Mengenal Industri
Pengolahan Hasil Perikanan
Oleh
Ricky W. Fuah, S.Pi., M.Si
1.Pengawetan Ikan
2.Penggaraman Ikan
3.Pengeringan Ikan
4.Pengasapan Ikan
5.Fermentasi
Pengawetan Ikan
Ikan merupakan bahan pangan hewani yang kaya gizi,
sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi
masyarakat, mudah didapat, dan harganya murah. Ikan
banyak mengandung unsur organik dan anorganik, yang
berguna bagi manusia. Namun ikan juga cepat mengalami
proses pembusukan setelah ditangkap dan mati. Setelah
ikan mati, terjadi perubahan-perubahan baik secara
biologis, fisik, maupun kimia. Semua proses perubahan
tersebut akan mengarah kepada pembusukan, sehingga
perlu adanya upaya penanganan atau pengawetan ikan
agar proses pembusukan tersebut dapat dihindari.
Pengawetan adalah suatu teknik atau tindakan yang
digunakan oleh manusia pada bahan pangan sedemikian
rupa, sehingga bahan tersebut tidak mudah rusak. Proses
pengawetan dan pengolahan yang baik dan benar
membuat ikan menjadi awet dan dapat didistribusikan ke
Prinsip-prinsip berbagai variasi dalam mengolah/mengawetkan ikan, diantaranya
sebagai berikut:
1. Pendinginan (Chilling )
2. Pembekuan (Freezing )
3. Pengalengan (Canning )
4. Penggaraman (Salting )
5. Pengeringan (Drying )
6. Pengasaman (Pickling atau Marinading )
7. Pengasapan (Smoking )
8. Fermentasi
9. Pembuatan Hasil Olahan
10.Pembuatan Hasil Sampingan
Produk olahan hasil perikanan meliputi produk olahan
tradisional dan produk olahan modern. Dalam kurun
waktu 20 tahun terakhir ini, pengolahan ikan didominasi
oleh pengolahan ikan secara tradisional, yaitu sekitar 43-
46% (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2006). Prosentase
ikan yang diolah secara tradisional relatif lebih tinggi,
karena cita rasa yang dihasilkan dengan cara tradisional
Menurut terminologi FAO, ikan olahan
lebih disukai oleh masyarakat serta harga yang relatif
tradisional atau “cured fish” adalah produk
lebih murah.
yang diolah secara sederhana dan umumnya
dilakukan pada skala industri rumah tangga.
Jenis olahan yang termasuk produk olahan
tradisional ini adalah ikan kering atau asin
kering, ikan pindang, ikan asap serta produk
Pengawetan ikan secara tradisional bertujuan untuk fermentasi yaitu kecap, peda, terasi dan
mengurangi kadar air dalam tubuh ikan, sehingga tidak sejenisnya.
memberikan kesempatan bagi bakteri untuk berkembang
biak. Untuk mendapatkan hasil awetan yang bermutu
tinggi diperlukan perlakuan yang baik selama proses
pengawetan, seperti: menjaga kebersihan bahan dan alat
yang digunakan, menggunakan ikan yang masih segar,
serta garam yang bersih (Rusiman, 2008).
Penggaraman Ikan
Penggaraman merupakan suatu metode yang
dilakukan untuk mengawetkan produk hasil
perikanan dengan menggunakan garam (NaCl).
Pada proses penggaraman, pengawetan
dilakukan dengan cara mengurangi kadar air
dalam tubuh ikan dan dalam tubuh bakteri
sehingga bakteri tidak dapat hidup dan
Istilah penggaraman
berkembang lagi. juga sering disebut
pengasinan. Teknologi penggaraman biasanya
tidak digunakan sebagai metode pengawetan
tunggal, tetapi masih dilanjutkan dengan proses
pengawetan lain seperti pengeringan ataupun
dengan perebusan. Proses lanjutan ini akan
menghasilkan tiga macam produk ikan asin
yang berbeda, yaitu: ikan asin basah, ikan asin
Ada beberapa alasan mengapa metode penggaraman merupakan metode pengawetan ikan yang banyak
dilakukan, antara lain:
proses penggaraman).
