Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/341933119

Penanganan Ikan Cakalang oleh Nelayan Pole and Line: Handling System of
Skipjack Tuna by Pole and Line Fishermen

Article  in  Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia · April 2020


DOI: 10.17844/jphpi.v23i1.30924

CITATIONS READS

0 137

3 authors, including:

Christina Litaay Hairati Arfah


Centre for Appropriate Technology Research Indonesian Institute of Sciences
8 PUBLICATIONS   4 CITATIONS    15 PUBLICATIONS   32 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Hairati Arfah on 03 September 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


JPHPI 2020, Volume 23 Nomor 1 Penanganan ikan cakalang oleh nelayan, Litaay et al.
Available online: journal.ipb.ac.id/index.php/jphpi

PENANGANAN IKAN CAKALANG OLEH NELAYAN POLE AND LINE

Christina Litaay1*, Sugeng Hari Wisudo2, Hairati Arfah3


1
Pusat Penelitian Teknologi Tepat Guna, LIPI Subang, Jawa Barat
Jalan KS. Tubun Nomor 5, Cigadung, Subang Jawa Barat 41213
2
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Laut, FPIK-IPB, Bogor, Jawa Barat
3
Pusat Penelitian Laut Dalam, LIPI Ambon, Maluku
*Korespondensi: christina_litaay@yahoo.com

Diterima: 27 September 2019/ Disetujui: 27 April 2020

Cara sitasi: Litaay C, Wisudo SH, Arfah H. 2020. Penanganan ikan cakalang oleh nelayan pole and line.
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 23(1): 112-121.

Abstrak
Penanganan ikan segar merupakan bagian penting dari rantai pasokan industri perikanan. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis penanganan dan penyimpanan ikan cakalang. Penelitian ini difokuskan pada
kegiatan penangkapan pole and line untuk ikan cakalang di perairan Seram. Penelitian ini menggunakan
teknik observasi lapangan dan uji organoleptik. Proses penanganan ikan di kapal menggunakan es balok dan
air laut yang didinginkan terdiri atas penyortiran, pencucian, dan penirisan namun belum optimal. Fasilitas
dan infrastruktur untuk penanganan ikan di pusat pendaratan juga tidak memadai, tidak ada tempat untuk
melakukan beberapa pekerjaan yaitu penyortiran, pencucian, dan penirisan. Nilai organoleptik menurun
dari 9,00 pada 0 jam menjadi 8,68 pada 12 jam, ketika ikan tiba di pusat pendaratan ikan. Peningkatan
penanganan cakalang di kapal dan di pusat pendaratan ikan diperlukan untuk menjaga kualitas ikan dan
mencegah kerusakan ikan.

Kata kunci: ikan cakalang, organoleptik, penanganan, penyimpanan, pole and line

HANDLING SYSTEM OF SKIPJACK TUNA BY POLE AND LINE FISHERMEN

Abstract
Fresh fish handling is an important part of fisheries industry supply chain. This research was aimed to
analyze skipjack handling and storage systems. The research was focused on pole and line fishing activities
for skipjack tuna in the Seram waters. The research used field observation technique and organoleptic test to
examine the handling techniques. The process of fish handling used ice block and chilled seawater, however,
the sortation, washing, and draining steps were not well-conducted. The facilities and infrastructure for fish
handling at the landing center were also inadequate; no available place to do some works such as sortation,
washing and draining. Organoleptic value were decreased from 9.00 at 0 hours to 8.68 at 12 hours, when
the fish arrived at the fish landing center. Improvement of the handling of skipjack on board and at the fish
landing center is needed to maintain the quality of fish and prevent the deterioration of fish.

Keywords: handling, organoleptic, pole and line, skipjack fish, storage

PENDAHULUAN menangkap ikan cakalang serta tidak merusak


Ikan cakalang merupakan jenis sumber lingkungan sekitar saat proses penangkapan.
daya perikanan yang dimanfaatkan sebagai Proses penangkapan tuna cakalang, sangat
konsumsi lokal maupun komoditi ekspor, lebih baik jika menggunakan alat tangkap pole
sehingga ikan ini memiliki nilai ekonomis yang and line (WWF 2005). Selain itu alat tangkap
tinggi (Tumonda et al. 2017). Alat tangkap pancing dan bubu lebih rendah tingkat
yang sering digunakan untuk menangkap ikan kehilangan dibandingkan jaring insang dan
cakalang di Indonesia adalah pole and line. jaring lingkar (Akande dan Diei-Ouadi 2010).
Alat tangkap pole and line berupa pancing, Produksi ikan di Indonesia lebih banyak
sehingga sangat selektif dan efektif dalam dihasilkan melalui usaha perikanan pole and

