Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)

“Teknik Pembenihan Ikan Bawal (Colossoma macropomum) di Kolam


Pembibitan UPT Perikanan Budidaya Air Tawar (PBAT) di Desa Penataan
Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur”

Disusun Oleh

Billiyan Mochammad Rizaldi

(H04217004)

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji kahadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapang tentang “Teknik
Pembenihan dan Analisis Parameter Fisika – Kimia Perairan Kolam Pembibitan
Ikan Bawal (Colossoma macropomum) di UPT Perikanan Budidaya di Desa
Penataan Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur” ini
dapat terselesaikan. Laporan ini disusun berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapang
yang dilaksanakan di Balai Benih Ikan di Desa Penataan Kecamatan Winongan,
Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur pada tanggal 06 Januari – 28 Februari
2020.

Dalam penyusunan laporan PKL, patut kiranya penulis mengucapkan terima


kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Dr. Eni Purwati, M.Ag. sebagai Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
2. Asri Sawiji, M.T sebagai Ketua Program Studi Ilmu Kelautan Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya dan sebagai dosen pembimbing PKL
yang telah memberikan arahan, petunjuk, bimbingan mulai dari awal sampai
tersusunnya laporan ini.
3. Sigit Afendy, S.Pi sebagai kepala UPT Perikanan Budidaya Air Tawar
(PBAT) Desa Penataan Kecamatan Winongan Kabupaten Pasuruan.
4. Doddy Gunawan H.N, A.md sebagai pembimbing Lapang yang telah
memberikan bimbingannya selama kegiatan PKL di UPT Perikanan
Budidaya Desa Penataan Kecamatan Winongan Kabupaten Pasuruan.
5. Kepada Kedua orang tua saya, ayahanda Nursalim dan Ibunda Safuwah
yang dengan tulus mendoakan, memberi kasih saying serta semangat agar
tidak mudah menyerah dan focus dalam menyelesaikan studi.
6. Kepada sahabat saya Ashil Falih Kes Foh Al Ghozali, Teman – Teman dari
SMKN 1 Grati dan SMK Al - Inabah.

Penulis menyadari bahwa laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini masih
belum sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis

ii
harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penulis berharap
semoga laporan ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi kepada semua
pihak, khusus bagi Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya guna kemajuan serta
perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang perikanan, terutama budidaya
perikanan.

Surabaya, 28 Februari 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 2
1.1 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 4
2.1 Budidaya ............................................................................................................ 4
2.2 Teknik Pemijahan ............................................................................................. 8
2.3 Deskripsi Ikan Bawal Air Tawar ................................................................... 10
2.4 Klasifikasi Ikan Bawal Air Tawar ................................................................. 11
2.5 Morfologi Ikan Bawal Air Tawar .................................................................. 12
2.6 Habitat Ikan Bawal ......................................................................................... 13
2.7 Pakan Ikan Bawal ........................................................................................... 14
2.8 Pertumbuhan Ikan Bawal .............................................................................. 20
2.9 Pembenihan Ikan Bawal................................................................................. 21
2.10 Parameter Kualitas Air .................................................................................. 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................... 28
3.1 Waktu dan Lokasi ........................................................................................... 28
3.2 Metode Kerja ................................................................................................... 28
3.3 Jadwal Pelaksanaan ........................................................................................ 29
3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 32
4.1 Gambaran Umum Tempat Praktek Kerja Lapang (PKL) ......................... 32
4.2 Parameter Kualitas Air .................................................................................. 36
4.3 Teknik Pembenihan Ikan Bawal Air Tawar ................................................ 37
BAB V PENUTUP........................................................................................................... 45
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 45
5.2 Saran ................................................................................................................ 46
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 47
Lampiran ........................................................................................................................... 51

iv
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan Bawal air tawar (Colossoma macropomum) merupakan jenis ikan air
tawar yang mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Ikan Bawal air
tawar (Colossoma macropomum) ini berasal dari Amerika dan banyak
ditemukan di Perairan Sungai Amazon, Brazil dan Sungai Orinoco,
Venezuela. Ikan bawal air tawar pertama masuk ke Indonesia pada tahun
1980 (Putri, 2011). Ikan Bawal air tawar (Colossoma macropomum) sering
dibudidayakan karena tahan terhadap berbagai jenis penyakit, dan memiliki
laju pertumbuhannya yang relatif cepat.

Permasalahan yang umum dijumpai dalam budidaya ikan Bawal Air Tawar
adalah masih rendahnya ketersediaan benih. Usaha penyediaan benih ikan
bawal yang berkualitas dengan jumlah yang banyak serta
berkesinambungan masih banyak menemukan kendala antara lain adalah
kegagalan pembenihan yang masih tinggi sehingga berdampak pada
ketidakpastian perolehan pendapatan usaha pembenihan ikan bawal air
tawar (Brajamusti, 2008). Pemijahan ikan bawal di kolam hanya dapat
dilakukan dengan cara hipofisasi atau rangsangan hormon (induce
spawning) menggunakan ekstrak kelenjar hipofisa, ovaprim, atau LHRH-a.
Selanjutnya, induk yang telah dirangsang dipijahkan secara alami ataupun
dilakukan stripping atau ovulasi buatan (Djarijah, 2001).

Air adalah sumber daya alam yang sangat penting bagi kelangsungan hidup
ikan. Ikan memerlukan air dengan kondisi yang baik agar ikan dapat hidup
sehat dan tumbuh secara optimal sehingga dapat meningkatkan
kelangsungan hidup dan pertumbuhan (Pramleonita. dkk, 2018). Ikan
sangat peka terhadap perubahan lingkungan perairan, sehingga kualitas dari
air yang digunakan sebagai habitatnya sangat penting. Kualitas air diartikan
sebagai kesesuaian air untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan
(Ahmad, 2004). Parameter Fisika dan Kimia sangat berpengaruh untuk
kelangsungan hidup ikan, salah satu parameter yang dilihat secara fisika

1
adalah warna, suhu, dan kecerahan, sedangkan parameter kimia yang dilihat
antara lain pH, dissolved oxygen/oksigen terlarut (DO), kesadahan
(Hardness), karbondioksida (CO2), dan Ammonia untuk parameter kimia.
(Pramleonita. dkk, 2018)

Masalah yang biasanya selalu timbul dalam sistem budidaya ikan air tawar
adalah pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh berbagai kegiatan
disekitar perairan. Pencemaran ini dapat berupa pencemaran fisika – kimia
khususnya (suhu, kecerahan, pH, oksigen terlarut, nitrat, fosfat, amoniak
dan BOD). Para pakar dan pengelola perairan selalu menganjurkan bahwa
penelitian pencemaran perairan perlu dilaksanakan secara
berkesinambungan mengingat setiap waktu dapat saja terjadi perubahan
lingkungan (Dundu dkk, 1993).

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengaji tentang


teknik pembenihan ikan bawal air tawar serta parameter kualitas perairan
terhadap proses pemijahan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh parameter kualitas air terhadap proses pemijahan
ikan bawal air tawar?

2. Bagaimana teknik pemijahan ikan bawal air tawar di UPT Perikanan


Budidaya Air Tawar (PBAT) Desa Penataan Kecamatan Winongan?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui pengaruh parameter fisika – kimia terhadap proses
pemijahan ikan bawal air tawar.

2. Untuk mengetahui teknik pemijahan ikan bawal air tawar di UPT


Perikanan Budidaya Air Tawar (PBAT) Desa Penataan Kecamatan
Winongan.

2
1.1 Manfaat Penelitian
Dengan adanya Praktek Kerja Lapang (PKL) ini diharapkan mahasiswa
dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, serta wawasan tentang
teknik pembenihan ikan bawal air tawar dan mengetahui faktor – faktor
yang berpengaruh terhadap proses pemijahan.

3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Budidaya
Budidaya adalah kegiatan untuk memproduksi biota (organisme)
akuatik di lingkungan terkontrol dalam rangka mendapatkan keuntungan
(profit). Akuakultur berasal dari bahasa Inggris aquaculture (aqua =
perairan; culture = budidaya) dan diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia
menjadi budidaya perairan atau budidaya perikanan. Oleh karena itu,
akuakultur dapat didefinisikan menjadi campur tangan (upaya - upaya)
manusia untuk meningkatkan produktivitas perairan melalui kegiatan
budidaya. Kegiatan budidaya yang dimaksud adalah kegiatan pemeliharaan
untuk memperbanyak (reproduksi), menumbuhkan (growth), serta
meningkatkan mutu biota akuatik sehingga diperoleh keuntungan (Effendi,
2004).
Potensi sumberdaya perikanan yang dimiliki serta dalam rangka
menghadapi tantangan global termasuk di bidang perikanan maka visi
pembangunan perikanan budidaya adalah: perikanan budidaya sebagai
salah satu sumber pertumbuhan ekonomi andalan yang diwujudkan melalui
system budidaya yang berdaya saing, berkelanjutan dan berkeadilan. Untuk
mencapai visi tersebut, maka misi yang akan dilaksanakan adalah (1)
Pembangunan perikanan secara bertanggung jawab dan ramah lingkungan;
(2) Orientasi pembangunan perikanan budidaya berbasis ilmu pengetahuan
dan teknologi; (3) Pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan petani
ikan; (4) Penyediaan bahan pangan, bahan baku industry dan peningkatan
ekspor; (5) Penciptaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha; (6)
Penciptaan kualitas sumber daya manusia; (7) Pencipataan iklim usaha yang
kondusif; (8) Pengembangan kelembagaan dan pembangunan kapasitas; (9)
Pemulihan dan perlindungan sumberdaya dan lingkungan. Sejalan dengan
visi dan misi tersebut di atas, maka tujuan pengembangan sistem
pembudidayaan ikan adalah:

4
a. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
pembudidaya ikan;
b. Meningkatkan mutu produksi dan produktifitas usaha perikanan
budidaya untuk penyediaan bahan baku industry perikanan dalam
negeri, meningkatkan ekspor hasil perikanan budidaya dan
memenuhi kebutuhan konsumsi ikan masya-rakat;
c. Meningkatkan upaya perlindungan dan rehabilitasi sumberdaya
perikanan budidaya.

Peningkatan teknologi budidaya perikanan menjadi penting dalam


pencapaian tujuan tersebut di atas. Upaya ini dilakukan dengan
memperhatikan potensi sumberdaya lahan, pemahaman terhadap faktor
kelayakan budidaya, tingkatan teknologi budidaya dan pemanfaatan plasma
nutfah ikan budidaya (Sukardi, 2002).

