Anda di halaman 1dari 34

UNIVERSITAS RIAU

TEKNIK PEMIJAHAN UDANG GALAH

MAKALAH

IRHAM HUSPA KHASAHATAN SIREGAR


NIM : 2010347396

JENJANG DOKTOR
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU, APRIL, 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dalam

mata kuliah Manajemen Produksi Aquakultur yang berjudul “Teknik Pemijahan

Udang Galah” dengan baik.

Penulis mengucapkan terima kasih banyak Bapak Prof. Dr. Ir.

Syafriadiman sebagai Dosen mata kuliah Manajemen Produksi Aquakultur dan

semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyusun makalah ini.

Penulis berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan makalah ini, namun penulis

mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan

makalah ini. Atas kritik dan saran penulis ucapkan terima kasih.

Pekanbaru, April 2021

Irham Huspa Khasahatan Siregar


DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... v

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ...................................................................... 2
1.3. Tujuan dan Manfaat ...................................................................... 3

II. KAJIAN TEORI


2.1. Klasifikasi Udang Galah .............................................................. 4
2.2. Karakteristik Morfologis ................................................................ 4
2.3. Karakteristik Habitat/Biologis Dan Sifat-Sifatnya ......................... 5
2.4. Konstruksi Kolam Pembenihan Udang Galah................................ 6
2.5. Manajemen Induk Udang Galah .................................................... 11
2.6. Alur Pembenihan Udang Galah ..................................................... 13
2.7. Kultur Pakan Alami Bagi Benih Udang Galah ............................. 17
2.8. Pakan Buatan bagi Benih Udang Galah ........................................ 21
2.9. Panen Benih Udang Galah ............................................................ 24
2.10. Pengaturan Tenaga Kerja Pembenihan Udang Galah ................... 25

III. KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan ..................................................................................... 27
3.2. Saran ................................................................................................ 28

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 29


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Perkembangan Stadia Udang Galah Secara Garis Besar ....................... 6

2. Kolam Terpal dalam Pemeliharaaan Larva Udang Galah....................... 10

3. Bak Pemeliharaan Larva Hatchery Udang Galah Skala Kecil ............... 11

4. Udang Galah Jantan dan Betina ............................................................. 12

5. Alur Pembenihan Udang Galah ............................................................. 13

6. Prosedur Penetasan Artemia ................................................................... 20

6. Benih Udah Galah yang Siap Dipanen ................................................... 25


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Parameter Kualitas Air pada Pembenihan Udang Galah ........................ 7

2. Fasilitas-Fasilitas yang Dibutuhkan dalam Pembenihan (Hatchery)


Udang Galah ........................................................................................... 8

3. Kriteria Kuantitatif Sifat Reproduks pada Udang Galah ....................... 14

4. Jumlah Nauplii Disesuaikan dengan Umur Larva Udang ...................... 20

5. Komposisi Bahan Pakan Buatan dan Analisis Proksimat pada Udang


Galah ....................................................................................................... 21

6. Ukuran Pakan yang Diberikan Berdasarkan Ukuran Saringan Menurut


Umur Larva Udang Galah ...................................................................... 22
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Udang galah merupakan salah satu komoditas unggulan utama dalam

industrialisasi perikanan budidaya di Indonesia karena memiliki nilai ekonomis

dan permintaan pasar yang tinggi. Bahkan beberapa bulan terakhir permintaan

udang dari negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Taiwan, Filipina, Italia,

Prancis, Swedia dan Spanyol ke Indonesia mengalami kenaikan sangat

siginifikan. Dari nilai ekspor nasional tahun 2013 sebesar US$ 1,97 milyar,

udang menyumbang 36,7% atau sebesar US$ 723,6 juta (Flagel, 2012) dalam

https://www.academia.edu/20024865/Proposal_TEKNIK_PEMBENIHAN_UDANG_GALAH

Udang galah merupakan salah satu komoditas yang mudah

dibudidayakan, pertumbuhannya relatif cepat dan sintasan pemeliharaan yang

tinggi. Sedangkan untuk kegiatan pembenihan, masalah yang dihadapi antara lain

benur yang diproduksi hatchery belum dapat memenuhi kebutuhan yang ada.

Kendalanya adalah kurang stok induk udang, makanan yang kurang cocok, serta

teknik pemeliharaan larva dan pengelolaan yang belum memadai, hal ini

menyebabkan produksi rendah. Masalah besar yang dihadapi dalam melakukan

usaha pemeliharaan larva udang galah adalah keterbatasan pengalaman dan

teknologi yang dapat menjamin benih yang dihasilkan akan berkualitas baik

(Soetarno, 2006).

Udang galah (Macrobrachium rosenbergii) merupakan komoditas

perikanan yang sangat potensial untuk dikembangkan karena mempunyai nilai

ekonomis yang cukup tinggi dan teknologi budidaya yang sudah tersedia dan
2

mudah diaplikasikan. Ukuran tubuh udang galah (Macrobrachium rosenbergii)

lebih besar dibandingkan dengan udang air tawar lainnya, selain itu udang galah

juga lebih tahan terhadap penyakit dan sangat digemari konsumen baik di dalam

maupun diluar negeri (Priyono et al, 2011).

