Disusun oleh :
Riska Ayu Nuryahya
4443130741
Perikanan 6 A
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya kepada
saya sehingga dapat menyelesaikan makalah yang bertema Management
Perikanan yang berada di Provinsi Banten, dengan judul Faktor Internal Dan
Eksternal Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Secara Optimal Dan Berkelanjutan
Di Perairan Pulau Panjang Kabupaten Serang Provinsi Banten ini sebagai tugas
dari mata kuliah Analisis Sistem Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Tak lupa
juga saya mengucapkan terima kasih kepada Asep Hamzah S.Pi., M.Si selaku
dosen pengampu mata kuliah ini yang telah membimbing saya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Saya juga mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung penyusunan
makalah ini.
Saya berharap semoga makalah Analisis Sistem Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan ini bermanfaat untuk para pembaca. Untuk itu, kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat saya harapkan demi perbaikan dalam
penyusunan makalah untuk kedepannya.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................2
1.3 Tujuan................................................................................2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................3
2.1 Faktor Internal dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan
3
a. Motivasi berusaha dalam pengelolaan sumberdaya
perikanan................................................................................3
b. Sikap mandiri bagi pengelolaan sumberdaya perikanan...3
c. Pengeloaan keuangan sumber daya perikanan.................3
d. Daya kreativitas................................................................3
e. Keberanian mengambil risiko usaha pengelolaan
sumberdaya perikanan sangat tinggi......................................4
2.2 Faktor Eksternal (Lingkungan dari Dalam) Pengelolaan
Sumberdaya Perikanan..............................................................4
a. Pendidikan dan Pengalaman Tentang Pengelolaan
Sumberdaya Perikanan...........................................................4
b. Ekosistem Perairan di Sekitar Pulau Panjang.....................4
c. Perkembangan Teknologi...................................................5
d. Kesejahteraan Rumah Tangga Nelayan.............................5
e. Situasi Pasar......................................................................5
f. Dukungan Kebijakan Stakeholder......................................5
g. Situasi sosial budaya.........................................................6
2.3 Strategi pengembangan sumberdaya perikanan di Pulau
Panjang......................................................................................6
2
2.3 Penentuan diagram input output, sebab akibat dan
diagram tulang ikan atau ishikawa............................................7
a. Diagram Input Output........................................................7
b. Diagram Sebab Akibat.......................................................8
c. Diagram Ishikawa..............................................................9
BAB III
PENUTUP.....................................................................................10
3.1 Kesimpulan......................................................................10
3.2 Saran...............................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
Banten, sedangkan potensi lahan di sepajang garis pantai Pulau
Panjang 2500 ha (Bapenas, 2009). Pada tahun 2010 produksi
rumput laut basah mencapai 43,59 ton per musim tanam. Hasil
ikan tangkap yang terpenting dari nelayan Pulau Panjang yaitu
ikan pelagis besar seperti tongkol (Auxis hazard) dan tenggiri
(Scomberonomus comerson), ikan pelagis kecil seperti ikan
kembung (Rastrelliger sp.), tembang (Sardinella sp.), japuh
(Dussumeina sp.) dan julung-julung (Hemirhampus sp), ikan
demersal seperti kakap (Lates calcalifer), bambangan (Lutjanus
sanguines), cucut (Hemigaleus argentata), pari (Dasyatis sp.),
kuro (Elentherinema tetadacty), rajungan (Portunus pelagicus)
dan udang putih (Trygon sephen) (DKP Banten, 2010).
Perkembangan hasil tangkap ikan di Pulau Panjang dari tahun ke
tahun berfluktusai, selama lima tahun terakhir dari tahun 2005
sampai dengan 2010, rata-rata 1.543,25 ton. Jumlah tersebut
menyumbang 30% dari total hasil tangkapan yang ada di TPI
Karangantu. Nilai komersil dan pangsa pasar yang tinggi dari
komoditi perikanan merupakan peluang yang sekaligus
merupakan ancaman bagi kegiatan usaha perikanan
berkelanjutan. Meningkatnya aktivitas penangkapan melalui
peningkatan upaya penangkapan, akan memberikan tekanan
yang besar terhadap sumberdaya dan ekosistem yang mengarah
pada tangkap lebih (overfishing) baik secara biologi maupun
secara ekonomi. Overfishing secara biologi akan menurunkan
biomassa yang ditandai dengan penurunan jumlah hasil
tangkapan per unit (ukuran ikan hasil tangkapan semakin kecil
dan perubahan daerah penangkapan (fishing ground), penurunan
bilogi tersebut menyebabkan penurunan secara ekonomi
(penangkapan ikan menjadi tidak efisien). Ancaman tersebut
lebih lanjut lagi akan berdampak pada kesejahteraan nelayan
dan kerusakan eksosistem. Berdasarkan kondisi tersebut
2
dibutuhkan estimasi yang tepat terhadap perikanan baik hasil
tangkapan maupun hasil budidaya.
