Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis Vol.

IX-2, Agustus 2013

DAERAH PENANGKAPAN IKAN TUNA (Thunnus sp.)


DI SANGIHE, SULAWESI UTARA
(Tuna fishing ground in Sangihe, North Sulawesi)

Joneidi Tamarol 1 dan Julius Frans Wuaten 1


1
Program Studi Teknologi Penangkapan Ikan, Politeknik Negeri Nusa Utara, Sulawesi Utara.

Penelitian ini bertujuan memetakan dan menginventarisir hasil tangkapan pancing tangan di
Perairan Sangihe pada sembilan lokasi penangkapan ikan. Penangkapan ikan tuna di Perairan Sangihe
terutama dengan menggunakan pancing tangan (tuna handline) yang oleh nelayan lokal dinamakan latage.
Sarana tangkap yang biasa digunakan adalah perahu katir tipe pelang 3–5 HP; perahu katir tipe pumpboat 150
HP; kapal tipe lambut 150 HP. Hasil tangkapan perahu pelang yaitu tuna sirip kuning 2 ekor; perahu
pumpboat yaitu cakalang 100 ekor dan panitang 402 ekor; kapal lambut yaitu madidihang 102 ekor; tuna
mata besar 2 ekor. Madidihang paling tinggi tertangkap pada posisi geografis 3 º47'N–125 º19'E (ponton
Marcopolo 03), sedangkan cakalang paling tinggi tertangkap pada posisi geografis 3 º39'N–125 º12'E
(ponton Kendahe).

Kata Kunci: tuna, penangkapan ikan, pancing tangan, latage, posisi geografis

This study aims to map and to inventory the hand fishing catches in the waters of the Sangihe at nine
fishing locations. Tuna fishing in the waters of the Sangihe mainly uses handlines (tuna handline) which is called
latage by local fisherman. Fishing vessels used to catch tuna were pelang type 3–5 HP outrigger boats, pumpboat
type 150 HP outrigger boat and lambut type 150 HP boats. The fish catches by each boat types were 2 yellow
fin tunas by the pelang boats; 100 skipjacks and 402 panitangs by the pumpboat boats; and 102 yellow fin tunas
and 2 big eye tunas by lambut boats. Highest number of yellowfin tunas was caught in the geographical position
of 3º47'N–125º19'E (Marcopolo 03 pontoon) and while the highest number of skipjacks was caught in the
geographical position of 3º39'N–125º12'E (Kendahe pontoon).

Keywords: tuna, fishing, handline, latage, geographical position

PENDAHULUAN terkait menyatakan bahwa produksi perikanan laut


di Kabupaten Kepulauan Sangihe yakni jenis tuna
Ikan tuna (Thunnus sp.) merupakan salah
mata besar (Thunnus obesus) sebesar 18,30 ton;
satu jenis ikan ekonomis penting di dunia dan me-
cakalang (Katsuwonus pelamis) 304,20 ton; madi-
rupakan perikanan terbesar ketiga di Indonesia se-
dihang (Thunnus albacores) 115,9 ton; albakora
telah udang dan ikan dasar. Selain memiliki harga
(Thunnus alalunga) 11,1 ton; tuna sirip biru selatan
yang relatif mahal bila dibandingkan dengan harga
(Thunnus maccoyii) 2,00 ton. Jumlah armada tang-
komoditas perikanan lainnya, permintaan pasar un-
kap kapal bermotor sebanyak 126 unit dan perahu
tuk komoditi ini terus meningkat terutama oleh ne-
bermotor sebanyak 716 unit yang mengoperasikan
geri Jepang. Mahyuddin (2012), menyatakan de-
alat tangkap rawai tuna 249 unit; rawai hanyut lain
ngan ditetapkannya komoditas tuna sebagai proyek
342 unit; huhate 4 unit; pancing tonda 4.820 unit
percontohan industrialisasi perikanan tangkap me-
(Anonymous, 2010).
miliki alasan bahwa industrialisasi perikanan tuna
Penangkapan ikan tuna terutama untuk je-
sangat penting dalam penyerapan tenaga kerja dan
nis tuna madidihang, tuna mata besar dan cakalang
mendukung pasokan industri domestik serta mem-
antara lain dengan menggunakan alat tangkap pan-
perkuat pasar internasional.
cing tuna (tuna handline) dengan alat bantu penang-
Industri perikanan tuna di samudra Pasifik
kapan rumpon ataupun ponton. Habibi, et al. (2011),
khususnya wilayah Indonesia dengan basis Perair-
menyatakan bahwa penangkapan dilakukan ketika
an Sulawesi Utara telah berkembang sejak puluhan
ikan tuna berada di dekat permukaan air dengan
tahun silam. Beberapa jenis alat tangkap ikan yang
mengikuti atau memotong jalur pergerakannya.
banyak digunakan untuk menangkap tuna antara
Sarana penangkapan yang digunakan da-
lain huhate (pole and line), pukat cincin (purse
lam mengoperasikan pancing tangan ini yaitu pe-
seine), jaring insang hanyut (drift gill net), rawai
rahu tipe lambut bermesin dalam (inboard) dan
tuna (tuna long line) dan pancing tangan (hand line).
perahu katir tipe pumpboat. Tingkat eksploitasi
Salah satu wilayah potensial penangkapan ikan tu-
ikan tuna di Sangihe dalam beberapa tahun ini me-
na yakni wilayah Perairan Sangihe. Data instansi
ningkat tajam, seiring dengan adanya ekspansi

