1
Program studi Ilmu Kelautan, FMIPA, Universitas Tanjunpura, Pontianak-
Indonesia
89
Jawa merupakan kegiatan perikanan yang di perairan Laut Natuna telah mengalami
paling produktif di Indonesia. Selama hampir peningkatan (over exploited) sebesar 2.35%
sepuluh tahun (1973 – 1983), perikanan dari nilai produksi optimal. Hal ini dise-
pelagis hanya ada di Laut Jawa. Namun, babkan adanya kelebihan input (excess
perkembangan kegiatan perikanan skala capacity) faktor produksi sehingga menye-
menengah dan besar menyebabkan adanya babkan penurunan CPUE (Catch per Unit
perluasan daerah penangkapan ikan (fishing Effort) (Budiarti et al., 2015). Perikanan
ground) hingga ke Laut Natuna Utara, purseseine di PPI Muara Angke menangkap
Tarempa, dan Pejantan (Hassan and Latun, ikan dengan komposisi hasil tangkapan
2016), dan merupakan faktor yang sampingan (by catch) lebih tinggi diban-
menyebabkan perkembangan perikanan dingkan tangkapan utama. Selain itu,
purseseine di Kalimantan Barat (Atmadja purseseine juga tergolong alat tangkap yang
dan Sadhotomo, 1995). memiliki tingkat selektivitas rendah
Pengembangan usaha perikanan bertujuan (Rambun et al., 2016). Oleh karena itu, perlu
untuk meningkatkan produksi, memenuhi adanya upaya manajemen yang tepat seperti
kebutuhan gizi masyarakat, meningkatkan penggunaan alat tangkap yang selektif dan
ekspor, dan memaksimalkan keuntungan. ramah lingkungan, pembatasan jumlah hasil
Penggunaan alat tangkap yang efektif akan tangkapan ataupun ukuran ikan hasil
meningkatkan jumlah hasil tangkapan tangkapan.
sehingga usaha perikanan dapat berjalan Alat tangkap purseseine digunakan untuk
secara efisien. Selain itu, selektivitas alat menangkap ikan pelagis seperti Tuna Mata
tangkap dan kegiatan penangkapan yang Besar (Thunnus obesus), Madidihang
ramah lingkungan juga sangat penting untuk (Thunnus albacares), Tongkol (Euthynus
menjaga kelestarian sumberdaya ikan yang affinis), Tenggiri (Scomberomorus sp.), Ca-
ada. kalang (Katsuwonus pelamis), Kembung
Peningkatan upaya perikanan tangkap (Rastrelliger sp.), Dorang/Bawal (Pampus
dengan intensitas yang tinggi maupun argentus), Layang (Decapterus sp.),
penambahan jumlah input pada peng- Tembang (Sardinella gibbosa), Selar (Atule
operasian alat tangkap purseseine dapat mate), Layur (Trichiurus sp.), Lemuru
menyebabkan penangkapan berlebih (over- (Sardinella lemuru), Lemadang (Coryphaena
fishing). Penelitian sebelumnya menyebutkan hippurus) (Suwarso et al., 2008; Rosyidah et
bahwa pemanfaatan sumberdaya perikanan al., 2009; Hartaty et al., 2012; Utomo et al.,
Gambar 2. Kapal purse seine di PPN Pemangkat (Sumber: Telussa, 2006 dengan modifikasi)
Perikanan Tangkap Purse Seine di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pemangkat ... 91
Gambar 3. Konstruksi alat tangkap purse seine di PPN Pemangkat (Sumber: Telussa, 2006
dengan modifikasi)
Komposisi ikan hasil tangkapan 2012; Utomo et al., 2013; Hidayatullah et al.,
Kapal purseseine yang dioperasikan oleh 2013; Wiyono and Hufiadi, 2014; Sahin et
nelayan di PPN Pemangkat memiliki al., 2015; Johannes et al., 2015; Rambun et
komposisi ikan hasil tangkapan yang berbeda. al., 2016) yang membentuk gerombolan
Pada saat penelitian, dilakukan pendataan (shoaling) dan berada dekat dengan
ikan hasil tangkapan KM Jala Sutera Emas, permukaan air (Ayodhyoa, 1981).
