Anda di halaman 1dari 31

MATERI AJAR BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING

BIDANG STUDI PERIKANAN


TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT
AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT

i
Oleh:
Nama
Mahasiswa :
IKE IKARTI,
S.Pi 
NIM : 213128764884

PENDIDIKAN PROFESI GURU FAKULTAS


KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2021

DAFTAR ISI

Halaman D e p a n . . …………………………..………………..………………i
Kata Pengantar ………………………………………………………………….ii
Daftar Isi ………………….…………………………………………………...iii
ii
Daftar Gambar ………………………………………………………………….iv

BAB I PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat ………………………………………………... 4

B. Rekevansi………………………………………….…………….. 4
C. Panduan Belajar.......………………………………...................... 6
D. Strategi Pembelajaran …………………………………………… 6

BAB II: INTI PEMBELAJARAN 7

1. Capaian Pembelajaran …..............…………………… 7


2. Capaian Pembelajaran ......................................................................... 7
3. Uraian Materi .............................................................................. 8
A. Tambak Ramah Lingkungan…....................................…………… 8
B. Tahapan Pengelolaan tambak ramah lingkungan…....…………… 10
C. Peningkatan daya dukung dan pemeliharaan tambak…………… 19
BAB III PENUTUP
A. Rangkuman …..............………………………………................... 23
B. Evaluasi Materi ….......................................................................... 24
C. Daftar Pustaka ……………………………………………………. 24

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Mangrove ditanam di sepanjang tanggul tambak ......................................................................8


Gambar 2.Tambak tanpa vegetasi mangrove, terasa gersang`.....................................................................8
Gambar 3. Model Wanamina : (A) Empang Parit, (B) Komplangan, (C) Jalur, (D) Tanggul
……………..9
Gambar 4. Wanamina model tanggul dikombinasikan dengan tanaman mangrove ………………………9
Gambar 5. Wanamina model empang parit dikombinasikan dengan tanaman the ………………………..9
Gambar 6.Tambak polikultur bandeng dan rumput laut ………………………………………………10
Gambar 7. Siklus produksi budidaya tambak ramah lingkungan………………………………………….11
Gambar 8. Hindari pembuatan tambak dengan membendung daerah tergenang………………………12
Gambar 9. Pematang yang lebar memudahkan akses menuju tambak……………………………………12
Gambar 10. Mesin Pompa Air 5,5 HP untuk pengeringan tambak…………………………………….14
Gambar 11.pipa yang digunakan untuk memasukkan dan mengeluarkan … … … … … … … … . 1 4
air ke dan dari dalam tambak
Gambar 12. Lumpur hitam namun masih bisa ditolelir untuk produksi tambak…………………………15
Gambar 13.Pengupasan dan pengangkatan lumpur hitam di dasar … … … … … … … … … … … . . 1 5
tambak setelah tanah dijemur hingga retak-retak (foto: BMP Aceh)
Gambar 14.Pelebaran caren pada persiapan lahan……………………………………………………16
Gambar 15.Pengangkatan lumpur caren ………………………………………………………………16
Gambar 16 Jembatan Anco……………………………………………………………………………..16
Gambar 17 Saringan pada pintu air …………………………………………………………………….17
Gambar 18.Saringan pada pipa yang terhubung dengan pompa air…………………………………….17
Gambar 19Produk yang menggunakan pestisida diLARANG di pasar International……………………18
Gambar 20.Pemupukan tidak menggunakan masker dapat mengganggu kesehatan…………………….19

iv
KATA PENGANTAR

Materi yang dibahas dalam materi ajar ini adalah “Teknik Pendederan komoditas perikanan
ramah lingkungan ”. Materi ini dipelajari oleh peserta didik kompetensi keahlian agribisnis
perikanan Payau dan laut Pada Mata Pelajaran Teknik Pendederan Komoditas payau dan laut.
Materi ajar ini membahas konsep pendederan ramah lingkungan. Dalam materi ajar ini akan
dijelaskan secara detail tentang penerapan pendederan ramah lingkungan.

Dalam materi ajar ini akan dijelaskan secara detail tentang konsep pendederan ramah
lingkungan serta manfaat dan kelebihannya. Untuk mendukung kegiatan praktek siswa, diharapkan
guru dan siswa memanfaatkan media yang dimiliki.

Budidaya tambak ramah


lingkungan ramai didengungkan
akibat kerusakan lingkungan
pesisir (mangrove) yang
parah, salah satunya akibat
kegiatan pembukaan lahan untuk
tambak. Sehingga konsep
budidaya tambak ramah

v
lingkungan lebih sering disebut
sebagai budidaya tambak yang
melestarikan mangrove sebagai
jalur hijau atau
penanaman mangrove di tambak
(silvofishery). Padahal konsep
budidaya ramah lingkungan tidak
hanya mencakup
penerapan jalur hijau (green belt)
atau penanaman mangrove, tetapi
juga pada penerapan tata cara
budidaya yang
baik dalam arti tidak menggunakan
bahan baku produksi yang merusak
lingkungan dan atau
membahayakan
vi
keselamatan dan kesehatan
konsumen produk yang dihasilkan.
Budidaya tambak ramah
lingkungan ramai didengungkan
akibat kerusakan lingkungan
pesisir (mangrove) yang
parah, salah satunya akibat
kegiatan pembukaan lahan untuk
tambak. Sehingga konsep
budidaya tambak ramah
lingkungan lebih sering disebut
sebagai budidaya tambak yang
melestarikan mangrove sebagai
jalur hijau atau
penanaman mangrove di tambak
(silvofishery). Padahal konsep
vii
budidaya ramah lingkungan tidak
hanya mencakup
penerapan jalur hijau (green belt)
atau penanaman mangrove, tetapi
juga pada penerapan tata cara
budidaya yang
baik dalam arti tidak menggunakan
bahan baku produksi yang merusak
lingkungan dan atau
membahayakan
keselamatan dan kesehatan
konsumen produk yang dihasilkan.
Materi ajar ini diharapkan dapat membantu memberikan pengetahuan dan pemahaman
tentang pendederan yang ramah lingkungan karena materi pembelajaran disajikan dirancang
sedemikian rupa dengan pendekatan Problem Based Learning (PBL) yang mengarahkan peserta
didik dalam mengasah kompetensi, pengetahuan serta kemampuan dalam melakukan penerapan
pendederan ramah lingkungan. Materi ajar ini juga dilengkapi dengan forum diskusi dan soal-soal
terkait manfaat,keunggulan dan kelebihan pendederan ramah lingkungan yang membantu peserta
didik dalam melakukan evaluasi pembelajaran yang telah dilakukan. Semoga materi ajar ini
berguna dalam membentuk pemahaman peserta didik dalam memahami konsep pendederan yang
ramah lingkungan.