112 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Penanganan ikan cakalang oleh nelayan , Litaay et al. JPHPI 2020, Volume 23 Nomor 1

line dalam skala kecil dan tradisional. Kondisi Metusalach et al. (2014) menjelaskan bahwa
ini disesuaikan dengan belum memadainya terdapat beberapa faktor yang memengaruhi
fasilitas dan teknologi yang sederhana. terjadinya penurunan mutu dan kerusakan
Nelayan belum memperhatikan pentingnya ikan setelah ikan ditangkap antara lain kurang
kesiapan bahan dan alat dalam menunjang memadainya fasilitas, proses penanganan
proses penanganan ikan di atas kapal sampai ikan yang belum sesuai prosedur, dan proses
pusat pendaratan ikan. Proses penangkapan penangkapan ikan. Selain itu mutu ikan
yang dilakukan oleh nelayan dapat bersifat sangat dipengaruhi oleh proses penangkapan
one day fishing maupun tidak tergantung yang berhubungan langsung dengan cara
dari banyaknya umpan yang tersedia. ikan mati. Studi Akande dan Diei-Ouadi
Masalah lain yang mendasar juga adalah (2010) menunjukkan bahwa di negara-negara
permintaan hasil tangkapan ikan cakalang berkembang, telah terjadi kehilangan pasca
yang meningkat dengan harga jual tinggi, panen sebesar 20-40% dari total produksi, dan
mengakibatkan nelayan berlomba-lomba kehilangan kualitas sebesar 70%.
untuk mendapatkan tangkapan sebanyak Pemecahan masalah perikanan
mungkin agar keuntungan lebih banyak. sebagaimana digambarkan di atas, tidak
Namun disisi lain kurangnya pengetahuan dapat dilakukan sebagian saja tetapi harus
tentang penangkapan dan penanganan menyeluruh dan secara bersamaan untuk
ikan secara baik menyebabkan tangkapan menghasilkan penanganan yang tepat,
berjumlah banyak, tetapi berkualitas rendah maka perlu adanya pengembangan teknik
dengan harga jual minimal. Hal ini tidak penanganan ikan cakalang dengan benar.
hanya merugikan secara ekonomi, tetapi juga Penerapan teknologi penanganan yang baik
berkontribusi pada pemborosan sumber daya. sesaat setelah ikan ditangkap sampai ikan di
Beberapa penelitian terkait penanganan pusat pendaratan ikan sebagai panduan proses
ikan dan kesegaran telah dilakukan di penanganan ikan adalah solusi pemecahan
antaranya adalah penanganan ikan cakalang yang akan dilakukan melalui penelitian ini.
di atas kapal KM. Cakalang Pulau Morotai
menunjukkan bahwa dalam kurun waktu METODE PENELITIAN
penanganan ikan selama kurang dari 2 jam Bahan dan Alat
terjadi penurunan mutu kesegaran ikan Bahan dalam penelitian ini adalah
sebesar 1,96%, sedangkan jangka waktu 5-6 kuisioner, score sheet, sampel ikan cakalang
jam, kemunduran sebesar 4,49%. Secara (Katsuwonus pelamis) sebanyak 9 ekor dengan
umum ikan yang ditangkap mulai di kapal berat berkisar 2,2-4,8 kg, es balok dan air
sampai di TPI mengalami penurunan laut yang didinginkan. Alat yang digunakan
mutu sebesar 29,37% dengan nilai mutu dalam penelitian adalah palka pendingin, alat
organoleptik ikan 7 (Deni 2015). Penanganan ganco, ember, pemukul es balok, alat tulis, dan
terhadap ikan kembung menggunakan es kamera digital.
curai pada rasio es dan ikan 1:5 mengalami
tingkat penurunan nilai organoleptik sangat Prosedur Penelitian
cepat dibandingkan rasio es dan ikan 1:1 Penelitian ini dilakukan untuk mengamati
dan 1:3 (Susanto et al. 2011). Tahapan dalam sistem penanganan ikan cakalang dari
menangani ikan setelah ditangkap adalah ikan mulai ditangkap, penanganan di atas kapal
segera dimatikan dengan memukul bagian hingga didaratkan serta mutu ikan secara
kepala ikan, selanjutnya proses pencucian organoleptik. Penelitian ini bersifat deskriptif
ikan dan penyimpanan ikan dalam palka dengan cara observasi dan wawancara
dengan rasio es dan ikan 1:1 (Widiastuti berdasarkan studi kasus teknik penanganan
dan Putro 2010). Olodosu et al. (2011) ikan oleh nelayan pole and line sesaat setelah
melaporkan bahwa setelah tertangkap ikan ditangkap sampai di pusat pendaratan ikan.
sering dibiarkan pada suhu kamar dalam Penelitian aspek penanganan ikan cakalang
waktu lama yang mengakibatkan penurunan dibatasi pada penanganan sesaat setelah ikan
kualitas dan pembusukan ikan pasca panen. di atas kapal sampai pada lokasi pendaratan

