Oleh :
Kelompok 7
Hanna Vania Putri
Syafni Khairiyah
Angiestya Pinekesti
Lukman
Eriska Ratna Adelia
Sinta Kumala Sari
240210110032
240210110068
240210110076
240210110088
240210110093
240210110098
A Ikan Asin
Bahan Pembuatan :
Ikan segar
Ikan berukuran besar (misalnya kakap, tenggiri)
Ikan berukuran sedang (misalnya layang, kembung, mujair)
Ikan berukuran kecil (misalnya teri, petek)
Garam dapur
Ikan ukuran besar : 20-30% dari berat ikan
Ikan ukuran sedang : 15-20% dari berat ikan
Ikan ukuran kecil : 5% dari berat ikan
Proses Pengolahan :
Persiapan Ikan :
Ikan berukuran besar : buang sisik dan potong insangnya, belah ikan
menjadi 2 disepanjang garis punggung ke arah perut, keluarkan isi perut,
Wadah ditutup dengan papan yang diberi pemberat dan dibiarkan sampai
proses penggaraman selesai yang ditandai dengan perubahan tekstur ikan
hari.
Proses penggaraman selesai apabila terjadi perubahan tekstur ikan
menjadi kencang dan padat.
1 : 8 dengan lama perendaman 1-2 jam. Untuk ikan asin, berat garam :
Karakteristik Produk :
Bentuk
: Menyerupai bentuk ikan
Warna
: Warna asli ikan dan agak kecoklatan
Rasa
: Asin dan gurih
Aroma
: Khas ikan asin
Tekstur
: Kering, kasar, dan padat
Keunggulan Produk :
Merupakan cara pengawetan ikan yang sederhana dan membutuhkan
pembuatannya.
Kandungan kalsium dalam ikan asin lebih tinggi dibandingkan ikan segar
dalam
Kelemahan Produk :
Lama penjemuran ikan dengan menggunakan sinar matahari sangat
tinggi.
Kandungan vitamin dan mineral dalam ikan akan hilang akibat dari
proses pencucian dan pemanasan dalam waktu lama.
B Ebi
I. Udang Ebi
Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang memiliki potensi
perikanan yang sangat besar dan salah satu komoditi hasil tangkapan laut adalah
udang. Udang merupakan salah satu produk hasil laut yang banyak disukai dan
dikonsumsi oleh masyarakat walaupun ada diantara konsumen yang peka (alergi)
terhadapnya. Dibandingkan dengan binatang darat, daging udang mempunyai
eating quality yang lebih baik karena tidak liat, homogen serta tidak mengandung
pembuluh pembuluh darah yang besar dan otot otot.
1.1. Deskripsi Produk
Udang merupakan salah satu hasil laut yang jumlahnya melimpah. Udang
adalah bahan pangan yang memiliki kandungan protein tinggi. Sebagai salah satu
komoditi pangan masyarakat Indonesia, udang termasuk bahan pangan yang
mudah rusak dan menjadi busuk karena kadar airnya yang tinggi dan kandungan
gizinya yang baik untuk pertumbuhan jasad renik pembusuk. Upaya untuk
mengatasi sifat mudah busuk tersebut, antara lain adalah dengan cara dibekukan
dan dengan cara dikeringkan. Produk udang beku merupakan salah satu produk
ekspor utama di kelompok hasil perikanan atau kelautan yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi.
Ebi adalah udang yang telah dikeringkan dan dikuliti, melalui suatu proses
pengolahan yang relatif sederhana. Pengolahan ebi dilakukan pada skala usaha
kecil atau tingkat rumah tangga. Ebi merupakan salah satu bentuk awetan udang
yang diolah dengan cara perembesan dan penjemuran dan karena bentuknya yang
kering dengan kadar air yang rendah, maka ebi dapat disimpan dalam jangka
waktu
lama
sehingga
memudahkan
dalam
distribusi,
transportasi
dan
3. Perebusan
Proses selanjutnya adalah merebus udang yang telah bersih dengan
menggunakan air tawar bersih. Pada proses perebusan, air rebusan ditambahkan
garam. Jumlah garam yang ditambahkan tergantung kepada apakah produk yang
diinginkan ebi asin atau ebi tawar. Produk ebi kering dari wilayah kajian
tergolong pada kelompok ebi tawar. Walaupun demikian dalam proses
perebusan tetap ditambahan garam, yaitu sebanyak 2 kg setiap kali merebus 25 kg
udang basah. Penambahan garam dalam proses perebusan juga bertujuan untuk
meningkatkan daya keawetan ebi yang dihasilkan.
Udang yang akan direbus dimasukkan kedalam wadah perebusan setelah
air rebusan mendidih. Lama perebusan sejak udang dimasukkan kedalam wadah
perebusan adalah sekitar 15 menit.
Di wilayah kajian wadah perebusan adalah berupa drum dan ada juga
pengusaha yang menggunakan panci atau wajan besar. Untuk memperoleh mutu
ebi yang baik, sebaiknya wadah perebusan adalah berupa bejana (panci) stainless
steel.
Gambar 2. Drum
Google, 2014.
4. Penirisan dan Penjemuran
Setelah proses perebusan selesai, udang beserta air rebusan kemudian
dituangkan ke atas tampah besar yang terbuat dari anyaman irisan bambu atau
kayu untuk memisahkan massa udang dengan air rebusan. Pada tahap ini
dilakukan penirisan air rebusan. Setelah udang ditiriskan kemudian udang
dikeringkan. Pengeringan dilakukan dengan cara penjemuran, dan dalam hal ini
udang basah dihamparkan di atas tampah. Tampah yang digunakan adalah juga
tampah yang digunakan untuk penirisan.
