Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesegaran ikan yang baru saja mati berada dalam tingkat yang maksimum,
artinya kesegaran ikan tidak bisa ditingkatkan, hanya dapat dipertahankan melalui
penerapan prinsip penaganan yang baik dan benar. Tingkat kesegaran ikan akan menurun
drastis seiring dengan waktu jika tidak segera ditangani secara benar. Berbagai
macam faktor mempengaruhi tingkat kesegaran dan kecepatan penurunan mutu ikan,
baik yang bersifat internal maupun eksternal. Faktor internal antara lain jenis dan
kondisi biologis ikan, sedangkan faktor eksternal antara lain proses kematian, waktu,
cara penanganan,dan fasilitas penanganan ikan. Penurunan mutu ikan dapat terjadi
mulai dari saat penangkapan dan terus berlangsung hingga ke tangan konsumen akhir
(Quang, 2005). Secara umum setiap jenis ikan memiliki pola dan kecepatan penurunan
mutu yang berbeda dengan jenis ikan yang lain. Kecepatan penurunan mutu
ikan yang mengalami luka atau memar lebih cepat dibandingkan dengan ikan
dengan kondisi fisik yang utuh.
Fasilitas dan proses penanganan ikan merupakan dua faktor yang tidak
terpisahkan dan keduanya berpengaruh langsung terhadap kualitas ikan. Prosedur
penanganan ikan segar meliputi seluruh kegiatan yang bertujuan untuk mempertahankan
mutu ikan mulai dari saat ikan tertangkap sampai ikan tersebut dikonsumsi.
Dalam prakteknya, hal ini berarti menghambat atau menghentikan pembusukan,
mencegah kontaminasi,dan menghindarkan kerusakan fisik terhadap ikan.Peningkatan
produksi perikanan pada kenyataannya tidak serta merta diikuti oleh peningkatan
ketersediaan ikan segar baik untuk konsumsi langsung maupun sebagai bahan baku
bagi industri pengolahan ikan. Hal ini terutama disebabkan oleh masih tingginya
tingkat kerusakan ikan pascapanen. Menurut Akande and Diei-Ouadi (2010), kehilangan
pascapanen di negara-negara berkembang berkisar antara 20 hingga 40% dari total
produksi, dan 70% dari kehilangan tersebut diakibatkan oleh kehilangan kualitas. Ikan
adalah komoditas makanan yang sangat cepat membusuk dan juga melewati begitu
banyak rantai distribusi sebelum sampai ke tangan konsumen.
B. TUJUAN
Praktikum ini bertujuan agar kadet mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang
pengertian penangananan dan penyimpanan ikan hasil tangkapan yang sesuai denga prosedur
atau aturan yang telah di tentukan. Penanganan hasil tangkapkan di pelabuhan perikanan,
mutu hasil tangkapan, proses penanganan hasil tangkapan, Mekanisasi mesin kapal perikanan
dan bagian-bagian mesin kapal, dan Penyimpanan ikan di kapal dan sistem pelelangan ikan
dengan mewawancarai nelayan di sekitaran pantai Atapupu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian penanganan dan penyimpanan hasil tangkapan
Penanganan ikan segar merupakan salah satu bagian penting dari mata rantai industri
perikanan. Penanganan ikan laut pada dasarnya terdiri dari dua tahap, yaitu penanganan di
atas kapal dan penanganan di darat. Penanganan ikan setelah penangkapan atau pemanenan
memegang peranan penting untuk memperoleh nilai jual ikan yang maksimal. Tahap
penanganan ini menentukan nilai jual dan proses pemanfaatan selanjutnya serta mutu produk
olahan ikan yang dihasilkan.Penanganan Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan
Penyimpanan ikan bisa diperpanjang dengan penurunan suhu. Bahkan ikan beku pun
bisa disimpan selama beberapa bulan, hingga saat dibutuhkan ikan tersebut untuk dicairkan
dan diproses lebih lanjut oleh konsumen. Rantai aliran makanan beku atau rantai dingin (cold
chain) umumnya terdiri dari: pembekuan, penyimpanan di gudang dingin, yang diangkut oleh
truk berpendingin, yang dipamerkan di lemari pendingin di sebuah toko makanan, akhirnya
disimpan di lemari es di rumah.Mutu hasil tangkapan
Berdasarkan tingkat kesegarannya, mutu hasilta ngkapan dapat dibedakan menjadi
tiga kelompok, yaitu (Ilyas,1983):
1) Segar. Mempunyai parameter mata cerah, bola mata menonjol, kornea jernih, insang
berwarna merah tanpa lendir serta konsistensi tubuhnya padat dan elastis;
2) Kurang segar. Mempunyai parameter mata agak cerah, bola mata rata, kornea agak
keruh, insang berwarna merah agak kusam sedikit berlendir dan konsistensi tubuhnya
agak lunak dan kurang elastis;
3) Tidak segar. Mempunyai ciri bola mata cekung, kornea keruh, insang berwarna
coklat, lendir tebal dan konsistensi tubuhnya lunak serta tidak elastis.
