Anda di halaman 1dari 54

SANITASI INDUSTRI PANGAN

Nama Anggota Kelompok:

Dewi Purwati (125100301111016)


Dicka Kelvin A (125100307111057)
Ayu Winda Ariska (135100301111003)
Siti Aminah (135100301111090)
Zesma Aulia (135100301111114)

SANITASI INDUSTRI PANGAN KELAS L


 Udang
 Kepiting
 Cumi-cumi
 Ikan
 Kerang, dll.
Udang merupakan
komoditas utama yang
paling diminati sebagai
makanan, karena dagingnya
yang gurih dan rasanya
begitu lezat, sehingga
membuat komoditas udang
ini begitu familiar dan
sangat digemari oleh banyak
orang.
Fiesta Seafood adalah produk seafood olahan yang di
produksi oleh CP Prima beserta anak perusahaannya (CP
Bahari. Produk ini menggunakan udang dan ikan yang
100% bebas antibiotik. Sebagai produk olahan, Fiesta
Seafood tidak mengandung bahan pengawet dan warna
pada produk pun berasal dari bahan-bahan alami, yaitu,
warna merah dari udang dan warna hijau berasal dari
bahan sayuran yang terkandung pada produk.
Fiesta seafood diproduksi dari udang segar jenis
vannamei yang langsung diangkat dari area
pertambakan udang dengan pengelolaan secara
terintegrasi (mulai pembibitan, budidaya, panen,
dan pengolahan) yang seluruhnya dimiliki oleh CP
Prima.
Proses pengolahan produk Fiesta Seafood
dilakukan secara higienis dengan quality control
yang ketat di setiap lini produksi. Produk Fiesta
Seafood juga didinginkan di suhu -45C sehingga
bakteri mati dan proses distribusinya pun
dilakukan pada suhu -18C sepanjang perjalanan
sampai ke pasar.
Lingkungan pada lokasi pengolahan seafood
dapat berkontribusi terhadap kontaminasi ke
produk makanan. Sumber kontaminasi lainnya
adalah peralatan pengolahan, kontainer, dan
kontak permukaan. Program Sanitasi yang
efektif penting untuk mengurangi kontaminasi.
udang mentah dan sumber pengolahan
merupakan lingkungan yang berpotensi untuk
terkontaminasi patogen Listeria
monocytogenes.
1. Pemeriksaan Faktor Kritis pada Sanitasi,
2. Pemeriksaan Proses Produksi
3. Jadwal Pembersihan
4. Perlakuan High Hydrostatic Pressure (Hidrostatik
Tekanan Tinggi)
Pengolahan (HHP) adalah teknik perlakuan yang layak
untuk digunakan dalam mengurangi kontaminasi
mikroorganisme patogen untuk memperpanjang umur
simpan produk pangan tersebut.
5. Penanganan Limbah
Pengelolaan limbah, termasuk daur ulangproduk limbah
seafood, merupakan hal penting. Selain pertimbangan
ekonomi, sistem pemulihan yang efektif dapat memberikan
kontribusi untuk operasi yang lebih higienis.
Produk dari hasil laut dikenal memiliki kualitas gizi
yang cukup baik. Selain itu, rasanya juga cukup
nikmat. Namun seafood tergolong dalam pangan
yang mudah rusak (perishable). Oleh sebab itu,
perhatian secara khusus dalam pemilihan,
penyimpanan, dan penanganan produk-produk
berbasis seafood perlu diperhatikan.
 Kepiting merupakan salah satu komoditas
perikanan unggulan yang bernilai ekonomis
tinggi. Komoditas ini sangat diminati oleh
masyarakat karena rasanya yang enak dan
kandungan gizinya yang tinggi.
 Karena produk kepiting sangat mudah
membusuk dan kehilangan kesegaran, maka
perlu cara dan proses yang dapat
memperpanjang daya awet produk tersebut,
sengan demikian produk dapat disimpan
dalam waktu yang relatif lama dan dapat
didistribusikan ke lokasi. Cara pengawetan
produk kepiting :
1. frozen
2. pengolahan
 Kepiting dan rajungan merupakan jenis seafood
yang cukup diminati sebagian orang, selain
memiliki kandugan nutrisi yang tinggi, juga
memiliki rasa lezat. Perbedaan kepiting dan
adalah:

 Rajungan = kepiting yang hanya hidup di air laut,


rajungan ada yang berwarna, kebiruan, bentuk
tubuhnya lebih ramping, agak memanjang,
cangkangnya berbintik-bintik dan lebih keras.

