Anda di halaman 1dari 201

STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN

PERIKANAN TANGKAP DI KABUPATEN CILACAP

SKRIPSI

Disusun Oleh :
NADIA RIFIANA SAFITRI
26030118120001

DEPARTEMEN PERIKANAN TANGKAP


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN
PERIKANAN TANGKAP DI KABUPATEN CILACAP

SKRIPSI

Disusun Oleh:
NADIA RIFIANA SAFITRI
26030118120001

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Drajat Sarjana 1 pada Departemen Perikanan Tangkap

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Diponegoro

DEPARTEMEN PERIKANAN TANGKAP


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022

ii
LEMBAR PENGESAHAN

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Strategi Pengambangan Komuditas Unggulan Perikanan


Tangkap di Kabupaten Cilacap
Nama Mahasiswa : Nadia Rifiana Safitri
NIM : 26030118120001
Departemen/Program Studi : Perikanan Tangkap/S1 Perikanan Tangkap

Skripsi ini telah disidangkan di hadapan Tim Penguji pada:


Hari, tanggal : Jum’at, 18 Maret 2022
Tempat : C120 FPIK UNDIP

Mengesahkan,

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Ir. Bambang Argo Wibowo, M.Si. Dr. Agus Suherman, S.Pi., M.Si.
NIP. 19630111 198803 1 003 NIP. 19760803 199903 1 004

Penguji I Penguji II

04/04/2022
Prof. Dr. Ir. Azis Nur Bambang, M.S. Faik Kurohman, S.Pi., M.Si.
NIP. 19590404 198903 1 004 NIP.19710307 199903 1 001

Ketua
Departemen Perikanan Tangkap

Dr. Dian Wijayanto, S.Pi., MM., M.SE.


NIP. 19751227 200604 1 002

iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Dengan ini saya, Nadia Rifiana Safitri menyatakan bahwa karya ilmiah atau

skripsi ini adalah murni karya saya sendiri dan belum pernah diajukan sebagai

pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan strata satu (S1) dari

Universitas Diponegoro.

Semua informasi yang dimuat dalam skripsi ini yang berasal dari karya orang

lain, baik dipublikasikan atau tidak telah memberikan penghargaan dengan mengutip

nama sumber penulis secara benar dan semua sumber isi dari karya ilmiahatau skripsi

ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

Magelang, 07 Febuari 2022


Penulis

Nadia Rifiana Safitri


NIM. 26030118120001

v
ABSTRAK

Nadia Rifiana Safitri. (26030118120001). Strategi Pengembangan Komoditas


Unggulan Perikanan Tangkap di Kabupaten Cilacap. (Bambang Argo Wibowo dan
Agus Suherman).

Perairan Cilacap mempunyai kekayaan sumberdaya jenis ikan dengan hasil tangkapan
yang dominan serta bernilai ekonomis tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan komoditas unggulan pada sektor perikanan tangkap dan menyusun
strategi pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Cilacap. Metode yang
digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif, dengan metode pengumpulan
data yaitu data sekunder dan data primer serta metode pengambilan sampel
menggunakan metode purposive sampling. Data sekunder yang dibutuhkan pada
penelitian ini meliputi data produksi dan nilai produksi per jenis ikan selama sepuluh
tahun. Data primer diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi untuk
menentukan strategi pengembangan komoditas unggulan perikanan tangkap. Hasil
analisis LQ, SS dan SI menunjukkan bahwa komoditas unggulan perikanan tangkap
Kabupaten Cilacap adalah Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis), cumi-cumi (Loligo
vulgaris), ikan lemadang (Corikayphaena hippurus), tuna mata besar (Thunnus
obesus), ikan layur (Trichiurus lepturus), udang jerbung (Penaeus merguensis), serta
cucut lanyam (Carcharhinus falciformis). Berdasarakan hasil analisis SWOT, strategi
pengembangan komoditas unggulan perikanan tangkap yang dapat direkomendasikan
adalah mengambangkan fasilitas pendukung operasi penangkapan, pendaratan, dan
pemasaran ikan, melakukan pelatihan kompetensi kepada nelayan dalam penerapan
teknologi dan alat bantu penangkapan ikan, mendirikan koperasi yang membantu
permodalan nelayan yang melakukan aktivitas penangkapan, menyusun tata kelola
dengan pengembangan fasilitas dan infrastruktur di TPI untuk mendukung
peningkatan produksi komoditas unggulan, dan pengoptimalan sarana dan prasarana
yang sudah ada untuk meningkatkan produksi perikanan tangkap dengan alat tangkap
yang ramah lingkungan.

Kata kunci: Location Quotient (LQ), Shift Share (SS), Spesialisasi Index (SI),
Komoditas Unggulan, Strategi Pengembangan.

vi
ABSTRACT

Nadia Rifiana Safitri. (26030118120001). Development Strategy on Superior


Commodity of Capture Fisheries in Cilacap Regency. (Bambang Argo Wibowo and
Agus Suherman).

Cilacap waters have a wealth of fish species resources with dominant catches and high
economic value. This study aims to determine the leading commodities in the capture
fisheries sector and to develop a capture fisheries development strategy in Cilacap
Regency. The method used in this research is descriptive method, with data collection
methods namely secondary data and primary data as well as sampling method using
purposive sampling method. Secondary data needed in this study includes production
data and production value per fish species for ten years. Primary data were obtained
from interviews, observations and documentation to determine the strategy for
developing superior capture fisheries commodities. The results of the LQ, SS and SI
analysis showed that the main commodities of capture fisheries in Cilacap Regency
were skipjack tuna (Katsuwonus pelamis), squid (Loligo vulgaris), lemadang fish
(Corikayphaena hippurus), big eye tuna (Thunnus obesus), layur fish (Trichiurus).
lepturus), jerbung prawns (Penaeus merguensis), and scallops (Carcharhinus
falciformis). Based on the results of the SWOT analysis, the strategy for developing
superior capture fisheries commodities that can be recommended is developing
supporting facilities for fishing, landing, and marketing fish operations, conducting
competency training for fishermen in the application of technology and fishing aids,
establishing cooperatives that help fisherman capital in carrying out activities.
catching, developing governance by developing facilities and infrastructure at TPI to
support increased production of superior commodities, and optimizing existing
facilities and infrastructure to increase capture fisheries production using
environmentally friendly fishing gear.

Keywords: Location Quotient (LQ), Shift Share (SS), Spesialization Index (SI),
Superior Commodities, Development Strategy.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis
mampu menyelesaikan skripsi yang judul “Strategi Pengembangan Komoditas
Unggulan Perikanan Tangkap di Kabupaten Cilacap”. Skripsi ini ditujukan untuk
memberikan gambaran kepada pembaca dan pihak terkait strategi yang dapat
dilakukan untuk mengembangkan komoditas unggulan perikanan tangkap Kabupaten
Cilacap serta untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen
Perikanan Tangkap, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ir. Bambang Argo Wibowo, M. Si. dan Dr. Agus Suherman, S.Pi., M.Si. selaku
dosen pembimbing yang telah membimbing, memberikan arahan dan masukan
terkait penelitian hingga penulisan skripsi ini;
2. Dr. Dian Wijayanto, S.Pi, M.M., M.S.E., selaku Ketua Departemen Perikanan
Tangkap;
3. Seluruh pegawai Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap, dan Dinas Perikanan
Kelautan Provinsi Jawa Tengah serta Bu Eko selaku Sub Koordinator
Operasional PPS Cilacap, dan Pak Rizky selaku penyuluh perikanan Kabupaten
Cilacap yang membantu terkait informasi yang mendukung berjalannya skripsi;
dan
4. Kedua orang tua saya mamah Lutfi Yuniati dan alm. papah Riyanto Tri
Ratmoko, serta Aldy Kusuma, dan Aulia Enggar yang senantiasa memberikan
dukungan, memotivasi, serta mendoakan dalam penelitian dan penulisan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan dalam penulisan selanjutnya.

Magelang, Febuari 2022

Penulis

viii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR JUDUL............................................................................. i

LEMBAR PENJELASAN ............................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN.............................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN.............................................................. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .......................... v

ABSTRAK......................................................................................... vi

ABSTRACT........................................................................................ vii

KATA PENGANTAR...................................................................... viii

DAFTAR ISI ..................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR......................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xv

I. PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1. Latar Belakang................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................. 3
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................... 5
1.4. Manfaat ............................................................................. 5
1.5. Waktu dan Tempat............................................................. 6
1.6. Diagram Alur Penelitian.................................................... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 8


2.1. Teori Pembanguna dan Pertumbuhan Ekonomi ................. 8
2.2. Komoditas Unggulan Perikanan ........................................ 10
2.4. Analisis Survei...................................................................... 11
2.4. Analisis Data...................................................................... 12
2.4.1 Analisis Location Quotient....................................... 12
2.4.2 Analisis Shift Share................................................... 14
2.4.3 Analisis Specialization Index.................................... 15
2.4.4 Analisis SWOT......................................................... 16
2.5. Diagram Fishbone Penelitian Terdahulu ........................... 17

III. MATERI DAN METODE ........................................................ 21


3.1. Materi Penelitian................................................................ 21
3.2. Metode Penelitian .............................................................. 21
3.2.1. Metode Pengambilan Sampel ................................ 22
x
3.2.2. Jenis dan Sumber Data .......................................... 24
3.2.3. Metode Pengambilan Data..................................... 25
3.3. Metode Analisis Data......................................................... 25
3.3.1. Penentuan Komoditas Unggulan Perikanan
Tangkap................................................................... 26
3.3.2 Perumusan Strategi Pengembangan Komoditas
Unggulan................................................................. 30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 33


4.1. Keadaan Umum Kabupaten Cilacap ................................... 33
4.2. Kondisi Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap ................. 34
4.2.1. Jumlah Produksi dan Nilai Produksi ...................... 35
4.2.2. Jumlah Nelayan ....................................................... 37
4.2.3. Jumlah Armada Penangkapan Ikan ......................... 39
4.2.4. Jumlah Alat Penangkap Ikan .................................. 41
4.3. Analisis Data Penentuan Komoditas Unggulan................... 43
4.3.1. Analisis Location Quotient ..................................... 43
4.3.2. Analisis Shift Share ................................................ 46
4.3.3. Analisis Spesialization Index .................................. 50
4.3.4. Komoditas Unggulan Perikanan Tangkap Kabupaten
Cilacap ..................................................................... 53
4.4. Analisis Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan
Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap ............................. 60
4.4.1. Analisis SWOT....................................................... 60

V. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................. 81


5.1. Kesimpulan .......................................................... 81
5.2. Saran .................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 83

LAMPIRAN ..................................................................................... 86

xi
DAFTA
R

DAFTAR TABEL

Halaman
1. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 18

2. Alat yang digunakan dalam penelitian.................................................... 21

3. Daftar Responden ................................................................................... 23

4. Jenis dan Sumber Data Penelitian .......................................................... 24

5. Matriks SWOT ....................................................................................... 31

6. Jumlah Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap


Kabupaten Cilacap. ................................................................................ 35

7. Jumlah Nelayan Kabupaten Cilacap ...................................................... 38

8. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Kabupaten Cilacap ......................... 39

9. Hasil Perhitungan Analisis LQ Komoditas Perikanan


Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2020. .................................... 43

10. Komponen Share Komoditas Perikanan Tangkap


Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2020. ................................................... 47

11. Komponen Regional Share Komoditas Perikanan Tangkap


Kabupaten Cilacap. ................................................................................. 47

12. Hasil Perhitungan Komponen Net Shift Komoditas Perikanan


Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2020. .................................... 47

13. Hasil Perhitungan Komponen Differential Shift Komoditas


Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2020. ................... 48

14. Hasil Perhitungan Analisis SI Komoditas Perikanan Tangkap


KabupatenCilacap Tahun 2011-2020. ................................................... 51

15. Hasil Analisis Data LQ, SS dan SI Komoditas Perikanan Tangkap


Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2020. ................................................... 54

16. Ranking Komoditas Potensial Kabupaten Cilacap. ................................ 59

17. IFAS dan EFAS Analisis SWOT ........................................................... 61

xii
DAFTA
R

DAFTAR TABEL

18. Data Konsumsi Ikan di Kabupaten Cilacap.................................. 67

19. Matriks IFAS dan EFAS Analisis SWOT..................................... 71

20. Analisis Matriks SWOT................................................................ 74

21. Penentuan Strategi Prioritas.......................................................... 76

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Diagram Alur Penelitian ............................................................ 7

2. Grafik Produksi Perikanan Tangkap di Kabupaten Cilacap......... 36

3. Grafik Nilai Produksi Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap.... 36

4. Grafik Armada Penangkapan di Kabupaten Cilacap.................... 40

5. Grafik Jumlah dan Jenis Alat Tangkap di Kabupaten Cilacap..... 42

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Peta Lokasi Penelitian .............................................................. 87

2. Produksi Perikanan Tangkap Per Jenis Ikan Kabupaten


Cilacap Tahun 2011-2020 ......................................................... 88

3. Produksi Perikanan Tangkap Per Jenis Ikan Provinsi Jawa Tengah


Tahun 2011-2020....................................................................... 91

4. Nilai Analisis LQ (Location Quotient) ...................................... 94

5. Nilai Analisis SS (Shift Share) .................................................. 117

6. Nilai Analisis SI (Spesialization Index)..................................... 138

7. Pembobotan Analisis SWOT..................................................... 161

8. Rating Analisis SWOT ............................................................. 165

9. Dokumentasi Surat Izin ............................................................. 169

10. Dokumentasi Penelitian ............................................................ 170

11. Kuisioner Analisis Strategi Pengembangan ............................... 177

xv
1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Komuditas unggulan ialah langkah utama dalam mencapai pengelolaan

perikanan yang berkelanjutan dimana hal tersebut adalah upaya dari peningkatan

perekonomian wilayah/daerah, mengingat potensi sector dari perikanan sangat

besar tetapi belum dimanfaatkan secara optimal. Menurut Riswan et al. (2018),

komuditas unggulan ialah suatu jenis komuditas yang diminati atau dominan serta

memiliki nilai jual tinggi. Oleh karena itu, diharapkan mampu memberikan

pemasukan besar apabila bila dibandingkan dengan jenis lainnya. Komuditas ikan

unggulan dari sisi penawaran ditinjau dari berbagai macam sisi seperti keadaan

biofisik, teknologi, dan sosial ekonomi nelayan dapat dijadikan product andalan

untuk menghasilkan pendapatan yang optimum. Komuditas unggulan sector

perikanan bahari/laut ialah salah satu strategi komuditas untuk meningkatkan

pendapatan asli wilayah/daerah. Tingginya potensi perikanan tangkap yang

dimiliki, menjadikan sektor tersebut sebagai salah satu sektor andalan Kabupaten

Cilacap. Namun, dalam pengelolaannya belum dilakukan secara optimal baik dari

pemerintah maupun masyarakat. Padahal potensi tersebut memberikan peluang

bagi stakeholder serta masyarakat untuk mengelola dan mengembangkan

sumberdaya tersebut dengan efektif dan efisien agar mampu menjadi sektor yang

mampu menggerakkan perekonomian daerah.

Salah satu langkah untuk mengelola dan mengembangkan sumberdaya

perikanan tangkap di Kabupaten Cilacap adalah dengan melakukan penentuan


2

komoditas unggulan yang disertai dengan strategi pengembangan dari komoditas

unggulan tersebut agar dapat ditingkatkan produktivitas serta efisiensinya dalam

menghasilkan komoditas yang berdaya saing tinggi sehingga dapat meningkatkan

pendapatan serta kesejahteraan masyarakat pesisir khususnya. Kabupaten Cilacap

merupakan salah satu daerah di Provinsi Jawa Tengah yang memberikan

kontribusi sektor perikanan khususnya perikanan tangkap terbesar. Perairan

Cilacap memiliki kekayaan sumberdaya berbagai jenis ikan dengan hasil tangkapan

yang dominan dan bernilai ekonomis tinggi, antara lain ikan tuna (Thunnus sp.),

ikan kembung (Rastrellinger branchysoma), dan ikan tongkol (Thunnus tonggol).

Kabupaten Cilacap yang terletak berhadapan dengan Samudera Hindia menjadikan

sebagian masyarakatnya bekerja sebagai nelayan dan menjadikan Cilacap salah

satu pelopor perikanan di Indonesia. Stok udang di Cilacap cukup besar karena

daerah asuhan sebelum udang menjadi dewasa adalah di Laguna Segara Anakan.

Selain jenis udang, Cilacap terkenal dengan produksi ikan tunanya, sebesar 26%

dari seluruh jumlah produksi ikan yang ada di Cilacap atau sekitar 1.225 ton per

tahun. Cilacap dengan jenis ikan tunanya cukup potensial serta pertumbuhannya

mengalami peningkatan. Pada tahun 1999 sampai 2009 produksi ikan tuna

mengalami kenaikan rata-rata sebesar 10%. Berdasarkan KepmenKP No. 50 tahun

2017 Samudera Hindia mempuya potensi perikanan yang cukup tinggi yaitu

sebesar 1.267.540 ton. (Lestari et al., 2016).

Penentuan komoditas unggulan perikanan tangkap diharapkan dapat

memberikan kemudahan untuk mengetahui prioritas jenis ikan mana yang dapat

dikembangkan yang selanjutnya dapat menjadi komoditas ciri khas dengan mutu
3

yang baik dari Kabupaten Cilacap. Sehingga dapat memberikan peningkatan

kontribusinya terhadap perekonomian daerah.

1.2. Perumusan Masalah

Sangat beragam ikan yang di dadaratkan di Kabupaten Cilacap. Ikan yang

didaratkan di Kabupaten Cilacap merupakan hasil tangkapan yang bernilai

ekonomis tinggi dan mampu dipasarkan hingga luar daerah. Kontribusi sektor

perikanan tangkap merupakan salah satu langkah dalam penentuan komuditas

unggulan. Adanya kegiatan faktor sumberdaya domestik daerah dan komuditas

unggulan mengindikasikan bahwa Kabupaten Cilacap mampu membentuk produk

yang menjadi ciri khas, diharapkan mampu memberikan lebih besar pemasukan.

Dengan cara meningkatkan produktivitas dan jua efisiensi product dengan mutu

baik dalam penyediaan produk maka membuat daya saing yang tinggi dalam

komuditas unggulan tersebut. Selain penentuan komoditas unggulan maka

penentuan komoditas potensial pun dibutuhkan untuk memaksimalkan potensi

yang ada di Kabupaten Cilacap.

Pemanfaatan sumberdaya ikan biasanya berdasarkan dari hasil yang ber

konsep maximum sustainable yield atau maksimum lestari, dimana diperoleh dari

hasil perikanan tangkap dari tahun ke tahun. Populasi ikan yang bisanya disebut

dengan unit tunggal merupakan salah satu contoh sederhana dari konsep MSY.

Kurva biologi digambarkan dengan yield sebagai fungsi dari effort berbentuk

parabola Schaefer yang sederhana serta menggunakan nilai maksimum yang jelas.

Menjaga agar keseimbangan dari sumberdaya ikan yang dimanfaatkan secara

maksimum untuk waktu yang panjang merupakan inti dari konsep ini. Pengelolaan
4

sumberdaya perikanan perlu diperhatikannya potensi lestari (PL) serta Total

Allowable Catch (TAC) yang disebut juga jumlah tangkapan yang diperbolehkan.

Penelitian akan mengkaji mengenai analisis komuditas unggulan perikanan

tangkap. Diantaranya yaitu analisis Location Quotients (LQ) yang digunakan

untuk mencari tahu jenis ikan tersebut apakah termasuk ke dalam komuditas basis

atau nonbasis. Kemudian terdapat Analisis Shift Share (ASS) untuk mengetahui

laju pertumbuhan komuditas perikanan tangkap di Kabupaten Cilacap yang

nantinya dibandingkan dengan laju dari pertumbuhan komuditas perikanan

tangkap di Provinsi Jawa Tengah. Setelah itu terdapat Analisis Spesialisasi (SI)

untuk spesialisasi suatu product perikanan di Kabupaten Cilacap terhadap suatu

jenis ikan. Pada analisis SWOT digunakan untuk mengetahui strength atau

kekuatan, weakness atau kelemahan, opportunity atau peluang dan yang terakhir

yaitu serta threat atau ancaman bagi pengembangan perikanan Kabupaten Cilacap.

Adapun permasalahan yang akan dipecahkan dalam melakukan penelitian ini

ialah:

1. Jenis ikan apa sajakah yang termasuk di dalam kategori komuditas unggulan

perikanan tangkap yang ada di Kabupaten Cilacap?

2. Jenis ikan apa sajakah yang menjadi komuditas potensial yang ada di

Kabupaten Cilacap?

3. Apa strategi yang digunakan dalam mengembangkan sector perikanan

tangkap yang berbasis komoditas unggulan yang memiliki nilai jual tinggi

dan produksinya cukup tinggi di Kabupaten Cilacap?


5

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian strategi pengembangan komoditas unggulan perikanan

tangkap di Kabupaten Cilacap adalah:

1. Mengidentifikasi jenis ikan yang menjadi komoditas unggulan di Kabupaten

Cilacap;.

2. Mengidentifikasi jenis ikan yang menjadi komoditas potensial di Kabupaten

Cilacap; dan

3. Menyusun strategi pengembangan perikanan tangkap yang berbasis

komoditas unggulan dan potensial di Kabupaten Cilacap.

1.4. Manfaat

Manfaat dilakukannya penelitian yang berjudul strategi pengembangan

komoditas unggulan di Kabupaten Cilacap adalah sebagai berikut:

1. Bagi masyarakat dan mahasiswa diharapkan penelitian ini dapat menjadi

bahan masukan dan informasi bagi mahasiswa lainnya untuk penelitian yang

lebih mendalam;

2. Bagi pemerintah Kabupaten Cilacap diharapkan penelitian ini dapat menjadi

gambaran dan bahan masukan serta pertimbangan terkait kebijakan yang

dibuat dalam upaya meningkatkan sektor perikanan tangkap yang

berbasis komoditas unggulan; dan

3. Bagi nelayan, dapat bermanfaat dalam penentuan jenis produksi perikanan

tangkap yang potensial untuk ditingkatkan.


6

1.5. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap, Dinas

Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Jawa Tengah dan observasi langsung

kepada pelaku perikanan seperti nelayan, pengolah ikan dan pedagang ikan pada

7 Desember 2021 – 7 Januari 2022.


7

1.6. Diagram Alur Penelitian

Diagram alur penelitian tersaji dalam gambar 1.

Strategi Pengembangan Komoditas


Unggulan Perikanan Tangkap

1. Produksi perikanan
tangkap Kabupaten Faktor LingkunanInternal: Faktor
FaktorLingkungan
Lingkungan
Input

Cilacap 1. Kekuatan(Strength) Eksternal:


Eksternal:
2. Produksi Perikanan 2. Kelemahan (Weakness) 1.Peluang
1.Peluang(Opportunities) U
Tangkap Provinsi (Opportunities) M
2.Ancaman (Treathes)
Jawa Tengah 1. Ancaman P
A
N
B
Analisis Komoditas A
L
Proses

Unggulan Analisis Strategi Pengembangan


I
Perikanan Tangkap
1. Analisisi LQ K
2. Analisis Shift Share 1. Analisis SWOT
3. Analisis Spesialisasi

Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan Perikanan Tangkap


Output

Kesimpulan dan Saran

Gambar 1. Diagram Alur Penelitian


8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi

Kurniawan (2014) menjelaskan pembangunan ekonomi adalah kegiatan

pengembangan suatu negara dalam kegiatan ekonomi untuk meningkatkan taraf

hidup masyarakat. Sukirno (2017) mengungkapkan bahwa pada dasarnya

pembangunan ekonomi adalah suatu usaha untuk merubah perekenomian yang

kurang maju, serta berpendapatan rendah, serta sangat tradisional untuk

menjadikan perekonomian modern sehingga mencapi taraf kamajuan/kemakmuran

yang tinggi. Tujuan pembangunan ekonomi ialah meningkatkan akan ketersediaan

serta perluasan distribusi berbagai macam kebutuhan hidup pokok, salah satunya

seperti sandang, pangan, papan, perlindungan keamanan, serta kesehatan. Selain

itu, dalam peningkatan standar hidup, peningkatan ini bukan hanya berupa

pendapatan, tetapi jua meliputi penambahan penyediaan lapangan pekerjaan,

peningkatan perhatian atas nilai kultural, dan kemanusian serta peningkatan

kualitas pendidikan, sehingga dapat memperbaiki kesejahteraan materril dan harga

diri masyarakat.

Menurut Andhiani et al. (2018), pembangunan ekonomi dapat diartikan

sebagai suatu proses dimana pemerintah serta seluruh komponen masyarakat

mengolah sumberdaya yang ada serta selanjutnya dibentuk pola kemitraan yaitu

antara pemerintah daerah dengan beberapa sector swasta untuk membentuk

lapangan pekerjaan yang baru serta mensupport perkembangan kegiatan ekonomi

di dalam wilayah tersebut. Keberhasilan pembangunan ekonomi dalam

pelaksanaan pembangunan, pertumbuhan ekonomi yang pesat diiringi dengan


9

pemerataan hasil pembangunan yang menjadi sasaran utama. Akan tetapi,

ketimpangan pembangunan sering menjadi momok serius dan apabila tidak

diselesaikan secara teliti akan menyebabkan krisi yang lebih kompleks. Salah satu

contohnya adalah masalah ekonomi, kependudukan, politik, sosial, serta

lingkungan yang jua dalam konteks makro merugikan proses pembangunan yang

dicapai suatu wilayah.

Tiga kelompok teori pertumbuhan ekonomi yaitu teori pertumbuhan neo-

klasik, pertumbuhan ekonomi modern, dan teori pertumbuhan klasik. Teori

pertumbuhan ekonomi neo-klasik yang dikembangkan oleh Abramovitas dan

Solow (1956) yaitu tergantung pada perkembangan faktor-faktor produksi.

Sedangkan pertumbuhan pada teori schumpeter ialah menekankan tentang

bagaimana pentingnya peran pengusaha dalam mewujudkan pertumbuhan

ekonomi. Oleh karena itu, pengusaha merupakan kelompok yang terus menerus

akan membuat pembaharuan serta inovasi di dalam kegiatan ekonomi. Menurut

Rostow 1956, pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai transformasi dari

suatu masyarakat tradisional yang menjadi masyarakat yang modern melalui lima

tahapan. Diantaranya itu tahap prasyarat tinggal landas, tahap masyarakat

tradisional, tahap menuju kedewasaan, tahap tinggal landas, dan masyarakat

berkonsumsi yang tinggi. Menurut Susanti 2017, pertumbuhan ekonomi jua

mencerminkan aspek yang dinamis dari suatu perekonomian yang

menggambarkan bagaimana suatu perkembangan perekonomian atau berubah dari

waktu ke waktu.
10

2.2. Komoditas Unggulan Perikanan

Penentuan komuditas unggulan di suatu daerah merupakan langkah awal

untuk menuju pembangunan dan pengelolaan perikanan tangkap. Selain itu juga,

untuk menghadapi globalisasi perdagangan. Hal tersebut diperkuat oleh Naya et

al. (2017), bahwa penentuan komuditas unggulan dapat dilakukan dengan

kenggulan komperatif serta kompetitif dengan konsep efisien. Konsep efisiensi

dapat ditinjau dari segi penawaran serta permintaan dan keunggulan persaingan

yang tinggi. Dengan adanya komuditas unggulan maka akan menjadi sector

pembangunan ekonomi daerah. Dimana sumberdaya dari perikanan memiliki

potensi yang besar terutama di Jawa Tengah.

Komuditas unggulan ialah kumpulan populasi andalan yang mempunyai

position yang strategis untuk dikembangan di suatu wilayah/daerah yang dapat di

tetapkan secara teknis maupun sosial ekonominya. Beberapa jenis ikan di

Kabupaten Cilacap pada tahun 2015 yang tertinggi adalah ikan julung-julung, ikan

kuro, ikan teri, dan ikan tembang. Adanya potensi perikanan tangkap yang

melimpah tersebut di Kabupaten Cilacap belom dilaksanakan dengan optimum,

nelayan masih banyak yang menjual hasil dari tangkapannya dengan harga yang

murah, tanpa mengetahui jenis ikan tersebut apakah termasuk komuditas unggulan

atau tidak. Sedangkan jika komuditas unggulan seharusnya nelayan tidak menjual

dengan harga yang murah. Oleh sebab itu, perlu kajian ulang mengenai komuditas

unggulan tersebut, sehingga nantinya dapat dianalisis mengenai peningkatan

sumberdaya komuditas unggulan tersebut dan keberlanjutan yang dapat memenuhi

permintaan pasar di setiap tahunnya (Yusrin et al., 2017).


11

2.3. Analisis Survei

Penelitian dengan menggunakan metode survei dilakukan dengan cara yaitu

mengumpulkan informasi yang diperoleh menggunakan kuisioner dari beberapa

responden. Penelitian survei terbatas pada data dikumpulkan dari populasi sampel

untuk mewakili total seluruh populasi pada suatu penelitian. Berdasarkan hal

tersebut penelitian survei merupakan penelitian yang mengambil sampel dari satu

populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data.

Digunakannya survey yaitu untuk:

1) Penjajagan (eksploratif);

2) Deskriptif;

3) Penjelasan (explanatory atau confirmatory);

4) Evaluation;

5) Prediction atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan datang;

6) Penelitian operasional;dan

7) Mengembangkan indikator-indikator sosial (Adiyanta, 2019).

Penelitian survei ialah penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan

beberapa informasi dari suatu sampel dengan bertanya melalui wawancara yang

nantinya menggunakan kuisioner tersebut untuk pengumpulan data pokok dapat

menggambarkan berbagai aspek dari populasi. Survei penelitian harus memiliki

karakteristik antara lain logis, general dan spesifik. Tujuan dari penelitian survei

yaitu memberikan penjelasan/gambaran mengenai sesuatu untuk dapat dilakukan

analisis. Terdapat beberapa tahapan yang dapat dilakukan dalam penelitian survei

yaitu dengan menentukan apa permasalahannya, kemudian menyusun beberapa

hipotesis, selanjutnya menentukan apa tujuan dari penelitian, setelah itu tentukan

tipe survey yang sesuai, tak lupa jua menentukan design sampel, kemudian
12

besarnya sample, membuat pertanyaanya, menentukan bagaimana bentuk

pengumpulan data yang sesuai definisi dari konseptual alat penelitian tersebut,

selanjutnya memproses data, kemudian melakukan analisis datanya, dan yang

terakhir yaitu membahas analisis data serta menyusun laporan (Maidiana, 2021).

2.4. Analisis Data

2.4.1. Analisis Location Quotient

Kartikaningdiyah (2012) menyatakan bahwa LQ atau Location Quotient

digunakan untuk identification potensi internal yang dimiliki suatu wilayah

diantaranya yaitu sector basis atau basis sector dan sector non basis atau non basic

sector. Asumsi dari teknik ini bahwa penduduk di daerah/wilayah memiliki pola

yang sama dengan pola permintaan nasional atau regional. Analisis Location

Quotient mempunyai kelebihan yaitu suatu analisis sederhana yang dapat

mengetahui struktur perekonomian suatu daerah/wilayah serta industry substitusi

impor potensial atau product yang bisa dikembangkan untuk ekspor serta

menunjukkan industri potensial atau sektoral yang dapat dianalisis lebih lanjut.

Kelemahan dari Location Quotient adalah termasuk ke dalam indicator kasar

deskriptif yang merupakan kesimpulan yang sementara dan tidak memperhatikan

dari struktur ekonomi setiap wilayah/daerah. Mengigat hasil production serta

produtivitas dari tenaga kerja di setiap wilayah/daerah itu berbeda, dan jua adanya

perbedaan dari sumberdaya yang dapat dikembangkan pada setiap wilayah/daerah.

Metode Location Quotient menurut Kurniawan (2014), beroperasi

berdasarkan teori ekonomi yaitu baris yang dipergunakan dalam menganalisis

sektor potensial yang ada di dalam lingkup perekonomian wilayah/daerah. Di

dalam metode analisis LQ, dibagi menjadi tiga kegiatan ekonomi daerah kedalam
13

tiga golongan atau karakter, antara lain yaitu:

1. Industri basis dalam nilai (>1) merupakan kegiatan perekonomian atau

industri yang melayani pasar daerah atau luar daerah.

2. Swasembada (=1) kegiatan perekonomian atau industi yang hasilnya nanti

mampu untuk melayani kebutuhannya sendiri.

3. Industi yang non basis atau industri lokal (<1), merupakan kegiatan ekonomi

atau industri yang hasilnya nanti belum tentu dapat mencukupi/ memenuhi

daerah itu sendiri serta harus mendatangkannya dari daerah lain.

Metode analisis memiliki kelebihan serta keterbatasan. Hal tersebut jua dari

metode Location Quotient. Metode LQ ini untuk menganalisis komuditas

unggulan bisa dilakukan menggunakan perangkat lunak yang sederhana yaitu

(Microsoft Excel), namun jua bisa dihitung secara manual. Metode LQ diperlukan

akurasi untuk memperoleh hasil yang valid.

Menurut Jumiyanti (2018), location quotient (LQ) ialah analisis yang

dipergunakan untuk memperoleh sejauh manakah tingkat spesialisasi dari sektor

ekonomi di dalam suatu wilayah/daerah yang memanfaatkan dari sektor basis atau

leading sektor. LQ digunakan untuk menghitung perbandingan share output dari

sektor perikanan di dalam kota ataupun kabupaten serta share output di sektor

perikanan provinsi. Sektor unggulan artinya adalah sektor bisnis yang tidak akan

pernah habis bila di eksploitasi oleh pemerintah daerah. Analisis LQ biasanya

digunakan dalam membahas tentang kondisi dari perekonomian, serta mengarah

ke mengidentifikasi spesialisasi dari kegiatan perekonomian untuk mengukur

konsentrasi relative untuk mendapatkan gambar dalam menetapkan manakah

sektor unggulan sebagai leading sektor suatu kegiatan industry ekonomi.


14

2.4.2. Analisis Shift Share

Soeyatno (2018) menyatakan bahwa SS atau analisis Shift Share merupakan

salah satu teknik kuantitatif yang biasanya digunakan dalam menganalisis

perubahan struktur ekonomi regional yang relative terhadap struktur ekonomi

yang lebih pesat tingginya di wilayah adminisratif sebagai referensi atau

pembandingnya. Analisis SS ini berupa perhitungan yang nantinya menentukan

posisi berupa kelemahan serta kekuatan yang dibandingkan dengan sektor pada

tingkat daerah tersebut yaitu Kabupaten Cilacap. Analsisis shift share yang

digunakan untuk pertumbuhan perekonomian dibagi menjadi tiga komponen,

anatara lain yaitu:

1. Regional share adalah pengukuran suatu daerah dengan menganalisa

bagaiaman perubahan keseluruhan yang dilakukan dengan cara sektral di

kawasan yang dibandingkan dengan perubahan sektor yang sama di dalam

ekonomi daerah referensi yaitu Kabupaten Cilacap. Regional share dapat

menggambarkan perubahan dari output suatu daerah/wilayah yang

disebebkan karena perubahan factor yang mempengaruhi seluruh sektor-

sektor secara beragam atau adanya perubahan kebijakan ekonomi nasional.

2. Pertumbuhan Proposional atau Proportional Shift yaitu kita mencari tahu

apakah terjadi terjadi peningkatan ekonomi daerah yang dapat terkonsentrasi

pada sektor yang tumbuh lebih cepat atau lambat dibandingkan dengan

ekonomi wilayah referensinya yaitu Kabupaten Cilacap. Proportional Shift

dipengaruhi oleh adanya perubahan permintaan akhir, kebijakan, serta

ketersediaan bahan baku.

3. Pertumbuhan Wilayah atau Differential Shift biasanya digunakan untuk

mengetahui perubahan dari suatu wilayah Kabupaten Cilacap terhadap


15

kegiatan di wilayah Jawa Tengah. Differential Shift terjadi karena adanya

peningkatan dan jua penurunan output di suatu wilayah/daerah yang

disebabkan oleh akses ke pasar input dan output, keunggulan komparatif,

maupun dari infrastruktur ekonomi.

2.4.3. Analisis Specialization Index

Menurut Hidayat (2014), SI atau Spesialisasi Indeks adalah analisis teknik

yang dapat melengkapi serta memperkuat dari hasil analisis data LQ. Spesialisasi

Indeks dapat mengetahui suatu wilayah tersebut cenderung memiliki aktivitas

tidak terspesialisasi atau cenderung yang memiliki ativitas terdiversfikasi. Apabila

terdiversifikasi maka wilayah tersebut tidak memiliki aktivitas basis tertentu,

namun apabila terspesialisasi maka suatu wilayah tersebu cenderung memiliki

aktivitas basis tertentu.

Yurliana et al. (2015) menambahkan jua Spesialisasi Indeks ialah ukuran

untuk melihat terspesialisasinya sektor ekonomi yang ada di wilayah/daerah

tersebut yang nantinya dibandingkan dengan daerah/wilayah diatasnya. Apabila

spesialisasi indeks suatu daerah lebih besar dari satu (indeks spesialisasi >1) atau

mendekati satu maka sektor tersebut punya spesialisasi, namun apabila spesialisasi

indeks, kurang dari satu (indeks spesialisasi <1) atau mendekati nol maka sektor

yang terdapat di daerah tersebut tidak mempunyai spesialisasi.

Berdasarkan pendapat dari Tryasmara (2017), spesialisasi indeks dapat

digunakan untuk apakah ada spesialisasi produksi perikanan tangkap pada jenis

ikan tertentu. Apabila SI>1, maka terdapat spesialisasi produksi perikanan relative

baik dibandingkan dengan nasional, sedangkan apabila SI<1, tidak terdapat

spesialisasi production perikanan secara relative yang dibandingkan dengan

nasional.
16

2.4.4. Analisis Strength, Weakness, Opportunity and Threat (SWOT)

Rangkuti (2015) memperkuat bahwa analisis SWOT yaitu perumusan

rencana dengan identifikasi factor secara sistematis. Analisis SWOT berdasar

pada logika yang dapat memaksimalkan peluang (opportunity) dan kekuatan

(strength), tetapi meminimalkan secara bersamaan ancaman (threats) dan

kelemahan (weakness). Pengambilan keputusan berproses dari strategi yang

berkaitan dengan tujuan yang dikembangkan, strategi apa yang digunakan, misi,

dan jua keputusan bijak dari perusahaan. Di kondisi saat ini untuk menentukan

perencanaan strategi perlu adanya analisa factor strategi, berupa kekuatan,

kelemahan, ancaman. Faktor eksternal dan internal perlu dibandingkan pada

analisis SWOT ini. Yang termasuk kedalam faktor eksternal yaitu opportunity

serta threats atau biasa disebut dengan peluang dan ancaman, sedangkan untuk

faktor internal yaitu strength dan weakness atau biasa disebut kekuatan dan

kelemahan. Asumsi merupakan dasar untuk menganalisis SWOT, dengan

menggunakan strategi yang efektif yaitu meminimalkan dari ancaman dan

kelemahan, serta memaksimalkan dari peluang dan kekuatan maka analis SWOT

ini berdampak yang besar untuk menentukan suatu rancangan strategi.


2.5. Diagram Fishbone Penelitian Terdahulu

Identifikasi Komoditas Analisis Komoditas Pengembangan Berbasis


Unggulan Perikanan Unggulan dan Strategi Komoditas Unggulan Perikanan
Tangkap di Kawasan Pengembangannya di Kota Tangkap di Kabupaten
Minapolitan Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Pekalongan.
Indramayu. Metode yang Metode yang digunakan Metode Analisis Location
digunakan Analisis Location Analisis Location Quotient, Quotient (LQ), Shift Share (SS),
Quotient analisis Shift Share. Shift Share, SI dan analisis Spesialization Index (SI) dan
(Lely, 2014) SWOT.(Amarudunto et al., analisis SWOT.
2021) (Nova et al., 2018).

Analisis Komoditas Strategi Pengembangan Strategi Pengembangan


UnggulanPerikanan Komuditas Unggulan Komoditas Unggulan
tangkap di Kabupaten Perikanan Tangkap di Perikanan Tangkap di
Kebumen. Metode Kabupaten Indramyu. Kabupaten Sinjai. Metode
Location quotien, Shift Metode Analisis Location yang digunakanAnalisis
Share dan Spesialisasi juga Quotient (LQ), Shift Share Location Quotient (LQ), Shift
analisis Model (SS), Spesialization Index Share (SS), Spesialization
Pertumbuhan Rasio dan (SI) dan analisis SWOT. Index (SI) dan analisis
Overlay. (Awaludin, 2019). (Istiqomah et al., 2020). SWOT. (Aiman et al., 2021).

