Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan, 4(3): 266-273, e-ISSN 2503 4286

KARAKTERISTIK BIOLOGIS IKAN KERAPU DI PERAIRAN


KARANG, TOMIA KABUPATEN WAKATOBI
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
[Characteristics of Biological Grouper In Coral Reef Water, Tomia, Wakatobi
District South Sulawesi Province]
Ramaddin1, Muslim Tadjuddah 2, Dedy Oetama3
1
Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumber Daya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Jl. HAE Mokodompit Kampus Bumi Tridarma Anduonohu Kendari 93232. Telp/Fax: (0401) 3193782
1
Surel: Ramaddinmsp@gmail.com
Diterima: 21 Juli 2019; Disetujui: 25 Agustus 2019

Abstrak
Karang Tomia merupakan salah satu habitat berbagai jenis ikan kerapu di Perairan Kepulauan Wakatobi yang mengalami
eksploitasi penangkapan secara intensif menggunakan alat tangkap bubu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
beberapa karakteristik biologi ikan kerapu meliputi spesies, jenis kelamin, komposisi ukuran, serta hubungan panjang
berat ikan kerapu di Perairan Pulau Tomia. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2018. Lokasi penelitian
berdasarkan tempat dimana nelayan yang menangkap di Perairan Karang Tomia mendaratkan ikannya. Ikan sampel
diperoleh dari hasil tangkapan nelayan di Karang Tomia menggunakan bubu. Ikan kerapu diidentifikasi dan diukur
panjang beratnya menggunakan mistar dan timbangan digital. Hubungan panjang berat ditentukan dengan menggunakan
rumus W= aLb. Hasil penelitian menunjukkan ikan terdiri dari 2 spesies ikan kerapu dari genus yang berbeda, yaitu
kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) dengan jumlah 57 ekor (60 %) dan kerapu sunu (Plectropoma leopardus)
dengan jumlah 38 ekor (40 %). Jenis kelamin ikan kerapu dari 95 sampel yang diteliti didominasi oleh jenis kelamin
betina dengan jumlah 63 ekor dengan presentasi 66,31 % sedangkan jantan 32 ekor dengan presentasi 33,69 %. Sebaran
panjang mulai dari 100 mm sampai dengan 370 mm. Jumlah yang terbesar termasuk dalam kelas panjang 140-179 mm
dengan jumlah 15 ekor (23,81 %), sedangkan jumlah terkecil termasuk dalam kelas panjang 180-219 mm dengan jumlah
2 ekor (3,17 %). Untuk komposisi ukuran panjang ikan kerapu jantan, diperoleh sebaran panjang mulai dari 390 sampai
dengan 470 mm. Dimana jumlah terbesar dari kelas panjang 390-403 mm dengan jumlah 13 ekor (40,63 %), sedangkan
jumlah terkecil terdapat pada kelas panjang 460-470 mm dengan jumlah 2 ekor (5,20 %). Hubungan panjang dan berat
ikan kerapu dalam penelitian ini ditemukan pertambahan panjang lebih dominan dari pertambahan berat dengan nilai
jantan b = 1,457415 untuk E. fuscoguttatus dan b=1,458818726 untuk P. leopardus, serta nilai betina yaitu dimana
b=1,43599997 untuk kerapu macan dan b= 0,849820 untuk kerapu sunu. Dengan kata lain pola pertumbuhannya
allometrik negatif. Demi kelengkapan informasi pengelolaan ikan kerapu di perairan ini, maka perlu adanya penelitian
lanjutan di masa yang akan datang.

