Anda di halaman 1dari 201

ANALISIS TEKNIS DAN FINANSIAL USAHA

PERIKANAN TANGKAP GILL NET & TRAMMEL NET


DI KABUPATEN PATI, PROVINSI JAWA TENGAH

SKRIPSI

Oleh:
RAYNALDI RIZKY PADILA
26010316140036

DEPARTEMEN PERIKANAN TANGKAP


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
ANALISIS TEKNIS DAN FINANSIAL USAHA PERIKANAN
TANGKAP GILL NET & TRAMMEL NET DI KABUPATEN
PATI, PROVINSI JAWA TENGAH

Oleh:
RAYNALDI RIZKY PADILA
26010316140036

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh


Derajat Sarjana S1 pada Departemen
Perikanan Tangkap
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Diponegoro

DEPARTEMEN PERIKANAN TANGKAP


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
ABSTRAK

Raynaldi Rizky Padila. 260 103 161 400 36. Analisis Teknis dan Finansial
Usaha Perikanan Tangkap Gill net dan Trammel net di Kabupaten Pati, Provinsi
Jawa Tengah. (Aziz Nur Bambang dan Faik Kurohman)

Kegiatan penangkapan ikan di laut merupakan salah satu kegiatan mata


pencaharian masyarakat di sekitar perairan Kabupaten Pati. Penelitian ini
dilakukan terhadap kegiatan usaha perikanan tangkap Gill net dan Trammel net di
Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah. Kegiatan penangkapan ikan memerlukan
investasi yang tidak sedikit. Setiap armada yang digunakan untuk penelitian ikan
terdiri dari perahu, alat tangkap dan mesin. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis aspek teknis dan aspek finansial usaha serta tingkat pendapatan
perikanan tangkap Gill net dan Trammel net di Kabupaten Pati. Metode analisis
aspek teknis terdiri dari armada penangkapan, alat tangkap, metode penangkapan,
dan hasil tangkapan. Analisis aspek finansial terdiri atas NPV, IRR, B/C Ratio,
PP, dan ROI. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan
jumlah sampel 160 responden nelayan Gill net dan Trammel net. Hasil dan
analisis aspek teknis yaitu armada penangkapan yang digunakan berukuran <10
GT dengan mesin penggerak berkekuatan 16-23 PK, pengoperasian dimulai dari
penurunan jaring, perendaman, dan penarikan, serta hasil tangkapannya adalah
ikan Tongkol, Tenggiri, Gulama dan Barakuda. Hasil analisis aspek finansial
diperoleh nilai NPV jaring Gill net dan Trammel net modal usaha <100 juta
sebesar Rp. 118.503.0903,-, dan Rp. 117.628.451,-, IRR modal usaha <100 juta
35%, B/C Ratio modal usaha <100 juta 1,12, ROI modal usaha <100 juta sebesar
41% dan 22%. Nilai PP modal usaha <100 juta 2,4 tahun .

Kata kunci: Kabupaten Pati, Gill net, Trammel net, analisis Teknis, analisis
finansial

iii
ABSTRACT

Raynaldi Rizky Padila. 260 103 161 400 36. Technical and Financial Analysis of
the Gill net and Trammel net Capture Fisheries Business in Pati Regency of
Central Java Province. (Aziz Nur Bambang and Faik Kurohman)

Ocean fishing activity is one of many communities’ livelihoods in the coastal area
of Pati Regency. This research was conducted on the Gill net and Trammel net
business in Pati Regency. The fishing business activity requires a large amount of
investment. Every fleet unit used for fishing consists of boats, fishing gear and
machinery.This study aims to analize the technical and business financial aspects
as well as the income level of gill net and trammel net fishers in Pati Regency.
Analysis of technical aspects consists of the fishing fleet, fishing gear, capture
methods, and catches. Financial aspect analysis consists of NPV, IRR, B / C Ratio,
PP, and ROI. The research method used was purposive sampling and the number
of samples of 160 respondents net fishing fishermen. The results of the technical
aspect analysis are the fishing fleet that is used in size <10 GT with a 16-23 PK
drive engine, operations starting from net decline, immersion, and withdrawal, as
well as the catch are Tuna, Tenggiri, Gulama and Barracuda. The results of the
analysis of the financial aspects obtained NPV value of Gill net net capital <100
million amounting to Rp. 118,503,0903, - IRR of venture capital <100 million
35%, B / C ratio of venture capital <100 million 1.12, ROI of venture capital
<100 million by 41%. PP business capital value <100 million 2.4 years.

Keywords: Pati Regency; Gill nets; Trammel nets; technical aspects; financial
analysis

iv
KATA PENGANTAR

Penelitian dengan judul : Analisis Teknis Dan Finansial Usaha Perikanan

Tangkap Gill net Dan Trammel net Di Kabupaten Pati, Provinsi Jawa

Tengah, bertujuan untuk menganalisis teknis dan finansial usaha perikanan pada

alat tangkap Gill net dan Trammel net terhadap hasil tangkapan di perairan

Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah.

Penelitian yang akan dilaksanakan meliputi deskripsi tentang metode teknis

alat tangkap Gill net dan Trammel net, deskripsi aspek finansial alat tangkap Gill

net dan Trammel net. Metode penelitian yang digunakan adalah deskripsi analisis

berdasarkan purposive sampling di perairan Kabupaten Pati, dengan metode

pengumpulan data melalui observasi dan wawancara selama 1 bulan efektif

penelitian (sejak bulan Oktober – November 2020).

Ucapan terima kasih tidak lupa kami sampaikan kepada pihak pihak yang

telah bekerjasama dan mendukung kegiatan penelitian ini antara lain Kantor

Pelabuhan Perikanan Pantai Bajomulyo, TPI di Kabupaten Pati, Dinas Perikanan

dan Kelautan Kabupaten Pati, Nelayan dan ABK, dan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Semarang.

Semarang, 2 Juni 2022

Raynaldi Rizky Padila

v
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Analisis Teknis Dan Finansial Usaha


Perikanan Tangkap Gill net dan
Trammel net di Kabupaten Pati,
Jawa Tengah
Nama Mahasiswa : Raynaldi Rizky Padila
Nomor Induk Mahasiswa : 26010316140036
Departemen/Program Studi : Perikanan Tangkap / S1 Perikanan
Tangkap

Mengesahkan:

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Prof. Dr. Ir. Azis Nur Bambang, M.S. Faik Kurohman, S.Pi., M.Si.
NIP. 195209181978031004 NIP. 197103071999031001

Mengetahui,

Dekan, Ketua Departemen Perikanan Tangkap


Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Diponegoro

Prof. Ir. Tri Winarni A., M.Sc., Ph.D. Dr. Dian Wijayanto, S.Pi., M.M.,M.S.E
NIP. 196508211990012001 NIP. 197512272006041002

vi
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Analisis Teknis Dan Finansial Usaha


Perikanan Tangkap Gill net dan
Trammel net di Kabupaten Pati,
Jawa Tengah
Nama Mahasiswa : Raynaldi Rizky Padila
Nomor Induk Mahasiswa : 26010316140036
Departemen/Program Studi : Perikanan Tangkap / S1 Perikanan
Tangkap

Skripsi ini telah disidangkan dihadapan Tim Penguji pada:


Hari, Tanggal : Jum’at, 1 Juli 2022
Tempat : C120 FPIK UNDIP

Mengesahkan,

Ketua Penguji Sekretaris Penguji

Prof. Dr. Ir. Azis Nur Bambang, M.S. Faik Kurohman, S.Pi., M.Si.
NIP. 195209181978031004 NIP. 197103071999031001

Penguji I Penguji II

Dr. Abdul Kohar Mudzakir. S.Pi.,M.Si. Dr. Agus Suherman. S.Pi.,M.Si.


NIP. 197401221999031001 NIP. 197608031999031004

Mengetahui,
Ketua Departemen Perikanan Tangkap

Dr. Dian Wijayanto, S.Pi., M.M., M.S.E.


NIP. 197512272006041002

vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Dengan ini saya, Raynaldi Rizky Padila, menyatakan bahwa karya ilmiah
atau skripsi ini adalah asli karya saya sendiri dan belum pernah diajukan sebagai
pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan strata satu (S1) dari
Universitas Diponegoro maupun perguruan tinggi lain.
Semua informasi yang dimuat dalam karya ilmiah atau skripsi ini yang
berasal dari karya orang lain, baik yang dipublikasikan atau tidak telah diberikan
penghargaan dengan mengutip nama sumber penulis secara benar dan semua isi
dari karya ilmiah atau skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

Semarang, 02 Juni 2022

Penulis,

Raynaldi Rizky Padila


26010316140036

viii
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................ iii
ABSTRACT ........................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. vi
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ......................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii

I. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
1.3. Tujuan dan Manfaat................................................................................... 4
1.4. Lokasi, Waktu dan Pelaksanaan ................................................................ 5
1.5. Skema Permasalahan ................................................................................. 5
1.6. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 6
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 7
2.1. Pengertian Gill net .................................................................................. 7
2.1.1. Klasifikasi Gill net ....................................................................... 8
2.1.2. Konstruksi Gill net .................................................................... 10
2.1.3. Sarana Apung ............................................................................ 12
2.1.4. Metode Pengoperasian Gill net.................................................. 13
2.1.5. Hasil Tangkapan Gill net ........................................................... 14
2.1.6. Hanging Ratio ........................................................................... 15
2.1.7. Shortening.................................................................................. 16
2.2. Pengertian Trammel net ......................................................................... 17
2.2.1 Klasifikasi Trammel net.............................................................. 18
2.2.2. Kontruksi Trammel net .............................................................. 19
2.2.3. Metode Pengoperasian Trammel net ......................................... 20
2.2.4. Daerah Penangkapan Ikan Alat Tangkap Trammel net ............. 21
2.2.5. Hasil Tangkapan Trammel net ................................................... 22
2.3. Finansial Alat Tangkap Gill net dan Trammel net .............................. 23

ix
2.3.1. Biaya .......................................................................................... 23
2.3.2. Penyusutan ................................................................................. 27
2.3.3. Pendapatan ................................................................................. 27
2.3.4. Keuntungan................................................................................ 29
2.3.5. Net Present Value (NPV) ........................................................... 31
2.3.6. Internal Rate of Return (IRR) .................................................... 33
2.3.7. Payback Period.......................................................................... 34
2.3.8. B/C Ratio .................................................................................... 34
2.3.9. Break Even Point ....................................................................... 35

III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 39


3.1. Materi ..................................................................................................... 39
3.2. Metode ................................................................................................... 39
3.2.1. Metode Penelitian ...................................................................... 39
3.2.2. Metode Pengambilan Sampel .................................................... 40
3.2.3. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 41
3.3. Analisis Data .......................................................................................... 43
3.3.1 Analisis Aspek Teknis ................................................................ 43
3.3.2 Analisis Aspek Finansial ............................................................ 43

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 48


4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian ......................................................... 48
4.2. Keadaan Umum Perikanan Tangkap di Pelabuhan Perikanan Pantai
Bajomulyo ............................................................................................ 49
4.2.1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan ........................................... 49
4.2.2. Jumlah Nelayan .......................................................................... 50
4.2.3. Jumlah Alat Tangkap .................................................................. 51
4.2.4. Jumlah Produksi Dan Nilai Produksi ......................................... 53
4.3. Analisis Teknis Gill net di Pelabuhan Perikanan Pantai Bajomulyo ..... 55
4.3.1. Armada Penangkapan ................................................................ 55
4.3.2. Konstruksi Alat Tangkap Gill net .............................................. 55
4.3.3. Metode Pengoperasian Alat Tangkap Gill net ........................... 59
4.3.4. Hasil Tangkapan Alat Tangkap Gill net .................................... 61
4.4. Analisis Teknis Trammel net di Pelabuhan Perikanan Pantai Bajomulyo
.............................................................................................................. 62
4.4.1. Armada Penangkapan ................................................................ 62
4.4.2. Konstruksi Alat Tangkap Trammel net ..................................... 63

x
4.4.3. Metode Pengoperasian Alat Tangkap Trammel net .................. 66
4.4.4 Hasil Tangkapan Alat Tangkap Trammel net ............................ 68
4.5. Analisis Finansial Usaha Perikanan Gill net dan Trammel net di
Pelabuhan Perikanan Pantai Bajomulyo ............................................... 70
4.5.1. Modal .......................................................................................... 70
4.5.2. Biaya Produksi............................................................................ 75
4.5.3. Biaya tetap .................................................................................. 76
4.5.4. Biaya variabel ............................................................................. 88
4.5.5. Biaya total ................................................................................... 99
4.5.6. Pendapatan ................................................................................ 106
4.5.7. Keuntungan............................................................................... 119
4.5.8. Net Present Value (NPV) .......................................................... 129
4.5.9. Internal Rate of Return (IRR) ................................................... 131
4.5.10. Benefit Cost Ratio( B/C Ratio) ............................................... 131
4.5.11. Payback Period (PP) .............................................................. 132
4.5.12. Return Of Investment (ROI) ................................................... 133

V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 135


5.1. Kesimpulan .......................................................................................... 135
5.2. Saran..................................................................................................... 135

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 137

LAMPIRAN .............................................................. Error! Bookmark not defined.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP..........................................................................187

xi
DAFTAR TABEL

Halaman

1. Klasifikasi Trammel net .....................................................................................18

2. Alat yang digunakan dalam Penelitian Skripsi ..................................................39

3. Pengambilan Sampel Penelitian 2021 ................................................................40

4. Jumlah Armada Penangkapan Ikan ....................................................................49

5. Jumlah Nelayan di Pelabuhan Perikanan Pantai Bajomulyo .............................51

6. Jumlah Alat Tangkap di Kabupaten Pati ............................................................52

7. Jumlah Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap ..................................54

8. Hasil Tangkapan Gill Net di Kabupaten Pati .....................................................62

9. Hasil Tangkapan Trammel net di Kabupaten Pati..............................................70

10.Modal Rata-rata Usaha Gill net dan Trammel net <100 juta pada TPI
Bajomulyo I .......................................................................................................71

11.Modal Rata-rata Usaha Gill net dan Trammel net <100 juta pada TPI
Bajomulyo II .....................................................................................................71

12. Modal Rata-rata Usaha Gill net dan Trammel net <100 juta pada TPI
Pecangaan .........................................................................................................72

13. Modal Rata-rata Usaha Gill net dan Trammel net <100 juta pada TPI
Margomulyo .....................................................................................................72

14. Modal Rata-rata Usaha Gill net dan Trammel net <100 juta pada TPI
Sambiroto ..........................................................................................................73

15. Modal Rata-rata Usaha Gill net dan Trammel net <100 juta pada TPI
Banyutowo ........................................................................................................73

xii
16. Modal Rata-rata Usaha Gill net dan Trammel net <100 juta pada TPI Puncel 74

17. Modal Rata-rata Usaha Gill net dan Trammel net <100 juta pada TPI
Alasdowo ........................................................................................................74

18. Biaya Tetap Rata-rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net Modal
Usaha <100 Juta Per Tahun Pada TPI Bajomulyo I .......................................76

19. Biaya Tetap Rata-rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net Modal
Usaha <100 Juta Per Tahun Pada TPI Bajomulyo II ......................................78

20. Biaya Tetap Rata-rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net Modal
Usaha <100 Juta Per Tahun Pada TPI Pecangaan ..........................................89

21. Biaya Tetap Rata-rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net Modal
Usaha <100 Juta Per Tahun Pada TPI Margomulyo .......................................80

22. Biaya Tetap Rata-rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net Modal
Usaha <100 Juta Per Tahun Pada TPI Sambiroto ...........................................82

23. Biaya Tetap Rata-rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net Modal
Usaha <100 Juta Per Tahun Pada TPI Banyutowo .........................................83

24. Biaya Tetap Rata-rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net Modal
Usaha <100 Juta Per Tahun Pada TPI Puncel ................................................85

25. Biaya Tetap Rata-rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net Modal
Usaha <100 Juta Per Tahun Pada TPI Alasdowo ...........................................86

26. Biaya Variabel Rata-Rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net
Modal Usaha <100 Juta Per Tahun TPI Bajomulyo I ...................................89

27. Biaya Variabel Rata-Rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net
Modal Usaha <100 Juta Per Tahun TPI Bajomulyo II ..................................90

28. Biaya Variabel Rata-Rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net
Modal Usaha <100 Juta Per Tahun TPI Pecangaan ......................................91

29. Biaya Variabel Rata-Rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net
Modal Usaha <100 Juta Per Tahun TPI Margomulyo ..................................92

xiii
30. Biaya Variabel Rata-Rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net
Modal Usaha <100 Juta Per Tahun TPI Sambiroto .......................................93

31. Biaya Variabel Rata-Rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net
Modal Usaha <100 Juta Per Tahun TPI Banyutowo ....................................94

32. Biaya Variabel Rata-Rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net
Modal Usaha <100 Juta Per Tahun TPI Puncel ............................................95

33. Biaya Variabel Rata-Rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net
Modal Usaha <100 Juta Per Tahun TPI Alasdowo .......................................96

34. Biaya Total Rata-Rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net Modal
Usaha <100 Juta Per Tahun Pada TPI Bajomulyo I .....................................100

35. Biaya Total Rata-Rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net Modal
Usaha <100 Juta Per Tahun Pada TPI Bajomulyo II ....................................101

36. Biaya Total Rata-Rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net Modal
Usaha <100 Juta Per Tahun Pada TPI Pecangaan ........................................102

37. Biaya Total Rata-Rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net Modal
Usaha <100 Juta Per Tahun Pada TPI Margomulyo .....................................103

38. Biaya Total Rata-Rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net Modal
Usaha <100 Juta Per Tahun Pada TPI Sambiroto .........................................104

39. Biaya Total Rata-Rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net Modal
Usaha <100 Juta Per Tahun Pada TPI Banyutowo .......................................105

40. Biaya Total Rata-Rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net Modal
Usaha <100 Juta Per Tahun Pada TPI Puncel ...............................................106

41. Biaya Total Rata-Rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net Modal
Usaha <100 Juta Per Tahun Pada TPI Alasdowo .........................................107

42. Pendapatan Total Rata-Tata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net
Modal Usaha <100 Juta pada TPI Bajomulyo I ..............................................108

43. Pendapatan Total Rata-Tata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net
Modal Usaha <100 Juta pada TPI Bajomulyo II .............................................110

44. Pendapatan Total Rata-Tata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net
Modal Usaha <100 Juta pada TPI Pecangaan .................................................112

xiv
45. Pendapatan Total Rata-Tata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net
Modal Usaha <100 Juta pada TPI Margomulyo .............................................114

46. Pendapatan Total Rata-Tata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net
Modal Usaha <100 Juta pada TPI Sambiroto..................................................116

47. Pendapatan Total Rata-Tata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net
Modal Usaha <100 Juta pada TPI Banyutowo ................................................117

48. Pendapatan Total Rata-Tata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net
Modal Usaha <100 Juta pada TPI Puncel .......................................................119

49. Pendapatan Total Rata-Tata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net
Modal Usaha <100 Juta pada TPI Alasdowo ..................................................121

50. Keuntungan Rata-rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net Per
Tahun Pada TPI Bajomulyo I .........................................................................123

51. Keuntungan Rata-rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net Per
Tahun Pada TPI Bajomulyo II.........................................................................124

52. Keuntungan Rata-rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net Per
Tahun Pada TPI Pecangaan .............................................................................125

53. Keuntungan Rata-rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net Per
Tahun Pada TPI Margomulyo ........................................................................126

55. Keuntungan Rata-rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net Per
Tahun Pada TPI Sambiroto .............................................................................127

56. Keuntungan Rata-rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net Per
Tahun Pada TPI Banyutowo............................................................................128

57. Keuntungan Rata-rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net Per
Tahun Pada TPI Puncel ...................................................................................129

58. Keuntungan Rata-rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net Per
Tahun Pada TPI Alasdowo ..............................................................................130

59. Nilai Kriteria Kelayakan Usaha Perikanan Gill net dan Trammel net di
Kabupaten Pati ................................................................................................132

xv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Armada Penangkapan Gill net .........................................................................175

2. Desain Alat Tangkap Gill net ..........................................................................176

3. Kontruksi Alat Tangkap Gill net ......................................................................177

4. Desain Alat Tangkap Trammel net ..................................................................178

5. Kontruksi Alat Tangkap Trammel net..............................................................179

6. Kontruksi Armada Penangkapan Trammel net ................................................180

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Rincian Modal Investasi Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net
Di Kabupaten Pati ...........................................................................................144

2. Biaya Tetap Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net


Di Kabupaten Pati ...........................................................................................148

3. Rincian Biaya Variabel Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net
Di Kabupaten Pati ...........................................................................................152

4. Rincian Penerimaan Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net


Di Kabupaten Pati ...........................................................................................160

5. Rincian Keuntungan Pertahun Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net
Di Kabupaten Pati ...........................................................................................169

6. Asumsi Yang Digunakan Pada Perhitungan Analisis Finansial


Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net Di Kabupaten Pati ................170

7. Rata-Rata Cashflow Alat Tangkap Gill net dan Trammel net .......................171

8. Armada Penangkapan Gill net dan Trammel net ...........................................172

9. Desain Alat Tangkap Gill net dan Trammel net .............................................175

10. Konstruksi Alat Tangkap Gill net dan Trammel net ....................................179

xvii
7

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia memiliki kekayaan alam laut yang banyak dan beranekaragam.

Luas perairan laut Indonesia diperkirakan sebesar 5,8 juta km2, panjang garis

pantai 81.000 km, dan gugusan pulau-pulau sebanyak 17.508 tentu saja berpotensi

untuk menghasilkan hasil laut yang jumlahnya cukup besar, yaitu 6,26 juta ton per

tahun. Potensi produksi perikanan Indonesia tersebut tergolong cukup besar ( Pala

& Yuksel, 2010).

Salah satu provinsi di Pulau Jawa yang mempunyai produksi perikanan laut

yang tinggi adalah Provinsi Jawa Tengah. Provinsi Jawa tengah merupakan salah

satu provinsi di Indonesia yang sebagian besar wilayahnya dikelilingi lautan.

Menurut Badan Pusat Statistik (2009), total panjang garis pantai Provinsi Jawa

Tengah adalah 828,82 km yang terdiri dari panjang garis pantai utara adalah

540,27 km dan 288,55 km merupakan panjang garis pantai selatan dengan luas

kawasan pesisir sebesar 122.739,79 ha. Perikanan laut Jawa Tengah memiliki

potensi perikanan tangkap sebesar 236.235 ton/tahun. Sebagian besar merupakan

perikanan tradisional dan sebagian perikanan industri kecil (Balai Pengembangan

Penangkapan Ikan Semarang, 2014).

Kabupaten Pati merupakan salah satu daerah di Provinsi Jawa Tengah yang

memiliki potensi perikanan yang melimpah, hal tersebut dikarenakan di

Kabupaten Pati terdapat Pelabuhan Perikanan Pantai yang merupakan salah satu

pelabuhan perikanan yang memiliki potensi sumber daya perikanan ikan pelagis

di Provinsi Jawa Tengah. Potensi ini memberikan pengaruh yang baik terhadap

perkembangan produksi perikanan ikan pelagis di Kabupaten Pati dan sekitarnya.


2

Salah satu alat tangkap yang banyak di Pati adalah Gill net dengan hasil

tangkapan utama Ikan Tongkol (Euthynnus affinis). Jenis ikan yang diproduksi di

Kabupaten Pati antara lain yaitu Ikan Laying (Decapterus macarellus), Ikan

Kembung (Rastrelliger), Ikan Lemuru (Sardinella sp), Ikan Tongkol (Euthynnus

affinis), Ikan Bawal (Bramidae), Ikan Kakap (Lutjanidae), Ikan Layur (Trichiurus

Lepturus) , Ikan Selar (Atule Mate), Ikan Tenggiri (Scomberomorini), Ikan Pari

(Dasyatidae), Cumi-cumi (Teuthida), Ikan Lemadang (Coryphaena hippurus)

.Kegiatan usaha penangkapan ikan di laut merupakan salah satu kegiatan mata

pencaharian bagi masyarakat sekitar perairan Kabupaten Pati. Mata pencaharian

masyarakat di sekitar perairan Kabupaten Pati adalah sebagai nelayan, baik

nelayan pandega maupun nelayan ABK. Kegiatan usaha penangkapan ikan ini

juga memerlukan investasi yang banyak, satu unit armada yang digunakan untuk

penangkapan ikan terdiri dari perahu, alat tangkap dan mesin, sehingga perlu

adanya perencanaan yang matang supaya usaha penangkapan yang dilakukan

nelayan Gill net dan Trammel net di Kabupaten Pati tidak mengalami kerugian.

Penelitian ini merupakan analisis mengenai teknis dan finansial alat tangkap

seperti ukuran alat tangkap, cara pengoperasian serta usaha perikanan tangkap Gill

net dan Trammel net di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Aspek-aspek yang

dipelajari adalah alat tangkap Gill net dan Trammel net itu sendiri melalui aspek

teknis konstruksi dan desain, metode pengoperasian dan hasil tangkapan

kemudian aspek finansial dari manajemen operasi penangkapan, pendapatan,

profit, B/C Ratio, PP, BEP, IRR, NPV, manajemen usaha. Sehingga dalam

penelitian ini juga membantu untuk menganalisis teknis dan finansial alat tangkap

Gill net dan Trammel net di, Kabupaten Pati, Jawa Tengah.
3

1.2. Rumusan Masalah

Usaha Penangkapan ikan merupakan suatu kegiatan ekonomi yang

memanfaatkan sumberdaya perairan dengan tujuan mendapatkan keuntungan.

Kegiatan usaha penangkapan ikan berhubungan dengan prinsip-prinsip usaha pada

umumnya, segala yang diperlukan dipertimbangkan dengan matang antara biaya

yang dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh agar mendapat keuntungan.

Usaha penangkapan ikan yang dilakukan harus menghasilkan keuntungan yang

berkelanjutan sesuai dengan tujuan usaha tersebut. Tujuan dilakukannya suatu

usaha yaitu mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin dengan menekankan

biaya pengeluaran.

Kabupaten Pati terdapat tiga alat tangkap yang digunakan oleh nelayan,

diantaranya Gill net dan Trammel net, purse seine dan mini purse seine

(Damayanti et al., 2018). Hasil tangkapan alat tangkap Gill net dapat dikatakan

selektif dibandingkan dengan alat tangkap yang lain. Ikan Tongkol merupakan

hasil tangkapan utama alat tangkap Gill net di Kabupaten Pati. Analisis kelayakan

adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang diperoleh dalam

melaksanakan suatu kegiatan usaha. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam mengambil keputusan, apakah alat tangkap Gill net di

Kabupaten Pati dapat menguntungkan dimasa mendatang. Gill net dan Trammel

net sebagai alat tangkap pengganti yang ramah lingkungan, mampu menghasilkan

ekosistem perikanan yang berkelanjutan, namun masih dipertanyakan apakah alat

tangkap tersebut mampu meningkatkan kesejahteraan nelayan, oleh karena itu

penelitian ini menguji kelayakan usaha perikanan Gill net dan Trammel net di

Kabupaten Pati.
4

Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian mengenai analisis

finansial usaha perikanan tangkap Gill net dan Trammel net di Kabupaten Pati,

Kabupaten Pati, Jawa Tengah. ini dapat dirumuskan beberapa permasalahan,

yaitu:

1. Bagaimana usaha perikanan Gill net dan Trammel net di Kabupaten Pati,

ditinjau dari aspek teknisnya?

2. Apakah biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha perikanan Gill net

dan Trammel net dapat memberikan keuntungan dan masih layak untuk

dikembangkan?

3. Bagaimana aspek finansial usaha alat tangkap Gill net dan Trammel net di

Kabupaten Pati?

Analisis penelitian ini memiliki 2 analisis yaitu teknis dan finansial Gill net

dan Trammel net. Aspek-aspek yang dikaji dalam Penelitian ini adalah aspek

teknis dan aspek finansial. Aspek teknis yang diperhatikan meliputi aspek teknis

konstruksi dan desain, metode pengoperasian dan hasil tangkapan. Sedangkan

aspek finansial, seperti pendapatan, keuntungan, PP, B/C Ratio, BEP, IRR, NPV.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengidentifikasi aspek teknis usaha perikanan gill net dan Trammel net,

2. Menganalisis tingkat pendapatan nelayan alat tangkap gill net dan

Trammelnet;

3. Menganalisis aspek finansial usaha perikanan gill net dan Trammel net
5

1.4. Lokasi, Waktu dan Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2021 di TPI Bajomulyo I,

Bajomulyo II, Pecangaan, Margomulyo, Sambiroto, Banyotuwo, Puncel,

Alasdowo di Kabupaten Pati, Jawa Tengah.

1.5. Skema Permasalahan

Sumber Daya Perikanan

Usaha Penangkapan Menggunakan Gill net


dan Trammel net

I
N
Aspek Teknis : Aspek Ekonomi : P
1. Kapal 1. Biaya U
2. Alat Tangkap 2. Modal T
3. Cara Pengoperasian 3. Pendapatan
4. Fishing ground 4. Keuntungan
5. Hasil Tangkapan

Analisis Deskriptif Analisis Kelayakan Finansial P


1. NPV (Net Present Value) R
2. IRR (Internal Rate of O
Return) S
3. B/C Ratio E
4. PP (Payback Periode) S

O
U
Kesimpulan T
P
Umpan Balik U
Saran T

0
6

1.6. Penelitian Terdahulu

Analisis Teknis dan Finansial Usaha Perikanan Tangkap Gill


Net dan Trammel Net

Wismaningrum, et al., 2013 - Purwanti Ita., 2017 - Analisis


Analisis finansial usaha teknis dan finansial alat tangkap
penangkapan one day fishing trammel net yang berpangkalan di
dengan Alat tangkap multigear di Desa Bedono dan Desa
pelabuhan perikanan pantai (ppp) Timbulsloko, Kabupaten Demak.
tawang kabupaten Kendal.

Shalichaty et al., 2016 - Analisis Juliani et al., 2019 - Analisis teknis


Finansial Usaha Penangkapan dan finansial usaha penagkapan
Rajungan (Portunus pelagicus) di jarring Rampus (Gill net) di
Kecamatan Suradadi Kabupaten pangkalan pendaratan ikan (PPI)
Tegal. Cituis Kabupaten Tangerang.

Raynaldi Rizky Padila., 2021 -


Analisis teknis dan finansial usaha
perikanan tangkap gill net dan
trammel net di Kabupaten Pati, Jawa
Tengah.
7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Gill net

Gill net jika diartikan berarti jaring insang, disebut demikian karena ikan

yang tertangkap oleh Gill net biasanya tersangkut di bagian tutup insangnya atau

gill pada ikan . Namun tak seluruhnya seperti demikian, karena ikan-ikan yang

besar biasanya tertangkap karena tergulung oleh jaring Gill net tersebut. Jenis-

jenis ikan lain tertangkap karena tersangkut bagian kaki atau sungutnya seperti:

rajungan, udang, kepiting, dan sebagainya. Prinsip kerja penangkapan ikan

dengan Gill net adalah dengan jalan memasang Gill net tersebut di perairan yang

sering dilalui ikan baik secara bergerombol maupun secara satu per satu, dengan

demikian Gill net adalah salah satu bentuk alat tangkap yang berupa perangkap

karena menghadang jalur ikan dalam berenang. Alat tangkap Gill net termasuk

alat tangkap yang ramah lingkungan karena memenuhi 8 persyaratan sebagai alat

tangkap ramah lingkungan (Sadhori, 1985).

Alat tangkap Gill net merupakan alat tangkap aman bagi habitat ikan dan

aman bagi nelayan. Hal tersebut dikarenakan pengoperasian alat tangkap Gill net

bersifat pasif menunggu ikan-ikan tertangkap karena ikan menabrak jaring dan

kemudian tersangkut atau terbelit dan dioperasikan tidak jauh dari bibir pantai.

Alat tangkap Gill net merupakan alat tangkap yang pengoperasiannya pasif

menghadang ikan. Dengan selektivitas yang tinggi, serta ukuran alat tangkap ikan

ikan kecil akan lolos dan tidak tertangkap sehingga tidak mengakibatkan kematian

semua makhluk hidup di perairan dan tidak merusak habitat.

Gill net dapat dibedakan menjadi beberapa macam misalnya jaring insang

tetap set Gill net, jaring insang berpancang fixed Gill net on states, jaring
8

gondrong (Trammel net) dan jaring kombinasi Gill net dan Trammel net. Set Gill

net menetap di dasar atau pada ketinggian tertentu di atasnya dengan

menggunakan pemberat atau jangkar yang dapat mengimbangi daya apung

pelampung. Drift Gill net berada pada permukaan air dengan bantuan oleh

sejumlah pelampung, sehingga jaring ini hanyut bersama arus terpisah dari atau

lebih sering bersama perahu yang memegang salah satunya ujungnya, sedangkan

encircling Gill net pada umumnya dipakai di perairan dangkal dengan tali

pelampung di permukaan. Setelah itu di lingkarkan dengan jaring mereka

dikejutkan dengan suara agar ikan–ikan berenang ke arah Gill net dan tersangkut

atau tergulung. Gill net berpancang digunakan terutama pada perairan pantai.

Jaring ini diikatkan pada batok–batok yang ditanamkan ke dasar laut. Ikan

dikumpulkan pada waktu air laut surut. Ikan akan terpuntal pada jaring bagian

dalam setelah menembus bagian luar, sedangkan pada jaring kombinasi Gill net

dan Trammel net biasanya menetap dengan komposisi di bagian bawah terbuat

dari Trammel net dan Gill net di bagian atas. Hal ini dengan maksud ikan

demersal akan tertangkap dengan Trammel net, sedangkan ikan semi demersal

dan pelagis tertangkap oleh jaring bagian atas (Balai Pengembangan Penangkapan

Ikan, 2012).

2.1.1. Klasifikasi Gill net

Klasifikasi Gill net menurut A. Von Brandt (1984), merupakan gilled gear

karena pada umumnya ikan yang terperangkap pada bagian tutup insangnya dalam

usaha mereka untuk melewati jaring. Syarat yang harus dipenuhi agar ikan-ikan

terperangkap secara terjerat (gilled) pada tubuh jaring, maka bahan yang

dipergunakan sebagai berikut :


9

1. Benang yang dipergunakan hendaknya yang lembut, mempunyai visibilitas

yang rendah dengan ukuran mata jaring yang homogen, dan tidak kaku

terutama bagian yang di tujukan untuk ikan yang terperangkap secara

terbelit

2. Ukuran mata jaring disesuaikan dengan besar badan ikan baik tinggi

maupun diameter tubuh ikan sasaran; Kekuatan rentang dari tubuh jaring

tergantung dan berhubungan dengan jumlah ikan yang terperangkap,

terutama terpuntal.

3. Kekuatan rentangan tubuh jaring ditentukan oleh bouyancy dari pelampung,

berat tubuh jaring, tali temali, dan sinking force dari pemberat dan;

4. Warna jaring juga mempengaruhi hasil tangkapan dan pada umumnya

dipilih jenis warna yang tidak dapat terlihat oleh ikan pada saat jaring

terpasang.

Secara umum berdasarkan International Standart Statistical Clasification

Fishing Gear (ISSCFG) dalam buku FAO (1980), pengklasifikasian Gill net

adalah sebagai berikut:

a. Jaring insang dengan singkatan GNS dan kode ISSCFG adalah 07.1.0

b. Jaring insang hanyut dengan singkatan GND dan kode ISSCFG adalah

07.2.0

c. Jaring insang lingkar dengan singkatan GNC dan kode ISSCFG adalah

07.3.0

Menurut Ayodhyoa (1981), Gill net dibagi menjadi beberapa klasifikasi

diantaranya adalah:
10

1. Letak alat tangkap

a. Permukaan (surface Gill net) yaitu jaring insang yang letaknya di

permukaan

b. Pertengahan (midwater Gill net) yaitu jaring insang yang letaknya di

pertengahan.

c. Dasar (bottom Gill net) yaitu jaring insang yang letaknya di dasar

2. Pengoperasian

a. Hanyut (drift Gill net) yaitu jaring insang yang cara pengoperasiannya

dihanyutkan.

b. Tetap (fixed Gill net) yaitu jaring insang yang cara pengoperasiannya

tetap.

3. Pengoperasian arah saat operasi

a. Melingkar (encircling Gill net) yaitu jaring insang yang cara

pengoperasiannya tetap.

b. Mendatar yaitu jaring insang yang cara pengoperasiannya arahnya

tetap.

2.1.2. Konstruksi Gill net

Menurut Setiawati et al., (2015), bentuk jaring Gill net berupa lembaran

jaring berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung pada

tali ris atas dan pemberat pada tali ris bawah. Secara umum bagian-bagian jaring

insang terdiri dari pelampung, tali pelampung, tali ris atas, tali serampat, badan

jaring, tali ris bawah, tali pemberat dan pemberat.

Menurut Prasetyo et al.,, (2015), Bentuk jaring Gill net berupa lembaran

jaring berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung pada
11

tali ris atas dan pemberat pada tali ris bawah. Jaring ini mempunyai mesh size 5

inchi atau 12,7 cm. Secara umum bagian-bagian jaring sirang terdiri dari

pelampung, tali pelampung, tali ris atas, tali serampat, badan jaring, tali ris bawah,

tali pemberat dan pemberat.

Menurut Sadhori (1985), bagian–bagian dari Gill net adalah:

a. Jaring utama atau webbing

Jaring utama merupakan sebuah lembaran yang tergantung pada tali ris atas.

b. Tali ris atas

Tempat untuk menggantungkan jaring utama dan tali pelampung.

c. Tali ris bawah

Berfungsi untuk tempat melekatnya pemberat.

d. Tali pelampung

Tali pelampung terentang panjangnya dari tempat pemasangan pelampung,

kedudukan alat dipasang sampai permukaan laut.

e. Pelampung

Berfungsi untuk mengangkat tali ris atas dan menempatkan Gill net di

lapisan perairan yang dikehendaki.

f. Pemberat

Berfungsi untuk menenggelamkan alat atau bagian dari alat.

g. Tali selambar

Tali selambar terdiri dari tali selambar depan dan belakang. Tali selambar

depan berfungsi untuk mengikatkan ujung Gill net dengan pelampung

tanda,tali selambar belakang selain untuk mengikatkan ujung Gill net


12

dengan pelampung tanda, kadang-kadang juga untuk mengikatkan Gill net

tersebut dengan kapal.

2.1.3. Sarana Apung

Menurut Zaenal (2010), kapal atau perahu merupakan komponen terpenting

dalam usaha penangkapan ikan, karena modal yang ditanamkan sebagian besar

digunakan untuk pembuatan kapal dan secara faktual kapal sangat mempengaruhi

teknis operasional penangkapan. Sistem instalasi penggerak kapal dimulai dari

motor bakar sebagai sumber tenaga dan propeller sebagai penghasil daya dorong

kapal. Besarnya daya dorong kapal sangat dipengaruhi oleh motor bakar sebagai

penggerak mula, dan propeller sebagai alat tangkap mekanis yang berhubungan

dengan air sehingga menggerakkan kapal baik ke arah maju atau mundur.

Kapal perikanan adalah salah satu jenis kapal yang harus memiliki sifat sifat

dan syarat-syarat yang diperlukan oleh kapal pada umumnya. Berbeda dengan

kapal penumpang dan kapal barang, pada kapal perikanan dilakukan kerja

penangkapan ikan, penyimpanan ikan, pengangkutan ikan dan segala sesuatu yang

berhubungan dengan hasil tangkapannya. Kapal perikanan memiliki

keistimewaan, antara lain tentang kecepatan berlayar, kemampuan berolah gerak,

alat-alat bantu yang diperlukan dan stabilitas yang tinggi. Sesungguhnya untuk

semua kapal dikehendaki memiliki kecepatan yang tinggi.

Menurut Zaenal (2010), kapal ataupun perahu sebagai sarana apung terkait

dengan parameter yang menentukan nilai kapal itu sendiri seperti ukuran kapal,

besaran kapal berupa Gross Tonnage dan daya mesin penggeraknya. Secara

teoritis ada keterkaitan hubungan satu sama lain sehingga terjadi suatu kesatuan

yang sesuai pada suatu unit kapal, yaitu antara ukuran utama (panjang, lebar,
13

tinggi) dengan besaran kapal berupa Gross Tonnage dan terhadap daya mesin

penggerak yang digunakan, sehingga kapal tersebut layak untuk operasi

penangkapan ikan di laut. Berdasarkan jenis alat penangkapan ikan yang

digunakan, ada beragam jenis kapal ikan antara lain yaitu kapal trawl, kapal

rawai, kapal Gill net, kapal purse seine, kapal pancing tonda, dan lain sebagainya.

Kapal atau perahu yang bergerak di media air pada kecepatan tertentu

mengalami suatu tahanan (resistance) yang melawan gerak kapal tersebut.

Tahanan kapal (ship resistance) merupakan fungsi kompleks dari bahan kapal

yang tercelup dalam air (shell roughness and displacement), kecepatan kapal, dan

bentuk kapal.

Kapal penangkapan ikan beroperasi dengan cara mencari atau mengejar atau

mengikuti dan menangkap gerombolan ikan (schooling fish) di daerah

penangkapan (fishing ground) kemudian berusaha secepatnya untuk mengangkut

hasil tangkapan kembali ke pangkalan (fishing base) dalam keadaan masih segar

(fresh) agar nilai jualnya tinggi.

2.1.4. Metode Pengoperasian Gill net

Menurut Sudirman dan Mallawa (2004), metode yang digunakan dalam

pengoperasian Gill net adalah sebagai berikut:

1. Langkah awal yakni mencari daerah fishing ground dan menuju daerah

fishing ground yang telah ditentukan;

2. Setting atau penurunan jaring Gill net yang dimulai dari penurunan

pelampung tanda dan jangkar, selanjutnya dilakukan penurunan jaring yang

direntangkan;

3. Immersing atau rentan waktu tunggu kira-kira 2-3 jam; dan


14

4. Hauling atau penarikan jaring dari laut, penataan jaring untuk

mempermudah penggunaan jaring kembali dilakukan sekaligus pada saat

hauling.

Prinsip sederhana penangkapan ikan dengan Gill net adalah dengan jalan

memasang Gill net tersebut di perairan yang sering dilewati ikan, baik secara

bergerombol maupun satu per satu. Ikan-ikan tertangkap karena menabrak jaring

dan kemudian tersangkut, terbelit atau tergulung.

