Anda di halaman 1dari 12

Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology

Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Hlm 55-66


Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt

ANALISIS MUSIM PENANGKAPAN DAN TINGKAT PEMANFAATAN IKAN


LAYUR (TRICHIURUS SP) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, SUKABUMI,
JAWA BARAT

Analysis of Fishing Season and Exploitation Rate of Hairtail Fish (Trichiurus sp)
in waters of Palabuhanratu, Sukabumi, West Java

Retno Harjanti*), Pramonowibowo, dan Trisnani Dwi Hapsari

Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Jurusan Perikanan


Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, Tembalang (email : retnoharjanti@rocketmail.com)

ABSTRAK
Kegiatan penangkapan ikan layur di perairan Palabuhanratu umumnya
menggunakan pancing layur. Rata-rata produksi ikan layur di daerah ini mencapai 174
ton per tahunnya. Salah satu hal yang mendukung keberhasilan penangkapan yaitu
pengetahuan tentang musim penangkapan ikan layur.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat potensi lestari, pola musim
penangkapan ikan layur serta tingkat pemanfaatan ikan layur. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus. Metode analisis data
yang digunakan adalah metode stastistik, metode rata-rata bergerak dan model surplus
produksi dengan fungsi pertumbuhan logistik. Model pengelolaan dilihat dari segi
maximum economi yield, maximum sustainable yield dan open access.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa EMSY sebesar 8710 trip/tahun sedangkan
CMSY sebesar 294,92 ton /tahun, sedangkan pada kondisi aktual effort sebesar 8370 trip/
tahun dan C sebesar 176 ton/tahun. Berdasarkan indeks musim penangkapan diketahui
bahwa puncak penangkapan terjadi pada bulan April. Tingkat pemanfaatan tertinggi
selama 9 tahun terakhir yaitu pada tahun 2007 yaitu 109%.

Kata Kunci : Musim penangkapan; tingkat pemanfaatan; pancing layur; Palabuhanratu

ABSTRACT
The commonly activity of hairtail fish catching in waters of Palabuhanratu is used
handline. The average of hairtail fish production in this area reaches 174 tonnes per
year. One of the things that supported the succesfully of hairtail fish capture is knowledge
the fishing season of hairtail fish
This research aimed to understand the potential of sustainable resources, the
fishing season of hairtail fish, as well as exploitation rate of hairtail fish. This research
was used descriptif methods with kind of case study research. Data analysis was used
statistic methods, moving average methods and surplus production model with logistic
growth function. Management model of trichiurus fish resources based on maximum
economic yield, maximum sustainable yield and open access section.
Result showed that EMSY was 8710 trips/year while CMSY was 294,92 ton/year, in
actually effort was 8370 trips/ year and C was 176 ton/ year . Based on the index was
known that the peak fishing season fishing occurs in April. The highest utilization rate
during the last 9 years in 2007 which is 109%.

Keywords : Fishing season; exploitation rate; handline; Palabuhanratu

*) Penulis Penanggung Jawab 55


Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Hlm 55-66
Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt

PENDAHULUAN ini adalah “Pengelolaan dan


Wilayah pesisir Teluk Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Layur di
Palabuhanratu secara geografis terletak Perairan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa
pada posisi 6050’-6055’ Lintang Selatan Barat”, Astuti (2008) yang dianalisis
dan 106025-106050’ Bujur Timur, dengan analisis CYP.
sedangkan secara administrasi di Menurut Astuti (2008), dalam
wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu penelitian terdahulu perlu dilakukan
terdapat 4 (empat) kecamatan pesisir, adanya pengaturan jumlah upaya
yaitu kecamatan Simpenan, penangkapan, jumlah produksi, jumlah
Palabuhanratu, Cikakak dan Cisolok. alat tangkap yang dioperasikan dan
Dinas Kelautan dan Perikanan (2009), pengaturan daerah penangkapan ikan
menyebutkan bahwa perairan di agar kelestarian ikan terjaga. Kondisi
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) aktual yang terjadi, pembatasan upaya
Palabuhanratu potensial dan strategis penangkapan sulit dilakukan karena
bagi perikanan tangkap, hal ini didukung nelayan menganggap semakin banyak
dengan hasil tangkap yang didapat di upaya yang dilakukan maka semakin
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) besar hasil yang diperoleh tanpa melihat
Palabuhanratu tergolong dalam ikan kelestarian sumberdayanya.
yang bernilai ekonomis tinggi seperti, Pengetahuan tentang pola musim
ikan layur, ikan tuna, tongkol, kakap, penangkapan ikan layur yang tepat
tenggiri, dan ikan kecil lainnya. diperlukan sebagai alternatif dalam
Produksi ikan layur di Pelabuhan menjaga kelestarian sumberdaya ikan
Perikanan Nusantara Palabuhanratu layur, sehingga potensi ikan layur tetap
mencapai rata-rata 176 ton per tahunnya. lestari dan tingkat pemanfaatannya tidak
Ikan layur tersebar luas pada melebihi jumlah tangkapan yang
semua perairan tropis dan subtropis di diperbolehkan (JTB). Menurut Dahuri
dunia (Wewengkang, 2002 dalam Sari (2010), jumlah tangkapan yang
2008). Ikan ini di Indonesia tersebar dan diperbolehkan yaitu 80% dari potensi
dijumpai pada semua perairan pantai lestarinya, dengan pengetahuan tersebut
Indonesia. Badrudin dan Wudianto maka tingkat keuntungan nelayan akan
(1998) dalam Rochmawati (2004), lebih maksimal.
menyebutkan bahwa habitat ikan layur Berdasarkan Dinas Kelautan dan
meliputi perairan laut, estuaria, rawa Perikanan (2011), produksi ikan layur
pantai, mangrove sampai perairan dihasilkan dari beberapa jenis alat
payau. Ikan ini berenang dengan tubuh tangkap diantaranya rawai, pancing
hampir sepenuhnya vertikal dengan layur, purse seine, payang, dan bagan.
kepala berada di sebelah atas. Populasi Oleh karena itu, diperlukan standarisasi
ikan layur banyak terdapat pada perairan alat tangkap untuk mengetahui alat
pantai yang dangkal di sekitar muara- tangkap mana yang tingkat CPUEnya
muara sungai. konstan.
Pengetahuan yang tepat tentang Penstandaran alat tangkap
sumberdaya ikan dan kemampuan yang dilakukan, karena di daerah tropis
memadai dari sumberdaya manusia seperti Indonesia, satu alat tangkap
sangat menentukan keberhasilan dapat menangkap banyak spesies ikan
pengelolaan perikanan (Widodo dan dengan karakteristik ikan yang dapat
Suadi, 2006). Analisa tentang musim sangat berbeda, yaitu ikan demersal dan
penangkapan yang tepat serta tingkat ikan pelagis. Sebaliknya, satu spesies
pemanfaatan sumberdaya ikan layur ikan dapat tertangkap oleh berbagai alat
dapat mempermudah nelayan dalam tangkap. Masalah pada penelitian kali
melakukan penangkapan secara efektif ini adalah ikan layur tertangkap oleh
dan efisien. Adapun penelitian lebih dari satu alat tangkap dan model
sebelumnya yang mendukung penelitian surplus produksi bisa diterapkan, maka

*) Penulis Penanggung Jawab 56


Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Hlm 55-66
Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt

dilakukan penyesuaian dengan cara tahun 2007 - 2010 mengalami


melakukan standarisasi semua jenis alat penurunan, dan pada tahun 2011
tangkap terhadap salah satu alat tangkap kembali meningkat. Fluktuasi produksi
tertentu (Saputra, 2009). ikan layur ini diduga karena
Berdasarkan hasil standarisasi pemanfaatan layur secara besar-besaran
pancing layur menjadi alat tangkap tanpa mengetahui seberapa besar potensi
dominan yang menyumbang produksi yang ada. Analisa potensi dan tingkat
ikan layur terbanyak (Gambar 1). pemanfaatan ikan layur dalam hal ini
Berdasarkan Gambar 1, hasil produksi sangat diperlukan agar ikan layur dapat
mengalami kenaikan dari tahun 2003 dimanfaatkan secara sustainable
sampai dengan 2007, sedangkan pada (berkelanjutan).

300

250

200

150

100

50

0
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Rawai Pancing Layur Purse Seine Payang Bagan

Gambar 1. Produksi Perikanan Layur di PPN Pelabuhan Ratu tahun 2003 – 2011

Analisa potensi penangkapan dan 2. Mengetahui pola musim


tingkat pemanfaatan dalam hal ini penangkapan ikan layur di PPN
diperlukan agar dalam pemanfaatan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa
sumberdaya tidak dilakukan secara Barat, dan
berlebihan sehingga berakibat 3. Menganalisis tingkat pemanfaatan
overfishing. Monitoring dilakukan untuk sumberdaya ikan layur di perairan
mengetahui seberapa besar sumberdaya PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa
yang ada dan tingkat pemanfaatannya, Barat.
dalam hal ini khususnya potensi layur Manfaat dari penelitian ini
yang tertangkap oleh pancing. Pancing diharapkan dapat memberikan informasi
yang digunakan biasa disebut dengan kepada nelayan dalam menentukan
pancing layur. seberapa besar potensi lestari yang ada
Tujuan yang ingin dicapai dari di daerah penelitian sehingga
penelitian ini adalah: memberikan informasi tentang seberapa
1. Menganalisis tingkat potensi lestari besar jumlah tangkapan maksimum yang
sumberdaya ikan layur di perairan diperbolehkan agar sumberdaya yang
PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa ada tetap lestari. Manfaat lain yaitu
Barat; dapat memberikan informasi tentang
kapan waktu penangkapan yang tepat

