(Cromileptes altivelis)
Laporan Praktek Kerja Lapangan
Rizky Ramadhan
NIM. 1214511003
: Rizky Ramadhan
: 1214511003
NIP
: 196104151987021001
Dosen Pembimbing
(Rizky Ramadhan)
NIM. 1214511003
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Kelautan
Fakultas Kelautan dan Perikanan
Universitas Udayana
KATA PENGANTAR
Segala puji kahadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusunan Praktek Kerja Lapang tentang Teknik
Pembenihan Ikan Kerapu Tikus (Chromileptes altivelis) di Balai Besar Perikanan
Budidaya Laut Lampung ini dapat terselesaikan. Laporan ini disusun berdasarkan
hasil Praktek Kerja Lapang yang dilaksanakan di Balai Besar Perikanan Budidaya
Laut Lampung pada tanggal 01 Juni 25 Agustus 2015.
Penulis menghaturkan terima kasih yang tak terhingga pada kedua orang
tua dan keluarga yang telah mendoakan, mendidik dan memberikan motivasi serta
semangat hingga selesainya Praktek Kerja Lapang (PKL) ini. Laporan Praktek
Kerja Lapang (PKL) ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Kelautan pada Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Kelautan dan
Perikanan Universitas Udayana Bali.
Penulis menyadari bahwa laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini masih
belum sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penulis
berharap semoga laporan ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi kepada
semua pihak, khusus bagi Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas
Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana Bali guna kemajuan serta
perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang perikanan, terutama budidaya
perikanan.
(Rizky Ramadhan)
NIM. 1214511003
Pada kesempatan kali ini, tidak lupa penulis haturkan terima kasih yang sebesarbesarnya :
1. Ir. I.G.B. Sila Dharma, MT, Ph.D Selaku Dosen Wali yang telah memberikan
bimbingan dalam penulisan laporan PKL.
2. Tim dosen mata kuliah Praktik Kerja Lapangan atas bekal dan segala sesuatu
yang telah diberikan sebelum dan sesudah pelaksanaan PKL.
3. Dekan Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana
4. Kepala Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut
5. Tohari, S.Pi selaku pembimbing lapangan, Sugianto dan Silveter Basodoen,
S.Pi serta seluruh Staf pegawai yang telah membantu selama PKL.
6. Kedua orang tua penulis atau dukungannya baik moril maupun materil.
7. Serta semua pihak yang membantu dalam pelaksanaan PKL dan penulisan
laporan PKL ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................
ii
iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL.............................................................................................
DAFTAR GAMBAR........................................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................
vii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
DARTAR TABEL
DARTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini perikanan di Indonesia mulai dapat berkembang kembali setelah
mengalami keterpurukan akibat serangan hama penyakit, terutama perikanan
budidaya yang semakin lama semakin diminati oleh banyak kalangan dan
memiliki andil yang cukup besar dalam upaya peningkatan pendapatan.
Budidaya perikanan merupakan salah satu sumber devisa negara yang cukup
besar dan menjanjikan.Pemerintah Indonesia telah melaksanakan
pembangunan di bidang sub sektor perikanan, yaitu dengan pengembangan
budidaya ikan air tawar, air payau, maupun laut (Suyoto dan Mustahal, 2002).
Salah satu usaha budidaya yang sedang berkembang ialah usaha budidaya
perikanan laut. Ikan kerapu (Epinephelus sp.) umumnya dikenal dengan istilah
grouper dan merupakan salah satu komoditas perikanan laut yang mempunyai
peluang baik dipasarkan domestik maupun pasar internasional dan selain itu
nilai jualnya cukup tinggi.
Salah satu jenis ikan kerapu yang sering di budidayakan adalah jenis ikan
kerapu bebek. Ikan kerapu bebek (Cromileptis altivelis) merupakan jenis
ikan yang cukup potensial untuk dibudidayakan karena relatif cepat
pertumbuhannnya dan dapat dipelihara dalam ruangan yang terbatas, serta
lebih toleran terhadap perubahan lingkungan. Seiring dengan makin
bertambahnya permintaan ikan kerapu bebek maka diperlukan suatu usaha
budidaya pembenihan bibit ikan kerapu bebek, karena saat ini para petani
hanya mengandalkan benih yang ada di alam dan dikhawatirkan lama kelamaan akan habis dan punah.
