Anda di halaman 1dari 18

USULAN PENELITIAN

ASPEK TEKNIS DAN PENDAPATAN HASIL TANGKAPAN


MENGGUNAKAN ALAT TANGKAP JALA DI SUNGAI
MERANGIN DESA PULAU RENGAS

OLEH:
IKLIL WATAN
E1E018064

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN


FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI
2022
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI......................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1. Latar belakang.....................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................3
1.3. Hipotesis..............................................................................................3
1.4. Tujuan Penelitian.................................................................................3
1.5. Manfaat................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................5
2.1. Analisis Aspek Teknis Jala.................................................................5
2.1.1. Alat Tangkap Jala........................................................................5
2.1.2. Kontruksi Jala..............................................................................5
2.1.3. Metode Pengoperasian Jala..........................................................6
2.1.4. Daerah Penangkapan Alat Tangkap Jala......................................8
2.1.5. Hasil Tangkapan Alat Tangkap Jala............................................8
2.1.6. Kapal Penangkapan......................................................................9
2.2. Analisis Aspek Ekonomis...................................................................9
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................11
3.1. Tempat dan waktu.............................................................................11
3.2. Materi................................................................................................11
3.3. Metode Penelitian..............................................................................11
3.4. Data yang Dihimpun.........................................................................12
3.5. Analisis Data.....................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................15

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai 2/3
wilayahnya adalah perairan laut. Dengan panjang pantai 95.181 km², dan luas
perairan 5,8 juta km², serta telah diakui dunia memiliki 17.500 pulau (Marhaeni
Ria Siombo, 2010). Sebagai negara maritim yang kaya akan sumber daya kelautan
tentunya pendapat masyarakat dalam bidang penangkapan ikan laut sangat besar.
Namun keadaanya tidak sesuai dengan kondisi yang ada. Dilihat dari realitas
usaha dibidang penangkapan ikan bagi masyarat pesisir ternyata tidak mencukupi
kebutuhan pokok bagi keluarga nelayan sehari-hari. Hal ini seperti dinyatakan
oleh Ketua Umum DPP Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Yussuf
Solichien Martadiningrat bahwa sedikitnya 14, 58 juta atau sekitar 90% dari 16, 2
juta nelayan di Indonesia masih hidup dibawah garis kemiskinan.(Anhar,2018)
Kabupaten Merangin secara geografis terletak antara 1010 32’39” –
1020 38’35” Bujur Timur dan 10 39’23” – 20 46’9” Lintang Selatan. Sebelah
utara berbatasan dengan Kabupaten Bungo, sebelah timur berbatasan dengan
Kabupaten Sarolangun, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Lebong dan
sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kerinci. Luas wilayah Kabupaten
Merangin 7.679 km2. Kabupaten merangin terbagi menjadi 24 Kecamatan, 205
desa dan 10 kelurahan, salah satu kecamatan dikabupaten merangin adalah
kecamatan Bangko Barat. (badan statistic kabupaten merangin dalam angka,
(2020).
Kecamatan Bangko Barat yang memiliki luas 2,56% dari luas
keseleuruhan kabupaten merangin yaitu sebesar 196,47 km 2 dengan jumlah
penduduk 11.059 jiwa pada tahun 2019. (badan statistic kabupaten merangin
dalam angka, (2020). Kecamatan Bangko Barat terbagi menjadi 6 desa yaitu
bedeng rejo, bukit beringin, sungai putih, pulau rengas, biuku tanjung, dang pulau
rengan ulu. Produksi perikanan diwilayah bangko barat pada periaran umum
sebnyaak 22,67 ton pada tahun 2017 dan mengalami peningkatan pada tahun 2018
yantu sebanyak 320 ton. dengan jumlah produksi perikanan kolam yang menurun

