Anda di halaman 1dari 16

BioWallacea Jurnal Ilmiah Ilmu Biologi September 2016 178

178
Volume 2, Nomor 3, September 2016, p. 178-191
ISSN: 2442-2622

KERAGAMAN SERTA DISTRIBUSI LOBSTER ANGGOTA PALINURIDAE


DAN SCYLLARIDAE DI PERAIRAN PANTAI PULAU LOMBOK

LALU ACHMAD TANTILAR WANGSAJATI SUKMARING KALIH1*, TRIJOKO2,


NYOMAN PUNIAWATI3
1
Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan, Universitas 45 Mataram, Jl. Imam Bonjol No.45 Cakranegara Mataram
2
Laboratorium Biosistematika Hewan, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Jl. Teknika Selatan, Bulaksumur, Sleman, Yogyakarta
3
Laboratorium Struktur dan Perkembangan Hewan, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Jl. Teknika Selatan, Bulaksumur, Sleman,
Yogyakarta
*email: tantilar@gmail.com.

ABSTRAK

Lobster merupakan salah satu sumber daya hayati laut yang penting di Indonesia karena diketahui memiliki kandungan nutrisi serta nilai
komersial yang tinggi. Dua familia lobster yang umum ditangkap yaitu Palinuridae dan Scyllaridae. Banyak di antara anggota familia
lobster tersebut belum diketahui sifat, karakteristik, distribusi serta potensinya. Pulau Lombok menjadi sentra pembesaran lobster yang
berkembang di Indonesia karena memiliki perairan pantai berkarang yang luas. Studi ilmiah tentang keragaman spesies lobster di daerah
tersebut masih sangat sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman, hubungan fenetik dan distribusi spesies lobster dari
Familia Palinuridae dan Scyllaridae di perairan pantai Pulau Lombok. Pengambilan sampel dilakukan pada tujuh titik yaitu di Teluk
Grupuk & Srenting, Teluk Sepi, Labuan Poh & Pelangan, Akar-akar & Sukadana, Gili Indah, Selat Sugian dan Tlong-elong. Penelitian
dilakukan selama bulan Maret - Juli. Sampel yang tertangkap diindentifikasi menggunakan buku FAO Species Catalogue Vol. 13
Marine Lobster Of The World. Distribusi setiap spesies disajikan dalam bentuk peta distribusi. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa
terdapat 6 spesies lobster yang masing-masing tergolong ke dalam Familia Palinuridae dan Scyllaridae. Anggota Palinuridae yang
teridentifikasi antara lain, Panulirus homarus, P. penicillatus, P. longipes, P.versicolor dan P. ornatus. Anggota Scyllaridae yang
teridentifikasi adalah Parribacus antarticus. Lobster dari Familia Palinuridae memiliki distribusi lebih luas terutama dari spesies
Panulirus versicolor. Stasiun 1 (Teluk Grupuk & Srenting) serta Stasiun 2 (Teluk Sepi) merupakan kawasan yang memiliki keragaman
lobster yang paling tinggi dengan jumlah spesies masing-masing 4 dan 5 spesies.

Kata kunci: Lobster, keragaman, Palinuridae, Scyllaridae, distribusi, Lombok.