Udang ini juga mempunyai pasar baik lokal maupun ekspor, meski yang

terakhir ini masih terkendala kurangnya pasok. Di negeri kita, udang galah berasal

dari hasil tangkapan alam dan dari budidaya. Udang yang di sungai-sungai di luar

Jawa seperti Kalimantan, Selawesi, dan Sumatera masih dapat diperoleh

masyarakat setempat di sungai-sungai, rawa dan danau. Di beberapa tempat udang

menjadi salah satu obyek wisata pancing yang cukup menarik. Usaha budidaya

udang yang hidupnya di perairan tawar dan juga payau ini boleh dikatakan baru

populer akhir-akhir tahun ini, dan potensi pengembangannya cukup cerah karena

permintaan cukup besar dan lahan yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya

tersedia luas. http://penyuluhankelautanperikanan.blogspot.com/2018/10/budidaya-udang-

galah.html

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

a. Bagaimana teknik pembenihan pada udang galah?

b. Sarana dan prasarana apakah yang digunakan dalam pembenihan pada udang

galah?

c. Kendala dan permasalahan apakah yang di hadapi dalam pembenihan pada

udang galah?
3

1.3. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan Manfaat dalam makalah ini yaitu untuk mengetahui teknik

pembenihan udang galah, untuk mengetahui sarana dan prasarana yang digunakan

dalam pembenihan pembenihan udang galah dan untuk mengetahui kendala dan

permasalahan yang di hadapi dalam pembenihan udang galah.


4

II. KAJIAN TEORI

2.1 Klasifikasi Udang Galah

Menurut Mudjiman, (1983), Klasifikasi udang galah adalah sebagai

berikut :

Phyllum : Arthropoda

Subphyllum : Mandibulata

Kelas : Crustacea

Subkelas : Malacostraca

Ordo : Decapoda

Famili : Palamonidae

Subfamil : Palamoniae

Genus : Macrobrachium

Species : Macrobrachium rosenbergii, de Man

http://penyuluhankelautanperikanan.blogspot.com/2018/10/budidaya-udang-galah.html

2.2. Karakteristik Morfologis

Secara umum, udang galah mempunyai karakteristik morfologis sebagai

berikut:

a. Tubuh beruas–ruas sebanyak 5 ruas yang masing-masing dilengkapi sepasang

kaki renang, kulit keras dari chitin, pelura ke dua menutupi pleura pertama

dan ke tiga.

b. Badan terbagi tiga bagian : kepala+dada (cephalothorax), badan (abdomen),

dan ekor (uropoda).

c. Cephalothorax dibungkus karapas (carapace).


5

d. Tonjolan seperti pedang pada carapace disebut rostrum dengan gigi atas

sejumlah 11-15 buah dan gigi bawah 8-14 buah.

e. Kaki jalan ke dua pada udang dewasa tumbuh sangat panjang dan besar,

panjangnya bisa mencapai 1,5 kali panjang badan, sedang pada udang betina

pertumbuhan tidak begitu mencolok;

http://penyuluhankelautanperikanan.blogspot.com/2018/10/budidaya-udang-galah.html

2.3 Karakteristik Habitat/Biologis Dan Sifat-Sifatnya

Karakteristik habitat/biologis udang galah adalah:

a. Memiliki dua habitat yaitu air payau salinitas 5-20 ppt (stadia larva-juvenil),

dan air tawar (stadia juana-dewasa).

b. Matang kelamin umur 5 – 6 bulan (mendekati muara sungai untuk memijah

lagi.

c. Mengalami beberapa kali ganti kulit (molting) yang diikuti dengan perubahan

struktur morfologisnya, hingga akhirnya bermorfologis menjadi juvenil

(juana).

Selain morfologi, untuk membudidayakan ikan/udang perlu diketahui

sifat-sifatnya; beberapa sifat yang penting diketahui antara lain adalah :

a. Euryhalin, yaitu dpt hidup pada kisaran salinitas yg lebar (0-20 ppt).

b. Omnivora, yaitu pemakan segala (tumbuhan dan hewan).

c. Pada stadia larva, udang galah memakan plankton hewani (zooplankton),

seperti rotifera, protozoa, cladocera, dan copepoda.

d. Stadia Post larva, juvenil, dan dewasa : memakan cacing, serangga air, udang

renik, telur ikan, ganggang, potongan tumbuh – tumbuhan air, potongan

hewan, jasad penempel, hancuran biji – bijian dan buah – buahan, siput, dan
6

sebagainya, juga memakan jenisnya sendiri (kanibal, khususnya ketika

molting).

e. Nokturnal, yaitu aktif makan malam hari. Jika lingkungan hidupnya dapat

dibuat relatif gelap udang akan aktif makan walaupun siang hari.

f. Larva bersifat planktonis, aktif berenang, tertarik oleh cahaya tetapi menjauhi

sinar matahari.

g. Pada stadium pertama (I), larva cenderung berkelompok dekat permukaan air

dan semakin lanjut umurnya akan semakin menyebar dan individual serta

suka mendekati dasar. Di alam larva hidup pada salinitas 5 – 10 0/00..