17
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Tahun Judul Metode Analisis Hasil Penelitian
Lely S. Akliyah, 2014 Identifikasi Analisis Location Komoditas unggulan di Kawasan Minapolitan Kabupaten Indramayu
Yuliah Komoditas Unggulan Quotient analisis diantaranya yaitu ikan bawal putih, ikan tembang, ikan lidah, ikan peperek,
Asyiawati dan Perikanan Tangkap di Shift Share ikan talang-talang, ikan tongkol, ikan kerapu, ikan cucut dan ikan pari
Silvia Eka Putri Kawasan Minapolitan
Kabupaten Indramayu
Amurudanto 2021 Analisis Komoditas Analisis Location Berdasarkan hasil analisis penelitian komoditas unggulan di Kota
Muhamad Unggulan dan Strategi Quotient, Shift Pekalongan diketahui bahwa Komoditas Unggulan perikanan tangkap
Bagas R., Pengembangannya di Share, SI dan Kota Pekalongan adalah ikan Kembung dan Layang. Hasil strategi
Imam Kota Pekalongan, analisis SWOT pengembangan analisis SWOT yakni kebijakan pengembangan dan
Triarso dan Jawa Tengah modernisasi sarana dan prasarana perikanan tangkap berupa penambahan
Kukuh Eko armada yang dapat menjangkau daerah penangkapan yang lebih jauh,
Prihantoko meningkatkan pengolahan perikanan melalui pembuatan pabrik es dan
cold storage untuk menjaga kualitas komoditas unggulan, serta
meningkatkan perbaikan sarana kebersihan TPI untuk meningkatkan mutu
hasil tangkapan dan perbaikan akses transportasi menuju ke TPI untuk
memudahkan pemasaran.
Sumber: Penelitian, 2021.

18
Lanjutan Tabel 1. Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Tahun Judul Metode Analisis Hasil Penelitian
Nova Ridhiyana 2018 Pengembangan Analisis Location Komoditas unggulan perikanan tangkap yang terdapat di Kabupaten
M., Abdul Berbasis Komoditas Quotient (LQ), Pekalongan adalah Simping (Amusium sp.) dan strategi pengembangan
Kohar Muzakir Unggulan Perikanan Shift Share (SS), berbasis komoditas perikanan tangkap yang dapat diterapkan di Kabupaten
dan Faik Tangkap di Kabupaten Spesialization Pekalongan antara lain perbaikan sarana kebersihan TPI dan perbaikan akses
Kurohman Pekalongan Index (SI) dan transportasi menuju ke TPI, pengembangan dan modernisasi sarana
analisis SWOT prasarana perikanan tangkap berupa penambahan armada, peningkatan
pengolahan perikanan melalui pembuatan pabrik es, cold storage dan
teknologi serta bantuan alat tangkap ramah lingkungan.
Awaludin 2019 Analisis Komoditas Location quotien, Hasil dari penelitian ini Komoditas unggulan perikanan tangkap Kabupaten
UnggulanPerikanan Shift Share dan Kebumen dengan menggunakan analisis location quotient, shift share,
tangkap di Kabupaten Spesialisasi juga spesialisasi adalah ikan kakap putih, pinjalo, lobster mutiara, rajungan, ubur-
Kebumen analisis Model ubur; dan Komoditas potensial perikanan tangkap Kabupaten Kebumen
Pertumbuhan dengan menggunakan analisis model rasio pertumbuhan (MRP) dan analisis
Rasio dan overlay adalah ikan kembung, tongkol krai, kakap putih, pinjalo, kuwe,
Overlay kerapu karang, ekor kuning dan rajungan.

Sumber: Penelitian, 2021.

19
Lanjutan Tabel 1. Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Tahun Judul Metode Analisis Hasil Penelitian
Istiqomah Nur 2020 Strategi Analisis Location Hasil analisis LQ, SS dan SI menunjukkan bahwa komoditas unggulan
F., Bambang Pengembangan Quotient (LQ), perikanan tangkap Kabupaten Indramayu adalah Ikan Manyung dengan nilai
Arg Wibowo Komoditas Unggulan Shift Share (SS), LQ (1,63), nilai SS (237,24) dan nilai SI (3,29%); Ikan Tenggiri dengan
dan Abdul Perikanan Tangkap di Spesialization nilai LQ (1,56), nilai SS (295,45) dan nilai SI (5,29%) serta Ikan Tongkol
Kohar Muzakir Kabupaten Indramayu Index (SI) dan dengan nilai LQ (1,49), nilai SS (1132,78) dan nilai SI (7,52%).
analisis SWOT Berdasarakan hasil analisis SWOT, strategi pengembangan komoditas
unggulan perikanan tangkap yang dapat direkomendasikan adalah
peningkatan ketersediaan wadah/basket, kapasitas cold storage serta
memperbaiki sanitasi disetiap TPI untuk menjaga kualitas komoditas
unggulan.
Muhammad 2021 Strategi Analisis Location Hasil yang diperoleh dari analisis LQ, analisis SS dan analisis Spesialisasi
Aflah Aiman Pengembangan Quotient (LQ), komoditas unggulan perikanan tangkap Kabupaten Sinjai yakni manyung,
A., Bambang Komoditas Unggulan Shift Share (SS), selar, lemadang, cakalang dan Tenggiri sedangkan komoditas potensial
Argo Wibowo Perikanan Tangkap di Spesialization yakni Japuh, lemuru, kapas-kapas, tongkol, cucut, lobster, cumi-cumi,
dan Hendrik Kabupaten Sinjai Index (SI) dan gurita, sotong. Hasil strategi pengembangan analisis SWOT adalah
Anggi analisis SWOT Peningkatan fasilitas produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sinjai,
Setyawan Penambahan jumlah pelabuhan perikanan serta peningkatan fasilitas Pokok
PPI Lappa, Pengembangan fasilitas PPI Lappa, Peningkatan jumlah Armada
penangkapan >30 GT dan Pengadaan Pelatihan Kecakapan Nelayan .
Sumber: Penelitian, 2021.

20
21

III. MATERI DAN METODE

3.1. Materi Penelitian

Materi dalam penelitian ini yang digunakan ialah data produksi serta nilai

produksi dari tahun 2011-2020 dengan kategori jenis ikan yang ada di Kabupaten

Cilacap dan Provinsi Jawa Tengah. Kemudian data penunjang data primer yaitu

kuisioner yang digunakan untuk analisa SWOT kemudian selanjutnya

dipergunakan untuk menganalisa bagaimana strategi pengembangan komoditas

unggulan perikanan tangkap di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Alat yang

digunakan dalam penelitian tersaji pada tabel 2.

Tabel 2. Alat yang digunakan dalam penelitian


No Alat Ketelitian Keterangan
1 Alat tulis - Sebagai mencatat data penelitian
2 Kuisioner - Sebagai penunjang data primer
3 Kamera 16 MP Sebagai dokumentasi

Sumber: Penelitian, 2021.


3.2. Metode Penelitian

Metode deskriptif digunakan dalam penelitian ini. Metode deskriptif dengan

cara pengambilannya berasal dari survey dan observasi langsung dilapangan serta

pengumpulan data yang mencakup dalam lingkup penelitian untuk

menggambarkan secara tepat kondisi lingkungan pada waktu sekarang. Survey dan

observasi langsung dilakukan pada lokasi penelitian diantaranya TPI di Kabupaten

Cilacap, pemukiman nelayan dan juragan ikan serta melihat langsung proses jual

beli produk perikanan tangkap yang ada di TPI hingga PPS Cilacap.
22

3.2.1. Metode pengambilan sampel

a. Penentuan responden pelaku usaha

Sumber data yang digunakan pada penentuan responden pelaku usaha ialah

data primer yang diperoleh melalui metode survei menggunakan kuesioner yang

nantinya dibagikan kepada responden. Metode ini dilakukan dengan mengajukan

daftar pertanyaan berupa kuesioner kepada responden. Kegiatan yang dilakukan

adalah dengan memberikan kuisioner kepada pelaku perikanan terkait di

Kabupaten Cilacap seperti nelayan, pengolah dan pedagang. Wawancara kepada

pelaku perikanan tersebut untuk mendapatkan data berupa harga ikan dan jenis

ikan. Metode pengambilan sampel untuk pelaku usaha ini menggunakan metode

snowball sampling. Penentuan jumlah responden pelaku usaha perikanan seperti

nelayan, pengolah dan pedagang di dapatkan menggunakan rumus pengambilan

sampel. Penentuan jumlah responden atau sampel yang telah diketahui jumlah

populasinya yaitu menggunakan rumus:

n= ..................................................(1)

Keterangan :

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

Z = Nilai tingkat ketelitian /Standar deviasi normal untuk 1,29 dengan CI 90%

d = Tingkat kesalahan yang ditolerir sebesar 5% , maka diperoleh d= 0,5

p = Proporsi target populasi adalah 0,5

q = Proporsi tanpa atribut 1-p = 0,5

Berdasarkan rumus diatas maka didapatkan hasil mengenai jumlah

responden nelayan sebesar 31 dan jumlah responden untuk pengolah ikan serta
23

penjual ikan sebesar 18,66 yang dibulatkan menjadi 19 responden. Sehingga dapat

disimpulkan untuk responden nelayan, pengolah ikan, serta penjual ikan

berjumlah 50 responden.

b. Penentuan responden key person

Metode purposive sampling digunakan untuk pengambilan sampel pada

penelitian ini. Responden yang dituju dalam penelitian ini adalah pegawai Dinas

Perikanan Kabupaten Cilacap, pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa

Tengah, pengelola TPI, sub koordinator operasional Pelabuhan Perikanan

Samudera Cilacap, koordinator kelompok tata kelola dan pelayanan masyarakat

Peabuhan Perikanan Cilacap, ketua HNSI Kabupaten Cilacap, serta penyuluh

perikanan. Daftar responden tersaji dalam tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3. Daftar Responden


No. Nama Jabatan

1. Saiful Purnamaji, S.E., M.Si Kepala Seksi Pemberdayaan Nelayan

2. Henny Setiani, S.Pi Analis Kelautan dan Perikanan

3. Eko Yuliana, A.Pi Sub Koordinator Operasional


Pelabuhan Perikanan Samudera
Cilacap
4. Yatim Kurniadi, S.Pi., M.Si Koordinator Kelompok Tata Kelola
dan Pelayanan Masyarakat
Pelabuhan Perikanan Samudera
Cilacap
5. Rizky Saputra Penyuluh Perikanan Kabupaten
Cilacap
6. Yustiara WS, S.Pi Staff Program Dinas Perikanan dan
Kelautan Prov. Jawa Tengah
7. Sarjono Ketua HNSI Cilacap
8. Rahmat Giyono Kepala TPI Jetis
9. Sudir Kepala TPI Kemiren
10. Ratam Hadiwijaya Kepala TPI Tegalkatilayu
11. Sumadi Kepala TPI Menganti Kisik
Sumber: Penelitian, 2021.
24

3.2.2. Jenis dan sumber data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini tersaji dalam tabel 4

Tabel 4. Jenis dan Sumber Data Penelitian


No. Jenis Data Data Sumber Data
1. Kondisi perikanan Wawancara dengan
tangkap menggunakan
2. Potensi pengembangan kuisionerkepada
komoditas unggulan pegawai Dinas
3. Kebijakan pemerintah yang
1. Data Primer PerikananKabupaten
berkaitan dengan
Cilacap, pengelola
pengembangan komoditas
TPI Kabupaten
unggulan perikanan tangkap
Cilacap dan pelaku
Kabupaten Cilacap
usahaperikanan
tangkap
1. Jumlah produksi da nilai Dinas Perikanan dan
produksi perikanan tangkap Kelautan Provinsi
Provinsi Jawa Tengah tahun Jawa Tengah
2011-2020
2. Jumlah produksi dan nilai Dinas Perikanan

2. Data Sekunder produksi perikanan tangkap Kabupaten Cilacap


Kabupaten Cilacap tahun
2011-2020
3. Jumlah nelayan di Kabupaten Dinas Perikanan
Cilacap Tahun 2011-2020 Kabupaten Cilacap
4. Jumlah armada penangkapan
Dinas Perikanan
ikan di Kabupaten Cilacap
Kabupaten Cilacap
Tahun 2011-2020
5. Jumlah alat penangkapan ikan Dinas Perikanan
di Kabupaten Cilacap Tahun Kabupaten Cilacap
2011-2020

Sumber: Analisi Data, 2021.


25

3.2.3. Metode Pengambilan Data

Metode pengambilan data yang dilakukan di dalam penelitian ini ialah:

a. Observasi langsung

Metode observasi langsung dalam penelitian dilakukan dengan pengambilan

dan pengumpulan data primer. Dalam peneitian ini, kegiatan observasi dilakkan

dengan mengamati secara langsung aktivitas yang ada di TPI Kabupaten Cilacap.

Pengamatan dikaukan untuk mengetahui hasil tangkapan nelayan yang telah

didaratkan serta proses lelang yang sedang berlangsung di TPI Kabupaten Cilacap.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan tanya jawab langsung kepada berbagai

narasumber. Narasumber ialah staf Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten

Cilacap, staf Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Tengah dan staf Tempat

Pelelangan Ikan Kabupaten Cilacap dengan menggunakan daftar kuisioner.

c. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dalam penelitian ini ialah dengan mengambil

gambar atau obyek secara langsung dilapangan menggunakan kamera digital.

Dokumentasidilakukan untuk pengambilan gambar ketika melakukan wawancara

dan observasi langsung. Dokumentasi yang diperlukan adalah foto wawancara

bersama staf Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cilacap, staf Dinas

Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Tengah dan staf Tempat Pelelangan Ikan

atau TPI yang ada di KabupatenCilacap, foto proses lelang serta foto jenis ikan.

3.3. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang dilakukan dalam menentukan komoditas unggulan

perikanan tangkap ialah analisis LQ (Location Quotient), SS (Shift Share) dan SI


26

(Spesialization Index). Sedangkan untuk merumuskan strategi pengembangan

komoditas unggulan perikanan tangkap di Kabupaten Cilacap menggunakan

pendekatan analisis Strength, Weakness, Opportunity, Threat (SWOT). Pendekatan

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.3.1. Penentuan Komoditas Unggulan Perikanan Tangkap

Metode analisis data yang dilukakan untuk menentukan komoditas unggulan

perikanan tangkap di Kabupaten Cilacap ialah dengan pendekatan analisis LQ

(Location Quotient), SS (Shift Share) dan SI (Spesialization Index). Komoditas

unggulan didapatkan jika nilai analisis LQ, SS, dan SI adalah positif atau >1. Hal

ini diperkuat oleh Muzakir dan Danta (2012) bahwa kategori komoditas unggulan

diperoleh dari nilai LQ, SS dan SI positif. Penjelasan menegenai metode LQ, SS

dan SI yaitu sebagai berikut :

a. Analisis Location Quotient (LQ)

Analisis Location Quotient atau LQ menurut Ridwan et al. (2018) ialah

membandingkan subwilayah dalam aktivitas perikanan tangkap dengan total

aktivitas wilayah.

Nilai Location Quotient atau LQ diolah dengan membandingkan produksi

dari suatu jenis ikan terhadap total produksi di Kabupaten Cilacap pada tahun

2011-2020 yang dibandingkan dengan produksi jenis ikan tersebut terhadap nilai

produksi total di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011-2020. Proses untuk

mengolah data dari analisis Location Quotient atau LQ dilakukan dengan

menggunakan software Microsoft Excel 2013. Adapun formula yang digunakan

menurut Ridwan et al. (2018) adalah sebagai berikut:


27

= ......................................................(2)

Keterangan :

𝑥𝑖 = Total produksi dari jenis ikan ke-i di tingkat Kabupaten Cilacap

𝑥𝑡 = Total produksi perikanan tangkap di tingkat Kabupaten Cilacap

𝑋𝑖 = Total produksi jenis ikan ke-i di tingkat Provinsi Jawa Tengah

𝑋𝑡 = Total produksi perikanan tangkap di tingkat Provinsi Jawa Tengah

yang memiliki kriteria dalam penilaian berikut ini :

• LQ kurang dari satu <1 maka jenis ikan i bukan merupakan komoditas
unggulan di Kabupaten Cilacap

• LQ lebih dari satu >1 maka jenis ikan i merupakan komoditas unggulan

di Kabupaten Cilacap

b. Analisis Shift Share (ASS)

Soeyatno (2018) menjelaskan bahwa Analisis Shift Share dilakukan untuk

menganalisa perubahan struktur ekonomi regional relatif terhadap struktur

ekonomi yang lebih tinggi di wilayah administratif sebagai pembanding atau

referensi. Pengolahan data dalam analisis shift share dilakukan dengan

menggunakan software Microsoft Excel 2013.

Menurut Susanto dan Woyanti (2008), bahwa formula yang digunakan untuk

shift share adalah sebagai berikut:


28

𝐺𝑗 = 𝑌𝑗𝑡 − 𝑌𝑗𝑜 ............................................... (3)

𝑁𝑗 = 𝑌𝑗𝑜(𝑌𝑡⁄𝑌𝑜) − 𝑌𝑗𝑜 ................................ (4)

(𝐺 − 𝑁)𝑗 = 𝑌𝑗𝑡 − (𝑌𝑡⁄𝑌𝑜) − 𝑌𝑗𝑜............................ (5)

𝐷𝑗𝑡 = {(𝑌𝑖𝑗𝑡 − (𝑌𝑖𝑡⁄𝑌𝑖𝑜)𝑌𝑖𝑗𝑜 ....................... (6)

Keterangan :

𝐺𝑗 = Total dari pertumbuhan produksi perikanan tangkap Cilacap

𝑁𝑗 = Regional Share komponen di Kabupaten Cilacap

(𝐺 − 𝑁)𝑗 = Net shift komponen di Kabupaten Cilacap

𝐷𝑗 = Diferential shift komponen di Kabupaten Cilacap

𝑌𝑖𝑗 =Total produksi jenis ikan i pada tingkat Kabupaten Cilacap

𝑌𝑗 = Total produksi perikanan tangkap pada tingkat Kabupaten Cilacap

𝑌𝑖 = Total produksi jenis ikan i pada tingkat Provinsi Jawa Tengah

𝑌 = Total produksi perikanan tangkap Provinsi Jawa Tengah

𝑜 = Awal periode

𝑡 = Akhir periode

𝑗 =Daerah di Kabupaten Cilacap

dengan kriteria penilaian seperti dibawah ini :

• Apabila Gj – Nj kurang dari satu (<1) mengidentifikasikan bahwa

pertumbuhan perikanan di Kabupaten Cilacap lebih lambat bila

dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah

• Apabila Gj – Nj lebih besar dari satu (>1) mengidentifikasikan bahwa

pertumbuhan perikanan di Kabupaten Cilacap lebih cepat bila dibandingkan

dengan Provinsi Jawa Tengah.


29

• Apabila Djt kurang dari satu (<1) mengidentifikasikan bahwa ikan jenis i di

Kabupaten Cilacap lebih lambat pertumbuhannya apabila dibandingkan

dengan pertumbuhan dari jenis ikan yang sama di Provinsi Jawa Tengah.

• Apabila Djt lebih besar dari satu (>1) mengidentifikasikan bahwa ikan jenis

i di Kabupaten Cilacap lebih cepat pertumbuhannya apabila dibandingkan

dengan pertumbuhan dari jenis ikan yang sama di Provinsi Jawa Tengah.

c. Analisis Spesialization Index (SI)

Analisis spesialization index atau SI digunakan untuk mengetahui

spesialisasi suatu sektor yang ada didaerah, kemudian dibandingkan dengan

daerah/wilayah diatasnya. Pengolahan data analisis spesialization index dilakukan

dengan menggunakan software Microsoft Excel 2013. Menurut Yurliana et al.

(2015), nilai Specialization Index (SI) diperoleh dengan rumus :

𝑆𝐼 = [𝑣𝑖− 𝑉𝑖] 𝑥 100% ............................ (7)


𝑣𝑡 𝑉𝑡

Keterangan :
vi = Produksi jenis ikan A pada tingkat Kabupaten Cilacap

vt = Produksi total pada tingkat Kabupaten Cilacap

Vi = Produksi dari jenis ikan A pada tingkat Provinsi Jawa Tengah

Vt = Produksi total pada tingkat Provinsi Jawa Tengah dengan

kriteria nilai SI adalah sebagai berikut :

• Apabila SI lebih besar dari satu >1, maka terjadi spesialisasi produksi

perikanan tangkap di Kabupaten Cilacap secara relative, apabila

dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah.


30

Namun apabila SI kurang dari satu <1, maka tidak terjadi spesialisasi

produksi perikanan tangkap di Kabupaten Cilacap secara relative, apabila

dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah.

3.3.2. Perumusan Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan

a. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threats)

Analisis SWOT digunakan untuk merencanakan strategi pengembangan

komoditas unggulan di Kabupaten Cilacap. Proses yang dilakukan untuk

mengalisis SWOT menurut Rangkuti (2015), ialah :

1. Pengumpulan data pada tahap pertama, yaitu dengan mengelompokkan dan

pra analisis. Pada tahapan ini data dibedakan menjadi dua data yaitu data

eksternal dan internal. Selanjutnya data tersebut diklasifikasikan menjadi

Internal Factor Analysis Strategy (IFAS) dan Eksternal Factor Analysis

Strategy (EFAS). Setelah pengklasifikasian IFAS dan EFAS telah usai,

dilakukanlah pemberian bobot pada masing-masing factor. Kriteria dari bobot

tersebut ialah 5 artinya sangat penting, 4 yang artinya penting, 3 artinya

cukup penting, serta 2 yang artinya tidak penting, dan 1 yang artinya sangat

tidak penting. Kemudian dilanjutkan dengan mengisi perhitungan rating

terhadap faktor internal dan faktor eksternal berdasarkan pengaruhnya

terhadap kondisi perikanan tangkapdi Kabupaten Cilacap pada kolom nomor

3. Rentang nilai pada rating ialah 1 artinya lemah, 2 artinya cukup lemah, 3

artinyai cukup kuat serta 4 yang berarti kuat. Selanjutnya, bobot dengan rating

dikalikan dan hasilnya ialah skor untuk masing-masing faktor dengan nilai

yang beragam. Selanjutnya menghitung jumlah total skor pembobotan pada

tiap faktor eksternal maupun internal. Setelah itu dilakukanlah pembuatan


31

matriks SWOT yang menjelaskan strategi alternatif apa yang dapat

dilakukan.

2. Analisis data pada tahap selanjutnya yaitu tahap merumuskan strategi. Pada

tahapan ini dilakukan perumusan strategi dengan menggunakan matriks

SWOT tersebut. Matriks tersebut dapat menggambarkan secara jelas

bagaimana faktor eksternal (peluang serta ancaman) yang dihadapin

perusahaan dapat disesuaikan dengan faktor internal (kekuatan dan

kelemahan) yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Matriks Analisis SWOT

tersaji dalam tabel 5.

Tabel 5. Matriks Analisis SWOT


Internal
Strength (S) (Weakness)
Eksternal
Menentukan 5 Menentukan 5
hingga 10 factor hingga 10 factor
kekuatan internal kelamahan internal
Strategi SO Strategi WO
Opportunities (O)
Menciptakan strategi Menciptakan strategi yang
Menentukan 5 menggunakan kekuatan meminimalkan dari
hingga 10 factor untuk memanfaatkan dari kelemahan untuk
peluang dari peluang memanfaatkan
eksternal peluang
Strategi ST Strategi WT
Treathes (T)
Menentukan 5 Menciptakan strategi Menciptakan strategi
hingga 10 menggunakan kekuatan untuk meminimalkan
factor ancaman untuk mengatasi dari kelemahan dalam
dari eksternal ancaman menghindari ancaman
Sumber: Rangkuti, 2015.

• Strategi Strength Opportunities atau SO dibuat berdasar jalan pikiran

perusahaan dengan memanfaatkan seluruh kekuatan peluang sebesar-

besarnya.

• Strategi Strength Treathes atau ST ialah strategi dengan menggunakan

kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.


32

• Strategi Weakness Opportunities atau WO memanfaatkan peluang yang ada

dengan meminimalkan kelemahan yang ada.

• Strategi Weakness Treathes atau WT kegiatan yang bersifat defensif dan

berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

3. Tahap pengambilan keputusan yaitu tahapan untuk menentukan strategi

pengembangan komoditas unggulan perikanan tangkap di Kabupaten

Cilacap.
33

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Kabupaten Cilacap

Kabupaten Cilacap berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia

yaitu WPP 573 yang berada di pantai selatan Jawa, yang potensi sumberdaya

ikannya melimpah. Luas wilayah dari Kabupaten Cilacap ialah 6,6% dari total

225.360,840 ha wilayah Jawa Tengah. Kecamatan di Kabupaten Cilacap

berjumlah 23 dengan 282 desa. Kabupaten Cilacap memiliki wilayah terluas di

antara kabupaten lainnya yang berada di Jawa Tengah. Garis pantai dari

Kabupaten Cilacap ialah 201.9 km, yang berhadapan langsung dengan Samudera

Hindia ± 105 km, serta garis pantai di perairan Segara Anakan ± 96.9 km,

sehingga menjadikan kabupaten Cilacap ini sebagai kontributor utama produk

perikanan di Provinsi Jawa Tengah.

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di kabupaten Cilacap berjumlah 10 yang

digunakan untuk mendukung produksi perikanan tangkap di perairan laut serta

terdapat 1 pelabuhan perikanan samudera. Menurut Sabagariang et al. (2011),

umumnya usaha perikanan laut dilakukan masyarakat bagian selatan yang dekat

dengan pesisir atau berada di tepi pantai. Nelayan di Kabupaten Cilacap pada

awalnya masih menggunakan alat tangkap yang sederhana kemudian di dalam

perkembangannya menangkap ikan laut sudah menggunakan alat yang modern,

sedangkan untuk memperlancar penangkapan ikan saat ini telah dibangun

beberapa TPI sebagai tempat memasarkan hasil tangkapan, baik TPI yang

berskala kecil maupun besar.


34

4.2. Kondisi Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap

Tiga sektor dari potensi perikanan yang dapat dikembangkan Kabupaten

Cilacap ialah perikanan darat, laut, dan perikanan sungai. Sesuai dengan letaknya

yang berada di pesisir utara Pulau Jawa, Kabupaten Cilacap merupakan salah satu

Kabupaten penghasil ikan. Kabupaten Cilacap memiliki 24 kecamatan yaitu di

Adipala, Bantarsari, Binangun, Cilacap Selatan, Cilacap Tengah, Cilacap Utara,

Cimanggu, Cipari, Dayeuhluhur, Gandrangmangu, Jeruklegi, Kampung

Laut,Karangpucung, Kawunganten, Kedungreja, Kesugihan, Kroya, Majenang,

Maos, Nusawungu, Patimuan, Sampang, Sidareja, dan Wanareja. Selain itu juga

didukung dengan adanya 1 Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) yaitu PPS

Cilacap dan 10 TPI diantaranya yaitu, TPI Jetis, TPI Menganti Kisik, TPI

Sentolokawat, TPI Padanarang, TPI Sidakaya, TPI Tegalkatilayu, TPI PPSC, TPI

Lengkong, TPI Kemiren, dan TPI Baterey.

Menurut Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap (2020), total RTP

Kabupaten Cilacap ialah 5.545 unit usaha. Jumlah tersebut terbagi menurut besar

dan ukuran kepemilikan kapal. Jumlah RTP tanpa perahu sebanyak 1.039 usaha

dan perahu tanpa motor sebanyak 429 unit, sedangkan RTP perahu motor tempel

sebanyak 3.681 usaha. Jumah ini terdiri dari jenis perahu katir sebanyak 2.978

usaha, jenis compreng (ukuran perahu 5-10 GT) sebanyak 703 usaha, perahu

dengan mesin duduk sebanyak 26 usaha. Kemudian RTP nelayan yang

menggunakan kapal motor sebanyak 369 usaha. Hal ini diperkuat oleh Djasmani

et al. (2010), yang menyatakan bahwa musim tangkap ikan dimulai pada bulan

Juli dan mencapai puncak pada bulan September serta musim paceklik pada bulan

November. Perikanan Cilacap penyumbang komoditas ekspor unggulan. Besarnya

volume dan nilai produksi dapat meningkatkan taraf hidup khususnya masyarakat
35

pesisir. Nelayan di Kabupaten Cilacap mulai mengembangkan peralatan

modern meskipun masih ada nelayan yang menggunakan peralatan penangkapan

tradisional. Menurut Cahyandi (2017), potensi produksi yang tinggi menjadikan

Cilacap daerah kontributor ekspor ikan. Sektor maritim melahirkan permintaan

pasar yang terus mengalami kenaikan. Sumberdaya pesisir yang dipunyai seperti

hutan mangrove tepat untuk dikembangkan kedepannya. Hal ini diperkuat jua oleh

Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap (2020), bahwa jumlah hasil laut di Kabupaten

Cilacap berasal dari pelabuhan sebesar 76%, kemudian TPI sebesar 20%, dan non

TPI sebesar 4%. Ikan hasil laut menurut jenis ikan yang tertangkap didominasi

hasil tangkapan pelagis kecil (jenis ikan layur) kemudian jenis molusca (cumi-

cumi), pelagis besar, serta binatang berkulit keras (udang-udangan).

4.2.1. Jumlah Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap

Produksi perikanan tangkap merupakan sejumlah ikan hasil tangkapan

nelayan yang didaratkan di TPI Kabupaten Cilacap yang dinyatakan dalam satuan

ton. Sedangkan nilai produksi merupakan jumlah produksi ikan dalam satuan

rupiah. Jumlah produksi dan nilai produksi tersaji pada tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap di


Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2020.
Tahun Produksi (Ton) Nilai Produksi (Rp)
2011 16.783,8 151.311.870
2012 22.963,1 279.237.742
2013 15.698,0 307.336.238
2014 13.815,5 171.070.406
2015 14.386,2 282.371.961
2016 13.176,9 286.362.835
2017 25.049,4 356.163.207
2018 29.695,5 404.444.940
2019 21.810,1 404.940.439
2020 25.245,1 460.519.436
Sumber: Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2020.
36

Jumlah Produksi
80000

Produksi (ton)
60000 22963,1
15698 29695
40000 16783,8 13815,5 25049 25245
14386,2 21810
Data Jumlah
20000 13176
Produksi
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Tahun

Gambar 2. Grafik Produksi Perikanan Tangkap di Kabupaten Cilacap Tahun


2011-2020
Sumber: Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2020.

Jumlah
Jumlah NilaiNilai Produksi
Produksi
Nilai Produksi

1.000.000.000
800.000.000
(juta)

307.336.238 460.519.436
279.237.742 282.371.961
600.000.000 404.444.940
356.163.207 404.940.439
171.070.406 286.362.835 Data
400.000.000151.311.870
Jumlah…
200.000.000
0
2011201220132014201520162017201820192020
Tahun

Gambar 3. Grafik Nilai Produksi Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap


Tahun 2011-2020
Sumber: Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2020.

Berdasarkan tabel 2 dan 3 jumlah produksi serta nilai produksi perikanan

tangkap di Kabupaten Cilacap mengalami fluktuasi dari tahun 2011 hingga 2020.

Jumlah produksi tertinggi terjadi pada tahun 2018 yaitu sebesar 29.695,5 ton

dengan nilai produksi Rp 404.444.940. Jumlah produksi terendah terjadi pada

tahun 2016 yaitu sebesar 13.176,9 ton dengan nilai produksi Rp 286.362.835.

Tetapi pada data produksi dapat di analisis bahwa semakin besar hasil produksi,

maka nilai produksi justru makin menurun, dimana teori hukum permintaan dan

penawaran terjadi. Jika permintaan barang serta jasa semakin meningkat

maka harga barang pun ikut turun pula, begitu sebaliknya. Jadi dapat dikatakan
37

bahwa hubungan antara permintaan dan harga pasar adalah berbanding terbalik.

Harga ikan yang sesuai dengan permintaan dan perekonomian masyarakat.

Kondisi cuaca yang sulit diprediksi dijadikan pertimbangan waktu melaut

berkaitan dengan keselamatan nelayan. Keseimbangan harga ikan turut terganggu

karena perubahan musim dan cuaca. Jumlah tangkapan ikan mengalami

penurunan sehingga dapat terjadi kenaikan harga. Stabilitas harga di pasar tolok

ukur kestabilan ekonomi nelayan. Menurut Anggara dan Muhammad (2019),

bahwa keadaan cuaca, gelombang dan intensitas curah hujan, dan angin kencang

menyebabkan nelayan menunda untuk melaut. Ini akan berdampak bagi hasil

tangkapan nelayan serta banyaknya trip penangkapan. Data jumlah produksi dan

nilai produksi perikanan tangkap Kabupaten Cilacap menggambarkan bahwa

Kabupaten Cilacap memiliki potensi perikanan tangkap yang sangat besar. Jumlah

produksi perikanan tangkap dapat menjadi sumber pendapatan daerah dan

meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan sehingga produksi perikanan

tangkap memiliki peranan penting terhadap pengembangan ekonomi maupun

sosial di Kabupaten Cilacap.

4.2.2. Jumlah Nelayan

Kabupaten Cilacap merupakan daerah yang sebagian wilayahnya berada di

pesisir pantai sehingga sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan.

Nelayan adalah orang yang kesehariannya bekerja melakukan operasi

penangkapan ikan atau binatang air lainnya. Nelayan Kabupaten Cilacap terdiri

dari nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan – nelayan di Kabupaten

Cilacap menggunakan berbagai jenis kapal dan alat tangkap sesuai dengan
38

kemampuan yang dimiliki. Data jumlah nelayan di Kabupaten Cilacap tersaji pada

tabel 7.

Tabel 7. Jumlah Nelayan Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2020


Tahun Jumlah Nelayan (Orang)
2011 15.882
2012 14.774

2013 13.583

2014 12.149
2015 13.607
2016 13.314

2017 14.258
2018 17.500

2019 18.890
2020 17.380

Sumber: Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2020.

Berdasarkan data jumlah nelayan di Kabupaten Cilacap dapat diperoleh

informasi bahwa, usaha perikanan tangkap masih menjadi andalan bagi

masyarakat pesisir untuk mendapatkan penghasilan. Diketahui bahwa jumlah

nelayan di Kabupaten Cilacap dari tahun 2011-2020 mengalami fluktuatif, namun

pada tahun 2019 mengalami peningkatan jumlah nelayan dari tahun tahun

sebelumnya yaitu 18.890 orang. Berdasarkan data hasil wawancara dengan

nelayan di Kabuaten Cilacap, nelayan kebanyakan sudah berkeluarga. Sebagian

besar usia dari nelayan ialah 30 – 65 tahun. Sebagian besar penduduk yang masih

muda (usia <30 tahun) memilih untuk bekerja pada sektor industri, mengingat

Kabupaten Cilacap juga merupakan daerah perindustrian.

Jumlah nelayan yang menamatkan pendidikan SMA persentasenya hanya

6,8%. Semakin banyak jumlah anggota keluarga yang tidak produktif maka
39

semakin besar pula beban yang harus ditanggung oleh anggota keluarga yang

produktif. Hal ini diperkuat oleh Nurjannah (2020), dimana mata pencaharian

masyarakat pesisir biasanya memiliki karakteristik yaitu sebagai nelayan. Dengan

adanya program pemberdayaan masyarakat pesisir niscaya akan memberikan

pembangunan sumber daya pesisir secara komprehensif. SDA yang mampu

mengella sumberdaya lingkungan laut dan pesisir merupakan salah satu gagasan

dari proses pemberdayaan.

4.2.3. Jumlah Armada Penangkapan Ikan

Armada penangkapan ikan bervariasi tergantung ukuran skala usaha dan

jenis alat tangkap yang digunakan. Kapal penangkap ikan merupakan kapal yang

digunakan dalam kegiatan operasi penangkapan ikan. Kapal penangkap ikan di

Kabupaten Cilacap terdiri dari kapal motor tempel dan kapal motor. Total armada

penangkapan berkemungkinan mengalami fluktuasi karena berbagai faktor seperti

perubahan skala usaha nelayan dan perpindahan daerah penangkapan ikan.

Jumlah armada penangkapan ikan menurut ukuran kapal dan jenis mesin kapal di

Kabupaten Cilacap tahun 2011-2020 tersaji dalam pada tabel 8 berikut:

Tabel 8. Jumlah Armada Penangkapan Ikan di Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2020


Armada
Motor Motor Motor Kapal Kapal Kapal Perahu
No Tahun Tempel Tempel Tempel Motor Motor Motor Tanpa
< 5 GT 5-10 GT 10-20 GT 10-20 GT 20-30 GT >30 GT Motor

1 2011 2.552 545 76 240 213 102 182


2 2012 2.673 567 76 250 213 102 182
3 2013 2.574 578 77 250 213 102 182
4 2014 2.584 585 78 270 213 102 182
5 2015 2.534 614 78 235 213 80 182
6 2016 2.534 614 78 235 213 80 182
40

Lanjutan Tabel 8. Jumlah Armada Penangkapan Ikan di Kabupaten Cilacap


Tahun 2011-2020
7 2017 2.534 614 78 235 213 80 182
8 2018 2.534 614 78 235 213 80 182
9 2019 3.470 1.124 78 235 213 105 331
10 2020 3.470 1.124 78 235 213 105 331

Total 27.459 6.426 775 2.420 2.130 938 2.118


Sumber: Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2020.
3.500

3.000

Motor Tempel <5 GT


2.500 Motor Tempel 5-10 GT
Motor Tempel 10-20 GT
2.000
Kapal Motor 10-20 GT
Kapal Motor 20-30 GT
1.500
Kapal Motor <30 GT
Perahu Tanpa Motor
1.000

500

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 4. Grafik Armada Penangkapan di Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2020


Sumber: Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2020.

Berdasarkan tabel 4 jumlah seluruh armada penangkapan ikan di Cilacap

mengalami kenaikan pada tahun 2019. Armada penangkapan ikan terdistribusi ke

dalam beberapa ukuran dan jenis mesin kapal. Perahu motor tempel < 5 GT

dominan digunakan nelayan sementara itu motor tempel 10-20 GT berjumlah

paling sedikit. Penggunaan perahu motor tempel < 5 GT berbahan fiberglass

untuk penangkapan maksimal satu hari penuh dengan jarak lokasi fishing ground

tidak jauh. Penggunaan perahu kecil tidak membutuhkan biaya operasional dan

perawatan yang mahal. Menurut Syahputra dan Fitri (2020), nelayan kecil

menggunakan kapal kurang dari 10 GT dengan tujuan menangkap ikan untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Alat tangkap sederhana, fasilitas mesin

diesel sehingga jangkauan wilayah penangkapan ikan lebih jauh.


41

Kapal-kapal kecil biasa digunakan untuk mengoperasikan alat tangkap gill

net, trammel net dan sebagainya yang tidak memerlukan waktu lama dalam satu

kali trip. Sedangkan kapal besar biasanya memiliki alat tangkap longline dan

purse seine. Kelebihan dari armada penangkapan bahan fiberglass apabila

dibandingkan dengan kapal yang terbuat dari kayu ialah, bahan dari fiberglass

lebih tahan dari pelapukan masa pakai atau usia kapal dari bahan fiberglass tentu

lebih tahan lama. Perawatan kapal dari fiber jua lebih minim dan mudah. Hal ini

diperkuat oleh Yulianto (2010) dimana pemakaian dari fiberglass sebagai material

bangunan kapal mempunyai beberapa keuntungan yakni:

1) Tidak mudah berkarat serta daya serap air kecil;

2) Perbaikan dan pemeliharaan mudah, dan jua proses pengerjaannya cepat;

3) Tidak memerlukan pengecatan, karena pigmen/warna telah dicampurkan

pada bahan (gelcoat) pada saat laminasi; dan

4) Dengan displacement yang sama, bahan fiberglass memiliki konstruksi

yang lebih ringan.

4.2.4. Jumlah Alat Penangkap Ikan

Alat tangkap digunakan nelayan sebagai sarana produksi. Jenis alat tangkap

disesuaikan dengan jenis target dan daerah penangkapan. Jumlah alat penangkap

ikan di Kabupaten Cilacap tersaji dalam grafik berikut ini :


42

Gambar 5. Grafik Jumlah dan Jenis Alat Tangkap


Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2020.

Berdasarkan gambar 5 jumlah alat penangkap ikan di Kabupaten Cilacap,

jenis alat tangkap yang tersedia yaitu pukat kantong (dogol dan payang), alat

tangkap penggaruk (penggaruk berkapal dan tanpa kapal), jaring insang (jaring

insang tetap, hanyut, lingkar, berlapis, dan klitik), pancing (rawai dasar, rawai

tuna, rawai cucut, dan tonda), perangkap (set net, bubu, bubu bersayap, jermal,

dan pengerih), serta jala tebar dan tombak. Jumlah alat tangkap tertinggi di

Kabupaten Cilacap adalah jaring insang sebanyak 6199 unit. Menurut Rifai et al.

(2019), jaring insang banyak digunakan oleh nelayan karena memiliki beberapa

keuntungan diantaranya mudah dioperasikan dan biayanya murah. Pengoperasian

tidak membutuhkan banyak tenaga dan peralatan sangat cocok untuk nelayan

kecil karena tidak memerlukan biaya pengoperasian tinggi sehingga biaya

produksi rendah.Alat tangkap pengumpul terhitung sejak tahun 2011 hingga 2018

jumlahnya tidak bertambah, yaitu hanya 74 alat tangkap, dan meningkat pada

tahun 2019 hingga 2020. Alat tangkap pengumpul berupa alat penangkap keong

(Pintur) dan alat penangkap kerang (Garuk). Alat tangkap di Kabupaten Cilacap
43

tiap tahunnya hanya mengalami peningkatan dan penurunan yang sedikit. Alat

tangkap pukat hela dan pancing jumlahnya tidak berdeda jauh. Banyaknya alat

tangkap di suatu daerah dapat dipengaruhi oleh skala usaha penangkapan nelayan,

target tangkapan, serta daerah penangkapan. Pemilihan jenis dari alat tangkap ikan

juga berkaitan dengan kemampuan dan pengalaman nelayan sebelumnya. Secara

langsung jenis alat tangkap menentukan produksi dan pendapatan nelayan.

