LAPORAN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Oleh :
ADITYA KUSUMA ATMAJA : NIM 3202008058
ANDINI TIARA SABTI : NIM 3202008004
FATHIA IMELDA : NIM 3202008057
LAJUARDI : NIM 3202008055
RYAN OKTAVIANSYAH : NIM 3202008042
1
TEKNIK PEMBESARAN IKAN NILA(oreochromis niloticus) PADA
KERAMBA JARING APUNG DI UNIT USAHA MASYARAKAT JALAN
ADI SUCIPTO PONTIANAK
LAPORAN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Oleh :
ADITYA KUSUMA ATMAJA : NIM 3202008058
ANDINI TIARA SABTI : NIM 3202008004
FATHIA IMELDA : NIM 3202008057
LAJUARDI : NIM 3202008055
RYAN OKTAVIANSYAH : NIM 3202008042
ii
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Menyetujui:
Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis hadirat tuhan yang Maha Esa atas berkat dan karunianya yang telah
memberi kemampuan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktek kerja lapangan.
Laporan ini disusun sebagai bukti telah melaksanakan praktek pada laporan ini dapat
terselesaikan dengan adanya bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu penulis mengucapkan
banyak terimakasih kepada :
1. Ibu Sarmila, S.Pi.,M.Si selaku ketua program studi Budidaya Perikanan serta sebagai
Dosen Pembimbing kami
2. Bapak Efrizar selaku pemilik Unit Usaha KJA tempat kami melaksanakan PKL.
3. Serta pihak-pihak yang telah membantu selama dilapangan dan sampai terselesaikan
laporan praktek ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, Baik mengenai
materi maupun teknik penulisan. Hal ini disebabkan keterbatasan waktu, kemampuan,
pengalaman, dan pengetahuan penulis miliki serta keterbatasan dalam memperoleh data dan
informasi. Kesempatan inilah penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun,
sehingga laporan ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa/I Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan
Khususnya program studi Budidaya Perikanan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
3.4 Analisis Data........................................................................................................................17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................................................20
4.1 Keadaan Umum Lokasi.......................................................................................................20
4.1.1 Sejarah Berdirinya Balai/Loka/Unit/Perusahaan..........................................................20
4.1.2 Letak Geografis dan Keadaan Alam.............................................................................20
4.2 Sarana dan Prasarana...........................................................................................................20
4.3 Kegiatan Budidaya...............................................................................................................21
4.3.1 Hasil..............................................................................................................................21
4.3.2 Pembahasan..................................................................................................................23
V. PENUTUP................................................................................................................................28
5.1 Kesimpulan..........................................................................................................................28
5.2 Saran....................................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................29
LAMPIRAN..................................................................................................................................30
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
"Pemanfaatan area sepanjang Sungai Kapuas sebagai sumber daya perikanan masih
belum optimal. Padahal, potensi perikanan di Kalbar sangat luas," kata Rohidah, (2014). Salah
satu daerah yang memiliki potensi besar dalam pemanfaatan sumber daya perairan adalah Kota
Pontianak. Kota Pontianak dipisahkan oleh Sungai Kapuas Besar, Sungai Kapuas Kecil dan
Sungai Landak dengan lebar yaitu 400 meter. Dengan adanya Sungai Kapuas ini Kota Pontianak
memiliki cukup banyak Keramba Jaring Apung (KJA) yang berada di sepanjang aliran sungai,
karena sungai ini merupakan salah satu sumber air utama yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan
budidaya perikanan. Salah satu ikan yang bisa di budidayakan di aliran Sungai Kapuas yaitu Ikan
nila.
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis
tinggi dan merupakan komoditas penting dalam bisnis ikan air tawar. Salah satu keunggulan ikan
nila memiliki resistensi yang relatif tinggi terhadap perubahan kualitas air dan patogen penyakit.
dan memiliki kemampuan tumbuh yang baik.Serta ikan nila merupakan salah satu jenis ikan
budidaya air tawar yang mempunyai prospek cukup baik untuk dikembangkan. Ikan nila banyak
digemari oleh masyarakat karena dagingnya cukup tebal dan rasanya gurih, kandungan
proteinnya tinggi sehingga dapat dijadikan sebagai sumber protein. Ikan nila memiliki
kandungan gizi yang lebih baik bila dibandingkan dengan ikan air tawar yang lain seperti ikan
lele. Permintaan pasar pada ikan nila juga sangat tinggi karena harga yang sangat murah
ditingkat petani Rp. 20.000 - Rp. 22.000 / kg. sedangkan harga jual untuk pedagang eceran
mencapai Rp. 28.000 - Rp. 32.000/ kg. Permintaan untuk ikan nila konsumsi di Pontianak cukup
besar sejalan dengan pertumbuhan penduduk dilihat dari badan pusat statistik nilai produksi ikan
nila tahun 2018 adalah sebesar 532.914.731. Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat akan ikan nila adalah dengan menggalakan usaha budidaya perikanan salah satunya
dengan menggunakan KJA.
Keramba Jaring Apung banyak digunakan petani di sepanjang sungai kapuas dikarenakan
Kelebihan penggunaan KJA adalah mempermudah proses penyortiran,memudahkan proses
panen,menjaga benih dari predator lain dan tidak perlu mengganti air seperti wadah bak beton
dan bak fiber. Selain itu modal yang dikeluarkan untuk penggunaan KJA lebih minim daripada
pembuatan wadah bak beton dan bak fiber. Hal inilah yang menjadi alasan kami untuk
mengambil judul Praktek Kerja Lapangan yaitu “Teknik Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis
Niloticus) Pada Keramba Jaring Apung di Unit Usaha Masyarakat di Jalan Adi Sucipto
Pontianak”
3. Pemeliharaan:
a. Manajemen Pakan
4. Panen
1.3 Tujuan
Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah untuk mengetahui tahapan proses dan
tingkat kerbehasilan kegiatan pembesaran ikan nila pada KJA di Unit Usaha Masyarakat Jalan
Adi Sucipto Pontianak
1.4 Manfaat
1. Dapat melakukan tahapan proses pembesaran ikan nila di KJA mulai dari persiapan wadah,
pemilihan lokasi, pemeliharaan sampai panen.