Pemasangan alat tersebut bertujuan agar dilanggar atau ditabrak oleh ikan,

maka sebaiknya warna jaring harus disesuaikan dengan warna perairan tempat

Gill net akan dioperasikan, atau kadang-kadang dipergunakan bahan yang

transparan untuk pembuatan alat tersebut, seperti monofilament agar jaring

tersebut tidak dapat dilihat oleh ikan bila dipasang di perairan (Ayodhyoa, 1981).

2.1.5. Hasil Tangkapan Gill net

Menurut Sudirman dan Mallawa (2004), jenis-jenis ikan umumnya

tertangkap dengan Gill net ialah jenis-jenis ikan yang berenang dekat permukaan

laut (Cakalang, jenis-jenis Tuna, Tengiri, dan lain-lain), jenis ikan

demersal/bottom jenis-jenis udang, lobster, kepiting, dan lain-lain.

Mempertimbangkan sifat-sifat ikan yang akan menjadi tujuan penangkapan, lalu

menyesuaikannya dengan dalam/dangkal dari renang ruaya ikan-ikan tersebut,

dilakukan penghadangan terhadap arah renang ikan-ikan tersebut. Adapun empat

cara tertangkapnya ikan, seperti berikut ini :

1. Snagged, adalah dimana mata jaring mengelilingi tubuh ikan tepat di

belakang mata ikan (pre-opprculum)


15

2. Gilled adalah dimana ketika mata jaring mengelilingi ikan tepat di bagian

tutup insang (opperculum)

3. Wedged adalah ketika mata jaring mengelilingi ikan pada bagian belakang

tutup insang (maximum body)

4. Entangled adalah ketika ikan terperangkap dan masuk ke lebih dari dua

jaring.

Menurut Iskandar et al. (2016), ada beberapa faktor yang berpengaruh

terhadap hasil tangkapan dengan menggunakan jaring rampus yakni material

jaring, fleksibilitas benang, tekanan atau gaya-gaya yang bekerja pada benang,

breaking strength, elongasi, warna jaring, mesh size dan Hanging ratio. Mata

jaring pada Gill net merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap ukuran

hasil tangkapan. Mesh size Gill net tidak hanya berpengaruh terhadap ukuran hasil

tangkapan namun juga jumlah hasil tangkapan.

Menurut Supardjo et al., (2014), kelenturan jaring dipengaruhi oleh jenis

bahan dan shortening (pengerutan), yaitu beda panjang tubuh jaring dalam

keadaan tegang sempurna (stretch) dengan panjang jaring setelah diletakkan pada

tali ris atas ataupun tali ris bawah, disebutkan dalam persen (%). Ikan cenderung

terjerat pada shortening rendah, sebaliknya cenderung terbelit pada shortening

tinggi.

2.1.6. Hanging Ratio

Hanging ratio adalah presentase panjang bahan jaring yang direntangkan

secara sempurna, dikurangi panjang jaring yang telah dipasang pada tali ris atas

dan dibagi panjang bahan jaring yang direntang sempurna (Martasuganda, 2004).
16

Menurut Fridman (1986), semakin tinggi HR yang digunakan maka jumlah

bahan (mata jaring) persatuan panjang semakin banyak. Penggunaan hanging

ratio yang tinggi (jumlah mata jaring persatuan panjang semakin banyak)

membuat jaring akan menangkap ikan secara terpuntal karena kekenduran jaring

akan meningkat. Hanging ratio (E) sangat berpengaruh terhadap hasil tangkapan,

nilai E yang kecil menghasilkan daya jerat yang tinggi oleh karena itu Gill net

akan menghasilkan ikan dengan jumlah yang lebih tinggi.

Adapun faktor lain yang berpengaruh adalah pembentukan tubuh jaring

karena adanya arus dan gelombang yang menyebabkan gerakan naik turun

pelampung yang mempengaruhi pembentukan tubuh jaring. Jika irama gerakan ini

tidak seimbang, juga tension yang disebabkan pada float line terlalu besar

sehingga kemudian akan terjadi the rolling up of Gill net, yaitu suatu keadaan

dimana tubuh jaring tidak lagi terentang lebar, tetapi menjadi bulat. Dengan

demikian jaring tidak berfungsi lagi sebagai penghalang atau penjerat ikan,

sehingga ikan yang menjadi sasaran akan sukar terjerat dan mudah lepas.

Pengaruh hanging ratio pada efisiensi penangkapan dan jaring yang digunakan

hanging ratio horizontal pada Gill net umumnya 0,5. - Jika E lebih kecil dari 0,5

jaring cenderung memuntal ikan dan akan menangkap berbagai spesies ikan yang

berbeda, hal ini sering terjadi pada jaring yang menetap (Anggreini et al., 2017).

2.1.7. Shortening

Ahrenholz dan Smith (2010) mengemukakan shortening yang tidak sesuai

dapat mempengaruhi jumlah hasil tangkapan. Hasil tangkapan nelayan sangat

berpengaruh dengan kesejahteraan dan keberlangsungan hidup, nelayan. Semakin

tinggi hasil tangkapan Gill net semakin tinggi pula penerimaan yang diperoleh
17

oleh nelayan, sehingga mendapatkan kondisi finansial usaha yang layak, oleh

karena itu, penelitian ini mencoba menganalisa beberapa konstruksi mata jaring.

Tujuannya adalah mendapatkan pengaruh bagaimana pengaruh teknis dan

menentukan indeks keragaman setiap konstruksi mata jaring. Konstruksi mata

jaring yang tepat menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan penangkapan.

Pala dan Yuksel (2010) menjelaskan bahwa ukuran mata jaring insang

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap efisiensi dan komposisi hasil

tangkapan. Nilai shortening yang ditentukan harus tepat agar secara teknis ikan

mudah terjerat dengan gilled pada mata jaring atau entangled (terjebak).

2.2. Pengertian Trammel net

Trammel net adalah alat tangkap yang termasuk bottom Gill net,

konstruksinya terdiri dari tiga lembar jaring dengan mata jaring kecil tergantung

bebas ditengah diantara dua jaring yang mempunyai ukuran mata jaring lebih

besar. Jaring lapisan luar ini (outter net) mempunyai ukuran mata jaring sampai

lima kali lebih besar dari pada mata jaring sebelah dalam (inner net ).

Trammel net untuk menangkap ikan dasar biasanya dibuat tidak terlalu

dalam, ada yang 4 meter atau 5 meter bahkan Trammel net yang bertujuan untuk

menangkap udang hanya sedalam kurang lebih 2 meter dalam keadaan tergantung

(bukan dalam keadaan mata jaring tertutup).

Trammel net yang dipasang di perairan permukaan tujuannya adalah untuk

menangkap udang. Disamping itu jenis-jenis ikan dasar lainnya pun dapat juga

tertangkap seperti misalnya ikan manyung, ikan kepe, ikan cucut dan lain-lain.

Trammel net merupakan salah satu bottom Gill net yang sudah sangat maju

dan dikhususkan untuk menangkap udang. Trammel net merupakan jaring insang
18

yang terdiri dari tiga lapis jaring. Satu lapis bagian dalam (inner net) dan dua lapis

bagian luar (outer net). Mesh size jaring lapisan bagian dalam lebih kecil dari pada

mesh size lapisan bagian luar. Pengoperasiannya dapat dilakukan setiap saat,

namun pada saat musim-musim tertentu alat ini sangat menonjol untuk

penangkapan udang.

Prinsip pengoperasiannya berbeda-beda sesuai dengan kondisi perairan.

Bisa di Pasang menetap dan membentang lurus memotong arus, atau jaring

dipasang membentang Membentang lurus kemudian ditarik dengan membentuk

lingkaran dengan jalan menghela jaring (Sudirman dan Mallawa, 2004).

2.2.1 Klasifikasi Trammel net

Berdasarkan Internasional Standar Statistical Classification of Fishing

Gear (ISSCFG), kelompok jaring insang terdiri dari:

Tabel 1. Klasifikasi Trammel net

Penggolongan Singkatan Kode


ISSCGH
Gill net And Entangled Nets - 07.0.0
Set Gill nets (Anchored) GNS 07.1.0
Driftnets GND 07.2.0
Encirling Gillnets GNC 07.3.0
Fixed Gillnets (On Stakes) GNF 07.4.0
Trammel nets GTR 07.5.0
Combined Of Gill nets – Trammel nets GTN 07.6.0
Gill nets And Entangling Nets (Not Specified) GEN 07.9.0
Gill nets (Not Specified) GN 07.9.1

Sumber: Balai Besar Penangkapan Ikan Semarang, 2014

Alat tangkap Trammel net yang digunakan dalam operasi penangkapan ini

termasuk ke dalam klasifikasi jaring insang dasar. Bentuk jaring kantong berupa
19

lembaran jaring berbentuk empat persegi Panjang dan berlapis tiga yang

dilengkapi dengan pelampung pada tali ris atas dan pemberat pada tali ris bawah.

Target spesies Trammel net ini adalah ikan demersal.

Secara umum bagian-bagian Trammel net terdiri dari dua lembar jaring luar.

Satu lembar jaring dalam dan agar alat tersebut terbuka tegak lurus diperairan

pada saat dioperasikan, maka Trammel net dilengkapi dengan pelampung, tali

pelampung, tali ris atas, tali serampat, badan jaring, tali ris bawah, tali pemberat

dan pemberat. Trammel net yang dioperasikan nelayan mempunyai tiga lapis

jaring yang terbuat menggunakan bahan jaring dari bahan nilon. (Prasetyo et al,

2015)

2.2.2. Kontruksi Trammel net

Berdasarkan Prasetyo et al. (2015), Konstruksi Trammel net terdiri atas:

a. Badan jaring (webbing) Trammel net yang dioperasikan nelayan mempunyai

tiga lapis jaring yang terbuat menggunakan bahan jaring dari bahan nilon.

Tiga lapis jaring ini mempunyai ukuran panjang 25 m lebar 1,8 m dan

ukuran mata jaring (mesh size) pada bagian dalam (inner) 1,75 inci,

sedangkan pada bagian (outer) 5,5 inci. Trammel net yang digunakan terdiri

dari 6 lembar jaring utama yang disambung menjadi satu. Sehingga panjang

total jaring 150 m sehingga jumlah mata jaring horizontal outter 1704 dan

mata jaring horizontal inner 5112.

b. Pelampung menggunakan bahan PVC dengan ukuran panjang 2,2 cm,

diameter 1,5 inci, dengan jumlah total 288 buah

c. Pemberat terdapat pada tali ris bawah, yang digunakan pada Trammel net

ada 2 macam, yaitu batu dengan berat 800 gr, jumlah total 24 buah, dan
20

pemberat timah bertipe belinjo dengan ukuran panjang 1,8 cm, diameter 1

cm, berat 50 gram sebanyak 432 buah.

Menurut Iskandar (2010), konstruksi Trammel net yang terdiri dari tiga lapis

sehingga pada saat Trammel net dioperasikan secara pasif maupun aktif arah arus

yang datang dari bagian depan maupun belakang alat tangkap tersebut masih

dapat membentuk kantong (pocketing) dan masih bisa digunakan untuk

menangkap udang. Selain itu jaring pada bagian outer net maupun inner net relatif

lebih kendur pada saat pengoperasian alat tangkap sehingga udang bisa tertangkap

dengan baik secara entangled (terpuntal).

2.2.3. Metode Pengoperasian Trammel net

Menurut Khikmawati et al. (2015), pengoperasian Trammel net dapat

dilakukan dengan cara:

1. Persiapan perahu meliputi bahan bakar. Pengecekan alat tangkap meliputi

jaring, tali pelampung dan tali pemberat. Pengoperasiannya dilakukan

dengan menggunakan perahu motor dalam seperti pada cara setengah

lingkaran. Caranya adalah dengan melingkarkan jaring di dasar perairan

hingga membentuk lingkaran. Setelah itu jaring ditarik ke kapal dan udang

& ikan yang tertangkap diambil.

2. Penentuan, fishing ground Penentuan lokasi penangkapan yang dilakukan

oleh nelayan berdasarkan insting atau kebiasaan nelayan. Peneliti disini

menggunakan GPS untuk membantu letak koordinat lokasi penelitian.

3. Setting, menggunakan kapal kayu menuju daerah potensial penangkapan

Udang Windu (Penaeus monodon) tidak jauh dari daratan ditempuh selam

5 menit dari fishing base dan dekat dengan karang dengan kedalaman
21

kurang dari 10 meter. Pengoperasian alat tangkap diawali dengan penurunan

pemberat, badan bubu, tali pelampung sampai dengan pelampung penanda.

Pelampung penanda berada dipermukaan air laut untuk mempermudah saat

melakukan hauling.

4. Immersing, perendaman alat tangkap dilakukan selama 12 jam dan 18 jam.

Perendaman 12 jam yaitu pukul 17.00 WIB dan diambil keesokan harinya

pukul 05.00 WIB. Sedangkan untuk perendaman 18 jam sejak pukul 17.00

dan diambil pukul 11.00 WIB.

5. Hauling, penarikan alat tangkap hati-hati supaya tidak terkena karang.

Dimulai dari penarikan pelampung penanda, kemudian tali pelampung,

badan bubu dan pemberat. Sesampainya di darat Lobster (Panulirus sp.)

diambil dari bubu dan ditaburi dengan pasir kering untuk menjaga

kelembaban tubuhnya kemudian dilakukan pengukuran.

Menurut Sutoyo dan Achmad (2010), pengoperasian Trammel net secara

putar walaupun cara ini juga termasuk aktif tetapi tidak mempunyai sifat

mengurung gerombolan ikan yang ada disekitarnya jaring, sehingga tidak

membatasi gerakan ikan baik secara vertikal maupun horisontal maka hal ni akan

dapat memperbesar kesempatan lari atau menjauhnya ikan dari alat tangkap yang

dioperasikan. Akibatnya, hasil tangkapan yang diperoleh lebih sedikit.

2.2.4. Daerah Penangkapan Ikan Alat Tangkap Trammel net

Penentuan daerah penangkapan ikan didasarkan pada ukuran perahu, besar

mata jaring serta kebiasaan nelayan dalam melakukan kegiatan penangkapan.

Daerah penangkapan ikan merupakan suatu perairan dimana ikan yang menjadi

sasaran penangkapan dan diharapkan dapat tertangkap secara maksimal.


22

Terdapat kecenderungan bagi ikan pelagis untuk berkelompok di suatu sub

area tertentu yang dicerminkan oleh tingginya nilai laju tangkap dimana dapat

diketahui pula lokasi kecenderungan pemusatan atau mengelompoknya ikan

pelagis, yaitu pada kedalaman IV (>15 m) (Cristianawati. et al., 2013).

Menurut Cristianawati. et al., (2013). Kelimpahan ikan pelagis kecil jenis

tongkol dan tengiri disebabkan karena perairan pada daerah tersebut memiliki

tempat untuk berlindung ikan. Menurut Widodo (1980) dalam Dinas Kelautan dan

Perikanan (2009), kedalaman perairan merupakan faktor yang tidak hanya

membatasi penyebaran tetapi juga dapat memisahkan secara nyata pergerakan

ikan sehingga jenis-jenis ikan pelagis sangat membutuhkan dasar perairan yang

memiliki atribut perlindungan (rumpon).

2.2.5. Hasil Tangkapan Trammel net

Berdasarkan Sudirman dan Mallawa (2004), biasanya tertangkapnya ikan

atau udang pada jaring insang karena tersangkut atau terjerat di mata jaring pada

tubuh jaring dan bukannya terjerat pada insangnya. Sehingga pada saat

melepaskan hasil tangkapan (ikan atau udang) agak sulit dan bila bahan jaring

tidak kuat dapat mengakibatkan jaring tersebut sobek. Oleh karena itu agar jaring

insang mempunyai daya tahan lebih tinggi dan lebih efisien, maka konstruksi

jaring dan ukuran benang harus kuat. Sebagai bahan untuk pembuatan tubuh

jaring (daging jaring) sebaiknya digunakan bahan sintetis yaitu Polyamide (PA).

Sedangkan untuk bagian pinggiran jaring (selvage) digunakan bahan dari

Polyethylene (PE). Jenis-jenis ikan yang umummnya tertangkap adalah jenis ikan

yang berenang dipermukaan dekat permukaan laut seperti ikan Cakalng, jenis

jenis ikan demersal seperti jenis-jenis udang, lobster dan kepiting. Menurut
23

Sutoyo dan Achmad (2010), Ikan-ikan yang tertangkap pada alat tangkap jaring

gondrong (Trammel net) akan terperangkap secara terjerat pada mata jaring (Gill

net) ataupun terpuntal pada tubuh jaring (entangled).

Jenis ikan yang tertangkap selama penelitian didominir oleh udang Putih

(penaeus merguiensis) serta udang windu (penaeus monodon), hal ini sesuai

dengan bentuk dasar perairan Kabupaten Pati yang terdiri dari pasir dan lumpur,

daerah seperti ini merupakan tempat hidup atau habitat yang sangat disukai udang

serta ikan-ikan dasar. Tertangkapnya ikan pada suatu alat tangkap adalah dengan

menubruk dan menerobos jaring sehingga hendaknya diusahakan agar efek yang

ditimbulkan oleh jaring sebagai penghadang dibuat sekecil mungkin. Ikan dapat

melihat jaring dengan indra penglihatan dan getaran-getaran yang ditimbulkan

oleh alat tangkap didalam air akan dirasakan oleh ikan. Penggunaan teknik operasi

penangkapan yang baik dan juga ketrampilan dan kemampuan dalam

mengoperasikan alat tangkap akan berpengaruh terhadap hasil tangkapan.

2.3. Finansial Alat Tangkap Gill net dan Trammel net

2.3.1. Biaya

Biaya adalah besaran yang mengukur total biaya pengeluaran yang

digunakan dalam usaha penangkapan baik untuk perbekalan, perawatan, dan lain-

lain.

Biaya total atau total cost (TC) adalah jumlah keseluruhan biaya tetap dan

biaya variabel yang dikeluarkan oleh suatu usaha penangkapan untuk

menghasilkan sejumlah produk dalam dalam suatu periode tertentu. Faktor yang

menyebabkan hasil biaya total yang dikeluarkan setiap kapal berbeda-beda adalah

unsur perhitungan dari biaya tetap dan biaya variabel seperti harga, umur,
24

ekonomis dan kebutuhan. Jumlah biaya total didapatkan dengan penjumlahan dari

total biaya tetap (fix cost) dan total biaya variabel (variable cost).

Menurut Rahman (2013), Parameter keseimbangan ekonomi, meliputi biaya

penangkapan per upaya penangkapan dan harga ikan pelagis. Biaya penangkapan

terdiri dari biaya tetap per tahun dan biaya variabel dalam trip atau tahun.

Komponen biaya tetap terdiri dari nilai depresiasi perahu, mesin, serta alat

tangkap, biaya perawatan perahu, mesin, dan alat tangkap dan biaya perijinan,

sedangkan biaya tidak tetap terdiri dari biaya operasional dan biaya retribusi dapat

dilihat pada lampiran.

Menurut Rahman (2013), biaya dibagi dua yaitu biaya investasi dan biaya

produksi.

1. Biaya Investasi

Biaya investasi merupakan penggunaan sejumlah besar dana untuk

menjalankan proyek atau usaha baru. Biaya investasi pada usaha perikanan

tangkap Gill net di Kabupaten Pati ini meliputi :

a. Pengadaan kapal, motor tempel atau perahu

b. Pengadaan mesin- mesin kapal

c. Pengadaan alat tangkap

d. Pengadaan alat bantu penangkapan

Investasi menurut Kasmir dan Jakfar (2009), adalah mengorbankan uang

sekarang untuk memperoleh manfaat dimasa mendatang. Pengorbanan sekarang

mengundang suatu kepastian bahwa uang yang digunakan untuk investasi sudah

pasti dikeluarkan.
25

Sedangkan hasil dimasa mendatang bersifat tidak pasti, tergantung kondisi

dimasa datang. Investasi dapat dilakukan dalam berbagai bidang usaha, oleh

karena itu investasi dibagi menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut :

a. Investasi nyata

Merupakan Investasi yang dibuat dalam harga tetap seperti tanah, bangunan,

peralatan atau mesin-mesin.

b. Investasi finansial

Merupakan investasi dalam bentuk kontrak kerja, pembelian saham, obligasi

atau surat berharga lainnya seperti sertifikat deposito.

2. Biaya Produksi

Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang digunakan dalam proses

produksi untuk menghasilkan barang atau jasa. Biaya produksi terdiri dari

biaya tetap dan biaya variabel atau biaya operasional. Menurut Umar (2003)

biaya operasi terbagi atas:

a. Biaya tetap

Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya tetap, tidak tergantung pada

perubahan tingkat kegiatan dalam menghasilkan keluaran atau produk di

dalam interval tertentu. Biaya tetap meliputi:

1. Biaya sedekah laut.


2. Biaya perawatan kapal/perahu, mesin, alat tangkap serta alat bantu.
3. Biaya penyusutan.

Mengenai usia atau masa produksi suatu proyek aktiva tetap ada 2 macam,

yaitu:
26

- Usia teknis, yaitu berapa lama proyek atau aktiva tetap nantinya dapat

menjalankan fungsinya, dapat berproduksi atau dapat menghasilkan

barang atau jasa bila proyek sudah dioperasikan.

- Usia ekonomis, yaitu berapa lama proyek atau aktiva tetap dapat

menghasilkan keuntungan.

b. Biaya variabel

Biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya berubah ubah sesuai

dengan perubahan tingkat produksi. Biaya variabel yang dikeluarkan dalam

penelitian ini meliputi:

1. Biaya pembelian oli

2. Biaya pembelian BBM

3. Biaya perbekalan melaut

4. Biaya pembelian es

Biaya dalam pengertian ekonomi adalah semua beban yang harus

ditanggung untuk menyediakan barang agar siap dipakai konsumen. Dalam

bidang produksi, biaya adalah beban yang harus ditanggung oleh produsen untuk

menyelenggarakan proses produksi dinyatakan dalam bentuk uang. Pengertian

beban yang harus ditanggung meliputi semua bentuk pengeluaran uang maupun

yang bukan pengeluaran uang nyata (Sutawi 2002).

Menurut Sutawi (2002), untuk menghitung hasil usaha maka penjualan

harus diperhitungkan dengan benar, yakni untuk biaya yang secara langsung dan

tidak telah dimanfaatkan dalam usaha menghasilkan pendapatan dalam suatu

periode atau yang sudah tidak memberikan manfaat ekonomis untuk kegiatan
27

usaha berikutnya, sedangkan yang dimaksud dengan biaya adalah pengorbanan

ekonomis yang diperlukan untuk memperoleh barang atau jasa.

Ada pula yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan biaya adalah

pengeluaran yang dilakukan sekarang untuk mendapatkan manfaat pada masa

akan datang dimana pengeluaran atau pengorbanan tersebut dapat diduga, serta

dapat dihitung secara kuantitatif dan tidak dapat dihindarkan.

2.3.2. Penyusutan

Menurut Prabhaswara dan Peti (2004), penyusutan (depresiasi) merupakan

penurunan berkala harga pokok aktiva tetap selama umur ekonomis (useful life),

yang disebabkan oleh penyusutan fisik dan penyusutan fungsional aktiva tetap

tersebut. Penyusutan fisik adalah penyusutan karena kemerosotan akibat

pemakaian dan penyusutan fungsional adalah penyusutan karena kekurangan dan

ketertinggalan dari aktiva tetap.

Beban penyusutan (depresiasi) dengan metode garis lurus (straight line

method) adalah metode penyusutan yang menetapkan nilai penyusutan dalam

jumlah yang tetap sama selama umur ekonomis, dirumuskan sebagai berikut:

……………………….. (1)

2.3.3. Pendapatan

Pendapatan adalah besaran yang mengukur jumlah pendapatan nelayan yang

diperoleh dari hasil tangkapan. Menurut Retnowati (2011), pendapatan hasil

penangkapan setelah dikurangi biaya operasional (solar, alat tangkap, bahan

makan, dan uang saku) sisanya dibagi dua yaitu 50% untuk pemilik perahu
28

(juragan) dan 50% untuk Anak Buah Kapal (ABK, nelayan penggarap atau

pekerja) dengan pembagian untuk alat tangkap Alet Juru Mudi 1,5 bagian, ABK

yang tidak merangkap Juru Mudi 1,5 bagian, ABK yang tidak merangkap jabatan

masing-masing satu bagian, jumlah ABK untuk setiap perahu tidak sama

tergantung jenis perahu dan alat tangkapnya. Pembagian untuk alat tangkap

Jurung, Juru Mudi mendapat 2 bagian, Juru Rawat 2 bagian, Tukang Panggil 1⁄4

bagian, dan Tukang Mesin 1⁄4 bagian. Untuk alat tangkap Alet biasanya biasanya

terdiri 6 ABK, untuk alat tangkap 4 tak terdiri 3 terdiri 3 ABK dan alat tangkap

Jurung 6 ABK. Pendapatan 6 ABK. Pendapatan mereka rata-rata per hari antara

Rp.15.000-Rp.40.000 bahkan sering kali impas atau tidak mendapatkan hasil.

Pendapatan nelayan sendiri adalah selisih antara penerimaan yang diterima

dan semua biaya yang dikeluarkan. Penerimaan nelayan adalah perkalian antara

produksi yang diperoleh dengan harga jual hasil tangkapan yang didapatkan.

Biaya nelayan biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost)

dan biaya tidak tetap (variable cost).

Menurut Supriharyono (2000), pendapatan seorang nelayan berasal dari

penjualan hasil tangkapan yang didapat dari hasil melaut. Nelayan pada umumnya

memiliki pendapatan yang tidak menentu dari hasil tangkapan melaut. Hasil yang

didapat hanya dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari hari. Berbeda dengan

juragan kapal yang memiliki pendapatan cukup besar dari hasil bagi dengan

nelayannya. Nelayan kecil hanya dapat mengandalkan hasil tangkapan melaut

sebagai bahan pangan mereka. Namun apabila hasil tangkapan dirasa lebih dari

cukup, mereka akan menjualnya di tempat pelelangan ikan atau kepada nelayan
29

lain. Nelayan besar dikategorikan sebagai nelayan yang memiliki alat tangkap

modern sehingga pendapatan dari hasil penjualan pun menjadi lebih besar.

Pada umumnya, pendapatan nelayan penggarap ditentukan secara bagi hsil

dan jarang menggunakan kembali gaji/upah. Dalam kembali bagi hasil, bagian

yang dibagi ialah pendapatan setelah dikurangi ongkos-ongkos eksploitasi yang

dikeluarkan pada waktu beroprasi, ditambah dengan ongkos penjualan hasil. Pada

kembali ini yang dibagi adalah hasil penjualan ikan yang diperoleh.

Caranya ialah ikan hasil tangkapan satu unit penangkapan dijual oleh

pemilik, kemudian barulah dilakukan perhitungan bagi hasil (Mulyadi, 2005).

Pendapatan sering juga disebut sebagai penjualan, karena memang pendapatan

adalah penjualan dalam arti sempit. Total penjualan yang terjadi dalam satu

periode disebut dengan penjualan kotor. Untuk mengetahui nilai penjualan bersih,

penjualan kotor harus dikurangkan dengan penjumlahan dari potongan penjualan

dengan pengembalian (Sutawi, 2002).

2.3.4. Keuntungan

Keuntungan adalah hasil selisih antara pendapatan total dengan biaya total

yang digunakan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Pendapatan bagi

pengusaha adalah sisa setelah jumlah pendapatan dikurangi dengan seluruh biaya

produksi. Menurut Wibowo (2013), menghitung semua pendapatan yang diterima

dari pekerjaan menangkap ikan oleh nelayan gill net setelah itu dikurangi dengan

biaya total. Sedangkan tingkat kesejahteraan nelayan dihitung menggunakan nilai

tukar nelayan dengan cara pendapatan usaha perikanan ditambah dengan

pendapatan sampingan dibagi dengan pengeluaran usaha perikanan, pengeluaran

keluarga, dan pengeluaran pekerjaan tambahan nelayan.


30

Proyek memiliki umur ekonomis (economic life) tahunan bisa kurang dari 5

tahun bahkan dapat mencapai puluhan tahun. Proyek maupun merencanakan

investasi yang memiliki umur ekonomis diatas 5 tahun, agak sukar untuk

melakukan perhitungan, khususnya ramalan mengenai perkembangan ekonomi di

masa-masa mendatang. Permasalahan peramalan perkembangan masa mendatang

memerlukan analisis perkiraan terhadap suatu rencana investasi. Terdapat dua

ukuran/kriteria yang dapat dipergunakan, yaitu: undiscounted criterion dan

discounted criterion. Menurut Riyanto (2010), rentabilitas suatu perusahaan/usaha

menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva/modal yang menghasilkan

laba. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan perusahaan/kegiatan usaha

untuk menghasilkan laba. Nilai rentabilitas rata–rata usaha penangkapan ikan

dengan alat tangkap kembali Gill net tersebut merupakan nilai laba/keuntungan

yang didapatkan dari aktivatas/modal investasi awal.

Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), keuntungan merupakan tujuan utama

dalam dunia bisnis, terutama bagi pemilik bisnis baik dalam jangka pendek

maupun dalam jangka kembali. Bentuk keuntungan yang diharapkan lebih banyak

dalam bentuk finansial. Besarnya keuntungan telah ditetapkan sesuai dengan

target yang diinginkan sesuai dengan batas waktunya. Bidang usaha yang digeluti

dapat beragan, mulai dari perdagangan, kembali, pariwisata, agrobisnis, atau jasa

jasa lainnya.

Keuntungan adalah kelebihan dari seluruh penerimaan setelah dikurangi

seluruh biaya yang diperlukan dalam proses produksi dan semuanya dinyatakan

dengan uang. Keuntungan dapat ditentukan dengan cara mengurangi berbagai

biaya yang dikeluarkan dari hasil penjualan yang diperoleh. Biaya yang
31

dikeluarkan meliputi pengeluaran untuk bahan mentah, pembayaran upah,

pembayaran bunga, apabila biaya- biaya tersebut nilainya positif maka akan

memperoleh keuntungan (Sadono, 2003).

Menurut Effendi dan Oktariza (2006), usaha perikanan yang akan dilakukan

oleh pengusaha harus menghasilkan keuntungan yang berkelanjutan. Oleh karena

itu, perlu dilakukan analisis usaha. Analisis usaha merupakan suatu cara untuk

mengetahui tingkat kelayakan dari suatu jenis usaha. Analisis usaha pada usaha

perikanan sangat diperlukan mengingat ketidakpastian usaha yang cukup besar.

Apalagi mengingat usaha perikanan tangkap dan pengolahan hasil perikanan yang

sangat dipengaruhi oleh musim penangkapan dan kembali alam.

Dalam kegiatan perusahaan, keuntungan ditentukan dengan cara

mengurangkan berbagai biaya yang dikeluarkan dari hasil penjualan yang

diperoleh. Biaya yang dikeluarkan meliputi pengeluaran untuk bahan mentah,

pembayaran upah, pembayaran bunga, sewa tanah dan penghapusan . Apabila

hasil penjualan yang diperoleh dikurangi biaya-biaya tersebut nilainya adalah

positif, maka akan diperoleh keuntungan. Analisis profitabilitas bertujuan untuk

mengukur seberapa kemampuan suatu usaha memperoleh keuntungan dalam

hubungannya dengan penjualan, penerimaan maupun keuntungan modal sendiri

sehingga dapat diketahui layak tidaknya suatu investasi dalam usaha tersebut

(Arifin, 2000).

2.3.5. Net Present Value (NPV)

Menurut Umar (2003), NPV yaitu selisih antara Present Value dari investasi

dan nilai sekarang dari penerimaan kas bersih (arus kas operasional maupun arus

kas terminal) di masa yang akan kembali. Untuk menghitung nilai sekarang perlu
32

ditentukan tingkat bunga yang relevan. NPV digunakan sebagai tolak ukur

kelayakan usaha pada suatu perusahaan atau usaha perikanan.Apabila nilai NPV

positif maka usaha tersebut dapat dikatakan layak. Menurut Sutoyo dan Ahmad

(2016), Sebuah usaha atau proyek yang menghasilkan hasil NPV positif maka

usaha tersebut harus dilaksanakan dan menghasilkan manfaat yang lebih besar

dibandingkan hasil NPV yang kembali oleh karena itu perhitungan NPV sangat

penting dilakukan guna menentukan kelayakan usaha perikanan tangkap Gill net.

Menurut Husnan dan Muhammad (2005), penentuan NPV positif adalah

nilai penerimaan sekarang dan kas bersih dimasa yang akan kembali lebih besar

dari biaya investasi maka usaha tersebut dikatakan menguntungkan, dapat

diterima, dan layak dilanjutkan. Sedangkan apabila lebih kecil (NPV kembali),

proyek ditolak karena dinilai tidak menguntungkan. Bila NPV > 0 berarti investasi

usaha perikanan tangkap tersebut layak, sehingga menjadi pertimbangan positif

untuk pengembangannya.

Metode ini adalah menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan

nilai sekarang penerimaan penerimaan kas bersih (operasional maupun terminal

cash flow) dimasa yang akan kembali. Untuk menghitung nilai sekarang tersebut

perlu ditentukan dulu tingkat bunga yang dianggap relevan. Apabila nilai

sekarang penerimaan penerimaan kas bersih dimasa yang akan kembali lebih

besar daripada nilai sekarang investasi, maka proyek ini dikatakan

menguntungkan sehingga diterima. Sedangkan apabila lebih kecil (NPV kembali),

proyek ditolak karena dinilai tidak menguntungkan (Husnan dan Muhammad,

2005).
33

Net Present Value (NPV) digunakan untuk menilai manfaat investasi usaha

perikanan tangkap yang merupakan jumlah nilai kini dari pendapatan bersih dan

dinyatakan dalam rupiah. Bila NPV > 0 berarti investasi usah perikanan tangkap

tersebut layak, sehingga menjadi sumbangan positif untuk pengembangannya.

Apabila NPV < 0 berarti usaha perikanan tangkap tersebut tidak layak

dikembangkan lebih lanjut. Pada keadaan nilai NPV = 0 maka berarti investasi

usaha perikanan tangkap tersebut hanya mengembalikan manfaat tang persis sama

dengan tingkat pembiayaan yang dikeluarkan (Dahlan, 2011).

2.3.6. Internal Rate of Return (IRR)

Menurut Umar (2003), Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat

bunga yang akan menjadikan jumlah nilai sekarang dari produk sama dengan

jumlah nilai sekarang dari pengeluaran modal. Menurut Engkos dan Hernanto

(2007), Internal Rate of Return (IRR) merupakan pengukuran diskonto (tingkat

bunga pengarang nilai) atas hasil usaha (yang juga dinilai sekarang) pada saat

dapat menutup investasi/NPV = 0. Menurut Umar (2003), apabila tingkat kembali

lebih besar daripada tingkat bunga relevan (tingkat keuntungan yang disyaratkan),

maka investasi dikatakan menguntungkan, kembali lebih kecil dikatakan

merugikan.

Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), Internal Rate of Return (IRR)

merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil intern. Jika IRR lebih

besar (>) dari bunga pinjaman maka diterima, sedangkan jika IRR lebih kecil (<)

dari bunga pinjaman maka ditolak. Ada kembali yang digunakan untuk mencari

IRR. Besar IRR yang didapatkan lebih besar dari bunga yang disyaratkan yaitu
34

19% maka usaha penangkapan rajungan dikatakan menguntungkan. Besar tingkat

bunga diambil dari besar bunga untuk usaha mikro Bank Rakyat Indonesia.

2.3.7. Payback Period

Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), metode payback period (PP) merupakan

kembali penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu

proyek atau usaha.

Perhitungan payback period atau periode pengembalian investasi diperlukan

untuk mengetahui periode waktu pengembalian investasi sehingga dapat

menggambarkan panjangnya waktu yang diperlukan agar dana yang

diinvestasikan pada usaha penangkapan ikan dapat diperoleh kembali seluruhnya.

Analisis periode pengembalian investasi digunakan untuk mengetahui lamanya

perputaran modal/investasi yang digunakan dalam melakukan usaha atau dengan

kata lain untuk mengetahui waktu yang dapat digunakan untuk menutup kembali

pengeluaran investasi dengan menggunakan keuntungan sebagai perbandingan

(Riyanto, 2010). Menurut Husnan dan Muhammad (2005), PP menghitung berapa

cepat investasi yang dilakukan bisa kembali. Karena itu hasil perhitungannya

dinyatakan dalam satuan waktu (tahun atau bulan).

2.3.8. B/C Ratio

Analisis rasio penerimaan – biaya dimaksudkan untuk mengetahui besarnya

nilai perbandingan penerimaan dan biaya produksi yang digunakan. Analisa B/C

Ratio dapat diketahui dengan rumus:

………………………………………..(2)
35

Pengambilan keputusan:

- Jika B/C Ratio > 1, maka usulan investasi feasible

- Jika, B/C Ratio < 1, maka usulan investasi unfeasible

Menurut Wibowo (2013) Analisis B/C Ratio dalam penelitian ini digunakan

untuk mengetahui besarnya nilai perbandingan antara penerimaan/pendapatan dan

biaya produksi yang digunakan.

B/C Ratio pada usaha penangkapan ikan dengan alat tangkap jaring gillnet

adalah lebih dari 1 (>1), yang berarti bahwa usaha penangkapan layak dilakukan.

Hasil penghitungan B/C Ratio menunjukkan nilai rata–rata sebesar 1,7 bahwa

usaha perikanan tangkap jaring gill net sudah menguntungkan dan artinya bahwa

rata–rata setiap nelayan melakukan operasi penangkapan memperoleh penerimaan

sebesar 1,7 kali lipat atas biaya–biaya yang dikeluarkan atau dengan kata lain

setiap 1 yang dikeluarkan nelayan untuk melakukan usaha penangkapan maka

penerimaan yang dihasilkan sebesar 1,7.

2.3.9. Break Even Point

Break Even Point (BEP) adalah titik waktu dimana biaya operasional

bulanan sama banyak dengan pendapatan total. BEP biasa disebut dengan titik

balik atau titik impas dimana pengeluaran sama dengan pemasukan.Guna

menentukan jumlah produksi agar tidak menghasilkan nilai minus dan dapat

ditentukan keuntungan yang layak untuk usaha tersebut perhitungan BEP sangat

penting untuk dianalisis, karena hal tersebut penting dalam menentukan kebijakan

suatu usaha, proyek atau perusahaan. BEP adalah suatu titik jumlah produksi atau

penjualan yang harus dilakukan agar biaya yang dikeluarkan dapat tertutupi

kembali atau nilai dimana profit yang diterima UKM adalah nol, dengan
36

diketahuinya titik impas maka perusahaan dapat menentukan produksi minimal

sehingga perusahaan tersebut dapat memperoleh keuntungan yang layak untuk

dilaksanakan.

Perhitungan Break Even Point dapat dihitung melalui 2 tumus berikut yaitu:

1. Rumus BEP untuk menghitung berapa unit yang harus dijual agar terjadi

Break Even Point :

……………..(3)

2. Rumus BEP untuk menghitung berapa uang penjualan yang perlu diterima

agar terjadi BEP :

…………………...(4)

Break Even Point adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk

mengetahui hubungan antar beberapa variabel di dalam kegiatan perusahaan,

seperti luas produksi atau tingkat produksi yang dilaksanakan, biaya yang

dikeluarkan, serta pendapatan yang diterima. Pendapatan perusahaan merupakan

penerimaan karena kegiatan perusahaan, sedangkan biaya operasinya merupakan

pengeluaran yang juga karena kegiatan perusahaan.

2.4. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu bertujuan untuk mendapatkan bahan

perbandingan dan acuan. Selain itu, untuk menghindari anggapan kesamaan

dengan penelitian ini. Maka dalam tinjauan pustaka ini peneliti mencantumkan

hasil-hasil penelitian terdahulu sebagai berikut:


37

1. Hasil Penelitian Wismaningrum et al., (2013)

Penelitian Wismaningrum et al., (2013), berjudul “Analisis Finansial Usaha

Penangkapan One Day Fishing Dengan Alat Tangkap Multigear Di Pelabuhan

Perikanan Pantai (PPP) Tawang Kabupaten Kendal”. Penelitian ini merupakan

penelitian yang menggunakan metode deskriptif dan studi kasus. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui aspek teknis penangkapan multigear yaitu dengan

alat tangkap arad dan jaring udang serta melakukan analisis finansial usaha

penangkapan multigear dengan menghitung kriteria NPV, IRR, PP dan B/C Ratio.

2. Hasil Penelitian Shalichaty et al., (2016)

Penelitian Shalichaty et al., (2016), berjudul “Analisis Finansial Usaha

Penangkapan Rajungan (Portunus pelagicus) di Kecamatan Suradadi Kabupaten

Tegal”. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode deskriptif

yang bersifat studi kasus. Penelitian ini bertujuan menganalisis kelayakan usaha

dengan menggunakan analisis NPV, IRR, PP, dan B/C Ratio.

3. Hasil Penelitian Purwanti et al., (2017)

Penelitian Purwanti et al., (2017), berjudul “Analisis Teknis dan Finansial

Usaha Alat Tangkap Sodo (Push Net) Dengan Target Penangkapan Udang Yang

Berpangkalan di Desa Bedono dan Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung,

Kabupaten Demak”. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan

metode deskriptif yang bersifat studi kasus. Penelitian ini bertujuan untuk

mengamati aspek teknis dan aspek finansial usaha perikanan sodo di Desa Bedono

dan Desa Timbulsloko.


38

4. Hasil Penelitian Juliani et al., (2019)

Penelitian Juliani et al., (2019), berjudul “Analisis Teknis dan Finansial

Usaha Penangkapan Jaring Rampus (Gill net) Di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

Cituis, Kabupaten Tangerang”. Penelitian ini merupakan penelitian yang

menggunakan metode survei. Penelitian ini bertujuan untuk bertujuan untuk

mengetahui teknis penangkapan jaring rampus dan mengkaji kelayakan usaha

penangkapan jarang rampus di PPI Cituis.