1
dari tahun 2017-2018 yaitu dari 32.65 ton menjadi 24.74 ton. Salah satu wilayah
yang dikenal dengan komoditas di bidang perikanan yaitu Desa Pulau Rengas.
Desa Pulau Rengas menyimpan kekayaan alam dan potensi dalam
beberapa sektor. Disektor perikanan tangkap kawasan Teluk Cempi memiliki
komoditas unggulan antara lain ikan Tilan, ikan Lampam,ikan Baung, ikan
Gabus, ikan Kapiat, ikan Lele, ikan Sandrik dan berbagai jenis ikan ekonomis
lainya. Adapu alat tangkap yang biasa digunakan masyarakat nelayan Desa Pulau
Rengas yaitu Rawai, Jala dan Pukat biasa (Gill net mini), namun alat tangkap
yang paling banyak di gunakan di desa Pulau Rengas adalah Jala.
Banyaknya masyarakat nelayan di pulau rengas menggunakan alat
tangkap Jala adalah alat tangkap yang sederhana, praktis dan tidak membutuhkan
biaya yang besar dalam pembuatan. Jala termasuk alat tangkap sederhana yang
prinsipnya mengurung ikan sehingga ikan tidak dapat melarikan diri. Selain itu,
alat tangkap ini berpotensi menangkap ikan dalam jumlah yang banyak jika pada
waktu pengoperasian dan ukuran mata jaring (mesh size) mengenai sasaran yang
diinginkan.(Bandi et al, 2021).
Pada umumnya nelayan di Desa Pulau Rengas mayoritas menggunakan
usaha penangkapan ikan skala kecil atau peralatan tradisional yang masih
mengandalkan kebiasaan dalam kegiatan menangkap ikan seperti metode
pengoperasiannya, daerah penangkapan dan musim penangkapan ikan. Dalam
proses penangkapan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil tangkap adalah
teknis dalam pengoperasian alat tangkap, sehingga semakin efektif dan efisien
teknis dalam menangkap ikan maka kemungkinan besar memperoleh hasil
tangkapan yang banyak sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
Namun pendapatan nelayan juga di pengaruhi oleh beberapa hal yaitu tingkat
keuntungan dan biaya operasional. Semakin banyak hasil tangkapan nelayan,
maka pendapatannya semakin besar, untuk memperoleh keuntung yang tinggi,
maka biaya operasional harus diminimalkan. Berdasarkan uraian tersebut maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “aspek teknis dan pendapatan
hasil tangkapan menggunakan alat tangkap Jala di sungai Merangin Desa Pulau
Rengas”

2
1.2. Rumusan Masalah
Jala merupakan salah satu jenis alat tangkap ikan yang banyak digunakan
oleh nelayan khususnya nelayan yang berada di Desa Pulau Rengas, alat tangkap
Jala telah digunakan sejak lama oleh masyarakat dan masih memiliki eksistensi
hingga sekarang. Akan tetapi, belum ada data dan penelitian secara mendetail
mengenai aspek-aspek teknis dan pendapatan pada usaha penangkapan ikan oleh
masyarakat Desa Pulau Rengas dengan menggunakan alat tangkap Jala.
Kurangnya informasi dan pengetahuan masyarakat yang berkaitan tentang aspek
teknis dan pendapatan pada usaha penangkapan, nelayan hanya menangkap tanpa
mempertimbangkan teknis dan hasil pendapatanya.
Berdasarkan hal tersebut, perumusan masalah penelitian yang dilakukan
akan diuraikan pada pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana aspek teknis penangkapan ikan di sungai merangin oleh
masyarakat Desa Pulau Rengas menggunakan Jala?
2. Bagaimana tingkat pendapatan masyarakat Desa Pulau Rengas dengan
menangkap ikan dengan alat tangkap Jala?

1.3. Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
H0 : faktor teknis tidak memberikan berpengaruh yang nyata terhadap hasil
tangkapan serta menentukan apakah aspek pendaptan tidak memberikan
keuntungan terhadap hasil penangkapan ikan dengan menggunakan Jala.

H1 : faktor teknis memberikan pengaruh yang nyata terhadap hasil tangkapan


serta menentukan apakah aspek pendapatan memberikan keuntungan
terhadap hasil penangkapan ikan dengan menggunakan Jala.