Kata Kunci : Panjang Berat, E. fuscoguttatus, P. leopardus, Pulau Tomia


Abstract
Tomia reefs in Wakatobi archipelago is a habitat for many species of groupers where intensive exploitation occurs by trap
fishing gear. This study aim is to know several biology characteristics of groupers in Tomia island waters. This study has
been conducted on May-July 2018. The samples collected by at the fish market in west Waitii village, where the fishes
collected by fishermen using trap fishing gear from area of Tomia reefs. The groupers identified and measured length-
weight using a ruller and digital scale. Relationship of length-weight determined by a formula W=aLb. Result in this
study revealed 2 species of groupers from two different genera including tiger grouper (Epinephelus fuscoguttatus) of 57
individuals (60%) and red grouper (Plectropoma leopardus) of 38 individuals (66.31%), while male of 32 individuals
(33.69%). Distribution of length starting from 100 mm to 370 mm. The largest number obtained in the length classes of
390-403 mm with 13 individuals (40,63%), while the lowest number located in length classes of 460-470 mm with 2
individuals (5,20%). Length and weight relationship of groupers in this study revealed that length growth more dominant
then weight, with males value of b= 1,457415 for E. fuscoguttatus and b=1,458818726 for P. leopardus, and female value
of b= 1,43599997 for tiger grouper and b=0,849820 for red grouper. In other words, the growth pattern is allometric
negative.

Key Word : Length-weight, E. fuscoguttatus, P. leopardus, Tomia Island

Pendahuluan
Pulau Tomia merupakan pulau ketiga Kaledupa dan barat laut Pulau Binongko.
dalam gugusan pulau utama pada Kepulauan Wilayah pesisir Pulau Tomia terdiri dari
Wakatobi yang memiliki karakteristik pulau pantai pasir putih, ekosistem mangrove,
didominasi oleh bebatuan dan karang. ekosistem lamun dan terumbu karang. Pulau
Letaknya berada di sebelah tenggara Pulau ini juga masuk dalam Kawasan Konservasi

266
Ramaddin dkk.,

Taman Nasional Laut Wakatobi yang Pulau Tomia. Penurunan jumlah tangkapan
ditetapkan sejak tahun 2002 sebagai situs dan ukuran hasil tangkapan ikan kerapu dapat
warisan dunia dan rumah bagi menjadi indikator penurunan sumber daya.
keanekaragaman hayati laut. Pulau Tomia Sehingga penelitian ini akan melengkapi
dikelilingi oleh tepian terumbu karang dan kajian tentang perikanan kerapu, khususnya
pulau karang besar yang berada tepat di pusat kajian yang berhubungan dengan spesies,
segitiga karang, disebut-sebut berisikan jenis kelamin, komposisi ukuran, serta
keanekaragaman koral, moluska, ikan, dan hubungan panjang berat ikan kerapu yang
spesies tumbuhan laut terbesar di dunia. dimaksud.
Menurut survei yang dilakukan di Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:
Taman Nasional Wakatobi, ditemukan 17 (1) mengetahui spesies dan jenis kelamin
spesies ikan kerapu dengan kelimpahan yang ikan kerapu; (2) mengetahui komposisi
beragam. Sedangkan Tadjuddah (2016), ukuran kerapu; (3) mengetahui hubungan
mengatakan bahwa diantara jenis-jenis ikan panjang berat ikan kerapu di Perairan Pulau
kerapu yang disebutkan oleh Smith (2006), Tomia. Manfaat dari penelitian ini yaitu
hanya ada tiga jenis yang menjadi target tersedianya informasi tentang jenis kelamin,
utama penangkapan ikan kerapu di Perairan komposisi ukuran, dan hubungan panjang
Wakatobi, yaitu E. fuscoguttatus atau yang berat ikan kerapu di Perairan Pulau Tomia.
dikenal dengan nama kerapu macan dari Bagi para pemangku kebijakan, penelitian ini
genus Epinephelus, P. areolatus, serta P. diharapkan dapat memberi masukan dalam
leopardus atau yang dikenal dengan nama penyusunan rencana pengelolaan sumber
kerapu sunu dari genus Plectropoma. daya perikanan kerapu di Perairan Pulau
Pernyataan ini kemudian dibenarkan oleh Tomia
nelayan ikan kerapu di Pulau Tomia yang Bahan dan Metode
biasa melakukan penangkapan di Perairan Penelitian ini dilaksanakan selama 3
Karang Pulau Tomia. Alasan yang mendasari bulan, yaitu pada bulan Mei sampai bulan
kedua jenis ikan ini banyak diburu oleh Juli tahun 2018 sedangkan pengambilan data
nelayan adalah nilai ekonomis yang tinggi dilakukan di Pulau Tomia Kabupaten
dan sangat potensial untuk diperdagangkan. Wakatobi. Penentuan lokasi penelitian ini
Sampai saat ini kerapu masih menjadi adalah berdasarkan tempat dimana nelayan
target utama penangkapan jenis ikan oleh yang menangkap di Perairan Karang Tomia
nelayan di wilayah Perairan Pulau Tomia. biasa mendaratkan ikannya di Pulau Tomia,
Hal ini disebabkan oleh tingginya permintaan sedangkan stasiun penangkapan ikan kerapu
pasar baik skala lokal, nasional maupun oleh nelayan terdapat pada 2 lokasi, yaitu:
mancanegara. Tingginya laju eksploitasi Karang Belobelonno di sekitar Pulau Lentea
terhadap kerapu ini telah menjadi ancaman dengan koordinat 05050’42’’ LS –
serius bagi keberlanjutan sektor perikanan 123050’01” BT, dan Karang Fungi di sekitar
kerapu di wilayah tersebut. Besarnya tekanan Pulau Tomia pada koordinat 05051’02’’ LS –
yang diakibatkan oleh eksploitasi, diduga 123048’53” BT.
sangat berpengaruh terhadap kondisi
keberadaan sumber daya ikan kerapu di