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 113


JPHPI 2020, Volume 23 Nomor 1 Penanganan ikan cakalang oleh nelayan, Litaay et al.

ikan. Wawancara dilakukan pada 25 nelayan tergantung pada teknik penanganan sesaat
yang merupakan ABK pada kapal pole and setelah ikan di atas kapal sampai di pusat
line. Pengambilan data primer dilakukan pendaratan ikan. Beberapa hal penting yang
melalui score sheet dan penelitian kesegaran perlu diperhatikan terkait keamanan dan
ikan mulai di atas kapal sejak ikan mati mutu ikan antara lain operasi penangkapan
sampai di tempat pendaratan ikan. Selain ikan, teknik penanganan ikan baik di atas
itu juga dilakukan penelitian terkait cara kapal maupun di pusat pendaratan ikan, dan
perlakuan hasil tangkapan antara lain teknik penyimpanan ikan dalam palka yang
penerapan pencucian, sortasi dan penirisan benar.
hasil tangkapan, penggunaan es serta metode
penyimpanan hasil tangkapan di palka Penanganan Ikan Cakalang di atas
pendinginan mulai dari di atas kapal sampai di Kapal
pusat pendaratan ikan. Data sekunder berasal Berdasarkan hasil observasi lapangan,
dari instansi pemerintah dan penelitian yang tahapan cara penanganan ikan di atas kapal
telah dipublikasi. (Figure 1) dijelaskan sebagai berikut:
a). Penangkapan ikan. Ikan yang tertangkap
Analisis Data dibiarkan menggelepar di atas deck kapal
Analisis data secara deskriptif, dengan sampai mati sendiri. Ikan yang menggelepar-
cara mendeskripsikan teknik penanganan ikan gelepar menyebabkan ikan luka atau memar.
cakalang sesaat setelah di atas kapal sampai di b). Sortasi. Proses sortasi pada hasil tangkapan
pusat pendaratan ikan. Uji organoleptik ikan dengan tidak dilakukan dengan benar.
segar mengacu pada BSN (2006). Pengamatan Ikan yang berbeda ukuran maupun jenis
dilakukan terhadap penanganan ikan dengan dimasukkan dalam palka secara bersamaan,
variasi metode pendinginan, selanjutnya dalam proses sortasi nelayan berkontak
proses pengujian nilai organoleptik (mata, langsung dengan ikan.
lendir, insang, daging, bau, dan tekstur). c).Pencucian. Proses pencucian untuk
Metode pengujian organoleptik scoring test membersihkan ikan dari darah tidak
menggunakan skala angka dengan rentang dilakukan dengan baik. Ikan yang tertangkap
nilai 1-9, dan syarat nilai mutu organoleptik dan terkumpul di atas deck kapal sesekali
adalah minimum 7,0. Jika hasil pengujian disiram atau disemprot dengan air laut. Hal
produk perikanan memiliki nilai < 7 maka ini mengakibatkan ikan yang dimasukkan ke
produk tersebut memiliki kualitas ikan yang dalam palka penuh dengan cairan darah ikan.
rendah dan dinyatakan tidak lulus standar. d). Penirisan. Ikan yang akan dimasukkan
Nilai organoleptik 7 merupakan batas ke dalam palka tidak dilakukan penirisan,
penerimaan konsumen dengan tanda kualitas diangkat dan dijepit dengan jari sebanyak 2-5
ikan sebagai berikut : spesifikasi mata (agak ekor jika ikan berukuran besar dan > 8 ekor
keruh, bola mata rata, pupil agak keabu-abuan, jika ikan berukuran kecil.
kornea agak keruh), insang (warna merah e). Penyimpanan ikan. Proses pendinginan
agak kusam, tanpa lendir), lendir permukaan menggunakan es balok yang telah
badan (lapisan lendir mulai agak keruh, dihancurkan, dengan penyusunan ikan yang
warna agak putih, kurang transparan), daging tidak teratur, berhimpit dan ikan dilempar ke
(sayatan daging sedikit kurang cemerlang, dalam palka. Hal ini menyebabkan ikan cepat
spesifik jenis, tidak ada pemerahan sepanjang rusak. Penyimpanan ikan yang dilakukan
tulang belakang, dinding perut daging utuh), belum memperhatikan sanitasi dan higienitas.
bau (netral), dan tekstur (agak padat, agak Penanganan ikan di atas kapal dilakukan
elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek setelah nelayan memastikan bahwa semua
daging dari tulang belakang). ikan sudah tertangkap, dengan kata lain waktu
penanganan ikan disesuaikan dengan lamanya
HASIL DAN PEMBAHASAN proses penangkapan. Ikan yang tertangkap
Ikan cakalang merupakan komoditas dalam operasi penangkapan semakin
ekspor, yang kualitas dan mutu ikan sangat banyak, maka kegiatan penanganan ikan di

