1, Februari 2015
ABSTRAK
Proses pembusukan ikan dapat disebabkan oleh aktivitas enzim dalam tubuh ikan, aktivitas
mikroorganisme, atau proses oksidasi lemak oleh oksigen dari udara. Oleh karena itu pentingnya
tindakan proses pengolahan dan pengawetan ikan. Pengawetan ikan secara tradisional maupun semi
modern berupa pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam tubuh ikan, sehingga tidak
memberikan kesempatan bagi bakteri untuk berkembang biak. Berkurangnya kadar air juga akan terjadi
selama proses pengeringan, sehingga makin memperpanjang daya awet ikan asin. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui perbedaan ikan layang yang dikeringkan dengan cara pengeringan yang berbeda yaitu
yang digantung dan yang direbahkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode
eksperimen. Metode eksperimen merupakan bagian dari metode kuantitatif yang dilaksanakan di
Laboratorium. Adapun perlakuan yang dilakukan yaitu Rak 1, 2, 3 dan 4 dengan posisi ikan layang di
gantung dan Rak 1, 2, 3 dan 4 dengan posisi ikan di rebahkan. Di ketahui bahwa Ikan layang asin yang
dikeringkan selama 8 jam dalam alat pengering surya dengan perlakuan pada rak bagian atas dengan
posisi ikan di gantung memiliki nilai rata- rata kadar air terendah, sedangkan nilai rata –rata organoleptik
secara umum pada rak bagian terngah memiliki nilai terendah. Perubahan suhu dalam alat pengering
sangat ditentukan oleh suhu lingkungan di luar dalam hal ini pengaruh sinar matahari yang menembus
alat pengering surya yang digunakan. Suhu tertinggi pada siang hari yaitu pada jam 14:00 Wita atau jam
2 sore hari.
13
Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 3, No. 1, Februari 2015
14
Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 3, No. 1, Februari 2015
8.73
10
kandungan uap air produk sehingga dapat
7.87
7.87
9
7.07
terjadi penguapan. Makin besar perbedaan
Nilai Kenampakan
6.67
8
6.8
tersebut, makin banyak kandungan uap air 7
5.8
produk yang dikeringkan dapat menguap. 6
61.05
60.85
60.81
5
62 59.72 4
59.02
58.69
57.79
60 3
2
58 1
Nilai Kadar Air
56 0
52.81
1G 1R 2G 2R 3G 3R 4G 4R
54
Perlakuan
52
Gambar 2. Hubungan Organoleptik
50 Kenampakan ikan Layang
48 (Decapterus sp) asin dengan
1G 1R 2G 2R 3G 3R 4G 4R perlakuan posisi ikan yang berbeda
Perlakuan saat dikeringkan.
Gambar 1. Hubungan Nilai kadar air ikan
layang (Dekapterus sp) asin dengan Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat
perlakuan posisi ikan yang berbeda bahwa pada rak bagian atas uji organoeptik
saat dikeringkan kenampakanl ikan layang asin memiliki nilai
rata-rata tertinggi dengan nilai rata-rata 80,73.
Menurut Badan Standar Nasional Sedangkan pada rak bagian tengah uji
(1992), kadar air ikan asin berdasarkan Standar organoleptik kenampakan ikan layang asin
Nasional Indonesia adalah 40%. Dengan memiliki nilai rata-rata terendah dengan nilai
demikian produk ikan layang asin yang rata-rata 5,80. Hal ini disebabkan karena bagian
mendapat perlakuan pada masing-masing rak tengah dari alat pengering pada saat
pada alat pengeringan surya dengan lama pengeringan pengaruh suhu semakin berkurang
pengeringan 8 jam, berada pada kisaran mutu di bandingkan dengan bagian atas dan bagian
kadar air yang lebih tinggi. Menurut Soeseno bawa. Bagian atas dari alat pengering surya
(1985), kadar air yang baik untuk semua jenis merupakan bagian yang terlebih dahulu terkena
ikan asin yaitu 30%. Oleh karena itu untuk pengaruh sinar matahari dan bagian bawa dari
mencapai nilai kadar air yang berkualitas baik rak alat pengering surya di sebabkan adanya
sesuai Standar Nasional Indonesia sekitar 40 % pantulan dari bahan dasar plat seng yang
sehingga perlu dilakukan tambahan waktu digunakan
pengeringan.