1.4. Tujuan Penelitian.


Tujuan penelitian ini ialah untuk menganalisis aspek teknis dan
Pendapatan hasil tangkapan masyarakat di Sungai Merangin Desa Pulau Rengas
dengan menggunakan alat tangkap Jala.

3
1.5. Manfaat.
Hasil Penelitian diharapkan dapat memjadi wawasan baru terhadap
penulis dan pembaca mengenai teknis dan pendapatam dari hasil tangkapan
masyarakat di Sungai Merangin Desa Pulau Rengas dengan menggunakan alat
tangkap Jala, serta dapat memberi informasi untuk pengembangan usaha
perikanan tangkap dan hasil tangkapan masyarakat di Sungai Merangin Desa
Pulau Rengas.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Analisis Aspek Teknis Jala

2.1.1. Alat Tangkap Jala


Alat tangkap Jala Tebar termasuk dengan kriteria yang kurang
memenuhi persyaratan sebagai alat tangkap yang ramah lingkungan karena
selektifitasnya rendah, hal ini menyebabkan banyak ikan-ikan yang masih
undersize dan ikan-ikan hasil tangkapan sampingan (By-Catch) ikut tertangkap
dengan alat tangkap tersebut. (Ningtyas et al, 2019).
Jala yang dikenal dengan sebutan Dalombo di Kampung Binewas,
Propinsi Sulawesi Utara merupakan salah satu alat penangkapan ikan yang ramah
lingkungan karena alat tangkap ini dioperasikan di pinggiran pantai yang dangkal.
(Sarapil et al, 2018).
Alat tangkap Jala / Dalombo berpotensi menangkap ikan dalam jumlah
yang banyak jika pada waktu pengoperasiannya mengenai sasaran yang
diinginkan. (Sarapil et al, 2018).
Jala termasuk alat tangkap sederhana yang prinsipnya mengurung ikan
sehingga ikan tidak dapat melarikan diri. Selain itu, alat tangkap ini berpotensi
menangkap ikan dalam jumlah yang banyak jika pada waktu pengoperasian dan
ukuran mata jaring (mesh size) mengenai sasaran yang diinginkan. (Bandi et al,
2021).
Jala lempar (Cast net) adalah Jala ikan berbentuk lingkaran kecil dengan
pemberat pada tepi-tepinya, yang dilempar atau ditebar oleh nelayan. (Tehupuring
et al, 2020).

2.1.2. Kontruksi Jala


Alat tangkap Jala / Dalombo juga termasuk alat tangkap yang terbuat
dari bahan yang mudah diperoleh dan harganya tidak terlalu mahal seperti tali
nilon, tali senar, dan pemberat timah. Kontruksi Jala lempar terbagi menjadi
empat bagian yaitu tali penghubung, tali pemberat, pemberat dan badan jaring.

5
(Sarapil et al, 2018). Kontruksi Jala lempar dapat di lihat pada gambar di bawah
ini:

Sumber : Sarapil et al, (2018) dalam P3M Politeknik


Negeri Nusa Utara.

Gambar 1. Kontruksi Alat Tangkap Jala


Keterangan:
1. Tali Penghubung
2. Tali Pemberat
3. Pemberat
4. Badan Jaring

Masyarakat Desa Koto Petai menggunakan alat tangkap Jala dengan


beberapa ukuran mata jaring mulai dari 2,5 inchi, 3,0 inchi, 3,5 inchi, 4,0 inchi
dan 4,5 inchi. Mata jaring yang sering di gunakan oleh masyarakat sekitar adalah
ukuran mata jaring 2,5 inci dan 4,5.(Bandi et al, 2021)
Alat tangkap Jala terbuat dari bahan nilon multifilamen atau dari
monofilamenn yang berukuran 2 inci, memiliki jumlah pemberat 145 buah dan
memiliki panjang 5,26 meter. (Ningtyas et al, 2019).