B. Proses penanganan hasil tangkapan
Prosedur penanganan ikan segar meliputi seluruh kegiatan yang bertujuan untuk
mempertahankan mutu ikan mulai dari saat ikan tertangkap sampai ikan tersebut
dikonsumsi. Dalam prakteknya, hal ini berarti menghambat atau menghentikan
pembusukan, mencegah kontaminasi,dan menghindarkan kerusakan fisik terhadap
ikan.Penanganan hasil tangkapan merupakan proses yang dilakukan terhadap ikan hasil
tangkapan yang bertujuan untuk menjaga mutu hasil tangkapan. Penerapan penanganan
yang tepat terhadap suatu hasi tangkapan maka dapat menghasilkan hasil tangkapan yang
memiliki mutu terjamin.
Penanganan hasi tangkapan harus berpedoman pada prinsip penanganan hasil
tangkapan agar hasil tangkapan yang akan didistribusikan tetap terjamin mutunya. Prinsip
dalam penanganan hasil tangkapan adalah ikan yang akan ditangani harus segera
diawetkan atau didinginkan (menjalani rantai dingin) dan ikan harus ditangani secara
cermat, cepat dan menerapkan aspek sanitasi higienis (bersih). Pada prinsipnya adalah
mempertahankan suhu rendah ikan selama proses penanganan hingga ikan diserahkan ke
konsumen.
Penanganan terhadap hasil tangkapan dapat dibedakan menjadi dua yaitu penanganan
selama di atas kapal dan penanganan selama di darat (pelabuhan perikanan).
BAB III
PROSEDUR KERJA
No Pertanyaan Jawaban
1 Pada umumnya nelayan melaut pukul berapa dan
berapa lama untuk mencari ikan ?
2 Bagaimanakah sistem pengawetan ikan setalah
ikan yang sudah ditangkap di atas kapal oleh
nelayan ?
3 Apabila menggunakan es dalam satu box
membutuhkan es berapa dalam sekali melaut ?
4 Barapa biaya yang diperlukan dalam mengawetkan
ikan diatas kapal untuk sekali melaut ?
5 Dalam satu box rata-rata dapat memuat berapa
ikan?
6 Ikan jenis apa yang sering ditangkap oleh
nelayan ?
7 Hasil tangkapan dijual kemana ? Apakah ada TPI?
8 Berapa harga jual ikan per kg ? atau
perhitungannya per ekor ?
9 Apabila ikan tidak laku untuk dijual bagaimana
sistem pengawetan ikan tersebut ?
10 Kira-kira ikan bertahan berapa lama ketika
diawetkan oelh nelayan ?
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada umumnya nelayan pergi melaut dari subuh hingga sore hari
dan jika ingin melakukan penangkapan di tempat yang jauh seperti Alor
membutuhkan waktu perjalanan 2 hari. Dan jika dekat pergi pagi dan
kembalinya 09: 00 (sekitar 4-5 jam melaut). Ikan yang telah ditangkap,
diawetkan dengan menggunakan es batu. Sebelum pergi melaut, nelayan
sudah menyiapkan es batu terlebih dahulu. Es yang di bawa, dimasukkan
dalam 1 box, yang dapat berisi 30 es batu. Dan ada pula box yang dapat
berisi hingga 100 es batu. Es batu yang digunakan pun, umunya dibeli
dengan harga Rp 1000,00-4000,00 per es batu, sehingga untuk
pengawetan menggunakan es batu dapat menghabiskan ratusan ribu untuk
sekali melaut.