179

PENDAHULUAN individu anakan berbagai jenis lobster (Priyambodo &


Lobster merupakan hewan avertebrata anggota Sarifin, 2009). Ekosistem pesisir Pulau Lombok yang
Filum Arthropoda yang hidup di dalam air. Hewan ini didominasi oleh ekosistem terumbu karang membuat
memiliki eksoskeleton yang keras dengan lima pasang kaki kelimpahan individu anakan lobster menjadi sangat tinggi.
pejalan (Carlos, 2007). Pada umumnya lobster merupakan Studi ilmiah tentang keragaman, hubungan fenetik dan
hewan yang hidup di laut dan hanya sebagian kecil yang distribusi lobster yang terdapat di wilayah tersebut belum
mampu hidup di habitat air tawar. Secara ekologis, lobster banyak dilakukan. Penelitian dasar tentang keragaman,
berperan penting dalam rantai makanan ekosistem laut, hubungan fenetik dan distribusi spesies lobster di kawasan
mulai dari zona fotik sampai zona afotik (Lipcius & tersebut dapat menjadi langkah awal dalam pengembangan
Eggleston, 2000). budidaya lobster di perairan pantai Pulau Lombok.
Lobster telah menjadi salah satu sumber daya
hayati laut yang berkembang di berbagai negara termasuk
Indonesia. Seluruh spesies lobster diketahui menjadi BAHAN DAN METODE
sumber protein hewani dengan nilai komersial yang sangat
tinggi (Holthuis, 1991). Keberadaannya yang melimpah di a. Tempat dan Waktu Penelitian
perairan tropis menjadikan hewan ini ditangkap dalam Pengambilan sampel dilakukan pada tujuh stasiun
jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan pasar global. yang berada di perairan pantai pulau Lombok. Ketujuh
Indonesia menjadi salah satu negara pengekspor stasiun tersebut yaitu, Teluk Grupuk, Teluk Sepi,
lobster terbesar karena wilayah perairannya didominasi Labuan Poh dan Pelangan, Akar-akar dan Bayan, Desa
oleh terumbu karang yang merupakan habitat terbaik bagi Gili Indah, Selat Sugian, Tlong-elong. Identifikasi dan
berbagai spesies lobster. Diketahui di Indonesia terdapat 6 karakterisasi sampel lobster yang tertangkap dilakukan
spesies lobster dari genus Panulirus yaitu P. homarus, P. di Laboratorium Taksonomi Hewan Fakultas Biologi
longipes, P. ornatus, P. penicillatus, P. polyphagus dan P. Universitas Gadjah Mada. Penelitian dilakukan selama
versicolor (Moosa & Aswandy, 1984). Keenam spesies bulan Maret Juli 2012.
lobster ini memiliki distribusi yang berbeda-beda dan
beberapa diantaranya menempati habitat yang berbeda 1. Bahan dan Alat Penelitian
pula. Pembesaran lobster di Indonesia masih terbatas hanya
pada keenam spesies tersebut karena telah diketahui Bahan bahan yang digunakan dalam
memiliki nilai ekonomis tinggi. Menurut Holthuis (1991) penelitian ini adalah jenis jenis lobster yang
lobster merupakan hewan anggota Subordo Reptantia yang diperoleh dari lokasi penelitian dan Alkohol 70%.
terbagi ke dalam 10 familia yang dibedakan atas dasar Alat alat yang digunakan dalam penelitian ini
karakter morfologinya. Perairan laut Indonesia diketahui adalah Krendet, jaring dasar dan berbagai alat
memiliki 22 spesies lobster yang terbagi ke dalam 12 genus tangkap yang umum digunakan nelayan setempat,
dan 5 familia. Dua familia yang umum ditangkap dan Perahu, GPS Garmin eTrex, Nampan plastik,
menjadi salah satu sumber daya hayati laut yang bernilai Kotak sampel, Kertas label, Alat tulis, Kamera,
ekonomis di Indonesia adalah Palinuridae dan Scyllaridae. Buku identifikasi.
Tiga genus yang paling banyak ditangkap di wilayah 2. Cara Kerja
perairan Indo-Pasifik Barat yaitu Panulirus, Scyllarides dan
Paribbacus, hal tersebut dikarenakan anggota tiga genus itu Pengambilan Sampel
memiliki kemelimpahan yang sangat tinggi (Chan,1998). Krendet dan jaring dasar merupakan alat utama
Banyak di antara anggota familia lobster tersebut belum yang digunakan untuk menangkap sampel.
diketahui sifat, karakteristik, distribusi serta potensinya Berbagai alat tangkap yang umum digunakan oleh
bagi manusia. nelayan setempat, seperti bubu, pancing dan
Potensi masing-masing spesies lobster bagi tombak dijadikan alat pendukung untuk
manusia juga dapat ditelusuri melalui hubungan fenetik di mendapatkan sampel. Jasa penyelam juga
antara mereka. Spesies lobster dengan tingkat kesamaan digunakan untuk mempermudah pengambilan
morfologi yang tinggi tentu memiliki sifat yang tidak jauh sampel di lokasi penelitian. Setiap stasiun
berbeda. Sifat tersebut dapat berupa kandungan nutrisi penelitian dipasang 50 krendet dan 2 set jaring
yang tersimpan pada tubuh mereka. Analisis hubungan dasar. Satu set jaring dasar memiliki panjang 120
fenetik ini selanjutnya dapat membantu manusia dalam m (Gambar 5). Umpan berupa hewan anggota
menentukan spesies-spesies lobster dengan nilai ekonomi filum Mollusca atau ikan kecil diikat di bagian
yang tinggi. tengah krendet. Setiap stasiun penelitian dibuat 4
Pulau Lombok menjadi salah satu sentra titik pengambilan sampel.
pembesaran lobster yang sedang berkembang di Indonesia. Setiap titik pengambilan sampel dipasang 1 set
Diketahui terdapat lima daerah pusat penangkapan lobster jaring dasar dan 25 buah krendet. Kerendet dan
di Pulau Lombok yaitu di Teluk Kombal, Labuhan Poh, jaring dasar dipasang pada lokasi pengambilan
Teluk Blongas, Batu Nampar dan Labuhan Haji (Widodo et sampel mulai pukul 16.00 sampai pukul 09.00.
al, 1998). Wilayah Lombok bagian selatan menjadi tempat Alat tangkap pada setiap titik pengambilan sampel
terpenting dalam penangkapan dan pembesaran lobster dipasang selama 3 malam. Lokasi pemasangan
karena wilayah tersebut merupakan tempat berkumpulnya jaring dicatat menggunakan GPS.
3