114 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Penanganan ikan cakalang oleh nelayan , Litaay et al. JPHPI 2020, Volume 23 Nomor 1

(a) (b) (c)

(d)
Figure 1 Fish handling on board: (a) fish were left to die; (b) fish sorting; (c) fish washing
(d) storage of fish in the hold

atas kapal juga akan terlambat. Jika operasi cakalang di atas kapal oleh nelayan (Figure 2).
penangkapan masih berlangsung, maka ikan Proses penyimpanan ikan pada palka
dibiarkan di atas dok kapal tanpa proses pendinginan belum dilakukan sesuai prosedur.
penanganan. Selama operasi penangkapan Nelayan tidak melakukan proses pensortiran
ikan berlangsung, ikan yang terkumpul di atas hasil tangkapan sesuai ukuran, jenis ikan dan
deck kapal disemprot dengan air laut untuk kualitas ikan. Penyimpanan ikan berdasarkan
menghilangkan darah. Proses penanganan ukuran sangat penting karena ikan dengan
yang dilakukan di atas kapal masih tergolong ukuran kecil lebih cepat mengalami proses
sederhana berdasarkan pengalaman nelayan. pembusukan dibandingkan ikan dengan
Nelayan perlu memperhatikan kualitas ikan ukuran besar. Kondisi ini disebabkan karena
tetap dalam kondisi segar sampai di pusat komposisi kimia daging ikan yang berbeda.
pendaratan ikan. Murniyati dan Sunarman (2000) menjelaskan
Proses penanganan yang dilakukan bahwa daging ikan tuna memiliki komposisi
oleh nelayan sesaat setelah ikan ditangkap kimia yang bervariasi tergantung ukuran dan
antara lain pencucian, pensortiran dan jenis ikan, serta jenis kelamin, dan musim.
penirisan tidak dilakukan dengan baik. Hal Penanganan pasca penangkapan adalah
ini dapat mengakibatkan kemunduran mutu untuk menjaga kualitas hasil tangkapan (WWF
ikan. Penanganan ikan sesaat setelah ikan 2015). Kru kapal harus menjaga kebersihan
ditangkap sangat berpengaruh terhadap untuk menjaga kualitas ikan, pada saat ikan di
kualitas ikan hasil tangkapan. Starling dan ditaruh di atas geladak atau lantai kapal, ikan
Diver (2005) melaporkan bahwa faktor- tidak terluka atau cacat saat dihentakkan atau
faktor yang memengaruhi mutu ikan tuna dilempar, dan cara menjaga agar rantai dingin
terdiri dari faktor biologis (umur, spesies, tidak putus sampai ke penampungan di darat
tingkat kematangan seksual dan adanya atau sampai ditangan pembeli. Kualitas dan
penyakit) dan faktor non biologis (teknik mutu yang baik dapat meningkatkan harga
penangkapan, penanganan, pendinginan, dan jual hasil tangkapan. Proses pemancingan
penyimpanan). Jika teknik penanganan ikan yang dilakukan oleh nelayan berlangsung
yang dilakukan baik, maka ikan akan memiliki selama umpan masih tersedia, dan ikan yang
kualitas yang baik dan harga jual yang tinggi. tertangkap langsung dibersihkan dengan cara
Berdasarkan pengamatan di lapangan, maka sesekali menyemprot ikan menggunakan
dapat digambarkan sistem penanganan ikan air laut. Apabila ikan sudah dalam keadaan

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 115


JPHPI 2020, Volume 23 Nomor 1 Penanganan ikan cakalang oleh nelayan, Litaay et al.