*) Penulis Penanggung Jawab 57


Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Hlm 55-66
Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt

untuk ikan layur sehingga tingkat Metode Surplus Produksi


keuntungan yang diperoleh nelayan Menurut Sparre dan Venema
dapat optimal. Penelitian ini (1999), persamaan model Schaefer
dilaksanakan pada bulan Juni 2012 di merupakan persamaan parabola yang
PPN Palabuhanratu Kabupaten mempunyai nilai maksimum dari C(i),
Sukabumi, Jawa Barat. MSY, pada suatu tahapan upaya:

MATERI DAN METODE


Metode penelitian yang digunakan Bila f MSY didistribusikan ke
menggunakan metode penelitian persamaan diperoleh:
deskriptif dengan jenis penelitian studi
kasus. Data primer diperoleh langsung
di lapangan melalui pengamatan
terhadap unit-unit penangkapan ikan Tingkat Pemanfaatan
layur dan melakukan wawancara Tingkat pemanfaatan pun dapat
terhadap nelayan berdasarkan kuesioner. dihitung dengan cara membandingkan
Metode pengambilan sampel jumlah hasil tangkapan pada periode
dilakukan secara purposive sampling. tertentu dengan MSY. Menurut Dahuri
Nelayan contoh yang diambil adalah (2001), tingkat pemanfaatan dapat
nelayan pancing layur yang mewakili dihitung dengan rumus:
sifat-sifat dari keseluruhan nelayan yang Tingkat Pemanfaatan =
menangkap ikan layur di kawasan PPN
Dimana:
Palabuhanratu. Kawasan ini mempunyai
Ci = jumlah tangkapan pada tahun
nelayang dengan jumlah rata-rata ke-i
sebanyak 184 orang per tahun maka
TAC = total allowable catch
diambil sampel sejumlah 30 orang
(jumlah tangkapan yang
nelayan yang dianggap sudah mewakili diperbolehkan yaitu 80% dari
keseluruhan populasi. Data sekunder
nilai MSY)
diperoleh dari data statistik PPN
Palabuhanratu dan Dinas Kelautan dan
Metode Rata-Rata Bergerak
Perikanan Sukabumi. Data yang diambil
Pola musim penangkapan ikan
bersifat urut waktu (time series) selama
layur dapat dihitung dengan
9 tahun dari tahun 2003 sampai dengan
menggunakan analisis deret waktu
2011. terhadap hasil tangkapan menurut Dajan
(1998), telah menyusun langkah-langkah
Analisis CPUE sebagai berikut:
Menurut Gulland (1983) dalam
1. Menyusun deret CPUE dalam
Gunawan (2004) rumus yang digunakan
periode kurun waktu 9 tahun;
adalah sebagai berikut: CPUEi = ni
Keterangan:
Ni = CPUE urutan ke-i, dan
Keterangan: i = 1,2,3,..., 108
C(i) = Hasil tangkapan ke-i (kg); 2. Menyusun rata-rata bergerak CPUE
f (i) = Upaya penangkapan ke-i selama 12 bulan (RG);
(trip), dan
RGi =
CPUEi = Jumlah hasil tangkapan
persatuan upaya Keterangan:
penangkapan ke-i RGi = rata-rata bergerak 12 bulan
(kg/trip). urutan ke-i
CPUEi = CPUE urutan ke-i
i = 7,8,...,n-5
3. Menyusun rata-rata bergerak CPUE
terpusat (RGP)