Identifikasi Sampel dianalisis dan disajikan dalam bentuk dendrogram


Jumlah dan spesies lobster yang tertangkap menggunakan program MVSP v. 3.1.
dicatat dalam log book kemudian disimpan di
dalam kotak sampel. Sampel diawetkan HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan alkohol 70% agar tidak rusak. a. Jenis Jenis Lobster
Sampel dibawa ke Laboratorium Taksonomi Penangkapan lobster yang dilakukan di 7 stasiun
Hewan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada penelitian menghasilkan 6 spesies lobster. Enam spesies
untuk diidentifikasi menggunakan buku FAO lobster tersebut dikelompokkan ke dalam 2 familia, yaitu
Species Catalogue Vol. 13 Marine Lobster of The Familia Palinuridae dan Scyllaridae. Anggota Palinuridae
World (Holthuis, 1991). Karakterisasi sampel terdiri dari 1genus yaitu Genus Panulirus. Scyllaridae juga
dilakukan dengan menggunakan prinsip terdiri 1 genus yaitu Genus Parribacus. Anggota Panulirus
Operational Taxonomic Units (OTU) (Sneath & yang ditemukan terdiri dari 5 spesies. Dari 5 spesies
Sokal, 1973). Operational Taxonomic Units yang tersebut terdapat 1 spesies yang terbagi lagi menjadi 2 sub-
digunakan dalam penelitian ini sebanyak tiga spesies. Dua sub-spesies tersebut adalah P. longipes
individu untuk satu spesies. Spesimen yang longipes dan P. longipes femorestriga. Aggota Parribacus
jumlahnya terbatas, diidentifikasi dan yang ditemukan hanya 1 spesies yaitu Parribacus
dikarakterisasi seluruhnya. Karakterisasi antarticus. Panulirus versicolor menjadi spesies yang
dilakukan dengan mengamati karakter morfologi paling banyak ditemukan. Spesies lobster paling banyak
sebanyak 114 karakter (Lampiran II). didapatkan di stasiun 2 dengan total 5 spesies, stasiun 1
Analisis Data ditemukan 4 spesies, stasiun 3 ditemukan 1 spesies, stasiun
Data keragaman spesies lobster disajikan 4 ditemukan 2 spesies dan stasiun 5 ditemukan 1 spesies,
dalam bentuk deskripsi dan tabel. Hubungan namun pada stasiun 6 dan 7 pada saat penangkapan tidak
fenetik spesies lobster berdasarkan morfologi ditemukan lobster. Spesies lobster yang ditemukan selama 180
disajikan dalam bentuk dendrogram menggunakan penelitian disajikan pada Gambar 1-7 dan Tabel 1.
program MVSP v. 3.1. Data distribusi setiap
spesies disajikan dalam bentuk peta persebaran.
Perbandingan keragaman spesies antar stasiun
A