Pengeringan Ikan Kecepatan pengeringan ditentukan oleh faktor-faktor sebaga
berikut:
Pengeringan adalah proses pengeluaran air dari suatu
a. Kecepatan udara.
hasil pertanian/perikanan sampai kadar air setimbang b. Suhu udara.
dengan keadaan udara sekelilingnya atau sampai tingkat c. Kelembaban udara.
kadar air tertentu yang akan mempertahankan kualitas d. Ukuran dan ketebalan ikan.
hasil pertanian, perkebunan atau perikanan serta terhindar e. Arah aliran udara terhadap ikan.
dari serangan jamur dan aktivitas serangga (Henderson, f. Sifat fisik dan kimia ikan
1955). (bentuk, ukuran, komposisi, dan kadar air).
Metode pengeringan sudah dilakukan sejak zaman dahulu g. Karakteristik alat pengering.
yang bertujuan untuk memperpanjang umur simpan
produk, meningkatkan mutu, dan menjamin ketersediaan
produk yang bersifat musiman.
Pengeringan merupakan cara pengawetan ikan dengan
mengurangi kadar air pada tubuh ikan sebanyak
mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, jika
kandungan air ini dikurangi, maka metabolisme bakteri
akan terganggu dan akhirnya mati. Pada kadar air 40%
bakteri sudah tidak dapat aktif, bahkan sebagian mati,
namun sporanya masih tetap hidup. Spora ini akan
tumbuh dan aktif kembali jika kadar air meningkat.
Pengeringan buatan adalah proses pengeringan tanpa 2. Pengeringan dengan udara dingin.
penggunaan sinar matahari. Proses ini bisa dilakukan
Pada proses ini, produk dikeringkan dengan udara
secara mekanis atau menggunakan bahan tertentu. yang bebas uap air (moisture-eliminated air) yang
Keuntungan pengeringan secara mekanis antara lain kelembaban relatifnya sekitar 20%. Suhu yang
suhu, kelembaban dan kecepatan angin dapat diatur. digunakan yaitu dibawah suhu kamar (15-35oC),
yang disebut juga proses pengeringan bersuhu
rendah atau metode pengeringan tanpa kelembaban
Metode pengeringan buatan diantaranya: (dehumidifying drying method). Oleh karena itu
proses ini memerlukan alat untuk penghilang
kelembaban udara yang disebut dehumidifier.
1. Pengeringan dengan udara hangat.
Proses ini mengeringkan produk dengan suhu 3. Pengeringan menggunakan silica gel
kamar atau pada suhu sekitar 50oC. Pengeringan
dapat dilakukan dengan cepat, namun apabila suhu Ikan yang akan dikeringkan dengan bahan kertas kaca
terlalu tinggi, maka akan terjadi penurunan mutu (cellophane) dan dibenamkan dalam jelly silica,
pada permukaan daging ikan yang mengakibatkan sebelumnya sudah dihilangkan kelembabannya.
penampilan produk menjadi jelek. Kemudian, dalam keadaan tersegel, produk disimpan
selama satu malam atau lebih dalam suhu rendah
(sekitar 10oC). Sama seperti pada proses pengeringan
dengan udara dingin, keadaan kering terbentuk akibat
perbedaan tekanan penguapan dan penyerapan uap air
pada produk oleh jelly silika melalui bahan kertas kaca
4. Pengeringan menggunakan lembaran penyerap air.
Ikan yang akan diproses dibungkus dengan suatu bahan
penyerap air kemudian disimpan selama satu malam dalam suhu
rendah yaitu sekitar 10oC. Keadaan kering terbentuk akibat
penyerapan langsung uap air pada produk oleh lembaran
penyerap. Akibatnya, oksidasi minyak lipid atau perubahan
warna akibat proses kimiawi Millard (Millard chemistry) tidak
terjadi, sehingga produk akhir proses ini memiliki permukaan
yang mengkilap (gloss).
5. Pengering mekanis
Air menguap melalui permukaan bahan, Semakin besar perbedaan suhu antara
sedangkan air yang ada di bagian tengah akan medium pemanas dengan bahan pangan
merembes ke bagian permukaan dan kemudian makin cepat pemindahan panas ke dalam
menguap. Untuk mempercepat pengeringan bahan dan makin cepat pula penghilangan
umumnya bahan pangan yang akan dikeringkan air dari bahan.
dipotong-potong atau diirisiris terlebih dulu. Tekanan Udara
Kecepatan Aliran Udara
Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar
Udara yang bergerak dan mempunyai gerakan yang kemampuan udara untuk mengangkut air selama
tinggi selain dapat mengambil uap air juga akan pengeringan, karena dengan semakin kecilnya tekanan
menghilangkan uap air tersebut dari permukaan bahan berarti kerapatan udara makin berkurang sehingga uap
pangan, sehingga akan mencegah terjadinya atmosfir air dapat 70 lebih banyak tetampung dan disingkirkan
jenuh yang akan memperlambat penghilangan air. dari bahan pangan. Sebaliknya jika tekanan udara
Apabila aliran udara disekitar tempat pengeringan semakin besar maka udara disekitar pengeringan akan
berjalan dengan baik, proses pengeringan akan semakin lembab, sehingga kemampuan menampung uap air
cepat, yaitu semakin mudah dan semakin cepat uap air terbatas dan menghambat proses atau laju pengeringan.
