diberi pakan alami berupa cacing sutra
selama 1 minggu yang selanjutnya akan diberi pakan buatan yang dihaluskan.
Pada proses pemeliharaan larva, hal yang perlu diperhatikan adalah kebersihan
dan kualitas air bak pemeliharaan yaitu DO berkisar 4 mg/L – 5 mg/L, suhu
hari. Pakan yang diberikan setelah larva mencapai umur 3 hari yaitu cacing sutra
(Gambar 25). Pemberian pakan alami cacing sutra (Tubifex sp.) dilakukan
sehari secara terkontrol pada pagi dan sore hari. Cacing sutra (Tubifex sp.)
sebanyak 100 gram per 1000 benih, ditebar pada bak pemeliharaan larva
35
sebanyak 5 titik, yakni pada setiap sudut bak pemeliharaan dan satu titik di
Menurut Gunawan (2014), larva yang baru menetas (umur 3-4 hari)
kondisinya masih rentan mati sehingga harus berupa pakan alami. Pakan alami
yang umumnya diberikan adalah kutu air dan cacing sutra. Kutu air bisa
diperoleh pada genangan air, sedangkan cacing sutra terdapat di selokan atau
saluran irigasi dengan banyak bahan organic yang berasal dari limbah rumah
tangga atau pabrik tapioca, tahu dan tempe. Agar pertumbuhannya optimal, kutu
air atau cacing sutra sebaiknya diberikan ke larva hingga berumur 13 hari.
Larva yang telah berumur 2 minggu pakan yang diberikan berupa pakan
buatan jenis pelet PF 500 yang mengandung protein sebesar 39-41% (Tabel 6).
Frekuensi pemberian pakan sebanyak 2 kali sehari yaitu pada pukul 08.00 WIB
dan 15.00 WIB. Pemberian pakan dilakuan secara adlibitum yaitu secara terus
menerus sampai pergerakan ikan terlihat melemah atau tidak nafsu pada
makanan.
Semakin besar umur larva, maka pakan yang diberikan juga menyesuaikan
bukaan mulut ikan. Jenis, dosis, dan frekuensi pemberian pakan terhadap larva
Tabel 7. Jeni, dosis dan frekuensi pemberian pakan larva ikan lele
Umur Jenis Wadah
No Dosis Frekuensi
Larva Pakan Pemeliharaan
Kuning
1 D1-D2 - - Bak
Telur
Cacing
sutra
2 D3-D10 - 2 kali sehari Bak
(Tubifex
sp.)
Pellet
3 D14-D30 Adlibitum 2 kali sehari Kolam
Halus
4.2.3 Pendederan
kolam berukuran 120 m2. Kolam yang digunakan untuk pendederan adalah
setelah itu di isi air sampai kolam terisi setengah. Penebaran dilakukan pada pagi
atau sore hari ketika suhu air tidak tinggi. Sebelum dilakukan penebaran, larva
berumur 10 hari, padat tebar sebanyak 10.000 ekor dengan kepadatan 1000 ekor
per m2.
dengan suhu air pada wadah pengangkutan. Padat penebaran larva 10.000-
dilakukan 1-2 kali seminggu, menggunakan pupuk kandang (25 kg kotoran sapi
Tlogowaru yaitu pengaliran air secara terus menerus. Pengaliran air ini bertujuan
untuk mengganti air lama dengan air yang baru, sehingga kotoran atau lumpur
yang ada pada kolam pemeliharaan dapat terbuang. Air kolam pemeliharaan
berasal dari Sungai Amprong. Air dialirkan melalui saluran irigasi dan
paralon berdiameter 4 inci dan saling terkait antara satu kolam dengan kolam
yang lainnya, sehingga air berjalan dari kolam yang berada di hulu ke kolam
yang berada di hilir. Kegiatan pengukuran kualitas air (Gambar 26) pada saat
PKL dilakukan pada pagi hari dan sore hari, parameter yang diukur meliputi
suhu, pH, dan DO . Data pengukuran kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 7.