Ship deck cleaning

Fresh fish Washing Fish storing in compartment


Fish capture
(ice:fish 1:2)

Size sortation

Freshness
maintenance
Figure 2 Fish handling flow by fishermen on board

bersih selanjutnya proses penyimpanan ikan kemunduran ikan sehingga kesegaran dan
dalam palka berisi es. kualitas ikan dapat dilihat pada Figure 3.
Proses penanganan yang dilakukan oleh Penanganan primer terkait pencucian,
nelayan belum sesuai dengan standar HACCP, pensortiran dan penirisan perlu dilakukan,
seperti halnya proses pensortiran. Ikan selain itu jumlah es dan lamanya waktu
yang mengalami cacat fisik seperti memar pendinginan perlu diperhatikan. Faktor
atau luka akibat mati menggelepar, masih perbandingan antara ikan dan es sangat
ditempatkan dalam palka pendingin bersama menentukan kualitas ikan. Perbandingan 1:2
ikan yang utuh. Nelayan tidak melakukan merupakan perbandingan penggunaan es dan
proses pensortiran dari segi kualitas antara banyaknya ikan dalam proses penanganan
ikan yang cacat fisik dan ikan yang utuh, yang dilakukan nelayan. Perbandingan ini
ukuran ikan, dan jenis ikan yang ditangkap. menyangkut suhu ikan yang ingin dicapai,
Ikan yang mengalami cacat fisik akan cepat suhu ikan harus tetap pada suhu 0°C sampai
terjadi proses penurunan mutu akibat ikan berada di tangan konsumen. Apabila
aktivitas bakteri, sehingga dengan mudah jumlah es terlalu sedikit, maka suhu tidak
akan mengkontaminasi ikan yang utuh atau mampu mempertahankan tingkat kesegaran
kualitas baik. Kondisi ini harus menjadi ikan dalam jangka waktu lama. Sedangkan
perhatian nelayan dan dihindari. apabila jumlah es terlalu banyak, maka
Wibowo dan Yunizal (1998) menjelaskan bongkahan/pecahan es batu akan dapat
bahwa penanganan ikan di atas kapal yang merusak ikan. Menurut Widiastuti dan
tidak memiliki sarana palka penyimpanan Putro (2010) tahapan dalam menangani
ikan yang baik, memiliki tingkat kerusakan ikan setelah ditangkap adalah ikan segera
ikan sebesar 20-30% sejak di atas kapal sampai dimatikan dengan memukul bagian kepala
di pusat pendaratan. Pengetahuan nelayan ikan, selanjutnya proses pencucian ikan
yang minim terkait penanganan ikan akan dan penyimpanan ikan dalam palka dengan
mengakibatkan penurunan tingkat kesegaran rasio es dan ikan 1:1. Kebutuhan es sangat
ikan setelah ikan ditangkap. Hal ini juga diperlukan selama proses pendinginan ikan
sangat berpengaruh pada proses pengolahan diatas kapal sampai ikan di pusat pendaratan
ikan selanjutnya. Akande dan Diei-Ouadi ikan. Rasio perbandingan ikan dan es 1 : 1
(2010) melaporkan bahwa di negara-negara merupakan perbandingan yang ideal, yaitu
berkembang, telah terjadi kehilangan pasca ikan 1 kg harus sebanding dengan 1 kg es.
panen sebesar 20-40% dari total produksi, dan Ikan yang baru ditangkap memiliki suhu 25°C
kehilangan kualitas sebesar 70%. Menurut dan proses penyimpanan ikan dalam palka
Quang (2005), sesaat setelah penangkapan perlu dipertahankan suhunya mendekati
ikan akan terjadi proses penurunan mutu 0°C selama 12 jam mulai dari ikan ditangani
sampai di konsumen. di atas kapal sampai pusat pendaratan ikan,
Proses perbaikan untuk mencegah agar tingkat kesegaran ikan tetap terjaga dan

116 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Penanganan ikan cakalang oleh nelayan , Litaay et al. JPHPI 2020, Volume 23 Nomor 1

Ship deck cleaning

Preparation of
Fish capture
handling tools

Kill the fish Fresh fish


immediately

Fish sortation
(type, size and quality)
1 minutes

Washing
15 minutes

Fish draining
15 minutes

Store the fish in


portable compartment

Addition of bulk ice


(ice: fish = 1:1)