 Kepiting= hidup di darat dan di laut, berwarna


kemerah-merahan, kehijauan atau kebiruan
 Perbedaan mendasar keduanya adalah habitat
hidupnya.
 Kontaminasi logam berat di lingkungan merupakan masalah
besar saat ini. Dampak kontaminasi logam berat di
lingkungan khususnya sektor industri menyebabkan
terjadinya peningkatan jumlah dan jenis pencemar yang
masuk ke lingkungan, sehingga kesetimbangan lingkungan
menjadi terganggu.

 Logam berat merupakan salah satu sumber pencemar bagi


lingkungan hidup yang disebabkan oleh logam berat
terutama bersumber dari limbah industri, baik dalam bentuk
logam murni maupun bentuk campuran.

 Sehingga menyebabkan terjadinya kontaminasi pada hewan


perairan seperti kepiting, udamg dan kerang.
 Adanya kontaminasi pekerja dan alat dalam
hal ini dapat disebabkan karena adanya :
1. Penggunaan alat yang sama untuk proses
yang berbeda sehingga menyebabkan
adanya kontaminasi silang
2. Kurangnya penerapan hyegene pada pekerja.
Contoh: pemakaian perhiasan, dan
kurangnya kedisiplinan cuci tangan.
3. Adanya pekerja yang sakit sehingga berisiko
pada produk makanan.
Tujuan adanya sanitasi adalah
untuk mencegah masuknya kontaminan
kedalam makanan dan peralatan pengolahan
makanan, serta mencegah terjadinya
kontaminasi.
 1. bahan mentah harus dibersihkan dan dicuci
untuk menghilangkan lumpur dan kotoran
 2. peralatan yang berhubungan langsung dengan
makanan sering dibersihkan dan disanitasi
 3. air yang digunakan dalam pengolahan harus
diolah untuk menekan jumlah mikroba serendah
mungkin
 4. peralatan yang dipanaskan selalu dijaga agar
berada diatas suhu 170 derajat celcius
 5. bak-bak air pendingin harus mengandung
sanitazing agent untuk mencegah kebususkan
yang disebabkan konta,inasi air pendingin.
 Cumi-cumi merupakan hasil laut yang bisa diolah
menjadi aneka macam variasi hidangan seafood yang
lezat. Tekstur dagingnya yang kenyal empuk
menjadikan cumi-cumi banyak digemari

 Cumi-cumi merupakan jenis chepalopoda yang


dikenal dalam dunia perdagangan disamping sotong
dan gurita Dipasaran internasional cumi-cumi
diperdagangkan dalam bentuk beku, asin kering, dan
kalengan. Sedangkan di Indonesia, cumi-cumi masih
diperdagangkan dalam bentuk segar, dan asin kering
 Gurita merupakan hewan moluska dari kelas
Cephalopoda (kaki hewan terletak di kepala), ordo
Octopoda dengan terumbu karang di samudra
sebagai habitat utama.

 Gurita merupakan sumber kalori rendah dengan


bentuk ramping. Gurita merupakan sumber zat besi,
kalsium, fosfor, kalium dan selenium, vitamin yang
penting termasuk vitamin C, vitamin A dan beberapa
vitamin B, serta beberapa omega-3 asam lemak.
 Cumi-cumi dan gurita biasa dijadikan dalam bentuk
beku untuk mengawetkan produk.