makhluk hidup di perairan itu sendiri. Lingkungan yang baik (hiegienis bagi
sangat dipengaruhi oleh suhu, kecerahan, pH, DO dan CO 2 dan kadar ammonia
(NH3). Pada kegiatan usaha budidaya, kualitas air merupakan suatu hal yang
dalam suatu kolam budidaya buruk, maka produksi akan turun kelangsungan
Waktu
No Parameter
Pagi Sore
1 DO (mg/l) 5,31 mg/l 5,85mg/l
2 pH 7,47 8,07
3 Suhu () 25,8 0C 28,15 0C
menyerang lele sangkuriang baik masih larva maupun dewasa yaitu Argullus
39
spp., Gyrodactylus sp., Trichodina sp., dan Cychlidogyrus spp.. Penyakit ini
biasanya menyerang benih lele yang dipicu oleh kualitas air yang buruk, suhu air
terlalu dingin dan padat tebar ikan terlalu tinggi, pH yang rendah, dan kadar
amoniak tinggi akibat sisa pakan dan sisa metabolism ikan. Penanganannya
selama 3 hari, dan pada pakan ikan lele ditambahkan fish imunovit atau
ada kematian pada ikan lele. Hama yang membawa parasit yaitu air, keong dan
larva ikan. Selain itu, hama tersebut juga bisa menjadi kompetitor dalam
pertumbuhan benih ikan lele Sangkuriang (Carias sp.). Tindakan yang bisa
saluran inlet serta mengurangi benda atau tanaman air yang digunakan sebagai
menyerang lele adalah penyakit parasitik yang disebabkan oleh protozoa, bakteri
dan virus. Jenis protozoa yang sering menginfeksi benih lele adalah
Ichtyopthirius sp., Trichodina sp. dan Chilodonella sp. Penyakit yang ditimbulkan
oleh serangan protozoa adalah penyakit bintik putih (white spot disease). Jenis
bakteri penyebab timbulnya penyakit pada ikan lele adalah Aeromonas sp.,
adalah bintik merah di seluruh permukaan tubuh ikan, perut menggembung, sirip
ekor geripis, sirip punggung dan sirip dada berdarah. Virus yang menyerang ikan
lele adalah Rabdovirus dengan gejala pendarahan pada organ-organ ikan dan
kulit, perut menggembung dan kulit pucat. Pencegahan penularan dan infeksi
40
yang disebabkan oleh bakteri dan virus dapat dilakukan melalui makanan yang
4.6 Pemanenan
Lele dipanen dengan cara menentukan umur dan ukuran ikan yang
dikehendaki. Lele Sangkuriang dapat dipanen apabila larva sudah berumur 3-4
hari (Gambar 27a). Selain itu ikan lele juga di jual dalam ukuran benih yang
dibagi menjadi beberapa ukuran yaitu ukuran 1 -3 cm, ukuran 3-5 cm, ukuran 5-7
dan larva lele digiring kebagian tepi sehingga larva terkumpul pada satu titik.
plastik berukuran 5 kg. Jumlah larva dalam 1 ml gelas ukur berkisar antara 260-
265 ekor. Dalam 1 kantong plastik berukuran 5 kg di isi dengan 500 ekor benih.
Kantong plastik yang berisi larva kemudian diberi oksigen dan diikat dengan
karet gelang dan selanjutnya larva lele sangkuriang siap di kirim seperti disajikan
pemasaran benih, hal pertama yang dilakukan yaitu seleksi benih. Seleksi benih
dilakukan dengan cara benih dimasukkan ke dalam bak grading sesuai ukuran
plastik dengan menghitung jumlah benih per kantongnya. Setelah itu, diisi
oksigen dengan perbandingan oksigen dan air adalah 3:1. Sebelum pengisian
mengeluarkan udara yang ada dalam kantong plastik, setelah itu kantong plastik
lama.
pengangkutan tertutup, ikan diangkut dalam wadah tertutup dan diberi oksigen
a b
Gambar 2. Pemanenan dan Pemasaran (a) Larva umur 4 hari; (b) Packing larva
langsung di balai.
42
terdapat beberapa hambatan yang cukup serius. Jika dilihat dari kemungkinan
yang dilakukan di BPI Tlogowaru untuk mengatasi masalah tersebut antara lain:
air menggunakan alat yang akurat dan dilakukan dalam jangka waktu
ditangani.
waktunya.
43
konsep investasi.
Tlogowaru berasal dari APBD Kota Malang. Berikut uraian modal usaha
Usaha Pertanian Balai Perbenihan Ikan Tlogowaru selama satu bulan adalah
sebesar Rp. 30.566.000. Rincian modal tetap usaha pembenihan ikan lele
modal yang memiliki umur ekonomis lebih dari satu periode normal operasi
perusahaan (1 tahun), dibeli dan digunakan untuk setiap operasi dan setiap
produksi. Modal lancar dalam usaha pembenihan ikan lele sangkuriang di UPT
Usaha Pertanian Balai Perbenihan Ikan Tlogowaru selama satu bulan adalah
sebesar Rp. 915.876. Rincian modal lancar usaha pembenihan ikan lele
Menurut Sawir (2005), modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang
dimiliki oleh suatu perusahaan, sebagai dana yang harus tersedia untuk
44
Ikan selama satu bulan adalah sebesar Rp. 1.000.000. Rincian modal kerja
Menurut Siswanto (2007), biaya tetap adalah elemen biaya yang tidak
berubah pada setiap satuan barang yang diproduksi. Total biaya tetap pada
kegiatan pembenihan lele sangkuriang selama satu bulan adalah sebesar Rp.