Ikan hasil tangkapan dapat dimasukkan ke dalam satu box besar,
yang bila di isi penuh dapat memuat sekitar 4 kumbang (ember besar) ikan
dan itu juga tergantung dengan hasil tangkapan yang diperoleh. Pada
umumnya, hasil tangkapannya adalah ikan ekor kuning, tuna, cakalang
dan lain-lain. Ikan-ikan hasil tangkapan tersebut, dijual kepada papalele,
setelah itu papalele menjualnya ke pasar. Sebenarnya di Atapupu terdapat
juga TPI, namun sejak tahun 2001 TPI itu sudah tidak berfungsi, dan
beroperasi lagi hingga sekarang. Harga jual ikan pada umunya tergantung
harga yang di tentukan oleh nelayan. Namun, pada umumnya ikan-ikan
hasil tangkapan di jual dengan 3 ekor ikan senilai Rp 100.000,00. Untuk
ikan Tuna sendiri, dapat dijual dengan harga Rp 50,000 per kilonya.
Apabila ada ikan yang tidak langsung habis saat dijual maka akan
diawetkan dengan menggunakan es batu dan jika sudah tidak layak untuk
di jual lagi, maka akan di buang. Pengawetan ikan dengan terus
menggunakan es batu ini, dapat bertahan maksimal 3 hari.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum pada 18 oktober kemarin, dapat ditarik kesimpulan
bahwa penanganan ikan yaitu sebuah proses atau serangkaian kegiatan yang dilakukan
utuk menjaga kualitas ikan agar tetap awet dan fresh. Proses Penanganan ikan selain
harus dilakukan dengan waktu yang cepat, harus uga ditangani dengan tepat. Selain itu,
proses penanganan ikan dapat berjalan dengan baik, jika didukung oleh sarana da
prasarana yang memadai dan cocok. Termasuk perlengkapan yang menunjang kapal
penangkapan untuk menangkap ikan. Dan setelah dilakukan pengamatan lebih lanjut,
sebuah kapal memiliki beragam mesin yang mendorong pergerakan sebuah kapal agar
dapat beroperasi dengan baik. Begitu pun, alat dan bahan yang digunakan untuk
menangani ikan juga harus memnuhi syarat, dan dapat berfungsi dengan baik.
System pengawetan ikan yang biasa digunakan oleh nelayan yakni pengawetan
ikan dengan menggunakan es batu, selain hemat juga dapat mempertahankan mutu ikan.
Selian itu juga ditangani dengan baik, sehinngga dapat bertahan dan terjaga mutunya agar
harganya tetap bertahan, dan tidak mengalami penurunan harga. Agar ikan yang
ditangani dapat bertahan, memang harus diakukan proses penganganan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Adigunawan, a., & ikan, j. T. P. Penanganan hasil tangkapan di atas km. Indotuna 168 pt. Bina
nusa mandiri pertiwi, bitung sulawesi utara.
Delfia, d. K. F., rianto, r., & ikan, j. T. P. Penanganan hasil tangkapan purse seine.
Harikedua, y., kalesaran, j. D., & arifin, m. Z. (2017). Teknik penanganan hasil tangkapan di km.
Aldus 02. Buletin matric vol, 14(2), 35.
Juwita, w., & ikan, j. P. Prosedur pembongkaran dan penanganan hasil tangkapan di pelabuhan
perikanan samudera.
Lacapa, r., tangke, u., & laitupa, i. W. (2021). Studi kemunduran mutu ikan dasar hasil
tangkapan gill net pada suhu ruang dan penyimpanan dingin. Jurnal sains, sosial
dan humaniora (jssh), 1(2), 14-25.
Metusalach, Metusalach, Kasmiati Kasmiati, and Ilham Jaya. "Pengaruh cara penangkapan,
fasilitas penangan dan cara penanganan ikan terhadap kualitas ikan yang dihasilkan."
Jurnal Ipteks Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan 1.1 (2014).
LAMPIRAN