2. Dapat menghitung tingkat keberhasilan pembesaran ikan nila di KJA meliputi Laju
pertumbuhan, Tingkat kelangsungan hidup, Dan FCR.
3. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang pembesaran ikan nila di KJA.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Ikan Nila
2.1.1 Klasifikasi Ikan Nila
Klasifikasi ikan nila (Oreochromis Niloticus) secara keseluruhan Rukmana dan Yudirachman
(2015), sebagai berikut :
Filum: Chordata
Sub-filum: Vertebrata
Kelas: Osteichthyes
Sub-kelas: Acanthoptherigii
Ordo : Percomorphi
Sub-ordo: Percoidea
Family: Cichlidae
Genus : Oreochromis
Ikan nila tergolong ikan yang memiliki sisik yang besar , kasar, dan berbentuk
Etonoid dengan garis – garis vertikal bewarna gelap pada siripnya sisik terdiri atas dua lapis,
yaitu epidermis luar dan lapisan bawah epidermis (Rukmana dan Yudirachman,2015).
3
Ikan nila memiliki 5 buah sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral
fin) sirip perut (venteral fin), sirip anus (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Pada sirip
punggung, sirip dubur, dan sirip perut terdapat jari – jari lemah dan jari – jari keras yang
biasa disebut duri sirip punggung memiliki 15 jari – jari keras dan 10 jari – jari lemah. Sirip
perut memiliki 1 jari – jari keras dan 15 jari – jari lemah (Rukmana dan Yudirachman, 2015).
4
Gambar 2. Contoh Pakan Pellet
Kebiasan makan ikan nila berbeda sesuai dengan tingkatan umurnya. Benih ikan nila
lebih suka memakan zooplankton, seperti Rototaria, Copepoda, dan Clodocera. Ikan dewasa
tuan mucus (lender) dalam mulutnya. Makanan tersebut membentuk gumpalan partikel
sehingga tidak mudah keluar. Ikan – ikan nila kecil diperairan alami mencari makan di daerah
perairan yang dangkal, sedangkan ikan nila dewasa mencari makan di perairan yang dalam
(H. Kordik dan M. Ghufran 2015).
Pencegahan adalah langkah yang paling tepat dilakukan untuk media kja dikarenakan
kita tak dapat melakukan pengontrolan air . Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk
mencegah serangan hama dan penyakit ikan nila merah di antaranya : membersihkan kja
sebelum menebar ikan, memilih benih dari tempat yang memiliki sertifikat yang jelas
sehingga bibit terhindar dari penyakit, jangan memberikan pakan berlebihan sehingga dapat
mengotori air (Rukmana dan Yudirachman, 2015).
5
2.6 Pembesaran Ikan Nila.
Pembesaran ikan nila dilakukan menggunakan media KJA yang dimulai dari
persiapan wadah dan media, pemeliharaan, dan pemantauan pertumbuhan ikan berikut adalah
tahapan proses pembesaran ikan nila :
2.6.1 Wadah dan Media
Keramba jaring apung terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut (Nugroho, 2013).
Kerangka bingkai bisa dibuat dengan beberapa jenis bahan bisa menggunakan bahan kayu,
bambu, atais besi yang dapat dilapisi dengan bahan anti karat. Batang kayu dibentuk bingkai
yang disusun sedemikian rupa yang nanti nya akan berfungsi sebagai pijakan saat teknisi
berjalan di atas KJA pada saat pemeliharaan batang - batang kayu tersebut diikat membentuk
kotak kerangka (bingkai) yang dibagi menjadi empat ruang. Yang nanti nya setiap ruang
bergunaa untuk mengikat pelampung jaring.
2. Pelampung.
Pelampung di kja biasanya berjumlah 8 sampai 16 unit yang biasanya menggunakan bekas
drum besi ataupun drum plastik untuk pemasangan dengan cara di ikat kan ke kerangka kja
untuk drum besi sebaiknya di cat dahulu sebelum di pasang agar tidak mudah berkarat
pelampung berguna untuk menahan KJA agar tidak tenggelam pada saat dinaiki teknisi
maupun saat tidak di naiki teknisi.
3. Jangkar
Jangkar untuk jangkar berfungsi sebagai penahan KJA agar tidak terbawa arus sungai . untuk
bahan yang dapat digunakan sebagai jangkar yaitu bekas velg ban mobil ataupun bahan yang
berbahan dasar besi boleh juga menggunakan jangkar perahu agar lebih baik untuk
pemasangan jangkar sendiri tidak boleh terlalu berat agar KJA tidak tenggelam karena
pemberat dan masing masing sisi harus sama tidak boleh berat di satu sisi saja untuk satu unit
KJA diperlukan 4-12 jangkar. Untuk tali jangkar bisa digunakan tali tambang yang
berdiameter panjang 5 cm yang panjang nya ditentukan oleh kedalaman sungai dikali 3.
4. Jaring
Untuk Jaring yang digunakan terbuat dari bahan polietilen. Ukuran lubang jaring atau mata
jaring menyesuaikan jenis ikan yang dipelihara . untuk pembesaran ikan biasanya
menggunakan mata jaring 1 inchi (2,54 cm). Namun bila ukuran benih yang ditebar 15 g/ekor
6
maka dipergunakan mata jaring ukuran 0,5 inchi (1,27 cm ). Mata jaring yang terlalu kecil
tidak baik karena dapat mengganggu sirkulasi air jaring dapat ditempeli jasad renik atau
organisme penyakit sehingga jaring harus sering di bersihkan dengan cara disikat untuk
pemasangan Kantong jaring dipasangkan pada rakit dengan 40-50 cm bagian atas jaring
timbul dipermukaan. Lalu pada bingkai rakit dipasangkan tiang atau papan penyangga
sebagai pengikat kantong jaring.
• Pertumbuhannya cepat.
Proses penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari, karena waktu demikian
suhu tidak terlalu tinggi. Jika suhu terlalu ekstrim dapat menyebabkan stress, hal ini dapat
menyebabkan kematian pada benih pada saat awal penebraan menurut.