7

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Materi

Peralatan yang digunakan dalam Penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 2. Alat yang digunakan dalam Penelitian Skripsi

No. Alat dan Bahan Ketelitian Keterangan


1 Kamera - Mendokumentasi data yang diperoleh
2 Alat tulis - Mencatat hasil pengambilan data
3 Jangka sorong 0,05 mm Mengukur alat tangkap
4 Meteran 1 cm Mengukur alat tangkap
5 GPS 3-5 meter Menentukan lokasi
6 Kuisioner - Mendata kebutuhan peneliti

Sumber: Penelitian Skripsi, 2021.

3.2. Metode

3.2.1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi

kasus deskriptif (Lindawati et al., 2016). Metode ini merupakan metode dengan

cara menggambarkan keadaan atau kejadian pada daerah tertentu dimana peneliti

melakukan penelitian tersebut. Metode ini digunakan untuk melihat langsung

bagaimana keadaan di lapangan yang disampaikan secara valid berdasarkan

dengan fakta pada populasi yang digunakan pada penelitian ini dan dilampirkan

bukti nyata seperti hasil wawancara dan dokumentasi penelitian. Populasi pada

penelitian ini adalah sebagian nelayan Gill net dan Trammel net di Kabupaten

Pati, Provinsi Jawa Tengah.


40

Tabel 3. Nelayan Gill net dan Trammel net di Kabupaten Pati, Provinsi Jawa

Tengah.

No Nama TPI Populasi Sampel

Gillnet Trammel Gillnet Trammel


Net Net
1 Bajomulyo I 210 151 10 10

2 Bajomulyo 210 151 10 10


II
3 Pecangaan 37 178 10 10

4 Margomulyo 30 89 10 10

5 Sambiroto 184 182 10 10

6 Banyutowo 198 72 10 10

7 Puncel 165 47 10 10

8 Alasdowo 25 98 10 10

Total Kabupaten Pati 1059 968 80 80

Hasil Penelitian 2021

3.2.2. Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan data yang digunakan adalah metode purposive

sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan

menentukan kriteria tertentu. Purposive sampling juga disebut sebagai sampel

penilaian atau pakar adalah jenis sampel nonprobabilitas. Tujuan utama dari

purposive sampling untuk menghasilkan sampel yang logis dapat dianggap

mewakili populasi. Berdasarkan survei yang telah dilakukan jumlah nelayan Gill

net dan Trammel net di Kabupaten Pati terhitung sedikit dibanding dengan alat

tangkap lain, jumlah populasi seluruh nelayan jaring insang atau alat tangkap Gill
41

net dan Trammel net tergolong alat tangkap minoritas, sehingga dalam penelitian

ini dilakukan pengambilan sampel secara purposive sampling yaitu 160 nelayan

dengan menjadikan sebagian populasi nelayan jaring insang menjadi sample,

dalam hal ini sebagian nelayan Gill net dan Trammel net yang ada di Kabupaten

Pati adalah populasi sehingga sample yang diambil adalah sebagian nelayan Gill

net dan Trammel net.

Dalam pengambilan sampel hal yang dipertimbangkan meliputi:

1. Unit penangkapan alat tangkap Gill net dan Trammel net yang masih

beroperasi;

2. Nelayan lokal yang mengoperasikan alat tangkap Gill net dan Trammel net;

3. Lama trip pengoperasian alat tangkap Gill net dan Trammel net;

4. Pendapatan alat tangkap Gill net dan Trammel net;

5. Biaya operasional yang di keluarkan;

3.2.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Metode Observasi

Metode ini dilakukan untuk mengetahui secara langsung mengenai alat

tangkap Gill net dan Trammel net, konstruksi dan desain alat tangkap, cara

pengoperasian, dan hasil tangkapan sehingga didapatkan data keragaan

perikanan tangkap Gill net dan Trammel net. Observasi penelitian data

teknis dan finansial Gill net dan Trammel net dilakukan langsung di

Kabupaten Pati dengan memantau kegiatan para nelayan di Kabupaten Pati

dan mencatat data yang diberikan oleh mereka.

2. Metode Wawancara
42

Analisis aspek teknis dilakukan secara deskriptif yang berkaitan dengan

faktor-faktor teknis dari unit penangkapan ikan, seperti alat tangkap, metode

pengoperasian alat tangkap Gill net dan Trammel net. Analisis ini dilakukan

dengan metode wawancara. Setiap TPI di Kabupaten Pati akan dilakukan

metode wawancara dengan nelayan Gill net dan Trammel net.

3. Metode Studi Pustaka

Metode studi pustaka ini dilakukan dengan mempelajari teori-teori yang

mendukung penelitian sehingga diharapkan dengan landasan teori yang kuat

akan diperoleh pemahaman yang baik. Studi pustaka dilakukan dengan

melihat referensi yang relevan 5 tahun kebelakang mengenai alat tangkap

Gill net dan Trammel net, konstruksi, desain dan serta segala aspek finansial

usaha perikanan Gill net dan Trammel net untuk dibandingkan dengan hasil

pengamatan atau observasi secara langsung.

4. Metode Dokumentasi

Metode ini bersifat data sekunder dan dilaksanakan oleh peneliti dengan

mendokumentasikan beberapa proses atau keadaan saat berlangsungnya

kegiatan Penelitian berupa foto proses pengambilan data dengan responden.

Metode dokumentasi dilakukan dengan mengambil gambar objek penelitian

dan semua kegiatan selama penelitian berlangsung untuk didokumentasikan.


43

3.3. Analisis Data

3.3.1 Analisis Aspek Teknis

Aspek teknis yang dianalisis pada usaha penangkapan ikan gill net dan

trammel net yaitu meliputi armada penangkapan, alat tangkap, metode

penangkapan, serta hasil tangkapan. Analisis teknis yang dilakukan dilapangan

dengan mengukur kapal, alat tangkap serta menganalisis hasil tangkapan.

3.3.2 Analisis Aspek Finansial

a. Biaya

Biaya adalah besaran yang mengukur total biaya pengeluaran yang

digunakan dalam usaha penangkapan baik untuk perbekalan, perawatan, dan

lain-lain (Wismaningrum et al., 2013). Perhitungan pengeluaran nelayan

digunakan formulasi rumus sebagai berikut:

…………………..(8)

Dimana:

TC (Total Cost) = Total pengeluaran nelayan

FC (Fixed cost) = Biaya tetap

VC (Variable cost) = Biaya tidak tetap

b. Pendapatan

Pendapatan adalah besaran yang mengukur jumlah pendapatan nelayan yang

diperoleh dari hasil tangkapan, menghitung pendapatan nelayan dapat

digunakan formulasi rumus sebagai berikut (Wismaningrum et al., 2013):

…………………….(9)
44

Dimana:

TR (Total Revenue) = Total pendapatan

Q (Quantity) = Hasil tangkapan

P (Price) = Harga jual

c. Keuntungan

Keuntungan adalah hasil selisih antara pendapatan total dengan biaya total

yang digunakan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Pendapatan bagi

pengusaha adalah sisa setelah jumlah pendapatan dikurangi dengan seluruh

biaya produksi (Wismaningrum et al., 2013). Dapat dirumuskan sebagai

berikut:

………………(10)

Dimana:

π = Keuntungan

TR (Total Revenue) = Total pendapatan

TC (Total Cost) = Total pengeluaran

d. Net Present Value (NPV)

Menurut Umar (2003), NPV yaitu selisih antara Present Value dari investasi

dan nilai sekarang dari penerimaan- penerimaan kas bersih (arus kas

operasional maupun arus kas terminal) di masa yang akan datang

(Wismaningrum et al., 2013). Untuk menghitung nilai sekarang perlu

ditentukan tingkat bunga yang relevan. Analisa NPV dapat diketahui dengan

rumus:
45

……………………..(11)

Dimana:

CFt : aliran kas per tahun pada periode t

C0 : investasi awal pada tahun ke-0

I : suku bunga (discount factor)

t : tahun ke

n : jumlah tahun

e. Internal Rate of Return (IRR)

Menurut Umar (2003), Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat

bunga yang akan menjadikan jumlah nilai sekarang dari produk sama

dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran modal (Wismaningrum et

al., 2013). Nilai IRR dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

……………………(12)

Dimana:

i1 = tingkat bunga ke-1

i2 = tingkat bunga ke-2

NPV1 = NPV pada tingkat bunga ke-1

NPV2 = NPV pada tingkat bunga ke-2

f. Payback Period

Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), metode payback period (PP) merupakan

teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi


46

suatu proyek atau usaha (Wismaningrum et al., 2013).Analisa Payback

period diperoleh dengan rumus:

(13)

Pengambilan keputusan :

- Nilai payback period kurang dari 3 tahun kategori pengembalian cepat

- Nilai payback period 3 – 5 tahun kategori pengembalian sedang

- Nilai payback period lebih dari 5 tahun kategori lambat

g. B/C Ratio

Analisis rasio penerimaan – biaya dimaksudkan untuk mengetahui besarnya

nilai perbandingan penerimaan dan biaya produksi yang digunakan

(Wismaningrum et al., 2013). Analisa B/C Ratio dapat diketahui dengan

rumus:

(14)

Pengambilan keputusan :

- Jika B/C Ratio > 1, maka usulan investasi feasible

- Jika, B/C Ratio < 1, maka usulan investasi unfeasible

h. Break Even Point

Break Even Point (BEP) adalah titik waktu dimana biaya operasional

bulanan sama banyak dengan pendapatan total per bulan maupun per tahun

sebuah usaha atau perusahaan tersebut. Dengan diketahuinya titik impas

maka perusahaan dapat menentukan luas produksi minimal agar perusahaan

dapat memperoleh keuntungan (Wismaningrum et al., 2013).

Adapun rumus untuk menghitung Break Even Point ada 2 yaitu:


47

1. Rumus BEP untuk menghitung berapa unit yang harus dijual agar

terjadi Break Even Point :

(15)

2. Rumus BEP untuk menghitung berapa uang penjualan yang perlu

diterima agar terjadi BEP :

(16)

Setelah menentukan titik impas, dimana jumlah pengeluaran yang

digunakan untuk produksi sama dengan jumlah pemasukan yang didapatkan pasca

produksi suatu produk usaha maupun usaha perikanan sebuah perusahaan dapat

menentukan kebijakan yang sebaik-baiknya agar mendapatkan laba yang lebih

menguntungkan bagi pelaku usaha. Biaya produksi meliputi investasi, modal,

operasional, biaya variabel, biaya tetap, biaya perijinan, dan upah ABK.

Sedangkan biaya penerimaan yang dimaksud adalah biaya penerimaan yang

sudah bersih sudah bebas dari biaya pajak, retribusi, dan lainnya. Perusahaan

dapat menentukan berapa jumlah produk yang harus diproduksi setelah menemui

titik impas atau break event point agar mendapatkan untung yang lebih maksimal.
48

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Pati dibatasi oleh Laut Jawa di sebelah utara, Kabupaten

Rembang di sebelah timur, Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara di sebelah

barat dan Kabupaten Grobogan di sebelah selatan. Letak PPP Bajomulyo di

bagian utara Kabupaten Pati dan menghadap ke arah Laut Jawa

mempermudah upaya pemanfaatan sumber daya perikanan laut. Jarak

Kabupaten Pati dengan Kota Semarang 84 km, dengan Kota Surabaya 231

km, dengan Kota Yogyakarta 208 km, dengan Kota Bandung 520 km dan

dengan Kota Jakarta 524 km (Badan Pusat Statistik Jawa Tengah, 2009).

Kabupaten Pati memiliki luas wilayah 150.368 Ha atau sekitar 0,14 % dari

luas wilayah Jawa Tengah (Luas Laut Jateng 3.254 ribu Ha). Topografinya

merupakan dataran rendah yang landai dengan ketinggian rata-rata 1 meter diatas

permukaan laut. Panjang garis pantai sekitar 6,15 km yang merupakan basis

kegiatan perikanan (penangkapan ikan, pengolahan ikan dan budidaya ikan) serta

kegiatan konservasi dan wisata bahari. Wilayah geografis Kabupaten Pati terletak

di dataran rendah pantai Utara pulau Jawa dengan ketinggian sekitar 1 meter di

atas permukaan laut terletak pada posisi antara 109°37’55” sampai dengan

109°42’19” BT dan 06°50’42” sampai dengan 06°55’44” LS.

Batas-batas wilayah Kabupaten Pati adalah sebagai berikut:

1. Sebelah Barat : Kabupaten Jepara dan Kabupaten Kudus

2. Sebelah Utara : Laut Jawa

3. Sebelah Timur : Kabupaten Rembang

4. Sebelah Selatan : Kabupaten Grobogan


49

4.2. Keadaan Umum Perikanan Tangkap di Kabupaten Pati

4.2.1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan

Armada penangkapan merupakan kendaraan pendukung utama dalam

kegiatan penangkapan ikan. Nelayan yang menggunakan perahu motor tempel di

Kabupaten Pati rata-rata menggunakan 2 mesin, 1 digunakan sebagai sarana gerak

kapal, satunya digunakan sebagai penggerak alat bantu penangkapan Gill net.

Mesin yang digunakan rata rata berkekuatan 16-23 PK dengan merek Yanmar

dan Dongfeng.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui jumlah armada

penangkapan di Kabupaten Pati tersaji pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Kabupaten Pati 2016-2021

Jumlah Kapal
No Nama TPI
<10 GT 10-30 GT 30-50 GT
1 TPI Bajomulyo I 218 530 1370
2 TPI Bajomulyo II 215 529 1374
3 TPI Pecangaan 217 527 1373
4 TPI Margomulyo 680 345 1583
5 TPI Sambiroto 679 344 1583
6 TPI Banyutowo 675 345 1582
7 TPI Puncel 664 340 1584
8 TPI Alasdowo 675 345 1584
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pati, 2021.

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa armada penangkapan ikan di

Kabupaten Pati berbeda-beda disetiap TPI. Armada kapal paling banyak yaitu

pada TPI Puncel dan TPI Alasdowo dengan jumlah 1.584 dengan ukuran kapal

30-50 GT sedangkan terendah dengan jumlah 215 terdapat pada TPI Bajomulyo II

kapal dengan ukuran <10 GT. Pada TPI Bajomulyo I terdapat jumlah kapal 218

dengan ukuran kapal <10 GT, 530 dengan ukuran kapal 10-30 GT dan 1370

dengan ukuran 30-50 GT. Pada TPI Pecangan terdapat jumlah kapal 217 dengan
50

ukuran kapal <10 GT, 527 dengan ukuran kapal 10-30 GT dan 1373 dengan

ukuran kapal 30-50 GT. Pada TPI Margomulyo terdapat jumlah kapal 680

dengan ukuran kapal <10 GT, 345 dengan ukuran kapal 10-30 GT dan 1583

dengan ukuran kapal 30-50 GT. Selanjutnya pada TPI Sambiroto terdapat jumlah

kapal sebanyak 679 dengan ukuran kapal <10 GT, 344 dengan ukuran kapal 10-30

GT dan 1583 dengan ukuran kapal 30-50 GT. Pada TPI Banyutowo terdapat

jumlaj kapal sebanyak 675 dengan ukuran kapal <10 GT, 345 dengan ukuran

kapal 10-30 GT dan 1582 dengan ukuran kapal 30-50 GT.

Dapat diketahui bahwa data di atas menunjukkan bahwa data armada

penangkapan ikan di Kabupaten Pati tidak stabil. Menurut Sofiyanti dan Suartini

(2016) yang mengatakan bahwa Kapal penangkap ikan menurut Undang-Undang

RI No. 31 tahun 2004 tentang perikanan adalah kapal, atau alat apung lainnya

yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi

penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan,

pelatihan perikanan, dan penelitian atau eksplorasi perikanan.

4.2.2. Jumlah Nelayan

Kabupaten Pati memiliki wilayah yang berbatasan langsung dengan Laut

Jawa dan merupakan daerah pesisir. Mata pencaharian masyarakatnya sebagian

besar menjadi nelayan juragan, nelayan ABK dan bakul ikan, Selain itu juga

Kabupaten Pati memiliki pelabuhan perikanan nasional pastinya jumlah nelayan

tergolong cukup banyak, Jumlah nelayan Kabupaten Pati biasanya mendominasi

nelayan Purse seine dan Gill net karena memang di situ lebih banyak terdapat

kapal berukuran besar di atas 30 GT, serta kapal berukuran kecil di bawah 10 GT,

maka dari itu banyak terciptanya tenaga kerja bagi nelayan ABK.
51

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui jumlah nelayan

di Kabupaten Pati pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Nelayan di Kabupaten Pati, 2021

Jumlah
No. Nama TPI Pedagang/ Tenaga Kerja
Nelayan
pengolah lainnya
1 TPI Bajomulyo I 1.285 4.963 367
2 TPI Bajomulyo II 1.280 4.959 359
3 TPI Pecangaan 1.583 4.353 340
4 TPI Margomulyo 1.579 4.349 366
5 TPI Sambiroto 1.588 4.355 350
6 TPI Banyutowo 1.575 4.344 345
7 TPI Puncel 1.580 4.360 366
8 TPI Alasdowo 1.577 4.356 370
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pati, 2021.

Berdasarkan Tabel 5 bahwa jumlah nelayan di Kabupaten Pati terbanyak

ialah nelayan di TPI Sambiroto dengan nilai 1.588 dan terendah terdapat pada TPI

Bajomulyo II sebesar 1.280. Menurut Prasetyo et al. (2015), Bisa disimpulkan

bahwa pada TPI Sambiroto jumlah nelayan adalah yang terbanyak dikarenakan

TPI ini memiliki potensial perikanan yang besar sehingga masyarakat banyak

yang berprofesi sebagai nelayan untuk mencari nafkah dan membantu para

pembakul ikan untuk keberlangsungan ekonomi pesisir. Nelayan adalah orang

yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Dalam perstatistikan

perikanan perairan umum, nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan

operasi penangkapan ikan di perairan umum (Sofiyanti dan Suartini, 2016).

4.2.3. Jumlah Alat Tangkap

Alat tangkap di Kabupaten Pati terdapat beberapa jenis alat tangkap dan

mayoritas adalah alat tangkap Purse seine berukuran dengan kapal yang besar.
52

Gill net merupakan alat tangkap minoritas yang digunakan oleh nelayan dengan

target tangkapan ikan pelagis dan demersal.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui jumlah alat

tangkap Gill net di Kabupaten Pati tersaji pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Alat Tangkap di Kabupaten Pati

Jumlah Alat Tangkap


No. Nama TPI Pedagang/
Nelayan
pengolah
1 TPI Bajomulyo I 287 231
2 TPI Bajomulyo II 285 228
3 TPI Pecangaan 680 234
4 TPI Margomulyo 676 224
5 TPI Sambiroto 672 235
6 TPI Banyutowo 677 230
7 TPI Puncel 670 224
8 TPI Alasdowo 676 232
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pati, 2021.

Berdasarkan Tabel 6 jumlah alat tangkap data diatas dapat diketahui bahwa

selama kurun waktu 6 tahun terakhir (2016-2021) yaitu alat tangkap yang sangat

mendominasi di Kabupaten Pati merupakan alat tangkap mini purse seine dan

Purse seine besar mulai dari <30 GT dan lebih 30 GT> sedangkan alat tangkap

lain yaitu alat tangkap Gill net yang hanya terdapat beberapa , meski begitu semua

alat tangkap di Kabupaten Pati mengalami penurunan jumlah kecuali untuk alat

tangkap purse seine >30 GT pada tahun 2019 mengalami penaikan jumlah yaitu

196 kapal. Mulai dari jumlah Purse seine kecil dibawah <30 GT terdapat paling

banyak pada tahun 2015 dengan jumlah 198 dan seterusnya mengalami penurunan

sampai tahun 2019 yaitu hanya berjumlah 51, Purse seine besar >30 GT alat

tangkap terbanyak pada tahun 2015 yaitu dengan jumlah 198 dan paling rendah

pada tahun 2018, sedangkan untuk alat tangkap Gill net tergolong naik turun dari

tahun 2016-2020 tidak stabil.


53

Bisa disimpulkan diatas bahwa Kabupaten Pati memiliki jumlah alat

tangkap yang beragam dan bermacam-macam jenis. Hal ini baik untuk

kesejahteraan nelayan dan warga pesisir dikarenakan semakin banyak alat tangkap

maka akan semakin banyak nelayan yang bisa menangkap ikan yang berbeda jenis

dan meningkatkan ekonomi warga pesisir dan diharapkan agar kedepannya

semakin banyak nelayan kreatif yang bisa berinovasi untuk pembuatan alat

tangkap yang canggih. Alat tangkap dominan di Kabupaten Pati yaitu purse seine

dan gill net. Adapun cantrang sudah dihentikan beroperasi dikarenakan tidak

ramah lingkungan dan bisa merusak ekosistem perairan laut.

Menurut Damayanti (2020), yang menyatakan bahwa jenis ikan dominan

(hasil tangkapan terbesar) merupakan ikan hasil tangkapan dengan alat tangkap

jaring pukat cincin (purse seine) dan jaring cantrang. Alat tangkap cantrang

dibatasi penggunaannya, sehingga jaring purse seine menjadi alat tangkap yang

sangat berpotensi untuk terus dikembangkan penggunaannya.

4.2.4. Jumlah Produksi Dan Nilai Produksi

Kegiatan penangkapan di Kabupaten Pati kebanyakan menggunakan kapal

besar yaitu Purse seine. Hasil tangkapan nelayan langsung di jual di TPI sehingga

ikan masih dalam keadaan segar. Jenis ikan hasil tangkapan yang didapatkan

beranekaragam. Hal ini dapat dilihat dari jumlah produksi dan nilai produksi

perikanan tangkap di Kabupaten Pati yang tersaji di Tabel 7.


54

Tabel 7. Jumlah Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap.

Jumlah Produksi Nilai Produksi


No. Nama TPI (Grill net) (Grill net)
(Kg) (Rp)
1 TPI Bajomulyo I 27.654.878 239.573.812.700
2 TPI Bajomulyo II 26.734.297 324.104.108.400
3 TPI Pecangaan 23.517.490 251.401.761.500
4 TPI Margomulyo 29.014.780 267.708.048.200
5 TPI Sambiroto 24.336.483 243.765.876.390
6 TPU Banyutowo 25.768.665 236.546.337.200
7 TPI Puncel 23.765.665 234.675.556.280
8 TPI Alasdowo 28.887.546 234.665.758.230
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pati, 2021.

Biaya produksi adalah sebagian keseluruhan faktor produksi yang

dikorbankan dalam biaya produksi untuk menghasilkan produk. Dalam kegiatan

usaha, biaya produksi dihitung berdasarkan jumlah produk yang siap dijual. Biaya

produksi sering disebut ongkos produksi. Berdasarkan definisi tersebut biaya

produksi adalah keseluruhan biaya yang dikorbankan untuk menghasilkan produk

hingga produk itu siap untuk dijual.

Bisa disimpulkan dari data diatas bahwa produksi perikanan di Kabupaten

Pati mengalami peningkatan dan harapan kedepannya akan terus bertambah

sehingga dapat mensejahterakan dan nelayan bisa lebih produktif dalam menjalani

operasi penangkapan ikan.

Dengan jumlah produksi dengan tingkat konsumsi ikan pertahun

maka Kabupaten Pati sudah dapat memenuhi kebutuhan konsumsi ikan

dan sisa hasil produksinya didistribusikan ke daerah-daerah yang kebutuhan

konsumsinya rendah dari pada hasil perikanannya yaitu Kudus, Demak,

bahkan Semarang pun masih mengambil hasil perikanan dari pati. (Tryasmara

et al., 2017).
55

Berdasarkan data dari nilai di atas dapat diketahui bahwa dalam kurun

waktu 5 tahun terakhir (2015-2019) mengalami penurunan walaupun tidak terlalu

signifikan. peningkatan nilai produksi ini disebabkan karena semakin modernnya

penggunaan alat bantu penangkapan yang digunakan untuk memperoleh hasil

tangkapan yang lebih banyak. Menurut Susilowati et al., (2022) yang menyatakan

bahwa Produksi perikanan di Kabupaten Pati pada tahun 2014 – 2016 mengalami

kenaikan produksi secara signifikan. Namun pada tahun 2017 terjadi penurunan

produksi di sebagian besar kabupaten di Jawa Tengah kecuali Kabupaten

Rembang

4.3. Analisis Teknis Gill net di Kabupaten Pati

4.3.1. Armada Penangkapan

Armada perahu yang digunakan oleh para nelayan di Pelabuhan Perikanan

Pantai dioperasikan menggunakan perahu dari kayu. Perahu yang dipakai

memiliki ukuran panjang berkisar antara 8-12 m dengan lebar 3-5 m. Terdapat

dua mesin yang digunakan yaitu 1 mesin utama atau mesin penggerak dan 1

mesin alat bantu. Kekuatan mesin penggerak yang biasa dipakai para nelayan

yaitu berkisar antara 16-23 PK dengan Dongfeng, sedangkan untuk mesin alat

bantu berkisar antara 16-23 PK dengan merk Dongfeng, dan Jiangfa. Perahu juga

digunakan untuk mengoperasikan Gill net oleh nelayan skala kecil.

4.3.2. Konstruksi Alat Tangkap Gill net

Gill net yang digunakan oleh masyarakat nelayan di Kabupaten Pati pada

saat penelitian adalah jaring insang permukaan (Gill net multifilamen).

Konstruksi jaring yang digunakan berbentuk empat persegi panjang, bahan

jaring terbuat dari polyamide (PA). Adapun konstruksinya adalah sebagai berikut:
56

a. Tali ris atas

Tali ris atas merupakan tempat yang berfungsi untuk menggantungkan

badan jaring, untuk mengaitkan pelampung, dan tali pelampung. Tali ris atas

yang digunakan terbuat dari bahan polyethylene (PE) dengan arah pilinan Z.

Tali ris atas pada jaring insang berdiameter 0,6 cm dengan panjang

keseluruhan ± 1852 meter.

b. Tali pelampung

Tali yang berfungsi untuk meletakkan pelampung dibagian badan jaring dan

juga sebagai tali pelampung tanda tempat dioperasikannya jaring insang.

Tali pelampung ini terbuat dari bahan polyethylene (PE) dengan arah pilinan

Z. Tal iris bawah dengan diameter 0,4 cm pada dan Panjang keseluruhan tali

1852 meter.

c. Pelampung

Pelampung berfungsi untuk membuat jaring insang tetap mengapung

sehingga jaring insang dapat teregang secara vertikal. Pelampung yang

digunakan pada nelayan di Kabupaten Pati ini menggunakan 2 jenis

pelampung yaitu pelampung besar dan pelampung kecil. Untuk pelampung

kecil terbuat dari bahan plastik berbentuk sigaret sedangkan pelampung

besar menggunakan styrofoam . Panjang pelampung kecil plastik berkisar

7 cm dengan diameter 4,12 cm. Jarak antar pelampung karet yaitu 60 cm

dengan jumlah pelampung sebanyak 50-100 biji per piece sedangkan pada

pelampung besar dengan Panjang 30 cm, lebar 20 cm dan tinggi 15 cm

dengan jumlah pelampung keseluruhan sebanyak kurang lebih 100 biji.


57

d. Jaring utama atau badan jaring

Jaring utama berfungsi untuk menangkap atau menjerat ikan yang menjadi

target tangkapan. Bahan jaring terbuat dari polyamide (PA) dan berwarna

bening atau putih sehingga memiliki daya tampak (visibility) rendah

didalam perairan, hal ini bertujuan agar ikan tidak mudah melihat

keberadaan jaring didalam perairan. Nelayan di Kabupaten Pati mayoritas

menggunakan polyamide (PA) memiliki ukuran mata jaring berkisar antara

4-6 inchi, panjang jaring ± 30 meter per piece dengan lebar ± 12 meter dan

dalam sekali trip membawa jaring sebanyak 35 tinting.

e. Tali ris bawah

Tali ris bawah berfungsi untuk menguatkan badan jaring, mengaitkan

pemberat, dan tali pemberat. Tali ris bawah yang digunakan terbuat dari

bahan polyethylene (PE) dengan arah pilinan Z, berdiameter 0,8 cm pada

jaring insang permukaan dengan panjang 1852 meter.

f. Tali pemberat

Tali yang berfungsi untuk meletakkan pemberat yang terbuat dari bahan

polyethylene (PE) dengan arah pilinan Z, berdiameter 0,145 cm pada jaring

Gill net.

g. Pemberat

Pemberat berfungsi untuk mempercepat badan jaring tenggelam kedalam

perairan dan juga meregangkan badan jaring secara vertikal sehingga jaring

bisa menjerat target tangkapan dengan maksimal. Pemberat yang digunakan

nelayan jaring insang dasar terbuat dari bahan semen yang dicetak sendiri

dan berbentuk bulat dengan panjang diameter sekitar 11,5 cm, tinggi 3,5 cm
58

dengan berat sekitar 2 kg per biji serta jarak antar pemberatnya 30 cm

dengan jumlah pemberat sebanyak 150 biji per alat tangkap.

h. Serampat

Serampat merupakan jaring yang menghubungkan badan jaring dengan tali

ris, tali pelampung, dan tali pemberat yang berfungsi untuk menguatkan

badan jaring. Diameter serampat jaring insang dasar 0.045 cm dan terbuat

dari bahan polyethylene (PE).

Gambar 6. Konstruksi Alat Tangkap Gill net

Keterangan : Skala 1:100


1. Pelampung tanda

2. Pelampung

3. Tali ris atas

4. Tali pelampung

5. Serampat atas
59

6. Badan jaring

7. Serampat bawah

8. Tali pemberat

9. Tali ris bawah

10. Pemberat

4.3.3. Metode Pengoperasian Alat Tangkap Gill net

Alat tangkap Gill net di Kabupaten Pati metode pengoperasiannya sangat

berpariasi ada yang one day fishing dan ada juga yang sampai paling lama 10 hari

dalam satu trip penangkapan dan biasanya dilakukan nelayan yang menangkap

ikan sampai perairan karimun jawa. Adapun tahapan metode pengoperasian jaring

insang adalah sebagai berikut:

1. Persiapan

Sebelum melaksanakan kegiatan penangkapan, para nelayan

mempersiapkan perbekalan dan menyusun alat tangkap jaring insang yang

akan dibawa agar memudahkan saat pengoperasian. Pengecekkan mesin dan

bahan bakar juga dilakukan agar mesin tidak mati saat alat tangkap

dioperasikan.

2. Perjalanan dari fishing base ke fishing ground

Nelayan yang mengoperasikan jaring insang sangat bervariasi dari memulai

perjalanan dari fishing base pada pukul 16.00 WIB dengan lama perjalanan

paling jauh ke fishing ground 7-8 jam sejauh 10-15 mil dan kembali 10 hari

kemudian ke fishing base pada pukul 17.00 WIB. Nelayan jaring insang

memulai perjalanan dari fishing base pada pukul 16.00 WIB dengan waktu

tempuh ke fishing ground 1-3 jam sejauh 2-5 mil dan lama penangkapan 4-5
60

hari. Penentuan fishing ground menggunakan alat bantu dan ada juga

berdasarkan pengalaman, dengan mendengarkan suara ikan target

tangkapan, informasi dari nelayan lain yang pulang membawa hasil

tangkapan banyak, perairan yang jernih serta terdapat buih dipermukaannya.

3. Penebaran (setting) alat tangkap

Setting diawali dengan pelepasan pelampung tanda yang kemudian diikuti

dengan pelepasan pemberat dan jaring secara cepat sampai jaring terakhir.

Selama penurunan jaring, kondisi mesin kapal dalam keadaan menyala

namun berjalan secara perlahan hingga jaring selesai diturunkan. Jaring

insang ditebar melawan arah arus yaitu dengan cara menurunkan pelampung

tanda pertama (bagian depan) terlebih dahulu, diikuti dengan penurunan

jaring. Setelah semua jaring diturunkan, pelampung tanda yang kedua

(bagian belakang) juga diturunkan. Proses setting ini memerlukan waktu 1-2

jam.

4. Perendaman (immersing)

Pada proses ini jaring insang permukaan dibiarkan didalam perairan selama

1-2 jam. Cara yang dilakukan oleh nelayan jaring insang agar ikan segera

terjerat jaring insang yaitu dengan menggiring ikan sambil memukul perahu

dan mengelilingi jaring yang ditebar.

5. Penarikan (hauling)

Proses penarikan (hauling) terbalik dari proses setting yaitu dimulai dari

tahap pengambilan pelampung tanda pertama (bagian depan) diikuti oleh

badan jaring dan diakhiri pengambilan pelampung tanda yang kedua (bagian

belakang). Ikan yang terjerat di badan jaring dilepaskan secara hati-hati agar
61

tidak merusak badan jaring dan ikan hasil tangkapan. Ikan disortir dan

dimasukkan kedalam palka atau coolbox yang sudah diberi es. Penarikan

Jaring selama 2-3 jam.

4.3.4. Hasil Tangkapan Alat Tangkap Gill net

Hasil tangkapan Gill net adalah ikan pelagis. Ikan pelagis lebih banyak

tertangkap dibandingkan ikan demersal. Jenis ikan yang tertangkap sesuai dengan

ukuran mata jaring, jenis bahan jaring yang digunakan, dan daerah

pengoperasiannya.

Ikan target tangkapan Gill net yaitu ikan Tongkol (Euthynnus affinis) dan

Tenggiri (Scomberromorus commersoni) sedangkan ikan Cucut (Rhizoprionodon

acutus), dan ikan Barakuda (Sphyraena barracuda) merupakan ikan hasil

tangkapan sampingan. Ikan-ikan tersebut terjerat jaring insang permukaan yang

memiliki ukuran mata jaring 3-6 inchi dan dioperasikan diperairan yang menjadi

jalur migrasi ikan. Menurut Zain et al., (2016), hasil tangkapan jaring insang

bermacam-macam dan lebih banyak menangkap ikan pelagis seperti ikan Tenggiri

(Scomberromorus commersoni), dan Tongkol (Euthynnus affinis).

Hasil tangkapan modal usaha <100 juta rata-rata musim puncak sebanyak

385-650 kg, musim biasa 130-370 kg, dan musim paceklik 60-100 kg.

Jumlah hasil tangkapan setiap trip berbeda, hal ini dipengaruhi oleh

berbagai faktor sehingga berdampak terhadap pendapatan nelayan. Jaring yang

memiliki warna kontras dengan perairan kurang efektif digunakan karena ikan

akan berusaha untuk menghindarinya, oleh karena itu harus menggunakan jaring

yang memiliki daya visibility rendah ketika didalam perairan sehingga ikan

berenang menabrak dan terjerat jaring.


62

Musim gelombang tinggi, angin besar, dan penghujan akan mempengaruhi

efektivitas dan efisiensi proses pengoperasian alat tangkap. Lama perendaman

(setting) jaring, kekakuan, ketegangan badan jaring, shortening, tinggi, dan

ukuran mata jaring juga berpengaruh terhadap hasil tangkapan. Menurut Setiawati

et al. (2015), faktor yang menentukan hasil tangkapan adalah waktu perendaman

jaring insang, warna jaring, dan musim penangkapan. Warna jaring seharusnya

tidak kontras dengan warna perairan sehingga ikan akan sulit mengetahui

keberadaan jaring tersebut sehingga ikan akan berenang menabrak jaring dan ikan

akan terjerat pada jaring.

Tabel 8. Hasil Tangkapan Trammel Net di Kabupaten Pati Pada Tahun 2021
Berat Hasil Tangkapan Harga Hasil Tangkapan
Jenis Ikan (Kg) (Rp/Kg)
Paceklik Biasa Puncak Paceklik Biasa Puncak
Tenggiri
(Scomberromorus 8 10 26 70.000 45.000 20.000
commersoni)
Tongkol
(Euthynmus 5 9 10 20.000 15.000 20.000
affinis)
Ikan Cucut
(Rhizoprionodon 4 5 9 19.000 17.000 26.000
acutus)
Barakuda
(Sphyraena 6 6 15 22.000 22.000 22.000
barracuda)
Total 23 30 60
Sumber: Hasil Penelitian, 2021

4.4. Analisis Teknis Trammel net di Kabupaten Pati

4.4.1. Armada Penangkapan

Armada perahu yang digunakan oleh para nelayan di Kabupaten Pati

dioperasikan menggunakan perahu dari kayu. Perahu yang dipakai memiliki

ukuran panjang berkisar antara 8-12 m dengan lebar 3-5 m. Terdapat dua mesin

yang digunakan yaitu 1 mesin utama atau mesin penggerak dan 1 mesin alat
63

bantu. Kekuatan mesin penggerak yang biasa dipakai para nelayan yaitu berkisar

antara 16-23 PK dengan Dongfeng, sedangkan untuk mesin alat bantu berkisar

antara 16-23 PK dengan merk Dongfeng, dan Jiangfa. Perahu juga digunakan

untuk mengoperasikan Gill net oleh nelayan skala kecil.

4.4.2. Konstruksi Alat Tangkap Trammel net

Trammel net yang digunakan oleh masyarakat nelayan di Kabupaten Pati

pada saat penelitian adalah jaring insang permukaan (Trammel net multifilamen).

Konstruksi jaring yang digunakan berbentuk empat persegi panjang, bahan jaring

terbuat dari polyamide (PA).

Adapun konstruksinya adalah sebagai berikut :

1. Tali ris atas

Tali ris atas merupakan tempat yang berfungsi untuk menggantungkan

badan jaring, untuk mengaitkan pelampung, dan tali pelampung. Tali ris atas

yang digunakan terbuat dari bahan polyethylene (PE) dengan arah pilinan Z.

Tali ris atas pada jaring insang berdiameter 0,6 cm dengan panjang

keseluruhan ± 1852 meter.

2. Tali pelampung

Tali yang berfungsi untuk meletakkan pelampung dibagian badan jaring dan

juga sebagai tali pelampung tanda tempat dioperasikannya jaring insang.

Tali pelampung ini terbuat dari bahan polyethylene (PE) dengan arah pilinan

Z. Tal iris bawah dengan diameter 0,4 cm pada dan Panjang keseluruhan tali

1852 meter.
64

3. Pelampung

Pelampung berfungsi untuk membuat jaring insang tetap mengapung

sehingga jaring insang dapat teregang secara vertikal. Pelampung yang

digunakan pada nelayan di Kabupaten Pati ini menggunakan 2 jenis

pelampung yaitu pelampung besar dan pelampung kecil. Untuk pelampung

kecil terbuat dari bahan plastik berbentuk sigaret sedangkan pelampung

besar menggunakan styrofoam . Panjang pelampung kecil plastik berkisar 7

cm dengan diameter 4,12 cm. Jarak antar pelampung karet yaitu 60 cm

dengan jumlah pelampung sebanyak 50-100 biji per piece sedangkan pada

pelampung besar dengan Panjang 30 cm, lebar 20 cm dan tinggi 15 cm

dengan jumlah pelampung keseluruhan sebanyak kurang lebih 100 biji.

4. Jaring utama atau badan jaring

Jaring utama berfungsi untuk menangkap atau menjerat ikan yang menjadi

target tangkapan. Bahan jaring terbuat dari polyamide (PA) dan berwarna

bening atau putih sehingga memiliki daya tampak (visibility) rendah

didalam perairan, hal ini bertujuan agar ikan tidak mudah melihat

keberadaan jaring didalam perairan. Nelayan di Kabupaten Pati mayoritas

menggunakan polyamide (PA) memiliki ukuran mata jaring berkisar antara

4-6 inchi, panjang jaring ± 30 meter per piece dengan lebar ± 12 meter dan

dalam sekali trip membawa jaring sebanyak 35 tinting.

5. Tali ris bawah

Tali ris bawah berfungsi untuk menguatkan badan jaring, mengaitkan

pemberat, dan tali pemberat. Tali ris bawah yang digunakan terbuat dari
65

bahan polyethylene (PE) dengan arah pilinan Z, berdiameter 0,8 cm pada

jaring insang permukaan dengan panjang 1852 meter.

6. Tali pemberat

Tali yang berfungsi untuk meletakkan pemberat yang terbuat dari bahan

polyethylene (PE) dengan arah pilinan Z, berdiameter 0,145 cm pada jaring

Trammel net.

7. Pemberat

Pemberat berfungsi untuk mempercepat badan jaring tenggelam kedalam

perairan dan juga meregangkan badan jaring secara vertikal sehingga jaring

bisa menjerat target tangkapan dengan maksimal.

7. Pemberat (Lanjutan)

Pemberat yang digunakan nelayan jaring insang dasar terbuat dari bahan

semen yang dicetak sendiri dan berbentuk bulat dengan panjang diameter

sekitar 11,5 cm, tinggi 3,5 cm dengan berat sekitar 2 kg per biji serta jarak

antar pemberatnya 30 cm dengan jumlah pemberat sebanyak 150 biji per

alat tangkap.

8. Serampat

Serampat merupakan jaring yang menghubungkan badan jaring dengan tali

ris, tali pelampung, dan tali pemberat yang berfungsi untuk menguatkan

badan jaring. Diameter serampat jaring insang dasar 0.045 cm dan terbuat

dari bahan polyethylene (PE).


66

3
43
5
6

6
7
6
8

9
6

6
10
9
0 2 4 6 8m

Gambar 7. Konstruksi Alat Tangkap Trammel Net

Keterangan: Skala 1:100


1. Pelampung
2. Tali Pelampung
3. Tali Ris Atas
4. Tali Serampat Atas
5. Badan Jaring (Outter)
6. Badan Jaring (Inner)
7. Tali Serampat Bawah
8. Tali Ris Bawah
9. Tali Pemberat
10. Pemberat
4.4.3. Metode Pengoperasian Alat Tangkap Trammel net

Alat tangkap Trammel net di Kabupaten Pati metode pengoperasiannya

sangat berpariasi ada yang one day fishing dan ada juga yang sampai paling lama

10 hari dalam satu trip penangkapan dan biasanya dilakukan nelayan yang
67

menangkap ikan sampai perairan karimun jawa. Adapun tahapan metode

pengoperasian jaring insang adalah sebagai berikut :

1. Persiapan

Sebelum melaksanakan kegiatan penangkapan, para nelayan

mempersiapkan perbekalan dan menyusun alat tangkap jaring insang yang

akan dibawa agar memudahkan saat pengoperasian. Pengecekkan mesin dan

bahan bakar juga dilakukan agar mesin tidak mati saat alat tangkap

dioperasikan.