Perkembangan stadia udang galah secara garis besar disajikan pada

Gambar berikut:

Gambar 1. Perkembangan Stadia Udang Galah Secara Garis Besar

http://penyuluhankelautanperikanan.blogspot.com/2018/10/budidaya-udang-galah.html

2.4 Konstruksi Kolam Pembenihan Udang Galah

2.4.1. Persyaratan Lokasi

Beberapa kriteria lokasi/calon lokasi yang baik untuk hatchery adalah :

a. Lokasi hendaknya mempunyai sumber air laut dan air tawar, karena untuk

pemijahan dan larva stadia awal udang galah membutuhkan air payau.
7

b. Lingkungan sekitar bebas dari pencemaran, agar kualitas air pasok memenuhi

syarat kebersihan dan bebas bahan pencemar.

c. Lokasi aman dari banjir dan bencana alam lain.

d. Tersedia sumber listrik.

e. Tersedia tenaga kerja.

f. Kebutuhan sarana budidaya terjamin.

g. Aksesibilitas baik.

h. Keamanan terjamin.

i. Pemasaran benih mudah

Air sumber harus memenuhi baik kuantitas maupun kualitasnya. Semakin

tinggi kualitas unsur-unsur tersebut maka akan semakin kuat mendukung

keberhasilan usaha. Kualitas air harus memenuhi syarat baik fisik, kimiawi

maupun biologi. Harus dapat menyediakan air dengan salinitas 12 ppt. Nilai-nilai

parameter kualitas air disajikan pada Tabel berikut:

Tabel 1. Parameter Kualitas Air pada Pembenihan Udang Galah

pH 7-8,5 Suhu (oC) 25-30


H2S (ppm) nil Chlorin nil
Nitrat (ppm) 20 Nitrit (ppm) 0,1
Kesadahan total air tawar (mg/l <100 Kekeruhan nil
setara CaCO3)
TDS (ppm) 217 Fe (ppm) <0.02
PO4 (ppm) 0,15 CO2 bebas nil
http://penyuluhankelautanperikanan.blogspot.com/2018/10/budidaya-udang-galah.html

2.4.2. Sarana Prasarana

Dalam bisnis benih udang galah, ada dua macam unit produksi penghasil

benih, yaitu Panti Benih atau yang dikenal dengan Hatchery, dan yang ke dua

adalah panti benih skala pekarangan atau dikenal sebagai Backyard


8

Hatchery. Fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan dalam pembenihan (Hatchery)

udang galah adalah sebagaimana disajikan pada Tabel berikut :

Tabel 2. Fasilitas-Fasilitas yang Dibutuhkan dalam Pembenihan

(Hatchery) Udang Galah

No Jenis Fasilitas/Peralatan Keterangan


1. Bangunan tempat bak-bak Bangunan indoor menunjang untuk
pemeliharaan, gudang, alat lab, terciptanya suhu media budidaya relatif
ruang kerja/administrasi, dll. tinggi dan stabil.
2. Bak-bak pemeliharaan induk Bisa berupa kolam tanah. Ukuran bergantung
pada banyaknya induk (ukuran besar hingga
400-500 m2)
3. Bak pemijahan Kolam tanah ukuran minimal 100 m2 dengan
kedalam air sekitar 75 cm – 100 cm.
4. Bak penetasan Bak fibreglass ukuran (0,5 X 1 X 1) m3
dengan volume 500 liter.
5. Bak pemeliharaan larva - Kolam tanah ukuran minimal 100 m2
dengan kedalam air sekitar 75 cm – 100
cm, atau
- Bak beton kapasitas minimal 5-10 m3.

6. Bak pemeliharaan yuwana - Bak fiberglass volume 500 liter– 1.000 liter,
atau
- Bak beton kapasita 5–10 m3.

7. Bak pemeliharaan tokolan 1-2 - Bak beton volume 5–15 m3, atau
- Kolam tanah ukuran minimal 200 m – 400
m.

8. Bak penetasan Artemia salina, Bak fibreglass, conical, ukuran bergantung


bak untuk pengobatan, dll. banyaknya Artemia yang akan ditetaskan
(10-500 ltr).

7. Tandon air laut, air tawar, dan bak Bak beton, kapasitas minimal 3x volume
pencampuran air bak-bak larva/benih.
5. Pompa air laut, air tawar Kapasitas bergantung pada besar kecilnya
unit prosuksi (kapasitas 50 lltr/detik atau
lebih besar)
6. Peralatan aerasi Blower sentral atau Hi-blow, sesuai unit
produksinya.
7. Perlengkapan pengepakan Botol oksigen dan isinya, styrofoam,
plastik packing, dan bahan lain.
8. Peralatan bantu kerja (timbangan, -
ember, baskom, slang sipon, dll.
9. Peralatan lab (kualitas air, -
mikroskop, timbangan obat, dll)
9

10. Sumber listrik (PLN/Genset) Daya sesuai kebutuhan.


11. Kendaraan angkutan -
12. Peralatan adminsitrasi -
13. Mess pekerja pos jaga, dll. -
14. Dapur, dll. -

Untuk backyard hatchery, sudah barang tentu fasiltas/peralatannya

terbatas, yaitu :

a. Bak-bak pemeliharaan larva yang umumnya dari tembok dan hanya ditutup

dengan terpal.

b. Peralatan-peralatan bantu kerja budidaya seperti pompa, slang, aerator,

perlengkapan pengepakan, dan timbangan obat.

c. Peralatan kualitas air yang sederhana, dll.

Ruang indoor harus dapat mempertahankan suhu ruang agar cukup tinggi

(air media pemeliharaan larva/benih +/-28-31oC). Suhu cukup tinggi/optimal

tersebut akan menunjang (1) laju pertumbuhan lebih cepat, (2) konversi pakan

lebih kecil, (3) serta resiko terserang penyakit lebih rendah. Untuk bak-bak

larva/benih pada backyard hatchery umumnya cukup dengan menutupnya dengan

terpal.