Fish storing in cold


hold 0-5oC

Fish
Figure 3 Improved fish handling system on board

menghambatkan aktivitas bakteri. Aktivitas Penanganan Ikan Cakalang di Pusat


enzim dan mikroorganisme pembusuk dapat Pendaratan Ikan
terganggu oleh penggunaan suhu rendah Teknik penanganan oleh nelayan di pusat
0–6oC. Hal ini juga memengaruhi aktivitas pendaratan ikan harus dilakukan dengan baik
bakteri setelah post rigor mortis berlangsung dan benar serta hati-hati, sehingga kualitas
dan pembentukan basa volatile nitrogen dan mutu ikan tetap terjaga. Kapal tiba di
karena reaksi kimia (Clucas dan Ward (1996). pusat pendaratan ikan pada pukul 19.00 WIT,
Gram dan Dalgaard (2002) menjelaskan sehingga penanganan ikan dilakukan nelayan
bahwa pertumbuhan mikroba pada ikan pada waktu malam. Proses pembongkaran
dapat terhambat oleh adanya penggunaan ikan dari palka pendinginan dilakukan dan
suhu yang rendah. diletakkan di atas dok kapal. Pensortiran

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 117


JPHPI 2020, Volume 23 Nomor 1 Penanganan ikan cakalang oleh nelayan, Litaay et al.

dilakukan sesuai dengan permintaan Perum selain itu terjadinya degradasi mutu ikan
Perikanan dan pengumpul tentang ukuran disebabkan oleh suhu lingkungan yang tinggi,
ikan. Penanganan ikan di pusat pendaratan penanganan yang kasar dan tidak higienis
ikan oleh nelayan antara lain : yang dapat menyebabkan pembusukan ikan
a). Pembongkaran. Pembongkaran dilakukan akibat terkontaminasi. Faktor kebersihan
oleh dua orang nelayan dengan cara masuk sangat penting karena sebagian besar lokasi
ke dalam palka pendinginan kemudian ikan pendaratan tidak memiliki fasilitas sanitasi
diangkat dengan tangan dan dimasukkan ke dan penanganan. Ikan yang sudah dibongkar
dalam jaring yang turunkan oleh tiga orang harus segera ditimbang dan didinginkan
nelayan di atas deck kapal. Nelayan yang secepatnya untuk menjaga suhu tetap
bertugas melakukan proses pembongkaran (0°C-4°C), sehingga dapat memperlambat
ikan dalam palka pendinginan mengunakan laju pembusukan oleh bakteri dan aktivitas
sepatu, dan hal ini dapat menyebabkan ikan enzim.
terinjak dan cacat fisik. Kerusakan yang terjadi Beberapa hal penting yang belum
akibat ikan yang cacat fisik akan mempercepat diperhatikan oleh nelayan antara lain fasilitas
aktivitas bakteri dan menyebabkan penurunan sarana dan prasarana, tempat untuk melakukan
mutu ikan. proses pencucian, penirisan, dan pensortiran.
b). Pencucian. Proses pencucian ikan Menurut Adawyah (2007), sebelum ikan
dilakukan setelah ikan di atas dok kapal. dinaikkan ke atas dek kapal perlu dilakukan
c). Penyortiran ikan. Penyortiran ikan pembersihan dek kapal dan peralatan yang
dilakukan berdasarkan ukuran sesuai akan digunakan untuk penanganan ikan. Dari
permintaan. hasil pengamatan di lapangan, maka dapat
d). Ikan dimasukkan ke dalam loyang digambarkan sistem penanganan ikan oleh
pengumpul/sibu-sibu. nelayan di pusat pendaratan ikan (Figure 4).
Penanganan ikan di pusat pendaratan Hasil wawancara menunjukkan bahwa
ikan belum sesuai dengan prosedur yang ikan yang mengalami cacat fisik sebesar 3%
ada. Penanganan yang menjadi perhatian dan yang kualitas baik 97%. Ikan yang kualitas
nelayan dipusat pendaratan ikan adalah baik kemudian dilakukan pembagian, 80%
hanya memikirkan bagaimana membongkar dari ikan cakalang ukuran besar dijual kepada
ikan dari dalam palka pendinginan dengan Perum Perikanan untuk diekspor, sedangkan
cepat, kemudian dimasukkan ke dalam loyang 17% ikan yang berukuran sedang dan kecil
para pembeli tanpa memikirkan kebersihan dijual kepada pengumpul atau pedagang
lantai deck kapal dan suhu di sekitarnya. kecil, kemudian pedagang kecil langsung
Menurut Amos (2007) pada saat ikan tiba menjual ke konsumen. Semua hasil tangkapan
di tempat pendaratan, ikan tidak boleh para nelayan dijual kepada pengumpul atau
diletakkan di lantai. Praktik ini tidak higienis, pedagang kecil dengan harga yang sangat

Fresh fish in ship hold Fish removal Washing

Size sortation

Fish storing in
a compartment

Direct selling

Figure 4 Fish handling at landing center

118 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Penanganan ikan cakalang oleh nelayan , Litaay et al. JPHPI 2020, Volume 23 Nomor 1