Aklimatisasi adalah Proses tebar benih biasa dilakukan pada pagi atau sore hari ketika
intensitas sinar matahari relatif rendah. Sebelum benih dilepas, dilakukan adaptasi suhu
selama beberapa menit. Dengan cara mendiamkan ikan selama 3-5 menit di dalam kantong ,
kemudian kantong dibuka sambil memasukkan air di dalam jaring ke dalam kantong. Setelah
terlihat gerakan ikan tidak liar , Perlahan-lahan mulut kantong ditenggelamkan di dalam air.
Proses aklimitasi yang dilakukan benar dapat dapat menekan angka mortalitas hingga 5%
(Khairuman dan Amri 2003).
2.6.3 Pemeliharaan.
Pemeliharaan dilakukan selama satu bulan dengan hal hal yang harus diperhatikan
dalam proses pemeliharaan adalah sebagai berikut :
7
2.6.3.1 Manajemen Pemberian Pakan.
Pemberian pakan untuk pemberian pakan tidak boleh berlebihan harus dibhitung
sesuai dosis yang berdasarkan sampling bobot ikan pemberian pakan yang terlalu banyak
dapat menyebabkan pakan tidak dikonsumsi ikan sehingga membusuk dan tenggelam yang
dapat mempengaruhi kadar amoniak air dan untuk pelet atau pakan yang digunakan haruslah
memiliki nilai kandungan nutrisi yang diperlukan ikan nila untuk tumbuh. Untuk Frekuensi
pemberian pakan pellet 2-3 kali sehari, yakni pada pagi jam 7sampai jam 9 , siang jam 12
sampai jam 1 , dan sore hari jam 3. Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 3%-5% dari bobot
biomassa ikan yang dipelihara perhari. Jadi untuk pemberian jumlah pakan berbeda pada
setiap masa pemeliharaan ikan yang bisa diketahui saat pengambilan sampling berat bobot
ikan sampling dilakukan setiap 10 hari masa pemeliharaan agar dapat diketahui penetapan
dosis pemberiaan pakan (Khairuman dan Amri 2011).
Parameter kualitas air dibagi menjadi 3 kelompok besar yaitu kimia, fisika , biologi
paremeter air sangat penting untuk paramter kimia diantaranya konsentrasi oksigen atau DO ,
Co2 , Ph dan untuk fiska ada Suhu , dan untuk Parameter biologi ada Plankton ketiga
kelompok ini adalah syarat kelayakan suatu tempat untuk dilakukan nya proses budidaya
pembesaran karena ketiga ini sebagai penunjang kehidupan ikan
1. Konsentrasi oksigen
Ikan memerlukan oksigen untuk bernafas dan melakukan aktifitas yang biasanya dilakukan
ikan seperti berenang nilai oksigen terlarut minimal 5 mg/L dikarenakan nilai oksigen
dibawah itu dapat menyebabkan ikan tidak dapat tumbuh dan bahkan menyebabkan kematian
kandungan oksigen terlarut 4,6-6,2 mp adalah nilai yang layak bagi kelangsungan hidup dan
pertumbuhan ikan nila yang diperjelas dengan pendapat ( M. Ghufran dan H. Kordik 2015 ).
2. Karbondioksida (CO₂)
Dalam pemeliharaan ikan karbondioksida berguna sebagai bahan fotosintesis plankton yang
nantinya plakton sebagai pakan alami ikan . nilai karbondioksida yang tinggi dapat
menyebabkan aktivitas pernapasan ikan terhambat sehingga terjadi pengikatan oksigen oleh
hemoglobin sehingga dapat menjadi sumber stress pada ikan Pada kegiatan budidaya ikan
nila, nilai karbondioksida (CO2) sebaiknya berada pada konsentrasi kurang dari 15mg/L. ( M.
Ghufran dan H. Kordik 2015 )
8
3. Suhu air
Suhu yang digunakan dalam pembesaran ikan nila adalah berkisar 28-32°C. Suhu di bawah
nilai ini dapat menyebabkan ikan tidak bisa melakukan pertumbuhan dan apabila ikan gagal
beradaptasi dapat menyebabkan kematian. Suhu yang optimal dapat membantu pencernaan
metabolisme ikan sebaliknya suhu yang tidak optimal dapat menghambat pencernaan ikan
ikan dapat mencernamakanan pada suhu 30°C selama 2,5 sampai 3 jam menurut (M.
Ghufran dan H. Kordik 2015.)
Ikan nila hidup dan berkembang dengan baik pada lingkungan perairan dengan alkalinitas
rendah atau netral, ikan nila tidak dapat melakukan pertumbuhan pada lingkungan dengan
pH rendah dibawah 5 ikan nila baru dapat melakukan pertumbuhan 5-10 pH diatas 10 dapat
membahayakan ikan sebaiknya dikisaran 5 – 7 optimalnya menurut (M. Ghufran dan H.
Kordik 2015.)
5. Ammonia
Ammonia (NH3) adalah hasil kotoran yang dibuang oleh ikan. Umumnya ikan dapat bertahan
pada nilai amoniak tertentu tetapi kejutan nilai amoniak yang berlebihan dapat menyebabkan
insang ikan terluka dan menyebabkan kematian umumnya nilai yang dapat di toleransi oleh
ikan nila adalah 0,016 mg/L menurut (Carman dan Sucipto, 2011).
9
2.6.3.4 Sampling Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup
Pertumbuhan adalah proses perubahan ukuran tubuh berat tubuh yang disebabkan
proses pertumbuhan yang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitar dan individu itu
sendiri proses pertumbuhan berlaku setiap hari pertumbuhan ikan nila (Oreochromis
niloticus) tergantung dari pengaruh fisika dan kimia perairan serta interaksinya. Laju
pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus), pertumbuhan ikan nila sangat baik apabila di
air yang dangkal dikarenakan banyak tumbuhan air sehingga ikan nila dapat mengkonsumsi
tumbuhan air Menurut ( Effendi 1997) pertumbuhan ikan nila dapat dihitung dari
pertumbuhan mutlak dan pertumbuhan relatif baik itu panjang ataupun berat ikan nila.
Tingkat kelangsungan hidup atau juga di sebut dengan Survival Rate adalah jumlah
awal populasi ikan pada saat penebaran dan jumlah akhir ikan yang bertahan pada saat akhir
pemeliharaan Menurut Effendie (1997).