2. Perjalanan dari fishing base ke fishing ground

Nelayan yang mengoperasikan jaring insang sangat bervariasi dari memulai

perjalanan dari fishing base pada pukul 16.00 WIB dengan lama perjalanan

paling jauh ke fishing ground 7-8 jam sejauh 10-15 mil dan kembali 10 hari

kemudian ke fishing base pada pukul 17.00 WIB. Nelayan jaring insang

memulai perjalanan dari fishing base pada pukul 16.00 WIB dengan waktu

tempuh ke fishing ground 1-3 jam sejauh 2-5 mil dan lama penangkapan 4-5

hari. Penentuan fishing ground menggunakan alat bantu dan ada juga

berdasarkan pengalaman, dengan mendengarkan suara ikan target

tangkapan, informasi dari nelayan lain yang pulang membawa hasil

tangkapan banyak, perairan yang jernih serta terdapat buih dipermukaannya.

3. Penebaran (setting) alat tangkap

Setting diawali dengan pelepasan pelampung tanda yang kemudian diikuti

dengan pelepasan pemberat dan jaring secara cepat sampai jaring terakhir.

Selama penurunan jaring, kondisi mesin kapal dalam keadaan menyala

namun berjalan secara perlahan hingga jaring selesai diturunkan. Jaring


68

insang ditebar melawan arah arus yaitu dengan cara menurunkan pelampung

tanda pertama (bagian depan) terlebih dahulu, diikuti dengan penurunan

jaring. Setelah semua jaring diturunkan, pelampung tanda yang kedua

(bagian belakang) juga diturunkan. Proses setting ini memerlukan waktu 1-2

jam.

4. Perendaman (immersing)

Pada proses ini jaring insang permukaan dibiarkan didalam perairan selama

1-2 jam. Cara yang dilakukan oleh nelayan jaring insang agar ikan segera

terjerat jaring insang yaitu dengan menggiring ikan sambil memukul perahu

dan mengelilingi jaring yang ditebar.

5. Penarikan (hauling)

Proses penarikan (hauling) terbalik dari proses setting yaitu dimulai dari

tahap pengambilan pelampung tanda pertama (bagian depan) diikuti oleh

badan jaring dan diakhiri pengambilan pelampung tanda yang kedua (bagian

belakang). Ikan yang terjerat di badan jaring dilepaskan secara hati-hati agar

tidak merusak badan jaring dan ikan hasil tangkapan. Ikan disortir dan

dimasukkan kedalam palka atau coolbox yang sudah diberi es. Penarikan

Jaring selama 2-3 jam.

4.4.4 Hasil Tangkapan Alat Tangkap Trammel net

Hasil tangkapan Trammel net adalah ikan pelagis. Ikan pelagis lebih banyak

tertangkap dibandingkan ikan demersal. Jenis ikan yang tertangkap sesuai dengan

ukuran mata jaring, jenis bahan jaring yang digunakan, dan daerah

pengoperasiannya. Ikan target tangkapan Gill net yaitu ikan Tongkol (Euthynnus

affinis) dan Tenggiri (Scomberromorus commersoni) sedangkan ikan Cucut


69

(Rhizoprionodon acutus), dan ikan Barakuda (Sphyraena barracuda) merupakan

ikan hasil tangkapan sampingan. Ikan-ikan tersebut terjerat jaring insang

permukaan yang memiliki ukuran mata jaring 3-6 inchi dan dioperasikan

diperairan yang menjadi jalur migrasi ikan.

Menurut Zain et al. (2016), hasil tangkapan jaring insang bermacam-macam

dan lebih banyak menangkap ikan pelagis seperti ikan Tenggiri (Scomberromorus

commersoni), dan Tongkol (Euthynnus affinis). Hasil tangkapan modal usaha

<100 juta rata-rata musim puncak sebanyak 385-650 kg, musim biasa 130-370 kg,

dan musim paceklik 60-100 kg.

Jumlah hasil tangkapan setiap trip berbeda, hal ini dipengaruhi oleh

berbagai faktor sehingga berdampak terhadap pendapatan nelayan. Jaring yang

memiliki warna kontras dengan perairan kurang efektif digunakan karena ikan

akan berusaha untuk menghindarinya. Oleh karena itu harus menggunakan jaring

yang memiliki daya visibility rendah ketika didalam perairan sehingga ikan

berenang menabrak dan terjerat jaring. Musim gelombang tinggi, angin besar, dan

penghujan akan mempengaruhi efektivitas dan efisiensi proses pengoperasian alat

tangkap. Lama perendaman (setting) jaring, kekakuan, ketegangan badan jaring,

shortening, tinggi, dan ukuran mata jaring juga berpengaruh terhadap hasil

tangkapan.

Menurut Setiawati et al. (2015), faktor yang menentukan hasil tangkapan

adalah waktu perendaman jaring insang, warna jaring, dan musim penangkapan.

Warna jaring seharusnya tidak kontras dengan warna perairan sehingga ikan akan

sulit mengetahui keberadaan jaring tersebut sehingga ikan akan berenang

menabrak jaring dan ikan akan terjerat pada jaring.


70

Tabel 9. Hasil Tangkapan Trammel Net di Kabupaten Pati Pada Tahun 2021
Berat Hasil Tangkapan Harga Hasil Tangkapan
Jenis Ikan (Kg) (Rp/Kg)
Paceklik Biasa Puncak Paceklik Biasa Puncak
Udang Kelong
9 12 24 150.000 130.000 120.000
(Panaeus sp.)
Rajungan
4 7 9 30.000 25.000 18.000
(Partunidae)
Ikan Sebelah
7 8 15 50.000 40.000 25.000
(Pleuronectiformes)
Total 20 30 48
Sumber: Hasil Penelitian, 2021

4.5. Analisis Finansial Usaha Perikanan Gill net di Kabupaten Pati

4.5.1. Modal

Modal merupakan sarana utama dalam memulai suatu usaha, bisa berupa

uang maupun barang dengan tujuan agar proses produksi dapat berjalan. Besar

kecilnya modal tergantung dengan usaha yang akan dijalankan sehingga

mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan dan keuntungan yang didapatkan.

Modal yang dikeluarkan dapat dikatakan berhasil apabila keuntungan yang

diperoleh maksimal dengan biaya produksi minimal. Usaha yang dijalankan layak

untuk diteruskan apabila pendapatan yang diperoleh bisa menutup modal yang

dikeluarkan. dan tidak layak untuk diteruskan apabila tidak bisa menutup modal

atau investasi yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu.

Modal jaring insang di investasikan barang berupa kapal, mesin utama,

mesin bantu, alat tangkap dan alat bantu penangkapan. Jumlah modal rata-rata

yang dikeluarkan oleh nelayan Gill net dan Trammel net di Kabupaten Pati dapat

dilihat dalam Tabel 9.


71

Tabel 10. Modal Rata-rata Usaha Gill net dan Trammel net <100 juta di TPI
Bajomulyo I

Minimal 2 Maksimal 5
No. Jenis Investasi GT GT Rata-rata
(Rp) (Rp)
1 Kapal 30.000.000 55.000.000 40.100.000
2 Mesin Utama 5.400.000 7.500.000 5.970.000
3 Mesin Bantu 4.000.000 7.500.000 5.630.000
4 Alat Tangkap 29.000.000 50.000.000 37.000.000
5 Alat Bantu (GPS) 1.000.000 1.000.000 1.000.000
Jumlah Total 69.400.000 121.000.000 89.700.000
Sumber: Hasil Penelitian, 2021

Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui jumlah rata-rata total investasi

nelayan di TPI Bajomulyo I yang dikeluarkan oleh responden sebanyak Rp.

89.700.000,- untuk memulai usaha penangkapan ikan. Modal investasi terbesar

untuk membeli alat tangkap yaitu sebesar Rp. 50.000.000,- dengan umur

ekonomis dua tahun, sedangkan modal investasi terkecil untuk membeli alat

bantu (GPS) sebesar Rp. 1.000.000,- dengan umur ekonomis dua tahun.

Tabel 11. Modal Rata-rata Usaha Gill net dan Trammel net <100 juta di TPI
Bajomulyo II

Minimal 1 Maksimal 5
No. Jenis Investasi GT GT Rata-rata
(Rp) (Rp)
1 Kapal 31.000.000 53.000.000 39.000.000
2 Mesin Utama 5.400.000 7.500.000 5.970.000
3 Mesin Bantu 4.000.000 7.500.000 5.630.000
4 Alat Tangkap 29.000.000 50.000.000 37.000.000
5 Alat Bantu (GPS) 1.000.000 1.000.000 1.000.000
Jumlah Total 70.400.000 119.000.000 88.600.000
Sumber: Hasil Penelitian, 2021

Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui jumlah rata-rata total investasi

nelayan di TPI Bajomulyo II yang dikeluarkan oleh responden sebanyak Rp.

88.600.000,- untuk memulai usaha penangkapan ikan. Modal investasi terbesar

untuk membeli alat tangkap yaitu sebesar Rp. 50.000.000,- dengan umur
72

ekonomis dua tahun, sedangkan modal investasi terkecil untuk membeli alat

bantu (GPS) sebesar Rp. 1.000.000,- dengan umur ekonomis dua tahun.

Tabel 12. Modal Rata-rata Usaha Gill net dan Trammel net <100 juta di TPI
Pecangaan

Minimal 1 Maksimal 5
No. Jenis Investasi GT GT Rata-rata
(Rp) (Rp)
1 Kapal 30.000.000 52.000.000 40.300.000
2 Mesin Utama 5.400.000 7.500.000 5.970.000
3 Mesin Bantu 4.000.000 7.500.000 5.630.000
4 Alat Tangkap 29.000.000 50.000.000 37.000.000
5 Alat Bantu (GPS) 1.000.000 1.000.000 1.000.000
Jumlah Total 69.400.000 118.000.000 89.900.000
Sumber: Hasil Penelitian, 2021

Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui jumlah rata-rata total investasi

nelayan di TPI Pecangaan yang dikeluarkan oleh responden sebanyak Rp.

89.900.000,- untuk memulai usaha penangkapan ikan. Modal investasi terbesar

untuk membeli alat tangkap yaitu sebesar Rp. 50.000.000,- dengan umur

ekonomis dua tahun, sedangkan modal investasi terkecil untuk membeli alat

bantu (GPS) sebesar Rp. 1.000.000,- dengan umur ekonomis dua tahun.

Tabel 13. Modal Rata-rata Usaha Gill net dan Trammel net <100 juta di TPI
Margomulyo
Minimal 1 Maksimal 5
No. Jenis Investasi GT GT Rata-rata
(Rp) (Rp)
1 Kapal 32.000.000 51.000.000 39.200.000
2 Mesin Utama 5.400.000 7.500.000 5.970.000
3 Mesin Bantu 4.000.000 7.500.000 5.630.000
4 Alat Tangkap 29.000.000 50.000.000 37.000.000
5 Alat Bantu (GPS) 1.000.000 1.000.000 1.000.000
Jumlah Total 71.400.000 117.000.000 88.800.000
Sumber: Hasil Penelitian, 2021

Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui jumlah rata-rata total investasi

nelayan di TPI Margomulyo yang dikeluarkan oleh responden sebanyak Rp.

88.800.000,- untuk memulai usaha penangkapan ikan. Modal investasi terbesar


73

untuk membeli alat tangkap yaitu sebesar Rp. 50.000.000,- dengan umur

ekonomis dua tahun, sedangkan modal investasi terkecil untuk membeli alat

bantu (GPS) sebesar Rp. 1.000.000,- dengan umur ekonomis dua tahun.

Tabel 14. Modal Rata-rata Usaha Gill net dan Trammel net <100 juta di TPI
Sambiroto
Minimal 1 Maksimal 5
No. Jenis Investasi GT GT Rata-rata
(Rp) (Rp)
1 Kapal 30.000.000 51.000.000 39.600.000
2 Mesin Utama 5.400.000 7.500.000 5.970.000
3 Mesin Bantu 4.000.000 4.000.000 5.630.000
4 Alat Tangkap 29.000.000 50.000.000 37.000.000
5 Alat Bantu (GPS) 1.000.000 1.000.000 1.000.000
Jumlah Total 80.500.000 99.700.000 89.200.000
Sumber: Hasil Penelitian, 2021

Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui jumlah rata-rata total investasi

nelayan di TPI Sambiroto yang dikeluarkan oleh responden sebanyak Rp.

89.200.000,- untuk memulai usaha penangkapan ikan. Modal investasi terbesar

untuk membeli alat tangkap yaitu sebesar Rp. 50.000.000,- dengan umur

ekonomis dua tahun, sedangkan modal investasi terkecil untuk membeli alat

bantu (GPS) sebesar Rp. 1.000.000,- dengan umur ekonomis dua tahun.

Tabel 15. Modal Rata-rata Usaha Gill net dan Trammel net <100 juta di TPI
Banyutowo
Minimal 1 Maksimal 5
No. Jenis Investasi GT GT Rata-rata
(Rp) (Rp)
1 Kapal 31.000.000 55.000.000 40.200.000
2 Mesin Utama 5.400.000 7.500.000 5.970.000
3 Mesin Bantu 4.000.000 7.500.000 5.630.000
4 Alat Tangkap 29.000.000 50.000.000 37.000.000
5 Alat Bantu (GPS) 1.000.000 1.000.000 1.000.000
Jumlah Total 80.200.000 99.000.000 89.800.000
Sumber: Hasil Penelitian, 2021

Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui jumlah rata-rata total investasi

nelayan di TPI Banyutowo yang dikeluarkan oleh responden sebanyak Rp.


74

89.800.000,- untuk memulai usaha penangkapan ikan. Modal investasi terbesar

untuk membeli alat tangkap yaitu sebesar Rp. 50.000.000,- dengan umur

ekonomis dua tahun, sedangkan modal investasi terkecil untuk membeli alat bantu

(GPS) sebesar Rp. 1.000.000,- dengan umur ekonomis dua tahun.

Tabel 16. Modal Rata-rata Usaha Gill net dan Trammel net <100 juta di TPI
Puncel
Minimal 1 Maksimal 5
No. Jenis Investasi GT GT Rata-rata
(Rp) (Rp)
1 Kapal 33.000.000 52.000.000 40.300.000
2 Mesin Utama 5.400.000 7.500.000 5.970.000
3 Mesin Bantu 4.000.000 7.500.000 5.630.000
4 Alat Tangkap 29.000.000 50.000.000 37.000.000
5 Alat Bantu (GPS) 1.000.000 1.000.000 1.000.000
Jumlah Total 81.200.000 100.000.000 89.900.000
Sumber: Hasil Penelitian, 2021

Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui jumlah rata-rata total investasi

nelayan di TPI Puncel yang dikeluarkan oleh responden sebanyak Rp.

89.900.000,- untuk memulai usaha penangkapan ikan. Modal investasi terbesar

untuk membeli alat tangkap yaitu sebesar Rp. 50.000.000,- dengan umur

ekonomis dua tahun, sedangkan modal investasi terkecil untuk membeli alat bantu

(GPS) sebesar Rp. 1.000.000,- dengan umur ekonomis dua tahun.

Tabel 17. Modal Rata-rata Usaha Gill net dan Trammel net <100 juta di TPI
Alasdowo
Minimal 1 Maksimal 5
No. Jenis Investasi GT GT Rata-rata
(Rp) (Rp)
1 Kapal 32.000.000 55.000.000 40.500.000
2 Mesin Utama 5.400.000 7.500.000 5.970.000
3 Mesin Bantu 4.000.000 7.500.000 5.630.000
4 Alat Tangkap 50.000.000 50.000.000 37.000.000
5 Alat Bantu (GPS) 1.000.000 1.000.000 1.000.000
Jumlah Total 81.200.000 97.700.000 90.100.000
Sumber: Hasil Penelitian, 2021.
75

Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui jumlah rata-rata total investasi

nelayan di TPI Alasdowo yang dikeluarkan oleh responden sebanyak Rp.

90.100.000,- untuk memulai usaha penangkapan ikan. Modal investasi terbesar

untuk membeli alat tangkap yaitu sebesar Rp. 50.000.000,- dengan umur

ekonomis dua tahun, sedangkan modal investasi terkecil untuk membeli alat bantu

(GPS) sebesar Rp. 1.000.000,- dengan umur ekonomis dua tahun.

Modal yang diperlukan untuk investasi usaha penangkapan Gill net dan

Trammel net jumlahnya berbeda. Hal ini dikarenakan perbedaan ukuran kapal,

jumlah piece alat tangkap, dan kekuatan mesin.

Menurut Ayu et al. (2016), modal merupakan faktor utama dalam suatu unit

usaha termasuk juga pada usaha penangkapan karena modal berperan sebagai

sarana dalam proses produksi suatu usaha. Besarnya biaya investasi yang

dikeluarkan oleh nelayan berbeda-beda sesuai dengan jenis kapal, mesin dan

banyaknya piece alat tangkap Gill net dan Trammel net.

4.5.2. Biaya Produksi

Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan

proses produksi sehingga kegiatan produksi dapat berjalan terus dan

menghasilkan suatu produk. Biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya

variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang tidak dipengaruhi oleh perubahan

volume kegiatan produksi dan tetap dikeluarkan meskipun tidak ada kegiatan

produksi. Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai

dengan perubahan volume kegiatan produksi. Biaya ini digunakan untuk

melengkapi biaya tetap dan bersifat dinamis. Selama usaha masih dalam berjalan

biaya tetap dan variabel harus dikeluarkan (Heron et al., 2015).


76

4.5.3. Biaya tetap

Kegiatan usaha penangkapan ikan membutuhkan biaya yang harus

dikeluarkan. Biaya tersebut yaitu biaya pengoperasian yang terdiri dari biaya tetap

(fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap yaitu seluruh biaya

yang dikeluarkan dalam jumlah yang tetap untuk sekali melakukan kegiatan

operasi penangkapan.. Berdasarkan hasil penelitian bahwa umur ekonomis kapal

diasumsikan 10 tahun, umur ekonomis mesin utama 5 tahun, mesin bantu 5 tahun,

alat tangkap 2 tahun, dan alat bantu penangkapan (GPS) 2 tahun.

Umur ekonomis ini merupakan umur dimana barang investasi sudah tidak

optimal digunakan untuk kegiatan produksi. Biaya Tetap rata-rata usaha

penangkapan Gill net dan Trammel net tersaji dalam Tabel 18.

Tabel 18. Biaya Tetap Rata-rata Usaha Penangkapan Gill net dan Tramel net
Modal Usaha <100 Juta Per Tahun TPI Bajomulyo I
Minimal Maksimal Rata-rata
No. Jenis Biaya
(Rp/Tahun) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun)
1. Biaya Perawatan Kapal 2.000.000 3.000.000 2.480.000
Mesin Utama 400.000 1.500.000 625.000
Mesin Bantu 200.000 1.500.000 475.000
Alat Tangkap 500.000 2.000.000 1.016.000
Alat Bantu 100.000 250.000 147.000
2. Biaya Penyusutan Kapal 1.700.000 8.700.000 5.117.000
Mesin Utama 780.000 1.400.000 1.089.000
Mesin Bantu 260.000 1.420.000 848.750
Alat Tangkap 14.750.000 52.000.000 31.132.000
Alat Bantu 75.000 75.000 75.000
3. Biaya Administrasi 150.000 250.000 215.000
Jumlah Biaya Tetap 20.515.000 72.095.000 43.307.333
Sumber: Hasil Penelitian, 2021

Berdasarkan Tabel 18 TPI Bajomulyo I dapat diketahui bahwa total biaya

tetap rata-rata per tahun alat tangkap Gill net dan Trammel net adalah sebesar Rp.

43.307.333,- yang terdiri dari biaya perawatan, biaya penyusutan, dan biaya

administrasi. Perawatan kapal rata-rata sebesar Rp. 2.480.000,- sedangkan


77

perawatan pada mesin utama dan mesin bantu yaitu dengan mengganti oli secara

rutin selama 2 sampai 3 bulan sekali. Perawatan alat tangkap dilakukan dengan

menjahit ulang bagian jaring yang sobek dan biasanya dilakukan oleh para ABK.

Biaya penyusutan rata-rata terbesar ada di alat tangkap yaitu sebesar Rp.

31.132.000,-. Hal ini dikarenakan biaya untuk pembelian alat tangkap besar

sedangkan umur ekonomisnya rendah. Biaya penyusutan rata-rata terbesar ada di

mesin bantu yaitu sebesar Rp. 75.000,-. Biaya administrasi rata-rata yang

dikeluarkan untuk proses pembuatan pas kecil sebesar Rp. 215.000,-.

Biaya tetap selain biaya perawatan adalah biaya penyusutan dan biaya

administrasi. Biaya penyusutan merupakan biaya yang disebabkan karena

penurunan harga suatu barang investasi yang dipengaruhi oleh umur ekonomis

atau jangka waktu pemakaian. Biaya penyusutan rata-rata tertinggi pada alat

tangkap gill net dan trammel net sebesar Rp. 52.000.000,- sedangkan biaya

penyusutan terendah ada di mesin bantu yaitu sebesar Rp. 848.750,-. Biaya

penyusutan kapal sebesar Rp. 5.117.000,- lebih rendah dibandingkan biaya

penyusutan alat tangkap. Hal ini dikarenakan harga beli alat tangkap tinggi tetapi

umur ekonomisnya rendah yaitu 2 tahun, sedangkan harga beli kapal tinggi dan

umur ekonomisnya juga tinggi yaitu selama 10 tahun sehingga biaya

penyusutannya lebih rendah.


78

Tabel 19. Biaya Tetap Rata-rata Usaha Penangkapan Gill net dan Tramel net
Modal Usaha <100 Juta Per Tahun TPI Bajomulyo II
Minimal Maksimal Rata-rata
No. Jenis Biaya
(Rp/Tahun) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun)
1. Biaya Perawatan Kapal 3.500.000 7.100.000 4.663.500
Mesin Utama 400.000 1.500.000 625.000
Mesin Bantu 200.000 1.500.000 475.000
Alat Tangkap 500.000 2.000.000 1.016.000
Alat Bantu 100.000 250.000 147.500
2. Biaya Penyusutan Kapal 1.700.000 8.700.000 5.117.000
Mesin Utama 780.000 1.400.000 1.089.000
Mesin Bantu 670.000 1.420.000 1.051.000
Alat Tangkap 14.750.000 52.000.000 31.132.000
Alat Bantu 75.000 75.000 75.000
3. Biaya Administrasi 50.000 50.000 50.000
Jumlah Biaya Tetap 22.725.000 75.995.000 45.441.000
Sumber: Hasil Penelitian, 2021

Berdasarkan Tabel 19 TPI Bajomulyo II dapat diketahui bahwa total biaya

tetap rata-rata per tahun alat tangkap Gill net dan Trammel net adalah sebesar Rp.

43.307.333,- yang terdiri dari biaya perawatan, biaya penyusutan, dan biaya

administrasi. Perawatan kapal rata-rata sebesar Rp. 2.480.000,- sedangkan

perawatan pada mesin utama dan mesin bantu yaitu dengan mengganti oli secara

rutin selama 2 sampai 3 bulan sekali. Perawatan alat tangkap dilakukan dengan

menjahit ulang bagian jaring yang sobek dan biasanya dilakukan oleh para ABK.

Biaya penyusutan rata-rata terbesar ada di alat tangkap yaitu sebesar Rp.

31.132.000,-. Hal ini dikarenakan biaya untuk pembelian alat tangkap besar

sedangkan umur ekonomisnya rendah. Biaya penyusutan rata-rata terbesar ada di

mesin bantu yaitu sebesar Rp. 75.000,-. Biaya administrasi rata-rata yang

dikeluarkan untuk proses pembuatan pas kecil sebesar Rp. 215.000,-.

Biaya tetap selain biaya perawatan adalah biaya penyusutan dan biaya

administrasi. Biaya penyusutan merupakan biaya yang disebabkan karena

penurunan harga suatu barang investasi yang dipengaruhi oleh umur ekonomis
79

atau jangka waktu pemakaian. Biaya penyusutan rata-rata tertinggi pada alat

tangkap gill net dan trammel net sebesar Rp. 52.000.000,- sedangkan biaya

penyusutan terendah ada di mesin bantu yaitu sebesar Rp. 848.750,-. Biaya

penyusutan kapal sebesar Rp. 5.117.000,- lebih rendah dibandingkan biaya

penyusutan alat tangkap. Hal ini dikarenakan harga beli alat tangkap tinggi tetapi

umur ekonomisnya rendah yaitu 2 tahun, sedangkan harga beli kapal tinggi dan

umur ekonomisnya juga tinggi yaitu selama 10 tahun sehingga biaya

penyusutannya lebih rendah.

Tabel 20. Biaya Tetap Rata-rata Usaha Penangkapan Gill net dan Tramel net
Modal Usaha <100 Juta Per Tahun di TPI Pecangaan
Minimal Maksimal Rata-rata
No. Jenis Biaya
(Rp/Tahun) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun)
1. Biaya Perawatan Kapal 2.000.000 3.100.000 2.610.000
Mesin Utama 400.000 1.500.000 625.000
Mesin Bantu 200.000 1.500.000 475.000
Alat Tangkap 500.000 2.000.000 1.016.000
Alat Bantu 100.000 250.000 147.500
2. Biaya Penyusutan Kapal 1.700.000 8.700.000 5.117.000
Mesin Utama 780.000 1.400.000 1.089.000
Mesin Bantu 670.000 1.420.000 1.051.750
Alat Tangkap 14.750.000 52.000.000 31.132.000
Alat Bantu 75.000 75.000 75.000
3. Biaya Administrasi 50.000 50.000 50.000
Jumlah Biaya Tetap 21.225.000 71.617.000 43.377.500
Sumber: Hasil Penelitian, 2021

Berdasarkan Tabel 20 TPI Pecangaan dapat diketahui bahwa total biaya

tetap rata-rata per tahun alat tangkap Gill net dan Trammel net adalah sebesar Rp.

43.307.333,- yang terdiri dari biaya perawatan, biaya penyusutan, dan biaya

administrasi. Perawatan kapal rata-rata sebesar Rp. 2.500.000,- sedangkan

perawatan pada mesin utama dan mesin bantu yaitu dengan mengganti oli secara

rutin selama 2 sampai 3 bulan sekali. Perawatan alat tangkap dilakukan dengan

menjahit ulang bagian jaring yang sobek dan biasanya dilakukan oleh para ABK.
80

Biaya penyusutan rata-rata terbesar ada di alat tangkap yaitu sebesar Rp.

31.132.000,-. Hal ini dikarenakan biaya untuk pembelian alat tangkap besar

sedangkan umur ekonomisnya rendah. Biaya penyusutan rata-rata terbesar ada di

mesin bantu yaitu sebesar Rp. 75.000,-. Biaya administrasi rata-rata yang

dikeluarkan untuk proses pembuatan pas kecil sebesar Rp. 215.000,-.

Biaya penyusutan merupakan biaya yang disebabkan karena penurunan

harga suatu barang investasi yang dipengaruhi oleh umur ekonomis atau jangka

waktu pemakaian. Biaya penyusutan rata-rata tertinggi pada alat tangkap gill net

dan trammel net sebesar Rp. 54.000.000,- sedangkan biaya penyusutan terendah

ada di mesin bantu yaitu sebesar Rp. 848.750,-. Biaya penyusutan kapal sebesar

Rp. 5.117.000,- lebih rendah dibandingkan biaya penyusutan alat tangkap. Hal ini

dikarenakan harga beli alat tangkap tinggi tetapi umur ekonomisnya rendah yaitu

2 tahun, sedangkan harga beli kapal tinggi dan umur ekonomisnya juga tinggi

yaitu selama 10 tahun sehingga biaya penyusutannya lebih rendah.

Tabel 21. Biaya Tetap Rata-rata Usaha Penangkapan Gill net dan Tramel net
Modal Usaha <100 Juta Per Tahun di TPI Margomulyo

Minimal Maksimal Rata-rata


No. Jenis Biaya
(Rp/Tahun) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun)
1. Biaya Perawatan Kapal 2.000.000 3.000.000 2.670.000
Mesin Utama 400.000 1.500.000 625.000
Mesin Bantu 200.000 1.500.000 475.000
Alat Tangkap 500.000 2.000.000 1.016.000
Alat Bantu 100.000 250.000 147.500
2. Biaya Penyusutan Kapal 1.700.000 8.700.000 5.117.000
Mesin Utama 780.000 1.400.000 1.089.000
Mesin Bantu 670.000 1.420.000 1.051.000
Alat Tangkap 14.750.000 52.000.000 31.132.000
Alat Bantu 75.000 75.000 75.000
3. Biaya Administrasi 50.000 50.000 50.000
Jumlah Biaya Tetap 21.225.000 71.895.000 61.447.000
Sumber: Hasil Penelitian, 2021
81

Berdasarkan Tabel 21 TPI Margomulyo dapat diketahui bahwa total biaya

tetap rata-rata per tahun alat tangkap Gill net dan Trammel net adalah sebesar Rp.

43.307.333,- yang terdiri dari biaya perawatan, biaya penyusutan, dan biaya

administrasi. Perawatan kapal rata-rata sebesar Rp. 2.700.000,- sedangkan

perawatan pada mesin utama dan mesin bantu yaitu dengan mengganti oli secara

rutin selama 2 sampai 3 bulan sekali. Perawatan alat tangkap dilakukan dengan

menjahit ulang bagian jaring yang sobek dan biasanya dilakukan oleh para ABK.

Biaya penyusutan rata-rata terbesar ada di alat tangkap yaitu sebesar Rp.

58.000.000,-. Hal ini dikarenakan biaya untuk pembelian alat tangkap besar

sedangkan umur ekonomisnya rendah. Biaya penyusutan rata-rata terbesar ada di

mesin bantu yaitu sebesar Rp. 75.000,-. Biaya administrasi rata-rata yang

dikeluarkan untuk proses pembuatan pas kecil sebesar Rp. 215.000,-.

Biaya tetap selain biaya perawatan adalah biaya penyusutan dan biaya

administrasi. Biaya penyusutan merupakan biaya yang disebabkan karena

penurunan harga suatu barang investasi yang dipengaruhi oleh umur ekonomis

atau jangka waktu pemakaian. Biaya penyusutan rata-rata tertinggi pada alat

tangkap gill net dan trammel net sebesar Rp. 58.000.000,- sedangkan biaya

penyusutan terendah ada di mesin bantu yaitu sebesar Rp. 848.750,-. Biaya

penyusutan kapal sebesar Rp. 5.117.000,- lebih rendah dibandingkan biaya

penyusutan alat tangkap. Hal ini dikarenakan harga beli alat tangkap tinggi tetapi

umur ekonomisnya rendah yaitu 2 tahun, sedangkan harga beli kapal tinggi dan

umur ekonomisnya juga tinggi yaitu selama 10 tahun sehingga biaya

penyusutannya lebih rendah.


82

Tabel 22. Biaya Tetap Rata-rata Usaha Penangkapan Gill net dan Tramel net
Modal Usaha <100 Juta Per Tahun di TPI Sambiroto

Minimal Maksimal Rata-rata


No. Jenis Biaya
(Rp/Tahun) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun)
1. Biaya Perawatan Kapal 2.000.000 3.000.000 2.550.000
Mesin Utama 400.000 1.500.000 625.000
Mesin Bantu 200.000 1.500.000 475.000
Alat Tangkap 500.000 2.000.000 1.016.000
Alat Bantu 100.000 250.000 147.500
2. Biaya Penyusutan Kapal 1.700.000 8.700.000 5.117.000
Mesin Utama 780.000 1.400.000 1.089.000
Mesin Bantu 670.000 1.420.000 1.051.00
Alat Tangkap 14.750.000 52.000.000 31.132.000
Alat Bantu 75.000 75.000 75.000
3. Biaya Administrasi 50.000 50.000 50.000
Jumlah Biaya Tetap 21.225.000 71.895.000 42.276.500
Sumber: Hasil Penelitian, 2021

Berdasarkan Tabel 22 TPI Sambiroto dapat diketahui bahwa total biaya

tetap rata-rata per tahun alat tangkap Gill net dan Trammel net adalah sebesar Rp.

43.307.333,- yang terdiri dari biaya perawatan, biaya penyusutan, dan biaya

administrasi. Perawatan kapal rata-rata sebesar Rp. 2.500.000,- sedangkan

perawatan pada mesin utama dan mesin bantu yaitu dengan mengganti oli secara

rutin selama 2 sampai 3 bulan sekali. Perawatan alat tangkap dilakukan dengan

menjahit ulang bagian jaring yang sobek dan biasanya dilakukan oleh para ABK.

Biaya penyusutan rata-rata terbesar ada di alat tangkap yaitu sebesar Rp.

55.000.000,-. Hal ini dikarenakan biaya untuk pembelian alat tangkap besar

sedangkan umur ekonomisnya rendah. Biaya penyusutan rata-rata terbesar ada di

mesin bantu yaitu sebesar Rp. 75.000,-. Biaya administrasi rata-rata yang

dikeluarkan untuk proses pembuatan pas kecil sebesar Rp. 215.000,-.

Biaya tetap selain biaya perawatan adalah biaya penyusutan dan biaya

administrasi. Biaya penyusutan merupakan biaya yang disebabkan karena

penurunan harga suatu barang investasi yang dipengaruhi oleh umur ekonomis
83

atau jangka waktu pemakaian. Biaya penyusutan rata-rata tertinggi pada alat

tangkap gill net dan trammel net sebesar Rp. 55.000.000,- sedangkan biaya

penyusutan terendah ada di mesin bantu yaitu sebesar Rp. 848.750,-. Biaya

penyusutan kapal sebesar Rp. 5.117.000,- lebih rendah dibandingkan biaya

penyusutan alat tangkap. Hal ini dikarenakan harga beli alat tangkap tinggi tetapi

umur ekonomisnya rendah yaitu 2 tahun, sedangkan harga beli kapal tinggi dan

umur ekonomisnya juga tinggi yaitu selama 10 tahun sehingga biaya

penyusutannya lebih rendah.

Tabel 23. Biaya Tetap Rata-rata Usaha Penangkapan Gill net dan Tramel net
Modal Usaha <100 Juta Per Tahun di TPI Banyutowo

Minimal Maksimal Rata-rata


No. Jenis Biaya
(Rp/Tahun) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun)
1. Biaya Perawatan Kapal 2.000.000 3.000.000 2.490.000
Mesin Utama 400.000 1.500.000 625.000
Mesin Bantu 200.000 1.500.000 475.000
Alat Tangkap 500.000 2.000.000 1.016.000
Alat Bantu 100.000 250.000 147.500
2. Biaya Penyusutan Kapal 1.700.000 8.700.000 5.117.000
Mesin Utama 780.000 1.400.000 1.089.000
Mesin Bantu 670.000 1.420.000 1.073.000
Alat Tangkap 14.750.000 52.000.000 31.132.000
Alat Bantu 75.000 75.000 75.000
3. Biaya Administrasi 50.000 50.000 50.000
Jumlah Biaya Tetap 21.225.000 71.895.000 43.289.500
Sumber: Hasil Penelitian, 2021

Berdasarkan Table 23 TPI Banyutowo dapat diketahui bahwa total biaya

tetap rata-rata per tahun alat tangkap Gill net dan Trammel net adalah sebesar Rp.

43.307.333,- yang terdiri dari biaya perawatan, biaya penyusutan, dan biaya

administrasi. Perawatan kapal rata-rata sebesar Rp. 2.500.000,- sedangkan

perawatan pada mesin utama dan mesin bantu yaitu dengan mengganti oli secara

rutin selama 2 sampai 3 bulan sekali. Perawatan alat tangkap dilakukan dengan

menjahit ulang bagian jaring yang sobek dan biasanya dilakukan oleh para ABK.
84

Biaya penyusutan rata-rata terbesar ada di alat tangkap yaitu sebesar Rp.

56.000.000,-. Hal ini dikarenakan biaya untuk pembelian alat tangkap besar

sedangkan umur ekonomisnya rendah. Biaya penyusutan rata-rata terbesar ada di

mesin bantu yaitu sebesar Rp. 75.000,-. Biaya administrasi rata-rata yang

dikeluarkan untuk proses pembuatan pas kecil sebesar Rp. 215.000,-.

Biaya tetap selain biaya perawatan adalah biaya penyusutan dan biaya

administrasi. Biaya penyusutan merupakan biaya yang disebabkan karena

penurunan harga suatu barang investasi yang dipengaruhi oleh umur ekonomis

atau jangka waktu pemakaian. Biaya penyusutan rata-rata tertinggi pada alat

tangkap gill net dan trammel net sebesar Rp. 56.000.000,- sedangkan biaya

penyusutan terendah ada di mesin bantu yaitu sebesar Rp. 848.750,-. Biaya

penyusutan kapal sebesar Rp. 5.117.000,- lebih rendah dibandingkan biaya

penyusutan alat tangkap. Hal ini dikarenakan harga beli alat tangkap tinggi tetapi

umur ekonomisnya rendah yaitu 2 tahun, sedangkan harga beli kapal tinggi dan

umur ekonomisnya juga tinggi yaitu selama 10 tahun sehingga biaya

penyusutannya lebih rendah.


85

Tabel 24. Biaya Tetap Rata-rata Usaha Penangkapan Gill net dan Tramel net
Modal Usaha <100 Juta Per Tahun di TPI Puncel

Minimal Maksimal Rata-rata


No. Jenis Biaya
(Rp/Tahun) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun)
1. Biaya Perawatan Kapal 2.000.000 3.000.000 2.410.000
Mesin Utama 400.000 1.500.000 625.000
Mesin Bantu 200.000 1.500.000 475.000
Alat Tangkap 500.000 2.000.000 1.016.000
Alat Bantu 100.000 250.000 147.500
2. Biaya Penyusutan Kapal 1.700.000 8.700.000 5.117.000
Mesin Utama 780.000 1.400.000 1.089.000
Mesin Bantu 670.000 1.420.000 1.002.000
Alat Tangkap 14.750.000 52.000.000 31.132.000
Alat Bantu 75.000 75.000 75.000
3. Biaya Administrasi 50.000 50.000 50.000
Jumlah Biaya Tetap 21.255.000 71.895.000 43.138.500
Sumber: Hasil Penelitian, 2021

Berdasarkan Tabel 24 TPI Puncel dapat diketahui bahwa total biaya tetap

rata-rata per tahun alat tangkap Gill net dan Trammel net adalah sebesar Rp.

43.307.333,- yang terdiri dari biaya perawatan, biaya penyusutan, dan biaya

administrasi. Perawatan kapal rata-rata sebesar Rp. 2.500.000,- sedangkan

perawatan pada mesin utama dan mesin bantu yaitu dengan mengganti oli secara

rutin selama 2 sampai 3 bulan sekali. Perawatan alat tangkap dilakukan dengan

menjahit ulang bagian jaring yang sobek dan biasanya dilakukan oleh para ABK.

Biaya penyusutan rata-rata terbesar ada di alat tangkap yaitu sebesar Rp.

56.000.000,-. Hal ini dikarenakan biaya untuk pembelian alat tangkap besar

sedangkan umur ekonomisnya rendah. Biaya penyusutan rata-rata terbesar ada di

mesin bantu yaitu sebesar Rp. 75.000,-. Biaya administrasi rata-rata yang

dikeluarkan untuk proses pembuatan pas kecil sebesar Rp. 215.000,-.

Biaya tetap selain biaya perawatan adalah biaya penyusutan dan biaya

administrasi. Biaya penyusutan merupakan biaya yang disebabkan karena

penurunan harga suatu barang investasi yang dipengaruhi oleh umur ekonomis
86

atau jangka waktu pemakaian. Biaya penyusutan rata-rata tertinggi pada alat

tangkap gill net dan trammel net sebesar Rp. 56.000.000,- sedangkan biaya

penyusutan terendah ada di mesin bantu yaitu sebesar Rp. 848.750,-. Biaya

penyusutan kapal sebesar Rp. 5.117.000,- lebih rendah dibandingkan biaya

penyusutan alat tangkap. Hal ini dikarenakan harga beli alat tangkap tinggi tetapi

umur ekonomisnya rendah yaitu 2 tahun, sedangkan harga beli kapal tinggi dan

umur ekonomisnya juga tinggi yaitu selama 10 tahun sehingga biaya

penyusutannya lebih rendah.

Tabel 25. Biaya Tetap Rata-rata Usaha Penangkapan Gill net dan Tramel net
Modal Usaha <100 Juta Per Tahun di TPI Alasdowo

Minimal Maksimal Rata-rata


No. Jenis Biaya
(Rp/Tahun) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun)
1. Biaya Perawatan Kapal 2.000.000 3.000.000 2.600.000
Mesin Utama 400.000 1.500.000 625.000
Mesin Bantu 200.000 1.500.000 475.000
Alat Tangkap 500.000 2.000.000 1.016.000
Alat Bantu 100.000 250.000 147.500
2. Biaya Penyusutan Kapal 1.700.000 8.700.000 5.117.000
Mesin Utama 780.000 1.400.000 1.089.000
Mesin Bantu 670.000 1.420.000 1.004.000
Alat Tangkap 14.750.000 52.000.000 31.132.000
Alat Bantu 75.000 75.000 75.000
3. Biaya Administrasi 50.000 50.000 50.000
Jumlah Biaya Tetap 21.255.000 71.895.000 43.330.500
Sumber: Hasil Penelitian, 2021.

Berdasarkan Tabel 25 TPI Alasdowo dapat diketahui bahwa total biaya

tetap rata-rata per tahun jaring insang adalah sebesar Rp. 43.307.333,- yang terdiri

dari biaya perawatan, biaya penyusutan, dan biaya administrasi. Perawatan kapal

rata-rata sebesar Rp. 2.500.000,- sedangkan perawatan pada mesin utama dan

mesin bantu yaitu dengan mengganti oli secara rutin selama 2 sampai 3 bulan

sekali.
87

Perawatan alat tangkap dilakukan dengan menjahit ulang bagian jaring yang

sobek dan biasanya dilakukan oleh para ABK. Biaya penyusutan rata-rata terbesar

ada di alat tangkap yaitu sebesar Rp. 62.000.000,-. Hal ini dikarenakan biaya

untuk pembelian alat tangkap besar sedangkan umur ekonomisnya rendah. Biaya

penyusutan rata-rata terkecil ada di mesin bantu yaitu sebesar Rp. 75.000,-. Biaya

administrasi rata-rata yang dikeluarkan untuk proses pembuatan pas kecil sebesar

Rp. 215.000,-.