Ship deck cleaning Fresh fish in


ship hold

Fish removal Washing

Sortation based on
type, size and quality
15 minutes

Fish draining
15 minutes

Fish storing in
dry compartment

Addition of
bulk ice

Transporting fish to seafood


auction place (TPI)
Figure 5 Improved fish handling system at landing center

Table 1 Organoleptic scores based on variation length of time

No. Time in ship hold Organoleptic score


(hour)
1 0 9.00
2 2 8.87
3 6 8.75
4 12 8.68

murah. nilai organoleptik meliputi kriteria mata,


Penanganan ikan di pusat pendaratan lendir, insang, daging, bau, dan tekstur.
ikan merupakan proses yang sangat penting Pengamatan karakteristik ikan menggunakan
diperhatikan untuk menjaga kualitas ikan score sheet yang mengacu pada BSN
tetap terjamin. Proses perbaikan di pusat (2006), sehingga dapat menentukan nilai
pendaratan ikan untuk menjaga kesegaran penurunan mutu ikan. Hasil analisis varians
dan kualitas ikan sampai di tangan konsumen menunjukkan bahwa proses pendinginan
dapat dilihat pada Figure 5. dan waktu penyimpanan secara signifikan
mempengaruhi nilai organoleptik ikan
Perubahan Nilai Organoleptik (Sig.<0.01). Nilai rerata organoleptik ikan
Tingkat kesegaran ikan dapat ditentukan pada rentang waktu penyimpanan di palka
berdasarkan nilai organoleptik. Penentuan mengalami penurunan (Table 1).

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 119


JPHPI 2020, Volume 23 Nomor 1 Penanganan ikan cakalang oleh nelayan, Litaay et al.

Tabel ini menunjukkan bahwa pada 0 cepat oleh ABK yang khusus menangani
jam, nilai organoleptik 9 pada spesifikasi proses penyimpanan ikan di dalam palka
mata (cerah, bola mata menonjol, kornea setelah proses penangkapan. Penanganan di
jernih), insang (warna merah cemerlang, pusat pendaratan ikan juga perlu diperhatikan
tanpa lendir), lendir (lapisan lendir jernih, seperti proses pembongkaran ikan di dalam
transparan, mengkilat cerah), daging (sayatan palka dengan baik dan proses pendinginan
daging sangat cemerlang, spesifik jenis, tidak tetap dilakukan untuk mengatasi penurunan
ada pemerahan), bau (bau sangat segar, kualitas ikan, sehingga ikan tetap segar sampai
spesifik jenis), dan tekstur (padat, elastik bila dikonsumsi.
ditekan dengan jari, sulit menyobek daging
dari tulang belakang) (BSN 2006). Awal DAFTAR PUSTAKA
pengamatan organoleptik ikan sesaat setelah Adawyah R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan
ditangkap, terlihat jelas bahwa baik mata, Ikan. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
lendir, insang, daging, bau, dan tekstur ikan Akande G, Diei-Ouadi Y. 2010. Post-Harvest
memiliki nilai kesegaran yang tinggi. Losses in Small-scale Fisheries-Case
Waktu penyimpanan 2 jam dan 6 jam Studies in Five sub-Saharan African
terjadi penurunan nilai rata-rata organoleptik Countries. Rome: FAO Fisheries and
masing-masing dengan nilai 8,87 dan Aquaculture Tech.
8,75, ikan masih segar tetapi tidak seperti Amos. 2007. Analysis of quality deterioration
pada waktu 0 jam. Selanjutnya pada waktu at critical steps/points in fish handling in
penyimpanan 12 jam di palka saat ikan tiba Uganda and Iceland and suggestions for
di tempat pendaratan ikan terjadi penurunan improvement. Final Project 2007. UNU-
lagi sebesar 8,68. Hal ini menunjukkan bahwa Fisheries Training Programme Uganda.
terjadi penurunan nilai organoleptik sesaat Andersen UB, Thomassen MS, Rora AMB.
setelah ikan mati dengan nilai 9. Selama proses 1995. Texture properties of farmed
penyimpanan ikan dalam es, akan terjadi Atlantic salmon (Salmo salar): Influence
penurunan nilai organoleptik dan tekstur of storage time on ice and smelt age.
(Andersen et al. 1995; Sveinsdottir et al. In: Andersen, U.B (ed.). Measurements
2002). Menurut Munandar et al. (2009) of texture quality in farmed Atlantic
penilaian organoleptik merupakan rata-rata salmon (Salmo salar) and Rainbow trout
nilai karakteristik untuk menentukan tingkat (Oncorhynchus mykiss) (III). [Doctor
kesegaran ikan yang meliputi kenampakan Scientiarum Thesis]. Norway (Eur):
mata, warna insang, bau dan tekstur. Ikan Agricultural University of Norway.
yang telah busuk, memiliki mata cekung serta [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2006.
lebih keruh, warna insang merah kusam dan Uji Organoleptik Ikan Segar. SNI 01-2346-
berlendir, bau amoniak dan asam, tekstur 2006. Jakarta (ID): Badan Standardisasi
lunak dan kurang elastis. Nasional.
Clucas IJ, Ward AR. 1996. Post harvest
KESIMPULAN fisheries development: a guide handling,
Cara penanganan ikan oleh nelayan preservation, processing and quality.
menunjukkan nilai organoleptik yang mengalami (UK): Natural Resources Institute.
penurunan seiring dengan waktu penyimpanan Deni S. 2015. Karakteristik mutu ikan selama
di palka. Perbaikan cara penanganan ikan penanganan pada kapal KM. Cakalang.
di atas kapal perlu dilakukan seperti proses Jurnal Ilmiah Agribisnis Dan Perikanan.
mematikan ikan dengan segera sesaat 8(2): 72–80.
setelah ikan ditangkap, mencegah agar ikan Gram L, Dalgaard P. 2002. Fish spoilage
tidak meronta/menggelepar agar ikan tidak bacteria – problems and solutions.
stress sehingga tidak kehilangan kandungan Current Opinion in Biotechnology. 13:
glikogen, dan penanganan pendinginan yang 262-266.