1. Sarana dan prasarana


Sarana budidaya adalah semua fasilitas yang dimanfaatkan untuk
kegiatan operasional, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sarana dibagi menjadi sarana pokok dan sarana penunjang. Sarana
pokok adalah fasilitas yang digunakan secara langsung untuk kegiatan
produksi, sedangkan sarana penunjang adalah fasilitas yang tidak
digunakan secara langsung untuk proses produksi tetapi sangat
menunjang kelancaran produksi. Sarana penunjang yang dimaksud
antara lain jalan, gudang pakan, gudang peralatan mekanik, kendaraan,
sarana laboratorium, dan sarana komunikasi. Beberapa sarana pokok
dalam budidaya adalah (Kordi, 2009) sebagai berikut :
a. Reservior atau tandon air berfungsi sebagai penampung air,
mengendapkan lumpur, dan cadangan air tambak.
b. Aerator untuk mempertahankan oksigen dan mempertahankan
oksigen terlarut agar berkisar pada konsentrasi jenuh 6-7 ppm.
c. Pompa air untuk mengatur kedalaman air dan sebagai alat bantu
dalam pergantian air.

5
d. Pakan dalam budidaya merupakan bagian dari upaya
mempertahankan pertumbuhan optimal ikan.
e. Peralatan panen, alat utama untuk panen adalah jala, jaring arad,
dan bak penampung ikan, dan bak pengangkut hasil panen.

2. Teknologi Budidaya
Tingkat teknologi budidaya dalam akuakultur berbeda-beda.
Perbedaan tingkat teknologi ini akan berpengaruh terhadap produksi dan
produktivitas yang dihasilkan. Berdasarkan tingkat teknologi dan
produksi yang dihasilkan, kegiatan akuakultur dapat dibedakan menjadi
akuakultur yang ekstensif atau tradisional, akuakultur yang semi
intensif, akuakultur intensif, dan akuakultur hiper intensif. Pengertian
dan perbedaan karakteristik masing-masing kategori tersebut dapat
dilihat sebagai berikut (Crespi dan Coche, 2008):

a. Ekstensif (Tradisional)
Ekstensi adalah sistem produksi yang bercirikan: (i) tingkat
kontrol yang rendah (contoh terhadap lingkungan, nutrisi, predator,
penyakit); (ii) biaya awal rendah, level teknologi rendah, dan level
efisiensi rendah (hasil tidak lebih dari 500 kg/ha/tahun); (iii)
ketergantungan tinggi terhadap cuaca dan kualitas air lokal;
menggunakan badan-badan air alami. Produksi yang dihasilkan dari
sistem ini adalah kurang dari 500kg/ha pertahun.

b. Semi Intensif
Semi intensif adalah sistem budidaya berkarakteristik produksi
2 sampai 20 ton/ha/tahun, yang sebgian besar tergantung makanan
alami, didukung oleh pemupukan dan ditambah pakan buatan, benih
berasal dari pembenihan, penggunaan pupuk secara reguler,
beberapa menggunakan pergantian air atau aerasi, biasanya
menggunakan pompa atau gravitasi untuk suplai air, umumnya

6
memakai kolam yang sudah dimodifikasi. Produksi yang dihasilkan
dari sistem ini adalah 2.000-20.000kg/ha pertahun.

c. Intensif
Intensif adalah sistem budidaya yang bercirikan (i) produksi
mencapai 200 ton/ha/tahun; (ii) tingkat kontrol yang tinggi; (iii)
biaya awal yang tinggi, tingkat teknologi tinggi, dan efisiensi
produksi yang tinggi; (iv) mengarah kepada tidak terpengaruh
terhadap iklim dan kualitas air lokal; (v) menggunakan sistem
budidaya buatan. Produksi yang dihasilkan dari sistem ini adalah
20.000-200.000 kg/ha pertahun.

d. Hiper Intensif
Hiper intensif adalah sistem budidaya dengan karakteristik
produksi rata-rata lebih dari 200 ton/ha/tahun, menggunakan pakan
buatan sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan makanan organisme
yang dibudidayakan, benih berasal dari hatchery/pembenihan, tidak
menggunakan pupuk, pencegahan penuh terhadap predator dan
pencurian, terkoordinasi dan terkendali, suplai air dengan pompa
atau memanfaatkan gravitasi, penggantian air dan aerasi sepenuhnya
Untuk peningkatan kualitas air, dapat berupa kolam air deras,
karamba atau tank. Produksi yang dihasilkan dari sistem ini adalah
lebih dari 200.000 kg/ha pertahun.

7
2.2 Teknik Pemijahan
Teknik pemijahan adalah proses perkawinan yang terjadi antara
indukan jantan dan indukan betina yang mengeluarkan sel sperma dan sel
telur dan terjadi diluar tubuh ikan (eksternal). Umumnya pemijahan dalam
usaha pembenihan dilakukan yaitu untuk melestarikan dan mendapatkan
benih unggul yang nantinya dapat memiliki harga jual, sedangkan untuk
usaha pembesaran pemijahan dilakukan untuk mendapatkan calon indukan
baru yang lebih berkualitas (Khairuman, 2002).
Teknik pemijahan dapat dilakukan dengan tiga macam cara yaitu,
pemijahan alami (natural spawning), pemijahan semi alami (induced
spawning) dan pemijahan buatan (induced breeding) (Bond, 1979).

1. Teknik Pemijahan Alami


Yaitu teknik pemijahan tanpa melibatkan bantuan dari manusia
pada saat proses pemijahan yang dilakukan dengan cara menyeleksi
indukan terlebih dahulu yang sudah matang gonad dengan perbandingan
jantan dan betina 1 : 1, kemudian induk jantan dan induk betina
diletakkan kedalam kolam khusus pemijahan dan didalam kolam
tersebut sudah dimasukkan alat kakaban (ijuk yang diapit oleh bambu)
guna menempelnya telur setelah proses pemijahan, kemudian proses
pemijahan memerlukan waktu 1 x 24 jam (Susanto, 2011).

2. Teknik Pemijahan Semi Alami


Teknik pemijahan ini memiliki metode yang hampir sama dengan
teknik pemijahan buatan, dimulai dengan cara merangsang indukan
betina dengan menggunakan tambahan suntikan kelenjar hipofisa atau
suntikkan hormon jenis ovaprim kemudian dipijahkan alami dalam satu
kolam khusus pemijahan. Perbedaan pemijahan semi alami dengan
pemijahan buatan yaitu terdapat pada proses setelah melakukan
penyuntikkan hormon, kemudian indukan jantan dan betina diletakkan
kedalam kolam pemijahan hingga proses pembuahan selesai dan telur
menempel pada kakaban yang telah disediakan. Sedangkan pada proses

8
pemijahan buatan dilakukan dengan mengambil sel sperma indukan
jantan dan sel telur indukan betina kemudian proses dilakukan diluar
kolam pemijahan atau diwadah khusus sampai proses pembuahan
selesai kemudian ditebar kedalam kolam pemijahan hingga telur
menetas (Susanto, 2011).

3. Teknik Pemijahan Buatan


Yaitu dilakukan dengan cara merangsang indukan betina dengan
menggunakan tambahan suntikan hormon seperti ovaprim untuk
mempercepat matangnya gonad, kemudian dipijahkan secara buatan.
Pada pemijahan buatan, induk betina dan jantan yang digunakan adalah
dengan perbandingan 1 : 1 (sel telur dari 1 kg indukan betina dapat
dibuahi dengan sperma dari indukan jantan 1 kg) dan dilakukan diluar
kolam pemijahan. Metode pengambilan sperma indukan jantan yaitu
dengan melakukan pembedahan dimulai dari bagian anus hingga
kebelakang insang dan dipotong secara vertikal tepat dibelakang insang
sehingga ikan terpisah antara badan dan kepala (Susanto, 2011). Hal ini
sesuai dengan pendapat menurut Hernowo (2008) pengambilan kantung
sperma dengan cara pembedahan pada indukan jantan dimulai dari anus
dengan menggunakan garis diagonal seperti huruf “Y”.
Kantung sperma berjumlah 2 buah kemudian dipotong dan
diencerkan dengan menggunalkan Nacl sebanyak 50 ml. Cairan sperma
hanya dapat digunakan dalam jangka waktu kurang lebih 2 menit. Hal
ini sesuai dengan pendapat menurut Gusrina (2008) bahwa sperma yang
telah dihaluskan hanya dapat bertahan kurang lebih 1 menit dan cairan
berwarna keruh. Metode pengambilan sel telur indukan betina yaitu
dengan menggunakan teknik Streeping/Pengurutan, dilakukan setelah
24 jam penyuntikkan hormon.
Teknik pengurutan dilakukan dengan cara mengurut perut dari arah
kepala ke arah lubang genital sampai dapat dirasakan sel telur telah
habis. Setelah proses Streeping kemudian melakukan penghitungan
fekunditas telur yang dihasilkan dengan cara menimbang berat indukan

9
betina sebelum proses Streeping dikurangi berat setelah proses
Streeping. Setelah itu melakukan pembuahan dengan cara
mencampurkan sel sperma dan sel telur pada wadah yang telah
disiapkan.
Pembuahan berlangsung cepat karena sperma hanya aktif bergerak
dan bertahan hidup kurang lebih satu menit setelah terkena air. Setelah
itu telur yang telah dibuahi ditebar secara merata pada kolam khusus
pemijahan hingga proses penetasan telur terjadi (Susanto, 1999).

2.3 Deskripsi Ikan Bawal Air Tawar


Ikan bawal mempunyai bentuk badan yang sedikit bulat dan pipih
dengan kepala hampir bulat, sisik kecil, punggung berwana abu-abu tua,
perut berwarna putih abu-abu dan merah. Gigi ikan bawal tajam, namun
tidak seganas seperti ikan piranha. Ikan ini berasal dari Brazil dan dapat
ditemukan di sungai-sungai besar seperti Amazon (Brazil) dengan nama
Tambaqui. Sedangkan untuk di beberapa negara lain, ikan ini mempunyai
nama seperti diantaranya adalah Gamitama (Peru), Red Bally Pacu
(Amerika Serikat dan Inggris) dan Cachama (Venezuela). Ikan bawal hidup
secara bergerombol di daerah yang airnya tenang. Mulanya ikan bawal
diperdagangkan sebagai ikan hias. Namun dagingnya yang enak dan ukuran
ikan yang cukup besar, masyarakat menjadikan ikan bawal sebagai ikan
konsumsi. Induk ikan bawal jantan dan betina pada saat masih kecil sangat
sulit dibedakan, tetapi setelah dewasa, perbedaan tersebut akan tampak jelas
(Bagjariani, 2013).