KM Cemara Laut Indah II, dan KM Florenza Alat tangkap purseseine dioperasikan
(Tabel 1). dengan bantuan alat pendeteksi keberadaan
Ikan hasil tangkapan KM Jala Sutera ikan (fish finder) dan cahaya lampu (light
Emas dalam satu kali trip penangkapan fishing) jenis merkuri untuk mengumpulkan
sebanyak 13.318 kg dengan komposisi yang ikan-ikan ke area penangkapan (Sudirman
lebih beragam dan ikan Tembang memiliki and Mallawa, 2004) yang bersifat fototaksis
komposisi paling tinggi (43,84%) dari total positif. Metode penangkapan dengan meng-
hasil tangkapan. Komposisi jenis ikan hasil gunakan cahaya merupakan bentuk umpan
tangkapan KM Cemara Laut Indah II dan optik untuk menarik dan memusatkan ikan
KM Florenza lebih sedikit dibandingkan KM ke suatu titik, terutama alat tangkap yang
Jala Sutera Emas. Namun, total tangkapan dioperasikan pada malam hari (Arimoto et
kedua kapal tersebut dalam satu kali trip al., 2011). Mata ikan tidak dapat menerima
penangkapan lebih besar. Pada KM Cemara semua jenis cahaya, tetapi hanya dapat me-
Laut Indah II, ikan Layang dan Tembang nangkap cahaya dengan panjang gelombang
memiliki persentase yang hampir sama yaitu antara 400-750 nanometer. Tingkah laku
46,81% dan 45,39% sedangkan KM Florenza ikan yang cenderung berkumpul di sekitar
ikan Layang memiliki persentase paling sumber cahaya ini dimanfaatkan oleh ne-
tinggi (50,4%). layan untuk melakukan aktivitas penang-
kapan. Tingkat gerombolan dan respon ikan
3.2 Pembahasan terhadap sumber cahaya dipengaruhi oleh
Purseseine merupakan alat tangkap yang faktor ekologi, karakteristik fisik sumber
dominan digunakan oleh nelayan di PPN cahaya (intensitas, warna, dan panjang
Pemangkat dan dikenal dengan nama pukat gelombang), dan kondisi phylogenetic
“lengkong”. Alat tangkap ini tergolong spesies ikan (Mallawa et al., 1991; Wiyono,
kelompok jaring lingkar (surrounding nets) 2006).
dan digunakan untuk menangkap ikan Purseseine di PPN Pemangkat diope-
pelagis (Martasuganda et al., 2004). Selain rasikan menggunakan kapal dengan kekuatan
itu, purseseine termasuk alat tangkap yang rata-rata 51-100 GT dan mesin dengan
agresif (Sainsbury, 1996). Pada umumnya, kekuatan rata-rata 180 PK. Ukuran dimensi
hasil tangkapan purseseine adalah jenis ikan kapal berpengaruh terhadap kekuatan,
pelagis kecil (Suwarso et al., 2008; Rosyidah kecepatan, dan stabilitas kapal perikanan
et al., 2009; Hartaty et al., 2012; Wiyono, (Tangke, 2010). Mulyanto et al. (2010) me-
Perikanan Tangkap Purse Seine di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pemangkat ... 93
nyatakan bahwa mesin dengan kekuatan Komposisi jenis ikan hasil tangkapan
yang besar dapat menunjang kapal dalam dapat digunakan sebagai indikator
mencapai daerah penangkapan ikan yang selektivitas alat tangkap. Pada tahun 1995,
jauh. Selain itu, kapal membutuhkan waktu FAO mengeluarkan CCRF (Code of Conduct
yang singkat untuk melingkarkan jaring pada for Responsible Fisheries), menyebutkan
gerombolan ikan sehingga aktivitas penang- bahwa alat tangkap dengan hasil tangkapan
kapan dapat lebih efektif dan efisien. kurang dari tiga spesies dapat digolongkan
Daerah penangkapan (fishing ground) sebagai alat tangkap yang selektif (FAO,
purseseine nelayan PPN Pemangkat berada 1995). Selektivitas alat tangkap juga dapat
di Pulau Natuna hingga ke Pulau Seraya. dikaitkan dengan ukuran mata jaring (mesh
Perairan Pulau Natuna merupakan perairan size). Menteri Kelautan dan Perikanan
laut dangkal dengan kedalaman sekitar 100 membentuk Permen KP Nomor 42 Tahun
m dan memiliki potensi sumberdaya ikan 2014 Pasal 22 mewajibkan alat tangkap
pelagis kecil sebesar 1,84 ton/km3 purseseine yang dioperasikan di Laut Jawa
(Bakosurtanal, 1998). Daerah penangkapan harus memiliki mesh size ≥1 inchi.
ikan yang semakin meluas diiringi dengan Purseseine dengan ukuran mata jaring yang
peningkatan ukuran kapal dan ukuran besar dapat memberikan peluang bagi ikan
volume palka penyimpanan hasil tangkapan. target yang matang gonad untuk dapat
Hal ini menyebabkan jumlah hari trip bereproduksi dan memijah, serta ikan yang
penangkapan, kebutuhan bahan bakar, dan masih kecil dapat tumbuh dan berkembang.
perbekalan semakin meningkat. Pemanfaatan Charles (2001) menyatakan bahwa usaha
sumberdaya ikan pelagis di Laut Natuna perikanan tangkap dapat berjalan secara
Utara yang mengalami peningkatan dari berkelanjutan apabila stok sumberdaya ikan
tahun ke tahun menyebabkan penurunan yang ada di daerah penangkapan juga dalam
CPUE (Catch per Unit Effort) (Purwanto and kondisi sustainable.