Bau
Uji Organoleptik Diketahui nilai rata-rata organoleptik
Kenampakan bau yang tertinggi adalah 7.78 yaitu pada
Diketahui nilai rata-rata organoleptik perlakuan pada rak bagian atas dari alat
kenampakan yang tertinggi adalah 8.73 yaitu pengering surya dengan posisi ikan digantung
pada perlakuan untuk rak bagian atas dengan pada saat proses pengeringan berlangsung
posisi ikan di gantung pada saat pengeringan dengan lama pengeringan 8 jam, sedangkan
dalam lemari atau alat pengering surya, nilai rata rata organoleptik bau terendah adalah
sedangkan nilai organoleptik kenampakan 6.60 dengan perlakuan pada rak bagian tengah
terendah adalah 5.80 untuk bagian rak tengah dari alat pengering surya dengan poisisi ikan di
dengan posisi ikan digantung pada saat rebahkan pada saat proses pengering
pengering dalamn lemari atau alat pengering berlangsung selama pengeringan 8 jam.
surya. Untuk jelasnya hubungan nilai
Untuk lebih jelasnya hubungan nilai organoleptik bau ikan Layang asin dengan
rata-rata organoleptik kenampakan ikan Layang perlakuan posisi ikan yang berbeda saat
asin dengan perlakuan posisi ikan yang berbeda dikeringkan dapat dilihat pada Gambar 3.
saat dikeringkan dapat dilihat pada Gambar 2.
15
Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 3, No. 1, Februari 2015
7.78
7.33
7.6
7.26
7.5
7.03
7.2
8 sedangkan nilai organoleptik rasa terendah
6.6
7 adalah 5.67 dengan perlakuan pada rak bagian
6 tengah dengan posisi ikan di rebahkan dalam
alat pengering surya selama 8 jam pengeringan.
Nilai Bau
5
Jelasnya hubungan nilai rata-rata
4 organoleptik rasa ikan layang (Decapterus sp)
3 asin dengan posisi ikan yang berbeda saat
2 dikeringkan dalam alat pengering surya dapat
1 dilihat pada Gambar 4.
7.73
0 9
1G 1R 2G 2R 3G 3R 4G 4R 8
6.6
6.26
7
Perlakuan
7
5.67
5.8
Gambar 3. Hubungan Nilai Organoleptik Bau
4.93
6
ikan Layang (Decapterus sp) asin
Nilai Rasa
5
dengan perlakuan posisi ikan yang
berbeda saat dikeringkan. 4
3
Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat 2
bahwa pada rak bagian tengah nilai rata- rata 1
organoleptik bau ikan layang asin memiliki 0
nilai yang rendah. Hal ini disebabkan karena 1G 1R 2G 2R 3G 3R 4G 4R
bagian tengah dari alat pengering pada saat Perlakuan
pengeringan pengaruh suhu semakin berkurang Gambar 4. Hubungan Nilai Organoleptik Rasa
di bandingkan dengan bagian atas dan bagian ikan Layang (Decapterus sp) asin
bawa. Diketahui pula bahwa nilai rata-rata dengan perlakuan posisi ikan yang
prganoleptik bau ikan layang asin pada rak berbeda saat dikeringkan.
bagian atas maupun rak bagian bawa memiliki
nilai tertinggi dengan posisi ikan di gantung Berdasarkan Gambar 4 di atas dapat
selama proses pengeringan berlangsung dalam dilihat bahwa pada rak bagian tengah nilai rata-
alat pengering surya. Tingginya nilai bau rata organoleptik rasa ikan layang asin memiliki
disebabkan oleh semakin kurangnya kadar air nilai yang rendah. Hal ini disebabkan karena
dalam daging ikan akibat pengeringan, sehingga bagian tengah dari alat pengering pada saat
bau asli daripada daging ikan (bau anyir) pengeringan pengaruh suhu semakin berkurang
menghilang dan bau yang ditimbulkan akibat di bandingkan dengan bagian atas dan bagian
garam lebih terasa. Seperti halnya pada uji bawa. Diketahui pula bahwa nilai rata-rata
kenampakan, berdasarkan hasil di atas dapat prganoleptik rasa ikan layang asin pada rak
dinyatakan bahwa semakin rendah jumlah kadar bagian bagian bawa memiliki nilai tertinggi
air dari produk ikan layang asin maka nilai dengan posisi ikan di rebahkan selama proses
organoleptik bau produk tersebut semakin baik. pengeringan berlangsung dalam alat pengering
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (1992) surya
nilai organoleptik yang baik adalah 6.5. Dengan Berdasarkan Standar Nasional Indonesia
demikian produk yang mendapat perlakuan (1992) nilai organoleptik yang baik adalah 6.5.