54
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JPKT
Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis Vol. IX-2, Agustus 2013

pembelian bahan baku tuna segar dari industri peri- Penelitian ini menggunakan metode survei
kanan yang berpangkalan di Kota Bitung, Sulawesi dan observasi langsung. Survei dilakukan untuk
Utara. Ikan tuna tangkapan nelayan lokal dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder
alat tangkap pancing tangan umumnya dibeli oleh (Singarimbun, 1989). Data primer diperoleh de-
pedagang pengumpul yang merupakan perpanjang- ngan cara mengikuti langsung operasional penang-
an tangan dari industri perikanan. Penangkapan ikan kapan ikan pada tiga jenis armada penangkap ikan.
tersebut dilakukan pada perairan lepas Sangihe di Pencatatan jumlah, jenis ikan hasil tangkapan dan
sekitar lokasi rumpon/ponton yang banyak tersebar posisi geografis dilakukan pada setiap armada alat
di wilayah tersebut. tangkap pancing yang diikuti. Data sekunder be-
Peralatan navigasi untuk menemukan loka- rupa potensi perikanan, jumlah alat tangkap pan-
si rumpon/ponton dengan menggunakan kompas cing tuna, harga ikan tuna dan upaya penangkapan
dan Global Positioning System (GPS). Penggunaan diperoleh dari berbagai instansi seperti Dinas Ke-
GPS ini menjadi suatu hal mutlak bagi nelayan ka- lautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Sa-
rena mempermudah tujuan ke daerah penangkapan ngihe, Badan Pusat Statistik, studi literatur dan se-
ikan, sehingga mengurangi pemakaian bahan bakar baran kuesioner.
dan waktu. Pemanfaatan teknologi ini di wilayah Peralatan dan bahan pendukung pada peneli-
perairan Sangihe masih terhambat dikarenakan be- tian ini yakni perahu tipe pelang bermotor dan ka-
lum adanya kerjasama yang baik diantara pihak pal bermotor untuk transportasi ke lokasi penang-
terkait dengan nelayan. Nelayan pada umumnya kapan ikan; alat tangkap pancing tangan yang di-
keberatan untuk memberitahukan daerah tangkap- miliki oleh nelayan lokal untuk menangkap ikan
an ikan mereka sedangkan di sisi yang lain, pihak tuna; GPS Garmin tipe E-trex untuk menentukan
instansi terkait yang bertugas menginformasikan posisi geografis lokasi penelitian; perangkat lunak
daerah tangkapan potensial sangat membutuhkan Map Source, Arch View GIS 3.3 dan Google Earth
informasi ini sebagai kebenaran cek lapangan dari untuk memetakan daerah penangkapan ikan; peta
pemetaan daerah tangkapan yang telah dihasilkan. laut No. 403 Kepulauan Sangihe.
Karnan (2009), menyatakan apabila informasi kon-
disi sumberdaya pesisir di suatu kawasan dapat di- HASIL DAN PEMBAHASAN
perkirakan misalnya peta daerah tangkapan yang
Alat tangkap pancing tuna oleh masyarakat
dihasilkan dilengkapi dengan data yang lengkap
nelayan Sangihe dikenal dengan nama lokal latage,
dari lapangan, maka formulasi pengelolaan sum-
sehingga operasional penangkapan ikan tuna ini
berdaya ini secara berkelanjutan akan lebih mudah
sering dinamakan melatage. Peningkatan efektifitas
dilakukan.
dan produktivitas hasil tangkapan dilakukan de-
Informasi ilmiah tentang daerah penang-
ngan cara memodifikasi konstruksi. Modifikasi
kapan ikan tuna di Perairan Sangihe belum terse-
operasional penangkapan ikan dilakukan dengan
dia. Oleh karena itu, perlu untuk melakukan pene-
cara menyuntikan ekstrak cumi-cumi (cisabu) pada
litian tentang pemetaan daerah penangkapan ikan
umpan yaitu ikan layang (Decapterus sp.) sebagai
tuna yang tertangkap dengan pancing tangan di wi-
media atraktor. Secara umum konstruksi pancing
layah Perairan Sangihe. Penelitian ini bertujuan
tuna terdiri dari penggulung tali pancing, tali utama,
untuk memetakan daerah penangkapan ikan tuna
tali cabang, pemberat, kili-kili, mata kail dengan
dengan alat tangkap pancing di Perairan Sangihe
uraian sebagai berikut:
dan mengidentifikasi jenis-jenis ikan tuna yang ter-
1. Tali utama, berfungsi untuk dapat mengikatkan
tangkap berdasarkan posisi geografis daerah pe-
pemberat dan tali cabang berbahan Polyamide
nangkapan ikan. Hasil penelitian ini diharapkan
monofilament (PA mono) no. 170, 435 m.
akan dapat memberikan informasi ilmiah yang ber-
2. Tali cabang, ada dua jenis tali yang dipakai, yang
manfaat tentang lokasi daerah penangkapan ikan
pertama berfungsi sebagai tempat untuk mengi-
tuna yang potensial dan sebagai salah satu bahan
katkan mata kail, sedangkan yang kedua untuk
pertimbangan dalam penentuan kebijakan perikan-
membuat cisabu pecah dari kantong plastik. Ke-
an tangkap.
dua tali cabang ini memiliki ukuran yang tidak
sama. Nomor 150 untuk tali yang digunakan me-
METODE PENELITIAN
ngikat mata kail sedangkan yang satunya berno-
Penelitian ini dilaksanakan di lokasi penang- mor 40.
kapan ikan tuna dengan alat tangkap hand line, ya- 3. Pemberat yang digunakan ada dua macam, yai-
itu perairan Kendahe, perairan Pulau Lipang dan tu timah sebagai pemberat pancing dan batu se-
sekitarnya pada bulan Oktober–Desember 2012.

55
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JPKT
Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis Vol. IX-2, Agustus 2013

bagai pemberat sementara dan tempat untuk 1. Perahu katir bermesin dalam tipe pelang dengan
meletakkan potongan ikan umpan. daya pendorong 5 HP dengan tenaga kerja 1–
4. Kili-kili terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama 2 orang. Dimensi utama panjang 8,5 m, lebar
dan kedua letaknya pada pemberat yang ber- 0,90 m dan tinggi 0,85 m, dengan palka terbu-
fungsi untuk menyambungkan tali dengan pem- ka. Waktu tempuh rata-rata ke lokasi penang-
berat. Sedangkan bagian yang ketiga berfungsi kapan ikan 2–3 jam.
untuk menyambungkan tali cabang ke tali utama. 2. Perahu katir bermesin dalam tipe pumpboat de-
5. Mata kail, berfungsi sebagai tempat mengaitkan ngan daya pendorong 150 HP 6 silinder. Tena-
umpan yang digunakan. Mata kail yang dipakai ga kerja sebanyak 5–6 orang. Dimensi utama
bernomor 12 (cicago) yang terbuat dari besi. panjang 11 m, lebar 2,32 m dan tinggi 2,80 m.
6. Penggulung tali pancing, berfungsi sebagai tem- Memiliki 2 buah palka yang berisi es. Waktu
pat menata tali pancing. tempuh untuk sampai ke lokasi penangkapan
Desain grafis dan spesifikasi alat tangkap ikan yaitu 2–3 jam.
ini dapat dilihat pada Gambar 1 dan Tabel 1. 3. Perahu/kapal bermesin dalam tipe lambut de-
a (10 cm) ngan daya pendorong Mitsubishi 150 HP, 31 GT.
b (42 mm) Tenaga kerja 7–10 orang. Dimensi utama pan-
jang 22,5 m, lebar 2,60 m dan tinggi 2,80 m.
c (420 m)
Selanjutnya, jenis dan jumlah armada pe-
nangkap milik nelayan lokal yang mengusahakan
Keterangan : alat tangkap pancing tuna di kawasan penelitian
20 cm
a. Lebar penggulung tali pancing serta pangkalannya disajikan dalam Tabel 2 berikut
d (55 cm) 15 cm b. Diameter penggulung tali ini.
pancing
35 cm c. Panjang tali utama ke kili-kili Tabel 2. Jenis, jumlah dan pangkalan armada pe-
pemberat. nangkap ikan.
d. Panjang total pemberat
e. Panjang tali utama ke 2 dari Table 2. Type, amount and port base of fishing boat.
kili-kili ke 2 (pemberat) ke kili- Tipe ∑
Pangkalan
e (15 m) kili 3. perahu (unit)
f. Panjang tali anak dari kili-kili Lambut 2 Kendahe, Tahuna
f (15 m) ke 3 sampai mata kail Pumpboat 4 Nusa Tabukan, Kendahe, Tahuna
g (25 cm) g. Panjang tali cabang ke 2 untuk
Pelang 22 Kendahe, Tahuna, Nusa Tabukan
menusuk cisabu
Sumber: data penelitian 2012.
Gambar 1. Desain grafis alat tangkap pancing
tuna. Pengoperasian pancing tuna meliputi tahap
Figure 1. Design of tuna handline fishing gear. persiapan, pencarian daerah penangkapan ikan, pe-
Tabel 1. Spesifikasi alat tangkap pancing tuna. nurunan alat tangkap dan pengangkatan/penarikan
Table 1. Specification of tuna handline fishing alat tangkap. Tahap persiapan yang dilakukan ter-
gear. diri dari persiapan perbekalan melaut, umpan, pe-
meriksaan peralatan, bahan bakar, es dan pemberat
Material

Panjang
Nomor
Bagian

Merek

(mm)

(mm)

batu. Selain itu kondisi laut, arah angin dan posisi



kapal merupakan hal mutlak yang harus diperhati-
Penggulung Kayu - - 42 100 1 kan dalam menuju daerah penangkapan ikan. Untuk
tali armada yang telah memiliki alat bantu rumpon (Fish
Tali PA dolphin 170 3 43.500 1 Aggregating Device/FAD), penjaga rumpon akan
utama mono
Tali PA 150 2 1.500 2
memberikan tanda apabila dapat melakukan operasi
cabang mono 40 1 250 penangkapan ikan. Untuk armada penangkap yang
Swivel FE - 14 60 3 tidak memiliki rumpon biasanya menambatkan pe-
Mata FE cicago 11 45 45 1 rahunya pada rumpon/ponton dengan persetujuan
kail penjaga rumpon tersebut terlebih dahulu.
Pemberat Timah rtex - - 150 1
Batu - - - - 1 Proses pemancingan dilakukan setelah pe-
Sumber: data penelitian 2012. nyediaan umpan. Umpan ikan layang akan dipo-
tong menjadi dua bagian, bagian yang pertama di-
Armada penangkapan ikan yang digunakan
potong-potong menjadi beberapa bagian, sedang-
oleh nelayan dalam pengoperasian alat tangkap ini
kan bagian yang kedua tidak dipotong melainkan
dapat dikategorikan dalam 3 jenis armada berda-
dikaitkan di mata kail bersama cisabu. Mata kail
sarkan bentuk dan tipe penggeraknya, yaitu:
yang telah diberi umpan dilingkarkan pada batu
bersama cisabu dengan tali cabang kedua dan juga

56
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JPKT
Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis Vol. IX-2, Agustus 2013

potongan-potongan ikan yang lainnya. Selanjutnya rena pada sebagian besar wilayah tersebut banyak
para awak kapal akan menurunkan pancing terse- ditemukan rumpon dan ponton sebagai media pe-
but hingga mencapai kedalaman tertentu (± 80– ngumpul ikan dan juga penghadang ruaya ikan
100 m). Menggerakkan tali pancing dengan cara di- target. Intensitas penangkapan ikan terutama di-
sentak-sentak atau ditarik dan diturunkan secara lakukan pada saat musim ikan yaitu selang bulan
berirama. Tali pancing ditarik agar supaya batu Maret–November. Posisi geografis daerah penang-
bisa terlepas dan cisabu bisa pecah berhamburan kapan ikan tuna dengan menggunakan alat tang-
dari plastik. Pecahnya cisabu ini akan menarik per- kap pancing tuna disajikan pada Tabel 3.
hatian ikan target untuk memakan umpan yang ber- Tabel 3. Posisi geografis daerah penangkapan
hamburan tersebut. Penarikan tali pancing dilaku- ikan Tuna.
kan sampai nelayan merasakan apabila sudah ada Table 3. Geographic positions of tuna’s FADs.
tarikan ikan yang memakan umpan tersebut maka Nama Posisi
tali pancing disentak dan secepatnya ditarik ke ka- No rumpon/ Lintang Bujur Ket.
pal. Penarikan pancing dilakukan hingga pemberat ponton Utara Timur
1. 126 3057’ 125015’ Ponton
sudah berada di atas kapal, pemberat tersebut dipi- 2. Marcopolo 03 0
3 47’ 125019’ Ponton
sahkan dari kumpulan tali agar memudahkan pro- 3. Marcopolo 33 0
3 47’ 125018’ Ponton
ses pemancingan selanjutnya. Setelah ikan muncul 4. Talawid 3044’ 125018’ Rumpon
0
di permukaan dan dekat dengan kapal, maka pe- 5. Sri 08 3 39’ 125017’ Rumpon
mancing lainnya memukul kepala ikan dan diang- 6. Lipang 3052’ 125018’ Ponton
0
7. Kendahe 3 40’ 125012’ Ponton
kat dengan menggunakan ganco. Ikan yang telah 8. Malebur 1 0
3 39’ 125013’ Rumpon
berhasil dinaikkan ke kapal, dibersihkan dengan air 9. Malebur 2 3045’ 125012’ Rumpon
laut dan dimasukkan ke bak penampung (palka). Sumber: data penelitian, 2012.
Selanjutnya pancing tersebut diulurkan kembali Hasil tangkapan diperoleh yaitu dari pera-
ke laut untuk pengoperasian selanjutnya. Lama hu katir tipe pelang bermesin dalam (inboard) 5 PK
pengoperasian penangkapan tergantung pada ban- adalah tuna jenis tuna sirip kuning/madidihang
yaknya ikan yang akan memakan umpan dan kon- (Thunnus albacores) sebanyak 2 ekor dengan pan-
disi laut pada saat pemancingan. jang cagak masing-masing 32 dan 34 cm; dari ar-
Rumpon dan ponton adalah salah satu jenis mada penangkap perahu katir tipe pumpboat ber-
alat bantu penangkapan ikan yang dipasang di laut, mesin dalam (inboard) 150 PK sebanyak 502 ekor,
baik laut dangkal maupun laut dalam untuk mena- yang terdiri dari 100 ekor cakalang (Katsuwonus
rik gerombolan ikan agar berkumpul di sekitar alat pelamis), dan 402 ekor panitang. Cakalang yang
ini, sehingga ikan mudah ditangkap. Ponton berbe- tertangkap memiliki rata-rata panjang 16,5 cm; dari
da dengan rumpon dalam hal konstruksi pada me- perahu tipe lambut bermesin dalam (inboard) 150
dia pengapung yang terbuat dari besi berbentuk PK sebanyak 104 ekor, yang terdiri dari 102 ekor
seperti torpedo. Daya tahan ponton di laut lebih la- madidihang; 2 ekor lainnya adalah tuna mata besar
ma dibandingkan dengan rumpon. (Thunnus obesus). Pengukuran panjang tubuh ikan
Dilihat dari kedalaman lokasi pemasangan yang tertangkap (FL) yaitu madidihang yang ter-
rumpon/ponton milik masyarakat nelayan Sangihe tangkap pada panjang 145–168 cm; Tuna mata
termasuk kategori laut dalam. Umumnya, status ke- besar yang tertangkap masing-masing memiliki
pemilikannya dimiliki oleh pengusaha perikanan panjang 181 cm dan 180 cm. Penguluran mata pan-
yang mengusahakan alat tangkap pukat cincin dan cing pada kedalaman 240 m tertangkap madidihang
pancing tangan. sebanyak 54 ekor; kedalaman 150 m tertangkap
Jenis alat tangkap yang menggunakan rum- 1 ekor; kedalaman 255 m tertangkap 3 ekor; tuna
pon untuk diadakan operasi penangkapan ikan tertangkap sebanyak 1 ekor pada kedalaman 180 m
adalah pukat cincin dan pancing tangan. Status dan tertangkap 1 ekor lainnya pada kedalaman
kepemilikan ponton tersebut adalah dimiliki oleh 200 m.
pengusaha perikanan yang berpangkalan di Tahuna Hasil tangkapan tersebut dianalisa berda-
dan sebagian lainnya adalah milik nelayan Fili- sarkan sebaran alat bantu penangkapan ikan yang
pina. Penempatan rumpon dan ponton yang masuk disajikan pada Tabel 4. Secara umum wilayah pe-
di wilayah perairan Laut Sulawesi kadangkala me- nangkapan ikan tuna terkonsentrasi pada bagian
micu polemik diantara para nelayan lokal dan ne- barat Perairan Sangihe, hal tersebut dapat dilihat
layan asing. Daerah penangkapan ikan tuna di Per- dengan banyaknya rumpon/ponton pada daerah ter-
airan Sangihe umumnya dilakukan pada bagian sebut. Banyaknya alat bantu ini pada kawasan ter-
barat Perairan Sangihe. Hal ini bisa dimaklumi ka- sebut amat dimungkinkan karena berdasarkan pe-

57
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JPKT
Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis Vol. IX-2, Agustus 2013

nuturan pemilik usaha penangkapan ikan bahwa pon/ponton yaitu adalah jumlah perahu/armada
kawasan tersebut merupakan alur migrasi ikan tuna penangkap ikan yang menambatkan armadanya
yang telah dikenal cukup lama, selain itu keadaan pada alat bantu tersebut. Jumlah armada yang ber-
topografi perairan yang amat dalam dan curam. operasi di rumpon/ponton tersebut yaitu 7–8 arma-
Tabel 4. Sebaran hasil tangkapan pancing tuna
da, jumlah tersebut relatif banyak bila dibanding-
pada FAD. kan di rumpon/ponton yang lain yang hanya ber-
Table 4. Distribution of tuna catches by FADs. kisar 3–4 armada. Tidak adanya batasan jelas jum-
Nama rumpon/ Hasil tangkapan Jumlah lah armada tangkap yang boleh tambat pada setiap
No
ponton ikan (ekor) alat bantu penangkapan ikan, turut memicu intensi-
1. 126 Madidihang 20 tas penangkapan yang tinggi pada daerah tersebut.
2. Marcopolo 03 Madidihang 43
3. Marcopolo 33 Madidihang 7
Beberapa faktor pembatas yang umum di-
4. Talawid Madidihang 9 temui dalam pengoperasian alat tangkap pancing
5. Sri 08 Madidihang 20 tuna dengan menggunakan media rumpon/ponton
Tuna mata besar 1 untuk nelayan kecil yang menggunakan perahu
6. Lipang Cakalang 34 tipe pelang yaitu waktu melaut yang singkat (one
7. Kendahe Cakalang 44
8. Malebur 1 Cakalang 23 day fishing) karena keterbatasan sarana penunjang
9. Malebur 2 Cakalang 12 yang ada di atas armada.
Sumber: data penelitian, 2012. Perairan Kendahe dan Perairan Lipang me-
Arifin (2008), melaporkan bahwa tuna me- rupakan daerah potensial untuk penangkapan ikan
rupakan jenis ikan yang masuk dalam kelompok tuna, cakalang dan sebagainya. Perairan tersebut
ruaya ikan yang muncul sedikit di atas lapisan ter- banyak dijumpai rumpon dan ponton milik nelayan
moklin pada siang hari dan akan beruaya ke lapis- Sangihe dan milik nelayan Philiphina. Banyaknya
an permukaan pada sore hari. Sedangkan pada ma- alat bantu penangkapan ikan tersebut secara tidak
lam hari akan menyebar diantara lapisan permu- langsung berdampak pada banyaknya armada pe-
kaan dan termoklin. Fenomena tersebut diterapkan nangkap ikan dikawasan tersebut. Sebagai wilayah
oleh nelayan dengan mengoperasikan alat tangkap potensial penangkapan ikan, keberadaan alat bantu
pada siang hingga menjelang sore hari. Aktivitas penangkapan ikan tersebut membuat intensitas
waktu penangkapan ikan paling banyak dilakukan penangkapan ikan di kawasan tersebut menjadi
pada waktu tersebut, terutama pada alat bantu yang tinggi.
tidak memiliki alat penerang. Dari komposisi target spesies dan ukuran
Wilayah penangkapan ikan pada posisi panjang tubuh ikan, maka alat tangkap pancing
geografis 3o47’LU-125o19' BT (ponton marcopolo tuna memenuhi kriteria keramahan alat tangkap,
03) memberikan hasil tangkapan yang lebih tinggi dimana yang tertangkap adalah ikan-ikan yang
bila dibandingkan dengan wilayah tangkapan yang berukuran besar dan setidaknya pernah memijah.
lain terutama untuk hasil tangkapan madidihang. Panjang cagak ikan yang tertangkap yang paling
Gambaran tersebut menandakan bahwa efektifitas besar untuk jenis madidihang yaitu 75 cm dan ter-
penangkapan ikan jenis tersebut pada wilayah ter- kecil yaitu 63 cm. Panjang cagak tuna mata besar
sebut sangat tinggi. Hal ini bisa terjadi karena bila yang tertangkap yaitu 78 cm. Ukuran panjang ca-
dibandingkan dengan lokasi yang lain, jumlah ar- gak yang paling besar tertangkap untuk jenis ca-
mada yang bertambat pada lokasi tersebut menca- kalang yaitu 65 cm dan yang terkecil yaitu 38 cm.
pai 7–8 armada, selain karena faktor dekat dengan Ketahanan mutu kesegaran ikan dari se-
pangkalan juga karena lebih mudah ditemui ketika tiap armada penangkapan ikan juga turut membe-
berangkat dari pangkalan wilayah Kendahe. rikan andil terhadap kualitas hasil tangkapan. Hal
Wilayah penangkapan ikan pada posisi ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Mahyuddin
geografis 3 o40’LU-125 o12’BT (ponton kendahe) (2012), bahwa produktivitas para nelayan Indo-
yang banyak digunakan oleh nelayan Nusa Ta- nesia hingga saat ini masih tergolong rendah, hal
bukan memberikan hasil tangkapan yang tinggi ini disebabkan oleh penggunaan armada perikanan
untuk komoditi cakalang. Ponton tersebut ditam- yang secara nasional masih didominasi oleh kapal
batkan oleh 2–3 armada penangkapan ikan sehing- berukuran kecil, yaitu perahu tanpa motor, perahu
ga tingkat penggunaan ponton tersebut kurang bila motor tempel dan kapal ikan berukuran 0,5–3 gross
dibandingkan daerah lain yang hasil tangkapan tonnage (GT). Kelemahan dari penggunakan arma-
utamanya jenis cakalang. da kecil antara lain para nelayan memiliki hari la-
Salah satu faktor yang mempengaruhi ba- yar yang singkat (one day fishing), daya tampung
nyaknya hasil tangkapan yang didapat pada rum- ikan hasil tangkapan yang kecil, kualitas ikan yang

58
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JPKT
Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis Vol. IX-2, Agustus 2013

kurang terjaga atau tingginya tingkat kehilangan dengan menangkap ikan di rumpon dan ponton
mutu (losses), yang berakibat pada daya jual yang mereka dapat menghemat pemakaian bahan bakar
rendah, sementara biaya produksi terus meningkat. minyak. Penangkapan ikan disekitar rumpon dan
Menurut Atapattu (1991) yang diacu da- ponton ternyata lebih efektif bila dibandingkan
lam Satria (2010), menyatakan bahwa penggunaan dengan usaha nelayan mencari gerombolan ikan.
rumpon sebagai alat bantu penangkapan mempu- Dari segi produksi yang dihasilkan oleh nelayan,
nyai tujuan utama untuk meningkatkan laju tang- produktifitas hasil tangkapan nelayan yang me-
kap dengan pengurangan biaya produksi, mengu- nambatkan perahu mereka di rumpon dan ponton
rangi waktu untuk mencari gerombolan ikan se- lebih produktif jika dibandingkan dengan mereka
hingga mengurangi biaya operasi kapal, mening- mencari gerombolan ikan di laut bebas.
katkan efisiensi penangkapan serta memudahkan
operasi penangkapan ikan yang berkumpul di se-
kitar rumpon. Jenis ikan yang tertangkap oleh pu- KESIMPULAN
kat cincin pada free schooling ternyata berukuran
Dari hasil penelitian ini dapat ditarik
lebih besar dibanding ikan yang ditangkap di se-
kesimpulan :
kitar rumpon (Itano et al. 2006). Selanjutnya ikan
Wilayah penangkapan ikan tuna menggu-
tuna yang berukuran kecil umumnya berasosiasi
nakan pancing dapat dipetakan dengan melihat
dengan ikan cakalang yang senang tinggal dekat
hasil tangkapan pada masing-masing alat bantu
rumpon (Matsumoto, et al. 2006; Wudianto dan
penangkapan ikan. Jumlah alat bantu penangkapan
Kusno, 2008). Namun demikian, tidak semua ikan
ikan yang terkonsentrasi pada satu kawasan pe-
tuna yang tertangkap di sekitar rumpon berukuran
nangkapan memberikan pengaruh pada hasil
kecil, hal ini sangat tergantung pada jenis alat tang-
tangkapan.
kap yang digunakan. Alat tangkap pancing ulur
(hand line) menangkap ikan tuna berukuran lebih
DAFTAR PUSTAKA
besar jika dibanding ikan tuna yang tertangkap
oleh pukat cincin (Babaran, 2006). Pancing ulur Anonymous. 2010. Sangihe dalam angka 2010. Badan Pusat
dioperasikan di perairan yang lebih dalam dimana Statistik Kabupaten Kepulauan Sangihe. 320 hal.
lapisan renang ikan tuna besar terdapat di lapisan Arifin F. 2008. Optimasi perikanan layang di Kabupaten
Selayar Provinsi Sulawesi Selatan. Pasca Sarjana. IPB.
tersebut (Wudianto, 2010). Nakamura (1969) da- Bogor. 71 hal.
lam Baskoro, et al. (2011) menyatakan bahwa Babaran RP. 2006. Payao fishing and its impact to tuna
hampir semua jenis tuna, umumnya membentuk stocks: a preliminary analisys. Second regular scientific
kelompok campuran dua atau tiga jenis tuna. Ke- meeting. WCPFC. Manila 7–8 August 2006. FT WP-7.
lompok-kelompok campuran tersebut umumnya 12 p.
terdiri dari spesies-spesies yang ukurannya sama. Baskoro M dan Taurusman AAm. 2011. Tingkah laku ikan:
Cakalang lebih mudah ditangkap dengan jenis alat Hubungannya dengan ilmu dan teknologi perikanan
tangkap. Lubuk Agung. Bandung. 258 hal.
tangkap pukat cincin ketika kelompok cakalang
Habibi A, Ariyogagautama, Sugiyanta. 2011. Perikanan tuna:
tersebut bersama-sama dengan jenis tuna lainnya
panduan penangkapan dan penanganan. 32 hal.
seperti madidihang.
Karnan. 2009. Penggunaan penginderaan jarak jauh dan
Jenis ikan yang tertangkap pada rumpon/ sistem informasi geografis dalam pengelolaan perikanan
ponton dari segi jenis juga bervariasi terutama tangkap skala kecil berkelanjutan. Jurnal Biologi Tropis.
untuk jenis tuna sirip kuning dan cakalang. Varia- Vol.10 No 1, Januari 2009. p: 17–23. ISSN 1411-9587.
si jenis ikan ini amat dimungkinkan karena adanya Mahyuddin B. 2012. Kebutuhan teknologi untuk penangkapan
perbedaan suhu dari masing-masing jenis ikan ter- ikan. Makalah seminar nasional kelautan VIII Universitas
Hang Tuah. Surabaya. 16 hal.
sebut. Cakalang umumnya tertangkap pada hampir
semua rumpon/ponton dengan jumlah yang berva- Satria H. 2010. Distribusi, kelimpahan dan jenis-jenis
plankton di lokasi sekitar rumpon dasar pantai utara
riasi, karena sifat cakalang yang suka bergerombol Pekalongan. Seminar nasional biologi. Fakultas Biologi
atau membentuk schooling. Nelayan tuna handline UGM, Yogyakarta. Hal 291-312.
menempatkan rumpon dan ponton pada kelompok Singarimbun ES.1989. Metode penelitian survei. LP3ES,
prioritas daerah penangkapan ikan, selain faktor Jakarta. 336 hal.
adanya kepastian ikan yang menjadi target juga

59
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JPKT

Anda mungkin juga menyukai