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui faktor internal
dan faktor eksternal dalam pengelolaan sumberdaya perikanan dan mengetahui
strategi dalam pengembangan sumberdaya perikanan di Pulau Panjang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
b. Sikap mandiri bagi pengelolaan sumberdaya perikanan
Sikap mandiri bagi nelayan laut merupakan modal dasar
untuk menjamin keberlangsungan usaha. Sikap mandiri
pengelolaan sumberdaya perikanan cukup baik meliputi sikap
nelayan untuk mencoba tidak selalu tergantung pada pemilik
modal. Hal ini terbukti bagi pengelolaan sumberdaya perikanan
yang sudah lama berkecimpung dalam kelompok nelayan,
mereka sudah mandiri walaupun pada kondisi tertentu masih ada
yang meminjam modal pada tengkulak. Sikap mandiri lainnya
terlihat dalam perencanaan usaha, mereka merenca-nakan
sendiri mulai dari penyediaan sarana produksi sampai dengan
pemasaran.
d. Daya kreativitas
Daya kreativtas pengelolaan sumberdaya perikanan tidak
nampak dapat dikatakan kurang berkembang. Rendahnya daya
kreativi-tas ini dapat dilihat dari penguasaan teknologi yang tidak
berkembang. Serta upaya (effort) mereka untuk mengolah hasil
perikanan menjadi produk lain yang memiliki nilai yang lebih
tinggi dapat dikatakan tidak ada.
4
e. Keberanian mengambil risiko usaha pengelolaan sumberdaya
perikanan sangat tinggi
Nelayan kadang melampaui daya risiko usaha. Persepsi yang
ada pada pengelolaan sumberdaya perikanan secara bebas
memanfaatkan areal laut dengan leluasa, sedangkan usaha
untuk meminimalisasi risiko tersebut sangat sedikit.
5
melebihi tonase tersebut, biaya yang dikeluarkan oleh nelayan
tidak sanggup lagi merespon hasil panen perikanan. Kasus yang
terjadi pada pengelolaan sumberdaya perikanan, sudah menu-
run hampir 30 %. Rata-rata hasil tangkapan nelayan per satu kali
tangkap 3 ku sampai 4 ku.
c. Perkembangan Teknologi
Perkembangan teknologi yang berkaitan dengan perikanan
tidak menunjukkan trend yang meningkat, dan keterlambatan
perkembangan teknologi ini yang mempercepat penurunan daya
dukung ekosistem perairan Pulau Panjang. Perairan Pulau
Panjang merupakan tumpuan bagi masyarakat nelayan dan
karakteristik pengelolaan perikanan ini bersifat common good
sumberdaya milik bersama, karakteristik seperti ini biasanya
cepat menguras sumber daya yang tersedia, dan apabila
terdapat kelambatan dalam perkemba-ngan teknologi akan
mempercepat pengurasan sumberdaya.
d. Kesejahteraan Rumah Tangga Nelayan
Kesejahteraan rumah tangga nelayan, sangat menunjang
bagi keberlangsungan pengelolaan perikanan. Kesejahteraan
tersebut berkaitan dengan peluang pengelolaan perikanan. Masa
menunda merupakan hal yang penting bagi pengelolaan
perikanan. Pada saat masa menunda penjualan hasil perikanan
merupakan masa untuk mencari peluang harga pasar yang
sangat menguntungkan. Walaupun haga hasil perikanan sudah
ditetapkan secara internasional (khusus untuk teri), tetapi
praktek di lapangan, pihak yang menentukan harga pada
umumnya para tengkulak.
e. Situasi Pasar
Situasi pasar, untuk pemasaran perikanan masih terbuka
lebar. Hasil perikanan dijual oleh nelayan dalam bentuk hasil
olahan. Proses penjualan ini mempengaruhi perolehan nilai
tambah (perolehan nilai tambah yang diterima pengelola
sumberdaya perikanan terbatas), sedangkan berdasarkan
6
wawancara dengan pihak industri, nelayan mempunyai peluang
untuk meningkatkan nilai tambah dengan cara merubah wujud
produk, seperti produk rumput laut menjadi tepung rumput laut.