2.1.3. Metode Pengoperasian Jala


Cara penggunaan alat tangkap tebar (Jala) adalah ditebar pada titik-titik
tertentu dan kemudian diangkat. Jaring tebar (Jala) rata-rata mempunyai ukuran
jaring 2,25-3 inchi. (Weri dan Sucahyo, 2017).
Pengoperasian API yang dijatuhkan atau ditebarkan dilakukan dengan
cara menjatuhkan/menebarkan pada suatu perairan dengan atau tanpa kapal
dimana target sasaran tangkapan berada. (Permen KKP-RI No 18 Tahun 2021).

6
Pengoperasian Jala lempar berbeda-beda tergantung pada ukuran badan
jaring. Bahkan ada yang memerlukan bantuan manusia maupun alat bantu untuk
mengoperasikan jaring.(Sarapil et al, 2018).
Menurut Aroef, (2009) menyatakan bahwa cara melemparkan Jala yaitu
dengan Teknik melipat Jala dari bagian atas hingga tinggi Jala hanya berkisar 1 m,
¼ dari badan Jala dan pemberat diletakkan di belakang kedua siku tangan. Jala
lempar merupakan alat tangkap aktif dengan metode dan Teknik tertentu dalam
pengoperasiannya.
Menurut Sarapil et al, (2018) menyatakan bahwa pengoperasian alat
tangkap Jala dimulai dengan setting yaitu pengaturan posisi jaring anatara lain tali
penghubung dilipat pada telapak tangan dan ujungnya terikat di salah satu
pergelangan tangan. Sebagian badan jaring dilipat menjadi 3 bagian tergantung
besarnya genggaman tangan nelayan. Bagian yang tidak dilipat memiliki Panjang
sekitar 1 m hingga ke bagian pemberat. Bagian tersebut dilipat menjadi 3 bagian
yang sama, dimana bagian pertama digantung pada lengan atas (kanan/kiri).
Kemudian, bagian kedua dihubungkan dengan bagian yang dilipat bersama
dengan tali penghubung. Dan, bagian ketiga dipegang oleh tangan yang satunya.
Jika sudah siap, maka alat tangkap siap dioperasikan. Jaring dilemparkan saat
nelayan melihat adanya gerombolan ikan. Setelah jaring didiamkan beberapa saat
setelah dilempar, lalu dilakukan hauling dengan menarik tali penghubung secara
perlahan, dengan cara dilipat dan digenggam pada telapak tangan diikuti dengan
menarik badan jaring dengan cara yang sama. Ketika menarik jaring, bagian
badan jaring yang tidak dilipat/digenggam harus di rapatkan agar ikan yang
terjerat tidak dapat meloloskan diri terutama ikan yang berukuran lebih besar dari
mata jaring.
Kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh nelayan Desa Talikuran
dimulai pada sore hari tepatnya pada jam 18.00 -19.00 dan sampai kedarat pada
pukul 06.00 pagi.(Tehupuring et al, 2020).
Aktivitas nelayan pengguna alat tangkap Jala tebar Rawapening pada
umunya dilakukan pada pagi hari, dibantu dengan perahu kayu. Ikan yang
ditangkap pada umumnya yang paling dominan adalah ikan mujahir

7
(Oreochromis mossambicus) dan ikan Wader Ijo (Puntius binotatus). (Ningtyas et
al, 2019).

2.1.4. Daerah Penangkapan Alat Tangkap Jala


Daerah penangkapan ikan alat tangkap Jala dilakukan di pinggiran pantai
dan di sekitaran bakau dengan kedalaman sekitar 0,5 – 3 m. operasi penangkapan
ikan dengan alat tangkap Jala dilakukan saat surut, karena alat tangkap ini
biasanya dioperasikan di perairan dangkal atau di pinggiran pantai. (Sarapil et al,
2018).
Jala tebar dioperasikan di sekitar pantai serta di Sungai, Danau, Waduk,
Rawa, dan genangan air lainnya di semua WPPNRI PD. Jala tebar yang
dioperasikan di sekitar pantai untuk menangkap ikan-ikan kecil, sedangkan Jala
jatuh berkapal dioperasikan di perairan yang lebih jauh dari pantai dengan atau
tanpa ABPI berupa lampu umumnya menangkap ikan pelagis dan moluska.
(Permen KKP-RI No 18 Tahun 2021).