Di wilayah kajian, pada umumnya pengusaha udang menerima pasokan
bahan baku udang pada sore atau malam hari, dan proses pencucian sampai
dengan penirisan dilakukan pada malam hari. Kemudian penjemuran mulai
dilakukan pada pagi harinya. Lama penjemuran tergantung kepada kondisi cuaca,
apabila cuaca terik maka udang sudah kering dalam waktu antara 1 2 hari,
namun jika kondisi tidak memungkinkan maka proses penjemuran bisa
berlangsung selama dua hari atau lebih. Kualitas ebi ditentukan oleh kadar air atau
tingkat kekeringan ebi, dimana semakin kering mutu ebi semakin baik. Ebi yang
kurang kering selain menyulitkan dalam pengupasan kulit, juga menyebabkan ebi
tidak tahan lama disimpan. Menurut penuturan pengusaha, pada cuaca yang terik
penjemuran selama 2 hari akan menghasilkan ebi dengan kualitas yang baik,
walaupun rendemen atau jumlah volume ebi yang dihasilkan lebih sedikit
dibandingkan dengan yang dijemur selama 1 (satu) hari.
5. Pengupasan
Proses pengupasan dilakukan untuk memisahkan antara daging dengan
kepala dan kulit kerasnya. Pengusaha ebi di beberapa daerah lain melakukan
pengupasan kulit udang satu per satu dengan tangan. Pada wilayah kajian di
pembuatannya.
Proses pembuatannya sederhana, mudah, dan cepat.
Memperpanjang umur simpan udang
30 butir
1,5 liter
0,5 kg
0,5 kg
secukupnya
3. Proses Pengolahan
A. Perendaman dengan Garam Jenuh
1) Telur bebek diambil dan dibersihkan dengan kertas pasir hingga
kotorannya hilang.
2) Air dipanaskan hingga suhu tertentu (tidak perlu sampai mendidih).
3) Garam dimasukkan dalam air yang dipanaskan dan diaduk hingga
garam larut seluruhnya.
4) Larutan garam jenuh didinginkan.
5) Bawang putih dikupas dan digiling dengan alu dan lumpang hingga
halus, kemudian dimasukkan ke dalam larutan garam jenuh yang sudah
dingin.
6) Telur yang sudah disortir direndam di dalam larutan garam jenuh
selama 7 hari.
Pemeraman dengan Serbuk Batu Bata Merah
1) Telur bebek diambil dan dibersihkan dengan kertas pasir hingga
kotorannya hilang.
2) Bawang putih dikupas dan digiling dengan alu dan lumpang hingga
halus, kemudian telur dibalut dengan bawang putih dan diletakkan di
dalam baskom dan dibiarkan pada suhu kamar/suhu refrigerator selama
7 hari. Setelah 7 hari, bawang putih dibuka dari telur.
3) Batu bata dihaluskan dan disaring. 1 kg batu bata untuk 10 butir telur.
4) Batu bata dan garam dicampurkan hingga rata.
5) Telur dibalut dengan campuran batu bata dan garam dan diletakkan
pada wadah.
6) Didiamkan di dalam kulkas selama 7 hari dan setelah 7 hari telur dibuka
dari batu bata dan dibersihkan kemudian telur direbus.
Pemeraman dengan Abu Gosok
1) Telur bebek diambil dan dibersihkan dengan kertas pasir hingga
kotorannya hilang.
2) Bawang putih dikupas dan digiling dengan alu dan lumpang hingga
halus, kemudian telur dibalut dengan bawang putih dan diletakkan di
dalam baskom dan dibiarkan pada suhu kamar/kulkas selama 7 hari.
Setelah 7 hari bawang dibuka dari telur.
3) Abu gosok dicampur dengan garam dan diaduk hingga tercampur rata.
4) Campuran abu gosok dan garam dicampur dengan air sedikit demi
sedikit, kemudian diaduk hingga menjadi adonan yang kental dan dapat
melekat pada kulit telur.
5) Telur dibalut dengan adonan abu gosok dengan ketebalan yang merata
dan diletakkan pada wadah.
6) Didiamkan selama 7 hari dan setelah 7 hari telur dibuka dari adonan
abu gosok dan dibersihkan kemudian telur direbus.
4. Karakteristik:
Bentuk : Oval dengan diameter tengah 5 cm
Warna : Biru Muda
Rasa
: Asin
Aroma : Sedikit amis
Tekstur : Kenyal
5. Keunggulan:
1) Telur yang diasinkan bersifat stabil, dapat disimpan tanpa mengalami proses
perusakan.
2) Dengan pengasinan rasa amis telur akan berkurang tidak berbau busuk, dan
rasanya enak.
3) Tidak memerlukan tenaga ahli atau teknologi yang canggih dalam
pembuatannya.
4) Kandungan kalsium dalam telur asin lebih tinggi dibandingkan telur segar
dengan berat yang sama.
6. Kelemahan:
1) Keawetan telur asin bergantung pada kadar garam yang diberikan. Semakin
tinggi kadar garam, akan semakin awet telur yang diasinkan, tetapi rasanya
akan semakin asin.
2) Tidak dapat dikonsumsi secara berlebihan bagi orang bertekanan darah
tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2010.
Ikan
Asin.
Available
online
http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/pangan/ipb
pada
tanggal 2 september 2014)
at
:
(diakses