4.3. Analisis Data Penentuan Komoditas Unggulan

4.3.1. Analisis Location Quotient (LQ)

Analisis LQ digunakan untuk menentukan sektor basis dan non basis di

Kabupaten Cilacap. Sektor basis merupakan sektor disuatu daerah yang telah

berperan besar dalam perkembangan perekonomian wilayah tersebut. Terdapat 2

kategori nilai LQ yaitu LQ > 1 maka jenis ikan itu merupakan komoditas basis, nilai

LQ < 1 maka jenis ikan itu merupakan komoditas non basis. Hasil Analisis Data

LQ Kabupaten Cilacap tahun 2011-2020 tersaji pada tabel 9.

Tabel 9. Hasil Perhitungan Analisis LQ Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten


Cilacap Tahun 2011-2020.
NO. Jenis Ikan Nama Latin Nilai LQ Keterangan
Katsuwonus
1 Cakalang 2,97 BASIS
pelamis
2 Cumi-Cumi Loligo vulgaris 1,81 BASIS
Netuma
3 Manyung 0,39 NON BASIS
thalassina
Pennahia
4 Gulamah 2,32 BASIS
macrocephalus
Caranx
5 Kuwe 1,15 BASIS
sexfasciatus
Parastromateus
6 Bawal Hitam 0,52 NON BASIS
niger
Pampus
7 Bawal Putih 2,19 BASIS
argentus
44
Lanjutan Tabel 9. Hasil Perhitungan Analisis LQ Komoditas Perikanan Tangkap
Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2020.
Dussumieria
8 Siro 1,04 BASIS
acuta
Coryphaena BASIS
9 Lemadang 3,65
hippurus
Auxis rochei
10 Lisong 2,41 BASIS
rochei
Rastrelliger
11 Kembung 1,98 BASIS
kanagurta
Acanthocybium
12 Tenggiri 0,52 NON BASIS
solandri
Katsuwonus
13 Albakor 6,16 BASIS
pelamis
Thunnus
14 Madidihang 4,58 BASIS
albacares
Tuna Mata Thunnus
15 3,68 BASIS
Besar obesus
Trichlurus
16 Layur 1,50 BASIS
lepturus
Udang Parapena
17 2,86 BASIS
Krosok sculptilis
Udang Penaeus
18 1,93 BASIS
Jerbung merguiensis
Metapenaeus
19 Udang Dogol 1,07 BASIS
monoceros
Cucut Carcharhinus
20 2,42 BASIS
Lanyam falciformis
21 Ikan Sebelah Psettadodidae 1,87 BASIS
Pleuronectus
22 Ikan Lidah 3,07 BASIS
spp
Setuhuk Makaira
23 3,37 BASIS
Hitam mazarra
24 Peperek Lethrinus spp 0,06 NON BASIS
Portunus
25 Rajungan 0,44 NON BASIS
pelagicus
26 Belanak Mugil cephalus 0,41 NON BASIS
Katsuwonus
27 Japuh 0,93 NON BASIS
pelamis
28 Teri Cypselurus spp 0,21 NON BASIS
Nemimterus
29 Kurisi 0,16 NON BASIS
hexodon
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021.

Berdasarkan data pada tabel selama tahun 2011-2020 terdapat 29 jenis ikan

yang ditangkap oleh nelayan di Kabupaten Cilacap dan tercatat oleh Dinas

Perikanan Kabupaten Cilacap. Hasil olah data location quotien (lQ) Kabupaten
45

Cilacap tahun 2011-2020 menunjukkan bahwa terdapat 20 jenis ikan yang

menghasilkan nilai LQ > 1 diantaranya yaitu ikan cakalang, cumi-cumi, gulamah,

kuwe, bawal putih, siro, lemadang, lisong, kembung, albakor, madidihang, tuna

mata besar, layur, udang krosok, udang jerbung, udang dogol, cucut lanyam, ikan

sebelah, ikan lidah, dan setuhuk hitam dengan nilai LQ tertinggi sebesar 6,16 pada

tuna albakor. Dua puluh jenis ikan tersebut dapat dikatakan komoditas basis

perikanan tangkap Kabupaten Cilacap yang artinya kebutuhan jenis ikan tersebut

untuk masyarakat Kabupaten Cilacap sudah terpenuhi sehingga jenis ikan tersebut

dapat diekspor dan didistribusikan ke luar wilayah Kabupaten Cilacap. Hal ini

dikarenakan Kabupaten Cilacap telah memenuhi kebutuhan komoditas tersebut di

wilayahnya dan berpotensi untuk diekspor ke luar wilayah Cilacap sehingga dapat

memberikan dampak positif terhadap pendapatan sektor perikanan tangkap yang

kemudian dapat mempengaruhi peningkatkan pertumbuhan nilai ekonomi

Kabupaten Cilacap. Hal ini diperkuat oleh Budiharsono (2001) yang menyatakan

bahwa inti dari model ekonomi basis adalah arah dan pertumbuhan suatu wilayah

ditentukan oleh ekspor wilayah tersebut. Ekspor tersebut berupa barang dan jasa

termasuk tenaga kerja. Sektor basis dan sektor non basis mempunyai hubungan

dengan permintaan diluar wilayah

Jenis ikan yang merupakan komoditas basis perikanan tangkap

diindikasikan memiliki peranan penting terhadap perekonomian di Kabupaten

Cilacap. Hal ini dikarenakan Kabupaten Cilacap telah memenuhi kebutuhan

komoditas tersebut di wilayahnya dan berpotensi untuk diekspor ke luar wilayah

Cilacap sehingga dapat memberikan dampak yang positif terhadap pendapatan

sektor perikanan tangkap yang kemudian dapat mempengaruhi peningkatan dari


46

pertumbuhan nilai ekonomi Kabupaten Cilacap. Menurut Budiharsono (2001),

model ekonomi basis ialah petunjuk dari pertumbuhan suatu wilayah/daerah

ditentukan oleh ekspor wilayah tersebut. Ekspor tersebut berupa barang dan jasa

termasuk tenaga kerja. Sektor basis dan sektor non basis mempunyai hubungan

dengan permintaan diluar wilayah.

Penggunaan location quotient untuk menentukan komoditas unggulan

perikanan tangkap memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya yaitu analisis

LQ ialah analisa sederhana yang menunjukkan dari struktur perekonomian suatu

daerah/wilayah, industri atau product yang dapat dikembangkan untuk ekspor

serta tidak memerlukan program pengolahan data yang rumit. Sedangkan

kelemahannya yaitu merupakan kesimpulan sementara dan tidak memperhatikan

struktur ekonomi setiap daerah. Selain itu, keakuratan data menjadi kelemahan

dalam penggunaan analisis ini karena adanya kemungkinan hasil tangkapan yang

tidak tercatat akibat nelayan langsung menjual hasil tangkapan di luar TPI

sehingga menyebabkan pengumpulan data yang sangat sulit dilakukan dilapangan.

4.3.2. Analisis Shift Share (SS)

Analisis SS digunakan untuk menentukan sektor-sektor yang berkembang

disuatu daerah dengan melakukan perbandingan perkembangan ekonomi daerah

lainnya dalam hal ini adalah penentuan komoditas yang berkembang di

Kabupaten Cilacap dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah sebagai daerah

pembanding. Terdapat beberapa komponen dalam analisis SS diantaranya yaitu

komponen net shift, dan komponen differential shift. Hasil perhitungan komponen

net shift tersaji pada tabel 10.


47

Tabel 10. Komponen Share Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap


Tahun 2011-2020.
No. Tahun Yjo Yjt Gj
1. 2011-2012 8.946,46 10.441,68 1495,22
2. 2012-2013 10.441,68 11.671,56 1229,88
3. 2013-2014 11.671,56 6.269,75 -5401,81
4. 2014-2015 6.269,75 6.736,98 467,23
5 2015-2016 6.736,98 8439,89 1702,91
6 2016-2017 8439,89 6164,44 -2275,45
7 2017-2018 6164,44 7173,32 1008,88
8 2018-2019 7173,32 15235,56 8062,24
9 2019-2020 15235,56 9511,4 -5724,16
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021.

Tabel 11. Komponen Regional Share Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten


Cilacap Tahun 2011-2020.
No. Tahun Yjo Yo Yt Yt/Yo Yjo(Yt/Yo) Nj
1. 2011-2012 8.946,46 40.611,10 42.768,10 1,053 9.421,64 475,18
2. 2012-2013 10.441,68 42.768,10 43.852,90 1,025 10.706,53 264,85
3. 2013-2014 11.671,56 43.852,90 38.238,73 0,872 10.177,33 -1494,23
4. 2014-2015 6.269,75 38.238,73 67.848,10 1,774 11.124,60 4854,85
5 2015-2016 6.736,98 67.848,10 72822,2 1,073 7.230,89 493,90
6 2016-2017 8.439,89 72822,2 107154,48 1,471 12.418,91 3979,02
7 2017-2018 6.164,44 107154,48 111200,22 1,038 6.397,19 232,75
8 2018-2019 7.173,32 111200,22 67981,63 0,611 4.385,37 -2787,95
9 2019-2020 15.235,56 67981,63 32468,07 0,478 7.276,51 -7959,05
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021.

Tabel 12. Hasil Perhitungan Komponen Net Shift Komoditas Perikanan


TangkapKabupaten Cilacap Tahun 2011-2020.
No. Tahun Gj Nj (Gj-Nj)
1. 2011-2012 1495,22 475,18 1020,04
2. 2012-2013 1229,88 264,85 965,03
3. 2013-2014 -5401,81 -1494,23 -3907,58
4. 2014-2015 467,23 4854,85 -4387,62
5 2015-2016 1702,91 493,90 1209,00
6 2016-2017 -2275,45 3979,02 -6254,47
7 2017-2018 1008,88 232,75 776,13
8 2018-2019 8062,24 -2787,95 10850,19
9 2019-2020 -5724,16 -7959,05 2234,89
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021.
48

Berdasarkan hasil perhitungan komponen net shift pada tahun 2013-2015,

dan 2016-2017 menunjukkan angka negatif yang berarti pertumbuhan produksi di

Kabupaten Cilacap lebih lambat apabila berbanding dengan pertumbuhan produksi

di Jawa Tengah. Sedangkan pada tahun 2011-2012 dan 2017-2020 komponen net

shift menunjukkan angka yang + artinya pertumbuhan produksi di Kabupaten

Cilacap lebih cepat dibanding Provinsi Jawa Tengah.

Perhitungan komponen differential shift digunakan untuk mengetahui

pertumbuhan jenis ikan di Kabupaten Cilacap dibandingkan dengan pertumbuhan

jenis ikan yang sama di Provinsi Jawa Tengah. Apabila nilai komponen

differential shift lebih besar dari satu maka pertumbuhan jenis ikan di Kabupaten

Cilacap lebih cepat daripada Provinsi Jawa Tengah sedangkan apabila nilai

komponen differential shift kurang dari satu maka pertumbuhan jenis ikan di

Kabupaten Cilacap lebih lambat daripada Provinsi Jawa Tengah. Hasil dari

Perhitungan komponen differential shift tersaji dalam tabel 13.

Tabel 13. Hasil Perhitungan Komponen Differential Shift Komoditas Perikanan


Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2020.
No Jenis Ikan Nama Latin Nilai DJ Keterangan
Katsuwonus
1 Cakalang 3,55 CEPAT
pelamis
2 Cumi - cumi Loligo vulgaris 54,21 CEPAT
3 Manyung Netuma thalassina 8,91 CEPAT
Pennahia
4 Gulamah -74,48 LAMBAT
macrocephalus
5 Kuwe Caranx sexfasciatus -5,02 LAMBAT
Parastromateus
6 Bawal Hitam -96,70 LAMBAT
niger
7 Bawal Putih Pampus argentus 4,77 CEPAT
8 Siro Dussumieria acuta -156,16 LAMBAT
Coryphaena
9 Lemadang 25,87 CEPAT
hippurus
10 Lisong Auxis rochei rochei -143,51 LAMBAT
Rastrelliger
11 Kembung -32,86 LAMBAT
kanagurta
49
Lanjutan Tabel 13. Hasil Perhitungan Komponen Differential Shift Komoditas
Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2020.

Acanthocybium
12 Tenggiri -233,86 LAMBAT
solandri
Katsuwonus
13 Albakor -5,61 LAMBAT
pelamis
14 Madidihang Thunnus albacares -22,56 LAMBAT
Tuna Mata Thunnus obesus
15 41,85 CEPAT
Besar
16 Layur Trichlurus lepturus 11,59 CEPAT
17 Udang Krosok Parapena sculptilis -79,05 LAMBAT
Penaeus
18 Udang Jerbung 13,62 CEPAT
merguiensis
Metapenaeus
19 Udang Dogol -229,30 LAMBAT
monoceros
Carcharhinus
20 Cucut Lanyam 2,04 CEPAT
falciformis
21 Ikan Sebelah Psettadodidae -45,55 LAMBAT
22 Ikan Lidah Pleuronectus spp -32,37 LAMBAT
23 Setuhuk Hitam Makaira mazarra -31,38 LAMBAT
24 Peperek Lethrinus spp -5,89 LAMBAT
25 Rajungan Portunus pelagicus -257,33 LAMBAT
26 Belanak Mugil cephalus -23,00 LAMBAT
Katsuwonus
27 Japuh -7,52 LAMBAT
pelamis
28 Teri Cypselurus spp 38,60 CEPAT
Nemimterus
29 Kurisi -60,35 LAMBAT
hexodon
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021.

Berdasarkan tabel hasil perhitungan komponen differential shift pada

analisis SS di Kabupaten Cilacap tahun 2011-2020 dapat diketahui bahwa jenis

ikan yang mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat apabila dibandingkan dengan

pertumbuhan jenis ikan yang sama di Provinsi Jawa Tengah adalah cakalang,

cumi-cumi, manyung, bawal putih, lemadang, tuna mata besar, layur, udang

jerbung, cucut lanyam, dan ikan teri. Jenis ikan tersebut menunjukkan hasil

perhitungan differential shift positif maka jenis ikan tersebut mempunyai

keunggulan komparatif, terkonsentrasi dan memiliki daya saing yang lebih

unggul/tinggil apabila dibandingkan dengan jenisikan yang sama di Provinsi Jawa


50

Tengah. Menurut Hidayat dan Darwin (2017), sekto- sektor di suatu daerah yang

Differential Shift menunjukkan angka positif maka mempunyai keunggulan

komparatif di sektor yang sama di Kabupaten/Kota lain. Sektor yang mempunyai nilai

D positif jua merupakan sektor terkonsentrasi, memiliki pertumbuhan yang lebih

cepat apabila dengan daerah lainnya, dan memiliki daya saing yang tinggi.

Nilai SS tertinggi terdapat pada cumi-cumi dengan nilai differential shift

tertinggi sebesar 54,21. Nilai tersebut menunjukkan bahwa cumi-cumi di

Kabupaten Cilacap mengalami pertumbuhan produksi serta daya saing yang

cukup tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan produksi cumi-cumi di

ProvinsiJawa Tengah. Cumi merupakan target tangkapan utama dari alat tangkap

pancing cumi yang mayoritas dioperasikan dengan menggunakan kapal 21-30 GT.

Pada tahun 2017, production perikanan cumi mencapai 987,9 ton, kemudian pada

tahun 2018 hingga bulan oktober peningkatan terjadi hingga 2.050,5 ton. Dengan

adanya potensi perikanan cumi yang tinggi di Cilacap, membuat nelayan pada

saat musimnya beralih untuk menangkap cumi.

4.3.3. Analisis Spesialization Indeks (SI)

Analisis SI ialah analisa yang digunakan untuk mengetahui jenis ikan apa

saja yang memiliki spesialisasi di Kabupaten Cilacap. Nilai SI dihitung

berdasarkan presentase perbandingan antara jumlah produksi perikanan tangkap di

Kabupaten Cilacap dengan Provinsi Jawa Tengah. Apabila nilai SI >1 maka

produk perikanan tangkap terspesialisasi di Kabupaten Cilacap sedangkan SI <1

artinya produk perikanan tangkap tidak terspesialisasi di Kabupaten Cilacap.

Berikut tersaji tabel hasil perhitungan analisis SI Kabupaten Cilacap tahun 2011-

2020.
51
Tabel 14. Hasil Perhitungan Analisis SI Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten
Cilacap Tahun 2011-2020.
No. Jenis Ikan Nama Latin Nilai SI Keterangan
1 Cakalang Katsuwonus pelamis 5,43% TERSPESIALISASI
2 Cumi - cumi Loligo vulgaris 1,13% TERSPESIALISASI
3 Manyung Netuma thalassina -4,17% TIDAK TERSPESIALISASI
Pennahia
4 Gulamah 5,72% TERSPESIALISASI
macrocephalus
5 Kuwe Caranx sexfasciatus 0,051% TIDAK TERSPESIALISASI
6 Bawal Hitam Parastromateus niger -2,51% TIDAK TERSPESIALISASI
7 Bawal Putih Pampus argentus 0,82% TIDAK TERSPESIALISASI
8 Siro Dussumieria acuta -1,74% TIDAK TERSPESIALISASI
9 Lemadang Coryphaena hippurus 2,32% TERSPESIALISASI
10 Lisong Auxis rochei rochei 2,11% TERSPESIALISASI
11 Kembung Rastrelliger kanagurta 1,15% TERSPESIALISASI
12 Tenggiri Acanthocybium solandri -2,95% TIDAK TERSPESIALISASI
13 Albakor Katsuwonus pelamis 5,55% TERSPESIALISASI
14 Madidihang Thunnus albacares 4,96% TERSPESIALISASI
Tuna
15 Thunnus obesus 7,27% TERSPESIALISASI
Mata Besar
16 Layur Trichlurus lepturus 2,18% TERSPESIALISASI
17 Udang Krosok Parapena sculptilis 3,93% TERSPESIALISASI
18 Udang Jerbung Penaeus merguiensis 1,66% TERSPESIALISASI
Metapenaeus
19 Udang Dogol -2,37% TIDAK TERSPESIALISASI
monoceros
Carcharhinus
20 Cucut Lanyam 1,18% TERSPESIALISASI
falciformis
21 Ikan Sebelah Psettadodidae 0,49% TIDAK TERSPESIALISASI
22 Ikan Lidah Pleuronectus spp 1,01% TERSPESIALISASI
TIDAK
23 Setuhuk Hitam Makaira mazarra 0,70%
TERSPESIALISASI
TIDAK
24 Peperek Lethrinus spp -12,80%
TERSPESIALISASI
TIDAK
25 Rajungan Portunus pelagicus -6,06%
TERSPESIALISASI
TIDAK
26 Belanak Mugil cephalus -1,35%
TERSPESIALISASI
TIDAK
27 Japuh Katsuwonus pelamis -0,11%
TERSPESIALISASI
28 Teri Cypselurus spp -8,46% TIDAK
TERSPESIALISASI
TIDAK
29 Kurisi Nemimterus hexodon -5,17
TERSPESIALISASI
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021
52

Berdasarkan tabel 14 diketahui bahwa 14 jenis ikan termasuk kedalam

kategori spesialisasi yakni cakalang, cumi-cumi, gulamah, lemadang, lisong,

kembung, albakor, madidihang, tuna mata besar, layur, udang krosok, udang

jerbung, cucut lanyam, dan ikan lidah. Hal ini dikarenakan nilai dari hasil SI

analisis SI dari 14 jenis ikan tersebut diatas 1%. Nilai spesialisasi terbesar adalah

tuna mata besar yakni 7,27%. Hal ini disebabkan produksi 14 jenis ikan tersebut

paling besar tiap tahunnya dibanding dengan jenis ikan lainnya. Penangkapan

tuna mata besar lebih dominan banyak tertangkap di Perairan Samudera Hindia

bagian Selatan Jawa dan sedikit di perairan Samudera Hindia bagian Barat Daya

Jawa. Tuna mata besar di tangkap menggunakan alat tangkap tuna longline.

Menurut Riswanto (2012), di Indonesia ikan tuna mata besar banyak tertangkap di

perairan selatan jawa, sebelah barat daya Sumatera Selatan, Bali, Nusa Tenggara,

Laut Banda, dan laut Maluku.

Jenis ikan di Kabupaten Cilacap yang termasuk kedalam kategori non

spesialisasi karena nilai SI <1% adalah manyung, kuwe, bawal hitam, bawal

putih, siro, tenggiri, udang dogol, ikan sebelah, setuhuk hitam, peperek, rajungan,

belanak, japuh, teri, dan kurisi. Hal ini disebabkan masih rendahnya produksi 15

jenis ikan lainnya sehingga tidak terjadinya spesialisasi relatif dibandingkan

produksi Provinsi Jawa Tengah.

Hidayat dan Darwin (2017) memperkuat bahwa Spesialisasi Indeks (SI)

ialah metode analisis yang memperkuat dari metode Location Quotient atau LQ.

Dengan teknik Spesialisasi Indeks dapat menunjukkan bahwa suatu wilayah

tersebut cenderung memiliki aktivitas yang terdiversifikasi atau cenderung

memiliki aktivitas yang tidak terspesialisasi.


53

4.3.4. Komoditas Unggulan Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap

Tingginya kontribusi produksi perikanan tangkap Kabupaten Cilacap

terhadap Provinsi Jawa Tengah menggambarkan bahwa Kabupaten Cilacap

merupakan kabupaten penghasil ikan di Provinsi Jawa Tengah. Jenis ikan hasil

tangkapan Kabupaten Cilacap sangat beragam, hal ini terlihat dari jenis alat

tangkap dan armada penangkapan ikan yang juga bervariasi. Sehingga Kabupaten

Cilacap memiliki potensi perikanan tangkap yang dapat dikembangkan. Salah

satunya dengan menentukan komoditas unggulan. Dari sisi penawaran, komoditas

ikan unggulan dicirikan oleh superioritas dalam pertumbuhan pada kondisi

biofisik, teknologi, dan sosial ekonomi nelayan yang dapat dijadikan andalan

untuk meningkatkan pendapatan. Penentuan komoditas ikan unggulan di suatu

daerah merupakan langkah awal menuju pembangunan dan pengelolaan perikanan

tangkap yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif

dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan.

Komoditas unggulan perikanan tangkap ditentukan melalui analisis LQ,

SS, dan analisis SI. Apabila dari ketiga analisis tersebut bernilai positif maka

termasuk kedalam komoditas unggulan. Hal ini diperkuat oleh Mudzakir dan

Danta (2012), dimana apabila nilai LQ, SS dan SI positif, maka jenis ikan tersebut

ialah komoditas basis. Komoditas basis terjadi apabila nilai LQ lebih besar dari

satu karena produksinya memenuhi kebutuhan di wilayah sendiri serta mampu

memberikan suplai keluar daerah. Apabila nilai dari Dj ialah positif maka

mengidentifikasikan komoditas ikan tersebut tumbuh dengan cepat di Kabupaten

Cilacap. Terspsialisasikannya komoditas tersebut jua menunjukan adanya nilai SI

yang positif. Hasil analisis data LQ, SS, SI Komoditas Perikanan Tangkap

Kabupaten Cilacap Tahun 2011- 2020 tersaji dalam tabel 15.


54

Tabel 15. Hasil Analisis Data LQ, SS dan SI Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten
Cilacap Tahun 2011-2020.
NO. Jenis Ikan Nama Latin LQ SS SI KETERANGAN
Katsuwonus
1 Cakalang 2,97(+) 3,55(+) 5,44% (+) UNGGULAN
pelamis
2 Cumi - cumi Loligo vulgaris 1,81(+) 54,21(+) 1,14% (+) UNGGULAN
Netuma NON
3 Manyung 0,39(-) 8,91(+) -4,18% (-)
thalassina UNGGULAN
Pennahia
4 Gulamah 2,32(+) -74,4(-) 5,73% (+) POTENSIAL
macrocephalus
Caranx NON
5 Kuwe 1,15(+) -5,02 (-) 0,05% (-)
sexfasciatus UNGGULAN
Parastromateus NON
6 Bawal Hitam 0,52 (-) -96,7(-) -2,52% (-)
niger UNGGULAN
Pampus
7 Bawal Putih 2,19(+) 4,77(+) 0,83% (-) POTENSIAL
argentus
Dussumieria NON
8 Siro 1,04(+) -156,16(-) -1,74% (-)
acuta UNGGULAN
Coryphaena
9 Lemadang 3,65(+) 25,87(+) 2,32% (+) UNGGULAN
hippurus
Auxis rochei
10 Lisong 2,41(+) -143(-) 2,12% (+) POTENSIAL
rochei
Rastrelliger
11 Kembung 1,98(+) -32,8(-) 1,15% (+) POTENSIAL
kanagurta
Acanthocybium NON
12 Tenggiri 0,52 (-) -233(-) -2,96% (-)
solandri UNGGULAN
Katsuwonus
13 Albakor 6,16(+) -5,61(-) 5,55% (+) POTENSIAL
pelamis
Thunnus
14 Madidihang 4,58(+) -22,5(-) 4,97% (+) POTENSIAL
albacares
Tuna Mata Thunnus
15 3,68(+) 41,85(+) 7,28% (+) UNGGULAN
Besar obesus
Trichlurus
16 Layur 1,50(+) 11,59(+) 2,18% (+) UNGGULAN
lepturus
Udang Parapena
17 2,86(+) -79,0(-) 3,93% (+) POTENSIAL
Krosok sculptilis
Udang Penaeus
18 1,93(+) 13,62(+) 1,66% (+) UNGGULAN
Jerbung merguiensis
Metapenaeus NON
19 Udang Dogol 1,07(+) -229,30 -2,38% (-)
monoceros UNGGULAN
Cucut Carcharhinus
20 2,42(+) 2,04(+) 1,18% (+) UNGGULAN
Lanyam falciformis
NON
21 Ikan Sebelah Psettadodidae 1,87(+) -45,5(-) 0,49% (-)
UNGGULAN
Pleuronectus
22 Ikan Lidah 3,07(+) -32,3(-) 1,02% (+) POTENSIAL
spp
Setuhuk Makaira NON
23 3,37(+) -31,3(-) 0,70%(-)
Hitam mazarra UNGGULAN
55

Lanjutan Tabel 15. Hasil Analisis Data LQ, SS dan SI Komoditas Perikanan Tangkap
Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2020.
NON
24 Peperek Lethrinus spp 0,06(-) -5,89(-) -12,81% (-)
UNGGULAN
Portunus NON
25 Rajungan 0,44(-) -257(-) -6,06% (-)
pelagicus UNGGULAN
NON
26 Belanak Mugil cephalus 0,41(-) -23,0(-) -1,36% (-)
UNGGULAN
NON
27 Japuh Katsuwonus 0,93(-) -7,52(-) -0,11% (-)
UNGGULAN
pelamis
NON
28 Teri Cypselurus spp 0,21(-) 38,60(+) -8,47% (-)
UNGGULAN
29 Kurisi Nemimterus NON
0,16(-) -60,3(-) -5,17% (-)
hexodon UNGGULAN
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021.

Analisis Data LQ, SS dan SI dari tabel diatas yang menunjukkan

komoditas perikanan tangkap Kabupaten Cilacap tahun 2011-2020 diperleh tujuh

jenis ikan yang merupakan kategori komoditas unggulan yaitu cakalang, cumi-

cumi, lemadang, tuna mata besar, layur, udang jerbung, dan cucut lanyam.

Ketujuh jenis ikan tersebut sebut sebaga komuditas dikarenakan nilai LQ lebih

besar dari satu, SS lebih besar dari satu dan nilai SI yang jua lebih besar dari satu.

Hal tersebut menunjukkan bahwa produksi cakalang, cumi-cumi, lemadang, tuna

mata besar, layur, udang jerbung, dan cucut lanyam yang telah memenuhi dari

permintaan di Kabupaten Cilacap dan mampu melakukan suplai ke luar wilayah

Kabupaten Cilacap, selain itu jua pertumbuhan lebih cepat apabila dibandingkan

dengan pertumbuhan jenis ikan yang sama di Provinsi Jawa Tengah.

Jenis komuditas unggulan di Kabupaten Cilacap tersebut memiliki

perbedaan jika dibandingkan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan

oleh Mudzakir dan Agus (2006) yang berjudul “Analisis Location Questions (LQ)

dalam Penentuan Komuditas Ikan Unggulan Perikanan Tangkap Kabupaten

Cilacap”. Berdasarkan penelitian tersebut, jenis ikan yang termasuk komuditas

unggulan di Kabupaten Cilacap adalah cakalang, layur, cucut, udang, cumi-cumi,


56

kakap, bawal hitam, dan bawal putih. Adanya penggunaan metode analisis data

yang berbeda menjadi salah satu penyebab terjadinya perbedaan komoditas

unggulan perikanan tangkap di Kabupaten Cilacap. Komoditas unggulan pada

penelitian Mudzakir dan Agus (2006), didapatkan dengan metode analisis data

LQ. Selain itu, perbedaan tahun dan penggunaan data produksi perikanan tangkap

yang hanya menggunakan data selama 4 tahun terakhir (1999-2003) juga

mempengaruhi jenis ikan yang termasuk komoditas unggulan. Ketujuh ikan yang

termasuk kedalam jenis ikan yang terspesialisasi dan termasuk komuditas

unggulan pada tahun 2010-2020 merupakan pendorong dari pembangunan

ekonomi di Kabupaten Cilacap. Hal ini diperkuat oleh Aziz (2013) yang

menyatakan bahwa semakin tinggi permintaan luar wilayah dapat dipenuhi berarti

semakin tinggi pula aktivitas ekonomi lokal dan pertumbuhan ekonominya.

Terdapat jua komoditas ikan potensial selain komuditas unggulan yang ada di

Kabupaten Cilacap yaitu ikan gulamah, ikan bawal putih, ikan lisong, ikan

kembung, tuna albakor, tuna madidihang, udang krosok, serta ikan lidah. Hal ini

karena nilai positif yang di dapatkan yaitu nilai positif dari SS, LQ, maupun SI.

Komoditas potensial dapat dikembangkan menjadi komoditas unggulan dengan

meningkatkan jumlah produksi dari jenis ikan tersebut.

Cakalang, lemadang, tuna mata besar, dan cucut lanyam merupakan jenis

ikan pelagis besar sedangkan ikan layur merupakan jenis ikan pelagis kecil. Pada

jenis molusca terdapat cumi-cumi dan pada jenis binatang berkulit

keras/crustaceae terdapat udang jerbung. Tuna mata besar merupakan jenis ikan

pelagis besar yang memiliki nilai ekonomis penting dan jumlah produksinya selalu

lebih tinggi dibandingkan dengan jenis ikan lainnya di Kabupaten Cilacap. Selain

itu,harga jualnya cukup mahal serta wilayah pemasarannya juga mudah di akses
57

bahkan berorientasi ekspor. Hal ini diperkuat oleh Proctor et al. (2003), bahwa

perikanan tuna berkembang seiring dengan meningkatnya jumlah unit

penangkapan tuna. Kenaikan rata-rata unit penangkapan tuna secara keseluruhan

dari tahun 1991-2001 meningkat 10,25%, dengan rata-rata peningkatan produksi

tuna 8,4%. Pada tahun 2002 tuna dalam bentuk segar dan beku sekitar 18.011,5

ton diekspor ke negara-negara lain seperti Jepang, Malaysia, Jerman, dan

sebagainyaSehingga keempat jenis ikan ini dapat diberikan perhatian yang lebih

dalam pengelolaannya. Keempat jenis ikan pelagis besar tersebut banyak

dihasilkan di TPI PPSC yang merupakan TPI terbesar di Kabupaten Cilacap yang

memiliki fasilitas paling memadai dan pusat dari kapal yang memiliki ukuran

besar (lebih dari 30 GT).

Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan di Kabupaten Cilacap,

sebagian besar komoditas unggulan yang didaratkan di Kabupaten Cilacap

menggunakan kapal yang berukuran lebih dari 30 GT dengan menggunakan alat

tangkap longline, purse seine, dan handline. Selain itu, terdapat jua alat tangkap

gillnet, pancing cumi, serta trammel net yang digunakan untuk menangkap ikan

layur, cumi-cumi, serta udang jerbung. Di Kabupaten Cilacap ikan tuna

mengalami perkembangan yang baik, dan jua cukup potensial. Namun perlu

dilakukannya usaha perikanan tuna yang berkelanjutan secara efektif dan efisien.

Alat tangkap longline yang digunakan untuk menangkap tuna segar, operasi

penangkapannya tidak lebih dari 20 hari. Mengingat alat tangkap longline

biasanya di operasikan menggunakan kapal dibawah 100 GT.

Pancing cumi digunakan untuk menangkap cumi. Bentuk dari pancing

cumi cukup unik, berbeda dengan pancing lainnya, karena pancing cumi tidak
58

menggunakan umpan seperti pancing pada umumnya. Pancing cumi hampir sama

dengan umpan buatan karena berbentuk seperti ikan teri atau udang-udang kecil

yang membuat cumi lebih tertatik untuk mendakati alat tangkap tersebut. Karena

cumi termasuk hewan karnivora, dengan adanya pancing cumi yang mempunyai

warna kontras atau mentereng yang menyerupai mangsa dan bergerak kecil, hal

itulah yang membuat cumi lebih tertarik untuk memakannya. Cumi merupakan

hewan musiman untuk ditangkap, biasanya nelayan melakukan operasi

penangkapan selama satu hingga tiga bulan lamanya. Cuaca jua mendukung

adanya penangkapan cumi terhadap nelayan, jika cuaca mendukung, maka

nelayan pergi melakukan operasi penangkapan lebih lama, namun jika cuaca tidak

mendukung nelayan akan pulang dari melaut lebih cepat. Operasi penangkapan

cumi dilakukan di malam hari karena pada saat siang hari cumi berada di dasar

perairan dan pada malam hari cumi baru mencar mangsa. Ukuran kappa yang

digunakan untuk menangkap cumi berkisar 21 hingga 30 GT. Di dalam kapal,

biasanya dilengkapi dengan lampu remang, lampu sorot yang menjadi alat bantu

untuk menangkap cumi, karena cumi ialah hewan air yang tertarik terhadap

cahaya.

Trichiurus sp. atau ikan layur ialah ikan yang hidup di dasar perairan

dengan cara bergerombol yang merupakan target utama di Perairan Cilacap.

Layur adalah jenis ikan komuditas ekspor dan bernilai ekonomis. Hal ini

diperkuat oleh Patriana dan Satria (2013), bahwa ikan layur termasuk ikan

masiman yang periode pada musim penangkapannya ialah 6 bulan sekali. Cuaca
59

atau iklim sangat berpengaruh terhadap hasil tangkap ikan ini, apabila musim

layur tiba, ikan ini akan berdatangan dengan jumlah yang besar. Musim puncak

dari ikan layur di Perairan Cilacap sendiri ialah pada bulan April hingga

November. Bulan-bulan tersebut ialah musim timur yang biasanya kondisi

perairannya tenang dan angina tidak kencang. Waktu-waktu tersebutlah yang di

manfaatkan nelaya untuk melakukan penangkapan.

Hasil tangkapan yang diperoleh nelayan Cilacap biasanya disortasi di

atas kapal sebelum mereka menyandarkan kapal. Untuk upaya-upaya pengawetan

ikan, nelayan menggunakan es batu yang dimasukan kedalam basket yang telah

disediakan sebelumnya untuk menjaga kualitas dari hasil tangkapan. Hal yang

paling diperhatikan dalam distribusi hasil perikanan adalah mempertahankan

kondisi agar tetap dalam keadaan baik dan memiliki harga jual tinggi, sehingga

dapat mempengaruhi pendapatan nelayan. Hasil tangkapan trammel net di

distribusikan dengan cara, hasil tangkapan yang menjadi target utama pada jaring

trammel net yaitu udang jerbung (Panaeus merguiensis) dijual pada bakul besar

kemudian akan dipasarkan ke rumah makan ataupun restoran yang ada di daerah

Cilacap maupun di kirim ke Jakarta. Nelayan trammel net di Kabupaten Cilacap

lebih memilih langsung menjual hasil tangkapannya ke bakul daripada ke TPI,

dikarenakan TPI di Cilacap beroperasi sekitar jam 18.30 WIB. Waktu beroperasi

TPI yang menurut nelayan terlalu lama dan waktu tersebut digunakan oleh

nelayan untuk beristirahat. Lamanya proses tawar-menawar juga menyebabkan

menurunnya keinginan nelayan untuk melakukan transaksi di TPI. Hasil

tangkapan harus memiliki kualitas baik agar mendapatkan harga jual yang tinggi.
60

Komoditas potensial merupakan komoditas yang memiliki potensi untuk

dikembangkan karena keunggulan yang dimilikinya. Keunggulan yang dimiliki

berdasrkan ketersediaan sumberdaya. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan

di Kabupaten Cilacap memiliki 8 jenis ikan yang termasuk kedalam komoditas

potensial perikanan tangkap. Komoditas potensial perikanan tangkap diketahui

untuk mempermudah penentuan strategi peningkatan produksi perikanan tangkap

yang efisien dengan dilihat kemampuan sumberdayanya. Delapam jenis ikan ini

selanjutnya dirangking untuk dikembangkan/ditingkatkan produksinya.

Tabel 16. Ranking Komoditas Potensial Kabupaten Cilacap


NO. Jenis Ikan Nama Ilmiah LQ SS SI TOTAL RANKING
Pennahia
1 Gulamah 2,32 -74,48 5,73 -66,43 6
macrocephalus
Bawal Pampus
2 2,19 4,77 0,83 7,79 1
Putih argentus
Auxis rochei
3 Lisong 2,41 -143,5 2,12 -138,99 8
rochei
Rastrelliger
4 Kembung 1,98 -32,86 1,15 -29,73 5
kanagurta
Katsuwonus
5 Albakor 6,16 -5,61 5,55 6,11 2
pelamis
Thunnus
6 Madidihang 4,58 -22,56 4,97 -13,01 3
albacares
Udang Parapena
7 2,86 -79,05 3,93 -72,25 7
Krosok sculptilis
Pleuronectus
8 Ikan Lidah 3,07 -32,37 1,02 -28,29 4
spp
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021

Berdasarkan tabel 15 dapat diketahui bahwa jenis ikan komoditas

potensial sesuai urutan ranking 1 sampai 8 adalah bawal putih, albakor,

madidihang, ikan lidah, kembung, gulamah, udang krosok, dan lisong. Posisi

pertama yang sangat memungkinkan untuk dikembangkan potensinya adalah

bawal putih. Bawal putih merupakan family stromateidae, yang memiliki ciri
61

khas yaitu berbentuk badan pipih serta tinggi yang biasanya menyerupai bengun

datar yaitu belah ketupat, memiliki panjang mencapai 60 cm dan bawal putih

berwarna ke abu-abuan di bagian sisi atas serta berwarna putih keperakan di sisi

bagian bawah, sedangkan pada sisi permukaan tubuh dari bawal putih ditutupi

oleh bintik-bintik hitam yang kecil. Hal ini diperkuat oleh Dian Ayu et al.

(2012), bahwa bawal putih termasuk kedalam komuditas potensial di Cilacap

dikarenakan konsumen ikan bawal putih tidak hanya dipasar lokal saja

tetapi juga hingga tujuan ekspor, karena untuk ikan bawal putih ini

tergolong ikan yang banyak diminati oleh konsumen luar negeri. Banyak

permintaan dari luar negeri untuk ekspor ikan bawal putih ini, biasanya

pihak pabrik perikanan yang menyediakan ikan bawal putih dengan kualitas

ekspor. Sedangkan ikan bawal putih yang dijual di pasar lokal, biasanya dijual di

swalayan-swalayan besar di Surabaya dan pasar ikan di Semarang.

Pedagang besar mempunyai peranan dalam pengiriman ikan bawal putih ke

pasar lokal domestik (Provinsi Jawa). Harga bawal putih ukuran 2 ons sebesar

Rp120.000 per kilogram, 3 ons sebesar Rp160.000/kg, 4-5 ons sebesar

Rp190.000/kg, sedangkan ukuran lebih dari 5 ons mencapai di atas

Rp200.000/kilogram. Alat tangkap yang digunakan untuk pengoperasian bawal

putih adalah jaring insang (gill net) dasar. Penangkapan bawal putih tidak perlu

menggunakan alat bantu seperti cahaya dll, karena bawal putih termasuk

kedalam jenis ikan demersal. Ukuran dari alat tangkap bawal putih aitu Gill

net adalah 4 – 5 inc. Kapal untuk pengoperasian dari bawal putih berupa jukung

fiber yang memiliki GT kapal 1-2 GT yang operasi penangkapannya ialah one

day fishing. Di dalam perahu biasanya terdapat 2 ABK yang membantu dalam

pengoperasian alat tangkap gillnet.


62

4.4. Analisis Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan

Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap

4.4.1. Analisis SWOT

Penentuan strategi pembangunan perikanan tangkap berbasis unggulan dan

potensial menggunakan metode analisis SWOT. Analisis SWOT biasanya

berupa kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan

ancaman (threat) yang digunakan dalam merumuskan strategi pengembangan

perikanan di Kabupaten Cilacap. Selain itu jua digunakan untuk menentukan

kebijakan yang sesuai terkait pengelolaan perikanan tangkap di Kabupaten

Cilacap. Strategi dapat diperoleh setelah mengidentifikasi 2 faktor, yakni

eksternal dan factor dari internal yang mempengaruhi pengembangan dari

komoditas unggulan perikanan tangkap di Kabupaten Cilacap.

A. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal

Faktor eksternal dan internal dari SWOT didapatkan berdasarkan hasil

wawancara dari terkait dan melakukan observasi langsung di lapangan. Hasil

identifikasi faktor internal dan eksternal analisis SWOT tersaji dalam tabel 17.

Tabel 17. IFAS dan EFAS Analisis SWOT.


Faktor Strategi Internal (IFAS)
Kekuatan (S) 1. Kabupaten Cilacap ditetapkan sebagai kawasan
minapolitan.
2. Memiliki ikan ekonomis penting dengan
produktivitas tinggi
3. Adanya kebijakan pengembangan dan
modernisasi sarana dan prasarana perikanan
tangkap.
4. Terdapat TPI untuk meningkatkan nilai jual
hasil tangkaan nelayan perairan yang lebih
luas.
5. Memiliki armada penangkapan ikan yang
berukuran >30 GT sehingga dapat menjangkau
perairan yang lebih luas
63
Lanjutan Tabel 17. IFAS dan EFAS Analisis SWOT.
Kelemahan (W) 1. Terbatasnya data dan informasi wilayah pesisir
2. Lemahnya sanksi yang diberikan terhadap
nelayan yang menggunakan alat tangkap alat
tangkap tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
3. Nelayan belum mampu menggunakan alat
tangkap dan alat bantu modern secara optimal
4. Terdapat hasil tangkapan yang dijual langsung
kepada bakul (tidak melalui TPI)
5. Pendidikan terakhir nelayan rendah
Faktor Strategi Ekternal (EFAS)
Peluang (O) 1. Lokasi Kabupaten Cilacap yang strategis

2. Dukungan dari pemerintah terkait


pengembangan perikanan tangkap
3. Tingkat konsumsi ikan oleh masyarakat
semakin meningkat
4. Tersedianya wilayah pemasaran komuditas
unggulan yang mencakup pasar lokal dan pasar
regional
5. Terdapat perusahaan ekspor dan UMKM di
bidang pengolahan ikan
Ancaman (T) 1. Penggunaan alat tangkap yang tidak ramah
lingkungan
2. Tidak adanya aktivitas koperasi dan pembiayaan
kredit
3. Minimnya pengetahuan terhadap teknlogi dalam
penangkapan ikan
4. Cuaca dapat mengganggu produksi
5. Harga ikan yang fluktuatif disetiap musim

Sumber: Penelitian, 2021.


64

Berikut ini dijabarkan faktor internal dan eksternal yang memengaruhi

perkembangan dari komoditas unggulan perikanan tangkap di Kabupaten

Cilacap.

1. Internal Factor Analysis Strategy (IFAS)

Faktor internal terdiri dari kekuatan (strength) dan kelemahan

(weakness). Kekuatan dalam penentuan strategi pengembangan komoditas

perikanan tangkap di Kabupaten Cilacap merupakan suatu keunggulan yang

dimiliki oleh kegiatan perikanan tangkap di Kabupaten Cilacap sedangkan

kelemahan merupakan kekurangan yang dianggap menghalangi pengembangan

komoditas unggulan perikanan tangkap di Kabupaten Cilacap. Berdasarkan

hasil wawancara dengan responden dapat teridentifikasi 5 kekuatan dan 5

kelemahan Kabupaten Cilacap yangdijabarkan sebagai berikut.

➢ Kekuatan (Strength)

a) Kabupaten Cilacap ditetapkan sebagai kawasan minapolitan

Kawasan minapolitan di Kabupaten Cilacap memiliki potensi alam yang

mendukung untuk usaha perikanan, baik budi daya maupun tangkap. Pada

wilayah sepanjang pesisir pantai Kabupaten Cilacap terdapat berbagai

potensi perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Nelayan

memperoleh ikan dengan dua cara yakni mencari ikan ke laut lepas atau

membuat tambak di sekitar pantai selatan Kabupaten Cilacap.

b) Memiliki ikan ekonomis penting dengan produktivitas tinggi

Kabupaten Cilacap dikenal dengan perikanan pelagisnya yakni perikanan

tuna. Perikanan tuna di Cilacap memiiki potensi sebesar 26% dari seluruh

jumlah produksi ikan di Cilacap atau 1225 ton per tahun. Pertumbuhan ikan

tuna mengalami perkembangan dan jua sangat potensial di Cilacap. Dengan

adanya nilai ekonomis dari ikan tuna, akan ikan tuna merupakan salah satu
65

komoditas utama dari sub sektor perikanan yang berguna untuk konsumsi

ikan skala lokal maupun ekspor.

c) Adanya kebijakan pengembangan dan modernisasi sarana dan prasarana

perikanan tangkap

Dengan menjamin adanya keberlangsungan usaha serta pekerjaan dari sektor

perikanan, adanya pengembangan kemitraan serta pemberdayaan nelayan

dapat menjadi solusi untuk ditempuh. Pemberdayaan masyarakat nelayan

dapat mendukung peningkatan ekonomi, pendapatan, serta sosial penduduk

yang lebih luas. Hal tersebut jua sangat berguna untuk melepas adanya

keterkaitan dari nelayan terhadap lembaga permodalan tradisional, sehingga

sarana pembangunan yang berkelanjutan dan lebih adil dapat di capai, serta

mengurangi adanya kemiskinan nelayan.

d) Terdapat TPI untuk meningkatkan nilai jual hasil tangkapan nelayan

TPI berfungsi untuk meningkatkan nilai jual hasil tangkapan nelayan

sehingga menjadi kekuatan untuk pengembangan komoditas unggulan

perikanan tangkap. Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap (2020), Kabupaten

Cilacap memiliki 14 TPI diantaranya yaitu TPI Jetis, TPI Menganti Kisik,

TPI Sentolokawat, TPI Padanarang, TPI Sidakaya, TPI Tegalkatilayu, TPI

PPSC, TPI Lengkong, TPI Kemiren, dan TPI Baterey.

e) Memiliki armada penangkapan ikan yang berukuran >30 GT sehingga dapat

menjangkau perairan yang lebih luas

Berdasarkan data Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap (2020), komposisi

armada kapal penangkapan ikan berukuran >30 GT yang terdapat di

Kabupaten Cilacap sebesar 105 unit. Adanya armada penangkapan yang

berukuran >30 GT menjadi kekuatan Kabupaten Cilacap untuk

meningkatkan hasil tangkapan nelayan karena dapat menjangkau perairan

yang lebih luas.


66

➢ Kelemahan (Weakness)

a) Terbatasnya data dan informasi wilayah pesisir

Kurangnya SDM yang ahli dalam melakukan pengolahan data sehingga

system pencatatan belum dilaksanakan secara efisien dan efektif SDM yang

ahli dalam melakukan pengolahan data sehingga system pencatatan belum

dilaksanakan secara efisien dan efektif.

b) Lemahnya sanksi yang diberikan terhadap nelayan yang menggunakan alat

tangkap tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan

Lemahnya sanksi dikarenakan antar aparatur penegak hukum belum

mempunyai visi yang sama serta meningkatnya permintaan jenis ikan dan

kurangnya sosialisasi terhadap nelayan jua faktor yang menyebabkan

nelayan tidak menggunakan alat tangkap yang sesuai dengan perundangan-

undangan. Terdapat 1.075 nelayan yang masih menggunakan jaring dogol

atau arad yang tidak sesuai dengan perundang-undangan. Oleh sebab itu,

adanya penyuluh perikanan untuk mensosialisasikan kepada nelayan tentang

alat tangkap yang ramah lingkungan dan diperlukan kekuatan antar lembaga

pemerintah untuk menentukan strategi yang tepat agar menimbulkan efek

jera terhadap nelayan yang masih menggunakan alat tangkap tidak sesuai

setalah dilakukannya penyuluhan tersebut.

c) Nelayan belum mampu menggunakan alat tangkap dan alat bantu modern

secara optimal

Nelayan Kabupaten Cilacap masih terdapat nelayan tradisional. Berdasarkan

data Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap didominasi oleh perahu dengan

motor tempel sebanyak 4.672 unit dengan rincian perahu fibre sebanyak
67

3.470 unit dan jenis compreng sebanyak 1.124 unit. Armada penangkapan

motor tempel <5 GT menggunakan alat tangkap tradisional dengan alat

bantu yang sangat sederhana. Jarak melaut nelayan tradisional dekat dari

fishing base dan target tangkapan tidak membutuhkan alat bantu modern.

d) Terdapat hasil tangkapan yang dijual langsung ke bakul (tidak melalui TPI)

Adanya hasil tangkapan yang dijual langsung ke bakul menjadi kelemahan

diKabupaten Cilacap karena menyebabkan tidak tercatatnya produksi hasil

tangkapan serta berkurangnya pemasukan di TPI. Hal ini dapat dilihat salah

satunya pada nelayan tenggiri di Desa Tambakreja yang langsung menjual

hasiltangkapan kepada pengepul.

e) Pendidikan terakhir nelayan rendah di kuisioner

Secara umum tingkat pendidikan nelayan di Kabupaten Cilacap masih

rendah. Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner terhadap beberapa

pegawai Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap diantaranya Kepala Bidang

Perikanan Tangkap Dinas Perikanan, Sub Koordinator Operasional

Pelabuhan Perikanan, Koordinator Kelompok Tata Kelola dan Pelayanan

Masyarakat Pelabuhan Perikanan, Kepala HNSI, dan penyuluh perikanan,

serta beberapa juragan ikan dan beberapa nelayan menyatakan bahwa

tingkat pendidikan nelayan masih rendah. Mayoritas nelayan hanya lulusan

sekolah dasar hingga sekolah menengah atas.

2. Eksternal Factor Analysis Strategy (EFAS)

Faktor eksternal terdiri dari peluang (opportunity) dan ancaman (threats).

Peluang yang mempengaruhi pengembangan komoditas perikanan tangkap

merupakan kesempatan yang dimiliki oleh sektor perikanan tangkap di

Kabupaten Cilacap sedangkan ancaman merupakan kondisi dari luar yang


68

memiliki potensi untuk melemahkan perkembangan komoditas unggulan

perikanan tangkap Kabupaten Cilacap. Berdasarkan hasil wawancara

dengan responden didapatkan hasil 5 peluang dan 5 ancaman Kabupaten

Cilacap yang dijabarkan sebagai berikut.

➢ Peluang (Opportunity)

a) Lokasi Kabupaten Cilacap yang strategis

Kabupaten Cilacap terdiri dari 282 desa. Luas Kabupaten Cilacap 6,6% dari

total wilayah Jawa Tengah yakni 225.360,840 ha. Kabupaten Cilacap

merupakan kabupaten terluas di antara kabupaten lain yang ada di Jawa

Tengah. Kabupaten Cilacap dijadikan sebagai contributor utama dari produk

perikanan di Provinsi Jawa Tengah.

b) Dukungan dari pemerintah daerah dan pusat terkait pengembangan

perikanan tangkap

Pemerintah memiliki peranan yang sangat besar di dalam pengembangan

sarana dan prasarana serta inovasi teknologi. Salah satu contohnya ialah

dibangunnya fasilitas di TPI yang diharapkan dapat membantu dalam

melancar usaha pedagang serta tersedia pasar ikan higienis di Kecamatan

Ciacap dan adanya bintek atau bimbingan teknologi bagi para pengolah

ikan.

c) Tingkat konsumsi ikan oleh masyarakat semakin meningkat

Berikut ini data konsumsi ikan di Kabupaten Cilacap yang tersaji dalam

tabel 18.

Tabel 18. Data Konsumsi Ikan di Kabupaten Cilacap.


Tahun 2016 2017 2018 2019 2020
Konsumsi Ikan (Kg/Kapita) 22,93 23,70 26,17 26,25 28,00
Sumber: Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap, 2020.
69

Berdasarkan data Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap bahwa tingkat

konsumsi ikan oleh masyarakat Kabupaten Cilacap selalu mengalami

peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2020 tingkat konsumsi ikan

meningkat sebesar 7% yaitu mencapai 28,00 kg/kapita. Oleh karena itu,

meningkatnya konsumsi ikan oleh masyarakat di Kabupaten Cilacap

menjadi peluang dalam pengembangan perikanan tangkap karena

pengembangan produksi ikan akan meningkat seiring dengan peningkatan

konsumsi ikan.

d) Tersedianya wilayah pemasaran komoditas unggulan yang mencakup pasar

lokal dan regional.

Hasil tangkapan di Kabupaten Cilacap dipasarkan melalui pasar ikan yang

ada di Kabupaten Cilacap. Depot, TPI, pedagang pengecer, serta pedagang

besar merupakan lembaga perantara yang terlibat/berhubungan dengan

pemasaran ikan laut segar yang berada di Kabupaten Cilacap. Selain itu,

Kabupaten Cilacap juga mendistribusikan hasil tangkapannya ke luar daerah

yaitu Jakarta dan Bandung. Sehingga menjadi peluang dalam pengembangan

perikanan tangkap karena dapat meningkatkanpendapatan daerah.

e) Terdapat perusahaan ekspor dan UMKM di bidang pengolahan ikan

Kabupaten Cilacap memiliki industri perikanan seperti pengalengan udang,

pembekuan ikan, industri ikan asin, industri kerupuk tenggiri, dan kerupuk

udang. Ketersediaan dari ikan segar yang dimanfaatkan untuk bahan baku

industry atau usaha, khususnya untuk usaha perikanan didapakatkan dari

jumlah produksi penangkapan ikan yang ada di laut. Per tahun industry ikan

asin yang terletak di Kecamatan Cilacap Selatan ialah 855 ton. Oleh karena

itu, dengan produksi penangkapan ikan di laut yang tinggi dapat memicu
70

pertumbuhan ekonomi di sub sektor perikanan, serta memberikan dampak

yang positif karena memberikan ketersediaan bahan baku pada contoh

usaha pengolahan ikan asin yang berkembang di wilayah yang merupakan

kawasan pendaratan ikan atau kawasan pesisir.

➢ Ancaman (Threats)

a) Penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan

Di Kabupaten Cilacap masih terdapat alat tangkap yang tidak ramah

lingkungan yaitu arad. Alasan pemerintah melarang alat tangkap arad untuk

digunakan karena, selektivitas dari arad rendah dan memiliki score 1. Arad

dapat menangkap ikan lebih dari tiga species dengan ukuran yang berbeda

jauh. Pada saat dragging, diamond mesh pada bentuk mata jaring di sayap

serta badan jaring cenderung akan menghimpit sehingga ikan-ikan tidak

dapat lolos. Oleh karena itu menyebabkan ikan kecil ikut tertangkap dan

pengoperasian dari arad sendiri berada di perairan dasar yang menyebabkan

karang yang ada di dasarnya pun dapat rusak.

b) Tidak adanya aktivitas koperasi dan pembiayaan kredit

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan nelayan di TPI

Kabupaten Cilacap, diperoleh bahwa koperasi nelayan yang seharusnya

disediakan di pelabuhan tidak ada, sehingga ketika nelayan membutuhkan

modal untuk melaut, nelayan meminjam pada pemberi modal (tongke

bangku).

c) Minimnya pengetahuan terhadap teknlogi dalam penangkapan ikan

Nelayan di Kabupaten Cilacap, menggunakan peralatan yang sederhana

untuk penangkapan ikan. Biasanya nelayan masih menggunaan insting serta

pengalaman saja untuk mengetahui dimana letak ikan berada. Jarang


71

nelayan yang menggunakan teknolgi modern untuk menangkap ikan.

Walaupun sudah adanya sosil oleh penyuluh perikanan, namun untuk

menerapkan teknologi yang modern nelayan belom menggunakanya.

Alasannya karena lemahnya akses, keterbatasan kepemilikan terhadap

sumberdaya finansial, serta tingkat pendidikan yang rendah.

d) Cuaca dapat mengganggu produksi

Cuaca yang tidak dapat di prediksi dan tidak menentu seperti musim

penghujan dan kondisi cuaca buruk membuat nelayan tidak bisa untuk

melaut. Hal tersebut jua membuat air laut akan menjadi keruh dan ombak

akan menjadi pasang sehingga nelayan sulit untuk menangkap ikan.

Keselamatan nelayan serta operasi penangkapan ikan secara efisien akan

terganggu apabila terjadi perubahan iklim seperti tingginya frekuensi serta

peningkatan badai.

e) Harga ikan yang fluktuatif disetiap musim

Harga ikan di Kabupaten Cilacap antara musim puncak dan paceklik sangat

drastis perubahanya. Hal ini terjadi karena minimnya akomodasi untuk

menampung hasil tangkapan di musim puncak yang membuat kualitas ikan

mudah mundur mutu.

B. Matriks IFAS dan EFAS

Matriks IFAS dan EFAS dilakukan setelah melakukan identifikasi faktor

internal dan eksternal strategi pengembangan komoditas unggulan perikanan

tangkap Kabupaten Cilacap. Matriks IFAS dan EFAS ditentukan berdasarkan

penilaian bobot dan rating. Bobot ditentukan berdasarkan tingkat kepentingan

faktor tersebut terhadap pengembangan komoditas unggulan perikanan tangkap

Kabupaten Cilacap, sedangkan rating ditentukan berdasarkan seberapa kuatnya


72

faktor tersebut berpengaruh terhadap pengembangan komoditas unggulan

perikanan tangkap Kabupaten Cilacap. Selanjutnya bobot dan rating dikalikan

untuk memperoleh skor. Matriks IFAS dan EFAS tersaji dalam tabel 19.

Tabel 19. Matriks IFAS dan EFAS Analisis SWOT.


Kode Faktor Internal Nilai
Kekuatan (Strengths) Bobot Ratting Score
Kabupaten Cilacap ditetapkan sebagai
S1 0,11 3,00 0,33
kawasan minapolitan
Memiliki ikan ekonomis penting dengan
S2 0,10 2,77 0,29
produktivitas tinggi
Adanya kebijakan pengembangan dan
S3 modernisasi sarana dan prasarana perikanan 0,10 2,77 0,27
tangkap
Terdapat TPI untuk meningkatkan nilai jual 3,32 0,37
S4 0,11
hasil tangkaan nelayan
Memiliki armada penangkapan ikan yang
S5 berukuran >30 GT sehingga dapat 0,10 2,73 0,29
menjangkau perairan yang lebih luas
Jumlah (S) 0,53 14,59 1,54
Kelemahan (Weakness)
Terbatasnya data dan informasi wilayah
W1 0,09 2,64 0,23
pesisir
Lemahnya sanksi yag diberikan terhadap
nelayan yang menggunakan alat tangkap alat 2,27 0,20
W2 tangkap tidak sesuai dengan peraturan 0,09
perundang-undangan
Nelayan belum mampu menggunakan alat 2,86 0,29
W3 tangkap dan alat bantu modern secara optimal 0,10

Terdapat hasil tangkapan yang dijual langsung


W4 0,09 2,82 0,26
kepada bakul (tidak melalui TPI)
W5 Pendidikan terakhir nelayan rendah 0,10 3,00 0,31
Jumlah (W) 0,47 13,59 1,30
Total IFAS 1,00 28,18 2,84
Peluang (Opportunities) Bobot Ratting Score
O1 Lokasi Kabupaten Cilacap yang strategis 0,10 3,05 0,32
Dukungan dari pemerintah terkait
O2 0,10 3,14 0,31
pengembangan perikanan tangkap
Tingkat konsumsi ikan oleh masyarakat semakin
O3 0,11 3,27 0,36
meningkat
Sumber: Penelitian, 2021
73

Lanjutan Tabel 19. Matriks IFAS dan EFAS Analisis SWOT.


Tersedianya wilayah pemasaran komuditas
O4 unggulan yang mencakup pasar lokal dan pasar 0,10 3,27 0,34
regional
Terdapat perusahaan ekspor dan UMKM di 0,10 3,18 0,33
O5
bidang pengolahan ikan
Jumlah (O) 0,52 15,91 1,65
Ancaman (Threats)
Penggunaan alat tangkap yang tidak ramah
T1 0,10 3,00 0,31
lingkungan

Tidak adanya aktivitas koperasi dan pembiayaan


T2 0,10 2,91 0,29
kredit

Minimnya pengetahuan terhadap teknologi


T3 0,10 3,18 0,31
dalam penangkapan ikan

T4 Cuaca dapat menggangu produksi 0,09 2,73 0,24

T5 Harga ikan yang fluktuatif di setiap musim 0,09 2,64 0,25


Jumlah (T) 0,48 14,45 1,39
Faktor Eksternal 1,00 30,36 3,05
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021.

Berdasarkan matriks IFAS dan EFAS, dapat diketahu bahwa adanya

kebijakan pengembangan kawasan minapolitan Kabupaten Cilacap mampu

meningkatkan sarana dan prasarana perikanan tangkap. Hal ini ditunjukkan dengan

skor sebesar 0,33. Perkembangan kawasan minapolitan di Kabupaten Cilacap sudah

berkembang dengan baik. Dukungan SDM yang cukup baik sehingga mampu

memberikan product perikanan dalam jumah banyak yang menjadi kekuatan utama

dari perkembangannya kawasan minapolitan. Kelemahan utama yang dimiliki

Kabupaten Cilacap adalah pendidikan terakhir nelayan yang rendah, mayoritas

nelayan hanya lulusan sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Hal itu

ditunjukkan dengan skor sebesar 0,31. Selanjutnya Kabupaten Cilacap harus

memaksimalkan peluang utama yaitu tingkat konsumsi ikan oleh masyarakat yang

semakin meningkat, dengan skor 0,36. Meningkatnya konsumsi ikan oleh


74

masyarakat di Kabupaten Cilacap menjadi peluang dalam pengembangan perikanan

tangkap. Sedangkan faktor utama yang menjadi ancaman Kabupaten Cilacap dalam

pengembangan komoditas unggulan perikanan tangkap adalah penggunaan alat

tangkap yang tidak ramah lingkungan dan minimnya pengetahuan terhadap

teknologi dalam penangkapan ikan yang sama-sama menunjukan skor 0,31.

C. Analisis Matriks SWOT

Perumusan alternarif strategi pengembangan komoditas unggulan perikanan

tangkap dengan matriks SWOT dilakukan setelah identifikasi dan menetukan skor

terhadap IFAS dan EFAS. Perumusan strategi dengan matriks SWOT dilakukan

dengan mempertimbangkan faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman

yang telah diidentifikasi. Strategi yang dihasilkan merupakan kombinasi dari faktor

internal dan eksternal yaitu SO (Strength-Opportunity) yang merupakan strategi

dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang, WO (Weakness-

Opportuniy) yaitu strategi yang meminimalkan kelemahan dengan memanfaatkan

peluang, ST (Strength-Threats) yaitu strategi yang menggunakan kekuatan untuk

mengatasi ancaman sedangkan WT (Weakness-Threats) yaitu strategi yang

meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman. Matriks SWOT tersaji

pada tabel 20.


75

Tabel 20. Analisis Matriks SWOT


KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)
FAKTOR
S1. Kabupaten Cilacap W1. Terbatasnya data dan
INTERNAL
ditetapkan sebagai informasi wilayah
kawasan minapolitan pesisir
S2. Memiliki ikan ekonomis W2. Lemahnya sanksi yag
penting dengan diberikan terhadap
produktivitas tinggi nelayan yang
S3. Adanya kebijakan menggunakan alat
pengembangan dan tangkap alat tangkap
modernisasi sarana tidak sesuai dengan
dan prasarana peraturan perundang-
perikanan tangkap undangan
S4. Terdapat TPI untuk W3. Nelayan belum mampu
meningkatkan nilai jual menggunakan alat
hasil tangkaan nelayan tangkap dan alat bantu
S5. Memiliki armada modern secara optimal
penangkapan ikan yang W4. Terdapat hasil
berukuran >30 GT tangkapan yang
sehingga dapat dijual langsung
FAKTOR
menjangkau perairan kepada bakul
EKSTERNAL
yang lebih luas (tidak melalui
TPI)
W5. Pendidikan terakhir
nelayan rendah

Sumber: Hasil Analisis Data, 2021


76
Lanjutan Tabel 20. Analisis Matriks SWOT

PELUANG (O) Strategi SO Strategi WO


O1. Lokasi Kabupaten SO1. Mengembangkan WO1. Peningkatan
Cilacap yang fasilitas pendukung kemampuan sumber
strategis operasi penangkapan, daya manusia yang
O2. Dukungan dari pendaratan dan ahli dalam melakukan
pemerintah terkait pemasaran ikan. pengelolaan data
pengembangan SO2. Pengembangan WO2. Penegakan hukum
perikanan tangkap pengolahan hasil yang tegas atau
O3. Tingkat konsumsi tangkapan oleh melakukan konversi
ikan oleh pemerintah terhadap aat
masyarakat Kabupaten Cilacap tangkap yang tidak
semakin meningkat untuk memasukkan rama lingkungan
O4. Tersedianya investasi industri dengan adanya
wilayah pemasaran perikanan seperti komitmen bersama
komuditas tuna dan cakalang dari pimpinan
unggulan yang kaleng eksekutif dan
mencakup pasar SO3. Mengembangkan legeslatif di dalam
lokal dan pasar produksi perikanan menciptakan visi,
regional tangkap maupun misi, dan tujuan
O5. Terdapat olahan yang di penyelenggaraan
perusahaan ekspor fokuskan pada perikanan di
dan UMKM di komuditas unggulan Kabupaten Cilacap
bidang pengolahan dominan WO3. Melakukan pelatihan
ikan SO4. Menyusun tata kelola kompetensi kepada
dengan pengembangan nelayan dalam
fasilitas dan penerapan teknologi
infrastruktur di TPI dan alat bantu
untuk mendukung penangkapan ikan
peningkatan produksi
komoditas unggulan

Sumber Hasil Analisis Data, 2021


77
Lanjutan Tabel 20. Analisis Matriks SWOT
SO5. Memperkuat armada WO4. Melakukan kerjasama
lokal dan pemberian dengan lembaga
insentif fiskal bagi usaha keuangan dan
kecil/UMKM untuk mendatangkan bakul
peningkatan daya saing. yang memiliki modal
memadai.
WO5. Pengadaan pelatihan
kecakapan nelayan
ANCAMAN (T) Strategi ST Strategi WT

T1. Penggunaan alat ST1. Mendirikan koperasi WT1.Pengoptimalan sarana


tangkap yang yang membantu dan prasarana yang
tidak ramah permodalan nelayan sudah ada untuk
lingkungan yang melakukan meningkatkan produksi
T2. Tidak adanya aktivitas penangkapan. perikanan tangkap
aktivitas koperasi ST2. Peningkatan pelatihan dengan alat tangkap
dan pembiayaan bagi para nelayan, serta yang amah lingkungan
kredit menstabilkan harga WT2.Sosialisasi mengenai
T3. Minimnya pasaran. pemanfaatan musim
pengetahuan penangkapan yang
terhadap optimal
teknologi dalam
penangkapan ikan
T4. Cuaca dapat
menggangu
produksi
T5. Harga ikan yang
fluktuatif di setiap
musim

Sumber: Hasil Analisis Data, 2021


78

D. Penentuan Prioritas Strategi

Penentuan prioritas strategi digunakn untuk menentukannya prioritas

strategi pengembangan komoditas unggulan perikanan tangkap Kabupaten

Cilacap. Penentuan prioritas strategi ditentukan berdasarkan skor tertinggi dari

total skor setiap strategi yang telah dijumlahkan berdasarkan skor faktor internal

dan faktor eksternal yang memiliki keterkaitan dengan strategi tersebut. Penentuan

prioritas strategi tersaji pada tabel 21.

Tabel 21. Penentuan Strategi Prioritas.


Kode Strategi Keterkaitan Skor Rank
Mengembangkan fasilitas pendukung

SO-1 operasi penangkapan, pendaratan S1, S2, O3, 2,17 1


dan pemasaran ikan. O4, O5
SO-2 Pengembangan pengolahan hasil
S2, S3,
tangkapan oleh pemerintah Kabupaten 1,46 7
O2,O3, O4,
Cilacap untuk memasukkan investasi
O5
industri perikanan seperti tuna dan
cakalang kaleng
SO-3 Mengembangkan produksi perikanan
S2, S3, S5,
tangkap maupun olahan yang di
O2, O3, O4, 1,64 6
fokuskan pada komuditas unggulan
O5
dominan
SO-4 Menyusun tata kelola dengan
S1, S4, S5,
pengembangan fasilitas dan 1,78 4
O1, O4
infrastruktur di TPI untuk
mendukung peningkatan produksi
komoditas unggulan

Sumber: Hasil Analisis Data, 2021


79

Lanjutan Tabel 21. Penentuan Strategi Prioritas


Kode Strategi Keterkaitan Skor Rank
SO-5 Memperkuat armada lokal dan
pemberian insentif fiskal bagi usaha S1, S3, S5,
1,43 8
kecil/UMKM untuk peningkatan daya O2, O4,O5
saing.
WO-1 Peningkatan kemampuan sumber daya
W1, W4, 1,42 9
manusia yang ahli dalam melakukan
W5,O1, O2
pengelolaan data
WO-2 Penegakan hukum yang tegas atau
W2, W3,
melakukan konversi terhadap alat 0,80 14
W5, O2
tangkap yang tidak ramah lingkungan
dengan adanya komitmen bersama dari
pimpinan eksekutif dan legeslatif di
dalam menciptakan visi, misi, dan
tujuan penyelenggaraan perikanan di
Kabupaten Cilacap
Melakukan pelatihan kompetensi
WO-3 W1, W3, 1,89 2
kepada nelayan dalam penerapan
W5,O1,
teknologi serta alat bantu
O2
penangkapan ikan
Melakukan kerjasama dengan lembaga
WO-4 W4, W5,
keuangan dan mendatangkan bakul yang 1,15 11
O4,O5
memiliki modal memadai.
W1, W3,
WO-5 Pengadaan pelatihan kecakapan nelayan 1,11 12
W5, O1
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021
80

Lanjutan Tabel 21. Penentuan Strategi Prioritas


Kode Strategi Keterkaitan Skor Rank
ST-1 Mendirikan koperasi yang membantu
S1, S3, S5,
permodalan nelayan yang melakukan
T1, T2, T3 1,85 3
aktivitas penangkapan
ST-2 Peningkatan pelatihan bagi para
nelayan, serta menstabilkan harga S2, S4, T5 0,91 13
pasaran.
Pengoptimalan sarana dan prasarana
WT-1 W2, W3,
yang sudah ada untuk meningkatkan 1,64 5
W5, T1, T3
produksi perikanan tangkap dengan
alat tangkap yang ramah lingkungan

Sosialisasi mengenai pemanfaatan 1,25


W5, T4, T5 10
WT-2
musim penangkapan yang optimal
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021.

Berdasarkan hasil analisis yang tersaji pada tabel 20 dapat diketahui bahwa

terdapat 14 strategi yang bisa digunakan sebagai strategi pengembangan

komoditas unggulan perikanan tangkap di Kabupaten Cilacap. Lima prioritas

strategi dengan nilai tertinggi yakni SO1, WO1, SO2, WO2 dan WT1 dipilih

sebagai strategi pengembangan komoditas unggulan perikanan Kabupaten Cilacap

yang paling efektif. 5 strategi tersebut adalah:

1. Prioritas strategi yang pertama adalah mengembangkan fasilitas

pendukung operasi penangkapan, pendaratan dan pemasaran ikan. Cara

yang digunakan yaitu dengan memperlancar kegiatan pemasaran dengan

sistem lelang dimana proses lelang di TPI ini dengan cara tawar menawar

seperti pasar. Tetapi harga ikan ditentukan toke atau agen yang telah ada

di TPI, apabila harga sudah bisa diterima pengecar maka agen langsung

menulis jumlah ikan dan harga kesepakatan dalam bon atau faktur yang
81

akan diberikan kepada pembeli, penjual, arsip untuk PPSC dan arsip untuk

Pemerintah Kabupaten Cilcap. Hal ini diperkuat oleh Seo and Huh (2020),

bahwa proses lelang dimulai dengan pendataan dan diklasifikasikan hasil

tangkapan menurut jenis dan ukurannya sebelum lelang diadakan untuk

memberikan kemudahan bagi konsumen. Kemudian juru lelang membuka

dengan harga yang sudah ditentukan terlebih dahulu. Peserta lelang dapat

menawar dengan harga yang lebih tinggi daripada harga yang telah

ditentukan sebelumnya.

2. Prioritas strategi yang kedua adalah melakukan pelatihan kompetensi

kepada nelayan dalam penerapan teknologi serta alat bantu penangkapan

ikan. Alat bantu penangkapan ikan akan dapat membantu nelayan dalam

memaksimalkan hasil tangkapan. Dengan memanfaakan adanya teknologi

penangkapan ikan akan mempermudah nelayan dalam menentukan lokasi

penangkapan ikan. Apabila teknologi dapat digunakan nelayan secara luas

maka pendapatan nelayan akan meningkat dan akan berdampak pula oleh

perekonomian masyarakat nelayan. Menurut Damayanti (2018), salah satu

upaya peningkatkan pendapatan masyarakat pesisir dapat dilakukan dengan

salah satu upaya yaitu dengan memperbaiki teknologi, mulai dari teknologi

produksi sampai 83 dengan pasca produksi hingga pemasaran. Namun

demikian, upaya pengembangan teknologi modern juga harus

memperhatikan kondisi sosial budaya dan kebutuhan masyarakat sehingga

dapat teknologi yang diberikan dapat tepat guna.

3. Prioritas strategi yang ketiga adalah mendirikan koperasi yang membantu

permodalan nelayan yang melakukan aktivitas penangkapan. Koperasi

perikanan menjadi peluang menjalankan usaha seluas-luasnya guna


82

meningkatkan kesejahteraan nelayan. Untuk itu, dengan adanya koperasi

akan memfasilitasi pembiayaan yang mudah dan ringan terhadap

kebutuhan-kebutuhan para nelayan yang disalurkan melalui koperasi

perikanan daerah bermitra dengan lembaga keuangan lainnya. Hal ini

diperkuat oleh Patria et al. (2014), dimana adanya akses kredit juga dapat

ditingkatkan dengan Pemerintah Kabupaten Cilacap mengakselerasi

pembentukan BUMDES. Dana desa yang besar dapat dimanfaatkan

melalui penumbuhan usaha produktif di pedesaan, terutama sektor

perikanan. BUMDES ini nantinya diharapkan dapat memberikan pinjaman

lunak kepada pelaku usaha perikanan. Fungsi BUMDES juga dapat

menjadi penyedia sarana produksi, asuransi maupun saluran pemasaran

produk di tiap desa. BUMDES juga dapat bekerja sama dengan lembaga

lokal, baik kelompok nelayan ataupun koperasi untuk memberikan bantuan

modal. Kelembagaan tersebut nantinya akan mampu meingkatkan efisiensi

usaha perikanan

4. Prioritas strategi yang keempat adalah menyusun tata kelola dengan

pengembangan fasilitas dan infrastruktur di TPI untuk mendukung

peningkatan produksi komoditas unggulan. Pengelolan TPI harus

memperhatikan fasilitas yang ada di TPI dengan melakukan perawatan

secara berkala fasilitas-fasilitas sudah mulai tidak terawat. Karena apabila

fasilitas kurang lengkap dan jua kebersihan kurang terjaga, maka akan

mempengaruhi dari kualitas hasil tangkapan ikan. Hal ini diperkuat oleh

Lubis dan Mardiana (2011), keterbatasan kapasitas fasilitas-fasilitas di TPI

tersebut akan berpengaruh terhadap kelancaran aktivitas kepelabuhanan

sehingga fungsi pelabuhan tidak tercapai secara optimal dan pada akhirnya
83

akan berpengaruh terhadap perkembangan perikanan tangkapnya.

Sehubungan dengan hal tersebut, kiranya penting dilakukan penelitian

untuk mengetahui ketersediaan fasilitas dan kapasitasnya terkait dengan

perkembangan produksi perikanan dan perannya terhadap kelancaran

aktivitas.

5. Prioritas strategi yang kelima yaitu pengoptimalan sarana dan prasarana

yang sudah ada untuk meningkatkan produksi perikanan tangkap dengan

alat tangkap yang ramah lingkungan. Dengan dilakukannya pengoptimalan

dari sarana serta prasarana maka akan memberikan dampak yang sangat

baik. Salah satu contohnya ialah dengan adanya unit pengolahan untuk

menghasilkan diversifikasi dari product olahan ikan yang memberikan nilai

plus apabila dibandingkan dengan penjualan ikan segar. Hal itulah yang

dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah untuk menyusun

pembangunan kebijakan dari pengolahan ikan. Jangan sampai terjadi

penurunan mutu karena tidak dilakukannya system rantai dingin karena

adanya penambahan dari unit penangkapanan ikan diperkirakan hal

tersebut akan meningkatkan produksi dari perikanan. Diadakannya alokasi

dari jumlah alat tangkap serta sarana perikanan dapat mewujudkan basis

komuditas unggulan yang berkelanjutan dari perikanan tangkap. Menurut

Kusdiantoro et al. (2019), salah satu sektor yang memiliki peran penting

dalam pembangunan adalah perikanan. Adanya otonomi daerah mendorong

adanya kontribusi pemerintah daerah untuk mengeksplor daerah secara

optimal untuk membiayai kegiatan pembangunan daerahnya.


84

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Komoditas unggulan perikanan tangkap Kabupaten Cilacap adalah Ikan

Cakalang (Katsuwonus pelamis), cumi-cumi (Loligo vulgaris), ikan

lemadang (Corikayphaena hippurus), tuna mata besar (Thunnus obesus),

ikan layur (Trichiurus lepturus), udang jerbung (Penaeus merguensis), serta

cucut lanyam (Carcharhinus falciformis).

2. Komuditas potensial perikanan tangkap Kabupaten Cilacap terdiri dari

bawal putih (Pampus argentus), albakor (Thunnus alalunga), madidihang

(Thunus albacares), ikan lidah (Cynoglossus lingua), kembung

(Rrastrelliger kanagurta), gulamah (Ppennahia macrocephalus), udang

krosok (Parapenaeopsis sculptilis), dan lisong (Auxis rochei rochei).

3. Rumusan strategi untuk pengembangan komoditas unggulan Perikanan

Tangkap yang dapat diterapkan di Kabupaten Cilacap berdasarkan prioritas

strategi adalah mengambangkan fasilitas pendukung operasi penangkapan,

pendaratan, dan pemasaran ikan, melakukan pelatihan kompetensi kepada

nelayan dalam penerapan teknologi dan alat bantu penangkapan ikan,

mendirikan koperasi yang membantu permodalan nelayan yang melakukan

aktivitas penangkapan, menyusun tata kelola dengan pengembangan

fasilitas dan infrastruktur di TPI untuk mendukung peningkatan produksi

komoditas unggulan, dan pengoptimalan sarana dan prasarana yang sudah


85

ada untuk meningkatkan produksi perikanan tangkap dengan alat tangkap

yang ramah lingkungan.

5.2. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat diambil adalah

sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan pelatihan kepada masyarakat nelayan terkait dengan

penangkapan, penanganan hingga pengolahan hasil tangkapan yang sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

2. Sebaiknya pemerintah dapat memperbaiki sanitasi di TPI sebagai upaya

untuk penjagaan kualitas dan mutu komoditas unggulan.

3. Sebaiknya pengelolaan komoditas unggulan di Kabupaten Cilacap terkait

peningkatan produksi penangkapan ikan cakalang, cumi-cumi, ikan

lemadang, tuna mata besar, layur, udang jerbung, dan cucut lanyam harus

dilakukan sebijak mungkin dengan memperhatikan kelestarian alam dan

keberlanjutannya melalui pembinaan. Hal ini dapat dilakukan oleh

pemerintah dan nelayan untuk bekerjasama dengan memperbaiki alat tangkap


86

DAFTAR PUSTAKA

Adiyanta, F. C. S. 2019. Hukum dan Studi Penelitian Empiris: Penggunaan


Metode Survey sebagai Instrumen Penelitian Hukum Empiris. Adminitrative
Law & Governance Journal. 2 (4): 697-709.

Andhiani, K. C., Erfit dan A. Bhakti. 2018. Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan
Ketimpangan Pembangunan di Wilayah Sumatera. E-Jurnal Perspektif
Ekonomi dan Pembanunan Daerah. 7(1): 26-34.

Anggara, J. dan M. Ricky (2019). Pengaruh Cuaca Terhadap Stabilitas Harga Ikan
Di Desa Kurau. Jurnal Makro Manajemen. 4(1): 49-63.

Ayunita, Dian. dan F.Ubaidillah. (2012). Studi Pemasaran Ikan Bawal Putih
(Pampus argenteus) di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong,
Lamongan. Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi, Universitas
Trunojoyo, MaduraAt: Madura Island, Indonesia

Aziz, N. 2013. Strategi Peningkatan Kontribusi Perikanan Terhadap Pertumbuhan


Wilayah Kabupaten Mamuju. [Tesis]. Program Studi Perencanaan
Pengembangan Wilayah Universitas Hasanuddin, Makassar. 146 hlm.

Budiharsono, S. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan


Cetakan 1. PT Pranadya Paramita, Jakarta.

Damayanti, H.O. 2018. Strategi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan


Tradisional: Studi Kasus Di Desa Pecangaan, Kecamatan Batangan,
Kabupaten Pati. Jurnal Kebijakan Sosek KP. 8(1): 13-26.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cilacap. 2020. Statistik Perikanan


Kabupaten Cilacap Tahun 2020. Cilacap: Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Cilacap.