Sampling dilakukan 10 hari sekali yang bertujuan untuk mengetahui berat ikan untuk
nantinya dijadikan ukuran perhitungan dosis pemberian pakan pada ikan selain itu sampling
juga bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan berat ikan pada tiap 10 hari sekali agar dapat
diketahui pertumbuhan berat relatif dan pertumbuhan berat mutlak ikan oleh karena itu
sampling dilakukan merata dengan mengambil sampel ikan sebanyak 10% dari jumlah total
populasi pengambilan sampel harus lah menyebar tidak hanya di satu titik pengambilan hal
ini bertujuan agar dapat diketahui perbedaan pertumbuhan ikan di masing masing sisi KJA
pengambilan sampel dilakkukan menggunakan alat serokan yang kemudian ikan di masukan
ke dalam wadah yang nantinya akan di timbang menggunakan timbangan digital dan di ukur
menggunakan penggaris Menurut (Effendi 1997).
2.6.4 Panen
Pemanenan ikan dilakukan pada saat pagi atau sore agar suhu berada di suhu digin
tidak terlalu panas yang dapat menyebabkan ikan stress pemanenan ada dua yaitu panen total
dan panen sebagian yang digunakan dalam pemanenan ini adalah panen total menurut
(Carman dan Sucipto, 2011).
Kegiatan diawali dengan menagkap ikan yang kemudian di simpan dan di packing
sampai siap untuk di distribusikan atau dipasarkan di pasar terdekat Menurut (Carman dan
Sucipto, 2011). Pendistribusian ikan dapat dilakukan dengan mendistribusikan ikan Mati
segar atau Ikan hidup untuk hal ini yang di distribusikan adalah ikan hidup menurut (Carman
dan Sucipto, 2011).
10
Pemanenan pada KJA diawali dengan melepas tali pemberat pada jaring yang nanti
nya jaring ditarik yang kemudian ikan nantinya berkumpul pada satu titik yang kemudian
dapat di serok menggunakan serokan sehingga menghindari ikan terluka. Untuk perlakuan
selanjutnya ikan dapat langsung di sortir sesuai kriteria nya Pengemasan ikan tergantung dari
ikan ingin di distribusikan sebagai ikan mati segar atau ikan Hidup sesuai keinginan untuk itu
dipilihlah di distribusikan secara Hidup sehingga Di packing menggunakan palstik yang di isi
air dan oksigen Menurut (Carman dan Sucipto, 2011).
Untuk ukuran bobot berkisar per individu antara 200-250 gram dikarenakan bobot
kisaran ini yang di minati pasar . bobot ini dapat dicapai apabila bibit benih yang digunakan
adalah bibit yang baik genetik nya dan perawatan pada saat pembesaran ikan juga
mempengaruhi pertumbuhan ikan apabila sudah baik perawatan ikan Nila dan bibit nila yang
digunakan juga unggul secara genetik maka bobot ini dapat diperoleh dengan lama masa
pemeliharaan 2,5 bulan menurut (Carman dan Sucipto, 2011).
11
III. METODELOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini dilakukan mulai dari 13 Juni 2022 sampai
dengan 15 Juli 2022, Bertempat di Unit Usaha Masyarakat Keramba Jaring Apung Jalan
Adisucipto Gg H.Hasan Pontianak.
3.2 Metode Penulisan
Jenis penulisan ini adalah deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek
atau objek dalam penelitian dapat berupa orang, lembaga, masyarakat dan yang lainnya
yang pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau apa adanya. Menurut
Nazir (1988: 63) dalam “Buku Contoh Metode Penelitian”, metode deskriptif
merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu
set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran,
atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antarfenomena yang diselidiki. Menurut Sugiyono (2005: 21) menyatakan bahwa
metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan
yang lebih luas. Menurut Whitney (1960: 160) metode deskriptif adalah pencarian
fakta dengan interpretasi yang tepat.
3.3 Teknik Pengambilan Data
Menurut Marzukin ( 2005 ), teknik pengumpulan data merupakan langkah yang
paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Teknik pengumpulan data dapat di ambil dengan cara observasi, partisipasi, dan
wawancara.
a. Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
beragai proses biologis dan fsikhologis. Dua di antaranya yang terpenting adalah proses-
proses pengamatan dan ingatan.
b. Partisipasi adalah kegiatan langsung yang dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan
hasil sesuai yang dilakukan.
c. Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar pikiran, informasi, ddan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat di kontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
12
3.3.1 Data Primer
Menurut Marzuki ( 2005 ), Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
sumbernya, diamati dan dicatat untuk yang pertama kalinya. Dalam kegiatan Praktikum ini
data primer yang diambil bersumber dari data yang berkaitan langsung dengan kegiatan
pembesaran ikan nila yang meliputi :
13
mana asal benih
3 Ciri Ciri Benih Observasi Melakukan
pengamatan benih
4 Jumlah Tebar Benih Partisipasi Melakukan
perhitungan
jumlah tebar
5 Waktu Tebar Benih Partisipasi Melakukan
penebaran benih di
pagi hari
3. Pemeliharaan
Data yang dapat diambil dalam pemeliharaan dapat dilihat pada tabel
14
menggunkan
pHmeter
3 Pengukuran DO Partisipasi Mengukur DO
menggunkan DO
Meter
C. Pemantauan Hama dan Penyakit
1 Jenis Hama Observasi Melakukan
pengamatan untuk
mengetahui hama
yang ada
2 Jenis Penyakit Observasi Melakukan
pengamatan untuk
mengerahui jenis
penyakit
3 Pengendalian Hama Partisipasi Melakukan
pencegahan hama
4 Penegendalian Penyakit Partisipasi Melakukan
pencegahan
penyakit
D. Sampling Laju Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup (SR)
1 Pertumbuhan Panjang Mutlak Partisipasi Menghitung
panjang mutlak
2 Pertumbuhan Panjang Relatif Partisipasi Menghitung
panjang relatif
3 Pertumbuhan Berat Harian Partisipasi Menghitung berat
harian
4 Pertumbuhan Berat Relatif Partisipasi Menghitung berat
relatif
5 Pertumbuhan Berat Mutlak Partisipasi Menghitung berat
mutlak
6 Survival Rate Partisipasi Menghitung SR
4. Panen
15
Data yang dapat diambil dalam panen dapat dilihat pada tabel
16
3.4 Analisis Data
Analisa usaha merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana kegiatan usaha mengalami keuntungan atau tidak, serta mengukur keberlanjutan
usaha tersebut. Analisa usaha dalam bidang perikanan merupakan pemeriksaan keuangan
untuk mengetahui keberhasilan usaha yang telah dicapai selama kegiatan usaha perikanan
dilaksanakan (Rahardi, 1998).