Bak pemeliharaan larva bisa dari berbagai bentuk baik persegi maupun

conical. Bak bentuk conical mempunyai keunggulan tersendiri yaitu lebih efektif

dalam pengeluaran kotoran, dengan catatan dimensi, debit aliran air dan

sirkulasinya menunjang. Untuk bak-bak yang terbuat dari beton

dan fibreglass atau sejenisnya, permukaannya harus benar-benar halus. Hal ini

dimaksudkan agar pembersihan kotoran dan penyuci-hamaan dapat lebih efektif,

karena kotoran dan permukaan yang tidak rata menjadi tempat hidup dan

berkembangnya organisme penyakit.


10

Salah satu sarana penting yang harus ada pada hatchery adalah sarana

biosekuriti, berupa bak cuci kaki (foobath), bak cuci tangan (handwash), dan

pagar keliling.Unit sarana budidaya yang umum ada di masyarakat adalah

merupakan sistim air diam (stagnant water system). Dalam perkembangannya,

unit budidaya sistim resirkulasi sudah mulai diaplikasikan. Sistim ini mempunyai

keunggulan yaitu dengan luas/volume yang sama, produksinya lebih besar

(tingkat produktivitasnya lebih tinggi). Namun demikian dalam unit sistim ini

perlu pengontrolan yang ketat agar terhindar dari serangan penyakit.

Adapun instalasi air harus didesain seefektif mungkin agar kebutuhan air

terpenuhi dan dengan biaya operasi yang minimal, serta longlife.

http://penyuluhankelautanperikanan.blogspot.com/2018/10/budidaya-udang-galah.html

Gambar 2. Kolam Terpal dalam Pemeliharaaan Larva Udang Galah

http://fadhlyaquaculture.blogspot.com/2017/12/budidaya-udang-galah-di-kolam-terpal.html
11

Gambar 3. Bak Pemeliharaan Larva Hatchery Udang Galah Skala Kecil

http://manajemensplendidus.blogspot.com/2017/01/pembenihan-udang-galah-hatchery-skala.html

2.5 Manajemen Induk Udang Galah

2.5.1. Ciri-Ciri Udang Galah Jantan dan Betina

Perbedaan antara udang jantan dan udang betina adalah sebegai berikut:

a. Bentuk badang udang jantan dibagian perut lebih ramping dan ukuran pleuron

lebih pendek, sedang pada betina bagian perut tumbuh melebar dan pleuron

agak memanjang. Letak alat kelamin jantan pada pasangan kaki jalan ke lima,

pada betina pada pasangan kaki jalan ke tiga.

b. Udang jantan :

1). Relatif lebih besar.

2). Pasangan kaki jalan yang kedua relatif lebih besar dan panjang (bahkan

dapat mencapai 1,5 kali panjang total tubuhnya).


12

3). Bagian perut lebih ramping.

4). Ukuran pleuron lebih pendek.

5). Alat kelamin jantan terdapat pada di antara pasangan kaki jalan kelima.

c. Udang betina :

1). Tubuh lebih kecil, badan agak melebar, demikian pula kaki renangnya,

membentuk ruang untuk mengerami telur (broodchamber).

2). Pleuron memanjang;

3). Pasangan kaki jalan kedua tetap tumbuh lebih besar, tetapi tidak sebesar

dan sepanjang udang jantan.

4). Alat kelamin terletak pada pasangan kaki ke tiga, merupakan suatu

lubang yang disebut thelicum.

d. Khusus untuk ukuran kaki jalan pada udang galah yang dikenal berukuran

panjang/besar, telah dihasilkan varietas yang bercapit lebih kecil yaitu yang

disebut Gi-Makro. Capit yang lebih kecil ini mempunyai keunggulan

tersendiri.

Gambar 4. Udang Galah Jantan dan Betina

http://m.erabaru.net/2018/03/11/
13

2.5.2. Pengelolaan Induk

Prinsip-prinsip dalam pengelolaan induk adalah sebagai berikut:

a. Kepadatan 2-3 ekor/m2.

b. Sebaiknya induk jantan dan betina dipelihara dalam kolam terpisah.

c. Pakan cukup gizi (protein 25-30 %, dan lemak 5%).

d. Dosis pemberian pakan adalah 3-5 %, frekuensi 4 kali sehari.

e. Pembersihan kotoran dalam bak induk dilakukan setiap dua hari bersamaan

dengan pergantian air.

f. Pakan yang bergizi dan cukup menunjang perkembangan gonad/ produksi

telur.

http://penyuluhankelautanperikanan.blogspot.com/2018/10/budidaya-udang-galah.html

2.6 Alur Pembenihan Udang Galah

Alur Pembenihan udang galah adalah sebagai berikut :

Gambar 5. Alur Pembenihan Udang Galah

http://penyuluhankelautanperikanan.blogspot.com/2018/10/budidaya-udang-galah.html
14

2.6.1. Memijahkan dan Menetaskan Telur

a. Seleksi Induk

Induk yang baik menunjang dihasilkannya benih yang cukup banyak dan

kualitasnya memenuhi syarat sebagai benih sebar.

1. Persyaratan Kualitatif :

a). Induk berasal dari hasil pembesaran benih sebar yang berasal dari induk

kelas induk dasar.

b). Warna kulit biru kehijau-hijauan, kadang ditemukan kulit agak

kemerahan, warna kulit juga dipengaruhi oleh lingkungan.

c). Kesehatan baik, yaitu :anggota atau organ tubuh lengkap, tubuh tidak

cacat dan tidak ada kelainan bentuk, alat kelamin tidak cacat (rusak),

tubuh tidak ditempeli oleh jasad patogen, tidak bercak hitam, tidak

berlumut, insang bersih.

d). Gerakannya aktif.

2. Persyaratan Kuantitatif

Kriteria kuantitatif sifat reproduksi pada udang galah disajikan pada

Tabel berikut:

Tabel 3. Kriteria Kuantitatif Sifat Reproduks pada Udang Galah

Parameter Satuan Kriteria


Jantan Betina
1. Umur bulan 8-20 8-20
2. Bobot tubuh gram >50 >40
3. Fekunditas butir/gram - 30.000-
bobot tubuh 75.000
4. Diameter telur mm - 0,6-0,7

Dianjurkan memilih induk yang sedang mengandung telur untuk ke dua

kalinya atau berikutnya. Apabila induk diambil dari satu populasi dalam kolam
15

pembesaran, maka dipilih induk yang pertumbuhannya cepat dan paling besar,

selanjutnya dipelihara dalam kolam yang terpisah.

b. Memijahkan

Induk-induk yang telah matang gonad dimasukkan ke dalam kolam

pemijahan dengan padat tebar 4-5 ekor/m² dan perbandingan antara jantan dan

betina 1:3. Setelah pembuahan, telur diletakkan pada ruang pengeraman

(broodchamber) yang terdapat di antara kaki renang induk betina hingga saatnya

menetas.

c. Pemeriksaan Pembuahan

Induk yang matang telur dapat dilihat dari telur-telurnya yang berwarna

abu-abu. Induk-induk yang matang telur kemudian dipindahkan ke bak penetasan.

Jumlah telur merupakan salah satu indikator baik atau tidaknya induk.

d. Menetaskan Telur

Tahapan pekerjaannya adalah sebagai berikut:

a. Penyiapan media penetasan

b. Sebelum dimasukkan ke dalam bak penetasan, induk-induk disuci-hamakan

b. Induk diberi pakan dan diaerasi. Pakan yang tidak mudah mengotori air

seperti kelapa, ubi atau kentang yang dipotong-potong kecil; kalaupun pelet,

maka harus yang mempunyai stabilitas dalam air (water stability) yang tinggi.

c. Telur akan menetas setelah 6-12 jam.

d. Induk yang telurnya belum menetas dipindahkan ke bak penetasan lainnya,

karena perbedaan umur larva yang terlalu jauh menyebabkan

pertumbuhannya akan berbeda besar, memperpanjang waktu pemeliharaan

dan merangsang terjadinya kanibalisme.


16

e. Memanen Nauplii

Kualitas nauplii perlu diperiksa. Bila tidak baik maka lebih baik nauplii

dibuang, karena tidak akan diperoleh larva yang bagus. Kriteria nauplii yang baik,

sebagai berikut (SNI: 01- 6486.2 – 2000) :

a. Warna : warna tubuh kehitaman, keabu-abuan, tidak pucat.

b. Gerakan : berenang aktif, periode bergerak lebih lama dibandingkan dari

periode diam.

c. Kesehatan dan kondisi tubuh : sehat terlihat bersih, tidak berlumut, organ

tubuh normal.

d. Keseragaman : secara visual ukuran nauplii seragam.

e. Respon terhadap rangsangan : bersifat fototaksis positif atau respon terhadap

cahaya.

f. Daya tahan tubuh : dengan mematikan aerasi beberapa saat, nauplius yang

sehat akan berenang ke permukaan air.

http://penyuluhankelautanperikanan.blogspot.com/2018/10/budidaya-udang-galah.html

2.6.2. Pemeliharaan Larva

a. Penyiapan Kolam dan Media Pemeliharaa

1). Bak dicuci bersih.

2). Disuci-hamakan, bisa dengan dijemur dibawah terik Matahari atau

dengan desinfektan (misalnya kaporit 50-100 mg/liter air (50-100 ppm).

3). Dibilas dengan air sabun kemudian dicuci bersih.

4). Air bersih dari tandon dimasukkan ke dalam bak dengan disaring

menggunakan filterbag, hingga tinggi air 70-80 cm.

5). Diaerasi.
17

b. Penebaran Larva

Setelah satu hingga dua hari di bak penetasan, larva dipindahkan ke dalam

bak pemeliharaan larva. Padat penebaran larva antara 100–150 ekor/liter.

c. Monitoring Pertumbuhan

Monitoring pertumbuhan larva secara berkala sangat penting dilakukan.

Maksud pekerjaan ini adalah guna mengetahui apakah perkembangan larva

normal, ataukah ada kelainan (kurang baik). Monitoring pertumbuhan adalah

dengan mengukur panjang larva (panjang total atau total length / TL) paling

tidak setiap 5 hari. Jumlah larva yang diambil sebagai contoh minimal 30

ekor. Hasil pengukuran kemudian dianalisis apakah ada kecenderungan

perbedaan yang mencolok. Bila kurang baik maka perlu diketahui faktor-

faktor yang kiranya berpengaruh terhadap hal tersebut.Faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap laju pertumbuhan larva/benih udang galah pada

dasarnya meliputi empat golongan yaitu: (1) mutu telur/nauplii, (2)

lingkungan/kualitas air media pemeliharaan, (3) pakan, serta (4) ada tidaknya

serangan penyakit. Mutu telur bisa diketahui dari ukuran serta tingkat

penetasannya (hatching rate). Ukuran telur yang baik adalah 0,6-0,7 mm, dan

tingkat penetasan di atas 80%.

http://penyuluhankelautanperikanan.blogspot.com/2018/10/budidaya-udang-galah.html

2.7 Kultur Pakan Alami Bagi Benih Udang Galah

Pakan larva harus berkualitas tinggi, ukuran sesuai bukaan mulut larva

dan mudah tecerna. Pakan alami yang terbaik untuk larva udang galah adalah

nauplii Artemia salina selain itu juga dapat digunakan Moina sp. atau dikenal

sebagai kutu air. Langkah awal adalah penentuan jumlah nauplii yang dibutuhkan.
18

Penetasan artemia perlu dilakukan dengan cermat agar diperoleh tingkat

penetasan yang tinggi. Teknik penetasan Artemia salina dapat dilakukan dengan

dua cara, yaitu :

a. Terlebih dahulu didekapsulasi.

b. Langsung ditetaskan.