*) Penulis Penanggung Jawab 58


Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Hlm 55-66
Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt

wilayah Kabupaten Sukabumi


(Dinas Kelautan dan Perikanan, 2011).
Kondisi iklim tropis di wilayah
Keterangan: pesisir Teluk Palabuhanratu Kabupaten
RGPi = rata-rata bergerak terpusat ke- Sukabumi dipengaruhi oleh musim
i angin barat yang bertiup dari timur ke
RGi = rata-rata bergerak 12 bulan barat, dan musim angin timur yang
urutan ke-i bertiup dari barat ke timur. Musim angin
i = 7,8,...,n-5 barat bertiup dari bulan Desember
4. Menyusun nilai rata-rata dalam suatu sampai bulan Maret, sedangkan musim
matrik berukuran i x j yang disusun angin timur berlangsung antara bulan
untuk setiap bulan. Selanjutnya Juni sampai bulan September. Curah
menghitung nilai total rasio rata-rata hujan tahunan di pesisir Teluk
tiap bulan, kemudian menghitung Palabuhanratu dan sekitarnya berkisar
total rasio rata-rata secara antara 2.500 – 3500 mm/tahun dan hari
keseluruhan dan pola musim hujan antara 110 – 170 hari/tahun. Suhu
penangkapan. udara disekitar wilayah ini berkisar
(i) Rasio rata-rata untuk bulan ke-i antara 18o – 30oC dan memiliki
(RBBi); kelembaban udara yang berkisar antara
70 – 90 persen (Dinas Perikanan dan
Kelautan, 2011).

Keterangan: Kondisi Umum Perikanan Layur di


RBBi = rata-rata dari Rbij untuk bulan PPN Pelabuhanratu
ke-i Produksi utama ikan layur dihasilkan
Rbij = rasio rata-rata bulanan dalam dari pancing layur (rawai layur dan
matrik ukuran i x j pancing ulur). Pancing layur (rawai)
i = 1,2,...,12, dan biasanya dioperasikan bersamaan
j = 1,2,3,...,n dengan pancing ulur, dalam hal ini
(ii) Jumlah rasio rata-rata bulanan diasumsikan bahwa hasil produksi
(JRBB) pancing layur merupakan hasil
(ii) Indeks musim penangkapan tangkapan dari pancing layur (rawai)
dan pancing ulur. Produksi ikan layur
dapat dilihat pada Gambar 2.
HASIL DAN PEMBAHASAN 300
Secara geografis Kabupaten
Sukabumi terletak pada posisi 6o57’– 250
7o25’ Lintang Selatan dan 106o49’– 200
107o00’ Bujur Timur, dengan batas-
batas wilayah secara administratif di 150
sebelah Utara berbatasan dengan 100
Kabupaten Bogor, Samudera Indonesia
(Samudera Hindia) di sebelah Selatan, 50
Kabupaten Cianjur di sebelah Timur, 0
sedangkan di sebelah Barat berbatasan 2002 2004 2006 2008 2010 2012
dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Gambar 2. Produksi Tahunan Ikan
Indonesia (Samudera Hindia). Layur dengan Alat Tangkap
Kabupaten Sukabumi secara Pancing Layur di PPN
administratif juga berbatasan langsung Palabuhanratu
dengan Kota Sukabumi, dimana wilayah Gambar 2 menunjukkan produksi
Kota Sukabumi dikelilingi oleh ikan layur bernilai fluktuatif dengan
beberapa kecamatan yang menjadi kecenderungan meningkat sampai tahun

*) Penulis Penanggung Jawab 59


Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Hlm 55-66
Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt

2007 dan kembali menurun sampai besar maka jumlah hasil tangkapannya
sekarang. Rata-rata produksi ikan layur pun semakin tinggi.
di PPN Palabuhanratu sekitar 176 ton Tabel 1. Indeks Musim Penangkapan
per tahun selama 9 tahun terakhir. (IMP) Ikan Layur di PPN
Penyumbang produksi terbanyak Palabuhanratu
dihasilkan dari pancing layur (rawai) Nilai
Musim di
dengan rata-rata 150 ton per tahun. Bulan IMP
Indonesia
(%)
Indeks Musim Penangkapan Ikan Juli 51 Musim Timur
Layur Agustus 100 Musim Timur
Analisis ini menggunakan data September 82 Musim Timur
CPUE bulanan pada kurun waktu Oktober 75 Musim Peralihan
tertentu (minimal 5 tahun). Berdasarkan November 117 Musim Peralihan
nilai IMP maka dapat diketahui Desember 108 Musim Barat
kecenderungan musim penangkapan Januari 112 Musim Barat
sehingga dapat ditentukan waktu Februari 98 Musim Barat
penangkapan yang tepat. Nilai indeks Maret 96 Musim Barat
musim penangkapan dapat dilihat pada April 141 Musim Peralihan
Tabel 1. Mei 132 Musim Peralihan
Berdasarkan nilai IMP rata-rata dapat Juni 89 Musim Timur
diketahui kecenderungan pola musim Rata-rata
penangkapan yang dapat dilihat pada 100
Tahunan
Tabel 1 yang menunjukkan pola musim Rata-rata
penangkapan ikan layur yang Musim 99 Di bawah rata-rata
menunjukkan bahwa pada bulan Timur
Agustus, November – Januari, dan Rata-rata
April – Mei merupakan musim Musim 101 Di atas rata-rata
penangkapan ikan layur (waktu yang Barat
paling tepat untuk menangkap ikan Sumber: Hasil Penelitian (2012)
layur). Musim puncak terjadi pada bulan
April yang merupakan musim peralihan. Menurut Sari (2008), tingkat
Menurut Widiyanto (2008), pada bulan kepenuhan lambung terbesar ikan layur
ini merupakan fase pemijahan ikan jenis Trichiurus savala terjadi pada
layur, seharusnya pada bulan ini tidak bulan November. Indeks isi lambung
dilakukan penangkapan, akan tetapi para merupakan indikasi untuk menentukan
nelayan tetap melakukan penangkapan aktivitas makanan ikan per waktu
karena dianggap menguntungkan, hal ini penangkapan, hal ini sebanding dengan
sesuai dengan nilai IMP yang besar di tingkat IMP yang tinggi yaitu senilai
bulan tersebut. Nilai IMP yang semakin 117%(Tabel 1) di bulan November.
Nilai IMP dapat digunakan untuk
membantu nelayan layur dalam Hubungan CPUE dan effort
mengetahui waktu penangkapan yang Penurunan produktivitas hasil
tepat sehingga penangkapan bisa tangkapan (CPUE) dari sumberdaya
dilakukan secara efektif dan efisien. ikan layur akibat peningkatan aktivitas
Nilai IMP pada bulan November – penangkapan (effort) dapat dilihat pada
Maret cenderung stabil, kemudian Gambar 3. Hubungan antara CPUE dan
meningkat pada musim peralihan musim effort pada sumberdaya ikan layur
barat ke musim timur dan kembali dengan persamaan y = 0,0677 – 4.10-6 x
menurun pada musim timur. dengan R2 = 0,8247, yang artinya setiap
terjadi peningkatan effort sebanyak 1
trip maka CPUE akan berkurang sebesar
0,000004 ton per trip. Hal ini

*) Penulis Penanggung Jawab 60


Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Hlm 55-66
Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt

menunjukkan kondisi sumberdaya ikan secara biologi (biological overfishing).


layur telah mengalami overfishing

0.080
CPUE (ton/trip) y = -4E-06x + 0.0677
0.060 R² = 0.8247

0.040

0.020

0.000
0 5,000 10,000 15,000 20,000
Effort (trip)

Gambar 3. Hubungan antara CPUE dan effort

Maximum sustainable yield (MSY) dugaan potensi lestari sumberdaya ikan


Konsep MSY didasarkan atas suatu layur di perairan Teluk Palabuhanratu
model yang sangat sederhana dari suatu yaitu catch optimum (CMSY) sebesar
populasi ikan yang dianggap sebagai 294,92 ton/tahun dengan effort optimum
unit tunggal. Maximum Sustainable (EMSY) 8710 trip/tahun. Berikut kurva
Yield (MSY) merupakan parameter produksi lestari terlihat pada Gambar 4.
pengelolaan yang dihasilkan dalam Gambar 4 menunjukkan bahwa terdapat
pengkajian sumberdaya perikanan. 4 tahun yang jumlah tripnya di bawah
Pendugaan parameter tersebut EMSY yaitu tahun 2003, 2003, 2009, dan
dibutuhkan data tingkat produksi 2010, selebihnya tingkat upaya yang
tahunan (time series) (Susilo, 2010). dilakukan melebihi upaya penangkapan
Data produksi penangkapan ikan yang dianjurkan. Kesimpulannya pada
layur pada penelitian ini adalah data tahun 2005, 2006, 2007, 2008, dan 2011,
dalam kurun waktu 9 tahun terakhir kondisi sumberdaya ikan layur
(2003–2011). Berdasarkan analisis mengalami overfishing karena tingkat
regresi diperoleh konstanta (a) sebesar upaya yang melebihi effort lestari
0,0677 dan koefisien regresi (b) sebesar (EMSY).
-4.10-6, dengan menggunakan formula
model Schaefer maka didapatkan hasil

*) Penulis Penanggung Jawab 61


Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Hlm 55-66
Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt

350
300
2007

Produksi (ton)
250
2005 2006
200
2004 2003 2008
150 2011
2010
100
2009
50
0
0 5,000 10,000 15,000 20,000
Effort (trip)