Gambar 1. Peta lokasi penelitian

267
Karakteristik biologis ikan kerapu

Metode Pengambilan Sampel membandingkan keadaan morfologi ikan


Metode yang digunakan dalam kerapu hasil tangkapan nelayan dengan hasil
penelitian ini adalah metode purposive studi literatur, selanjutnya divalidasi dengan
sampling yaitu pengamatan hasil tangkapan melakukan pembedahan tubuh ikan secara
ikan kerapu dengan pemilihan sampel secara langsung; Menghitung berat dan mengukur
sengaja dan merupakan representatif ikan panjang. Berat didapatkan dengan cara
kerapu hasil tangkapan yang didaratkan oleh menimbang berat ikan dengan timbangan
nelayan di Perairan Pulau Tomia Kabupaten sedangkan panjang yang diukur adalah
Wakatobi. Alat tangkap yang digunakan oleh panjang total yaitu dengan cara meletakkan
nelayan adalah bubu. Alat tangkap ini terbuat mistar pada bagian ujung mulut ikan sampai
dari bambu yang dianyam, memiliki panjang ujung ekor ikan.
total 100 cm, lebar 70 cm dan tinggi 40 cm. Data yang dikumpulkan dari hasil
Ukuran mata anyaman bubu adalah 3 cm penelitian ini kemudian akan dianalisis
berbentuk segi enam. Bubu ini memiliki secara deskriptif kuantitatif. Adapun analisis
bentuk mulut yang bulat pada bagian luar dan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
mengecil terus ke bagian dalam dengan Analisis spesies
bentuk lonjong. Diameter mulut bubu bagian Untuk mengetahui spesies hasil
luar adalah 40 cm dan diameter mulut bubu tangkapan ikan kerapu, maka digunakan
bagian dalam adalah 20 cm. Desain bubu buku identifikasi ikan (Allen, 1999). Dimana
dengan bentuk mulut seperti ini sengaja ikan kerapu yang disampling disesuaikan
dibuat dengan tujuan agar memudahkan ikan dengan ikan kerapu macan dan kerapu sunu
untuk masuk namun menyulitkan ikan untuk yang ada dalam buku identifikasi pada
keluar sehingga ikan terperangkap dalam halaman 23-24 nomor 8 dan nomor 7.
bubu. Adapun alat tangkap bubu dapat dilihat Analisis jenis kelamin
pada Gambar 2. Data jenis kelamin ikan kerapu
dilakukan dengan deskriptif studi komparatif
yaitu dengan membandingkan keadaan
morfologi ikan kerapu hasil tangkapan
nelayan dengan hasil studi literatur,
selanjutnya divalidasi dengan melakukan
pembedahan tubuh ikan secara langsung.
Komposisi ukuran panjang ikan kerapu
Komposisi ukuran panjang ikan kerapu
dianalisis secara deskriptif kuantitatif.
Gambar 2. Alat tangkap bubu Langkah untuk mengetahui sebaran atau
kisaran rata-rata ukuran panjang ikan yang
Analisis Data tertangkap, terlebih dahulu ditentukan
Data yang dikumpulkan dalam banyak kelas ukuran panjang ikan
penelitian ini terdiri atas data primer dan data menggunakan Sturges (1926).
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil k = 1+3,3 log n
pengamatan langsung di lapangan terhadap
hasil tangkapan yang diperoleh oleh nelayan Langkah selanjutnya adalah menetukan
di Perairan Pulau Tomia Kabupaten interval kelas dengan rumus sebagai berikut :
Wakatobi saat operasi pada hari bulan 1-15
dan hari bulan 16-30. Pengambilan sampel
dilakukan sebanyak 2 kali dalam sebulan
dengan kurun waktu selama 3 bulan.
Pengamatan dilakukan dengan cara Keterangan:
mengidentifkasi jenis spesies, yaitu denga c = interval kelas
cara mengamati struktur morfologi ikan Xn = nilai data terbesar
kerapu secara teliti kemudian disesuaikan
X1 = nilai data terkecil
dengan ikan kerapu yang ada dalam buku
identifikasi; mengidentifikasi jenis kelamin k = banyaknya kelas
tiap individu ikan kerapu dengan cara n = banyaknya data
Ramaddin dkk.,