Untuk melaksanakan budidaya pembenihan ikan kerapu dibutuhkan cara
yang baik dan benar agar hasil yang didapatkan sesuai dengan permintaan
pasar dan dapat mendatangkan keuntungan bagi sang pembudidaya. Maka dari
itu penting untuk mempelajari metode dan teknik budidaya pembenihannya.
Pengembangan tentang teknik dan metode pembenihan ikan kerapu bebek
sudah banyak dilakukan di Indonesia Salah satu nya ada di Balai Besar
Pengembangan Budidaya Laut ( BBPBL ) Lampung sejak tahun 2003, yang
merupakan salah satu lembaga riset tentang budidaya laut di bawah
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Maka dari itu perlu
ada nya semacam praktek kerja lapang di BBPBL Lampung yang diharapkan
dapat memberikan informasi yang jelas tentang teknik pembenihan ikan
kerapu tikus.
1.2 Maksud dan Tujuan PKL
Adapun maksud dan tujuan Praktek Kerja Lapanagn (PKL) yang
dilaksanakan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL)
Lampung adalah sebagai berikut :
10
11
Budidaya
Laut
(BBPBL)
Lampung.
Balai
Besar
BAB II
TINJAUAN UMUM TEMPAT PKL
12
pembudidayaan penegndalian hama dan penyakit ikan, pengawas benih dan budidaya
serta kegiatan lain yang dengan tugas masing-masing jabatan fungsional terdiri dari
perekayasaan, litkayasa, pengawasan budidaya serta pengendalian hama dan penyakit
ikan.
14
2) Pakan
Jenis pakan yang terdapat di BBPBL Lampung adalah pakan alami meliputi :
-
Cocolith sp.
Dinalilella sp.
Nannochloris sp.
Copepoda
Thallasiosera sp.
Skeletonema sp.
Artemia salina
Diaphanosoma sp.
Nannochloropsis aculata
Pavlova lutheri
Diapohanosoma sp.
Phaeodactylum sp.
Tetraselmis chuii
Chaetoceros sp.
Branchionus plicatilis
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
15
3.1.2 Morfologi
Ikan kerapu tergolong jenis ikan air laut yang berjual nilai tinggi, tetapi
yang lebih memiliki harga jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan kerapu
jenis yang lainnya adalah ikan kerapu tikus (Cromileptes altivelis). Ikan kerapu
tikus termasuk dalam famili Serranidae, tubuhnya memanjang gepeng
(compressed) dengan panjang tubuh 2,6 3,0 kali panjang standard ikan ( panjang
standard ikan 12 37 cm). Panjang kepala seperempat panjang total, leher bagian
16
atas cekung dan semakin tua semakin cekung. Lembaran operculum mempunyai
pinggiran yang bergerigi tajam dan halus. Lubang hidung bagian posterior besar.
Pada sirip dorsal memiliki 10 duri keras dan 17 19 duri lunak. Sirip punggung
semakin melebar kebelakang, sirip perut dengan 3 duri keras dan 10 duri lunak
(Khordi dan Andi Tamsil, 2010).
Sedangkan sirip ekor memiliki 1 duri keras dan 70 duri lunak, sisik pada
lateral line berjumlah 54 60 dan pyloric 13. Sisik punggung sangat halus dan
licin (Salim. A, 2009). Warna ikan kerapu tikus coklat kehijauan dengan dengan
bintik bintik atau bulat bulat coklat di kepala, tubuh, dan sirip. Bintik bintik
tersebut pada kerapu muda lebih besar dan sedikit, semakin tua bertambah
banyak. Seluruh permukaan tubuh kerapu bebek berwarna putih dilengkapi sirip
renang berbentuk melebar serta moncong kepala lancip menyerupai bebek atau
tikus. Pada kerapu bebek muda, bintik hitam lebih besar dengan jumlah bintik
yang sedikit.
3.1.3 Habitat
Ikan kerapu lebih sering terlihat menyendiri dan menyukai naungan
sebagai tempat bersembunyi. Kerapu lebih suka menghindar dari sinar matahari
langsung, kecuali sewaktu makan dan saat memijah. Ikan kerapu ini merupakan
jenis ikan laut yang dapat ditemukan didaerah subtropika dan tropika dari seluruh
daerah lautan. Kebanyakan ikan kerapu tinggal didaerah karang, Ikan kerapu juga
sering ditemukan di daerah pasang dan di laut dengan kedalaman sekitar 40 cm.