pada bagian rak tengah dengan posisi ikan di dengan demikian produk yang mendapat
gantung memilki nilai di bawa standar. perlakuan pada rak bagian bawa dimana posisi
Walaupun secara umum ikan layang asin yang ikan di gantung maupun direbahkan dengan
diberi perlakuan pada masing-masing rak lama pengeringan 8 jam berada pada kisaran
dengan posisi ikan di gantung maupun di mutu yang baik
rebahkan memiliki nilai berada pada kisaran
mutu yang baik
Rasa Konsistensi
Diketahui rata-rata organoleptik rasa Diketahui nilai rata-rata organoleptik
yang tertinggi adalah 7.73 yaitu perlakuan pada konsistensi yang tertinggi adalah 7.60 yaitu
rak bagian bawa dengan posisi ikan di rebahkan perlakuan pad arak bagoian atas maupun rak
16
Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 3, No. 1, Februari 2015
bagian bawa dengan posisi ikan di gantung atau jam 2 siang hari pada rak bagian atas,
dalam alat pengerimng surya selama sedangkan nilai rata –rata perubahan suhu
pengeringan 8 jam, sedangkan nilai rata-rata dalam pengering surya terendah adalah 21o C
organoleptik konsistensi terendah adalah 4.67 yaitu pada pengamataan jam 17 atau jam 5 sore
dengan perlakuan pada rak bagian tengah pada rak bagian bawa.
dengan posisi ikan di gantung dalam alat Untuk jelasnya hubungan waktu
pengering surya selama pengeringan 8 Jam. pengamatan terhadap perubahan suhu dalam
Jelasnya hubungan nilai rata-rata lemari atau alat pengering surya dapat dilihat
organoleptik konsisteensi ikan layang asin pada Gambar 6.
dengan perlakuan posisi ikan yang berbeda saat Rak Atas Rak Tengah Rak Bawa
dikeringkan dapat dilihat pada Gambar 5. 60
53
7.46
7.6
7.6
49.5
8 6.93 50 44.5
47.5 47.5
42 41.5 42 42 41
6.13
6.13
R a ta -R a ta S u h u
6.2
7 39 38 36.5
40 34.533 35 36
33 33
6 29.5 30
4.67
27
Nilai Konsistensi
30
23.5
5 21
20
4
10
3
0
2
10 11 12 13 14 15 16 17
1
Waktu Pengamatan
0
1G 1R 2G 2R 3G 3R 4G 4R
Perlakuan
Gambar 6. Hubungan waktu pengamatan
Gambar 5. Hubungan Organoleptik Konsistensi terhadap perubahan suhu dalam
ikan Layang (Decapterus sp) asin lemari pengering buatan.
dengan perlakuan posisi ikan yang
berbeda saat dikeringkan.
Berdasarkan Gambar 6 dapat dilihat
bahwa suhu dalam alat pengering surya pada
Berdasarkan Gambar 5 di atas dapat pagi hari masih rengah dan meningkat pada
dilihat bahwa pada rak bagian tengah nilai rata- siang hari kemudian menurun lagi pada sore
rata organoleptik rasa ikan layang asin memiliki
hari. Hal ini berhubungan erat erat pengaruh
nilai yang rendah. Hal ini disebabkan karena sinar matahari yang menembus bumi dimana
bagian tengah dari alat pengering pada saat
pada padi hari suhu lingkungan masih rendah
pengeringan pengaruh suhu semakin berkurang dan siang hari meningkat dan pada sore hari
di bandingkan dengan bagian atas dan bagian menurun. Keadaan ini memberikan gambaran
bawa. Diketahui pula bahwa nilai rata-rata bahwa suhu lingkungan dalam alat pengering
organoleptik rasa ikan layang asin pada rak sangat ditentukan oleh jumlah sinar matahari
bagian bagian bawa memiliki nilai tertinggi
yang menembus alat pengering surya yang di
dengan posisi ikan di rebahkan selama proses gunakan.
pengeringan berlangsung dalam alat pengering
surya.