Pengasapan Ikan Pengasapan ikan dilakukan dengan
Pengasapan adalah proses mengolah atau mengawetkan tujuan:
ikan dengan menggunakan media asap sebagai media a. Untuk mengawetkan ikan.
pengawet yang merupakan sisa hasil pembakaran kayu, b. Untuk memberikan rasa dan aroma
tempurung kelapa, serbuk gergaji, atau sekam padi. Asap yang khas.
terbentuk karena adanya pembakaran yang tidak c. Menghambat oksidasi lemak.
sempurna yaitu pembakaran dengan jumlah oksigen
terbatas. Ikan diasapi dengan panas dan asap yang
dihasilkan dari pembakaran, dan tidak diletakkan dekat
dengan api agar tidak terpanggang atau terbakar.
Pengasapan sudah sejak lama dilakukan oleh petani ikan
atau nelayan di Indonesia. Bahkan, untuk mengawetkan
ikan, pengasapan juga banyak dilakukan di negara-negara
yang belum atau sedang berkembang dengan
memanfaatkan kayu yang jumlahnya masih melimpah
dengan harga yang relatif murah. Proses pengasapan
merupakan gabungan beberapa metode pengawetan yaitu
penggaraman, pengeringan, dan pengasapan.
Prinsip Pengasapan
Pengasapan dingin (cold smoking) Dalam proses pengasapan panas, suhu yang digunakan
Pengasapan dingin adalah proses pengasapan menggunakan cukup tinggi hingga 140oC selama 2 – 4 jam. Ikan
suhu rendah (15oC – 30oC). Ikan diletakkan agak jauh dari diletakkan dekat dengan sumber asap. Proses pengasapan
sumber asap. Proses 81 pengasapan berlangsung selama jenis ini juga disebut proses pemanggangan ikan. Kadar
beberapa hari sampai dua minggu, tergantung ukuran ikan. air produk ini cukup tinggi sehingga hasil produknya
tidak dapat disimpan untuk jangka waktu lama.
Pengasapan listrik (electric smoking)
Pengasapan hangat (warm smoking)
Proses pengasapan listrik hampir sama dengan
Pengasapan hangat adalah proses pengasapan dengan pengasapan dingin, ikan diletakkan cukup jauh dari
menggunakan suhu awal sekitar 30oC kemudian secara sumber asap. Proses ini menggunakan sumber listrik
bertahap suhu dinaikkan. Bila telah mencapai suhu 90oC, yang akan menghasilkan muatan-muatan listrik untuk
proses pengasapan selesai. Proses ini menitikberatkan pada membantu melekatkan partikel asap ke tubuh ikan.
pentingnya aroma dan cita rasa produk yang bertujuan untuk
Proses pengasapan cair (liquid smoking)
menghasilkan produk ikan asap yang lembut dengan kadar
garam kurang dari 5% serta kadar air sekitar 50%. Produk yang Dalam proses ini, aroma asap yang dihasilkan pada proses
dihasilkan dari proses ini mengandung kadar air yang relatif pengasapan diperoleh tanpa melalui proses pengasapan,
tinggi, sehingga mudah busuk, mutu produknya juga cepat melainkan melalui 82 penambahan cairan bahan pengasap
menurun selama proses penyimpanan, sehingga harus disimpan (smoking agent) ke dalam produk. Asap cair merupakan
dalam suhu rendah. campuran larutan dari dispersi asap kayu dalam air yang
dibuat dengan mengkondensasikan asap hasil pirolisis kayu.