Hubungan panjang dan berat ikan kerapu Kelompok ukuran kerang memiliki
Analisis terhadap hubungan panjang ukuranberbeda disetiap bulannya. Kelompok
dan berat ikan kerapu dihitung menggunakan ukuran kerang simping ditemukan pada bulan
persamaan menurut Ricker (2001). Januari sampai bulan Maret yang masing-
Analisis terhadap hubungan panjang masing terdiri atas satu kelompok ukuran
dan berat ikan kerapu dihitung menggunakan yaitu kelompok ukuran kerang dewasa
persamaan menurut Ricker (2001). (Gambar 2).
Jumlah Individu (N)
W = aLb

Keterangan:
W = Berat Ikan contoh (g);
L = Panjang ikan contoh (cm);
a = intersep (perpotongan kurva
hubungan panjang berat dengan
sumbu y);
b = Konstanta dari persamaan tersebut

Nilai yang dihasilkan dari perhitungan


tersebut dapat menunjukkan hubungan
panjang dan berat ikan. Dimana apabila Gambar 2. Kelompok ukuran kerang simping
didapatkan nilai b<3 atau nilai b>3 maka di Perairan Langere Kabupaten
pertumbuhan ikan bersifat allometrik atau Buton Utara pada bulan Januari
pertumbuhan berat dan panjang tidak sampai bulan Maret 2018
seimbang. Dalam hal ini pertambahan
panjang lebih cepat dari pertambahan berat. Berdasarkan selang ukuran pada
Apabila nilai b=3 maka pertambahan berat kerang simping menunjukkan bahwa bulan
ikan seimbang dengan pertambahan panjang Januariadalah waktu kerang simping
atau biasa disebut pertumbuhan isometrik berkembang ataupun tumbuh dan kerang
(Ricker, 2001). yang didapatkan yaitu241 (N) dengan ukuran
Hasil kerang 4,2-10,31 cm. Pada bulan Februari
Ikan kerapu hasil tangkapan nelayan kerang simping melakukan pertumbuhan dan
dalam penelitian ini berjumlah 95 ekor. Hasil aktifitas untuk mempertahankan hidup
analisis spesies dalam penelitian dengan jumlah individu yang didapatkan
menunjukkan bahwa terdapat 2 spesies ikan yaitu 326 (N) dengan ukuran kerang 4,2-
kerapu dari genus yang berbeda dimana 10,99 cm. Pada bulanMaret adalah waktu
masing-masing terdiri dari spesies kerapu kerang simping memijah dan terjadi
macan (E. fuscoguttatus) dari genus kematangan gonad, jumlah kerang yang
Epinephelus dengan jumlah 57 ekor (60 %) diperoleh adalah 156(N)dengan ukuran
dan kerapu sunu (P. leopardus) dari genus kerang 6,92-11,67 cm.
Plectropoma dengan jumlah 38 ekor (40 %). Kelompok ukuran kerang minimum
Jenis kelamin ikan kerapu yang tertangkap yang didapatkandi Perairan Langere pada
dalam penelitian ini terdiri dari jantan dengan bulan Januari–Maret berukuran 4,2 cm.
jumlah 32 ekor (33,69 %) sedangkan betina Ukuran maksimum yang didapat yaitu 11,2
63 ekor (66,31 %). Jenis kerapu macan terdiri cm. Kelompok ukuran yang banyak
dari jantan 16 ekor dan betina 38 sedangkan ditemukan pada saat penelitian yaitu 6,92–
kerapu sunu terdiri dari jantan 16 ekor dan 10,31 cm, dan ukuran 7,6–8,95 cm.
betina 25 ekor. Dimana pada bulan mei Kelompok ukuran yang didapatkan selama
terdiri dari jantan 5 ekor dan betina 14 ekor, penelitian yaitu kelompok ukuran kerang
bulan juni terdiri dari jantan 15 ekor dan deawasa dan Jumlah individu kerang didapat
betina 21 ekor, bulan juli terdiri dari jantan paling banyak terdapat pada bulan Februari.
12 ekor dan betina 28 ekor. Ukuran kerang simping 4,2– 6,9 cm tidak
didapatkan pada bulan Maret. Kelompok
ukuran kerang yang didapatkan selama
penelitian adalah kelompok kerang dewasa,