Ikan bawal (Colossoma macropomum) sudah berkembang secara luas


di Indonesia, bahkan hingga mancanegara. Di Indonesia sudah banyak para
petani ikan yang membudidaya ikan bawal sebagai peluang usaha untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi. Di Indonesia, terdapat dua jenis ikan bawal
yaitu ikan bawal putih dan ikan bawal hitam. Namun, dibandingkan dengan
ikan bawal hitam produksi ikan bawal putih lebih banyak yang
dibudidayakan dan banyak di pasaran. Hal ini dikarenakan permintaan ikan
bawal putih lebih tinggi dibandingkan dengan ikan bawal hitam. Ikan bawal

10
sangat meluas di pasaran, hal ini dikarenakan selain sebagai ikan konsumsi,
ikan bawal juga digunakan sebagai ikan hias. Sebagai ikan konsumsi, ikan
bawal memiliki rasa yang gurih dan enak menyerupai ikan gurameh
meskipun banyak duri disela daging. Ikan bawal dapat digunakan sebagai
ikan hias, karena pada saat larva ikan bawal memiliki warna yang unik dan
cantik pada daerah sirip yang berwarna merah pada (Arie, 2009).

2.4 Klasifikasi Ikan Bawal Air Tawar

Gambar 1. Ikan bawal

Klasifikasi ikan bawal air tawar dalam Arie (2006) adalah sebagai berikut :

Filum : Chordata

Subfilum : Craniata

Kelas : Pisces

Subkelas : Neopterigii

Ordo : Cypriniformes

Subordo : Cyprinoides

Famili : Characidae

Genus : Colossoma

Spesies : Colossoma macropomum

11
2.5 Morfologi Ikan Bawal Air Tawar
Ciri-ciri morfologi dari ikan bawal dapat dilihat dari arah samping
tubuh ikan yang bentuknya bulat atau oval dengan perbandingan panjang
dan tinggi ikan 2:1. Ikan bawal air tawar juga memiliki bentuk tubuh yang
pipih dengan perbandingan antara tinggi dan lebar tubuhnya 4:1. Ikan bawal
memiliki dua sirip pada punggungnya dengan letak yang agak bergeser
kebelakang. Postur tubuh ikan bawal agak bulat, bentuk tubuhnya pipih,
ukuran sisik kecil, kepalanya hampir bulat, lubang hidung tampak besar,
sirip dada berada di bawah tutup insang, antara sirip perut dan sirip dubur
terpisah, serta punggung berwarna abu- abu tua, perut putih abu-abu dan
merah. Pada bagian sirip ekor ikan bawal berbentuk homocercal. Tubuh
bagian atas ikan bawal berwana abu-abu, sedangkan bagian bawah
berwarna putih (Khairuman & Amri, 2008).

Lambung pada ikan bawal berkembang sangat baik. Panjang ususnya


berkisar 2 – 2,5 dari panjang badan. Ikan bawal memiliki daerah pernafasan
yang lebih luas daripada jenis ikan air tawar lainnya. Dengan adanya daerah
pernafasan yang luas menyebabkan ikan bawal mampu bertahan hidup
walaupun dengan kandungan oksigen yang rendah. Pada ikan bawal
memiliki ciri seksual yang dimorphisme. Ikan bawal sangat sulit dibedakan
antara jantan dan betina. Hal ini dikarenakan pada saat ikan bawal
kekenyangan, maka perut ikan akan membesar. Selain itu, ikan bawal yang
telah matang kelaminnya (gonad), maka perut ikan akan membesar dan
teksturnya lunak. Hal ini dapat dijadikan salah satu cara untuk ikan bawal
melindungi diri dari musuh, misalnya dari ikan piranha. Ikan piranha
merupakan ikan ganas. Selain itu, ikan pirahna juga sangat ganas pada ikan
bawal pada saat bawal memijah (Husen, 1985 dalam Sukmaningrum, 2009).

Pada bagian tubuh ventral ikan bawal dan sekitar sirip dada bawal muda
berwarna merah. Warna merah ini akan pudar atau berubah seiring dengan
perkembangan dan pertumbuhan ikan bawal. Ikan bawal memiliki postur
bibir bawah yang menonjol ke depan serta gigi yang besar dan tajam. Fungsi
dari gigi digunakan sebagai pemecah biji-bijian atau buah serta makanan
yang akan dimakan. Ikan bawal dengan gigi yang besar dan tajam membuat

12
orang beranggapan kalau ikan bawal termasuk ikan yang ganas. Ikan bawal
air tawar juga merupakan salah satu jenis ikan air tawar tropis yang memiliki
pyloric caeca ( Bezerra et al., 2001).

Gambar 2. Ikan Bawal

2.6 Habitat Ikan Bawal


Ikan bawal air tawar mempunyai cara hidup yang sama seperti ikan air
tawar pada umumnya yaitu hidup di lingkungan yang baik dan sesuai untuk
kelangsungan hidupnya. Untuk mengetahui hal tersebut, dilakukan
pengamatan di habitat aslinya. Di Brasil, bawal banyak ditemukan di daerah
sungai Amazon dan sering juga dapat ditemukan di sungai Orinoco,
Venezuela. Cara hidup bawal secara bergerombol di daerah yang aliran
sungainya deras tetapi dapat juga ditemukan di daerah yang airnya tenang,
terutama pada saat masih benih. Untuk menciptakan lingkungan yang baik
bagi pertumbuhan ikan bawal ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
terutama dalam memilih lahan usaha, di antaranya ketinggian tempat, jenis
tanah, dan air (Susanto, 2008).

Ikan bawal merupakan jenis ikan yang tidak terlalu banyak persyaratan
dalam hidupnya untuk masalah kondisi air sebagai habitat lingkungannya.
Daya tahan hidup pada ikan bawal yang tinggi terhadap kondisi lingkungan
sehingga para petani ikan senang memelihara ikan bawal. Ikan bawal
mampu bertahan hidup pada keadaan air yang kurang baik atau kotor, tetapi
alangkah baiknya jika kondisi air dalam pemeliharan ikan bawal tetap jernih
dan bersih, karena hal ini dapat memacu pertumbuhan ikan yang normal dan

13
optimal sebagaimana mestinya keadaan daerah asli ikan bawal (Khairuman
& Amri, 2008).

Sebagai organisme air, ikan bawal memerlukan oksigen yang terlarut


dalam air untuk kelangsungan hidupnya. Kandungan oksigen (O2) yang
dibutuhkan oleh bawal agar menghasilkan perkembangan yang baik
berkisar antara 2,4 – 6 ppm, jika kandungan karbohidrat yang dibutuhkan
berkisar 5,6 ppm. Ikan bawal yang habitat atau hidupnya pada daerah
subtropis membutuhkan kandungan oksigen sekitar 2 ppm, serta kadar
karbondioksida sekitar 12 ppm. Sedangkan kondisi suhu yang optimal untuk
hidup ikan bawal antara 27,2º- 29,1ºC. Pada hidup ikan bawal lebih suka
berada di daerah fluktuasi atau suhu rendah (kecil). Jika suhu berada
dibawah 14ºC dan tinggi mencapai 40ºC, maka kelangsungan hidup ikan
bawal akan terganggu. Apabila suhu dibawah 6ºC dan diatas 40ºC, maka
aktivitas pada ikan bawal akan terhenti (Susanto, 2008).

2.7 Pakan Ikan Bawal


Pakan ikan merupakan makanan yang dimanfaatkan oleh ikan
pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya. Pakan merupakan unsur
terpenting dalam menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan.
Pakan buatan adalah pakan yang sengaja dibuat dari beberapa jenis bahan
baku. Pakan buatan yang baik adalah pakan yang mengandung gizi yang
penting untuk ikan, memiliki rasa yang disukai oleh ikan dan mudah dicerna
oleh ikan (Mudjiman, 2004).

Laju pertumbuhan ikan sangat dipengaruhi oleh jenis dan kualitas


pakan yang diberikan serta kondisi lingkungan hidup. Pakan yang
berkualitas adalah pakan yang mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh
ikan, yaitu protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral (Khairuman &
Amri, 2008).

Beberapa nutrisi harus diformulasikan secara tepat. Formulasi yang


baik harus didasarkan pada bahan baku yang digunakan untuk pakan, umur

14
ikan, jenis ikan, dan ukuran ikan, selanjutnya menentukan kandungan
protein yang dibutuhkan ikan (Buwono, 2002).

Pakan berperan penting sebagai makanan yang sangat dibutuhkan oleh


ikan. Pemberian pakan dengan kandungan nutrisi yang rendah dapat
menurunkan kelangsungan hidup ikan dan pertumbuhannya akan
terhambat, bahkan dapat menimbulkan penyakit yang disebabkan oleh
kekurangan gizi (malnutrition). Banyaknya zat gizi yang dibutuhkan oleh
ikan untuk pertumbuhannya berbeda, tergantung pada jenis ikan, ukuran
besar ikan, dan kondisi lingkungan hidup ikan. Pakan yang diberikan untuk
pakan ikan diharapkan mampu menghasilkan pertambahan bobot rata-rata
tertinggi dengan kandungan nutrisi yang efisiensi pada pakan (Rabegnatar
& Tahapari, 2002 dalam Rolis, 2013).

1. Pakan Alami
Pakan alami adalah pakan yang berasal dari alam. Namun dalam
perkembangannya, sumber pakan alami tidak hanya berasal dari alam
tetapi sumber makanan juga bisa berasal dari budidaya. Pakan alami
rata-rata memiliki kandungan protein cukup tinggi (Akhmad, 2002).
Pakan alami yang masih hidup bisa disimpan dalam lemari es pada
bagian freezer. Kadar air pakan alami harus tetap dijaga, jika tidak
dibekukan, pakan alami bisa membusuk hingga menurunkan kualitas
pakan. Pakan alami hidup untuk ikan bawal contohnya terdiri dari
cacing darah (blood worm), cacing sutera (Tubifex), kutu air (Daphnia)
dan udang (Ghufran & Kordik, 2010).

a. Daphnia sp.
Di alam, genus Daphnia sp. mencakup lebih dari 20 spesies
dan hidup pada berbagai perairan tawar terutama di daerah
subtropis. Daphnia sp. sebagai hewan air juga dikenal sebagai kutu
air. Jenis-jenis kutu air ini mudah dikenali dengan adanya antena
pada kedua sisi di kepalanya.