Menurut Sirait (2006), biaya variabel adalah biaya yang berubah secara
Biaya ini bersifat tetap per unitnya, namun secara total bersifat variabel sesuai
dengan tingkat produksi. Total biaya variabel pada pembenihan ikan lele
sangkuriang dalam satu bulan adalah sebesar Rp. 615.876, dengan rincian
sebagai berikut.
seluruh biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
menghasilkan sejumlah produk dalam suatu priode tertentu. Total biaya yang
= Rp. 915.041
4.8.5 Penerimaan
rupiah yang diterima dari penjualan. Penerimaan yang diperoleh dalam usaha
• 1 siklus (1 minggu) ada 7 ekor induk dengan bobot 8,5 kg, 1 bulan = 4 siklus
= 80.536 x 8,5
= 398.402 ekor
= 1.593.603 ekor
= Rp 3.187.206
4.8.6 Keuntungan
perbedaan antara penerimaan total dan biaya total. Keuntungan yang didapat
dalam usaha pembenihan ikan lele sangkuriang di BPI Tlogowaru selama satu
bulan adalah sebesar Rp. 1.903.070 dan rincian keuntungan sebagai berikut.
= Rp. 2.272.165
penerimaan dan biaya yang dikeluarkan. R/C rasio yang semakin tinggi diatas
angka satu menunjukkan bahwa usaha tersebut semakin menguntukan. Nilai R/C
rasio yang diperoleh pada usaha pembenihan lele sangkuriang sebesar 3,4.
Artinya, setiap mengeluarkan Rp. 1,00 maka pendapatan yang diperoleh sebesar
Rp. 3,4. Usaha pembenihan ikan lele sangkuriang dikatakan layak untuk
dijalankan karena besarnya R/C ratio lebih dari 1. Perhitungan R/C rasio
= 3,4
Menurut Fuad et al. (2006), break even point merupakan suatu keadaan
usaha ketika tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Bila kondisi
tersebut tercapai, jumlah penghasilan yang di peroleh sama dengan jumlah biaya
47
yang dikeluarkan. Titik balik produksi pada usaha pembenihan lele sangkuriang
dicapai jika larva yang terjual sebanyak 457.520 ekor, sedangkan titik balik harga
diperoleh pada harga Rp. 0,2. Perhitungan BEP pembenihan lele mesir adalah
sebagai berikut.
= 457.520 ekor
= Rp 915.041 : Rp 3.187.206
= 0,2
Menurut Arifin (2007), payback period adalah suatu periode atau jangka
waktu yang diperlukan untuk dapat menutupi kembali investasi. Payback period
pembenihan lele sangkuriang dicapai dalam waktu 2,3 tahun atau kurang lebih 6
sebagai berikut.
= 2,3
mesir, diketahui bahwa usaha pembenihan lele mesir layak untuk dikembangkan
(R/C rasio = 5,1). Tetapi jika usaha pembenihan dilakukan pada musim kemarau,
paybac period atau lama waktu pengembalian modal akan sangat lama, yaitu 2,3
jumlah larva yang dihasilkan. Untuk itu, sangat disarankan bagi para
48
oleh BPI Tlogowaru adalah tingginya permintaan dari konsumen, baik larva
melakukan produksi setiap minggu sekali. Dengan jumlah induk yang terbatas
dan musim yang sedang tidak mendukung, fekunditas yang dihasilkan pun
menjadi rendah. Induk yang terlalu sering dipijahkan, produksi telur yang
pemerintah untuk meningkatkan jumlah produksi lele nasional juga menjadi daya
lele sangkuriang juga harus memperhatikan faktor lain, seperti factor lingkungan.
Musim merupakan salah satu faktor penting yang sering diabaikan dalam usaha
pembenihan, Karena tidak semua musim produksi benih lele sangkuriang dapat
maksimal.
49
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
pembenihan ikan lele sangkuriang (Clarias sp.) di Unit Perlayanan Teknis Balai
sebagai berikut:
• Parasit, penyakit dan hama yang sering menyerang ikan lele yaitu
72,69 %.
5.2 Saran
• Agar pada saat proses pemeliharaan larva, benih dan induk perlu
• Perlu penanganan yang lebih terhadap ikan yang terserang penyakit, hal
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, J. 2007. Aplikasi Excel untuk Perencanaan Bisnis. PT. Elex Media
Komputindo. Jakarta. 403 hlm.
Bachtiar, Y. 2004. Budi Daya Ikan Hias Air Tawar untuk Ekspor. Agromedia
Pustaka. Depok. 108 hlm.
Cahyono, B. 2000. Budi Daya Ikan Air Tawar. Kanisius. Yogyakarta. 114 hlm.
Fuad, M., Christin, Nurlele, Sugiarto, dan Paulus. 2006. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta. 284 hlm.