269
Karakteristik biologis ikan kerapu

karena ukuran pertama kali kerang simping


matang gonad yaitu dengan ukuran 3 cm. No Parameter Nilai
Jumlah individu dan ukuran terbesar 1 Panjang 11,44
kerang simping didapatkan pada bulan asimtot/maksimum
Januari dan Februari, jumlah dan ukuran kerang(L∞)
banyak ditemukan pada bulan Januari dan 2 Nilai koefisien 2,30
Februari karena pada waktu ini kerang pertumbuhan(K)
simping berkembang serta tersedianya 3 Nilai pertumbuhan(to) 1,81
makanan pada bulan Januari dan Februari Kerang simping mengalami
cukup digunakan untuk tumbuh. Hal ini pertumbuhan yang cepat pada saat kerang
disebabkan karena ketersediaan makanan.Hal berumur 0,1 tahun sampai 0,9 tahun,
ini sesuai dengan pendapat Teti(2008) kemudian kerang simping pada usia 1,3
perbedaan distribusifrekuensi diduga tahun sampai 5,1 tahun pertumbuhan
disebabkan olehpengaruh kondisi lingkungan melambat, dengan nilai koefisien
tempat hidupkerang simping, musim dan pertumbuhan (K) 2,30 per-tahun dan nilai
iklim diPerairan Genuk serta pertumbuhan (to) adalah 1,81 per-tahun.
ketersediaanmakanan bagi kerang simping. Seiring dengan bertambahnya usia pada
Kerang simping yang ditemukan pada kerang simping sampai mencapai panjang
bulan Maret mempunyai jumlah individu maksimum (L) yakni pada usia 5,1 tahun
yang relatif sedikit karena makanan yang dengan panjang cangkang 11,44cm
didapatkan diperairan digunakan sebagian (Gambar 3).
untuk aktifitas reproduksi dengan ukuran
kerang pada bulan Maret ditemukan berkisar
6,92–11,2 cm. Ukuran yang didapat ini lebih
besar dibandingkan dengan bulan Januari.
Ukuran ini juga ditemukan pada bulan
Januari tetapi individu yang didapatkan lebih
sedikit.Kondisi perairan pada bulan Maret
terjadi kematangan gonad dan pemijahan
pada kerang.Hal ini sesuai dengan pernyataan
Mahyuddin(2008) menyatakan bahwa pada Gambar 3.Kurva pertumbuhan von
bulanMaret hingga Mei merupakan Bertalanffy berdasarkan data
waktukerang simping mengalami frekuensi panjang kerang
pemijahansampaipada bulan Oktober simping di Perairan Langere
hinggaDesember kerang simping Kerang simping menunjukkan
mengalamimatang gonad. pertumbuhan sangat cepat terjadi pada umur
Hasil analisis parameter muda masing-masing mulai dari 0,1–0,9
pertumbuhan kerang simping menunjukkan tahun. Pada saat kerang berumur 0,1 tahun
bahwa ukuran panjang asimtotik (L∞)atau pertumbuhan kerang yaitu 1,813 cm.
ukuran panjang maksimum simping yaitu Sedangkan kerang pada saat berumur 0,3
11,44 cm. Ukuran tersebutmerupakan ukuran tahun Pertumbuhan kerang sudah mencapai
maksimum yang didapatkan pada saat 5,362 cm. Kemudian kerang berumur pada
penelitian ataupertumbuhan cangkang kerang saat 0,5–0,7 tahun Pertumbuhan kerang telah
simping pada bulan tersebut adalah mencapai ukuran 7,603–9,018 cm.
pertumbuhan terbesar selama penelitian.Nilai Selanjutnya kerang yang berumur 0,7–0,9
koefisien pertumbuhan (K) sebesar 2,3 yang tahun pertumbuhan yang terjadi mulai
merupakan nilai yang digunakan untuk melambat yaitu 9,018–9,911 cm. Kemudian
menentukan seberapa cepat pertumbuhan pertumbuhan kerang yang terjadi selanjutnya
kerang simping di perairan. Parameter to semakin melambat pada umur kerang 1,1–1,3
merupakan penentuan titik awal pada waktu tahun pertumbuhan kerang mencapai 10,475–
ukuran kerang simping mencapai panjang nol 10,831 cm. Selanjutnya pertumbuhan kerang
(Tabel 2). pada saat berumur 1,3–1,5 tahun memiliki
Tabel 2. Parameter pertumbuhan pertumbuhan mulai 10,831–11,055 cm.
kerangsimping di Perairan Langere kemudian yang berumur 1,5–5,1 tahun
Ramaddin dkk.,