15
Gambar 3. Daphnia Sp.
Klasifikasi Daphnia sp. Menurut Sachlan (1982) sebagai
berikut:
Phylum : Arthropoda
Classis : Crustacea
Ordo : Phylopoda
Famili : Daphnidae
Genus : Daphnia
Species : Daphnia sp.
Daphnia sp. memiliki ukuran 1-5 mm, bentuk tubuh lonjong,
pipih, terdapat ruas-ruas/segmen meskipun ruas ini tidak terlihat.
Pada bagian kepala terdapat sebuah mata majemuk dan lima pasang
alat tambahan (Mudjiman, 2004). Alat tambahan berupa antena
yang pertama disebut antena pertama, yang kedua disebut antena
kedua yang mempunyai fungsi utama sebagai alat gerak, tiga
pasang yang terakhir adalah bagian-bagian dari mulut. Bagian
tubuh Daphnia sp. tertutup oleh cangkang dari khitin yang
transparan, mempunyai warna yang berbeda-beda tergantung
habitatnya. Pada umumnya cara berenang Daphnia sp. tersendat-
sendat, tetapi ada beberapa spesies yang tidak bisa berenang dan
bergerak dengan merayap karena telah beradaptasi untuk hidup di
lumut dan sampah daun-daun yang berasal dari dalam hutan tropik.
Daphnia sp. dapat hidup dalam air yang kandungan oksigen
terlarutnya sangat bervariasi yaitu dari hampir nol sampai jenuh.
Ketahanan perairan yang miskin oksigen mungkin disebabkan oleh
kemampuanya dalam mensintesis haemoglobin. Dalam
kenyataannya, laju pembentukan haemoglobin berhubungan
dengan kandungan oksigen lingkunganya. Naiknya kandungan

16
haemoglobin dalam darah Daphnia sp., dapat juga diakibatkan oleh
naiknya temperatur, atau tingginya kepadatan populasi. Untuk
dapat hidup dengan baik Daphnia sp. memerlukan oksigen terlarut
yang cukup besar yaitu di atas 3,5 ppm (Djarijah, 1995).

b. Artemia Salina
Salah satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan
kelangsungan hidup larva ikan yaitu dengan pengadaan pakan yang
tepat berdasarkan mutu, ukuran, jumlah, dan waktu pemberian
pakan. Artemia salina memenuhi kriteria sebagai pakan alami untuk
larva ikan. Artemia salina mempunyai kandungan protein kasar
sekitar 60,63% dan beberapa asam lemak essensial yang penting
bagi pertumbuhan dan sintasan spesies marikultur (Chumaidi et al.,
1991).

Gambar 4. Artemia Salina


Klasifikasi Artemia salina menurut Sachlan (1982) adalah :
Phylum : Arthropoda
Classis : Crustacea
Sub Class : Branciopoda
Ordo : Anostraca
Famili : Artemiidae
Genus : Artemia
Species : Artemia salina
Artemia salina merupakan plankton yang biasa hidup di air.
Artemia salina dapat hidup di perairan yang bersalinitas tinggi 60 –
300 ppt dan mempunyai toleransi tinggi terhadap oksigen dalam air.
Keistimewaan Artemia salina sebagai plankton adalah memiliki

17
toleransi (kemampuan beradaptasi dan mempertahankan diri) pada
kisaran kadar garam yang sangat luas (Djarijah, 1995).

c. Cacing Tubifex
Cacing Tubifex sering juga disebut cacing rambut karena
bentuk dan ukurannya seperti rambut. Ukuran cacing Tubifex kecil
dan ramping, panjang 1-2 cm dan warna tubuh kemerah-merahan.
Cacing Tubifex termasuk ke dalam Phylum Annelida, tubuhnya
beruas-ruas. Cacing ini memiliki saluran pencernaan, mulutnya
berupa celah kecil, terletak di daerah terminal. Saluran
pencernaannya berakhir pada anus yang terletak di sub-terminal
(Djarijah, 1995).
Klasifikasi cacing Tubifex menurut Chumaidi et al. (1991)
sebagai berikut:
Phylum : Annelida
Classis : Oligochaeta
Ordo : Haplotonida
Familia : Tubificidae
Genus : Tubifex
Species : Tubifex sp
Cacing Tubifex banyak hidup di perairan tawar yang airnya
jernih dan sedikit mengalir. Dasar perairan yang disukai adalah
berlumpur dan mengandung bahan organik. Makanan utamanya
adalah bahan-bahan organik yang telah terurai dan mengendap di
dasar perairan. Cacing Tubifex akan membenamkan kepalanya
masuk ke dalam lumpur untuk mencari makan. Sementara ujung
ekornya akan disemburkan di atas permukaan dasar untuk bernafas.
Perairan yang banyak dihuni cacing ini sepintas tampak seperti
koloni rumput merah yang melambai- lambai (Djarijah, 1995).
Cacing Tubifex adalah organisme hermaprodit. Pada satu
individu organisme ini terdapat 2 alat kelamin. Hasil
perkembangbiakannya berupa telur yang dihasilkan oleh cacing

18
yang telah mengalami kematangan seks kelamin betinanya. Telur
ini selanjutnya dibuahi oleh cacing lain yang kelamin jantannya
telah matang (Djarijah, 1995).

2. Pakan Buatan
Pakan buatan merupakan suatu bahan makanan yang berasal dari
bahan remah yang dihancurkan. Pakan buatan ini biasanya perpaduan
bahan yang digiling dan diambil tepungnya yang diolah dan dijadikan
pellet. Pakan buatan (pellet) yang dibuat untuk memberikan asupan
tambahan, yang sengaja dibuat dengan kadar nutrisi yang sesuai dan
dibutuhkan oleh pertumbuhan ikan, serta dilihat dari jenis ikan, ukuran
ikan, dan juga kebutuhan protein serta kebiasaan ikan. Pakan buatan
atau yang sering dinamakan pelet untuk ikan dibagi menjadi 2 jenis,
yaitu pakan tenggelam dan pakan terapung (Mudjiman, 2004).
Pakan buatan atau pellet biasanya di produksi secara besar-besaran
di pabrik pengolahan pellet. Dimana pada pembuatan pellet tersebut di
produksi oleh para ahli dibidangnya masing-masing. Namun pada
intinya cara atau tekhnik dalam pembuatan pakan ikan ini sangat
sederhana dan relatif mudah. Agar dapat menghemat biaya, pellet dapat
dibuat sendiri, selain biayanya tidak terlalu mahal juga dapat
menghasilkan jumlah pakan yang lebih banyak.
Ikan bawal (Colossoma macropomum) merupakan jenis ikan yang
tergolong omnivora. Namun, sebagai ikan yang memiliki komoditas
yang tinggi, yaitu sebagai ikan konsumsi dan juga ikan hias pada saat
masih larva, ikan bawal ini harus mendapatkan pakan yang baik agar
mampu menghasilkan hasil panen yang melimpah pada industri petani
ikan. Salah satu hal yang harus dilakukan yaitu dengan memberikan
pakan yang memiliki nutrien yang baik. Walaupun ikan bawal sering
memakan dedaunan, namun apabila tidak diberi asupan lain seperti
pellet maka akan memperlambat laju pertumbuhan (Mudjiman, 2004).

19
2.8 Pertumbuhan Ikan Bawal
Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran baik panjang, berat atau
volume dalam jangka waktu tertentu. Pertumbuhan yang spesifik
diekspresikan dengan adanya perubahan jumlah atau ukuran sel penyusun
jaringan tubuh pada periode waktu tertentu. Sedangkan secara energetik,
pertumbuhan diekspresikan dengan adanya perubahan kandungan total
energi tubuh pada periode waktu tertentu (Gusrina, 2008).

Pertumbuhan juga dapat didefinisikan sebagai proses kenaikan ukuran


yang irreversibel karena adanya tambahan substansi, termasuk perubahan
bentuk yang terjadi bersamaan proses tersebut dan tidak akan kembali.
Pertumbuhan seekor ikan dapat diukur dari bertambahnya panjang tubuh
dan kenaikan berat tubuh (Widiyanti 2012). Pertumbuhan terjadi apabila
ada kelebihan energi bebas setelah energi yang tersedia dimakan untuk
metabolisme standar, energi untuk proses pencernaan dan energi untuk
aktivitas.

Makanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi


pertumbuhan. Makanan berfungsi sebagai zat pembangun tubuh, sumber
energi dan bahan pengganti sel-sel tubuh yang rusak (Lockwood, 1979
dalam Zulmian 1998). Jumlah energi yang digunakan untuk pertumbuhan
tergantung pada jenis ikan, umur, kondisi lingkungan, dan komposisi
makanan. Semua faktor tersebut akan berpengaruh dalam metabolisme
dasar atau metode standar (Mudjiman, 2004).

Dalam pertumbuhan ikan, pakan yang diberikan harus selalu memiliki


rasio energi protein yang baik dan juga mampu menyediakan energi non
protein dalam jumlah yang cukup besar, Sehingga kandungan protein dapat
digunakan sebagian besar untuk pertumbuhan. Protein sangat dibutuhkan
dalam tubuh ikan, karena selain menghasilkan pertumbuhan yang baik juga
dapat digunakan sebagai alternatif sumber energi yang baik untuk ikan
(Suhendra et al. 2005).

20
Pertumbuhan ikan bawal akan tumbuh dengan baik apabila nutrisi yang
diberikan memiliki kandungan nutrisi yang baik dan memenuhi kebutuhan
gizi untuk kelangsungan hidup ikan. Pertumbuhan ikan akan terjadi apabila
makanan yang dikonsumsi lebih banyak dari kebutuhan dasar untuk
metabolisme dan penyediaan energi untuk menunjang aktivitas dalam
pertumbuhan. Pakan yang dikonsumsi digunakan untuk pemeliharaan tubuh
dan mengganti jaringan tubuh yang rusak, setelah itu pakan yang tersisa
digunakan untuk pertumbuhan (Suhendra et al. 2005).

2.9 Pembenihan Ikan Bawal


Pembenihan adalah kegiatan membiakkan (menghasilkan benih) ikan
dalam umur, bentuk dan ukuran tertentu yang belum dewasa. Sedangkan
yang dimaksud dengan benih ikan adalah ikan dalam umur, bentuk dan
ukuran tertentu yang belum dewasa, termasuk telur, larva dan biakkan murni
algae. Adapun tahapan pembenihan BAT Menurut Prahasta (2009) ialah
pemeliharaan induk, seleksi indukan, pemberokan, penyuntikan, pemijahan,
penetasan, pemeliharaan larva dan pemberian pakan.