Nugroho, 2011; Budiarti et al., 2015). Hasil Usaha yang dapat dilakukan untuk
penelitian terdahulu menyebutkan faktor- menjaga stok sumberdaya ikan tetap lestari
faktor yang dapat mempengaruhi total antara lain dengan menentukan nilai MSY
produksi antara lain panjang kapal, lama trip (Maximum Sustainable Yield), membatasi
operasi penangkapan, bahan bakar dan jumlah tangkapan di bawah nilai MSY,
kebutuhan es, serta biaya produksi untuk membatasi jumlah usaha penangkapan dan
perbekalan (Wiyono and Hufiadi, 2014). jumlah ikan tangkapan sampingan (by catch)
Selain itu, penangkapan ikan non-target (by (Worm et al., 2009). Selain itu, diperlukan
catch) menjadi faktor utama penurunan rencana pengelolaan sumberdaya perikanan
populasi (Lewison et al., 2004). Peningkatan untuk menjaga stok di alam secara
jumlah tangkapan ikan non-target dapat berkelanjutan (Hilborn, 2011).
menyebabkan dampak negatif bagi industri
perikanan dan juga fungsi ekosistem laut 4. Kesimpulan
(Hall et al., 2000; Sanchez et al., 2004; Alat tangkap purse seine yang dioperasikan
Kumar and Deepthi, 2006). Sumber daya nelayan di PPN Pemangkat terdiri dari
perikanandi laut yang bersifat open acces bagian sayap dan badan, terbuat dari bahan
memberikan kesempatan bagi siapapun PVA multifilamen, dan dioperasikan
untuk dapat memanfaatkannya dan menggunakan kapal dengan kekuatan
mendapatkan keuntungan. rata-rata 51-100 GT. Satu kali trip
Hasil identifikasi ikan menunjukkan penangkapan, nelayan berada di laut selama
bahwa purseseine di PPN Pemangkat dapat 10-20 hari dalam satu kali trip dan jumlah
menangkap jenis ikan yang beragam. Hal ini tebar jaring (setting) sebanyak 15-20 kali per
disebabkan karena perairan di daerah tropis trip dengan rata-rata jarak dari fishing base
bersifat multi spesies (Sarmintohadi, 2002). adalah 100-135 mil. Daerah penangkapan
Berdasarkan jumlah tangkapan, ikan Layang ikan meliputi Laut Natuna Utara, perairan
(Decapterus sp.), Selar (Atule mate), dan Pulau Subi, Pulau Midai, Pulau Panjang,
Tembang (Sardinella gibbosa) merupakan hingga ke perairan Pulau Seraya. Komposisi
ikan hasil tangkapan utama. Selain itu, ikan hasil tangkapan adalah ikan Layang,
purseseine juga memiliki ikan hasil Selar, Tongkol Komo, Tongkol Abu-abu,
tangkapan sampingan (by-catch) seperti ikan Layur, Kembung, Bawal Hitam, dan
Tongkol (Euthynnus sp.) (Rambun et al., Tembang.
2016).
Perikanan Tangkap Purse Seine di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pemangkat ... 95
Telussa, R.F. 2006. Efektivitas Bagan Apung di
Perairan Waai, Pulau Ambon. [Tesis]. Bogor:
Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Utomo, M.T.S., S.S. Djasmani, H. Saksosno, dan
Suadi. 2013. Analisis Usaha Purse Seine di
Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. Jurnal
Perikanan. 15(2): 91-100.
Wiyono, S. 2006. Menangkap Ikan menggunakan
Cahaya. Artikel IPTEK bidang Biologi,
Pangan, dan Kesehatan.
http://www.easierbutnotsimplier.com/. Diakses
25 September 2018.
Wiyono, E.S. 2012. Analisis Efisiensi Teknis
Penangkapan Ikan menggunakan Alat Tangkap
PurseSeine di Muncar, Jawa Timur. J. Tek.
Industri. Pert. 22(3): 164-172.
Wiyono, E.S. and Hufiadi. 2014. Optimizing
Purse Seine Fishing Operation in the Java Sea,
Indonesia. AACL BIOFLUX. 7(6): 475-482.
Worm, B., R. Hilborn, J.K. Baum, T.A. Branch,
J.S. Collie, C. Costello, and M.J. Fogarty.
2009. Rebuilding Global Fisheries. Sciences.
325: 578-585.