Biaya tetap selain biaya perawatan adalah biaya penyusutan dan biaya

administrasi. Biaya penyusutan merupakan biaya yang disebabkan karena

penurunan harga suatu barang investasi yang dipengaruhi oleh umur ekonomis

atau jangka waktu pemakaian. Biaya penyusutan rata-rata tertinggi pada alat

tangkap Gill net dan trammel net sebesar Rp. 31.132.000,- sedangkan biaya

penyusutan terendah ada di mesin bantu yaitu sebesar Rp. 848.750,-. Biaya

penyusutan kapal sebesar Rp. 5.117.000,- lebih rendah dibandingkan biaya

penyusutan alat tangkap. Hal ini dikarenakan harga beli alat tangkap tinggi tetapi

umur ekonomisnya rendah yaitu 2 tahun, sedangkan harga beli kapal tinggi dan

umur ekonomisnya juga tinggi yaitu selama 10 tahun sehingga biaya

penyusutannya lebih rendah.

Biaya tetap selain biaya perawatan adalah biaya penyusutan dan biaya

administrasi. Biaya penyusutan merupakan biaya yang disebabkan karena

penurunan harga suatu barang investasi yang dipengaruhi oleh umur ekonomis

atau jangka waktu pemakaian. Biaya penyusutan rata-rata tertinggi pada alat

tangkap Gill net sebesar Rp. 61.668.750,- sedangkan biaya penyusutan terendah

ada di mesin bantu yaitu sebesar Rp. 1.131.250,-. Biaya penyusutan kapal sebesar
88

Rp. 10.862.500,- lebih rendah dibandingkan biaya penyusutan alat tangkap. Hal

ini dikarenakan harga beli alat tangkap tinggi tetapi umur ekonomisnya rendah

yaitu 2 tahun, sedangkan harga beli kapal tinggi dan umur ekonomisnya juga

tinggi yaitu selama 10 tahun sehingga biaya penyusutannya lebih rendah.

Biaya penyusutan rata-rata mesin bantu terendah dikarenakan harga beli

rendah dengan umur ekonomis sedang yaitu 5 tahun. Biaya administrasi ini

dikeluarkan untuk pembuatan pas kecil. Armada penangkapan yang digunakan

kurang dari 7 GT oleh karena itu hanya menggunakan pas kecil tidak memakai

izin SIUP dan SIPI. Masa berlaku pas kecil hanya satu tahun sehingga perlu

diperpanjang setiap satu tahun sekali.

Besarnya biaya administrasi berbeda-beda karena untuk biaya pembuatan

pas kecil gratis akan tetapi nelayan tidak mau memproses pembuatan pas kecil

sendiri, mereka meminta bantuan pihak TPI dan memberi uang sebagai pengganti

biaya bensin. Biaya perawatan dan administrasi ini harus dikeluarkan meskipun

tidak ada kegiatan penangkapan, karena biaya ini tidak dipengaruhi oleh banyak

sedikitnya produksi yang dihasilkan. Menurut Ningsih et al. (2013), Biaya tetap

terbesar yang harus dikeluarkan dalam usaha ini adalah biaya perawatan. Biaya

perawatan terdiri dari perawatan kapal, mesin, dan perbaikan alat tangkap. Biaya

tetap lainnya yang harus dikeluarkan adalah biaya perijinan.

4.5.4. Biaya variabel

Biaya variabel dalam usaha penangkapan jaring insang dikeluarkan per trip.

Perincian biaya variabel rata-rata usaha penangkapan jaring insang tersaji pada

Tabel 26 dan 27.


89

Tabel 26. Biaya Variabel Rata-Rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net
Modal Usaha <100 Juta per Tahun di TPI Bajomulyo I
No. Biaya Variabel Minimal Maksimal Rata-rata
(Rp/Tahun) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun)
1. Solar 5.000.000 6.440.000 5.664.900
2. Perbekalan 3.000.000 3.700.000 3.405.000
3. Oli 600.000 600.000 600.000
4. Es Balok 8.400.000 8.400.000 8.400.000
5. Tenaga Kerja 23.330.000 27.001.625 25.105.094
6. Retribusi 898.000 1.270.750 1.100.470
Jumlah Total 41.228.000 47.412.375 44.275.464
Sumber: Hasil Penelitian, 2021

Berdasarkan Tabel 26 total rata-rata biaya variabel usaha penangkapan Gill

net dan Trammel net per tahun sebesar Rp. 44.275.465. Rata-rata biaya per tahun

yang dikeluarkan untuk membeli solar sebesar Rp. 5.664.900 dengan harga solar

bersubsidi sebesar Rp. 5.150 per liternya. Biaya perbekalan yang dikeluarkan rata-

rata per tahun sebesar Rp. 3.405.000. Perbekalan yang dibawa berupa barang

mentah yang terdiri dari beras, telur, sayur, tempe, tahu, mie instan, bumbu

masak, kopi, susu, teh dan gula serta membawa air bersih untuk kebutuhan

memasak, minum, dan mandi. Besarnya biaya perbekalan untuk 1 orang ABK

berkisar Rp. 50.000,- sampai Rp. 55.000,- per harinya. Penggunaan oli untuk

mesin utama sebanyak 5 liter dan mesin bantu sebanyak 1 liter dengan jangka

waktu penggantian 2-3 bulan. Penggantian oli bertujuan agar mesin dapat

befungsi dengan baik dan bartahan lebih lama. Harga oli per liternya sebesar Rp.

30.000,-. Biaya penggantian oli rata-rata per tahun sebesar Rp. 600.000,- . Selain

oli, nelayan juga membutuhkan es balok untuk menghambat pembusukkan hasil

tangkapan sehingga mutunya tetap terjaga. Biaya es balok yang dikeluarkan rata-

rata per tahun sebesar Rp. 8.400.000.


90

Tabel 27. Biaya Variabel Rata-Rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel
net Modal Usaha <100 Juta per Tahun di TPI Bajomulyo II

No. Biaya Variabel Minimal Maksimal Rata-rata


(Rp/Tahun) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun)
1. Solar 5.323.000 5.456.000 5.391.450
2. Perbekalan 3.000.000 3.700.000 3.405.000
3. Oli 600.000 600.000 600.000
4. Es Balok 8.400.000 8.400.000 8.400.000
5. Tenaga Kerja 23.330.000 27.001.625 25.105.625
6. Retribusi 1.060.460 1.572.160 1.208.624
Jumlah Total 41.713.460 46.729.785 44.110.699
Sumber: Hasil Penelitian, 2021

Berdasarkan Tabel 27 total rata-rata biaya variabel usaha penangkapan Gill

net dan Trammel net per tahun sebesar Rp. 44.110.699. Rata-rata biaya per tahun

yang dikeluarkan untuk membeli solar sebesar Rp. 5.391.450 dengan harga solar

bersubsidi sebesar Rp. 5.150 per liternya. Biaya perbekalan yang dikeluarkan rata-

rata per tahun sebesar Rp. 3.405.000. Perbekalan yang dibawa berupa barang

mentah yang terdiri dari beras, telur, sayur, tempe, tahu, mie instan, bumbu

masak, kopi, susu, teh dan gula serta membawa air bersih untuk kebutuhan

memasak, minum, dan mandi. Besarnya biaya perbekalan untuk 1 orang ABK

berkisar Rp. 50.000,- sampai Rp. 55.000,- per harinya. Penggunaan oli untuk

mesin utama sebanyak 5 liter dan mesin bantu sebanyak 1 liter dengan jangka

waktu penggantian 2-3 bulan. Penggantian oli bertujuan agar mesin dapat

befungsi dengan baik dan bartahan lebih lama. Harga oli per liternya sebesar Rp.

30.000,-. Biaya penggantian oli rata-rata per tahun sebesar Rp. 600.000,- . Selain

oli, nelayan juga membutuhkan es balok untuk menghambat pembusukkan hasil

tangkapan sehingga mutunya tetap terjaga. Biaya es balok yang dikeluarkan rata-

rata per tahun sebesar Rp. 8.400.000.


91

Tabel 28. Biaya Variabel Rata-Rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel
net Modal Usaha <100 Juta per Tahun di TPI Pecangaan

No. Biaya Variabel Minimal Maksimal Rata-rata


(Rp/Tahun) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun)
1. Solar 5.244.500 5.650.000 5.460.550
2. Perbekalan 3.000.000 3.700.000 3.405.000
3. Oli 600.000 600.000 600.000
4. Es Balok 8.400.000 8.400.000 8.400.000
5. Tenaga Kerja 23.330.000 27.001.625 25.105.625
6. Retribusi 1.060.460 1.572.160 1.246.602
Jumlah Total 41.634.960 46.923.785 44.217.777

Sumber: Hasil Penelitian, 2021

Berdasarkan Tabel 28 total rata-rata biaya variabel usaha penangkapan Gill

net dan Trammel net per tahun sebesar Rp. 44.217.777. Rata-rata biaya per tahun

yang dikeluarkan untuk membeli solar sebesar Rp. 5.460.550 dengan harga solar

bersubsidi sebesar Rp. 5.150 per liternya. Biaya perbekalan yang dikeluarkan rata-

rata per tahun sebesar Rp. 3.405.000. Perbekalan yang dibawa berupa barang

mentah yang terdiri dari beras, telur, sayur, tempe, tahu, mie instan, bumbu

masak, kopi, susu, teh dan gula serta membawa air bersih untuk kebutuhan

memasak, minum, dan mandi. Besarnya biaya perbekalan untuk 1 orang ABK

berkisar Rp. 50.000,- sampai Rp. 55.000,- per harinya. Penggunaan oli untuk

mesin utama sebanyak 5 liter dan mesin bantu sebanyak 1 liter dengan jangka

waktu penggantian 2-3 bulan. Penggantian oli bertujuan agar mesin dapat

befungsi dengan baik dan bartahan lebih lama. Harga oli per liternya sebesar Rp.

30.000,-. Biaya penggantian oli rata-rata per tahun sebesar Rp. 600.000,- . Selain

oli, nelayan juga membutuhkan es balok untuk menghambat pembusukkan hasil

tangkapan sehingga mutunya tetap terjaga. Biaya es balok yang dikeluarkan rata-

rata per tahun sebesar Rp. 8.400.000.


92

Tabel 29. Biaya Variabel Rata-Rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel
net Modal Usaha <100 Juta per Tahun di TPI Margomulyo

No. Biaya Variabel Minimal Maksimal Rata-rata


(Rp/Tahun) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun)
1. Solar 5.300.000 5.756.000 5.461.550

2. Perbekalan 3.000.000 3.700.000 3.405.000

3. Oli 600.000 600.000 600.000


4. Es Balok 9.240.000 8.400.000 8.400.000

5. Tenaga Kerja 23.330.000 27.001.625 25.105.094

6. Retribusi 1.020.000 1.490.900 1.221.767

Jumlah Total 42.572.280 46.353.825 51.856.769

Sumber: Hasil Penelitian, 2021

Berdasarkan Tabel 29 total rata-rata biaya variabel usaha penangkapan Gill

net dan Trammel net per tahun sebesar Rp. 51.856.769. Rata-rata biaya per tahun

yang dikeluarkan untuk membeli solar sebesar Rp. 5.461.550 dengan harga solar

bersubsidi sebesar Rp. 5.150 per liternya. Biaya perbekalan yang dikeluarkan rata-

rata per tahun sebesar Rp. 3.405.000. Perbekalan yang dibawa berupa barang

mentah yang terdiri dari beras, telur, sayur, tempe, tahu, mie instan, bumbu

masak, kopi, susu, teh dan gula serta membawa air bersih untuk kebutuhan

memasak, minum, dan mandi. Besarnya biaya perbekalan untuk 1 orang ABK

berkisar Rp. 50.000,- sampai Rp. 55.000,- per harinya. Penggunaan oli untuk

mesin utama sebanyak 5 liter dan mesin bantu sebanyak 1 liter dengan jangka

waktu penggantian 2-3 bulan. Penggantian oli bertujuan agar mesin dapat

befungsi dengan baik dan bartahan lebih lama. Harga oli per liternya sebesar Rp.

30.000,-. Biaya penggantian oli rata-rata per tahun sebesar Rp. 600.000,- . Selain

oli, nelayan juga membutuhkan es balok untuk menghambat pembusukkan hasil


93

tangkapan sehingga mutunya tetap terjaga. Biaya es balok yang dikeluarkan rata-

rata per tahun sebesar Rp. 8.400.000.

Tabel 30. Biaya Variabel Rata-Rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel
net Modal Usaha <100 Juta per Tahun di TPI Sambiroto

No. Biaya Variabel Minimal Maksimal Rata-rata


(Rp/Tahun) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun)
1. Solar 5.250.000 5.750.000 5.432.550

2. Perbekalan 3.000.000 3.700.000 3.405.000

3. Oli 600.000 600.000 600.000


4. Es Balok 9.240.000 8.400.000 8.400.000

5. Tenaga Kerja 23.330.000 27.001.625 25.105.094

6. Retribusi 1.056.380 1.529.660 1.305.112

Jumlah Total 42.904.680 46.281.475 44.247.756

Sumber: Hasil Penelitian, 2021

Berdasarkan Tabel 30 total rata-rata biaya variabel usaha penangkapan Gill

net dan Trammel net per tahun sebesar Rp. 44.247.765. Rata-rata biaya per tahun

yang dikeluarkan untuk membeli solar sebesar Rp. 5.432.550 dengan harga solar

bersubsidi sebesar Rp. 5.150 per liternya. Biaya perbekalan yang dikeluarkan rata-

rata per tahun sebesar Rp. 3.405.000. Perbekalan yang dibawa berupa barang

mentah yang terdiri dari beras, telur, sayur, tempe, tahu, mie instan, bumbu

masak, kopi, susu, teh dan gula serta membawa air bersih untuk kebutuhan

memasak, minum, dan mandi. Besarnya biaya perbekalan untuk 1 orang ABK

berkisar Rp. 50.000,- sampai Rp. 55.000,- per harinya. Penggunaan oli untuk

mesin utama sebanyak 5 liter dan mesin bantu sebanyak 1 liter dengan jangka

waktu penggantian 2-3 bulan. Penggantian oli bertujuan agar mesin dapat

befungsi dengan baik dan bartahan lebih lama. Harga oli per liternya sebesar Rp.
94

30.000,-. Biaya penggantian oli rata-rata per tahun sebesar Rp. 600.000,- . Selain

oli, nelayan juga membutuhkan es balok untuk menghambat pembusukkan hasil

tangkapan sehingga mutunya tetap terjaga. Biaya es balok yang dikeluarkan rata-

rata per tahun sebesar Rp. 8.400.000.

Tabel 31. Biaya Variabel Rata-Rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel
net Modal Usaha <100 Juta per Tahun di TPI Banyutowo

No. Biaya Variabel Minimal Maksimal Rata-rata


(Rp/Tahun) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun)
1. Solar 5.300.000 5.470.000 5.393.900

2. Perbekalan 3.000.000 3.700.000 3.405.000

3. Oli 600.000 600.000 600.000


4. Es Balok 9.240.000 8.400.000 8.400.000

5. Tenaga Kerja 23.330.000 27.001.625 25.105.094

6. Retribusi 1.026.800 1.529.660 1.234.056

Jumlah Total 42.460.402 46.413.735 44.138.049

Sumber: Hasil Penelitian, 2021

Berdasarkan Tabel 31 total rata-rata biaya variabel usaha penangkapan Gill

net dan Trammel net per tahun sebesar Rp. 44.138.049. Rata-rata biaya per tahun

yang dikeluarkan untuk membeli solar sebesar Rp. 5.393.900 dengan harga solar

bersubsidi sebesar Rp. 5.150 per liternya. Biaya perbekalan yang dikeluarkan rata-

rata per tahun sebesar Rp. 3.405.000. Perbekalan yang dibawa berupa barang

mentah yang terdiri dari beras, telur, sayur, tempe, tahu, mie instan, bumbu

masak, kopi, susu, teh dan gula serta membawa air bersih untuk kebutuhan

memasak, minum, dan mandi. Besarnya biaya perbekalan untuk 1 orang ABK

berkisar Rp. 50.000,- sampai Rp. 55.000,- per harinya. Penggunaan oli untuk

mesin utama sebanyak 5 liter dan mesin bantu sebanyak 1 liter dengan jangka
95

waktu penggantian 2-3 bulan. Penggantian oli bertujuan agar mesin dapat

befungsi dengan baik dan bartahan lebih lama. Harga oli per liternya sebesar Rp.

30.000,-. Biaya penggantian oli rata-rata per tahun sebesar Rp. 600.000,- . Selain

oli, nelayan juga membutuhkan es balok untuk menghambat pembusukkan hasil

tangkapan sehingga mutunya tetap terjaga. Biaya es balok yang dikeluarkan rata-

rata per tahun sebesar Rp. 8.400.000.

Tabel 32. Biaya Variabel Rata-Rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel
net Modal Usaha <100 Juta per Tahun di TPI Puncel

No. Biaya Variabel Minimal Maksimal Rata-rata


(Rp/Tahun) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun)
1. Solar 5.300.000 5.470.000 5.393.900

2. Perbekalan 3.000.000 3.700.000 3.405.000

3. Oli 600.000 600.000 600.000


4. Es Balok 9.240.000 8.400.000 8.400.000

5. Tenaga Kerja 23.330.000 27.001.625 25.105.094

6. Retribusi 829.260 1.350.480 1.110.590

Jumlah Total 42.306.260 46.253.525 44.014.583

Sumber: Hasil Penelitian, 2021

Berdasarkan Tabel 32 total rata-rata biaya variabel usaha penangkapan Gill

net dan Trammel net per tahun sebesar Rp. 44.014.583. Rata-rata biaya per tahun

yang dikeluarkan untuk membeli solar sebesar Rp. 5.393.990 dengan harga solar

bersubsidi sebesar Rp. 5.150 per liternya. Biaya perbekalan yang dikeluarkan rata-

rata per tahun sebesar Rp. 3.405.000. Perbekalan yang dibawa berupa barang

mentah yang terdiri dari beras, telur, sayur, tempe, tahu, mie instan, bumbu

masak, kopi, susu, teh dan gula serta membawa air bersih untuk kebutuhan

memasak, minum, dan mandi. Besarnya biaya perbekalan untuk 1 orang ABK
96

berkisar Rp. 50.000,- sampai Rp. 55.000,- per harinya. Penggunaan oli untuk

mesin utama sebanyak 5 liter dan mesin bantu sebanyak 1 liter dengan jangka

waktu penggantian 2-3 bulan. Penggantian oli bertujuan agar mesin dapat

befungsi dengan baik dan bartahan lebih lama. Harga oli per liternya sebesar Rp.

30.000,-. Biaya penggantian oli rata-rata per tahun sebesar Rp. 600.000,- . Selain

oli, nelayan juga membutuhkan es balok untuk menghambat pembusukkan hasil

tangkapan sehingga mutunya tetap terjaga. Biaya es balok yang dikeluarkan rata-

rata per tahun sebesar Rp. 8.400.000.

Tabel 33. Biaya Variabel Rata-Rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel
net Modal Usaha <100 Juta per Tahun di TPI Alasdowo

No. Biaya Variabel Minimal Maksimal Rata-rata


(Rp/Tahun) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun)
1. Solar 5.300.000 5.470.000 5.393.900

2. Perbekalan 3.000.000 3.700.000 3.405.000

3. Oli 600.000 600.000 600.000


4. Es Balok 9.240.000 8.400.000 8.400.000

5. Tenaga Kerja 23.330.000 27.001.625 25.105.094

6. Retribusi 866.490 1.350.480 1.120.632

Jumlah Total 42.548.113 46.216.125 44.024.625

Sumber: Hasil Penelitian, 2021.

Berdasarkan Tabel 33 total rata-rata biaya variabel usaha penangkapan Gill

net dan Trammel net per tahun sebesar Rp. 44.024.625. Rata-rata biaya per tahun

yang dikeluarkan untuk membeli solar sebesar Rp. 5.393.900,-, dengan harga

solar bersubsidi sebesar Rp. 5.150,- per liternya. Biaya perbekalan yang

dikeluarkan rata-rata per tahun sebesar Rp. 3.405.000,-. Perbekalan yang dibawa

berupa barang mentah yang terdiri dari beras, telur, sayur, tempe, tahu, mie instan,
97

bumbu masak, kopi, susu, teh dan gula serta membawa air bersih untuk kebutuhan

memasak, minum, dan mandi.

Besarnya biaya perbekalan untuk 1 orang ABK berkisar Rp. 50.000,-

sampai Rp. 55.000,- per harinya. Penggunaan oli untuk mesin utama sebanyak 5

liter dan mesin bantu sebanyak 1 liter dengan jangka waktu penggantian 2-3

bulan. Penggantian oli bertujuan agar mesin dapat befungsi dengan baik dan

bartahan lebih lama. Harga oli per liternya sebesar Rp. 30.000,-. Biaya

penggantian oli rata-rata per tahun sebesar Rp. 600.000,- .

Selain oli, nelayan juga membutuhkan es balok untuk menghambat

pembusukkan hasil tangkapan sehingga mutunya tetap terjaga. Biaya es balok

yang dikeluarkan rata-rata per tahun sebesar Rp. 8.400.000-,. Pendapatan nelayan

tidak menentu per tripnya tergantung banyak sedikitnya ikan hasil tangkapan.

Pembagian pendapatan dilakukan dengan cara sistem bagi hasil. Sistem bagi hasil

yang diberlakukan oleh nelayan jaring antara juragan dengan ABK adalah 50:50.

Pembagian hasil ini dilakukan setelah ikan hasil tangkapan dijual kemudian

pendapatan dari hasil penjualan ikan dipotong 3% untuk biaya retribusi. Besarnya

biaya retribusi yang dikeluarkan tergantung dari besar kecilnya penjualan ikan.

Biaya retribusi yang dikeluarkan rata-rata per tahun sebesar Rp. 1.120.632.

Pendapatan bersih diperoleh dari hasil penjualan ikan yang sudah dipotong biaya

retribusi dan dikurangi dengan biaya perbekalan. Pendapatan bersih dibagi dua, 50

untuk juragan dan 50 % untuk ABK. Jumlah ABK sebanyak 2-4 orang. ABK

tersebut biasanya berasal dari tetangga, saudara, atau anak juragan namun ada

juga beberapa ABK yang berasal dari luar daerah. Biaya yang dikeluarkan untuk

membayar tenaga kerja rata-rata per tahun sebesar Rp. 26.854.469,-. Biaya
98

variabel ini jumlahnya dipengaruhi oleh volume kegiatan produksi dan harus

dikeluarkan selama kegiatan penangkapan beroperasi.

Menurut Amry et al.(2017), Biaya tidak tetap adalah biaya yang

dikeluarkan oleh nelayan untuk perbekalan selama operasi penangkapan. Biaya

ini terdiri dari biaya perbekalan nelayan, dan biaya bahan bakar (BBM) seperti

solar. Biaya perbekalan seperti beras, lauk pauk, air bersih, kopi, gula, rokok, dan

es balok merupakan biaya untuk konsumsi selama operasi penangkapan.

Pendapatan nelayan tidak menentu per tripnya tergantung banyak sedikitnya

ikan hasil tangkapan. Pembagian pendapatan dilakukan dengan cara sistem bagi

hasil. Sistem bagi hasil yang diberlakukan oleh nelayan jaring antara juragan

dengan ABK adalah 50:50. Pembagian hasil ini dilakukan setelah ikan hasil

tangkapan dijual kemudian pendapatan dari hasil penjualan ikan dipotong 3%

untuk biaya retribusi. Besarnya biaya retribusi yang dikeluarkan tergantung dari

besar kecilnya penjualan ikan.

Biaya retribusi yang dikeluarkan rata-rata per tahun sebesar Rp. 1.120.632.

Pendapatan bersih diperoleh dari hasil penjualan ikan yang sudah dipotong biaya

retribusi dan dikurangi dengan biaya perbekalan. Pendapatan bersih dibagi dua, 50

untuk juragan dan 50 % untuk ABK. Jumlah ABK sebanyak 2-4 orang. ABK

tersebut biasanya berasal dari tetangga, saudara, atau anak juragan namun ada

juga beberapa ABK yang berasal dari luar daerah. Biaya yang dikeluarkan untuk

membayar tenaga kerja rata-rata per tahun sebesar Rp. 25.105.094.

Biaya variabel ini jumlahnya dipengaruhi oleh volume kegiatan produksi

dan harus dikeluarkan selama kegiatan penangkapan beroperasi. Biaya variabel

yang dikeluarkan nelayan jaring insang permukaan lebih besar dibandingkan


99

dengan nelayan jaring insang dasar. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan lama

penangkapan, jumlah ABK, ikan target tangkapan, dan jarak fishing ground.

Menurut Karningsih et al. (2014), biaya yang dikeluarkan untuk proses

produksi selain biaya tetap adalah biaya tidak tetap. Besar kecilnya biaya tidak

tetap dipengaruhi oleh jumlah ABK, dan jarak fishing ground. Semakin jauh jarak

fishing ground maka semakin besar biaya operasional, semakin banyak jumlah

ABK maka semakin besar biaya untuk tenaga kerja dan biaya untuk perbekalan.

4.5.5. Biaya total

Biaya total merupakan biaya keseluruhan yang harus dikeluarkan untuk

menjalankan usaha penangkapan jaring insang. Biaya total diperoleh dari hasil

penjumlahan total biaya variabel dan total biaya tetap. Biaya ini dikeluarkan

selama usaha masih berjalan. Perincian biaya total rata-rata per tahun usaha

penangkapan jaring insang di Kabupaten Pati tersaji pada Tabel 34.

Tabel 34. Biaya Total Rata-Rata Usaha Penangkapan Gill net Modal Usaha <100
Juta Per Tahun di TPI Bajomulyo I
Biaya Rata-rata
No. Jenis Biaya
(Rp/Tahun)
Gill net Modal <100 juta
1. Biaya Tetap 42.738.000
2. Biaya Variabel 44.265.340
Jumlah Total 87.003.340

Sumber: Hasil Penelitian, 2021

Biaya total rata-rata Gill net dan Trammel net di TPI Bajomulyo I modal

<100 juta sebesar Rp. 87.003.340. Usaha penangkapan ini memerlukan biaya,

baik variabel maupun tetap agar kegiatan penangkapan dapat dijalankan sehingga

mendapatkan keuntungan. Selain itu, biaya variabel dikeluarkan setiap akan

melaksanakan kegiatan penangkapan sedangkan kegiatan penangkapan jaring


100

insang berlangsung selama 1- 10 hari dalam satu trip penangkapan. Menurut

Saputra et al. (2016), biaya total didapatkan dari penjumlahan biaya tetap dan

biaya variabel. Presentase terbesar dari biaya total adalah biaya variabel, ini

disebabkan banyaknya jenis biaya yang dikeluarkan dan biaya ini dikeluarkan

setiap tripnya sehingga besar jumlahnya sedangkan biaya tetap tidak terlalu besar

jumlahnya dikarenakan jenis biaya yang dikeluarkan sedikit jumlahnya dan tidak

setiap trip dikeluarkan.

Tabel 35. Biaya Total Rata-Rata Usaha Penangkapan Gill net Modal Usaha <100
Juta Per Tahun di TPI Bajomulyo II
Biaya Rata-rata
No. Jenis Biaya
(Rp/Tahun)
Gill net Modal <100 juta
1. Biaya Tetap 42.738.000
2. Biaya Variabel 51.856.769
Jumlah Total 96.476.692
Sumber: Hasil Penelitian, 2021

Biaya total rata-rata Gill net dan Trammel net di TPI Bajomulyo II modal

<100 juta sebesar Rp. 87.003.340. Usaha penangkapan ini memerlukan biaya,

baik variabel maupun tetap agar kegiatan penangkapan dapat dijalankan sehingga

mendapatkan keuntungan. Selain itu, biaya variabel dikeluarkan setiap akan

melaksanakan kegiatan penangkapan sedangkan kegiatan penangkapan jaring

insang berlangsung selama 1- 10 hari dalam satu trip penangkapan. Menurut

Saputra et al. (2016), biaya total didapatkan dari penjumlahan biaya tetap dan

biaya variabel. Presentase terbesar dari biaya total adalah biaya variabel, ini

disebabkan banyaknya jenis biaya yang dikeluarkan dan biaya ini dikeluarkan

setiap tripnya sehingga besar jumlahnya sedangkan biaya tetap tidak terlalu besar
101

jumlahnya dikarenakan jenis biaya yang dikeluarkan sedikit jumlahnya dan tidak

setiap trip dikeluarkan.

Tabel 36. Biaya Total Rata-Rata Usaha Penangkapan Gill net Modal Usaha <100
Juta Per Tahun di TPI Pecangaan

Biaya Rata-rata
No. Jenis Biaya
(Rp/Tahun)
Gill net Modal <100 juta
1. Biaya Tetap 42.738.000
2. Biaya Variabel 44.046.179

Jumlah Total 86.784.179

Sumber: Hasil Penelitian, 2021

Biaya total rata-rata Gill net dan Trammel net di TPI Pecangaan modal <100

juta sebesar Rp. 86.784.179. Usaha penangkapan ini memerlukan biaya, baik

variabel maupun tetap agar kegiatan penangkapan dapat dijalankan sehingga

mendapatkan keuntungan. Selain itu, biaya variabel dikeluarkan setiap akan

melaksanakan kegiatan penangkapan sedangkan kegiatan penangkapan jaring

insang berlangsung selama 1- 10 hari dalam satu trip penangkapan. Menurut

Saputra et al. (2016), biaya total didapatkan dari penjumlahan biaya tetap dan

biaya variabel. Presentase terbesar dari biaya total adalah biaya variabel, ini

disebabkan banyaknya jenis biaya yang dikeluarkan dan biaya ini dikeluarkan

setiap tripnya sehingga besar jumlahnya sedangkan biaya tetap tidak terlalu besar

jumlahnya dikarenakan jenis biaya yang dikeluarkan sedikit jumlahnya dan tidak

setiap trip dikeluarkan.


102

Tabel 37. Biaya Total Rata-Rata Usaha Penangkapan Gill net Modal Usaha <100
Juta Per Tahun di TPI Margomulyo

Biaya Rata-rata
No. Jenis Biaya
(Rp/Tahun)
Gill net Modal <100 juta
1. Biaya Tetap 42.738.000
2. Biaya Variabel 44.174.860

Jumlah Total 86.912.860

Sumber: Hasil Penelitian, 2021

Biaya total rata-rata Gill net dan Trammel net di TPI Margomulyo modal

<100 juta sebesar Rp. 86.912.860. Usaha penangkapan ini memerlukan biaya,

baik variabel maupun tetap agar kegiatan penangkapan dapat dijalankan sehingga

mendapatkan keuntungan. Selain itu, biaya variabel dikeluarkan setiap akan

melaksanakan kegiatan penangkapan sedangkan kegiatan penangkapan jaring

insang berlangsung selama 1- 10 hari dalam satu trip penangkapan. Menurut

Saputra et al. (2016), biaya total didapatkan dari penjumlahan biaya tetap dan

biaya variabel. Presentase terbesar dari biaya total adalah biaya variabel, ini

disebabkan banyaknya jenis biaya yang dikeluarkan dan biaya ini dikeluarkan

setiap tripnya sehingga besar jumlahnya sedangkan biaya tetap tidak terlalu besar

jumlahnya dikarenakan jenis biaya yang dikeluarkan sedikit jumlahnya dan tidak

setiap trip dikeluarkan.


103

Tabel 38. Biaya Total Rata-Rata Usaha Penangkapan Gill net Modal Usaha <100
Juta Per Tahun di TPI Sambiroto

Biaya Rata-rata
No. Jenis Biaya
(Rp/Tahun)
Gill net Modal <100 juta
1. Biaya Tetap 42.738.000
2. Biaya Variabel 44.206.664

Jumlah Total 86.944.664

Sumber: Hasil Penelitian, 2021

Biaya total rata-rata Gill net dan Trammel net di TPI Sambiroto modal <100

juta sebesar Rp. 86.944.664. Usaha penangkapan ini memerlukan biaya, baik

variabel maupun tetap agar kegiatan penangkapan dapat dijalankan sehingga

mendapatkan keuntungan. Selain itu, biaya variabel dikeluarkan setiap akan

melaksanakan kegiatan penangkapan sedangkan kegiatan penangkapan jaring

insang berlangsung selama 1- 10 hari dalam satu trip penangkapan. Menurut

Saputra et al. (2016), biaya total didapatkan dari penjumlahan biaya tetap dan

biaya variabel. Presentase terbesar dari biaya total adalah biaya variabel, ini

disebabkan banyaknya jenis biaya yang dikeluarkan dan biaya ini dikeluarkan

setiap tripnya sehingga besar jumlahnya sedangkan biaya tetap tidak terlalu besar

jumlahnya dikarenakan jenis biaya yang dikeluarkan sedikit jumlahnya dan tidak

setiap trip dikeluarkan.


104

Tabel 39. Biaya Total Rata-Rata Usaha Penangkapan Gill net Modal Usaha <100
Juta Per Tahun di TPI Banyutowo

Biaya Rata-rata
No. Jenis Biaya
(Rp/Tahun)
Gill net Modal <100 juta
1. Biaya Tetap 42.738.000
2. Biaya Variabel 44.152.188

Jumlah Total 86.890.188


Sumber: Hasil Penelitian, 2021

Biaya total rata-rata Gill net dan Trammel net di TPI Banyutowo modal

<100 juta sebesar Rp. 86.890.188. Usaha penangkapan ini memerlukan biaya,

baik variabel maupun tetap agar kegiatan penangkapan dapat dijalankan sehingga

mendapatkan keuntungan. Selain itu, biaya variabel dikeluarkan setiap akan

melaksanakan kegiatan penangkapan sedangkan kegiatan penangkapan jaring

insang berlangsung selama 1- 10 hari dalam satu trip penangkapan. Menurut

Saputra et al. (2016), biaya total didapatkan dari penjumlahan biaya tetap dan

biaya variabel. Presentase terbesar dari biaya total adalah biaya variabel, ini

disebabkan banyaknya jenis biaya yang dikeluarkan dan biaya ini dikeluarkan

setiap tripnya sehingga besar jumlahnya sedangkan biaya tetap tidak terlalu besar

jumlahnya dikarenakan jenis biaya yang dikeluarkan sedikit jumlahnya dan tidak

setiap trip dikeluarkan.


105

Tabel 40. Biaya Total Rata-Rata Usaha Penangkapan Gill net Modal Usaha <100
Juta Per Tahun di TPI Puncel

Biaya Rata-rata
No. Jenis Biaya
(Rp/Tahun)

Gill net Modal <100 juta


1. Biaya Tetap 42.738.000
2. Biaya Variabel 44.122.018

Jumlah Total 86.860.018

Sumber: Hasil Penelitian, 2021

Biaya total rata-rata Gill net dan Trammel net di TPI Puncel modal <100

juta sebesar Rp. 86.860.018. Usaha penangkapan ini memerlukan biaya, baik

variabel maupun tetap agar kegiatan penangkapan dapat dijalankan sehingga

mendapatkan keuntungan. Selain itu, biaya variabel dikeluarkan setiap akan

melaksanakan kegiatan penangkapan sedangkan kegiatan penangkapan jaring

insang berlangsung selama 1- 10 hari dalam satu trip penangkapan. Menurut

Saputra et al. (2016), biaya total didapatkan dari penjumlahan biaya tetap dan

biaya variabel. Presentase terbesar dari biaya total adalah biaya variabel, ini

disebabkan banyaknya jenis biaya yang dikeluarkan dan biaya ini dikeluarkan

setiap tripnya sehingga besar jumlahnya sedangkan biaya tetap tidak terlalu besar

jumlahnya dikarenakan jenis biaya yang dikeluarkan sedikit jumlahnya dan tidak

setiap trip dikeluarkan.


106

Tabel 41. Biaya Total Rata-Rata Usaha Penangkapan Gill net Modal Usaha <100
Juta Per Tahun di TPI Alasdowo

Biaya Rata-rata
No. Jenis Biaya
(Rp/Tahun)

Gill net Modal <100 juta


1. Biaya Tetap 42.738.000
2. Biaya Variabel 44.014.782

Jumlah Total 86.752.782

Sumber: Hasil Penelitian, 2021.

Biaya total rata-rata Gill net dan Trammel net di TPI Alasdowo modal <100

juta sebesar Rp. 86.752.782. Usaha penangkapan ini memerlukan biaya, baik

variabel maupun tetap agar kegiatan penangkapan dapat dijalankan sehingga

mendapatkan keuntungan. Selain itu, biaya variabel dikeluarkan setiap akan

melaksanakan kegiatan penangkapan sedangkan kegiatan penangkapan jaring

insang berlangsung selama 1- 10 hari dalam satu trip penangkapan. Menurut

Saputra et al. (2016), biaya total didapatkan dari penjumlahan biaya tetap dan

biaya variabel. Presentase terbesar dari biaya total adalah biaya variabel, ini

disebabkan banyaknya jenis biaya yang dikeluarkan dan biaya ini dikeluarkan

setiap tripnya sehingga besar jumlahnya sedangkan biaya tetap tidak terlalu besar

jumlahnya dikarenakan jenis biaya yang dikeluarkan sedikit jumlahnya dan tidak

setiap trip dikeluarkan.

4.5.6. Pendapatan

Pendapatan merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat

kesejahteraan. Pendapatan usaha nelayan tangkap merupakan selisih antara


107

penerimaan dengan biaya penangkapan yang benar-benar dikeluarkan oleh

nelayan saat musim penangkapan per trip.

Pendapatan dalam usaha penangkapan Gill net diperoleh dari pejualan hasil

tangkapan. Besar kecilnya pendapatan yang diterima tergantung dari musim,

harga, dan jumlah hasil tangkapan yang diperoleh. Semakin banyak hasil

tangkapan maka pendapatan semakin tinggi sebaliknya semakin sedikit hasil

tangkapan semakin rendah tendapatan yang diterima. Perincian pendapatan total

rata-rata usaha penangkapan jaring insang (Gill net) per tahun di Kabupaten Pati

tersaji pada Tabel 41.

Tabel 42. Pendapatan Total Rata-Tata Usaha Penangkapan Gill net modal Usaha
<100 Juta di TPI Bajomulyo I

Jumlah
Jumlah Jumlah
Jumlah Rata- Tangkapan
No. Musim Trip/M pendapatan
rata (Kg/trip) Rata-rata
usim (Rp/Musim)
(Kg/Musim)
1. Puncak 118 50 5.900 118.200.000

2. Biasa 84 30 2.520 63.000.000

3. Paceklik 79 20 1.580 39.500.000

Jumlah 281 100 10.000 220.700.000

Sumber: Hasil Penelitian, 2021

Pendapatan rata-rata per tahun berdasarkan Tabel 41 paling tinggi pada

musim puncak sebesar Rp. 118.200.000,- hal ini dikarenakan hasil tangkapan

yang diperoleh juga paling banyak dibandingkan pada musim biasa dan paceklik

yaitu sebanyak 5.900 kg/musim. Musim puncak dalam satu tahun terjadi empat

kali yaitu pada bulan Januari, Februari, Maret dan April pada bulan-bulan ini

terdapat banyak ikan. Musim biasa terjadi enam kali yaitu pada bulan Mei, Juni,

Juli Agustus, September, Desember sedangkan musim paceklik terjadi dua kali
108

yaitu pada bulan Oktober dan November. Nelayan jaring insang dalam satu bulan

melakukan kegiatan penangkapan sebanyak 118 trip ketika musim puncak dan 84

trip ketika musim biasa.

Total pendapatan rata-rata paling rendah yaitu pada musim paceklik sebesar

Rp. 39.500.000,-. Hal ini dikarenakan pada musim paceklik nelayan melakukan

penangkapan sebanyak 79 trip dalam satu bulan dan musim paceklik hanya terjadi

dua bulan dalam satu tahun. Hasil tangkapan pada musim paceklik lebih sedikit

dibandingkan musim puncak dan biasa. Harga ikan Tongkol pada musim puncak

yaitu sebesar Rp. 10.000,-, Tenggiri Rp. 50.000,-, Cucut Rp. 17.000,- dan

Barakuda Rp. 17.000,-. Selisih harga ikan pada musim biasa dan paceklik dari

musim puncak berkisar Rp. 5.000,- sampai Rp.7.000,-. Pendapatan adalah

perkalian antara jumlah hasil tangkapan dengan harga hasil tangkapan, oleh

karena itu besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh nelayan dipengaruhi oleh

jumlah tangkapan yang diperoleh dan harga ikan tangkapan. Jumlah hasil

tangkapan dipengaruhi oleh adanya musim penangkapan dan juga lama

penangkapan. Menurut Alhuda et al. (2016), Pendapatan total didapatkan dari

perkalian antara hasil tangkapan (h) dengan harga (p) yang didapatkan pada saat

ikan didaratkan. Pendapatan dari usaha penangkapan ikan tidak menentu dan

sangat bergantung dari jumlah ikan yang didapatkan. Hal ini dipengaruhi oleh

musim penangkapan ikan dan kondisi perairan daerah penangkapan. Pada musim

timur biasanya tangkapan nelayan lebih banyak karena keadaan cuaca pada

musim timur mendukung nelayan untuk melaut. Sebaliknya pada musim barat

nelayan tidak dianjurkan melaut karena kondisi alam dan cuaca kurang

mendukung sehingga berdampak pada jumlah hasil tangkapan nelayan.