2.1.5. Hasil Tangkapan Alat Tangkap Jala


Penelitian yang telah dilakukan bandi et al, (2021) menyatakan bahwa
penangkapan ikang menggunakan alat tangkap Jala di Desa Koto Petai Danau
Kerinci hanya mendapatkan dua spesies ikan yang tertangkap, yaitu ikan nila dan
ikan barau. Jenis ikan tersebut mendominasi hasil tangkapan dikarenakan kondisi
perairan saat penangkapan merupakan akhir musim penghujan, sehingga kondisi
perairan di lokasi penelitian yang masih pasang membuat jenis-jenis ikan lain
tersebar kesungai dan sawah, seperti ikan medik yang apabila musim penghujan
akan bermigrasi ke sungai.
Hasil tangkapan menggunakan alat tangkap Jala di danau sentani papua
mendapatkan hasil tangkapan dengan jenis dan ukuran yang berbeda-beda yaitu
ikan Gete-gete, ikan Tambakan, ikan Gabus merah, ikan Gabus hitam, ikan
Gastor, ikan Rainbow, ikan Mata merah dan ikan Nilem serta didominasi oleh
ikan Nila dan ikan Mujair. Namun hasil tangkapan yang paling banyak tertangkap
ialah ikan nilem, ikan rainbow dan ikan mata merah.(Umar dan makmur, 2006)
Target utama dari hasil tangkapan menggunakan alat tangkap Jala
lempar adalah ikan mujair atau nila. (Weri dan Sucahyo, 2017).

8
1.1.1. Kapal Penangkapan
Ukuran Kapal Penangkap Ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e terdiri atas: kapal tanpa motor, kapal motor berukuran ≤5 (kurang dari
atau sama dengan lima) gross tonnage, kapal motor berukuran >5 (lebih dari lima)
gross tonnage sampai dengan 10 (sepuluh) gross tonnage, dkapal motor berukuran
>10 (lebih dari sepuluh) gross tonnage sampai dengan 30 (tiga puluh) gross
tonnage dan kapal motor berukuran >30 (lebih dari tiga puluh) gross tonnage. .
(Permen KKP-RI No 18 Tahun 2021).
Jala tebar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf f angka 2
merupakan API yang bersifat pasif, dioperasikan tanpa menggunakan kapal, dan
menggunakan kapal tanpa motor atau kapal motor berukuran ≤5 (kurang dari atau
sama dengan lima) gross tonnage pada Jalur Penangkapan Ikan IA di semua
WPPNRI. .(Permen KKP-RI No 18 Tahun 2021).

2.1. Analisis Aspek Ekonomis


Jumlah hasil tangkapan nelayan berperan penting terhadap pendapatan
nelayan guna memenuhi kebutuhan rumah tangga nelayan tersebut. Besarnya
pendapatan akan menentukan tingkat kesejahteraan nelayan. Nelayan sebagai
pemeran utama dalam usaha perikanan seharusnya mendapatkan hak untuk hidup
berkecukupan. Kajian mengenai kelayakan usaha perikanan penting dilakukan
agar nelayan dapat mengetahui efisiensi tiap alat tangkap, sehingga nelayan dapat
menentukan alat tangkap yang mereka butuhkan untuk menunjang kebutuhan
hidup mereka. (Chairunnisa et al, 2018).
Menurut Gray et al (2005), untuk mengetahui kelayakan suatu usaha
perlu dilakukan pengujian melalui analisis finansial. Analisis finansial digunakan
untuk menentukan kelayakan usaha dilihat dari sudut pandang badan-badan atau
orang yang menanam modalnya serta yang berkepentingan langsung pada suatu
kegiatan usaha.
Analisis finansial dapat dilakukan melalui analisis usaha dan ananlisis
kriteria investasi. Analisis usaha yang dilakukan meliputi analisis pendapatan
usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya (Revenue-Cost Ratio), dan PP
(Payback-Period), ROI (Return on Investment) dilakukan untuk mengetahui
besarnya keuntungan yang diperoleh dibandingkan dengan besar investasi yang