viii
.
.
``

IKE IKARTI S, Pi

ix
BAB I. PENDAHULUAN

A. Deskripsi Singkat

Pendederan merupakan salah satu sektor usaha dalam budi daya perikanan. Produk
hasil dari usaha pendederan yaitu benih ikan dan udang dengan ukuran yang relatif masih
kecil yang akan digunakan untuk dilanjutkan ke tahapan pembesaran. Benih ikan dan
udang hasil pendederan akan ditebarkan ke dalam tambak tradisional, semi intensif dan
intensif. Kegiatan pendederan merupakan tahapan kegiatan pada usaha budi daya
perikanan yang menghasilkan produk benih ikan atau udang siap tebar. Benih ikan dan
udang yang telah melewati tahap pendederan maka akan menghasilkan produk benih ikan
dan udang yang memiliki ukuran tubuh lebih besar dan daya tahan tubuh lebih optimal.
Budidaya tambak ramah lingkungan ramai didengungkan akibat kerusakan
lingkungan pesisir (mangrove) yang parah, salah satunya akibat kegiatan pembukaan lahan
untuk tambak. Sehingga konsep budidaya tambak ramah lingkungan lebih sering disebut
sebagai budidaya tambak yang melestarikan mangrove sebagai jalur hijau atau penanaman
mangrove di tambak (silvofishery). Padahal konsep budidaya ramah lingkungan tidak
hanya mencakup penerapan jalur hijau (green belt) atau penanaman mangrove, tetapi juga
pada penerapan tata cara budidaya yang baik dalam arti tidak menggunakan bahan baku
produksi yang merusak lingkungan dan atau membahayakan keselamatan dan kesehatan
konsumen produk yang dihasilkan.

B. Relevansi

Materi ajar yang disajikan mencakup, berbagai informasi tentang konsep pendederan
ramah lingkungan yang relevan dengan materi kelas XI Kompetensi Keahlian agribisnis
perikanan payau dan laut. Materi ini merupakan salah satu Kompetensi Dasar (KD) yang
relevan dengan kebutuhan dalam menerapkan lokasi pendederan yang ramah lingkungan.

Materi ajar disusun agar peserta didik mampu menganalisis konsep pendederan yang
ramah lingkungan serta mengakses informasi tentang manfaat,kelebihan dan kekurangan
pendederan ramah lingkungan dengan konteks permasalahan dalam menerapkan pendederan
ramah lingkungan seperti beberapa kondisi yang dihadapi, misal permasalahannya petambak
masih menggunakan bahan baku produksi yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan
pestisida dan atau antibiotik secara gegabah. Dikarenakan lokasi tambak-tambak di Indonesia
umumnya berlokasi di lahan pasang surut (daerah mangrove) maka panduan ini membahas

10
mengenai pengembangan konsep budidaya tambak ramah lingkungan di daerah mangrove.
Perbaikan ini diharapkan dapat memberikan manfaat ganda baik dari segi ekonomi maupun
lingkungan, dalam arti produksi dapat meningkat dan menguntungkan petambak serta
keseimbangan lingkungan dapat tercipta/terjaga.

Ketika terjadi kasus atau permasalahan seperti di atas, apa yang harus dilakukan.
Bagaimana anda menanganinya?. Permasalahan ini yang akan dibahas melalui kegiatan
pembelajaran Teknik pendederan komoditas perikanan ramah lingkungan berikut Ransangan
berupa Video tentang penerapan pendederan ramah lingkungan yang tepat untuk usaha
pendederan yang ditampilkan dalam pembelajaran.

C. Panduan Belajar

Modul ini dilengkapi dengan tautan yang bisa dilihat langsung dengan menggunakan
jaringan internet. Selain itu tersedia video yang menjelaskan secara visual baik video
pembelajaran, video tutorial dan video animasi. Setiap modul dilengkapi dengan rangkuman,
test formatif dan test sumatif. Test ini menjadi uji pemahaman peserta didik dan menjadi alat
ukur penguasaan setelah mempelajari materi dalam modul ini. Jika peserta didik belum
menguasai 75% dari setiap sub materi, maka peserta didik dapat mengulangi untuk
mempelajari materi yang tersedia dalam modul ini. Apabila peserta didik masih mengalami
kesulitan silakan diskusi dengan teman atau guru pada forum yang disediakan dalam
pembelajaran daring. Perangkat pembelajaran membutuhkan dukungan teknis selain
tersediaanya sumber bacaan utama seperti: 1) Akses internet di ruangan belajar 2) Komputer
atau laptop yang memadai untuk setiap peserta didik..