Dekapsulasi adalah proses menyiapkan Artemia salina agar melunakkan

cangkang kista Artemia. Manfaatnya adalah :

a. Agar dapat diperoleh tingkat penetasan lebih tinggi.

b. Mengurangi resiko termakannya cangkang (dari nauplii Artemia teknik

penetasan langsung).

c. Bisa langsung diberikan untuk larva ikan yang sudah cukup ukuran bukaan

Mulutnya.

Teknik penetasan langsung adalah dengan langsung menetaskan kista

Artemia dalam larutan garam yang diaerasi kuat. Peralatan dan bahan yang

dipergunakan untuk dekapsulasi dan penetasan adalah :

a. Bahan (utk 100 gram kista artemia) :

1. Kapur (CaO) 25 gram (2x12,5 gram).

2. Bleaching powder 55 gram (2x27,5 gram).

3. Es batu secukupnya.

4. Na-thiosulfat (Na2S2O3.5H2O) 0,05 gram (minimal).

5. Garam murni secukupnya

6. Air bersih secukupnya

b. Alat :

1. Wadah kapasitas 1 liter 2 unit.


19

2. Perangkat aerasi 2 buah.

3. Filter bag (dengan plankton net) mesh 250 um, 1 buah.

4. Thermometer 1 buah.

5. Pengaduk 1 buah.

6. Timbangan ketelitian 0,01 gram, kap 500 gram 1 buah.

7. Wadah utk menimbang bahan 4 buah.

8. Centong 2 buah.

9. Slang sipon 1 buah.

10. Mikroskop 1 buah.

c. Prosedur :

Prosedur penetasan Artemia yang diawali dengan dekapsulasi disajikan

Gambar di bawah ini.


20

Gambar 6. Prosedur Penetasan Artemia

http://penyuluhankelautanperikanan.blogspot.com/2018/10/budidaya-udang-galah.html

Pemberian pakan dimulai pada hari ke tiga setelah menetas, dilakukan setiap

hari setelah penggantian air atau siphon pada sore hari. Naupli Artemia

salina diberikan kepada larva setelah penggantian air (air tersisa 2/5 bagian,

dibiarkan selama ± ½ jam, untuk memberi kesempatan kepada larva untuk

menangkap nauplii Artemia salina). Aerasi dihidupkan kembali setelah

selesai memberikan pakan. Pada hari-hari ke 4-5, Artemia salina sebaiknya

diberikan pada malam hari. Jumlah nauplii disesuaikan dengan umur larva

udang, sebagaimana disajikan pada Tabel berikut:

Tabel 4. Jumlah Nauplii Disesuaikan dengan Umur Larva Udang

Hari ke- Naupli Artemia Pakan Buatan, Berat


salina (ekor) Kering (mg)
3 5 0
4 10 0
5-6 15 0
7 20 0
8 25 0
9 30 0
10-11 35 0
12 40 0
21

Hari ke- Naupli Artemia Pakan Buatan, Berat


salina (ekor) Kering (mg)
13-14 45 70
15-24 50 80-90
25-30 45 100-180
30-++ 40 200
Sumber : AQUACOP, 1983 dalam http://penyuluhankelautanperikanan.blogspot.com/
2018/10/budidaya-udang-galah .html

Perlu diperhatikan bahwa kepadatan nauplii Artemia menjadi patokan dalam

pemberian pakan, karena larva tidak mengejar-ngejar nauplii. Bila kebutuhan

5 ekor, maka pada saat mau pemberian berikut masih harus ada 1 ekor naupli;

bila tidak ada berarti kurang, bila lebih perlu diidentifikasi masalahya. Cara

praktis menentukan jumlah adalah untuk bak volume air 10 ton, dibutuhkan

50-250 gram kista Artemia untuk dapat dihasilkan 10-50 juta nauplii.

2.8 Pakan Buatan bagi Benih Udang Galah

Pakan buatan sebagai pakan tambahan perlu diberikan untuk melengkapi

kebutuhan gizi bagi larva udang, diberikan pada masa akhir stadia larva.

Komposisi bahan pakan buatan dan analisis proksimatnya ditampilkan pada Tabel

berikut:

Tabel 5. Komposisi Bahan Pakan Buatan dan Analisis Proksimat

pada Udang Galah

Bahan Pakan Prosentase (%)


Cumi-cumi 27,6
Udang 27,6
Telur ikan 6,9
Telur Ayam 6,9
Minyak ikan 14,0
Vitamin 1,0
Garam 1,0
Alginate 15,0
Analisis Proksimat Persentase
22

Protein 54,9
Lemak 19,7
Abu 7,7
Sumber : AQUACOP, 1977 dalam http://penyuluhankelautanperikanan.blogspot.com/2018/10/
budidaya-udang-galah .html

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan buatan adalah

ukuran pakan dan dosisnya harus sesuai dengan umur larva. Untuk memperoleh

ukuran pakan yang sesuai, dapat menggunakan saringan dengan ukuran tertentu.