9
ditanamkan sedangkan BEP (Break Event Point) digunakan untuk menghitung
harga jual dimana pada perusahaan tersebut tidak mengalami keuntungan dan
kerugian (Rangkuti, 2001).
Analisis krtiteria investasi meliputi NPV (Net Present Value), Net B/C
(Net Benefit Cost Ratio) IRR (Internal Rate of Return), Gross B/C (Gross Bnefit-
Cost Ratio) dan PV’/K (Profitability Ratio). Setiap kriterian investasi
menggunakan perjitungan nilai sekarang (present value) atas arus benefit dan
biaya selama umur proyek (Gray et al, 2005).

10
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan waktu


Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan …. Agustus
s/d …. September 2022, di Desa Pulau Rengas, Kecamatan Bangko Barat,
Kabupaten Merangin ,Provinsi Jambi.

3.1. Materi
Materi dan peralatan yang digunakan dalam penelitian yaitu lembar
kuisioner sebagai pedoman wawancara yang berupa catatan tertulis mengenai
pokok-pokok pertanyaan yang akan diajukan kepada nelayan (informan), alat
tulis, alat tangkap Jala, unit perahu penangkapan, timbangan untuk mengetahui
jumlah hasil tangkapan dan kamera (Handphone) yang digunakan sebagai
dokumentasi diperlukan selama berada dilapangan, data hasil tangkapan dan
laptop.

3.1. Metode Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan objek penelitian
yang terbatas yaitu perikanan tangkap dengan alat tangkap Jala yang ada di Desa
Pulau Rengas, Kecamatan Bangko Barat, Kabupaten Merangin. Metode deskriptif
merupakan suatu metode dalam menelitian status kelompok manusia, suatu objek,
suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kasus peristiwa pada
masa sekarang (Muttaqin, 2010 dalam meriya et al, 2021).
Pengambilan data dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dan
pengukuran secara langsung dilapangan dalam bentuk wawancara dan observasi
dengan menggunakan kuisioner yang sudah disiapkan sebelumnya terhadap 10
responden (nelayan) di Desa Pulau Rengas, Kecamatan Bangko Barat, Kabupaten
Merangin yang dilakukan selama 10 hari. Dari survei yang telah dilakukan
terdapat 10 nelayan yang menangkap ikan menggunakan alat tangkap Jala, Karena
menurut Arikunto (2010), apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil
semua populasi. Jika subjeknya lebih besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-

11
25%. Sehingga jumlah resoponden yang diwawancarai adalah seluruh jumlah
nelayan jala yang berjumlah 10 nelayan.

3.2. Data yang Dihimpun


Data yang dihimpun berupa data primer dan data sekunder, dimana data
primer yang diperoleh saat mewawancarai para nelayan meliputi ukuran perahu,
ukuran alat tangkap, jumlah tenaga kerja, jumlah penggunaan BBM, alat bantu
penangkapan ikan yang digunakan, jumlah dan jenis ikan hasil tangkapan.
Sedangkan data sekunder merupakan data yang di peroleh dari literatur penelitian
lainnya untuk menambah atapun membandingkan dengan tulisan-tulisan sejenis
terdahulu.
Ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas pada variabel faktor-faktor
produksi hasil tangkapan seperti panjang jaring, ukuran mata jaring, jumlah BBM,
jumlah ABK, lama perendaman, serta hasil tangkapan.