C
td

td

la mt

pat

at

pl

Gambar 1. Morfologi Panulirus homarus - Tampak Sisi dorsal (A); Maksiliped (B), eksopod maksiliped (em), flagela eksopod maksiliped (fem); Anterior Sefalotoraks (C), tanduk depan (td), mata (mt), lempeng an

175
181

176

C
td

td

la mt

pat

Gambar 2. Morfologi Panulirus penicillatus - Tampak Sisi dorsal (A); Maksiliped (B), flagela eksopod maksiliped (fem); Anterior Sefalotoraks (C), tanduk depan (td), mata (mt), lempeng antenula (la), pedunkula antena
182

176

Gambar 3. Morfologi Panulirus longipes longipes - Tampak Sisi dorsal (A); Maksiliped (B), flagela eksopod maksiliped (fem); Anterior Sefalotoraks (C), tanduk depan (td), mata (mt), lempeng antenula (la), pedunkula a
183

176

Gambar 4. Morfologi Panulirus longipes femorestriga - Tampak Sisi dorsal (A); Maksiliped (B), flagela eksopod maksiliped (fem); Anterior Sefalotoraks (C), tanduk depan (td), mata (mt), lempeng antenula (la), pedunk
184
185

176

A
A

B
B

C
C

D
D

E
E

Gambar 5. Morfologi Panulirus versicolor - Tampak Sisi dorsal (A); Maksiliped (B), eksopod maksiliped (em), flagela eksopod maksiliped (fem); Anterior Sefalotoraks (C), tanduk depan (td), mata (mt), lempeng antenu

Gambar 6. Morfologi Panulirus ornatus - Tampak Sisi dorsal (A); Maksiliped (B), eksopod maksiliped 9em), flagela eksopod maksiliped (fem); Anterior Sefalotoraks (C), tanduk depan (td), mata (mt), lempeng antenula
186

176

at
D kmd

pl

di ke

Gambar 7. Morfologi Parribacus antarticus - Tampak Sisi dorsal (A); Maksiliped (B), flagela eksopod maksiliped (fem); Anterior Sefalotoraks (C), mata (mt), antenula (atl), antena (an); Lateral Abdomen (D), karina med
187

176
Tabel 1. Spesies Lobster yang Ditemukan di Stasiun Penelitian

N Stasiun
Spesies Familia
o 1 2 3 4 5 6 7
Palinurid
1 Panuilirus homarus 1 0 0 0 0 0 0
ae
Palinurid
2 Panulirus ornatus 1 0 0 0 0 0 0
ae
Palinurid
3 Panulirus penicillatus 1 1 0 0 0 0 0
ae
Palinurid
4 Panulirus versicolor 1 1 1 1 1 0 0
ae
Panulirus longipes Palinurid
5 0 1 0 0 0 0 0
longipes ae
Panulirus longipes Palinurid
6 0 1 0 1 0 0 0
femorestriga ae
Scyllarida
7 Parribacus antarticus 0 1 0 0 0 0 0
e
Jumlah 4 5 1 2 1 0 0
keterangan : 1 = ada, 0 = tidak ada

b. Hubungan Fenetik perairan pantai Pulau Lombok yang termasuk ke


dalam Familia Palinuridae dan Scyllaridae.
Analisis hubungan fenetik spesies lobster Karakter morfologi yang digunakan dalam
anggota Familia Palinuridae dan Scyllaridae analisis ini sebanyak 114 karakter dengan
menggunakan karakter morfologi luar yang metode kuntifikasi biner. Hasil analisis
tampak. Spesies yang digunakan dalam analisis ditampilkan dalam bentuk dendrogram
ini adalah semua spesies yang tertangkap di persentase kesamaan di bawah ini.