1. Pemeliharaan Induk

Pemeliharaan induk atau disebut pula pematangan gonad (telur)


merupakan kegiatan pemeliharaan induk sampai induk matang gonad
atau siap untuk dipijahkan. Induk-induk dipelihara di kolam dengan
kepadatan 2-4 kilogram per m2 atau 25 induk dengan berat 2-4 kg dalam
kolam berukuran 400 m2. Dalam pemeliharaan, induk diberi pakan
tambahan berupa pelet dengan kadar protein 35 persen dan dosis 3
persen per hari, menjelang musim hujan tiba dosisnya ditambah menjadi
4 persen dari berat tubuh ikan.

21
2. Seleksi Induk

Satu bulan setelah musim hujan, dilakukan seleksi induk tahap


awal. Pada saat itu, induk bawal biasanya sudah ada yang matang gonad.
Tanda induk yang matang Gonad yaitu induk betina yang matang telur
dicirikan dengan perut yang buncit dan lubang kelamin berwarna
kemerahan. Berat induk betina sebaiknya 4 kilogram. ciri induk jantan
yang matang telur yaitu bila perut dipijat ke arah lubang kelamin akan
keluar cairan berwarna putih susu atau sperma. Perut induk jantan tetap
seperti biasa (tidak buncit). Berat induk jantan sebaiknya 3-4 kilogram
(Aries, 2000).

3. Pemberokan

Pemberokan merupakan kegiatan menyimpan induk-induk yang


berasal dari kolam pemeliharaan induk hingga induk disuntik untuk
dipijahkan. Pemberokan ini dilakukan karena gonad induk masih
banyak mengandung lemak. kandungan lemak yang tinggi dapat
menghambat keluarnya telur saat dipijahkan atau di-streeping. Kegiatan
ini juga bertujuan untuk memudahkan dalam membedakan induk yang
gendut karena telur atau gendut karena makanan. Pemberokan ini
dilakukan selama 2-3 hari. Induk yang gendut akibat pakan biasanya
perutnya akan kempes setelah pemberokan.

4. Penyuntikan

Penyuntikan merupakan kegiatan memasukkan hormon


perangsang ke dalam tubuh induk dengan menggunakan alat suntik agar
telurnya keluar. Penyuntikan hormon LHRH-a Ovaprim dilakukan pada
bagian sirip punggung, dosis yang dipakai adalah 0,7 mililiter per
kilogram berat induk betina, sedangkan dosis untuk induk jantan 0,5
mililiter per kilogram berat induk jantan. Induk yang pertama disuntik
yaitu induk BAT betina, hormone disuntikan 2 kali dengan selang waktu

22
8, 10, atau 12 jam. Penyuntikan pertama sebanyak 30 persen dari dosis
total dan penyuntikan kedua lebih tinggi dari dosis penyuntikan pertama
yaitu 70 persen dari dosis total. Induk jantan disuntik hanya satu kali
ketika penyuntikan kedua induk betina.

5. Pemijahan

Pemijahan ikan bawal air tawar dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu : induced breeding dan induced spawning.

a. Pemijahan induced breeding, induk jantan dan induk betina yang


sudah disuntik dimasukkan ke dalam bak yang berbeda. Tujuannya
agar tidak terjadi pemijahan yang tidak diinginkan. Air dalam bak
atau kolam tersebut harus tetap mengalir agar induk tidak stres dan
proses ovulasi telur tidak terganggu. Sebelum streeping dimulai
harus dilakukan pengecekan induk. Tujuannya agar induk yang di-
streeping benar-benar induk yang telah siap. Streeping telur dan
sperma dilakukan berulang kali sampai telur dalam tubuh betina
keluar semua, demikian juga dengan sperma. Selama proses
streeping dilakukan jangan ada air yang masuk ke dalam wadah
telur.

b. Induced spawning merupakan sistem pemijahan ikan bawal dimana


indukinduk yang sudah disuntik tidak di-streeping, tetapi dibiarkan
memijah sendiri seperti pemijahan alami. Kelebihan sistem ini yaitu
pekerjaan selama pemijahan tidak banyak. Adapun kelemahannya
yaitu ada kemungkinan tidak semua telur keluar dan pembuahannya
kurang sempurna.

23
6. Pemanenan dan Penetasan

Setelah pemijahan, telur-telur diambil menggunakan scope-net


halus. Lakukan penyeleksian antara telur yang siap dipanen dengan ciri-
ciri telur-telur tersebut tidak menempel pada tangan jika dipegang.
Penetasan merupakan kegiatan merawat telur-telur yang sudah
dikeluarkan dari induk betina sampai menetas atau panen. Setelah
pemijahan telur-telur diambil menggunakan scope net halus, kemudian
telur tersebut ditetaskan di dalam akuarium yang telah dilengkapi
dengan aerasi dan water heater dengan suhu 27-290C. Kepadatan telur
yang dianjurkan 150-250 butir per liter air. Apabila kondisi lingkungan
baik telur akan menetas dalam waktu 18-24 jam. Daya tetas telur bawal
tergantung dari kualitas telur, kualitas air, dan faktor-faktor lain yang
mempengaruhinya, seperti penggantian air dan aliran listrik untuk
menghidupkan aerator dan heater.

7. Pemeliharaan Larva dan Pemberian Pakan

Larva (larvae) secara definisi adalah bentuk muda (juvenile) hewan


dengan perkembangan tak langsung yang melalui metamorfosis. Bentuk
larva dapat sangat berbeda dengan bentuk dewasanya, larva umumnya
memiliki organ khusus yang tak terdapat pada bentuk dewasa.11
Pemeliharaan larva merupakan kegiatan merawat telur-telur yang baru
menetas (larva) sampai siap ditebar ke tempat pemeliharaan. Kegiatan
ini dapat dilakukan di akuarium dan di kolam.

Kelebihan benih pemeliharaan di akuarium adalah lebih terkontrol


dan kematian dapat ditekan sekecil mungkin, tetapi kelemahannya
pekerjaan lebih banyak karena harus merawat setiap hari. Adapun
kelebihan pemeliharaan di kolam yaitu pekerjaan tidak banyak dan
biayanya dapat ditekan serendah mungkin, tetapi kelemahannya adalah
kematian lebih tinggi. Setelah larva berumur empat hari pakan cadangan
dalam tubuh larva akan habis, saat itulah larva mulai diberi pakan. Jenis

24
pakan yang diberikan yaitu Naupli Artemia, Brachiounur atau Moina.
Setelah berumur 14 hari larva siap ditebar ke kolam pendederan. Benih
larva BAT memiliki Survival Rate (SR) 75 persen hingga berumur satu
bulan.

2.10 Parameter Kualitas Air


Air selain sebagai pemenuh kebutuhan minum dan juga irigasi, kualitas
air juga berfungsi sebagai habitat makhluk hidup seperti ikan.kIan dapat
bertahan hidup dengan normal dan optimal apabila berada pada kualitas
perairan yang baik. Dalam suatu keadaan baik udara maupun air pasti terjadi
adanya pencemaran.

Air yang digunakan untuk pembesaran Ikan bawal harus berada dalam
kondisi kualitas yang optimal. Kualitas air dapat dipertahankan dengan cara
mengganti air yang ada di dalam wadah budidaya atau pemeliharaan.
Pergantian air sebaiknya tidak dilakukan secara total karena dapat membuat
ikan menjadi stress. Pergantian air secara total mengakibatkan perubahan
suhu yang ekstrem (Djarijah, 2001).

Pada habitat ikan bawal, kualitas air untuk kelangsungan hidupnya


sangat berpengaruh tinggi. Meskipun ikan bawal mampu bertahan pada
kondisi air yang buruk, namun dalam pertumbuhan ikan kurang baik
sehingga sering terjadi adanya penyakit pada ikan. Untuk mendukung
kondisi ikan yang berkualitas baik, maka kualitas air yang dibutuhkan oleh
ikan bawal harus jernih. Ikan menyukai kondisi air yang bersih dan jernih
terutama pada saat masih larva, karena ikan ini memakan makanan yang
berada pada permukaan perairan. Apabila kualitas perairan jernih dan
bersih, maka akan memudahkan ikan dalam memakan makanan yang
mengapung diperairan (Susanto, 2008).

25
a. Suhu

Suhu perairan merupakan salah satu faktor lingkungan penting


yang dapat mempengaruhi produksi dalam usaha budidaya perikanan.
Air akan mengatur pengendalian suhu tubuh organisme dan pada
umumnya ikan sensitif terhadap perubahan suhu air (Muarif, 2016).

Suhu perairan tidak bersifat konstan, akan tetapi karakteristiknya


menunjukkan perubahan yang bersifat dinamis. Banyak faktor yang
akan mempengaruhi suhu perairan sehingga nilainya akan berubah dari
waktu ke waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan suhu di
perairan adalah keberadaan naungan (misalnya pohon atau tanaman air),
air buangan (limbah) yang masuk ke badan, radiasi matahari, suhu
udara, cuaca, dan iklim (Boyd 2015).

suhu dapat mempengaruhi pertukaran zat-zat atau metabolisme


dari makhluk hidup dan dapat mempengaruhi kadar oksigen yang
terlarut dalam air. Semakin tinggi suhu suatu perairan, maka semakin
sedikit oksigen yang dapat terlarut di dalamnya. Apabila kenaikan suhu
lingkungan melebihi batas toleransi, maka ikan akan mengalami
kematian karena kepanasan, sebaliknya penurunan suhu yang
melampaui batas juga akan menyebabkan kematian karena kedinginan
(Cossins & Bowler, 1987; Kay, 1998 dalam Yuwono, 2003). Suhu air
yang dapat ditolerir oleh ikan bawal air tawar berkisar antar 25-300C
(Djarijah, 2001).

b. Oksigen Terlarut (DO)

DO sangat berpengaruh terhadap kehidupan ikan, terutama untuk


pertumbuhan, memperbaiki jaringan dan reproduksi. Sumber DO dapat
berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer (sekitar 35%) dan
aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton (Sugianti,
2018).

26
Ikan dapat hidup di dalam air dan mengkonsumsi oksigen karena
ikan mempunyai insang. DO di dalam air akan berdifusi kedalam sel-sel
insang ke jaringan sebelah dalam dari badannya. Kebutuhan DO
minimum untuk ikan air tawar tropis ± 5 mg/l (80% saturasi), sedangkan
untuk ikan laut tropis ± 5 mg/l (75% saturasi) (Sugianti, 2018).