Ukuran pakan yang diberikan berdasarkan ukuran saringan menurut umur larva

disajikan pada Tabel berikut:

Tabel 6. Ukuran Pakan yang Diberikan Berdasarkan Ukuran Saringan

Menurut Umur Larva Udang Galah

Umur larva (hari) Ukuran saringan (mesh/cm)


12 16
13 16
14-15 8
25-30 8
30-pasca larva 8

2.9 Kualitas air

Kualitas air merupakan faktor penting selama pembenihan berlangsung.

Baik buruknya kualitas air akan sangat menentukan hasil yang akan dicapai. Air

yang digunakan harus memenuhi kriteria fisik, kimia, dan biologi.

Beberapa parameter kualitas air yang perlu dipantau antara lain oksigen terlarut

(DO), salinitas, derajat keasaman (pH), dan suhu.

2.9.1. Oksigen Terlarut

Kandungan oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) di dalam air merupakan

sumber respirasi bagi larva, oleh karenanya harus selalu tersedia di dalam media.

Keperluan organisme terhadap oksigen terlarut relatif bervariasi tergantung pada


23

jenis, stadium dan aktifitasnya. Kisaran oksigen terlarut 5 ppm atau lebih

merupakan kadar yang cukup baik untuk pertumbuhan larva udang galah.

Kandungan oksigen dalam air media budidaya dipengaruhi oleh :

a. padat tebar udang atau biomas udang.

b. banyak tidaknya kotoran atau senyawa-senyawa lain yang mengkonsumsi

oksigen dalam air media budidaya.

c. tinggi rendahnya populasi organisme lain.

d. tingkat aerasi serta efektivitas absorbsi oksigen ke dalam air media budidaya;

serta

e. Tingkat pergantian air.

2.9.2. Salinitas

Salinitas atau kadar garam yang terkandung dalam air merupakan salah satu

parameter yang perlu diperhatikan dalam pembenihan. Udang galah memiliki

toleransi salinitas berkisar 0-15 ppt. Pada fase larva udang galah mampu tumbuh

dengan baik pada salinitas 10-15 ppt. Untuk kebutuhan kadar garam media

pemeliharaan larva, dapat berasal dari air laut dan dari garam dapur, atau

campuran dari keduanya. Informasi terakhir adalah bahwa kombinasi air laut

dengan garam dapat meningkatkan laju pertumbuhan larva udang galah (Khasani,

2010) dalam http://penyuluhankelautanperikanan.blogspot.com/2018/10/ budidaya-udang-

galah .html.

2.9.3. Derajat Keasaman (pH)

Nilai derajat keasaman (pH) sangat terkait erat dengan ketersediaann

CaCO3 dalam media budidaya. Selain sebagai penyangga atau faktor pendukung

kestabilan pH, senyawa tersebut merupakan faktor yang penting pada proses

pergantian kulit (moulting). pH media pemeliharaan larva udang galah sebaiknya


24

berkisar antara 7 – 8,5. Untuk mengukur pH dapat digunakan pH meter atau kertas

lakmus. Adanya pergantian air secara rutin menunjang ketrersediaan unsur

tersebut.

2.9.4. Suhu

Suhu air dipengaruhi oleh musim, lintang (altitude), ketinggian dari

permukaan laut (latitude), pergantian siang dan malam, sirkulasi udara, penutupan

awan dan aliran serta kedalaman badan air (Effendi, 2003). Peningkatan suhu

dapat mengakibatkan penurunan kelarutan gas dalam air, termasuk di dalamnya

oksigen. Suhu media perlu dipantau, karena memberi pengaruh cukup besar bagi

kelangsungan hidup, pertumbuhan larva, serta konversi pakan. Suhu optimal

untuk kehidupan larva udang galah adalah 28 – 30 ºC. Suhu apat diukur dengan

menggunakan termometer alkohol/ air raksa, dll.

http://penyuluhankelautanperikanan.blogspot.com/2018/10/ budidaya-udang-galah .html.

2.10 Panen Benih Udang Galah

Panen seleksi dilakukan pada hari ke 28-30 dengan syarat larva yang

sudah menjadi pasca larva (PL) atau ukuran 1-3 cm sekitar 30-75% jumlah total

larva. Panen menggunakan serokan berukuran mesh size mesh 50 setelah air

diturunkan hingga tersisa 30%. Larva yang sudah ditampung selanjutnya diseleksi

(grading) dengan cara merendam seser dalam air. Secara biologis udang galah

yang sudah mencapai PL akan menempel pada seser tersebut. Selanjutnya larva

dimasukkan dalam wadah yang telah disiapkan. Pemanenan total dilakukan

setelah larva menjadi pasca larva seluruhnya. Dari hasil panen kemudian dihitung

tingkat kelangsungan hidupnya (sintasan).


25

Gambar 7. Benih Udah Galah yang Siap Dipanen

http://www.trubusonlineshop.com/berita/2016-09-06/50/Siratu-Udang-Primadona.html

2.10 Pengaturan Tenaga Kerja Pembenihan Udang Galah

Pengorganisasian (organizing) merupakan proses penyusunan struktur

organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimiliki,

dan lingkungan yang dimiliki. Dua aspek utama penyusunan struktur organisasi

adalah :

a. Departementalisasi : Pengelompokan kegiatan - kegiatan sejenis dan saling

berhubungan.

b. Pembagian kerja : Perincian tugas pekerjaan agar setiap individu dalam

organisasi bertanggung jawab untuk melaksanakan

suatu kegiatan yang terbatas.