A
C

Gambar 8. Dendrogram Hubungan Fenetik Lobster Familia Palinuridae dan Scyllaridae

Hasil analisis kluster berdasarkan perairan pantai pulau Lombok membentuk


kesamaan karakter morfologi memperlihatkan beberapa pengelompokan. Kelompok pertama
bahwa spesies lobster yang ditemukan di yaitu kelompok A yang menyatukan anggota
176
Scyllaridae (Parribacus antarticus) dengan tingkat kesamaan yang tinggi yaitu sekitar 91
anggota Palinuridae (genus Panulirus) pada %. Hal tersebut juga mengindikasikan kedua
tingkat kesamaan karakter sebesar 53%. spesies ini menjadi lobster dengan nilai
Kelompok ini setara dengan Superfamilia ekonomis yang tinggi dalam usaha perikanan
Palinuroidea pada struktur tingkatan taksonomi tangkap dan budidaya di Indonesia terutama di
(Holthuis, 1991). Mereka berada dalam satu Lombok
kelompok karena sama-sama memiliki tiga
pereiopod pertama tanpa dilengkapi capit.
Kelompok terbesar kedua adalah kelompok B c. Distribusi Lobster
dengan tingkan kesamaan sebesar 81%.
Kelompok ini melingkupi seluruh anggota Lobster Familia Palinuridae dan
Genus Panulirus dan menyatukan dua kelompok Scyllaridae memiliki distribusi dan kelimpahan
lainnya yaitu kelompok C dan D. Kelompok B yang berbeda-beda di pulau Lombok. Data
melingkupi seluruh anggota genus panulirus Tabel 1 memperlihatkan bahwa lobster anggota
yang sama-sama memiliki karakter penunjuk Palinuridae memiliki distribusi lebih luas
Familia Palinuridae dan karakter penunjuk terutama dari spesies Panulirus versicolor.
Genus Panulirus. Spesies ini ditemukan pada lima stasiun dari
Dalam kelompok B terdapat dua tujuh stasiun penelitian yang telah ditentukan.
pengelompokkan lain yang pemisahannya Diketahui pula lima stasiun tersebut memiliki
didasarkan atas karakter-karakter morfologi perairan yang jernih dengan substrat berupa
yang lebih spesifik seperti, eksopod maksiliped, terumbu karang dan pasir putih maupun pasir
alur transversal pada somit abdominal, gerigi hitam namun dengan sedikit pengaruh air
rostral pada karapas dan keberadaan rambut- sungai yang masuk ke laut. Distribusi lobster
rambut halus di permukaan karapas. Kelompok dapat dilihat pada Gambar 10.
C beranggotakan 2 subspesies, P. longipes dan Spesies lobster yang juga ditemukan
P. penicillatus kedua spesies ini memiliki pada habitat terumbu karang adalah P.
tingkat kesamaan sebesar 86%. Mereka berada penicillatus dan P. longipes. Pada stasiun 2
dalam satu kelompok karena sama-sama kedua spesies ini ditemukan secara bersamaan
memiliki alur transversal yang tidak terputus di namun pada stasiun 1 P. penicillatus ditemukan
semua somit abdominal, maksiliped I, II, III bersama P. versicolor. Hal sebaliknya terjadi di
memiliki eksopod dan rambut halus pada stasiun 4, P. longipes ditemukan bersama P.
permukaan karapas. Di dalam kelompok ini P. versicolor. Diketahui bahwa ketiga spesies ini
longipes longipes dan P. longipes femorestriga tidak hidup dalam koloni sehingga sangat
dikatakan berada dalam tingkatan subspesies mungkin untuk dapat berbaur dengan spesies
yang berseda karena memiliki persamaan lain. P. homarus dan P. ornatus berbeda dengan
kurang dari 99%. Kedua subspesies ini keempat spesies lobster yang telah dijelaskan
merupakan hasil bentuk lokalitas yang sebelumnya, dua spesies lobster tersebut lebih
disebabkan oleh perbedaan geografis. P. memilih habitat karang yang berpasir dengan
longipes longipes merupakan subspesies yang ditumbuhi rumput laut. Habitat tersebut terdapat
berasal dari Samudera Hindia sedangkan P. di stasiun 1, mereka ditemukan tidak jauh dari
longipes femorestriga berasal dari Samudera muara sungai yang selalu mengalir sehingga air
Pasifik Barat (Chan & Chu, 1996). Kelompok D di sekitarnya menjadi lebih keruh. P. homarus
beranggotakan spesies yang tidak memiliki dan P. ornatus hanya ditemukan di stasiun 1.
eksopod pada maksiliped III dan tanpa adanya Berdasarkan data keragaman lobster
flagela multi-artikulasi pada maksiliped II dan serta beberapa parameter lingkungan yang
III. Alur transversal yang menyatu dengan teramati selama penelitian (Tabel 2), dibuat
sempurna pada tiap somit juga tidak dimiliki sebuah dendrogram yang menunjukkan bentuk
oleh ketiga spesies dalam kelompok ini. P. kesamaan habitat lobster di Pulau Lombok
homarus dan P. ornatus memiliki banyak seperti yang terlihat pada gambar berikut ini.
kemiripan karakter sehingga mereka memiliki