D. Strategi pembelajaran

Strategi pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar mengajar pada


prinsipnya harus disesuaikan dengan kondisi peserta didik, lingkungan sekolah dan waktu
pembelajaran. Untuk materi lokasi pendederan komoditas payau dan laut beberapa strategi
yang bisa dijadikan sebagai acuan adalah Pembelajaran Langsung (Direct Learning) dan
Pembelajaran Konstektual (Contextual Learning) dengan model PBL yang dimulai dengan
mengajukan permasalahan yang dihadapi dalam menentukan lokasi pendederan yang baik
dan benar. Sedangkan metode pembelajaran yang akan diterapkan disarankan untuk
menggunakan metode Diskusi Untuk lebih menarik dan menciptakan pembelajaran abad 21
(Critical Thinking, Creativity and Innovation, Collaborative, dan Communication)
hendaknya guru pengampu menyiapkan beberapa media pembelajaran yang menarik yang
memudahkan siswa dalam mengusai materi Teknik pendederan ramah lingkungan
11
BAB II. INTI PEMBELAJARAN

1. Kegiatan Belajar : Teknik pendederan komoditas perikanan ramah lingkungan

2. Capaian Pembelajaran
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini peserta didik diharapkan mampu
menjelaskan tentang konsep pendederan ramah lingkungan beserta manfaat dan keunggulan
serta mampu menerapkan pendederan yang ramah lingkungan.

3. Uraian Materi :

Seiring berkembangnya kebutuhan industri budidaya ikan atau udang yang dituntut
ramah lingkungan, beragam teknologi yang dapat digunakan untuk meminimalisir limbah
budidaya mulai bermunculan. Banyak upaya yang dapat dilakukan oleh pembudidaya ikan
atau udang untuk meminimalisir limbah sisa pakan atau Pengolahanya. Materi ajar ini
mengambil materi “pendederan ramah lingkungan” ini adalah salah satu upaya untuk
mempersiapkan lokasi dalam pendederan ramah lingkungan,
Sebagaimana telah disampaikan pada pendahuluan di atas, definisi konsep tambak
ramah lingkungan tidak hanya mencakup penciptaan atau pemeliharaan jalur hijau di sekitar
areal tambak, akan tetapi juga kepada praktik pengelolaan tambak itu sendiri.

Beberapa manfaat atau kelebihan dari tambak ramah lingkungan diantaranya :

1. Biaya dan resiko produksi jauh lebih rendah dan dapat dioperasikan dalam skala kecil
(rumah tangga).
2. Dapat menghasilkan produksi sampingan dari hasil tangkapan alam seperti udang alam,
kepiting, dan ikan- ikan liar
3. Pemulihan lingkungan (melalui penanaman/pemeliharaan mangrove) dapat meningkatkan
daya dukung (carrying capacity) tambak, sehingga mampu menjaga kualitas air dan
menopang kehidupan komoditas yang dibudidayakan
4. Produk udang yang dihasilkan memiliki kualitas yang premium dan memiliki harga yang
lebih tinggi di pasaran internasional karena bersifat organik atau tidak mengandung bahan
kimia berbahaya

12
5. Kawasan tambak ramah lingkungan lebih tahan terhadap serangan penyakit, akibat
kemampuan mangrove dalam menyerap limbah dan menghasilkan zat antibakteri

Perbedaan desin dan laut layout tambak yang memelihara jalur hijau dan yang tidak
memelihara jalur hijau dapat dilihat pada gambar berikut :

Ö X
Gambar 1. Mangrove ditanam di sepanjang Gambar 2. Tambak tanpa vegetasi mangrove, terasa
tanggul tambak gersang

A. TAMBAK RAMAH LINGKUNGAN


Beberapa penerapan sederhana akan konsep budidaya tambak ramah lingkungan di
Indonesia yaitu sistem silvofishery, polikultur dan system IMTA.

1. SISTEM SILVOFISHERY
Sylvofishery atau dikenal juga dengan sebutan wanamina terdiri dari dua kata yaitu
“sylvo’ yang berarti hutan/pepohonan (wana) dan “fishery” yang berarti perikanan (mina).
Silvofishery merupakan pola pendekatan teknis yang terdiri atas rangkaian kegiatan terpadu
antara kegiatan budidaya ikan/udang dengan kegiatan penanaman, pemeliharaan, pengelolaan
dan upaya pelestarian hutan mangrove.

Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan menerapkan silvofishery, yaitu:

a. Kontruksi pematang tambak akan menjadi kuat karena akan terpegang akar-akar mangrove
dari pohon mangrove yang ditanam di sepanjang pematang tambak dan pematang akan
nyaman dipakai para pejalan kaki karena akan dirimbuni oleh tajuk tanaman mangrove
b. Petambak dapat mengunakan daun mangrove terutama jenis Rhizophora sp, sebagai pakan
kambing sedangkan jenis Avicennia sp, Bruguiera sp, Ceriops sp kambing tidak menyukainya
(ternak sebaiknya dikandangkan agar bibit mangrove yang masih muda tidak mati dimakan/
diinjak ternak)

13
c. peningkatan produksi dari hasil tangkapan alam dan ini akan meningkatkan pendapatan
masyarakat petani ikan.
d. Mencegah erosi pantai dan intrusi air laut ke darat sehingga pemukiman dan sumber air
tawar dapat dipertahankan
e. Terciptanya sabuk hijau di pesisir (coastal green belt) serta ikut mendukung program mitigasi
dan adaptasi perubahan iklim global karena mangrove akan mengikat karbondioksida dari
atmosfer dan melindungi kawasan pemukiman dari kecenderungan naiknya muka air laut.
f. Mangrove akan mengurangi dampak bencana alam, seperti badai dan gelombang air
pasang, sehingga kegiatan berusaha dan lokasi pemukiman di sekitarnya dapat
diselamatkan

Dalam pengembangannya, tambak silvofishery telah banyak dimodifikasi, namun


secara umum terdapat (tiga) model tambak silvofishery, yaitu: model empang parit,
komplangan, dan jalur (Gambar 3).

(A)

(B)

Gambar 4. Wanamina model tanggul


dikombinasikan dengan tanaman
(C) mangrove

(D)

Gambar 3. gambar Wanamina : (A) Empang Parit,


(B) Komplangan, (C) Jalur, (D)
Tanggul,Sumber : PMD Mahakam & Fak.
Perikanan UNMUL 2009

Gambar 5. Wanamina model empang


parit dikombinasikan dengan
tanaman the

2. SISTEM POLIKULTUR

14
Polikultur merupakan suatu istilah budidaya yang membudidayakan lebih dari satu jenis
komoditas dalam satu masa pemeliharaan dalam petak yang sama. Konsep polikultur
berkembang dikarenakan banyaknya kasus kegagalan produksi monokultur di tambak
terutama udang, sehingga diharapkan dengan memelihara dua atau lebih jenis komoditas,
masih dapat menghasilkan produksi untuk menutupi kegagalan lainnya. Dalam perjalanannya
ternyata konsep polikultur malah dapat meningkatkan produksi kedua komoditas yang dipelihara
akibat faktor yang menguntungkan satu sama lain di dalam tambak, seperti misalnya antara
udang dan bandeng, atau udang dan rumput laut, dan lain sebagainya.