 Pada dasarnya pembekuan sama dengan pendinginan


yang dimaksudkan untuk mengawetkan sifat – sifat
alami produk yang dibekukan. Pembekuan mengubah
hampir seluruh kandungan air pada produk yang
dibekukan menjadi es. Keadaan beku menyebabkan
bakteri dan enzim terhambat kegiatannya, sehingga
daya awet produk yang dibekukan lebih besar
dibandingkan dengan produk yang hanya didinginkan
Jenis Uji Satuan Syarat Mutu
a. Organoleptik, minimal Nilai (1-9) Minimal 7
b. Cemaran Mikroba : Koloni/gram 5,0 x 10 4
- ALT, maks APM/ gram <3
- Escheria colli, maks. Per 25 gram negatif
- Salmonella Per 25 gram negatif
- Vibrio cholerae APM per gram <3
- Vibrio parahaemolyticus*), Ekor 0
- Parasit, maks *)
c. Cemaran Kimia :
- Raksa (Hg), maks* mg/kg 0,5
- Timbal (Pb), maks* mg/kg 2
d. Fisika :
- Suhu pusat, minimal 0C -18
Adapun proses pembekuan Gurita adalah sebagai
berikut :
1. Penerimaan bahan baku
2. Penimbangan I
3. Sortasi
4. Penimbangan II
5. Penyusunan
6. Pembekuan
7. Pengemasan dan Penyimpanan
Berdasarkan SNI 01-6941.3-2002, ketika menerima bahan baku
berupa gurita ini harus ditangani secara cermat, bersih dengan suhu
50 C. Pada alur proses ini tidak dilakukan pencucian karena air dan es
pada penerimaan bahan baku sudah bisa membersihkan sebagian
kotoran yang menempel pada Gurita.
Saat penerimaan ini, dapat memungkinkan didapatkan 2 keadaan
gurita yaitu :
a. Gurita Segar
 Gurita masih memiliki organ tubuh yang lengkap

 Bau masih segar

 Lendir masih banyak pada Gurita dan timbul busa

b. Gurita Tidak Segar


 Organ tubuh pada Gurita sudah tidak lengkap lagi

 Bau amoniak

 Lendir sudah mulai berkurang


2. Penimbangan I
Tujuan dilakukannya penimbangan I yaitu agar dapat
mengetahui berat total gurita yang di terima pada penerimaan
bahan baku.
Tujuan penimbangan adalah untuk mengetahui berat total ikan
yang datang dari supplier dan menghitung berapa jumlah ikan
tiap ukuran dan jenisnya serta sebagai pengawasan hasil
sortasi

3. Sortasi
Hal tersebut sudah sesuai menurut SNI 01-6941.3-2002 yang
menyebutkan bahwa Gurita harus di proses di meja proses dan
disortir menurut ukuran dan mutu. Tujuan penyortiran adalah
memperoleh Gurita dalam bentuk atau kualitas yang baik dan
ukuran yang seragam.
4. Penimbangan II
Penimbangan II adalah tahapan penimbangan dimana Gurita
yang telah disortasi kemudian ditimbang dengan menggunakan
timbangan. Tujuan penimbangan II adalah untuk
mempermudah pengemasan dan perhitungan produk akhir.
5. Penyusunan
6. Pembekuan
Salah satu cara melakukan proses pembekuan ialah dengan
menggunakan Air Blast Freezer. Air Blast freezer merupakan
sebuah ruangan atau kamar atau terowongan (tunnel). Udara
dingin di dalamnya disirkulasikan ke sekitar produk yang
dibekukan dengan bantuan pan.
7. Pengemasan dan penyimpanan
Pengemasan dilakukan di ruang packing dengan tetap menjaga
suhu ruangan. Menurut SNI 01-6941.3-2002 yang mengatakan
bahwa untuk membekukan produk maksimum suhu pusat -
18OC dalam waktu maksimum 8 jam
Pada gurita, sumber cemaran dapat berasal dari
lingkungan asal bahan. Cemaran yang dapat terjadi
menurut SNI 01-6941.1-2002 ialah:

Cemaran Mikroba :
- Escheria colli, maksimal.
- Salmonella
- Vibrio cholerae
- Vibrio parahaemolyticus
- Parasit, maks

Cemaran Kimia :
- Raksa (Hg),
- Timbal (Pb),
Sanitasi dan higiene dalam suatu perusahaan
pengolahan hasil perikanan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi baik kualitas maupun
kuantitas produk yang dihasilkan. Prosedur sanitasi
meliputi :

1. Sanitasi dan Hygiene Karyawan


2. Sanitasi dan Higiene Ruangan
3. Sanitasi dan Higiene Bahan Baku
4. Sanitasi dan Higiene Peralatan
5. Sanitasi dan Hygiene LImbah
Adapun sanitasi dasar yang dapat diterapkan untuk
karyawan meliputi :
 Karyawan diharuskan memakai perlengkapan kerja
yang lengkap. Setiap pekerja dalam industri
penanganan atau pengolahan hasil perikanan harus
memakai pakaian kerja yang bersih dan bekerja
dengan tangan yang bersih pula.
 Karyawan tidak boleh memakai perhiasan misalnya
cincin selama bekerja.
 Karyawan yang sakit tidak boleh masuk kerja karena
dikhawatirkan dapat mengkontaminasi produk.
 Sanitasi personal dari keseluruh karyawan yaitu
meliputi kuku, rambut dll.
Untuk mendapatkan produk yang memenuhi syarat maka
penentuan lingkungan produksi pada industri pengolahan
hasil perikanan harus diperhatikan dan terencana. Adapun
sanitasi dan higiene yang umum digunakan meliputi:

 Pengaturan lantai pada ruang proses dan wara serta sudut


kemiringan. Lantai dapat berkemiringan 30 terbuat dari
bahan yang kedap air, tahan lama dan mudah dibersihkan
serta permukaan halus dan rata sehingga air kotor atau
kotoran tidak tertinggal.
 Pertemuan antara dinding dan lantai tidak bersudut dan
kedap air.
 Lapisan dinding dan ketinggian
 Keadaan langit-langit tidak ada yang pecah atau retak juga
tidak ada tonjolan dan warnanya terang
 Penerangan
Sanitasi bahan baku sangat penting karena akan
mempengaruhi terhadap produk akhir sehingga
penangan bahan baku perlu dilakukan dengan baik.
Salah satu cara melakukan penanganan bahan baku
ialah proses pengangkutan bahan baku dengan
penambahan es batu sehingga bahan baku tidak cepat
mengalami pembusukan. Es yang digunakan untuk
proses pengolahan harus dibuat dari air yang bersih
dan memenuhi persyaratan air minum yang ditangani
dengan persyaratan sanitasi dan higiene, sedapat
mungkin kelebihan es tidak digunakan lagi sebab
menambah jumlah bakteri.
Saat pembongkaran bahan baku, karyawan yang
melakukan harus hati-hati dan menggunakan
perlengkapan yang lengkap seperti sarung tangan.
4. Sanitasi dan Higiene Peralatan
Untuk sanitasi dan higiene peralatan yang kontak langsung
dengan produk, diberikan beberapa perlakuan antara lain :
a. Semua peralatan yang kontak langsung dengan produk seperti
pisau, keranjang, inner pan, long pan dan sebagainya, sebelum
dan sesudah digunakan dicuci.Peralatan yang akan digunakan
harus segera dibersihkan dan disanitasi/didesinfeksi untuk
mencegah kontaminasi silang pada makanan, baik pada tahap
persiapan, pengolahan, penyimpanan sementara, maupun
penyajian.
b. Semua meja di dalam ruang proses dilakukan pembersihan
dengan air sesudah penggunaannya kemudian dibilas hingga
bersih dengan menggunakan air.

5 Sanitasi dan Hygiene LImbah


Didalam proses pembekuan cumi –cumi maupun gurita dapat
menghasilka dua jenis limbah yaitu limbah limbah kering dan
limbah cair. Berikut penangan keduanya :
1) Limbah cair harus dibuang melalui saluran pembuangan melalui
tempat bersih ke tempat kotor.
2) Untuk limbah kering diletakkan dalam wadah atau basket dan
tidak boleh menumpuk di ruang proses.
 Saat penerapan sanitasi masih besar kemungkinan
terjadinya ketidak disiplinan karyawan seperti
pakaian kerja karyawan tidak layak untuk dipakai
untuk proses karena masih kotor dan tidak
menggunakan peralatan lengkap atau standar.
 Pada proses pengolahan masih besar kemungkinan
terjadinya kontaminasi silang yang terjadi di
perusahaan dan karyawan juga bisa menjadi
kontaminan dari produk.
 Pada proses pengolahan dapat terjadi pula
penyalahgunaan bahan pendukung seperti air es
batu.
 Membiasakan karyawan untuk mentaati prosedur
sanitasi yang diterapkan perusahaan. Selain itu,
melakukan pengawasan terhadap hal tersebut.
 Melatih karyawan agar dapat menjalankan prosedur
sanitasi dengan benar. Selain itu dapat dengan
penempatan poster-poster mengenai sanitasi yang
dilakukan perusahaan.
 Untuk mencegah kontaminasi silang atau sekedar
meminimalisir timbulnya kontaminasi dapat
dilakukan dengan meningkatkan fungsi pengawasan
dan pengontrolan terkait proses pengolahan. Hal ini
dapat pula digunakan sebagai penanganan masalah
terkait penyalahgunaan bahan pendukung.
Shellfish merupakan binatang berkulit keras
yang hidup di air. Memiliki tubuh yang lunak
dengan kulit yang keras pada bagian luar yang
berfungsi sebagai pelindung atau di sebut
kerang. Kerang merupakan kuliner dan
perikanan, sebagian besar jenis kerang yang
dipanen dari lingkungan air asin , beberapa
jenis hanya ditemukan di air tawar .
Ciri kerang segar:

1) Jika membeli kerang dalam cangkang, pastikan


cangkang banyak yang terbuka,ini menunjukkan
kerang tersebut masih hidup
2) Kalau membeli kerang yang lepas dari kulit
cangkangnya pilihlah dagingnya masih padat
dan terlihat utuh
3) Warna daging kerang belum berubah dari
aslinya , daging kerang yang telah berubah
warna menunjukkan bahwa kerang telah busuk.
4) Beraroma amis yang khas bukan beraroma
busuk.
 Shellfish banyak mengandung vitamin, yodium dan
sodium yang sangat baik untuk pertumbuhan.
 Kandungan protein kerang hampir sekitar 25,5 gr per
100 gr. Asam amino yang jumlahnya paling tinggi
tiap 100 gramnya adalah glutamate 3474 mg,
aspartat 2464 mg, lysine 1909 mg, arginin 1864 mg
dan leusin 1798. Kerang juga mengandung vitamin
B12 yang tinggi sekitar 98.9 mcg/100 mg.
 Kerang mengandung omega-3 (396 mg /100 gr) dan
omega-6 (32 mg /100 gr) yang mampu menurunkan
kolesterol jahat dan sangat baik untuk kesehatan
jantung. Selain itu kerang juga kaya akan mineral
terutama besi (28 mg /100 gr) dan selenium (64
mcg/100 gr).
Kualitas kerang yang paling baik adalah ketika
kondisinya masih hidup saat membeli. Cirinya
adalah kerang nampak merespon keadaan
sekitar, sebagai respon adanya gangguan dari
luar. Ciri yang lain adalah dari bau kerang, jika
sudah mati dan tidak segar lagi, baunya akan
cenderung tajam dan tidak enak.
Kontaminasi pada kerang dapat disebabkan
oleh adanya bakteri patogen.
Bakteri patogen dan kontaminasi pada kerang
adalah:

1. Vibrio cholerae
2. Shigella sp
 genus Vibrio banyak ditemukan di perairan air
tawar atau air laut, serta merupakan bakteri
patogen dalam budidaya ikan, kerang-kerangan
dan udang. Dapat menetap 0,5-1,5 bulan dalam
saluran cerna hewan laut.
 Penyebab : gastroenteritis, pada infeksi yang
parah penderita dapat diare 20-30 kali sehari
 Kontaminasi pada makanan : hewan laut seperti
kerang, kepiting dan rajungan. Spesies
V.cholerae dan V.parahaemolyticus merupakan
sumber kontaminasi silang antara buah dan
sayuran mentah, sedangkan V.vulvinicus
penyebab infeksi pada manusia.
 Shigella sp merupakan bakteri patogen di usus manusia dan
primata penyebab disentri basiler. Berbentuk batang gram negatif,
menyerupai E.coli, non motil, tumbuh pada 37oC.
 Penyebab : shigellosis (disentri basiler)
 Gejala infeksi : mulas, kejang perut, diare bercampur darah dan
mukosa, demam sampai dengan 40oC, kadang muntah.
 Kontaminasi pada makanan : banyak berasal dari air yang dipakai
untuk mengolah makanan. Makanan yang sering terkontaminasi
adalah salad, sayuran segar (mentah), susu dan produk susu, es
krim, puding, coklat, beberapa jenis ikan salah satu nya tuna,
udang, makaroni. Sayuran segar yang tumbuh pada tanah terpolusi
dapat menjadi faktor penyebab penyakit, seperti disentri basiler
atau shigellosis yang disebabkan oleh Shigella sp.
Program sanitasi seafood harus mencakup
penanganan sanitasi yang tepat serta
menejemen personalia yang baik.
1. Pemeriksaan Faktor Kritis pada Sanitasi
2. Pemeriksaan Proses Produksi
3. Manajemen Personalia
4. Jadwal Pembersihan
5. Perlakuan High Hydrostatic Pressure
(Hidrostatik Tekanan Tinggi)
6. Penggunaan Ozon
Alasan dibalik pelaksanaan sanitasi makanan
laut karena makanana laut dapat mengandung zat
beracun. Kerang–kerangan yang terkontaminasi
kuman atau penyakit selama tahap pengolahan.
Kemajuan tekhnologi, dan pembangunan limbah
industri ke laut juga menyababkan keracunan
bahan makanan ke dalam laut, misalnya penyakit
minamata di Jepang. Makanan laut dapat dibagi
menjadi beberapa golongan.
 Golongan hewan, misalnya ikan dan kerang-
kerangan.
 Golongan tumbuhan, misalnya agar- agar laut
 Golongan yang dapat diternakan, misalnya
udang, ikan, dan kerang – kerangan.
1. Tempat hidup harus bersih, tidak hanya mengandung E.coli
dan bebas dari pencemaran
 Approved area: E. coli tidak lebih dari 70/1000 ml air,
terbaik untuk dikonsumsi.
 Conditionally approved area: sudah ada pencemaran,
karena penuh penduduk, kandungan E. coli lebih dari
70/100 ml air, dan masih dapat dikonsumsi.
2. Makanan tidak boleh mengandung bibit penyakit dan zat
beracun. Dengan demikian, beberapa jenis kerang-
kerangan yang mengandung racun dapat membahayakan
kesehatan.
3. Dalam pengolahan bahan makanan harus diperhatikan
kebersihan dan sanitasinya, terutama yang berkaitan
dengan peralatan, personal, dan sarana.
4. Pemasaran, tempat,sarana dan personal harus memenuhi
syarat
 Pemahaman mengenai karakteristik berbagai jenis ikan sangat
penting untuk dikuasai oleh peritel seafood karena berkaitan dengan
mutu produk.
 Menerapkan prinsip penanganan seafood yang baik. Adapun prinsip
3°C, yaitu "Keep seafood CLEAN, COLD, and handle with CARE" agar
mutu dan keamanan produk tetap terjamin. Penjelasan dari prinsip
tersebut adalah:
1. Clean: lindungi produk terhadap kontaminasi secara terus-menerus.
2. Care: hindari produk dari penanganan yang kasar, terjatuh, dan
perlukaan. Lindungi produk dari kerusakan kemasan.
3. Keep it COLD: mempertahankan rantai pendinginan (cold chain), yaitu
dengan:
a. Pendinginan yang cepat dan tepat melalui pemberian es dan atau
refrigerasi.
b. Pembekuan, dibekukan dengan cepat dan lengkap sebelum
penyimpanan.
c.Menambahkan pelapis permukaan bila sesuai.
d.Meminimalkan fluktuasi suhu setelahnya.
1. Aroma masih segar dan lembut. Tidak berbau amis,
asam, atau seperti ammonia
2. Mata ikan jernih dan sedikit menonjol
3. Daging agar keras dan mengkilap, serta insang yang
merah cerah. Selain itu, pastikan tidak ada lendir di
sekitarnya.
4. Warna fillet ikan tidak pudar, gelap, atau kering
5. Ketika daging ditekan, akan segera kembali ke
bentuk semula
6. Untuk udang, dagingnya terang dan cerah serta tanpa
bau
7. Jika memiliki indikator suhu pada kemasannya, cek
selalu untuk memastikan penyimpannya telah pada
suhu yang tepat.
1. Jangan beli produk beku yang kemasannya
sudah rusak
2. Jangan pilih produk beku yang disimpan di
atas garis beku atau freezer case
3. Jangan pilih kemasan yang telah memiliki
kristal es, karena bisa jadi produk tersebut
telah disimpan terlalu lama atau mengalami
pembekuan kembali.
Adawyah, R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. PT. Bumi Aksara.
Jakarta
Hulalata, A., Daisy M.M., dan Rastuti W.P. 2013. Studi Pengolahan
Cumi-cumi Asin Kering Dihubungkan dengan Kadar Air dan Tingkat
Kesukaan Konsumen. Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan 1(2) :
26-34
Moeljanto. 1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Purnawijayanti, H.A. 2001. Sanitasi Higiene dan Keselamatan Kerja
dalam Pengolahan Makanan. Kanisius. Yogyakarta.
Sampul, M.R. 2001. Variasi Olahan Cumi-cumi. Gramedia. Jakarta.
SNI 01-6941.1-2002
Suseno, A. 2008. Diktat Penanganan Hasil Perikanan. Akademi
Perikanan Sidoarjo

Anda mungkin juga menyukai