109

Tabel 43. Pendapatan Total Rata-Tata Usaha Penangkapan Gill net modal Usaha
<100 Juta di TPI Bajomulyo II

Jumlah
Jumlah Jumlah Jumlah
Tangkapan
No. Musim Trip Rata-rata pendapatan
Rata-rata
/Musim (Kg/Trip) (Rp/Musim)
(Kg/Musim)
1. Puncak 118 50 5.900 118.200.000

2. Biasa 84 30 2.520 63.000.000

3. Paceklik 79 20 1.580 39.500.000

Jumlah 281 100 10.000 220.700.000

Sumber: Hasil Penelitian, 2021

Pendapatan rata-rata per tahun berdasarkan Tabel 42 paling tinggi pada

musim puncak sebesar Rp. 118.200.000,- hal ini dikarenakan hasil tangkapan

yang diperoleh juga paling banyak dibandingkan pada musim biasa dan paceklik

yaitu sebanyak 5.900 kg/musim. Musim puncak dalam satu tahun terjadi empat

kali yaitu pada bulan Januari, Februari, Maret dan April pada bulan-bulan ini

terdapat banyak ikan. Musim biasa terjadi enam kali yaitu pada bulan Mei, Juni,

Juli Agustus, September, Desember sedangkan musim paceklik terjadi dua kali

yaitu pada bulan Oktober dan November. Nelayan jaring insang dalam satu bulan

melakukan kegiatan penangkapan sebanyak 118 trip ketika musim puncak dan 84

trip ketika musim biasa.

Total pendapatan rata-rata paling rendah yaitu pada musim paceklik sebesar

Rp. 39.500.000,-. Hal ini dikarenakan pada musim paceklik nelayan melakukan

penangkapan sebanyak 79 trip dalam satu bulan dan musim paceklik hanya terjadi

dua bulan dalam satu tahun. Hasil tangkapan pada musim paceklik lebih sedikit

dibandingkan musim puncak dan biasa. Harga ikan Tongkol pada musim puncak

yaitu sebesar Rp. 10.000,-, Tenggiri Rp. 50.000,-, Cucut Rp. 17.000,- dan
110

Barakuda Rp. 17.000,-. Selisih harga ikan pada musim biasa dan paceklik dari

musim puncak berkisar Rp. 5.000,- sampai Rp.7.000,-. Pendapatan adalah

perkalian antara jumlah hasil tangkapan dengan harga hasil tangkapan, oleh

karena itu besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh nelayan dipengaruhi oleh

jumlah tangkapan yang diperoleh dan harga ikan tangkapan. Jumlah hasil

tangkapan dipengaruhi oleh adanya musim penangkapan dan juga lama

penangkapan. Menurut Alhuda et al. (2016), Pendapatan total didapatkan dari

perkalian antara hasil tangkapan (h) dengan harga (p) yang didapatkan pada saat

ikan didaratkan. Pendapatan dari usaha penangkapan ikan tidak menentu dan

sangat bergantung dari jumlah ikan yang didapatkan. Hal ini dipengaruhi oleh

musim penangkapan ikan dan kondisi perairan daerah penangkapan. Pada musim

timur biasanya tangkapan nelayan lebih banyak karena keadaan cuaca pada

musim timur mendukung nelayan untuk melaut. Sebaliknya pada musim barat

nelayan tidak dianjurkan melaut karena kondisi alam dan cuaca kurang

mendukung sehingga berdampak pada jumlah hasil tangkapan nelayan.

Tabel 44. Pendapatan Total Rata-Tata Usaha Penangkapan Gill net modal Usaha
<100 Juta di TPI Pecangaan

Jumlah
Jumlah Jumlah Jumlah
Tangkapan
No. Musim Trip Rata-rata pendapatan
Rata-rata
/Musim (Kg/Trip) (Rp/Musim)
(Kg/Musim)
1. Puncak 118 50 5.900 118.200.000

2. Biasa 84 30 2.520 63.000.000

3. Paceklik 79 20 1.580 39.500.000

Jumlah 281 100 10.000 220.700.000

Sumber: Hasil Penelitian, 2021


111

Pendapatan rata-rata per tahun berdasarkan Tabel 44 paling tinggi pada

musim puncak sebesar Rp. 118.200.000,- hal ini dikarenakan hasil tangkapan

yang diperoleh juga paling banyak dibandingkan pada musim biasa dan paceklik

yaitu sebanyak 5.900 kg/musim. Musim puncak dalam satu tahun terjadi empat

kali yaitu pada bulan Januari, Februari, Maret dan April pada bulan-bulan ini

terdapat banyak ikan. Musim biasa terjadi enam kali yaitu pada bulan Mei, Juni,

Juli Agustus, September, Desember sedangkan musim paceklik terjadi dua kali

yaitu pada bulan Oktober dan November. Nelayan jaring insang dalam satu bulan

melakukan kegiatan penangkapan sebanyak 118 trip ketika musim puncak dan 84

trip ketika musim biasa.

Total pendapatan rata-rata paling rendah yaitu pada musim paceklik sebesar

Rp. 20.220.000,-. Hal ini dikarenakan pada musim paceklik nelayan melakukan

penangkapan sebanyak 79 trip dalam satu bulan dan musim paceklik hanya terjadi

dua bulan dalam satu tahun. Hasil tangkapan pada musim paceklik lebih sedikit

dibandingkan musim puncak dan biasa. Harga ikan Tongkol pada musim puncak

yaitu sebesar Rp. 10.000,-, Tenggiri Rp. 50.000,-, Cucut Rp. 17.000,- dan

Barakuda Rp. 17.000,-. Selisih harga ikan pada musim biasa dan paceklik dari

musim puncak berkisar Rp. 5.000,- sampai Rp.7.000,-. Pendapatan adalah

perkalian antara jumlah hasil tangkapan dengan harga hasil tangkapan, oleh

karena itu besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh nelayan dipengaruhi oleh

jumlah tangkapan yang diperoleh dan harga ikan tangkapan. Jumlah hasil

tangkapan dipengaruhi oleh adanya musim penangkapan dan juga lama

penangkapan. Menurut Alhuda et al. (2016), Pendapatan total didapatkan dari

perkalian antara hasil tangkapan (h) dengan harga (p) yang didapatkan pada saat
112

ikan didaratkan. Pendapatan dari usaha penangkapan ikan tidak menentu dan

sangat bergantung dari jumlah ikan yang didapatkan. Hal ini dipengaruhi oleh

musim penangkapan ikan dan kondisi perairan daerah penangkapan. Pada musim

timur biasanya tangkapan nelayan lebih banyak karena keadaan cuaca pada

musim timur mendukung nelayan untuk melaut. Sebaliknya pada musim barat

nelayan tidak dianjurkan melaut karena kondisi alam dan cuaca kurang

mendukung sehingga berdampak pada jumlah hasil tangkapan nelayan.

Tabel 45. Pendapatan Total Rata-Tata Usaha Penangkapan Gill net modal Usaha
<100 Juta di TPI Margomulyo

Jumlah
Jumlah Jumlah Rata- Jumlah
Tangkapan
No. Musim Trip rata pendapatan
Rata-rata
/Musim (Kg/Trip) (Rp/Musim)
(Kg/Musim)
1. Puncak 118 50 5.900 118.200.000

2. Biasa 84 30 2.520 63.000.000

3. Paceklik 79 20 1.580 39.500.000

Jumlah 281 100 10.000 220.700.000

Sumber: Hasil Penelitian, 2021

Pendapatan rata-rata per tahun berdasarkan Tabel 45 paling tinggi pada

musim puncak sebesar Rp. 118.200.000,- hal ini dikarenakan hasil tangkapan

yang diperoleh juga paling banyak dibandingkan pada musim biasa dan paceklik

yaitu sebanyak 5.900 kg/musim. Musim puncak dalam satu tahun terjadi empat

kali yaitu pada bulan Januari, Februari, Maret dan April pada bulan-bulan ini

terdapat banyak ikan. Musim biasa terjadi enam kali yaitu pada bulan Mei, Juni,

Juli Agustus, September, Desember sedangkan musim paceklik terjadi dua kali

yaitu pada bulan Oktober dan November. Nelayan jaring insang dalam satu bulan
113

melakukan kegiatan penangkapan sebanyak 118 trip ketika musim puncak dan 84

trip ketika musim biasa.

Total pendapatan rata-rata paling rendah yaitu pada musim paceklik sebesar

Rp. 39.500.000,-. Hal ini dikarenakan pada musim paceklik nelayan melakukan

penangkapan sebanyak 79 trip dalam satu bulan dan musim paceklik hanya terjadi

dua bulan dalam satu tahun. Hasil tangkapan pada musim paceklik lebih sedikit

dibandingkan musim puncak dan biasa. Harga ikan Tongkol pada musim puncak

yaitu sebesar Rp. 10.000,-, Tenggiri Rp. 50.000,-, Cucut Rp. 17.000,- dan

Barakuda Rp. 17.000,-. Selisih harga ikan pada musim biasa dan paceklik dari

musim puncak berkisar Rp. 5.000,- sampai Rp.7.000,-. Pendapatan adalah

perkalian antara jumlah hasil tangkapan dengan harga hasil tangkapan, oleh

karena itu besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh nelayan dipengaruhi oleh

jumlah tangkapan yang diperoleh dan harga ikan tangkapan. Jumlah hasil

tangkapan dipengaruhi oleh adanya musim penangkapan dan juga lama

penangkapan. Menurut Alhuda et al. (2016), Pendapatan total didapatkan dari

perkalian antara hasil tangkapan (h) dengan harga (p) yang didapatkan pada saat

ikan didaratkan. Pendapatan dari usaha penangkapan ikan tidak menentu dan

sangat bergantung dari jumlah ikan yang didapatkan. Hal ini dipengaruhi oleh

musim penangkapan ikan dan kondisi perairan daerah penangkapan. Pada musim

timur biasanya tangkapan nelayan lebih banyak karena keadaan cuaca pada

musim timur mendukung nelayan untuk melaut. Sebaliknya pada musim barat

nelayan tidak dianjurkan melaut karena kondisi alam dan cuaca kurang

mendukung sehingga berdampak pada jumlah hasil tangkapan nelayan.


114

Tabel 46. Pendapatan Total Rata-Tata Usaha Penangkapan Gill net modal Usaha
<100 Juta di TPI Sambiroto

Jumlah
Jumlah Jumlah Rata- Jumlah
Tangkapan
No. Musim Trip rata pendapatan
Rata-rata
/Musim (Trip/Musim) (Rp/Musim)
(Kg/Musim)
1. Puncak 118 50 5.900 118.200.000

2. Biasa 84 30 2.520 63.000.000

3. Paceklik 79 20 1.580 39.500.000

Jumlah 281 100 10.000 220.700.000

Sumber: Hasil Penelitian, 2021

Pendapatan rata-rata per tahun berdasarkan Tabel 46 paling tinggi pada

musim puncak sebesar Rp. 118.200.000,- hal ini dikarenakan hasil tangkapan

yang diperoleh juga paling banyak dibandingkan pada musim biasa dan paceklik

yaitu sebanyak 5.900 kg/musim. Musim puncak dalam satu tahun terjadi empat

kali yaitu pada bulan Januari, Februari, Maret dan April pada bulan-bulan ini

terdapat banyak ikan. Musim biasa terjadi enam kali yaitu pada bulan Mei, Juni,

Juli Agustus, September, Desember sedangkan musim paceklik terjadi dua kali

yaitu pada bulan Oktober dan November. Nelayan jaring insang dalam satu bulan

melakukan kegiatan penangkapan sebanyak 118 trip ketika musim puncak dan 84

trip ketika musim biasa.

Total pendapatan rata-rata paling rendah yaitu pada musim paceklik sebesar

Rp. 39.500.000,-. Hal ini dikarenakan pada musim paceklik nelayan melakukan

penangkapan sebanyak 79 trip dalam satu bulan dan musim paceklik hanya terjadi

dua bulan dalam satu tahun. Hasil tangkapan pada musim paceklik lebih sedikit

dibandingkan musim puncak dan biasa. Harga ikan Tongkol pada musim puncak

yaitu sebesar Rp. 10.000,-, Tenggiri Rp. 50.000,-, Cucut Rp. 17.000,- dan
115

Barakuda Rp. 17.000,-. Selisih harga ikan pada musim biasa dan paceklik dari

musim puncak berkisar Rp. 5.000,- sampai Rp.7.000,-. Pendapatan adalah

perkalian antara jumlah hasil tangkapan dengan harga hasil tangkapan, oleh

karena itu besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh nelayan dipengaruhi oleh

jumlah tangkapan yang diperoleh dan harga ikan tangkapan. Menurut Alhuda et

al. (2016), Pendapatan total didapatkan dari perkalian antara hasil tangkapan (h)

dengan harga (p) yang didapatkan pada saat ikan didaratkan. Pendapatan dari

usaha penangkapan ikan tidak menentu dan sangat bergantung dari jumlah ikan

yang didapatkan. Hal ini dipengaruhi oleh musim penangkapan ikan dan kondisi

perairan daerah penangkapan. Pada musim timur biasanya tangkapan nelayan

lebih banyak karena keadaan cuaca pada musim timur mendukung nelayan untuk

melaut. Sebaliknya pada musim barat nelayan tidak dianjurkan melaut karena

kondisi alam dan cuaca kurang mendukung sehingga berdampak pada jumlah

hasil tangkapan nelayan.

Tabel 47. Pendapatan Total Rata-Tata Usaha Penangkapan Gill net modal Usaha
<100 Juta di TPI Banyutowo

Jumlah Jumlah
Jumlah Jumlah
Rata-rata Tangkapan
No. Musim Trip pendapatan
(Trip/Musim Rata-rata
/Musim (Rp/Musim)
) (Kg/Musim)
1. Puncak 118 50 5.900 118.200.000

2. Biasa 84 30 2.520 63.000.000

3. Paceklik 79 20 1.580 39.500.000

Jumlah 281 100 10.000 220.700.000

Sumber: Hasil Penelitian, 2021

Pendapatan rata-rata per tahun berdasarkan Tabel 47 paling tinggi pada

musim puncak sebesar Rp. 118.200.000,- hal ini dikarenakan hasil tangkapan
116

yang diperoleh juga paling banyak dibandingkan pada musim biasa dan paceklik

yaitu sebanyak 5.900 kg/musim. Musim puncak dalam satu tahun terjadi empat

kali yaitu pada bulan Januari, Februari, Maret dan April pada bulan-bulan ini

terdapat banyak ikan. Musim biasa terjadi enam kali yaitu pada bulan Mei, Juni,

Juli Agustus, September, Desember sedangkan musim paceklik terjadi dua kali

yaitu pada bulan Oktober dan November. Nelayan jaring insang dalam satu bulan

melakukan kegiatan penangkapan sebanyak 118 trip ketika musim puncak dan 84

trip ketika musim biasa.

Total pendapatan rata-rata paling rendah yaitu pada musim paceklik sebesar

Rp. 39.500.000,-. Hal ini dikarenakan pada musim paceklik nelayan melakukan

penangkapan sebanyak 79 trip dalam satu bulan dan musim paceklik hanya terjadi

dua bulan dalam satu tahun. Hasil tangkapan pada musim paceklik lebih sedikit

dibandingkan musim puncak dan biasa. Harga ikan Tongkol pada musim puncak

yaitu sebesar Rp. 10.000,-, Tenggiri Rp. 50.000,-, Cucut Rp. 17.000,- dan

Barakuda Rp. 17.000,-. Selisih harga ikan pada musim biasa dan paceklik dari

musim puncak berkisar Rp. 5.000,- sampai Rp.7.000,-. Pendapatan adalah

perkalian antara jumlah hasil tangkapan dengan harga hasil tangkapan, oleh

karena itu besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh nelayan dipengaruhi oleh

jumlah tangkapan yang diperoleh dan harga ikan tangkapan. Jumlah hasil

tangkapan dipengaruhi oleh adanya musim penangkapan dan juga lama

penangkapan. Menurut Alhuda et al. (2016), Pendapatan total didapatkan dari

perkalian antara hasil tangkapan (h) dengan harga (p) yang didapatkan pada saat

ikan didaratkan. Pendapatan dari usaha penangkapan ikan tidak menentu dan

sangat bergantung dari jumlah ikan yang didapatkan. Hal ini dipengaruhi oleh
117

musim penangkapan ikan dan kondisi perairan daerah penangkapan. Pada musim

timur biasanya tangkapan nelayan lebih banyak karena keadaan cuaca pada

musim timur mendukung nelayan untuk melaut. Sebaliknya pada musim barat

nelayan tidak dianjurkan melaut karena kondisi alam dan cuaca kurang

mendukung sehingga berdampak pada jumlah hasil tangkapan nelayan.

Tabel 48. Pendapatan Total Rata-Tata Usaha Penangkapan Gill net modal Usaha
<100 Juta di TPI Puncel

Jumlah Jumlah
Jumlah Jumlah
Rata-rata Tangkapan
No. Musim Trip pendapatan
(Trip/Musi Rata-rata
/Musim (Rp/Musim)
m) (Kg/Musim)
1. Puncak 118 50 5.900 118.200.000

2. Biasa 84 30 2.520 63.000.000

3. Paceklik 79 20 1.580 39.500.000

Jumlah 281 100 10.000 220.700.000

Sumber: Hasil Penelitian, 2021

Pendapatan rata-rata per tahun berdasarkan Tabel 48 paling tinggi pada

musim puncak sebesar Rp. 118.200.000,- hal ini dikarenakan hasil tangkapan

yang diperoleh juga paling banyak dibandingkan pada musim biasa dan paceklik

yaitu sebanyak 5.900 kg/musim. Musim puncak dalam satu tahun terjadi empat

kali yaitu pada bulan Januari, Februari, Maret dan April pada bulan-bulan ini

terdapat banyak ikan. Musim biasa terjadi enam kali yaitu pada bulan Mei, Juni,

Juli Agustus, September, Desember sedangkan musim paceklik terjadi dua kali

yaitu pada bulan Oktober dan November. Nelayan jaring insang dalam satu bulan

melakukan kegiatan penangkapan sebanyak 118 trip ketika musim puncak dan 84

trip ketika musim biasa.


118

Total pendapatan rata-rata paling rendah yaitu pada musim paceklik sebesar

Rp. 39.500.000,-. Hal ini dikarenakan pada musim paceklik nelayan melakukan

penangkapan sebanyak 79 trip dalam satu bulan dan musim paceklik hanya terjadi

dua bulan dalam satu tahun. Hasil tangkapan pada musim paceklik lebih sedikit

dibandingkan musim puncak dan biasa. Harga ikan Tongkol pada musim puncak

yaitu sebesar Rp. 10.000,-, Tenggiri Rp. 50.000,-, Cucut Rp. 17.000,- dan

Barakuda Rp. 17.000,-. Selisih harga ikan pada musim biasa dan paceklik dari

musim puncak berkisar Rp. 5.000,- sampai Rp.7.000,-. Pendapatan adalah

perkalian antara jumlah hasil tangkapan dengan harga hasil tangkapan, oleh

karena itu besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh nelayan dipengaruhi oleh

jumlah tangkapan yang diperoleh dan harga ikan tangkapan. Jumlah hasil

tangkapan dipengaruhi oleh adanya musim penangkapan dan juga lama

penangkapan. Menurut Alhuda et al. (2016), Pendapatan total didapatkan dari

perkalian antara hasil tangkapan (h) dengan harga (p) yang didapatkan pada saat

ikan didaratkan. Pendapatan dari usaha penangkapan ikan tidak menentu dan

sangat bergantung dari jumlah ikan yang didapatkan. Hal ini dipengaruhi oleh

musim penangkapan ikan dan kondisi perairan daerah penangkapan. Pada musim

timur biasanya tangkapan nelayan lebih banyak karena keadaan cuaca pada

musim timur mendukung nelayan untuk melaut. Sebaliknya pada musim barat

nelayan tidak dianjurkan melaut karena kondisi alam dan cuaca kurang

mendukung sehingga berdampak pada jumlah hasil tangkapan nelayan.


119

Tabel 49. Pendapatan Total Rata-Tata Usaha Penangkapan Gill net modal Usaha
<100 Juta di TPI Alasdowo

Jumlah Jumlah
Jumlah Jumlah
Rata-rata Tangkapan
No. Musim Trip pendapatan
(Trip/Musim Rata-rata
/Musim (Rp/Musim)
) (Kg/Musim)
1. Puncak 118 50 5.900 118.200.000

2. Biasa 84 30 2.520 63.000.000

3. Paceklik 79 20 1.580 39.500.000

Jumlah 281 100 10.000 220.700.000

Sumber: Hasil Penelitian, 2021.

Pendapatan rata-rata per tahun berdasarkan Tabel 49 paling tinggi pada

musim puncak sebesar Rp. 118.200.000,- hal ini dikarenakan hasil tangkapan

yang diperoleh juga paling banyak dibandingkan pada musim biasa dan paceklik

yaitu sebanyak 5.900 kg/musim. Musim puncak dalam satu tahun terjadi empat

kali yaitu pada bulan Januari, Februari, Maret dan April pada bulan-bulan ini

terdapat banyak ikan. Musim biasa terjadi enam kali yaitu pada bulan Mei, Juni,

Juli Agustus, September, Desember sedangkan musim paceklik terjadi dua kali

yaitu pada bulan Oktober dan November. Nelayan jaring insang dalam satu bulan

melakukan kegiatan penangkapan sebanyak 118 trip ketika musim puncak dan 84

trip ketika musim biasa.

Total pendapatan rata-rata paling rendah yaitu pada musim paceklik sebesar

Rp. 39.500.000,-. Hal ini dikarenakan pada musim paceklik nelayan melakukan

penangkapan sebanyak 79 trip dalam satu bulan dan musim paceklik hanya terjadi

dua bulan dalam satu tahun. Hasil tangkapan pada musim paceklik lebih sedikit

dibandingkan musim puncak dan biasa. Harga ikan Tongkol pada musim puncak
120

yaitu sebesar Rp. 10.000,-, Tenggiri Rp. 50.000,-, Cucut Rp. 17.000,- dan

Barakuda Rp. 17.000,-. Selisih harga ikan pada musim biasa dan paceklik dari

musim puncak berkisar Rp. 5.000,- sampai Rp.7.000,-. Pendapatan adalah

perkalian antara jumlah hasil tangkapan dengan harga hasil tangkapan, oleh

karena itu besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh nelayan dipengaruhi oleh

jumlah tangkapan yang diperoleh dan harga ikan tangkapan. Jumlah hasil

tangkapan dipengaruhi oleh adanya musim penangkapan dan juga lama

penangkapan. Menurut Alhuda et al. (2016), Pendapatan total didapatkan dari

perkalian antara hasil tangkapan (h) dengan harga (p) yang didapatkan pada saat

ikan didaratkan. Pendapatan dari usaha penangkapan ikan tidak menentu dan

sangat bergantung dari jumlah ikan yang didapatkan. Hal ini dipengaruhi oleh

musim penangkapan ikan dan kondisi perairan daerah penangkapan. Pada musim

timur biasanya tangkapan nelayan lebih banyak karena keadaan cuaca pada

musim timur mendukung nelayan untuk melaut. Sebaliknya pada musim barat

nelayan tidak dianjurkan melaut karena kondisi alam dan cuaca kurang

mendukung sehingga berdampak pada jumlah hasil tangkapan nelayan.

4.5.7. Keuntungan

Keuntungan merupakan suatu hasil yang diperoleh setelah menerima

pendapatan total dari penjualan produksi hasil tangkapan dikurangi dengan biaya

total. Tujuan utama dari usaha penangkapan jaring insang ini untuk mencari

keuntungan.

Keuntungan yang diperoleh akan semakin tinggi apabila pendapatan total

yang diterima semakin tinggi dengan biaya total yang dikeluarkan rendah.

Nelayan dalam usaha penangkapan Gill net dan Trammel net akan berusaha
121

mendapatkan hasil tangkapan sebanyak-banyaknya. Agar memperoleh pendapatan

yang tinggi sehingga bisa menutup biaya total yang dikeluarkan dan memperoleh

keuntungan yang tinggi. Perincian besarnya keuntungan rata-rata usaha

penangkapan Gill net dan Trammel net per tahun tersaji dalam Tabel 15.

Tabel 50. Keuntungan Rata-rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net
Per Tahun di TPI Bajomulyo I

Modal <100 Jt nilai Gill net


No. Komponen
dan Trammel net (Rp)
220.700.000
1. Pendapatan Total
87.000.000
2. Biaya Total
133.700.000
Keuntungan

Sumber: Hasil Penelitian, 2021.

Berdasarkan Tabel 50 dapat diketahui keuntungan rata-rata usaha

penangkapan jaring insang modal <100 Juta per tahun sebesar Rp. 133.700.000.

Jumlah keuntungan yang diperoleh nelayan jaring insang modal <100 Juta kecil

karena biaya total yang dikeluarkan besar sedangkan pendapatan yang diperoleh

tidak terlalu besar. Keuntungan ini merupakan pendapatan bersih, yaitu

pendapatan total yang sudah dikurangi dengan biaya total produksi. Keuntungan

yang diperoleh nelayan jaring insang tidak menentu karena dipengaruhi oleh

besarnya biaya total yang dikeluarkan, musim penangkapan, banyaknya trip

penangkapan, jenis hasil tangkapan, dan jumlah hasil tangkapan yang akan

mempengaruhi besarnya pendapatan. Menurut Utomo et al. (2013), keuntungan

yang diperoleh dipengaruhi oleh jumlah tangkapan ikan, jumlah trip, jenis ikan,

dan harga ikan. Keuntungan bersih didapatkan dari pendapatan hasil lelang

dikurangi dengan biaya total. Penerimaan yang mempunyai nominal besar belum
122

tentu memiliki keuntungan yang besar. Begitu juga penerimaan yang kecil belum

tentu memiliki keuntungan yang kecil. Keuntungan yang kecil bisa jadi

pendapatan yang diperoleh besar begitu juga sebaliknya.

Tabel 51. Keuntungan Rata-rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net
Per Tahun di TPI Bajomulyo II

Modal <100 Jt nilai Gill net


No. Komponen
dan Trammel net (Rp)
220.700.000
1. Pendapatan Total
2. Biaya Total 96.476.692
97.843.308
Keuntungan

Sumber: Hasil Penelitian, 2021.

Berdasarkan Tabel 51 dapat diketahui keuntungan rata-rata usaha

penangkapan jaring insang modal <100 Juta per tahun sebesar Rp. 97.843.308.

Jumlah keuntungan yang diperoleh nelayan jaring insang modal <100 Juta kecil

karena biaya total yang dikeluarkan besar sedangkan pendapatan yang diperoleh

tidak terlalu besar. Keuntungan ini merupakan pendapatan bersih, yaitu

pendapatan total yang sudah dikurangi dengan biaya total produksi. Keuntungan

yang diperoleh nelayan jaring insang tidak menentu karena dipengaruhi oleh

besarnya biaya total yang dikeluarkan, musim penangkapan, banyaknya trip

penangkapan, jenis hasil tangkapan, dan jumlah hasil tangkapan yang akan

mempengaruhi besarnya pendapatan. Menurut Utomo et al. (2013), keuntungan

yang diperoleh dipengaruhi oleh jumlah tangkapan ikan, jumlah trip, jenis ikan,

dan harga ikan. Keuntungan bersih didapatkan dari pendapatan hasil lelang

dikurangi dengan biaya total. Penerimaan yang mempunyai nominal besar belum

tentu memiliki keuntungan yang besar. Begitu juga penerimaan yang kecil belum
123

tentu memiliki keuntungan yang kecil. Keuntungan yang kecil bisa jadi

pendapatan yang diperoleh besar begitu juga sebaliknya.

Tabel 52. Keuntungan Rata-rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net
Per Tahun di TPI Pecangaan

Modal <100 Jt nilai Gill net


No. Komponen
dan Trammel net (Rp)
220.700.000
1. Pendapatan Total
86.784.179
2. Biaya Total
107.045.821
Keuntungan

Sumber: Hasil Penelitian, 2021.

Berdasarkan Tabel 52 dapat diketahui keuntungan rata-rata usaha

penangkapan jaring insang modal <100 Juta per tahun sebesar Rp. 107.045.821.

Jumlah keuntungan yang diperoleh nelayan jaring insang modal <100 Juta kecil

karena biaya total yang dikeluarkan besar sedangkan pendapatan yang diperoleh

tidak terlalu besar. Keuntungan ini merupakan pendapatan bersih, yaitu

pendapatan total yang sudah dikurangi dengan biaya total produksi. Keuntungan

yang diperoleh nelayan jaring insang tidak menentu karena dipengaruhi oleh

besarnya biaya total yang dikeluarkan, musim penangkapan, banyaknya trip

penangkapan, jenis hasil tangkapan, dan jumlah hasil tangkapan yang akan

mempengaruhi besarnya pendapatan. Menurut Utomo et al. (2013), keuntungan

yang diperoleh dipengaruhi oleh jumlah tangkapan ikan, jumlah trip, jenis ikan,

dan harga ikan. Keuntungan bersih didapatkan dari pendapatan hasil lelang

dikurangi dengan biaya total. Penerimaan yang mempunyai nominal besar belum

tentu memiliki keuntungan yang besar. Begitu juga penerimaan yang kecil belum
124

tentu memiliki keuntungan yang kecil. Keuntungan yang kecil bisa jadi

pendapatan yang diperoleh besar begitu juga sebaliknya.

Tabel 53. Keuntungan Rata-rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net
Per Tahun di Margomulyo

Modal <100 Jt nilai Gill net


No. Komponen
dan Trammel net (Rp)
220.700.000
1. Pendapatan Total
86.912.860
2. Biaya Total
106.917.140
Keuntungan

Sumber: Hasil Penelitian, 2021.

Berdasarkan Tabel 53 dapat diketahui keuntungan rata-rata usaha

penangkapan jaring insang modal <100 Juta per tahun sebesar Rp. 106.917.140.

Jumlah keuntungan yang diperoleh nelayan jaring insang modal <100 Juta kecil

karena biaya total yang dikeluarkan besar sedangkan pendapatan yang diperoleh

tidak terlalu besar. Keuntungan ini merupakan pendapatan bersih, yaitu

pendapatan total yang sudah dikurangi dengan biaya total produksi. Keuntungan

yang diperoleh nelayan jaring insang tidak menentu karena dipengaruhi oleh

besarnya biaya total yang dikeluarkan, musim penangkapan, banyaknya trip

penangkapan, jenis hasil tangkapan, dan jumlah hasil tangkapan yang akan

mempengaruhi besarnya pendapatan. Menurut Utomo et al. (2013), keuntungan

yang diperoleh dipengaruhi oleh jumlah tangkapan ikan, jumlah trip, jenis ikan,

dan harga ikan. Keuntungan bersih didapatkan dari pendapatan hasil lelang

dikurangi dengan biaya total. Penerimaan yang mempunyai nominal besar belum

tentu memiliki keuntungan yang besar. Begitu juga penerimaan yang kecil belum
125

tentu memiliki keuntungan yang kecil. Keuntungan yang kecil bisa jadi

pendapatan yang diperoleh besar begitu juga sebaliknya.

Tabel 54. Keuntungan Rata-rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net
Per Tahun di TPI Sambiroto

Modal <100 Jt nilai Gill net


No. Komponen
dan Trammel net (Rp)
220.700.000
1. Pendapatan Total
86.944.664
2. Biaya Total
107.775.336
Keuntungan

Sumber: Hasil Penelitian, 2021.

Berdasarkan Tabel 54 dapat diketahui keuntungan rata-rata usaha

penangkapan jaring insang modal <100 Juta per tahun sebesar Rp. 107.775.336.

Jumlah keuntungan yang diperoleh nelayan jaring insang modal <100 Juta kecil

karena biaya total yang dikeluarkan besar sedangkan pendapatan yang diperoleh

tidak terlalu besar. Keuntungan ini merupakan pendapatan bersih, yaitu

pendapatan total yang sudah dikurangi dengan biaya total produksi. Keuntungan

yang diperoleh nelayan jaring insang tidak menentu karena dipengaruhi oleh

besarnya biaya total yang dikeluarkan, musim penangkapan, banyaknya trip

penangkapan, jenis hasil tangkapan, dan jumlah hasil tangkapan yang akan

mempengaruhi besarnya pendapatan. Menurut Utomo et al. (2013), keuntungan

yang diperoleh dipengaruhi oleh jumlah tangkapan ikan, jumlah trip, jenis ikan,

dan harga ikan. Keuntungan bersih didapatkan dari pendapatan hasil lelang

dikurangi dengan biaya total. Penerimaan yang mempunyai nominal besar belum

tentu memiliki keuntungan yang besar. Begitu juga penerimaan yang kecil belum
126

tentu memiliki keuntungan yang kecil. Keuntungan yang kecil bisa jadi

pendapatan yang diperoleh besar begitu juga sebaliknya.

Tabel 55. Keuntungan Rata-rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net
Per Tahun di TPI Banyutowo

Modal <100 Jt nilai Gill net


No. Komponen
dan Trammel net (Rp)
220.700.000
1. Pendapatan Total

2. Biaya Total 86.890.188


107.479.812
Keuntungan

Sumber: Hasil Penelitian, 2021.

Berdasarkan Tabel 55 dapat diketahui keuntungan rata-rata usaha

penangkapan jaring insang modal <100 Juta per tahun sebesar Rp. 107.479.812.

Jumlah keuntungan yang diperoleh nelayan jaring insang modal <100 Juta kecil

karena biaya total yang dikeluarkan besar sedangkan pendapatan yang diperoleh

tidak terlalu besar. Keuntungan ini merupakan pendapatan bersih, yaitu

pendapatan total yang sudah dikurangi dengan biaya total produksi. Keuntungan

yang diperoleh nelayan jaring insang tidak menentu karena dipengaruhi oleh

besarnya biaya total yang dikeluarkan, musim penangkapan, banyaknya trip

penangkapan, jenis hasil tangkapan, dan jumlah hasil tangkapan yang akan

mempengaruhi besarnya pendapatan. Menurut Utomo et al. (2013), keuntungan

yang diperoleh dipengaruhi oleh jumlah tangkapan ikan, jumlah trip, jenis ikan,

dan harga ikan. Keuntungan bersih didapatkan dari pendapatan hasil lelang

dikurangi dengan biaya total. Penerimaan yang mempunyai nominal besar belum

tentu memiliki keuntungan yang besar. Begitu juga penerimaan yang kecil belum
127

tentu memiliki keuntungan yang kecil. Keuntungan yang kecil bisa jadi

pendapatan yang diperoleh besar begitu juga sebaliknya.

Tabel 56. Keuntungan Rata-rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net
Per Tahun di TPI Puncel

Modal <100 Jt nilai Gill net


No. Komponen
dan Trammel net (Rp)
220.700.000
1. Pendapatan Total
86.860.018
2. Biaya Total
108.089.982
Keuntungan

Sumber: Hasil Penelitian, 2021.

Berdasarkan Tabel 56 dapat diketahui keuntungan rata-rata usaha

penangkapan jaring insang modal <100 Juta per tahun sebesar Rp. 108.089.982.

Jumlah keuntungan yang diperoleh nelayan jaring insang modal <100 Juta kecil

karena biaya total yang dikeluarkan besar sedangkan pendapatan yang diperoleh

tidak terlalu besar. Keuntungan ini merupakan pendapatan bersih, yaitu

pendapatan total yang sudah dikurangi dengan biaya total produksi. Keuntungan

yang diperoleh nelayan jaring insang tidak menentu karena dipengaruhi oleh

besarnya biaya total yang dikeluarkan, musim penangkapan, banyaknya trip

penangkapan, jenis hasil tangkapan, dan jumlah hasil tangkapan yang akan

mempengaruhi besarnya pendapatan. Menurut Utomo et al. (2013), keuntungan

yang diperoleh dipengaruhi oleh jumlah tangkapan ikan, jumlah trip, jenis ikan,

dan harga ikan. Keuntungan bersih didapatkan dari pendapatan hasil lelang

dikurangi dengan biaya total. Penerimaan yang mempunyai nominal besar belum

tentu memiliki keuntungan yang besar. Begitu juga penerimaan yang kecil belum
128

tentu memiliki keuntungan yang kecil. Keuntungan yang kecil bisa jadi

pendapatan yang diperoleh besar begitu juga sebaliknya.

Tabel 57. Keuntungan Rata-rata Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel net
Per Tahun di TPI Alasdowo

Modal <100 Jt nilai Gill net


No. Komponen
dan Trammel net (Rp)
220.700.000
1. Pendapatan Total
86.752.782
2. Biaya Total
107.737.218
Keuntungan

Sumber: Hasil Penelitian, 2021.

Berdasarkan Tabel 57 dapat diketahui keuntungan rata-rata usaha

penangkapan Gill net dan Trammel net modal <100 Juta sebesar Rp. 107.737.218

Jumlah keuntungan yang diperoleh nelayan jaring insang modal <100 Juta kecil

karena biaya total yang dikeluarkan besar sedangkan pendapatan yang diperoleh

tidak terlalu besar. Keuntungan ini merupakan pendapatan bersih, yaitu

pendapatan total yang sudah dikurangi dengan biaya total produksi.

Keuntungan yang diperoleh nelayan jaring insang tidak menentu karena

dipengaruhi oleh besarnya biaya total yang dikeluarkan, musim penangkapan,

banyaknya trip penangkapan, jenis hasil tangkapan, dan jumlah hasil tangkapan

yang akan mempengaruhi besarnya pendapatan.

Menurut Utomo et al. (2013), keuntungan yang diperoleh dipengaruhi oleh

jumlah tangkapan ikan, jumlah trip, jenis ikan, dan harga ikan. Keuntungan bersih

didapatkan dari pendapatan hasil lelang dikurangi dengan biaya total. Penerimaan

yang mempunyai nominal besar belum tentu memiliki keuntungan yang besar.

Begitu juga penerimaan yang kecil belum tentu memiliki keuntungan yang kecil.
129

Keuntungan yang kecil bisa jadi pendapatan yang diperoleh besar begitu juga

sebaliknya.

4.5.8. Net Present Value (NPV)

Menentukan tingkat kelayakan suatu usaha yang memiliki umur ekonomis

proyek 10 tahun maka menggunakan indikator Net Present Value (NPV), Internal

Rate of Return (IRR), B/C Ratio, Payback Period (PP), dan Return Of Investment

(ROI). Analisis finansial dalam penelitian ini diasumsikan bahwa salah satu dari

investasi memiliki masa pakai 10 tahun dengan umur ekonomis proyek 10 tahun.

Asumsi dalam penelitian ini berfungsi untuk membatasi permasalahan yang ada.

Beberapa asumsi yang digunakan dalam penelitian usaha penangkapan Gill

net dan Trammel net adalah sebagai berikut: Umur proyek 10 tahun disesuaikan

dengan umur ekonomis barang investasi yang digunakan dalam kegiatan usaha

penangkapan jaring insang dengan asumsi pada tahun ke-0 belum mendapatkan

penerimaan; Modal yang digunakan merupakan modal sendiri dan kredit dari

Bank atau yang lain; Menggunakan discount factor 6% sesuai dengan dasar

tingkat suku bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro Bank Rakyat Indonesia

yang berlaku saat ini untuk investasi; Penerimaan hanya didapatkan dari penjualan

hasil tangkapan; Untuk biaya penyusutan diasumsikan umur kapal 10 tahun,

mesin utama 5 tahun, mesin bantu 5 tahun, alat tangkap 2 tahun, dan alat bantu 2

tahun; Pada tahun ke-1 sampai ke-10 penerimaan, modal, dan biaya tetap

mengalami kenaikan setiap tahunnya 3 persen berdasarkan tingkat inflasi

sekarang besarnya inflasi sekarang (tahun 2020). Besarnya Net Present Value

(NPV), Internal Rate of Return (IRR), B/C Ratio, Payback Period (PP), dan

Return Of Investment (ROI) tesaji pada Tabel 57 .


130

Tabel 58. Nilai Kriteria Kelayakan Usaha Perikanan Gill net dan Trammel net di
Kabupaten Pati

Nilai Gill net dan


No. Jenis Nilai Trammel net Modal
<100 Jt
1. Net Present Value (NPV) 580.322.232
2. Internal Rate Of Return (IRR) 35%
3. B/C Ratio 1,51
4. Payback Period (PP) 0,4
5. Return Of Investment (ROI) 25%
Sumber: Hasil Penelitian, 2021.

Berdasarkan Tabel 57 diatas dapat diketahui bahwa nilai NPV dalam usaha

penangkapan Gill net dan Trammel net di Pelabuhan Perikanan Pantai Bajomulyo

diperoleh dengan membandingkan besarnya aliran kas masuk (cash in) dengan

aliran kas keluar (cash out) yang telah di present value-kan. NPV digunakan

untuk mengetahui nilai uang yang akan diterima saat ini.

Uang tersebut akan diterima di masa depan, akan tetapi kita harus

mengetahui jumlahnya apabila diterima sekarang. Tingkat suku bunga yang

digunakan sebesar 6% dengan dasar sesuai dengan tngkat suku bunga Kredit

Usaha Rakyat (KUR) Mikro Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang berlaku pada saat

ini.

Nilai NPV rata-rata per tahun usaha penangkapan Gill net di Kabupaten Pati

adalah Rp. 118.503.090,-. dan Rp. 117.628.451,-. Nilai NPV tersebut negatif, hal

ini menunjukkan bahwa pada akhir proyek usaha penangkapan jaring insan modal

usaha <100 juta layak untuk diteruskan. Nilai NPV usaha penangkapan jaring

insang semakin tinggi (> 0) maka keuntungan yang diperoleh juga semakin tinggi

sehingga dapat menutupi biaya operasional yang dikeluarkan oleh karena itu

usaha tersebut dapat dilanjutkan. Menurut Juliani et al. (2019), nilai NPV pada

usaha penangkapan jaring rampus bernilai > 0 menunjukkan bahwa usaha


131

penangkapan jaring rampus ini layak untuk dilanjutkan. Suatu usaha dikatakan

semakin baik apabila memiliki nilai NPV yang besar.

4.5.9. Internal Rate of Return (IRR)

Berdasarkan Tabel 18 nilai IRR rata-rata pada usaha penangkapan jaring

Gill net dan Trammel net modal usaha <100 juta sebesar 35%, artinya usaha

penangkapan yang dijalankan tersebut dapat memberikan tingkat keuntungan per

tahun dari seluruh investasi yang ditanamkan selama umur proyek penangkapaan

10 tahun.

Nilai IRR yang diperoleh lebih dari tingkat suku bunga 6% berdasarkan

Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang berlaku

pada saat ini sehingga proyek usaha penangkapan yang sudah dijalankan layak

untuk diteruskan.