3.3. Analisis Data


Data yang telah selesai dikumpulkan kemudian ditabulasikan dalam
bentuk tabel dan grafik, kemudian diformulasikan dengan menggunakan rumus
rumus yang berlaku. Data aspek teknis dengan menggunakan rumus regresi linear
berganda. menurut Ghozali dan Imam, (2011) Hubungan fungsi antara satu
variabel terikat dengan lebih dari satu variabel bebasnya dapat dilakukan dengan
analisis regresi linier berganda, dimana hasil tangkapan sebagai variabel
terikatnya sedangkan panjang jaring, bbm, gt, abk dan lama perendaman sebagai
variabel bebasnya. Menurut Arifin et al, (2017) analisis regresi linear berganda
dengan rumus sebagai berikut:

𝑌 = 𝑎 0 + 𝑎 1 𝑋1 + 𝑎 2 𝑋2 + 𝑎 3 𝑋3 + 𝑎 4 𝑋4 + 𝑎 5 𝑋5 + e

Di mana:
Y : Dugaan nilai hasil tangkapan jaring Jala (kg)
X1 : Panjang jaring (M);
X2 : Ukuran mata jaring (inchi);
X3 : Jumlah ABK (orang);
X4 : Lama perendaman(jam);

12
a0 : Konstanta
a1, a2, a3,….a5 : Parameter yang di cari
e : Eror

Menurut Naharina (2017) sebelum analisa regresi linier dilakukan, maka


harus diuji dulu dengan uji asumsi klasik untuk memastikan apakah model regresi
yang digunakan tidak terdapat masalah multikolinieritas, heteroskedastisitas,
autokorelasi, normalitas. Jika terpenuhi maka model analisis layak untuk
digunakan.

Selanjutnya diteruskan dengan melakukan pengujian terhadap faktor-


faktor teknis. Pengujian faktor teknis produksi hasil tangkapan pukat cincin (Y)
dengan uji F. Dimana Menurut Fauzi et al (2021), bahwa Pengujian secara
simultan (uji F) digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat secara bersama-sama dengan cara membandingkan nilai
F-statistik dengan nilai F-tabel pada tingkat kepercayaan 95% atau = 0.05 atau
cukup melihat angka probabilitasnya dengan syarat nilai probabilitas dari F-
statistkik harus lebih kecil dari = 0.05 atau < 5%. Kaidah keputusan yang
digunakan sebagai berikut:

 H0 : diterima jika nilai F-statistic < F-tabel dan nilai Prob > 0.05 ( = 5%)
 H1 : diterima jika nilai F-statistic > F-tabel dan nilai Prob < 0.05 ( = 5%)

Kemudian dilakukan pengujian faktor teknis produksi hasil tangkapan


pukat cincin (Y) dengan uji statistik-T, menurut Fauzi et al (2021), Uji t dilakukan
untuk mengetauhi apakah variabel bebas yang terdiri dari panjang jaring, BBM,
GT, ABK, dan lama perendaman secara individu (parsial) berpengaruh nyata
terhadap variabel terikat yaitu hasil tangkapan ikan. Uji t-statistik dapat dilakukan
dengan membandingkan antara nilai t-statistik dengan nilai ttabel pada tingkat
kepercayaan 95% atau = 0.05 dengan 24 ketentuan degree of freedom (df) = n-k,
dimana n adalah besarnya sampel (jumlah responden), k adalah jumlah variabel
(variabel bebas dan terikat), atau cukup dengan melihat nilai probabilitas pada t-
statistik dengan syarat nilai probabilitas dari masingmasing variabel bebas harus
lebih kecil dari = 0.05 atau < 5%. Kaidah keputusan yang digunakan sebagai
berikut:

13
 H0 : diterima jika nilai t-statistic < t-tabel dan nilai Prob >0.05 ( = 5%)
 H1 : diterima jika nilai t-statistic > t-tabel dan nilai Prob <0.05 ( = 5%)

Analisis ekonomi dapat dilakukan dengan pendekatan analisis pendapatan


usaha (p) dalam pengembangan perikanan tangkap dapat dicari dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

p = TR - TC

Di mana :
TR = Total revenue (penerimaan total)
TC = Total cost (biaya total)

Cara menghitung total biaya (TC) menggunakan rumus sebagai:

TC= VC+FC
Dimana :
VC = Variabel Cost (Biaya Variabel)
FC = Fix Cost (Biaya Tetap)