Polikultur yang akhir-akhir ini dikembangkan adalah kombinasi budidaya rumput laut
Gracillaria, udang windu dan bandeng dalam satu petak tambak. Kombinasi ketiga jenis ini
didasarkan pada peran Gracillaria sebagai penyerap limbah (filter pollutan) dan pergerakan
bandeng yang membantu aerasi air tambak secara alami. Namun demikian berdasarkan
pengalaman kelompok petambak di Desa Pesantren Pemalang, polikultur bandeng dengan
rumput laut menyebabkan rasa hanyir/bau rumput laut pada bandeng yang dipanen dan menjadi
kurang laku di pasaran.

Gambar 6. Tambak polikultur bandeng dan rumput laut (panah kuning menunjukan jembatan dan pelampung untuk mengontrol
rumput laut di dalam tambak)

Hasil diskusi verbal dengan seorang praktisi tambak organik di Sidoarjo Jawa Timur
menyebutkan, berdasarkan pengalamannya bahwa masalah bau hanyir pada bandeng yang
dicampur dengan rumput laut dikarenakan penggunaan pupuk UREA ataupun TSP sebagai
pemacu pertumbuhan rumput laut. Beberapa rumput laut yang telah dewasa terlepas dari

15
kuntumnya mati membusuk di dasar tambak dan dimakan oleh bandeng. Hal inilah yang
menyebabkan bandeng menjadi bau hanyir.

B. TAHAPAN PENGELOLAAN TAMBAK RAMAH LINGKUNGAN

Pada dasarnya tahapan pengelolaan tambak ramah lingkungan baik untuk komoditas udang
windu, bandeng dan rumput laut akan melalui beberapa tahap sederhana seperti diagram di
bawah ini.
1. Pemilihan Lokasi
2. Persiapan lahan dan air (perbaikan pematang dan saluran, pengeringan, pengapuran,
pembasmian hama dan pemupukan)
3.

Tahapan nomor dua sampai dengan nomor tujuh merupakan suatu siklus yang terus berlangsung
dalam suatu siklus produksi sebagaimana ilustrasi berikut.

Gambar 7. Siklus produksi budidaya tambak ramah lingkungan

1. PEMILIHAN LOKASI

a. Tidak menghilangkan atau menebang tumbuhan di area sekitar 130m untuk


membuka tambak. Hal ini sesuai dengan hukum Nasional mengenai lebar jalur
hijau, yaitu 130 kali selisih rat-rata pasang tertinggi dan surut terendah

b. Jangan memilih lokasi tambak baru di lokasi dengan produksi tambak yang
rendah atau sedang mewabah penyakit pada udang/ ikan

c. Patuhi semua peraturan yang berlaku dan perencanaan pengembangan wilayah


pesisir

16
d. Penanaman kembali hutan bakau dapat membantu merehabilitasi tambak-tambak
yang telah mati dan meningkatkan produksi tangkapan alam.

17

Gambar 9. Pematang yang lebar memudahkan akses


menuju tambak

Gambar 8. Hindari pembuatan tambak dengan


membendung daerah tergenang

Rekomendasi bentuk
tambak tradisional:

1. Bentuk tambak dibuat persegi panjang teratur sehingga memudahkan dalam pengontrolan
dan pengelolaan.
2. Pintu air terbuat dari kayu yang tahan air dan diberi saringan berlapis, terletak di saluran
utama pemasok air dan dipasang di tengah sisi pematang tambak.
3. Elevasi atau tinggi pematang harus memungkinkan kedalaman air bisa mencapai minimal
80 cm di pelataran.
4. Ukuran luasan tambak sebaiknya tidak terlalu luas berkisar antara 2-5 ha, agar
pengelolaan terhadap air dan tanah saat persiapan dan pemeliharaan mudah dilakukan,
dan panen mudah dilakukan.
5. Memiliki caren dengan kedalaman kurang lebih 40-80 cm dengan lebar 1-4 meter di
sekeliling tambak.
6. Jika memungkinkan, pengaturan kemiringan dasar tambak harus lebih diperhatikan
untuk memudahkan kesempurnaan saat pembuangan air.
7. Lebar atas pematang sebaiknya memungkinkan dilalui sepeda motor untuk kepentingan
transportasi.

2. PERSIAPAN LAHAN DAN AIR

18
Tahap persiapan sering dianggap remeh petambak, padahal keberhasilan produksi
tidak bisa terlepas dari kesempurnaan proses persiapan. Tahapan persiapan tersebut dibagi ke
dalam persiapan lahan dan persiapan air sebelum tebar.

 Persiapan lahan meliputi : pengeringan lahan, perbaikan prasarana produksi seperti


pematang, pintu air, jembatan anco, saringan, dll), pembajakan atau pembalikan
tanah (jika ada), pengapuran (jika ada), dan pemberantasan hama.
 Persiapan air meliputi pengisian air, pemupukan, dan, jika ada, pengapuran susulan.