Menurut Neliyana et al. (2014), IRR dapat diartikan sebagai tingkat suku

bunga dimana nilai sekarang dari biaya total sama dengan nilai sekarang dari

penerimaan total yang dianggap sebagai tingkat keuntungan bersih atas investasi,

dimana benefit bersih yang positif diinvestasikan lagi pada tahun berikutnya dan

mendapat tingkat keuntungan yang sama dan diberi bunga selama sisa umur

proyek. IRR dinyatakan layak apabila nilainya lebih besar dari tingkat suku bunga

yang berlaku, sebaliknya tidak layak apabila nilainya kurang dari tingkat suku

bunga yang berlaku.

4.5.10. Benefit Cost Ratio( B/C Ratio)

Berdasarkan tabel 15 nilai B/C Ratio rata-rata usaha penangkapan jaring

Gill net dan Trammel net modal usaha <100 juta sebesar 1,51 . Setiap satu rupiah

biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan 1 rupiah 24 sen. Nilai


132

tersebut menunjukkan bahwa usaha tersebut termasuk dalam kategori layak untuk

diteruskan.

B/C Ratio rata-rata dengan nilai 1,51 juga menunjukkan jumlah pendapatan

yang diterima dalam usaha tersebut lebih besar daripada jumlah biaya total yang

harus dikeluarkan sehingga bisa menutupi biaya total yang dikeluarkan dan

mendapatkan keuntungan dari usaha penangkapan tersebut.

Menurut Yanuartoro et al. (2013), analisis rasio penerimaan biaya

dimaksudkan untuk mengetahui besarnya nilai perbandingan penerimaan dan

biaya produksi yang digunakan. Nilai B/C Ratio lebih dari satu maka usaha

menghasilkan keuntungan sehingga layak untuk dijalankan, B/C Ratio kurang dari

satu maka usaha mengalami kerugian dan tidak layak untuk dijalankan, sedangkan

B/C Ratio lebih dari satu maka usaha tidak untung dan tidak rugi (impas). Nilai

Net B/C Ratio rata-rata pada usaha perikanan tangkap Gill net dan Trammel net di

Kabupaten Pati sebesar 1,51. Hal ini menunjukkan bahwa usaha tersebut layak

untuk diteruskan karena nilai B/C Ratio lebih dari 1.

4.5.11. Payback Period (PP)

Payback period merupakan cara atau tolak ukur yang digunakan untuk

mengukur seberapa cepat suatu investasi dapat dikembalikan. Berdasarkan tabel

15 dapat diketahui bahwa nilai payback period (PP) rata-rata usaha penangkapan

jaring insang modal usaha <100 juta adalah 0,4 tahun, modal usaha <100 juta

dikategorikan tingkat pengembalian modal investasi termasuk cepat. Tingkat

pengembalian dikatakan sedang jika nilai PP sebesar 3 tahun < PP < 5 tahun dan

cepat jika nilai payback period (PP) < 3 tahun. Semakin cepat tingkat
133

pengembalian modal investasi maka usaha tersebut semakin bagus untuk

diteruskan.

Menurut Hermansyah et al. (2013), semakin cepat waktu payback period

dibandingkan dengan periode waktu maksimum yang telah ditetapkan maka

usulan proyek usaha akan semakin layak dijalankan.

Tingkat pengembalian modal suatu usaha dikategorikan cepat jika nilai PP <

3 tahun, tingkat pengembalian sedang jika nilai PP sebesar 3 tahun < PP < 5

tahun, dan termasuk kategori tingkat pengembalian modal lambat jika nilai PP > 5

tahun.

4.5.12. Return Of Investment (ROI)

Perhitungan nilai Return Of Investment (ROI) digunakan untuk mengetahui

kemampuan suatu usaha dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan

untuk setiap trip penangkapan yang dijalankan sehingga usaha penangkapan

tersebut dapat diketahui efisien atau tidak.

Berdasarkan tabel 20 dapat diketahui bahwa Return Of Investment (ROI)

rata-rata usaha penangkapan jaring insang modal usaha <100 juta sebesar 25%

artinya setelah 10 tahun proyek atau usaha penangkapan dengan menggunakan

Gill net dan Trammel net 25 kalinya untuk modal usaha dibawah <100 juta. Nilai

ROI rata-rata lebih dari satu sehingga usaha penangkapan tersebut layak untuk

diteruskan.

Menurut Fauzi et al. (2011), kegiatan perikanan layak dikembangkan bila

mempunyai nilai ROI > 1 (satu). Nilai ROI tinggi dikarenakan usaha perikanan

yang dijalankan mempunyai penerimaan yang sangat baik, sementara biaya


134

investasinya relatif standar dan alat bantu yang digunakan dalam usaha tersebut

berteknologi tinggi.

Alat tangkap Gill net, purse seine TBS dan OBS, serta payang layak untuk

dikembangkan di kawasan Selat Bali karena mempunyai nilai ROI > 1 Purse

seine TBS membutuhkan biaya investasi sebesar Rp. 476.250.000,-, maka setelah

8 tahun pengoperasiannya akan dapat mengembalikan biaya investasi tersebut

sebesar 21,22 kalinya. Begitu juga dengan gill net dan payang dapat membayar

masing-masing sebesar 13,66 dan 14,98 dari biaya investasi yang dikeluarkannya

pada saat awal usaha perikanan tersebut dimulai.


135

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian menganalisis teknis dan

finansial usaha perikanan tangkap Gill net dan Trammel net di Kabupaten Pati,

Jawa Tengah adalah sebagai berikut:

1. Hasil tangkapan modal usaha <100 juta rata-rata musim puncak sebanyak 385-

650 kg, musim biasa 130-370 kg, dan musim paceklik 60-100 kg.

2. Ikan target tangkapan Gill net dan Trammel net yaitu ikan Tongkol

(Euthynnus affinis), Tenggiri (Scomberromorus commersoni) ,udang Putih

(penaeus merguiensis) dan udang windu (penaeus monodon), sedangkan ikan

Cucut (Rhizoprionodon acutus), dan ikan Barakuda (Sphyraena barracuda)

merupakan ikan hasil tangkapan sampingan.

3. Hasil analisis finansial usaha penangkapan Gill net dan Trammel net modal

usaha <100 juta di Kabupaten Pati menunjukkan bahwa usaha tersebut layak

untuk diteruskan karena menguntungkan.

5.2. Saran

Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perlu adanya pengelolaan keuangan yang baik oleh nelayan Gill net dan

Trammel net untuk meminimalisir pengeluaran biaya produksi sehingga

keuntungan yang diperoleh bisa lebih banyak.

2. Perlu adanya pelatihan kerja dari pemerintah agar nelayan memiliki

keterampilan selain menjadi nelayan sehingga tetap bisa bekerja untuk

mendapatkan penghasilan ketika musim paceklik.


136

3. Sebaiknya perlu dilakukan penyuluhan tentang keselamatan kerja kepada

nelayan Gill net dan Trammel net di Kabupaten Pati agar selalu

memperhatikan keselamatan kerja setiap melakukan operasi penangkapan ikan

mengingat mayoritas nelayan Gill net dan Trammel net di Kabupaten Pati

tidak memiliki pelampung saat melakukan operasi penangkapan ikan.


137

DAFTAR PUSTAKA

Alhuda, S. dan Rustikawati, I. 2016 Analisis Produktivitas dan Kinerja Usaha


Nelayan Purse Seine di Pelabuhan Perikanan Pantai Lempasing, Bandar
Lampung. Jurnal Perikanan Kelautan., 7(1): 30–40.

Amry, R.A., Renta, P.P. dan Nofridiansyah, E. 2017. Analisa Kelayakan Usaha
Penangkapan Ikan Menggunakan Alat Tangkap Payang (Seine net) di
Pantai Malabero Kota Bengkulu. Jurnal Enggano., 2(2): 129–142.

Ahrenholz, D.W. and Smith, J.W. 2010. Effect of Hang-in Percentage on Catch
Rate of Flounder in North Carolina Inshore Gill-Net Fisheries. North
Amerika Journal of Management., 30: 1407–1487.

Anggreini, A.P., Astuti, S.S., Miftahudin, I., Novita, P.I. dan Wiadnya, D.G.R.
2017. Uji Selektivitas Alat Tangkap Gillnet Millenium Terhadap Hasil
Tangkapan Ikan Kembung (Rastrelinger Brachysoma). Journal of Fisheries
and Marine Science. 1(1): 24–30.

Arifin J. 2000. Aplikasi Excel dalam Manajemen Proyek Terapan. Elex Media
Komputindo, Jakarta.

Ayu, P., Wijayanto D. dan Kurrohman F. 2016. Analisis Kelayakan Finansial


Usaha Perikanan Tangkap Gillnet di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)
Sadeng, Kabupaten Gunung Kidul. Journal Of Fisheries Resources
Utilization Management and Technology., 6(4): 301–309.

Ayodhyoa. 1981. Alat Penangkapan Ikan. Balai Penelitian dan Pengembangan


Ikan, Jakarta.

Ayodhyoa. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri, Bogor.

Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Tengah, 2009. Jawa Tengah Dalam Angka
Tahun 2009. Semarang : Badan Pusat Statistik.

Balai Pengembangan Penangkapan Ikan. 2012. Identifikkasi Jaring Insang.


Direktorat Jendral Perikanan Tangkap Kementrian Kelautan dan
Perikanan, Semarang.

Balai Pengembangan Penangkapan Ikan. 2014. Identifikkasi Jaring Insang.


Direktorat Jendral Perikanan Tangkap Kementrian Kelautan dan
Perikanan, Semarang.

Brandt, A.V. 1984. Fish Catching Methods of the World. 3th ed., Fishing News
Books Ltd., England, 418 p.

Budi, B., Rosyid, A., Boesono, H. dan Kurrohman, F. 2015. Pengaruh


Pemberian Warna pada Bingkai Badan Jaring Krendet Terhadap Hasil
138

Tangkapan Lobstrer di Perairan Wonogiri. Indonesian Journal of Fisheries


Science., 10(2): 68–73.

Bugin, B. 2013. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi, Format-Format


Kuantitatif dan Kualitatif Untuk Studi Sosiologi, Kebijakan Publik,
Komunikasi, Manajemen dan Pemasaran. Kencana Predana Media Grup,
Jakarta.

Cristianawati, O., Pramonowibowo, M.Pi. dan Hartoko, A. 2013. Analisa


Spasial Daerah Penangkapan Ikan Dengan Alat Tangkap Jaring Insang
(Gill net) di Perairan Kota Semarang Provinsi Jawa Tengah. Journal of
Fisheries Resources Utilization Management and Technology., 2(2): 1–10.

Dahlan M. 2011. Pembangunan Perikanan Tangkap di Kabupaten Belitung:


Suatu Analisis Trade of Ekonomi Berbasis Lokal [Disertasi]. Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Semarang. 2009. Penyususnan Identifikasi


Potensi Perikanan Kota Semarang. Dinas Kelautan dan Perikanan
Kota Semarang. Jawa Tengah.

Djasmani, S.S., dan Djumanto, D. 2014. Komposisi Ikan Hasil Tangkapan Jaring
Insang pada Berbagai Shortening di Waduk Sermo. Jurnal Perikanan
Universitas Gadjah Mada., 16(1): 35–42

Effendi dan Oktariza, W. 2006. Manajemen Agribisnis Perikanan. Penebar


Swadaya, Jakarta.

Food and Agriculture Organization of the United Nations. 1981. International


Standard Statistical Classification Of Fishing Gear.

Fauzi, S., Iskandar, B.H., Murdiyanto, B. dan Wiyono, E. S. 2011. Kelayakan


Finansial Usaha Perikanan Tangkap di Selat Bali. Jurnal Teknologi
Perikanan dan Kelautan., 1(2): 37–46.

Firdaus, I., Fitri, A.D.P., Sardiyatmo dan Kurohman, F. 2017. Analisis Alat
Penangkap Ikan Berbasis Code of Conduct for Responsible Fisheries
(CCRF) di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tawang, Kendal. Saintek
Perikanan., 13(1) : 65–74

Husnan, S. dan Muhammad, S. 2005. Studi Kelayakan Proyek. Ed.4., Unit


Penerbit dan Percetakan, Yogyakarta.

Hastuti, I., Bambang, A. N. dan Rosyid, A. 2013. Analisis Teknis dan Ekonomi
Usaha Perikanan Tangkap Drift Gill net di Pelabuhan Perikanan Samudera
Cilacap. Journal Of Fisheries Resources Utilization Management and
Technology., 2(2): 102–112.
139

Hermansyah, A. P., Ismail dan Pramonowibowo. 2013. Perbandingan Analisis


Finansial Usaha Penangkapan Payang Rumpon dan Payang Lampu di
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tawang Kabupaten Kendal. Journal of
Fisheries Resources Utilization Management and Technology., 2(4): 30–
39.

Heron, S., Agustriani F. dan Isnaini. 2015. Analisis Finansial Unit Penangkapan
Jaring Insang Hanyut di Desa Sungai Lumpur Kabupaten Oki Provinsi
Sumatera Selatan. Maspari Journal., 7(1): 29–34.

Iskandar, D.; Rosyidin dan Singgih, P.A. 2016. Variasi Jumlah dan Jenis Hasil
Tangkapan Jaring Rampus pada Ukuran Mata Jaring Yang Berbeda di
Perairan Teluk Jakarta. Maspari Journal., 8(1): 49–58.

Iskandar, D. 2010. Perbandingan Hasil Tangkapan Udang Dengan Menggunakan


Lapdu, Giltong dan Trammel net di Perairan Saengga Kabupaten Teluk
Bintuni. Jurnal Saintek Perikanan., 6(1): 22–29.

Juliani, L. M., Mudzakir, A. K. dan Wijayanto, D. 2019. Analisis Teknis dan


Finansial Usaha Penangkapan Jaring Rampus (Gill net) di Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) Cituis, Kabupaten Tangerang. Buletin Ilmiah
Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan., 5(1), 1–10.

Kasmir dan Jakfar. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Ed.2, Prenada Media Group,
Jakarta.

Khikmawati, L. T., Boesono, H. dan Sardiyatmo. 2015. Pengaruh Perbedaan


Lama Pengoperasian dan Kemiringan Dinding Bubu Terhadap Hasil
Tangkapan Lobster (Panulirus sp.) di Perairan Argopeni Kabupaten
Kebumen. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and
Technology., 4(2): 83–92.

Lanes, S., Pontoh O. dan Lumenta, V. 2013. Manajemen Usaha Perikanan Jaring
Insang Dasar di Kelurahan Manado tua 1 Kota Manado. Akulturasi: Jurnal
Ilmiah Agrobisnis Perikanan., 1(1).

Martasuganda, S. 2008. Jaring Insang (gillnet).

Mulyadi. 2005. Ekonomi Kelautan. Rajawali Press, Jakarta.

Neliyana., Wiryawan, B., Wiyono, E. S. dan Nurani, T.W. 2014. Analisis


Kelayakan Usaha Perikanan Pukat Cincin di Pelabuhan Perikanan Pantai
Lampulo Banda Aceh Propinsi Aceh. Marine Fisheries., 5(2): 163–169.

Ningsih, R. S., Mudzakir, A. K. dan Rosyid, A. 2013. Analisis Kelayakan


Finansial Usaha Perikanan Payang Jabur (Boat Seine) di Pelabuhan
Perikanan Pantai Asemdoyong Kabupaten Pemalang. Journal Of Fisheries
Resources Utilization Management And Technology., 2(3): 223–232.
140

Pala, M. dan Yuksel, M. 2010. Comparison of the Catching Efficiency of


Monofilamen Gillnet with Different Mesh Size. Journal of Animal and
Veterinary Advances., 7: 1146–1149.

Prabhaswara, A. dan Peti, S. 2004. Dasar Penyusunan Project Proposal. Andi


Press, Yogyakarta.

Prasetyo, W., Abdul, R. dan Dian, A. 2015. Perbedaan Hasil Tangkapan dan
Tingkat Keuntungan Nelayan Trammel net dan Nelayan Gill net di
Perairan Pantai Pasir, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen. [Disertasi].
Sekolah Pascasarjana, Universitas Diponegoro, Semarang, 4(4): 116–124

Rahman, D.R., Triasi, I. dan Asriyanto, A. 2013. Analisis Bioekonomi Ikan


Pelagis pada Usaha Perikanan Tangkap di Pelabuhan Perikanan Pantai
Tawang Kabupaten Kendal. [Disertasi]. Sekolah Pascasarjana, Universitas
Diponegoro, Semarang, 2: 1–10.

Retnowati, E. 2011. Nelayan Indonesia dalam Pusaran Kemiskinan Struktural


(Perspektif Sosial, Ekonomi dan Hukum. Jurnal Perspektif)., 16(3): 149–
159.

Riyanto, B. 2010. Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan. Ed.4., BPFE,


Yogyakarta.

Sadhori, N. 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Penerbit Angkasa, Bandung.

Sadono. 2003. Pengantar Teori Makro Ekonomi. PT Raja Grafindo Persada,


Jakarta.

Saputra, P.D.D., Wijayanto, D. dan Jayanto, B. B. 2016. Analisis Kelayakan


Finansial Usaha Perikanan Tangkap Jaring Nylon (Gill net) di Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) Tanjungsari Kabupaten Pemalang. Journal of
Fisheries Resources Utilization Management and Technology., 6(4): 157–
166.

Setiawati, B., Dian, W. dan Pramonowibowo. 2015. Analisis Faktor Produksi


Hasil Tangkapan Ikan Kembung (Rastrelliger Sp) Pada Alat Tangkap Drift
Gill net Di Kab. Ketapang, Kalimantan Barat. Journal of Fisheries
Resources Utilization Management and Technology. 4 (2) : 40–48.

Sudirman dan Mallawa. 2004. Teknik Penangkapan Ikan. PT Rineka Cipta,


Jakarta.

Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam Wilayah


Pesisir Tropis. Gramedia, Jakarta.

Sutawi. 2002. Manajemen Agribisnis. Bayu Media dan UMM Press, Malang
141

Sutoyo, A. dan Achmad, K. 2016. Studi Perbedaan Cara Operasi Penangkapan


Ikan Dengan Alat Tangkap Trammel net Terhadap Hasil Tangkapan di
Perairan Brondong. Universitas Dr. Soetomo, Surabaya.

Syahasta, D. 2007. Kajian Teknis Ikan Tangkapan Ekonomis Penting dan


Daerah Penangkapan Rawai Dasar. Universitas Hasanudin, Makasar.

Tangke, U., Achmar, M., Mukti, Z. 2011. Analisis Hubungan Karakteristik


Oseanografi Dan Hasil Tangkapan Yellowfin Tuna (Thunnus albacares) Di
Perairan Laut Banda. 4(2): 1-11

Umar, H. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Ed.2., PT Gramedia Pustaka Utama,


Jakarta.

Utomo, M. T. S., Djasmani S. S., Saksono H. dan Suadi. 2013. Analisis Usaha
Purse Seine di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. Jurnal Perikanan
Universitas Gajah Mada., 15(2): 91 –100

Wijaya, R.A., Huda, H.M. dan Manadiyanto, M. 2017. Penguasaan Aset dan
Struktur Pembiayaan Usaha Penangkapan Ikan Tuna Menurut Musim yang
Berbeda. Jurnal Sosial ekonomi Kelautan Perikanan., 7(2): 153 –163.

Wismaningrum, P.E.K., Ismail, Aristi, D.P.F. 2013. Analisis Finansial Usaha


Penangkapan One Day Fishing Dengan Alat Tangkap Multigear Di
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tawang Kabupaten Kendal., 2(3): 263-
272.

Yanuartoro, R., Ismail dan Sardiyatmo. 2013. Analisis Kelayakan Finansial


Usaha Perikanan Tangkap Multigear di Desa Margorejo Kecamatan
Cepiring Kabupaten Kendal. [Disertasi]. Sekolah Pascasarjana, Universitas
Diponegoro, Semarang., 2(3): 233 –242.

Yapanani, E., Solichin, A. dan Wibowo, B.A. 2013. Kajian Hasil Tangkapan dan
Tingkat Kesejahteraan Nelayan di Desa Aromarea Distrik Kosiwo,
Kabupaten Sarui Kepulawan Yapen Papua. [Disetasi]. Sekolah
Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang., 2: 3.

Zaenal, A. 2010. Kajian Teknis Propeller Berprinsip Sebagai Daya Dorong


Kapal Ikan <10GT di Muara Kintap Kalimantan Selatan. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.

Zain, H.N., Triarso I. dan Hapsari T. D. 2016. Analisis Finansial Usaha


Perikanan Tangkap Jaring Insang Permukaan (Surface Gillnet) di
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Banyutowo Kabupaten Pati. [Disetasi].
Sekolah Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang., 5(1): 162–169.
142

LAMPIRAN
143

Lampiran 1. Rincian Modal Investasi Usaha Penangkapan Gill Net dan Trammel Net di
Kabupaten Pati Modal Usaha <100 Juta
A. TPI Bajomulyo I
Alat
Mesin Mesin Alat Bantu
N0 Nama Kapal(Rp) Utama(Rp) Bantu(Rp) Tangkap(Rp) (Rp) Jumlah(Rp)
1 SUPRIJANTO 45,000,000 5,400,000 5,400,000 35,000,000 1,000,000 91,800,000
2 SUHARNO 38,000,000 5,600,000 4,000,000 40,000,000 1,000,000 88,600,000
TEGUH
40,000,000 7,500,000 7,500,000 1,000,000
3 PRASETYO 30,000,000 86,000,000
4 AHMAD ZUHRI 35,000,000 5,700,000 6,000,000 50,000,000 1,000,000 97,700,000
5 SUKANDAR 35,000,000 6,500,000 6,500,000 50,000,000 1,000,000 99,000,000
6 SUTRESNO 38,000,000 5,700,000 6,500,000 30,000,000 1,000,000 81,200,000
7 MATROKIM 47,000,000 5,400,000 5,400,000 29,000,000 1,000,000 87,800,000
8 SUGIYONO 55,000,000 5,700,000 5,000,000 30,000,000 1,000,000 96,700,000
M.
38,000,000 5,700,000 5,000,000 38,000,000 1,000,000
9 ABDUROHMAN 87,700,000
10 SUDADI 30,000,000 6,500,000 5,000,000 38,000,000 1,000,000 80,500,000
Minimal 30,000,000 5,400,000 4,000,000 29,000,000 1,000,000 80,500,000
Maksimal 55,000,000 7,500,000 7,500,000 50,000,000 1,000,000 99,000,000
Rata-rata 40,100,000 5,970,000 5,630,000 37,000,000 1,000,000 89,700,000

B. TPI Bajomulyo II
Alat
Mesin Mesin Alat Bantu
N0 Nama Kapal(Rp) Utama(Rp) Bantu(Rp) Tangkap(Rp) (Rp) Jumlah(Rp)
1 SUPARDI 40,000,000 5,400,000 5,400,000 35,000,000 1,000,000 86,800,000
2 DWI PURNOMO 35,000,000 5,600,000 4,000,000 40,000,000 1,000,000 85,600,000
3 SUYANTO 45,000,000 7,500,000 7,500,000 30,000,000 1,000,000 91,000,000
4 SUPAIMAN 33,000,000 5,700,000 6,000,000 50,000,000 1,000,000 95,700,000
5 JUMADI 38,000,000 6,500,000 6,500,000 50,000,000 1,000,000 102,000,000
FACHUR
38,000,000 5,700,000 6,500,000 30,000,000 1,000,000
6 ROHMAN 81,200,000
PATUT DWI
46,000,000 5,400,000 5,400,000 29,000,000 1,000,000
7 ATMOJO 86,800,000
8 JAWADI 53,000,000 5,700,000 5,000,000 30,000,000 1,000,000 94,700,000
9 SUPARDI 38,000,000 5,700,000 5,000,000 38,000,000 1,000,000 87,700,000
10 SARDI 31,000,000 6,500,000 5,000,000 38,000,000 1,000,000 81,500,000
Minimal 31,000,000 5,400,000 4,000,000 29,000,000 1,000,000 81,200,000
Maksimal 53,000,000 7,500,000 7,500,000 50,000,000 1,000,000 102,000,000
Rata-rata 39,700,000 5,970,000 5,630,000 37,000,000 1,000,000 89,300,000
144

C. TPI Pecangan
Alat
Mesin Mesin Alat Bantu
N0 Nama Kapal(Rp) Utama(Rp) Bantu(Rp) Tangkap(Rp) (Rp) Jumlah(Rp)
1 KARSAN 49,000,000 5,400,000 5,400,000 35,000,000 1,000,000 95,800,000
2 SUWARTO 39,000,000 5,600,000 4,000,000 40,000,000 1,000,000 89,600,000
3 YUNUS 42,000,000 7,500,000 7,500,000 30,000,000 1,000,000 88,000,000
4 SUMARTONO 37,000,000 5,700,000 6,000,000 50,000,000 1,000,000 99,700,000
5 SURATNO 36,000,000 6,500,000 6,500,000 50,000,000 1,000,000 100,000,000
6 SUKARNO 30,000,000 5,700,000 6,500,000 30,000,000 1,000,000 73,200,000
7 SANI 49,000,000 5,400,000 5,400,000 29,000,000 1,000,000 89,800,000
8 KARNAWI 52,000,000 5,700,000 5,000,000 30,000,000 1,000,000 93,700,000
9 RATMAN 37,000,000 5,700,000 5,000,000 38,000,000 1,000,000 86,700,000
10 KASNAWI 32,000,000 6,500,000 5,000,000 38,000,000 1,000,000 82,500,000
Minimal 30,000,000 5,400,000 4,000,000 29,000,000 1,000,000 73,200,000
Maksimal 55,000,000 7,500,000 7,500,000 50,000,000 1,000,000 100,000,000
Rata-rata 40,100,000 5,970,000 5,630,000 37,000,000 1,000,000 89,900,000

D. TPI Margomulyo
Alat
Mesin Mesin Alat Bantu
N0 Nama Kapal(Rp) Utama(Rp) Bantu(Rp) Tangkap(Rp) (Rp) Jumlah(Rp)
1 JUPRI 40,000,000 5,400,000 5,400,000 35,000,000 1,000,000 86,800,000
2 BARNO 38,000,000 5,600,000 4,000,000 40,000,000 1,000,000 88,600,000
3 SOLIKIN 41,000,000 7,500,000 7,500,000 30,000,000 1,000,000 87,000,000
4 JUPURI 36,000,000 5,700,000 6,000,000 50,000,000 1,000,000 98,700,000
SLAMET
37,000,000 6,500,000 6,500,000 50,000,000 1,000,000
5 RIYANTO 101,000,000
6 MUSTOFI 38,000,000 5,700,000 6,500,000 30,000,000 1,000,000 81,200,000
7 RIYADI 45,000,000 5,400,000 5,400,000 29,000,000 1,000,000 85,800,000
8 SALWANI 51,000,000 5,700,000 5,000,000 30,000,000 1,000,000 92,700,000
9 PAYADI 34,000,000 5,700,000 5,000,000 38,000,000 1,000,000 83,700,000
10 SADIMAN 32,000,000 6,500,000 5,000,000 38,000,000 1,000,000 82,500,000
Minimal 32,000,000 5,400,000 4,000,000 29,000,000 1,000,000 81,200,000
Maksimal 51,000,000 7,500,000 7,500,000 50,000,000 1,000,000 101,000,000
Rata-rata 39,200,000 5,970,000 5,630,000 37,000,000 1,000,000 88,800,000
145

E. TPI Sambiroto
Alat
Mesin Mesin Alat Bantu
N0 Nama Kapal(Rp) Utama(Rp) Bantu(Rp) Tangkap(Rp) (Rp) Jumlah(Rp)
1 SUPRIYANTO 41,000,000 5,400,000 5,400,000 35,000,000 1,000,000 87,800,000
2 AHMAD SHOFI 37,000,000 5,600,000 4,000,000 40,000,000 1,000,000 87,600,000
3 M. MUHTAR 42,000,000 7,500,000 7,500,000 30,000,000 1,000,000 88,000,000
4 ABDUL HARIS 37,000,000 5,700,000 6,000,000 50,000,000 1,000,000 99,700,000
5 ABDUL LATIF 34,000,000 6,500,000 6,500,000 50,000,000 1,000,000 98,000,000
6 ABDUL HAJAR 38,000,000 5,700,000 6,500,000 30,000,000 1,000,000 81,200,000
7 HAYADI 47,000,000 5,400,000 5,400,000 29,000,000 1,000,000 87,800,000
8 IMRONI 51,000,000 5,700,000 5,000,000 30,000,000 1,000,000 92,700,000
9 A.SULISTIADI 39,000,000 5,700,000 5,000,000 38,000,000 1,000,000 88,700,000
DJOYO
30,000,000 6,500,000 5,000,000 38,000,000 1,000,000
10 SUNARTO 80,500,000
Minimal 30,000,000 5,400,000 4,000,000 29,000,000 1,000,000 80,500,000
Maksimal 51,000,000 7,500,000 7,500,000 50,000,000 1,000,000 99,700,000
Rata-rata 40,100,000 5,970,000 5,630,000 37,000,000 1,000,000 89,200,000

F. TPI Banyutowo
Mesin Mesin Alat Alat Bantu
N0 Nama Kapal(Rp) Utama(Rp) Bantu(Rp) Tangkap(Rp) (Rp) Jumlah(Rp)
1 PRAYOGO 45,000,000 5,400,000 5,400,000 35,000,000 1,000,000 91,800,000
2 HARNINGSIH 37,000,000 5,600,000 4,000,000 40,000,000 1,000,000 87,600,000
3 SUMARNO 42,000,000 7,500,000 7,500,000 30,000,000 1,000,000 88,000,000
4 RUSTANTO 35,000,000 5,700,000 6,000,000 50,000,000 1,000,000 97,700,000
5 A CATUR M 35,000,000 6,500,000 6,500,000 50,000,000 1,000,000 99,000,000
6 PURWANTO 37,000,000 5,700,000 6,500,000 30,000,000 1,000,000 80,200,000
7 JAMALUDIN 47,000,000 5,400,000 5,400,000 29,000,000 1,000,000 87,800,000
8 KUSMANTO 55,000,000 5,700,000 5,000,000 30,000,000 1,000,000 96,700,000
9 HADI UTOMO 38,000,000 5,700,000 5,000,000 38,000,000 1,000,000 87,700,000
10 HARNINGSIH 31,000,000 6,500,000 5,000,000 38,000,000 1,000,000 81,500,000
Minimal 31,000,000 5,400,000 4,000,000 29,000,000 1,000,000 80,200,000
Maksimal 55,000,000 7,500,000 7,500,000 50,000,000 1,000,000 99,000,000
Rata-rata 40,200,000 5,970,000 5,630,000 37,000,000 1,000,000 89,800,000
146

G. TPI Puncel
Alat
Mesin Mesin Alat Bantu
N0 Nama Kapal(Rp) Utama(Rp) Bantu(Rp) Tangkap(Rp) (Rp) Jumlah(Rp)
1 SUPAR 42,000,000 5,400,000 5,400,000 35,000,000 1,000,000 88,800,000
2 SUPAR 39,000,000 5,600,000 4,000,000 40,000,000 1,000,000 89,600,000
3 A SUDARSONO 41,000,000 7,500,000 7,500,000 30,000,000 1,000,000 87,000,000
4 WAIDI 36,000,000 5,700,000 6,000,000 50,000,000 1,000,000 98,700,000
5 JAMAWI 36,000,000 6,500,000 6,500,000 50,000,000 1,000,000 100,000,000
INDRA
38,000,000 5,700,000 6,500,000 30,000,000 1,000,000
6 SUGIYONO 81,200,000
7 SURADI 48,000,000 5,400,000 5,400,000 29,000,000 1,000,000 88,800,000
8 SUTRISNO 52,000,000 5,700,000 5,000,000 30,000,000 1,000,000 93,700,000
9 INDAH A P 38,000,000 5,700,000 5,000,000 38,000,000 1,000,000 87,700,000
10 SUMIRAH 33,000,000 6,500,000 5,000,000 38,000,000 1,000,000 83,500,000
Minimal 33,000,000 5,400,000 4,000,000 29,000,000 1,000,000 81,200,000
Maksimal 52,000,000 7,500,000 7,500,000 50,000,000 1,000,000 100,000,000
Rata-rata 40,300,000 5,970,000 5,630,000 37,000,000 1,000,000 89,900,000

H. TPI Alasdowo
Mesin Mesin Alat Alat Bantu
N0 Nama Kapal(Rp) Utama(Rp) Bantu(Rp) Tangkap(Rp) (Rp) Jumlah(Rp)
1 NGATONO 49,000,000 5,400,000 5,400,000 35,000,000 1,000,000 95,800,000
2 SUHARNO 38,000,000 5,600,000 4,000,000 40,000,000 1,000,000 88,600,000
3 SUNARTO 40,000,000 7,500,000 7,500,000 30,000,000 1,000,000 86,000,000
4 EKO PUJIANTO 35,000,000 5,700,000 6,000,000 50,000,000 1,000,000 97,700,000
5 RAKIDIN 32,000,000 6,500,000 6,500,000 50,000,000 1,000,000 96,000,000
6 JOYO L 38,000,000 5,700,000 6,500,000 30,000,000 1,000,000 81,200,000
7 MUKTI W 47,000,000 5,400,000 5,400,000 29,000,000 1,000,000 87,800,000
8 SUMADI 55,000,000 5,700,000 5,000,000 30,000,000 1,000,000 96,700,000
9 SUPRIYANTO 39,000,000 5,700,000 5,000,000 38,000,000 1,000,000 88,700,000
10 SUKO 32,000,000 6,500,000 5,000,000 38,000,000 1,000,000 82,500,000
Minimal 32,000,000 5,400,000 4,000,000 29,000,000 1,000,000 81,200,000
Maksimal 55,000,000 7,500,000 7,500,000 50,000,000 1,000,000 97,000,000
Rata-rata 40,500,000 5,970,000 5,630,000 37,000,000 1,000,000 90,100,000
147

Lampiran 3. Biaya Tetap Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel Net di Kabupaten
Pati Modal Usaha <100 Juta
A. TPI Bajomulyo I

No. Nama Administrasi Perawatan Penyusutan Jumlah(Rp)


(Rp) (Rp) (Rp)
1 SUPRIJANTO 50,000 5,600,000 18,410,000 24,060,000
2 SUHARNO 50,000 6,450,000 30,360,000 36,860,000
TEGUH
3 PRASETYO
50,000 5,110,000 58,115,000 63,275,000
4 AHMAD ZUHRI 50,000 3,500,000 55,670,000 59,220,000
5 SUKANDAR 50,000 3,650,000 30,280,000 33,980,000
6 SUTRESNO 50,000 3,500,000 32,740,000 36,290,000
7 MATROKIM 50,000 7,100,000 32,030,000 39,180,000
8 SUGIYONO 50,000 3,600,000 60,120,000 63,770,000
MUHAMMAD
9 ABDURROHMAN
50,000 3,500,000 32,340,000 35,890,000
10 SUDADI 50,000 4,625,000 30,180,000 34,855,000
Minimal 50,000 3,500,000 18,410,000 24,060,000
Maksimal 50,000 7,100,000 60,120,000 63,770,000
Rata-rata 50,000 4,663,500 38,024,500 42,738,000

B. TPI Bajomulyo II

No. Nama Administrasi Perawatan Penyusutan Jumlah(Rp)


(Rp) (Rp) (Rp)
1 SUPARDI 50,000 5,600,000 18,410,000 24,060,000
DWI
2 PURNOMO
50,000 6,450,000 30,360,000 36,860,000
3 SUYANTO 50,000 5,110,000 58,115,000 63,275,000
4 SUPAIMAN 50,000 3,500,000 55,670,000 59,220,000
5 JUMADI 50,000 3,650,000 30,280,000 33,980,000
FACHUR
6 ROHMAN
50,000 3,500,000 32,740,000 36,290,000
PUTUT DWI
7 ATMOJO
50,000 7,100,000 32,030,000 39,180,000
8 JAWADI 50,000 3,600,000 60,120,000 63,770,000
9 SUPARDI 50,000 3,500,000 32,340,000 35,890,000
10 SARDI 50,000 4,625,000 30,180,000 34,855,000
Minimal 50,000 3,500,000 18,410,000 24,060,000
Maksimal 50,000 7,100,000 60,120,000 63,770,000
Rata-rata 50,000 4,663,500 38,024,500 42,738,000
148

C. TPI Pecangan

No. Nama Administrasi Perawatan Penyusutan Jumlah(Rp)


(Rp) (Rp) (Rp)
1 KARSAN 50,000 5,600,000 18,410,000 24,060,000
2 SUWARTO 50,000 6,450,000 30,360,000 36,860,000
3 YUNUS 50,000 5,110,000 58,115,000 63,275,000
4 SUMARTONO 50,000 3,500,000 55,670,000 59,220,000
5 SURATNO 50,000 3,650,000 30,280,000 33,980,000
6 SUKARNO 50,000 3,500,000 32,740,000 36,290,000
7 SANI 50,000 7,100,000 32,030,000 39,180,000
8 KARNAWI 50,000 3,600,000 60,120,000 63,770,000
9 RATMAN 50,000 3,500,000 32,340,000 35,890,000
10 KASNAWI 50,000 4,625,000 30,180,000 34,855,000
Minimal 50,000 3,500,000 18,410,000 24,060,000
Maksimal 50,000 7,100,000 60,120,000 63,770,000
Rata-rata 50,000 4,663,500 38,024,500 42,738,000

D. TPI Margomulyo

No. Nama Administrasi Perawatan Penyusutan Jumlah(Rp)


(Rp) (Rp) (Rp)
1 JUPRI 50,000 5,600,000 18,410,000 24,060,000
2 BARNO 50,000 6,450,000 30,360,000 36,860,000
3 SOLIKIN 50,000 5,110,000 58,115,000 63,275,000
4 JUPURI 50,000 3,500,000 55,670,000 59,220,000
SLAMET
5 RIYANTO
50,000 3,650,000 30,280,000 33,980,000
6 MUSTOFI 50,000 3,500,000 32,740,000 36,290,000
7 RIYADI 50,000 7,100,000 32,030,000 39,180,000
8 SALWANI 50,000 3,600,000 60,120,000 63,770,000
9 PAYADI 50,000 3,500,000 32,340,000 35,890,000
10 SADIMAN 50,000 4,625,000 30,180,000 34,855,000
Minimal 50,000 3,500,000 18,410,000 24,060,000
Maksimal 50,000 7,100,000 60,120,000 63,770,000
Rata-rata 50,000 4,663,500 38,024,500 42,738,000
149

E. TPI Sambiroto

No. Nama Administrasi Perawatan Penyusutan Jumlah(Rp)


(Rp) (Rp) (Rp)
1 SUPRIYANTO 50,000 5,600,000 18,410,000 24,060,000
AHMAD
2 SHOFI
50,000 6,450,000 30,360,000 36,860,000
MOHAMMAD
3 MUHTAR
50,000 5,110,000 58,115,000 63,275,000
ABDUL
4 HARIS
50,000 3,500,000 55,670,000 59,220,000
ABDUL
5 LATIF
50,000 3,650,000 30,280,000 33,980,000
ABDUL
6 HAJAR
50,000 3,500,000 32,740,000 36,290,000
7 HAYADI 50,000 7,100,000 32,030,000 39,180,000
8 IMRONI 50,000 3,600,000 60,120,000 63,770,000
ANGGOLA
9 SULISTIADI
50,000 3,500,000 32,340,000 35,890,000
DJOYO
10 SUNARTO
50,000 4,625,000 30,180,000 34,855,000
Minimal 50,000 3,500,000 18,410,000 24,060,000
Maksimal 50,000 7,100,000 60,120,000 63,770,000
Rata-rata 50,000 4,663,500 38,024,500 42,738,000

F.TPI Banyutowo

No. Nama Administrasi Perawatan Penyusutan Jumlah(Rp)


(Rp) (Rp) (Rp)
1 PRAYOGO 50,000 5,600,000 18,410,000 24,060,000
2 HARNINGSIH 50,000 6,450,000 30,360,000 36,860,000
3 SUMARNO 50,000 5,110,000 58,115,000 63,275,000
4 RUSTANTO 50,000 3,500,000 55,670,000 59,220,000
AGUS
5 CATUR 50,000 3,650,000 30,280,000
MUSTOFA 33,980,000
6 PURWANTO 50,000 3,500,000 32,740,000 36,290,000
7 JAMALUDIN 50,000 7,100,000 32,030,000 39,180,000
8 KUSMANTO 50,000 3,600,000 60,120,000 63,770,000
HADI
9 UTOMO
50,000 3,500,000 32,340,000 35,890,000
10 HARNINGSIH 50,000 4,625,000 30,180,000 34,855,000
Minimal 50,000 3,500,000 18,410,000 24,060,000
Maksimal 50,000 7,100,000 60,120,000 63,770,000
Rata-rata 50,000 4,663,500 38,024,500 42,738,000
150

G. TPI Puncel

No. Nama Administrasi Perawatan Penyusutan Jumlah(Rp)


(Rp) (Rp) (Rp)
1 SUPAR 50,000 5,600,000 18,410,000 24,060,000
2 SUPAR 50,000 6,450,000 30,360,000 36,860,000
ANZAS
3 SUDARSONO
50,000 5,110,000 58,115,000 63,275,000
4 WAIDI 50,000 3,500,000 55,670,000 59,220,000
5 JAMAWI 50,000 3,650,000 30,280,000 33,980,000
INDRA
6 SUGIYONO
50,000 3,500,000 32,740,000 36,290,000
7 SURADI 50,000 7,100,000 32,030,000 39,180,000
8 SUTRISNO 50,000 3,600,000 60,120,000 63,770,000
INDAH AYU
9 PRAWITASARI
50,000 3,500,000 32,340,000 35,890,000
10 SUMIRAH 50,000 4,625,000 30,180,000 34,855,000
Minimal 50,000 3,500,000 18,410,000 24,060,000
Maksimal 50,000 7,100,000 60,120,000 63,770,000
Rata-rata 50,000 4,663,500 38,024,500 42,738,000

H. TPI Alasdowo

No. Nama Administrasi Perawatan Penyusutan Jumlah(Rp)