Djaelani, A.R. 2013. Teknik Pengumpulan Data dalam Penelitian


Kualitatif.Majalah Ilmiah Pawiyatan, 20(1): 82-92.

Djasmani, S. S., Djumanto., dan Sari, S. T. 2010. Komposisi Udang Hasil


Tangkapan Jaring Ciker Pada Nelayan Tegalkamulyan Di Kabupaten
Cilacap. 12(2) : 64-71.

Cahyandi, K. (2017). Pengaruh Potensi Sektor Kemaritiman Dan Pertumbuhan


Tenaga Kerja Pada Subsektor Kemaritiman Bagi Peningkatan
Perekonomian Daerah Di Kabupaten Cilacap. Saintara: Jurnal Ilmiah Ilmu-
Ilmu Maritim. 2(1): 45-57.
87

Food Agricultural Organization, 1999. The living marine sources of Western


Central Pasific. Spesies identification guide for fishery purpose. Fisheries
Department, Rome.

Hakim, L. N. 2013. Ulasan Metodologi Kualitatif Wawancara terhadap Elit.


Jurnal Aspirasi, 4(2): 165-172

Hidayat, M. Dan R. Darwin. 2017. Analisis Sektor Unggulan dalam


Pengembangan Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti. Media Trend.
12(2): 156-167.

Hidayat, M., 2014. Inequality Across Districts and Cities in the Riau. Economic
Journalof Emerging Markets. 6(2): 106-118.

Kartikaningdiyah, E. 2012. Analisis Location Quotient dalam Penentuan Produk


Unggulan pada Beberapa Sektor di Kabupaten Lingga Kepulauan
Riau.JurnalIntegrasi. 4(1).

Kurniawan, R. 2014. Aplikasi Locatin Quotient (LQ) sebagai Metode Penentuan


Komoditas Palawija Unggulan di Kabupaten Nganjuk. Jurnal Riset
Ekonomidan Bisnis. 1(2): 114-119.

Kusdiantoro., A. Fahrudin., S. H. Wisudo dan B. Juanda. 2019. Kinerja


Pembangunan Perikanan Tangkap di Indonesia. Jurnal Buletin Ilmiah
Marina. 5(2): 69-84

Lenaini, I. 2021. Teknik Pengambilan Sampel Purposive dan Snowball Sampling.


Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Sejarah. 6(1):33-
39.

Lestari, S., A.K. Mudzakir dan Sardiyatmo. 2016. Analisis CPUE dan Faktor
yang Mempengaruhi Hasil Tangkapan Tuna Madidihang (Thunnus
albacares) di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap. Journal of Fisheries
Resources Utilization Management and Technology. 5 (4): 43-51.

Lubis, E dan Mardiana, N. 2011. Peranan Fasilitasppi Terhadap Kelancaran


aktivitas pendaratan Ikan dicituis Tangerang. Jurnal Teknologi Perikanan
dan Kelautan. 1(2) : 1-10.

Maidiana. 2021. Penelitian Survei. ALACRITY: Journal Of Education.1(2):20-29.

Mudzakir, A, K dan Danta, P. 2012. Analisis Komoditas Unggulan Perikanan


Tangkap di Kabupaten Rembang. Jurnal Harpodon Borneo (5): 161-171.

Mudzakir, A, K dan A. Suherman. 2006. Analisis Location Quetient (LQ) Dalam


Penentuan Komuditas Ikan Unggulan Perikanan Tangkap Kabupaten
Cilacap Location Quotient (LQ) Analysis for Primer Fish Determination
Fisheries Capture at Cilacap Regency. Prosiding Semnas Tangkap IPB :1-9.
88

Naya, D.A.B., D. Wijayanto dan Sardityatmo. 2017. Analisis


KomoditasUnggulan Perikanan Tangkap di Provinsi Jawa Tengah. Journal
of Fisheries Resources Utilization Management and Technology. 6(3) : 37-
46.

Nurjannah, S. 2020. Pemberdayaan Ekonomi Nelayan Perbatasan Di Desa


Temajuk Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas Kalimantan Barat. Jurnal
Pemikiran Islam dan Ilmu Sosial. XIII(01) : 13-41.

Patria, A. D., Adrianto, L., Kusumastanto, T., Kamal, M. M., & Dahuri, R.
(2014). Biaya transaksi usaha perikanan skala kecil di Kabupaten Cilacap.
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, 9(2), 247-254.

Patriana, R dan A. Satria. 2013. Pola Adaptasi Nelayan Terhadap Perubahan


Iklim:Studi Kasus Nelayan Dusun Ciawitali, Desa Pamotan, Kecamatan
Kaliucang, Kabupaten Ciamis.

Prastowo, A. 2011. Memahami Metode-Metode Penelitian Suatu Tinjauan Praktis


dan Teoritis. Ar-ruzz Media, Yogyakarta, 268 hlm.

Proctor, C. H., M. F. A. Sondita, R. I. Wahju, T. L. O. Davis, J. S. Gunn, & R.


Andamari. 2003. A review of Indonesia’s Indian Ocean tuna fisheries.
ACIAR Project FIS/2001/079.

Rangkuti, F. 2015. Analisis SWOT Teknik Memberdah Kasus Bisnis. Cetakan


Keduapuluh. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 245 hlm.

Ridwan, M., M. Kasmi dan A. R. S. Putri. 2018. Penentuan Komoditas Unggulan


Perikanan Laut Kabupaten Polewali Mandar Berdasarkan Data Statistik
Tahun 2016. Jurnal IPTEKS PSP. 5(10): 98-105.

Rifai, M., Rosana, N., dan M. A. Sofijanto. 2019. Perbandingan Komposisi Hasil
Tangkapan Jaring Insang Dasar (Bottom Gillnet) Menggunakan Alat
Pemanggil Ikan Berbasis Gelombang Bunyi di Perairan Kenjeran.
Fisheries: Jurnal Perikanan dan Ilmu Kelautan. 1(2): 87-95.

Riswan M., M. Kasmi. dan A. R. S. Putri. 2018. Penentuan Komoditas Unggulan


Perikanan Laut Kabupaten Polewali Mandar berdasarkan data Satistika
Tahun 2016. Jurnal IPTEK PSP. V(10): 98-105.

Riswanto, S. 2012. Status Perikanan Tuna Mata Besar (Thunnus obesus, Lowe
1839) di Perairan Samudera Hindia, Selatan Pelabuhan Ratu,
Sukabumi,Univesitas Indnesia.

Rostow, W.W. 1956. The Stages of Economic Growth : A Non-Communist


89

Sabagariang, O. P., Fauziyah dan F. Agustriani. 2011. Analisis Potensi Lestari


Sumbedaya Perikanan Tuna Longline di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
3(8) : 24-29.

Sarwanto, C., E. S. Wiyono, T. W. Nurani, dan J. Haluan. 2014. Kajian Sistem


Pemasaran Ikan Hasil Tangkapan Nelayan di Kabupaten Gunung Kidul,
Provinsi DIY. J. Sosek KP. 9(2) : 207-217.

Solow, Robert. 1956. A Contribution to The Theory of Economic Growth.


Quarterly Journal of Economics. 70: 64-69.

Sukirno, Sadono. 2017. Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah, dan Dasar


Kebijakan. Cetakan ke-8. Jakarta: Kencana.

Susanti, H., M. N. Syechalad dan A. Hamzah. 2017. Analisis Pengaruh


Pertumbuhan Ekonomi dan Pengeluaran Pemerintah Aceh terhadap
Pendapatan Asli Daerah Provinsi Aceh setelah Tsunami. Jurnal Ekonomi
danKebijakan Publik Indonesia. 4(1): 1-12.

Susanto, A., dan N. Woyanti. 2008. Analisis Sektor Potensial dan Pengembangan
Wilayah Guna Mendorong Pembangunan di Kabupaten Rembang. Jurnal
Media Ekonomi dan Manajemen. 18(2): 153-164.

Tryasmara, H.S., D. Wijayanto dan B.B. Jayanto. 2017. Analisis Komoditas


Unggulan Perikanan Tangkapan di Kabupaten Pati. Journal of Fisheries
Resources Utilization Management and Technology. 6(4) : 175-179.

Yulianto, dkk (2010), Desain Perahu Fiberglass Bantuan LPPM IPB di Desa
Cikahuripan, Kecamatan Cisolok, Sukabumi. Institut Pertanian Bogor.

Yurliana, M., Rachmad. R., dan S. Rachmadi. 2015. Analisis Sektor Ekonomi
Unggulan di Kabupaten Batanghari. Jurnal perspektif Pembiayaan dan
Pembangunan Daerah. 3(2): 115-128.

Yusrin, F.L., A.K. Mudzakir dan Sardiyatmo. 2017. Analisis KomoditasUnggulan


Perikanan Tangkap di Kabupaten Cilacap. Journal of Fisheries Resources
Utilization Management and Technology. 6(4) : 276-283. 6(4) : 276-283.
90

LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian

91
Lampiran 2. Produksi Perikanan Tangkap Per Jenis Ikan Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2020
Produksi (Ton)
No. Jenis Ikan Nama Latin 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab.
Cilacap Cilacap Cilacap Cilacap Cilacap Cilacap Cilacap Cilacap Cilacap Cilacap
Katsuwonus
1 Cakalang 371,85 994,90 711,96 777,09 969,74 892,10 411,70 418,37 961,90 700,00
pelamis
Cumi -
2 Loligo vulgaris 208,06 295,90 70,16 57,66 159,04 165,80 86,00 142,88 682,20 895,70
cumi
Netuma
3 Manyung 144,35 108,24 99,26 270,10 4,76 289,40 194,30 92,31 187,10 149,70
thalassina
Pennahia
4 Gulamah 1.383,72 1.179,50 1309,93 977,19 1.020,30 1.221,20 881,50 189,38 624,30 560,90
macrocephalus
Caranx
5 Kuwe 0,50 0,90 21,36 30,38 49,00 9,70 13,24 8,70 9,80 40,00
sexfasciatus
Bawal Parastromateus
6 114,72 318,40 721,36 43,53 71,65 56,50 29,60 18,37 19,10 13,00
Hitam niger
Pampus
7 Bawal Putih 106,97 272,20 463,05 49,34 127,21 75,70 89,70 135,73 132,90 100,30
argentus
Dussumieria
8 Siro 46,68 572,75 654,32 728,46 129,57 297,90 540,00 96,48 37,90 371,00
acuta
Coryphaena 1.404,9
9 Lemadang 35,91 59,20 53,61 171,57 169,80 87,30 245,90 360,72 531,80
hippurus 0
Auxis rochei
10 Lisong 295,17 497,51 2268,72 28,25 57,96 249,50 36,80 75,10 181,30 122,10
rochei
Rastrelliger
11 Kembung 304,88 860,70 408,79 234,79 98,97 90,29 21,70 111,09 185,30 29,70
kanagurta
Acanthocybium
12 Tenggiri 2.021,80 256,09 57,13 104,71 221,40 82,70 72,40 153,44 82,40 132,20
solandri

92
Lanjutan Lampiran 2 Produksi Perikanan Tangkap Per Jenis Ikan Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2020.
Produksi (Ton)
No. Jenis Ikan Nama Latin 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab.
Cilacap Cilacap Cilacap Cilacap Cilacap Cilacap Cilacap Cilacap Cilacap Cilacap
Thunnus
13 Albakor alalunga 387,90 182,20 134,51 93,83 479,01 1.480,70 561,20 979,42 1.163,20 81,40
Thunnus
14 Madidihang 244,89 269,49 171,66 118,83 193,01 669,50 424,00 806,84 2.571,60 994,80
albacares
Tuna Mata Thunnus
15 637,01 871,70 855,07 546,69 571,58 783,60 640,70 718,35 1.941,50 1.896,00
Besar obesus
Trichlurus
16 Layur 461,29 1.117,59 808,40 338,22 401,10 580,40 561,80 889,67 2.056,90 1.175,20
lepturus
Udang Parapena
17 767,43 1.011,09 841,97 467,25 418,00 292,60 354,90 583,89 930,10 430,40
Krosok sculptilis
Udang Penaeus
18 114,72 388,87 721,36 137,09 140,13 129,20 342,30 315,70 591,90 387,20
Jerbung merguiensis
Udang Metapenaeus
19 157,91 127,18 379,87 153,41 158,91 122,90 120,60 106,47 170,10 63,30
Dogol monoceros
Cucut Carcharhinus
20 298,46 218,23 269,54 117,51 13,98 140,30 50,80 210,84 335,50 312,40
Lanyam falciformis
Ikan
21 Psettadodidae 62,37 221,50 250,59 79,52 190,04 44,70 2,60 4,30 3,30 0,50
Sebelah
Pleuronectus
22 Ikan Lidah 230,00 255,70 189,00 205,70 53,00 113,50 110,20 150,01 69,34 136,00
spp
Setuhuk Makaira
23 88,16 165,80 110,81 130,57 50,18 129,70 58,10 30,25 47,90 134,50
Hitam mazarra
24 Peperek Lethrinus spp 441,61 82,07 0,00 3,27 2,61 33,50 0,10 0,35 119,40 88,60
Portunus
25 Rajungan 19,50 48,10 38,00 41,00 66,10 122,20 32,90 380,90 49,60 61,00
pelagicus

93
Lanjutan Lampiran 2 Produksi Perikanan Tangkap Per Jenis Ikan Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2020.
Produksi (Ton)
Jenis Nama 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
No.
Ikan Latin Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab.
Cilacap Cilacap Cilacap Cilacap Cilacap Cilacap Cilacap Cilacap Cilacap Cilacap
Mugil
26 Belanak 0,00 1,60 0,00 37,79 363,45 58,10 96,80 48,94 35,30 50,30
cephalus
Sardinella
27 Japuh 0,50 0,00 2,50 5,70 108,50 29,90 29,10 19,09 19,00 21,50
fimbriata
Cypselurus
28 Teri 0,10 64,27 58,63 92,95 98,20 126,50 71,50 125,73 614,02 30,80
spp
Nemimterus
29 Kurisi 0,00 0,00 0,00 227,35 349,78 64,50 84,00 - 7,80 1,10
hexodon
JUMLAH 8.946,46 10.441,68 11671,56 6269,75 6.736,98 8.439,89 6.164,44 7.173,32 15.235,5 9.511,40
Sumber: Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap, 2020.

94
Lampiran 3. Produksi Perikanan Tangkap Per Jenis Ikan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2020
Produksi (Ton)
No. Jenis Ikan Nama Latin 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
PROV PROV PROV PROV PROV PROV PROV PROV PROV PROV
Katsuwonus
1 Cakalang 946,00 1.504,9 1198,0 1990,0 2.289,0 1.975,0 1.997,0 1.987,7 1.209,0 1.185,0
pelamis
2 Cumi - cumi Loligo vulgaris 768,00 873,10 190,00 326,00 476,00 798,00 713,02 914,35 1.699,1 1.921,2
Netuma
3 Manyung 5.440,0 1.796,0 2169,0 3216,0 5.847,0 5.624,0 3.161,8 2.641,4 3.161,8 985,00
thalassina
Pennahia
4 Gulamah 3.269,0 2.898,5 3504,0 2881,0 4.594,0 4.067,0 3.975,0 906,15 1.000,0 1.345,0
macrocephalus
Caranx
5 Kuwe 13,00 19,00 27,00 129,00 260,00 88,00 152,13 145,71 139,61 122,17
sexfasciatus
Parastromateus
6 Bawal Hitam niger 3.356,0 3.289,4 3279,7 102,00 3.635,0 2.767,1 3.732,3 1.945,0 350,00 160,00
Pampus
7 Bawal Putih argentus 340,10 433,00 746,20 199,10 567,00 447,50 447,50 440,00 445,00 443,00
Dussumieria
8 Siro 123,90 1.118,2 1643,7 4572,7 1.850,8 5.944,3 9.235,0 8.000,0 8.765,0 700,00
acuta
Coryphaena
9 Lemadang 89,90 197,00 169,00 268,60 435,70 198,50 751,60 842,00 997,0 886,00
hippurus
Auxis rochei
10 Lisong 295,80 515,10 3686,3 95,50 238,80 974,10 616,50 570,00 377,00 264,00
rochei
Rastrelliger
11 Kembung 546,00 1.703,7 1062,0 920,53 718,00 510,00 161,75 740,85 232,38 98,53
kanagurta
Acanthocybium
12 Tenggiri 3.261,0 3.629,4 3377,0 3306,0 3.618,0 3.743,0 10.095 5.775,4 2.805,0 1.367,0
solandri

95
Lanjutan Lampiran 3. Produksi Perikanan Tangkap Per Jenis Ikan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2020
Produksi (Ton)
No. Jenis Ikan Nama Latin 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
PROV PROV PROV PROV PROV PROV PROV PROV PROV PROV
13 Albakor Katsuwonus
438,30 182,20 115,40 107,20 485,10 1.206,8 1.568,0 1.878,0 765,00 127,00
pelamis
Thunnus
14 Madidihang 268,30 308,00 294,00 145,70 601,90 1.498,5 1.168,0 1.638,0 1.450,0 1.690,0
albacares
Tuna Mata Thunnus
15 872,00 871,70 896,90 1162,2 1.766,1 1.859,3 2.638,0 2.046,0 2.398,0 2.376,0
Besar obesus
Trichlurus
16 Layur 1.622,0 6.075,1 2333,0 2284,7 3.309,0 2.813,0 4.746,1 4.857,0 5.150,5 3.876,0
lepturus
Udang Parapena
17 1.789,2 1.800,2 1774,0 859,10 2.593,4 901,50 1.452,0 1.868,0 943,00 1.102,0
Krosok sculptilis
Udang Penaeus
18 372,20 936,50 1151,6 391,40 748,90 602,30 2.993,0 2.884,0 946,00 909,00
Jerbung merguiensis
Metapenaeus
19 Udang Dogol 198,00 232,60 1165,4 452,70 5.773,6 4.334,8 6.094,0 5.773,0 6.000,0 798,00
monoceros
Cucut Carcharhinus
20 618,90 397,60 261,20 352,40 149,30 395,60 514,30 945,00 479,00 689,00
Lanyam falciformis
21 Ikan Sebelah Psettadodidae 120,00 234,60 213,20 131,30 943,80 390,80 495,20 90,00 30,00 187,00
Pleuronectus
22 Ikan Lidah 360,00 255,70 362,00 309,00 248,00 244,0 370,70 536,00 217,00 868,00
spp
Setuhuk Makaira
23 170,00 176,10 155,60 289,60 122,70 341,10 334,00 98,78 40,00 288,00
Hitam mazarra
24 Peperek Lethrinus spp 10.510 6.325,5 6037,0 6214,0 9.030,0 7.970,0 4.975,9 13.510 14.001 1.198,0
Portunus
25 Rajungan 183,00 337,40 381,00 310,00 1.125,0 1.182,0 23.458 9.759,1 8.619,6 7.125,0
pelagicus

96
Lanjutan Lampiran 3. Produksi Perikanan Tangkap Per Jenis Ikan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2020
Produksi (Ton)
No. Jenis Ikan Nama Latin 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
PROV PROV PROV PROV PROV PROV PROV PROV PROV PROV
Mugil
26 Belanak 296,00 380,80 429,70 633,00 1.593,0 1.609,0 9.695,8 1.207,2 1.145,0 867,00
cephalus
Katsuwonus
27 Japuh pelamis 56,00 44,20 234,00 110,00 924,00 496,00 368,37 130,75 26,30 220,00
28 Teri Cypselurus spp 4.034,0 3.875,4 4417,0 4170,0 8.054,0 13.848 4.926,0 18.381 2.614,0 547,00
Nemimterus
29 Kurisi 254,50 2.357,2 2580,0 2310,0 5.851,0 5.993,0 6.317 20.688 1.976,0 124,00
hexodon
JUMLAH 40.611, 42.768 43852 38238 67.848 72.822 107.15 111.20 67.981 32.468
Sumber: Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap, 2020.

97
98

Lampiran 4. Nilai Analisis LQ (Location Quotient)


1. Nilai Analisis LQ Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2011.
Produksi
Produksi
Total Per
Total Per
Jenis Ikan
Jenis Ikan
No. Jenis Ikan Nama Latin Kabupaten xi/xt Xi/Xt LQ
Prov. Jawa
Cilacap
Tengah (Xi)
(xi)
Katsuwonus
1 Cakalang 371,85 946,00 0,04 0,02 1,78
pelamis
Cumi -
2 Loligo vulgaris 208,06 768,00 0,02 0,02 1,23
cumi
Netuma
3 Manyung 144,35 5.440,00 0,02 0,13 0,12
thalassina
Pennahia
4 Gulamah 1.383,72 3.269,00 0,15 0,08 1,92
macrocephalus
Caranx
5 Kuwe 0,50 13,00 0,00 0,00 0,17
sexfasciatus
Bawal Parastromateus
6 114,72 3.356,00 0,01 0,08 0,16
Hitam niger
Pampus
7 Bawal Putih 106,97 340,10 0,01 0,01 1,43
argentus
Dussumieria
8 Siro 46,68 123,90 0,01 0,00 1,71
acuta
Coryphaena
9 Lemadang 35,91 89,90 0,00 0,00 1,81
hippurus
Auxis rochei
10 Lisong 295,17 295,80 0,03 0,01 4,53
rochei
Rastrelliger
11 Kembung 304,88 546,00 0,03 0,01 2,53
kanagurta
Acanthocybium
12 Tenggiri 2.021,80 3.261,00 0,23 0,08 2,81
solandri
Katsuwonus
13 Albakor 387,90 438,30 0,04 0,01 4,02
pelamis
Thunnus
14 Madidihang 244,89 268,30 0,03 0,01 4,14
albacares
Tuna Mata Thunnus
15 637,01 872,00 0,07 0,02 3,32
Besar obesus
Trichlurus
16 Layur 461,29 1.622,00 0,05 0,04 1,29
lepturus
Udang Parapena
17 767,43 1.789,20 0,09 0,04 1,95
Krosok sculptilis
Udang Penaeus
18 114,72 372,20 0,01 0,01 1,40
Jerbung merguiensis
Udang Metapenaeus
19 157,91 198,00 0,02 0,00 3,62
Dogol monoceros
Cucut Carcharhinus
20 298,46 618,90 0,03 0,02 2,19
Lanyam falciformis
99

Lanjutan Lampiran 4. Nilai Analisis LQ (Location Quotient)


Produksi
Produksi
Total Per
Total Per
Jenis Ikan
Jenis Ikan
No. Jenis Ikan Nama Latin Kabupaten xi/xt Xi/Xt LQ
Prov. Jawa
Cilacap
Tengah (Xi)
(xi)

Ikan Psettadodidae
21 62,37 120,00 0,01 0,00 2,36
Sebelah
Pleuronectus
22 Ikan Lidah 230,00 360,00 0,03 0,01 2,90
spp
Setuhuk Makaira
23 88,16 170,00 0,01 0,00 2,35
Hitam mazarra
24 Peperek Lethrinus spp 441,61 10.510,00 0,05 0,26 0,19
Portunus
25 Rajungan 19,50 183,00 0,00 0,00 0,48
pelagicus
26 Belanak Mugil cephalus 0,00 296,00 0,00 0,01 0,00
Katsuwonus
27 Japuh 0,50 56,00 0,00 0,00 0,04
pelamis
28 Teri Cypselurus spp 0,10 4.034,00 0,00 0,10 0,00
Nemimterus
29 Kurisi 0,00 254,50 0,00 0,01 0,00
hexodon
Total xt dan Xt 8.946,46 40.611,10 1,00 1,00 50,47
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021.
100

Lanjutan Lampiran 4. Nilai Analisis LQ (Location Quotient)


2. Nilai Analisis LQ Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2012.
Produksi
Total Per Produksi Total
Jenis Ikan Per Jenis Ikan
No. Jenis Ikan Nama Latin Kabupaten Prov. Jawa xi/xt Xi/Xt LQ
Cilacap Tengah (Xi)
(xi)
Katsuwonus
1 Cakalang 994,90 1.504,90 0,10 0,04 2,71
pelamis
Cumi -
2 Loligo vulgaris 295,90 873,10 0,03 0,02 1,39
cumi
Netuma
3 Manyung 108,24 1.796,00 0,01 0,04 0,25
thalassina
Pennahia
4 Gulamah 1.179,50 2.898,50 0,11 0,07 1,67
macrocephalus
Caranx
5 Kuwe 0,90 19,00 0,00 0,00 0,19
sexfasciatus
Bawal Parastromateus
6 318,40 3.289,40 0,03 0,08 0,40
Hitam niger
Pampus
7 Bawal Putih 272,20 433,00 0,03 0,01 2,57
argentus
Dussumieria
8 Siro 572,75 1.118,20 0,05 0,03 2,10
acuta
Coryphaena
9 Lemadang 59,20 197,00 0,01 0,00 1,23
hippurus
Auxis rochei
10 Lisong 497,51 515,10 0,05 0,01 3,96
rochei
Rastrelliger
11 Kembung 860,70 1.703,70 0,08 0,04 2,07
kanagurta
Acanthocybium
12 Tenggiri 256,09 3.629,40 0,02 0,08 0,29
solandri
Katsuwonus
13 Albakor 182,20 182,20 0,02 0,00 4,10
pelamis
Thunnus
14 Madidihang 269,49 308,00 0,03 0,01 3,58
albacares
Tuna Mata Thunnus
15 871,70 871,70 0,08 0,02 4,10
Besar obesus
Trichlurus
16 Layur 1.117,59 6.075,10 0,11 0,14 0,75
lepturus
Udang Parapena
17 1.011,09 1.800,20 0,10 0,04 2,30
Krosok sculptilis
Udang Penaeus
18 388,87 936,50 0,04 0,02 1,70
Jerbung merguiensis
Udang Metapenaeus
19 127,18 232,60 0,01 0,01 2,24
Dogol monoceros
Cucut Carcharhinus
20 218,23 397,60 0,02 0,01 2,25
Lanyam falciformis
101

Lanjutan Lampiran 4. Nilai Analisis LQ (Location Quotient)


Produksi
Total Per Produksi Total
Jenis Ikan Per Jenis Ikan
No. Jenis Ikan Nama Latin Kabupaten Prov. Jawa xi/xt Xi/Xt LQ
Cilacap Tengah (Xi)
(xi)
Ikan
21 Psettadodidae 221,50 234,60 0,02 0,01 3,87
Sebelah
Pleuronectus
22 Ikan Lidah 255,70 255,70 0,02 0,01 4,10
spp
Setuhuk Makaira
23 165,80 176,10 0,02 0,00 3,86
Hitam mazarra
24 Peperek Lethrinus spp 82,07 6.325,50 0,01 0,15 0,05
Portunus
25 Rajungan 48,10 337,40 0,00 0,01 0,58
pelagicus
Mugil
26 Belanak 1,60 380,80 0,00 0,01 0,02
cephalus
Katsuwonus
27 Japuh 0,00 44,20 0,00 0,00 0,00
pelamis
Cypselurus
28 Teri 64,27 3.875,40 0,01 0,09 0,07
spp
Nemimterus
29 Kurisi 0,00 2.357,20 0,00 0,06 0,00
hexodon
Total xt dan Xt 10.441,68 42.768,10 1,00 1,00 52,38
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021.
102

Lanjutan Lampiran 4. Nilai Analisis LQ (Location Quotient)


3. Nilai Analisis LQ Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2013
Produksi Produksi
Total Per Total Per
Jenis Ikan Jenis Ikan
No. Jenis Ikan Nama Latin Kabupaten Prov. Jawa xi/xt Xi/Xt LQ
Cilacap Tengah
(xi) (Xi)
Katsuwonus
1 Cakalang 711,96 1198,00 0,06 0,03 2,23
pelamis
2 Cumi - cumi Loligo vulgaris 70,16 190,00 0,01 0,00 1,39
Netuma
3 99,26 2169,00 0,01 0,05 0,17
Manyung thalassina
Pennahia
4 Gulamah 1309,93 3504,00 0,11 0,08 1,40
macrocephalus
Caranx
5 Kuwe 21,36 27,00 0,00 0,00 2,97
sexfasciatus
Parastromateu
6 Bawal Hitam 721,36 3279,70 0,06 0,07 0,83
s niger
Pampus
7 Bawal Putih 463,05 746,20 0,04 0,02 2,33
argentus
Dussumieria
8 Siro 654,32 1643,70 0,06 0,04 1,50
acuta
Coryphaena
9 Lemadang 53,61 169,00 0,00 0,00 1,19
hippurus
Auxis rochei
10 Lisong 2268,72 3686,30 0,19 0,08 2,31
rochei
Rastrelliger
11 Kembung 408,79 1062,00 0,04 0,02 1,45
kanagurta
Acanthocybiu
12 Tenggiri 57,13 3377,00 0,00 0,08 0,06
m solandri
Katsuwonus
13 Albakor 134,51 115,40 0,01 0,00 4,38
pelamis
Thunnus
14 Madidihang 171,66 294,00 0,01 0,01 2,19
albacares
Tuna Mata Thunnus
15 855,07 896,90 0,07 0,02 3,58
Besar obesus
Trichlurus
16 Layur 808,40 2333,00 0,07 0,05 1,30
lepturus
Udang Parapena
17 841,97 1774,00 0,07 0,04 1,78
Krosok sculptilis
Udang Penaeus
18 721,36 1151,60 0,06 0,03 2,35
Jerbung merguiensis
Metapenaeus
19 Udang Dogol 379,87 1165,40 0,03 0,03 1,22
monoceros
Cucut Carcharhinus
20 269,54 261,20 0,02 0,01 3,88
Lanyam falciformis
103

Lanjutan Lampiran 4. Nilai Analisis LQ (Location Quotient)


Produksi Produksi
Total Per Total Per
Jenis Ikan Jenis Ikan
No. Jenis Ikan Nama Latin Kabupaten Prov. Jawa xi/xt Xi/Xt LQ
Cilacap Tengah
(xi) (Xi)
21 Ikan Sebelah Psettadodidae 250,59 213,20 0,02 0,00 4,42

Pleuronectus
22 Ikan Lidah 189,00 362,00 0,02 0,01 1,96
spp
Setuhuk Makaira
23 110,81 155,60 0,01 0,00 2,68
Hitam mazarra
24 Peperek Lethrinus spp 0,00 6037,00 0,00 0,14 0,00
Portunus
25 Rajungan 38,00 381,00 0,00 0,01 0,37
pelagicus
Mugil
26 Belanak 0,00 429,70 0,00 0,01 0,00
cephalus
Katsuwonus
27 Japuh 2,50 234,00 0,00 0,01 0,04
pelamis
28 Teri Cypselurus spp 58,63 4417,00 0,01 0,10 0,05
Nemimterus
29 Kurisi 0,00 2580,00 0,00 0,06 0,00
hexodon
Total xt dan Xt 11671,56 43852,90 1,00 1,00 48,05
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021.
104

Lanjutan Lampiran 4.. Nilai Analisis LQ (Location Quotient)


4. Nilai Analisis LQ Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Produksi
Produksi
Total Per
Total Per
Jenis Ikan
Jenis Ikan xi/xt Xi/Xt LQ
No. Jenis Ikan Nama Latin Kabupaten
Prov. Jawa
Cilacap
Tengah (Xi)
(xi)
Katsuwonus
1 Cakalang 777,09 1990,00 0,12 0,05 2,38
pelamis
2 Cumi - cumi Loligo vulgaris 57,66 326,00 0,01 0,01 1,08
Netuma
3 270,10 3216,00 0,04 0,08 0,51
Manyung thalassina
Pennahia
4 Gulamah 977,19 2881,00 0,16 0,08 2,07
macrocephalus
Caranx
5 Kuwe 30,38 129,00 0,00 0,00 1,44
sexfasciatus
Parastromateus
6 Bawal Hitam 43,53 102,00 0,01 0,00 2,60
niger
7 Bawal Putih Pampus argentus 49,34 199,10 0,01 0,01 1,51
Dussumieria
8 Siro 728,46 4572,70 0,12 0,12 0,97
acuta
Coryphaena
9 Lemadang 171,57 268,60 0,03 0,01 3,90
hippurus
Auxis rochei
10 Lisong 28,25 95,50 0,00 0,00 1,80
rochei
Rastrelliger
11 Kembung 234,79 920,53 0,04 0,02 1,56
kanagurta
Acanthocybium
12 Tenggiri 104,71 3306,00 0,02 0,09 0,19
solandri
Katsuwonus
13 Albakor 93,83 107,20 0,01 0,00 5,34
pelamis
Thunnus
14 Madidihang 118,83 145,70 0,02 0,00 4,97
albacares
Tuna Mata
15 Thunnus obesus 546,69 1162,20 0,09 0,03 2,87
Besar
Trichlurus
16 Layur 338,22 2284,70 0,05 0,06 0,90
lepturus
Parapena
17 Udang Krosok 467,25 859,10 0,07 0,02 3,32
sculptilis
Penaeus
18 Udang Jerbung 137,09 391,40 0,02 0,01 2,14
merguiensis
Metapenaeus
19 Udang Dogol 153,41 452,70 0,02 0,01 2,07
monoceros
Carcharhinus
20 Cucut Lanyam 117,51 352,40 0,02 0,01 2,03
falciformis
21 Ikan Sebelah Psettadodidae 79,52 131,30 0,01 0,00 3,69
105

Lanjutan Lampiran 4.. Nilai Analisis LQ (Location Quotient)


Produksi
Produksi
Total Per
Total Per
Nama Latin Jenis Ikan
No. Jenis Ikan Jenis Ikan xi/xt Xi/Xt LQ
Kabupaten
Prov. Jawa
Cilacap
Tengah (Xi)
(xi)
Pleuronectus
22 Ikan Lidah 205,70 309,00 0,03 0,01 4,06
spp
Makaira
23 Setuhuk Hitam 130,57 289,60 0,02 0,01 2,75
mazarra
24 Peperek Lethrinus spp 3,27 6214,00 0,00 0,16 0,00
Portunus
25 Rajungan 41,00 310,00 0,01 0,01 0,81
pelagicus
Mugil
26 Belanak 37,79 633,00 0,01 0,02 0,36
cephalus
Katsuwonus
27 Japuh 5,70 110,00 0,00 0,00 0,32
pelamis
Cypselurus
28 Teri 92,95 4170,00 0,01 0,11 0,14
spp
Nemimterus
29 Kurisi 227,35 2310,00 0,04 0,06 0,60
hexodon
Total xt dan Xt 6269,75 38238,73 1,00 1,00 56,38
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021.
106

Lanjutan Lampiran 4. Nilai Analisis LQ (Location Quotient)


5. Nilai Analisis LQ Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2015
Produksi
Produksi
Total Per
Total Per
Jenis Ikan
Jenis Ikan
No. Jenis Ikan Nama Latin Prov. Jawa xi/xt Xi/Xt LQ
Kabupaten
Tengah
Cilacap (xi)
(Xi)
Katsuwonus
1 Cakalang 969,74 2.289,00 0,14 0,03 4,27
pelamis
Cumi -
2 Loligo vulgaris 159,04 476,00 0,02 0,01 3,36
cumi
Netuma
3 Manyung 4,76 5.847,00 0,00 0,09 0,01
thalassina
Pennahia
4 Gulamah 1.020,30 4.594,00 0,15 0,07 2,24
macrocephalus
Caranx
5 Kuwe 49,00 260,00 0,01 0,00 1,90
sexfasciatus
Bawal Parastromateus
6 71,65 3.635,00 0,01 0,05 0,20
Hitam niger
Pampus
7 Bawal Putih 127,21 567,00 0,02 0,01 2,26
argentus
Dussumieria
8 Siro 129,57 1.850,80 0,02 0,03 0,71
acuta
Coryphaena
9 Lemadang 169,80 435,70 0,03 0,01 3,92
hippurus
Auxis rochei
10 Lisong 57,96 238,80 0,01 0,00 2,44
rochei
Rastrelliger
11 Kembung 98,97 718,00 0,01 0,01 1,39
kanagurta
Acanthocybium
12 Tenggiri 221,40 3.618,00 0,03 0,05 0,62
solandri
Katsuwonus
13 Albakor 479,01 485,10 0,07 0,01 9,94
pelamis
Thunnus
14 Madidihang 193,01 601,90 0,03 0,01 3,23
albacares
Tuna Mata Thunnus
15 571,58 1.766,10 0,08 0,03 3,26
Besar obesus
Trichlurus
16 Layur 401,10 3.309,00 0,06 0,05 1,22
lepturus
Udang Parapena
17 418,00 2.593,40 0,06 0,04 1,62
Krosok sculptilis
Udang Penaeus
18 140,13 748,90 0,02 0,01 1,88
Jerbung merguiensis
Udang Metapenaeus
19 158,91 5.773,60 0,02 0,09 0,28
Dogol monoceros
Cucut Carcharhinus
20 13,98 149,30 0,00 0,00 0,94
Lanyam falciformis
107

Lanjutan Lampiran 4. Nilai Analisis LQ (Location Quotient)


Produksi Produksi
Total Per Total Per
Jenis Ikan Jenis Ikan
No. Jenis Ikan Nama Latin Kabupaten Prov. Jawa xi/xt Xi/Xt LQ
Cilacap Tengah
(xi) (Xi)
Ikan
21 Psettadodidae 190,04 943,80 0,03 0,01 2,03
Sebelah
Pleuronectus
22 Ikan Lidah 53,00 248,00 0,01 0,00 2,15
spp
Setuhuk Makaira
23 50,18 122,70 0,01 0,00 4,12
Hitam mazarra
24 Peperek Lethrinus spp 2,61 9.030,00 0,00 0,13 0,00
Portunus
25 Rajungan 66,10 1.125,00 0,01 0,02 0,59
pelagicus
Mugil
26 Belanak 363,45 1.593,00 0,05 0,02 2,30
cephalus
Katsuwonus
27 Japuh 108,50 924,00 0,02 0,01 1,18
pelamis
Cypselurus
28 Teri 98,20 8.054,00 0,01 0,12 0,12
spp
Nemimterus
29 Kurisi 349,78 5.851,00 0,05 0,09 0,60
hexodon
Total xt dan Xt 6.736,98 6.736,98 67.848,10 1,00 1,00
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021.
108

Lanjutan Lampiran 4. Nilai Analisis LQ (Location Quotient)


6. Nilai Analisis LQ Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2016
Produksi
Produksi
Total Per
Total Per
Jenis Ikan
Jenis Ikan
No Jenis Ikan Nama Latin Prov. Jawa xi/xt Xi/Xt LQ
Kabupaten
Tengah
Cilacap (xi)
(Xi)
Katsuwonus
1 Cakalang 892,10 1.975,00 0,11 0,03 3,90
pelamis
Cumi -
2 Loligo vulgaris 165,80 798,00 0,02 0,01 1,79
cumi
Netuma
3 Manyung 289,40 5.624,00 0,03 0,08 0,44
thalassina
Pennahia
4 Gulamah 1.221,20 4.067,00 0,14 0,06 2,59
macrocephalus
Caranx
5 Kuwe 9,70 88,00 0,00 0,00 0,95
sexfasciatus
Bawal Parastromateus
6 56,50 2.767,10 0,01 0,04 0,18
Hitam niger
Bawal Pampus
7 75,70 447,50 0,01 0,01 1,46
Putih argentus
Dussumieria
8 Siro 297,90 5.944,30 0,04 0,08 0,43
acuta
Coryphaena
9 Lemadang 87,30 198,50 0,01 0,00 3,79
hippurus
Auxis rochei
10 Lisong 249,50 974,10 0,03 0,01 2,21
rochei
Rastrelliger
11 Kembung 90,29 510,00 0,01 0,01 1,53
kanagurta
Acanthocybium
12 Tenggiri 82,70 3.743,00 0,01 0,05 0,19
solandri
Katsuwonus
13 Albakor 1.480,70 1.206,80 0,18 0,02 10,59
pelamis
Thunnus
14 Madidihang 669,50 1.498,50 0,08 0,02 3,85
albacares
Tuna Mata Thunnus
15 783,60 1.859,30 0,09 0,03 3,64
Besar obesus
Trichlurus
16 Layur 580,40 2.813,00 0,07 0,04 1,78
lepturus
Udang Parapena
17 292,60 901,50 0,03 0,01 2,80
Krosok sculptilis
Udang Penaeus
18 129,20 602,30 0,02 0,01 1,85
Jerbung merguiensis
Udang Metapenaeus
19 122,90 4.334,80 0,01 0,06 0,24
Dogol monoceros
Cucut Carcharhinus
20 140,30 395,60 0,02 0,01 3,06
Lanyam falciformis
109

Lanjutan Lampiran 4. Nilai Analisis LQ (Location Quotient)


Produksi
Produksi
Total Per
Total Per
Jenis Ikan
Jenis Ikan
No Jenis Ikan Nama Latin Prov. Jawa xi/xt Xi/Xt LQ
Kabupaten
Tengah
Cilacap (xi)
(Xi)
Ikan
21 Psettadodidae 44,70 390,80 0,01 0,01 0,99
Sebelah
Pleuronectus
22 Ikan Lidah 113,50 244,0 0,01 0,00 4,01
spp
Setuhuk Makaira
23 129,70 341,10 0,02 0,00 3,28
Hitam mazarra
24 Peperek Lethrinus spp 33,50 7.970,00 0,00 0,11 0,04
Portunus
25 Rajungan 122,20 1.182,00 0,01 0,02 0,89
pelagicus
26 Belanak Mugil cephalus 58,10 1.609,00 0,01 0,02 0,31
Katsuwonus
27 Japuh 29,90 496,00 0,00 0,01 0,52
pelamis
28 Teri Cypselurus spp 126,50 13.848,00 0,01 0,19 0,08
Nemimterus
29 Kurisi 64,50 5.993,00 0,01 0,08 0,09
hexodon
Total xt dan Xt 8.439,89 72.822,20 1,00 1,00 57,49
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021
110