Penerapan tahap persiapan lahan dan air pada sistem tambak tradisional
umumnya tidak semuanya dilakukan oleh petani tambak, hal ini dikarenakan
bergantung kepada kondisi lahan dan ketersediaan modal. Sebagai contoh petambak
di Teluk Banten yang membudidayakan bandeng maupun udang pada umumnya tidak
mengeringkan lahan atau tambak tidak pernah benar-benar dikosongkan saat panen.
Hal tersebut dikarenakan konstruksi pintu air pembuangan lebih tinggi daripada
kedalaman caren. Pengeringan hanya dimungkinkan jika dilakukan pemompaan air di
caren ke saluran pembuangan, dan ini tentu saja membutuhkan biaya.
Demikian halnya pada proses persiapan tambak di Pemalang, dimana juga tidak
dilakukan persiapan lahan sampai kering. Persiapan lahan dilakukan hanya pada
tahapan perbaikan tambak. Namun kelebihan tambak-tambak di Pemalang meski lahan
tambak tidak dikeringkan karena memiliki sungai besar yang bermuara di laut yaitu Sungai
Jamuran dan Saluran Cepuk, sehingga pembilasan tambak saat panen hampir
mendekati sempurna.

3. PENGERINGAN DAN PEMBILASAN LAHAN

Pengeringan lahan pada tambak udang sangatlah penting guna memperbaiki kualitas
tanah dengan mengurangi zat beracun dan membunuh organisme yang tidak diinginkan.
Lama pengeringan biasanya antara satu hingga dua minggu, tergantung dengan kondisi
cuaca. Dasar tambak yang dijemur harus benar-benar kering hingga timbul retakan (pecah-
pecah) secara merata, dan diperlukan pembalikan tanah atau pembuangan lumpur hitam
untuk memperbaiki kualitas tanah yang busuk. Pengeringan dan ekspos udara akan
mempercepat perbaikan kualitas tanah tambak secara mudah dan alamiah.

19
Gambar 10. Mesin Pompa Air 5,5 HP untuk Gambar 11. Pipa yang digunakan untuk memasukkan dan
pengeringan tambak mengeluarkan air ke dan dari dalam tambak

Prosedur yang umum dilakukan adalah:


1. Setelah panen, keringkan lahan dengan penjemuran selama kurang lebih 7 hari jika cuaca
baik (cerah) hingga dasar tambak retak-retak. Bila air di dalam tambak tidak dapat dikeringkan
secara sempurna, maka harus dibantu dengan menggunakan pompa untuk mengeluarkan air
genangan tersebut. Pompa berbahan bakar bensin yang umumnya digunakan mulai dari
5,5 PK hingga di atas 10 PK (Gambar 10).
2. Setelah dasar tambak kering, angkat lumpur yang berwarna hitam (busuk) dan, sisa-sisa
bangkai ikan/udang dll yang masih ada di dasar tambak (Gambar 13). Pastikan buangan
tersebut tidak masuk lagi ke dalam tambak saat hujan lebat.
3. Bilas kolam dengan cara mengisinya dengan air laut sedalam sekitar 30 cm dan didiamkan
selama 24 jam, lalu buang airnya keluar keesokan harinya sampai habis sama sekali. Pada
kasus tanah sulfat asam (pyrite) disarankan untuk membilas tambak berkali-kali pada masa
persiapan untuk menaikkan pH tanah. Praktik ini sangat jauh lebih mudah dan murah
dibandingkan dengan pengapuran dalam jumlah besar. Periksa perubahan pH tanah selama
proses pembilasan.

Pada budidaya bandeng di tambak, pengeringan dasar tambak umumnya dilakukan bila dua
kali siklus produksi pertumbuhan bandeng tidak signifikan atau dikenal dengan istilah kuntet, maka
sebaiknya dilakukan pengeringan dasar tambak sampai dasar tambak pecah-pecah, sama seperti
tahapan dalam tambak udang.

4.

X 
Gambar 13. Pengupasan dan pengangkatan lumpur hitam di
Gambar 12. Lumpur hitam namun masih bisa ditolelir dasar tambak setelah tanah dijemur hingga retak-retak (foto:
untuk produksi tambak BMP Aceh)

20
4. Pengapuran, Pengisian Air dan Pemupukan
Pengapuran dasar
Tanah tambak di daerah mangrove umumnya memiliki pH (keasaman) yang lebih
rendah dibandingkan dengan pH tanah di daerah atasnya (sawah, kebun, dll). Hal ini
dikarenakan tingginya kandungan bahan organik (humus) di dalam tanah di daerah mangrove.
Pengapuran tanah dasar tambak yang masam merupakan salah satu faktor penting dalam
peningkatan produksi udang di tambak, karena tanah masam menyebabkan : (1) Tingkat
kematian udang dan ikan tinggi, (2) Resiko terhadap penyakit tinggi, (3) Pertumbuhan alga
sebagai pakan alami rendah, (4) Dapat menurunkan kadar oksigen terlarut

 Gunakan pengukur pH tanah, diukur saaat tanam basah

 Jangan membalik tanah yang masam karena dapat menyebabkan tanah menjadi lebih asam

 Pengapuran tanah dasar tambak bertujuan untuk menaikkan pH tanah hingga pada
tingkat yang dibutuhkan udang/ikan (>6.0-7.0).

Pemberian kapur dalam jumlah banyak juga sangat disarankan pada dasar tambak yang sulit
dikeringkan dengan maksud untuk membunuh bibit penyakit Manfaat pengapuran dasar
tambak diantaranya adalah: (1) membunuh parasit, (2) menaikkan pH tanah hingga mencapai
level yang cocok untuk udang/ikan, (3) mencegah fluktuasi pH yang drastis, (4) meningkatkan
produktivitas biologi dengan mengaktifkan bakteri pemecah bahan organik di dalam tanah. (6)
menetralisir zat berbahaya seperti asam, dan (7) secara tidak langsung memperbaiki tekstur tanah
tambak.
Beberapa kriteria yang perlu dijadikan patokan sebelum melaksanakan pengapuran adalah:
1. Pemberian kapur dilakukan saat dasar tambak kering, setelah pembilasan. Jenis dan
Jumlah Kapur Dasar yang Dibutuhkan berdasarkan pH Tanah di Daerah Mangrove
pH tanah CaCO3 Ca(OH)2
(kaptan)/Ha (gamping)/ Ha
<5 3,0-5,0 ton 1,5-2,5 ton
5- 2,0-3,0 ton 1,0-1,5 ton
6
>6 <1 ton <0,75 ton
2. Pemberian kapur disarankan pada waktu dimana angin tidak berhembus kencang untuk
mencegah kapur beterbangan keluar tambak. Tempatkan posisi tubuh yang

21
membelakangi arah angin agar kapur tidak mengenai tubuh saat pemberian kapur.
3. Sebarkan kapur semerata mungkin di dasar tambak dan pematang bagian dalam,
terutama pada bagian caren atau bagian yang masih tergenang.
4. Diamkan tambak selama beberapa hari setelah pengapuran, kemudian isi dengan air laut
dan, jika memungkinkan, dilakukan pemeriksaan pH air. Diharapkan pH air telah
mencapai 7,5-8,5 yang menunjukkan bahwa proses pengapuran telah berhasil.