Dalam siklus hidupnya kerapu muda hidup di perairan karang pantai dengan
kedalaman 0,5 - 3,0 m, setelah dewasa kerapu ke daerah perairan yang lebih
dalam yaitu antara 7,0 40 m.
3.1.4 Reproduksi
Kerapu bebek memiliki sifat hermaprodit protogini yaitu perubahan
kelamin (change sex) dari betina ke jantan dipengaruhi oleh ukuran,umur, dan
spesiesnya. Transformasi dari dari betina ke jantan ini memerlukan waktu yang
cukup lama dalam kondisi alami. Pada kerapu tikus, transisi dari betina ke jantan
terjadi setelah mencapai umur 2,0-2,5 tahun. Pada umur 1,5-2,5 tahun biasanya
ikan masih berkelamin betina. Adapun ikan-ikan yang berumur 2,5 tahun ke atas,
berkelamin jantan (Khordi dan Andi Tamsil, 2010).
Sifat kerapu tikus umumnya soliter tetapi pada saat akan memijah
berlangsung beberapa hari sebelumnya bulan purnama yaitu pada malam hari.
Dari hasil pengamatan di Indonesia, musim musim pemijahan ikan kerapu
terjadi pada bulan Juni September dan November Februari. Beberapa jenis
kerapu mempunyai musim pemijahan 6 8 kali/tahun sedangkan pemijahan
pertama 1 2 kali/tahun (Salim, 2009).
17
18
pembersihan bak ini memerlukan waktu lenih kurang 1 jam. Atau tergantung dari
jumlah pekerjanya. Setelah bak besih dari lumut, tritip dan biofouling lainnya,
maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah sanitasi bak dengan
menggunakan kaporit dosis 100 ppm. Proses sanitasi pada baik ini dimulai dengan
melarutkan kaporit dengan air laut dalam suatu wadah, selanjutnya kaporit yang
telah tercampur dengan ait laut disiram pada seluruh permukaan bak dan dibiarkan
selama 60 menit atau hingga kotoran kotoran yang menempel terlepas. Langkah
selanjutnya bak disiram dengan air laut untuk menghilangkan kaporit dan kotoran
kotoran tadi, dan akhirnya bak diisi kembali dengan air laut sampai batas
perlimpasan kemudian bak diberi aerasi pada dinding bak. Kegiatan persiapan
wadah ini dilakukan selain pada saat memulai siklus baru (2 minggu setelah induk
memijah) juga sebelum induk memijah.
19
1,3 3,5 kg. Induk betina memiliki berat labih dari 1 kg dan induk jantan lebih
dari 3,5 kg.
3.3.4 Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan pada induk kerapu bebek harus memenuhi syarat
antara lain : pakan harus dalam keadaan segar, tepat mutu, jumlah dan waktu serta
mengandung protein yang tinggi. Pakan yang diberikan selama pemeliharaan
induk adalah cumi cumi dan ikan segar diantaranya ikan layang, ikan selar, ikan
tanjan dan ikan kuniran. (gambar 3). Untuk merangsang pematangan gonad induk,
induk kerapu bebek diberi pakan berupa ikan rucah yang memiliki kandungan
protein tinggi. Menurut Mustahal (1995) dalam Mustamin (1998), pada umumnya
ikan membutuhkan pakan berkadar protein antara 20-60%. Selanjutnya Elliot
(1979) dalam Mustamin (1998) menyatakan bahwa perkembangan gonad pada
induk terjadi jika terdapat kelebihan energi untuk pemeliharaan tubuh.
Pakan ikan segar diberikan setelah terlebih dahulu dibersihkan insang dan
kotoran isi perut ikan. Pakan diberikan satu kali sehari dengan persentase
pemberian 1-3 % pertotal bobot tubuh dengan metode peberian dilakaukan secara
adlibitum. Jadwal pemberian pakan dan jenis pakan disajikan pada tabel ( )
Untuk menjaga kesehatan ikan, di BBPBL Lampung melengkapi
kebutuhan nutrisi dan mempercepat kematangan kelamin, induk kerapu bebek
diberi multivitamin setiap 2 kali sehari. Jenis multivitamin yang diberikan berupa
Nature E Tocopherol yang berfungsi untuk mempercepat proses pematangan
gonad induk dan meningkatkan kualitas telur, BK 505 yang mengandung vitamin
A, B, C, D, E dan protein esensial yang berfungsi menambah nafsu makan dan
menambah daya tahan tubuh ikan terhadap serangan penyakit serta mempercepat
proses pematangan gonad..