Analisis data adalah data yang diambil pada saat berada dilapangan yaitu,
berupa data SR, pertumbuhan , dan FCR. Dalam pembesaran ini, indikator keberhasilannya
adalah:
1. Pertumbuhan
Wm = Wt – Wo
Keterangan:
Wt−Wo
α= x 100 %
T
Keterangan :
17
Wt : Berat rata-rata ikan pada akhir pemeliharaan (g)
Wt−Wo
Wr = x 100 %
Wo
Keterangan :
Wr : Pertumbuhan Relatif
Pm = Lt – Lo
Keterangan :
Pm : Pertambahan panjang mutlak (cm),
Lt : Panjang rata-rata akhir (cm),
Lo : Panjang rata-rata awal (cm).
18
Nt
SR= X 100 %
No
Keterangan :
F
FCR=
Wt+ D−Wo
Keterangan :
19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Lokasi
4.1.1 Sejarah Berdirinya Balai/Loka/Unit/Perusahaan
Keramba Jaring Apung Unit Masyarakat Jalan Adisucipto Pontianak ini berdiri pada
tahun 2019, Berawal dari cita cita dan melihat sebuah potensi yang ada sehingga membuat
Bapak Efrizar selaku pemilik memulai usahanya dengan membuat KJA berukuran 1x2 Meter
dengan apung berupa drum plastik 20 liter sebanyak 2 unit dalam beberapa minggu beliau
membuat lagi 2 unit dengan konsep yang sama sehingga dalam 1 bulan terdapat 4 unit KJA
berukuran 1x2 Meter memulai dengan menebar 200 ekor benih nila disitualah beliau belajar
melakukan pembesaran secara otodidak, seiring berjalan waktu Tepatnya pada tahun 2020
beliau sekarang telah memilii KJA dengan Ukuran standar 4x4 meter dengan jumlah 14 unit
dan bisa menebar bibit 4000 – 5000 dalam 1 unit. Didalam proses mewujudkan cita - cita nya
banyak kendala yang Bapak Efrizar alami seperti sulit nya mendistribusikan ikan hasil panen
dan sulit nya mendapatkan patner dalam melakukan bisnis nya namun pada tahun 2022 beliau
mendapatkan Patner yang membantunya dalam mendistribusikan ikan sehingga berjalan
sampai saat ini.
4.1.2 Letak Geografis dan Keadaan Alam
Secara geografis Keramba Jaring Apung Unit Masyarakat ini terletak pada titik
kordinat 0°02'59.1''S 109°21'43.5''E gg H. Hasan Jalan Adi Sucipto Kota Pontianak, Berada
pada ujung gang berdiri tepat di dekat tempat pelatihan menjahit , tempat pengajian anak
anak, serta Kantin Mami Jadi letak KJA berada di lokasi tempat berkumpulnya warga.
Sebelah barat laut terdapat Galangan kapal, sebelah selatan terdapat KJA milik warga lain
dan daerah ini masih termasuk daerah beriklim tropis kondisi tempat yang terletak di daerah
tepian sungai yang membuatnya strategis untuk dilakukannya kegiatan pembesaran dengan
menggunakan KJA tepian yang ramai pemukiman warga juga menjadi salah satu keunggulan
dikarenakan daerah tepian sudah dibangun sehingga mudah akses keluar masuk daerah
tersebut.
4.2 Sarana dan Prasarana
Untuk menunjang kegaiatan praktikum maka dilengkapi berbagai jenis sarana dan
prasarana yang baik yaitu :
Tabel 5 Tabel Sarana dan Prasarana
20
4.3 Kegiatan Budidaya
Adapun alur proses kegiatan budidaya pembesaran ikan nila pada keramba jaring
apung di unit usaha masyarakat jalan adi sucipto Pontianak adalah sebagai berikut:
4.3.1 Hasil
4.3.1.1 Pemilihan Lokasi dan Wadah KJA
Sebeum melakakukan usaha pembesaran ikan nila, hal yang perlu di perhatikan
adalah pemilihan lokasi dan wadah KJA, hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 6 Hasil pemilihan lokasi dan wadah