Tabel 2. Karakterisasi Lingkungan Stasiun Penelitian


176
Stasiun
No. Karakter Stasiun
1 2 3 4 5 6 7
1 Jumlah Spesies Lobster 4 5 1 2 1 0 0
2 Pasir Pantai (0=hitam; 1=putih) 1 1 1 0 1 0 0
3 Hutan Bakau (0=tidak ada; 1=ada) 1 1 1 0 0 1 1
4 Muara Sungai (0=tidak ada; 1=ada) 1 1 1 1 0 1 0
5 Rumput Laut (0=tidak ada; 1=ada) 1 0 1 0 1 1 0
6 Terumbu Karang (0=sedikit; 1=banyak) 1 1 1 1 1 1 1
7 Pasir Berlumpur (0=tidak ada; 1=ada) 1 1 1 0 0 1 1
8 Tebing Batu (0=tidak ada; 1=ada) 1 1 1 0 0 0 1
9 Kegiatan Wisata (0=sedikit; 1=banyak) 1 1 0 0 1 0 0
10 Kegiatan Tambang (0=tidak ada; 1=ada) 0 1 1 0 0 0 0
11 Keramba Apung (0=tidak ada; 1=ada) 1 0 1 0 0 0 1
Aktivitas Perusakan Karang (0=sedikit;
12 1 0 1 0 0 0 0
1=banyak)
13 Pemukiman (0=tidak ada; 1=ada) 1 1 1 0 1 1 1
14 Kawasan Konservasi (0=tidak; 1=iya) 0 0 0 0 1 0 1
Aktivitas Penangkapan Lobster (0=tidak
15 1 1 0 0 0 1 1
ada; 1=ada)