memiliki pertumbuhan yang sangat lambat Berdasarkan hasil analisismortalitas


yaitu mulai dari ukuran 11,055–11,440 cm. akibat penangkapan adalah 0,07per-tahun,
Nilai koefisien pertumbuhan (K) laju mortalitas alami pada kerang simping
merupakan nilai yang digunakan untuk diperoleh 4,09 per-tahun, dan mortalitas total
menentukan seberapa cepat pertumbuhan sebesar 5,64 per-tahun. Dari hasil analisis
kerang di perairan.Nilai K dengan umur to laju mortalitas alami, mortalitas akibat
yang dinyatakan dengan hasil perhitungan penangkapan dan mortalitas total diperoleh
rentang hidup kerang, didapat umur tingkat eksploitasi sebesar 0,017 per-tahun
maksimum sebesar 1,813 tahun memiliki (Tabel 3).
pertumbuhan yang cepat. Berdasarkan nilai Tabel 3.Nilai Mortalitas dan Eksploitasi
tersebut menunjukkan bahwa kerang simping kerang simpingdi perairan
membutuhkan waktu untuk mencapai Langere
panjang maksimum (L∞) 11,44 cm dengan
kecepatan (K) 2,3 cm selama No. Parameter Nilai
1,813tahun(Tabel 3).
1 Laju mortalitas 0.07
Nasrawati dkk., 2016menyatakan
penangkapan (F)
bahwa kerang yang berumur muda memiliki
2 Laju mortalitas alami(M) 4.09
pertumbuhan yang cepat dan seiring dengan
3 Mortalitas total(Z) 5.64
pertambahan umur atau ketika mencapai
4 Tingkat eksploitasi(E) 0.017
umur tua maka laju pertumbuhannya akan
lambat bahkan cenderung statis. Hasil yang
tidak berbeda juga ditemukan pada ikan Tingkat eksploitasi kerang dapat
(Tilohe et al., 2014) menyebutkan bahwa diketahui melalui nilai kematian
pertumbuhan ikan pada umur satu tahun penangkapan (F) terhadap kematian total (Z).
relatif cepat dan pada saat mencapai umur Evaluasi tingkat eksploitasi terhadap sumber
dua sampai tiga tahun pertumbuhannya mulai daya sangat penting agar pengelolaan
lambat dan sampai mencapai panjang tubuh sumberdaya kerang bersifat lestari dan
maksimum. berkelanjutan (Nasrawati dkk., 2016). Suhu
Ukuran kerang simping yang rata-rata permukaan Perairan Langere adalah
didapatkan selama penelitian rata-rata 29oC.Berdasarkan hasil analisis laju
memiliki ukuran yang lebih besar ukuran mortalitas terhadap kerang simping tanpa
lebar cangkang dibandingkan dengan ukuran membedakan jantan dan betina diperoleh
panjang cangkang. Hal tersebut sependapat nilai mortalitas penangkapan (F) yaitu
dengan pernyataan tentang panjang asimtotik sebesar 0,07 per-tahun, mortalitas alami (M)
yang digunakan adalah lebar kerang simping yaitu 4,09 per-tahun dan mortalitas total (Z)
merujuk pada King (1995) dan Sparre dan yaitu 5,64 per-tahun (Tabel3).
Venema (1999) bahwa kerang yang
mempunyai ukuran lebar cangkang lebih Pernyataan Fadly (2014) bahwa
besar daripada panjang cangkang. tekanan penangkapan yang makin tinggi
dapat menyebabkan kelimpahan kerang darah
di perairan tersebut akan semakin sedikit dan
bisa terjadi kepunahan. Hal itu yang
menyebabkan pertumbuhan kerang berbeda
di setiap tempat dan waktu. Pengaruh
eksploitasi yang berlebihan
(overexploitation) akan menyebabkan
penurunan ukuran rata-rata kerang darah
yang tertangkap.
Tingginya mortalitas alami (M)
dibandingkan dengan mortalitas
Gambar 4. Kurva konversi hasil tangkapan penangkapan (F), disebabkan penangkapan
panjang kerang simping di yang dilakukan masyarakat sekitar masih
Perairan Langere menerapkan penangkapan secara sederhana,
dan pengambilan kerang dalam jumlah
banyak tidak memengaruhi keberlangsungan

271
Karakteristik biologis ikan kerapu

hidup kerang, dikarenakan pertumbuhan yang didapat selama penelitian mulai dari
kerang yang sangat cepar setra cepatnya bulan Januari-Maret yaitu 29oC. Salinitas
reproduksi kerang simping di Perairan. pada bulan Januari yaitu sebesar 30 ppt dan
Nilai laju eksploitasi tersebut pada bulan Februari-Maret mempunyai
menggambarkan bahwa pemanfaatan kerang salinitas sebesar 31 ppt. Kedalaman perairan
simping di Perairan Langere tergolong pada pada bulan Januari yaitu 130 cm dengan
kondisi perikanan yang masih dalam kategori kecerahan 60 cm. Kedalaman perairan pada
underfishingdan belum melampaui potensi bulan Februari adalah 60 cm dengan
lestarinya sehingga masih dapat kecerahan 30 cm. Pada bulan Maret,
dimanfaatkan oleh masyarakat. kedalaman perairan yaitu 150 cm dengan
Parameter lingkungan yang diambil kecerahan 55 cm. Pengukuran pH substrat
selama penelitian mulai dari bulan Januari- pada bulan Januari sebesar 6,8 dan pada
Maret antara lain : suhu, salinitas, bulan Februari-Maret sebesar 6,7 (Tabel 4).
kedalaman, kecerahan, pH substrat. Suhu

Tabel 4. Parameter lingkungan pada bulan Januari-Maret di Perairan Langere Kabupaten Buton
Utara
Parameter
Bulan Suhu Salinitas Kedalaman Kecerahan pH
(oC) (o/oo) (cm) (cm) Substrat
Januari 29 30 130 60 6,8
Februari 29 31 60 30 6,7
Maret 29 31 150 55 6,7

Kedalaman pada bulan Januari yaitu Kesimpulan


130 cm dengan kecerahan 60 cm, kedalam Kesimpulan penelitian ini adalah:
pada bulan Februari adalah 60 cm dengan 1. Pertumbuhan kerang simping mencapai
kecerahan 30 cm, pada bulan Maret, panjang maksimum 11,44 cm dengan
kedalaman perairan yaitu 150 cm dengan koefisien pertumbuhan 2,30 pertahun
kecerahan 55 cm. Hamzah (2009) dengan kecepatan pertumbuhan 1,81
mengemukakan bahwa nilai kecerahan 6 m pertahun.
masih dalam kondisi batas ambang normal, 2. Hasil analisis laju mortalitas alami (M)
bila lebih kecil dari nilai tersebut akan pada kerang simping yaitu 4,09 per-tahun,
berdampak negatif (kematian) pada mortalitas akibat penangkapan (F)yaitu
kehidupan anakan kerang mutiara.kedalaman 0,07per-tahun, dan mortalitas total (Z)
2m cenderung lebih cepat dibandingkan sebesar 3,78 tahun, dengan tingkat
dengan kerang mutiara yang digantung pada eksploitasi sebesar 0,017 per-tahun.
kedalaman 8m dan 14m. 3. Tingkat eksploitasi kerang simping masih
Kedalaman sangat berpengaruh berada pada kondisi tingkat pemanfaatan
terhadap laju mortalitas kerang di Perairan rendah di Perairan Langere Kecamatan
terutama mortalitas alami. Beberapa jenis Bonegunu Kabuten Buton Utara atau
kerang mampu hidup di kedalaman 15-60 m belum mencapai titik maksimum.
di Perairan, contoh seperti kerang mutiara Saran
yang di budidayakan pada kedalaman 15-60 Penelitian ini menyarankan agar
m menurut Sutaman (1993). Dan beberapa dilakukan kajian biologi reproduksi
jenis kerang yang hanya mampu hidup berdasarkan waktu di lokasi penelitian.
dengan kedalaman kurang dari 10 m.
Suhu yang didapat selama penelitian Daftar Pustaka
mulai dari bulan Januari-Maret yaitu Campbell, N.A., J.B. Reece, & L. G.
29oC.Suryanto et al., (2002)menyatakan Mitchell. 2006. Biologi. Edisi ke-5.
bahwa suhu yang optimum untukmendukung Terj. Dari: Biology. 5 Th ed. oleh
kehidupan bivalvia berkisar 28–32 Manulu, W. Jakarta: Erlangga.
o
C.Rangan (1996).
Ramaddin dkk.,

Campbell, N. A., dan J. B. Reece. 2007. Rangan JK. 1996. Struktur dan Tipologi
Biologi Edisi ke 8 Jilid 1. KomunitasGastropoda pada Zona
(diterjemahkan dari : Biology Hutan MangrovePerairan Pulau
Eighth Edition, penerjemah : D.T. Kulu, Kabupaten.
Wulandari). Penerbit Erlangga.
Jakarta. MinahasaSulawesi Utara. Tesis.
Dharmaraj, S., Shanmugasundaraman K, and Program Pasca Sarjana.Institut
Suja CP. 2004. Larva Rearing and Pertanian Bogor. Bogor.
Spat Production of The Suryanto dan Utojo. 2002. Pertumbuhan
Windowpane Shell Placuna Tiram padaPenyebaran yang
placenta. Aquaculture Asia, 9 : 20- BerbedaBeda. JurnalPenelitian
28
Budidaya Pantai
Hamzah,M.S.dan B. Nababan. 2009. Studi Sparre, P. Venema, Siebren. C. 1999.
Pertumbuhan dan Kelangsungan Introduksi Pengkajian Stok Ikan
Hidup Anakan Kerang Mutiara Tropis (Buku 1: Manual). FAO dan
(Pinctara maxima) pada Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kedalaman yang Berbeda di Teluk Perikanan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Jakarta,
Kapontori, Pulau Buton. Jurnal lmu
Indonesia.
dan Teknologi Kelautan Tropis, Teti A .2008. Perubahan Populasi
1(2):22-32. Simping(Placuna placenta, Linn,
King, M. 1995. Fisheries Biology. 1758) DariUpaya Tangkap Di
Assessment and Management. Perairan Kronjo,Tangerang, Banten.
Blackwell Science Ltd. Victoria. [Skripsi].Institut Pertanian Bogor.
Australia Bogor.
Tilohe, O., Nirsinar, S., dan Salam, A., 2014.
Nasrawati, Bahtiar, La Anadi., 2016.
Analisis Parameter Dinamika
Pertumbuhan, Kematian dan
Populasi Ikan Cakalang yang di
Tingkat Eksploitasi Kerang Coklat
Daratkan di Pangkalan Pendaratan
(Modiolus modulaides) di Perairan
Ikan
Teluk Kendari Sulawesi Tenggara.
Jurnal Sains dan Inovasi Perikanan.
Vol. 1. No. 1. Hal. 1-8.

273

Anda mungkin juga menyukai