NO URAIAN KETERANGAN
1 Jenis Wadah Keramba Jaring Apung (KJA)
2 Ukuran Wadah 2x1.5x1 meter
3 Jumlah Wadah 1 unit
NO URAIAN KETERANGAN
1 Ukuran Benih 3 – 6 cm
2 Asal Benih Unit usaha masyarakat Haji Hasan
3 Ciri Ciri Benih a. Aktif
b. Nafsu makan tinggi
c. Ukurannya seragam
d. Tidak cacat
4 Jumlah Tebar Benih 100 ekor
5 Waktu Tebar Benih 06:30 WIB
4.3.1.3 Pemeliharaan
Data yang dapat diambil dalam pemeliharaan dapat dilihat pada tabel
NO URAIAN KETERANGAN
A. Manajemen Pakan
1 Jenis Pakan SINTA
2 Ukuran Pakan 0,5 %
21
3 Dosis Pakan 3%
4 Frekuensi Pakan 3x sehari
5 FCR 1.74 kg
B. Pengukuran Kualitas Air
1 Pengukuran Suhu a. 28,4
b. 31,2
c. 27,6
d. 28.3
2 Pengukuran Ph a. 6,5
b. 7,4
c. 7,4
d. 7,2
3 Pengukuran DO 6.0 mg/l
C. Pemantauan Hama dan Penyakit
1 Jenis Hama Saproleigna sp
2 Jenis Penyakit Saprolegniasis
3 Pencegahan Hama Melakukan sortir pada waktu seleksi
benih
4 Penegendalian Penyakit Melakukan pembersihan waring
D. Sampling Laju Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup (SR)
1 Pertumbuhan Panjang Mutlak 4,3 cm
2 Pertumbuhan Panjang Harian 0,153 cm
3 Pertumbuhan Berat Harian 0,471 gr
5 Pertumbuhan Berat Mutlak 13,19 gr
6 Survival Rate 74%
4.3.1.4 Panen
Data yang dapat diambil dalam panen dapat dilihat pada tabel
NO URAIAN KETERANGAN
1 Ukuran Panen 10-11cm
2 Jumlah Panen 74 ekor
22
3 Berat Total Panen 666 gram
4 Cara Panen Melakukan pemanenan dengan cara
jaring di angkat
4.3.2 Pembahasan.
4.3.2.1 Persiapan wadah.
Dalam kegiatan pembesaran ikan nila yang dilaksanakan pada keramba jaring apung
unit usaha masyarakat jalan adi sucipto Pontianak merupakan pembesaram ikan nila di KJA.
Persiapan wadah dimulai dengan kegiatan pemasangan dan perendaman jaring yang
berbentuk persegi panjang dengan ukuran 2x1x1,5 meter. Wadah yang digunakan sebanyak 1
unit. Sebelum penebaran benih harus dilakukan persiapan wadah dan pengecekan jaring hal
ini untuk menghindari ikan tidak keluar dari jaring Hal ini sesuai dengan pendapat
(Khairuman dan Amri 2013).
Jaring dipasang dengan cara menarik tali pada ke empat sudut kemudian mengikatnya pada
tiang kerangka setelah itu di berikan pemberat berupa botol yang di isi pasir sehingga jaring
tersebut tenggelam dan dibiarkan tenggelam dengan sempurna hingga jaring steril dari bahan
kimia.
4.3.2.2 Pengadaan dan seleksi benih.
Benih yang digunakan pada kegiatan praktek kerja lapangan berasal dari kegiatan
pembenihan di unit usaha masyarakat jalan adi sucipto Pontianak dengan ukuran 3 – 6 cm.
kegiatan penebaran benih dilakukan pada pagi hari pukul 08:00 WIB. Hal ini sesuai dengan
pendapat (M. Ghufran dan H. Kordik 2010). Proses penebaran benih dilakukan pada pagi
atau sore hari, karena waktu demikian suhu tidak terlalu tinggi. Jika suhu terlalu ekstrim
dapat menyebabkan stress, hal dapat menyebabkan kematian pada benih pada saat awal
penebraan.
23
Gambar 4 Seleksi dan penebaran benih
Cara penebaran benih yaitu dilakukan aklimatisasi dengan memasukan air sungai ke wadah
yang berisi benih secara perlahan kemudian wadah dimiringkan dan ditenggelamkan dengan
tujuan benih keluar dengan sendiri
4.3.2.3 Pemeliharaan
1. Manajemen Pakan.
Jenis pakan yang digunakan disaat pemeliharaan ikan nila berupa pelet dengan ukuran
pakan 0,5. Pakan ini menyesuaikan dengan ukuran mulut ikan pemeliharaan selama 28 hari.
Pemberian pakan ikan menggunakan dosis 3% dari berat ikan dengan pemberian waktu pakan
3 kali sehari yaitu pada pagi pukul 08:00 WIB,siang 12:00 WIB dan sore 16:00 WIB.
semakin besar ikan maka diameter mulut ikan akan bertambah pakan yang besar sangat
menyulitkan benih untuk memakannya. Kesulitan dalam pemberian pakan ikan apabila
terjadi hujan dan setelah hujan dikarenakan nafsu makan ikan berkurang. Pada minggu
pertama dosis pemberian pakan sebanyak 16,23 gr/perhari dengan pemberian pakan 3 kali
sehari dengan berat rata-rata ikan 5,41 gr dengan ukuran pelet 0,5 %, . Pada minggu kedua
dosis pemberian pakan sebanyak 31,03 gr/perhari dengan pemberian pakan 3 kali sehari
dengan berat rata-rata ikan 10,34 gr dengan ukuran pelet 0,5 %,. Pada minggu ketiga dosis
pemberian pakan sebanyak 35,32 gr/perhari dengan pemberian pakan 3 kali sehari dengan
berat rata-rata ikan 17,47gr dengan ukuran pelet 0,5 %,. Pada minggu keempat dosis
pemberian pakan sebanyak 33,54 gr/perhari dengan pemberian pakan 3 kali sehari dengan
berat rata-rata ikan gr dengan ukuran pelet 0,5 %. Kandungan protein pakan diatas 20%
untuk memenuhi persyaratan pakan bergizi tinggi. Dosis dalam pemberian pakan ikan nila
adalah 3-5% dari berat ikan. Hal ini sesuai dengan pendapat (Rochdiato dan Agus 2004),
bahwa ikan diberikan pakan 3 kali sehari pakan berupa pelet pembagian waktu pemberian
pakan di bagi menjadi 3 untuk pemberian pada pagi, siang dan sore hari.
24
Gambar 5 Pemberian Pakan
Cara pemberian pakan ikan dilakukan dengan cara menebarkan pakan sedikit demi
sedikit di bagian tengah keramba jaring apung hal ini sesuai dengan pendapat (Rochdianto
dan Agus 2004), yaitu pemberian pakan diberikan sedikit demi sedikit di bagian tengah
keramba jaring apung hal ini dikarenakan nafsu makan ikan tidak selalu optimal. Agar pakan
tidak mudah hanyut dan terbuang dari kegiatan pemeliharaan selama 28 hari dihasilkan
pertumbuhan dari awal benih 248 gram menjadi 666 gram dengan pakan dihabiskan 776
gram dan didapatkannya fcr 1,74 artinya untuk memperoleh 666 gram berat ikan
memerlukan 776 gram pakan hal ini sesuai dengan pernyataan (Sunaryo dan Bernard T.
2010) menyatakann bahwa pakan yg baik harus memiliki fcr antara 1,2 smpai 1,8.