Gambar 9. Dendrogram Kesamaan Karakter Lingkungan Stasiun Penelitian

Dendrogram tersebut memperlihatkan utama yang dimiliki perairan pantai Pulau


tiga pengelompokan utama bentuk keadaan Lombok sehingga menjadi tempat ideal yang
lingkungan yang mempengaruhi habitat lobster sangat mendukung kehidupan lobster. Anggota
di perairan pantai Pulau Lombok. Kelompok kelompok A terdiri dari Stasiun 4 yang terpisah
terbesar (kelompok A) mengelompokkan dari keenam stasiun lainnya yang
seluruh stasiun dengan bentuk habitat perairan dikelompokkan dalam Kelompok B. Stasiun 4
berkarang. Terumbu karang merupakan karakter dibedakan dengan stasiun lainnya karena
176
stasiun ini berada di kawasan yang cukup jauh Stasiun 6 dan 7 berada dalam
dari pemukiman penduduk sehingga tidak Kelompok D karena pada kedua stasiun tersebut
banyak aktifitas manusia yang mempengaruhi tidak didapatkan spesies lobster. Hal tersebut
kehidupan organisme bawah laut. dapat disebabkan karena overfishing ataupun
Pengelompokan serupa juga terjadi di dalam waktu penangkapan yang tidak sesuai dengan
Kelompok B. Stasiun 5 dibedakan dengan lima waktu berpijah dan migrasi lobster. Menurut
stasiun lainnya yang berada dalam Kelompok C Phillips dan Kittaka (2000), lobster dari genus
(Stasiun 1, 2, 3, 6 dan 7) karena pantainya tidak Panulirus dengan cakupan distribusi di kawasan
memiliki hutan bakau dan pasir berlumpur. tropis memiliki waktu berpijah yang sangat
Hutan bakau di Stasiun 5 berada di tengah pulau dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti
dan tidak berhadapan langsung dengan pantai. suhu dan fotoperiode. Lobster pada umumnya
Anggota Kelompok C dibedakan menjadi dua memiliki waktu berpijah di akhir musim dingin
kelompok kecil yaitu Kelompok D (Stasiun 6 yaitu bulan Februari atau Maret (Phillips, 2002).
dan 7) serta Kelompok E (stasiun 1, 2 dan 3). Pada bulan itulah jumlah aktivitas lobster
Karakter yang membedakan kedua kelompok meningkat di perairan (Marx & Herrnkind,
stasiun tersebut antara lain, jumlah spesies 1986), sedangkan penelitian dilakukan mulai
lobster yang ditemukan, warna pasir pantai dan bulan April sampai Agustus sehingga hasil
kegiatan wisata yang ada di sekitar stasiun. tangkapan pada beberapa stasiun penelitian
Jumlah spesies lobster yang ditemukan di tidak maksimal. Hasil kurang maksimal yang
stasiun Kelompok E lebih banyak dibandingkan didapat pada stasiun 6 dan 7 juga dapat
di stasiun Kelompok D yang sama sekali tidak diakibatkan oleh kurangnya pengaruh arus laut
ditemukan lobster baik di Stasiun 6 ataupun yang membawa puerulus lobster dari samudra
Stasiun 7. Karakter habitat stasiun anggota Pasifik maupun samudra hindia masuk ke
Kelompok E seperti pasir pantai yang putih juga kawasan tersebut. Diketahui kedua arus tersebut
tidak dimiliki oleh stasiun Kelompok D. bertemu di Selat Lombok (Perbatasan antara
Kegiatan wisata yang banyak terjadi di sekitar Bali dengan Lombok), sedangkan perairan
stasiun Kelompok E juga tidak banyak terlihat timur Lombok lebih banyak dipengaruhi oleh
di stasiun Kelompok D. Kegiatan yang banyak arus dari Australia (Anonim, 2012). Masalah
terjadi di stasiun Kelompok D adalah kegiatan kerusakan ekosistem pesisir akibat perambahan
nelayan, sehingga peluang terjadinya hutan bakau dan limbah rumah tangga yang
overfishing di kedua stasiun tersebut sangat dihasilkan masyarakat sekitar juga dapat
besar dan dapat mempengaruhi jumlah menjadi penyebab berkurangnya jumlah lobster
tangkapan harian nelayan. Anggota Kelompok di kawasan tersebut. Ancaman masalah
E juga dibedakan menjadi dua yaitu Stasiun 3 kerusakan ekosistem akibat pencemaran juga
yang berdiri sendiri dengan Stasiun 1 dan 2 mengancam kawasan perairan di sekitar Stasiun
yang berada satu kelompok. Kedua kelompok 2 dan 3 karena pada kawasan tersebut terjadi
ini dibedakan atas dasar ada tidaknya kegiatan penambangan emas skala kecil namun dalam
penangkapan lobster di kawasan tersebut. konsentrasi yang tinggi, sedangkan pada
Stasiun 3 diketahui tidak terdapat aktifitas Stasiun 6, peluang kerusakan lingkungan
khusus untuk penangkapan lobster sedangkan di berasal dari penggunaan bom dan racun sianida
Stasiun 1 dan 2, penangkapan lobster dilakukan yang dilakukan nelayan dari luar Lombok
pada musim tertentu. Stasiun 1 dan Stasiun 2 sehingga mengakibatkan kerusakan ekosistem
memiliki 11 kesamaan karakter dengan terumbu karang yang menopang kehidupan
persentase sebesar 84% dan menjadi stasiun berbagai organisme laut termasuk lobster.
dengan kesamaan karakter lingkungan
terbanyak.
176

Keterangan : (1) = Panulirus homarus; (2) = P. penicillatus; (3) = P. longipes longipes; (4) = P. longipes femorestrigra; (5) = P.
versicolor; (6) = P. ornatus; (7) = Parribacus antarticus; (-) = tidak ada
Gambar 10. Peta Distribusi Lobster Familia Palinuridae dan Scyllaridae di Perairan Pantai Pulau Lombok

UCAPAN TERIMA KASIH Carlos R., 2007, Lobsters, In Mark W. Denny and
Steven Dean Gaines, Encyclopedia Of
Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua Tidepools and Rocky Shores,
pihak, baik nelayan, pembudidaya serta civitas University of California Press, 1:333
akademika yang turut berperan serta membantu 335.
penelitian ini sehingga dapat terlaksana dengan
Chan, T.Y., 1998, Lobsters, The Living Marine
baik.
Mesources of the Western Central
Pacific Volume 2. Cephalopods,
Crustaceans, Holothurians and Sharks,
DAFTAR PUSTAKA
Food and Agriculture Organization of
United Nations, Roma, 2:974-1043.
Anonim, 2010, Kajian Risiko dan Adaptasi
Terhadap Perubahan Iklim Pulau _________, K. H. Chu, 1 9 9 6, On the different
Lombok Provinsi Nusa Tenggara forms of Panulirus longipes
Barat, WWF Indonesia. femoristriga (von Martens, 1872)
(Crustacea: Decapoda: Palinuridae),
Anonim, 2012, OceanSITES Current Global Time- with description of a new species,
series, Journal of Natural History, 30:367-
http://www.oceansites.org/docs/whitep 387.
aper_pacific.doc, Akses 14 Agustus
2012, 16:15. Chubb C.F., 2000, Chapter 14. Reproductive
Biology : Issues for Management,
Bappenas, 2003, Strategi dan Rencana Aksi Spiny Lobsters : Fisheries and Culture
Keanekaragaman Hayati Indonesia Second Edition, Blackwell Science
2003-2020 (IBSAP), Dokumen Ltd., USA, 2:245-275.
Regional, Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional, Jakarta. Dow, R.L., F.W. Bell , and D.M. Harriman, 1975,
Bioeconomic relationships for the
Maine lobster fishery with
176
consideration of alternative Biological Science Florida State
management schemes. NOAA Tech. University, Tallahassee.
Rep., Natl. Mar. Fish. Serv, SSFR
Moosa, M. K., I. Aswandy, 1984, Udang Karang
683:l-44.
(Panulirus spp.) Dari Perairan
Herwinda E., 2006, Model of Ecosystem-Based Indonesia, LIPI, Jakarta.
Management Approach in Lombok
Patek S.N., 2002, Squeaking with a sliding joint:
Island, Bogor Agricultural University,
mechanics and motor control of sound
Bogor.
production in palinurid lobsters, The
Holthuis, L.B, 1991, FAO Species Catalogue Vol. Journal of Experimental Biology,
13 Marine Lobster Of The World, Food 205:23752385.
and Agriculture Organization of United
Priyambodo, B. and Sarifin. 2009. Lobster
Nations, Roma,
aquaculture industry in eastern
Inoue N., H. Sekiguchi, 2005, Distribution of Indonesia: present status and
Scyllarid Phyllosoma Larvae prospects. In: K. C. Williams (Ed.),
(Crustacea: Decapoda: Scyllaridae) in Proceedings of an International
the Kuroshio Subgyre, Journal of Symposium on Spiny Lobster
Oceanography, The Oceanographic Aquaculture in the Asia-Pacific
Society of Japan, 6:389-398. Region, Australian Centre for
International Agricultural Research,
Lipcius, R.N., D.B. Eggleston, 2000, Introduction
Canberra.
Ecology and Fishery Biology of Spiny
Lobsters, Spiny Lobsters: Fisheries Sneath, P. H. A., R. R. Sokal, 1973, Numerical
and Culture Second Edition, Blackwell Taxonomy, The Principles and Practice
Science Ltd., USA. of Numerical Classification, W.H.
Freeman and Company, San Francisco.
Marx J.M., W.F. Herrnkind, 1986, Spiny Lobsters,
Species Profiles: Life Histories and Widodo, J., K. A. Aziz, B. E. Priyono, G. H.
Environmental Requirements of Tampubolon, N. Naamin, A. Djamali,
Coastal Fishes and Invertebrates 1998, Potensi dan Penyebaran Sumber
(South Florida), Department of Daya Ikan Laut di Perairan Indonesia,
LIPI.

Anda mungkin juga menyukai