Gunawan, S. 2014. Kupas Tuntas Budi Daya dan Bisnis Lele. Penebar Swadaya.
Jakarta. 194 hlm.
Gusrina. 2014. Genetika dan Reproduksi Ikan. Deepublish. Jakarta. 254 hlm.
Ismail dan A. Khumaidi. 2016. Teknik pembenihan ikan mas (Cyprinus carpio) di
Balai Benih Ikan Bondowoso. Jurnal Ilmu Perikanann. 2.: 27-37.
Lolita, T.N. 2006. Pembudidayaan Ikan. Badan Riset Kelautan dan Perikanan.
Jakarta. 62 hlm.
Minggawati, I. dan Lukas. 2012. Studi Kualitas Air untuk Budidaya Ikan Karamba
di Sungai Kahayan. Media Sains 4(1): 87-91.
Nugroho, E. 2012. Lele Peluang Bisnis dan Kisah Sukses. Agriflo. Depok. 200
hlm.
Yulinda, E. 2012. Analisi finansial usaha pembenihan Ikan lele dumbo (Clarias
gariepinus) di kelurahan Lembah sari kecamatan rumbai pesisir Kota
pekanbaru provinsi riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan 17 : 38-55.
54
LAMPIRAN
Keterangan:
• Kolam A
Fungsi Lain : Sebagai kolam untuk menjaring benih ikan nila yang akan
di panen.
• Kolam B
• Kolam C, D, E dan F
• Kolam 1, 2 dan 3
• Kolam 4
• Kolam 5, 6 dan 7
• Kolam 8
• Kolam 12
• Kolam 15
• Kolam 16
kolam pemijahan
• Kolam 20
kolam pemijahan.
Fungsi Lain : Sebagai kolam untuk pemeliharaan benih ikan nila/ kolam
bisa (cadangan).
• Kolam 27
• Kolam 28
• Kolam 29
Fungsi Lain : Sebagai kolam untuk pemeliharaan benih ikan nila/ kolam
• Kolam 30
• Kolam 31
ikan lele.
59
= 22.779 butir
60
= 75,66%
61
= 91%
62
= 74,73%
63
a. Suhu
Pengamatan Ke-
08.00 WIB 16.00 WIB
(Minggu)
1 26,4 0C 27,8 0C
2 27,1 0C 28,3 0C
3 25,4 0C 28,3 0C
4 24,3 0C 28,2 0C
Total 103,2 0C 112,6 0C
Rata-rata 25,8 0C 28,15 0C
b. pH
Pengamatan Ke-
08.00 WIB 16.00 WIB
(Minggu)
1 7,30 8,09
2 7,32 8,13
3 7,85 8,01
4 7,44 8,07
Total 29,91 32,3
Rata-rata 7,47 8,07
Total
Umur Penyusutan Penyusutan
No Modal Tetap Jumlah Harga (Rp) Harga
Teknis per tahun per bulan
(Rp)
Kolam
4.500.000/
3 Pemeliharaa 2 Unit 9.000.000 10 900.000 75.000
m2
n Induk
Kolam
Pemijahan
2.700.000/
4 dan 2 Unit 5.400.000 10 540.000 45.000
m2
Penetasan
telur
Kolam 5.000.000/
5 1 Unit 5.000.000 10 500.000 41.666
Pendederan m2
Instalasi 1.500.000/
6 1 Unit 1.500.000 8 187.500 15.625
Aerasi unit
1.250.000/
7 Hi-blow 1 Unit 1.250.000 8 156.250 13.020
unit
10.000/bua
8 Ember 2 Buah 20.000 5 4.000 333
h
30.000/bua
9 Bak Plastik 2 Buah 60.000 5 12.000 1.000
h
25.000/bua
10 Bak Grading 3 Buah 75.000 5 15.000 1250
h
65
Tabung 1.000.000/
11 1 buah 1.000.000 10 100.000 8.333
Oksigen unit
10.000/bua
12 Kakaban 8 buah 80.000 2 40.000 3.333
h
15.000/bua
13 Seser 2 buah 30.000 2 15.000 1.250
h
21.000/
14 Sikat Plastik 1 buah 21.000 2 10.500 875
buah
35.000/bua
15 Waring halus 1 buah 35.000 2 17.500 1.458
h
125.000/
16 Happa halus 1 buah 125.000 5 25.000 2.083
buah
125.000/
17 Timbangan 1 buah 125.000 10 12.500 1.042
buah
10.000/
19 Pipa 6 unit 60.000 2 30.000 2.500
unit
50.000/
20 Krembeng 1 buah 50.000 10 5.000 417
buah
10.000/bua
22 Bambu 1 buah 10.000 2 5.000 417
h
30.566.00
Jumlah 3.011.916 248.740
0
` = Rp. 31.481.876
67
Sangkuriang
Harga per
No Modal Kerja Jumlah Harga Total
Unit