Nilai oksigen terlarut merupakan faktor penting dalam pengelolaan


kesehatan ikan. Kondisi yang kurang optimal untuk pertumbuhan dan
perkembangan dapat mengakibatkan ikan stres, sehingga ikan mudah
terserang penyakit. Sebenarnya kandungan oksigen terlarut yang ideal
untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan bawal air tawar sekitar
5-6 ppm (Susanto, 2008).

c. pH

Selain suhu, derajat keasaman (pH) juga mempunyai pengaruh


yang besar terhadap kehidupan tumbuh-tumbuhan dan binatang air serta
toksisitas suatu senyawa kimia (Effendi, 2002). Menurut Boyd (1982)
dalam Nugroho (2007), pH yaitu suatu ion hidrogen dan menunjukkan
suasana air yang berupa asam atau basa. Alat yang digunakan untuk
mengukur pH yaitu pH meter. pH yang optimal untuk ikan bawal
berkisar antara 6,5 – 8,5 (Djarijah, 2001).

27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi


Kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) dilakukan di UPT Perikanan
Budidaya Air Tawar (PBAT) Desa Penataan Kecamatan Winongan.
Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 6 Januari – 28 Februari 2020

Gambar 5. Peta administrasi desa penataan

3.2 Metode Kerja


Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan Ini adalah metode
dskriptif, yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu
objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas
pariwisata pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah
untuk membuat deskpso, gambaran, atau ukisan secara sistematis, factual
dan akurat mengenai fakta – fakta, sifat – sifat serta hubungan antar
fenomena yang diselidiki (Nazir,2011).

28
3.3 Jadwal Pelaksanaan
Tabel 1. Jadwal pelaksanaan praktek kerja lapangan

KEGIATAN MINGGU KE-


1 2 3 4 5 6 7 8
Fase Pemijahan
a. Persiapan sarana dan prasarana pemijahan √
b. Penyediaan Induk √
c. Seleksi Indukan √
d. Pemijahan √
e. Pemeliharaan √
f. Manajemen Pakan Induk √
g. Manajemen Kualitas air √
h. Pengendalian Hama dan Penyakit √
Fase Pemeliharaan Larva
a. Penyediaan Bak Larva √
b. Penetasan Telur √
c. Pemeliharaan Larva √
d. Manajemen Pakan Larva √
e. Manajemen Kualitas Air √
f. Pengendalian Hama dan Penyakit √
Fase Panen
a. Teknik Pemanenan √
b. Sarana dan Prasarana Benih √
c. Packing Benih √
d. Pengendalian Hama dan Penyakit √
Pengamatan Laju Pertumbuhan Ikan √ √ √ √ √ √ √
Penulisan Laporan √

29
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam Praktik Kerja Lapangan ini diperoleh dari
pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder yang diperoleh
dari beberapa cara pengambilan.

1. Data Primer
Merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli. Sumber penelitian primer diperoleh untuk menjawab
pertanyaan penelitian. Ada dua metode yang dapat digunakan dalam
pengumpulan data primer, yaitu : metode survei dan metode observasi
(Sungaji dan Sopiah,2010)

a. Observasi
Metode observasi adalah cara untuk memperoleh data primer
dengan pengamatan secara langsung, sehingga memungkinkan
untuk melakukan pengamatan terhadap objek secara jelas (Hair e.t.
al, 1995). Metode observasi juga merupakan proses pencatatan pola
perilaku subjek (orang), objek (benda), atau kejadian yang sistematis
tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi (Sungaji dan
Sopiah,2010). Observasi dalam Praktik Kerja Lapang Ini dilakukan
terhadap berbagai hal yang terkait dengan Teknik Pembenihan Ikan
Bawal Air Tawar dan Manajemen kualitas air.

b. Wawancara
Wawancara merupakan cara mengumpulkan data dengan cara tanya
jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berlandasakan
pada tujuan. Dalam wawancara memerlukan komunikasi yang baik
dan lancar antara penanya dengan subjek sehingga pada akhirnya
bisa didapatkan data yang dapat dipertanggungjawabkan secara
keseluruhan (Nazir,2011)

30
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam metode
survei yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subjek.
Teknik wawancara dilakukan jika pewawancara memerlukan
komunikasi atau hubungan dengan responden. Teknik wawancara
dapat dilakukan dengan cara, yaitu melalui tatap muka atau melalui
telpon (Sungaji dan Sopiah,2010). Wawancara dalam PKL ini
dilakukan dengan cara tanya jawab dengan petugas mengenai latar
belakang berdirinya BBI, struktur organisasi, Teknik Pembenihan
ikan bawal dan manajemen kualitas air.

c. Partisipasi Aktif
Partisipasi aktif adalah keterlibatan dalam suatu kegiatan yang
dilakukan secara langsung di lapangan (Nazir,2011). Partisipasi
aktif dilakukan dengan mengikuti secara langsung beberapa
kegiatan yang dilakukan di lapangan berhubungan dengan teknik
pembenihan ikan bawal sampai pengontrolan kualitas air.

2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari semua literatur (bukan
dari responden) serta dokumen – dokumen yang mempunyai relevasi
dengan tujuan studi ini (Azwar, 1998). Data sekunder dapat berupa
data internal dan data eksternal. Data interna adalah data yang
dikumpulkan, dicatat, dan disimpan dalam suatu organisasi.
Sementara data eksternal adalah data yang umumnya disusun oleh
suatu entitas selain subjek dari organisasi yang bersangutan (Sungaji
dan Sopiah,2010)

31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Tempat Praktek Kerja Lapang (PKL)


4.1.1 Gambaran Umum
UPT Perikanan Budidaya Air Tawar (PBAT) Penataan Winongan
mulai dibangun pada tahun 2004 dan mulai produksi pada pertengahan
tahun 2005. Dibangun pada lahan seluas 3,2 ha dibawah pengawasan
Dinas Perikanan Kabupaten Pasuruan. Terletak di desa Penataan
Kecamatan Winongan, daerah ini terkenal dengan sumber air yang
melimpah sepanjang tahun. Oleh karena itu membangun BBI disini
sangat tepat karena sumber air melimpah. Sampai sekarang BBI
Penataan Winongan selalu memproduksi benih-benih unggul. Produk
unggulannya adalah nila hitam dan nila merah.
Keberadaan UPT Perikanan Budidaya Air Tawar (PBAT) Penataan
punya peranan penting dalam usaha perikanan yaitu:
- Penyedia benih ikan bermutu untuk memenuhi kebutuhan
pembudidaya ikan.
- Tempat pemuliaan induk-induk unggul Tempat pembinaan Unit
Pembenihan Rakyat (UPR) di sekitar UPT Perikanan Budidaya
Penataan
- Sebagai lokasi untuk magang dan pelatihan perikanan.
Dinas Perikanan Kabupaten Pasuruan setiap tahunnya berusaha untuk
melengkapi dan memperbaiki sarana dan prasarana yang ada.
Tujuannya adalah agar dapat bekerja secara optimal dan dapat
memproduksi benih yang baik secara kualitas maupun kuantitas.
Keadaan sekitar UPT Perikanan Budidaya Air Tawar (PBAT) penuh
dengan hamparan sawah yang ditanami padi. Selain itu juga terdapat
sungai yang melintasi sehingga memudahkan sebagai saluran
pembuangan air. Akses jalan sudah cukup baik, namun ada sebagian
yang masih rusak dan belum diperbaiki.

32
4.1.2 Sarana Prasarana
UPT Perikanan Budidaya Air Tawar (PBAT) Penataan Winongan
memiliki sarana dan prasarana sebagai berikut.
a. Sumber air

Gambar 6. Sumber air (bor).


(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2020)

Sumber utama air adalah sumur bor yang kemudian ditampung


pada tendon air untuk selanjutnya didistribusikan ke kolam-kolam.
b. Sumber listrik
Untuk sumber listrik utama menggunakan listrik PLN yang
biaya nya ditanggung oleh negara. Sedangkan untuk listrik cadangan
tersedia genset dengan daya 2000 watt.
c. Kolam indukan
Kolam indukan terdapat 20 kolam yang menampung berbagai
indukan ikan. Seperti ikan nila hitam, nila merah, bawal, koi, lemon,
rainbow, wader, dll.
d. Kolam pemijahan
Kolam pemijahan terdapat 50 kolam yang digunakan untuk
memijahkan berbagai ikan. Yang paling banyak adalah kolam pijah
ikan nila hitam dan ikan nila merah.
e. Kolam pendederan
Kolam pendederan terdapat 10 kolam untuk pendederan larva
berbagai jenis ikan.

33
f. Laboratorium

Gambar 7. Laboratorium
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2020)
Laboratorium berfungsi untuk mengkarantina ikan yang
memiliki penyakit juga untuk kontrol parameter air berkelanjutan.
g. Kantor Pemasaran

Gambar 8. Kantor Pemasaran


(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2020)
Kantor pemasaran merupakan kantor utama UPT Perikanan
Budidaya Air Tawar (PBAT) Penataan Winongan untuk mengurus
administrasi pembelian dan juga kantor utama karyawan.

34
h. Gudang Pakan

Gambar 9. Gudang Pakan


(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2020)
Gudang pakan merupakan tempat storage pakan yang biasanya
stok tersedia sampai 1 tahun masa pemberian pakan. Pakan yang ada
mulai dari pakan indukan hingga pakan larva/benih.
i. Asrama

Gambar 10. Asrama


(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2020)
Asrama merupakan tempat bermukimnya pelajar yang
magang/pkl di UPT Perikanan Budidaya Air Tawar (PBAT)
Penataan Winongan. Tersedia 4 ruangan dengan 2 kamar tidur
tingkat.