Multivitamin yang diberikan berbentuk kapsul sehingga memudahkan
dalam pemeberiannya, yaitu dengan menyelipkan kedalam pakan ikan segar
maupun cumi. Pada saat bulan gelap nafsu mkana induk sangat rendah, hanya
memerlukan makan setengah dari biasanya. Pakan diberikan secara ad satiation
dengan pemberian satu kali sehari pada pukul 08.00 pagi.
Jumat
Sabtu
Minggu
Ikan rucah
Cumi-cumi + multivitamin
Ikan rucah
21
22
dasar bak menuju pipa outlet sehingga keluar bersama dengan air. Penggelontoran
bak induk dilakukan setiap 4 6 hari sekali atau disesuaikan dengan kondisi bak.
Setelah dilakukan penggelontoran atau hanya menurunkan air hingga 30 %, pipa
outlet dipasang setengahnya. Pada sore hari, pukul 16.00 17.00 WIB pipa outlet
dipasang seluruhnya. Sirkulasi dengan cara ini dapat mengganti air sebanyak 200
300 % dari total volume bak.
warna kulit pucat, serta produksi lendir meningkat. Selain itu, ikan akan
cenderung mengosok-gosokan tubuhnya ke dinding bak dan berenang di
permukaan air dengan tingkah laku bernafas dengan cepat dengan tutup insang
terbuka. Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan cara merendam induk
kerapu di dalam air tawar selama 15 menit. Bakteri yang menyerang induk kerapu
disebabkan oleh bakteri Vibrio sp. Bakteri ini menyebabkan kerusakan pada sirip
ikan. Pengendalian penyakit ini adalah dengan merendam induk dalam salah satu
larutan ini yaitu Arciflavin (12 ppm selama 2 jam), Furazolidone (1015 ppm
selama 2 jam), prefuran (0,30,5 ppm selama 2 jam), dan hidrogen peroksida (12
ppm selama 2 jam). Larutan yang biasa digunakan adalah Furazolidone karena
tingkat efektifitasnya paling tinggi
3.3.7 Pemijahan
3.3.7.1 Ciri Ciri Induk Matang Gonad
Ciri induk kerapu bebek yang akan memijah ditandai dengan berenang
vertikal dan induk jantan mengejar induk betina. Biasanya sebelum memijah
nafsu makan induk menurun. Induk betina perutnya terlihat lebih besar terutama
setengah bagian belakang. Induk jantan terlihat lebih cerah dan alat kelaminnya
menjadi kemerah-merahan.
Pengukuran sampling tingkat kematangan gonad dapat dilakukan dengan
teknik kanulasi pada induk betina. Telur yang diambil menggunakan kateter
diukur diameter telurnya. Sedangkan pada ikan jantan dapat dilakukan
stripping/diurut hingga mengeluarkan sperma. Kemudian kekentalan dan
pergerakkan sperma diamati.
Hal ini sependapat dengan Anonim (2010) yang menyatakan bahwa
kematangan kelamin induk jantan ikan kerapu diketahui dengan cara mengurut
bagian perut ikan (stripping) ke arah awal sperma yang keluar warna putih susu
dan jumlahnya banyak diamati untuk menentukan kualitasnya. Kematangannya
kelamin induk betina diketahui dengan cara kanulasi, yaitu memasukkan selang
plastik ke dalam lubang kelamin ikan, kemudian dihisap. Telur yang diperoleh
diamati untuk mengetahui tingkat kematangannya, garis tengah (diameter) telur
diatas 450 mikron, (Anonim, 2010).
3.3.7.2 Teknk Pemijahan
Metode pemijahan induk kerapu tikus yang dilakukan di BBPBL Lampung
dilakukan dengan dua cara, yaitu pemijahan alami dan pemijahan dengan
rangsangan hormon.
a. Pemijahan Alami
24
25
Penyuntikan dilakukan pada induk ikan yang diameter oocyte (bulatan telur)
mencapai 0,4 mm yang berarti induk telah mencapai tingkat kematangan gonad
dan siap untuk dikawinkan. Penyuntikan dilakukan pada pagi hari. Induk ikan
dibius, kemudian disuntik pada bagian punggung dibawah duri ketiga atau pada
bagian dibawah sirip dada terutama untuk induk yang berukuran besar dan
membutuhkan hormon yang lebih banyak. Penyuntikan dilakukan dengan dosis
250 dan 50 IU per kilogram bobot badan.