KESIMPULAN
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia
(1992) nilai organoleptik yang baik adalah 6.5. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Dengan demikian produk yang mendapat dilakukan maka dapat disimpulkan beberapa hal
perlakuan pad arak bagian atas dengan posisi yaitu :
ikan di gantung dan direbahkan dalam alat - Ikan layang asin yang dikeringkan selama 8
pengering surya selama pengeringan 8 jam jam dalam alat pengering surya dengan
berada pada kisaran mutu yang baik. perlakuan pada rak bagian atas dengan
posisi ikan di gantung memiliki nilai rata-
Perubahan Suhu rata kadar air terendah, sedangkan nilai rata
Diketahui nilai rata-rata perubahan suhu –rata organoleptik secara umum pada rak
dalam alat pengering surya yang tertinggi bagian terngah memiliki nilai terendah.
adalah 53ºC yaitu pada pengamatan jam 14
17
Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 3, No. 1, Februari 2015
- Perubahan suhu dalam alat pengering sangat Badan Standar Nasional. 2006. Standar Nasional
ditentukan oleh suhu lingkungan di luar Indonesia (SNI) Cara Uji Kimia. Penentuan Kadar Air
Pada Produk Perikanan. Jakarta
dalam hal ini pengaruh sinar matahari yang
Desroisier, N. 1988. Teknologi Pengawetan Bahan
menembus alat pengering surya yang Pangan. UI-Press. Jakarta.
digunakan. Suhu tertinggi pada siang hari Fatabura H. 2012. Metode Penelitian Eksperimen.
yaitu pada jam 14:00 atau jam 2 sore hari. httpa/sospol.untagsmd.ac.idl?p=347. Manado, 5 Juni
2014, Pukul 14.015 Wita.
DAFTAR PUSTAKA Harikedua, J. W., Kaseger B., Sanger G., Setyaningsih L.,
Singal A., Pandey E., dan Dolonseda S,. 1991. Bahan
Afrianio E. dan E. Liviawati. 1989. Pengawetan dan
Ajar Untuk Mata Kuliah Pengantar Pengolahan Hasil
Pengolahan Ikan. Kanisius. Yokyakarta.
Perikanan. Fakultas Perikanan Universitas Sam
Astawan M. 1997. Mengenal Makanan Tradisional Ratulangi. Manado.
Produk Olahan Ikan.
Margono. T, Suryati, D, Hartinah, S. 2000. lkan Asin
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/83975862.pdf.
Cara Kombinasi Penggaraman dan Peragian (Ikan
Manado. 15 Februari 2014, Pukul 14.015 Wita.
Peda) httpa/www.warintek. ristek.go.id/pangan
Berhimpon, S. Souness R. A., Buckle K. A. and Edwards kesehatan/pangan/piwp/ikan asin_kombinasi. pdf.
R. A. 1990. The Effect on Brine Concentration on the Manado, 24 Oktober 2014, Pukul 17.20 Wita
Salting and Drying of Yellowtail (Trachurus
Moeljanto, R. 1982. Penggaraman dan Pengeringan Ikan.
meccullochi). Indo-Pacific Fisheries Camkision
Penerbit PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
(IPFC), FAO-US. FAO Fisheries report No.401
Supplement, pp 153-159. Moeljanto, R. 1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil
Perikanan. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Badan Standar Nasional. 1992. Standar Nasional
Indonesia (SNI) Ikan Asin Kering. Kumpulan Standar Ruus. O. V. 2009. Pengaruh Konsentrasi Larutan Garam
Metode Pengujian Mutu Hasil Perikanan. dan Lama Pengeringan Terhadap Mutu lkan Layang
Jakarta.Badan Standar Nasional. 2009. Standar (Decapterus sp) Asin Dengan Kadar Garam Rendah.
Nasional Indonesia (SNI) lkan Asin Kering. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Spesifikasi. Jakarta. Universitas Sam Ratutangi. Manado.
Buckle K. A, R. A Edwards, F. H. Fleet, M. Wooton. Soeseno. 1985. Teknik Penangkapan dan Teknologi Ikan.
1987. Ilmu Pangan. Penerbit UI - Press. Jakarta. Yasaguna. Jakarta.
Diterjemahkan oleh Purnomo, H dan Adiono.
18