120 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Penanganan ikan cakalang oleh nelayan , Litaay et al. JPHPI 2020, Volume 23 Nomor 1

Metusalach, Kasmiati, Fahrul, Jaya I. 2014. Susanto E, Agustini TW, Swastawati F, Surti
Pengaruh cara penangkapan, fasilitas T, Fahmi AS, Albar MF, Nafis MK.
penanganan dan cara penanganan ikan 2011. Pemanfaatan bahan alami untuk
terhadap kualitas ikan yang dihasilkan. memperpanjang umur simpan ikan
Jurnal IPTEKS PSP 1(1): 40-52. kembung (Rastrelliger neglectus). Jurnal
Munandar A, Nurjannah, Nurimala. 2009. Perikanan. 13(2): 60-69.
Kemunduran mutu ikan nila (Oreochromis Sveinsdottir K, Martinsdottir E, Hyldig G,
niloticus) pada penyimpanan suhu rendah Jorgensen B, Kristbergsson K. 2002.
dengan perlakuan cara kematian dan Application of quality index method
penyiangan. Jurnal Teknologi Pengolahan (QIM) scheme in shelf-life study of
Hasil Perikanan Indonesia. 12(2): 88-101. farmed Atlantic salmon (Salmo salar).
Murniyati AS, Sunarman. 2000. Pendinginan, Journal Food Science. 67:1570-1579.
Pembekuan, Pengawetan Ikan. Yogyakarta Tumonda S, Mewengkang HW, Timbowo
(ID): Kanisius. SM. 2017. Kajian mutu ikan cakalang
Olodosu, Ajayai RN, George FOA, Obasa (Katsuwonus pelamis L ) asap terhadap
SO, Bankole MO. 2011. Bacterial nilai kadar air dan pH selama
load, composition and succession in penyimpanan. Jurnal Media Teknologi
the African catfish, Clarias gariepinus Hasil Perikanan. 5(2): 64–68.
held at ambient temperatures. Journal Wibowo S, Yunizal. 1998. Penanganan Ikan
Researcher University Ota Ogun State Segar. Instalasi Penelitian Perikanan
Nigeria. 7(3):67-73. Laut Slipi. Balai Penelitian Perikanan
Quang NH. 2005. Guidelines for handling Laut. Jakarta (ID): Pusat Penelitian dan
and preservation of fresh fish for further Pengembangan Perikanan.
processing in Vietnam. Iceland (Eur): Widiastuti I, Putro S. 2010. Analisis mutu
The United Nation University Fisheries ikan tuna selama lepas tangkap. Jurnal
Training Programme. Maspari, 1:22-29.
Starling E, Diver G. 2005. The Australian Tuna [WWF] World Wide Fund for Nature. 2015.
Handling Manual: A Practical Guide Perikanan cakalang dengan pancing
for Industry. Queensland (AU): Seafood pole and line (Huhate). Seri Panduan
Service Australia. Perikanan Skala Kecil. Jakarta (ID):
WWF-Indonesia.

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 121

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai