Anda di halaman 1dari 10

Dina,LIMNOTEK

et al., / LIMNOTEK 2013


(2013) 20 (2) :20 (2)–:168
159 159 – 168

LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus), SPESIES ASING BARU


DI PERAIRAN DANAU MANINJAU, SUMATERA BARAT

Rahmi Dina a, Daisy Wowor b, dan Agus Hamdani a


a
Pusat Penelitian Limnologi-LIPI
b
Pusat Penelitian Biologi-LIPI
E-mail:me.rahmidina@gmail.com
Diterima redaksi : 9 Mei 2013, disetujui redaksi : 16 Oktober 2013

ABSTRAK
Lobster air tawar (LAT) merupakan jenis krustasea asing baru di Danau
Maninjau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis LAT dan beberapa
informasi awal tentang LAT yang ada di Danau Maninjau, serta potensi dampaknya
terhadap ekosistem danau. Penelitian dilakukan di tiga lokasi yaitu Sigiran, Batu
Nanggai, dan Bayur pada bulan Maret 2011. Lobster air tawar ditangkap
menggunakan alat tangkap rago (perangkap) yang dipasang pada sore dan diangkat
pada pagi keesokan harinya. Rago dilengkapi dengan umpan yang terdiri dari
campuran kelapa, pelet, dan ikan mati. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa jenis
LAT yang ada di Danau Maninjau adalah Cherax quadricarinatus. Lobster yang
tertangkap memiliki ukuran beragam, dengan rerata panjang karapas untuk lobster
jantan 50,93 (6,68-80,36) mm, sedangkan lobster betina 54,35 (39,33-73,37) mm.
Rerata berat basah total lobster jantan 38,75 (10,9-125,6) gram dan lobster betina
37,49 (12,5-82,4) gram. Selain itu juga ditemukan lobster betina yang membawa
juvenil pada kaki renangnya sebanyak 2,36% dari tangkapan total. Beberapa hasil
tersebut menunjukkan bahwa sebagai jenis asing baru, populasi lobster air tawar,
Cherax quadricarinatus telah berkembang mantap di Danau Maninjau. Hal ini
berdampak positif secara ekonomi, namun juga berpotensi akan berdampak negatif
sebagai jenis invasif.
Kata kunci: Cherax quadricarinatus, Danau Maninjau, krusatasea asing

ABSTRACT
FRESHWATER CRAYFISH (Cherax quadricarinatus), A NEW NON NATIVE
SPECIES IN LAKE MANINJAU, WEST SUMATERA. Freshwater crayfish is a
new non native species in Lake Maninjau. The aims of this paper are to identify
species of freshwater crayfish in Lake Maninjau; to deliver some informations about its
presen status, and its potential impacts to the lake. The penelitian was conducted on
March 2011 in three locations, i.e. Sigiran, Batu Nanggai, and Bayur. The crayfish
was caught by trap that operated for about 14 hours (05.00 pm-07.00 am) and used a
mixture of coconut, pellet and fish as a bait. Morpholgical identification revealed that
present freshawater crayfish in Lake Maninjau is Cherax quadricarinatus. Average of
carapace length of male is 50,93 (6,68-80,36) mm and female is 54,35 (39,33-73,37)
mm. Average of total wet weight of male is 38,75 (10,9-125,6) gram, and female is
37,49 (12,5-82,4) gram. In addition, for about 2.36% of total samples were female
lobster bearing juveniles on their pleopods (swimming legs). These results reveal that
the new non native species, Cherax quadricarinatus, has been steadily established in
Lake Maninjau. Therefore, eventhough it provides positive economic impact, it also
carry the negative effect considering its capability to be invasive.
Keywords: Cherax quadricarinatus, Lake Maninjau, non-nativecrustacean

159
Dina, et al., / LIMNOTEK 2013 20 (2) : 159 – 168

PENDAHULUAN wilayah Australia. Austin (1986) seperti


dikutip oleh Coughran & Leckie (2007) satu
Danau Maninjau merupakan salah spesies LAT yaitu Cherax quadricarinatus
satu perairan umum yang terdapat di memiliki sebaran asli Papua Nugini dan
Sumatera Barat dan secara geografis terletak Australia bagian utara. Distribusi asli C.
antara 0°12’26,63”LS-0°25’02,80”LS dan quadricarinatus di Australia adalah bagian
100°07’43,74”BT-100°16’22,48”BT pada barat dan utara Teluk Carpentaria,
ketinggian 461,5 m di atas permukaan laut Queensland, bagian timur dan utara
(Apip et al., 2003). Danau Maninjau Northern Territory, sedangkan di Papua
merupakan danau multifungsi yang Nugini terdapat di bagian selatan (Ruscoe,
dimanfaatkan oleh berbagai sektor, salah 2002). Di wilayah Papua Indonesia, jenis
satunya adalah pemanfaatan untuk kegiatan LAT lainnya yang ditemukan adalah C.
perikanan. Kegiatan perikanan di Danau peknyi, C. boschmai, C. buitendijkae, C.
Maninjau terdiri dari perikanan budidaya communis, C. longipes, C. murido, C.
yang menggunakan sistem Karamba Jaring pallidus, C. panaicus, C. papuanus, C. solus,
Apung (KJA) dan perikanan tangkap. Saat dan C. holthuisi (Lukhaup & Herbert, 2008).
ini beberapa permasalahan yang terjadi di Sampai penelitian ini dilakukan
Danau Maninjau adalah penurunan kualitas belum ada informasi yang dipublikasikan
air danau yang terus terjadi secara signifikan mengenai LAT di Danau Maninjau. Oleh
sejak tahun 2001, penurunan hasil tangkapan karena itu sebagai suatu langkah awal
ikan, serta berubahnya keanekaragaman dilakukan penelitian LAT di Danau
jenis sumberdaya perikanan seperti Maninjau, dengan tujuan untuk mengetahui
hilangnya beberapa jenis ikan asli danau dan informasi awal mengenai LAT tersebut serta
masuknya jenis asing. potensi dampak positif dan negatifnya di
Di Danau Maninjau setidaknya perairan tersebut.
ditemukan 14 jenis ikan, yaitu ikan barau
(Hampala macrolepidota), garing (Tor BAHAN DAN METODE
soro), asang (Osteochilus hasselti), bada
(Rasbora argyrotaenia), mas (Cyprinus Pengambilan contoh dilakukan pada
carpio), kalui /gurami (Osphronemus tanggal 8 dan 9 Maret 2011 pada tiga lokasi
gouramy), rinuak (Psylopsis sp.), mujair di Danau Maninjau yaitu Sigiran (1), Batu
(Oreochromis mossambicus), nila (O. Nanggai (2), dan Bayur (3) (Gambar 1).
niloticus), gabus (Chana sp.), sidat (Anguilla Sigiran mewakili pantai barat danau dengan
sp.), puyu (Anabas testudineus), dan ikan substrat berbatu besar, Batu Nanggai
baung (Mystus sp.) (Pusat Penelitian mewakili pantai selatan dengan substrat
Limnologi, 2010). Selain ikan juga terdapat berbatu besar, serta Bayur mewakili pantai
sumberdaya perikanan bernilai ekonomis timur laut dengan substrat pasir berbatu dan
lainnya yaitu pensi (Corbicula moltkiana), berpasir. Koordinat lokasi penelitian (Tabel
salah satu jenis moluska dari kelompok 1) ditentukan dengan menggunakan Global
bivalvia. Positioning System (GPS) [Garmin Oregon
Sejak tahun 2010-an terdapat satu 550- ].
jenis sumberdaya perikanan asing yang Alat tangkap yang digunakan
sudah diperjualbelikan di pasar sekitar adalah rago yang merupakan perangkap
Danau Maninjau yaitu lobster air tawar berbentuk silinder atau kubus berbahan
(LAT) (Nelayan setempat; Komunikasi polyethylene dan mempunyai dua atau lebih
pribadi). pintu masuk bagi LAT. Biasanya rago
Sebaran LAT ini diketahui terbatas dipasang selama 13-14 jam/ hari mulai sore
di wilayah timur Indonesia yaitu Papua dan sampai pagi hari berikutnya dengan

160
Dina, et al., / LIMNOTEK 2013 20 (2) : 159 – 168

menggunakan umpan campuran kelapa, Lobster air tawar yang tertangkap


pelet, dan ikan. Lobster air tawar contoh diidentifikasi berdasarkan morfologi yang
yang diperoleh di Stasiun Sigiran dan mengacu pada kunci identifikasi Hobbs
Stasiun Batu Nanggai merupakan hasil (1988) dan Horwitz (1995), selanjutnya
tangkapan nelayan. Tangkapan nelayan ditentukan jenis kelamin, diukur panjang
tersebut diambil secara acak pada saat karapas dan berat basah totalnya. Jenis
penelitian di lokasi dan tidak diketahui kelamin LAT dapat ditentukan berdasarkan
dengan pasti jumlah rago yang dipasang. posisi alat kelamin pada kaki jalan LAT.
Selanjutnya LAT contoh dari Stasiun Bayur Alat kelamin yang terletak pada dasar kaki
merupakan hasil tangkapan dengan jalan ketiga untuk betina dan pada dasar kaki
menggunakan tiga buah rago yang dipasang jalan kelima untuk jantan (Sagi et al., 1996
sendiri dengan spesifikasi rago sama dengan in Vazquez&Greco, 2007) (Gambar 2).
yang digunakan nelayan setempat.

1 Stasiun
sampling

Gambar 1. Lokasi penelitian


Sumber: Modifikasi Sulastri et al. (2009)

(a) (b)
Gambar 2. Posisi organ reproduksi untuk krustasea betina (a) dan jantan (b) (Withnall 2000).

161
Dina, et al., / LIMNOTEK 2013 20 (2) : 159 – 168

Panjang karapas diukur dari ujung HASIL DAN PEMBAHASAN


rostrum sampai tepi belakang bagian tengah Kondisi Habitat
cephalothorax (Gambar 3) (Guan & Wiles, Kondisi air Danau Maninjau pada
1999) menggunakan kaliper dijital ketelitian stasiun-stasiun yang diamati, yang menjadi
0,01 mm. Berat basah total adalah berat habitat LAT menunjukkan, nilai pH berada
total jaringan tubuh LAT dan air yang pada kisaran 7,94 - 8,91, konduktivitas
terdapat di dalamnya (diadaptasi dari merata yaitu 0,12 μS/cm, kekeruhan antara
Busacker et al., 1990) diukur dengan 5,5 – 6,50 NTU, suhu antata 27,9 – 28,6oC,
menggunakan neraca dijital ACIS AD 6000 dan oksigen terlarut antara 5,92 dan 6,64
ketelitian 0,1 gram. mg/L. Nilai pH air danau menunjukkan

Gambar 1. Pengukuran panjang karapas

Rasio kelamin dihitung dengan cara bahwa perairan Danau Maninjau basa dan
membandingkan jumlah LAT jantan dan nilai ini merupakan nilai pH perairan danau
LAT betina. pada umumnya yaitu 6-9 (Goldman &
Horne, 1983). Nilai paremeter kualitas air
Danau Maninjau di atas masih mendukung
kehidupan biota air termasuk LAT. Secara
umum kualitas air yang diperlukan oleh
Keterangan : LAT untuk dapat tumbuh dengan baik
J = Jumlah LAT jantan (ekor) adalah perairan hangat dengan kadar
B = Jumlah LAT betina (ekor) kalsium minimum 5 mg/L, kesadahan tinggi,
alkalinitas agak tinggi, dan basa (pH 7-8,5).
Parameter kualitas air yang dinamai Suhu merupakan faktor penting yang
adalah pH, kekeruhan (NTU), konduktivitas mempengaruhi pertumbuhan LAT dan pada
(μS/cm), dan suhu (oC) dengan perairan dengan suhu lebih tinggi
menggunakan alat Water Quality Checker pertumbuhan LAT akan lebih cepat (France,
(WQC) [Horiba U-10-Jepang] serta oksigen 1995 dalam Guan, 1999; Lowery, 1988).
terlarut/ DO (mg/L) yang diukur dengan Sementara itu kondisi fisik perairan
menggunakan YSI 550A-[Amerika Serikat] dicirikan oleh substrat zona litoral, jumlah
pada masing-masing lokasi. pohon di tepian danau, serta masukan bahan
organik (Tabel 1).

162
Dina, et al., / LIMNOTEK 2013 20 (2) : 159 – 168

Tabel 1: Kondisi beberapa parameter kualitas air pada lokasi penelitian.


Lokasi Posisi GPS Deskripsi Tipe Habitat
Sigiran S: 00°20’05.0” Zona litoral berbatu besar dan jumlah pohon di
E: 100°09’51.6” tepian danau relatif banyak; bahan organik yang
masuk bersumber dari kegiatan perikanan KJA
dan limbah rumah tangga.
Batu Nanggai S: 00°23’59.0” Zona litoral berbatu besar dan jumlah pohon di
E: 100°10’44.7” tepian danau relatif banyak; bahan organik
yang masuk bersumber dari kegiatan perikanan
KJA dan limbah rumah tangga.
Bayur S: 00°15’48.8” Zona litoral berbatu kecil dan berpasir serta
E: 100°12’40.4” jumlah pohon di tepian danau relatif sedikit;
bahan organik yang masuk bersumber dari
kegiatan perikanan KJA, limbah rumah tangga,
dan limbah kegiatan pertanian.

Ciri Populasi Lobster Air Tawar


Cherax quadricarinatus bernilai
Berdasarkan kunci identifikasi ekonomis penting baik untuk konsumsi
Hobbs (1988) dan Horwitz (1995) LAT yang maupun sebagai krustasea hias dan telah
terdapat di Danau Maninjau adalah Cherax banyak dibudidaya serta diintroduksi ke
quadricarinatus, yang dikenal dengan nama banyak perairan di luar habitat aslinya
umum atau nama dagang redclaw crayfish (Ruscoe, 2002; Lodge et al., 2000b in
(Gambar 4) dengan klasifikasi sebagai Harlioglu & Harlioglu, 2006; Coughran &
berikut: Leckie, 2007; Lawrence & Jones, 2002
Phylum Arthropoda dalam Belle & Yeo, 2010) termasuk Danau
Subphylum Crustacea Maninjau. Masuknya C. quadricarinatus ke
Class Malacostraca perairan Danau Maninjau bermula saat
Order Decapoda dilepasnya C. quadricarinatus ke perairan
Soborder Pleocyemata danau oleh salah seorang petani ikan di
Infraorder Astacidea Nagari Tanjung Sani.
Superfamily Parastacoidea Sebanyak 43 ekor LAT (C.
Family Parastacidae quadricarinatus) yang terdiri dari 25 ekor
Genus Cherax jantan dan 18 ekor betina tertangkap selama
Species Cherax quadricarinatus penelitian. Rasio kelamin LAT jantan dan
. betina yang ditemukan tidak berbeda nyata

Gambar 2. LAT Cherax quadricarinatus yang terdapat di Danau Maninjau

163
Dina, et al., / LIMNOTEK 2013 20 (2) : 159 – 168

pada selang kepercayaan 95%. Ukuran cenderung lebih luas (beragam)


panjang dan berat LAT jantan & betina yang dibandingkan LAT betina. Hal ini bisa
ditemukan beragam (Gambar 5 & 6; Tabel disebabkan oleh perbedaan aktivitas dan
2). peluang tertangkapnya (catchability) LAT
Kisaran nilai tengah kelas panjang pada musim tertentu. Sebagaimana
karapas LAT jantan adalah 11,93 -85,57 dikemukakan oleh Reynolds (2002) bahwa
mm, dan LAT betina adalah 43,49-75,05 jumlah LAT betina yang tertangkap akan
mm. Kisaran nilai tengah kelas berat basah menurun saat musim kawin karena
total LAT jantan dan betina adalah 19,05- perbedaan aktivitas dan kemampuan
117,45 dan 19,05-84,65 gram. Distribusi menangkap LAT betina pada musim kawin
ukuran panjang LAT yang ditemukan LAT.

Gambar 5. Distribusi panjang karapas (mm) LAT C. quadricarinatus yang tertangkap saat
penelitian.

Gambar 6. Distribusi berat basah total (gram) LAT C. quadricarinatus yang tertangkap saat
penelitian.

164
Dina, et al., / LIMNOTEK 2013 20 (2) : 159 – 168

Berikut ini disajikan ukuran Beberapa fakta hasil penelitian ini


minimum, maksimum dan rata-rata LAT yaitu beragamnya ukuran LAT yang terdapat
yang tertangkap selama penelitian di Danau Maninjau dan ditemukannya LAT
berdasarkan jenis kelamin (Tabel 2). beserta juvenil yang terdapat di kaki

Tabel 2. Kisaran dan rataan ukuran LAT yang tertangkap saat penelitian
Ukuran Jantan Betina
Panjang (mm) 6,68 – 80,36 (50,93) 39,33 - 73,37 (54,35)
Berat (gram) 10,9 - 125,6 (38,75) 12,5 - 82,4 (37,49)

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya renangnya menunjukkan bahwa LAT C.


bahwa ukuran LAT jantan yang ditemukan quadricarinatus telah mampu beradaptasi
lebih menyebar dibandingkan dengan LAT dan berkembang biak di Danau Maninjau.
betina. Rata-rata ukuran panjang LAT Hal ini karena tersedianya makanan dan
betina lebih besar dengan rata-rata ukuran kondisi kualitas perairan yang masih
berat lebih kecil dibandingkan LAT jantan. mendukung kehidupannya.
Secara biologi hal ini dapat disebabkan Keberadaan C. quadricarinatus di
karena karena capit LAT jantan tumbuh Danau Maninjau dapat memberi dampak
lebih besar dibandingkan dengan betina, positif bagi perikanan sebagai pendatang
LAT betina lebih banyak menggunakan baru atau sebaliknya memberi dampak
energinya untuk reproduksi sementara itu negatif sebagai hama. Sampai saat ini
LAT jantan untuk massa tubuhnya (Mason keberadaan C. quadricarinatus di Danau
1975 dalam Elser et al. 1994; Elser et al. Maninjau memberikan dampak positif
1994). Namun di sisi lain ukuran rata-rata karena telah menjadi komoditas perikanan
juga sangat dipengaruhi oleh nilai minimum bernilai ekonomis dengan harga jual sekitar
dan makasimum data. Oleh sebab itu Rp 25.000,- per kilogramnya. Namun harga
diperlukan penelitian lebih lanjut dengan ini masih tergolong jauh lebih murah
ukuran contoh lebih besar untuk dibandingkan harga lobster air tawar per
menyimpulkan hal tersebut. Ukuran LAT kilogram di wilayah Jabodetabek. Harga
yang tertangkap adalah ukuran yang umum lobster air tawar tiap kilogramnya di
diperjualbelikan di pasar tradisional sekitar Jabodetabek mencapai Rp 150.000,- untuk
danau. LAT hidup dengan berat 100 gram per ekor
Selain itu juga ditemukan LAT dan Rp 110.000,- untuk LAT beku dengan
betina dengan juvenil pada kaki renangnya berat 70-100 gram per ekor
(Gambar 7). (www.lobsterairtawar.com). Hal ini terjadi

Gambar 3 : Juvenil yang menempel pada kaki renang induk LAT C. quadricarinatus

165
Dina, et al., / LIMNOTEK 2013 20 (2) : 159 – 168

karena komoditas ini masih kurang disukai quadricarinatus di Danau Maninjau sebagai
oleh masyarakat sekitar Danau Maninjau. spesies asing bisa dikatakan sudah mantap.
Beberapa faktor penyebabnya adalah belum Hal dapat dilihat dari a) beragamnya ukuran
diketahuinya cara memasak LAT dan bentuk (panjang dan bobot) lobster yang tertangkap;
fisiknya yang kurang disukai. Faktor lain b) mampu bereproduksi/memperbanyak
yang menyebabkan rendahnya harga lobster populasi. Cherax qudricarinatus juga telah
air tawar di Maninjau dimungkinkan karena menyebar ke hampir seluruh Danau
ukuran jual yang juga lebih kecil Maninjau sehingga populasinya tidak hanya
dibandingkan dengan ukuran jual di berkembang di daerah awal introduksi. Hal
Jabodetabek. ini terlihat dari hasil pengamatan bahwa C.
Dampak negatif terjadi jika C. quadricarinatus tertangkap di seluruh
quadricarinatus menjadi jenis invasif. stasiun pengambilan contoh yang mewakili
Lodge et al. (2006) sebagaimana dikutip keragaman habitat di Danau Maninjau
oleh Belle & Yeo (2010) mendefinisikan walaupun dengan kepadatan berbeda.
jenis invasif sebagai jenis yang mampu Namun untuk mengetahui secara pasti
mempertahankan populasinya pada pengaruh kehadiran LAT asing ini di D.
ekosistem alami atau semi alami dan Maninjau diperlukan penelitian lebih lanjut.
berpengaruh negatif secara ekonomi, Hasil penelitian lebih rinci dan mendalam
lingkungan, atau bahkan kesehatan manusia. mengenai aspek biologi, ekologi, dan
Beberapa karakteristik C. quadricarinatus ekonomi C. quadricarinatus akan menjadi
yang menunjukkan bahwa jenis ini data dasar untuk pengelolaan perikanan LAT
berpotensi sebagai jenis invasif jika di D. Maninjau.
diintroduksi adalah laju pertumbuhan dan
fekunditas yang superior, toleransi terhadap KESIMPULAN
lingkungan tinggi dengan tingkah laku
meliang yang dapat mengubah zona riparian Lobster air tawar Cherax
(Jones, 1990; Todd & D’Andrea, 2003 in quadricarinatus merupakan jenis asing baru
Coughran & Leckie, 2007) dan sebagai di Danau Maninjau. Saat ini lobster telah
pembawa inang mikroba yang mungkin terdapat di hampir sekeliling danau dan
berbahaya bagi biota danau lainnya lobster ini mampu mempertahankan
(Edgerton, et al., 2002 in Belle & Yeo, populasinya. Sampai saat ini keberadaan
2010). lobster C. quadricarinatus di Danau
Selanjutnya Gherardi (2010) Maninjau memberikan dampak positif
menyatakan bahwa terdapat tiga tahap suatu secara ekonomi untuk masyarakat sekitar.
spesies asing bisa menjadi spesies invasif
yaitu : I) Masuknya spesies asing ke suatu DAFTAR PUSTAKA
ekosistem dengan berbagai cara baik sengaja
ataupun tidak; II) Populasi spesies asing Apip, M. F., Sulastri, L. Subehi, & I.
mantap di ekosistem baru; dan III) Ridwansyah. 2003. Telaah unsur
Menyebar. iklim dalam proses fisika kimia
Berdasarkan tahapan tersebut di atas perairan Danau Maninjau. Limnotek
maka C. quadricarinatus di Danau Maninjau 10(1):10-13.
telah melewati ketiga tahap tersebut. Belle, C. C., & D. J. Yeo. 2010. New
Cherax quadricarinatus telah masuk ke observation of the exotic Redclaw
Danau Maninjau secara sengaja oleh orang Crayfish Cherax quadricarinatus (von
tertentu dengan tujuan yang tidak jelas dan Martens 1868) (Crustacea:
tanpa melakukan analisis resiko terlebih Decapoda:Parastacidae) in Singapore.
dahulu. Sampai saat ini populasi C. Nature in Singapore 3:99-102.

166
Dina, et al., / LIMNOTEK 2013 20 (2) : 159 – 168

Busacker, G.P., I.R. Adelman, & E.M. Biology, Management, and


Goolish. 1990. Growth. Dalam : Exploitation. Croom Helm, London.
Schreck, C.B & P.B. Moyle (eds.). 52-82
Methods for Fish Biology. American Horwitz, P., 1995. A Preliminary key to the
Fisheries Society, Maryland, USA. species of Decapoda (Crustacea:
363-382. Malacostraca) found in Australian
Coughran, J., & S. Leckie. 2007. Invasion inland waters. Co-operative research
of a New South Wales stream by the Centre for Freshwater Ecology
Tropical Crayfish, Cherax Indentification Guide No. 5. 69 hal.
quadricarinatus (von Martens). http://www.lobsterairtawar.com/products.ht
Dalam : D. Lunney, P. Eby, P. m [diakses 26 Oktober 2011 pukul
Hutchings & S. Burgin (eds.). Pest or 21.00 WIB].
Guest: the zoology of overabundance. Lowery, R.S., 1988. Growth, moulting, and
Royal Zoological Society of New reproduction. Dalam: D.M. Holdich
South Wales, Mosman, NSW, and R. S. Lowery (eds.). Freshwater
Australia. 40-46. Crayfish: Biology, Management, and
Elser JJ, Junge C., & Goldman CR. 1994. Exploitation. Croom Helm, London.
Population structure and ecological 83-113.
effects of the crayfish Pasifastacus Lukhaup, C., & Herbert, B. 2008 04 30. A
leniusculus in Castle Lake, California. new species of crayfish (Crustacea:
Great Basin Naturalist 54(2):162-169. Decapoda: Parastacidae) from the Fly
[Electronic version, diunduh 19 River Drainage, Western Province,
Februari 2011]. Papua New Guinea. Memoirs of the
Gherardi F., 2010. Invasive crayfish and Queensland Museum 52(2): 213–219.
freshwater fishes of the world. Rev. [diunduh 01 April 2013]
sci. tech. Off. int. Epiz. 29 (2): 241-254 Pusat Penelitian Limonologi-LIPI. 2010.
[terhubung berkala]. [25 Februari Pengelolaan Danau Maninjau. Draft
2011]. Master Plan. (Tidak Dipublikasikan).
Goldman, C.R., & A.J. Horne. 1983. 112 hal.
Limnology. McGraw-Hill, Inc., Reynolds JD., 2002. Growth and
United States of America.464 pp. reproduction. Dalam: Holdich DM,
Guan, R.Z. , 1997. An improved method for editor. Biology of Freshwater
marking crayfish. Crustaceana 70(6): Crayfish. hal: 152-191. [Electronic
641-652. version].
Guan, R., & P.R. Wiles. 1999. Growth and Ruscoe, I., 2002. Redclaw crayfish
reproduction of the introduced crayfish aquaculture (Cherax quadricarinatus).
Pacisfastacus lenisculus in a British Fishnote No. 32: November 2002. 1-6.
lowland river. Fisheries Research 42: [Electronik version, diunduh 19
245-259. Februari 2011].
Harlioglu MM, Harlioglu AG., 2006. Threat Sulastri, et al. 2009. Pengembangan System
of non-native crayfish introduction Konservasi Sumberdaya Perairan
into Turkey: Global lessons. Rev Fish Danau untuk Pemanfaatan
Biol Fisheries 16:171-181. [terhubung Berkelanjutan di Danau Maninjau,
berkala]. [diunduh 18 Februari 2011]. Sumatra Barat. Laporan Teknis.
Hobbs Jr, H. H., 1988. Crayfish Cibinong: Pusat Penelitian Limnologi-
distribution, adaptive radiation, and LIPI. (Tidak Dipublikasikan). 65 hal.
evolution. In: Holdich, D.M & R.S.
Lowery (eds.). Freshwater Crayfish:

167
Dina, et al., / LIMNOTEK 2013 20 (2) : 159 – 168

Vazquez, F.J., & L.S.L Greco. 2007. Biologia Tropical (International


Intersex females in the red claw Journal of Tropical Biology and
crayfish, Cherax quadricarinatus Conservation) 55 (1): 25-32.
(Decapoda: Parastacidae). Revista de

168

Anda mungkin juga menyukai