35
4.2 Parameter Kualitas Air
Berdasarkan pengukuran parameter fisika – kimia pada kolam
pembibitan Ikan Bawal Air Tawar di UPT Perikanan Budidaya Air Tawar
(PBAT) Desa Penataan didapatkan hasil :
Tabel 2. Parameter fisika – kimia perairan
No Parameter Hasil
1 Oksigen Terlarut (DO) 8 ml/L
2 Suhu 28,1o C
3 pH 8,5

a. Oksigen Terlarut (DO)


Kadar Oksigen (DO) di dalam suatu perairan sangat diperlukan untuk
kehidupan biota air untuk hidup, hasil pengukuran kadar oksigen yang
dilakukan di Kolam Pembibitan Ikan Bawal Air Tawar di UPT
Perikanan Budidaya Air Tawar (PBAT) Desa Penataan Kecamatan
Winongan diperoleh hasil sebesar 8 mg/l. menurut Keputusan
Kementrian Lingkungan Hidup oksigen terlarut (DO) No. 51 Tahun
2004 kadar DO yang baik untuk biota air adalah >5. Oksigen terlarut
merupakan suatu faktor yang sangat penting di dalam ekosistem air,
terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar
organisme air (Afni, 2017). Jadi Kadar Oksigen (DO) pada kolam
pembibitan Ikan Bawal Air Tawar di Balai Benih Ikan Kecamatan
Winongan termasuk dalam kategori sesuai untuk Ikan Bawal Air Tawar
karena sesuai dengan baku mutu.

b. Suhu
Suhu air mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pertukaran
zat atau metabolisme makhluk hidup. Suhu juga berpengaruh terhadap
kadar oksigen terlarut dalam air, pertumbuhan dan nafsu makan
organisme yang dibudidayakan. Suhu air yang baik untuk pertumbuhan
ikan Bawal berkisar 25oC – 30oC (Cahyono, 2000).

36
Hasil pengukuran suhu yang dilakukan di Kolam Pembibitan Ikan
Bawal Air Tawar di UPT Perikanan Budidaya Air Tawar (PBAT) Desa
Penataan Kecamatan Winongan diperoleh hasil sebesar 28,1oC. menurut
Baku Mutu Air berdasarkan PP No.82 tahun 2001 pasal 8 Suhu yang
baik untuk biota air adalah suhu yang berkisar ±3 terhadap suhu udara.
Jadi Suhu pada kolam pembibitan Ikan Bawal Air Tawar di Balai Benih
Ikan Kecamatan Winongan termasuk dalam kategori sesuai untuk Ikan
Bawal Air Tawar karena sesuai dengan baku mutu.

c. pH
pH merupakan salah satu parameter kualitas air yang mempengaruhi
pertumbuhan Ikan Bawal Air Tawar. Hasil pengukuran pH yang
dilakukan di Kolam Pembibitan Ikan Bawal Air Tawar di UPT
Perikanan Budidaya Air Tawar (PBAT) Desa Penataan Kecamatan
Winongan diperoleh hasil sebesar 8,5. menurut SNI bahwa kualitas
perairan yang optimum untuk pertumbuhan ikan bawal air tawar adalah
pH berkisar antara 6,5 – 8,5. Ikan Bawal adalah termasuk jenis ikan yang
tahan terhadap asam pada musim-musim yang selalu silih berganti. Hal
ini terbukti dengan adanya penelitian tentang toleransi/daya tahan ikan
Bawal terhadap perubahan pH (Aride et al., 2007).

4.3 Teknik Pembenihan Ikan Bawal Air Tawar


Pembenihan merupakan kegiatan membiakkan/menghasilkan benih ikan
dalam umur, bentuk, dan ukuran tertentu yang belum dewasa. Sedangkan
yang dimaksud dengan benih ikan adalah ikan dalam umur, bentuk dan
ukuran tertentu yang belum dewasa, termasuk telur, larva dan biakkan
murni algae (Bagjariani, 2013). Adapun tahapan pembenihan Bawal Air
Tawar Menurut Prahasta (2009) ialah pemeliharaan induk, seleksi indukan,
pemberokan, penyuntikan, pemijahan, penetasan, pemeliharaan larva dan
pemberian pakan.

37
4.3.1 Perawatan Induk
Pemeliharaan induk atau disebut pula pematangan gonad (telur)
merupakan kegiatan pemeliharaan induk sampai induk matang gonad
atau siap untuk dipijahkan. Induk-induk dipelihara di kolam dengan
kepadatan 2-4 kilogram per m2. Perawatan induk Ikan Bawal Air Tawar
yang dilakukan di UPT Perikanan Budidaya Air Tawar (PBAT) Penataan
Winongan untuk membuat induk matang gonad atau siap dipijahkan
yaitu induk Ikan Bawal Air Tawar diberi pakan berupa pellet dengan
kadar protein sebesar diatas 30% dengan dosis 3 – 4 % dari berat induk
Ikan Bawal Air Tawar. Kandungan nutrisi pada pakan Ikan Bawal Air
Tawar berupa 31 – 33% Protein, 4% Lemak, 5% Serat, 13% Kadar Abu,
12% Kadar Air. Pemberian pakan Ikan Bawal Air Tawar dilakukan 2 kali
sehari yakni pada waktu pagi hari dan siang menjelang sore hari.

Gambar 11. Pemberian pakan indukan

4.3.2 Persiapan Kolam Pemijahan


Pemijahan Ikan Bawal Air Tawar yang dilakukan di UPT Perikanan
Budidaya Air Tawar (PBAT) Desa Penataan Kecamatan Winongan
dilakukan di dalam kolam beton berukuran 4x2 m2. Sebelum melakukan
proses pemijahan dilakukan pembersihan kolam, pengisian air, dan
pemasangan waring dan aerator.
1. Pembersihan Kolam
Tahap pertama dalam proses pemijahan ikan Bawal Air Tawar
yaitu dilakukan pembersihan kolam yang bertujuan untuk

38
menghilangkan kotoran serta menghilangkan hama dan penyakit
yang ada di dalam kolam. Setelah kolam dibersihkan dari kotoran
kemudian kolam dikeringkan 2 – 3 hari.

Gambar 12. Pembersihan Kolam


2. Pengisian Air Kolam
Tahap selanjutnya yaitu kolam diisi dengan air bersih hingga
mencapai ketinggian 1 m.

3. Pemasangan Waring dan Aerator


Tahap selanjutnya yaitu pemasangan waring dengan tujuan untuk
menampung telur hasil dari pemijahan agar tidak menempel pada
dasar kolam. Kemudian dilakukan pemasangan aerator pada sisi
kolam yang berfungsi untuk menambah / meningkatkan oksigen
terlarut dalam air untuk kelangsungan hidup ikan Bawal Air Tawar.

Gambar 13. Pemasangan Waring

39
4.3.3 Persiapan Wadah Penetasan Telur
Penetasan telur ikan Bawal Air Tawar yang dilakukan di UPT
Perikanan Budidaya Air Tawar (PBAT) Desa Penataan Kecamatan
Winongan dilakukan di akuarium dengan aerasi tinggi. Tahap pertama
yakni akuarium dibersihkan dengan air agar terbebas dari kotoran dan
lumut, kemudian akuarium diisi dengan air bersih sampai ketinggian 40
cm. dan tahap terakhir akuarium diberi aerator yang berfungsi untuk
menciptakan arus agar telur dapat bergerak pada saat proses penetasan.

Gambar 14. Penyiapan Wadah penetasan


4.3.4 Seleksi Induk
Seleksi induk Ikan Bawal Air Tawar dilakukan untuk mengetahui
apakah indukan sudah matang gonad atau tidak. Induk yang siap
dipijahkan adalah induk yang telah mencapai tingkat kematangan gonad
kategori 4 atau 5. Adapun ciri – ciri induk yang telah matang gonad :
Tabel 3. Ciri – ciri induk Ikan Bawal Air Tawar.
No Uraian Jantan Betina
1 Bentuk Tubuh Lebih Langsing Melebar dan Pendek
2 Warna Kulit Merah atau Kemerahan Lebih Gelap
3 Lubang Kelamin Bila diurut akan Berwarna merah
mengeluarkan sperma
4 Perut Tidak Buncit Buncit
5 Berat 4 Kg 3 – 4 Kg

Seleksi induk Ikan Bawal Air Tawar dilakukan sehari sebelum


melakukan proses pemijahan dengan cara menjaring induk ikan bawal
kemudian dilakukan pengecekan induk ikan bawal yang sudah matang
gonad dengan cara memeriksa dan memencet secara perlahan alat
kelamin pada indukan jantan apabila mengeluarkan sperma maka
indukan tersebut telah siap untuk dipijah. Sedangkan untuk induk betina

40
dilakukan pengecekan dengan cara memencet perut, idukan betina yang
siap dipijah adalah indukan yang ditandai dengan alat kelamin yang
berwarna merah dan perut membuncit serta bagian perut terasa lunak saat
dipegang.

(a) (b)
Gambar 15. (a) induk betina, (b) induk jantan

4.3.5 Pemijahan
Proses pemijahan ikan bawal di UPT Perikanan Budidaya Air Tawar
(PBAT) Desa Penataan Kecamatan Winongan dilakukan dengan cara
semi buatan dengan cara melakukan penyuntikan pada Ikan Bawal Air
Tawar. Sebelum melakukan penyuntikan disiapkan alat antara lain Jarum
Suntik, Hormon Ovaprim / Ovagold, Aqubides, dan NaCl. Dosis untuk
penyuntikan yaitu :
Tabel 4. Doses Penyuntikan
No Induk Jumlah Dosis
1 Jantan 1 0,5 ml/Kg
2 Betina 2 0,75 ml/Kg

Proses penyuntikan hormone dilakukan dengan tujuan untuk


merangsan Ikan Bawal Air Tawar agar melakukan pemijahan. Hormone
yang digunakan dalam penyuntikan yang dilakukan di UPT Perikanan
Budidaya Air Tawar (PBAT) Desa Penataan Kecamatan Winongan
menggunakan Hormon Ovaprim/Ovagold. Penyntikan dilakukan pada
bagian dorsal ikan dengan sudut kemiringan 45o. Pada induk betina
dilakukan 2 kali proses penyuntikan yakni pagi dan sore hari dengan
selang 6 jam setelah penyuntikan pertama. Dosis yang diberikan yakni

41
2
0,75 ml/Kg, pada saat penyuntikan pertama diberikan dosis 3 dari dosis
1
total, dan pada penyuntikan kedua diberikan dosis 3 dari dosis total. Pada

induk jantan dilakukan 1 kali penyuntikan yakni bersamaan dengan


penyuntikan kedua pada induk betina. Dosis yang diberikan yakni 0,5
ml/Kg. setelah dilakukan penyuntikan kemudian induk Ikan Bawal Air
Tawar disatukan kedalam kolam pemijahan dengan perbandingan 2:1
antara jantan dan betina. Telur akan keluar pada saat 8 – 12 jam setelah
proses pemijahan.

Gambar 16. Proses penyuntikan


Pemijahan Ikan Bawal Air Tawar yang dilakukan di UPT Perikanan
Budidaya Air Tawar (PBAT) Desa Penataan Kecamatan Winongan
termasuk dalam Induced spawning. Menurut (Bagjariani, 2013) Induced
spawning merupakan sistem pemijahan ikan bawal dimana induk induk
yang sudah disuntik tidak di-streeping, tetapi dibiarkan memijah sendiri
seperti pemijahan alami. Kelebihan sistem ini yaitu pekerjaan selama
pemijahan tidak banyak. Adapun kelemahannya yaitu ada kemungkinan
tidak semua telur keluar dan pembuahannya kurang sempurna.