(Rp) (Rp) (Rp)
1 NGATONO 50,000 5,600,000 18,410,000 24,060,000
2 SUHARNO 50,000 6,450,000 30,360,000 36,860,000
3 SUNARTO 50,000 5,110,000 58,115,000 63,275,000
EKO
4 PUJIANTO
50,000 3,500,000 55,670,000 59,220,000
5 RAKIDIN 50,000 3,650,000 30,280,000 33,980,000
JOYO
6 LEKSONO
50,000 3,500,000 32,740,000 36,290,000
MUKTI
7 WIDODO
50,000 7,100,000 32,030,000 39,180,000
8 SUMADI 50,000 3,600,000 60,120,000 63,770,000
9 SUPRIYANTO 50,000 3,500,000 32,340,000 35,890,000
10 SUKO 50,000 4,625,000 30,180,000 34,855,000
Minimal 50,000 3,500,000 18,410,000 24,060,000
Maksimal 50,000 7,100,000 60,120,000 63,770,000
Rata-rata 50,000 4,663,500 38,024,500 42,738,000
151

Lampiran 4. Rincian Biaya Variabel Usaha Penangkapan Gill net dan Trammel Net di
Kabupaten PatI Modal Usaha <100 Juta
A. TPI Bajomulyo I

Tenaga Retribusi
Solar/Ta Perbekalan Oli/Tahun Es/Tahun Jumlah
No Nama Kerja/Tah /Tahun(1
hun (RP) /Tahun (RP) (RP) (RP) (Rp)
. un (RP) ,7%)
SUPRIJANT
1 O
6,440,000 3,700,000 600,000 8,400,000 23,330,000 3,082,100 45,552,100
2 SUHARNO 5,333,000 3,700,000 600,000 8,400,000 27,001,625 3,814,120 48,848,745
TEGUH
3 PRASETYO
6,406,000 3,700,000 600,000 8,400,000 27,001,625 2,822,000 48,929,625
AHMAD
4 ZUHRI
5,300,000 3,500,000 600,000 8,400,000 23,718,750 2,820,640 44,339,390
5 SUKANDAR 5,670,000 3,500,000 600,000 8,400,000 23,800,000 2,973,810 44,943,810
6 SUTRESNO 5,870,000 3,500,000 600,000 8,400,000 25,502,500 3,160,640 47,033,140
7 MATROKIM 5,000,000 3,450,000 600,000 8,400,000 25,502,500 3,621,000 46,573,500
8 SUGIYONO 5,980,000 3,000,000 600,000 8,400,000 25,493,750 2,820,640 46,294,390
M.
ABDURROH 5,000,000 3,000,000 600,000 8,400,000 3,911,615 46,567,865
9 MAN 25,656,250
10 SUDADI 5,650,500 3,000,000 600,000 8,400,000 24,043,938 3,080,400 44,774,338
Minimal 5,000,000 3,000,000 600,000 8,400,000 23,330,000 2,820,640 44,339,390
Maksima
l 6,440,000 3,700,000 600,000 8,400,000 27,001,625 3,911,615 48,929,625
Rata-rata 5,664,900 3,405,000 600,000 8,400,000 25,105,094 3,210,697 46,385,690
152

B. TPI Bajomulyo II

Tenaga Retribusi
Solar/Ta Perbekalan Oli/Tahun Es/Tahun
Nama Kerja/Tah /Tahun(1, Jumlah (Rp)
hun (RP) /Tahun (RP) (RP) (RP)
No. un (RP) 7%)
1 SUPARDI 5,340,000 3,700,000 600,000 8,400,000 23,330,000 3,185,120 44,555,120
DWI
2 PURNOMO
5,323,000 3,700,000 600,000 8,400,000 27,001,625 3,225,920 48,250,545
3 SUYANTO 5,456,000 3,700,000 600,000 8,400,000 27,001,625 3,740,000 48,897,625
4 SUPAIMAN 5,350,000 3,500,000 600,000 8,400,000 23,718,750 2,818,600 44,387,350
5 JUMADI 5,455,000 3,500,000 600,000 8,400,000 23,800,000 2,737,000 44,492,000
FACHUR
6 ROHMAN
5,454,000 3,500,000 600,000 8,400,000 25,502,500 3,081,760 46,538,260
PUTUT DWI
7 ATMOJO
5,430,000 3,450,000 600,000 8,400,000 25,502,500 3,720,960 47,103,460
8 JAWADI 5,366,000 3,000,000 600,000 8,400,000 25,493,750 2,918,560 45,778,310
9 SUPARDI 5,366,000 3,000,000 600,000 8,400,000 25,656,250 3,128,000 46,150,250
10 SARDI 5,374,500 3,000,000 600,000 8,400,000 24,043,938 3,196,680 44,615,118
Minimal 5,323,000 3,000,000 600,000 8,400,000 23,330,000 2,737,000 44,387,350
Maksimal 5,456,000 3,700,000 600,000 8,400,000 27,001,625 3,740,000 48,897,625
Rata-rata 5,391,450 3,405,000 600,000 8,400,000 25,105,094 3,175,260 46,076,804

C. TPI Pecangan

Tenaga Retribusi
Solar/Ta Perbekalan Oli/Tahun Es/Tahun
Nama Kerja/Tah /Tahun(1, Jumlah (Rp)
hun (RP) /Tahun (RP) (RP) (RP)
No. un (RP) 7%)
1 KARSAN 5,560,000 3,700,000 600,000 8,400,000 23,330,000 2,818,600 44,408,600
2 SUWARTO 5,333,000 3,700,000 600,000 8,400,000 27,001,625 2,737,000 47,771,625
3 YUNUS 5,406,000 3,700,000 600,000 8,400,000 27,001,625 3,081,760 48,189,385
SUMARTON
4 O
5,500,000 3,500,000 600,000 8,400,000 23,718,750 3,720,960 45,439,710
5 SURATNO 5,450,000 3,500,000 600,000 8,400,000 23,800,000 2,918,560 44,668,560
6 SUKARNO 5,650,000 3,500,000 600,000 8,400,000 25,502,500 3,128,000 46,780,500
7 SANI 5,550,000 3,450,000 600,000 8,400,000 25,502,500 3,196,680 46,699,180
8 KARNAWI 5,356,000 3,000,000 600,000 8,400,000 25,493,750 2,737,000 45,586,750
9 RATMAN 5,556,000 3,000,000 600,000 8,400,000 25,656,250 3,740,000 46,952,250
10 KASNAWI 5,244,500 3,000,000 600,000 8,400,000 24,043,938 3,175,260 44,463,698
Minimal 5,244,500 3,000,000 600,000 8,400,000 23,330,000 2,737,000 44,408,600
Maksimal 5,650,000 3,700,000 600,000 8,400,000 27,001,625 3,740,000 48,189,385
Rata-rata 5,460,550 3,405,000 600,000 8,400,000 25,105,094 3,125,382 46,096,026
153

D. TPI Margomulyo

Tenaga Retribusi
Solar/Ta Perbekalan Oli/Tahun Es/Tahun
No Nama Kerja/Tah /Tahun(1 Jumlah (Rp)
hun (RP) /Tahun (RP) (RP) (RP)
. un (RP) ,7%)
5,440,00
JUPRI 3,700,000 600,000 8,400,000 2,755,360 44,225,360
1 0 23,330,000
5,333,00
BARNO 3,700,000 600,000 8,400,000 2,804,320 47,838,945
2 0 27,001,625
5,406,00
SOLIKIN 3,700,000 600,000 8,400,000 3,476,160 48,583,785
3 0 27,001,625
5,300,00
JUPURI 3,500,000 600,000 8,400,000 2,822,680 44,341,430
4 0 23,718,750
SLAMET 5,650,00
RIYANTO
3,500,000 600,000 8,400,000 3,151,800 45,101,800
5 0 23,800,000
5,450,00
MUSTOFI 3,500,000 600,000 8,400,000 3,102,840 46,555,340
6 0 25,502,500
5,480,00
RIYADI 3,450,000 600,000 8,400,000 2,755,360 46,187,860
7 0 25,502,500
5,356,00
SALWANI 3,000,000 600,000 8,400,000 3,638,000 46,487,750
8 0 25,493,750
5,756,00
PAYADI 3,000,000 600,000 8,400,000 3,088,084 46,500,334
9 0 25,656,250
5,444,50
SADIMAN 3,000,000 600,000 8,400,000 3,670,640 45,159,078
10 0 24,043,938
Minimal 5,300,000 3,000,000 600,000 8,400,000 23,330,000 2,755,360 44,225,360
Maksimal 5,756,000 3,700,000 600,000 8,400,000 27,001,625 3,670,640 48,583,785
Rata-rata 5,461,550 3,405,000 600,000 8,400,000 25,105,094 3,126,524 46,098,168
154

E. TPI Sambiroto

Tenaga Retribusi
Solar/Tah Perbekalan Oli/Tahun Es/Tahun Jumlah
No Nama Kerja/Tah /Tahun(1
un (RP) /Tahun (RP) (RP) (RP) (Rp)
. un (RP) ,7%)
1 SUPRIYANTO 5,480,000 3,700,000 600,000 8,400,000 23,330,000 2,802,280 44,312,280
2 AHMAD SHOFI 5,333,000 3,700,000 600,000 8,400,000 27,001,625 3,504,040 48,538,665
MOHAMMAD
3 MUHTAR
5,406,000 3,700,000 600,000 8,400,000 27,001,625 2,845,120 47,952,745
4 ABDUL HARIS 5,300,000 3,500,000 600,000 8,400,000 23,718,750 3,145,000 44,663,750
5 ABDUL LATIF 5,750,000 3,500,000 600,000 8,400,000 23,800,000 3,102,840 45,152,840
6 ABDUL HAJAR 5,450,000 3,500,000 600,000 8,400,000 25,502,500 3,157,920 46,610,420
7 HAYADI 5,250,000 3,450,000 600,000 8,400,000 25,502,500 3,670,640 46,873,140
8 IMRONI 5,356,000 3,000,000 600,000 8,400,000 25,493,750 3,099,508 45,949,258
ANGGOLA
9 SULISTIADI
5,356,000 3,000,000 600,000 8,400,000 25,656,250 3,660,440 46,672,690
DJOYO
10 SUNARTO
5,644,500 3,000,000 600,000 8,400,000 24,043,938 3,090,124 44,778,562
Minimal 5,250,000 3,000,000 600,000 8,400,000 23,330,000 2,802,280 44,312,280
Maksimal 5,750,000 3,700,000 600,000 8,400,000 27,001,625 3,670,640 48,538,665
Rata-rata 5,432,550 3,405,000 600,000 8,400,000 25,105,094 3,207,791 46,150,435

F. TPI Banyutowo

Tenaga Retribusi
Solar/Ta Perbekalan Oli/Tahun Es/Tahun
Nama Kerja/Tah /Tahun(1, Jumlah (Rp)
hun (RP) /Tahun (RP) (RP) (RP)
No. un (RP) 7%)
1 PRAYOGO 5,447,000 3,700,000 600,000 8,400,000 23,330,000 3,489,080 44,966,080
HARNINGSI
2 H
5,333,000 3,700,000 600,000 8,400,000 27,001,625 2,802,280 47,836,905
3 SUMARNO 5,406,000 3,700,000 600,000 8,400,000 27,001,625 3,157,920 48,265,545
4 RUSTANTO 5,300,000 3,500,000 600,000 8,400,000 23,718,750 3,084,480 44,603,230
AGUS
CATUR 5,470,000 3,500,000 600,000 8,400,000 2,745,160 44,515,160
5 MUSTOFA 23,800,000
6 PURWANTO 5,455,000 3,500,000 600,000 8,400,000 25,502,500 3,660,440 47,117,940
JAMALUDI
7 N
5,450,000 3,450,000 600,000 8,400,000 25,502,500 3,090,124 46,492,624
8 KUSMANTO 5,356,000 3,000,000 600,000 8,400,000 25,493,750 3,648,200 46,497,950
HADI
9 UTOMO
5,356,000 3,000,000 600,000 8,400,000 25,656,250 3,090,532 46,102,782
HARNINGSI
10 H
5,366,000 3,000,000 600,000 8,400,000 24,043,938 3,090,532 44,500,470
Minimal 5,300,000 3,000,000 600,000 8,400,000 23,330,000 2,745,160 44,500,470
Maksimal 5,470,000 3,700,000 600,000 8,400,000 27,001,625 3,660,440 48,265,545
Rata-rata 5,393,900 3,405,000 600,000 8,400,000 25,105,094 3,185,875 46,089,869
155

G. TPI Puncel

Perbekalan Tenaga Retribusi


Solar/Ta Oli/Tahun Es/Tahun
No Nama /Tahun Kerja/Tah /Tahun(1 Jumlah (Rp)
hun (RP) (RP) (RP)
. (RP) un (RP) ,7%)
1 PRAYOGO 5,447,000 3,700,000 600,000 8,400,000 23,330,000 2,800,920 44,277,920
2 HARNINGSIH 5,333,000 3,700,000 600,000 8,400,000 27,001,625 3,134,800 48,169,425
3 SUMARNO 5,406,000 3,700,000 600,000 8,400,000 27,001,625 3,064,080 48,171,705
4 RUSTANTO 5,300,000 3,500,000 600,000 8,400,000 23,718,750 2,769,640 44,288,390
AGUS CATUR
5 MUSTOFA
5,470,000 3,500,000 600,000 8,400,000 23,800,000 3,648,200 45,418,200
6 PURWANTO 5,455,000 3,500,000 600,000 8,400,000 25,502,500 3,090,532 46,548,032
7 JAMALUDIN 5,450,000 3,450,000 600,000 8,400,000 25,502,500 3,656,360 47,058,860
8 KUSMANTO 5,356,000 3,000,000 600,000 8,400,000 25,493,750 3,087,948 45,937,698
9 HADI UTOMO 5,356,000 3,000,000 600,000 8,400,000 25,656,250 3,087,948 46,100,198
10 HARNINGSIH 5,366,000 3,000,000 600,000 8,400,000 24,043,938 3,656,360 45,066,298
Minimal 5,300,000 3,000,000 600,000 8,400,000 23,330,000 2,769,640 44,277,920
Maksimal 5,470,000 3,700,000 600,000 8,400,000 27,001,625 3,656,360 48,171,705
Rata-rata 5,393,900 3,405,000 600,000 8,400,000 25,105,094 3,199,679 46,103,673

H. TPI Alasdowo

Tenaga Retribusi
Solar/Ta Perbekalan Oli/Tahun Es/Tahun
No Nama Kerja/Tah /Tahun(1 Jumlah (Rp)
hun (RP) /Tahun (RP) (RP) (RP)
. un (RP) ,7%)
1 PRAYOGO 5,447,000 3,700,000 600,000 8,400,000 23,330,000 3,148,400 44,625,400
2 HARNINGSIH 5,333,000 3,700,000 600,000 8,400,000 27,001,625 3,064,080 48,098,705
3 SUMARNO 5,406,000 3,700,000 600,000 8,400,000 27,001,625 2,761,480 47,869,105
4 RUSTANTO 5,300,000 3,500,000 600,000 8,400,000 23,718,750 3,656,360 45,175,110
AGUS CATUR
5 MUSTOFA
5,470,000 3,500,000 600,000 8,400,000 23,800,000 3,087,948 44,857,948
6 PURWANTO 5,455,000 3,500,000 600,000 8,400,000 25,502,500 2,761,480 46,218,980
7 JAMALUDIN 5,450,000 3,450,000 600,000 8,400,000 25,502,500 3,642,080 47,044,580
8 KUSMANTO 5,356,000 3,000,000 600,000 8,400,000 25,493,750 3,102,636 45,952,386
9 HADI UTOMO 5,356,000 3,000,000 600,000 8,400,000 25,656,250 3,102,636 46,114,886
10 HARNINGSIH 5,366,000 3,000,000 600,000 8,400,000 24,043,938 3,102,636 44,512,574
Minimal 5,300,000 3,000,000 600,000 8,400,000 23,330,000 2,761,480 44,512,574
Maksimal 5,470,000 3,700,000 600,000 8,400,000 27,001,625 3,656,360 48,098,705
Rata-rata 5,393,900 3,405,000 600,000 8,400,000 25,105,094 3,142,974 46,046,967
156

Lampiran 5. Rincian Penerimaan Usaha Penangkapan GILL NET dan TRAMMEL NET di Kabupaten Pati .
A. Modal Usaha <100 Juta
A. TPI Bajomulyo I
Musim Musim Musim
Jumlah
Puncak Biasa Paceklik
Penerimaan
No. Nama Jumlah (Kg/Trip) Penerimaan Jumlah (Kg/Trip) Penerimaan Jumlah (Kg/Trip) Penerimaan (Kg/Trip)
(Rp/Tahun)
1 SUPRIJANTO 120 50 120.000.000 80 30 60.000.000 75 20 37.500.000 100 217.500.000
2 SUHARNO 120 50 120.000.000 85 30 63.750.000 78 20 39.000.000 100 222.750.000
TEGUH
3 PRASETYO
115 50 115.000.000 85 30 63.750.000 80 20 40.000.000 100 218.750.000
4 AHMAD ZUHRI 120 50 120.000.000 85 30 63.750.000 82 20 41.000.000 100 224.750.000
5 SUKANDAR 120 50 120.000.000 85 30 63.750.000 85 20 42.500.000 100 226.250.000
6 SUTRESNO 118 50 118.000.000 80 30 60.000.000 82 20 41.000.000 100 219.000.000
7 MATROKIM 120 50 120.000.000 86 30 64.500.000 75 20 37.500.000 100 222.000.000
8 SUGIYONO 112 50 112.000.000 87 30 65.250.000 78 20 39.000.000 100 216.250.000
MUHAMMAD
9 ABDURROHMAN
120 50 120.000.000 82 30 61.500.000 75 20 37.500.000 100 219.000.000
10 SUDADI 117 50 117.000.000 85 30 63.750.000 80 20 40.000.000 100 220.750.000
Minimal 112 50 112.000.000 80 30 60.000.000 75 20 37.500.000 100 216.250.000
Maksimal 120 50 120.000.000 87 30 65.250.000 85 20 42.500.000 100 226.250.000
Rata-rata 118 50 118.200.000 84 30 63.000.000 79 20 39.500.000 100 220.700.000
157

B. TPI Bajomulyo II

Musim Musim Musim


Jumlah
Puncak Biasa Paceklik
Penerimaan
No. Nama Jumlah (Kg/Trip) Penerimaan Jumlah (Kg/Trip) Penerimaan Jumlah (Kg/Trip) Penerimaan (Kg/Trip)
(Rp/Tahun)
1 SUPARDI 118 50 118.000.000 80 30 60.000.000 82 20 41.000.000 100 219.000.000
DWI
2 PURNOMO
120 50 120.000.000 85 30 63.750.000 75 20 37.500.000 100 221.250.000
3 SUYANTO 112 50 112.000.000 85 30 63.750.000 78 20 39.000.000 100 214.750.000
4 SUPAIMAN 120 50 120.000.000 85 30 63.750.000 75 20 37.500.000 100 221.250.000
5 JUMADI 117 50 117.000.000 82 30 61.500.000 80 20 40.000.000 100 218.500.000
FACHUR
6 ROHMAN
120 50 120.000.000 85 30 63.750.000 75 20 37.500.000 100 221.250.000
PUTUT DWI
7 ATMOJO
120 50 120.000.000 85 30 63.750.000 78 20 39.000.000 100 222.750.000
8 JAWADI 115 50 115.000.000 80 30 60.000.000 80 20 40.000.000 100 215.000.000
9 SUPARDI 120 50 120.000.000 86 30 64.500.000 82 20 41.000.000 100 225.500.000
10 SARDI 120 50 120.000.000 87 30 65.250.000 85 20 42.500.000 100 227.750.000
Minimal 112 50 112.000.000 82 30 60.000.000 75 20 37.500.000 100 214.750.000
Maksimal 120 50 120.000.000 85 30 65.250.000 85 20 42.500.000 100 227.750.000
Rata-rata 118 50 118.200.000 84 30 63.000.000 79 20 39.500.000 100 220.700.000
158

C. TPI Pecangaan
Musim Musim Musim
Jumlah
Puncak Biasa Paceklik
Penerimaan
No. Nama Jumlah (Kg/Trip) Penerimaan Jumlah (Kg/Trip) Penerimaan Jumlah (Kg/Trip) Penerimaan (Kg/Trip)
(Rp/Tahun)
1 KARSAN 120 50 120.000.000 85 30 63.750.000 75 20 37.500.000 100 221.250.000
2 SUWARTO 120 50 120.000.000 85 30 63.750.000 78 20 39.000.000 100 222.750.000
3 YUNUS 115 50 115.000.000 80 30 60.000.000 80 20 40.000.000 100 215.000.000
4 SUMARTONO 120 50 120.000.000 86 30 64.500.000 82 20 41.000.000 100 225.500.000
5 SURATNO 120 50 120.000.000 87 30 65.250.000 85 20 42.500.000 100 227.750.000
6 SUKARNO 118 50 118.000.000 80 30 60.000.000 82 20 41.000.000 100 219.000.000
7 SANI 120 50 120.000.000 85 30 63.750.000 75 20 37.500.000 100 221.250.000
8 KARNAWI 112 50 112.000.000 85 30 63.750.000 78 20 39.000.000 100 214.750.000
9 RATMAN 120 50 120.000.000 85 30 63.750.000 75 20 37.500.000 100 221.250.000
10 KASNAWI 117 50 117.000.000 82 30 61.500.000 80 20 40.000.000 100 218.500.000
Minimal 112 50 112.000.000 80 30 60.000.000 75 20 37.500.000 100 214.750.000
Maksimal 120 50 120.000.000 87 30 65.250.000 85 20 42.500.000 100 227.750.000
Rata-rata 118 50 118.200.000 84 30 63.000.000 79 20 39.500.000 100 220.700.000
159

D. TPI Margomulyo

Musim Musim Musim


Jumlah
Puncak Biasa Paceklik
Penerimaan
No. Nama Jumlah (Kg/Trip) Penerimaan Jumlah (Kg/Trip) Penerimaan Jumlah (Kg/Trip) Penerimaan (Kg/Trip)
(Rp/Tahun)
1 JUPRI 118 50 118.000.000 85 30 63.750.000 82 20 41.000.000 100 222.750.000
2 BARNO 120 50 120.000.000 85 30 63.750.000 75 20 37.500.000 100 221.250.000
3 SOLIKIN 112 50 112.000.000 80 30 60.000.000 78 20 39.000.000 100 211.000.000
4 JUPURI 120 50 120.000.000 86 30 64.500.000 75 20 37.500.000 100 222.000.000
SLAMET
5 RIYANTO
117 50 117.000.000 87 30 65.250.000 80 20 40.000.000 100 222.250.000
6 MUSTOFI 120 50 120.000.000 80 30 60.000.000 75 20 37.500.000 100 217.500.000
7 RIYADI 120 50 120.000.000 85 30 63.750.000 78 20 39.000.000 100 222.750.000
8 SALWANI 115 50 115.000.000 85 30 63.750.000 80 20 40.000.000 100 218.750.000
9 PAYADI 120 50 120.000.000 85 30 63.750.000 82 20 41.000.000 100 224.750.000
10 SADIMAN 120 50 120.000.000 82 30 61.500.000 85 20 42.500.000 100 224.000.000
Minimal 112 50 112.000.000 80 30 60.000.000 75 20 30.000.000 100 211.000.000
Maksimal 120 50 120.000.000 87 30 65.250.000 85 20 42.500.000 100 224.750.000
Rata-rata 118 50 118.200.000 84 30 63.000.000 79 20 39.500.000 100 220.700.000
160

E. TPI Sambiroto

Musim Musim Musim


Jumlah
Puncak Biasa Paceklik
Penerimaan
No. Nama Jumlah (Kg/Trip) Penerimaan Jumlah (Kg/Trip) Penerimaan Jumlah (Kg/Trip) Penerimaan (Kg/Trip)
(Rp/Tahun)
1 SUPRIYANTO 120 50 120.000.000 85 30 63.750.000 75 20 37.500.000 100 221.250.000
AHMAD
2 SHOFI
120 50 120.000.000 85 30 63.750.000 78 20 39.000.000 100 222.750.000
MOHAMMAD
3 MUHTAR
115 50 115.000.000 80 30 60.000.000 80 20 40.000.000 100 215.000.000
ABDUL
4 HARIS
120 50 120.000.000 86 30 64.500.000 82 20 41.000.000 100 225.500.000
ABDUL
5 LATIF
120 50 120.000.000 87 30 65.250.000 85 20 42.500.000 100 227.750.000
ABDUL
6 HAJAR
118 50 118.000.000 80 30 60.000.000 82 20 41.000.000 100 219.000.000
7 HAYADI 120 50 120.000.000 85 30 63.750.000 75 20 37.500.000 100 221.250.000
8 IMRONI 112 50 112.000.000 85 30 63.750.000 78 20 39.000.000 100 214.750.000
ANGGOLA
9 SULISTIADI
120 50 120.000.000 85 30 63.750.000 75 20 37.500.000 100 221.250.000
DJOYO
10 SUNARTO
117 50 117.000.000 82 30 61.500.000 80 20 40.000.000 100 218.500.000
Minimal 112 50 112.000.000 80 30 60.000.000 75 20 37.500.000 100 214.750.000
Maksimal 120 50 120.000.000 87 30 65.250.000 85 20 42.500.000 100 227.750.000
Rata-rata 118 50 118.200.000 84 30 63.000.000 79 20 39.500.000 100 220.700.000
161

F.TPI Banyutowo

Musim Musim Musim


Jumlah
Puncak Biasa Paceklik
Penerimaan
No. Nama Jumlah (Kg/Trip) Penerimaan Jumlah (Kg/Trip) Penerimaan Jumlah (Kg/Trip) Penerimaan (Kg/Trip)
(Rp/Tahun)
1 PRAYOGO 118 50 118.000.000 80 30 60.000.000 82 20 41.000.000 100 219.000.000
2 HARNINGSIH 120 50 120.000.000 85 30 63.750.000 75 20 37.500.000 100 221.250.000
3 SUMARNO 112 50 112.000.000 85 30 63.750.000 78 20 39.000.000 100 214.750.000
4 RUSTANTO 120 50 120.000.000 85 30 63.750.000 75 20 37.500.000 100 221.250.000
AGUS
CATUR 117 50 117.000.000 82 30 61.500.000 80 20 40.000.000 100
5 MUSTOFA 218.500.000
6 PURWANTO 120 50 120.000.000 85 30 63.750.000 75 20 37.500.000 100 221.250.000
7 JAMALUDIN 120 50 120.000.000 85 30 63.750.000 78 20 39.000.000 100 222.750.000
8 KUSMANTO 115 50 115.000.000 80 30 60.000.000 80 20 40.000.000 100 215.000.000
HADI
9 UTOMO
120 50 120.000.000 86 30 64.500.000 82 20 41.000.000 100 225.500.000
10 HARNINGSIH 120 50 120.000.000 87 30 65.250.000 85 20 42.500.000 100 227.750.000
Minimal 112 50 112.000.000 80 30 60.000.000 75 20 37.500.000 100 214.750.000
Maksimal 120 50 120.000.000 87 30 65.250.000 85 20 42.500.000 100 227.750.000
Rata-rata 118 50 118.200.000 84 30 63.000.000 79 20 39.500.000 100 220.700.000
162

G. TPI Puncel

Musim Musim Musim


Jumlah
Puncak Biasa Paceklik
Penerimaan
No. Nama Jumlah (Kg/Trip) Penerimaan Jumlah (Kg/Trip) Penerimaan Jumlah (Kg/Trip) Penerimaan (Kg/Trip)
(Rp/Tahun)
1 SUPAR 118 50 118.000.000 85 30 63.750.000 82 20 41.000.000 100 222.750.000
2 SUPAR 120 50 120.000.000 85 30 63.750.000 75 20 37.500.000 100 221.250.000
ANZAS
3 SUDARSONO
112 50 112.000.000 80 30 60.000.000 78 20 39.000.000 100 211.000.000
4 WAIDI 120 50 120.000.000 86 30 64.500.000 75 20 37.500.000 100 222.000.000
5 JAMAWI 117 50 117.000.000 87 30 65.250.000 80 20 40.000.000 100 222.250.000
INDRA
6 SUGIYONO
120 50 120.000.000 80 30 60.000.000 75 20 37.500.000 100 217.500.000
7 SURADI 120 50 120.000.000 85 30 63.750.000 78 20 39.000.000 100 222.750.000
8 SUTRISNO 115 50 115.000.000 85 30 63.750.000 80 20 40.000.000 100 218.750.000
INDAH AYU
9 PRAWITASARI
120 50 120.000.000 85 30 63.750.000 82 20 41.000.000 100 224.750.000
10 SUMIRAH 120 50 120.000.000 82 30 61.500.000 85 20 42.500.000 100 224.000.000
Minimal 112 50 112.000.000 80 30 60.000.000 75 20 37.500.000 100 211.000.000
Maksimal 120 50 120.000.000 87 30 65.250.000 85 20 42.500.000 100 224.750.000
Rata-rata 118 50 118.200.000 84 30 63.000.000 79 20 39.500.000 100 220.700.000
163

H. TPI Alasdowo

Musim Musim Musim


Jumlah
Puncak Biasa Paceklik
Penerimaan
No. Nama Jumlah (Kg/Trip) Penerimaan Jumlah (Kg/Trip) Penerimaan Jumlah (Kg/Trip) Penerimaan (Kg/Trip)
(Rp/Tahun)
1 NGATONO 120 50 120.000.000 85 30 63.750.000 82 20 32.800.000 100 216.550.000
2 SUHARNO 120 50 120.000.000 85 30 63.750.000 75 20 30.000.000 100 213.750.000
3 SUNARTO 115 50 115.000.000 80 30 60.000.000 78 20 31.200.000 100 206.200.000
EKO
4 PUJIANTO
120 50 120.000.000 86 30 64.500.000 75 20 30.000.000 100 214.500.000
5 RAKIDIN 120 50 120.000.000 87 30 65.250.000 80 20 32.000.000 100 217.250.000
JOYO
6 LEKSONO
118 50 118.000.000 80 30 60.000.000 75 20 30.000.000 100 208.000.000
MUKTI
7 WIDODO
120 50 120.000.000 85 30 63.750.000 78 20 31.200.000 100 214.950.000
8 SUMADI 112 50 112.000.000 85 30 63.750.000 80 20 32.000.000 100 207.750.000
9 SUPRIYANTO 120 50 120.000.000 85 30 63.750.000 82 20 32.800.000 100 216.550.000
10 SUKO 117 50 117.000.000 82 30 61.500.000 85 20 34.000.000 100 212.500.000
Minimal 112 50 112.000.000 80 30 60.000.000 75 20 30.000.000 100 206.200.000
Maksimal 120 50 120.000.000 87 30 65.250.000 85 20 34.000.000 100 217.250.000
Rata-rata 118 50 118.200.000 84 30 63.000.000 79 20 31.600.000 100 212.800.000
164

Keterangan:
Musim Puncak : Januari, Februari, Maret dan April
Satu tahun rata-rata musim
Modal Usaha <100 Juta : 20 trip (Gill net )

Musim Biasa : Mei, Juni,Juli, Agustus, September, Desember


Modal Usaha <100 Juta : 16 trip (Gill net )

Musim Paceklik : Oktober dan November


Modal Usaha <100 Juta : 16 trip (Gill net )

Satu trip Gill net 1-10 hari


165

Lampiran 6. Rincian Keuntungan Pertahun Usaha Penangkapan Gill net dan


Trammerl Net di Kabupaten Pati.
a. Modal Usaha <100 Juta

Tahun Penerimaan Total Outflow Laba/Rugi


(Rp)
1. 188,864,500 181,643,440 7,221,060

2. 192,075,197 96,479,352 95,595,845

3. 195,340,475 138,750,804 56,589,671

4. 198,661,263 102,354,944 96,306,319

5. 202,038,504 147,200,728 54,837,776

6. 205,473,159 121,059,251 84,413,908

7. 208,966,203 156,165,252 52,800,950

8. 212,518,628 115,201,392 97,317,237

9. 216,131,445 165,675,716 50,455,729

10 219,805,679 122,217,156 97,588,523

Jumlah 2,039,875,052 1,346,748,036 693,127,016

Rata-rata 203,987,505 154,683,938 18,581,134


166

Lampiran 7. Asumsi yang Digunakan Pada


Perhitungan Analisis Finansial Usaha Penangkapan
Gill net di Kabupaten Pati
1. Jumlah Operasi Alat Tangkap Gill net dan Trammerl Net
No. Musim Jumlah
Trip/Tahun
1. Puncak

(Januari Februari, Maret dan April)

Modal usaha < 100 Juta 20

2. Biasa

(Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Desember)

Modal usaha < 100 Juta 16

3. Paceklik

( Oktober dan November)

Modal usaha < 100 Juta 6

Total Trip/Tahun

Modal usaha < 100 Juta 42

2. Harga Ikan Hasil Tangkapan Setiap Musim


No. Hasil Tangkapan Harga (Rp/Kg)
Musim Puncak Musim Biasa Musim Paceklik
1. Tenggiri 20.000 45.000 70.000
(Scomberromorus
commersoni)
2. Tongkol 10.000 15.000 20.000
(Euthynnus affinis)
3. Ikan Cucut 16.000 17.000 19.000
(Rhizoprionodon acutus)
4. Barakuda 22.000 22.000 22.000
(Sphyraena barracuda)

Asumsi lain-lain:
-
Tingkat suku bunga bank 6% Proyeksi laba (rugi) : 10
167

Lampiran 8. Rata-Rata Cashflow Alat Tangkap Gill net dan Trammerl Net
a. Modal Usaha <100 Juta
Cash Flow
<100JT
Cash Flow
N/thn
Cash Flow /thn 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Cash inflow
(A)
Penerimaan 188,864,500 192,075,19 195,340,47 198,661,26
7 5 3 202,038,50 205,473,15 208,966,20 212,518,62 216,131,44 219,805,67
4 9 3 8 5 9
Total 2,039,875,05
penerimaan 2

Rata-rata 203,987,505
penerimaan
Cash outflow
(B)
Modal
Investasi

Kapal
40,100,000
Mesin Utama 6,920,866
5,970,000
Mesin Bantu 5,550,025
4,787,500
Alat Tangkap
37,000,000 39,253,300 41,643,826 44,179,935 46,870,493
Alat Bantu
116,667 123,772 131,309 139,306 147,790
Total 0 0 12,470,891 0 0
87,974,167 39,377,072 41,775,135 44,319,241 47,018,283
Total 272,934,788
investasi
168

Lampiran 8. Lanjutan

Modal Kerja
Solar 5,664,900 5,834,847 6,009,892 6,190,189 6,375,895 6,567,172 6,764,187 6,967,112 7,176,126 7,391,410
Perbekalan 7,551,000 7,777,530 8,010,856 8,251,182 8,498,717 8,753,679 9,016,289 9,286,778 9,565,381 9,852,342
Oli 600,000 618,000 636,540 655,636 675,305 695,564 716,431 737,924 760,062 782,864
Es 8,400,000 8,652,000 8,911,560 9,178,907 9,454,274 9,737,902 10,030,039 10,330,940 10,640,869 10,960,095
Tenaga Kerja 28,256,00
25,105,094 25,858,247 26,633,994 27,433,014 4 29,103,684 29,976,795 30,876,099 31,802,382 32,756,453
Retribusi 3,210,697 3,307,017 3,406,228 3,508,415 3,613,667 3,722,077 3,833,740 3,948,752 4,067,214 4,189,231
Total Modal 56,873,86
Kerja 50,531,690 52,047,641 53,609,070 55,217,342 3 58,580,078 60,337,481 62,147,605 64,012,033 65,932,394
Biaya
Perawatan
Kapal 2,500,000 2,575,000 2,652,250 2,731,818 2,813,772 2,898,185 2,985,131 3,074,685 3,166,925 3,261,933

Mesin Utama 625,000 643,750 663,063 682,954 703,443 724,546 746,283 768,671 791,731 815,483

Mesin Bantu 543,750 560,063 576,864 594,170 611,995 630,355 649,266 668,744 688,806 709,470

Alat Tangkap 1,016,000 1,046,480 1,077,874 1,110,211 1,143,517 1,177,822 1,213,157 1,249,552 1,287,038 1,325,650

Alat Bantu 145,833 150,208 154,715 159,356 164,137 169,061 174,133 179,357 184,737 190,279
169

Lampiran 8. Lanjutan

Biaya Penyusutan

Kapal 5,117,000 5,270,510 5,428,625 5,591,484 5,759,229 5,932,005 6,109,966 6,293,265 6,482,063 6,676,524
Mesin Utama 1,089,000 1,121,670 1,155,320 1,189,980 1,225,679 1,262,449 1,300,323 1,339,333 1,379,513 1,420,898
Mesin Bantu 679,000 699,370 720,351 741,962 764,220 787,147 810,762 835,084 860,137 885,941
Alat Tangkap 31,132,000 32,065,960 33,027,939 34,018,777 35,039,340 36,090,520 37,173,236 38,288,433 39,437,086 40,620,199
Alat Bantu 75,000 77,250 79,568 81,955 84,413 86,946 89,554 92,241 95,008 97,858
Total Biaya 38,092,000 39,234,760 40,411,803 41,624,157 42,872,882 44,159,068 45,483,840 46,848,355 48,253,806 49,701,420
Penyusutan
Total Biaya 4,830,583 4,975,501 5,124,766 5,278,509 5,436,864 5,599,970 5,767,969 5,941,008 6,119,238 6,302,816
Perawatan
Biaya 215,000 221,450 228,094 234,936 241,984 249,244 256,721 264,423 272,356 280,526
Administrasi
Biaya Tetap 43,137,583 44,431,711 45,764,662 47,137,602 48,551,730 50,008,282 51,508,530 53,053,786 54,645,400 56,284,762
Total
Outflow 181,643,440 96,479,352 138,750,804 102,354,944 147,200,728 121,059,251 156,165,252 115,201,392 165,675,716 122,217,156
Total 1,546,839,377
Outflow
170

Lampiran 8. Lanjutan

Laba/Rugi 7,221,060 95,595,845 56,589,671 96,306,319 54,837,776 84,413,908 52,800,950 97,317,237 50,455,729 97,588,523
Laba/Rugi 693,127,016

Faktor 1 0.94 0.89 0.84 0.79 0.75 0.7 0.67 0.63 0.59
Diskonto
(DF) 6%
Laba Rugi
PV 6% 7,221,060 90,184,759 50,364,606 80,860,642 43,436,655 63,078,982 37,222,586 64,721,520 31,656,548 57,762,497
Faktor 6%
Diskonto
(DF)
IRR 35%
NPV 526,509,856

B/C RATIO 1.51

PP 0.4

ROI 25%
171

Lampiran 9. Armada Penangkapan Gill net

Tampak Atas

Tampak Samping

Tampak Depan
Skala 1:100
Sumber: Hasil Penelitian, 2020.
172

Lampiran 10. Desain Alat Tangkap Gill net

Sumber: Hasil Penelitian 2020


173

Lampiran 11. Konstruksi Alat Tangkap Gill net

Keterangan :
11. Pelampung tanda

12. Pelampung

13. Tali ris atas

14. Tali pelampung

15. Serampat atas

16. Badan jaring

17. Serampat bawah

18. Tali pemberat

19. Tali ris bawah

20. Pemberat
174

Lampiran 12. Desain Alat Tangkap Trammel Net

#11,8 PA,Ø0.03

#2,2,PA,Ø0.03

#11,8 PA,Ø0.03

80 cm

23 cm 0 2 4 6 8m
0,87 0,54 cm
cm
cm vcccmcm
3,84 cm 0,5 cm
cm vcccmc
m cm
175

Lampiran 13. Konstruksi Alat Tangkap Trammel Net 1


2
3
43
5
6

6
7
6
8

9
6

6
10
9
0 2 4 6 8m

Keterangan:
1. Pelampung
2. Tali Pelampung
3. Tali Ris Atas
4. Tali Serampat Atas
5. Badan Jaring (Outter)

6. Badan Jaring (Inner)


7. Tali Serampat Bawah
8. Tali Ris Bawah
9. Tali Pemberat
10. Pemberat
176

Lampiran 14. Konstruksi Armada Penangkapan Trammel net

Tampak Samping

D = 0,55 cm

Ldl = 7 m

Loa = 8 m

Tampak Atas

Bmax = 1.4 m

Skala 1:61
177

Dokumentasi Penelitian

Kantor Pelabuhan Perikanan Pantai Bajomulyo

Pelabuhan Perikanan Pantai Bajomulyo


178

TPI Pelabuhan Perikanan Pantai Bajomulyo

Tempat Bersandar Kapal


179

Wawancara Nelayan Alat Tangkap Gill net

Armada Alat Tangkap Gill net


180

Alat Tangkap Gill net

Pengukuran Alat Tangkap Gill net


181

Wawancara Nelayan Trammel net

Pengukuran Kapal Trammel net


182

Mesin Kapal Trammel net


183

RIWAYAT HIDUP

Penulis Lahir di Bandar Lampung pada tangkal 16 Juni 1998.

Penulis merupakan anak tunggal yang merupakan putra dari

pasangan Bapak Rapani Isbandi dan Ibu Lailal Khairiyah

Yuniarti. Penulis memulai pendidikan di SD Meridian

International School Kiev, Ukraine tahun 2004-2010, SMP

International School Of Tomorrow Moscow, Russia tahun 2010-2013, dan SMA

Pribadi Depok pada tahun 2013-2016. Pada tahun 2016, penulis dinyatakan lulus

diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,

Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan, Universitas Diponegoro Semarang, melalui

jalur Ujian Mandiri Universitas Diponegoro.

Penulis telah berhasil menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan

(PKL) pada bulan Mei 2019 dengan judul “ Studi Perikanan Tangkap Pancing

Ulur di Desa Kilangan, Kecamatan Singkil, Kabupaten Aceh Singkil”. Pada bulan

Januari-Februari tahun 2020 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di

Desa Bumirejo, Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti beberapa kegiatan

organisasi. Penulis pernah menjadi anggota aktif Ikatan Mahasiswa Lampung

UNDIP 2016-2020, dan anggota aktif Marine And Fisheries English Society

FPIK UNDIP 2017-2018. Sebagai tugas akhir, penulis melaksanakan penelitian

dan menyusun sebuah skripsi dengan judul “Analisis Teknis Dan Finansial Usaha

Perikanan Tangkap Gill net dan Trammel net di Kabupaten Pati, Provinsi Jawa

Tengah”.
184

Anda mungkin juga menyukai