Hak yang wajib peroleh oleh tenaga pekerja pembenihan udang galah

adalah :

a. Hak Hubungan Kerja

b. Hak Atas Jaminan Sosial, seperti :

1). Jaminan Kecelakaan Kerja


26

2). Jaminan Kematian

3). Jaminan Hari Tua

4). Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

c. Hak Atas Upah yang Adil

d. Hak Khusus Bagi Pekerja Wanita

Dalam ketersediaan pekerja Masyarakat setempat dapat direkrut sebagai

tenaga kerja untuk pengembangan kegiatan pembenihan dan budidaya udang

galah. masyarakat berharap tenaga mereka dapat dimanfaatkan sebagai tenaga

kerja untuk kegiatan pengembangan budidaya udang galah, beberapa daerah

jumlah usia produktif biasanya melebihi 40% dari total penduduk.

Pada kegiatan budidaya tambak udang, jumlah tenaga kerja yang

dibutuhkan dibagi dalam tiga tahapan yaitu:

a. Masa Persiapan

b. Masa Pemeliharaan

c. Masa Panen.

https://blog.ub.ac.id/ratnapratiwi/2015/05/31/ppt-doc-tugas-teknik-pembenihan-udang-galah/
27

III. KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Udang merupakan salah satu komoditas unggulan utama dalam

industrialisasi perikanan budidaya di Indonesia karena memiliki nilai

ekonomis dan permintaan pasar yang tinggi. Pembenihan udang galah

dapat dilakukan di daerah perairan air tawar dan air payau yang mudah

dibudidayakan, pertumbuhannya relatif cepat dan sintasan pemeliharaan yang

tinggi. Prinsip-prinsip dalam pengelolaan induk adalah sebagai berikut:

a). Kepadatan 2-3 ekor/m2, b). Sebaiknya induk jantan dan betina dipelihara

dalam kolam terpisah, c). Pakan cukup gizi (protein 25-30 %, dan lemak 5%), d).

Dosis pemberian pakan adalah 3-5 %, frekuensi 4 kali sehari, e). Pembersihan

kotoran dalam bak induk dilakukan setiap dua hari bersamaan dengan pergantian

air dan f).Pakan yang bergizi dan cukup menunjang perkembangan gonad/

produksi telur.

Pakan larva harus berkualitas tinggi, ukuran sesuai bukaan mulut larva

dan mudah tecerna. Pakan alami yang terbaik untuk larva udang galah adalah

nauplii Artemia salina selain itu juga dapat digunakan Moina sp. atau dikenal

sebagai kutu air, dan pakan pabrik juga dipakai untuk melengkapi kebutuhan gizi

bagi larva udang.

Panen seleksi dilakukan pada hari ke 28-30 dengan syarat larva yang

sudah menjadi pasca larva (PL) atau ukuran 1-3 cm sekitar 30-75% jumlah total

larva Selanjutnya larva dimasukkan dalam wadah yang telah disiapkan.


28

Pemanenan total dilakukan setelah larva menjadi pasca larva seluruhnya. Dari

hasil panen kemudian dihitung tingkat kelangsungan hidupnya (sintasan).

3.2 Saran

Jika ingin membenihkan udang galah harus mempersiapkan dengan

sungguh-sungguh agar benih yang dihasilkan berkualitas bagus. Dalam hal

memberi makan benih udang galah harus menenggelamkan makanan tersebut ke

dalam air, upayakan agar makanan tidak membusuk dalam jangka waktu 10 jam,

dengan protein 20-23% cukup baik untuk pertumbuhan larva udang. Pada

Manajemen kualitas airnya seperti Oksigen Terlarut, Salinitas, pH, dan Suhu

harus dikontrol setiap minggu agar tetap terjaga kelangsungan hidup dari benih

udang galah tersebut.


29

DAFTAR PUSTAKA

https://blog.ub.ac.id/ratnapratiwi/2015/05/31/ppt-doc-tugas-teknik-pembenihan-
udang-galah/ (diunggah pada tanggal 13 April 2021).

http://fadhlyaquaculture.blogspot.com/2017/12/budidaya-udang-galah-di-kolam-te
rpal.html (diunggah pada tanggal 13 April 2021).

http://manajemensplendidus.blogspot.com/2017/01/pembenihan-udang-galah-hatc
hery-skala.html (diunggah pada tanggal 13 April 2021).

http://m.erabaru.net/2018/03/11/ (diunggah pada tanggal 13 April 2021).

http://penyuluhankelautanperikanan.blogspot.com/2018/10/budidaya-udang-galah
.html (diunggah pada tanggal 13 April 2021).

https://www.academia.edu/20024865/Proposal_TEKNIK_PEMBENIHAN_UDA
NG_GALAH (diunggah pada tanggal 13 April 2021).

http://www.trubusonlineshop.com/berita/2016-09-06/50/Siratu-Udang-Primadona
.html (diunggah pada tanggal 13 April 2021).

Soetarno, 2006. Molting udang galah (Macrobranchium rosenbergii). Jakarta :


CV. Sagung Seto.

Priyono, S.B. 2011. Pengaruh Shelter terhadap Perilaku dan Pertumbuhan Udang
Galah (Macrobrachium Rosenbergii). Yogyakarta : Jurnal Perikanan (J.
Fish. Fisheries Sciences). XIII (2): 78-85.

Anda mungkin juga menyukai