Gambar 4. Kurva Produksi Lestari Sumberdaya Ikan Layur di PPN Palabuhanratu

Selain peningkatan effort, penangkapan ikan layur dapat dilihat


peningkatan jumlah unit peningkatan pada Tabel 3. Biaya penangkapan terdiri
juga terjadi di tahun ini. Peningkatan dari biaya tetap per tahun dan biaya
unit penangkapan dapat dilihat pada variabel dalam trip per tahun.
Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa Komponen biaya tetap terdiri dari
pada tahun 2006, 2007, dan 2008 terjadi depresiasi perahu, mesin serta alat
kenaikan jumlah alat tangkap yang tangkap, biaya perawatan perahu, mesin,
cukup signifikan jika dibandingkan dan alat tangkap, sedangkan biaya tetap
dengan tahun sebelum dan sesudahnya. terdiri dari biaya operasional. Sedikit
berbeda dengan daerah lain, nelayan
Tabel 2. Jumlah Unit Penangkapan Ikan tradisional di daerah ini tidak
Layur di PPN Palabuhanratu mengeluarkan biaya retribusi, biasanya
Tahun 2003 - 2011 biaya retribusi dibebankan kepada
Jumlah Alat Jumlah pedagang ikan (bakul ikan). Besar
Persentase retribusi di kawasan ini yaitu 5% yang
Tahun (unit) Alat
(%)
PMT KM (unit) dibebankan 3% kepada pengusaha dan
2003 168 0 168 - 2% dibebankan kepada bakul ikan.
2004 167 0 167 -0,60
2005 120 0 120 -28,14 Tabel 3. Rata-rata Biaya Penangkapan
2006 222 0 222 85,00 per Tahun Ikan Layur
2007 350 64 414 86,49 Rata-rata biaya
Jumlah Jumlah
2008 222 32 254 -38,65 penangkapan
(Rp/tahun) (Rp/trip)
2009 134 0 134 -47,24 (per trip
2010 86 0 86 -35,82 Biaya Tetap
2011 61 2 63 -26,74 -Biaya Penyusutan 990.000 4.692
Sumber: Hasil Penelitian (2012) -Biaya Perawatan 898.333 4.258
Biaya Tidak Tetap
Maximum economic yield (MEY) -Biaya Operasional 57.145.833 270.833
Biaya penangkapan ikan layur Jumlah 59.034.167 279.783
didapatkan dari rata-rata biaya total Sumber: Hasil Penelitian (2012)
berdasarkan keterangan 30 responden
yang mengoperasikan alat tangkap
pancing layur. Rincian biaya

*) Penulis Penanggung Jawab 62


Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Hlm 55-66
Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt

Tinggi rendahnya harga ikan layur nelayan pancing layur menunjukkan


ditentukan oleh jumlah layur pada harga ikan layur Rp. 16.844.000 /ton.
musim tersebut, ukuran, dan kualitas Model bioekonomi dapat diketahui
dari ikan layur itu sendiri. Harga layur dari nilai MSY, MEY dan OAE. Nilai
diperoleh dari wawancara dengan MSY, MEY, dan OAE untuk
nelayan, harga ini diperoleh dari rata- sumberdaya ikan layur di PPN
rata harga baik di musim paceklik, Palabuhanratu dapat dilihat pada
sedang maupun puncak. Hasil Tabel 4.
perhitungan rata-rata dari wawancara

Tabel 4. Hasil Perhitungan Aktual,MSY, MEY, dan OAE Sumberdaya Ikan Layur
Aktual MSY MEY OAE
176 295 277 218
Hasil tangkapan (C)
8370 8.710 6.574 13.147
Upaya penangkapan (E)
2.964.544.000 4.967.647.439 4.668.777.117 3.678.420.460
Total penerimaan (TR)
2.341.783.710 2.436.950.874 1.839.210.230 3.678.420.460
Total pengeluaran (TC)
622.760.290 2.530.696.565 2.829.566.887 0
Keuntungan
Sumber: Hasil Penelitian (2012)

Berdasarkan Tabel 4, kondisi aktual jumlah effort yang sedikit, produksi dan
penangkapan sumberdaya ikan layur keuntungan yang dihasilkan maksimal.
masih di bawah kondisi MSY, MEY Effort yang dilakukan sebaiknya tidak
maupun OAE, artinya penangkapan melebihi MSY agar kelestarian
sumberdaya ikan layur di PPN sumberdaya ikan layur tetap terjaga.
Palabuhanratu masih dalam kondisi Kondisi aktual yang terjadi effort yang
normal (lestari), dalam hal ini dilakukan masih lebih rendah dari MSY,
pengetahuan tentang musim akan tetapi sudah mendekati MSY.
penangkapan yang tepat diperlukan Nelayan melakukan penangkapan tanpa
nelayan dalam meningkatkan produksi memperhatikan musim penangkapannya,
dan keuntungan agar lebih maksimal effort dapat dikurangi dengan cara
tanpa mengganggu kelestarian melakukan penangkapan di musim-
sumberdaya ikan layur. musim penangkapan ikan layur sehingga
Cara mendapatkan keuntungan produksi yang dihasilkan dapat
maksimal yaitu dengan berdasar pada maksimal.
kondisi MEY pada Gambar 5, dengan
12000 3000000
10000 2500000
8000 2000000
6000 1500000
4000 1000000
2000 500000
0 0
Aktual MSY MEY OAE
Produksi (ton) Effort (trip) Keuntungan (Rp 1.000)
Gambar 5. Produksi, Effort, dan Keuntungan pada Kondisi Aktual, MSY, MEY, dan OAE