Asap cair mengandung berbagai senyawa yang terbentuk
karena terjadinya pirolisis tiga komponen kayu yaitu
Fermentasi Fermentasi pada dasarnya dapat
Fermentasi merupakan proses penguraian dibedakan menjadi dua, yaitu:
senyawa dari bahan-bahan senyawa
kompleks menjadi senyawa-senyawa yang 1. Proses fermentasi yang
lebih sederhana dalam keadaan yang memungkinkan terjadinya
terkontrol dengan bantuan mikroorganisme penguraian atau transformasi yang
(Moeljanto, 1992). Pengolahan ikan secara nantinya akan mampu menghasilkan
fermentasi memiliki beberapa keunggulan, suatu produk dengan bentuk dan sifat
diantaranya bahan yang digunakan dapat yang sama sekali berbeda (berubah)
berasal dari berbagai jenis ikan yang tidak dari keadaan awalnya. Misalnya saja
memiliki nilai ekonomis. Enzim yang dalam pengolahan terasi dan kecap
berperan dalam proses fermentasi didominasi ikan.
oleh enzim proteolisis yang mampu 2. Proses fermentasi yang
mengubah protein. menghasilkan senyawa-senyawa
yang secara nyata memiliki
kemampuan atau daya awet pada
produk yang diolah, misalnya dalam
Fermentasi Garam
Fermentasi garam dapat dibedakan dengan dua cara,
yaitu:
a. Fermentasi dengan cara penggaraman kering,
biasanya dilakukan terhadap ikan-ikan yang
mempunyai kandungan lemak rendah. Fermentasi Laktat
b. b. Fermentasi dengan cara penggaraman basah, Fermentasi asam laktat dapat terjadi sebagai akibat
yaitu merendam ikan di dalam larutan garam. aktivitas bakteri asam laktat yang dibedakan menjadi dua
Cara tersebut biasanya dilakukan terhadap ikan- kelompok yaitu:
ikan berlemak tinggi. a. Bakteri asam laktat homofermentatif. Bakteri ini dapat
mengubah 95% dari glukosa atau heksosa lainnya
Fermentasi dengan cara penggaraman basah menjadi asam laktat. Karbondioksida dan asam-asam
biasanya juga terjadi fermentasi laktat. Pada cara itu, volatil lainnya juga dihasilkan, tetapi jumlahnya
sering ditambahkan cuka, bumbu-bumbu dan bahan sangat kecil.
pengawet lainnya. Penambahan garam dalam b. Bakteri asam laktat heterofermentatif, mengubah
fermentasi ikan mempunyai beberapa fungsi antara glukosa dan heksosa lainnya menjadi asam laktat,
lain: etanol, asam asetat, asam format dan CO2 dalam
c. Meningkatkan rasa ikan. jumlah yang hampir sama.
d. Membentuk tekstur yang diinginkan.
e. Mengotrol mikroorganisme, yaitu merangsang
pertumbuhan mikroorganisme yang diinginkan
eberapa Faktor yang Mempengaruhi Proses Fermentasi Oksigen
Udara atau oksigen selama proses fermentasi
Suhu harus diatur sebaik mungkin untuk
Suhu sebagai salah satu faktor lingkungan terpenting yang memperbanyak atau menghambat pertumbuhan
mempengaruhi dan menentukan macam organisme yang mikroba tertentu. Setiap mikroba
dominan selama fermentasi. Beberapa hal yang berkaitan membutuhkan oksigen yang berbeda
dengan suhu untuk setiap mikroorganisme dapat digolongkan jumlahnya untuk pertumbuhan atau
sebagai berikut: membentuk sel-sel baru dan untuk fermentasi.
1) Suhu minimum, di bawah suhu itu pertumbuhan
mikroorganisme tidak terjadi lagi. Substrat
2) Suhu optimum, sebagai suhu yang memungkinkan
Seperti halnya makhluk lain, mikroorganisme juga
pertumbuhan mikroorganisme paling cepat.
membutuhkan suplai makanan yang akan menjadi
3) Suhu maksimum, di atas suhu itu pertumbuhan
sumber energi, dan menyediakan unsur-unsur kimia
mikroorganisme tidak mungkin terjadi lagi.
dasar untuk pertumbuhan sel. Substrat (makanan)
Air yang dibutuhkan oleh mikroba untuk kelangsungan
Mikroorganisme tidak dapat tumbuh tanpa adanya air. Air hidupnya berhubungan erat dengan komposisi
dalam substrat yang digunakan untuk pertumbuhan kimianya. Kebutuhan mikroorganisme akan substrat
mikroorganisme dinyatakan dalam istilah water activity atau juga berbeda-beda. Ada yang memerlukan substrat
aktivitas air = aw, yaitu perbandingan antara tekanan uap dari lengkap dan ada pula yang tumbuh subur dengan
larutan (P) dengan tekanan uap air murni (Po) pada suhu yang substrat yang sangat sederhana.
sama.
a s i h
ma K
Te r i