2. Manajemen Kualitas Air.
Selama kegiatan pemeliharaan juga dilakukan pengukuran kualitas air, dilakukan
setiap 7 hari sekali dengan menggunakan alat pH meter dan DO test. Pengukuran dilakukan
dengan cara mengambil sampel air pada wadah tertutup kemudian mencelupkan pHmeter
kedalam wadah selama kurang lebih 1 menit hingga indikator tidak bergerak lagi, sementara
untuk mengukur DO dilakukan dengam mengambil sampel air menggunakan botol sebanyak
10 ml lalu dimasukkan DO test sebanyak 1 tetes kemudian diaduk sampai air di botol sampel
berubah warna .
Data air yang didapatkan selama 28 hari pemeliharaan diantaranya sebagai berikut :
Kisaran derajat keasaman (pH) selama kegiatan pemeliharaan adalah 6,5 – 7,2. Hal ini sesuai
dengan pendapat Khairuman dan Amri (2013) yang menyatakan bahwa derajat keasaman
yang baik untuk pembesaran ikan nila adalah 5-9. Untuk Oksigen terlarut berkisar antara 28,3
25
– 31,2 C. hal ini sesuai dengan pendapat (Sunaryo dan Bernard T. 2010), yang mengatakan
suhu yang optimum bagi pertumbuhan ikan nila 25-30 C.
3. Pemantauan Hama dan Penyakit.
Pada kegiatan Kerja Praktek Lapangan ini tidak ada hama yang menyerang ikan nila,
hal ini disebabkan tidak ada rawa-rawa sebagai tempat tinggal hama seperti biawak.
Menurut (Khariuman dan Amri 2003), umumnya hama juga disebut sebagai predator
atau pemangsa. Hama berupa hewan atau binatang, baik hidup didalam air maupun di darat.
Ukuran hama biasanya lebih besar dari mangsanya. Hama yang umum menyerang ikan nila,
antara lain adalah biawak, ular, sero atau lingsang, kodok, burung blekok, burung kuntul, dan
bangau. Hama biasanya ditangulangi dengan tindakan mekanis, yakni membunuh langsung
hama jika berada di tempat pemeliharaan ikan. selain itu bisa juga dengan memasang
perangkap. Namun tindakan efektif adalah melokalisir area budidaya.
Dalam kegiatan pembesaran ikan nila tidak ditemukannya hama tetapi yang kami
temui penyakit ikan yang disebabkan oleh jamur saprolegnia sp yang membuat ikan mati.
Tidak di lakukannya penanganan terhadap ikan yang terserang penyakit tetapi dilakukannya
pencegahan dengan cara membersihkan sampah-sampah yang menyangkut di jaring.
Menurut (Khairuman dan Amri 2003), ada dua faktor penyebab penyakit yaitu yang
pertama, gangguan jasad hidup atau sering disebut dengan penyakit parasiter. Kedua, oleh
faktor fisik dan kimia perairan atau sering disebut dengan penyakit nonparasiter. Pencegahan
penyakit ada beberapa cara yaitu, dengan membersihkan wadah pemeliharaan, kondisi air
harus terjaga, pemberian pakan harus sesuai dosis. Karena pakan yang berlebihan akan
mengganggu lingkungan, pakan yang diberikan tidak berjamur, hindari masuknya binatang
pembawa penyakit, seperti burung, siput, dan keong. Pada 11 juli jamur saprolegnia
menyerang dan menyebabkan kematian 16 ekor di hari selanjutnya 13 juli ditemukan 10 ekor
ikan mati di dasar KJA saat sedang melakukan panen.
26
Gambar 7 Sampling Laju Pertumbuha
4.3.2.4 Panen.
Panen merupakan penentuan berhasil atau tidaknya suatu kegiatan dalam budidaya.
Pada kegiatan pembesaran nila pada keramba jaring apung yang telah dilakukan kegiatan
panen. Total panen yang didapat selama 28 hari adalah 666gram dengan jumlah ikan 74 ekor,
pemanenan dilakukan pada sore hari jam 15.30 wib.
Pemanenan dilakukan dengan cara mengangkat pemberat berupa botol yang berisi
pasir yang terletak pada empat sudut keramba, lalu menangkat kedua sisi jaring kearah
depannya sehingga ikan terkumpul disatu sudut kemudian tangkap menggunakan serokan
kemudia disimpan ke ember. Hal ini sesuai menurut pendapat (Amri dan Khairuman 2011),
mengatakan panen dilakukan dengan mengangkat kedua sisi jaring kearah depannya sehingga
ikan akan terkumpul disatu sudut selanjutnya ikan ditangkap menggunakan jaring atau
serokan.
27
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dalam kegiatan pembesaran ikan nila (oreochromis
niloticus) pada Keramba Jaring Apung Unit Usaha Masyarakat Adisucipto Pontianak adalah sebagai
berikut :
1. Wadah yang digunakan menggunakan jaring berukuran 2x1x1,5 meter, ini sudah baik jika
pembesaran yang dilakukan hanya untuk 100 ekor
2. Pakan yang digunakan adalah SINTA dengan dosis 3% mengunakan frekuensi 3 kali sehari
3. Pertumbuhan harian selama melakukan kegiatan praktek ini dengan hasil 0,425 g/hari.
Pertumbuhan mutlak selama pemeliharaan hingga selesai kegiatan 11,92g/ ekor, pertumbuhan
panjang harian 0,128 cm, petumbuhan panjang mutlak 3,6 cm dengan FCR 1,2.
4. Kelangsungan hidup ikan atau Survival Rate (SR), dengan hasil 74% dengan jumlah ikan dari
awal penebaran 100 ekor, hingga selesai kegiatan dengan ikan yang hidup 74 ekor.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas dapat disarankan agar lebih melengkapi usaha budidaya
menjadi lebih optimal yang antara lain yaitu :
1. Dalam melakukan kegiatan pembesaran ikan nila di keramba jaring apung sebaiknya
dilakukan dengan pencegahan terhadap penyakit dengan cara membersihkan jaring.
2. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan perhitungan dosis pakan dikarenakan
pemberian pakan sampai ikan kenyang tanpa dosis kurang efektif mengakibatkan
pakan terbuang sia sia.