*) Penulis Penanggung Jawab 63


Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Hlm 55-66
Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt

Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Allowable Catch) atau jumlah tangkapan


Ikan Layur yang diperbolehkan. Jumlah tangkapan
Tingkat pemanfaatan sumberdaya yang diperbolehkan (JTB) tersebut
ikan demersal dapat diketahui setelah adalah 80% dari potensi maksimum
didapatkan CMSY. Tingkat pemanfaatan lestarinya (CMSY) (Dahuri, 2010).
dihitung dengan cara mempersenkan Berikut ini tingkat pemanfaatan
jumlah hasil tangkapan pada tahun sumberdaya ikan demersal di perairan
tertentu terhadap nilai TAC (Total Teluk Palabuhanratu pada Tabel 5.
Tabel 5. Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Layur
Tingkat Pemanfaatan
Tahun Produksi (Ton) TAC (Ton/tahun) (%)
2003 169 236 72
2004 160 236 68
2005 213 236 90
2006 210 236 89
2007 256 236 109
2008 203 236 86
2009 105 236 45
2010 112 236 47
2011 152 236 64
Jumlah 1581 2123 670
Rata-rata 176 236 74
Sumber: Hasil Penelitian (2012)

Sesuai dengan perhitungan, Tabel 5 diperoleh effort lestari (EMSY) sebesar


menunjukkan bahwa tingkat 8710 trip/tahun dan hasil tangkapan
pemanfaatan pada tahun 2007 berlebih. lestari (hMSY) sebesar 294,92 ton/
Nilai yang menunjukkan lebih dari tahun;
100% menunjukkan bahwa pemanfaatan 2. Pola musim penangkapan ikan layur
sumberdaya sudah melebihi potensi dapat menunjukkan kecenderungan
lestari di daerah PPN Palabuhanratu yang merupakan waktu yang tepat
khususnya untuk jenis ikan layur yang bagi penangkapan ikan layur.
ditangkap dengan pancing layur. Rata- Berdasarkan Indeks Musim
rata pemanfaatan sumberdaya ikan layur Penangkapan (IMP), dapat diketahui
selama 9 tahun terakhir sekitar 74 %, hal bahwa pada bulan Agustus,
ini menunjukkan bahwa pemanfaatan November – Januari, dan April – Mei
sumberdaya ikan layur masih dibawah merupakan musim penangkapan ikan
kondisi overfishing, potensi perikanan layur (waktu yang paling tepat untuk
layur di kawasan ini masih dalam menangkap ikan layur). Musim
kondisi lestari. puncak layur terjadi pada bulan April
yang merupakan musim peralihan,
KESIMPULAN DAN SARAN dan
Kesimpulan 3. Tingkat pemanfaatan sumberdaya
Berdasarkan penelitian yang telah ikan layur pada 2007 dengan nilai
dilakukan dapat diperoleh kesimpulan 109% menunjukkan kondisi berlebih
sebagai berikut: karena bernilai lebih dari 100% yang
1. Potensi lestari sumberdaya ikan layur merupakan kondisi pemanfaatan
berdasarkan model surplus produksi maksimum, akan tetapi rata-rata
Schaefer diperoleh persamaan y = tingkat pemanfaatan masih bernilai di
0,0677 – 4.10-6 x dengan R2 = 0,8247. bawah 100%, artinya sumberdaya
Hasil perhitungan dengan ikan layur di PPN Palabuhanratu
menggunakan persamaan tersebut masih terjaga kelestariannya.

*) Penulis Penanggung Jawab 64


Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Hlm 55-66
Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt

Saran Dajan, A. 1998. Pengantar Metode


Saran yang dapat diambil dari Statistik Jilid 1. Lembaga
penelitian ini adalah: Penelitian Pendidikan Penerangan
1. Perlu dilakukan adanya perhitungan Ekonomi Sosial. Jakarta. 313-332
model dinamika populasi secara rinci hlm.
dengan mengetahui tingkat
pertumbuhan, kematian, maupun stok Dinas Kelautan dan Perikanan
rekruitmen sehingga diketahui Kabupaten Sukabumi. 2009.
dengan jelas seberapa besar potensi Statistik Perikanan Tangkap
perikanan yang ada di wilayah Dinas Kelautan dan Perikanan
tersebut, dan Kabupaten Sukabumi, DKP
2. Sebaiknya nelayan melakukan Kabupaten Sukabumi.
pencatatan terhadap jumlah hasil
tangkapan dan jumlah nilai produksi _____. 2011. Statistik Perikanan
yang mereka tangkap sehingga dapat Tangkap Dinas Kelautan dan
dihitung dengan tepat seberapa besar Perikanan Kabupaten Sukabumi,
sumberdaya yang mereka DKP Kabupaten Sukabumi.
manfaatkan.
Fauzi, A. dan Suzy Anna. 2005.
DAFTAR PUSTAKA Permodelan Sumber Daya
Perikanan dan Kelautan (untuk
Astuti, W. 2008. Pengelolaan dan Analisis Kebijakan). PT.
Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Layur di Perairan Palabuhan Ratu, 343 hlm.
Sukabumi, Jawa Barat. (Skripsi).
Fakultas Perikannan dan Ilmu Gulland, J. A. 1983. Fish Stok
Kelautan. Institut Pertanian Assesment : A Manual of Basic
Bogor, Bogor. 126 hlm. Methods. Chichester– New York -
Brisbane – Toronto – Singapore :
Badrudin M., Gomal H, B. Iskandar P, John Willey and Sons. 223 p.
P. Raharjo, dan R. Basuki. 1998.
Potensi dan Penyebaran Hernanto, F. 1996. Ilmu Usaha Tani.
Sumberdaya Ikan Laut di Perairan Jakarta : Penebar Swadaya. 309
Indonesia. Komisi Nasional hal.
Pengkajian Sumberdaya Stok Ikan
Laut. LIPI. Jakarta. 139-154 hlm. Rochmawati. 2004. Perbedaan Jenis
Umpan Terhadap Hasil
Dahuri, R. 2001. Pengelolaan Tangkapan Layur dengan Pancing
Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Ulur di Perairan Prigi, Kabupaten
Lautan secara Terpadu. PT. Trenggalek. (Skripsi). Fakultas
Pradnya Paramita, Jakarta. Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Dahuri, R. 2010. Meningkatkan 55 hlm.
Kesejahteraan Masyarakat
Perikanan Secara Berkelanjutan. Saputra, S.W. 2009. Buku Ajar Berbasis
http://dahuri.wordpress.com/2010/ Riset Dinamika Populasi Ikan.
02/13/meningkatkan Universitas Diponegoro,
kesejahteraan-masyarakat- Semarang.
perikanan-secara-berkelanjutan/
(15 Juli 2012). Majalah Samudra. Sari, F.W. 2008. Studi Kebiasaan
Ed. 82 Makanan Ikan Layur (Superfamili
Trichiuroidea) di Perairan

*) Penulis Penanggung Jawab 65


Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Hlm 55-66
Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt

Palabuhan Ratu, Kabupaten 7-no-1-heru.pdf (14 Juli 2012).


Sukabumi, Jawa Barat. (Skripsi). Jurnal Ekonomi Pertanian dan
Fakultas Perikannan dan Ilmu Pembangunan. 7(1): 25-30 hlm.
Kelautan. Institut Pertanian
Bogor, Bogor. 94 hlm. Widiyanto, I.N. 2008. Kajian Pola
Pertumbuhan dan Ciri
Sparre, Per dan S. C. Venema. 1999. Morfometrik-Meristik Beberapa
Introduksi Pengkajian Stok Ikan Species Ikan Layur (Superfamili
Tropis. Buku 1: Manual. Pusat Trichiuroidea) di Perairan
Penelitian dan Pengembangan Palabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa
Perikanan. Badan Penelitian dan Barat. (Skripsi). Fakultas
Pengembangan Pertanian, Jakarta. Perikannan dan Ilmu Kelautan.
438 hlm. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
94 hlm.
Susilo, H. 2010. Analisis Bioekonomi
Pada Pemanfaatan Sumberdaya Widodo, J dan Suadi. 2006. Pengelolaan
Ikan Pelagis Besar Di Perairan Sumberdaya Perikanan Laut.
Bontang. Gajahmada University Press.
http://agribisnisfpumjurnal.files.w Yogyakarta. 252 hlm.
ordpress.com/2012/03/jurnal-vol-

*) Penulis Penanggung Jawab 66

Anda mungkin juga menyukai