Menghitung pendapatan (TR) mengunakan rumus sebagai berikut:

TR = P X Q
Dimana :
P = Price (harga penjualan)
Q = Total Qualiti (Jumlah output/ produksi)

Dengan kriteria usaha :


TR > TC : Usaha menguntungkan
TR = TC : Usaha pada titik keseimbangan (titik impas)
TR < TC : Usaha mengalami kerugian

14
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Teuku Zainal, Chaliluddin, and Siska Mellisa. 2017. Analisis Faktor-
Faktor Produksi Terhadap Hasil Tangkapan Purse Seine Di TPI Ujong
Baroh, Aceh Barat , Aceh Analysis of Production Factors on Catch of
Purse Seine in Ujong. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Dan Perikanan
Unsyiah 2(3):389–95
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Badan pusat statistik,, 2020. Kabupaten merangin dalam angka

Bandi. Z. N., Lisna dan Mulawarman, 2021. Perbandingan Hasil Tangkapan Jala
Lempar pada Ukuran Mata Jaring yang Berbeda di Danau Kerinci.
JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN. 26(1):13-16

Fauzi A., Nelwida dan Lisna. 2021. Pengaruh Faktor - Faktor Produksi Terhadap
Hasil Tangkapan Ikan Senangin (Eleutheronema Tetradactylum) Di
Kelurahan Kampung Nelayan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Program
Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Peternakan
Universitas Jambi.
Gray, C, S Payaman, LK Sabur, PFL Maspaitella dan RCG Varly, 2005.
Pengantar Evaluasi Proyek Edisi Kedua: Jakarta : PT/ Gramedia Pustaka
Utama. 317 hal

Meriya KN. C., Zamdial dan A. Muqsit.2021. Analisis Aspek Teknis Dan
Ekonomis Usaha Perikanan Tangkap Jaring Insang Di Desa Banjarsari,
Kecamatan Enggano. PENA Akuatika.20(1):80-92

Naharina. N. 2017. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Profitabilitas


Bank Pembangunan Daerah (Studi Kasus BPD Jawa Timur Periode 2006-
2016). Skripsi. Jurusan Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Universitas Brawijaya. Malang. Jawa Timur.
Ningtyas,L.M., B. B. Jayanto dan H. Boesono. 2019. Analisis Penggunaan Mesh
Size Berbeda Terhadap Hasil Tangkapan Pada Alat Tangkap Jala Tebar
(Falling Gear) Di Perairan Rawapening Kabupaten Semarang. Journal of
Fisheries Resources Utilization Management and Technology.8(1):51-56

Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 18 Tahun


2021 Tentang Penempatan Alat Penangkapan Ikan Dan Alat Bantu
Penangkapan Ikan Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik
Indonesia Dan Laut Lepas Serta Penataan Andon Penangkapan Ikan
Rangkuti. Freddy, 2001. Business Plan Teknis Membuat Perencanaan Bisnis dan
Analisis Kasus, Cet-ke 3 Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

15
Sarapil, C., Y. Kakampu, dan E. Kumaseh. 2018. Pengoperasian Alat Tangkap
Tradisional Dalombo (Jala Lempar) di Perairan Kampus Binebas
Kecamatan Tabukan Selatan Kabupaten Kepulauan Sangihe. Ilmiah
Tindalung, 4(1):1-5.

Tehupuring. A. S., J. F. Pangemanan dan L. K. Rarung.2020. Analisis Kelayakan


Usaha Alat Tangkap Jala Lempar (Cast Net) Di Danau Tondano Desa
Talikuran Kecamatan Remboken Kabupaten Minahasa.
AKULTURASI_jurnal ilmiah agrobisnis perikanan.8(1:55-61.

Weri M. N. dan Sucahyo. 2017. Keterkaitan Alat Tangkap Ikan dengan Jenis Ikan
yang Didapatkan di Rawa Pening. BIOEDUKASI.10(2)35-43.

16

Anda mungkin juga menyukai