agar tidak ikut terbawa ke dalam media lalu air tersebut ditreatment menggunakan
larutan formalin dengan dosis 20 ppm dan diaerasi kuat selama 24 jam selanjutnya
air dapat digunakan untuk penebaran telur. Aerai yang digunakan untuk
menyuplai oksigen dalam bak penetasan telur berjumlah 11 titik aerasi yang
dilengkapi engan selang aerasi, batu dan pemberat aerasi diletakkan di bagin dasar
bak. Apabila telur menetas aerasi dikecilkan karena larva masih bersifat
planktonik yaitu bergerak dengan mengikuti pergerakan air.
Hal ini sependapat dengan Anonim (2010) yang menyatakan bahwa tiga
hari sebelum bak penetasan/bak pemeliharaan larva digunakan, perlu dipersiapkan
dahulu dengan cara dibersihkan dan dicuci hamakan memakai larutan chlorine
(Na OCI) 50 - 100 ppm. Setelah itu dinetralkan dengan penambahan larutan
Natrium thiosulfat sampai bau yang ditimbulkan oleh chlorine hilang. Air laut
dengan kadar garam 32 dimasukkan ke dalam bak, satu hari sebelum larva
dimasukkan dengan maksud agar suhu badan stabil berkisar antara 27 - 28C.
Telur hasil pemijahan dikumpulkan dengan sistim air mengalir. Telur yang dibuahi
akan mengapung dipermukaan air dan berwarna jernih (transparan). Sebelum telur
ditetaskan perlu direndam dalam larutan 1 - 5 ppm acriflavin untuk mencegah
serang bakteri.
27
Jumlah Telur
Volume Sampel
16 Juni 2015
720.000
18 Juni 2015
380.000
20 Juni 2015
845.000
28
22 Juni 2015
1.145.000
23 Juni 2015
310.000
24 Juni 2015
230.000
29
30
31
32
34
35
36
37
daripada menggunakan air laut yang langsung diambil dari laut. Pada larva
berumur 25 hari (D25) diganti sebanyak 3 m3 dan pada larva yang berumur lebih
dari 45 hari pergantian air dilakukan secara terus menerus. Pada larva yang
berumur 45 hari, sumber air yang diganti tidak lagi berasal dari tandon, namum
berasal dari air laut yang langsung disedot menggunakan pompa.
Tabel 4. Data Kualitas Air Pemeliharaan Larva Kerapu bebek
di BBPBL Lampung
38
39
40
41
setiap hari. Penggantian air dilakukan 2 kali sehari dengan volume penggantian
80% dari total volume bak , kemudian diisi kembali dengan sirkulasii air secara
terus -menerus. Untuk mengurangi penurunan kualitas air akibat dari sisa pakan
benih yang tidak termakan, maka dilakukan penyiponan seusai dilakukan
pemberian pakan pada benih. Kegiatan penyiphonan ini dilakukan 2 kali sehari
yaitu saat pagi hari dan sore hari. Selain itu bak pendederan benih ikan kerapu
bebek di BBPBL Lampung dilengkapi dengan filter air yang berfungsi sebagai
penyaring air yang masuk ke dalam bak pendederan pada saat sirkulasi air, filter
air dibersihakan minimal sehari sekali dengan cara membersihkan kotoran yang
menyangkut di dalam filter air.
43
44
3.4
45
1. Induk yang masih berasal dari alam sehingga ketersediaan induk terbatas dan
tergantung dari tangkapan dari nelayan, disarankan supaya ada penambahan
budidaya pada pemeliharaan induk.
2. Ketersediaan pakan ikan rucah untuk induk yang menyesuaikan musim,
disarankan perlu adanya pembuatan pakan buatan untuk indukan.
3. Belum adanya pengobatan terhadap penyakit VNN(Viral Nervous
Necrosis) yang dapat menyebabkan kematian massal terhadap larva ikan
kerapu tikus, disarankan ada studi-studi lebih lanjut untuk menemukan
formula yang tepat untuk meningkatkan kekebalan benih dan menghasilkan
benih yang tahan penyakit.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
46
DAFTAR PUSTAKA
47
LAMPIRAN LAMPIRAN
48