Gambar 17. Penyatuan induk jantan dan betina

42
4.3.6 Pemanenan Telur dan Penetasan Telur
1. Pemanenan Telur
Setelah proses pemijahan, telur Ikan Bawal Air Tawar kemudian
diambil dari kolam pemijahan dengan seser halus lalu dipindahkan
ke dalam akuarium untuk dilakukan proses penetasan. Dalam proses
pemijahan ini idukan betina Ikan Bawal Air Tawar dengan bobot 4
Kg mampu menghasilkan telur sebanyak +− 472.500 butir telur.

Gambar 18. Induk betina mengeluarkan telur


2. Penetasan Telur
Penetasan merupakan kegiatan merawat telur – telur yang sudah
dikeluarkan dari induk betina sampai menetas atau panen. Penetasan
telur Ikan Bawal Air Tawar di UPT Perikanan Budidaya Air Tawar
(PBAT) Desa Penataan Kecamatan Winongan dilakukan di dalam
akuarium yang telah dilengkapi dengan aerasi. Takaran untuk
penetasan telur yakni 100 gr telur per akuarium. Penetasan dilakukan
pada suhu 26,6oC. telur akan menetas dalam waktu 18 – 24 jam.
Menurut (Arie, 2000) dalam penetasan telur Ikan Bawal Air Tawar
suhu optimal untuk melakukan proses penetasan adalah suhu air yang
tidak lebih dari 28oC. menurut (Bagjariani, 2013) Kepadatan telur
yang dianjurkan 150-250 butir per liter air. Apabila kondisi
lingkungan baik telur akan menetas dalam waktu 18-24 jam.

43
Gambar 19. Pemindahan telur ke wadah penetasan
Daya tetas telur bawal tergantung dari kualitas telur, kualitas
air, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya, seperti
penggantian air dan aliran listrik untuk menghidupkan aerator dan
heater. Untuk menjaga kualitas air setelah telur menetas adalah
dilakukan pergantian air dengan cara penyiponan sebanyak 50%
air dan dilakukan proses pembuangan telur yang tidak menetas.
Pemeliharaan larva di akuarium dilakukan selama 14 hari untuk
siap ditebar. Jenis pakan yang diberikan selama perawatan di
akuarium yaitu Naupli Artemia, atau Moina.

44
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Proses pemijahan ikan bawal di UPT Perikanan Budidaya Air Tawar


(PBAT) Desa Penataan Kecamatan Winongan dilakukan dengan cara
semi buatan dengan cara melakukan penyuntikan pada Ikan Bawal
Air Tawar. Penetasan telur Ikan Bawal Air Tawar di BBI Desa
Penataan Kecamatan Winongan dilakukan di dalam akuarium yang
telah dilengkapi dengan aerasi. Takaran untuk penetasan telur yakni
100 gr telur per akuarium. Penetasan dilakukan pada suhu 26,6oC.
telur akan menetas dalam waktu 18 – 24 jam.
2. Parameter Kualitas air pada kolam pemijahan ikan bawal di UPT
PBAT yaitu
a. Kadar oksigen terlarut (DO) diperoleh hasil sebesar 8 mg/l. Kadar
Oksigen (DO) pada kolam pembibitan Ikan Bawal Air Tawar di
Balai Benih Ikan Kecamatan Winongan termasuk dalam kategori
sesuai untuk Ikan Bawal Air Tawar karena sesuai dengan baku
mutu Kemen LH.
b. Suhu pada kolam pembenihan ikan bawal diperoleh hasil sebesar
28,1oC. Suhu pada kolam pembibitan Ikan Bawal Air Tawar di
Balai Benih Ikan Kecamatan Winongan termasuk dalam kategori
sesuai untuk Ikan Bawal Air Tawar karena sesuai dengan baku
mutu PP No.82 tahun 2001 pasal 8.
c. pH pada kolam pembenihan ikan bawal diperoleh hasil sebesar
8,5. pH pada kolam pembibitan Ikan Bawal Air Tawar di Balai
Benih Ikan Kecamatan Winongan termasuk dalam kategori sesuai
untuk Ikan Bawal Air Tawar karena sesuai dengan baku mutu.
menurut SNI bahwa kualitas perairan yang optimum untuk
pertumbuhan ikan bawal air tawar adalah pH berkisar antara 6,5
– 8,5.

45
5.2 Saran
a. Dalam penelitian ini masih belum mendapatkan data HR(hatching
rate) atau daya tetas dikarenakan pada saat PKL mengalami
kendala pada Instalasi penetasan, maka untuk selanjutnya
diperlukan persiapan yang lebih matang agar hal – hal yang tidak
diharapkan tidak terjadi
b. Stok indukan di UPT PBAT Pasuruan perlu ditambah seiring
permintaan akan bibit juga tinggi, supaya produksi benih
meningkat dan memenui permintaan pasar.
c. Kurangnya SDM untuk mengelolah berbagai fasilitas dan
kegiatan di UPT PBAT masih menjadi kendalah serius di instansi
PBAT Pasuruan.

46
DAFTAR PUSTAKA

Akhmad, R. A. 2002. Memilih & Membuat Pakan Tepat untuk Lou Han.
Jakarta: Agro Media.

Ahmad. (2004). Kimia Lingkungan. Yogyakarta: PT. ANDI.

Amri, K. dan Khairuman. 2002. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi.


Agromedia. Jakarta.

Arie, 2009. Pemberian dan Pembesaran Ikan Air Tawar. Jakarta : Penebar
Swadaya.

Azwar, S. (1998). Metode Penelitian. Yoyakarta: Pustaka Pelajar. Effendi.


(2000). Kajian Daya Dukung Lingkungan untuk Usaha Budidaya
Udang di Delta Sungai Mahakam. Bogor.

Bezzera, 2001. Budidaya Ikan Air Tawar. Jakarta : Yudistira.

Brajamusti, T. W. 2008. Analisis Pendapatan Usaha Pembenihan Larva Ikan


Bawal Air Tawar. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. 90 hal.

Boyd CE. 2015. Water Quality. Switzerland: Springer.

Buwono, I.D. 2002. Kebutuhan Asam Amino Esensial Dalam Ransum Ikan.
Kanisius. Yogyakarta.

Chumaidi, S., Ilyas & M. Yunus. 1991. Petunjuk Teknis Budidaya Pakan
Alami Ikan dan Udang. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perikanan

47
Crespi, V dan Coche, A. 2008. Glossary of Aquaculture. Food and
Agriculture Organization. Rome.

Djarijah, A. S. 2001. Budidaya Ikan Bawal. Kanisius. Yogyakarta. hal. 14-


76.

Effendi, I. (2004). Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta

Effendi. (2003). Kajian Daya Dukung Lingkungan untuk Usaha Budidaya


Udang di Delta Sungai Mahakam. Bogor.

Ghufran, M. & H. Kordik. 2010. Panduan Lengkap Memelihara Ikan Air


Tawar Di Kolam Terpal. Yogyakarta: Lily Publiser.

Gusrina.2008. Budidaya Ikan Jilid 2. Direktorat Pengembangan Sekolah


Menengah Kejuruan. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan
Menengah. Departemen Pendidikan Nasional.

Hair J.F. et.al (1995). Multivariate Data Analysis (Fouth ed). New Jersey:
Prentice Hall.

Khairuman, Amri K, dan Sihombing T. 2008. Peluang Usaha Budidaya


Cacing Sutra. Jakarta: PT Agromedia Pustaka.

Kordi, K. M.G.H. 2009. Budidaya perairan. Citra Ditya Bakti. Bandung

Muarif. 2016. Karakteristik Suhu Perairan di Kolam Budidaya Perikanan


Characteristics of Water Temperature in Aquaculture Pond. Jurnal
Mina Sains. Vol 2 (2) ISSN: 2407-9030

Mudjiman, A. 2002. Makanan Ikan. Jakarta : Penebar Swadaya

Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan Edisi Revisi. Jakarta : Penebar Swadaya

Nazir, M. (2011). Metde Penelitian. Jakarta: Galiha Indonesia.

48
Patty, Simon I. 2018. Kondisi Suhu, Salinitas, pH dan Oksigen Terlarut di
Perairan Terumbu Karang Ternate, Tidore dan Sekitarnya. JURNAL
ILMU KELAUTAN KEPULAUAN. Vol 1 (2)

Putri, Masayu Rahmia Anwar. 2011. BEBERAPA PARAMETER


POPULASI IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma
macropomum) DI WADUK CIRATA, JAWA BARAT. BAWAL
Vol.3 (4) April 2011 : 239-244

Rolis. 2013. Pengaruh Pemberian Kombinasi Tepung Daging Keong MAS


(Pomeacea canaliculata) dan Tepung Ikan Terhadap Pertumbuhan
Ikan Patin (Pangasius pangasius). Skripsi. Program Studi Pendidikan
Biologi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.

Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Semarang. Universitas Diponegoro.


Fakultas Peternakan dan perikanan.

Susanto, H. 2008. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya, Jakarta.

SUGIANTI, YAYUK DAN ASTUTI, LISMINING PUJIYANI. 2018.


Respon Oksigen Terlarut Terhadap Pencemaran dan Pengaruhnya
Terhadap Keberadaan Sumber Daya Ikan di Sungai Citarum. Jurnal
Teknologi Lingkungan, Volume 19, No 2

Suhendra, N,L. Setijaningsih & Suryanti. 2005. Penentuan Rasio Antara


Kadar Karbohidrat dan Lemak Pada Pakan Benih Ikan Patin Jambal
(Pangasius djambal). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 9(1) :
21-30.

Sukardi. 2002. PENINGKATAI\ TEKNOLOGI BUDIDAYA


PERIKANAN. Jumal lktiologi Indonesia Vol.2, No. 2

49
Widiyanti, 2012. Frekuensi Pemberian Pakan Cacing Tubifek sp. Pada
Pertumbuhan Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Skripsi.
Program Studi Pendidikan Biologi. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. UMP.

Yuwono, E., P. Sukardi, & I. Sulistyo. 2005. Konsumsi dan efisiensi pakan
pada ikan kerapu bebek (cromileptis altivelis) yang dipuasakan secara
periodik. Berkala Penelitian Hayati. 10 : 129-132.

50
Lampiran

51

Anda mungkin juga menyukai