Lanjutan Lampiran 4. Nilai Analisis LQ (Location Quotient)


7. Nilai Analisis LQ Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2017
Produksi
Produksi
Total Per
Total Per
Jenis Ikan
Jenis Ikan
No. Jenis Ikan Nama Latin Prov. Jawa xi/xt Xi/Xt LQ
Kabupaten
Tengah
Cilacap (xi)
(Xi)
Katsuwonus
1 Cakalang 411,70 1.997,00 0,07 0,02 3,58
pelamis
Cumi -
2 Loligo vulgaris 86,00 713,02 0,01 0,01 2,10
cumi
Netuma
3 Manyung 194,30 3.161,86 0,03 0,03 1,07
thalassina
Pennahia
4 Gulamah 881,50 3.975,02 0,14 0,04 3,85
macrocephalus
Caranx
5 Kuwe 13,24 152,13 0,00 0,00 1,51
sexfasciatus
Bawal Parastromateus
6 29,60 3.732,36 0,00 0,03 0,14
Hitam niger
Bawal Pampus
7 89,70 447,50 0,01 0,00 3,48
Putih argentus
Dussumieria
8 Siro 540,00 9.235,00 0,09 0,09 1,02
acuta
Coryphaena
9 Lemadang 245,90 751,60 0,04 0,01 5,69
hippurus
Auxis rochei
10 Lisong 36,80 616,50 0,01 0,01 1,04
rochei
Rastrelliger
11 Kembung 21,70 161,75 0,00 0,00 2,33
kanagurta
Acanthocybium
12 Tenggiri 72,40 10.095,18 0,01 0,09 0,12
solandri
Katsuwonus
13 Albakor 561,20 1.568,00 0,09 0,01 6,22
pelamis
Thunnus
14 Madidihang 424,00 1.168,00 0,07 0,01 6,31
albacares
Tuna Mata Thunnus
15 640,70 2.638,00 0,10 0,02 4,22
Besar obesus
Trichlurus
16 Layur 561,80 4.746,14 0,09 0,04 2,06
lepturus
Udang Parapena
17 354,90 1.452,00 0,06 0,01 4,25
Krosok sculptilis
Udang Penaeus
18 342,30 2.993,00 0,06 0,03 1,99
Jerbung merguiensis
Udang Metapenaeus
19 120,60 6.094,00 0,02 0,06 0,34
Dogol monoceros
Cucut Carcharhinus
20 50,80 514,30 0,01 0,00 1,72
Lanyam falciformis
111

Lanjutan Lampiran 4. Nilai Analisis LQ (Location Quotient)


Produksi
Produksi
Total Per
Total Per
Jenis Ikan
Jenis Ikan
No. Jenis Ikan Nama Latin Prov. Jawa xi/xt Xi/Xt LQ
Kabupaten
Tengah
Cilacap (xi)
(Xi)
Ikan
21 Psettadodidae
Sebelah 2,60 495,20 0,00 0,00 0,09
Pleuronectus
22 Ikan Lidah 110,20 370,70 0,02 0,00 5,17
spp
Setuhuk Makaira
23 58,10 334,00 0,01 0,00 3,02
Hitam mazarra
24 Peperek Lethrinus spp 0,10 4.975,91 0,00 0,05 0,00
Portunus
25 Rajungan 32,90 23.458,85 0,01 0,22 0,02
pelagicus
Mugil
26 Belanak 96,80 9.695,84 0,02 0,09 0,17
cephalus
Katsuwonus
27 Japuh 29,10 368,37 0,00 0,00 1,37
pelamis
Cypselurus
28 Teri 71,50 4.926,00 0,01 0,05 0,25
spp
Nemimterus
29 Kurisi 84,00 6.317,25 0,01 0,06 0,23
hexodon
Total xt dan Xt 6.164,44 107.154,48 1,00 1,00 63,38
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021
112

Lanjutan Lampiran 4. Nilai Analisis LQ (Location Quotient)


8. Nilai Analisis LQ Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2018
Produksi
Produksi
Total Per
Total Per
Jenis Ikan
Jenis Ikan
No. Jenis Ikan Nama Latin Prov. Jawa xi/xt Xi/Xt LQ
Kabupaten
Tengah
Cilacap (xi)
(Xi)
Katsuwonus
1 Cakalang 418,37 1.987,75 0,06 0,02 3,26
pelamis
Cumi - Loligo
2 142,88 914,35 0,02 0,01 2,42
cumi vulgaris
Netuma
3 Manyung 92,31 2.641,48 0,01 0,02 0,54
thalassina
Pennahia
4 Gulamah macrocephal 189,38 906,15 0,03 0,01 3,24
us
Caranx
5 Kuwe 8,70 145,71 0,00 0,00 0,93
sexfasciatus
Bawal Parastromate
6 18,37 1.945,00 0,00 0,02 0,15
Hitam us niger
Pampus
7 Bawal Putih 135,73 440,00 0,02 0,00 4,78
argentus
Dussumieria
8 Siro 96,48 8.000,00 0,01 0,07 0,19
acuta
Coryphaena
9 Lemadang 360,72 842,00 0,05 0,01 6,64
hippurus
Auxis rochei
10 Lisong 75,10 570,00 0,01 0,01 2,04
rochei
Rastrelliger
11 Kembung 111,09 740,85 0,02 0,01 2,32
kanagurta
Acanthocybiu
12 Tenggiri 153,44 5.775,48 0,02 0,05 0,41
m solandri
Katsuwonus
13 Albakor 979,42 1.878,00 0,14 0,02 8,08
pelamis
Thunnus
14 Madidihang 806,84 1.638,00 0,11 0,01 7,64
albacares
Tuna Mata Thunnus
15 718,35 2.046,00 0,10 0,02 5,44
Besar obesus
Trichlurus
16 Layur 889,67 4.857,06 0,12 0,04 2,84
lepturus
Udang Parapena
17 583,89 1.868,00 0,08 0,02 4,85
Krosok sculptilis
Udang Penaeus
18 315,70 2.884,00 0,04 0,03 1,70
Jerbung merguiensis
Udang Metapenaeus
19 106,47 5.773,00 0,01 0,05 0,29
Dogol monoceros
Cucut Carcharhinus
20 210,84 945,00 0,03 0,01 3,46
Lanyam falciformis
113

Lanjutan Lampiran 4. Nilai Analisis LQ (Location Quotient)


Produksi
Produksi
Total Per
Total Per
Jenis Ikan
Jenis Ikan
No. Jenis Ikan Nama Latin Prov. Jawa xi/xt Xi/Xt LQ
Kabupaten
Tengah
Cilacap (xi)
(Xi)
Ikan
21 Psettadodidae 4,30 90,00 0,00 0,00 0,74
Sebelah
Pleuronectus
22 Ikan Lidah 150,01 536,00 0,02 0,00 4,34
spp
Setuhuk Makaira
23 30,25 98,78 0,00 0,00 4,75
Hitam mazarra
24 Peperek Lethrinus spp 0,35 13.510,83 0,00 0,12 0,00
Portunus
25 Rajungan 380,90 9.759,15 0,05 0,09 0,61
pelagicus
Mugil
26 Belanak 48,94 1.207,24 0,01 0,01 0,63
cephalus
Katsuwonus
27 Japuh 19,09 130,75 0,00 0,00 2,26
pelamis
28 Teri Cypselurus spp 125,73 18.381,39 0,02 0,17 0,11
Nemimterus
29 Kurisi - 20.688,25 - 0,19 -
hexodon
Total xt dan Xt 7.173,32 111.200,22 1,00 1,00 74,65
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021
114

Lanjutan Lampiran 4. Nilai Analisis LQ (Location Quotient)


9. Nilai Analisis LQ Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2019
Produksi Produksi
Total Per Total Per
Jenis Ikan Jenis Ikan
LQ
No. Jenis Ikan Nama Latin Kabupaten Prov. Jawa xi/xt Xi/Xt
Cilacap Tengah
(xi) (Xi)
Katsuwonus
1 Cakalang 961,90 1.209,00 0,06 0,02 3,55
pelamis
Cumi -
2 Loligo vulgaris 682,20 1.699,13 0,04 0,02 1,79
cumi
3 Manyung Netuma thalassina 187,10 3.161,80 0,01 0,05 0,26
Pennahia
4 Gulamah 624,30 1.000,00 0,04 0,01 2,79
macrocephalus
Caranx
5 Kuwe 9,80 139,61 0,00 0,00 0,31
sexfasciatus
Bawal Parastromateus
6 19,10 350,00 0,00 0,01 0,24
Hitam niger
7 Bawal Putih Pampus argentus 132,90 445,00 0,01 0,01 1,33
8 Siro Dussumieria acuta 37,90 8.765,00 0,00 0,13 0,02
Coryphaena
9 Lemadang 1.404,90 997,0 0,09 0,01 6,29
hippurus
10 Lisong Auxis rochei rochei 181,30 377,00 0,01 0,01 2,15
Rastrelliger
11 Kembung 185,30 232,38 0,01 0,00 3,56
kanagurta
Acanthocybium
12 Tenggiri 82,40 2.805,00 0,01 0,04 0,13
solandri
Katsuwonus
13 Albakor 1.163,20 765,00 0,08 0,01 6,78
pelamis
14 Madidihang Thunnus albacares 2.571,60 1.450,00 0,17 0,02 7,91
Tuna Mata
15 Thunnus obesus 1.941,50 2.398,00 0,13 0,04 3,61
Besar
16 Layur Trichlurus lepturus 2.056,90 5.150,50 0,14 0,08 1,78
Udang
17 Parapena sculptilis 930,10 943,00 0,06 0,01 4,40
Krosok
Udang Penaeus
18 591,90 946,00 0,04 0,01 2,79
Jerbung merguiensis
Udang Metapenaeus
19 170,10 6.000,00 0,01 0,09 0,13
Dogol monoceros
Cucut Carcharhinus
335,50 479,00 0,02 0,01 3,13
20 Lanyam falciformis

Ikan
21 Psettadodidae 3,30 30,00 0,00 0,00 0,49
Sebelah
22 Ikan Lidah Pleuronectus spp 69,34 217,00 0,00 0,00 1,43
Setuhuk
23 Makaira mazarra 47,90 40,00 0,00 0,00 5,34
Hitam
115

Lanjutan Lampiran 4. Nilai Analisis LQ (Location Quotient)


Produksi
Produksi
Total Per
Total Per
Jenis Ikan
Jenis Ikan
No. Jenis Ikan Nama Latin Kabupaten xi/xt Xi/Xt LQ
Prov. Jawa
Cilacap
Tengah (Xi)
(xi)
24 Peperek Lethrinus spp 119,40 14.001,26 0,01 0,21 0,04
25 Rajungan Portunus pelagicus 49,60 8.619,63 0,00 0,13 0,03
26 Belanak Mugil cephalus 35,30 1.145,00 0,00 0,02 0,14
Katsuwonus
27 Japuh 19,00 26,30 0,00 0,00 3,22
pelamis
28 Teri Cypselurus spp 614,02 2.614,02 0,04 0,04 1,05
Nemimterus
29 Kurisi 7,80 1.976,00 0,00 0,03 0,02
hexodon
Total xt dan Xt 15.235,56 67.981,63 1,00 1,00 64,7
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021
116

Lanjutan Lampiran 4. Nilai Analisis LQ (Location Quotient)


10. Nilai Analisis LQ Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2020
Produksi Produksi
Total Per Total Per
Jenis Ikan Jenis Ikan
xi/xt Xi/Xt LQ
No. Jenis Ikan Nama Latin Kabupaten Prov. Jawa
Cilacap Tengah
(xi) (Xi)
Katsuwonus
1 Cakalang 700,00 1.185,00 0,07 0,04 2,02
pelamis
Cumi -
2 Loligo vulgaris 895,70 1.921,29 0,09 0,06 1,59
cumi
Netuma
3 Manyung 149,70 985,00 0,02 0,03 0,52
thalassina
Pennahia
4 Gulamah 560,90 1.345,00 0,06 0,04 1,42
macrocephalus
Caranx
5 Kuwe 40,00 122,17 0,00 0,00 1,12
sexfasciatus
Bawal Parastromateus
6 13,00 160,00 0,00 0,00 0,28
Hitam niger
7 Bawal Putih Pampus argentus 100,30 443,00 0,01 0,01 0,77
Dussumieria
8 Siro 371,00 700,00 0,04 0,02 1,81
acuta
Coryphaena
9 Lemadang 531,80 886,00 0,06 0,03 2,05
hippurus
Auxis rochei
10 Lisong 122,10 264,00 0,01 0,01 1,58
rochei
Rastrelliger
11 Kembung 29,70 98,53 0,00 0,00 1,03
kanagurta
Acanthocybium
12 Tenggiri 132,20 1.367,03 0,01 0,04 0,33
solandri
Katsuwonus
13 Albakor 81,40 127,00 0,01 0,00 2,19
pelamis
Thunnus
14 Madidihang 994,80 1.690,00 0,10 0,05 2,01
albacares
Tuna Mata Thunnus obesus
15 1.896,00 2.376,00 0,20 0,07 2,72
Besar
Trichlurus
16 Layur 1.175,20 3.876,00 0,12 0,12 1,03
lepturus
Udang Parapena
17 430,40 1.102,00 0,05 0,03 1,33
Krosok sculptilis
Udang Penaeus
18 387,20 909,00 0,04 0,03 1,45
Jerbung merguiensis
Udang Metapenaeus
19 63,30 798,00 0,01 0,02 0,27
Dogol monoceros
Cucut Carcharhinus
20 312,40 689,00 0,03 0,02 1,55
Lanyam falciformis
Ikan
21 0,50 187,00 0,00 0,01 0,01
Sebelah Psettadodidae
117

Lanjutan Lampiran 4. Nilai Analisis LQ (Location Quotient)


Produksi Produksi
Total Per Total Per
Jenis Ikan Jenis Ikan
xi/xt Xi/Xt LQ
No. Jenis Ikan Nama Latin Kabupaten Prov. Jawa
Cilacap Tengah
(xi) (Xi)
22 Ikan Lidah Pleuronectus spp 136,00 868,00 0,01 0,03 0,53
Setuhuk
23 Makaira mazarra 134,50 288,00 0,01 0,01 1,59
Hitam
24 Peperek Lethrinus spp 88,60 1.198,00 0,01 0,04 0,25
Portunus
25 Rajungan 61,00 7.125,05 0,01 0,22 0,03
pelagicus
26 Belanak Mugil cephalus 50,30 867,00 0,01 0,03 0,20
Katsuwonus
27 Japuh 21,50 220,00 0,00 0,01 0,33
pelamis
28 Teri Cypselurus spp 30,80 547,00 0,00 0,02 0,19
Nemimterus
29 Kurisi 1,10 124,00 0,00 0,00 0,03
hexodon
Total xt dan Xt 9.511,40 32.468,07 1,00 1,00 1,00
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021.
Lanjutan Lampiran 4. Nilai Analisis LQ (Location Quotient)
11. Nilai Analisis LQ Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2020
RATA-
NO. Jenis Ikan Nama Latin 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 KETERANGAN
RATA
1 Cakalang Katsuwonus
1,78 2,71 2,23 2,38 4,27 3,90 3,58 3,26 3,55 2,02 2,97 BASIS
pelamis
2 Cumi-Cumi Loligo vulgaris 1,23 1,39 1,39 1,08 3,36 1,79 2,10 2,42 1,79 1,59 1,81 BASIS
Netuma
3 Manyung 0,12 0,25 0,17 0,51 0,01 0,44 1,07 0,54 0,26 0,52 0,39 NON BASIS
thalassina
Pennahia
4 Gulamah 1,92 1,67 1,40 2,07 2,24 2,59 3,85 3,24 2,79 1,42 2,32 BASIS
macrocephalus
Caranx
5 Kuwe 0,17 0,19 2,97 1,44 1,90 0,95 1,51 0,93 0,31 1,12 1,15 BASIS
sexfasciatus
Parastromateus
6 Bawal Hitam 0,16 0,40 0,83 2,60 0,20 0,18 0,14 0,15 0,24 0,28 0,52 NON BASIS
niger
Pampus
7 Bawal Putih 1,43 2,57 2,33 1,51 2,26 1,46 3,48 4,78 1,33 0,77 2,19 BASIS
argentus
Dussumieria
8 Siro 1,71 2,10 1,50 0,97 0,71 0,43 1,02 0,19 0,02 1,81 1,04 BASIS
acuta
Coryphaena
9 Lemadang 1,81 1,23 1,19 3,90 3,92 3,79 5,69 6,64 6,29 2,05 3,65 BASIS
hippurus
Auxis rochei
10 Lisong 4,53 3,96 2,31 1,80 2,44 2,21 1,04 2,04 2,15 1,58 2,41 BASIS
rochei
Rastrelliger
11 Kembung 2,53 2,07 1,45 1,56 1,39 1,53 2,33 2,32 3,56 1,03 1,98 BASIS
kanagurta
Acanthocybium
12 Tenggiri 2,81 0,29 0,06 0,19 0,62 0,19 0,12 0,41 0,13 0,33 0,52 NON BASIS
solandri
Katsuwonus
13 Albakor 4,02 4,10 4,38 5,34 9,94 10,5 6,22 8,08 6,78 2,19 6,16 BASIS
pelamis

118
Lanjutan Lampiran 4. Nilai Analisis LQ (Location Quotient)
12. Nilai Analisis LQ Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2020
RATA-
NO. Jenis Ikan Nama Latin 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 KETERANGAN
RATA
Thunnus
BASIS
14 Madidihang albacares 4,14 3,58 2,19 4,97 3,23 3,85 6,31 7,64 7,91 2,01 4,58
Tuna Mata Thunnus
15 3,32 4,10 3,58 2,87 3,26 3,64 4,22 5,44 3,61 2,72 3,68 BASIS
Besar obesus
Trichlurus
16 Layur 1,29 0,75 1,30 0,90 1,22 1,78 2,06 2,84 1,78 1,03 1,50 BASIS
lepturus
Udang Parapena
17 1,95 2,30 1,78 3,32 1,62 2,80 4,25 4,85 4,40 1,33 2,86 BASIS
Krosok sculptilis
Udang Penaeus
18 1,40 1,70 2,35 2,14 1,88 1,85 1,99 1,70 2,79 1,45 1,93 BASIS
Jerbung merguiensis
Udang Metapenaeus
19 3,62 2,24 1,22 2,07 0,28 0,24 0,34 0,29 0,13 0,27 1,07 BASIS
Dogol monoceros
Cucut Carcharhinus
20 2,19 2,25 3,88 2,03 0,94 3,06 1,72 3,46 3,13 1,55 2,42 BASIS
Lanyam falciformis
Ikan
21 Psettadodidae 2,36 3,87 4,42 3,69 2,03 0,99 0,09 0,74 0,49 0,01 1,87 BASIS
Sebelah
Pleuronectus
22 Ikan Lidah 2,90 4,10 1,96 4,06 2,15 4,01 5,17 4,34 1,43 0,53 3,07 BASIS
spp
Setuhuk Makaira
23 2,35 3,86 2,68 2,75 4,12 3,28 3,02 4,75 5,34 1,59 3,37 BASIS
Hitam mazarra
24 Peperek Lethrinus spp 0,19 0,05 0,00 0,00 0,00 0,04 0,00 0,00 0,04 0,25 0,06 NON BASIS
Portunus
25 Rajungan 0,48 0,58 0,37 0,81 0,59 0,89 0,02 0,61 0,03 0,03 0,44 NON BASIS
pelagicus
Mugil
26 Belanak 0,00 0,02 0,00 0,36 2,30 0,31 0,17 0,63 0,14 0,20 0,41 NON BASIS
cephalus
27 Japuh Katsuwonus 0,04 0,00 0,04 0,32 1,18 0,52 1,37 2,26 3,22 0,33 0,93 NON BASIS

119
Lanjutan Lampiran 4. Nilai Analisis LQ (Location Quotient)
13. Nilai Analisis LQ Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2020
RATA-
NO. Jenis Ikan Nama Latin 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 KETERANGAN
RATA
Cypselurus spp
28 Teri 0,00 0,07 0,05 0,14 0,12 0,08 0,25 0,11 1,05 0,19 0,21 NON BASIS
Nemimterus
29 Kurisi 0,00 0,00 0,00 0,60 0,60 0,09 0,23 0,00 0,02 0,03 0,16 NON BASIS
hexodon
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021.

120
121

Lampiran 5. Nilai Analisis SS (Shift Share)


1. Komponen Share Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap
Tahun 2011-2020.
No. Tahun Yjo Yjt Gj
1. 2011-2012 8.946,46 10.441,68 1495,22
2. 2012-2013 10.441,68 11.671,56 1229,88
3. 2013-2014 11.671,56 6.269,75 -5401,81
4. 2014-2015 6.269,75 6.736,98 467,23
5 2015-2016 6.736,98 8439,89 1702,91
6 2016-2017 8439,89 6164,44 -2275,45
7 2017-2018 6164,44 7173,32 1008,88
8 2018-2019 7173,32 15235,56 8062,24
9 2019-2020 15235,56 9511,4 -5724,16
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021.

2. Komponen Regional Share Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap


No. Tahun Yjo Yo Yt Yt/Yo Yjo(Yt/Yo) Nj
1. 2011-2012 8.946,46 40.611,10 42.768,10 1,053 9.421,64 475,18

2. 2012-2013 10.441,68 42.768,10 43.852,90 1,025 10.706,53 264,85


3. 2013-2014 11.671,56 43.852,90 38.238,73 0,872 10.177,33 -1494,23
4. 2014-2015 6.269,75 38.238,73 67.848,10 1,774 11.124,60 4854,85
5 2015-2016 6.736,98 67.848,10 72822,2 1,073 7.230,89 493,90
6 2016-2017 8.439,89 72822,2 107154,48 1,471 12.418,91 3979,02
7 2017-2018 6.164,44 107154,48 111200,22 1,038 6.397,19 232,75
8 2018-2019 7.173,32 111200,22 67981,63 0,611 4.385,37 -2787,95
9 2019-2020 15.235,56 67981,63 32468,07 0,478 7.276,51 -7959,05
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021.

3. Hasil Perhitungan Komponen Net Shift Komoditas Perikanan Tangkap


Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2020.
No. Tahun Gj Nj (Gj-Nj)
1. 2011-2012 1495,22 475,18 1020,04
2. 2012-2013 1229,88 264,85 965,03
3. 2013-2014 -5401,81 -1494,23 -3907,58
4. 2014-2015 467,23 4854,85 -4387,62
5 2015-2016 1702,91 493,90 1209,00
6 2016-2017 -2275,45 3979,02 -6254,47
7 2017-2018 1008,88 232,75 776,13
8 2018-2019 8062,24 -2787,95 10850,19
9 2019-2020 -5724,16 -7959,05 2234,89
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021.
Lanjutan Lampiran 5. Nilai Analisis SS (Shift Share)
1. Komponen Differential Shift Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2012
(Yit/Yio)
No Jenis Ikan Nama Latin Yio Yit Yijo Yijt Yit/Yio Djt
Yijo
1 Cakalang Katsuwonus pelamis 946,0 1.504,90 372 994,90 1,591 592 403,36
2 Cumi - cumi Loligo vulgaris 768,0 873,10 208 295,90 1,137 237 59,37
3 Manyung Netuma thalassina 5.440,0 1.796,00 144 108,24 0,330 48 60,58
Pennahia
4 Gulamah 3.269,0 2.898,50 1.384 1.179,50 0,887 1.227 -47,39
macrocephalus
5 Kuwe Caranx sexfasciatus 13,0 19,00 1 0,90 1,462 1 0,17
6 Bawal Hitam Parastromateus niger 3.356,0 3.289,40 115 318,40 0,980 112 205,96
7 Bawal Putih Pampus argentus 340,1 433,00 107 272,20 1,273 136 136,01
8 Siro Dussumieria acuta 123,9 1.118,20 47 572,75 9,025 421 151,46
9 Lemadang Coryphaena hippurus 89,9 197,00 36 59,20 2,191 79 -19,49
10 Lisong Auxis rochei rochei 295,8 515,10 295 497,51 1,741 514 -16,49
11 Kembung Rastrelliger kanagurta 546,0 1.703,70 305 860,70 3,120 951 -90,63
Acanthocybium
12 Tenggiri 3.261,0 3.629,40 2.022 256,09 1,113 2.250 -1994,1
solandri
13 Albakor Katsuwonus pelamis 438,3 182,20 388 182,20 0,416 161 20,95
14 Madidihang Thunnus albacares 268,3 308,00 245 269,49 1,148 281 -11,64
15 Tuna Mata Besar Thunnus obesus 872,0 871,70 637 871,70 1,000 637 234,91
16 Layur Trichlurus lepturus 1.622,0 6.075,10 461 1.117,59 3,745 1.728 -610,14
17 Udang Krosok Parapena sculptilis 1.789,2 1.800,20 767 1.011,09 1,006 772 238,94
18 Udang Jerbung Penaeus merguiensis 372,2 936,50 115 388,87 2,516 289 100,22
Metapenaeus
19 Udang Dogol 198,0 232,60 158 127,18 1,175 186 -58,32
monoceros
Carcharhinus
20 Cucut Lanyam 618,9 397,60 298 218,23 0,642 192 26,49
falciformis
21 Ikan Sebelah Psettadodidae 120,0 234,60 62 221,50 1,955 122 99,57
22 Ikan Lidah Pleuronectus spp 360,0 255,70 230 255,70 0,710 163 92,34

122
Lanjutan Lampiran 5. Nilai Analisis SS (Shift Share)
(Yit/Yio)
No Jenis Ikan Nama Latin Yio Yit Yijo Yijt Yit/Yio Djt
Yijo
23 Setuhuk Hitam Makaira mazarra 170,0 176,10 88 165,80 1,036 91 74,48
24 Peperek Lethrinus spp 10.510,0 6.325,50 442 82,07 0,602 266 -183,72
25 Rajungan Portunus pelagicus 183,0 337,40 20 48,10 1,844 36 12,15
26 Belanak Mugil cephalus 296,0 380,80 - 1,60 1,286 - 1,60
27 Japuh Katsuwonus pelamis 56,0 44,20 1 - 0,789 0 -0,39
28 Teri Cypselurus spp 4.034,0 3.875,40 0 64,27 0,961 0 64,17
29 Kurisi Nemimterus hexodon 254,5 2.357,20 - - 9,262 - 0,00
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021.

123
Lanjutan Lampiran 5. Nilai Analisis SS (Shift Share)
2. Komponen Differential Shift Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2012-2013
(Yit/Yio)
No Jenis Ikan Nama Latin Yio Yit Yijo Yijt Yit/Yio Djt
Yijo
1 Cakalang Katsuwonus pelamis 1.504,9 1.198,00 995 711,96 0,796 792 -80,05
2 Cumi -cumi Loligo vulgaris 873,1 190,00 296 70,16 0,218 64 5,77
3 Manyung Netuma thalassina 1.796,0 2.169,00 108 99,26 1,208 131 -31,46
4 Gulamah Pennahia macrocephalus 2.898,5 3.504,00 1.180 1.309,93 1,209 1.426 -115,97
5 Kuwe Caranx sexfasciatus 19,0 27,00 1 21,36 1,421 1 20,08
6 Bawal Hitam Parastromateus niger 3.289,4 3.279,70 318 721,36 0,997 317 403,90
7 Bawal Putih Pampus argentus 433,0 746,20 272 463,05 1,723 469 -6,04
8 Siro Dussumieria acuta 1.118,2 1.643,70 573 654,32 1,470 842 -187,59
9 Lemadang Coryphaena hippurus 197,0 169,00 59 53,61 0,858 51 2,82
10 Lisong Auxis rochei rochei 515,1 3.686,30 498 2.268,72 7,156 3.560 -1291,70
11 Kembung Rastrelliger kanagurta 1.703,7 1.062,00 861 408,79 0,623 537 -127,73
12 Tenggiri Acanthocybium solandri 3.629,4 3.377,00 256 57,13 0,930 238 -181,15
13 Albakor Katsuwonus pelamis 182,2 115,40 182 134,51 0,633 115 19,11
14 Madidihang Thunnus albacares 308,0 294,00 269 171,66 0,955 257 -85,58
15 Tuna Mata Besar Thunnus obesus 871,7 896,90 872 855,07 1,029 897 -41,83
16 Layur Trichlurus lepturus 6.075,1 2.333,00 1.118 808,40 0,384 429 379,22
17 Udang Krosok Parapena sculptilis 1.800,2 1.774,00 1.011 841,97 0,985 996 -154,40
18 Udang Jerbung Penaeus merguiensis 936,5 1.151,60 389 721,36 1,230 478 243,17
19 Udang Dogol Metapenaeus monoceros 232,6 1.165,40 127 379,87 5,010 637 -257,34
20 Cucut Lanyam Carcharhinus falciformis 397,6 261,20 218 269,54 0,657 143 126,18
21 Ikan Sebelah Psettadodidae 234,6 213,20 222 250,59 0,909 201 49,30
22 Ikan Lidah Pleuronectus spp 255,7 362,00 256 189,00 1,416 362 -173,00
23 Setuhuk Hitam Makaira mazarra 176,1 155,60 166 110,81 0,884 146 -35,69

124
Lanjutan Lampiran 5. Nilai Analisis SS (Shift Share)
(Yit/Yio)
No Jenis Ikan Nama Latin Yio Yit Yijo Yijt Yit/Yio Djt
Yijo
24 Peperek Lethrinus spp 6.325,5 6.037,00 82 - 0,954 78 -78,33
25 Rajungan Portunus pelagicus 337,4 381,00 48 38,00 1,129 54 -16,32
26 Belanak Mugil cephalus 380,8 429,70 2 - 1,128 2 -1,81
27 Japuh Katsuwonus pelamis 44,2 234,00 - 2,50 5,294 - 2,50
28 Teri Cypselurus spp 3.875,4 4.417,00 64 58,63 1,140 73 -14,62
29 Kurisi Nemimterus hexodon 2.357,2 2.580,00 - - 1,095 - 0,00
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021.

125
Lanjutan Lampiran 5. Nilai Analisis SS (Shift Share)
3. Komponen Differential Shift Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2013-2014
(Yit/Yio)
No Jenis Ikan Nama Latin Yio Yit Yijo Yijt Yit/Yio Djt
Yijo
1 Cakalang Katsuwonus pelamis 1.198,0 1.990,00 712 777,09 1,661 1.183 -405,55
2 Cumi - cumi Loligo vulgaris 190,0 326,00 70 57,66 1,716 120 -62,72
3 Manyung Netuma thalassina 2.169,0 3.216,00 99 270,10 1,483 147 122,93
4 Gulamah Pennahia macrocephalus 3.504,0 2.881,00 1.310 977,19 0,822 1.077 -99,84
5 Kuwe Caranx sexfasciatus 27,0 129,00 21 30,38 4,778 102 -71,67
6 Bawal Hitam Parastromateus niger 3.279,7 102,00 721 43,53 0,031 22 21,10
7 Bawal Putih Pampus argentus 746,2 199,10 463 49,34 0,267 124 -74,21
8 Siro Dussumieria acuta 1.643,7 4.572,70 654 728,46 2,782 1.820 -1091,83
9 Lemadang Coryphaena hippurus 169,0 268,60 54 171,57 1,589 85 86,36
10 Lisong Auxis rochei rochei 3.686,3 95,50 2.269 28,25 0,026 59 -30,53
11 Kembung Rastrelliger kanagurta 1.062,0 920,53 409 234,79 0,867 354 -119,54
12 Tenggiri Acanthocybium solandri 3.377,0 3.306,00 57 104,71 0,979 56 48,78
13 Albakor Katsuwonus pelamis 115,4 107,20 135 93,83 0,929 125 -31,12
14 Madidihang Thunnus albacares 294,0 145,70 172 118,83 0,496 85 33,76
15 Tuna Mata Besar Thunnus obesus 896,9 1.162,20 855 546,69 1,296 1.108 -561,31
16 Layur Trichlurus lepturus 2.333,0 2.284,70 808 338,22 0,979 792 -453,44
17 Udang Krosok Parapena sculptilis 1.774,0 859,10 842 467,25 0,484 408 59,51
18 Udang Jerbung Penaeus merguiensis 1.151,6 391,40 721 137,09 0,340 245 -108,08
19 Udang Dogol Metapenaeus monoceros 1.165,4 452,70 380 153,41 0,388 148 5,85
20 Cucut Lanyam Carcharhinus falciformis 261,2 352,40 270 117,51 1,349 364 -246,14
21 Ikan Sebelah Psettadodidae 213,2 131,30 251 79,52 0,616 154 -74,81
22 Ikan Lidah Pleuronectus spp 362,0 309,00 189 205,70 0,854 161 44,37
23 Setuhuk Hitam Makaira mazarra 155,6 289,60 111 130,57 1,861 206 -75,67
24 Peperek Lethrinus spp 6.037,0 6.214,00 - 3,27 1,029 - 3,27

126
Lanjutan Lampiran 5. Nilai Analisis SS (Shift Share)
4. Komponen Differential Shift Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2013-2014
(Yit/Yio)
No Jenis Ikan Nama Latin Yio Yit Yijo Yijt Yit/Yio Djt
Yijo
25 Rajungan Portunus pelagicus 381,0 310,00 38 41,00 0,814 31 10,08
26 Belanak Mugil cephalus 429,7 633,00 - 37,79 1,473 - 37,79
27 Japuh Katsuwonus pelamis 234,0 110,00 3 5,70 0,470 1 4,52
28 Teri Cypselurus spp 4.417,0 4.170,00 59 92,95 0,944 55 37,60
29 Kurisi Nemimterus hexodon 2.580,0 2.310,00 - 227,35 0,895 - 227,35
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021.

127
Lanjutan Lampiran 5. Nilai Analisis SS (Shift Share)
5. Komponen Differential Shift Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2014-2015
(Yit/Yio)
No Jenis Ikan Nama Latin Yio Yit Yijo Yijt Yit/Yio Djt
Yijo
1 Cakalang Katsuwonus pelamis 1.990,0 2.289,00 777 969,74 1,150 894 75,89
2 Cumi - cumi Loligo vulgaris 326,0 476,00 58 159,04 1,460 84 74,85
3 Manyung Netuma thalassina 3.216,0 5.847,00 270 4,76 1,818 491 -486,31
Pennahia
4 Gulamah 2.881,0 4.594,00 977 1.020,30 1,595 1.558 -537,91
macrocephalus
5 Kuwe Caranx sexfasciatus 129,0 260,00 30 49,00 2,016 61 -12,23
6 Bawal Hitam Parastromateus niger 102,0 3.635,00 44 71,65 35,637 1.551 -1479,64
7 Bawal Putih Pampus argentus 199,1 567,00 49 127,21 2,848 141 -13,30
8 Siro Dussumieria acuta 4.572,7 1.850,80 728 129,57 0,405 295 -165,27
9 Lemadang Coryphaena hippurus 268,6 435,70 172 169,80 1,622 278 -108,51
10 Lisong Auxis rochei rochei 95,5 238,80 28 57,96 2,501 71 -12,68
11 Kembung Rastrelliger kanagurta 920,5 718,00 235 98,97 0,780 183 -84,16
Acanthocybium
12 Tenggiri 3.306,0 3.618,00 105 221,40 1,094 115 106,81
solandri
13 Albakor Katsuwonus pelamis 107,2 485,10 94 479,01 4,525 425 54,41
14 Madidihang Thunnus albacares 145,7 601,90 119 193,01 4,131 491 -297,89
Tuna Mata
15 Thunnus obesus 1.162,2 1.766,10 547 571,58 1,520 831 -259,18
Besar
16 Layur Trichlurus lepturus 2.284,7 3.309,00 338 401,10 1,448 490 -88,75
17 Udang Krosok Parapena sculptilis 859,1 2.593,40 467 418,00 3,019 1.411 -992,51
18 Udang Jerbung Penaeus merguiensis 391,4 748,90 137 140,13 1,913 262 -122,18
Metapenaeus
19 Udang Dogol 452,7 5.773,60 153 158,91 12,754 1.957 -1797,64
monoceros
Carcharhinus
20 Cucut Lanyam 352,4 149,30 118 13,98 0,424 50 -35,81
falciformis
21 Ikan Sebelah Psettadodidae 131,3 943,80 80 190,04 7,188 572 -381,56

128
Lanjutan Lampiran 5. Nilai Analisis SS (Shift Share)
(Yit/Yio)
No Jenis Ikan Nama Latin Yio Yit Yijo Yijt Yit/Yio Djt
Yijo
22 Ikan Lidah Pleuronectus spp 309,0 248,00 206 53,00 0,803 165 -112,09
23 Setuhuk Hitam Makaira mazarra 289,6 122,70 131 50,18 0,424 55 -5,14
24 Peperek Lethrinus spp 6.214,0 9.030,00 3 2,61 1,453 5 -2,14
25 Rajungan Portunus pelagicus 310,0 1.125,00 41 66,10 3,629 149 -82,69
26 Belanak Mugil cephalus 633,0 1.593,00 38 363,45 2,517 95 268,35
27 Japuh Katsuwonus pelamis 110,0 924,00 6 108,50 8,400 48 60,62
28 Teri Cypselurus spp 4.170,0 8.054,00 93 98,20 1,931 180 -81,33
29 Kurisi Nemimterus hexodon 2.310,0 5.851,00 227 349,78 2,533 576 -226,07
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021.

129
Lanjutan Lampiran 5. Nilai Analisis SS (Shift Share)
6. Komponen Differential Shift Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2015-2016
(Yit/Yio)
No Jenis Ikan Nama Latin Yio Yit Yijo Yijt Yit/Yio Djt
Yijo
1 Cakalang Katsuwonus pelamis 2.289,0 1.975,00 970 892,10 0,863 837 55,39
2 Cumi - cumi Loligo vulgaris 476,0 798,00 159 165,80 1,676 267 -100,83
3 Manyung Netuma thalassina 5.847,0 5.624,00 5 289,40 0,962 5 284,82
4 Gulamah Pennahia macrocephalus 4.594,0 4.067,00 1.020 1.221,20 0,885 903 317,94
5 Kuwe Caranx sexfasciatus 260,0 88,00 49 9,70 0,338 17 -6,88
6 Bawal Hitam Parastromateus niger 3.635,0 2.767,10 72 56,50 0,761 55 1,96
7 Bawal Putih Pampus argentus 567,0 447,50 127 75,70 0,789 100 -24,70
8 Siro Dussumieria acuta 1.850,8 5.944,30 130 297,90 3,212 416 -118,25
9 Lemadang Coryphaena hippurus 435,7 198,50 170 87,30 0,456 77 9,94
10 Lisong Auxis rochei rochei 238,8 974,10 58 249,50 4,079 236 13,07
11 Kembung Rastrelliger kanagurta 718,0 510,00 99 90,29 0,710 70 19,99
12 Tenggiri Acanthocybium solandri 3.618,0 3.743,00 221 82,70 1,035 229 -146,35
13 Albakor Katsuwonus pelamis 485,1 1.206,80 479 1.480,70 2,488 1.192 289,05
14 Madidihang Thunnus albacares 601,9 1.498,50 193 669,50 2,490 481 188,98
15 Tuna Mata Besar Thunnus obesus 1.766,1 1.859,30 572 783,60 1,053 602 181,86
16 Layur Trichlurus lepturus 3.309,0 2.813,00 401 580,40 0,850 341 239,42
17 Udang Krosok Parapena sculptilis 2.593,4 901,50 418 292,60 0,348 145 147,30
18 Udang Jerbung Penaeus merguiensis 748,9 602,30 140 129,20 0,804 113 16,50
19 Udang Dogol Metapenaeus monoceros 5.773,6 4.334,80 159 122,90 0,751 119 3,59
20 Cucut Lanyam Carcharhinus falciformis 149,3 395,60 14 140,30 2,650 37 103,26
21 Ikan Sebelah Psettadodidae 943,8 390,80 190 44,70 0,414 79 -33,99
22 Ikan Lidah Pleuronectus spp 248,0 244,00 53 113,50 0,984 52 61,35
23 Setuhuk Hitam Makaira mazarra 122,7 341,10 50 129,70 2,780 139 -9,80
24 Peperek Lethrinus spp 9.030,0 7.970,00 3 33,50 0,883 2 31,20
25 Rajungan Portunus pelagicus 1.125,0 1.182,00 66 122,20 1,051 69 52,75

130
Lanjutan Lampiran 5. Nilai Analisis SS (Shift Share)
(Yit/Yio)
No Jenis Ikan Nama Latin Yio Yit Yijo Yijt Yit/Yio Djt
Yijo
26 Belanak Mugil cephalus 1.593,0 1.609,00 363 58,10 1,010 367 -309,00
27 Japuh Katsuwonus pelamis 924,0 496,00 109 29,90 0,537 58 -28,34
28 Teri Cypselurus spp 8.054,0 13.848,00 98 126,50 1,719 169 -42,34
29 Kurisi Nemimterus hexodon 5.851,0 5.993,00 350 64,50 1,024 358 -293,77
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021.

131
Lanjutan Lampiran 5. Nilai Analisis SS (Shift Share)
7. Komponen Differential Shift Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2016-2017
(Yit/Yio)
No Jenis Ikan Nama Latin Yio Yit Yijo Yijt Yit/Yio Djt
Yijo
1 Cakalang Katsuwonus pelamis 1.975,0 1.997,00 892 411,70 1,011 902 -490,34
2 Cumi - cumi Loligo vulgaris 798,0 713,02 166 86,00 0,894 148 -62,14
3 Manyung Netuma thalassina 5.624,0 3.161,86 289 194,30 0,562 163 31,60
4 Gulamah Pennahia macrocephalus 4.067,0 3.975,02 1.221 881,50 0,977 1.194 -312,08
5 Kuwe Caranx sexfasciatus 88,0 152,13 10 13,24 1,729 17 -3,53
6 Bawal Hitam Parastromateus niger 2.767,1 3.732,36 57 29,60 1,349 76 -46,61
7 Bawal Putih Pampus argentus 447,5 447,50 76 89,70 1,000 76 14,00
8 Siro Dussumieria acuta 5.944,3 9.235,00 298 540,00 1,554 463 77,19
9 Lemadang Coryphaena hippurus 198,5 751,60 87 245,90 3,786 331 -84,65
10 Lisong Auxis rochei rochei 974,1 616,50 250 36,80 0,633 158 -121,11
11 Kembung Rastrelliger kanagurta 510,0 161,75 90 21,70 0,317 29 -6,94
12 Tenggiri Acanthocybium solandri 3.743,0 10.095,18 83 72,40 2,697 223 -150,65
13 Albakor Katsuwonus pelamis 1.206,8 1.568,00 1.481 561,20 1,299 1.924 -1362,6
14 Madidihang Thunnus albacares 1.498,5 1.168,00 670 424,00 0,779 522 -97,84
15 Tuna Mata Besar Thunnus obesus 1.859,3 2.638,00 784 640,70 1,419 1.112 -471,08
16 Layur Trichlurus lepturus 2.813,0 4.746,14 580 561,80 1,687 979 -417,46
17 Udang Krosok Parapena sculptilis 901,5 1.452,00 293 354,90 1,611 471 -116,38
18 Udang Jerbung Penaeus merguiensis 602,3 2.993,00 129 342,30 4,969 642 -299,73
19 Udang Dogol Metapenaeus monoceros 4.334,8 6.094,00 123 120,60 1,406 173 -52,18
20 Cucut Lanyam Carcharhinus falciformis 395,6 514,30 140 50,80 1,300 182 -131,60
21 Ikan Sebelah Psettadodidae 390,8 495,20 45 2,60 1,267 57 -54,04
22 Ikan Lidah Pleuronectus spp 244,0 370,70 114 110,20 1,519 172 -62,24
23 Setuhuk Hitam Makaira mazarra 341,1 334,00 130 58,10 0,979 127 -68,90
24 Peperek Lethrinus spp 7.970,0 4.975,91 34 0,10 0,624 21 -20,82
25 Rajungan Portunus pelagicus 1.182,0 23.458,85 122 32,90 19,847 2.425 -2392,37

132
Lanjutan Lampiran 5. Nilai Analisis SS (Shift Share)
(Yit/Yio)
No Jenis Ikan Nama Latin Yio Yit Yijo Yijt Yit/Yio Djt
Yijo
26 Belanak Mugil cephalus 1.609,0 9.695,84 58 96,80 6,026 350 -253,31
27 Japuh Katsuwonus pelamis 496,0 368,37 30 29,10 0,743 22 6,89
28 Teri Cypselurus spp 13.848,0 4.926,00 127 71,50 0,356 45 26,50
29 Kurisi Nemimterus hexodon 5.993,0 6.317,25 65 84,00 1,054 68 16,01
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021.

133
Lanjutan Lampiran 5. Nilai Analisis SS (Shift Share)
8. Komponen Differential Shift Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2017-2018
(Yit/Yio)
No Jenis Ikan Nama Latin Yio Yit Yijo Yijt Yit/Yio Djt
Yijo
1 Cakalang Katsuwonus pelamis 1.997,0 1.987,75 412 418,37 0,995 410 8,58
2 Cumi - cumi Loligo vulgaris 713,0 914,35 86 142,88 1,282 110 32,60
3 Manyung Netuma thalassina 3.161,9 2.641,48 194 92,31 0,835 162 -70,01
4 Gulamah Pennahia macrocephalus 3.975,0 906,15 882 189,38 0,228 201 -11,57
5 Kuwe Caranx sexfasciatus 152,1 145,71 13 8,70 0,958 13 -3,98
6 Bawal Hitam Parastromateus niger 3.732,4 1.945,00 30 18,37 0,521 15 2,94
7 Bawal Putih Pampus argentus 447,5 440,00 90 135,73 0,983 88 47,53
8 Siro Dussumieria acuta 9.235,0 8.000,00 540 96,48 0,866 468 -371,31
9 Lemadang Coryphaena hippurus 751,6 842,00 246 360,72 1,120 275 85,24
10 Lisong Auxis rochei rochei 616,5 570,00 37 75,10 0,925 34 41,08
11 Kembung Rastrelliger kanagurta 161,8 740,85 22 111,09 4,580 99 11,70
12 Tenggiri Acanthocybium solandri 10.095,2 5.775,48 72 153,44 0,572 41 112,02
13 Albakor Katsuwonus pelamis 1.568,0 1.878,00 561 979,42 1,198 672 307,27
14 Madidihang Thunnus albacares 1.168,0 1.638,00 424 806,84 1,402 595 212,22
15 Tuna Mata Besar Thunnus obesus 2.638,0 2.046,00 641 718,35 0,776 497 221,43
16 Layur Trichlurus lepturus 4.746,1 4.857,06 562 889,67 1,023 575 314,74
17 Udang Krosok Parapena sculptilis 1.452,0 1.868,00 355 583,89 1,287 457 127,31
18 Udang Jerbung Penaeus merguiensis 2.993,0 2.884,00 342 315,70 0,964 330 -14,13
19 Udang Dogol Metapenaeus monoceros 6.094,0 5.773,00 121 106,47 0,947 114 -7,78
20 Cucut Lanyam Carcharhinus falciformis 514,3 945,00 51 210,84 1,837 93 117,50
21 Ikan Sebelah Psettadodidae 495,2 90,00 3 4,30 0,182 0 3,83
22 Ikan Lidah Pleuronectus spp 370,7 536,00 110 150,01 1,446 159 -9,33
23 Setuhuk Hitam Makaira mazarra 334,0 98,78 58 30,25 0,296 17 13,07
24 Peperek Lethrinus spp 4.975,9 13.510,83 0 0,35 2,715 0 0,08
25 Rajungan Portunus pelagicus 23.458,9 9.759,15 33 380,90 0,416 14 367,21

134
Lanjutan Lampiran 5. Nilai Analisis SS (Shift Share)
9. Komponen Differential Shift Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2017-2018
(Yit/Yio)
No Jenis Ikan Nama Latin Yio Yit Yijo Yijt Yit/Yio Djt
Yijo
26 Belanak Mugil cephalus 9.695,8 1.207,24 97 48,94 0,125 12 36,89
27 Japuh Katsuwonus pelamis 368,4 130,75 29 19,09 0,355 10 8,76
28 Teri Cypselurus spp 4.926,0 18.381,39 72 125,73 3,732 267 -141
29 Kurisi Nemimterus hexodon 6.317,3 20.688,25 84 - 3,275 275 -275
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021.

135
Lanjutan Lampiran 5. Nilai Analisis SS (Shift Share)
10. Komponen Differential Shift Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2018-2019
(Yit/Yio)
No Jenis Ikan Nama Latin Yio Yit Yijo Yijt Yit/Yio Djt
Yijo
1 Cakalang Katsuwonus pelamis 1.987,8 1.209,00 418 961,90 0,608 254 707,44
2 Cumi - cumi Loligo vulgaris 914,4 1.699,13 143 682,20 1,858 266 416,69
3 Manyung Netuma thalassina 2.641,5 3.161,80 92 187,10 1,197 110 76,61
4 Gulamah Pennahia macrocephalus 906,2 1.000,00 189 624,30 1,104 209 415,31
5 Kuwe Caranx sexfasciatus 145,7 139,61 9 9,80 0,958 8 1,46
6 Bawal Hitam Parastromateus niger 1.945,0 350,00 18 19,10 0,180 3 15,79
7 Bawal Putih Pampus argentus 440,0 445,00 136 132,90 1,011 137 -4,37
8 Siro Dussumieria acuta 8.000,0 8.765,00 96 37,90 1,096 106 -67,81
9 Lemadang Coryphaena hippurus 842,0 997,00 361 1.404,90 1,184 427 977,78
10 Lisong Auxis rochei rochei 570,0 377,00 75 181,30 0,661 50 131,63
11 Kembung Rastrelliger kanagurta 740,9 232,38 111 185,30 0,314 35 150,45
12 Tenggiri Acanthocybium solandri 5.775,5 2.805,00 153 82,40 0,486 75 7,88
13 Albakor Katsuwonus pelamis 1.878,0 765,00 979 1.163,20 0,407 399 764,23
14 Madidihang Thunnus albacares 1.638,0 1.450,00 807 2.571,60 0,885 714 1857,36
15 Tuna Mata Besar Thunnus obesus 2.046,0 2.398,00 718 1.941,50 1,172 842 1099,56
16 Layur Trichlurus lepturus 4.857,1 5.150,50 890 2.056,90 1,060 943 1113,48
17 Udang Krosok Parapena sculptilis 1.868,0 943,00 584 930,10 0,505 295 635,34
18 Udang Jerbung Penaeus merguiensis 2.884,0 946,00 316 591,90 0,328 104 488,35
19 Udang Dogol Metapenaeus monoceros 5.773,0 6.000,00 106 170,10 1,039 111 59,44
20 Cucut Lanyam Carcharhinus falciformis 945,0 479,00 211 335,50 0,507 107 228,63
21 Ikan Sebelah Psettadodidae 90,0 30,00 4 3,30 0,333 1 1,87
22 Ikan Lidah Pleuronectus spp 536,0 217,00 150 69,34 0,405 61 8,61
23 Setuhuk Hitam Makaira mazarra 98,8 40,00 30 47,90 0,405 12 35,65
24 Peperek Lethrinus spp 13.510,8 14.001,26 0 119,40 1,036 0 119,04
25 Rajungan Portunus pelagicus 9.759,2 8.619,63 381 49,60 0,883 336 -286,82

136
Lanjutan Lampiran 5. Nilai Analisis SS (Shift Share)
(Yit/Yio)
No Jenis Ikan Nama Latin Yio Yit Yijo Yijt Yit/Yio Djt
Yijo
26 Belanak Mugil cephalus 1.207,2 1.145,00 49 35,30 0,948 46 -11,12
27 Japuh Katsuwonus pelamis 130,8 26,30 19 19,00 0,201 4 15,16
28 Teri Cypselurus spp 18.381,4 2.614,02 126 614,02 0,142 18 596,14
29 Kurisi Nemimterus hexodon 20.688,3 1.976,00 - 7,80 0,096 - 7,80
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021.

137
Lanjutan Lampiran 5. Nilai Analisis SS (Shift Share)
11. Komponen Differential Shift Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2019-2020
(Yit/Yio)
No Jenis Ikan Nama Latin Yio Yit Yijo Yijt Yit/Yio Djt
Yijo
1 Cakalang Katsuwonus pelamis 1.209,0 1.185,00 962 700,00 0,980 943 -242,8
2 Cumi -cumi Loligo vulgaris 1.699,1 1.921,29 682 895,70 1,131 771 124,30
3 Manyung Netuma thalassina 3.161,8 985,00 187 149,70 0,312 58 91,41
4 Gulamah Pennahia macrocephalus 1.000,0 1.345,00 624 560,90 1,345 840 -278
5 Kuwe Caranx sexfasciatus 139,6 122,17 10 40,00 0,875 9 31,42
6 Bawal Hitam Parastromateus niger 350,0 160,00 19 13,00 0,457 9 4,27
7 Bawal Putih Pampus argentus 445,0 443,00 133 100,30 0,996 132 -32,00
8 Siro Dussumieria acuta 8.765,0 700,00 38 371,00 0,080 3 367,97
9 Lemadang Coryphaena hippurus 997,0 886,00 1.405 531,80 0,889 1.248 -716
10 Lisong Auxis rochei rochei 377,0 264,00 181 122,10 0,700 127 -4,86
11 Kembung Rastrelliger kanagurta 232,4 98,53 185 29,70 0,424 79 -48,87
12 Tenggiri Acanthocybium solandri 2.805,0 1.367,03 82 132,20 0,487 40 92,04
13 Albakor Katsuwonus pelamis 765,0 127,00 1.163 81,40 0,166 193 -111
14 Madidihang Thunnus albacares 1.450,0 1.690,00 2.572 994,80 1,166 2.997 -2002

15 Tuna Mata Besar Thunnus obesus 2.398,0 2.376,00 1.942 1.896,00 0,991 1.924 -27,69
16 Layur Trichlurus lepturus 5.150,5 3.876,00 2.057 1.175,20 0,753 1.548 -372
17 Udang Krosok Parapena sculptilis 943,0 1.102,00 930 430,40 1,169 1.087 -656
18 Udang Jerbung Penaeus merguiensis 946,0 909,00 592 387,20 0,961 569 -181
19 Udang Dogol Metapenaeus monoceros 6.000,0 798,00 170 63,30 0,133 23 40,68
20 Cucut Lanyam Carcharhinus falciformis 479,0 689,00 336 312,40 1,438 483 -170
21 Ikan Sebelah Psettadodidae 30,0 187,00 3 0,50 6,233 21 -20,07
22 Ikan Lidah Pleuronectus spp 217,0 868,00 69 136,00 4,000 277 -141
23 Setuhuk Hitam Makaira mazarra 40,0 288,00 48 134,50 7,200 345 -210
24 Peperek Lethrinus spp 14.001,3 1.198,00 119 88,60 0,086 10 78,38

138
Lanjutan Lampiran 5. Nilai Analisis SS (Shift Share)
(Yit/Yio)
No Jenis Ikan Nama Latin Yio Yit Yijo Yijt Yit/Yio Djt
Yijo
25 Rajungan Portunus pelagicus 8.619,6 7.125,05 50 61,00 0,827 41 20,00
26 Belanak Mugil cephalus 1.145,0 867,00 35 50,30 0,757 27 23,57
27 Japuh Katsuwonus pelamis 26,3 220,00 19 21,50 8,365 159 -137
28 Teri Cypselurus spp 2.614,0 547,00 614 30,80 0,209 128 -97,69
29 Kurisi Nemimterus hexodon 1.976,0 124,00 8 1,10 0,063 0 0,61
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021.

139
Lanjutan Lampiran 5. Nilai Analisis SS (Shift Share)
Lanjutan Komponen Differential Shift Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2020
2011- 2012- 2013- 2014- 2015- 2016- 2017- 2018- 2019- RATA-
No Jenis Ikan Nama Latin KETERANGAN
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 RATA
Katsuwonus
1 Cakalang 403 -80,05 -405,5 75,89 55,39 -490,3 8,58 707,4 -242,8 3,55 CEPAT
pelamis
Cumi - Loligo
2 59,37 5,77 -62,72 74,85 -100,8 -62,14 32,60 416,6 124,3 54,21 CEPAT
cumi vulgaris
Netuma
3 Manyung 60,58 -31,46 122,9 -486,3 284,8 31,60 -70,01 76,61 91,41 8,91 CEPAT
thalassina
Pennahia
4 Gulamah macrocephal -47,39 -115,97 -99,84 -537,9 317,9 -312,0 -11,57 415,3 -278,7 -74,48 LAMBAT
us
Caranx
5 Kuwe 0,17 20,08 -71,67 -12,23 -6,88 -3,53 -3,98 1,46 31,42 -5,02 LAMBAT
sexfasciatus
Bawal Parastromate
6 205 403,90 21,10 -1479 1,96 -46,61 2,94 15,79 4,27 -96,70 LAMBAT
Hitam us niger
Bawal Pampus
7 136 -6,04 -74,21 -13,30 -24,70 14,00 47,53 -4,37 -32,00 4,77 CEPAT
Putih argentus
Dussumieria
8 Siro 151 -187,59 -1091 -165,2 -118,2 77,19 -371,3 -67,81 367,9 -156,16 LAMBAT
acuta
Coryphaena
9 Lemadang -19,49 2,82 86,36 -108,5 9,94 -84,65 85,24 977,7 -716,6 25,87 CEPAT
hippurus
Auxis rochei
10 Lisong -16,49 -1291,7 -30,53 -12,68 13,07 -121,1 41,08 131,6 -4,86 -143,51 LAMBAT
rochei
Rastrelliger
11 Kembung -90,63 -127,73 -119,5 -84,16 19,99 -6,94 11,70 150,4 -48,87 -32,86 LAMBAT
kanagurta
Acanthocybiu
12 Tenggiri -1994 -181,15 48,78 106,8 -146,3 -150,6 112,0 7,88 92,04 -233,86 LAMBAT
m solandri
Katsuwonus
13 Albakor 20,95 19,11 -31,12 54,41 289,0 -1362 307,2 764,2 -111,7 -5,61 LAMBAT
pelamis

140
Lanjutan Lampiran 5. Nilai Analisis SS (Shift Share)
2011- 2012- 2013- 2014- 2015- 2016- 2017- 2018- 2019- RATA-
No Jenis Ikan Nama Latin KETERANGAN
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 RATA
Thunnus 212,2
14 Madidihang -11,64 -85,58 33,76 -297,8 188,9 -97,84 1857 -2002 -22,56 LAMBAT
albacares 2
Tuna Mata Thunnus
15 234 -41,83 -561,3 -259,1 181,8 -471,0 221,4 1099 -27,69 41,85 CEPAT
Besar obesus
Trichlurus
16 Layur -610 379,22 -453,4 -88,75 239,4 -417,4 314,7 1113 -372,7 11,59 CEPAT
lepturus
Udang Parapena
17 238 -154,40 59,51 -992,5 147,3 -116,3 127,3 635,3 -656,5 -79,05 LAMBAT
Krosok sculptilis
Udang Penaeus
18 100 243,17 -108,0 -122,1 16,50 -299,7 -14,13 488,3 -181,5 13,62 CEPAT
Jerbung merguiensis
Udang Metapenaeus
19 -58,32 -257,34 5,85 -1797, 3,59 -52,18 -7,78 59,44 40,68 -229,30 LAMBAT
Dogol monoceros
Cucut Carcharhinus
20 26,49 126,18 -246,1 -35,81 103,2 -131,6 117,5 228,6 -170,1 2,04 CEPAT
Lanyam falciformis
21 Ikan Sebelah Psettadodidae 99,57 49,30 -74,81 -381,5 -33,99 -54,04 3,83 1,87 -20,07 -45,55 LAMBAT
Pleuronectus
22 Ikan Lidah 92,34 -173,00 44,37 -112,0 61,35 -62,24 -9,33 8,61 -141,3 -32,37 LAMBAT
spp
Setuhuk Makaira
23 74,48 -35,69 -75,67 -5,14 -9,80 -68,90 13,07 35,65 -210,3 -31,38 LAMBAT
Hitam mazarra
24 Peperek Lethrinus spp -183 -78,33 3,27 -2,14 31,20 -20,82 0,08 119,0 78,38 -5,89 LAMBAT
Portunus
25 Rajungan 12,15 -16,32 10,08 -82,69 52,75 -2392 367,2 -286,8 20,00 -257,33 LAMBAT
pelagicus
26 Belanak Mugil cephalus 1,60 -1,81 37,79 268,3 -309,0 -253,3 36,89 -11,12 23,57 -23,00 LAMBAT
27 Japuh Katsuwonus
-0,39 2,50 4,52 60,62 -28,34 6,89 8,76 15,16 -137,4 -7,52 LAMBAT
pelamis
28 Teri Cypselurus spp 64,17 -14,62 37,60 -81,33 -42,34 26,50 -141,0 596,1 -97,69 38,60 CEPAT
Nemimterus
29 Kurisi 0,00 0,00 227,3 -226,0 -293,7 16,01 -275,0 7,80 0,61 -60,35 LAMBAT
hexodon
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021.

141
Lampiran 6. Nilai SI (Spesialization Index)
1. Nilai Analisis SI Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2011
Produksi Total Produksi Total
Per Jenis Ikan Per Jenis Ikan (xi/xt)-
No. Jenis Ikan Nama Latin xi/xt Xi/Xt SI(%)
Kabupaten Prov. Jawa (Xi/Xt)
Cilacap Tengah
1 Cakalang Katsuwonus pelamis 371,85 946,00 0,042 0,023 0,018 1,827
2 Cumi - cumi Loligo vulgaris 208,06 768,00 0,023 0,019 0,004 0,435
3 Manyung Netuma thalassina 144,35 5.440,00 0,016 0,134 -0,118 -11,782
4 Gulamah Pennahia macrocephalus 1.383,72 3.269,00 0,155 0,080 0,074 7,417
5 Kuwe Caranx sexfasciatus 0,50 13,00 0,000 0,000 0,000 -0,026
6 Bawal Hitam Parastromateus niger 114,72 3.356,00 0,013 0,083 -0,070 -6,981
7 Bawal Putih Pampus argentus 106,97 340,10 0,012 0,008 0,004 0,358
8 Siro Dussumieria acuta 46,68 123,90 0,005 0,003 0,002 0,217
9 Lemadang Coryphaena hippurus 35,91 89,90 0,004 0,002 0,002 0,180
10 Lisong Auxis rochei rochei 295,17 295,80 0,033 0,007 0,026 2,571
11 Kembung Rastrelliger kanagurta 304,88 546,00 0,034 0,013 0,021 2,063
12 Tenggiri Acanthocybium solandri 2.021,80 3.261,00 0,226 0,080 0,146 14,569
13 Albakor Katsuwonus pelamis 387,90 438,30 0,043 0,011 0,033 3,257
14 Madidihang Thunnus albacares 244,89 268,30 0,027 0,007 0,021 2,077
15 Tuna Mata Besar Thunnus obesus 637,01 872,00 0,071 0,021 0,050 4,973
16 Layur Trichlurus lepturus 461,29 1.622,00 0,052 0,040 0,012 1,162
17 Udang Krosok Parapena sculptilis 767,43 1.789,20 0,086 0,044 0,042 4,172
18 Udang Jerbung Penaeus merguiensis 114,72 372,20 0,013 0,009 0,004 0,366
19 Udang Dogol Metapenaeus monoceros 157,91 198,00 0,018 0,005 0,013 1,278
20 Cucut Lanyam Carcharhinus falciformis 298,46 618,90 0,033 0,015 0,018 1,812
21 Ikan Sebelah Psettadodidae 62,37 120,00 0,007 0,003 0,004 0,402
22 Ikan Lidah Pleuronectus spp 230,00 360,00 0,026 0,009 0,017 1,684
23 Setuhuk Hitam Makaira mazarra 88,16 170,00 0,010 0,004 0,006 0,567

142
Lampiran 6. Nilai SI (Spesialization Index)
Produksi Total Produksi Total
Per Jenis Ikan Per Jenis Ikan (xi/xt)-
No. Jenis Ikan Nama Latin xi/xt Xi/Xt SI(%)
Kabupaten Prov. Jawa (Xi/Xt)
Cilacap Tengah
24 Peperek Lethrinus spp 441,61 10.510,00 0,049 0,259 -0,209 -20,943
25 Rajungan Portunus pelagicus 19,50 183,00 0,002 0,005 -0,002 -0,233
26 Belanak Mugil cephalus 0,00 296,00 - 0,007 -0,007 -0,729
27 Japuh Katsuwonus pelamis 0,50 56,00 0,000 0,001 -0,001 -0,132
28 Teri Cypselurus spp 0,10 4.034,00 0,000 0,099 -0,099 -9,932
29 Kurisi Nemimterus hexodon 0,00 254,50 - 0,006 -0,006 -0,627
Total 8.946,46 40.611,10
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021.

143
Lanjutan Lampiran 6. Nilai SI (Spesialization Index)
2. Lanjutan Nilai Analisis SI Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2012
Produksi Total Produksi Total
Per Jenis Ikan Per Jenis Ikan (xi/xt)-
No. Jenis Ikan Nama Latin xi/xt Xi/Xt SI(%)
Kabupaten Prov. Jawa (Xi/Xt)
Cilacap Tengah
1 Cakalang Katsuwonus pelamis 994,90 1.504,90 0,095 0,035 0,060 6,009
2 Cumi - cumi Loligo vulgaris 295,90 873,10 0,028 0,020 0,008 0,792
3 Manyung Netuma thalassina 108,24 1.796,00 0,010 0,042 -0,032 -3,163
4 Gulamah Pennahia macrocephalus 1.179,50 2.898,50 0,113 0,068 0,045 4,519
5 Kuwe Caranx sexfasciatus 0,90 19,00 0,000 0,000 0,000 -0,036
6 Bawal Hitam Parastromateus niger 318,40 3.289,40 0,030 0,077 -0,046 -4,642
7 Bawal Putih Pampus argentus 272,20 433,00 0,026 0,010 0,016 1,594
8 Siro Dussumieria acuta 572,75 1.118,20 0,055 0,026 0,029 2,871
9 Lemadang Coryphaena hippurus 59,20 197,00 0,006 0,005 0,001 0,106
10 Lisong Auxis rochei rochei 497,51 515,10 0,048 0,012 0,036 3,560
11 Kembung Rastrelliger kanagurta 860,70 1.703,70 0,082 0,040 0,043 4,259
12 Tenggiri Acanthocybium solandri 256,09 3.629,40 0,025 0,085 -0,060 -6,034
13 Albakor Katsuwonus pelamis 182,20 182,20 0,017 0,004 0,013 1,319
14 Madidihang Thunnus albacares 269,49 308,00 0,026 0,007 0,019 1,861
15 Tuna Mata Besar Thunnus obesus 871,70 871,70 0,083 0,020 0,063 6,310
16 Layur Trichlurus lepturus 1.117,59 6.075,10 0,107 0,142 -0,035 -3,502
17 Udang Krosok Parapena sculptilis 1.011,09 1.800,20 0,097 0,042 0,055 5,474
18 Udang Jerbung Penaeus merguiensis 388,87 936,50 0,037 0,022 0,015 1,534
19 Udang Dogol Metapenaeus monoceros 127,18 232,60 0,012 0,005 0,007 0,674
20 Cucut Lanyam Carcharhinus falciformis 218,23 397,60 0,021 0,009 0,012 1,160
21 Ikan Sebelah Psettadodidae 221,50 234,60 0,021 0,005 0,016 1,573
22 Ikan Lidah Pleuronectus spp 255,70 255,70 0,024 0,006 0,019 1,851
23 Setuhuk Hitam Makaira mazarra 165,80 176,10 0,016 0,004 0,012 1,176

144
Lanjutan Lampiran 6. Nilai SI (Spesialization Index)
Produksi Total Produksi Total
Per Jenis Ikan Per Jenis Ikan (xi/xt)-
No. Jenis Ikan Nama Latin xi/xt Xi/Xt SI(%)
Kabupaten Prov. Jawa (Xi/Xt)
Cilacap Tengah
24 Peperek Lethrinus spp 82,07 6.325,50 0,008 0,148 -0,140 -14,004
25 Rajungan Portunus pelagicus 48,10 337,40 0,005 0,008 -0,003 -0,328
26 Belanak Mugil cephalus 1,60 380,80 0,000 0,009 -0,009 -0,875
27 Japuh Katsuwonus pelamis 0,00 44,20 - 0,001 -0,001 -0,103
28 Teri Cypselurus spp 64,27 3.875,40 0,006 0,091 -0,084 -8,446
29 Kurisi Nemimterus hexodon 0,00 2.357,20 - 0,055 -0,055 -5,512
Total 10.441,68 42.768,10
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021.

145
Lanjutan Lampiran 6. Nilai SI (Spesialization Index)
3. Lanjutan Nilai Analisis SI Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2013
Produksi Total Produksi Total
Per Jenis Ikan Per Jenis Ikan (xi/xt)-
No. Jenis Ikan Nama Latin xi/xt Xi/Xt SI(%)
Kabupaten Prov. Jawa (Xi/Xt)
Cilacap Tengah
1 Cakalang Katsuwonus pelamis 711,96 1198,00 0,061 0,027 0,034 3,368
2 Cumi - cumi Loligo vulgaris 70,16 190,00 0,006 0,004 0,002 0,168
3 Manyung Netuma thalassina 99,26 2169,00 0,009 0,049 -0,041 -4,096
4 Gulamah Pennahia macrocephalus 1309,93 3504,00 0,112 0,080 0,032 3,233
5 Kuwe Caranx sexfasciatus 21,36 27,00 0,002 0,001 0,001 0,121
6 Bawal Hitam Parastromateus niger 721,36 3279,70 0,062 0,075 -0,013 -1,298
7 Bawal Putih Pampus argentus 463,05 746,20 0,040 0,017 0,023 2,266
8 Siro Dussumieria acuta 654,32 1643,70 0,056 0,037 0,019 1,858
9 Lemadang Coryphaena hippurus 53,61 169,00 0,005 0,004 0,001 0,074
10 Lisong Auxis rochei rochei 2268,72 3686,30 0,194 0,084 0,110 11,032
11 Kembung Rastrelliger kanagurta 408,79 1062,00 0,035 0,024 0,011 1,081
12 Tenggiri Acanthocybium solandri 57,13 3377,00 0,005 0,077 -0,072 -7,211
13 Albakor Katsuwonus pelamis 134,51 115,40 0,012 0,003 0,009 0,889
14 Madidihang Thunnus albacares 171,66 294,00 0,015 0,007 0,008 0,800
15 Tuna Mata Besar Thunnus obesus 855,07 896,90 0,073 0,020 0,053 5,281
16 Layur Trichlurus lepturus 808,40 2333,00 0,069 0,053 0,016 1,606
17 Udang Krosok Parapena sculptilis 841,97 1774,00 0,072 0,040 0,032 3,169
18 Udang Jerbung Penaeus merguiensis 721,36 1151,60 0,062 0,026 0,036 3,554
19 Udang Dogol Metapenaeus monoceros 379,87 1165,40 0,033 0,027 0,006 0,597
20 Cucut Lanyam Carcharhinus falciformis 269,54 261,20 0,023 0,006 0,017 1,714
21 Ikan Sebelah Psettadodidae 250,59 213,20 0,021 0,005 0,017 1,661
22 Ikan Lidah Pleuronectus spp 189,00 362,00 0,016 0,008 0,008 0,794
23 Setuhuk Hitam Makaira mazarra 110,81 155,60 0,009 0,004 0,006 0,595

146
Lanjutan Lampiran 6. Nilai SI (Spesialization Index)
Produksi Total Produksi Total
Per Jenis Ikan Per Jenis Ikan (xi/xt)-
No. Jenis Ikan Nama Latin xi/xt Xi/Xt SI(%)
Kabupaten Prov. Jawa (Xi/Xt)
Cilacap Tengah
24 Peperek Lethrinus spp 0,00 6037,00 - 0,138 -0,138 -13,766
25 Rajungan Portunus pelagicus 38,00 381,00 0,003 0,009 -0,005 -0,543
26 Belanak Mugil cephalus 0,00 429,70 - 0,010 -0,010 -0,980
27 Japuh Katsuwonus pelamis 2,50 234,00 0,000 0,005 -0,005 -0,512
28 Teri Cypselurus spp 58,63 4417,00 0,005 0,101 -0,096 -9,570
29 Kurisi Nemimterus hexodon 0,00 2580,00 - 0.059 -0.059 -5.883
Total 11671,56 43852,90
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021.

147
Lanjutan Lampiran 6. Nilai SI (Spesialization Index)
4. Lanjutan Nilai Analisis SI Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Produksi Total Produksi Total
Per Jenis Ikan Per Jenis Ikan (xi/xt)-
No. Jenis Ikan Nama Latin xi/xt Xi/Xt SI(%)
Kabupaten Prov. Jawa (Xi/Xt)
Cilacap Tengah
1 Cakalang Katsuwonus pelamis 777,09 1990,00 0,124 0,052 0,072 7,190
2 Cumi - cumi Loligo vulgaris 57,66 326,00 0,009 0,009 0,001 0,067
3 Manyung Netuma thalassina 270,10 3216,00 0,043 0,084 -0,041 -4,102
4 Gulamah Pennahia macrocephalus 977,19 2881,00 0,156 0,075 0,081 8,052
5 Kuwe Caranx sexfasciatus 30,38 129,00 0,005 0,003 0,001 0,147
6 Bawal Hitam Parastromateus niger 43,53 102,00 0,007 0,003 0,004 0,428
7 Bawal Putih Pampus argentus 49,34 199,10 0,008 0,005 0,003 0,266
8 Siro Dussumieria acuta 728,46 4572,70 0,116 0,120 -0,003 -0,340
9 Lemadang Coryphaena hippurus 171,57 268,60 0,027 0,007 0,020 2,034
10 Lisong Auxis rochei rochei 28,25 95,50 0,005 0,002 0,002 0,201
11 Kembung Rastrelliger kanagurta 234,79 920,53 0,037 0,024 0,013 1,337
12 Tenggiri Acanthocybium solandri 104,71 3306,00 0,017 0,086 -0,070 -6,976
13 Albakor Katsuwonus pelamis 93,83 107,20 0,015 0,003 0,012 1,216
14 Madidihang Thunnus albacares 118,83 145,70 0,019 0,004 0,015 1,514
15 Tuna Mata Besar Thunnus obesus 546,69 1162,20 0,087 0,030 0,057 5,680
16 Layur Trichlurus lepturus 338,22 2284,70 0,054 0,060 -0,006 -0,580
17 Udang Krosok Parapena sculptilis 467,25 859,10 0,075 0,022 0,052 5,206
18 Udang Jerbung Penaeus merguiensis 137,09 391,40 0,022 0,010 0,012 1,163
19 Udang Dogol Metapenaeus monoceros 153,41 452,70 0,024 0,012 0,013 1,263
20 Cucut Lanyam Carcharhinus falciformis 117,51 352,40 0,019 0,009 0,010 0,953
21 Ikan Sebelah Psettadodidae 79,52 131,30 0,013 0,003 0,009 0,925
22 Ikan Lidah Pleuronectus spp 205,70 309,00 0,033 0,008 0,025 2,473
23 Setuhuk Hitam Makaira mazarra 130,57 289,60 0,021 0,008 0,013 1,325

148
Lanjutan Lampiran 6. Nilai SI (Spesialization Index)
Produksi Total Produksi Total
Per Jenis Ikan Per Jenis Ikan (xi/xt)-
No. Jenis Ikan Nama Latin xi/xt Xi/Xt SI(%)
Kabupaten Prov. Jawa (Xi/Xt)
Cilacap Tengah
-
24 Peperek Lethrinus spp 3,27 6214,00 0,001 0,163 -0,162
16,198
25 Rajungan Portunus pelagicus 41,00 310,00 0,007 0,008 -0,002 -0,157
26 Belanak Mugil cephalus 37,79 633,00 0,006 0,017 -0,011 -1,053
27 Japuh Katsuwonus pelamis 5,70 110,00 0,001 0,003 -0,002 -0,197
28 Teri Cypselurus spp 92,95 4170,00 0,015 0,109 -0,094 -9,423
29 Kurisi Nemimterus hexodon 227,35 2310,00 0,036 0,060 -0,024 -2,415
Total 6269,75 38238,73
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021.

149
Lanjutan Lampiran 6. Nilai SI (Spesialization Index)
5. Lanjutan Nilai Analisis SI Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2015
Produksi Total Produksi Total
Per Jenis Ikan Per Jenis Ikan (xi/xt)-
NO. Jenis Ikan Nama Latin xi/xt Xi/Xt SI(%)
Kabupaten Prov. Jawa (Xi/Xt)
Cilacap Tengah
1 Cakalang Katsuwonus pelamis 969,74 2.289,00 0,144 0,034 0,110 11,021
2 Cumi - cumi Loligo vulgaris 159,04 476,00 0,024 0,007 0,017 1,659
3 Manyung Netuma thalassina 4,76 5.847,00 0,001 0,086 -0,085 -8,547
4 Gulamah Pennahia macrocephalus 1.020,30 4.594,00 0,151 0,068 0,084 8,374
5 Kuwe Caranx sexfasciatus 49,00 260,00 0,007 0,004 0,003 0,344
6 Bawal Hitam Parastromateus niger 71,65 3.635,00 0,011 0,054 -0,043 -4,294
7 Bawal Putih Pampus argentus 127,21 567,00 0,019 0,008 0,011 1,053
8 Siro Dussumieria acuta 129,57 1.850,80 0,019 0,027 -0,008 -0,805
9 Lemadang Coryphaena hippurus 169,80 435,70 0,025 0,006 0,019 1,878
10 Lisong Auxis rochei rochei 57,96 238,80 0,009 0,004 0,005 0,508
11 Kembung Rastrelliger kanagurta 98,97 718,00 0,015 0,011 0,004 0,411
12 Tenggiri Acanthocybium solandri 221,40 3.618,00 0,033 0,053 -0,020 -2,046
13 Albakor Katsuwonus pelamis 479,01 485,10 0,071 0,007 0,064 6,395
14 Madidihang Thunnus albacares 193,01 601,90 0,029 0,009 0,020 1,978
15 Tuna Mata Besar Thunnus obesus 571,58 1.766,10 0,085 0,026 0,059 5,881
16 Layur Trichlurus lepturus 401,10 3.309,00 0,060 0,049 0,011 1,077
17 Udang Krosok Parapena sculptilis 418,00 2.593,40 0,062 0,038 0,024 2,382
18 Udang Jerbung Penaeus merguiensis 140,13 748,90 0,021 0,011 0,010 0,976
19 Udang Dogol Metapenaeus monoceros 158,91 5.773,60 0,024 0,085 -0,062 -6,151
20 Cucut Lanyam Carcharhinus falciformis 13,98 149,30 0,002 0,002 0,000 -0,013
21 Ikan Sebelah Psettadodidae 190,04 943,80 0,028 0,014 0,014 1,430
22 Ikan Lidah Pleuronectus spp 53,00 248,00 0,008 0,004 0,004 0,421
23 Setuhuk Hitam Makaira mazarra 50,18 122,70 0,007 0,002 0,006 0,564

150
Lanjutan Lampiran 6. Nilai SI (Spesialization Index)
Produksi Total Produksi Total
Per Jenis Ikan Per Jenis Ikan (xi/xt)-
NO. Jenis Ikan Nama Latin xi/xt Xi/Xt SI(%)
Kabupaten Prov. Jawa (Xi/Xt)
Cilacap Tengah
24 Peperek Lethrinus spp 2,61 9.030,00 0,000 0,133 -0,133 -13,270
25 Rajungan Portunus pelagicus 66,10 1.125,00 0,010 0,017 -0,007 -0,677
26 Belanak Mugil cephalus 363,45 1.593,00 0,054 0,023 0,030 3,047
27 Japuh Katsuwonus pelamis 108,50 924,00 0,016 0,014 0,002 0,249
28 Teri Cypselurus spp 98,20 8.054,00 0,015 0,119 -0,104 -10,413
29 Kurisi Nemimterus hexodon 349,78 5.851,00 0,052 0,086 -0,034 -3,432
Total 6.736,98 67.848,10
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021.

151
Lanjutan Lampiran 6. Nilai SI (Spesialization Index)
6. Lanjutan Nilai Analisis SI Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2016
Produksi Total Produksi Total
Per Jenis Ikan Per Jenis Ikan (xi/xt)-
NO. Jenis Ikan Nama Latin xi/xt Xi/Xt SI(%)
Kabupaten Prov. Jawa (Xi/Xt)
Cilacap Tengah
1 Cakalang Katsuwonus pelamis 892,10 1.975,00 0,106 0,027 0,079 7,858
2 Cumi - cumi Loligo vulgaris 165,80 798,00 0,020 0,011 0,009 0,869
3 Manyung Netuma thalassina 289,40 5.624,00 0,034 0,077 -0,043 -4,294
4 Gulamah Pennahia macrocephalus 1.221,20 4.067,00 0,145 0,056 0,089 8,885
5 Kuwe Caranx sexfasciatus 9,70 88,00 0,001 0,001 0,000 -0,006
6 Bawal Hitam Parastromateus niger 56,50 2.767,10 0,007 0,038 -0,031 -3,130
7 Bawal Putih Pampus argentus 75,70 447,50 0,009 0,006 0,003 0,282
8 Siro Dussumieria acuta 297,90 5.944,30 0,035 0,082 -0,046 -4,633
9 Lemadang Coryphaena hippurus 87,30 198,50 0,010 0,003 0,008 0,762
10 Lisong Auxis rochei rochei 249,50 974,10 0,030 0,013 0,016 1,619
11 Kembung Rastrelliger kanagurta 90,29 510,00 0,011 0,007 0,004 0,369
12 Tenggiri Acanthocybium solandri 82,70 3.743,00 0,010 0,051 -0,042 -4,160
13 Albakor Katsuwonus pelamis 1.480,70 1.206,80 0,175 0,017 0,159 15,887
14 Madidihang Thunnus albacares 669,50 1.498,50 0,079 0,021 0,059 5,875
15 Tuna Mata Besar Thunnus obesus 783,60 1.859,30 0,093 0,026 0,067 6,731
16 Layur Trichlurus lepturus 580,40 2.813,00 0,069 0,039 0,030 3,014
17 Udang Krosok Parapena sculptilis 292,60 901,50 0,035 0,012 0,022 2,229
18 Udang Jerbung Penaeus merguiensis 129,20 602,30 0,015 0,008 0,007 0,704
19 Udang Dogol Metapenaeus monoceros 122,90 4.334,80 0,015 0,060 -0,045 -4,496
20 Cucut Lanyam Carcharhinus falciformis 140,30 395,60 0,017 0,005 0,011 1,119
21 Ikan Sebelah Psettadodidae 44,70 390,80 0,005 0,005 0,000 -0,007
22 Ikan Lidah Pleuronectus spp 113,50 244,0 0,013 0,003 0,010 1,010
23 Setuhuk Hitam Makaira mazarra 129,70 341,10 0,015 0,005 0,011 1,068

152
Lanjutan Lampiran 6. Nilai SI (Spesialization Index)
Produksi Total Produksi Total
Per Jenis Ikan Per Jenis Ikan (xi/xt)-
NO. Jenis Ikan Nama Latin xi/xt Xi/Xt SI(%)
Kabupaten Prov. Jawa (Xi/Xt)
Cilacap Tengah
24 Peperek Lethrinus spp 33,50 7.970,00 0,004 0,109 -0,105 -10,548
25 Rajungan Portunus pelagicus 122,20 1.182,00 0,014 0,016 -0,002 -0,175
26 Belanak Mugil cephalus 58,10 1.609,00 0,007 0,022 -0,015 -1,521
27 Japuh Katsuwonus pelamis 29,90 496,00 0,004 0,007 -0,003 -0,327
28 Teri Cypselurus spp 126,50 13.848,00 0,015 0,190 -0,175 -17,517
29 Kurisi Nemimterus hexodon 64,50 5.993,00 0,008 0,082 -0,075 -7,465
Total 8.439,89 72.822,20
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021.