Perbaikan Konstruksi dan Prasarana Tambak

Perbaikan konstruksi dan prasarana tambak dilakukan untuk melakukan perawatan terhadap
pematang, pintu air, dan, jika ada, jembatan anco. Penambalan pematang yang bocor sangat
bermanfaat untuk mencegah kehilangan air selama masa pemeliharaan dan mencegah introduksi
penyakit lewat carrier yang masuk (misalnya kepiting atau udang liar). Perbaikan pintu air dan
saringannya juga harus dilakukan untuk mencegah masuknya predator (ikan buas), carrier dan
kompetitor lainnya (ikan, kepiting, udang liar).
Gambar 14. Pelebaran caren pada Gambar 15. Pengangkatan lumpur Gambar 16. Jembatan Anco
persiapan lahan

Pengisian Air

Pengisian air pertama kali dilakukan jika tahapan persiapan lahan dan perbaikan
prasarana sudah dilakukan dengan sempurna. Penting untuk dicatat bahwa pengisian air
perlu memperhatikan beberapa hal berikut:
1. Pengisian air hanya dilakukan jika air sumber (tandon atau saluran masuk) memiliki
kualitas yang baik (tidak keruh, kotor, atau berbau).
2. Tidak disarankan untuk mengambil air dari saluran pembuangan tambak, ataupun dari
tambak sebelahnya, untuk mencegah wabah penyakit.
3. Sangat disarankan untuk mengisi air ke dalam tambak saat air mulai surut dari pasang
tertinggi, untuk mencegah pengambilan air yang keruh.
4. Saringan berlapis harus dipasang pada pintu air saat pengisian air ke dalam tambak
untuk mencegah masuknya hama/predator, carrier, dan atau ikan liar (Gambar 17 dan
18).
5. Jika air dalam kolam mengandung hama/predator (seperti kakap, kepiting dll), maka
kolam yang telah berisi air perlu diberi bahan desinfektan seperti bubuk teh (saponin)
dan akar tuba (retenon).

22
 

Gambar 17. Saringan pada pintu air. Gambar 18. Saringan pada pipa yang
Foto:Pamudi terhubung dengan pompa air. Sumber : BMP Aceh

Pembasmian Hama

Pembasmian hama bertujuan untuk membunuh benih/anakan ikan liar yang terlanjur
masuk ke dalam tambak dan atau tandon. Jenis ikan liar yang masuk tergantung pada daerah
masing-masing misalnya kakap putih, keting, belanak, mujair, dan, terkadang, kerapu. Beberapa
hal penting dalam pembasmian hama di dalam tambak adalah:

1. Pembasmian hama dilakukan setelah beberapa hari (4 hari) sejak pengisian air, untuk
menjamin telur dari hama telah menetas, sehingga meningkatkan efektivitas
pemusnahan hama.

2. Pada budidaya udang Pembasmian hama ikan liar dilakukan dengan menggunakan
saponin (20-30 ppm) atau akar tuba (7-10 ppm). Penggunaan saponin dan akar tuba
hanya efektif untuk membunuh ikan, sementara untuk membunuh udang dan kepiting
liar umumnya menggunakan kaporit. Penggunaan kaporit pada daerah yang masih
tergenang juga sangat efektif membunuh hama.

3. Pemberian saponin sebaiknya dilakukan pada saat siang atau sore hari untuk
meningkatkan efektivitas pembasmian hama, karena efektivitas saponin terjadi pada
temperatur dan salinitas yang lebih tinggi. Sebagai tambahan, jika pembasmian hama
ingin dilakukan di tengah-tengah masa pemeliharaan, maka jangan dilakukan pada
malam hari karena dapat menurunkan pH dan mematikan plankton.

4. Diamkan air selama 3 hari setelah pemberian saponin, untuk mengumpulkan ikan liar
yang mati dan untuk mengurangi sifat racun sebelum dilakukan penebaran benur atau
ikan.

5. Jangan gunakan pestisida karena dapat merusak kualitas lingkungan. Mitos bahwa
penggunaan pestisida dapat menumbuhkan cacing yang berguna untuk makanan
udang adalah tidak benar adanya.

Bahaya
penggunaa
n
Pestisida :

Membunuh pakan alami udang 23


dan bandeng pada dasar dan
kolom air,
Membunuh mikroba tanah
Pemupukan

Pemupukan berguna untuk mempercepat pertumbuhan plankton/ pakan alami menjadi


lebih cepat. Selain sebagai pakan alami, plankton juga berperan dalam efek peneduhan dan
penyerapan dan pembuangan zat beracun di dalam tambak.

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pemberian pupuk adalah:


1. Pemupukan anorganik dilakukan setelah pengisian air dan harus dilakukan secara sedikit demi
sedikit dan bertahap untuk mencegah pertumbuhan berlebih (blooming) dan kematian massal
(crash).
2. Pupuk harus larut dalam air dan disebarkan secara merata. Pemberian pupuk anorganik
terutama TSP dengan penebaran langsung akan menjadi tidak efektif dikarenakan sifat larutnya
yang lamban di dalam air.
3. Pemberian pupuk organik/kompos umumnya berupa kotoran ayam. Pupuk harus direndam
di dalam air selama 24 jam sebelum disebar ke dalam tambak, dan berguna untuk membantu
pembentukan zooplankton yang merupakan pakan alami utama dari larva udang atau anak
ikan.
4. Jenis pupuk yang berbeda akan menumbuhkan plankton yang berbeda sehingga warna air
tambak juga berbeda. Terlambatnya penumbuhan plankton di kolom air akan mempercepat
penumbuhan klekap di dasar tambak. Bagi tambak udang klekap mengganggu namaun
klekap merupakan pakan alami bagi bandeng.
5. Jumlah (dosis) pupuk yang diberikan harus disesuaikan dengan luas tambaknya tetapi yang biasa
digunakan adalah pupuk organik sebanyak 10–30 kg/ha ditebar secara merata di pelataran
tambak. Sementara jika menggunakan pupuk anorganik seperti urea, TSP atau NPK atau
kombinasi diantara ketiganya maka dapat diberikan sebanyak 1-2 ppm.

24
X 

Gambar 20. Pemupukan tidak menggunakan masker Gambar 20. Pemupukan tidak menggunakan masker
dapat mengganggu Kesehatan dapat mengganggu kesehatan

Peningkatan Daya
Dukung dan
Pemeliharaan
Lingkungan
Tambak

25
3. Sistem IMTA

Para petambak umumnya menggunakan teknologi tradisional ataupun tradisional plus,


yaitu budidaya dengan teknologi tradisional ditambah dengan sedikit pemberian pakan dan
teknologi sederhana lainnya. Teknologi ini bertujuan untuk meningkatkan produksi dan
utamanya adalah menjaga kelestarian produksi budidaya. Teknologi yang digunakan
merupakan teknologi sederhana yang dapat dilakukan oleh petani skala tradisional dengan
prinsip utama adalah ramah lingkungan. Salah satu teknologi tersebut adalah teknologi IMTA
(Integrated Multi Tropic Aquaculture).

Sistem IMTA merupakan sistem budidaya yang menggunakan komoditas dengan


tingkatan trofik yang berbeda. Penggunaan sistem IMTA dapat membantu dalam menjaga
keseimbangan ekosistem karena setiap spesies tertentu memiliki fungsi yang berbeda seperti
karnivora, herbivora, dan filter feeder sehingga keseimbangan ekosistem mampu terjaga
dengan baik. Prinsip dari sistem IMTA yaitu mendaur ulang limbah dari proses budidaya yang
dihasilkan oleh spesies utama menjadi sumber energi dan nutrien bagi komoditas lainnya
sehingga menghasilkan produk yang dapat dipanen dan dapat mengurangi dampak lingkungan
(Ren et al. 2012). IMTA diterapkan dalam rangka mereduksi dampak negatif dari lingkungan,
seperti tingginya bahan organik, nilai redoks air dan tanah yang terlalu rendah, serta tingginya
ammonia dan nitrit dalam air. Diharapkan dengan adanya berbagai organisme yang ada dalam
satu kolom perairan, dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan, dan lebih lanjut dapat
menjamin keberlanjutan produksi budidaya. IMTA dengan berbagai organisme yang digunakan
yaitu rumput laut (Gracilaria verucosa), Kerang Hijau (Perna viridis), Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) sebagai organisme yang mempunyai peranan untuk memperbaiki kualitas air media
budidaya pada organisme target yaitu udang penaeid. (Neori et al, 1996, Abrue et al, 2011, Shi
et al, 2013, Ahmed,2016).

26
Pada konsep IMTA, pemeliharaan udang dilakukan dengan pemberian pakan pada
sistem budidaya tradisional plus atau semi intensif untuk mendukung pertumbuhannya. Sisa
pakan dan feces yang tidak termanfaatkan oleh udang dimanfaatkan oleh organisme dengan
tropik level yang lebih rendah seperti rumput laut dan kekerangan. Sedangkan udang
mendapatkan manfaat berupa kualitas air yang lebih jernih dengan kandungan nitrat dan fosfat
yang optimal, sehingga tidak menyebabkan penurunan kualitas air. Rumput laut merupakan
organisme yang dapat digunakan sebagai organisme pada tingkat tropik level terendah karena
dapat memanfaatkan komponen anorganik untuk mensuplai pertumbuhannya. Kerang dapat
dimanfaatkan sebagai biofilter karena dapat berfungsi sebagai organisme penyaring yang
mampu meningkatkan kualitas lingkungan. Irisarri, 2013 menyatakan bahwa Mytilus sp yang
dipelihara pada system IMTA di karamba, memiliki absorption efficiency berkisar antara 54,8-
78,5%. Kerang dapat dimanfaatkan sebagai biofilter karena dapat berfungsi sebagai organisme
penyaring yang mampu meningkatkan kualitas lingkungan.

Dengan teknologi IMTA, selain didapatkan keuntungan secara ekologis, juga


didapatkan keuntungan lain, yaitu keuntungan ekonomis. Keuntungan ekonomis didapatkan
dari efisiensi lahan dan hasil panen dari produk yang dihasilkan. B/C rasio pada usaha
budidaya IMTA berkisar antara 1,5-1,95 per musim tanam.

Secara ringkas, tujuan penerapan IMTA adalah untuk:

1. Meningkatkan produktivitas (Enhancement of productivity)

2. Keanekaragaman produk (Diversification of production)

3. Meningkatkan pendapatan petambak (Increasing income for fish farmer)

4. Produksi perikanan yang berkelanjutan (Sustainable aquaculture)

Hal yang harus ditekankan dalam budidaya dengan konsep IMTA ini adalah
sebaiknya lahan tambak merupakan lahan yang memenuhi persyaratan hidup bagi multi trofik
organisme. Tidak semua tambak memenuhi persyaratan tersebut, sehingga harus benar-benar
diperhatikan jenis organisme yang dapat dibudidayakan dalam tambak tersebut.

27
Lokasi yang dipilih untuk budidaya dengan sistem IMTA pada prinsipnya
mempunyai syarat kelayakan hidup bagi organisme yang dibudidayakan. Secara rinci, syarat
lokasi yang dipilih adalah sebagai berikut:

- Bebas banjir

- Sumber air bebas darai bahan pencemar

- Terdapat sirkulasi air dari inlet dan outlet, jika memungkinkan terdapat tandon

- Tekstur tanah tambak adalah liat-debu-pasir dengan komposisi 10-20-50.

- Kedalaman air 80-100 cm

Peningkatan Daya
Dukung dan
28
V
i
e
w

Pemeliharaan
p
u
b

Lingkungan
Tambak
C. Peningkatan Daya Dukung dan Pemeliharaan Lingkungan
Tambak
Keberlanjutan tambak ramah lingkungan sangat tergantung sepenuhnya pada produksi
yang dihasilkan. Produksi sangat tergantung dari kualitas lingkungan dan kualitas air pada
tambak tersebut sehingga menjaga keberadaan hutan mangrove dan ekosistem perairan dari
pencemaran sangat berpengaruh terhadap kestabilan produksi tambak. Hal-hal yang dapat
kita lakukan adalah dengan cara :

a. Menjaga lingkungan perairan


 Pastikan sampah terkumpul dan tidak dibuang ke saluran air dan perairan
 Simpan dengan aman baterai bekas penerangan, dan tidak dibuang sembarangan
karena mengandung logam berat berbahaya yaitu mercury (Hg)
 Tidak melakukan pembasmian rumput dengan pestisida pada tanggul dan caren
selama proses pemeliharaan.
 Hindari melakukan penggalian tanah saat pemeliharaan udang/bandeng
berlangsung karena akan melapaskan kandungan besi tanah dan menurunkan pH
perairan.
 Limbah (kepala udang) atau bahan kimia berbahaya (air mengandung Clorin,
kaporit) dari proses kegiatan di hatchery, tambak dan cold storage ditampung dan
diolah menjadi netral terlebih dahulu sebelum dibuang ke perairan.

b. Menjaga keberadaan mangrove:

Mangrove mempunyai peranan penting dalam menyediakan makanan dan larva


udang dan ikan di alam. Sehingga sangat penting peranannya dalam mendukung
keberadaan kehidupan di sekitarnya. Berikut ini prosedur pemeliharaan mangrove di
sekitar tambak:
 Membiarkan beberapa lokasi yang terdapat mangrove seperti pinggiran sungai dan

29
pantai.
 Mejaga Mangrove sepanjang sungai minimal 50 meter dari lokasi tambak
 Menjaga hutan mangrove di pantai dengan lebar minimal 200 meter dari lokasi
tambak
 Menanam pematang, pelataran dan saluran air tambak dengan mangrove jenis
tertentu missal bakau (Rizhophora sp.) dengan jarak minimal 2 meter.

BAB III. PENUTUP

A. Rangkuman
Seiring berkembangnya kebutuhan industri budidaya ikan atau udang yang dituntut
ramah lingkungan, beragam teknologi yang dapat digunakan untuk meminimalisir limbah
budidaya mulai bermunculan. Banyak upaya yang dapat dilakukan oleh pembudidaya ikan
atau udang untuk meminimalisir limbah sisa pakan atau Pengolahanya.
Beberapa manfaat atau kelebihan dari tambak ramah lingkungan diantaranya :

1. Biaya dan resiko produksi jauh lebih rendah dan dapat dioperasikan dalam skala kecil
(rumah tangga).
2. Dapat menghasilkan produksi sampingan dari hasil tangkapan alam seperti udang alam,
kepiting, dan ikan- ikan liar
3. Pemulihan lingkungan (melalui penanaman/pemeliharaan mangrove) dapat meningkatkan
daya dukung (carrying capacity) tambak, sehingga mampu menjaga kualitas air dan
menopang kehidupan komoditas yang dibudidayakan
4. Produk udang yang dihasilkan memiliki kualitas yang premium dan memiliki harga yang
lebih tinggi di pasaran internasional karena bersifat organik atau tidak mengandung bahan
kimia berbahaya
5. Kawasan tambak ramah lingkungan lebih tahan terhadap serangan penyakit, akibat

30
kemampuan mangrove dalam menyerap limbah dan menghasilkan zat antibakteri

Pada dasarnya tahapan pengelolaan tambak ramah lingkungan baik untuk komoditas
udang windu, bandeng dan rumput laut akan melalui beberapa tahap sederhana seperti diagram
di bawah ini.
1. Pemilihan Lokasi
2. Persiapan lahan dan air (perbaikan pematang dan saluran, pengeringan,
pengapuran, pembasmian hama dan pemupukan)

Prinsip dari budidaya menggunakan sistem IMTA adalah produksi yang terus menerus dan
ramah lingkungan. Teknologi IMTA dapat menciptakan suatu ekosistem tambak yang ramah
lingkungan karena dapat mengurangi limbah.

B. Evaluasi Materi

Kerjakan soal – soal dibawah dengan baik !


1. Apakah manfaat atau kelebihan dari tambak ramah lingkungan!
2. Sebutkan dan jelaskan konsep pendedederan ramah lingkungan!
3. Apa yang anda ketahu tentang silvofishery.Jelaskan keuntungan yang dapat diperoleh
dengan menerapkan silvofishery!
4. Apa yang anda ketahui sistem polikultur!
5. Pada dasarnya tahapan pengelolaan tambak ramah lingkungan baik untuk komoditas
udang windu, bandeng dan rumput laut akan melalui beberapa tahap sederhana.
Jelaskan tahapan tersebut!
6. Apa yang anda ketahui tentang system IMTA?
7. Tuliskan tujuan penerapan IMTA!

C. DAFTAR PUSTAKA

Internet. http://eprints.undip.ac.id/78722/1/Petunjuk_IMTA_IMTA_Guidance_(1).pdf
Sualia, I, Eko B.P., dan I N.N. Suryadiputra. 2010. Panduan Pengelolaan Budidaya Tambak
Ramah Lingkungan di Daerah Mangrove. Wetlands International – Indonesia Programme.
Bogor.

31

Anda mungkin juga menyukai