Untuk memperluas pangsa pasar dan meningkatkan nilai tambah
diperlukan inovasi teknologi bagi nelayan.
f. Dukungan Kebijakan Stakeholder
Dukungan kebijakan stakeholder memegang peranan
penting, untuk pengembangan dan pengelolaan perikanan
dimasa yang akan datang. Tidak ada kebijakan yang mengatur
tentang pengeloaan wilayah laut. Hal ini menyebabkan setiap
penduduk yang ada di Pulau Panjang tanpa batas dalam
memanfaatkan areal laut.
g. Situasi sosial budaya
Situasi sosial budaya sangat berpengaruh terhadap
keberlanjutan usaha perikanan. Terutama berkaitan dengan
pemahaman pengelolaan sumberdaya perikanan tentang
kepemilikan dan penguasaan areal laut. Pengelolaan sumberdaya
perikanan menganggap laut sebagai lahan usaha terpenting dan
merupakan anugerah Tuhan yang diperoleh secara gratis.
Persepsi mendasar ini akan mempercepat kerusakan
sumberdaya areal laut.
7
Faktor-faktor strategi internal dapat diidentifikasi kedalam 1
kelompok aspek dari individu nelayan. Sedangkan faktor-faktor
strategi eksternal meliputi aspek dari individu nelayan, sosial
ekonomi pembudidaya, kebijakan, aspek kekuatan hukum, aspek
kelembagaan.
Aspek dari individu pengelolaan sumberdaya perikanan yang
terpenting adalah motivasi berusaha para nelayan laut, sikap
mandiri dan tanggung jawab terhadap pekerjaan, pengelolaan
keuangan, daya kreativitas, keberanian mengambil risiko dalam
berusaha.
Aspek alam dan ekosistem yang terpenting adalah
lingkungan perairan di Pulau Panjang dan disekitar Pulau
Panjang, perkembangan dan kemajuan teknologi pengelolaan
perairan di kawasan Pulau Panjang, aspek sosial dan ekonomi
nelayan yang terpenting yaitu tingkat kesejahteraan rumah
tangga nelayan laut, budaya dan sosial masya-rakat nelayan
laut, situasi pasar. Aspek kebijakan yang terpenting yaitu duku-
ngan kebijakan dari para stakeholder dan peraturan-peraturan
minimal perdes (peraturan desa). Aspek kelembagaan usaha
yang terpenting yaitu aspek wadah usaha model koperasi.
2.3 Penentuan diagram input output, sebab akibat dan diagram tulang
ikan atau ishikawa
Manajemen pengendalian
Pendapatan asli
Hasil tangkapan
daerah
Teknologi
penangkapan
Pendapatan nelayan
Keterampilan nelayan
Faktor internal
Tenaga kerja
c. Diagram Ishikawa
Teknologi
Pendapatan
Jumlah nelayan
Tidak tetap
Kesejahteraan
nelayan masih
rendah dan
kerusakan
ekosistem
Rendah
Kurang
Pengetahuan Pengelolaan
(pendidikan) Pulau Panjang
nelayan
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Faktor internal dalam pemberdayaan pengelolaan
sumberdaya perikanan yaitu motivasi berusaha para nelayan
laut, sikap mandiri dan tanggung jawab terhadap pekerjaan,
pengelolaan keuangan, daya kreativitas serta kemampuan
menganalisa usaha. Sedangkan faktor strategis eksternal yaitu
lingkungan perairan Pulau Panjang dan sekitar Pulau Panjang,
perkembangan dan kemajuan teknologi pengelolaan perairan di
kawasan Pulau Panjang, perkembangan dan kemajuan teknologi
pengelolaan perairan di kawasan Pulau Panjang, budaya dan
sosial masyarakat nelayan laut, situasi pasar, ketersediaan alat
dan bahan atau sarana produksi secara lokal, dukungan
11
kebijakan stakeholder, peraturan per-aturan minimal perdes, dan
wadah usaha model koperasi.
3.2 Saran
Sebaiknya dalam memberdayaan dan tidak terjadi
overfishing secara biologi yang dapat menurunkan biomassa
ditandai dengan penurunan jumlah hasil tangkapan per unit
(ukuran ikan hasil tangkapan semakin kecil dan perubahan
daerah penangkapan (fishing ground), serta penurunan bilogi
yang menyebabkan penurunan secara ekonomi (penangkapan
ikan menjadi tidak efisien). Hal ini menjadi ancaman lebih lanjut
lagi dan berdampak pada kesejahteraan nelayan serta kerusakan
eksosistem. Berdasarkan kondisi tersebut dibutuhkan estimasi
yang tepat terhadap perikanan baik hasil tangkapan maupun
hasil budidaya.
DAFTAR PUSTAKA
12