3. Sebaiknya persiapkan alat-alat pendukung proses pembesaran seperti alat-alat
pengukur kualitas air untuk memudahkan dalam pengetahuan kualitas air.
28
DAFTAR PUSTAKA
Effendie,M.I. 1997. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. ADA
Khairuman, dan Amri, Khairul. 2003. Budidaya Ikan Nila Secara Itensif, Redaksi Agro
Media Pustaka. Jakarta. ADA
Rochdianto, Agus 2004. Budidaya Ikan di jaring Terapung. Jakarta: Penebar Swadaya. ADA
Kordi, M.G.H. 2010. Budidaya Ikan Nila dikolam Terpal. Yogyakarta: Lily Publisher. ADA
Carman dan Adi Sucipto. 2011. Panen Nila Dalam 2,5 Bulan. Jakarta: Penebar Swadaya ada
Amri, Khairul dan Khairuman. 2011. 2,5 Bulan Panen Ikan Nila. Jakarta : Agromedia
Pustaka. ada
Rohidah. 2014. Produksi Perikanan dari Sungai Kapuas Terus Dioptimalkan. 17 oktober
2014 https://ekonomi.bisnis.com/read/20141017/99/265842/produksi-perikanan-dari-sungai-
kapuas-terus-dioptimalkan. Ada
Ghufran H dan Kordik. 2015. “ Budidaya Ikan Nila Dikolam Terpal
“,https://books.google.co.id/books?
id=YUP3oalJYk4C&pg=PA47&hl=id&source=gbs_toc_r&cad=4#v=onepage&q&f=false,
diakses pada 4 agustus 2022 pukul 10.27. ada
Sunaryo, dan Bernard T 2010. Budidaya & Bisnis Ikan Nila. Redaksi Agro Media Pustaka.
Jakarta.ada
Metaxa et al. 2006. Fish Growth And Health Aspects Of Sea Bass ( Dicentrarchus Labrax )
“,https://www.researchgate.net/publication/46015333_Fish_growth_and_health_aspects_of_s
ea_bass_Dicentrarchus_labrax_reared_in_standard_vs_high_rate_algal_pond_recirculation_s
ystems, diakses pada 4 agustus 2022 pukul 10.27.
Marzuki,2005. Metode Riset Panduan Penelitian Bidang Bisnis dan Sosial. Yogyakarta :
EKONOMI
29
LAMPIRAN
Lampiran 1 Perhitungan Pemberian Pakan
a. Berat pakan sampling ke-0 tanggal 17 Juni 2022
No Berat Panjang
1 4,17 6
2 3,31 5
3 4,08 5
4 5,03 6
5 4,10 6
6 4,15 6
Total 24,84 34
Rata
4,14 5,6
Rata
Diketahui : Dosis 3%
Frekuensi pemberian pakan : 3 kali ( pagi, siang, sore)
Biomassa : Berat rata-rata x jumlah ikan
= 248,4 gram
= 3 % x 248,4 gram
= 7,45 gram
30
b. Berat pakan sampling ke-1 tanggal 20 Juni 2022
No Berat Panjang
1 4,11 6
2 7,12 7
3 4,88 6
4 6,83 7
5 4,71 6
6 4,83 6
Total 32,48 38
Rata
5,41 6,3
Rata
Diketahui : Dosis 3%
Frekuensi pemberian pakan : 3 kali ( pagi, siang, sore)
Biomassa : Berat rata-rata x jumlah ikan
= 324,6 gram
= 3 % x 324,6 gram
= 9,738 gram
31
c. Berat pakan sampling ke-2 tanggal 28 Juni 2022
No Berat (gr) Panjang (cm)
1 7,31 8
2 6,78 7
3 8,90 8
4 9,19 8
5 12,61 10
6 15,93 10
7 9,55 8
8 12,12 9
9 13,25 9
10 7,82 7
Total 103,46 84
Rata
10,34 8,4
Rata
Diketahui : Dosis 3%
Frekuensi pemberian pakan : 3 kali ( pagi, siang, sore)
Biomassa : Berat rata-rata x jumlah ikan
= 1.034 gram
= 3 % x 1.034 gram
= 31,02 gram
32
d. Berat pakan sampling ke-3 tanggal 4 Juli 2022
No Berat (gr) Panjang (cm)
1 16,87 10
2 10,59 8
3 9,50 8
4 14,28 10
5 10,88 8
6 7,65 8
7 14,60 9
8 16,01 10
9 6,48 7
10 11,03 8
Total 111,41 86
Rata
11,141 8,6
Rata
Diketahui : Dosis 3%
Frekuensi pemberian pakan : 3 kali ( pagi, siang, sore)
Biomassa : Berat rata-rata x jumlah ikan
= 1.114,1 gram
= 3 % x 1.114,1 gram
= 33,423 gram
33
e. Berat pakan sampling ke-4 tanggal 12 Juli 2022
No Berat (gr) Panjang (cm)
1 22,25 11
2 11,73 8
3 21,04 10
4 11,65 9
5 21,19 10
6 22,85 12
7 16,97 10
8 16,20 10
9 18,45 11
10 11,03 8
Total 173,36 99
Rata
17,336 9,9
Rata
Diketahui : Dosis 3%
Frekuensi pemberian pakan : 3 kali ( pagi, siang, sore)
Biomassa : Berat rata-rata x jumlah ikan
= 1.733,6 gram
= 3 % x 1.733,6 gram
= 52 gram
34
Lampiran 2 Laju Pertumbuhan
Hasil pertumbuhan ikan nila selama 17 Juni 2022 sampai 15 Juli 2022 yaitu 28 Hari
adalah :
Rumus : WM = WT – WO
17,33 gr – 4,14 gr = 13,19 gr
WM= 13,19 gr
35
Lampiran 3 Survival Rate
Hasil perhitungan tingkat kelangsunan hidup selama 54 hari dapat dilihat dibawah
ini Diketahui : Nt = 74 ekor
No = 100 ekor
Rumus : SR = 74 x 100% = 74 %
100
36
Lampiran 4 Food Conversion Ratio (FCR)
F
FCR=
Wt+ D−Wo
Diketahui
F = 776,6 gram
Wt = 666 gram
D = 26 Ekor
Wo = 248 gram
37