153
Lanjutan Lampiran 6. Nilai SI (Spesialization Index)
7. Lanjutan Nilai Analisis SI Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2017
Produksi Total Produksi Total
Per Jenis Ikan Per Jenis Ikan (xi/xt)-
NO. Jenis Ikan Nama Latin xi/xt Xi/Xt SI(%)
Kabupaten Prov. Jawa (Xi/Xt)
Cilacap Tengah
1 Cakalang Katsuwonus pelamis 411,70 1.997,00 0,067 0,019 0,048 4,815
2 Cumi - cumi Loligo vulgaris 86,00 713,02 0,014 0,007 0,007 0,730
3 Manyung Netuma thalassina 194,30 3.161,86 0,032 0,030 0,002 0,201
4 Gulamah Pennahia macrocephalus 881,50 3.975,02 0,143 0,037 0,106 10,590
5 Kuwe Caranx sexfasciatus 13,24 152,13 0,002 0,001 0,001 0,073
6 Bawal Hitam Parastromateus niger 29,60 3.732,36 0,005 0,035 -0,030 -3,003
7 Bawal Putih Pampus argentus 89,70 447,50 0,015 0,004 0,010 1,037
8 Siro Dussumieria acuta 540,00 9.235,00 0,088 0,086 0,001 0,142
9 Lemadang Coryphaena hippurus 245,90 751,60 0,040 0,007 0,033 3,288
10 Lisong Auxis rochei rochei 36,80 616,50 0,006 0,006 0,000 0,022
11 Kembung Rastrelliger kanagurta 21,70 161,75 0,004 0,002 0,002 0,201
12 Tenggiri Acanthocybium solandri 72,40 10.095,18 0,012 0,094 -0,082 -8,247
13 Albakor Katsuwonus pelamis 561,20 1.568,00 0,091 0,015 0,076 7,641
14 Madidihang Thunnus albacares 424,00 1.168,00 0,069 0,011 0,058 5,788
15 Tuna Mata Besar Thunnus obesus 640,70 2.638,00 0,104 0,025 0,079 7,932
16 Layur Trichlurus lepturus 561,80 4.746,14 0,091 0,044 0,047 4,684
17 Udang Krosok Parapena sculptilis 354,90 1.452,00 0,058 0,014 0,044 4,402
18 Udang Jerbung Penaeus merguiensis 342,30 2.993,00 0,056 0,028 0,028 2,760
19 Udang Dogol Metapenaeus monoceros 120,60 6.094,00 0,020 0,057 -0,037 -3,731
20 Cucut Lanyam Carcharhinus falciformis 50,80 514,30 0,008 0,005 0,003 0,344
21 Ikan Sebelah Psettadodidae 2,60 495,20 0,000 0,005 -0,004 -0,420
22 Ikan Lidah Pleuronectus spp 110,20 370,70 0,018 0,003 0,014 1,442
23 Setuhuk Hitam Makaira mazarra 58,10 334,00 0,009 0,003 0,006 0,631

154
Lanjutan Lampiran 6. Nilai SI (Spesialization Index)
Produksi Total Produksi Total
Per Jenis Ikan Per Jenis Ikan (xi/xt)-
NO. Jenis Ikan Nama Latin xi/xt Xi/Xt SI(%)
Kabupaten Prov. Jawa (Xi/Xt)
Cilacap Tengah
24 Peperek Lethrinus spp 0,10 4.975,91 0,000 0,046 -0,046 -4,642
25 Rajungan Portunus pelagicus 32,90 23.458,85 0,005 0,219 -0,214 -21,359
26 Belanak Mugil cephalus 96,80 9.695,84 0,016 0,090 -0,075 -7,478
27 Japuh Katsuwonus pelamis 29,10 368,37 0,005 0,003 0,001 0,128
28 Teri Cypselurus spp 71,50 4.926,00 0,012 0,046 -0,034 -3,437
29 Kurisi Nemimterus hexodon 84,00 6.317,25 0,014 0,059 -0,045 -4,533
Total 6.164,44 107.154,48
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021.

155
Lanjutan Lampiran 6. Nilai SI (Spesialization Index)
8. Lanjutan Nilai Analisis SI Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2018
Produksi Total Produksi Total
Per Jenis Ikan Per Jenis Ikan (xi/xt)-
NO. Jenis Ikan Nama Latin xi/xt Xi/Xt SI(%)
Kabupaten Prov. Jawa (Xi/Xt)
Cilacap Tengah
1 Cakalang Katsuwonus pelamis 418,37 1.987,75 0,058 0,018 0,040 4,045
2 Cumi - cumi Loligo vulgaris 142,88 914,35 0,020 0,008 0,012 1,170
3 Manyung Netuma thalassina 92,31 2.641,48 0,013 0,024 -0,011 -1,089
4 Gulamah Pennahia macrocephalus 189,38 906,15 0,026 0,008 0,018 1,825
5 Kuwe Caranx sexfasciatus 8,70 145,71 0,001 0,001 0,000 -0,010
6 Bawal Hitam Parastromateus niger 18,37 1.945,00 0,003 0,017 -0,015 -1,493
7 Bawal Putih Pampus argentus 135,73 440,00 0,019 0,004 0,015 1,496
8 Siro Dussumieria acuta 96,48 8.000,00 0,013 0,072 -0,058 -5,849
9 Lemadang Coryphaena hippurus 360,72 842,00 0,050 0,008 0,043 4,271
10 Lisong Auxis rochei rochei 75,10 570,00 0,010 0,005 0,005 0,534
11 Kembung Rastrelliger kanagurta 111,09 740,85 0,015 0,007 0,009 0,882
12 Tenggiri Acanthocybium solandri 153,44 5.775,48 0,021 0,052 -0,031 -3,055
13 Albakor Katsuwonus pelamis 979,42 1.878,00 0,137 0,017 0,120 11,965
14 Madidihang Thunnus albacares 806,84 1.638,00 0,112 0,015 0,098 9,775
15 Tuna Mata Besar Thunnus obesus 718,35 2.046,00 0,100 0,018 0,082 8,174
16 Layur Trichlurus lepturus 889,67 4.857,06 0,124 0,044 0,080 8,035
17 Udang Krosok Parapena sculptilis 583,89 1.868,00 0,081 0,017 0,065 6,460
18 Udang Jerbung Penaeus merguiensis 315,70 2.884,00 0,044 0,026 0,018 1,808
19 Udang Dogol Metapenaeus monoceros 106,47 5.773,00 0,015 0,052 -0,037 -3,707
20 Cucut Lanyam Carcharhinus falciformis 210,84 945,00 0,029 0,008 0,021 2,089
21 Ikan Sebelah Psettadodidae 4,30 90,00 0,001 0,001 0,000 -0,021
22 Ikan Lidah Pleuronectus spp 150,01 536,00 0,021 0,005 0,016 1,609
23 Setuhuk Hitam Makaira mazarra 30,25 98,78 0,004 0,001 0,003 0,333

156
Lanjutan Lampiran 6. Nilai SI (Spesialization Index)
Produksi Total Produksi Total
Per Jenis Ikan Per Jenis Ikan (xi/xt)-
NO. Jenis Ikan Nama Latin xi/xt Xi/Xt SI(%)
Kabupaten Prov. Jawa (Xi/Xt)
Cilacap Tengah
24 Peperek Lethrinus spp 0,35 13.510,83 0,000 0,122 -0,121 -12,145
25 Rajungan Portunus pelagicus 380,90 9.759,15 0,053 0,088 -0,035 -3,466
26 Belanak Mugil cephalus 48,94 1.207,24 0,007 0,011 -0,004 -0,403
27 Japuh Katsuwonus pelamis 19,09 130,75 0,003 0,001 0,001 0,149
28 Teri Cypselurus spp 125,73 18.381,39 0,018 0,165 -0,148 -14,777
29 Kurisi Nemimterus hexodon - 20.688,25 - 0,186 -0,186 -18,605
Total 7.173,32 111.200,22
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021.

157
Lanjutan Lampiran 6. Nilai SI (Spesialization Index)
9. Lanjutan Nilai Analisis SI Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2019
Produksi Total Produksi Total
Per Jenis Ikan Per Jenis Ikan (xi/xt)-
NO. Jenis Ikan Nama Latin xi/xt Xi/Xt SI(%)
Kabupaten Prov. Jawa (Xi/Xt)
Cilacap Tengah
1 Cakalang Katsuwonus pelamis 961,90 1.209,00 0,063 0,018 0,045 4,54
2 Cumi - cumi Loligo vulgaris 682,20 1.699,13 0,045 0,025 0,020 1,978
3 Manyung Netuma thalassina 187,10 3.161,80 0,012 0,047 -0,034 -3,423
4 Gulamah Pennahia macrocephalus 624,30 1.000,00 0,041 0,015 0,026 2,627
5 Kuwe Caranx sexfasciatus 9,80 139,61 0,001 0,002 -0,001 -0,141
6 Bawal Hitam Parastromateus niger 19,10 350,00 0,001 0,005 -0,004 -0,389
7 Bawal Putih Pampus argentus 132,90 445,00 0,009 0,007 0,002 0,218
8 Siro Dussumieria acuta 37,90 8.765,00 0,002 0,129 -0,126 -12,644
9 Lemadang Coryphaena hippurus 1.404,90 997,0 0,092 0,015 0,078 7,755
10 Lisong Auxis rochei rochei 181,30 377,00 0,012 0,006 0,006 0,635
11 Kembung Rastrelliger kanagurta 185,30 232,38 0,012 0,003 0,009 0,874
12 Tenggiri Acanthocybium solandri 82,40 2.805,00 0,005 0,041 -0,036 -3,585
13 Albakor Katsuwonus pelamis 1.163,20 765,00 0,076 0,011 0,065 6,509
14 Madidihang Thunnus albacares 2.571,60 1.450,00 0,169 0,021 0,147 14,746
15 Tuna Mata Besar Thunnus obesus 1.941,50 2.398,00 0,127 0,035 0,092 9,216
16 Layur Trichlurus lepturus 2,056.90 5,150.50 0.135 0.076 0.059 5.924
17 Udang Krosok Parapena sculptilis 930.10 943.00 0.061 0.014 0.047 4.718
18 Udang Jerbung Penaeus merguiensis 591.90 946.00 0.039 0.014 0.025 2.493
19 Udang Dogol Metapenaeus monoceros 170.10 6,000.00 0.011 0.088 -0.077 -7.709
20 Cucut Lanyam Carcharhinus falciformis 335,50 479,00 0,022 0,007 0,015 1,497
21 Ikan Sebelah Psettadodidae 3,30 30,00 0,000 0,000 0,000 -0,022
22 Ikan Lidah Pleuronectus spp 69,34 217,00 0,005 0,003 0,001 0,136
23 Setuhuk Hitam Makaira mazarra 47,90 40,00 0,003 0,001 0,003 0,256

158
Lanjutan Lampiran 6. Nilai SI (Spesialization Index)
Produksi Total Produksi Total
Per Jenis Ikan Per Jenis Ikan (xi/xt)-
NO. Jenis Ikan Nama Latin xi/xt Xi/Xt SI(%)
Kabupaten Prov. Jawa (Xi/Xt)
Cilacap Tengah
24 Peperek Lethrinus spp 119,40 14.001,26 0,008 0,206 -0,198 -19,812
25 Rajungan Portunus pelagicus 49,60 8.619,63 0,003 0,127 -0,124 -12,354
26 Belanak Mugil cephalus 35,30 1.145,00 0,002 0,017 -0,015 -1,453
27 Japuh Katsuwonus pelamis 19,00 26,30 0,001 0,000 0,001 0,086
28 Teri Cypselurus spp 614,02 2.614,02 0,040 0,038 0,002 0,185
29 Kurisi Nemimterus hexodon 7,80 1.976,00 0,001 0,029 -0,029 -2,855
Total 15.235,56 67.981,63
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021

159
Lanjutan Lampiran 6. Nilai SI (Spesialization Index)
10. Lanjutan Nilai Analisis SI Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2020
Produksi Total Produksi Total
Per Jenis Ikan Per Jenis Ikan (xi/xt)-
NO. Jenis Ikan Nama Latin xi/xt Xi/Xt SI(%)
Kabupaten Prov. Jawa (Xi/Xt)
Cilacap Tengah
1 Cakalang Katsuwonus pelamis 700,00 1.185,00 0,074 0,036 0,0370985 3,710
2 Cumi - cumi Loligo vulgaris 895,70 1.921,29 0,094 0,059 0,034996453 3,500
3 Manyung Netuma thalassina 149,70 985,00 0,016 0,030 -0,01459849 -1,460
4 Gulamah Pennahia macrocephalus 560,90 1.345,00 0,059 0,041 0,017546025 1,755
5 Kuwe Caranx sexfasciatus 40,00 122,17 0,004 0,004 0,000442706 0,044
6 Bawal Hitam Parastromateus niger 13,00 160,00 0,001 0,005 -0,00356117 -0,356
7 Bawal Putih Pampus argentus 100,30 443,00 0,011 0,014 -0,00309893 -0,310
8 Siro Dussumieria acuta 371,00 700,00 0,039 0,022 0,017446182 1,745
9 Lemadang Coryphaena hippurus 531,80 886,00 0,056 0,027 0,028623505 2,862
10 Lisong Auxis rochei rochei 122,10 264,00 0,013 0,008 0,004706162 0,471
11 Kembung Rastrelliger kanagurta 29,70 98,53 0,003 0,003 8,78949E-05 0,009
12 Tenggiri Acanthocybium solandri 132,20 1.367,03 0,014 0,042 -0,02820471 -2,820
13 Albakor Katsuwonus pelamis 81,40 127,00 0,009 0,004 0,004646616 0,465
14 Madidihang Thunnus albacares 994,80 1.690,00 0,105 0,052 0,052539143 5,254
15 Tuna Mata Besar Thunnus obesus 1.896,00 2.376,00 0,199 0,073 0,126160151 12,616
16 Layur Trichlurus lepturus 1.175,20 3.876,00 0,124 0,119 0,004178171 0,418
17 Udang Krosok Parapena sculptilis 430,40 1.102,00 0,045 0,034 0,011309924 1,131
18 Udang Jerbung Penaeus merguiensis 387,20 909,00 0,041 0,028 0,012712307 1,271
19 Udang Dogol Metapenaeus monoceros 63,30 798,00 0,007 0,025 -0,01792282 -1,792
20 Cucut Lanyam Carcharhinus falciformis 312,40 689,00 0,033 0,021 0,011623948 1,162
21 Ikan Sebelah Psettadodidae 0,50 187,00 0,000 0,006 -0,00570693 -0,571
22 Ikan Lidah Pleuronectus spp 136,00 868,00 0,014 0,027 -0,01243532 -1,244
23 Setuhuk Hitam Makaira mazarra 134,50 288,00 0,014 0,009 0,005270672 0,527

160
Lanjutan Lampiran 6. Nilai SI (Spesialization Index)
Produksi Total Produksi Total
Per Jenis Ikan Per Jenis Ikan (xi/xt)-
NO. Jenis Ikan Nama Latin xi/xt Xi/Xt SI(%)
Kabupaten Prov. Jawa (Xi/Xt)
Cilacap Tengah
24 Peperek Lethrinus spp 88,60 1.198,00 0,009 0,037 -0,02758265 -2,758
25 Rajungan Portunus pelagicus 61,00 7.125,05 0,006 0,219 -0,21303455 -21,303
26 Belanak Mugil cephalus 50,30 867,00 0,005 0,027 -0,02141476 -2,141
27 Japuh Katsuwonus pelamis 21,50 220,00 0,002 0,007 -0,00451544 -0,452
28 Teri Cypselurus spp 30,80 547,00 0,003 0,017 -0,01360910 -1,361
29 Kurisi Nemimterus hexodon 1,10 124,00 0,000 0,004 -0,00370348 -0,370
Total 9.511,40 32.468,07
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021

161
Lanjutan Lampiran 6. Nilai SI (Spesialization Index)
11. Nilai Analisis SI Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2020
RATA-
NO. Jenis Ikan Nama Latin 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 KET
RATA
Katsuwonus TERSPESI
1 Cakalang 1,827 6,009 3,368 7,190 11,021 7,858 4,815 4,045 4,54 3,710 5,438
pelamis ALISASI
Cumi - Loligo vulgaris TERSPESI
2 0,435 0,792 0,168 0,067 1,659 0,869 0,730 1,170 1,98 3,500 1,137
cumi ALISASI
Netuma TIDAK
3 Manyung thalassina -11,78 -3,16 -4,096 -4,10 -8,547 -4,294 0,201 -1,089 -3,42 -1,460 -4,175 TERSPESIA
LISASI
Pennahia TERSPESI
4 Gulamah 7,417 4,519 3,233 8,052 8,374 8,885 10,590 1,825 2,63 1,755 5,728
macrocephalus ALISASI
Caranx TIDAK
5 Kuwe sexfasciatus -0,026 -0,03 0,121 0,147 0,344 -0,006 0,073 -0,010 -0,14 0,044 0,051 TERSPESIA
LISASI
Parastromateus TIDAK
Bawal
6 niger -6,981 -4,64 -1,298 0,428 -4,294 -3,130 -3,003 -1,493 -0,39 -0,356 -2,516 TERSPESIA
Hitam
LISASI
Pampus TIDAK
Bawal
7 argentus 0,358 1,594 2,266 0,266 1,053 0,282 1,037 1,496 0,22 -0,310 0,826 TERSPESIA
Putih
LISASI
Dussumieria TIDAK
8 Siro acuta 0,217 2,871 1,858 -0,340 -0,805 -4,633 0,142 -5,849 -12,6 1,745 -1,744 TERSPESIA
LISASI
Coryphaena TERSPESI
9 Lemadang 0,180 0,106 0,074 2,034 1,878 0,762 3,288 4,271 7,75 2,862 2,321
hippurus ALISASI
Auxis rochei TERSPESI
10 Lisong 2,571 3,560 11,03 0,201 0,508 1,619 0,022 0,534 0,64 0,471 2,115
rochei ALISASI
Rastrelliger TERSPESI
11 Kembung 2,063 4,259 1,081 1,337 0,411 0,369 0,201 0,882 0,87 0,009 1,149
kanagurta ALISASI

162
Lanjutan Lampiran 6. Nilai SI (Spesialization Index)
RATA-
NO. Jenis Ikan Nama Latin 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 KET
RATA
Acanthocybiu TIDAK
12 Tenggiri m solandri 14,569 -6,03 -7,211 -6,976 -2,046 -4,160 -8,247 -3,055 -3,59 -2,820 -2,956 TERSPESIA
LISASI
Katsuwonus TERSPESI
13 Albakor 3,257 1,319 0,889 1,216 6,395 15,88 7,641 11,965 6,51 0,465 5,554
pelamis ALISASI
Thunnus TERSPESI
14 Madidihang 2,077 1,861 0,800 1,514 1,978 5,875 5,788 9,775 14,75 5,254 4,967
albacares ALISASI

15 Tuna Mata Thunnus 4,973 6,310 5,281 5,680 5,881 6,731 7,932 8,174 9,22 2,616 7,279 TERSPESI
Besar obesus ALISASI
Trichlurus TERSPESI
16 Layur 1,162 -3,50 1,606 -0,580 1,077 3,014 4,684 8,035 5,92 0,418 2,184
lepturus ALISASI
Udang Parapena TERSPESI
17 4,172 5,474 3,169 5,206 2,382 2,229 4,402 6,460 4,72 1,131 3,934
Krosok sculptilis ALISASI
Udang Penaeus TERSPESI
18 0,366 1,534 3,554 1,163 0,976 0,704 2,760 1,808 2,49 1,271 1,663
Jerbung merguiensis ALISASI
Metapenaeus TIDAK
Udang
19 monoceros 1,278 0,674 0,597 1,263 -6,151 -4,496 -3,731 -3,707 -7,71 -1,792 -2,378 TERSPESIA
Dogol
LISASI
Cucut Carcharhinus TERSPESI
20 1,812 1,160 1,714 0,953 -0,013 1,119 0,344 2,089 1,50 1,162 1,184
Lanyam falciformis ALISASI
TIDAK
21 Ikan Sebelah Psettadodidae 0,402 1,573 1,661 0,925 1,430 -0,007 -0,420 -0,021 -0,02 -0,571 0,495 TERSPESIA
LISASI
Pleuronectus TERSPESI
22 Ikan Lidah 1,684 1,851 0,794 2,473 0,421 1,010 1,442 1,609 0,14 -1,244 1,018
spp ALISASI

163
Lanjutan Lampiran 6. Nilai SI (Spesialization Index)
Jenis Nama RATA-
NO. 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 KET
Ikan Latin RATA
Setuhuk Makaira TIDAK
23 0,567 1,176 0,595 1,325 0,564 1,068 0,631 0,333 0,26 0,527 0,704
Hitam mazarra TERSPESIALISASI
Lethrinus TIDAK
24 Peperek -20,9 -14,00 -13,7 -16,1 -13,27 -10,5 -4,64 -12,1 -19,8 -2,75 -12,809
spp TERSPESIALISASI
Portunus TIDAK
25 Rajungan -0,23 -0,328 -0,54 -0,15 -0,677 -0,17 -21,3 -3,46 -12,3 -21,3 -6,060
pelagicus TERSPESIALISASI
Mugil TIDAK
26 Belanak -0,72 -0,875 -0,98 -1,05 3,047 -1,52 -7,47 -0,40 -1,45 -2,14 -1,359
cephalus TERSPESIALISASI
Katsuwonus TIDAK
27 Japuh -0,13 -0,103 -0,51 -0,19 0,249 -0,32 0,128 0,149 0,09 -0,45 -0,111
pelamis TERSPESIALISASI
Cypselurus TIDAK
28 Teri -9,93 -8,446 -9,57 -9,42 -10,41 -17,5 -3,43 -14,7 0,18 -1,36 -8,469
spp TERSPESIALISASI
Nemimterus TIDAK
29 Kurisi -0,62 -5,512 -5,88 -2,41 -3,432 -7,46 -4,53 -18,6 -2,86 -0,37 -5,170
hexodon TERSPESIALISASI
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021

164
Lampiran 7. Pembobotan Analisis SWOT
Bobot Responden Jumlah
No IFAS Bobot
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Nilai
Kekuatan (Strengths)

Kabupaten Cilacap ditetapkan sebagai


1 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 48 0,11
kawasan minapolitan

Memiliki ikan ekonomis penting dengan


2 4 4 5 4 5 5 3 4 4 4 4 46 0,10
produktivitas tinggi
Adanya kebijakan pengembangan dan
3 modernisasi sarana dan prasarana perikanan 3 4 3 5 4 5 4 3 4 3 4 42 0,10
tangkap
Terdapat TPI untuk meningkatkan nilai jual
4 5 4 5 5 3 4 4 5 5 5 4 49 0,11
hasil tangkaan nelayan
Memiliki armada penangkapan ikan yang
5 berukuran >30 GT sehingga dapat 4 5 3 5 3 5 4 4 5 3 5 46 0,10
menjangkau perairan yang lebih luas
Jumlah (S) 21 22 20 23 19 23 19 21 23 19 21 231 0,53
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021

165
Lanjutan Lampiran 7. Pembobotan Analisis SWOT
Bobot Responden Jumlah
No IFAS Bobot
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Nilai
Kelemahan (Weakness)
Terbatasnya data dan informasi wilayah
1 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 38 0,09
pesisir
Lemahnya sanksi yag diberikan terhadap
nelayan yang menggunakan alat tangkap alat
2 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 38 0,09
tangkap tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
Nelayan belum mampu menggunakan alat
3 tangkap dan alat bantu modern secara 4 4 4 5 3 5 3 5 4 4 4 45 0,10
optimal
Terdapat hasil tangkapan yang dijual
4 4 4 3 5 3 5 3 4 4 3 3 41 0,09
langsung kepada bakul (tidak melalui TPI)
5 Pendidikan terakhir nelayan rendah 4 4 3 5 3 5 4 4 4 5 5 46 0,10
Jumlah (W) 18 20 16 23 15 22 16 20 20 19 19 208 0,47
Faktor Internal 39 42 36 46 34 45 35 41 43 38 40 439 1,00
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021

166
Lanjutan Lampiran 7. Pembobotan Analisis SWOT
Bobot Responden
No EFAS Jumlah Nilai Bobot
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Peluang (Opportunities)

1 Lokasi Kabupaten Cilacap yang strategis 4 3 5 5 4 5 4 5 4 5 4


48 0,10
Dukungan dari pemerintah terkait
2 2 4 5 5 3 5 4 5 4 4 4
pengembangan perikanan tangkap 45 0,10
Tingkat konsumsi ikan oleh masyarakat
3 4 4 5 5 4 5 4 5 4 5 5
semakin meningkat 50 0,11
Tersedianya wilayah pemasaran komuditas
4 unggulan yang mencakup pasar lokal dan 5 3 5 5 3 5 4 5 4 4 5
pasar regional 48 0,10
Terdapat perusahaan ekspor dan UMKM di
5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4
bidang pengolahan ikan 47 0,10
Jumlah (O) 19 18 24 25 19 25 20 24 20 22 22 238 0,52
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021

167
Lanjutan Lampiran 7. Pembobotan Analisis SWOT
Bobot Responden
No EFAS Jumlah Nilai Bobot
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Ancaman (Threats)
Penggunaan alat tangkap yang tidak ramah
4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 47 0,10
1 lingkungan
Padatnya daerah penangkapan di Perairan
Kabupaten Cilacap yang tergolong sudah 4 4 5 5 3 5 4 4 3 4 4 45 0,10
2 overfishing
Minimnya pengetahuan terhadap teknlogi
5 5 4 4 3 5 3 4 5 4 3 45 0,10
3 dalam penangkapan ikan
Fluktuasi biaya kegiatan penangkapan
4 5 4 4 3 4 4 4 2 3 4 41 0,09
4 dengan fluktuasi biaya BBM
5 Cuaca dapat menggangu produksi 4 3 4 5 3 4 4 5 3 4 4 43 0,09
Jumlah (T) 21 21 21 23 16 23 19 21 17 20 19 221 0,48
Faktor Eksternal 459 1,00
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021

168
Lampiran 8. Rating Analisis SWOT
Peringkat Responden
No IFAS Rata-rata Ratting
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kekuatan (Strengths)
Kabupaten Cilacap ditetapkan sebagai
1 3 3 3 4 2 3 3 4 2 3 4 3 3,00
kawasan minapolitan
Memiliki ikan ekonomis penting dengan
2 3 2 2 3 3 4 3 3 3 2 3 2,77 2,77
produktivitas tinggi
Adanya kebijakan pengembangan dan
3 modernisasi sarana dan prasarana perikanan 3 1 3 4 3 4 3 3 2 3 3 2,77 2,77
tangkap
Terdapat TPI untuk meningkatkan nilai jual
4 4 2 4 4 3 4 3 4 2 3 4 3,32 3,32
hasil tangkaan nelayan
Memiliki armada penangkapan ikan yang
5 berukuran >30 GT sehingga dapat 3 1 1 4 3 4 3 2 3 2 4 2,73 2,73
menjangkau perairan yang lebih luas
Jumlah (S) 16 9 12 19 14 19 15 16 12 13 18 14,59
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021

169
Lanjutan Lampiran 8. Rating Analisis SWOT
Peringkat Responden
No IFAS Rata-rata Ratting
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kelemahan (Weakness)
Terbatasnya data dan informasi wilayah
1 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2,64 2,64
pesisir
Lemahnya sanksi yag diberikan terhadap
nelayan yang menggunakan alat tangkap alat
2 3 2 3 3 1 3 3 3 1 1 3 2,27 2,27
tangkap tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
Nelayan belum mampu menggunakan alat
3 tangkap dan alat bantu modern secara 2 3 3 4 3 3 3 4 2 2 3 2,86 2,86
optimal
Terdapat hasil tangkapan yang dijual
4 3 3 3 4 3 4 2 3 2 2 3 2,82 2,82
langsung kepada bakul (tidak melalui TPI)
5 Pendidikan terakhir nelayan rendah 3 3 3 4 3 4 3 4 2 2 3 3 3,00
Jumlah (W) 14 14 13 18 11 17 14 17 9 9 15 13,59
Faktor Internal 29 23 25 37 25 36 28 33 21 22 33 28,18
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021

170
Lanjutan Lampiran 8. Rating Analisis SWOT
Peringkat Responden Nilai
No EFAS Rata-rata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Ratting
Peluang (Opportunities)

1 Lokasi Kabupaten Cilacap yang strategis 3 3 4 4 3 4 3 4 2 1 3 3,05 3,05

Dukungan dari pemerintah terkait


2 2 3 4 4 3 4 3 4 2 3 3 3,14 3,14
pengembangan perikanan tangkap
Tingkat konsumsi ikan oleh masyarakat
3 3 3 4 4 3 4 3 4 2 3 3 3,27 3,27
semakin meningkat
Tersedianya wilayah pemasaran komuditas
4 unggulan yang mencakup pasar lokal dan 4 3 4 4 3 4 3 4 3 2 3 3,27 3,27
pasar regional
Terdapat perusahaan ekspor dan UMKM di
5 3 3 3 4 4 4 3 3 2 3 3 3,18 3,18
bidang pengolahan ikan
Jumlah (O) 15 14 19 20 15 20 15 19 11 12 15 15,91
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021

171
Lanjutan Lampiran 8. Rating Analisis SWOT
Peringkat Responden
No EFAS Rata-rata Ratting
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Ancaman (Threats)
Penggunaan alat tangkap yang tidak ramah
1 3 3 3 4 3 4 3 3 2 2 3 3 3,00
lingkungan
Padatnya daerah penangkapan di Perairan
2 Kabupaten Cilacap yang tergolong sudah 3 2 4 4 3 4 3 3 2 2 3 2,91 2,91
overfishing
Minimnya pengetahuan terhadap teknlogi
3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3,18 3,18
dalam penangkapan ikan
4 Cuaca dapat menggangu produksi 3 4 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2,73 2,73
5 Harga ikan yang fluktuatif di setiap musim 3 3 3 4 3 3 3 4 2 2 2 2,64 2,64
Jumlah (T) 16 16 16 18 13 18 15 16 11 11 11 14,45
Faktor Eksternal 30,36
Sumber: Hasil Analisis Data, 2021

172
173

Lampiran 9. Dokumentasi Surat Izin


174

Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian

Wawancara dengan Nelayan Wawancara dengan Nelayan


Surface Gill Net Sirang/bottom gill net

Wawancara dengan Nelayan Trammel Net Wawancara dengan Ketua HNSI Cilacap

Wawancara dengan Kepala Seksi Wawancara dengan Pegawi Analis


Pemberdayaan Nelayan Dinas Perikanan Kelautan dan Perikanan Dinas Perikanan
Kab. Cilacap Kab. Cilacap
175

Lanjutan Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian

Wawancara dengan Koordinator Wawancara dengan Penyuluh Perikanan


Kelompok Tata Kelola dan Pelayanan Kabupaten Cilacap
Masyarakat Pelabuhan Perikanan
Samudera Cilacap

Wawancara dengan Sub Koordinator Wawancara dengan Staff Program Dinas


Operasional Pelabuhan Perikanan Perikanan dan Kelautan Prov. Jawa
Samudera Cilacap Tengah

Wawancara dengan Pengepul Ikan Ketua Rukun Nelayan Kabupaten Cilacap


176

Lanjutan Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian

Wawancara dengan Ketua TPI Wawancara dengan Ketua TPI Jetis


Tegalkatilayu

Wawancara dengan Ketua TPI Kemiren Wawancara dengan Nelayan Handline

Wawancara dengan Nelayan Arad Wawancara dengan Nelayan Longline


177

Lanjutan Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian

Kegiatan Bongkar Hasil Tangkapan Kapal Nelayan Longline Tuna


Kapal Longline

Pengangkutan Hasil Tangkapan Kapal Kegiatan Lelang di TPI Jetis


Longline untuk di Distribusikan ke Jakarta
dan Bandung

Kegiatan Lelang di TPI Menganti Kisik Kegiatan Lelang di TPI Tegalkatilayu


178

Lanjutan Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian

Kegiatan Lelang di TPI Kemiren TPI Higienis Pelabuhan Perikanan


Samudera Cilacap

TPI Sentolokawat TPI Pandanarang

TPI Sidakaya TPI Menganti Kisik


179

Lanjutan Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian

TPI Jetis TPI Kemiren

TPI Tegalkatilayu Komuditas Unggulan Cumi-Cumi

Komuditas Unggulan Tuna Komuditas Unggulan Ikan Cakalang


180

Lanjutan Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian

Komuditas Unggulan Ikan Lemadang Komuditas Unggulan Ikan Layur

Komuditas Unggulan Cucut Komuditas Unggulan Udang Jerbung

Komuditas Potensial Udang Krosok Komuditas Potensial Bawal Putih


181

Lampiran 11. Kuisioner Analisis Strategi Pengembangan

Kuisioner Nelayan
1. Identitas Responden
Nama :
Umur : tahun
Alamat/Pankalan :
Pekerjaan utama :
Pekerjaan sampingan :
Jenis alat tangkap :
Nama Kapal :
Jumlah ABK :

2. Profil penangkapan
a. Sebutkan musim penangkapan yang dilakukan saat operasi penangkapan
1. Musim paceklik (bulan)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2. Musim biasa (bulan)


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

3. Musim puncak (bulan)


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

a. Waktu operasi penangkapan


Musim
Uraian
Paceklik Biasa Puncak
Jumlah Trip
Total Trip per tahun

b. Hasil Tangkapan
No Jenis ikan Jumlah Tangkapan (kg/unit) Harga (Rp/kg)
Puncak Biasa Paceklik Puncak Biasa Paceklik
182

Lanjutan Lampiran 11. Kuisioner Analisis Strategi Pengembangan

Kuisioner Pedagang Ikan


1. Identitas Responden
Nama :
Umur : tahun
Alamat/Pangkalan :
Pekerjaan utama :
Pekerjaan sampingan :
Jumlah tenaga kerja :

2. Profil penjualan
Jumlah beli (kg) Harga beli (Rp/kg)
No
Jenis Ikan Puncak Biasa Paceklik Puncak Biasa Paceklik

Jumlah terjual (kg) Harga terjual (Rp/kg)


No Jenis Ikan Puncak Biasa Paceklik Puncak Biasa Paceklik
183

Lanjutan Lampiran 11. Kuisioner Analisis Strategi Pengembangan

Kuisioner Pengolah Ikan


1. Identitas Responden
Nama :
Umur : tahun
Alamat/Pangkalan :
Pekerjaan utama :
Pekerjaan sampingan :
Jumlah tenaga kerja :

2. Profil Usaha
Jumlah Harga
Jenis usaha Jenis Ikan Jumlah Harga bahan produk produk
No.
yang yang bahan baku olahan olahan
dijalankan digunakan baku (kg) (Rp/kg) (unit) (Rp/kg)
184

Lanjutan Lampiran 11. Kuisioner Analisis Strategi Pengembangan

KUISIONER STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN

PERIKANAN TANGKAP DI KABUPATEN CILACAP

1. PETUNJUK UNTUK MENJAWAB PERTANYAAN


• Diharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk menjawab pertanyaan secara
lengkap dan sesuai dengan keadaan sebenarnya
• Data ini hanya digunakan untuk kepentingan akademis
• Pengisian Penilaian Bobot dilakukan berdasarkan tingkat kepentingan
faktor tersebut terhadap pengembangan komoditas unggulan perikanan
tangkap di Kabupaten Cilacap. Rincian penilaiannya adalah sebagai
berikut :
SP : Sangat Penting P : Penting CP :Cukup Penting
TP : Tidak Penting STP : Sangat Tidak Penting

• Pengisian Penilaian Rating dilakukan berdasarkan seberapa kuat


pernyataan tersebut terhadap kondisi yang seharusnya. Keterangan
penilaiannya adalah sebagai berikut :
SK : Sangat Kuat SL : Sangat Lemah
CK : Cukup Kuat CL : Cukup Lemah

2. IDENTITAS RESPONDEN
Nama :

Pekerjaan/Jabatan :

Alamat :
Lanjutan Lampiran 11. Kuisioner Analisis Strategi Pengembangan

Berikan tanda ceklis (v) pada kolom yang telah tersedia dibawah ini
No Pernyataan Penilaian Bobot Penilaian Rating
KEKUATAN (Strength) SP P CP TP STP SK CK SL CL
1. Kabupaten Cilacap ditetapkan sebagai kawasan minapolitan.
2. Memiliki ikan ekonomis penting dengan produktivitas tinggi
3. Adanya kebijakan pengembangan dan modernisasi sarana dan prasarana
perikanan tangkap
4. Terdapat TPI untuk meningkatkan nilai jual hasil tangkaan nelayan perairan
yang lebih luas
5. Memiliki armada penangkapan ikan yang berukuran >30 GT sehingga dapat
menjangkau perairan yang lebih luas
KELEMAHAN (Weakness)

Terbatasnya data dan informasi wilayah pesisir


1.
Lemahnya sanksi yang diberikan terhadap nelayan yang menggunakan alat
2.
tangkap alat tangkap tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan

Nelayan belum mampu menggunakan alat tangkap dan alat bantu modern secara
3. optimal

4. Terdapat hasil tangkapan yang dijual langsung kepada bakul (tidak melalui TPI)

5. Pendidikan terakhir nelayan rendah


Sumber: Penelitian, 2021

185
Lanjutan Lampiran 11. Kuisioner Analisis Strategi Pengembangan

Berikan tanda ceklis (v) pada kolom yang telah tersedia dibawah ini
No Pernyataan Penilaian Bobot Penilaian Rating
PELUANG (Opportunity) SP P CP TP STP SK CK SL CL
1. Lokasi Kabupaten Cilacap yang strategis
2. Dukungan dari pemerintah terkait pengembangan perikanan tangkap
3. Tingkat konsumsi ikan oleh masyarakat semakin meningkat
4. Tersedianya wilayah pemasaran komuditas unggulan yang mencakup pasar lokal
dan pasar regional
5. Terdapat perusahaan ekspor dan UMKM di bidang pengolahan ikan
ANCAMAN (Threats)

Penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan


1.
Padatnya daerah penangkapan di Perairan Kabupaten Cilacap yang tergolong
2.
sudah overfishing

3. Minimnya pengetahuan terhadap teknlogi dalam penangkapan ikan


4. Cuaca dapat mengganggu produksi

5. Harga ikan yang fluktuatif disetiap musim


Sumber: Penelitian, 2021

186
187

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis bernama lengkap Nadia Rifiana Safitri yang

dilahirkan di Magelang pada 14 Desember 1999 dari

Bapak Riyanto Tri Ratmoko, S.H., M.Si dan Ibu drg. Lutfi

Yuniati. Penulis merupakan anak pertama dari dua

bersaudara. Pendidikan dasar di selesaikan di SDN

Magelang 6 pada tahun 2006-2012, kemudian

melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 7 Magelang hingga tahun

2015, selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA

Muhammadiyah Magelang pada tahun 2015 hingga 2018, dan di tahun 2018 penulis

melanjutkan pendidikan di Departemen Perikanan Tangkap, Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro melalui jalur Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Sebelum menulis skripsi penulis telah

menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kabupaten Cilacap dengan judul

“Studi Alat Tangkap Rawai Dasar di Perairan Cilacap, Jawa Tengah”. Selama

mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti organisasi HIMADEPTA

(Himpunan Mahasiswa Departemen Perikanan Tangkap) sebagai staff ahli

kewirausahaan, selain itu penulis juga aktif sebagai asisten praktikum Pengantar Sistem

Informasi Geografis (SIG) dan Daerah Penangkapan Ikan (DPI). Penulis melakukan

penelitian dan menyusun skripsi dengan judul “Strategi Pengembangan Komoditas

Unggulan di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah” untuk memperoleh gelar Sarjanan

Perikanan pada Departemen Perikanan Tangkap Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Universitas Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai