Anda di halaman 1dari 255

LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.”S” G1P0000


USIA KEHAMILAN 29 MINGGU DENGAN MASALAH JANIN
LETAK LINTANG, ANEMIA,TFU TIDAK SESUAI USIA
KEHAMILAN, RIWAYAT KEPUTIHAN PATOLOGIS, DAN
ALERGI MAKANAN LAUT DI WILAYAH KERJA
BARU TENGAH KOTA BALIKPAPAN
TAHUN 2016

Oleh:

FERDYANTI DWIVONITA BENU


NIM. PO 7224113013

Proposal Tugas Akhir ini Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam


Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Kebidanan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR


PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN BALIKPAPAN
TAHUN 2016

i
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.”S” G1P0000 USIA


KEHAMILAN 29 MINGGU DENGAN MASALAH JANIN LETAK
LINTANG, ANEMIA, TFU TIDAK SESUAI USIA KEHAMILAN, RIWAYAT
KEPUTIHAN PATOLOGIS DAN ALERGI MAKANAN LAUT DI WILAYAH
KERJA BARU TENGAH KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2016

FERDYANTI DWIVONITA BENU

Laporan Tugas Akhir Ini Telah Disetujui, Diperiksa dan Dipertahankan Di hadapan
Tim Penguji Politeknik Kesehatan Depkes Kalimantan Timur
Jurusan Kebidanan Prodi D-III Kebidanan Balikpapan Pada Tanggal 27 Juli 2016

Penguji Utama

Faridah Hariyani,M.Keb (………………………….)


NIP.198005132002122001

Penguji I

Novi Pasiriani, SST,M.Pd


(........................................)
NIP. 197911262001122002

Penguji II

(.......................................)
Hj. Endang Kasiani,SST
NIP.196301091985112001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Kebidanan Balikpapan Ketua Prodi D-III Kebidanan
Balikpapan

Sonya Yulia, S.Pd., M.Kes Eli Rahmawati, S.SiT.,M.Kes


NIP.195507131974022001 NIP. 197403201993032001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang tak terhingga peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yesus

Kristus atas segala limpah rahmat, karunia dan kasih sayang-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “ Asuhan Kebidanan

Komprehensif Pada Ny.”S” Di Kelurahan Baru Tengah Balikpapan Barat Tahun

2016” dengan baik dan lancar.

Laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan

menyelesaikan pendidikan D-III Kebidanan pada Politeknik Kesehatan Kemenkes

Kalimantan Timur.

Penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna

untuk itu dengan rendah hati penulis menerima semua masukan dan saran untuk

perbaikan dan penyempurnaan pada Laporan Tugas Akhir ini. Penulisan Laporan

Tugas Akhir ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak yang sangat berarti dan

dalam kesempatan ini tidak lupa penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang

tidak terhingga kepada :

1. Drs. H. Lamri, M. Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Kalimantan Timur.

2. Ibu Sonya Yulia, S.Pd.,M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik

Kesehatan Kemenkes Kalimantan Timur.

3. Ibu Eli Rahmawati, S.SiT., M.Kes, selaku Ketua Program Studi D-III Kebidanan

Balikpapan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kalimantan Timur.

iii
4. Novi Pasiriani,SST.,M.Pd, selaku dosen pembimbing I, yang telah memberikan

pengarahan dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan

Tugas Akhir.

5. Hj. Endang Kasiani, SST, selaku dosen pembimbing II, yang telah memberikan

pengarahan dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan

Tugas Akhir.

6. Faridah Hariyani,M.Keb selaku Penguji Utama Laporan Tugas Akhir.

7. Para Dosen dan Staf Pendidikan di Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Kalimantan Timur Prodi D-III Kebidanan Balikpapan.

8. Orang tua, kakak dan adik serta keluarga tercinta yang telah membantu dengan

Doa dan dukungan mental kepada penulis.

9. Ny.S dan keluarga yang telah memberikan kepercayaan dan bersedia ikut

berpartisipasi menjadi klien saya untuk menyelesaikan Laporan Tugas Akhir.

10. Rekan-rekan AKB 81 yang telah membantu dengan setia dalam kebersamaan

menggali ilmu.

11. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan

sebaik–baiknya. Namun demikian penulis menyadari bahwa masih banyak

kekurangannya. Hal ini dikarenakan keterbatasan yang ada pada penulis baik

pengalaman, pengetahuan dan waktu.untuk itu dengan rendah hati penulis menerima

semua masukan dan saran dari semua pihak demi perbaikan dan penyempurnaan

pada Laporan Tugas Akhir ini.

iv
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan balasan atas segala amal yang

telah diberikan dan semoga Laporan Tugas Akhir ini bermanfaat bagi penulis

maupun pihak lain yang membutuhkan.

Balikpapan, 27 Juli 2016

Penulis

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

“Hidup seseorang sudah di atur oleh Tuhan, walaupun rencanaNya berbeda-beda

dalam kehidupan kita tetapi tujuanNya sama yaitu untuk Kebaikan. Jadi jangan iri

dengan kehidupan orang lain. Jangan juga bermimpi untuk menjadi seperti orang lain.

Lihatlah apa yang ada pada diriMu dan Bersyukur kepada Tuhan. Biarlah kehendak

Tuhan yang terjadi dalam HidupMu, seperti tertulis dalam Kitab 1 Tesalonika 5: 18

Mengucap Syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam

Kristus Yesus bagi kamu.”

Persembahan

Yang Paling Utama Dari Segalanya

Atas segala Berkat Karunia dan Sukacita oleh Tuhan Yesus Kristus

yang begitu Luar biasa bagi saya sehingga

Kupersembahkan karya kecil sederhana ini kepada orang yang sangat

kukasihi dan kusayangi.

Bapak & Mama

Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga

kupersembahkan karya kecil ini kepada bapak & mama tercinta yang telah

memberikan kasih sayang, segala dukungan dan cinta kasih tiada terhingga yang tidak

mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan

persembahan. Sosok yang pertama dari tujuan hidupku yang selalu membangkitkanku

disaat terpuruk dari hidupku. Terima kasih Tuhan telah kau berikan kepadaku

malaikatmu, terima kasih telah kau lahirkan aku dari rahimnya.

vi
Kakak

Untuk kakak, tiada yang paling mengharukan saat dimana kita harus

berpisah jarak dan di saat kumpul bersama kita sering bertengkar tapi hal itu selalu

menjadi warna yang tak akan bisa tergantikan, terima kasih atas doa dan bantuan

selama ini karya kecil ini yang dapat aku persembahkan, maaf belum bisa

menjadi panutan seutuhnya, tapi aku akan selalu

menjadi yang terbaik buat Kakak.

Kekasih Hatiku

Sebagai tanda kasihku kepadamu “ Bripda Komang Panditayana Pranadila”,

Terima kasih atas kasih sayang, perhatian dan kesabaranmu yang telah memberikan

semangat dan inspirasi dalam menyelesaikan karya kecil ini, di saat sesibuk apapun

tetap kau perioritaskan kepentingan ku, Maafkan jika masih banyak kesalahan

yang ku perbuat Sekali lagi Terimakasih banyak atas Kebaikan yang di berikan

semoga engkau pilihan terbaik dari Tuhan untukku dan masa depanku.

Dosen Pembimbing dan Penguji Utama Tugas Akhirku

Ibu Novi Pasiriani, SST.M.Pd dan Ibu Hj. Endang Kasiani, S.ST selaku dosen

pembimbing tugas akhirku dan Ibu Faridah Hariyani M.Keb selaku penguji utama

tugas akhirku, terimaksih ibu atas bimbingan serta nasehat yang tiada hentinya ibu

berikan kepada saya tidak akan lupa segala jasa dan limpahan kesabaran ibu dalam

membimbing saya selama ini serta saya bangga pernah dibimbing oleh ibu,

Kiranya Tuhan senantiasa Memberkati Ibu dimanapun Ibu berada.

vii
Seluruh Dosen Pengajar dan staff di Poltekkes Kemenkes Kaltim

Terima kasih banyak untuk semua ilmu, didikan, bimbingan serta pengalaman

berharga yang telah kalian berikan kepada saya, Support mental yang kalian

berikan kepada saya sanggat Berguna dalam kehidupan saya kedepanya,

Semoga Amal kebaikan Seluruh Dosen pengajarku

Diberikan balasan yang setimpal oleh

Tuhan Yang Maha Esa.

Rekan-rekan Kebidanan Kelas A & B

Teruntuk kepada wanita-wanita hebatku calon bidan. Salam hangat terdahsyat untuk

kalian atas kebersamaan saat menimba ilmu selama tiga tahun, terima kasih untuk

segala suka maupun duka dari kalian aku banyak belajar tentang arti hidup

dan pertemanan yang sesungguhnya.

Buat Pasien Study Kasusku

Tidak lupa ucapan terima kasih kepada keluarga Tn. M dan Ny. S yang bersedia

untuk menjadi pasien dalam pelaksanaan tugas akhir saya. Tanpa kerja sama dari

kalian tugas akhir ini tidak akan terselesaikan. Terima kasih atas waktu yang telah

diluangkan selama pelaksanaan, semoga adik bilal menjadi anak yang sholeh dan

patuh kepada kedua orang tua dan semoga hubungan Tali Kasih ini selalu terjaga.

Amen.

viii
Terima kasih untuk semuanya yang mungkin tidak bisa saya sebutkan satu persatu

dalam lembar persembahan ini, terima kasih atas motivasi dan kerjasamanya,

karena berkat motivasi dan kerjasamanya saya dapat menyelesaikan

karya kecil ini dengan tepat waktu.

“Karya kecil untuk mereka yang kusayang dan kucintai”

Salam hangat penuh kasih sayang

Penulis

ix
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ferdyanti Dwivonita Benu

NIM : P0 7224113013

Tempat Tanggal Lahir : Kupang, 17 Februari 1995

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jln. Karya Murni No. 05 RT 65 Kelurahan Gunung

Sari Ilir Kecamatan Balikpapan Tengah.

Riwayat Pendidikan :

1. SDK DON BOSCO 2 Kupang-NTT, 2001-2002

2. SD Kristen Harapan 1 Denpasar-Bali, 2003-2004

3. SD Negri 002 Balikpapan Tengah, 2004-2007

4. SMP Negri 3 Balikpapan, 2007-2010

5. SMA Partra Dharma Balikpapan, 2010-2013

6. Mahasiswa Poltekkes Kementrian Kesehatan Kal-

Tim Prod i D-III Kebidanan Balikpapan tahun 2013 –

sekarang.

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................. vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP..................................................................................... x

DAFTAR ISI............................................................................................................... xi

DAFTAR TABLE..................................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 10

C. Tujuan ..................................................................................................... 11

D. Manfaat.................................................................................................... 13

E. Ruang Lingkup........................................................................................ 15

F. Sistematika Penulisan ............................................................................. 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Managemen Varney......................................................... 19

1. Manajemen Varney .......................................................................... 19

2. Hasil Pengkajian dan Perencanaan Asuhan ..................................... 23

xi
B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan........................................................... 54

1. Konsep Dasar Kehamilan Normal....................................................55

2. Konsep Dasar Persalinan Normal...................................................121

3. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir.......................................................138

4. Konsep Dasar Nifas Normal...........................................................146

5. Konsep Dasar Neonatus..................................................................155

6. Konsep Dasar Kontrasepsi..............................................................156

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian .......................................................................... 163

B. Kerangka Kerja Penelitian ................................................................... 164

C. Subjek Studi Kasus................................................................................ 165

D. Pengumpulan dan Analiasis Data ......................................................... 165

E. Etika Penelitian ..................................................................................... 148

BAB IV TINJAUAN KASUS

A. Dokumentasi Asuhan Kebidanan pada Kehamilan ............................... 169

B. Dokumentasi Asuhan Kebidanan pada Persalinan................................ 180

C. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir ............................... 190

D. Dokumentasi Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas .............................. 194

E. Dokumentasi Asuhan Kebidanan pada Neonatus ................................. 200

F. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana ........................ 206

xii
BAB V PEMBAHASAN

A. Pembahasan Proses Asuhan Kebidanan................................................ 211

B. Keterbatasan Pelaksanaan Asuhan ........................................................ 228

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 230

B. Saran...................................................................................................... 233

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 235

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

xiii
DAFTAR TABLE

Table 2.1 Umur kehamilan berdasarkan tinggi fundus uteri...................................... 62

Table 2.2 Peningkatan berat badan selama kehamilan .............................................. 64

Table 2.3 Menu gizi seimbang ................................................................................... 83

Table 2.4 Memantau kemajuan persalinan menggunakan partograf ....................... 135

Table 2.5 Apgar Score.............................................................................................. 140

Tabel 2.6 Perubahan Normal Pada Uterus Selama Post partum .............................. 148

Table 2.7 Menu Makanan Ibu Nifas ........................................................................ 154

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Partograf................................................................................................135

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Penelitian....................................................................164

xv
DAFTAR LAMPIRAN

1. Foto Hasil USG

2. Satuan Acara Penyuluhan

3. Leaflet

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur

kesehatan. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

merupakan salah satu indikator utama derajat kesehatan suatu negara. AKI dan

AKB juga mengindikasikan kemampuan dan kualitas pelayanan kesehatan,

kapasitas pelayanan kesehatan, kualitas pendidikan dan pengetahuan masyarakat,

kualitas kesehatan lingkungan, sosial budaya serta hambatan dalam memperoleh

akses terhadap pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2012).

Setiap menit diseluruh dunia, 380 wanita mengalami kehamilan, 190 wanita

menghadapi kehamilan tidak diinginkan, 110 wanita mengalami komplikasi

terkait kehamilan, 40 wanita mengalami aborsi yang tidak aman dan 1 wanita

meninggal. Indikator yang umum di gunakan dalam kematian ibu adalah angka

kematian ibu (AKI). Secara global 80% kematian ibu tergolong pada kematian ibu

langsung. Pola penyebab langsung yaitu perdarahan(25%), biasanya perdarahan

pasca persalinan), sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet

(8%), komplikasi aborsi tidak aman (13%), dan sebanyak (8 %) dikarenakan oleh

sebab-sebab lainnya (Prawirohardjo, 2010).

1
Penyebab kematian Ibu dan perinatal terjadi karena pengawasan Ante Natal

Care yang kurang sehingga kehamilan dengan resiko tinggi terlambat untuk

diketahui, banyak dijumpai ibu dengan jarak kehamilan yang terlalu pendek,

terlalu banyak anak, terlalu muda dan terlalu tua untuk hamil (Saifuddin, 2002).

Sebagai salah satu bentuk pelaksanaan dalam menjalankan program M.P.S

untuk menurunkan AKI dan AKB, peran bidan dalam melakukan asuhan

kebidanan pro-aktif adalah dengan peningkatan cakupan ante natal care (ANC)

yaitu pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali, bersalin pada tenaga kesehatan,

perawatan bayi baru lahir, kunjungan nifas, kunjungan neonatal, penanganan

komplikasi dan pelayanan kontrasepsi yang dilakukan secara komprehensif

(Syafrudin, 2009).

Asuhan kebidanan komprehensif merupakan asuhan kebidanan yang

diberikan secara menyeluruh dari mulai hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas,

neonatal sampai pada keluarga berencana. Asuhan kebidanan ini diberikan

sebagai bentuk penerapan fungsi, kegiatan, dan tangggung jawab bidan dalam

memberikan pelayanan kepada klien dan merupakan salah satu upaya untuk

menurunkan AKI dan AKB (Saifuddin, 2006).

Salah satu upaya untuk menurunkan AKI dan AKB adalah dengan

meningkatkan pelayanan kebidanan dan kesehatan ibu, remaja, prahamil, KB,

serta pencegahan dan penanggulangan penyakit menular seksual, yang semuanya

terangkum dalam program PKRE (Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial),

juga kita telah mempunyai intervensi strategis yaitu empat pilar safe motherhood

yang terdri dari Keluarga berencana, pelayanan antenatal terfokus, persalinan

yang bersih dan aman, serta pelayanan obstetric esensial (Prawiroharjo 2002).

1
AKI dan Angka Kematian Bayi Baru Lahir (AKBBL) di Indonesia masih

jauh dari target yang harus dicapai Tahun 2015 sesuai dengan kesepakatan sasaran

pembangunan millenium. Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)

melaporkan AKI tahun 2006 sebanyak 253/100.000 kelahiran hidup menjadi

248/100.000 kelahiran hidup tahun 2007. Pada tahun 2009 AKI 226/100.000

kelahiran hidup, tapi angka ini masih jauh di atas target AKI untuk (MDGs)

Millenium Development Goals yang ditetapkan WHO sebesar 102/100.000

kelahiran hidup.

Sementara AKBBL di Indonesia mencapai 35/1000 kelahiran hidup atau 2

kali lebih besar dari target WHO sebesar 15/1000 kelahiran hidup (DepKes,

2008).

Angka kematian ibu di Indonesia menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara

yaitu sebanyak 214/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2010, Sedangkan target

MDGs dalam meningkatkan kesehatan Ibu di Indonesia menetapkan batasan

jumlah kematian ibu sebanyak 102/100.000 kelahiran hidup. Di Indonesia

kematian ibu disebabkan oleh penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab

langsung antara lain perdarahan 28%, eklampsia 24%, infeksi 11%, abortus 5%,

persalinan lama 5%, emboli obstetri 3%, komplikasi puerpureum 8%, dan lain-

lain 11% (Depkes RI, 2011).

Sedangkan untuk data Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia walaupun

masih jauh dari angka target MDGs yaitu AKB tahun 2015 sebesar 23 per 1000

kelahiran hidup tetapi tercatat mengalami penurunan yaitu dari sebesar 35 per

1000 kelahiran hidup (SDKI 2002) menjadi sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup

(SDKI 2007), dan terakhir menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2012).

2
Data yang dilaporkan di Kalimantan Timur diperoleh data AKI mencapai 106

kematian per 100.000 kelahiran hidup pada awal tahun 2013. Angka itu

meningkat dari 90 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2010. Data

lain menunjukkan di Samarinda ditemukan 10 kasus kematian ibu dan 2 kasus

kematian bayi selama tahun 2013 (Dinkes kota Samarinda, 2013).

Di Kota Balikpapan, angka kematian ibu melahirkan dan kematian bayi,

belum menunjukan penurunan. Bahkan cendrung meningkat. Data tahun 2010

untuk angka kematian ibu (AKI) sebanyak 56 per 100.000 kelahiran, tahun 2011

menjadi 71 per 100.000 kelahiran dan tahun 2012 menjadi 78 per 100.000

kelahiran. Begitupula pada angka kematian bayi (AKB) pada 2010, sebanyak 4

per1000 kelahiran, 2011 AKB 5 per 1.000 kelahiran dan 2012 sebanyak 6 per

1.00 0 kelahiran (Dinas kota Balikpapan, 2012)

Kehidupan manusia dimulai sejak masa janin dalam rahim ibu. Sejak itu,

manusia kecil telah memasuki masa perjuangan hidup yang salah satunya

menghadapi kemungkinan kurangnya zat gizi yang diterima dari ibu yang

mengandungnya. Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka

janin tersebut akan mempunyai konsekuensi kurang menguntungkan dalam

kehidupan berikutnya. Sejarah klasik tentang dampak kurang gizi selama

kehamilan terhadap outcome kehamilan telah banyak didokumentasikan.

Fenomena the Dutch Famine menunjukkan bahwa bayi-bayi yang masa

kandungannya (terutama trimester 2 dan 3) jatuh mempunyai rata-rata berat

badan, panjang badan, lingkar kepala, dan berat placenta yang lebih rendah

dibandingkan bayi-bayi yang masa kandungannya tidak terpapar dan hal ini

3
terjadi karena adanya penurunan asupan kalori, protein dan zat gizi essential

lainnya.

Gangguan pertumbuhan janin ada 2 yaitu makrosomia dan IUGR (PJT).

Kejadian PJT bervariasi, berkisar 4-8% pada negara maju dan 6-30% pada negara

berkembang. Hal ini perlu menjadi perhatian karena besarnya kecacatan dan

kematian yang terjadi akibat PJT. Pada kasus-kasus PJT yang sangat parah dapat

berakibat janin lahir mati (stillbirth) atau jika bertahan hidup dapat memiliki efek

buruk jangka panjang dalam masa kanak-kanak nantinya. Kasus-kasus PJT dapat

muncul, sekalipun sang ibu dalam kondisi sehat, meskipun, faktor-faktor

kekurangan nutrisi dan perokok adalah yang paling sering. Menghindari cara

hidup berisiko tinggi, makan makanan bergizi, dan lakukan kontrol kehamilan

(prenatal care) secara teratur dapat menekan risiko munculnya PJT

Kehamilan dengan letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di

dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi

yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi dan pada kepala janin

sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. Hal ini termasuk salah satu masaiah

kesehatan yang dapat mengakibatkan morbiditas dan mortalitas terhadap ibu dan

janinnya (Wiknjosastro H. 2007)

Bila persalinan letak lintang dibiarkan tanpa pertolongan akan dapat

menyebabkan kematian baik pada ibu maupun janin. Ruptur uteri, perdarahan dan

infeksi berakibat fatal bagi ibu sedangkan pada janin bisa terjadi prolapsus

umbilikus, asfiksia hingga berlanjut pada kematian janin.

Letak lintang terjadi rata-rata pada 1 dari 322 kelahiran tunggal (0,3%) baik di Mayo

Clinic maupun di University of Iowa Hospital (Cruikshank dan White, 1973;

4
Johnson, 1964). Di Parkland Hospital, dijumpai letak lintang pada 1 dari 335 janin

tunggal yang lahir selama lebih dari 4 tahun. Janin letak lintang seringkali ditemukan

dengan pemeriksaan USG pada awal gestasi. Angka kejadian meningkat jika

janinnya premature

Alergi termasuk gangguan yang menjadi permasalahan kesehatan penting

pada usia anak. Gangguan ini ternyata dapat menyerang semua organ tanpa

terkecuali. Mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan berbagai bahaya dan

komplikasi yang mungkin bisa terjadi. Belakangan terungkap bahwa alergi

menimbulkan komplikasi yang cukup berbahaya, karena alergi dapat mengganggu

semua organ atau sistem tubuh kita termasuk gangguan fungsi otak. Gangguan fungsi

otak itulah maka timbul gangguan perkembangan dan perilaku pada anak seperti

gangguan konsentrasi, gangguan emosi, keterlambatan bicara, gangguan konsentrasi

hingga memperberat gejala penderita Autism dan ADHD.

Melihat demikian luas dan banyaknya pengaruh alergi yang mungkin bisa

terjadi, maka deteksi dan pencegahan alergi sejak dini sebaiknya dilakukan. Gejala

serta faktor resiko alergi dapat dideteksi sejak lahir, bahkan mungkin sejak dalam

kandungan. Alergi makanan tidak terjadi pada semua orang, tetapi sebagian besar

orang mempunyai potensi menjadi alergi. Tampaknya sebagian besar orang bila

dicermati pernah mengalami reaksi alergi. Namun sebagian lainnya tidak pernah

mengalami reaksi alergi. Terdapat 3 faktor penyebab terjadinya alergi makanan,

yaitu faktor genetik, imaturitas usus, pajanan alergi yang kadang memerlukan faktor

pencetus

5
Alergi dapat diturunkan dari orang tua atau kakek dan nenek pada penderita.

Bila ada orang tua menderita alergi kita harus mewaspadai tanda alergi pada anak

sejak dini. Bila ada salah satu orang tua yang menúerita gejala alergi maka dapat

menurunkan resiko pada anak sekitar 20 – 40%, ke dua orang tua alergi resiko

meningkat menjadi 40 – 80%. Sedangtkan bila tidak ada riwayat alergi pada kedua

orang tua maka resikonya adalah 5 – 15%. Pada kasus terakhir ini bisa saja terjadi

bila nenek, kakek atau saudara dekat orang tuanya mengalami alergi.

Angka anemia pada kehamilan di Indonesia cukup tinggi sekitar 67% dari

semua ibu hamil dengan variasi tergantung pada daerah masing-masing. Sekitar 10-

15% tergolong anemia berat yang sudah tentu akan mempengaruhi tumbuh kembang

janin dalam rahim (Manuaba, I.B.G, 2007) Anemia dalam kehamilan merupakan

salah satu masalah kesehatan yang banyak dialami dan cukup tinggi yang berkisar

antara 10-20% (Sarwono Prawiharjo, 2010 hal).

Menurut catatan dan perhitungan Dep.Kes R.I di Indonesia sekitar 67% Ibu

hamil mengalami anemi. Sebagian besar anemia adalah anemia defisiensi Fe yang

dapat disebabkan oleh konsumsi Fe dari makanan yang kurang atau terjadi

pendarahan menahun akibat parasit, seperti ankilostomiasis. Berdasarkan fakta

tersebut dapat dikemukakan bahwa dasar utama anemia pada Ibu Hamil adalah

kemiskinan sehingga tidak mampu memenuhi standar makanan dan situasi

lingkungan yang buruk (I.B.G Manuaba 2007).

Perawatan payudara pada masa nifas merupakan perawatan yang dilakukan

untuk mempersiapkan payudara agar dalam kondisi baik saat menyusui bayinya,

meliputi perawatan kebersihan payudara baik sebelum maupun sesudah menyusui.

6
Perawatan puting susu yang lecet dan merawat puting susu agar tetap lemas, tidak

keras dan tidak kering. Selain itu akan menjaga bentuk payudara juga akan

memperlancar keluarnya ASI (Suririnah, 2008). Perawatan payudara setelah

melahirkan bertujuan agar payudara senantiasa bersih dan mudah dihisap oleh

bayi. Banyak ibu yang mengeluh bayinya tidak mau menyusu, bisa jadi ini

disebabkan oleh faktor teknis seperti puting susu yang masuk atau posisi yang

salah. Selain faktor teknis ini tentunya Air Susu Ibu juga dipengaruhi oleh asupan

nutrisi dan kondisi psikologis ibu (Saryono, 2009).

Pada tahun 2005 Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa

jumlah kasus infeksi payudara yang terjadi pada wanita seperti kanker, tumor,

mastitis, penyakit fibrocustic terus meningkat, dimana penderita kanker payudara

mencapai hingga lebih 1,2 juta orang yang terdiagnosis, dan 12% diantaranya

merupakan infeksi payudara berupa mastitis pada wanita pasca post partum

Sedangkan di Indonesia hanya 0,001/100.000 angka kesakitan akibat infeksi

berupa mastitis (Depkes RI, 2008). Berdasarkan laporan dari Survei Demografi

dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2008 – 2009 menunjukkan bahwa 55%

ibu menyusui mengalami mastitis dan puting susu lecet, kemungkinan hal tersebut

disebabkan karena perawatan payudara yang tidak benar.

Perawatan payudara bertujuan untuk memelihara kebersihan payudara

terutama kebersihan puting susu sehingga terhindar dari infeksi, melenturkan dan

menguatkan puting susu sehingga bayi mudah menyusu dan dapat menyusu

dengan baik, mengurangi risiko luka saat bayi menyusu, merangsang kelenjar air

susu sehingga produksi asi menjadi lancar, mengetahui secara dini kelainan puting

susu dan melakukan usaha-usaha untuk mengatasinya, untuk persiapan psikis ibu

7
menyusui dan menjaga bentuk payudara, dan mencegah penyumbatan pada

payudara (Saryono dan Pramistasari Roischa, 2009). Oleh karena itu penting

untuk memberikan informasi dan mengajarkan cara melakukan perawatan

payudara sedini mungkin pada ibu tentang pentingnya melakukan perawatan

payudara dalam rangka persiapan ibu untuk menyusui pada masa menyusui agar

tidak terjadi masalah seperti ASI sulit keluar, puting susu lecet, puting susu nyeri,

payudara bengkak, mastitis atau abses payudara, dll.

Pengkajian awal yang dilakukan penulis pada Ny. S ibu hamil usia 20 tahun

G1P0000 usia kehamilan 29 minggu janin hidup tunggal pada tanggal 12 Maret

2016 di rumah Ny.S. Pada pengkajian anamnesa awal ini ditemukan beberapa

ketidaknyamanaan pada Ny.S yaitu, Ibu mengatakan nyeri pada daerah pinggang,

Ibu mengatakan memiliki riwayat keputihan berwarna kehijauan, pada

pemeriksaan Leopold terdapat ketidaksesuaian, dan indeks masa tubuh kurang.

Berdasarkan uraian diataslah penulis memilih Ny.S G1P0000 usia kehamilan 29

minggu dengan masalah nyeri pada daerah pinggang, riwayat keputihan berwarna

kehijauan, pada pemeriksaan Leopold terdapat ketidak sesuaian, dan indeks masa

tubuh kurang, untuk melakukan asuhan kebidanan komprehensif selama masa

hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas, neonatus, dan pemilihan alat kontrasepsi

dan klien maupun keluarga bersedia berpartisipasi dalam asuhan kebidanan

komprehensif.

8
B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah adalah

“Bagaimana pelayanan asuhan kebidanan secara komprehensif (pengkajian,

identifikasi masalah, dan penegakam diagnosa, intervensi, implementasi, dan

evaluasi, dan pendokumentasian) pada Ny.S G1 P0000 usia kehamilan 29 minggu

dengan Masalah “Janin Letak Litang, Anemia, TFU tidak sesuai Usia Kehamilan,

Riwayat Keputihan, Alergi Makanan Laut” dalam masa kehamilan, persalinan,

bayi baru lahir, nifas, neonatus sampai dengan pelayanan kontrasepsi yang sesuai

dengan standar pelayanan kebidanan ?

9
C. Tujuan

1. Tujuan umum

Peneliti mampu memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif

pada Ny.S G1 P00000 usia kehamilan 29 minggu Dengan Masalah “Janin Letak

Litang, Anemia, TFU tidak sesuai Usia Kehamilan, Riwayat Keputihan, Alergi

Makanan Laut” dari masa kehamilan, bersalin, bayi baru lahir, nifas, neonatus

serta pemilihan alat kontrasepsi sesuai dengan standar pelayanan kebidanan

dan mendokumentasikan dalam bentuk SOAP di “Wilayah Kerja Baru

Tengah Kota Balikpapan Tahun 2016”.

2. Tujuan khusus

Penulisan laporan tugas akhir ini bertujuan untuk :

a. Memberikan asuhan kehamilan secara komprehensif pada Ny.S G1 P00000

usia kehamilan 29 minggu dengan Masalah “Janin Letak Litang, Anemia,

TFU tidak sesuai Usia Kehamilan, Riwayat Keputihan, Alergi Makanan

Laut”yakni dengan pendokumentasian metode SOAP.

b. Memberikan asuhan persalinan secara komprehensif pada Ny.S G1 P00000

usia kehamilan 29 minggu Masalah “Janin Letak Litang, Anemia, TFU

tidak sesuai Usia Kehamilan, Riwayat Keputihan, Alergi Makanan

Laut”yakni dengan pendokumentasian metode SOAP

c. Memberikan asuhan bayi baru lahir secara komprehensif pada Ny.S G1 P0000

usia kehamilan 29 minggu dengan Masalah “Janin Letak Litang, Anemia,

TFU tidak sesuai Usia Kehamilan, Riwayat Keputihan, Alergi Makanan

Laut”yakni dengan pendokumentasian metode SOAP

10
d. Memberikan asuhan masa nifas secara komprehensif pada Ny.S G1 P0000 usia

kehamilan 29 minggu dengan Masalah “Janin Letak Litang, Anemia, TFU

tidak sesuai Usia Kehamilan, Riwayat Keputihan, Alergi Makanan

Laut”yakni dengan pendokumentasian metode SOAP

e. Memberikan asuhan neonatus secara komprehensif pada Ny.S G1 P0000 usia

kehamilan 29 minggu dengan Masalah “Janin Letak Litang, Anemia, TFU

tidak sesuai Usia Kehamilan, Riwayat Keputihan, Alergi Makanan

Laut”yakni dengan pendokumentasian metode SOAP

f. Memberikan asuhan keluarga berencana secara komprehensif pada Ny.S G1

P0000 usia kehamilan 29 minggu dengan Masalah “Janin Letak Litang,

Anemia, TFU tidak sesuai Usia Kehamilan, Riwayat Keputihan, Alergi

Makanan Laut”yakni dengan pendokumentasian metode SOAP

11
D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

a. Dengan adanya asuhan kebidanan pada ibu hamil sehingga

dilakukannya asuhan kehamilan secara teratur untuk kesehatan ibu

dan tumbuh kembang bayi dapat termonitor dengan baik dengan

pemantauan terhadap komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi

dapat terdeteksi secara dini.

b. Dengan adanya asuhan kebidanan pada i bu bersalin akan

terlaksananya asuhan persalinan normal tanpa ada komplikasi

ataupun penyulit yang mungkin terjadi.

c. Dengan adanya asuhan pada bayi baru lahir dengan baik dan benar

akan mencegah terjadinya komplikasi-komplikasi yang mungkin

terjadi.

d. Dengan adanya asuhan kebidanan pada ibu nifas sehingga masa nifas

dapat berlangsung normal tanpa terjadi infeksi ataupun komplikasi

yang mungkin dapat terjadi.

e. Dengan adanya asuhan pada neonatus dengan baik dan benar akan

mencegah terjadinya komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi.

f. Dengan adanya asuhan pelayanan kontrasepsi diharapkan laju

pertumbuhan penduduk dapat ditekan sehingga tercipta masyarakat

yang berkualitas.

12
2. Manfaat Praktis

a. Bagi Dinas Kesehatan Kota Balikpapan dapat menjadi bahan acuan

untuk pembuatan kebijakan dalam pemberian asuhan kebidanan yang

komprehensif.

b. Bagi institusi pendidikan, dapat menjadi bahan pembelajaran dalam

perkuliahan.

c. Bagi Puskesmas wilayah kerja setempat dapat membantu untuk

menjalankan dan melancarkan program kerja puskesmas.

d. Bagi klien, klien mendapatkan pengetahuan dan pelayanan sesuai

standar pelayanan kebidanan.

e. Bagi peneliti, dapat mempraktikan teori yang didapat secara langsung

dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, bayi

baru lahir,nifas, neonatus dan KB.

f. Bagi peneliti lainnya, dapat menjadi bahan referensi dalam membuat

karya tulis ilmiah.

13
E. Ruang Lingkup

Penulisan laporan studi kasus ini disusun berdasarkan metode

penelitian deskriptif dalam bentuk studi kasus continuity of care, yang

bertujuan memberikan asuhan secara komprehensif pada Ny.S G1 P0000 usia

kehamilan 29 minggu Dengan Masalah “Janin Letak Litang, Anemia, TFU

tidak sesuai Usia Kehamilan, Riwayat Keputihan, Alergi Makanan Laut”

mulai dari kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus, hingga

pelaksanaan program KB pada periode 11 Maret – Juni 2016 Di wilayah

Kerja Baru Tengah Kota Balikpapan.

14
F. Sistematika Penulisan.

Adapun Sistematika umum penulisan laporan tugas akhir adalah sebagai

berikut:

JUDUL

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

2. Tujuan Khusus

D. Manfaat

1. Manfaat Praktis

2. Manfaat Teoritis

E. Ruang Lingkup

F. Sistematika Penulisan

15
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan

1. Manajemen Varney

2. Hasil Pengkajian Klien dan Perencanaan Asuhan

B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan

1. Konsep Dasar Kehamilan Normal

2. Konsep Dasar Persalinan Normal

3. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir Normal

4. Konsep Dasar Nifas Normal

5. Konsep Dasar Neonatus

6. Konsep Dasar Keluarga Berencana

BAB III

SUBJEK DAN KERANGKA KERJA PELAKSANAAN STUDI KASUS

A. Rancangan Penelitian

B. Kerangka Kerja Penelitian

C. Subjek Penelitian

D. Pengumpulan dan Analisi Data

E. Etika Penulisan

BAB IV

TINJAUAN KASUS

Berisikan tentang kasus yang dibuat menjadi SOAP kehamilan, persalinan,

bayi baru lahir, nifas, neonatus dan KB.

16
BAB V

PEMBAHASAN

Berisikan tentang teori apakah terdapat kesenjangan antara teori dan kasus

dari asuhan kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, serta KB.

BAB VI

PENUTUP

Berisikan tentang kesimpulan dan saran dari penulis dari asuhan kehamilan,

persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus serta KB.

DAFTAR PUSTAKA

17
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan

I. Manajemen Varney

Bidan sebagai seorang pemberi layanan kesehatan (health provider)

harus dapat melaksanakan pelayanan kebidanan dengan melaksanakan

manajemen yang baik. Dalam mempelajari manajemen kebidanan di

perlukan pemahaman mengenai dasar-dasar manajemen sehingga konsep

dasar manajemen merupakan bagian penting sebelum kita mempelajari

lebih lanjut tentang manajemen kebidanan.(Wikipedia, 2013).

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah, temuan, serta keterampilan dalam

rangkaian/tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang

berfokus pada pasien (Varney, 2007).

Manajemen kebidanan terdiri atas tujuh langkah yang berurutan,

diawali dengan pengumpulan data sampai dengan evaluasi.

Langkah Pertama : Dilakukan mengumpulkan semua data yang

dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara

keseluruhan, yaitu dengan mengumpulkan semua

informasi yang akurat dan

18
dari berbagai sumber yang berkaitan dengan kondisi

klien (Sulistyawati, 2009).

Langkah ke Dua : Dilakukan interpretasi data untuk diagnosis atau

masalah dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi

yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.

Dalam langkah kedua ini bidan membagi interpretasi

data dalam tiga bagian, diagnosis

kebidanan/nomenklatur dan masalah (Sulistyawati,

2009).

Langkah ke Tiga : Dilakukan Identifikasi diagnosis atau masalah

potensial dan mengantisipasi penanganannya

berdasarkan rangkaian masalah yang lain. Langkah ini

membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan

dilakukan pencegahan, sambil terus mengamati kondisi

klien (Sulistyawati, 2009).

Langkah ke Empat : Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera,

konsultasi, kolaborasi, dengan tenaga kesehatan lain

serta melakukan rujukan berdasarkan kondisi klien.

Langkah ke Lima : Melakukan penyusunan rencana Asuhan secara

menyeluruh dengan mengulang kembali manajemen

proses untuk aspek-aspek sosial yang tidak efektif.

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang

19
menyeluruh berdasarkan langkah sebelumnya.Semua

perencanaan yang dibuat harus berdasarkan

pertimbangan yang sebelumnya. Semua perencanaan

yang dibuat harus berdasarkan pertimbangan yang

tepat, meliputi pengetahuan, teori yang up to date,

perawatan berdasarkan bukti (evidance based care),

serta divalidasikan dengan asumsi mengenai apa yang

diingainkan dan apa yang tidak diiginkan oleh pasien.

Langkah ke Enam : Dilakukan pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan

aman. Pada langkah ini rencana asuhan dilaksanakan secara

efisien dan aman. Realisasi dari perencanaan dapat dilakukan

oleh bidan, pasien atau anggota keluarga lainnya.

Langkah ke Tujuh : Melakukan evaluasi keefektivan asuhan yang diberikan

dengan mengulang kembali manajemen proses untuk aspek-

aspek asuhan yang tidak efektif. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita

berikan kepada pasien, mengacu kepada tujuan asuhan

kebidanan, efektivitas tindakan untuk mengatasi masalah dan

hasil asuhan (Sulistyawati, 2009).

Dokumentasi “ Documen “ berarti satu atau lebih lembar kertas

resmi dengan tulisan diatasnya dokumentasi berisi dokumen

atau pencatatan yang berisi bukti atau kesaksian tentang atau

suatu pencatatan tentang sesuatu dokumentasi.

20
dalam bidang kesehatan adalah suatu sistem pencatatan atau

pelaporan informasi atau kondisi dan perkembangan kesehatan

pasien dan semua kegiatan yang dilakukan oleh petugas

kesehatan. Dalam pelayanan kebidanan, setelah melakukan

pelayanan semua kegiatan didokumentasikan dengan

menggunkan konsep SOAP yang terdiri dari

S : Menurut persfektif klien. Data ini diperoleh melalui anamnesa

atau allow anamnesa (sebagai langkah I dalam manajemen

Varney)

O : Hasil pemeriksaan fisik klien, serta pemeriksaan diagnostic dan

pendukung lain. Data ini termasuk catatan medic pasien yang

lalu. (sebagai langkah I dalam manajemen Varney).

A : Analisis/interpretasi berdasarkan data yang terkumpul, dibuat

kesimpulan berdasarkan segala sesuatu yang dapat teridentifikasi

diagnosa/masalah. Identifikasi diagnose/masalah potensial.

Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter/konsultasi

kolaborasi dan rujukan. (sebagai langkah II, III, IV dalam

manajemen Varney).

P : Merupakan gambaran pendokumentasian dari tindakan

(implementasi) dan evaluasi rencana berdasarkan pada langkah V,

VI, VII pada evaluasi dari flowsheet.

Planning termasuk : Asuhan mandiri oleh bidan,

kolaborasi/konsultasi dengan dokter, nakes lain, tes

diagnostic/laboratorium, konseling/penyuluhan Follow up.

21
1. Pengkajian Awal Asuhan

1. PENGKAJIAN

Tanggal : 12 Maret 2016

Jam : 11.30 WITA

Oleh : Ferdyanti Dwivonita Benu

a. Data Subjek

1) Identitas

Nama klien : Ny. S Nama suami : Tn. M

Umur : 20 tahun Umur : 21tahun

Suku : Bugis Suku : Bugis;

Agama : Islam

Pendidikan : Mahasiswi Uniba (masih aktif) Pendidikan :SMK

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jln. 21 Januari Rt. 06 No. 62

2) Anamnesa

Tanggal : 12 Maret 2016

Oleh : Ferdyanti Dwivonita Benu

1. Alasan Kunjungan saat ini: Kunjungan ANC yang Ke-5

2. Keluhan : Ibu mengatakan Nyeri pada daerah pinggang, dan riwayat

Keputihan berwarna hijau disertai bau dan gatalpada usia

kehamilan

22
3. Riwayat obstetri dan ginekologi

a) Riwayat obstetri

(1) Menarche : 14 tahun

(2) Siklus : 28 hari

(3) Lamanya : 7 hari

(4) Keluhan : Nyeri saat Haid

(5) HPHT : 15 Agustus 2015

(6) TP : 22 Mei 2016

(7) Usia Kehamilan : 29 Minggu 2 hari

b) Riwayat ginekologi

Ibu mengatakan punya riwayat keputihan berwarna kehijauan, Bau/gatal

pada usia kehamilan dan Ibu tidak mempunyai penyakit yang berkaitan

dengan kandungannya.

1) Riwayat kehamilan saat ini

Ibu rajin memeriksakan kehamilannya ± 7 kali selama hamil di Dokter

dan Bidan Praktek Swasta. Ibu sudah mendapatkan konseling diantaranya

mengenai kehamilan, pola istirahat, dan perencanaan persalinan. Ibu

mendapatkan terapi diantaranya vitamin B kompleks, kalk, dan SF.

2) Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu

Ini merupakan kehamilan yang Pertama dan ibu tidak pernah keguguran.

3) Riwayat penyakit ibu terdahulu dan saat ini

Ibu tidak pernah menderita penyakit seperti TBC, Hepatitis, HIV/AIDS,

asma, diabetes militus dan hipertensi.

23
4) Riwayat penyakit yang menderita penyakit keluarga

Keluarga ibu maupun suami tidak pernah menderita penyakit seperti TBC,

Hepatitis, HIV/AIDS, asma, diabetes militus dan hipertensi, serta penyakit

keturunan seperti buta warna dan penyakit kelainan darah.

5) Riwayat perkawinan

a) Kawin/Lamanya : Ya, 1 tahun

b) Usia saat perkawinan : Suami: 20 Tahun, Ibu: 19 Tahun

c) Pernikahan yang ke : 1 ( pertama)

6) Riwayat KB

a) Pernah ikut KB : Ibu tidak pernah ber-KB

7) Pola nutrisi

Pola nutrisi ibu meningkat lebih banyak dibandingkan sebelum hamil, Ibu

memiliki pantangan jenis makanan Laut sejak kecil seperti : Udang,

kepiting, cumi-cumi, kerang.

Jika Ibu memakan nya badan ibu terasa gatal-gatal.

8) Pola eliminasi

a) BAB

(1) Frekuensi : 2 Hari 1x

(2) Warna : kuning kecoklatan

(3) Konsistensi : Keras

(4) Keluhan : tidak ada

24
b) BAK

(1) Frekuensi : 5-6 kali sehari

(2) Warna : kuning jernih

(3) Keluhan : tidak ada

9) Pola aktivitas, istirahat dan tidur

a) Pola aktivitas

Selama ibu hamil, ibu masih dapat melakukan pekerjaan

rumah tangga seperti biasa.dan Kegiatan Ibu di Luar Rumah

adalah Kuliah. Memasuki kehamilan trimester III ibu mulai

mengurangi pekerjaan sehari-harinya.

b) Pola istirahat dan tidur

(1) Siang : 2-3 jam

(2) Malam : 8 jam

10) Pola psikologi ibu dan respon ibu serta keluarga terhadap kehamilannya.

Kehamilan ini sangat diharapkan oleh ibu, Suami & Keluarga. Ibu juga

mengharapkan kehamilan dan persalinannya berjalan dengan normal

serta anak yang dilahirkan selamat dan sehat., Suami dan keluarga sangat

bahagia dan mendukung atas kehamilan ibu ini. Hubungan ibu dengan

keluarga dan lingkungan sekitar cukup baik.

11) Pola konsumsi obat

Ibu mengonsumsi vitamin B kompleks, Kalk, dan SF selama hamil

dengan dosis 1 tablet perhari diminum dengan air putih.

12) Pengetahuan ibu tentang kehamilannya

25
Ibu cukup mengetahui tentang kehamilannya.Ibu telah memperoleh

informasi mengenai kehamilannya saat pemeriksaan kehamilan dengan

dokter spesialis kandungan.

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

a) Keadaan umum : Baik

b) Kesadaran : Compos mentis

c) Tinggi Badan : 159 cm

d) Berat Badan sekarang : 55 kg

e) Berat Badan sebelum hamil : 40 kg

f) LILA : 25 cm

g) Tanda-tanda vital

(1) Tekanan darah : 110/70 mmHg

(2) Nadi : 80 x/menit

(3) Pernapasan : 22 x/menit

(4) Suhu : 36,8 °C

2) Pemeriksaan khusus

a) Inspeksi

(1) Rambut : tampak bersih dan tidak rontok

(2) Muka : tidak tampak cloasma gravidarum,

oedema dan pucat

(3) Leher : tidak ada pembesaran kelenjaran tyroid dan

vena jugularis.

26
(4) Mata : konjungtiva tidak anemis dan sclera tidak

ikterik

(5) Dada : payudara tampak simetris, tampak

hiperpigmentasi pada areola mamae dan

puting susu tampak menonjol.

(6) Abdomen : tampak striae gravidarum, tidak tampak

luka bekas operasi. Pembesaran perut

sesuai umur kehamilannya

(7) Genetalia : tidak ada oedema dan varises

(8) Tungkai : tidak tampak oedema dan tidak tampak

varices

b) Palpasi

(1) Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid atau

vena jugularis

(2) Dada : tidak teraba benjolan abnormal pada payudara,

ada pengeluaran colostrum

(3) Abdomen

(a )Leopold I : TFU 24 cm, 2 jari diatas pusat. Pada

fundus teraba lunak, tidak bulat dan

tidak melenting (kosong). Tafsiran berat

janin 1.836 gram

(b )Leopold II : Teraba balotemen kepala pada salah

satu fosa iliaka dan bokong pada fosa

27
iliaka yang lain pada perut ibu sebelah

kanan teraba bagian memanjang keras

seperti papan , dan teraba bagian-bagian

kecil janin di sebelah kiri (punggung

kanan).

(c ) Leopold III & IV : tidak ditemukan bagian terendah

janin

(4) Pengukuran panggul luar

(a) Distansia spinarum : 25 Cm

(b) Distansia kristarum : 28 Cm

(c) Konjugata eksterna : 19 Cm

(d) Lingkar panggul : 91 Cm

(5) Tungkai : Tidak ada oedema dan varices

c) Auskultasi

Denyut jantung janin :DJJ terdengar sebelah Kanan setinggi

Pusat 132 x/menit

d) Perkusi

Refleks Patella : Kaki & Tangan Positif kanan dan kiri

3) Pemeriksaan penunjang

a) Pemeriksaan Hb : 10,0 gr %

b) Golongan Darah :B

28
2. Interpretasi Data Dasar

a. Diagnosis

Diagnosis : G1P0000 usia kehamilan 29 minggu Janin

Tunggal Hidup Intrauterine.

b. Masalah

Masalah Dasar

S: Ibu merasakan nyeri di daerah pinggangnya

1. Nyeri pinggang O : Pada pemeriksaan Perkusi Ibu merasakan nyeri di

bagian pinggang

2. Riwayat
Ibu S : Ibu mengatakan saat awal Kehamilan mengalami
Keputihan
keputihan berwarna hijau bau &gatal
berwarna hijau
O : Tidak ada pengeluaran pervaginam.
bau&gatal

Pada Pemeriksaan Leopold I-IV didapatkan hasil

3. Janin Letak L I : TFU 24 Cm , 2 jari atas pusat , Pada Fundus teraba

lintang lunak tidak melenting (kosong)

L II : Teraba balotemen kepala pada salah satu fosa iliaka

dan bokong pada fosa iliaka yang lain pada perut ibu,

sebelah kanan teraba bagian memanjang keras seperti

papan , dan bagian kecil disibelah kiri (Punggung Kanan)

L III & IV : Tidak ditemukan bagian terendah Janin

29
4. TFU tidak S : Ibu mengatakan pergerakam janin aktif
sesuai Usia
O : 2 jari atas pusat / 24 cm.
Kehamilan.

5. Alergi
S : Ibu mengatakan memiliki Alergi makanan Seafood
Makanan
seperti Udang, kepiting, cumi-cumi, kerang.
Seafood

O : Pusing : terkadang

6. Anemia ringan Lemas letih lesu : Tidak ada

Pada pemeriksaan Hb = 10 gr%

c. Kebutuhan :

Masalah K Kebutuhan

1.Nyeri Pinggang Anjurkan Ibu untuk melakukan Pereganggan Otot, yaitu

Senam Hamil, Memeperbaiki posisi Berdiri , sehingga titik

tumpu Ibu di pinggang tidak nyeri .

2.Riwayat

Keputihan Anjurkan Ibu untuk Personal hygine agar Keputihan tidak

berwarna hijau bau berulang kembali.

& gatal

30
3. Janin Letak Anjurkan Ibu untuk melakukan posisi sujud / knee-cheest

Lintang

4. TFU tidak sesuai Anjurkan Ibu memperbaiki Pola Nutrisi

Usia Kehamilan.

Anjurkan Ibu untuk mengganti jenis makan yang


5. Alergi makanan
mengandung protein yg lain nya seperti, telur, ayam, daging
Seafood
sapi, dan meminum susu.

Anjurkan ibu untuk meminum tablet fe dan mengkonsumsi


6. Anemia ringan. makan seperi Hati ayam , daging, sayuran berwarna hijau tua

(kangkung, sawi) , dan buah-buahan (jeruk, jambu biji,tomat).

3. Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial

Diagnosis Potensial :

Masalah Potensial :

Diagnosa Potensial Dasar

31
1.Akan terjadi karena pada korion, amnion dan cairan ketuban terkena

Korioamnionitis infeksi bakteri jika jaringan ini dipacu oleh persalinan atau

infeksi maka jaringan akan menipis dan sangat mudah untuk

pecah (Sarwono, 2008) .

2. Akan Terjadi Karena sudut yang tidak tegak lurus, dan pada letak Oblique

Letak Lintang presentasi ini hanyalah sementara, oleh karena itu presentasi

ini dapat berubah menjadi Lintang.

3. Akan Terjadi Infeksi TORCH, Tinggi Fundus tidak sesuai Usia Kehamilan,

IUGR, dan BBLR kekurangan nutrisi berat pada ibu hamil, dan wanita hamil

yang merokok.

4. Akan Terjadi Menurut (Wasnidar, 2007.hal 20) hal ini dapat terjadi karena

Anemia Sedang- berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah

berat dan atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi

Perdarahan serta fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan dan

Partus Lama kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi atau

adanya gangguan penyerapan zat besi dalam tubuh

Tindakan antisipasi : Berkolaborasi dengan dr. Obgyn untuk terapi

yang diberikan , serta USG untuk melihat

Kesejahteraan Janin, dan lakukan kolaborasi

untuk pemeriksaan Penunjang

32
4. Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera :

Tidak ada

5. Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh

a. Jelaskan hasil pemeriksaan

Rasional: penjelasan mengenai hasil pemeriksaan merupakan hak klien

dan keluarga (Varney, 2007).

b. Beri dukungan mental pada ibu

Rasional : dukungan keluarga serta dukungan dari tenaga kesehatan

dapat memberi rasa nyaman selama kehamilan (Kusmiyanti, 2009).

c. Anjurkan Ibu untuk menghabiskan vitamin yang diberikan oleh dokter

spesialis kandung dengan dosis 1x1 tablet

d. Anjurkan Ibu untuk memperbaiki sikap berdiri tegak, jika tidur

menghadap kiri, Jangan angkat barang berat-berat, dan melalukukan

pemijatan di sekitar pinggang.

Rasional : Posisi tidur dan posisi berdiri yang benar dapat mengurangi

rasa nyeri pada daerah pinggang (Bobak, 2004).

e. Anjurkan ibu untuk memperhatikan Personal Hygine

Rasiaonal : Dengan sering mengganti pakaian dalamnya jika sudah

merasa lembap/ basah, gunakan pakaian dalam yang menyerap keringat,

anjurkan ibu jangan terlalu sering memakai pembalut untuk mengatasi

keputihannya, anjurkan tetap menjaga kebersihan vagina dengan cara

Membersihkan vagina dengan pembersih yang tidak mengganggu

kestabilan Ph disekitar vagina, hindari pemakaian Bedak disekitar

vagina, jika membasuh vagina dari arah vagina ke anus jangan

33
melakukannya bolak balik agar kuman/bekteri dari anus masuk ke

vagina yang akan menyebabkan keputihan yang patologis serta Infeksi.

“http://www.kehamilanku.web.id/2014/12/3-jenis-keputihan-saat-

hamil-dan-cara-mencegahnya.html diakses 20April 2016”

f. Anjurkan Ibu untuk melakukan posisi Knee Cest agar kepala bayi

kembali di bawah

Rasional : Posisi Knee Cest atau posisi lutut dada, setiap hari minimal

2 kali sehari selama ± 5 menit untuk mengembalikan posisi bayinya

menjadi presentasi kepala. (Khanzima,2010:10).

g. Anjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi tinggi,

tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan narkotik, tidak

stress, berolahraga teratur, serta istirahat dan tidur yang cukup.

Suplementasi dari protein, vitamin, mineral, serta minyak ikan juga

baik dikonsumsi.

Rasional : makanan yang bergizi tinggi, tidak merokok, minum alkohol

dan menggunakan narkotik, tidak stress, berolahraga teratur, serta

istirahat dan tidur yang cukup Untuk mencegah komplikasi yang serius

selama kehamilan.

h. Anjurkan Ibu untuk mengganti jenis makan yang mengandung protein

yg lain nya seperti, telur, ayam, daging sapi, dan meminum susu.

Rasional : Telur, Ayam dan daging sapi adalah sumber Protein hewani.

i. Anjurkan Ibu agar Mengkonsumsi makanan bergizi seimbang dan

meminum tablet Fe.

34
Rasional : Mengkonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan

zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat

diperoleh dari daging, (terutama daging merah seperti sapi dan

kambing), telur, ikan dan ayam, serta hati Ayam. Pada sayuran zat besi

dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan

kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan dan

meminum susu dan tablet Fe, untuk mencegah anemia pada ibu hamil

menurut Depkes RI, (2007)

j. Buat kesepakatan dengan ibu mengenai kunjungan ulang

Rasional : pemeriksaan kehamilan secara rutin sangat penting selama

kehamilan, karena dapat mencegah secara dini penyakit yang

menyertai kehamilan, komplikasi kehamilan, menetapkan resiko

kehamilan, menyiapkan persalinan, menuju ibu dan bayi sehat

(Manuaba, 2010).

i. Lakukan dokumentasi

Rasional : dokumentasi asuhan kebidanan bertujuan sebagai bukti

pelayanan yang bermutu, tanggung jawab legal terhadap pasien,

informasi untuk perlindungan tim kesehatan, pemenuhan pelayanan

standar, sumber statistis untuk standarisasi, informasi untuk data wajib,

informasi untuk pendidikan, pengalaman belajar, perlindungan hak

pasien, perencanaa pelayabab dimasa yang akan datang (Varney, 2007).

6. Melakukan Asuhan Menyeluruh

a. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa secara

umum keadaan ibu dan janin baik

35
b. Memberi dukungan mental kepada ibu agar ibu lebih merasa tenang

dalam menghadapi kehamilannya.

c. Menganjurkan Ibu untuk menghabiskan vitamin yang diberikan oleh

dokter spesialis kandung dengan dosis 1x1

d. Menganjurkan Ibu untuk memperbaiki sikap berdiri tegak, jika tidur

menghadap kiri, Jangan angkat barang berat-berat, mengikuti senam

hamil dan melalukukan pemijatan di sekitar pinggang.

e. Menganjurkan ibu untuk sering mengganti pakaian dalamnya jika sudah

merasa lembap/ basah, gunakan pakaian dlam yang menyerap keringat,

anjurkan ibu jangan terlalu sering memakai pembalut untuk mengatasi

keputihannya, anjurkan ibu menjaga kebersihan vagina dengan cara

Membersihkan vagina dengan pembersih yang tidak mengganggu

kestabilan Ph disekitar vagina, Beritahu Ibu hindari pemakaian Bedak

disekitar vagina, jika membasuh vagina dari arah

vagina ke anus jangan melakukannya bolak balik agar kuman/bekteri

dari anus masuk ke vagina yang akan menyebabkan keputihan yang

patologis serta Infeksi.

f. Mengajarkan Ibu untuk melakukan teknik posisi Knee Cest agar kepala

bayi kembali di bawah

g. Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi

tinggi, tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan narkotik, tidak

stress, berolahraga teratur, serta istirahat dan tidur yang cukup.

Suplementasi dari protein, vitamin, mineral, serta minyak ikan juga baik

dikonsumsi.

36
h. Menganjurkan Ibu untuk mengganti jenis makan yang mengandung

protein yg lain nya seperti, telur, ayam, daging sapi, dan meminum susu.

i. Menganjurkan Ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi seimbang

dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

Zat besi dapat diperoleh dari daging, (terutama daging merah seperti sapi

dan kambing), telur, ikan dan ayam, serta hati Ayam. Pada sayuran zat

besi dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam

dan kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan dan

meminum susu dan tablet Fe.

j. Memberikan KIE mengenai Tanda-tanda bahaya pada ibu hamil, Tanda-

tanda persalinan, Persiapan persalinan bagi ibu dan bayi.

k. Membuat kesepakatan dengan ibu mengenai kunjungan ulang.

l. Melakukan pendokumentasian mengenai pemeriksaan yang dilakukan.

7. Evaluasi

a. Ibu dan keluarga mengerti mengenai kondisi ibu dan janinnya dalam

keadaan baik.

b. Ibu merrasa Nyaman dan Tenang menghadapi proses Kehamilannya

c. Ibu Akan menghabisakan Obat yang telah diberikan

d. Ibu mengerti dan akan melakukan Anjuran tersebut mengenai cara

mengatasi nyeri pinggang

e. Ibu mengerti dan akan melakukan Anjuran tersebut mengenai cara

mengatasi Keputihan dan Infeksi.

37
f. Ibu mengerti dan akan melakukan Anjuran tersebut mengenai cara

mengatasi agar Kepala Bayi Kembali di Bawah.

g. Ibu mengerti dan akan melakukam Anjuran agar Nutrisi ke Janin tidak

terhambat.

h. Ibu mengerti dan akan melakukan anjuran agar dapat mengatisipasi

Alergi.

i. Ibu mengerti dan akan melakukan anjuran tersebut mengenai bergizi

seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan tubuh

j. Ibu mengerti tentang penyuluhan yang diberikan.

k. Telah dilakukan pendokumentasian pada buku pemeriksan.

II. Perencanaan Asuhan

1. Rencana Asuhan kebidanan pada Ny.S

38
Langkah I : Menanyakan apakah ibu ada keluhan pada kehamilannya

saat ini, kemudian menanyakan apakah keluhan pada saat

kunjungan pertama mas ih ibu rasakan yaitu bagaimana pola

makan dan minum ibu sekarang apakah sudah bertambah

atau masih sama, apakah ibu masih sulit tidur pada malam

hari, apakah keputihan yang ibu rasakan dulu berulang

Menanyakan pada ibu keadaan ibu dan janin saat ini.

Menanyakan pola bab dan bak ibu saat ini. Menanyakan

apakah obat yang selama ini diberikan diminum secara rutin.

Melakukan pemeriksaan diantaranya keadaan umum ibu,

berat badan ibu saat ini, tanda-tanda vital, melakukan

perhitungan usia kehamilan, lakukan inspeksi bagian mata,

lakukan palpasi bagian payudara, palpasi bagian abdomen

dari leopold 1 sampai 4, auskultasi DJJ, melakukan

perhitungan taksiran berat janin, inspeksi vagina, dan lakukan

pemeriksaan ekstremitas.

Melakukan pemeriksaan laboratorium yaitu hb saat

kunjungan ketiga.

Langkah II : Diagnosa G1P0000 usia kehamilan. janin tunggal hidup

intrauterine

Didapatkan hasil keluhan ibu saat ini.

Ditemukan hasil pemeriksaan keadaan umum ibu, berat

badan ibu saat ini, tanda-tanda vital, bagian mata apakah

39
pucat atau tidak, hasil palpasi bagian payudara, hasil palpasi

bagian abdomen dari leopold 1 sampai 4, hasil auskultasi

DJJ, hasil inspeksi vagina apakah ada terdapat keputihan

hasil dari perhitungan usia kehamilan, dan lakukan

pemeriksaan ekstremitas adanya odema atau tidak.

Langkah III : Diagnosa potensial adalah Korioamnionitis, Kelahiran letak

lintang, IUGR dan / BBLR, Anemia sedang-berat disertai

perdarahan dan Partus lama.

Langkah IV : Tindakan segera yaitu kolaborasi dengan keluarga agar

mendukung Ibu, kolaborasi dengan dr. Obgyn jika keputihan

ibu Berulang dan mengarah ke Infeksi, serta USG untuk

melihat Kesejahteraan Janin, serta kolaborasi untuk rujukan

pemeriksaan Laboratorium.

Langkah V : Menyusun rencana asuhan yaitu asuhan mandirinya

menjelaskan hasil pemeriksaan ibu saat ini, berikan kie

mengenai cara mengatasi keluhan ibu saat ini, memantau pola

aktivitas ibu saat ini, berikan KIE mengenai personal

hygiene, KIE mengenai Posisi Knee Cest, KIE mengenai

Asupan Pola Nutrisi yang tinggi Gizi, KIE tentang Makanan

pengganti Seafood yg tinggi Protein, KIE makanan bergizi

seimbang dengan asupan zat besi yang cukup dan

Menganjurkan Ibu ke dr. SpOg Jika keputihannya berulang,

40
memantau Kesejahteraan Janin, serta jika ada pemeriksaan

penunjang lakukan kolaborasi untuk pemeriksaan

Laboratorium.

Langkah VI : Pelaksanaan asuhan yaitu menjelaskan hasil pemeriksaan

kepada ibu saat ini, memberikan KIE tentang cara mengatasi

keluhan ibu saat ini.

Langkah VII : Evaluasi asuhan yaitu tanyakan kepada ibu kembali

bagaimana pola nutrisi gizi seimbang yang harus ibu penuhi,

tanyakan kembali pada ibu bagaimana personal hygiene yang

baik dan benar, Bagaimana Posisi Knee Cest agar kepala janin

kembali di bawah, Bagaimana Pola Nutrisi yang tinggi Gizi yg

seharusnya , Apa saja Makanan pengganti Seafood yg tinggi

Protein ,Apa saja jenis makanan bergizi seimbang dengan

asupan zat besi yang cukup serta,

Asuhan kolaborasi yaitu kolaborasi dengan keluarga agar

mendukung Ibu, serta dengan dr. Obgyn jika keputihan ibu

Berulang dan mengarah ke Infeksi, serta USG untuk melihat

Kesejahteraan Janin, serta jika ada pemeriksaan penunjang

lakukan kolaborasi untuk pemeriksaan Laboratorium.

2. Rencana Asuhan kebidanan pada ibu bersalin

41
Langkah I : Menanyakan pada ibu tentang keluhan ibu saat ini serta

apakah ada tanda tanda persalinan yaitu pengeluaran

pervaginam,kontraksi, apakah ada keluar air-air, bagaimana

gerakan janin dalam 24 jam terakhir, menanyakan makan dan

minum terakhir.

Melakukan pemeriksaan keadaan umum ibu, tanda-tanda

vital ibu, melakukan pemeriksaan apakah ada pengeluaran

colostrum, melakukan pemeriksaan leopold 1 sampai 4,

melakukan inspeksi pengeluaran pervaginam, melakukan

pemeriksaan dalam, melakukan pemeriksaan penunjang

lainnya.

Langkah II : Diagnosa G1P0000 usia kehamilan .... Inpartu kala I fase...

Didapatkan hasil keluhan ibu saat ini.

Ditemukan hasil pemeriksaan saat ini yaitu keadaan umum l

ibu, ada pengeluaran colostrum atau tidak, hasil leopold I – IV,

hasil pemeriksaan dalam, his, dan Auskultasi DJJ.

Langkah III : Diagnosa atau masalah potensialnya adalah Persalinan

secara Sungsang

Langkah IV : Persiapan kolaborasi dengan dr Sp.OG untuk dilakukan

tindakan segera jika terjadi persalinan macet.

Langkah V : Menyusun rencana asuhan yaitu pada kala I jelaskan hasil

pemeriksaan pada ibu, menganjurkan ibu untuk tidur miring

42
kiri dan mengajarkan ibu teknik nafas dalam pada saat his,

pada kala II menjelaskan kemajuan persalinan, memantau

kesejahteraan ibu dan janin ajarkan ibu teknik meneran yang

benar, tolong ibu untuk melahirkan bokong dan badan bayi,

tangan dan kepala bayi baru lahir, kemudian memantau

keadaan ibu dan bayi. Menyusun rencana asuhan pada kala III

yaitu menjelaskan keadaan ibu saat ini, kemudian memastikan

janin tunggal, berikan suntikan oxytocin untuk kontraksi rahim

serta observasi tanda tanda pelepasan placenta, melakukan

manajemen aktif kala III, mengobservasi kelengkapan placenta

kemudian periksa adanya laserasi jalan lahir dan

mengobservasi keadaan umum, TTV serta estimasi

perdarahan, kandung kemih, TFU dan UC. Kemudian lakukan

obseravsi pada kala IV TTV, perdarahan ibu, UC, TFU,

kandung kemih, kemudian bersihkan ibu, dekontaminasi alat

alat setelah persalinan, berikan asuhan BBL setelah satu jam

pertama dan lengkapi partograf.

Langkah VI : Asuhan pada kala I menjelaskan hasil pemeriksaan pada

ibu, menganjurkan ibu untuk tidur miring kiri danmengajarkan

ibu teknik nafas dalam pada saat his, pada kala II menjelaskan

kemajuan persalinan, memantau kesejahteraan ibu dan janin

ajarkan ibu teknik meneran yang benar, tolong ibu untuk

43
melahirkan bokong dan badan bayi, tangan dan kepala bsyi

baru lahir kepala dan badan bayi.

Asuhan pada kala III yaitu menjelaskan keadaan ibu

saat ini, kemudian memastikan janin tunggal, berikan suntikan

oxytocin untuk kontraksi rahim serta observasi tanda tanda

pelepasan placenta, melakukan manajemen aktif kala III,

mengobservasi kelengkapan placenta kemudian periksa

adanya laserasi jalan lahir dan mengobservasi keadaan umum,

TTV serta estimasi perdarahan, kandung kemih, TFU dan UC.

Kemudian lakukan obseravsi pada kala IV yaitu ttv, uc,

tfu, perdarahan,kemudian bersihkan ibu, dekontaminasi alat

alat setelah persalinan, berikan asuhan BBL setelah satu jam

pertama dan lengkapi partograf.

Langkah VII : Evaluasi pada kala I ibu mengerti tentang keadaannya dan

ibu sedang tidur miring kiri, ibu juga sudah mempraktikan

nafas dalam pada saat his. Pada kala II ibu sudah mengetahui

persalinannya maju, dan telah diberi asupan nutrisi ibu dan cek

jantung janin setiap satu jam, kemudian bayi telah ditolong

lahir, dan ibu menggunakan teknik meneran yang benar. Bayi

telah lahir dan memantau keadaan bayi dan ibu.

Pada kala III telah dipastikan janin tunggal dan telah

disuntikan oxytocin di paha kiri ibu, telah dipantau adanya

44
tanda tanda pelepasan plasenta dan melakukan manajemen

aktif kala III kemudian mengobservasi kelengkapan placenta

kemudian periksa adanya laserasi jalan lahir dan

mengobservasi keadaan umum, TTV serta estimasi

perdarahan, kandung kemih, TFU dan UC.

Telah dipantau kala IV, kemudian ibu telah bersihkan,

telah di dekontaminasi alat alat setelah persalinan, diberikannya

asuhan BBL setelah satu jam pertama dan telah di lengkapi

partograf.

3. Rencana Asuhan pada ibu Nifas

Langkah I : Kunjungan pertama menanyakan keluhan ibu saat ini,

menanyakan pemenuhan kebutuhan dasar ibu apakah

terpenuhi atau tidak, kemudian melakukan deteksi dini

komplikasi ibu nifas dengan persalinan secara SC,

menanyakan bagaimana mengenai pola aktivitas ibu setelah

bersalin apakah ada peningkatan atau tidak, setelah itu

melakukan pemeriksaan keadaan umum ibu, TTV ibu,

pemeriksaan fisik ibu nifas berupa inspeksi mata, ispeksi dan

palpasi payudara, inspeksi dan palpasi abdominal, inspeksi

pengeluaran vagina , jahitan laserasi jalan lahir dan

pemeriksaan penunjang

Langkah II : Diagnosa P1001 Post Partum Normal 6 jam.

45
Langkah III : Diagnosa atau masalah potensial dapat ditemukan

setelah Pengumpulan data serta Pemeriksaan.

Langkah IV : Kebutuhan yang memerlukan tindakan segera di

Tetapkan setelah pengumpulan Data serta dilakukan

Pemeriksaan.

Langkah V : Menyusun rencana asuhan memberitahu ibu hasil

pemeriksaan, menganjurkan ibu untuk mengosongkan

kandung kemih dan memastikan kontraksi uterus baik

serta memantau perdarahan ibu, menganjurkan ibu

untuk memenuhi asupan nutrisi gizi seimbang dan

anjurkan ibu untuk menyusui bayinya dengan teknik

menyusui yang baik dan benar.

Langkah VI : Beritahu ibu hasil pemeriksaan, menganjurkan ibu

untuk mengosongkan kandung kemih dan memastikan

kontraksi uterus baik serta memantau perdarahan ibu,

menganjurkan ibu untuk memenuhi asupan nutrisi

dengan gizi seimbang dan menganjurkan ibu untuk

menyusui bayinya.

Langkah VII : Ibu sudah buang air kecil beberapa menit yang lalu,

pada uterus ibu teraba bulat keras dan jumlah

perdarahan ibu dalam batasan normal, ibu sudah

makan beberapa menit yang lalu ,makan nasi lauk pauk

46
dan sayur serta air putih dan buah-buahan, ibu baru

saja mau menyusui bayinya.

4. Menyusun Rencana Asuhan pada Bayi Baru Lahir

Langkah I : Mendeteksi dini adanya komplikasi komplikasi yang

di derita bayi baru lahir dengan Ibu pasca persalinan

Letak Sungsang. Melakukan penilaian keadaan bayi

Baru Lahir, melakukan pemeriksaan fisik bayi baru

lahir normal atau dengan bblr, melakukan

pemeriksaan laboratorium.

Langkah II : Diagnosa NCB SMK.........

Langkah III : Diagnosa atau masalah potensial adalah bayi lahir

dengan Gangguan pernapasan,dan BBLR.

Langkah IV :Kebutuhan terhadap tindakan segera adalah

penanganan Bayi dengan Gangguan Pernafasan dan

BBLR.

Langkah V : Merencanakan asuhan menjaga kehangatan bayi,

kemudian melakukan pengukuran antropometri dan

menimbang berat badan kemudian menyuntikan vit K

dan satu jam setelahnya suntikan imunisasi HB0 di

paha kanan, berikan bayi kepada ibunya untuk disusi

dan skin to skin dengan ibu, lakukan asuhan

47
penanganan Bayi dengan gangguan pernafasan dan

Penanganan BBLR.

Langkah VI : Menjaga kehangatan bayi, kemudian melakukan

Pengukuran antropometri dan menimbang berat badan

kemudian menyuntikan vitamin K dan satu jam

setelahnya suntikan imunisasi HB0 di paha kanan,

berikan bayi kepada ibunya untuk disusi dan skin to

skin dengan ibu, melakukan asuhan penanganan Bayi

dengan gangguan pernafasan dan BBLR.

Langkah VII : Bayi telah diselimuti, telah diukur lingkar kepala

lingkar dada dan lingkar lengan serta telah ditimbang

berat badan bayi, bayi sudah disuntuk vit K di paha

kiri dan satu jam kemudian HB0 di paha kanan, bayi

telah bersama ibunya dan sedang disusui, bayi telah

dilakukan penaganan Bayi dengan gangguan

pernafasan dan BBLR.

5. Rencana Asuhan pada Neonatus

Langkah I : Menanyakan bagaimana pola pemenuhan nutrisi bayi pada

ibu, menanyakan bagaimana perawatan bayi dirumah,

melakukan deteksi dini komplikasi pada neonatus,

melakukan pemeriksaan fisik pada neonatus dengan

48
memeriksa keadaan umum bayi, menimbang dan mengukur

panjang bayi

Langkah II : Diagnosa NCB SMK

Ditemukan data subjektif dan data objektif

Langkah III : Tidak ada diagnosa atau masalah potensial

Langkah IV : Tidak ada kebutuhan terhadap tindakan segera

Langkah V : Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu, Melakukan

pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi

bakteri, ikterus, diare, dan berat badan rendah, melakukan

pemeriksaan fisik pada neonatus dengan memeriksa keadaan

umum bayi, menimbang dan mengukur panjang bayi

melakukan perawatan tali pusat, melakukan konseling

terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan asli eksklusif.

Langkah VI :Beritahu ibu hasil pemeriksaan, lakukan pemeriksaan tanda

bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare,

dan berat badan rendah, lakukan perawatan tali

pusat,melakukan pemeriksaan fisik pada neonatus dengan

memeriksa keadaan umum bayi, menimbang dan mengukur

panjang bayi, konseling terhadap ibu dan keluarga untuk

memberikan asli eksklusif

49
Langkah VII :Telah dilakukan pemeriksaan tanda bahaya seperti

kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare, dan berat badan

rendah, lakukan perawatan tali pusat, melakukan pemeriksaan

fisik pada neonatus dengan memeriksa keadaan umum bayi,

menimbang dan mengukur panjang bayi konseling terhadap

ibu dan keluarga untuk memberikan asli eksklusif.

6. Menyusun Rencana Asuhan Keluarga berencana

Langkah I : Menanyakan keluhan ibu pada pemakaian kontraseps

iterakhir ibu, menanyakan lama pemakaian kontrasepsi

tersebut, menanyakan rencana ber KB apa setelah melahirkan,

menanyakan pengetahuan ibu tentang KB, dan melakukan

pemiriksaan pada ibu yaitu keadaan umum ibu, TTV, dan

tanda-tanda ada atau tidaknya kehamilan.

Langkah II : Mengintrepretasikan data dasar untuk kemudian diproses

menjadi masalah atau diagnosis serta kebutuhan perawatan

kesehatan yang diidentifikasi khusus dilakukan setelah

pengumpulan Data.

Langkah III : Diagnosa atau masalah potensial dapat ditetapkam setelah

pengumpulan data.

Langkah IV : Kebutuhan yang memerlukan tindakan segera ditetapkan

setelah pengumpulan data serta dilakukan pemeriksaan.

50
Langkah V : Rencana Asuhan dapat ditetapkan setelah dilakukan

pengumpulan data dan dilakukan pemeriksaan.

Langkah VI : Asuhan dapat ditetapkan setelah dilakukan pengumpulan data

dan dilakukan pemeriksaan

Langkah VII : Asuhan dapat dievaluasi setelah dilakukan pengumpulan data

dan dilakukan pemeriksaan.

DAFTAR NOMENKLATUR DIAGNOSA KEBIDANAN

1. Persalinan Normal 22. Eklampsia

2. Partus Normal 23. Kelainan Ektopik

3. Syok 24. Ensephalitis

4. DJJ tidak normal 25. Epilepsi

5. Abortus 26. Hidramnion

6. Solution Plasentae 27. Presentasi Muka

7. Akut Pyelonephritis 28. Presentasi Semu

8. Amnionitis 29. Kematian Janin

9. Anemia Berat 30. Hemorargik Antepartum

10. Apendiksitis 31. Hemorargik Post Partum

11. Atonia uteri 32. Gagal Jantung

12. Infeksi mamae 33. Inertia Uteri

13. Pembengkakan Mamae 34. Infeksi Luka

14. Presentasi Bokong 35. Invertio Uteri

51
15. Asma Bronchiale 36. Bayi Besar

16. Presentsi Dagu 37. Malaria Berat Dengan Komplikasi

17. Disproporsi Sevalo Pelvik 38. Malaria Ringan Dengan Komplikasi

18. Hipertensi Kronik 39. Mekonium

19. Koangilopati 40. Meningitis

20. Presentasi Ganda 41. Metrirtis

21. Cystitis 42. Migran

43. Kehamilan Mola 67. Tetanaus

44. Kehamilan Ganda 68. Letak Lintang

45. Partus Macet

46. Posisi Occiput Posterior

47. Posisi Occiput Melintang

48. Kista Ovarium

49. Abses Pelvik

50. Peroitonitis

51. Plasenta Previa

52. Pnemonia

53. Pre-Eklampsia Ringan/Berat

54. Hipertensi Karena Kehamilan

55. Ketuban Pecah Dini

56. Partus Prematurus

57. Prolapsus Tali pusat

58. Partus Fase Laten Lama

59. Partus kala II Lama

52
60. Sisa Plasenta

61. Retensio Plasenta

62. Ruptura Uteri

63. Bekas Luka Uteri

64. Presentase Bahu

65. Distosia Bahu

66. Robekan Serviks dan Vagina

53
B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan

1. Pengertian Konsep Dasar Asuhan Kebidanan

Asuhan Kebidanan Komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang

dilakukan secara lengkap, dengan adanya pemeriksaan laboratorium

sederhana dan konseling.(Varney, 2006).

Asuhan kebidanan komprehensif mencakup empat kegiatan

berkesinambungan diantranya yaitu dimuali dari memberikan asuhan

kebidanan kehamilan (antenatal care), asuhan kebidanan persalinan

(intranatal care), asuhan kebidanan masa nifas (postnatal care), asuhan

pada bayi baru lahir (neonatal care), sampai asuhan pelayanan

kontrasepsi (Varney, 2006).

Asuhan Kebidanan adalah penerapan dan kegiatan yang menjadi

tanggung jawab dalam memberikan pelayanan terhadap klien yang

mempunyai kebutuhan atau masalah dalam bidang kesehatan ibu pada

saat hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir serta KB (IBI, 2006).

2. Konsep Dasar Kehamilan Normal

a. Pengertian Kehamilan

Masa kehamilan adalah dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin,

lamanya hamil normal adalah 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7

hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saifuddin,2010).

54
b. Perubahan Fisiologis pada Kehamilan (Varney, 2007):

1) Rahim atau uterus

Akomodasi pertumbuhan janin, rahim membesar akibat

hipertrofik dan hiperplasi otot-otot polos rahim, serabut-serabut

kolagennya menjadi higroskopik. Semakin membesarnya ukuran

rahim pada ibu hamil trimester III sering mengeluh nyeri

pinggang. Sebagian besar karena perubahan sikap pada

kehamilan lanjut, karena rahim semakin membesar sehingga

titik berat pindah kedepan, hal ini diimbangi dengan lordose

yang berlebihan dan sikap ini dapat menimbulkan spasmus dari

otot pinggang.

2) Vagina

Vagina atau vulva mengalami peningkatan pembuluh darah

karena pengaruh hormon estrogen dan progesteron sehingga

tampak makin merah dan kebiru-biruan.

3) Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai

persiapan pemberian ASI pada laktasi, perkembangan payudara

tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu

estrogen dan progesteron dan somatomammotropin.

4) Sistem respirasi

55
Wanita hamil sering mengeluhkan sesak nafas sehingga

meningkatkan usaha bernafas. Konsumsi oksigen ibu selama hamil

meningkat 20-25% karena dibutuhkan untuk pertumbuhan, rahim,

plasenta, dan janin.

5) Sistem perkemihan

Kehamilan trimester III biasa muncul keluhan sering kencing

karena kepala janin mulai turun ke PAP, hal ini menyebabkan

kandung kemih terasa cepat penuh

III. Perubahan Psikologi Selama Kehamilan

Perubahan psikologi pada ibu hamil trimester tiga antara lain :

1) Persiapan kelahiran sudah mulai dilakukan ibu, ibu menanyakan

tentang tanda-tanda persalinan kepada teman atau saudaranya

yang telah mengalami proses persalinan.

2) Beberapa wanita mengalami ketakutan persalinan dan merasa

tidak nyaman menghadapi hari-hari menjelang persalinan.

3) Ibu menyiapkan pakaian, tempat untuk bayi dan merencanakan

perawatannya (Hidayati, 2009).

Trimester ketiga sering disebut periode penantian dengan

penuh kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari

kehadiran bayi sebagai makhluk yang terpisah sehingga ia

menjadi tidak sabar menanti kehadiran sang bayi. Trimester tiga

merupakan waktu persiapan yang aktif terlihat dalam menanti

kelahiran bayi dan menjadi orang tua sementara perhatian uatama

56
wanita terfokus pada bayi yang akan segera dilahirkan (Varney et

al, 2007).

IV. Ante Natal Care (ANC)

Ante natal care merupakan pengawasan kehamilan untuk

mendapatkan kesehatan umum ibu. Mencegah secara dini penyakit

yang menyertai kehamilan, komplikasi kehamilan, menetapkan resiko

kehamilan, menyiapkan persalinan, menuju ibu sehat dan bayi sehat

(Manuaba, 2010).

V. Tujuan Antenatal Care

Menurut Rukiyah (2009), tujuan antenatal care yaitu:

1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu

dan tumbuh kembang ibu dan bayi.

2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan

sosial ibu dan bayi.

3) Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang

mungkin terjadi selama hamil termasuk riwayat penyakit secara

umum, kebidanan dan pembedahan.

4) Mempersiapkan persalinan yang cukup bulan, melahirkan dengan

selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

5) Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan pemberian Air

Susu Ibu (ASI) ekslusif.

6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima

kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal

57
VI. Standar Minimal Kunjungan Antenatal Care

Jadwal Pemeriksaan Kehamilan (ANC) Ibu hamil mendapatkan

pelayanan ANC minimal 4 kali selama kehamilan, yang terbagi dalam

(Manuaba, 2010):

a) Trimester I : 1 kali (sebelum usia 14 minggu)

b) Trimester II : 1 kali (usia kehamilan antara 14-28

minggu)

c) Trimester III : 2 kali (usia kehamilan antara 28-36

minggu dan sesudah usia kehamilan

36 minggu)

VII. Standar Pelayanan Antenatal Care

Dalam penerapan praktik pelayanan ANC sering dipakai standar

minimal perawatan ANC, pelayanan ANC minimal 5T, meningkat

menjadi 7T, dan kemudian 10T, sedangkan untuk daerah gondok dan

endemik malaria menjadi 14T (Pantikawanti dan saryono, 2010)

Menurut Winkjosastro (2010) pelayanan/ standar minimal dalam

asuhan kehamilan "10T", meliputi :

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Pertambahan berat badan yang normal pada ibu hamil yaitu

berdasarkan masa tubuh (BMI) dimana metode ini menentukan

pertambahan berat badan optimal selama masa kehamilan. Total

peningkatan berat badan pada kehamilan yang normal yaitu 11,5 –

16 kg. Sedangkan menurut Kusumahati (2012) peningkatan BB

58
selama hamil 6,5 – 16,5 kg, rata-rata 12,5 kg. Pertambahan berat

badan ibu selama kehamilan mempengaruhi berat badan bayi.

2. Ukur tekanan darah

Tekanan darah perlu diukur untuk mengetahui perbandingan

nilai dasar selama masa kehamilan, tekanan darah yang adekuat

perlu untuk mempertahankan fungsi plasenta, tetapi tekanan darah

sistolik 140 mmHg atau diastolik 90 mmHg pada saat awal

pemeriksaan dapat mengindikasi potensi hipertensi.

3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)

4. Ukur tinggi fundus uteri

Apabila usia kehamilan dibawah 24 minggu pengukuran

dilakukan dengan jari, tetapi apabila kehamilan di atas 24 minggu

memakai pengukuran mc donald yaitu dengan cara mengukur

tinggi fundus memakai cm dari atas simfisis ke fundus uteri

kemudian ditentukan sesuai rumusnya.

5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin ( DJJ )

6. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus

toksoid bila di perlukan.

Pemberian imunisasi tetanus toxoid pada kehamilan umunya

diberikan 2 kali saja, imusisasi pertama diberikan pada usia

kehamilan 16 minggu untuk yang kedua diberikan 4 minggu

kemudian. Akan tetapi untuk memaksimalkan perlindungan maka

dibentuk program jadwal pemberian imunisasi pada ibu hamil,

yaitu :

59
(1) TT1 : pada kunjungan antenatal pertama, perlindungan 80%

(2) TT2 : 4 minggu setelah TT1, perlindungan 3 tahun, 95%

(3) TT3 : 6 bulan setelah TT2, perlindungan 5 tahun, 99%

(4) TT4 : minimal 1 tahun setelah TT3, perlindungan 10 tahun,

99%

(5) TT5 : 3 tahun setelah TT4, perlindungan seumur hidup

Artinya apabila dalam waktu 3 tahun wanita tersebut melahirkan,

maka bayi yang dilahirkan akan terlindung dari tetanus

neonatorum (Sulistyawati, 2010).

7. Pemberian tablet zat besi, minum 90 tablet selama kehamilan

Pemberian tablet zat besi pada ibu hamil (Fe) adalah

mencegah defisiensi zat besi pada ibu hamil, bukan menaikan

kadar hemoglobin. Ibu hamil dianjurkan meminum tablet zat besi

yang berisi 60 mg/hari dan 500 µg (FeSO4 325 mg).

Kebutuhannya meningkat secara signifikan pada trimester II

karena absorpsi usus yang tinggi. Tablet Fe dikonsumsi minimal

90 tablet selama kehamilan, sebaiknya tidak minum bersama teh

atau kopi karena akan menganggu penyerapan.

8. Tes laboratorium (rutin dan khusus)

9. Tata laksana kasus

10. Temu wicara (konseling)

60
VIII. Pemeriksaan ibu hamil (Kusmiyati, 2009)

1) Anamnesis

a) Anamnesa identitas istri dan suami : nama, umur, agama,

suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan dan alamat. Dalam

melakukan anamnesis diperlukan keterampilan berkomunikasi,

karena pendidikan dan daya tangkap seseorang sangat

bervariasi.

b) Anamnesis umum

(1) Tentang keluhan-keluhan, nafsu makan, tidur, perkawinan.

(2) Tentang haid, menarche, lama haid, banyaknya darah dan

kapan mendapat haid terakhir, serta teratur atau tidak.

(3) Tentang kehamilan, persalinan, nifas, jumlah, dan keadaan

anak.

2) Menentukan Usia Kehamilan

a) Metode Kalender (Kusmiyati, 2009)

Metode kalender adalah metode yang sering kali digunakan

oleh tenaga kesehatan dilapangan perhitungannya sesuai

rumus yang direkomendasikan oleh Neagle yaitu dihitung

dari tanggal pertama haid terakhir ditambah 7 (tujuh), bulan

ditambah 9 (sembilan) atau dikurang 3 (tiga), tahun ditambah

1 (satu) atau 0 (nol).

b) Tinggi Fundus (Fitramaya, 2009 dan Askeb 1 Kehamilan,

2014)

61
Tabel 2.1 Umur kehamilan berdasarkan tinggi fundus uteri

Usia Tinggi Fundus Uteri CM TBJ

Kehamilan

11
12 Minggu /3 diatas simfisis 12 155

1
16 Minggu /2 simfisis - pusat 16 620

2
20 Minggu /3 diatas simfisis 20 1.240

22 Minggu setinggi pusat 23 1.705

1
28 Minggu /3 di atas pusat 26 2.325

1/
34 Minggu 2pusat- prosesus 29-30 2.790

xifoideus

36 Minggu setinggi prosesus 33 3.410

xifoideus

40 Minggu 2 jari (4cm) dibawah 30 2.945

prosesus xifoideus

Sumber : Perawatan Ibu Hamil, Fitramaya 2009 dan

Buku Ajar AKEB 1 Kehamilan,Nuhamedika 2014.

3) Pemeriksaan Umum, meliputi:

a) Tanda-tanda vital

(1) Suhu

Suhu tubuh normal 36,5 – 37,50C.

(2) Denyut nadi ibu

62
Denyut nadi dalam keadaan normal 60-80 kali

permenit.Apabila denyut nadi ibu 100 kali atau lebih

permenit merupakan tanda-tanda kurang baik, kemungkinan

ibu mengalami tegang, ketakutan, cemas akibat masalah

tertentu.

(3) Pernapasan

Pernapasan normal ibu hamil adalah 20-40 kali permenit.

(4) Tekanan darah

Tekanan darah diukur setiap kali pemeriksaan kehamilan.

Tekanan darah normal 90/60 mmHg sampai 140/90 mmHg.

Apabila darah ibu lebih dari 140/90 mmHg berarti tekanan

darah ibu tinggi, dan itu adalah salah satu gejala preeklamsi

(Depkes RI, 2009).

(5) Lingkar lengan atas (Lila)

Angka normal lingkar lengan atas ibu yang sehat yaitu 23,5-

36 cm (Kusmiyati, 2009). Pengukuran Lila untuk:

(a) Mengetahui adanya resiko kekurangan energi kronis

(KEK) pada WUS.

(b) Menepis wanita yang mempunyai risiko melahirkan

BBLR.

(6) Berat badan

Sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa berat badan

ibu hamil akan bertambah antara 6,5 kg-16,5 kg.

Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) berat badan ibu

63
masih dalam batas normal dengan kalkulasi sebagai berikut,

IMT Dengan nilai rujukan sebagai berikut.

Tabel 2.2 Peningkatan berat badan selama kehamilan

IMT (kg/m2) Total kenaikan berat Selama trimester


badan yang disarankan 2 dan 3

Kurus 12,7–18,1 kg 0,5 kg/minggu


(IMT<18,5)
Normal 11,3-15,9 kg 0,4 kg/minggu
(IMT 18,5-22,9)
Overweight 6,8-11,3 kg 0,3 kg/minggu
(IMT 23-29,9)
Obesitas 0,2 kg/minggu
(IMT>30)
Bayi kembar 15,9-20,4 kg 0,7 kg/minggu

(Sumber: Sukarni, 2013)

(7) Tinggi Badan

Diukur pada saat pertama kali datang. Ibu hamil yang tinggi

badannya kurang dari 145 cm terutama pada kehamilan

pertama, tergolong risiko tinggi yaitu dikhawatirkan

panggul ibu sempit (Depkes RI,2009).

4) Pemeriksaan khusus meliputi:

a) Inspeksi

(1) Muka

Apakah ada cloasma gravidarum dan odema.

(2) Rambut dan kulit rambut

Terlihat bersih atau tidak.

(3) Kelopak mata

64
Terlihat bengkak atau tidak.

(4) Konjungtiva

Terlihat pucat atu tidak.

(5) Sclera

Terlihat kuning atau normal.

(6) Hidung

Terlihat bersih atau tidak.

(7) Mulut

Ada sariawan atau tidak.

(8) Gigi

Ada caries atau tidak.

(9) Leher

Inspeksi pada leher adalah untuk melihat apakah ada

pembesaran kelenjar tiroid.

(10) Payudara

(1) Apakah bentuknya simetris antara kanan dan kiri.

(2) Melihat apakah sudah terjadi pygmentasi puting dan areola.

(3) Keadaan puting susu apakah menonjol atau tidak.

(4) Apakah colostrum sudah keluar.

(11) Abdomen

(1) Membesar sesuai dengan umur kehamilan atau tidak

(2) alba/nigra, striae gravidarum hiperpigmentasi atau tidak.

(3) Tampak gerakan janin atau tidak.

(4) Bentuk gravidarum apakah melintang atau memanjang.

65
(12) Vulva

Apakah ada odema, pengeluaran cairan dan apakah nyeri.

b) Palpasi

(1) Tujuan palpasi :

Untuk menentukan bagian-bagian, presentasi dan letak janin

dalam rahim serta usia kehamilan. Letak dan presentasi janin

dalam rahim merupakan salah satu faktor penting yang

berpengaruh terhadap proses persalinan. Jika pada trimester

III menjelang persalinan bagian bawah janin bukan kepala

atau kepala janin belum masuk PAP berarti ada kelainan

posisi janin atau kelainan panggul sempit (Manuaba, 2010).

(2) Tahap-tahap pemeriksaan menurut Leopold adalah sebagai

berikut:

- Ibu tidur telentang dengan posisi kepala lebih tinggi

- Kedudukan tangan pada saat pemeriksaan dapat dialas

kepala atau membujur disamping badan ibu.

- Kaki ditekukkan sedikit sehingga dinding perut lemas.

- Bagian perut ibu dibuka seperlunya.

- Pemeriksa menghadap kemuka ibu saat melakukan

pemeriksaan Leopold I sampai III, sedangkan saat

melakukan pemeriksaan Leopold IV pemeriksa

menghadap ke kaki ibu.

c) Auskultasi

66
Sebelum melakukan pemeriksaan kaki ibu diluruskan sehingga

punggung janin lebih dekat dengan dinding perut ibu. DJJ normal

120-160 kali permenit (Manuaba, 2010).

d) Perkusi

(a) Reflex patella

Caranya: pada tendon tepat dibawah tempurung lutut, ketuk

menggunakan hammer, kalau reflek negatif, berarti pasien

kekurangan kalsium (B1).

(b) Cek ginjal

Caranya : ibu dengan posisi duduk dan kaki membujur,

pemeriksa mengetuk pada bagian pinggang ibu. Apabila

terasa sakit berarti ginjal ibu bermasalah.

5) Pemeriksaan penunjang

Memeriksa panggul luar :

(1) Distansia spinarum

Jarak antara spina iliaka anterior superior kanan dan kiri,

ukuran normal 23-26 cm.

(2) Distansia cristarum

Jarak terjauh antara Krista iliaka kanan dan kiri adalah 26-29

cm.

(3) Konjungata eksterna (boudeluque)

Jarak antara sympisis dan proxsessus spinosus ruas tulang

lumbal v, ukuran norma 18-20cm.

(4) Lingkar panggul

67
Cara mengukurnya : pinggir atas sympisis-spinarum-

cristarum-lumbal v-cristarum-spinarum-pinggir atas

sympisis. Ukuran normal 80-90 cm.

Pemeriksaan laboratorium

(5) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboraturium

a. Hb

Hb normal ibu hamil adalah 11 gr%, apabila kurang

berarti ibu menderita anemia (Manuaba, 2010).

I. Kelainan Letak Janin pada Ibu Hamil

1. Pengertian

Letak lintang adalah suatu keadaan dimana sumbu panjang janin kira-

kira tegak lurus dengan sumbu panjang tubuh ibu (janin melintang di

dalam uterus) dengan kepala terletak di salah satu fossa iliaka dan bokong

pada fossa iliaka ya ng lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih

tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu

atas panggul.

Pada letak lintang bahu menjadi bagian terendah yang juga disebut

sebagai presentasi bahu atau presentasi akromnion dimana arah akromion

yang menghadap sisi tubuh ibu menentukan jenis letaknya yaitu letak

akromion kiri atau kanan (Wiknjosastro, H. 2007)

68
2. Faktor Penyebab Letak Lintang

a) Dinding abdomen teregang secara berlebihan disebabkan oleh

kehamilan multiparitas pada ibu hamil dengan paritas 4 atau lebih

terjadi insiden hampir sepuluh kali lipat dibanding ibu hamil nullipara.

Relaksasi dinding abdomen pada perut yang menggantung akibat

multipara dapat menyebabkan uterus jatuh ke depan, hal ini

mengakibatkan defleksi sumbu panjang janin menjauhi sumbu jalan

lahir, sehingga terjadi posisi oblik atau melintang.

b) Pada janin prematur letak janin belum menetap sehingga

menyebabkan letak memanjang.

c) Adanya plasenta atau tumor di jalan lahir maka sumbu panjang janin

menjauhi sumbu jalan lahir.

d) Cairan amnion berlebih (hidramnion) dan kehamilan kembar.

e) Bentuk panggul yang sempit mengakibatkan bagian presentasi tidak

dapat masuk ke dalam panggul (engagement) sehinggadapat

mengakibatkan sumbu panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir .

3. Diagnosis

a . Mudah ditegakkan bahkan dengan pemeriksaan inspeksisaja.

Abdomen biasanya melebar kearah samping dan Fundus uteri melebar

di atas umbilikus

b . Pemeriksaan abdomen dengan palpasi perasat leopold mendapatkan

hasil

1 ) Leopold 1 : Fundus uteri tidak ditemukan bagian janin

69
2) Leopold II : Teraba balotemen kepala pada salah satu fosa

iliaka dan bokongpada fosa iliaka yang lain

3) Leopold III dan IV : Tidak ditemukan bagian janin, kecuali pada

saat persalinan berlangsung dengan baik dapat

teraba bahu didalam rongga panggul.

Bila pada bagian depan perut ibu teraba suatu dataran keras

yang melintang maka berarti punggung anterior.

Bila pada bagian perut ibu teraba bagian – bagian yang tidak

beraturanatau bagian kecil janin berarti punggung posterior

4. Penatalaksanaan

a. Pada kehamilan Pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28

minggu dianjurkan posisi lutut dada / Knee Cest, jika lebih dari 28

minggu dilakukan versi luar, kalau gagal dianjurkan posisi lutut dada

sampai persalinan.

5. Asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Kelainan Letak

(Khanzima, 2010:10) Menyatakan bahwa ada cara Pencegahan Kelahiran

dengan Malpresentasi yaitu :

Menganjurkan dan Memberi contoh ibu untuk melakukan knee chest

atau posisi lutut dada, setiap hari minimal 2 kali sehari selama ± 5 menit,

untuk mengembalikan posisi bayinya menjadi presentasi kepala.

 Konsep dasar asuhan kebidanan ibu bersalin dengan Kelainan Letak

1. Persalinan Seksio Cesarea

70
2. Persalinan Secara Letak Sungsang

Adapun Penatalksanaan Asuhan Kebidanan Bersalin dengan

Kelainan Letak yaitu :

a. Ibu diharuskan masuk rumah sakit lebih dini pada permulaan

persalinan sehingga bila terjadi perubahan letak dapat segera

ditentukan diagnosis dan penanganannya.

b. Pada permulaan persalinan masih dapat diusahakan mengubah

letak lintang menjadi presentasi kepala bila pembukaan masih

kurang dari 4 cm dan ketuban belum pecah.

Pada seorang primigravida bila versi luar tidak berhasil,

sebaiknya segera dilakukan seksio sesarea. Sikap ini berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

a. Bahu tidak dapat melakukan dilatasi pada serviks dengan baik,

sehingga padaseorang primigravida kala I menjadi lama dan

pembukaan serviks sukar menjadi lengkap

b. Karena tidak ada bagian besar janin yang menahan tekanan intra-

uterin pada waktu his, maka lebih sering terjadi pecah ketuban

sebelum pembukaan serviks sempurna dan dapat mengakibatkan

terjadinya prolapsus funikuli.

c. Jika ketuban pecah, tetapi tidak ada prolapsus funikuli, maka

bergantung kepada tekanan, dapat ditunggu sampai pembukaan

71
lengkap kemudian dilakukan versi ekstraksi atau mengakhiri

persalinan dengan seksio sesarea.

d. Dalam hal ini persalinan dapat diawasi untuk beberapa waktu guna

mengetahui apakah pembukaan berlangsung dengan lancar atau

tidak.. Pada letak lintang kasep, versi ekstraksi akan

mengakibatkan ruptur uteri, sehingga bila janin masih hidup,

hendak nya dilakukan seksio sesarea dengan segera.

 Konsep dasar asuhan kebidanan ibu nifas dengan Kelainan Letak

Ibu Nifas dengan Faktor Persalinan Sungsang/ sectio caesarea

Komplikasinya diantara lain yaitu : Infeksi peuperalis, atonia uteri,

yang mengakitbatkan perdarahan Post Partum ( Buku Ilmu Bedah

Kebidanan 2007).

 Konsep dasar asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan ibu Kelainan Letak

1. Asuhan Bayi Baru Lahir Asfiksia.

Asfiksia adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gagal

bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak

dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang

dari tubuhnya. umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan.

Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil,

kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi

selama atau sesudah persalinan (Dewi.2010;hal.102).

72
 Perawatan Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia

1) Persiapan resusitasi BBL

a. Persiapan tempat resusitasi

b. Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi :

1. Gunakan ruang yang hangat dan terang

2. Tempat resusitasi hendaknya datar, rata, keras, bersih, kering dan hangat

misalnya meja, dipan atau diatas lantai beralas tikar. Sebaiknya dekat

pemancar panas dan tidak berangin (jendela atau pintu yang terbuka)

3. Persiapan alat resusitasi :

1) Kain ke-1 untuk mengeringkan bayi.

2) Kain ke-2 untuk menyelimuti bayi.

3) Kain ke-3 untuk ganjal bahu bayi.

4) Alat penghisap lender De Lee atau Bola karet.

5) Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup.

6) Kotak alat resusitasi.

7) Sarung tangan.

8) Jam atau pencatat waktu.

1) Kain ke-1:

Fungsi kain pertama adalah untuk mengeringkan BBL yang basah

oleh air ketuban segera setelah lahir.

2) Kain ke-2:

Fungsi kain ke-2 adalah untuk menyelimuti BBL agar tetap kering

dan hangat. Singkirkan kain ke-1 yang basah sesudah dipakai

73
mengeringkan bayi. Kain ke-2 ini diletakkan diatas tempat

resusitasi, digelar menutupi tempat yang rata.

3) Kain ke-3:

Fungsi kain ke-3 adalah untuk ganjal bahu bayi agar memudahkan

dalam pengaturan posisi kepala bayi.

4) Alat resusitasi :

5) Jam atau pencatat waktu

6) Sarung Tangan.

c. Persiapan Diri

Lindungi dari kemungkinan infeksi dengan cara:

1. Memakai alat pelindung diri pada persalinan (celemek, masker, penutup

kepala, kaca mata dan sepatu tertutup)

2. Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau Hand rub.

3. Keringkan dengan kain atau tissue bersih.

4. Selanjutnya gunakan sarung tangan sebelum menolong bayi.

2) Tahap I: Langkah Awal

Tahap awal diselesaikan dalam waktu 30 detik.

Langkah awal tersebut meliputi:

1. Jaga bayi tetap hangat

2. Letakkan bayi diatas kain yang ada diatas perut ibu

3. Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut tetap terbuka, potong tali

pusat

74
4. Pindahkan bayi keatas kain di tempat resusitasi yang datar, rata, keras,

bersih, kering dan hangat.

5. Jaga bayi tetap diselimuti dan dibawah pemancar panas.

6. Atur posisi bayi

7. Baringkan bayi terlentang dengan kepala didekat penolong

8. Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu dengan pengganjal bahu,

sehingga kepala sedikit ekstensi.

9. Isap lendir Gunakan alat pengisap De Lee

10. Keringkan dan rangsang bayi

11. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan

sedikit tekanan

12. Lakukan rangsangan taktil dengan menepuk atau menyentil telapak ka

13. bayi atau dengan menggosok punggung, dada, perut dan tungkai bayi

dengan telapak tangan.

14. Atur kembali posisi bayi

15. Ganti kain yang telah basah dengan kain kering dibawahnya

16. Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka dan dada,

agar bisa memantau pernafasan bayi.

17. Atur kembali posisi bayi sehingga kepala sedikit ekstensi.

18. Lakukan penilaian bayi

19. Lakukan penilaian apakah bayi bernafas normal, tidak bernafas atau megap-

megap. Bila bayi bernafas normal, lakukan asuhan pasca resusitasi. Tapi

bila bayi tidak bernafas normal atau megap-megap, mulai lakukan ventilasi

bayi.

75
3) Tahap II: Ventilasi

Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah

volume udara ke dalam paru-paru dengan tekanan positif untuk membuka

alveoli paru bayi agar bisa bernafas spontan dan teratur.

a. Pasang sungkup

b. Pasang sungkup dengan menutupi dagu, mulut dan hidung.

c. Ventilasi 2 kali

d. Lakukan peniupan / pompa dengan tekanan 30 cm air.

Tiupan awal tabung-sungkup / pompaan awal balon-sungkup sangat

penting untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai bernafas dan

menguji apakah jalan nafas bayi terbuka.

e. Lihat apakah dada bayi mengembang.

Saat melakukan tiupan atau pompaan perhatikan apakah dada bayi

mengembang.

f. Bila tidak mengembang :

Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor.

Beriksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu.

Periksa cairan atau lendir dimulut. Bila ada lendir atau cairan lakukan

penghisapan.

Lakukan tiupan 2 kali dengan tekanan 30 cm air (ulangan), bila dada

mengembang, lakukan tahap berikutnya.Ventilasi 20 kali dalam 30 detik

76
g. Lakukan tiupan dengan tabung dan sungkup atau pemompaan dengan

balon dan sungkup sebanyak 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm

air sampai bayi mulai menangis dan bernafas spontan

h. Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau pemompaan,

setelah 30 detik lakukan penilaian ualng nafas.

i. Jika bayi mulai bernafas spontan atau menangis, hentikan ventilasi

bertahap :

1) Lihat dada apakah ada retraksi dinding dada bawah

2) Hitung frekuensi nafas permenit

Jika bernafas >40 per menit dan tidak ada retraksi berat

3) Letakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit pada dada ibu dan

lanjutkan asuhan bayi baru lahir.

4) Pantau setiap 15 menit untuk pernafasan dan kehangatan

5) Katakan pada ibu bahwa bayinya kemungkinan besar akan membaik.

6) Lanjutkan asuhan pasca resusitasi.

20. Pemberian vit-K

21. Pemberian Salep Mata dann Hepatitis-B

22. Lakukan Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir.

23. Mendeteksi tanda-tanda bahaya pada bayi (rukiyah dan yulianti.2010;hal:66)

II. Konsep dasar asuhan kebidanan ibu hamil dengan TFU tidak sesuai Usia

Kehamilan

1. Pengertian TFU tidak sesuai Usia Kehamilan.

77
Pengukuran tinggi fundus uteri mulai dari batas atas symsis dan

disesuaikan dengan hari pertama haid terakhir. Tinggi fundus uteri diukur

pada kehamilan >12 minggu karena pada usia kehamilan ini uterus dapat

diraba dari dinding perut dan untuk kehamilan > 24 minggu dianjurkan

mengukur dengan pita meter. Tinggi fundus uteri dapat menentukan

ukuran kehamilan. Bila tinggi fundus kurang dari perhitungan umur

kehamilan mungkin terdapat gangguan pertumbuhan janin, dan

sebaliknya mungkin terdapat gemeli, hidramnion atau molahidatidosa

(Depkes, 2007).

Pengukuran tinggi fundus uteri adalah merupakan pemeriksaan palpasi

abdomen, pada pemeriksaan palpasi ini ada cara menurut Leopold

(yang sering) I, II, III, IV dan atau cara Kenebel, Budin dan Ahfeld

(Mochtar, 1998).

Biasanya bila dilakukan pemeriksaan tinggi fundus uteri dengan cara

Leopold I diteruskan dengan Leopold II, III, dan IV sekaligus perabaan

gerakan janin dan pemeriksaan auskultasi untuk mendengarkan denyut

jantung janin.

Tujuan utama dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui

pertumbuhan janin dengan menilai besarnya tinggi fundus uteri yang

tidak sesuai dengan usia kehamilan, atau penilaian terhadap janin yang

tumbuh terlalu besar sehingga tinggi fundus uteri yang terlalu besar

seperti pada kehamilan ganda (Depkes, 2007).

2. Faktor – faktor yang mempengaruhi

78
III. Faktor-faktor yang mempengaruhi Keidaksesuaian TFU dengan Usia

Kehamilan

antara lain :

Pada umumnya 75% adalah Pertumbuhan Janin Terhambat atau, IUGR

(Intra uterine Growth Retardation), BBLR (berat badan bayi lahir

rendah ) , dan Tidak berkembang nya janin dalam kandungan, dalam

artian bayi baru lahir berukuran lebih kecil dengan usia kehamilannya,

15-25% terjadi karena insufisiensi uteroplasenta, 5-10% terjadi karena

infeksi selama kehamilan atau kecacatan bawaan.

Dan hal ini dapat dilihat dari beberapa penyebab yaitu,

1. Penyebab ibu

a) Fisik ibu yang kecil dan kenaikan berat badan yang tidak adekuat

Faktor keturunan dari ibu dapat mempengaruhi berat badan janin.

Kenaikan berat tidak adekuat selama kehamilan dapat

menyebabkan PJT(pertumbuhan janin terhambat). Kenaikan berat

badan ibu selama kehamilan sebaiknya 9-16 kg.

Apabila wanita dengan berat badan kurang harus ditingkatkan

sampai berat badan ideal ditambah dengan 10-12 kg

b) Penyakit ibu kronik

Kondisi ibu yang memiliki hipertensi kronik, penyakit jantung

sianotik, diabetes, serta penyakit vaskular kolagen dapat

menyebabkan PJT. Semua penyakit ini dapat menyebabkan pre-

eklampsia yang dapat membawa ke PJT

79
c) Kebiasaan seperti merokok, minum alkohol, dan narkotik

2. Penyebab janin

a) Infeksi selama kehamilan

Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan PJT. Rubela

dan cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang sering

menyebabkan PJT

b) Kelainan bawaan dan kelainan kromosom

Kelaianan kromosom seperti trisomi atau triploidi dan kelainan

jantung bawaan yang berat sering berkaitan dengan PJT. Trisomi

18 berkaitan dengan PJT simetris serta polihidramnion (cairan

ketuban berlebih). Trisomi 13 dan sindroma Turner juga berkaitan

dengan PJT

c) Pajanan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan janin)

Berbagai macam zat yang bersifat teratogen seperti obat anti

kejang, rokok, narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan PJT

d) Penyebab plasenta (ari-ari)

Kelainan plasenta sehingga menyebabkan plasenta tidak dapat

menyediakan nutrisi yang baik bagi janin seperti, abruptio

plasenta, infark plasenta (kematian sel pada plasenta),

korioangioma, dan plasenta previa.

Adapun Patofisiologinnya, yaitu

1. Kondisi kekurangan nutrisi pada awal kehamilan

Pada kondisi awal kehamilan pertumbuhan embrio dan

trofoblasdipengaruhi oleh makanan. Studi pada binatang

80
menunjukkan bahwa kondisi kekurangan nutrisi sebelum

implantasi bisa menghambat pertumbuhan dan perkembangan.

Kekurangan nutrisi pada awal kehamilan dapat mengakibatkan

janin berat lahir rendah yang simetris. Hal sebaiknya terjadi kondisi

percepatan pertumbuhan pada kondisi hiperglikemia pada

kehamilan lanjut

2. Kondisi kekurangan nutrisi pada pertengahan kehamilan

Defisiensi makanan mempengaruhi pertumbuhan janin dan

plasenta, tapi bisa juga terjadi peningkatan pertumbuhan plasenta

sebagai kompensasi. Didapati ukuran plasenta yang luas.

3. Kondisi kekurangan nutrisi pada akhir kehamilan

Terjadi pertumbuhan janin yang lambat yang mempengaruhi

interaksi antara janin dengan plasenta. Efek kekurangan makan

tergantung pada lamanya kekurangan. Pada kondisi akut terjadi

perlambatan pertumbuhan dan kembali meningkat jika nutrisi yang

diberikan membaik. Pada kondisi kronis mungkin telah terjadi

proses perlambatan pertumbuhan yang irreversibel.

 Asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan TFU tidak sesuai Usia

Kehamilan

a) Memberikan penyuluhan dan melaksanakan nasehat atau

anjuran.

b) Kita mengenali terlebih dahulu faktor apa yang mengakibatkan

Pertumbuhan Janin Terhambat

81
c) Jika Karena Rendahnya Asupan Nutrisi, Anjurkan Ibu untuk

Tirah baring dengan posisi miring ke kiri, Perbaiki nutrisi

dengan menambah 300 kal perhari dan meminum Susu dan

atau Suplemen.

d) Jika karena Ibu pemakai Rokok dan Minuman Alkohol, Maka

Ibu dianjurkan untuk berhenti merokok dan mengkonsumsi

alkohol

(e) Anjurkan Ibu untuk jangan sampai stress dan Mengikuti

Senam Hamil agar lebih rileks.

Apabila terjadi atau timbul masalah medis maka hal yang

perlu dilakukan Menurut Saifuddin (2003) adalah :

Rujuk untuk konsultasi, perencanaan sesuai kondisi ibu hamil, minum

tablet zat besi atau tambah darah, ibu hamil setiap hari harus minum

satu tablet tambah darah (60mg) selama 90 hari mulai minggu ke 20,

periksa kehamilan secara teratur

82
2.3 . Tabel menu gizi seimbang

 Konsep dasar asuhan kebidanan ibu bersalin dengan Tinggi Fundus

Uteri tidak sesuai Usia Kehamilan.

a. Persalinan lama

Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah

berlangsung 12 jam atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks di

kanan garis waspada persalinan aktif (Syaifuddin AB., 2002 : hal.

184).

Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam

pada primigradiva, dan lebih dari 18 jam pada multigradiva.

Menurut Saifudin AB, (2007, hlm. 185) Pada prinsipnya

persalinan lama dapat disebabkan oleh :

83
a. His tidak efisien (in adekuat)

b. Faktor janin (malpresenstasi, malposisi, janin besar).

Malpresentasi adalah semua presentasi janin selain vertex

(presentasi bokong, dahi, wajah, atau letak lintang).Malposisi

adalah posisi kepala janin relative terhadap pelvis dengan

oksiput sebagai titik referansi.Janin yang dalam keadaan

malpresentasi dan malposisi kemungkinan menyebabkan partus

lama atau partus macet.

c. Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina,

tumor). Panggul sempit atau disporporsi sefalopelvik terjadi

karena bayi terlalu besar dan pelvic kecil sehingga

menyebabkan partus macet.Cara penilaian serviks yang baik

adalah dengan melakukan partus percobaan (trial of labor).

Kegunaan pelvimetre klinis terbatas. (Saifudin AB, 2007, hlm.

187)

Menurut Manuaba (2010), gejala utama yang perlu

diperhatikan pada partus lama antara lain : dehidrasi, tanda

infeksi : temperatur tinggi, nadi dan pernapasan, abdomen

meteorismus, pemeriksaan abdomen : meteorismus, lingkaran

bandle tinggi, nyeri segmen bawah Rahim, pemeriksaan lokal

vulva vagina : edema vulva, cairan ketuban berbau, cairan

ketuban bercampur meconium, pemeriksaan dalam : edema

servikalis, bagian terendah sulit di dorong ke atas, terdapat kaput

84
pada bagian terendah, keadaan janin dalam rahim : asfiksia

sampai terjadi kematian, akhir dari persalinan lama : ruptura

uteri imminens sampai ruptura uteri, kematian karena

perdarahan atau infeksi.

 Konsep dasar asuhan kebidanan ibu nifas dengan TFU tidak sesuai

Usia Kehamilan

1. Perdarahan Post Partum

Perdarahan pervagina/Perdarahan post partum di definisikan

sebagai kehilangan darah sebanyak 500 ml atau lebih dari traktus

genetalia setelah melahirkan.(Fitramaya,2009)

(Menurut Elisabeth siwi,2015) Perdarahan setelah melahirkan

atau Hemorrhagic Post Partum (HPP) adalah konsekuensi

perdarahan berlebihan dari tempat implantasinya plasenta, trauma

di traktus genetalia dan struktu sekitarnnya, atau keduannya.

Efek perdarahan banyak bergantung pada volume darah pada

sebelum hamil dan derajat anemia saat kelahiran Gambaran

perdarahan post partum yang dapat mengecohkan adalah nadi dan

tekanan darah yang masih dalam batas normal sampai terjadi

kehilangan darah yang sangat banyak.

a) Epidemiologi Perdarahan Post Partum

Perdarahan post partum dini jarang disebabkan oleh retensi

potongan plasenta yang kecil, tetapi plasenta yang tersisa

sering menyebabkan perdarahan pada akhir masa

85
nifas.

Kadang-kadang plasenta tidak segera terlepas bidang obstetri

membuat batas-batas durasi kala tiga secara agak ketat sebagai

upaya untuk mendefenisikan retensio plasenta sehingga

perdarahan akibat terlalu lambatnya pemisahan plasenta dapat

dikurangi

b) Klasifikasi Perdarahan Post Partum

(1) Perdarahan post partum primer / dini (early postpartum

hemorargi), yaitu mencakup semua perdarahan yang

terjadi dalam 24 jam setelah kelahiran.

Penyebab utamanya :

a) Uterus atonik (terjadi karena misalnya : placenta atau

selaput ketuban tertahan)

b) Trauma genital (meliputi penyebab spontan dan trauma

akibat penatalaksanaan atau gangguan, misalnya

kelahiran yang menggunakan peralatan termasuk sectio

caesaria, episiotomi).

c) Koagulasi intravaskular diseminata.

d) Inversi uterus.

Etiologi perdarahan Post Partum dini Atonia uteri,

Faktor predisposisi nya adalah

 Lemahnya tonus/ kontraksi rahim yang

mengakibatkan uterus tidak mampu menutup

perdaarahan.

86
 Umur yang terlalu muda / tua

 Prioritas sering di jumpai pada multipara dan grande

mutipara

 Partus lama dan partus terlantar

 Uterus terlalu regang dan besar misal pada gemelli,

hidromnion / janin besar

 Kelainan pada uterus seperti mioma uteri, uterus

couveloair pada solusio plasenta

 Faktor sosial ekonomi yaitu malnutrisi

Penatalaksanaan Hemoragi Post Partum Primer

1. Pijatlah Uterus agar berkontraksi dan keluarkan bekuan darah

2. Kaji kondisi pasien (denyut jantung, tekanan darah, warna

kulit, kesadaran, kontraksi uterus) dan perkirakan banyaknya

darah yang sudah keluar jika pasien dalam kondisi syok

pastikan jalan nafas dalam kondisi terbuka, palingkan wajah.

3. Berikan Oksitosin 10 iu/IV dan ergometrin 0,5/IV .

4. Siapkan donor darah

5. Kandung kemih selalu dalam kondisi kosong

6. Awasi agar uterus tetap berkontaksi dengan baik. Usahakan

bayi tetap menyusui.

7. Jika perdarahan tetap persisten dan uterus tetap rileks,

lakukan kompresi bimanual.

87
8. Jika perdarahan persisten dan uterud berkontraksi dengan

baik, maka lakukan pemeriksaan pada vagina dan serviks

untuk menemukan laserasi yang menyebabkan perdarahan

tersebut.

9. Jika asa indikasi bahwa mungkin terjadi infeksi yang diikuti

dengan demam, ,menggigil, lokhea berbau busuk, segera

berikan antibiotik berspektrum luas.

10. Lakukan pencatatan yang akurat dan pantau kondisi

dan TTV pasien selama 24-48 jam.

(2) Perdarahan Post Partum Sekunder / lambat

(late postpartum hemorrhage), yaitu–perdarahan yang

terjadi setelah 24 jam pertama.

Penyebab Utamanya

a) Flagmen placenta atau selaput ketuban teratahan

b) Pelepasan jaringan mati setelah persalinan macet

(dapat terjadi di serviks, vagina, kandung kemih,

rektum)

c) Terbukanya luka pada uterus (setelah sectio caesaria,

ruptur uterus).

Penatalaksanaan Hemoragi Post Partum Sekunder

1. Percepat kontraksi dengan cara melakukan masase uterus,

jika uterus masih teraba

2. Kaji kondisi pasien (denyut jantung, tekanan darah, warna

kulit, kesadaran, kontraksi uterus) dan perkirakan banyaknya

88
darah yang sudah keluar jika pasien dalam kondisi syok

pastikan jalan nafas dalam kondisi terbuka, palingkan wajah.

3. Berikan Oksitosin 10 iu/IV dan ergometrin 0,5/IV .

4. Siapkan Donor darah untuk transfusi

5. Awasi agar uterus tetap berontraksi dengan baik

6. Berikan antibiotik berspektrum luas

7. Jika mungkin siapkan pasien untuk pemeriksaan segera

dibawah pengaruh anastesi.

 Konsep dasar asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan TFU tidak

sesuai Usia Kehamilan

1. Asuhan Bayi Berat Badan Lahir Rendah

Menurut Pantiawati (2010) mengatakan dalam bukunya bayi

berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan

kurang dari 2500 gram.

Munurut Elizabeth siwi (2015) menyatakan definisinya menurt

Saifuddin (2001) Bayi berat Badan Lahir Rendah ialah Bayi baru

lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai

dengan 2499 gram)

b. Klasifikasi

Dari penegertian tersebut bayi BBLR dapat dibagi menjadi dua

golongan, yaitu

a. Prematuritas Murni

89
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya

sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa

disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan (NKB-

SMK)

b. Dismaturitas

Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan

seharusnya untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami

retradasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang

kecil untuk masa kehamilannya.

c. Perawatan Bayi Berat Badan Lahir Rendah dengan Metode

Kanguru (Kangaroo Mother Care)

Perawatan metode kanguru adalah cara merawat bayi dalam

keadaan telanjang (hanya memakai popok dan topi) diletakkan

secara tegak atau vertikal di dada antara kedua payudara ibunya

(ibu telanjang dada) kemudian diselimuti. Dengan demikian, terjadi

kontak kulit bayi dengan kulit ibu secara kontinyu dan bayi

memperoleh panas (sesuai suhu ibunya) melalui proses konduksi.

Dalam perawatan metode kanguru ibu dapat digantikan oleh

pengganti ibu misalnya suami, nenek, kakek bayi atau sanak

keluarga yang lain (WHO, 2003).

Metode kanguru (Kangaroo Mother Care) adalah kontak

langsung antara kulit ibu dan kulit bayi (skin to skin contac) yang

dilakukan sejak dini dan berkelanjutan baik selama masih dirumah

90
sakit maupun di rumah, disertai pemberian ASI Eksklusif dan

pemantauan terhadap tumbuh kembang bayi (Wafi, 2010).

Manfaat metode kanguru bagi bayi yaitu, menstabilkan detak

jantung bayi dan pernapasannya lebih teratur, sehingga penyebaran

oksigen keseluruh tubuhnya pun lebih baik. Bayi tidur dengan

nyenyak dan lama, lebih tenang, lebih jarang menangis, dan

kenaikan berat badannya lebih cepat.Pertumbuhan dan

perkembangan motorik pun menjadi lebih baik.Cara ini juga

mempermudah pemberian ASI, mempererat ikatan batin antara ibu

dan anak, serta mempersingkat masa perawatan secara

keseluruhan.Bagi orang tua, hal ini turut menumbuhkan rasa

percaya diri dan kepuasan bekerja.

Perawatan bayi lekat atau metode kanguru ini sederhana,

praktis, efektif, dan ekonomis, sehingga bisa dilakukan oleh setiap

ibu atau pengganti ibu di rumah ataupun di rumah sakit, terutama

dalam mencegah kematian BBLR (Wafi, 2010).

d. Cara Melakukan Perawatan Metode Kanguru

(1) Letakkan bayi di antara dada payudara ibu dengan posisi tegak,

dada bayi menempel ke dada ibu. Jika suhu ruangan antara 22-

24°C, bayi hanya memakai topi, popok dan kaos kaki yang

hangat. Namun jika suhu turun dibawah 22°C bayi tersebut

harus memakai baju tanpa lengan yang terbuat dari katun yang

terbuka bagian depannya, sehingga memungkinkan terjadi

kontak langsung ke kulit dada dan perut ibu.

91
(2) Posisi bayi diamankan, kepala bayi dipalingkan ke sisi kanan

atau kiri dan dengan posisi sedikit tengadah (ekstensi).

(3)Ujung pengikat berada tepat di bawah telinga bayi. Posisi bayi

seperti ini bertujuan untuk menjaga saluran nafas tetap terbuka

dan memberi peluang agar terjadi kontak mata antara ibu dan

bayi. Hindari posisi kepala menunduk ke depan dan sangat

tengadah.

(4)Pangkal paha bayi harus dalam posisi fleksi dan melebar seperti

dalam posisi kodok, tanganpun harus dalam posisi fleksi.

(5)Ikatkan kain dengan kuat agar saat ibu bangun dari duduk, bayi

tidak tergelincir. Pastikan juga bahwa ikatan yang kuat dari kain

tersebut menutupi dada bayi.Perut bayi jangan sampai tertekan

dan sebaiknya berada disekitar epigastrium ibu. Dengan cara ini

bayi dapat melakukan pernafasan perut. Nafas ibu akan

merangsang bayi. Kemudian ibu mengenakan bajunya yang

biasa untuk menghangatkan dirinya dan si bayi (WHO, 2003).

IV. Konsep dasar asuhan kebidanan ibu hamil dengan Anemia

1. Pengertian

Menurut (Saifuddin,2002) Anemia dalam kehamilan adalah kondisi

ibu dengan jumlah protein sel darah merah dan zat pewarna merah pada

sel darah dibawah 11% gram pada usia kehamilan 4-7 bulan.

92
Menurut (Maimunah 2005) Anemia adalah kekurangan kadar

hemoglobin atau sel darah merah < 11 gr % atau suatu keadaan dengan

jumlah eritrosit yang beredar atau konsentrasi hemoglobin menurun.

Menurut dr. Taufan Nugroho (2012) Anemia pada Ibu hamil

didefisiensikan bila kadar Hb dibawah 11 gr/dL.

2. Penyebab Anemia

1. Kekurangan gizi (malnutrisi)

2. Kurang zat besi dalam diet

3. Mal absorpsi

4. Kehilangan darah banyak, persalinan yang lalu, dan Iain-lain.

5. Penyakit-penyakit kronik : TBC, Paru, cacing usus, malaria, dan

Iain-lain.

6. Dua penyebab yang paling sering ditemukan adalah anemia akibat

defisiensi besi dan perdarahan.

3. Tanda dan Gejala

Menurut (Depkes RI, 2007) Gejala awal anemia zat besi berupa badan

lemah, lelah, kurang energi, kurang nafsu makan, daya konsentrasi

menurun, sakit kepala, mudah terinfeksi penyakit, stamina tubuh

menurun, dan pandangan berkunang-kunang terutama bila bangkit dari

duduk. Selain itu, wajah, selaput lendir kelopak mata, bibir dan kuku

penderita tampak pucat.Apabila anemia sangat berat, dapat berakibat

penderita sesak napas, bahkan lemah jantung

Menurut Varney, (2007) Tanda dan gejala anemia adalah:

93
 Letih, sering mengantuk, malas

 Pusing, lemah.

 Nyeri kepala.

 Luka pada lidah

 Kulit pucat.

 Membran mekosa pucat (misalnya konjungtiva)

 Bantalan kuku pucat.

 Tidak ada nafsu makan, mual dan muntah.

4. Klasifikasi Anemia dalam kehamilan

Menurut (Manuaba I.B.G,2010.HAL 38) Berdasarkan klasifikasi dari

WHO kadar hemoglobin pada ibu hamil dapat di bagi menjadi 4 kategori

yaitu :

Hb > 11 gr%Tidak anemia (normal)

Hb 9-10 gr% Anemia ringan

Hb 7-8 gr% Anemia sedang

Hb <7 gr% Anemia berat

5. Macam-macam anemia menurut (sarwono 2010)

a. Anemia Defisiensi Besi

Anemia yang paling sering di jumpai yang di sebabkan karena

kekurangan unsur zat besi dalam makanan, karena gangguan absorpsi,

kehilangan zat besi yang keluar dari badan yang menyebabkan

perdarahan.

b. Anemia megaloblastik

94
Anemia karena defisiensi asam folik, jarang sekali karena defisiensi

vitamin B12 Hal ini erat hubungannya dengan defisiensi makanan

c. Anemia Hipoplastik

Disebabkan oleh karena sum-sum tulang kurang mampu membuat sel-

sel darah baru. Etiologi anemia hipoplastik karena kehamilan hingga

kini diketahui dengan pasti, kecuali yang disebabkan oleh sepsis, sinar

roentgen, racun dan obat-obatan.

d. Anemia hemolotik

Disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih

cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar

menjadi hamil, apabila ia hamil maka anemianya biasa menjadi lebih

berat. Sebaliknya mungkin pula pada kehamilan menyebabkan krisis

hemolitik pada wanita yang sebelumnya tidak menderita

anemia.menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang sebelumnya

tidak menderita anemia.

6. Faktor Predisposisi Anemia

a. Umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun

Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,

mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil. Karena akan

membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun

janinnya, berisiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu

mengalami anemia

b. Paritas

Semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi

95
angka kejadian anemia Artinya ibu hamil dengan paritas tinggi

mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami anemia dibanding

yang paritas rendah

c. Jarak Kehamilan Yang terlalu Dekat

Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada

wanita adalah jarak kelahiran pendek hal ini disebabkan kekurangan

nutrisi yang merupakan mekanisme biologis dan pemulihan factor

hormonal dan adanya kecendrungan bahwa semakin dekat jarak

kehamilan, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia

d. Pemeriksaan Antenatal Care

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh

tenaga professional yaitu Dr Ginekolog dan Bidan serta memenuhi

syarat 5 T (TB, BB, Tekanan darah, Tinggi Fundus, TT, Tablet Fe).

Jika pemeriksaan Antenatal Care kurang atau tidak ada sama sekali

maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia.

e. Pola makan dan Kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe

Gizi seimbang adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang sesuai

dengan kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan

produktif. Kepatuhan menkonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan

jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara menkonsumsi tablet Fe,

frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet

Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan

menanggulangi anemia

7. Pencegahan anemia pada ibu hamil yang harus dilakukan adalah:

96
1. Mengkonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi

yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat

diperoleh dari daging, (terutama daging merah seperti sapi dan

kambing), telur, ikan dan ayam, serta hati. Pada sayuran zat besi dapat

ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan

kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan lain. Perlu

diperhatikan bahwa zat besi pada daging lebih mudah diserap oleh

tubuh dari pada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan

seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi. Hal ini dikarenakan

bentuk zat besi didalam sayuran adalah dalam bentuk non heme, juga

karena adanya pitat dan pektin, sehingga diperlukan zat pemicu seperti

vitamin C untuk membantu mempermudah penyerapan didalam usus.

2. Makan-makanan yang banyak mengandung bahan pembentuk protein

sel darah merah seperti: Telur, Susu

3. Berhati-hati dalam mengkonsumsi makanan, karena kombinasi

tertentu dapat mempengaruhi proses penyerapan zat besi oleh tubuh.

Misalnya minum teh atau kopi bersamaan dengan makan akan

mempesulit penyerapan zat besi, untuk itu tablet zat besi sebaiknya

diminum tidak bersamaan waktunya dengan minum susu, teh, kopi.

4. Mengkonsumsi tablet besi, pada wanita hamil dan menyusui

disarankan 18mg suplemen zat besi perhari.

5. Periksa secepat mungkin apabila terdapat tanda-tanda anemia agar

langkah-langkah pencegahan bisa segera dilakukan.

97
 Konsep dasar asuhan kebidanan ibu bersalin dengan Anemia

1. Persalinan lama

Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah

berlangsung 12 jam atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks di kanan

garis waspada persalinan aktif (Syaifuddin AB., 2002 : hal. 184).

Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada

primigradiva, dan lebih dari 18 jam pada multigradiva.

Menurut Saifudin AB, (2007, hlm. 185) Pada prinsipnya persalinan

lama dapat disebabkan oleh His tidak efisien (in adekuat)

2. Kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering

memerlukan tindakan operasi kebidanan.

3. Kala tiga dapat di ikuti retensio placenta dan perdarahan post partum

karena atonia uteri.

4. Kala empat dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia

uteri.

 Konsep dasar asuhan kebidanan ibu nifas dengan Anemia

(1) Anemia saat nifas

Menurut Prawirohardjo (2005), faktor yang mempengaruhi

anemia pada masa nifas adalah persalinan dengan perdarahan, ibu hamil

dengan anemia, nutrisi yang kurang, penyakit virus dan bakteri. Anemia

dalam masa nifas merupakan lanjutan daripada anemia yang diderita

saat kehamilan, yang menyebabkan banyak keluhan bagi ibu dan

98
mengurangi presentasi kerja, baik dalam pekerjaan rumah sehari-hari

maupun dalam merawat bayi (Wijanarko, 2010).

Pengaruh anemia pada masa nifas adalah terjadinya subvolusi

uteri yang dapat menimbulkan perdarahan post partum, memudahkan

infeksi puerperium, pengeluaran ASI berkurang dan mudah terjadi

infeksi mamae (Prawirohardjo, 2005).

Praktik ASI tidak eksklusif diperkirakan menjadi salah satu

prediktor kejadian anemia setelah melahirkan (Departemen Gizi dan

Kesehatan Masyarakat, 2008).

Pengeluaran ASI berkurang, terjadinya dekompensasi kordis mendadak

setelah persalinan dan mudah terjadi infeksi mamae.

Di masa nifas anemia bisa menyebabkan rahim susah berkontraksi, ini

dikarenakan darah tidak cukup untuk memberikan oksigen ke rahim.

Penyebab tersering anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan

untuk sintesis eritrosit, terutama besi, vitamin B12 dan asam

folat.Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti

perdarahan, kelainan genetik, dan penyakit kronik (Nugraheny E,

2009).

Secara garis besar penyebab terjadinya anemia gizi

dikelompokkan dalam sebab langsung yaitu, ketidak cukupan makanan

kurangnya zat besi di dalam tubuh dapat disebabkan oleh kurang makan

sumber makanan yang mengandung zat besi, makanan cukup namun

99
yang dimakan biovailabilitas besinya rendah sehingga jumlah zat besi

yang diserap kurang dan makanan yang dimakan mengandung zat

penghambat penyerapan besi. Inhibitor (penghambat) utama

penyerapan Fe adalah fitat dan polifenol. Fitat terutama ditemukan pada

biji-bijian sereal, kacang, dan beberapa sayuran seperti bayam.Polifenol

dijumpai dalam minuman kopi, teh, sayuran, dan kacangkacangan.

Enhancer (mepercepat penyerapan) Fe antara lain asam askorbat atau

vitamin C dan protein hewani dalam daging sapi, ayam, ikan karena

mengandung asam amino pengikat Fe untuk meningkatkanabsorpsi Fe.

Alkohol dan asam laktat kurang mampu meningkatkan penyerapan Fe

(Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008).

Apabila makanan yang dikonsumsi setiap hari tidak cukup

mengandung zat besi atau absorpsinya rendah, maka ketersediaan zat

besi untuk tubuh tidak cukup memenuhi kebutuhan akan zat besi.

Hal ini terutama dapat terjadi pada orang-orang yang mengkonsumsi

makanan kurang beragam, seperti menu makanan yang hanya terdiri

dari nasi dan kacang-kacangan.

Tetapi apabila di dalam menu terdapat pula bahan - bahan makanan

yang meninggikan absorpsi zat besi seperti daging, ayam, ikan, dan

vitamin C, maka ketersediaan zat besi yang ada dalam makanan dapat

ditingkatkan sehingga kebutuhan akan zat besi dapat terpenuhi.

Penanganan anemia dalam nifas adalah sebagai berikut :

100
1) Lakukan pemeriksaan Hb post partum,

sebaiknya 3-4 hari setelah anak lahir.

Karena hemodialisis lengkap setelah perdarahan memerlukan

waktu 2-3 hari.

2) Tranfusi darah sangat diperlukan apabila banyak terjadi perdarahan

pada waktu persalinan sehingga menimbulkan penurunan kadar Hb

< 5 gr (anemia pasca perdarahan).

3) Anjurkan ibu makan makanan yang mengandung banyak protein

dan zat besi seperti telur, ikan, dan sayuran

(2) Atonia Uteri

Menurut (dr.Taufan Nugroho 2012) Kondisi dimana myometrium

tidak dapat berkotraksi segera setelah melahirkan. Atonia uteri terjadi jika

uterus tidak berkontraksi dalam waktu 15 detik setelah dilakukan

rangsangan taktil (massage) fundus uteri, segera setelah lahirnya plasenta.

Tanda dan gejalanya adalah , Uterus tidak berkontraksi dan lembek,

serta perdarahan segera setelah bayi lahir.

Adapun faktor resiko yaitu , Riwayat uterus mengalami overdistensi,

misal pada polihidramnion, kehamilan kembar, kelahiran terlalu cepat,

paritas tinggi

Penatalaksanaan Atonia Uteri

1. Pijatlah Uterus agar berkontraksi dan keluarkan bekuan darah

2. Kaji kondisi pasien (denyut jantung, tekanan darah, warna kulit,

kesadaran, kontraksi uterus) dan perkirakan banyaknya darah yang

101
sudah keluar jika pasien dalam kondisi syok pastikan jalan nafas

dalam kondisi terbuka, palingkan wajah.

3. Berikan Oksitosin 10 iu/IV dan ergometrin 0,5/IV .

4. Siapkan donor darah

5. Kandung kemih selalu dalam kondisi kosong

6. Awasi agar uterus tetap berkontaksi dengan baik. Usahakan bayi tetap

menyusui.

7. Jika perdarahan tetap persisten dan uterus tetap rileks, lakukan

kompresi bimanual.

8. Jika perdarahan persisten dan uterud berkontraksi dengan baik, maka

lakukan pemeriksaan pada vagina dan serviks untuk menemukan

laserasi yang menyebabkan perdarahan tersebut.

9. Jika ada indikasi bahwa mungkin terjadi infeksi yang diikuti dengan

demam, ,menggigil, lokhea berbau busuk, segera berikan antibiotik

berspektrum luas.

10. Lakukan pencatatan yang akurat dan pantau kondisi dan TTV pasien

selama 24-48 jam.

 Konsep dasar asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan Ibu Anemia

Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai keutuhan dari

ibunya, tetapi dengan anemia akan mengurangi kemampuan metabolisme

tubuh sehingga menggangu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam

rahim. Akibat anemia dapat terjadi gangguan

1. Abrotus

102
a. Definisi Abortus menurut (Elizabeth siwi 2015) adalah berakhirmya

suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum

kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum

mampu untuk hidup di luar kandungan.Diagnosis ditegakkan

berdasarkan adanya amenore, tanda-tanda kehamilan, perdarahan

hebat pervagina, pengeluaran jaringan plasenta dan kematian janin.

Pada abortus septik, perdarahan gejala iritasi peritoneum, dan

kemungkinan syok.

b. Etiologi

Abortus pada wanita hamil dapat terjadi karena

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang

paling umum menyebabkan abortus pada kehamialan sebelum

umur kehamilan 8 minggu. Beberapa faktor yaitu kelainan

kromosom/genetik, zat bahaya bagi janin dan infeksi virus.

2. Kelainan pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguang

oembentukkan pembukuh darah pada plasenta yang disebabkan

oleh penyakit yang menahun

3. Faktor penyakit khoronis Ibu seoerti paru-paru, tifus, anemia

berta, keracunan, infeksi virus toxoplasma

4. Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan

pada mulut rahim, kelainan bentuk rahim, mioma uteri, dan

kelainan bawaan pada rahim.

c. Klasifikasi

Abortus pun dibagi bagi lagi menjadi beberapa bagian antara lain:

103
1. Abortus Komplet/ Keguguran Lengkap

Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari rahim pada kehamilan

kurang dari 20 minggu

2. Abortus Incomplet/ Keguguran Bersisa

Sebagian hasil konsepsi telah keluar dati rahim dan masih ada

yang tertinggal.

3. Abortus Insipiens/ Keguguran sedang Berlangsung

Abortus yang sedag mengancam yang ditandai dengan serviks

yang telah mendatar, sedangkan hasil konsepsi masih berada

lengkap di dalam rahim

4. Abortus Iminens/ Ancaman Keguguran

Abortus tingkat permulaan, terjadi perdarahan pervaginam,

sedangkan jalan lahir masih tertutup dan hasil konsepsi masih

baik dalam rahim.

5. Missed Abortion/ Keguguran Tersembunyi

Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal

dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil

konsepsi seluruhnya masih dalam kandungan.

6. Abortus Infeksius/ Septic Abortion

Abortus yang disertai Infeksi organ genetalia.

7. Abortus Septik

Abortus yang terinfeksi dengan penyebab mikroorganisme dan

produknya ke dalam sirkulasi sistemik Ibu.

104
2. Bayi Berat Badan Lahir Rendah

Menurut Pantiawati (2010) mengatakan dalam bukunya bayi berat

badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan kurang dari

2500 gram.

Munurut Elizabeth siwi (2015) menyatakan definisinya menurt

Saifuddin (2001) Bayi berat Badan Lahir Rendah ialah Bayi baru lahir

yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan

2499 gram). Dari pengertian tersebut bayi BBLR dapat dibagi menjadi

dua golongan, yaitu

a. Prematuritas Murni

Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai

dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut

neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan (NKB-SMK)

b. Dismaturitas

Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya

untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retradasi

pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa

kehamilannya.

3. Perawatan Bayi Berat Badan Lahir Rendah dengan Metode Kanguru

(Kangaroo Mother Care)

105
Perawatan metode kanguru adalah cara merawat bayi dalam

keadaan telanjang (hanya memakai popok dan topi) diletakkan secara

tegak atau vertikal di dada antara kedua payudara ibunya (ibu telanjang

dada) kemudian diselimuti. Dengan demikian, terjadi kontak kulit bayi

dengan kulit ibu secara kontinyu dan bayi memperoleh panas (sesuai

suhu ibunya) melalui proses konduksi. Dalam perawatan metode kanguru

ibu dapat digantikan oleh pengganti ibu misalnya suami, nenek, kakek

bayi atau sanak keluarga yang lain (WHO, 2003).

Metode kanguru (Kangaroo Mother Care) adalah kontak langsung

antara kulit ibu dan kulit bayi (skin to skin contac) yang dilakukan sejak

dini dan berkelanjutan baik selama masih dirumah sakit maupun di

rumah, disertai pemberian ASI Eksklusif dan pemantauan terhadap

tumbuh kembang bayi (Wafi, 2010).

Manfaat metode kanguru bagi bayi yaitu, menstabilkan detak

jantung bayi dan pernapasannya lebih teratur, sehingga penyebaran

oksigen keseluruh tubuhnya pun lebih baik. Bayi tidur dengan nyenyak

dan lama, lebih tenang, lebih jarang menangis, dan kenaikan berat

badannya lebih cepat.Pertumbuhan dan perkembangan motorik pun

menjadi lebih baik.Cara ini juga mempermudah pemberian ASI,

mempererat ikatan batin antara ibu dan anak, serta mempersingkat masa

perawatan secara keseluruhan.Bagi orang tua, hal ini turut menumbuhkan

rasa percaya diri dan kepuasan bekerja.

106
Perawatan bayi lekat atau metode kanguru ini sederhana, praktis,

efektif, dan ekonomis, sehingga bisa dilakukan oleh setiap ibu atau

pengganti ibu di rumah ataupun di rumah sakit, terutama dalam mencegah

kematian BBLR (Wafi, 2010).

4. Cara Melakukan Perawatan Metode Kanguru

(1) Letakkan bayi di antara dada payudara ibu dengan posisi tegak, dada

bayi menempel ke dada ibu. Jika suhu ruangan antara 22-24°C, bayi

hanya memakai topi, popok dan kaos kaki yang hangat. Namun jika

suhu turun dibawah 22°C bayi tersebut harus memakai baju tanpa

lengan yang terbuat dari katun yang terbuka bagian depannya,

sehingga memungkinkan terjadi kontak langsung ke kulit dada dan

perut ibu.

(2) Posisi bayi diamankan, kepala bayi dipalingkan ke sisi kanan atau

kiri dan dengan posisi sedikit tengadah (ekstensi).

(3) Ujung pengikat berada tepat di bawah telinga bayi. Posisi bayi

seperti ini bertujuan untuk menjaga saluran nafas tetap terbuka dan

memberi peluang agar terjadi kontak mata antara ibu dan bayi.

Hindari posisi kepala menunduk ke depan dan sangat tengadah.

(4) Pangkal paha bayi harus dalam posisi fleksi dan melebar seperti

dalam posisi kodok, tanganpun harus dalam posisi fleksi.

(5) Ikatkan kain dengan kuat agar saat ibu bangun dari duduk, bayi tidak

tergelincir. Pastikan juga bahwa ikatan yang kuat dari kain tersebut

menutupi dada bayi.Perut bayi jangan sampai tertekan dan sebaiknya

berada disekitar epigastrium ibu. Dengan cara ini bayi dapat

107
melakukan pernafasan perut. Nafas ibu akan merangsang bayi.

Kemudian ibu mengenakan bajunya yang biasa untuk

menghangatkan dirinya dan si bayi (WHO, 2003).

IV. Ketidaknyamanan Pada Ibu Hamil dengan Keputihan dan Cara Mengatasinya

a) Pengertian

Menurut (Winkjosastro, 2008) Keputihan adalah semua pengeluaran

cairan alat genitalia yang bukan darah

Keputihan bukan penyakit tersendiri, tetapi merupakan menisfestasi

gejala dari hampir semua penyakit kandungan.

Menurut Wijayanti (2009:51), keputihan dibagi menjadi 2, yaitu :

a) Keputihan Fisiologis Pada Ibu Hamil

Dalam keadaan normal ada sejumlah sekret yang

mempertahankan kelembaban vagina yang mengandung banyak

epitel dan sedikit leukosit dengan warna jernih.

Tanda – tanda keputihan normal adalah jika cairan yang keluar

tidak terlalu kental, jernih, berwarna putih atau kekuningan jika

terkontaminasi oleh udara, tidak disertai rasa nyeri, dan tidak

timbul rasa gatal yang berlebih.

b) Keputihan Patologis pada Ibu hamil

1. Cairan berwarna putih kekuning-kuningan bahkan sampai

kehijauan atau kekuningan

2. Cairan lebih kental dan lengket

108
3. Memiliki jumlah yang banyak

4. Rasa gatal yang tidak tertahankan

5. Berbau tidak sedap

6. Pada sekitar vagina berwarna kemerahan

b) Penyebab Keputihan

Menurut Wijayanti (2009:51) Keputihan terjadi akibat peningkatan

produksi lendir dan kelenjar endoservikal sebagai akibat dari

peningkatan kadarestrogen/ Hiperplasi mukosavagina

c) Cara Mencegah Keputihan

Menurut (Kusmiyati : 2009) Cara Mencegah atau meringankan

adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan kebersihan dengan mandi setiap hari

b. Memakai pakaian dalam yang terbuat dari katun bukan nilon

c. Menghindari pencucian vagina dan mencuci vagina dengan

sabun dari arah depan kebelakang

Menurut Indarti (2004) yaitu sebagai berikut :

a. Menjaga organ intim agar tidak lembab setelah buang air kecil

atau air besar, bilas sampai bersih, kemudian keringkan sebelum

memakai celana dalam.

109
b. Saat membersihkan vagina, membilas dilakukan dari arah depan

ke belakang untuk menghindari kuman dari anus ke vagina.

c. Menghindari pakaian dalam yang ketat.

d. Jika diperlukan menggunakan cairan pembersih vagina.

e. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan

seperti meminjam perlengkapan mandi dan sebagainya, sedapat

mungkin tidak duduk diatas kloset di WC umum atau biasakan

mengelap kloset sebelum menggunakannya.

V. Ketidaknyamanaan dan cara Mengatasi Nyeri Pada Pingangg.

1) Pengertian Nyeri Punggung

Menurut (Kusmiyati:2009) Nyeri Punggung adalah nyeri yang

dirasakan di daerah punggung bawah, dapat berupa nyeri lokal (inflamasi),

maupun nyeri radikuler atau keduanya.

Nyeri yang berasal dari punggung bawah dapat dirujuk ke daerah lain, atau

sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah

punggung bawah (referred pain)

Nyeri punggung bawah pada hakekatnya merupakan keluhan atau gejala

dan bukan merupakan penyakit spesifik

Selama hamil, keluhan sakit punggung adalah hal yang seharusnya terjadi.

Bagaimana tidak? Berat badan naik, gaya berjalan pun berubah, hormon-

hormon membuat semua otot dan ligamen di seluruh tubuh menjadi

tegang.

110
2) Posisi Tidur dan Posisi Berdiri yang dapat mengurangi Rasa Nyeri Pada

Daerah Pinggang Menurut Bobak (2004), Musbikin (2005), dan Dewi

(2008)

1) Posisi Telentang.

Dianjurkan setelah kehamilan 16 minggu wanita hamil untuk tidak tidur

telentang, karena dengan tidur posisi telentang meletakan seluruh berat

rahim ke bagian belakang, usus, dan vena cava inferior.Tidur dengan

posisi telentang juga dapat meningkatkan resiko sakit pinggang, wasir,

gangguan pencernaan, menganggu pernafasan dan sirkulasi posisi tidur

telentang pada trimester ke dua dan tiga juga dapat mempengaruhi

tekanan darah.Seperti turunnya tekanan darah yang menimbulkan sakit

kepala. Sedangkan wanita yang memiliki tekanan darah tinggi, posisi

ini sama sekali tidak dianjurkan (Suririnah, 2004) dan (Dewi, 2008).

2) Posisi Miring Ke Kiri & Kanan

Wanita hamil sangat dianjurkan untuk tidur dengan posisi miring

kekiri Meletakkan bantal di antara kedua lutut juga membantu dan

satu bantal lain di bawah perut., terutama dikehamilan 16 minggu,

karena janin akan mendapatkan aliran darah dan nutrisi yang lebih

maksimal, dan pinggang ibu tidak merasa kaku dengan postur

mendatar. Posisi ini juga membantu ginjal membuang sisa produk dan

cairan dari tubuh

3) Postur Tubuh yang benar

111
Pusat gravitasi ibu hamil akan semakin mengarah ke depan, sejalan

dengan semakin bertambahnya masa kehamilan. Untuk menghindari

agar tidak terjatuh ke depan, ibu hamil biasanya akan berusaha untuk

menegakkan badan dengan membawa badan ke belakang. Gerakan itu

membuat punggung bagian bawah terbebani dan sakit punggung pun

tak terhindarkan.

4) Mandi air hangat Mandi air hangat, menempelkan paket bungkusan

berisi air panas atau pancuran air hangat yang diarahkan pada

punggung bisa membantu dengan nyeri punggung

5) Berolahraga / Senam Hamil , Hal ini sangat efektif untuk meregakan

otot-otot Pinggang Ibu yang kaku , dan memperlancar sirkulasi Darah

dalam Tubuh sehingga Oksigenasi tidak terganggu dan meringankan

Nyeri Pingangg.

VI. Ibu Hamil Dengan Ketuban Pecah Dini

1. Pengertian

Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban

sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia

kehamilan 37 minggu maka disebut ketuban pecah dini pada kehamilan

prematur (Sarwono, 2008).

Menurut Manuaba (2008) Ketuban pecah dini atau premature rupture

of the membranes (PROM) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum

adanya tandatanda persalinan. Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi

112
diatas 37 minggu kehamilan, sedangkan dibawah 36 minggu tidak terlalu

banyak.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Ketuban Pecah Dini

Meskipun banyak publikasi tentang ketuban pecah dini (KPD), namun

penyebabnya secara langsung masih belum diketahui dan tidak dapat

ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor

yang berhubungan erat dengan ketuban pecah dini, namun faktor-faktor

yang lebih berperan sulit diketahui (Sualman, 2009).

Faktor-faktor predisposisi itu antara lain adalah:

a. Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis).

Korioamnionitis adalah keadaan pada perempuan hamil dimana

korion, amnion dan cairan ketuban terkena infeksi bakteri.

Korioamnionitis merupakan komplikasi paling serius bagi ibu dan

janin, bahkan dapat berlanjut menjadi sepsis (Sarwono, 2008).

Membrana khorioamnionitik terdiri dari jaringan viskoelastik.

Apabila jaringan ini dipacu oleh persalinan atau infeksi maka

jaringan akan menipis dan sangat rentan untuk pecah disebabkan

adanya aktivitas enzim kolagenolitik (Sualman, 2009).

b. Infeksi genitalia Meskipun chlamydia trachomatis adalah patogen

bakteri paling umum yang ditularkan lewat hubungan seksual,

tetapi kemungkinan pengaruh infeksi serviks oleh organisme ini

pada ketuban pecah dini dan kelahiran preterm belum jelas. Pada

wanita yang mengalami infeksi ini banyak mengalami keputihan

saat hamil juga mengalami ketuban pecah dini kurang dari satu

113
jam sebelum persalinan dan mengakibatkan berat badan lahir

rendah (Cunningham, 2006)

Seorang wanita lebih rentan mengalami keputihan pada saat hamil

karena pada saat hamil terjadi perubahan hormonal yang salah satu

dampaknya adalah peningkatan jumlah produksi cairan dan penurunan

keasaman vagina serta terjadi pula perubahan pada kondisi

pencernaan. Keputihan dalam kehamilan sering dianggap sebagai hal

yang biasa dan sering luput dari perhatian ibu maupun petugas

kesehatan yang melakukan pemeriksaan kehamilan. Meskipun tidak

semua keputihan disebabkan oleh infeksi, beberapa keputihan dalam

kehamilan dapat berbahaya karena dapat menyebabkan persalinan

kurang bulan (prematuritas), ketuban pecah sebelum waktunya atau

bayi lahir dengan berat badan rendah (< 2500 gram).

3. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang selalu ada ketika terjadi ketuban pecah dini

adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina, cairan vagina

berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut

masih merembes atau menetes, disertai dengan demam/menggigil, juga

nyeri pada perut, keadaan seperti ini dicurigai mengalami amnionitis

(Saifuddin, 2002).

Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi

sampai kelahiran. Tetapi bila ibu duduk atau berdiri, kepala janin yang

114
sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat”

kebocoran untuk sementara (Ayurai, 2010).

Ada pula tanda dan gejala yang tidak selalu ada (kadang-kadang)

timbul pada ketuban pecah dini seperti ketuban pecah secara tiba-tiba,

kemudian cairan tampak diintroitus dan tidak adanya his dalam satu jam.

Keadaan lain seperti nyeri uterus, denyut jantung janin yang semakin

cepat serta perdarahan pervaginam sedikit tidak selalu dialami ibu

dengan kasus ketuban pecah dini. Namun, harus tetap diwaspadai untuk

mengurangi terjadinya komplikasi pada ibu maupun janin (Saifuddin,

2002).

4. Komplikasi

Ada tiga komplikasi utama yang terjadi pada ketuban pecah dini

adalah peningkatan morbiditas dan mortalitas neonatal oleh karena

prematuritas, komplikasi selama persalinan dan kelahiran yaitu resiko

resusitasi, dan yang ketiga adanya risiko infeksi baik pada ibu maupun

janin.

Risiko infeksi karena ketuban yang utuh merupakan barier atau

penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi (Sarwono, 2008).

Sekitar tiga puluh persen kejadian mortalitas pada bayi preterm

dengan ibu yang mengalami ketuban pecah dini adalah akibat infeksi,

biasanya infeksi saluran pernafasan (asfiksia). Selain itu, akan terjadi

prematuritas. Sedangkan, prolaps tali pusat dan malpresentrasi akan lebih

memperburuk kondisi bayi preterm dan prematuritas (Depkes RI, 2007).

115
Dengan tidak adanya selaput ketuban seperti pada ketuban pecah dini,

flora vagina normal yang ada bisa menjadi patogen yang bisa

membahayakan baik pada ibu maupun pada janinnya.

Morbiditas dan mortalitas neonatal meningkat dengan makin

rendahnya umur kehamilan. Komplikasi pada ibu adalah terjadinya risiko

infeksi dikenal dengan korioamnionitis akibat jalan lahir telah terbuka,

apalagi bila terlalu sering dilakukan pemeriksaan dalam. Dari studi

pemeriksaan histologis cairan ketuban 50% wanita yang melahirkan

prematur, didapatkan korioamnionitis (infeksi saluran ketuban), akan

tetapi sang ibu tidak mempunyai keluhan klinis. Infeksi janin dapat

terjadi septikemia, pneumonia, infeksi traktus urinarius dan infeksi lokal

misalnya konjungtivitis (Sualman, 2009).

Selain itu juga dapat dijumpai perdarahan postpartum, infeksi

puerpuralis (nifas), peritonitis, atonia uteri dan septikemia, serta dry-

labor. Ibu akan merasa lelah karena berbaring di tempat tidur, partus

akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan tampaklah

gejala-gejala infeksi (Manuaba, 2008).

VII. Ibu Hamil Dengan Alergi Makanan Laut

I. Pengertian

Menurut ( dr. Dr Widodo Judarwanto SpA,2009) Alergi adalah

sebuah reaksi yang dilakukan tubuh terhadap masuknya sebuah benda

asing. Ketika sebuah substansi tak dikenal masuk, antigen, tubuh serta

merta akan meningkatkan daya imunitasnya untuk bekerja lebih giat.

116
Alergi atau hipersensitivitas tipe I adalah kegagalan kekebalan tubuh

di mana tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara

imunologi terhadap bahan-bahan yang umumnya imunogenik (antigenik)

atau dikatakan orang yang bersangkutan bersifat atopik.

Alergi makanan adalah respon abnormal tubuh terhadap suatu

makanan yang dicetuskan oleh reaksi spesifik pada sistem imun dengan

gejala yang spesifik pula

Melihat demikian luas dan banyaknya pengaruh alergi yang mungkin

bisa terjadi, maka deteksi dan pencegahan alergi sejak dini sebaiknya

dilakukan. Gejala serta faktor resiko alergi dapat dideteksi sejak lahir,

bahkan mungkin sejak dalam kandungan. Alergi makanan tidak terjadi

pada semua orang, tetapi sebagian besar orang mempunyai potensi

menjadi alergi. Tampaknya sebagian besar orang bila dicermati pernah

mengalami reaksi alergi. Namun sebagian lainnya tidak pernah mengalami

reaksi alergi. Terdapat 3 faktor penyebab terjadinya alergi makanan, yaitu

faktor genetik, imaturitas usus, pajanan alergi yang kadang memerlukan

faktor pencetus.

II. Patofisiologi

Alergi dapat diturunkan dari orang tua atau kakek dan nenek pada

penderita. Bila ada orang tua menderita alergi kita harus mewaspadai tanda

alergi pada anak sejak dini. Bila ada salah satu orang tua yang menúerita

gejala alergi maka dapat menurunkan resiko pada anak sekitar 20 – 40%,

ke dua orang tua alergi resiko meningkat menjadi 40 – 80%. Sedangtkan

117
bila tidak ada riwayat alergi pada kedua orang tua maka resikonya adalah 5

– 15%. Pada kasus terakhir ini bisa saja terjadi bila nenek, kakek atau

saudara dekat orang tuanya mengalami alergi.

III. Berikut beberapa gejala alergi yang timbul adalah pada ibu hamil

a. Terganggunya sistem pencernaan yang dapat menimbulkan nyeri

diperut, diare, sulit buang air besar, kembung, dan sering buang gas.

Baca juga ambeien/ wasir pada ibu hamil. dan waspada anemia ibu

hamil.

b. Terganggunya sistem pernapasan seperti timbulnya batuk, pilek,

hidung tersumbat, sakit telinga, sampai suara serak.

c. Terganggunya fungsi mata yang terlihat secara langsung seperti mata

gatal, merah, berair dan belekan, terdapat warna kehitaman dibawah

mata, dan bintitan.

d. Terganggunya kesehatan kulit ditandai dengan kulit gatal, kulit

memerah disetai bintik-bintik, kulit menebal, hingga bibir menjadi

bengkak.

IV.Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meminimalis alergi pada ibu hamil,

antara lain:

a. Konsultasi dokter. Apabila reaksi alergi tidak hilang, maka sebaiknya

bunda segera berkonsultasi dengan dokter kandungan atau dokter

spesialis alergi untuk mengetahui penanganan yang tepat dan tidak

menimbulkan efek yang berbahaya pada si janin.

118
b. Hindari Makanan yang membuat Alergi jika makanan Laut dapat

diganti dengan mengkonsumsi Telur, Ayam, Ikan tempe dll yang

mengandung tinggi Protein.

c. Jaga Kebersihan. Kebersihan diri dan lingkungan juga harus

diperhatikan. misalnya menjaga kebersihan badan, kebersihan

lingkungan, seperti membersihkan tempat dimana sering terdapat

tumpukan debu baik dikamar, lemari, gudang dan sebagainya.

Perhatikan juga ventilasi rumah.Hindari Stress. Stress dapat

melemahkan imun tubuh dan meningkatkan histamin atau zat pemicu

yang dapat memperparah alergi. Oleh sebab itu, stress harus dihindari.

d. Olah Raga. Stamina tubuh merupakan faktor penting yang harus

dijaga selama kehamilan ibu. Olah raga ringan, seperti jalan santai

dipagi hari sangat dianjurkan. Pemilihan olahraga ringan seperti

berenang dapat dilakukan untuk penderita alergi, terutama dengan

gejala asma.

119
2. Konsep Dasar Asuhan Persalinan

a. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput

ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika

prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37

minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai

(inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan

pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan

lahirnya plasenta secara lengkap (JNPK-KR. 2008).

b. Tanda-tanda persalinan

Karakteristik persalinan sesungguhnya dan persalinan semu

(Sumarah. dkk, 2009) :

1) Persalinan sesungguhnya

a) Serviks menipis dan membuka

b) Rasa nyeri dan interval teratur

c) Interval antara rasa nyeri yang secara perlahan semakin

pendek

d) Waktu dan kekuatan kontraksi semakin bertambah

e) Rasa nyeri terasa dibagian belakang dan menyebar ke depan

f) Dengan berjalan bertambah intensitas

120
g) Ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi dengan

intensitas nyeri

h) Lendir darah semakin Nampak

i) Ada penurunan bagian kepala janin

j) Kepala janin sudah terfiksasi di PAP diantara kontraksi

k) Pemberian obat penenang tidak menghentikan proses

persalinan sesungguhnya

2) Persalinan semu

a) Tidak ada perubahan pada serviks

b) Rasa nyeri tidak teratur

c) Tidak ada perubahan interval antara rasa nyeri yang satu

dengan yang lain

d) Tidak ada perubahan pada waktu dan kekuatan kontraksi

e) Kebanyakan rasa nyeri di bagian depan

f) Tidak ada perubahan rasa nyeri dengan berjalan

g) Tidak ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi

uterus dengan intensitas nyeri

h) Tidak ada lendir darah

i) Tidak ada kemajuan penurunan bagian terendah janin

j) Kepala belum masuk PAP walaupun ada kontraksi

k) Pemberian obat penenang yang efisien menghentikan rasa

nyeri pada persalinan semu.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

121
Peran dari penolong adalah mengantisipasi dan menangani

komplikasi yang mungkin tejadi pada ibu dan janin. Penanganan

yang terbaik dapat berupa observasi yang cermat, dan seorang

bidan harus mampu mengidentifikasi faktor-faktor penyebab

persalinan sehingga diharapkan dalam memberikan asuhan

kebidanan pada proses persalinan yaitu passage (jalan lahir),

power (his dan tenaga mengejan), dan passanger (janin, plasenta

dan ketuban), serta factor lain seperti psikologi dan paktor

penolong (Sumarah. dkk, 2009).

d. Tahap – tahap dalam persalinan :

1) Kala I (Pembukaan)

Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir darah, karena

serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement)

kala dimulai dari pembukaan nol sampai pembukaan lengkap

(10cm) lamanya kala I untuk primigravida berlangsung ±12

jam, sedangkan pada multigravida sekitar ± 8 jam.

Berdasarkan kurva friedman pembukaan primi 1cm/jam,

sedangkan pada multi 2cm/jam (JNPK-KR, 2008).Kala

pembukan dibagi menjadi dua fase, yaitu:

a) Fase Laten :pembukaan serviks, sampai ukuran 3 cm,

berlangsung dalam 7-8 jam.

b) Fase Aktif : berlangsung ± 6 jam, di bagi atas 3 sub fase

yaitu:

(1) Periode akselerasi berlangsung 2 jam, pembukaan

122
menjadi 4cm

(2) Periode dilatsi maksimal selama 2 jam, pembukaan

berlangsung cepat menjadi 9 cm

(3) Periode deselerasi

Berlangsung lambat, selama 2 jam pembukaan menjadi

10 cm atau lengkap.Frekuensi dan lama kontraksi

uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi

dianggap adekuat atau memadai jika terjadi tiga kali

atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung

selama 40 detik atau lebih), dari pembukaan 4 cm

hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan

terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam

(nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga

2 cm (multipara) dan adanya penurunan bagian

terbawah janin (JNPKKR, 2008).

Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung

selama 12 jam, sedangkan multigravida sekitar 8 jam.

Pada akhir kala I ketuban akan pecah disertai dengan

pengeluaran cairan mendadak, sehingga menyebabkan

turunnya bagian terendah janin ke bagian ruang

panggul, sehingga terjadilah tekanan pada otot dasar

panggul yang akan menimbulkan keinginan untuk

mengejan (Ujiningtyas, 2009).

123
2) Kala II (kala pengeluaran janin)

Kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap

(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.Kala II juga disebut

kala pengeluaran bayi (JNPK-KR, 2008).

Gejala dan tanda kala II persalinan (JNPK-KR, 2008) :

a) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi

b) Ibu merasa adanya peningkatan tekanan pada rectum/pada

vaginanya

c) Perineum menonjol

d) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka

e) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

Pada kala ini his terkoordinir cepat dan lebih lama, kira-kira

2-3 menit sekali kepala janin telah masuk keruangan panggul

sehingga terjadi tekanan pada otot dasar panggul yang

menimbulkan rasa ingin mengedan karena, tekanan pada

rectum, ibu ingin seperti mau buang air besar, dengan tanda

anus membuka. Pada saat his, kepala janin mulai kelihatan,

vulva membuka perineum meregang.Dengan kekuatan his dan

mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi kepala

membuka pintu, dahi, hidung mulut dan muka serta

seluruhnya, diikuti oleh putaran paksi luar yaitu penyesuaian

kepala dengan punggung.Setelah itu sisa air ketuban.Lamanya

124
kala II untuk primigravida 60 menit dan multigravida 30 menit

(Sijiyanti, dkk, 2011).

3) Kala III (kala uri)

Kala III adalah waktu dari keluarnya bayi hingga pelepasan

atau pengeluaran uri (plasenta) yang berlangsung tidak lebih

dari 30 menit (JNPK-KR, 2008).

Tanda-tanda lepasnya plasenta yaitu:

a. Adanya perubahan bentuk dan tinggi fundus

b. Tali pusat memanjang

c. Semburan darah mendadak dan singkat

Manajemen aktif kala III, yaitu:

a. Pemberian suntikan oksitosin

b. Melakukan peregangan tali pusat terkendali

c. Massase fundus uteri

4) Kala IV

Kala IV adalah kala pengawasan dari 1-2 jam setelah

bayi dan plasenta lahir untuk memantau kondisi ibu. Harus

diperiksa setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30

menit pada jam kedua (Saifuddin, 2010).

Asuhan dan pemantauan kala IV (JNPK-KR, 2008)

a) Lakukan rangsangan taktil (massase) uterus untuk

merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat

b) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan

secara melintang dengan pusat sebagai patokan

125
c) Perkiraan kehilangan darah secara keseluruhan

d) Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan(laserasi

atau episiotomy) perineum)

e) Evaluasi keadaan umum ibu

f) Dokumentasikan semua asuhan selama persalinan kala IV

dibagian belakang partograf, segera setelah asuhan dan

penilaian dilakukan.

e. Asuhan Persalinan Normal

58 langkah asuhan persalinan normal (APN), yaitu:

1. Mendengar & Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua.

2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk

mematahkan ampul oksitosin & memasukan alat suntik sekali

pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set.

3. Memakai celemek plastik.

4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan

dgn sabun & air mengalir.

5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan

digunakan untuk pemeriksaan dalam.

6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan,

isi dengan oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah

partus set.

7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah yang

telah dibasahi oleh air matang (DTT), dengan gerakan vulva ke

perineum.

126
8. Melakukan pemeriksaan dalam – pastikan pembukaan sudah

lengkap dan selaput ketuban sudah pecah.

9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam

larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan

terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.

10.Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus

selesai – pastikan DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit).

11.Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan

janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu

sudah merasa ingin meneran.

12.Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah

duduk dan pastikan ia merasa nyaman.

13.Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan

yang kuat untuk meneran.

14.Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil

posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk

meneran dalam 60 menit.

15.Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut

ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 –

6 cm.

16.Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong

ibu

127
17.Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali

kelengkapan alat dan bahan

18.Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

19.Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6

cm, memasang handuk bersih pada perut ibu untuk

mengeringkan bayi jika telah lahir dan kain kering dan bersih

yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu. Setelah itu kita

melakukan perasat stenan (perasat untuk melindungi perineum

dngan satu tangan, dibawah kain bersih dan kering, ibu jari

pada salah satu sisi perineum dan 4 jari tangan pada sisi yang

lain dan tangan yang lain pada belakang kepala bayi. Tahan

belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat

keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum).

20.Setelah kepala keluar menyeka mulut dan hidung bayi dengan

kasa steril kemudian memeriksa adanya lilitan tali pusat pada

leher janin

21.Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran

paksi luar secara spontan.

22.Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara

biparental. Menganjurkankepada ibu untuk meneran saat

kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan

distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan

kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu

belakang.

128
23.Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu

untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah.

Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan

dan siku sebelah atas.

24.Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri

punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk

memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri

diantara kedua lutut janin)

25.Melakukan penilaian selintas : Apakah bayi menangis kuat

dan atau bernapas tanpa kesulitan? Apakah bayi bergerak

aktif ?

26.Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian

tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan

verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering.

Membiarkan bayi atas perut ibu.

27.Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi

bayi dalam uterus.

28.Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus

berkontraksi baik.

29.Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10

unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral

(lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).

30.Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem

kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah

129
distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari

klem pertama.

31.Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit

(lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat

diantara 2 klem tersebut.

32.Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu

sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan

mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

33.Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang

topi di kepala bayi.

34.Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm

dari vulva

35.Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas

simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali

pusat.

36.Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan

tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan

hati-hati kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah

30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu

hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur

37.melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga

plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik

tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas,

130
mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-

kranial).

38.Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan

plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan),

pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran

searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah

robeknya selaput ketuban.

39.Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus

uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler

menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi

uterus baik (fundus teraba keras)

40.Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan

tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan

selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam

kantong plastik yang tersedia.

41.Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.

42.Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam.

43.Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di

dada ibu paling sedikit 1 jam.

44.Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri

tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg

intramaskuler di paha kiri anterolateral.

131
45.Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan

imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral.

46.Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan

pervaginam.

47.Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan

menilai kontraksi.

48.Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

49.Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15

menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30

menit selama jam kedua pasca persalinan.

50.Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi

bernafas dengan baik.

51.Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan

klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas

peralatan setelah di dekontaminasi.

52.Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah

yang sesuai.

53.Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT.

Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu

memakai memakai pakaian bersih dan kering.

54.Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk

membantu apabila ibu ingin minum.

55.Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.

132
56.Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%

melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan

merendamnya dalam larutan klorin 0,5

57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

58.Melengkapi partograf

f. Partograf

1) Pengertian

Partograf adalah suatu alat untuk mencatat hasil observasi dan

pemeriksaan fisik ibu dalam proses persalinan serta merupakan alat

utama dalam mengambil keputusan klinik khususnya pada persalinan

kala I (Sumarah, dkk, 2009).

2) Tujuan

Menurut Sumarah, dkk (2009), tujuan partograf adalah:

a) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan

memeriksa pembukaan serviks berdasarkan periksa dalam

b) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal,

dengan demikian dapat mendeteksi dini kemungkinan terjadinya

partus lama

133
Tabel 2.4 Memantau kemajuan persalinan menggunakan partograf

Kemajuan persalinan Keadaan Ibu Keadaan Bayi

His/kontraksi (frekuensi, Tanda-vital Periksa DJJ tiap 30 menit

lamanya, kekuatan, dikontrol pada fase aktif.

tiap 30 menit pada fase aktif.

Pemeriksaan vagina Status Jika selaput ketuban pecah

(pembukaan serviks, kandung periksa :

penipisan serviks, penurunan kemih


1).Warna cairan (adanya
bagian terendah, moelase),
mekonium)
dikontrol 4 jam.
2) kepekatan jumlah cairan

134
Gambar 2.1 Partograf

135
136
3. Konsep Dasar Teori Bayi Baru Lahir

a. Pengertian

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang

kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37

minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan 2500–4000 gram, nilai

apgar >dan tanpa cacat. Neonatus ialah bayi yang baru mengalami proses

kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke

kehidupan ekstra uterin (Muslihatun, 2011).

b. Penanganan Bayi Baru Lahir

1) Pencegahan infeksi

Sebelum menangani bayi baru lahir, pastikan penolong

persalinantelah melakukan upaya pencegahan infeksi seperti berikut:

a) Cuci tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan bayi.

b) Pakai sarung tangan bersih saat menangani bayi yang belum

dimandikan.

c) Semua peralatan dan perengkapan yang akan di gunakan telah di

DTT atau steril. Khusus untuk bola karet penghisap lender

jangan dipakai untuk lebih dari satu bayi.

d) Handuk, pakaian atau kain yang akan digunakan dalam keadaan

bersih (demikian juga dengan timbangan, pita pengukur,

termometer, stetoskop dll).

e) Dekontaminasi dan cuci setelah digunakan (JNPK-KR, 2008).

137
2) Penilaian bayi baru lahir

Segera setelah lahir lakukan penilaian awal secara cepat dan

tepat(0-30 detik) → buat diagnose untuk dilakukan asuhan

berikutnya, yang dinilai (Sukarni, 2013):

a) Usaha nafas → bayi menangis keras ?

b) Warna kulit → cyanosis atau tidak ?

c) Gerakan aktif atau tidak ?

Jika bayi tidak bernafas atau megap-megap atau lemah maka

segera lakukan resusitasi bayi baru lahir (JNPK-KR, 2008).

138
Tabel 2.5 Apgar Score

Tanda 0 1 2

Appearance Color Biru Badan merah, Seluruh tubuh

(warna kulit ) Pucat ekstrimitas kemerahan

kebiruan

Pulse ( Heart rete) Tidak <100 (lambat, >100 (denyut

Frekuensi Jantung ada denyut jantung jantung kuat

lemah)/bradikari

Grimace (reaksi Tidak Merintih Menangis Kuat

terhadap ada Batuk/bersin/reaksi

rangsangan) melawan

Activity (tonus Tidak Ekstrimitas Gerakan aktif

otot) ada) sedikit fleksi

Respirtion Tidak Pernafasan Menangis kuat

(pernafasan) ada lemah tidak

teratur,

menangis

lemah/merintih

Sumber : Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetrik Willliams. Jakarta:EGC.

139
3) Memotong dan merawat tali pusat

Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu stabil maka lakukan

pengikatan pada tali pusat, yang pertama dilakukan adalah

mencelupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan

kedalam klorin 0,5% untuk membersihkan dari darah dan sekret

lainnya. Kemudian bilas dengan air DTT, lalu keringkan dengan

handuk bersih dan kering. Ikat tali pusat 1cm dari perut bayi

(pusat).Gunakan benang atau klem plastik DTT/ steril.Kunci ikatan

tali pusat dengan simpul mati atau kuncikan penjepit plastik tali

pusat.Kemudian selimuti bayi dengan menggunakan kain yang

bersih dan kering(Sumarah, dkk, 2009).

4. Mempertahankan suhu

Mekanisme pengaturan temperatur bayi baru lahir belum

berfungsi sempurna oleh karena itu, jika tidak dilakukan

pencegahan kehilangan panas maka bayi akan mengalami

hipotermia. Bayi dengan hipotermia sangat berisiko mengalami

kesakitan berat atau bahkan kematian.Hipotermia sangat mudah

terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak

segera dikeringkan dan diseimuti walaupun berada dalam ruangan

yang hangat (Sumarah, dkk, 2009).

Mencegah Kehilangan Panas

Keringkan bayi segera setelah bayi lahir untuk mencegah terjadinya

evaporasi dengan menggunakan handuk atau kain (menyeka tubuh

140
bayi juga termasuk rangsangan taktil untuk membantu memulai

pernafasan).

a) Kontak dini dengan ibuBerikan bayi kepada ibunya

secepatmungkin, kontak dini diantara ibu dan bayi penting untuk

(Saifuddin, 2006)

b) Kehangatan mempertahankan panas yang benar pada bayi baru

lahir dengan memeberikan ASI

c. Pemeriksaan bayi baru lahir

1) Pemeriksaan tanda-tanda vital

a) Denyut jantung bayi (110-180 kali per menit)

b) Suhu tubuh (36,5oC-37oC)

c) Pernafasan (40-60 kali per menit)

2) Pemeriksaan antropometri (Wafinur, 2011)

a) Berat badan (2500-3000 gram)

b) Panjang badan (45-50 cm)

c) Lingkar kepala (33-35 cm)

d) Lingkar dada (30-33 cm)

3) Pemeriksaan fisik

a) Kesadaran dan reaksi terhadap sekeliling, perlu dikurangi

rangsangan terhadap reaksi terhadap rayuan, rangsangan sakit,

atau suara keras yang mengejutkan atau suara mainan.

b) Keaktifan pada bayi normal melakukan gerakan-gerakan tangan

yang simetris pada waktu bangun. Adanya temor pada bibir, kaki

141
dan tangan pada waktu menangis adalah normal, tetapi bila hal ini

terjadi pada waktu tidur, kemungkinan gejala auatu kelainan yang

perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

c) Simetris pada bayi apakah secara keseluruhan badan seimbang.

Kepala: apakah terlihat simetris, benjolan seperti tumor yang

lunak dibelakang atas yang menyebabkan kepala tampak lebih

panjang ini disebabkan akibat proses kelahiran, benjolan pada

kepala, pengukuran lingkar kepala dapat ditunda sampai kondisi

benjol (capput sucsedenaum) dikepala hilang dan jika terjadi

moulase, tunggu hingga kepala bayi kembali pada bentuknya

semula.

d) Muka wajah pada bayi tampak ekspresi, mata: perhatikan

kesimetrisan antara mata kanan dan kiri, perhatikan adanya tanda-

tanda perdarahan berupa bercak merah ang akan menghilang

dalam waktu 6 minggu.

e) Mulut bayi penampilannya harus simetris, mulut tidak mencucu

seperti mulut ikan, tidak ada tanda kebiruan pada mulut bayi,

saliva tidak terdapat pada bayinormal, bila terdapat secret yang

berlebihan, kemungkinan ada kelainan bawaan saluran cerna.

f) Leher, dada, abdomen terlihat adanya cidera akibat persalinan.

Perhatikan ada tidaknya kelainan pada pernafasanbayi, karena

bayi masih ada pernafasan mulut.

g) Punggung terdapat adanya benjolan atau tumor atau tulang

punggung dengan lekukan yang kurang sempurna. Bahu, tangan,

142
sendi, tungkai, perlu diperhatikan bentuk, gerakannya, faktur (bila

ekstremitas lunglai/kurang gerak), farices.

h) Kulit dan kuku dalam keadaan normal kulit bewarna kemerahan,

kadang kadang didapatkan kulit yang mengelupas ringan,

pengeluaran yang berlebihan harus dipikirkan kemungkinan

adanya kelainan, waspada timbulnya kulit dengan warna yang

tidak rata (cutis marmorata) ini dapat disebabkan karena

temperature dingin, telapak tangan, telapak kaki dan kuku yang

menjadi biru, kulit menjadi pucat dan kuning, bercak bercak besar

biru yang sering terdapat disekitar bokong (monglian spot) akan

menghilang pada umur 1 sampai 5 tahun.

i) Kelancaran menghisap dan pencernaan harus diperhatikan. Tinja

dan kemih diharapkan keluar dalam 24 jam pertama. Waspada

bila terjadi perut yang tiba-tiba membesar, tanpa keluarnya tinja,

disertai muntah , dan mungkin dengan kulit kebiruan, harap

segera konsultasi untuk pemeriksaan lebih lanjut, untuk

kemungkinan Hirschprung/Congenital Megacolon.

j) Refleks, refleks rooting, bayi menoleh ke arah benda yang

menyentuh pipi. Refleks isap, terjadi apabila terdapat tanda

menyentuh bibir, yang disertai refleks menelan. Refleks morro

ialah timbulnya pergerakan tangan yang simetris seperti

merangkul apabila kepala tiba-tibadigerakan. Refleks

mengeluarkan lidah terjadi apabila diletakan pada benda di dalam

mulut, yang sering di tafsirkan bayi menolak makanan/minuman.

143
k) Berat badan sebaiknya tiap hari dipantau penurunan berat badan

lebih dari 5% berat badan waktu lahir, menunjukkan kekurangan

cairan.

d. Pemantauan bayi baru lahir

Menurut Saifuddin (2006), tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah

untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi

masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga

dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.

1) Dua jam pertama sesudah kelahiran

Hal-hal yang perlu dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama

sesudah kelahiran, meliputi:

a) Kemampuan menghisap bayi kuat atau lemah

b) Bayi tmpak aktif atau lunglai

c) Bayi kemerahan atau biru

2) Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayi

Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap

ada tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan tindak lanjut,

seperti:

a) Bayi kecil untuk masa kehamilan atau kurang bulan

b) Gangguan pernafasan

c) Hipotermi

d) Infeksi

e) Cacat bawaan atau trauma lahir

144
e. Tanda bahaya pada bayi baru lahir

Menurut Pinem (2009), tanda-tanda bahaya yang perlu diwaspadai pada

bayi baru lahir adalah sebagai berikut.

1) Sulit menyusu

2) Letargi (tidur terus sehingga tidak menyusu)

3) Demam (suhu badan > 38oC atau hipotermi < 36oC)

4) Tidak BAB atau BAK setelah 3 hari lahir (kemungkinan bayi

mengalami atresia ani), tinja lembek, hijau tua, terdapat lendir atau

darah pada tinja

5) Sianosis (biru) atau pucat pada kulit atau bibir, adanya memar,

warna kulit kuning (ikterus) terutama dalam 24 jam pertama

6) Muntah terus menerus dan perut membesar

7) Kesulitan bernafas atau nafas lebih dari 60 kali per menit

8) Mata bengkak dan bernanah atau berair

9) Mekonium cair berwarna hijau gelap dengan lendir atau darah

10) Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, dan

berdarah

4. Konsep Dasar Teori Nifas Normal

a. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari,

namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan (Suherni,

dkk, 2009).

145
b. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

a) Perubahan sistem reproduksi

a) Involusi uterus

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut (Sukarni, 2013):

(1) Iskemia miometrium

Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari

uterus setelah pengeluaran plasenta membuat uterus relative

anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.

(2) Autolysis

Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di

dalam otot uterin. Enim proteolitik akan memendekkan

jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali

panjangnya dari semula selama kehamilan atau dapat lima kali

lebih lebar dari semula kehamilan atau dapat juga dikatakan

sebagai pengrusakan secara langsung jaringan hipertropi yang

berlebihan hal ini disebabkan karena penurunan hormone

estrogen dan progesterone.

(3) Efek Oksitosin

Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot

uterine sehingga akan menekan pembuluh darah yang

mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini

membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi

plasenta serta mengurangi perdarahan

146
Tabel 2.6 Perubahan Normal Pada Uterus Selama Post partum

Diameter Palpasi
Waktu TFU Bobot uterus
uterus serviks

Pada akhir Setinggi pusat 900-1000 12,5 cm Lembut/

persalinan gram lunak

Akhir minggu ½ pusat 450-500 gram 7,5 cm 2 cm

ke-1 sympisis

Akhir minggu Tidak teraba 200 gram 5,0 cm 1 cm

ke-2

Akhir minggu Normal 60 gram 2,5 cm Menyempit

ke-6

Sumber:Ambarwati, 2010

b) Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan

mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organism

berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada

vagina normal. Lochea mengalami perubahan karena proses

147
involusi. Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan waktu dan

warna diantaranya (Sukarni, 2013):

(1) Lochea Rubra/merah (Kruenta)

Lochea ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga masa

postpartum.Sesuai dengan namanya, warnanya biasanya merah

dan mengandung darah dari perobekan/luka pada plasenta dan

serabut dari deciduas dan chorion.Terdiri dari sel desidua,

verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium dan sisa darah.

(2) Lochea Sangiolenta

Lochea ini muncul pada hari ke 3-7 hari berwarna merah

kecoklatan dan berlendir.

(3) Lochea Serosa

Lochea serosa muncul pada hari ke 7-14 hari dengan berwarna

kuning kecoklatan dengan cirri lebih sedikit darah dan lebih

banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan/laserasi

plasenta.

(4) Lochea Alba

Lochea ini muncul setelah 2 minggu postpartum.Warnanya

lebih pucat, putih kekuningan dan lebih banyak mengandung

leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.

(5) Loche Purulenta

Lochea yang muncul karena terjadi infeksi, keluar cairan

seperti nanah berbau busuk.

148
c) Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah

persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari

tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup (Sukarni,

2013)

d) Perubahan system pencernaan

Kerap kali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus

kembali normal. Meskipun kadar progesterone menurun setelah

melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan

selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian

bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema.

Rasa sakit didaerah perineum dapat menghalangi keinginan

kebelakang (Saifuddin,2010).

e) Perubahan system perkemihan

Hari pertama biasanya ibu mengalami kesulitan buang air

kecil, selain khwatir nyeri jahitan juga karena penyempitan saluran

kencing akibat penekanan kepala bayi saat proses persalinan.

Buang air kecil sulit kemungkinan terdapat spasine sfingter dan

edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi

antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urin dalam

jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah

melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormone estrogen

yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang

mencolok. Keadaan ini menyebabkan dieresis. Ureter yang

149
berdilatasi akan kembali normal dalam tempo minggu (Saifuddin,

2010).

f) Perubahan endokrin

Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam

postpartum. Progesterone turun pada hari ke 3 postpartum.Kadar

prolaktin dalam darah berangsur-angsur hilang.

c. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Menurut Suherni, dkk (2009), frekuensi kunjungan, waktu kunjungan

dan tujuan kunjungan masa nifas yaitu:

1) Kunjungan pertama, waktu 6-8 jam setelah post partum, tujuan :

a) Mencegah perdarahan masa nifas

b) Mendeteksi dan merawat penyebab perdarahan

c) Member konseling pada ibu atau keluarga cara mencegah

terjadinya perdarahan

d) Pemberian ASI awal

e) Memberi supervise pada ibu untuk melakukan hubungan awal

antara ibu dengan bayi

f) Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi

2) Kunjungan kedua, waktu 6 hari post partum, tujuan :

a) Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal

b) Evaluasi adanya tanda-tanda bahaya nifas

c) Memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada tanda-

tanda penyulit

d) Memastikan ibu cukup makan, minum dan istirahat

150
e) Memeberi ibu konseling dalam pengasuhan bayi

3) Kunjungan ketiga, waktu 2 minggu post partum, tujuan :

a) Sama dengan kunjungan hari ke 6

4) Kunjungan keempat, waktu 6 minggu post partum

a) Menanyakan penyulit-penyulit yang ada

b) Memberikan konseling untuk KB secara dini

d. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas Menurut (Suherni,

dkk, 2009):

1) Mendukung dan memantau kesehatan fisik ibu dan bayi

2) Mendukung dan memantau kesehatan psikologis, emosi, social serta

memberikan semangat kepada ibu

3) Membantu ibu dalam menyusui bayinya

4) Membangun kepercayaan diri ibu dalam perannya sebagai ibu

5) Mendukung pendidikan kesehatan termasuk pendidikan dalam

perannya sebagai orang tua.

6) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa

nyaman.

7) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara

mencegah perdarahan, mengenai tanda-tanda bahaya, menjaga gizi

yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.

8) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,

menetapkan diagnose dan rencana tindakan serta melaksanakannya

untuk mempercepat proses pemulihan, mencagah komplik asi dengan

memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.

151
9) Memberikan asuhan secara professional.

1) Proses Laktasi Dan Menyusui

Perkembangan kecerdasan anak sangat berkaitan erat dengan

pertumbuhan otak.Factor utama yang mempengaruhi pertumbuhan otak

anak adalah nutrisi yang diterima saat pertumbuhan otak cepat. Dalam

hal ini pemberian nutrisi terhadap bayi dapat melalui proses menyusui

Air susu Ibu (ASI). Terdapat 2 refleks yang berperan sebagai

pembentukan dan pengeluaran air susu, yaitu reflek prolaktin dan reflek

let down. Sedang pada mekanisme menyusui, bayi mempunyai 3 reflek

intrinsic yang dibutuhkan dalam keberhasilan menyusui yaitu reflek

mencari (rootingrefleks), reflek menghisap dan reflek menelan.

Tanda-tanda bahwa bayi telah berada pada posisi yang baik pada

payudara(JNPK-KR,2008):

a) Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada ibu

b) Mulut dan dagunya berdekatan dengan payudara

c) Areola tidak akan bisa terlihat dengan jelas

d) Kita dapat melihat bayi melakukan isapan yang lamban dan dalam

saat menelan ASInya.

e) Bayi terlihat tenang dan senang

f) Ibu tidak merasakan adanya nyeri pada putting susu.

2) Kebutuhan Gizi selama masa nifas

Kebutuhan makanan bagi ibu nifas lebih banyak kegunaan tersebut

agar luka-luka persalinan lekas sembuh dan bermanfaat sebagai

152
cadangan untuk laktasi.Pola makan ibu nifas, menrut Waryani (2010)

sebaiknya ibu nifas melakukan :

1) Ibu harus teratur makan tiga kali sehari

2) Hidangan harus tersusun dari bahan makan bergizi yang tersusun

dari: makanan, minum susu satu gelas setiap hari

3) Pergunakan aneka ragam makanan yang ada

4) Pilihlah, belilah, berbagai macam makanan yang segar

Contoh Menu makanan untuk ibu nifas :

2.7 Table menu makanan Untuk Ibu Nifas

Pagi Siang Sore/Malam

- Susu manis - Nasi - Nasi

- Nasi - Ayam Goreng - Telu dadar

- Tempe goreng - Tahu Goreng - Tahu bacem

- Ikan asin - Sayur Lodeh - Tumis kacang

- Gudangan - Pepaya panjang

jam 10.00 Jam 16.00 - Papaya

- Bubur kacang hijau - Kolak pisang

- Jeruk

153
5. Konsep Dasar Teori Neonatus

1. Pengertian

Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu

(28 hari) sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir)

sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi

berusia 0-7 hari.Neonatus lanjut adalah bayi berusia 7-28 hari.

(Muslihatun, 2010)

2. Kunjungan neonatus

Kunjungan neonatus adalah pelayanan kesehatan kepada neonatus

sedikitnya 3 kali yaitu kunjungan neonatal I (KN1) pada 6 jam sampai

dengan 48 jam setelah lahir, kunjungan neonatal II (KN2) pada hari ke 3

s/d 7 hari, kunjungan neonatal III (KN3) pada hari ke 8 – 28

hari.Menurut Permenkes 741/ Th. 2008 tentang Standar Pelayanan

Minimal Bidang Kesehatan (SPM-BK), KN dibagi menjadi 3 yaitu:

1) Kunjungan Neonatal ke satu (KN1)

Adalah kunjungan neonatal pertama kali yaitu pada hari pertama

sampai hari kedua.

2) Kunjungan Neonatal ke dua (KN2)

Adalah kunjungan neonatal yang kedua kalinya yaitu pada hari kedua

sampai hari ke tujuh.

3) Kunjungan Neonatal ke tiga (KN3)

154
Adalah kunjungan neonatal yang ketiga kalinya yaitu pada hari ke

tujuh sampai hari ke dua puluh delapan.

Pelayanan yang diberikan mengacu pada pedoman Manajemen

Terpadu Balita Sakit (MTBS) pada algoritma bayi muda (Manajemen

Terpadu Bayi Muda/MTBM) termasuk ASI ekslusif, pencegahan infeksi

berupa perawatan mata, perawatan talipusat, penyuntikan vitamin K1 dan

imunisasi HB-0 diberikan pada saat kunjungan rumah sampai bayi

berumur 7 hari (bila tidak diberikan pada saat lahir) (Kemenkes RI,

2010).

6. Konsep Dasar Teori Kontrasepsi

a. Kontrasepsi Suntik

Kontrasepsi suntik terdiri dari suntikan kombinasi dan suntikan

progestin. Suntikan kombinasi adalah kombinasi antara 25 mg

medroksiprogesteron asetat dan 5 mg estradiol sipionat. Cara kerjanya

pada prinsipnya sama dengan cara kerja pil kombinasi. Suntikan

kombinasi efektif bekerja selama 30 hari. Efektivitasnya tinggi, namun

pengemabalian kesuburan membutuhkan waktu yang lebih lama

dibanding dengan kontrasepsi pil. Untuk suntikan progestin, mengandung

Depo medroksiprogesteron asetat (DMPA) dan diberikan 3 bulan sekali

pada bokong yaitu musculus gluteus maximus. Kontrasepsi ini cocok

untuk ibu yang sedang menyusui. Hal-hal yang akan sering ditemukan

adalah siklus haid memanjang atau memendek, perdarahan yang banyak

155
ataupun sedikit, perdarahan tidak teratur ataupun perdarahan bercak, atau

bahkan tidak haid sama sekali.

b. Alat Kontrasepsi Dalama Rahim (AKDR)

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan kontrasepsi

yang dimasukkan melalui serviks dan dipasang di dalam uterus. AKDR

mencegah kehamilan dengan merusak kemampuan hidup sperma dan

ovum karena adanya perubahan pada tuba dan cairan uterus. Hal ini

dikarenakan adanya AKDR yang dianggap sebagai benda asing sehingga

menyebabkan peningkatan leukosit, tembaga yang dililitkan pada AKDR

juga bersifat toksik terhadap sperma dan ovum. Efektivitas AKDR dalam

mencegah kehamilan mencapai 98-100% bergantung pada jenis AKDR.

AKDR atau IUD (Intra Uterine Device) bagi banyak kaum wanita

merupakan alat kontrasepsi yang terbaik, alat ini sangat efektif dan tidak

perlu diingat setiap hari seperti halnya pil dan untuk kunjungan awal

pasaca pemasangan AKDR 1 bulan ke depan (SPO RSKD, 2013).

Bagi ibu yang menyusui, AKDR tidak akan mempengaruhi isi,

kelancaran ataupun kadar air susu ibu (ASI). Namun, ada wanita yang

ternyata belum dapat menggunakan sarana kontrasepsi ini.Karena itu,

setiap calon pemakai AKDR perlu memperoleh informasi yang lengkap

tentang seluk-beluk alat kontrasepsi ini.

Pada saat ini waktu pemasangan AKDR yang paling sering

dilakukan adalah IUD post plasenta, terutama di ruang bougenville

RSKD Balikpapan. IUD post plasenta yaitu IUD yang dipasang dalam

156
waktu 10 menit setelah lepasnya plasenta pada persalinan pervaginam

(EngenderHealth, 2008). IUD yang dipasang setelah persalinan

selanjutnya juga akan berfungsi seperti IUD yang dipasang saat siklus

menstruasi. Pada pemasangan IUD post plasenta, umumnya digunakan

jenis IUD yang mempunyai lilitan tembaga (Coper T) yang menyebabkan

terjadinya perubahan kimia di uterus sehingga sperma tidak dapat

membuahi sel telur.Waktu pemasangan dalam 10 menit setelah keluarnya

plasenta memungkinkan angka ekspulsinya lebih kecil ditambah dengan

ketersediaan tenaga kesehatan yang terlatih (dokter atau bidan) dan

teknik pemasangan sampai ke fundus juga dapat meminimalisir

kegagalan pemasangan.

Keuntungan dari AKDR adalah segera efektif yaitu setelah 24

jam pemasangan, reversibel, metode jangka panjang, tidak mengganggu

produksi ASI, dapat dipasang segera setelah melahirkan ataupun pasca

abortus.

Kerugian dari AKDR adalah dapat meningkatkan resiko

terjadinya infeksi panggul, perforasi uterus, usus dan kandung kemih,

tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS, prosedur medis diperlukan

sebelum pemasangan, adanya perdarahan bercak selama 1-2 hari pasca

pemasangan, klien tidak bisa memasang ataupun melepas sendiri.

Kontraindikasi mutlak dari AKDR adalah kehamilan, perdarahan

per vaginam yang belum terdiagnosis, perempuan yang sedang

157
mengalami infeksi alat genital, kelainan pada panggul dan uterus, dan

alergi terhadap komponen AKDR, misalnya tembaga.

I. Asuhan Ibu Hamil dengan Kaki pegal-pegal menurut ()

Kaki pegal-pegal yang dirasakan Ibu Hamil Trimester III dapat

dikarenakan ketegangan otot. Sepanjang kehamilan, boleh dibilang ibu

membawa beban berlebih. Otot-otot tubuh juga mengalami pengenduran

sehingga mudah merasa lelah. Hal inilah yang membuat posisi ibu hamil

dalam beraktivitas apa pun jadi terasa serba salah

Menjelang akhir kehamilan tangan dan kaki sering mengalami

kekakuan hingga pegal. Bagian tubuh tersebut agak membengkak sedikit

karena menyimpan cairan. Akibatnya syaraf jadi tertekan. Tekanan ini

terasa sakit seperti ditusuk-tusuk jarum. Sehingga tangan dan kaki tidak

merasakan apa-apa dan ototnya jadi lemah. Penyebabnya karena hormon

kehamilan, kekurangan kalsium, kelelahan, tekanan rahim pada otot,

kurang bergerak sehingga sirkulasi darah tidak lancar.

Cara Mengatasi Saat Pegal-pegal terjadi, yang harus dilakukan adalah

melemaskan seluruh tubuh terutama bagian tubuh yang pegal. Dengan

menggerak-gerakkan pergelangan tangan dan mengurut bagian kaki yang

terasa kaku bisa membantu menghilangkan kekakuan. Selain itu, pada saat

bangun tidur jari kaki ditegakkan sejajar dgn tumit utk mencegah pegal

mendadak, mandilah dengan air hangat agar melemaskan saraf-saraf yang

tegang, Agar pegal-pegal tidak sampai mengganggu, atasi dengan

158
mengkonsumsi banyak kalsium, minum air putih yang banyak, melakukan

senam ringan, dan cukup istirahat.

II. Asuhan Ibu Nifas dengan Puting Susu lecet dan Payudara Penuh menurut

(Suherni,S.Pd,dkk, 2009)

Masalah- Masalah dalam Pemberian ASI Menurut

a. Puting Susu Lecet atau luka

Penyebab yaitu:

1. Bayi tidak menyusu sampai ke kalang payudara, Karena

kesalahan dalan teknik menyusui.

2. Puting susu terpapar (ada sisa) bahan-bahan seperti sabun,

krim, alkohol, dll, karena mencuci puting dengan bahan

tersebut.

3. Penyakit moniliasis pada puting susu yang berasal dari

moniliasis pada mulut bayi yang menular ke puting susu.

4. Frenulum lidah bayi pendek, sehingga bayi susah menghisap

sampai ke kalang payudara, dan karenanya hisapan hanya

sampai ke puting susu.

5. Teknik Ibu mengehentikan bayi menyusu kurang tepat.

Tata Laksana pada Ibu Nifas dengan puting susu lecet yaitu

1. Bayi disusui lebih dahulu pada puting susu yang tidak

mengalami lecet atau yang lecenya sedikit.

159
2. Jangan menggunakan bahan-bahan kimia seperti sabun,dan

bahan lainnya yang dapat menyebabkan ada sisa paparan pada

puting susu.

3. Sehabis menyusui tidak perlu dibersihkan dan cukup diangin0-

anginkan karena sisa ASI sudah menrupakan anit infeksi dan

pelembut ASI

4. Bubuhkanlah minyak kelapa pada puting susu.

5. Menyusui dilakukan lebih sering, yakni dalam 24 jam kira-kira

8-12 kali.

b. Payudara bengkak/penuh.

Kira-kira pada hari ketiga atau keempat setelah melairkan

seringkali payudara terasa penuh, tegang dan nyeri. Hal ini

disebabkan karena teradinya asal sekresi ASI.

Tatalaksana payudara bengkak/penuh yaitu:

1. ASI harus dikeluarkan dengan menyusukannya, meskipun

sedikit terasa sakit hal ini penting karena tidak ada ASI

keluar maka keadaan ASI penuh ini akan terjadi

penumpukan. Sebelum di susukan payudara dimassase

terlebih dahulu dan ASI diperas lembut dnegan tangan

sebelum menyusui

2. Kompreslah dengan air dingin agar kekejangan pembuluh

dara vena berkurang disampinh untuk mengurangi rasa

nyeri sebaiknya dilakukan bergantian komres tersebut

160
dengan kompres air hangat guna melancrkan aliran darah

payudara.

3. Menyusuinya menggunakan payudara yang tegang penuh

tersebut dilakukan lebih lama dan lebih sering untuk N

menurunan ketegangan payudara

161
BAB III

SUBJEK DAN KERANGKA KERJA PELAKSANAAN

STUDI KASUS

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah rencana tentang cara mengumpulkan dan

menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan

tujuan penelitian itu (Nasution, 2007).

Penulisan studi kasus secara menyeluruh berisi hasil observasi dan

wawancara mendalam pada subjek yang dipilih saat memberikan asuhan

berkesinambungan (continuity of care).

B. Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara

konsep-konsep yang ingin diamati atau di ukur melalui penelitian yang akan

dilakukan (Notoatmodjo, 2005).

162
Studi Pendahuluan / Studi Literature

Subjek Penelitian Ny,S (Ibu Hamil G1P000 dengan Usia Kehamilan 29


minggu )

Persetujuan Klien ( Infomed consent )

Study Kasus Asuhan Kebidanan Kompehensif

Antenatal Care Itntranatal Asuhan Bayi PNC NEO Pada Rencana


Care Baru Lahir Tanggal Pelayanan
Pada Tanggal Pada Tanggal Kontrasepsi
Pada Pada 1. 21-05-2016
1. 12-03-2016 1. 21-05-2016
tanggal Tanggal Pada
2. 24-05-2016
2.14-05-2016 2. 24-05-2016 Tanggal
21--05-2016 21-05-2016
3. 09-06-2016
3. 16-05-2016 3. 09-06-2016 13-06-2016
4. 13-06-2016

Pengumpulan data dalam bentuk observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik

Proses Pemberian Asuhan Kebutuhan

Analisis Kesenjangan teori dan Praktek

Alteratif Pemecahan Masalah

Dokumentasi SOAP
163
Gambar. 3.1 Kerangka Kerja Penelitian

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah sesuatu yang diteliti baik orang, benda ataupun

lembaga (Amirin, 2009). Pada penelitian studi kasus ini subyek yang diteliti

mulai dari ibu hamil trimester III dengan atau tanpa faktor risiko, ibu bersalin,

bayi baru lahir, ibu nifas, neonatal serta calon akseptor kontrasepsi. Subyek

penelitian yang akan dibahas dalam Laporan Tugas Akhir ini adalah ibu hamil

G1 P0000 dengan usia kehamilan 29 minggu diberikan asuhan mulai dari masa

kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatal sampai pelayanan calon

akseptor kontrasepsi.

D. Pengumpulan dan Analisis Data

1. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam proposal ini

sesuai metode yang digunakan dalam penelitian deskriptif, menurut(

Arikunto,2003) yaitu untuk mengumpulkan informasi mengenai status

gejala, penelitian secara langsung pada objek penelitian untuk

mendapatkan data yang diperlukan dengan mengadakan penelitian

dilapangan (field research). Adapun teknik pengambilan datanya adalah :

a. Observasi

Metode Observasi merupakan kegiatan mengamati secara

langsung tanpa mediator sesuatu objek untuk melihat dengan dekat

kegiatan yang dilakukan object ertentu (Kriyantono, 2008).

164
Peneliti melakukan pengamatan secara langsung terhadap kondisi

klien yang di kelola atau mengamati perilaku dan kebiasaan klien

yang berhubungan dengan asuhan yang akan diberikan.

b. Wawancara

Menurut Berger dalamKriyantono (2008) mengatakan bahwa

wawancara adalah percakapan antara peneliti seseorang yang berharap

mendapatkan informasi, dan informan seseorang yang di asumsikan

mempunyai informasi penting tentang sesuatu objek.

Peneliti mengumpulkan data dengan cara melakukan wawancara

langsung dengan klien dan keluarga.

c. Pemeriksaan fisik

Peneliti melakukan pemeriksaan meliputi inspeksi, palpasi,

perkusi dan auskultasi yang di lakukan untuk memperoleh data sesuai

dengan kasus yang dikelola.

d. Studi Dokumentasi

Penelitimenggunakandokumentasi yang berhubungandenganjudul

LTA iniseperti :catatan medis klien yang berupa buku KIA

(Kesehatan Ibu dan Anak), literature dan lain sebagainya.

2. Analisis Data

Menurut Sugiyono (2004) Analisis deskriptif adalah statistik yang di

gunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa

bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau

generalisasi.

165
Analisis data yang di gunakan pada penelitian ini mengubah data hasil

penelitian menjadi suatu informasi yang dapat digunakan untuk mengambil

kesimpulan adalah menggunakan manajemen kebidanan menurut Varney

yang didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

E. Etika Penelitian

Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak responden untuk

menjamin kerahasiaan identitas responden dan kemungkinan terjadinya ancaman

terhadap responden. Sebelum penelitian dilakukan, responden akan dijelaskan

tujuan dan manfaat penelitian serta jaminan kerahasiaan responden. Menurut

Hidayat (2008) dalam penelitian ini, peneliti akan memperhatikan etika dalam

penelitian yang dilakukan dengan prinsip:

1. Respect for person

Prinsip ini menekankan pemberi Asuhan harus menghormati klien dan

memberikan perlindungan terhadap haknya. Setiap individu memiliki hak

dan kemampuan untuk memutuskan bagi dirinys sendiri dan memiliki hak

untuk mendapat Informed Consent.

Telah dilakukan Informed Consent pada Ny. S dan Ny.S telah

menyetujui untuk ikut serta dalam pelaksanaan studi Kasus ini secara sadar

dan telahmembubuhkan tanda tangan pada lembarpersetujuan tanpa

paksaan dari pihak manapun.

166
2. Beneficence dan non moleficence

Prinsip ini menekankan pencegahan pada terjadinya resiko, dan

melarang pembuatan yang berbahaya selama melakukan asuhan. Dalam

memberikan asuhan pada Ny.S dilakukan secra hati-hati tanpa

membahayakan klien dan setiap pemberian asuhan didampingi oleh

pembimbing yang berkompeten dibidangnya.

3. Justice

Prinsip Justice menekankan pada saat seleksi subjuek penelitian harus

adil dan seimbang. Pemberi asuhan juga harus memberikan perhatian

secara khusus pada subjek pelaksanaan studi kasus.

Subjek yang telah dipilih adalah Ny.S karena sesuai dengan kriteria

pelaksanaan studi kasus dan Ny.S telah bersedia ikut serta dalam

pelaksanaan studi kasus ini Ny.S telah mendapatkan perhatian dengan

asuhan yang diberikan secara komprehensif dan mendapatkan solusi setiap

masalah yang dialami.

167
BAB IV

TINJAUAN KASUS

A. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Antenatal Care

1. Asuhan Kebidanan Antenatal Care Kunjungan ke-I

Tanggal/Waktu Pengkajian : 12 Maret 2016/Pukul :11.30 WITA

Tempat : Rumah klien “Ny.S”

Oleh : Fedyanti Dwivonita Benu

S : - Ibu hamil anak pertama dan tidak pernah keguguran.

- Ibu mengatakan sakit pinggang dan memiliki riwayat Keputihan

berwarna hijau gatal dan bau.

- Ibu memiliki Alergi Makalan Laut seperti, Udang, kepiting, cumi-

cumi, kerang.

O : KU : Baik, Kesadaran : Composmentis

TTV; TD : 110/70 mmHg, N : 80 x/menit, R : 22 /menit, S : 36,8˚C

BB : 55 kg, TB : 159 cm, LILA : 25 cm

Pemeriksaan Laboratorium : 10 gram%

Leopold I : TFU 24 cm, 2 jari diatas pusat.

Pada fundus teraba lunak, tidak bulat dan tidak

melenting (kosong). Tafsiran berat janin 1.836 gram

Leopold II :Teraba balotemen kepala pada salah satu fosa iliaka

dan bokong pada fosa iliaka yang lain pada perut ibu

sebelah kanan teraba bagian memanjang keras

168
seperti papan , dan teraba bagian-bagian kecil janin

di sebelah kiri (punggung kanan).

Leopold III :Tidak ditemukan bagian terendah Janin

Leopold IV : Tidak ditemukan bagian terendah Janin

DJJ :138 x/menit

A:

Diagnosis : G1 P0000 Usia Kehamilan 29 minggu janin tunggal

Hidup Intrauterine.

Masalah :

Masalah Dasar

S: Ibu merasakan nyeri di daerah pinggangnya

1. Nyeri pinggang O : Pada pemeriksaan Palpasi Ibu merasakan nyeri di

bagian pinggang

2. Riwayat
S : Ibu mengatakan saat awal Kehamilan mengalami
Keputihan
keputihan berwarna hijau bau &gatal
berwarna hijau
O : Tidak ada pengeluaran pervaginam.
bau&gatal

169
Pada Pemeriksaan Leopold I-IV didapatkan hasil

L I : TFU 24 Cm , 2 jari atas pusat , Pada Fundus teraba

3. Janin Letak lunak tidak melenting (kosong)

lintang L II : Teraba balotemen kepala pada salah satu fosa iliaka

dan bokong pada fosa iliaka yang lain pada perut

ibu, sebelah kanan teraba bagian memanjang keras

seperti papan , dan bagian kecil disibelah kiri

(Punggung Kanan)

L III : Tidak ditemukan bagian terendah Janin

L IV : Tidak ditemukan bagian terendah Janin

4. TFU tidak S : Ibu mengatakan pergerakam janin aktif


sesuai Usia
O : 2 jari atas pusat / 24 cm.
Kehamilan.

5. Alergi
S : Ibu mengatakan memiliki Alergi makanan Seafood
Makanan
seperti Udang, kepiting, cumi-cumi, kerang.
Seafood

O: Pusing : terkadang

6. Anemia ringan Lemas letih lesu : Tidak ada

Pada pemeriksaan Hb = 10 gr%

170
Diagnosa Potensial :

Diagnosa Potensial Dasar

1.Akan terjadi karena pada korion, amnion dan cairan ketuban terkena

Korioamnionitis infeksi bakteri jika jaringan ini dipacu oleh persalinan atau

infeksi maka jaringan akan menipis dan sangat mudah untuk

pecah (Sarwono, 2008) .

2. Akan Terjadi Karena sudut yang tidak tegak lurus, dan pada letak Oblique

Persalinan Lintang presentasi ini hanyalah sementara, oleh karena itu presentasi

ini dapat berubah menjadi Lintang.

3. Akan Terjadi Infeksi TORCH, Tinggi Fundus tidak sesuai Usia Kehamilan,

IUGR, dan BBLR kekurangan nutrisi berat pada ibu hamil, dan wanita hamil

yang merokok.

4. Akan Terjadi Menurut (Wasnidar, 2007.hal 20) hal ini dapat terjadi karena

Anemia Sedang- berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah

berat dan atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi

Perdarahan serta fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan dan

Partus Lama kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi atau

adanya gangguan penyerapan zat besi dalam tubuh

171
P: Tanggal 12 Maret 2016

No. Waktu Tindakan Paraf


1. 11.30 Menjelaskan hasil pemeriksaan yang dilakukan
WITA kepada ibu. Bahwa hasil pemeriksaan fisik ibu
normal, Tekanan darah: 110/70mmHg, Nadi,
80x/menit, Pernafasan 22x/menit, suhu 36,8°C.
Berat badan:55 kg. Tampak simetris; tidak tampak
bekas luka operasi; tampak linea nigra dan tidak
tampak striae bivide; Tinggi fundus uteri 24 cm.
Pada pemeriksaan Leopold I Teraba lunak, tidak
bulat dab tidak melenting (kosong), pada Leopold
II Teraba balotemen kepala pada salah satu fosa
iliaka dan bokong pada fosa iliaka yang lain pada
perut ibu sebelah kanan teraba bagian memanjang
keras seperti papan, dan teraba bagian- bagian kecil
janin disebelah kiri (punggung kiri), Leopold III
Tidak ditemukan bagian terendah Janin, Leopold
IV Tidak ditemukan bagian terendah Janin.
Pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ) 138
x/menit dan taksiran berat janin (TBJ) adalah (24-
12) x 155 = 1836 gram, dan Pemeriksaan
Laboratorium hasil Hb 10 gram% . Pemeriksaan
head to toe (dari kepala sampai kaki) normal tidak
ada kelainan. Ibu mengetahui kondisi dirinya dari
hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
2. 12.30 Menjelaskan hasil Pemeriksaan Bahwa dari hasil
WITA pemeriksaan terdapat beberapa gangguan yaitu
Kepala janin Ibu tidak pada posisi yang
seharusnya, berat janin tidak sesuai dengan Usia
Kehamilan dan Hb ibu rendah 10 gram%.
3. 13.00 Mengontrak waktu Ibu Untuk melakukan
WITA Penyuluhan Kesehatan
Ibu Bersedia mendengarkan Penyuluhan yang
diberikan.
4. 13.05 Melakukan Penyuluhan Kesehatan±10 menit
WITA mengenai melakukan Gerakan Kneechest (posisi
sujud) maksimal 10-15 menit dapat dilakukan 3
kali/ hari, dan Menganjukan Ibu untuk USG agar
memastikan letak Janin.
Ibu mengerti serta bersedia untuk USG dan
melakukan gerakan tersebut.
5. 13.15 Melakukan Penyuluhan Kesehatan±10 menit
WITA Anjurkan ibu untuk meminum tablet Fe dan
mengkonsumsi makan seperi Hati ayam , daging,
sayuran berwarna hijau tua (kangkung, sawi) , dan

172
buah-buahan (jeruk, jambu biji,tomat) Agar Hb Ibu
naik.
Ibu mengerti dan bersedia untuk melakukan
Anjuran yang diberikan.
6. 13.25 Melakukan Penyuluhan Kesehatan±10 menit
WITA mengenai Perbaiki Pola Nutrisi makan sering tapi
sedikit dan memakan Ice Cream agar Berat Janin
dapat bertambah sesuai Usi Kehamilan
Ibu Mengerti dan Bersedia mengikuti Anjuran
yang
diberikan.
7. 13.35 Melakukan Penyuluhan Kesehatan±10 menit
WITA Anjurkan Ibu untuk Personal hygine seperti Lebih
sering mengganti celana dalam apabila sidah terasa
lembab dan cara membasuh ketika sehabis
BAK/BAB dari depan ke belakang agar Keputihan
tidak berulang kembali.
Ibu Mengerti dan Bersedia mengikuti anjuran yang
diberikan.
8. 1345 Melakukan Penyuluhan Kesehatan±10 menit
WITA Anjurkan Ibu untuk tidak mengkonsumsi
makanan laut dan mengmengganti jenis makan
yang mengandung protein yg lain nya seperti,
telur, ayam, daging sapi, dan meminum susu.
Ibu Mengerti dan Bersedia mengikuti Anjuran
yang
diberikan.
9. 13.55 Melakukan Penyuluhan Kesehatan±10 menit
WITA Anjurkan Ibu untuk melakukan Pereganggan Otot,
yaitu Senam Hamil, Memeperbaiki posisi Berdiri ,
sehingga titik tumpu Ibu di pinggang tidak nyeri .
Ibu Mengerti dan Bersedia mengikuti Anjuran
yang
diberikan.
10. 14.05 Menjadwalkan ibu untuk melakukan kunjungan
ulang 1 minggu berikutnya dan ibu diharapkan
untuk melakukan kunjungan ulang apabila ada
keluhan.
Ibu mengerti mengenai kunjungan ulang dan
bersedia untuk melakukan kunjungan ulang. Dan
membuat kesepakatan dengan ibu dan keluarga
untuk melakukan kunjungan ulang dirumah

173
B. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Antenatal Care (Catatan Perkembangan)

2. Asuhan Kebidanan Antenatal Care Kunjungan ke-II

Tanggal/Waktu Pengkajian : 14 Mei 2016/Pukul : 15.30 WITA

Tempat : Rumah klien “Ny.S”

Oleh : Ferdyanti Dwivonita Benu

S :

 Ibu tidak mengalami sakit pinggang lagi

 Ibu mengatakan kaki terasa pegal

 Ibu sudah melakukan USG dan mengatakan Hasil USG normal

(USG Terlampir)

 Ibu mengatakan telah melakukan gerakan Kneechest sebanyak 3

kali/hari dengan durasi ± 10 menit

 Ibu telah mengkonsumsi Hati Ayam dan sayuran hijau

 Ibu telah mengkonsumsi Ice Cream dan memperbaiki Pola Nutrisi

 Ibu telah melakukan Personal Hygine dan mengganti pakaian

dalam jika lembab.

 Ibu sudah mengganti Jenis makanan yang berprotein tinggi dengan

mengkonsumsi Ikan, Telur, Tempe dan daging merah.

 Ibu sudah melakukan senam peregangan otot, dll

O : KU : Baik, Kesadaran : composmentis

TTV :

TD : 110/70 mmHg, N : 80 x/menit, R : 20 /menit, S : 36,7˚C

BB : 58 kg, TB : 159 cm, LILA : 25 cm , Hb : 12gram%

174
Leopold I : TFU 30 cm/3jari dibawah px, teraba bundar

lembut dan tidak melenting (bokong). TBJ : (TFU-

12) x 155 = (30-12) x 155 = 2945 gram

Leopold II : Teraba tahanan panjang seperti papan disebelah

kiri perut ibu (punggung kiri)

Leopold III : Teraba bundaran keras dan melenting (kepala)

Leopold IV : Bagian terendah sudah masuk PAP (divergen)

DJJ : 147 x/menit

Hasil USG : Kepala Janin sudah di bawah.

A:

Diagnosis : G1 P0000 usia kehamilan 38 minggu janin tunggal

hidup Intrauterine presentasi kepala

Masalah : Kaki terasa Pegal.

Diagnosa Potensial : tidak ada

P:

Tanggal 14 Mei 2016

No. Waktu Tindakan Paraf


1. 16.30 Menjelaskan hasil pemeriksaan yang dilakukan
WITA kepada ibu. Bahwa hasil pemeriksaan fisik ibu
normal, Tekanan darah: 110/70 mmHg, Nadi
80x/menit, Pernafasan 20x/menit, suhu 36,7°C.
Berat badan: 58 kg. TB: 159 cm Tampak simetris;
tidak tampak bekas luka operasi; tampak linea nigra
dan tidak tampak striae bivide; Tinggi fundus uteri
30 cm (3 jari bawah px). Pada pemeriksaan
Leopold I, pada fundus teraba bundaran lembut dan
tidak melenting (bokong), pada Leopold II teraba
tahanan panjang seperti papan disebelah kiri perut
ibu (punggung kiri) Leopold III teraba bundaran
keras dan melenting (kepala). Bagian ini tidak
dapat digoyangkan, dan pemeriksaan Leopold IV
bagian terendah janin sudah masuk pintu atas
panggul (divergen). Pemeriksaan denyut jantung
janin (DJJ) 147 x/menit dan taksiran berat janin
(TBJ) adalah (33-11) x 155 = 2945 gram.

175
Pemeriksaan head to toe (dari kepala sampai kaki)
normal tidak ada kelainan; Ibu mengetahui kondisi
dirinya dari hasil pemeriksaan yangtelah dilakukan.
2. 16.55 Melakukan penyuluhan kesehatan selama ±10
WITA menit mengenai Cara mengatasi Pegal-pegal pada
kaki Ibu dengan cara mandi air hangat agar
merelaxasikan saraf-saraf yang tegang dan
melancarakan peredara darah, serta melakukan
senam dan pijatan peregangan otot.
Ibu Mengerti dan mau melakukan anjuran yang
diberikan.
3. 17.05 Melakukan penyuluhan kesehatan selama±20 menit
WITA mengenai Tanda-tanda Persalinan ; keluarnya
lendir bercampur darah, keluarnya air ketuban dan
perut terasa mules.
4. 17.30 Menjadwalkan ibu untuk melakukan kunjungan
WITA ulang 1 minggu berikutnya dan ibu diharapkan
untuk melakukan kunjungan ulang apabila ada
keluhan; Ibu mengerti mengenai kunjungan ulang
dan bersedia untuk melakukan kunjungan ulang.
Dan membuat kesepakatan dengan ibu dan keluarga
untuk melakukan kunjungan ulang dirumah.

C. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Antenatal Care (Catatan Perkembangan)

3. Asuhan Kebidanan Antenatal Care Kunjungan ke-III

Tanggal/Waktu Pengkajian : 16 Mei 2016/Pukul : 12.00 WITA

Tempat : Rumah klien “Ny.S”

Oleh : Ferdyanti Dwivonita Benu

S : - Ibu mengatakan tidak ada keluhan

- Ibu mengatakan telah mempersiapkan keperluan Bayi dan Ibu

O : KU : Baik, Kesadaran : composmentis

TTV; TD : 110/80 mmHg, N : 82 x/menit, R : 22 /menit, S : 36,5˚C

BB : 58 kg, TB : 159 cm, LILA : 25 cm

176
Leopold I : TFU 30 cm/3jari dibawah px, teraba bundar

lembut dan tidak melenting (bokong). TBJ : (TFU-

12) x 155 = (30-12) x 155 = 2945 gram

Leopold II : Teraba tahanan panjang seperti papan disebelah

kiri perut ibu (punggung kiri)

Leopold III : Teraba bundaran keras dan melenting (kepala)

Leopold IV : Bagian terendah sudah masuk PAP (divergen)

DJJ : 142 x/menit

A:

Diagnosis : G1 P0000 usia kehamilan 39 minggu 3 hari janin

tunggal hidup Intrauterine presentasi kepala

Masalah : tidak ada

Diagnosa Potensial : tidak ada

Kebutuhan Segera : tidak ada

P:

Tanggal 16 Mei 2016

No. Waktu Tindakan Paraf


1. 12.30 Menjelaskan hasil pemeriksaan yang dilakukan
WITA kepada ibu. Bahwa hasil pemeriksaan fisik ibu
normal, Tekanan darah: 110/80 mmHg, Nadi
82x/menit, Pernafasan 22x/menit, suhu 36,5°C.
Berat badan: 58 kg. TB: 159 cm Tampak simetris;
tidak tampak bekas luka operasi; tampak linea nigra
dan tidak tampak striae bivide; Tinggi fundus uteri
30 cm (3 jari bawah px). Pada pemeriksaan
Leopold I, pada fundus teraba bundaran lembut dan
tidak melenting (bokong), pada Leopold II teraba
tahanan panjang seperti papan disebelah kiri perut
ibu (punggung kiri) Leopold III teraba bundaran
keras dan melenting (kepala). Bagian ini tidak
dapat digoyangkan, dan pemeriksaan Leopold IV

177
bagian terendah janin sudah masuk pintu atas
panggul (divergen). Pemeriksaan denyut jantung
janin (DJJ) 142 x/menit dan taksiran berat janin
(TBJ) adalah (33-11) x 155 = 2945 gram.
Pemeriksaan head to toe (dari kepala sampai kaki)
normal tidak ada kelainan; Ibu mengetahui kondisi
dirinya dari hasil pemeriksaan yangtelah dilakukan.
3. 13.15 Melakukan penyuluhan kesehatan selama±20 menit
WITA mengenai Tanda-tanda Persalinan ; keluarnya
lendir bercampur darah, keluarnya air ketuban dan
perut terasa mules.
4. 13.35 Menjadwalkan ibu untuk melakukan kunjungan
WITA ulang apabila ada keluhan Dan membuat
kesepakatan dengan ibu dan keluarga untuk
melakukan pertolongan persalinan : Ibu
mengertitentang kunjungan ulang dan Ibu bersedia
di lakukan pertolongan persalinan.

178
D. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Intranatal Care

Tanggal/Waktu Pengkajian : 21 Mei 2016/Pukul : 09.00 WITA

Tempat : BPM Hj. Asminiwati, S.ST

Oleh : Ferdyanti Dwivonita Benu

Persalinan Kala I fase laten

Pukul : 03.30 WITA

S :

 Ibu merasakan mules pada perutnya dan kencang-kencang sejak kemarin

malam pukul 22.00 WITA (20 Mei 2016) , tidak ada keluar darah / air-air

per vagina.

O: KU : Baik, Kesadaran : Composmentis

TTV ; TD : 110/80 mmHg, N : 82 x/menit, R : 24 x/menit, S : 37˚C

Leopold I : Teraba bundar lembut dan tidak melenting (bokong)

Teraba TFU 29 cm

Leopold II :Teraba keras seperti papan disebelah kiri perut ibu

(Punggung kiri)

Leopold III : Teraba Keras dan melenting (kepala)

Leopold IV : Sudah masuk PAP (divergen)

TBJ : (29-11) x 155 = 2790 gram

DJJ : 128 x/menit

HIS : Intensitas : Sedang, Frekuensi : 2 x 10’ , durasi : 15-

20”

179
VT : Vulva/vagina : tidak ada kelainan, Portio :

Lembut/tipis,

Effecement 25%, Pembukaan : 3 cm, ketuban (+) ,

penurunan kepala 4/5, Hodge II. Tidak terdapat bagian

terkecil disekitar bagian terendah janin dan presentasi

kepala.

A:

Diagnosis : G1 P0000 usia kehamilan 39-40 minggu Inpartu kala I

fase laten janin tunggal hidup intrauterine presentasi

kepala.

Diagnosa Potensial : Tidak ada

Kebutuhan Segera : tidak ada

P :

Tanggal 21 Mei 2016

No. Waktu Tindakan Paraf


1. 04.30 Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa
WITA keadaan umum serta tanda-tanda vital baik,
pemeriksaan kesejahteraan janin DJJ dalam batas
normal, pembukaan 3 cm dan ketuban belum pecah;
Ibu mengetahui kondisi dirinya dari hasil pemeriksaan
yang telah dilakukan.

2. 04.35 Memberikan ibu support mental, bahwa proses


WITA persalinan adalah normal dan alamiah, sehingga ibu
harus tetap semangat menjalaninya, ibu juga selalu
berdoa dan berfikir positif dalam menghadapi
persalinan; Ibu merasa tenang dan ibu akan melakukan
anjuran yang diberikan.
3. 04.40 Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi seperti
WITA berjalan-jalan, agar kepala bayi cepat turun mengikuti
arah gravitasi bumi; Ibu mengerti dan mau melakukan
anjuran yang di berikan bidan.
4. 05.00 Mengajarkan ibu untuk tekhnik relaksasi yang benar,
WITA yaitu dengan menarik nafas panjang dari hidung lalu
menghembuskannya melalui mulut secara perlahan-
lahan agar rasa sakit dapat berkurang; Ibu dapat
mengikuti teknik relaksasi yang di ajarkan dan ibu

180
telah mempraktikkannya.
5. 05.15 Menganjurkan ibu untuk makan atau minum disela his;
WITA Ibu meminum teh hangat yang telah disediakan.
Persalinan Kala I fase aktif

Jam : 07.30 WITA

S :
 Ibu merasakan perutnya mules hilang timbul dan gerakan janin
masih dirasakan oleh ibu.

O:

KU : Sedang, Kesadaran : Composmentis

TTV ; TD : 110/80 mmHg, N : 81 x/menit, R : 20 x/menit, S : 36,8˚C

DJJ : 133 x/menit

HIS : Intesitas : sedang, Frekuensi : 3 x 10’, Durasi : 30-35”

VT : Vulva/vagina : tidak ada kelainan, Portio : lembut/tipis, Effecement

45%, Pembukaan : 4-5 cm, ketuban (+) , penurunan kepala 3/5,

Hodge II. Tidak terdapat bagian terkecil disekitar bagian terendah

janin dan presentasi kepala

A:

Diagnosis : G1 P0000 usia kehamilan 39-40 minggu Inpartu kala I

fase aktif janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala.

Diagnosa Potensial : Tidak ada

KebutuhanSegera : tidak ada

181
P :

Tanggal 21 Mei 2016

No. Waktu Tindakan Paraf

1. 08.30 Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa


WITA keadaan umum serta tanda-tanda vital baik,
pemeriksaan kesejahteraan janin DJJ dalam batas
normal, pembukaan 4-5 cm dan ketuban(+); Ibu
mengetahui kondisi dirinya dari hasil pemeriksaan
yangtelah dilakukan.
Menganjurkan Ibu tidur miring kiri.
2. 09.00 Menyiapkan partus set dan APD serta kelengkapan
WITA pertolongan persalinan lainnya; Partus set lengkap
berupa alat-alat persalinan yaitu klem 2 buah, gunting
tali pusat 1 buah, gunting episiotomi 1 buah, ½
kocher, pelindung diri penolong untuk menolong
persalinan berupa sarung tangan steril dan celemek
telah lengkap disiapkan, alat dekontaminasi alat juga
telah siap, waslap, tempat pakaian kotor, 3 buah
lampin bayi tersedia, Keseluruhan siap digunakan.

3. 09.05 Menyiapkan alat suction


WITA
dan Meninta Keluarga menyiapkan baju dan kain utuk
Ibu dan Bayi.

4. 09.10 Menyiapkan pakaian bayi dan pakaian ganti ibu;


WITA Pakaian ibu (baju ganti, sarung, dan pempers) dan
pakaian bayi (lampin, popok, topi, sarung tangan dan
kaki) sudah tersedia dan siap dipakai.

5. 09.15 Memantau kemajuan persalinan DJJ, kontraksi, nadi


WITA setiap 30 menit. Pembukaan serviks, penurunan
kepala, tekanan darah ibu setiap 4 jam (hasil observasi
terdapat pada partograf). Telah dilakukan
pemantauan kemajuan persalinan menggunakan
partograf.

6. 09.20 Membantu memenuhi asupan nutrisi ibu; Ibu


WITA meminum teh hangat

182
7. 10.30 Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi seperti
WITA Tidur Miring kiri agar kepala bayi cepat turun
mengikuti arah gravitasi bumi; Ibu mengerti dan mau
melakukan anjuran yang di berikan bidan.

8. 11.30 Melakukan pemeriksaan dalam dan mengobservasi


WITA DJJ dan HIS; Tidak tampak oedema dan varices,
tampak pengeluaran lendir bercampur darah, tidak
ada luka parut pada vagina, portio tidak teraba,
effecement 100%, pembukaan 10 cm, ketuban pecah
spontan berwarna jernih, amis ± 50 cc, tidak
terdapat bagian terkecil di sekitar bagian terendah
janin, presentasi kepala, denominator UUK,
station/hodge IV,. Ibu dianjurkan miring kiri

DJJ : 132 x/mnt

HIS : 4 x 10’ 40-45’’

9. 11.35 Mengajarkan ibu mengenai cara meneran yang benar


WITA dengan posisi kaki litotomi, tangan di masukkan di
antara kedua paha, ibu dapat mengangkat kepala
hingga dagu menempel di dada dan mengikuti
dorongan alamiah selama mersakan kontraksi, tidak
menahan nafas saat meneran, tidak menuutup mata,
serta tidak mengangkat bokong; Ibu dapat melakukan
posisi meneran yang diajarkan.

Persalinan Kala II

S : - Ibu mengeluh ingin BAB dan merasakan nyeri melingkar kepinggang

dan menjalar kebagian bawah.

O : KU : Baik, Kesadaran : Composmentis

TTV ; TD : 120/70 mmHg, N: 84 x/menit, R : 24 x/menit, S

: 37ºC

DJJ : 148 x/menit

HIS ; Intensitas : Kuat, Frekuensi : 4 x 10’ , Durasi : 40-45”

183
VT (11.30 WITA) : Vulva/vagina : tidak ada kelainan, Portio : tidak

teraba, Effecement 100%, Pembukaan : lengkap 10 cm, ketuban pecah

spontan, warna jernih, bau amis, ± 50 cc. Tidak terdapat bagian terkecil

di sekitar bagian terendah janin dan presentasi kepala, Denominator

UUK, station/hodge IV, Ibu dianjurkan miring kiri.

A:

Diagnosis : G1 P0000 usia kehamilan 39-40 minggu inpartu kala II

janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala.

Masalah : tidak ada

Diagnosa Potensial : Tidak ada

Kebutuhan Segera : tidak ada

P :

Tanggal 21 Mei 2016

No Waktu Tindakan Paraf

1. 11.33 Memberitahu keluarga bahwa pembukaan telah lengkap dan


WITA menyampaikan kepada keluarga bahwa ibu ingin di dampingi suaminya
saat persalinan; Keluarga mengerti mengenai penjelasan yang telah
diberikan dan suami mendampingi ibu selama bersalin.
2. 11.34 Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk oksitosin;
WITA Alat pertolongan telah lengkap, ampul oksitosin telah dipatahkan dan spuit
berisi oksitosin telah dimasukkan ke dalam partus set.
3. 11.35 Membantu ibu memilih posisi yang nyaman untuk melahirkan; Ibu
WITA memilih posisi ibu setengah duduk (semi fowler).
4. 11.36 Menganjurkan kepada suami untuk memberi ibu minum disela his untuk
WITA menambah tenaga saat meneran; Ibu minum air putih
5. 11. Melakukan pertolongan persalinan sesuai APN, memastikan
WITA lengan/tangan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan sabun di
bawah air mengalir.
6. 23.08 Meletakkan kain diatas perut ibu, menggunakan celemek, mencuci tangan
WITA dan menggunakan sarung tangan steril pada kedua tangan, mengisi spuit
dengan oksitosin dan memasukannya kembali dalam partus set kemudian
memakai sarung tangan steril pada tangan satunya.

184
7. 11.51 Membimbing ibu untuk meneran ketika ada dorongan yang kuat untuk
WITA meneran; Ibu meneran ketika ada kontraksi yang kuat.
8. 11.52 Meletakkan pispot dibawah bokong ibu.
WITA
9. 11.53 Melindungi perineum ibu ketika kepala bayi tampak dengan diameter 5-6
WITA cm membuka vulva dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih
dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan
defleksi dan membantu lahirnya kepala sambil menganjurkan ibu untuk
meneran perlahan atau bernapas cepat dangkal.
10 11.54 Mengecek ada tidaknya lilitan tali pusat , dan menunggu hingga kepala
WITA janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan; terdapat lilitan
tali pusat 1 kali, longgar tidak ketat, segera bebaskan lilian pusat agar
Kepala janin melakukan putaran paksi luar
11 11.55 Memegang secara bipariental. Dengan lembut menggerakan kepala kearah
WITA bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan
kemudian menggerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu
belakang.Menggeser tangan bawah kearah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Menggunakan tangan
atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.Tangan
kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk
memegang tungkai bawah; Bayi lahir spontan pervaginam pukul 11.55
WITA.
12 11.55 Meletakkan bayi diatas perut ibu, melakukan penilaian selintas bayi baru
WITA lahir sambil mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian
tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks.
mengganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering, dilakukan
penghisapan lendir melalui mulut ± 5 cm lalu melalui hidung ± 3 cm. Bayi
baru lahir cukup bulan segera menangis dan bergerak aktif, A/S : 8/10,
jenis kelamin laki-laki, air ketuban jernih amis.

Persalinan Kala III

S : Ibu merasakan mules pada perutnya

O : KU : Baik, Kesadaran :Composmentis

TTV ; TD : 110/80 mmHg, N : 82x/menit, R : 24 x/menit, S : 37˚C

Abdomen : TFU : 2 Jari/bawah pusat, kontraksi uterus : baik

Genetalia : Tali pusat memanjang dan terdapat semburan

darah.

Data Bayi : Bayi lahir tanggal 21 Mei 2016 pukul 11.55 WITA,

jenis kelamin laki-laki, A/S 8/10, BB : 3000 gram,

185
PB : 51 cm, LK : 34 cm, LD : 31 cm, LP : 33 cm,

LILA : 10 cm, anus : (+) positif, cephal/caput : -/-,

BAK/BAB : +/-

A :

Diagnosis : P1001 Parturient Kala III

Masalah : Tidak ada

Diagnosa Potensial : Tidak ada

Kebutuhan Segera : Tidak ada

P :

Tanggal 21 Mei 2016

No. Waktu Tindakan Paraf


1. 11.55 Memeriksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi lagi
WITA dalam uterus; Tidak ada bayi kedua dalam uterus
2. 11.56 Melakukan manajemen aktif kala III, memberitahu ibu
WITA bahwa ibu akan disuntikkan oksitosin agar rahim
berkontraksi dengan baik; Ibu bersedia untuk disuntik
oksitosin.

3. 11.56 Menyuntikan oksitosin 1 menit setelah bayi lahir 10 intra


WITA unit IM di 1/3 paha atas bagian distal lateral
4. 11.57 Menjepit tali pusat dengan jepitan khusus tali pusat yang
WITA steril 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke
arah distal (ibu) dan menjepit kembali tali pusat pada 2
cm distal dari klem pertama.
5. 11.57 Memegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut
WITA bayi), dan menggunting tali pusat diantara 2 klem.
6. 11.57 Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -
WITA 10 cm dari vulva
7. 11.58 Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi
WITA atas simfisis, untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain
menegangkan tali pusat. Kontraksi uterus dalam keadaan
baik
8. 11.58 Menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara
WITA tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah
dorsokrainal.
9. 11.59 Melakukan penegangan tali pusat dan dorongan
WITA dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu
meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan
arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti

186
poros jalan lahir
10. 12.00 Melahirkan plasenta dengan hati-hati, memegang
WITA plasenta dengan kedua tangan dan melakukan putaran
searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan
mencegah robeknya selaput ketuban; Plasenta lahir 5
menit setelah bayi lahir yaitu pukul 12.00 WITA.
11. 12.05 Melakukan masase uterus segera setelah plasenta lahir
WITA dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler hingga
kontraksi baik; Kontraksi uterus baik, uterus, teraba
bulat dan keras

12 12.05 Melakukan kateter urine 100 cc

32. 12.06 Memeriksa kelengkapan plasenta untuk memastikan


WITA bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir
lengkap, dan memasukan plasenta kedalam tempat yang
tersedia; Kotiledon lengkap, berat ± 500 gram, diameter
± 17, tebal ± 2 cm, lebar plasenta ± 14 cm, panjang tali
pusat ± 45 cm, selaput ketuban pada plasenta lengkap,
posisi tali pusat berada lateral pada plasenta.

14. 12.07 Melakukan pemeriksaan pada jalan lahir; Terdapat


WITA robekan jalan lahir pada perinium ibu.
15. 12.08 Menyiapkan alat hecting set dan anastesi yaitu lidokain
WITA 1 ampul, bak instrumen steril berisi spuit 5cc, sepasang
sarung tangan, pemegang jarum, jarum jahit, benang
chromic catgut no.2/0, pinset, gunting benang, dan kasa
steril.
16. 12.10 Melakukan penyuntikan anastesi. Menusukkan jarum
WITA suntik pada ujung luka atau robekan perinium,
memasukkan jarum suntik secara subkutan sepanjang
tepi luka. Melakukan aspirasi untuk memastikan tidak
ada darah yang terhisap. Menyuntikkan cairan lidokain
1% secukupnya sambil menarik jarum suntik pada tepi
luka daerah perinium. Tanpa menarik jarum suntik
keluar dari luka, arahkan jarum suntik sepanjang tepi
luka pada mukosa vagina, lakukan aspirasi, suntikkan
cairan lidokain 1% sambil menarik jarum suntik,
anastesi daerah bagian dalam robekan dengan alur
suntikan anastesi akan berbentuk seperti kipas : tepi
perinium, dalm luka, tepi mukosa vagina. Menunggu 1-2
menit sebelum melakukan penjahitan untuk
mendapatkan hasil optimal dari anastesi.
17. 12.15 Melakukan tindakan penjahitan pada robekan jalan lahir.
WITA
18. 12.35 Melakukan evaluasi peradarahan kala III ; Perdarahan ±
WITA 150 cc.

Persalinan Kala IV

187
S :
- Ibu senang dan bahagia dengan kelahiran bayinya.
- Ibu lega karena plasenta telah lahir.
- Ibu merasakan mules pada perutnya.
O : KU : Baik, Kesadaran : Composmentis

TTV ; TD : 110/80 mmHg, N: 82x/menit, R : 24 x/menit, S : 37˚C

Payudara : Puting susu ibu menonjol, tampak pengeluaran colostrums

dan konsistensi payudara tegang dan berisi.

Abdomen : TFU : 2 jari dibawah pusat, kontraksi rahim baik dengan

konsistensi yang keras serta kandung kemih teraba kosong.

Genitalia : Melakukan Kateter urine 100 cc, Tampak pengeluaran lochea

rubra. Plasenta lahir spontan lengkap jam 12.00 WITA.

Data Bayi : Bayi lahir tanggal 21 Mei 2016 pukul 11.55 WITA, jenis

kelamin laki-laki, A/S 8/10, BB : 3000 gram, PB : 51 cm

LK : 34 cm, LD : 31 cm, LP : 33 cm, LILA : 10 cm, anus :

(+)

positif, cephal/caput : -/-, BAK/BAB : +/+

Data Placenta :

Placenta lahir spontan pukul 12.00 WITA, kotiledon lengkap,

berat ± 500 gram, diameter ± 17, tebal ± 2 cm, lebar plasenta

± 14 cm, panjang tali pusat ± 45 cm, selaput ketuban pada

plasenta lengkap, posisi tali pusat berada lateral pada

plasenta. TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik,

perdarahan ± 150 cc.

A:

Diagnosis : P1000 Parturient kala IV

Masalah : tidak ada

188
Diagnosa Potensial : Tidak ada

Kebutuhan Segera : tidak ada

P :

Tanggal 21 Mei 2016

No. Waktu Tindakan Paraf


1. 12.40 Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam
WITA larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit).
2. 12.41 Membersihkan ibu dan bantu ibu merapikan pakaian ;
WITA ibu telah dibersihkan dan ibu merasa nyaman.
3. 12.42 Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin
WITA 0,5%, melepaskan sarung tangan dalam keadaan
terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
4. 12.43 Observasi perdarahan dan kontraksi uterus.
WITA
5. 12.45 Menganjurkan keluarga untuk memberikan makanan
WITA dan minuman pada ibu; keluarga segera memberikan
makanan dan minuman pada ibu.
6. 12.46 Mencuci alat-alat yang telah didekontaminasi
WITA
7. 13.00 Melengkapi Partograf; partograf telah dilengkapi sesuai
WITA hasil observasi.

E. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

Tanggal/Waktu Pengkajian : 21 Mei 2016/Pukul : 11.30 WITA

Tempat : BPM Hj. Asminiwati, S.ST

Oleh : Ferdyanti Dwivonita Benu

S:-

O: KU : Baik, TTV ; N : 142 x/menit, pernafasan 42 x/menit, suhu 36,5oC.

1. Pemeriksaan antropometri, berat badan 3000 gram, panjang badan 51 cm,

lingkar kepala : 34 cm, lingkar dada 31 cm, lingkar perut 33 cm dan

lingkar lengan atas 10 cm, anus (+), caput/cephal : -/-, BAB/BAK : +/+.

Jenis kelamin laki-laki, bayi lahir segara menangis, kelahiran tunggal, sisa

189
ketuban Jernih, amis, jenis persalinan spontan, Tali pusat tidak segera

dipotong, setelah 2 Jam Bayi dilakukan pemotongan tali pusat dengan cara

Jepit tali pusat dengan klem ± 3 cm dari pangkal pusat kemudian urut tali pusat

kearah ibu ± 2 cm dari klem pertama, lalu potong tali pusat. keadaan tali pusat

tidak ada kelainan, tidak ada tanda-tanda infeksi dan perdarahan tali pusat.

Penilaian APGAR SCORE adalah 8/10.

2. Nilai APGAR: 8/10

Jumlah
Kriteria 0 1 2 10
1 menit 5 menit
menit
Frekuensi ( ) O tidak
( ) O < 100 ( ) O > 100 2 2 2
Jantung ada
( ) O ( ) O
Usaha ( ) O tidak
lambat/tidak menangis 2 2 2
Nafas ada
teratur dengan baik
( ) O beberapa
( ) O tidak ( ) O gerakan
Tonus Otot fleksi 1 2 2
ada aktif
ekstremitas
( ) O
( ) O tidak ( ) O
Refleks menangis 1 2 2
ada menyeringai
kuat
( ) O tubuh ( ) O merah
Warna ( ) O biru/
merah muda, muda 2 2 2
Kulit pucat
ekstremitas biru seluruhnya
Jumlah 8 10 10
3. Pola fungsional kesehatan:

Pola Keterangan
Nutrisi Bayi telah diberikan asupan nutrisi (ASI)
Eliminasi - BAB (+) warna: hijau kehitaman, konsistensi: lunak
- BAK (+) warna: kuning jernih, konsistensi: cair

4. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir

Kepala : Tidak tampak caput dan cephal hematum.

Mata : Konjungtiva tidak tampak anemis, sclera tidak tampak

ikterik.

Hidung : Tidak ada pengeluaran secret abnormal.

190
Telinga : Tidak ada pengeluaran secret abnormal.

Mulut : Tidak tampak labio palatoskhizis, mukosa mulut lembab,

daya hisap kuat, refleks rooting dan sucking baik.

Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar limfe,

vena jugularis dan reflek tonick neck baik.

Dada : Simetris, tidak ada retraksi.

Abdomen : Tidak ada kembung.

Punggung : Normal, tidak ada spina bikida.

Genetalia : Laki-laki, nampak adanya scrotum dan tidak ada kelainan.

Anus : Positif (+), terdapat lubang anus.

Ekstremitas : Pergerakan leher tampak aktif, jari tangan dan jari kaki

tampak simetris, lengkap dan bergerak aktif, tidak tampak

polidaktili dan sindaktili. Tampak garis pada telapak kaki

dan tidak tampak kelainan posisi pada kaki dan tangan.

5. Status neurologi (refleks)

Refleks Morro : Positif (+)

Refleks Walking : Positif (+)

Refleks Graps : Positif (+)

Refleks Sucking : Positif (+)

Refleks Tonick Neck : Positif (+)

Refleks Rooting : Positif (+)

 Terapi yang diberikan

Neo-K 0,5 cc

Hepatitis B 0,5 cc

A:

191
Diagnosis : Neonatus Cukup Bulan, Sesuai Masa Kehamilan

usia 1 jam

Masalah : tidak ada

Diagnosis Potensial : Tidak ada

Kebutuhan Segera : tidak ada

P:

Tanggal : 21 Mei 2016

No. Waktu Tindakan Paraf


1. 11.55 Melakukan penilaian selintas pada bayi kemudian
WITA letakkan diatas perut ibu dengan posisi kepala lebih
rendah dari badan (bila tali pusat pendek, letakkan bayi
ditempat yang memungkinkan). Tidak dilakukan
Pemotongan Tali Pusat selama 2 jam setalah bayi lahir.
Mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan
bayi kecuali telapak tangan dan bagian tali pusat. Bayi
sudah dikeringkan kecuali telapak tangan. Memberikan
bayi pada ibu untuk dilakukan inisiasi menyusui dini.
IMD telah dilakukan dan menunda untuk memandikan
bayi selama minimal 6 jam. Bayi tidak langsung
dimandikan.
2. 13.30 Menciptakan lingkungan hangat, membersihkan badan
WITA bayi, air ketuban dan darah menggunakan handuk
bersih dan kering dan melakukan pencegahan infeksi;
bayi telah dibersihkan dengan handuk bersih dan kering
serta membiarkan tali pusat beserta plasenta terbuka di
letakkan pada com bear tanpa dibungkus dengan kassa
steril.
3. 13.33 Dilakukan pengukuran antropometri pada bayi dan
WITA melakukan pengecapan telapak kaki bayi dan cap
jempol Ibu; antropometri dan pengecapan telapak kaki
dan jempol ibu telah dilakukan, BB 3000 gram, PB 51
cm, LK 43 cm, LD, 31 cm, LP 33 cm, LILA 10 cm.
4. 13.35 Memberi injeksi Vit K 0,5 ml secara IM pada 1/3 paha
WIT kiri dan Hepatitis B 0,5 ml secara IM pada 1/3 paha
kanan; Bayi sudah di injeksi Vit K dan Hepatitis B.
5. 13.40 Melakukan pencegahan kehilangan panas; memakaikan
WITA baju bayi, sarung tangan dan kaos kaki serta
membungkus bayi dengan selimut dan memasangkan
topi pada kepala bayi.
6. 13.41 Memeriksa kembali keadaan bayi pastikan bahwa bayi
WITA bernafas dengan baik (40-60 x/menit) serta bersuhu

192
tubuh normal (36,5˚C-37,5˚C).
7. 13.42 Menjelaskan KIE tentang perawatan tali pusat, tanda
WITA bahaya pada bayi baru lahir (SAP dan leaflet terlampir).

8. 13.43 Melakukan pemotongan tali pusat dengan cara Jepit tali


WITA pusat dengan klem ± 3 cm dari pangkal pusat kemudian
urut tali pusat kearah ibu ± 2 cm dari klem pertama,
lalu potong tali pusat.
9. 13.45 Membuat kesepakatan dengan ibu bahwa akan
WITA dilakukan pemeriksaan ulang berikutnya saat 6-8 jam
setelah persalinan; Ibu bersedia dilakukan pemeriksaan
ulang.

F. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Post Natal Care (Catatan Perkembangan)

1. Asuhan Kebidanan Post Natal Care Kunjungan ke-I (6-8 jam pertama)

Tanggal/Waktu Pengkajian : 21 Mei 2016/Pukul : 17.55 WITA

Tempat : Ruang Perawatan Ibu nifas BPM Hj.

Asminiwati, S.ST

Oleh : Fedyanti Dwivonita Benu

S : - Ibu tidak ada keluhan

O : KU : Baik, Kesadaran : Composmentis

Ekspresi wajah : Bahagia, Status emosional : Stabil

TTV ; TD : 110/80 mmHg, N : 82 x/menit, R : 24 x/menit, S : 36,6˚C

193
 Payudara :Tampak Simetris, tampak bersih, tampak pengeluaran

ASI, tampak hyperpigmentasi pada areolla, putting susu

menonjol, dan tidak ada retraksi.

 Abdomen :Tampak simetris, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi

baik, dan kandung kemih kosong.

 Genetalia :Vulva tidak oedem, tidak ada varices, tampak

pengeluaran lochea rubra, tidak terdapat luka parut, tidak tampak

fistula, tampak jahitan pada luka perinium baik.

 Terapi

Asam Mafenamat :3x1

Amoxilin : 3x 1

A:

Diagnosis : P1001 post partum 6 jam

Masalah : tidak ada

Diagnosa Potensial : Hemorargik Post Partum

Kebutuhan Segera : tidak ada

P:

Tanggal 21 Mei 2016

No. Waktu Tindakan Paraf


1. 18.00 Menjelaskan hasil pemeriksaan fisik. Dari hasil
WITA pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital dalam batas
normal, TFU 2 jari dibawah pusat, tampak
adanya pengeluaran ASI. Pengeluaran lochea
rubra, berwarna merah, konsistensi cair dan
bergumpal. Sedangkan bagian anggota fisik
lainnya dalam batas normal; Ibu mengerti akan
kondisinya saat ini dalam keadaan normal.

2. 18.05 Melakukan penyuluhan kesehatan ± 10 menit


WITA mengenai ASI eksklusif dan perawatan payudara
(SAP dan leaflet terlampir).
3. 18.15 Mmeberitahu Ibu ± 10 menit mengenai

194
WITA kebutuhan dasar ibu nifas; Nutrisi, Personal
Hygiene, Istirahat, Senam nifas, Eliminasi BAK
dan BAB serta Pemberian ASI dan Tanda
Bahaya Pada Ibu Nifas; Nyeri kepala yang
hebat, Demam, Keluar darah secara tiba-tiba,
dll.
4. 18.30 Membuat kesepakatan untuk kunjungan
WITA berikutnya yaitu pada tanggal 24 Mei 2015 atau
saat ada keluhan.

2. Asuhan Kebidanan Post Natal Care Kunjungan ke-II (2-6 hari PP)

Tanggal/Waktu Pengkajian : 24 Mei 2016/Pukul : 12.00 WITA

Tempat : Rumah Ny.S

Oleh : Ferdyanti Dwivonita Benu

S : - Ibu mengatakan jahitan Luka perineum sakit, darah nifas masih keluar

sedikit, warna merah dan pengeluaran ASI lancar.

-Bayinya sudah diberikan Imunisasi Polio pertama pada saat keluar

dari BPM Hj.Asminiwati 22 Mei 2016.

O : KU : Baik, Kesadaran : Composmentis

TTV ; TD : 110/70 mmHg, N : 80 x/menit, R : 22 x/menit, S : 36,5˚C

BB : 50 kg, TB : 159 cm, LILA : 25 cm,

 Payudara :Tampak pengeluaran ASI.

 Abdomen :Tampak simetris, TFU pertengahan pusat-symphisis,

kontraksi baik, dan kandung kemih kosong.

 Genetalia :Vulva tidak oedema, tidak ada varices, tampak

pengeluaran lochea sangulenta, tampak jahitan pada luka

perinium baik.

A:

Diagnosis : P1001 post partum hari ke-3

195
Masalah : tidak ada

Diagnosa Potensial : tidak ada

Kebutuhan Segera : tidak ada

P:

Tanggal 24 Mei 2016

No. Waktu Tindakan Paraf


1. 12.15 Menjelaskan hasil pemeriksaan fisik. Dari hasil
WITA pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital dalam batas
normal, TFU pertengahan pusat-symphisis,
tampak adanya pengeluaran ASI. Pengeluaran
lochea sangulenta, sedangkan bagian anggota
fisik lainnya dalam batas normal; Ibu mengerti
akan kondisinya saat ini dalam keadaan normal.
2. 12.25 Memastikan ibu menyusui bayinya dengan baik
WITA dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit;
Ibu dapat menyusui bayinya dengan benar.
3. 12.30 Menganjurkan Ibu untuk mengkonsumsi
WITA Makanan tinggi Protein seperti Ikan Gabus dan
putih telur agar luka jahitan cepat kering
Ibu mengerti dan akan melakukan Anjuran yang
diberikan.
2. 12.40 Melakukan penyuluhan kesehatan ± 10 menit
WITA mengenai perawatan luka perineum (SAP dan
leaflet terlampir).
4. 13.30 Membuat kesepakatan untuk kunjungan
WITA berikutnya yaitu pada tanggal 11 juni 2016 atau
saat ada keluhan; Ibu bersedia dilakukannya
kunjungan pada hari berikutnya.

3. Asuhan Kebidanan Post Natal Care Kunjungan ke-III (2 minggu PP)

Tanggal/Waktu Pengkajian : 09 Juni 2016/Pukul 10:00 WITA

Tempat : Rumah Ny.S

Oleh : Ferdyanti Dwivonita Benu

S : - Ibu mengatakan ASI lancar

- Ibu mengatakan jahitan sudah tidak sakit lagi

196
- Ibu mengatakan puting susu lecet dan payudara terasa penuh.

O : KU : Baik, Kesadaran : Composmentis

TTV ; TD : 120/70 mmHg, N : 80 x/menit, R : 22 x/menit, S : 36,5˚C

BB : 55 kg, TB : 159 cm, LILA : 25 cm,

 Payudara :Tampak pengeluaran ASI

Puting Susu tampak lecet dan payudara teraba Penuh.

 Abdomen :Tampak simetris, TFU tidak teraba, kontraksi baik,

dan kandung kemih kosong.

 Genetalia :Vulva tidak oedema, tidak ada varices, tampak

pengeluaran lochea serosa, tampak jahitan pada luka perinium

baik.

A:

Diagnosis : P1001 post partum hari ke-14

Masalah : Puting susu lecet dan Payudara penuh

Diagnosa Potensial : Mastitis

Kebutuhan Segera : tidak ada

P:

Tanggal 09 Juni 2016

No. Waktu Tindakan Paraf


1. 10.00 Menjelaskan hasil pemeriksaan fisik. Dari hasil
WITA pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital dalam batas
normal, TFU: tidak teraba, tampak adanya
pengeluaran ASI. Pengeluaran lochea serosa,
namun ditemukan terdapat puting susu yang
lecet dan Payudara teraba penuh sedangkan
bagian anggota fisik lainnya dalam batas
normal; Ibu mengerti akan kondisinya saat ini
dalam keadaan normal.
2. 10.00 Menertiyahu Ibu Mengenai Cara mengeringkan
WITA Puting susu yang lecet yaitu dengan cara

197
membebaskan payudara dari BH dan
mengoleskan ASI pada puting susu sambil di
angin- anginkan , selama ptuing susu masih
lecet lakukan pemopaan ASI dan berikan pada
bayi dengan feeding cup.
3. 10.10 Melakukan penyuluhan kesehatan ± 10 menit
WITA Mengajarkan Ibu Teknik Perawatan Payudara
dan Cara Memerah ASI serta Teknik Menyusui
(SAP dan Leafler terlampir)
4. 12.30 Membuat kesepakatan untuk kunjungan
WITA berikutnya yaitu pada tanggal 13 Juni 2016 dan
Ibu bersedia dilakukannya kunjungan pada hari
berikutnya.

4. Asuhan Kebidanan Post Natal Care Kunjungan ke-IV (6 minggu PP)

Tanggal/Waktu Pengkajian : 13 Juni 2016/Pukul : 13.00 WITA

Tempat : Rumah Ny.S

Oleh : Ferdyanti Dwivonita Benu

S : - Ibu mengatakan tidak ada keluhan

- Ibu mengatakan Puting susu sudah tidak lecet lagi

- Ibu mengatakan Payudara sudah tidak bengkak dan ASI lancar

O : KU : Baik, Kesadaran : Composmentis

TTV ; TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/menit, R : 22 x/menit, S : 36,4˚C

BB : 52 kg, TB : 159 cm, LILA : 25 cm

TFU : Tidak teraba

A:

Diagnosis : P1001 post partum hari ke-42

Masalah : tidak ada

Diagnosa Potensial : tidak ada

Kebutuhan Segera : tidak ada

198
P:

Tanggal 13 Juni 2016

No. Waktu Tindakan Paraf


1. 13.05 Menjelaskan hasil pemeriksaan fisik. Dari hasil
WITA pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital dalam batas
normal, TFU tidak teraba , tampak adanya
pengeluaran ASI. Pengeluaran lochea alba,
berwarna putih. Sedangkan bagian anggota fisik
lainnya dalam batas normal; Ibu mengerti akan
kondisinya saat ini dalam keadaan normal.
2. 13.30 Menjelaskan kepada ibu untuk tetap
WITA memberikan ASI kepada bayinya hingga 6 bulan
tanpa memberikan makanan tambahan apapun.
3. 13.35 Melakukan penyuluhan kesehatan ± 15 menit
WITA mengenai Jenis-Jenis Kontrasepsi serta manfaat,
Keuntungan dan Kerugian nya. Serta
memastukan Ibu untuk memilih Jenis
Kontrasepsi yang akan di gunakan (SAP dan
Leaftel terlampir)
4. 15.00 Ibu Mengerti dan memahami Penyuluhan yang
WITA diberikan ibu bersedia untuk Memakai alat
Kontrasepsi IUD.

G. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Neonatus

1. Asuhan Kebidanan Neonatus Kunjungan ke I

Tanggal/Waktu Pengkajian : 21 Mei 2016/Pukul : 17.55 WITA

Tempat : Ruang Perawatan BPM Hj. Asminiwati

Oleh : Ferdyanti Dwivonita Benu

S:-

O: KU : Baik

TTV; N : 142 x/menit, R : 40 x/menit, S : 36,7 °C. PB : 51 cm,

LK : 34 cm, LD : 31 cm, Lingkar perut : 33 cm, LILA : 10 cm. Reflek

(+)

Ibu sudah bisa membedong bayinya.

a. Pemeriksaan Fisik

199
- Kepala : Tidak tampak caput dan cephal hematum.

- Mata : Konjungtiva tidak tampak anemis, sclera tidak

tampak ikterik.

- Hidung : Tidak ada pengeluaran secret abnormal.

- Telinga : Tidak ada pengeluaran secret abnormal.

- Mulut : Tidak tampak labio palatoskhizis, mukosa

mulut lembab, daya hisap kuat, refleks rooting dan sucking baik.

- Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid,

kelenjar limfe, vena jugularis dan reflek tonick neck baik.

- Dada : Simetris, tidak ada retraksi.

- Abdomen : Tidak ada kembung.

- Punggung : Normal, tidak ada spina bikida.

- Genetalia : Laki-laki, nampak adanya scrotum dan tidak

ada kelainan.

- Anus : Positif (+), terdapat lubang anus.

- Ekstremitas : Pergerakan leher tampak aktif, jari tangan dan

jari kaki tampak simetris, lengkap dan bergerak aktif, tidak

tampak polidaktili dan sindaktili. Tampak garis pada telapak kaki

dan tidak tampak kelainan posisi pada kaki dan tangan.

b. Pola Fungsional

Pola Keterangan
Nutrisi Bayi telah diberikan asupan nutrisi (ASI) secara teratur
oleh Ibunya. Ibu menyusui bayinya secara on-demand. Ibu
juga tidak memberikan makanan lain selain ASI.
Eliminasi - BAB 2 kali, konsistensi lunak warna hijau kehitaman
- BAK 2 kali konsistensi cair warna kuning jernih

200
Personal - Bayi belum ada dimandikan.
Hygiene - Ibu mengganti popok dan pakaian bayi setiap kali
basah ataupun lembab.
Istirahat - Bayi tidur sepanjang hari dan hanya terbangun jika
haus dan popoknya basah atau lembab.

A:

Diagnosis : Neonatus Cukup Bulan, Sesuai Masa

Kehamilan usia 8 jam

Masalah : tidak ada

Diagnosis Potensial : tidak ada

Kebutuhan Segera : tidak ada

P:

Tanggal 21 Mei 2016

No. Waktu Tindakan Pelaksana


1. 17.55 Memberitahukan kepada ibu bahwa bayinya dalam
WITA keadaan sehat; Ibu telah mengerti kondisinya saat
ini.
2. 18.00 Memberikan KIE pada ibu tentang tanda bahaya
WITA bayi seperti demam, bayi kuning, malas menyusu,
tali pusat berbau, gerakan/tangisan tidak ada,
merintih, bayi sesak, infeksi mata, diare, kejang.
Apabila ibu menemui tanda-tanda tersebut segera
kepelayanan kesehatan terdekat; Ibu paham
mengenai penjelasan yang di sampaikan. (SAP dan
leaflet terlampir)
3. 08.10 Melakukan penyuluhan kesehatan ± 10 menit
WITA mengenai cara merawat tali pusat. (SAP dan
leaflet terlampir)
4. 18.20 Ibu mengerti tentang penyuluhan yang diberikan
WITA Ibu mempraktekkan cara mengganti kassa Tali
Pusat.
5. 18.30 Membuat kesepakatan dengan ibu untuk
WITA kunjungan ulang neonatus selanjutnya yaitu pada 6
hari selanjutnya pada tanggal 28 April 2015 atau
saat ada keluhan.

201
2. Asuhan Kebidanan Neonatus Kunjungan ke-II (Catatan Perkembangan)

Tanggal/Waktu Pengkajian : 24 Mei 2016/Pukul : 12.00 WITA

Tempat : Rumah Ny.S

Oleh : Ferdyanti Dwivonita Benu

S:-

O: KU : Baik,N : 130 x/menit, R : 43 x/menit dan S : 36,5 °C. BB : 3270

gram, PB : 52 cm, LK : 36cm, LD : 33 cm, dan LILA : 11 cm.

 Pola Fungsional

Pola Keterangan
Nutrisi Bayi menyusu dengan ibu kapan pun bayi mau. Ibu tidak
memberikan makanan atau minuman lain selain ASI
Eliminasi BAB 2-3 kali/hari konsistensi lunak warna kuning. BAK 5-
6 kali/hari konsistensi cair warna kuning jernih
Personal Bayi dimandikan bayi 2 kali sehari pada pagi dan sore hari.
Hygiene Ibu mengganti popok dan pakaian bayi setiap kali basah
ataupun lembab.
Istirahat Bayi tidur sepanjang hari dan hanya terbangun jika haus
dan popoknya basah atau lembab.

A:

Diagnosis : Neonatus Cukup Bulan, Sesuai Masa

Kehamilan hari ke-6

Masalah : tidak ada

Diagnosis Potensial : tidak ada

Kebutuhan Segera : tidak ada

P:

Tanggal : 24 Mei 2016

No. Waktu Tindakan Paraf


1. 12.00 Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa
WITA bayinya dalam keadaan sehat; Ibu mengerti

202
kondisi bayinya saat ini dan paham
mengenai penjelasan yang telah diberikan.
2. 12.30 Melakukan evaluasi kepada ibu tentang
WITA tanda-tanda bahaya pada bayi. Ibu mengerti
dengan penjelasan tersebut.
3. 13.50 Membuat kesepakatan dengan ibu untuk
WITA kunjungan berikutnya tanggal 06 Mei 2015.

3. AsuhanKebidanan Neonatus Kunjungan ke-III (Catatan Perkembangan)

Tanggal/Waktu Pengkajian : 9 Juni 2016/Pukul :10.00 WITA

Tempat : Rumah Ny.S

Oleh : Ferdyanti Dwivonita Benu

S:-

O: KU : Baik,N : 148 x/menit, R : 52 x/menit, S : 36,3˚C, BB : 3320 kg, PB :

52 cm, LK : 37 cm, LP : 38 cm, LD : 36 cm, LILA : 11 cm.

 Pola Fungsional

Pola Keterangan
Nutrisi Bayi menyusu dengan ibu kapan pun bayi mau. Ibu tidak
memberikan makanan atau minuman lain selain ASI
Eliminasi BAB 2-3 kali/hari konsistensi lunak warna kuning. BAK 5-
6 kali/hari konsistensi cair warna kuning jernih
Personal Bayi dimandikan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari. Ibu
Hygiene mengganti popok dan pakaian bayi setiap kali basah
ataupun lembab.
Istirahat Bayi tidur sepanjang hari dan hanya terbangun jika haus
dan popoknya basah atau lembab.

A:

Diagnosis : Neonatus Cukup Bulan, Sesuai Masa

Kehamilan hari ke-14

Masalah : Tidak ada

203
Diagnosis Potensial : Tidak ada

Kebutuhan Segera : tidak ada

P:

Tanggal : 9 Mei 2016

No. Waktu Tindakan Paraf


1. 10.00 Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa
WITA bayinya dalam keadaan sehat. Ibu mengerti
kondisi bayinya saat ini dan paham
mengenai penjelasan yang telah diberikan.
2. 09.30 Menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya
WITA dipagi hari dibawah jam 8 pagi selama ± 10
menit dengan posisi seluruh tubuh terbuka
dan mengenai pantulan cahaya matahari
dan mata ditutup dengan kassa; Ibu
mengerti dengan penjelasan yang diberikan
dan ibu bersedia untuk melakukannya.
3. 09.45 Menganjurkan ibu untuk sesering mungkin
WITA memberikan ASI kepada bayinya
4. 12.30 Membuat kesepakatan dengan ibu untuk
WITA kunjungan berikutnya tanggal 13 Juni 2015.

4. Asuhan Kebidanan Neonatus Kunjungan ke-IV (Catatan Perkembangan)

Tanggal/Waktu Pengkajian : 13 Juni 2016/Pukul :13.00 WITA

Tempat : Rumah Ny. S

Oleh : Ferdyanti Dwivonita Benu

S:-

O: KU : Baik,N : 140 x/menit, R : 40 x/menit, S : 36,5˚C, BB : 3800 gram,

PB : 52 cm, LK : 37 cm, LD : 38 cm, LP : 35 cm, LILA : 11 cm.

 Pola Fungsional
204
Pola Keterangan
Nutrisi Bayi menyusu dengan ibu kapan pun bayi mau. Ibu tidak
memberikan makanan atau minuman lain selain ASI
Eliminasi BAB 2-3 kali/hari konsistensi lunak warna kuning. BAK 4-6
kali/hari konsistensi cair warna kuning jernih
Personal Bayi dimandikan bayi 2 kali sehari pada pagi dan sore hari.
Hygiene Ibu mengganti popok dan pakaian bayi setiap kali basah
ataupun lembab.
Istirahat Bayi tidur sepanjang hari dan hanya terbangun jika haus dan
popoknya basah atau lembab.

A:

Diagnosis : Neonatus Cukup Bulan, Sesuai Masa Kehamilan

hari ke-42

Masalah : tidak ada

Diagnosis Potensial : tidak ada

Kebutuhan Segera : tidak ada

P:

Tanggal 13 Juni 2016

No. Waktu Tindakan Paraf


1. 13.00 Memberitahu ibu bahwa bayinya dalam keadaan
WITA sehat; Ibu mengerti kondisi bayinya saat ini.
2. 15.00 Menganjurkan ibu untuk datang kembali pada
WITA jadwal imunisasi bayinya; Ibu berjanji akan
rutin membawa bayinya sesuai jadwal
imunisasi.

H. Dokumentasi Manajemen Asuhan Kebidanan KB

Tanggal Pengkajian/Waktu : 23 Juni 2016/Pukul : 12.30 WITA

Tempat : BPM Hj. Asminiwati, SST

Oleh : Ferdyanti Dwivonita Benu

205
S:

1. Alasan Datang Periksa/Keluhan Utama

Ibu Ingin menjarakkan kehamilannya dan ingin memakai Alat Kontrasepsi

IUD

2. Riwayat Kesehatan Klien

Ibu tidak sedang/memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes, hepatitis,

jantung, ginjal, asma, TBC dan penyakit lain yang kronis, yang dapat

memperberat atau diperberat oleh kehamilan, menular ataupun berpotensi

menurun.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

Di dalam keluarga Ny.S, ibu tidak memiliki riwayat kesehatan tertentu dan

tidak memiliki riwayat alergi makanan tertentu. Selain itu ibu mengatakan

dalam keluarga tidak ada yang sedang/memiliki riwayat penyakit hipertensi,

hepatitis, jantung, ginjal, asma, TBC dan penyakit lain yang menular ataupun

berpotensi menurun, serta tidak ada riwayat keturunan kembar.

4. Riwayat Menstruasi

HPHT Ny. S adalah 15 Agustus 2015, taksiran persalinan yaitu pada tanggal

22 Mei 2016 dengan riwayat siklus haid yang teratur selama 28-30 hari, lama

haid 7 hari, banyaknya haid setiap harinya 2-3 kali ganti pembalut, warna darah

merah, encer, kadang bergumpal. Ibu tidak mempunyai keluhan sewaktu haid.

Ibu mengalami haid yang pertama kali saat ibu berusia 14 tahun.

5. Riwayat Obstetri

206
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
No BB/
Suami Ank UK Pny Jns Pnlg Tmpt Peny JK H M Abnormalitas Laktasi Peny
PB
300
Tdk Tdk gr / Tdk
1 1 1 Aterm Spontan Bidan BPM P H - - +
ada ada 51 ada
cm

6. Pola Fungsional Kesehatan

Pola Keterangan
Ibu makan 3x/hari dengan porsi makan: nasi seporsi, lauk pauk 2
Nutrisi potong, sayur dan terkadang dengan buah-buhan, susu, air putih.
Tidak ada keluhan dalam pemenuhan nutrisi.Nafsu makan baik
BAK sebanyak 4-5x/hari, berwarna kuning jernih, konsistensi cair,
Eliminasi tidak ada keluhan. BAB sebanyak 1x/hari atau 1x/2hari, berwarna
cokelat, konsistensi padat lunak, tidak ada keluhan.
Tidur siang selama ± 1-1,5 jam/hari. Tidur malam selama ±6-7
Istirahat
jam/hari, dan tidak ada gangguan pola tidur
Di rumah ibu hanya membereskan rumah dan masak, mengurus
Aktivitas
anak. Belum ada kegiatan yang dilakukan keluar rumah
Personal Mandi 2x/hari, ganti baju 2-3x/hari, anti celana dalam 2-3x/hari
Hygiene
Kebiasaan Tidak ada

7. Riwayat Psikososiokultural Spiritual

Ini merupakan pernikahan pertama, Ibu menikah sejak usia 19 tahun, lama

menikah 1 tahun, status pernikahan sah.Ini merupakan kelahiran anak pertama.

Kultural dalam keluarga ibu tidak memiliki adat istiadat atupun tradisi yang

dapat mempengaruhi kehamilan. Sebelumnya Ibu belum ada memakai alat

kontrasepsi.

O:

1. Pemeriksaan Umum

207
Keadaan umum Ny. S baik; kesadaran composmentis; hasil pengukuruan

tanda vital yaitu : tekanan darah 110/80 mmHg, suhu tubuh 36,5oC, nadi 80

x/menit, pernafasan: 20 x/menit.

2. Pemeriksaan Fisik

Kepala : Tampak simetris, tidak tampak lesi, distribusi rambut merata,

tampak bersih, warna rambut hitam, konstruksi rambut kuat,

tidak teraba benjolan/massa.

Wajah : Tampak simetris, tidak tampak kloasme gravidarum, tidak tampak

pucat, tidak teraba benjolan/massa, tidak teraba oedem

Mata : Tampak simetris, konjungtiva sedikit pucat, sklera berwarna

putih, tidak tampak pengeluaran kotoran, tidak teraba oedema

pada kelopak mata

Telinga : Tampak simetris, tidak ada serumen yang berlebihan dan tidak

berbau.

Hidung : Tampak simetris, tidak ada polip, kelainan bentuk, kebersihan

cukup, tidak ada pernapasan cuping hidung.

Mulut : Tampak simetris, tidak tampak pucat, bibir tampak lembab,

tampak bersih, lidah tampak bersih, tidak tampak stomatitis

ataupun caries, tampak gigi geraham berlubang di kanan dan kiri.

Leher : Tidak tampak pembesaran pada vena jugularis, kelenjar limfe,

dan kelenjar tiroid, tidak tampak hiperpigmentasi. Tidak teraba

pembesaran pada vena jugularis, kelenjar limfe, dan kelenjar

tiroid.

Dada : Tampak simetris, tidak tampak retraksi, tidak tampak alat

208
bantu otot pernapasan, irama jantung terdengar teratur,

suara jantung 1 terdengar di intercosta 4-5 dan suara jantung

2 terdengar di intercosta 1-2 (frekuensi jantung 84 x/m),

tidak terdengar suara nafas tambahan (RR: 20x/menit).

Payudara : Tampak simetris, tampak bersih, tampak pengeluaran asi,

tampak hiperpigmentasi pada aerolla mammae, putting susu

tampak menonjol. Tampak pembesaran, tidak teraba

massa/oedema, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.

Abdomen : Tampak simetris, tidak tampak bekas operasi, sesuai

dengan post partum hari pertama (2 jari bawah pusat).

Ekstremitas : Tampak simetris, tampak sama panjang, tidak tampak varises

dan edema tungkai. Pada ekstremitas atas tidak ada oedema

dan cavilari refil kembali dalam waktu > 2detik, refleks

bisep dan trisep (+). Dan pada ekstremitas bawah tampak

oedema berkurang, cavilari refill kembali dalam waktu

>2detik serta homan sign (-), refleks babinski dan patella

(+).

A:

Diagnosa : P1001 post partum Hari ke 40 dengan calon akseptor KB

IUD

Masalah : Tidak ada

Diagnosis Potensial : Tidak ada

Kebutuhan segera : Tidak ada

P:

Tanggal 23 Juni 2016

209
No. Waktu Tindakan Paraf
1. 12.30 Menjelaskan hasil pemeriksaan fisik. Dari hasil
WITA pemeriksaan fisik, ibu dalam keadaan normal; Ibu
mengerti kondisinya dalam keadaan normal.

2. 12.35 Melakukan penyuluhan kesehatan ± 5 menit


WITA mengenai kontrasepsi mantap yaitu salah satunya
IUD; Ibu mengerti mengenai penkes yang
diberikan.
3. 12.40 Melakukan informed concent untuk pemasangan
WITA IUD. Suami dan Istri menyetujui tindakan
tersebut.
4. 12.45 Dilakukan pemasangan IUD.
WITA Oleh Bidan.
5. 13.25 Menjelaskan kepada ibu jika teraba benang IUD
WITA saat BAK/BAB untuk tidak menarik benang
tersebut dan segera memeriksakan IUD ke
fasilitas kesehatan terdekat.
6. 13.30 Membuat kesepakatan untuk kontrol ulang IUD 1
WITA bulan lagi di sarana kesehatan terdekat.

BAB V

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Proses Asuhan Kebidanan

Dipembahasan ini penulis akan menjelaskan tentang kesenjangan yang

terjadi antara teori dan praktek yang terjadi selama pemberian asuhan

kebidanan yang komprehensif pada Ny. S di Wilayah Kerja Baru Tengah

210
Tahun 2015. Pembahasan ini dimaksudkan agar dapat diambil suatu

kesempatan dan pemecahan masalah dari kesenjangan-kesenjangan yang

terjadi sehingga dapat digunakan sebagai tindak lanjut dalam penerapan

asuhan kebidanan yang meliputi :

1. Kehamilan

Selama kehamilannya, Ny. S telah melakukan ANC di tenaga

kesehatan sebanyak 9 kali, yaitu 2 kali pada trimester pertama, 2 kali

pada trimester kedua, dan 5 kali pada trimester ketiga. Hal ini sesuai

dengan syarat kunjungan kehamilan yang dikemukakan oleh Manuaba

(2010), yaitu minimal 4 kali, 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada

trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga.

Ada hubungan antara pengetahuan dengan frekuensi ANC, semakin

baik pengetahuan maka semakin patuh dalam melakukan ANC

(Purwaningsih, 2008). Selain berlatar belakang pendidikan SMA, Ny. S

pernah mendapat konseling mengenai pentingnya kunjungan ANC saat

kehamilannya berusia 10-11 minggu di BPM Hj. Asminiwati,SST

Selama ANC Ny. S telah memperoleh standar asuhan 10 T kecuali

standar asuhan ke 8 yaitu test laboratorium (penyakit menular seksual

dan TORCH) dikarenakan Ny. S tidak memiliki keluhan ataupun tanda

gejala yang pengarah pada hal tersebut. Menurut Depkes RI (2009),

pelayanan antenatal care memiliki standar 10 T yaitu timbang berat

badan dan ukur tinggi badan, pemeriksaan tekanan darah, menilai status

gizi buruk (LILA), mengukur TFU, menentukan presentasi janin,

211
menghitung denyut jantung janin, skrining status imunisasi TT, tablet Fe

minimal 90 tablet selama kehamilan, test laboratorium, tata laksana

kasus, temu wicara konseling. Dengan adanya ANC yang berstandar 10

T maka resiko atau penyulit pada ibu hamil dapat dideteksi sejak dini.

Pada saat melakukan kunjungan hamil yang pertama pada tanggal 12

Maret 2016, Ny. S mengalami keluhan nyeri pada daerah pinggang, dan

Ibu mengatakan memiliki riwayat keputihan yang berwarna kehijauan

disertai bau dan gatal. Pada kunjungan tersebut diberikan asuhan kepada

Ny. S Cara Peregangan otot agar Nyeri pada daerah pinggang Ibu

berkurang , dan pada kujungan berikut ini diberikan asuhan Personal

Hygine , agar keputihan Ibu tidak berulang kembali.

Menurut (Winkjosastro, 2008) Keputihan adalah semua pengeluaran

cairan alat genitalia yang bukan darah

Keputihan bukan penyakit tersendiri, tetapi merupakan menisfestasi gejal

a dari hampir semua penyakit kandungan.

Menurut Wijayanti (2009:51), keputihan dibagi menjadi 2, yaitu :

Keputihan Fisiologis Pada Ibu Hamil Dalam keadaan normal ada

sejumlah sekret yang mempertahankan kelembaban vagina yang

mengandung banyak epitel dan sedikit leukosit dengan warna jernih. dan

terdapat tanda – tanda keputihan normal adalah jika cairan yang keluar

tidak terlalu kental, jernih, berwarna putih atau kekuningan jika

terkontaminasi oleh udara, tidak disertai rasa nyeri, dan tidak timbul rasa

gatal yang berlebih, sedangakan Keputihan Patologis pada Ibu hamil

tandanya seperti berikut, Cairan berwarna putih kekuning-kuningan bahkan

212
sampai kehijauan atau kekuningan, Cairan lebih kental dan lengket, Memiliki

jumlah yang banyak, Rasa gatal yang tidak tertahankan, Berbau tidak sedap,

Pada sekitar vagina berwarna kemerahan, dan, Menurut (Kusmiyati : 2009)

Cara Mencegah atau meringankan adalah sebagai berikut, Meningkatkan

kebersihan dengan mandi setiap hari, Memakai pakaian dalam yang

terbuat dari katun bukan nilon, Menghindari pencucian vagina dan

mencuci vagina dengan sabun dari arah depan kebelakang dan Menurut

(Kusmiyati:2009) Nyeri Punggung adalah nyeri yang dirasakan di daerah

punggung bawah, dapat berupa nyeri lokal (inflamasi), maupun nyeri

radikuler atau keduanya.

Nyeri yang berasal dari punggung bawah dapat dirujuk ke daerah lain,

atau sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah

punggung bawah (referred pain)

Nyeri punggung bawah pada hakekatnya merupakan keluhan atau gejala

dan bukan merupakan penyakit spesifik

Selama hamil, keluhan sakit punggung adalah hal yang seharusnya

terjadi. Bagaimana tidak? Berat badan naik, gaya berjalan pun berubah,

hormon-hormon membuat semua otot dan ligamen di seluruh tubuh

menjadi tegang hal yang memperngaruhi dapat mengatasi nyeri pinggang

yaitu Posisi Tidur dan Posisi Berdiri yang dapat mengurangi Rasa Nyeri

Pada Daerah Pinggang Menurut Bobak (2004), Musbikin (2005), dan

Dewi (2008) dengan Posisi Telentang ibu dianjurkan setelah kehamilan

16 minggu wanita hamil untuk tidak tidur telentang, karena dengan tidur

posisi telentang meletakan seluruh berat rahim ke bagian belakang, usus,

213
dan vena cava inferior.Tidur dengan posisi telentang juga dapat

meningkatkan resiko sakit pinggang, wasir, gangguan pencernaan,

menganggu pernafasan dan sirkulasi posisi tidur telentang pada trimester

ke dua dan tiga juga dapat mempengaruhi tekanan darah.Seperti turunnya

tekanan darah yang menimbulkan sakit kepala. Sedangkan wanita yang

memiliki tekanan darah tinggi, posisi ini sama sekali tidak dianjurkan

(Suririnah, 2004) dan (Dewi, 2008), Posisi Miring Ke Kiri & Kanan

Wanita hamil sangat dianjurkan untuk tidur dengan posisi miring kekiri

Meletakkan bantal di antara kedua lutut juga membantu dan satu bantal

lain di bawah perut., terutama dikehamilan 16 minggu, karena janin akan

mendapatkan aliran darah dan nutrisi yang lebih maksimal, dan pinggang

ibu tidak merasa kaku dengan postur mendatar. Posisi ini juga membantu

ginjal membuang sisa produk dan cairan dari tubuh, Postur Tubuh yang

benar Pusat gravitasi ibu hamil akan semakin mengarah ke depan, sejalan

dengan semakin bertambahnya masa kehamilan. Untuk menghindari agar

tidak terjatuh ke depan, ibu hamil biasanya akan berusaha untuk

menegakkan badan dengan membawa badan ke belakang. Gerakan itu

membuat punggung bagian bawah terbebani dan sakit punggung pun tak

terhindarkan, Kiat yang lain adalah Mandi air hangat Mandi air hangat,

menempelkan paket bungkusan berisi air panas atau pancuran air hangat

yang diarahkan pada punggung bisa membantu dengan nyeri punggung

Berolahraga / Senam Hamil , Hal ini sangat efektif untuk meregakan

otot-otot Pinggang Ibu yang kaku , dan memperlancar sirkulasi Darah

dalam Tubuh sehingga Oksigenasi tidak terganggu dan meringankan

214
Nyeri Pingangg. Pada saat melakukan pemeriksaan Leopold, penulis

mendapatkan hasil bahwa posisi janin dalam keadaan letak lintang,

karena tidak yakin dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan penulis

berinisiatif untuk menganjurkan Ny. S ke dr. Rachmad Nugroho, SpOG

untuk dilakukan pemeriksaan USG Menurut ( Wiknjosastro, H. 2007)

Letak lintang adalah suatu keadaan dimana sumbu panjang janin kira-

kira tegak lurus dengan sumbu panjang tubuh ibu (janin melintang di

dalam uterus) dengan kepala terletak di salah satu fossa iliaka dan

bokong pada fossa iliaka yang lain

Pada kunjungan tersebut diberikan asuhan yaitu menganjurkan

Ny. S untuk melakukan gerakan Kneechest ± 10-15 menit sehari. Gerakan

Kneechest yaitu melakukan posisi bersujud dengan posisi perut seakan-

akan mengga ntung ke bawah, bila posisi ini dilakukan dengan baik dan

teratur, kemungkinan besar bayi yang sungsang dapat kembali ke posisi

yang normal (Prawirohardjo, 2008).

Pada saat Pemeriksaan Lepolod juga ditemukan bahwa Tinggi

Fundus Uteri Ny.S tidak sesuai Usia Kehamilannya Tinggi Fundus Uteri

Ny” S 2 Jari atas pusat/ 24 cm. Tabel Umur kehamilan berdasarkan tinggi

fundus uteri menurut Sumber : (Nuhamedika 2014). Pada Usia Kehamilan

29 minggu Tinggi Fundus Uteri seharusnya 2 jari atas pusat/ 26 Cm

Pada kunjungan tersebut di beri asuhan agar Ibu memperbaiki pola

Nutrisi dengan cara Mengkonsumsi makanan yang tinggi protein yaitu

Syuran hijau, Ikan daging, telur dll, serta makan sedikit tapi sering. Jika

215
Tinggi Fundus Uteri terjadi Karena Rendahnya Asupan Nutrisi, Anjurkan

Ibu untuk Tirah baring dengan posisi miring ke kiri, Perbaiki nutrisi

dengan menambah 300 kal perhari dan meminum Susu dan atau

Suplemen. Menurut Saifuddin (2003)

Ny.S memiliki riwayat Alergi makanan laut. Menurut dr. Dr

Widodo Judarwanto SpA,(2009) Alergi adalah sebuah reaksi yang

dilakukan tubuh terhadap masuknya sebuah benda asing. Ketika sebuah

substansi tak dikenal masuk, antigen, tubuh serta merta akan

meningkatkan daya imunitasnya untuk bekerja lebih giat.

Pada saat kunjungan ini dilakukan asuhan agar Ibu menghindari

makanan yang mengakibatkan alergi, dan menganjurkan Ibu untuk

mengganti jenis makanan yang mengandung protein yang lainnya seperti

telur, ayam, daging merah, dan meminum susu.

Menurut dr. Dr Widodo Judarwanto SpA,(2009) Cara mengatasi

Alergi adalah sebagi berikut, Hindari Makanan yang membuat Alergi jika

makanan Laut dapat diganti dengan mengkonsumsi Telur, Ayam, Ikan

tempe dll yang mengandung tinggi Protein, Jaga Kebersihan diri dan

lingkungan juga harus diperhatikan. misalnya menjaga kebersihan badan,

kebersihan lingkungan, seperti membersihkan tempat dimana sering

terdapat tumpukan debu baik dikamar, lemari, gudang dan sebagainya.

Perhatikan juga ventilasi rumah.Hindari Stress. Stress dapat melemahkan

imun tubuh dan meningkatkan histamin atau zat pemicu yang dapat

memperparah alergi. Oleh sebab itu, stress harus dihindari.

216
Pada saat Pemeriksaan Hemoglobin darah , di depatkan Hb Ny.S 10

gram% , Menurut (Saifuddin,2002) Anemia dalam kehamilan adalah

kondisi ibu dengan jumlah protein sel darah merah dan zat pewarna merah

pada sel darah dibawah 11% gram. Pada kunjungan ini di beri asuhan agar

ibu mengkonsumsi makanan yang tinggi gizi yaitu, mengkonsumsi Hati

ayam, daging, sayuran berwarna hijua tua, sawi, kangkung, dan buah-

buahan serta meminum tablet Fe, Pencegahan anemia pada ibu hamil

yang harus dilakukan adalah, Mengkonsumsi makanan bergizi seimbang

dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat

besi dapat diperoleh dari daging, (terutama daging merah seperti sapi dan

kambing), telur, ikan dan ayam, serta hati. Pada sayuran zat besi dapat

ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan

kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan lain. Perlu

diperhatikan bahwa zat besi pada daging lebih mudah diserap oleh tubuh

dari pada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal

yang diperkuat dengan zat besi. Hal ini dikarenakan bentuk zat besi

didalam sayuran adalah dalam bentuk non heme, juga karena adanya pitat

dan pektin, sehingga diperlukan zat pemicu seperti vitamin C untuk

membantu mempermudah penyerapan didalam usus, Makan-makanan

yang banyak mengandung bahan pembentuk protein sel darah merah

seperti: Telur, Susu, Berhati-hati dalam mengkonsumsi makanan, karena

kombinasi tertentu dapat mempengaruhi proses penyerapan zat besi oleh

tubuh. Misalnya minum teh atau kopi bersamaan dengan makan akan

mempesulit penyerapan zat besi, untuk itu tablet zat besi sebaiknya

217
diminum tidak bersamaan waktunya dengan minum susu, teh, kopi,

Mengkonsumsi tablet besi, pada wanita hamil dan menyusui disarankan

18mg suplemen zat besi perhari, Periksa secepat mungkin apabila terdapat

tanda-tanda anemia agar langkah-langkah pencegahan bisa segera

dilakukan.

Saat dilakukannya kunjungan kedua pada tanggal 14 Mei 2016

Penulis membaca hasil dari pemeriksaan USG dinyatakan bahwa posisi

janin dalam keadaan Normal, yaitu letak Kepala.

Namun Penulis ingin memastikan dengan melakukan pemeriksaan

Leopold, penulis mendapatkan hasil bahwa posisi janin Ny.S sudah

kembali normal yaitu letak kepala.

Leopold I : TFU 30 cm/3jari dibawah px, teraba bundar

lembut dan tidak melenting (bokong). TBJ : (TFU-

12) x 155 = (30-12) x 155 = 2945 gram

Leopold II : Teraba tahanan panjang seperti papan disebelah

kiri perut ibu (punggung kiri)

Leopold III : Teraba bundaran keras dan melenting (kepala)

Leopold IV : Bagian terendah sudah masuk PAP (divergen)

DJJ : 147 x/menit

Kemudian dilakukan Anamnesa keluhan pada kunjungan

sebelumnya dan hasil yang didapatkan adalah Ny. S tidak mengalami nyeri

pinggang lagi , Keputihan tidak berulang , Tinggi Fundus Uteri telah

mengalami perubahan yaitu 30cm, dan pada pemeriksaan Hb, Hb Ny.S

naik 12gram%, dan Ny.S telah mengkuti anjuran agar Alergi tidak

berulang.

218
Namun pada kunjugan ke dua ini Ibu mengatakan kaki Ibu terasa

pegal-pegal. Kaki pegal-pegal yang dirasakan Ibu Hamil Trimester III

dapat dikarenakan ketegangan otot. Sepanjang kehamilan, boleh dibilang

ibu membawa beban berlebih. Otot-otot tubuh juga mengalami

pengenduran sehingga mudah merasa lelah Akibatnya syaraf jadi tertekan.

Tekanan ini terasa sakit seperti ditusuk-tusuk jarum. Sehingga tangan dan

kaki tidak merasakan apa-apa dan ototnya jadi lemah. Penyebabnya karena

hormon kehamilan, kekurangan kalsium, kelelahan, tekanan rahim pada

otot, kurang bergerak sehingga sirkulasi darah tidak lancar. Dan Pada saat

Kunjungan ini penulis memeberikan pelayanan Kesehatan yaitu cara

mengatasi pegal-pegal pada kaki dengan cara melakukan peregangan otot

agar otot yang tegang dapat melemah dan jangan banyak aktifitas serta

mandi dengan air hangat agar peredaran darah lancar. Menurut (Dr.Taufan

Nugroho, MPH, Nurrezki,Amd.Keb,dkk. Mei 2014.Buku Ajar Asuhan

Kehamilan 1)

2. Persalinan

Saat memasuki proses persalinan, usia kehamilan Ny. S yaitu 39-40

minggu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia

kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya

penyulit. Kehamilan cukup bulan (aterm) atau pematangan janin terjadi

pada minggu 37-40 adalah periode saat neonatus memiliki kemungkinan

hidup maksimal (JNPK-KR, 2008)

219
Pada saat Kala I Tanggal 20 Mei 2016 pukul 22.00 WITA Ny. S

merasa mules dan perut kencang-kencang tiada ada keluar air dan keluar

lendir darah dari jalan lahir, klien memutuskan segera memeriksakan diri

ke BPM Hj. Asminiwati Balikpapan pada tanggal 21 Mei 2016 pukul

03.30 WITA.

Kala I yang dialami Ny. S berlangsung selama 10 jam, lama

kala I untuk primigravida berlangsung selama 12 jam sedangkan

multigravida sekitar 8 jam (JNPK-KR, 2008). Lama kala I Ny. M

berlangsung dengan normal dikarenakan hisnya yang baik yaitu 4 x

10 menit (40-45 detik), posisi janin dalam keadaan normal di dalam

rahim, dan jalan lahir Ny. S yang normal.

Pada Kala II yang dialami Ny. M berlangsung selama 25

menit, pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 2 jam dan pada

multipara rata-rata 1 jam (JNPK-KR, 2008). Pada tanggal 21 Mei

2016 pukul 11.55 WITA Bayi lahir spontan segera menangis A/S

8/10, Berat 3000 gram, Panjang 51 cm, lingkar kepala : 34 cm, lingkar

dada 31 cm, lingkar perut 33 cm, lingkar lengan atas 10 cm, anus (+),

caput/cephal : -/-, BAB/BAK : +/+, jenis kelamin laki-laki, sisa

ketuban Jernih.

Proses persalinan Ny. S berlangsung lancar dikarenakan selalu

terpantaunya persalinan klien sesuai dengan partograf dan Ny. S , ke

kooperatifan pasien yang selalu mengikuti saran penulis dan bidan

sebagai upaya membantu memperlancar proses persalinannya.

Pada Kala III yang dialami Ny. S berlangsung selama 5 menit,

setelah Bayi Lahir dilakukan penyuntikan Oksitosin 10IU, setelah Itu

220
dilakukan Peregangan Tali pusat Terkendali 5 Menit kemudian pukul

12.00 WITA plasenta lahir spontan lengkap dengan berat ± 500 gram,

diameter ± 17 cm, tebal ± 2 cm, lebar ± 14 cm, panjang tali pusat

± 45 cm, selaput ketuban utuh, posisi tali pusat berada lateral pada

plasenta dan perdarahan ± 150 cc , Kemudian dilakukan massase

fundus uteri agar kontraksi uterus tetap keras dan mengajarkan kepada

Ibudan Anggota keluarga untuk massase Uterus, Pada Kala III Ny’S

tidak terdapat tanda-tanda kepatologisan karena menurut (JNPK-

KR,2008) Kala III adalah waktu dari keluarnya bayi hingga pelepasan

Plasenta yang berlangsung tidak lenih dari 30 menit

Pada Kala IV Perineum terdapat laserasi yaitu mulai dari

mukosa vagina hingga ke otot perineum. Setelah dilakukan penjahitan

perineum lanjut melakukan Pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi

lahir untuk memantau keadaan Ibu. Harus diperiksa setiap 15 menit

selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua menurut

(Saifuddin,2010) dilakukan pemantauan setiap 15 menit pada jam

pertama, TD: 110/80 mmHg, N: 23x/menit, R : 82x/menit, T : 37,0

Kontraksi Uterus/ massase Kontraksi Uterus Ny’S baik dan Keras ,

Tinggi Fundus Uteri Post Patrum 2 Jari bawah pusat ,Kandung Kemih

Ibu kosong, Perdarahan : Normal dan setiap 30 menit pada jam kedua

pasca persalinan, TD: 110/80 mmHg, N: 22x/menit, R : 82x/menit T:

37,0 Kontraksi Uterus/ massase Kontraksi Uterus Ny’S baik dan

Keras , Tinggi Fundus Uteri Post Patrum 2 Jari bawah pusat ,Kandung

Kemih Ibu kosong, Jumlah darah yang hilang selama Proses

221
Persalinan 250cc. Pada Kala IV Tidak terdapat keadaan yang

patologis

3. Bayi Baru Lahir

Dilakukan Penilaian bayi baru lahir secara sepintas Apgar Score bayi

Ny’S 8/10 menurut (Lenevo, Kenneth J.2009) Bayi Baru lahir dengan

Hasil score 7-10 pada menit pertama menunjukan bahwa bayi dalam

kondisi yang baik atau dikatakan Normal, Hasil 4-6 Bayi dikatan afiksia

sedang dan hasil score 0-3 bayi dinyatakan asfiksia Berat dan

memerlukan resusitasi

Asuhan BBL dilakukukan 1 jam pasca IMD. Bayi Ny. S diberikan

injeksi vitamin K 0,05 cc/IM dan imunisasi hepatitis B 0 hari. Bayi baru

lahir diberikan vitamin K injeksi 1 mg intramuskuler untuk mencegah

perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh

sebagian BBL, pemberian imunisasi hepatitis B 0 hari untuk memberikan

kekebalan terhadap penyakit hepatitis dan pemberian antibiotik untuk

pencegahan infeksi (JNPK-KR, 2008).

Setelah satu jam dilakukan Pemeriksaan Bayi Baru Lahir,

pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan antropometri

(Wafinur,2011) pada pemeriksaan TTV , N : 142x/menit R : 42x/menit,

Suhu : 36,5˚C. Pemeriksaan Antropometri, BB 3000 gram, Panjang

Badan 51 Cm, Lingkar Kepala 34Cm, Lingkar dada 31Cm. Pemeriksaan

fisik Kesadaran dan reaksi terhadap sekeliling normal, keaktifan bayi

melakukan gerakan tangan yang simetris pada waktu bangun adanya

temor pada bibir, kaki dan tangan Normal, pada muka mata simetris

222
antara mata kanan dan kiri, mulut bayi simetris dan tidak ada tanda-tanda

bayi asfiksia, leher dada dan abdomen tidak ada kelainan dan tidak ada

tarikan dinding rahim, refleks rooting, sucking, moro, babysky, graps

dalam batasan Normal.

Menurut (Saifuddin, 2006) tujuan pemeriksaan Bayi Baru lahir

adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi

masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian khusus dan

pertolongan segera.

4. Asuhan Masa Nifas

Kunjungan selama masa nifas Ny. S sebanyak 4 kali yaitu pada

kunjungan pertama 6 jam (tanggal 21 Mei 2016), kunjungan kedua 6 hari

(tanggal 24 Mei 2016), kunjungan ketiga 2 minggu (tanggal 9 Juni 2016),

kunjungan keempat 6 minggu (tanggal 13 Juni 2016). Pada Kunjungan

yang ke tiga (tanggal 9 Juni 2016) ditemukan bahwa Ibu memiliki

keluhan Puting susu lecet dan payudara penuh.

Menurut (Suherni,S.Pd,dkk, 2009) Penyebab puting susu lecet yaitu,

Bay tidak menyusu sampai ke kalang payudara Karena kesalahan dalam

teknik menyusui, Puting susu terpapar/ ada sisa bahan-bahan kimia

karena mencuci outing susu dengan bahan kimia, dan Flenulum lidah bayi

pendek, sehingga bayi susah menghisap sampai ke kalang payudara dan

karenanya hisapannya hanya sampai ke puting susu.

223
Payudara bengkak/Penuh Menurut (Suherni,S.Pd,dkk, 2009) hal ini

dapat terjadi pada Ibu nifas hari ke tiga atau ke empat hal ini disebabkan

oleh asal sekresi ASI.

Pada kunjungan tersebut ibu di berikan Penyuluhan Kesehatan

Bagaimana cara menyembuhkan puting susu lecet dengan cara

membiarkan payudara terkena angin agar terjadi peneyembuhan pada

lecet dan jangan menyusui bayi hingga puting benar-benar sembuh, beri

minyak kelapa pada puting susu dan Cara mengeluarkan ASI agar

payudara tidak penuh / bengkak lagi dengan cara Kompres dengan air

dingin terlebih dahulu kemudian kompres dengan air hangat bergantian ±

5 menit kemudian beri baby oil , setelah itu lakukan pemerahan ASI

hingga payudara tidak terasa penuh lagi.

Tatalaksana / cara mengatasi puting Susu lecet menurut Menurut

(Suherni,S.Pd,dkk, 2009) yaitu, Bayi disusuilebih dahulu pada puting

susu yang tidak lecet atau yang lecetnya lebih sedikit, Sehabis menyusui

tidak usah dibersihkan dan cukup diangin-anginkan karena sisa ASI sudah

merupakan anti infeksi dan pelembut puting susu, dan Bubuhkanlah

minyak kelapa pada puting susu.

Tatalaksana/ cara mengatasi payudara bengkak/penuh Menurut

(Suherni,S.Pd,dkk, 2009) yaitu, ASI harus dikeluarkan dengan

menyusukannya meskipun sedukit terasa sakit, hal ini penting karena

tidak ada ASI keluar maka keadaan ASI penuh ini akan terjadi

penumpukan. Sebelum di susukan payudara dimassase terlebih dahulu

dan ASI diperas lembut dnegan tangan sebelum menyusui, dan

224
Kompreslah dengan air dingin agar kekejangan pembuluh dara vena

berkurang disampinh untuk mengurangi rasa nyeri sebaiknya dilakukan

bergantian komres tersebut dengan kompres air hangat guna melancrkan

aliran darah payudara.

Pada saat kunjungan keempat 6 minggu (tanggal 13 Juni 2016)

penulis melakukan pemeriksaan terdapat pada puting susu sudah tidak

lecet dan Payudara sudh tidak bengkak / penuh lagi , dan ASI perah

terlihat banyak pada tempat penyimpanan ASI.

5. Neonatus

Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus dilakukan 4 kali

kunjungan, yaitu pada 6 jam, 6 hari, 2 minggu dan 6 minggu. Pada saat

melakukan pemeriksaan fisik, penulis Menemukan bahwa Kondisi tubuh

bayi Ny.S dalam keadaan Sehat dan dipantau dengan Format Pencatanan

Bayi Muda umur Kurang dari 2 Bulan menurut (Kemenkes RI,2010)

Pada Kunjungan 6 jam pertama 21 Mei 2016 Umur 0 Hari Berat

badan 3100 gram, Nadi 142x/menti Pernapasan 40x/menit suhu badan :

36,7˚C panjang badan 51Cm, Ibu mengatakan Bayi telah menyusu dengan

baik setiap 2 jam sekali bayi di beri ASI oleh Ibu , Bayi telah BAB dan

BAK setelah lahir dan BAK sudah 1 kali selama 6 jam pertama ini, Pada

pemeriksaan Ikterus bayi tidak Ikterus, Bayi telah diberikan Imunisasi

Hb0.

Pada pemeriksaan Kedua tanggal 24 Mei 2016 Umur 3 Hari Berat

badan 3270 gram, Nadi 130x/menti Pernapasan 43x/menit suhu badan :

225
36,5˚C panjang badan 52Cm, Ibu mengatakan Bayi telah menyusu dengan

baik setiap 2 jam sekali bayi di beri ASI oleh Ibu , Bayi telah BAB dengan

frekuensi 2-3 kali/hari BAK 5-6 kali/hari konsistensi cair warna kuning

jernih, Bayi dimandikan 2 kali sehari dan bayi tidur sepanjang hari dan

terbangun jika haus dan popok nya basah atau lembab Pada pemeriksaan

Ikterus bayi tidak Ikterus, Bayi telah diberikan Imunisasi Hb0 dan polio 1.

Pada pemeriksaan Ketiga tanggal 9 Juni 2016 Umur 14 Hari Berat

badan 3320 gram, Nadi 148x/menti Pernapasan 52x/menit suhu badan :

36,3˚C panjang badan 52Cm, Ibu mengatakan Bayi telah menyusu dengan

baik setiap 2 jam sekali bayi di beri ASI oleh Ibu , Bayi telah BAB dengan

frekuensi 2-3 kali/hari BAK 5-6 kali/hari konsistensi cair warna kuning

jernih, Bayi dimandikan 2 kali sehari dan bayi tidur sepanjang hari dan

terbangun jika haus dan popok nya basah atau lembab Pada pemeriksaan

Ikterus bayi tidak Ikterus, Bayi telah diberikan Imunisasi Hb0 dan polio 1.

Pada pemeriksaan Keempat tanggal 13 Juni 2016 Umur 42 Hari

Berat badan 3800 gram, Nadi 140x/menti Pernapasan 40x/menit suhu

badan : 36,5˚C panjang badan 52Cm, Ibu mengatakan Bayi telah menyusu

dengan baik setiap 2 jam sekali bayi di beri ASI oleh Ibu , Bayi telah BAB

dengan frekuensi 2-3 kali/hari BAK 5-6 kali/hari konsistensi cair warna

kuning jernih, Bayi dimandikan 2 kali sehari dan bayi tidur sepanjang hari

dan terbangun jika haus dan popok nya basah atau lembab Pada

pemeriksaan Ikterus bayi tidak Ikterus, Bayi telah diberikan Imunisasi Hb0

dan polio 1, dan menganjurkan Ibu untuk membawa Bayi usia 1 bulan

untuk Imunisasi dasar BCG.

226
6. Pelayanan Keluarga Berencana

Tanggal 13 Juni 2016 Ny. S memilih akseptor KB IUD. Klien merasa

tertarik dengan kontrasepsi IUD untuk mengatur jarak kehamilannya. KB

merupakan metode dalam penjarangan kehamilan, karena kontrasepsi

dapat menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat

pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma (Manuaba,

2010). KB IUD dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi oleh ibu

menyusui karena tidak mengganggu produksi ASI (BKKBN, 2006).

Walaupun Ny. S menyusui bayinya secara eksklusif, Ny. S ingin

menggunakan KB sebagai antisipasi agak tidak terjadi kehamilan,

mengingat usia Ny. S yang masih muda yaitu 21 tahun. Sehingga, penulis

dan bidan menyarankan kepada klien untuk menunda kehamilan sekitar 5-

8 tahun lagi agar fisik dan psikososial ibu telah siap bila menerima dan

menjalani kehamilan lagi.

B. Keterbatasan Pelaksanaan Asuhan

Tidak jarang dalam proses pemeberian asuhan kebidanan

Komprehensif terhadar Ny.S ditemukan beberapa hambartan atau

227
keterbatasan yang menyebabkan pelaksanaan stdi kasus tidak brjalan

dengan maksimal. Keterbatasan-keterbatasan tersebut antar lain adalah:

1. Penjarigan Pasien

Kesulitan yang ditemui pada awal pelaksanaan study kasusu ini

adalah dalam hal penjaringan pasien. Untuk menemukan pasien yang

sesuai engan persyaratan yang diajukan dari pihak institusi sangatlah

sulit. Beberapa pasien pun tidak bersedia untuk dijadikan subjek

peneltian dalam studi kasus ini dengan berbagai alasan.

2. Pada saat melakukan Kunjungan IUD, penulis tidak dapat

melakukan

pemasangan IUD tersebut dikarenakan pada pemasangan IUD

dibutuhkan pelatihan khusus untuk pemasangan IUD sedangkan

penulis belum melakukan pelatihan khusus tersebut.

3. Waktu

Pelaksanaan Asuhan Kebidan Komrehensif yang bersamaan dengan

kegiatan PKL II terkadang menyebabkan kesulitan bagi peneliti untuk

mengatur waktu. Waktu ya g tersedia untuk pelaksanaan asuhan

terkadang terbatas, sehingga menyebabkan kurang maksimal nya

asuhan yang diberikan.

4. Keterampilan

228
Kurangnya keterampilan penulis ketikan memberikan asuhan

kebidanan Komprehensif keoada klien sehingga ketika memberikan

intervensi masih banyak asuhan yang dibantu dosen pembimbing

5. Ilmu Pengetahuan

Berfikir analisis penulis masih kurang luas, sehingga saat memberikan

asuhan tidak jarang dosen pembimbng selalu mengingatkan intervensi

yang tepat untuk diberikna kepada klien.

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

229
Penulis melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif pada

Ny. S selama hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas, neonatus, hingga pelayanan

kontrasepsi, dapat ditarik kesimpulan bahwa pentingnya asuhan yang diberikan

bidan terhadap ibu pada masa kehamilan hingga pelayanan kontrasepsi setelah

melahirkan sebagai deteksi dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi dapat

dihindari atau ditanggulangi.

1. Antenatal Care (ANC)

Mampu melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif dimana pada

saat pemeriksaan terdapat kesenjangan yaitu letak posisi janin Ny. S berada

dalam letak lintang. Diberikan asuhan tentang gerakan Kneechest (posisi

sujud) ± 10 menit. Masalah dapat teratasi yaitu posisi janin berada dalam

letak normal, dan Ny.S mengalamai keluhan sakit pinggang. Diberikan

asuhan tentang Gerakan oeregangan otot dan menganjurkan mandi air

hangat. Masalah dapat teratasi yaitu Ibu sudah tidak sakit pinggang, Ny.S

Memiliki riwayat keputihan. Dibeikan asuhan tentang personal hygine agar

keputihan tidak berulang. Masalah dapat teratasi Keputihan Ibu tidak

berulang kembali. Pada pemeriksaan Lepold TFU Ny.S tidak sesuai dengan

Usia Kehamilan. Diberikan asuhan agar Ibu memperbaiki Pola Nutrisi.

Masalah dapat teratasi Tinggi Fundus Ny.S

sudah sesuai Usia Kehamilannya sekaranf yaitu 30Cm. Pada

pemeriksaan Kadar Hemoglobin ditemukan bahwa Hb Ibu 10gram%.

Diberikan asuhan agar ibu mengkonsumsi makan tinggi gizi seperti

230
mekonsumsi hati ayam, daging, serta meminum tablet Fe. Masalah dapat

teratasi Hb Ny.S 12 gram%.

2. Intranatal Care (INC)

Mampu melakukan asuhan persalinan normal secara komprehensif

hingga akhir persalinan Ny. S berlangsung normal tanpa ada penyulit.

3. Bayi baru lahir (BBL)

Mampu melakukan asuhan bayi baru lahir secara komprehensif

dimana pada saat bayi baru lahir sisa ketuban jernih, dan pada saat

pemeriksaan fisik Bayi Ny. S dalam keadaan normal tanpa ada penyulit.

4. Post Natal Care (PNC)

Mampu melakukan asuhan nifas secara komprehensif. Masa nifas Ny.

S memiliki beberapa masalah yaitu pada saat pemeriksaan ditemukan Puting

susu Ibu lecet. Dan diberikan Asuhan untuk tidak menyusui bayinya sampai

puting susu benar-benar kering dan mengangin-anginkan payudara. Masalah

dapat teratasi pada kunjungan selanjutnya di lakukan pemeriksaan Puting

susu ibu sudah tidak luka. Pada saat pemeriksaan payudara juga ditemukan

payudara Ny.S bengkak/Penuh. Dan di berikan asuhan agar Ibu memerah

ASI dan melakukan perawatan payudara saja kerna puting susu masih luka

dan memberikan pada bayi dengan fediing cup. Masalah dapat teratasi pada

kunju ngan berikutnya di lakukan pemeriksaan payudara Ibu sudah tidak

bengkak/penuh lagi.

231
5. Neonatus

Pada kunjungan Neonatus tidak ditemukan kesenjangan dan Keadaan

Bayi dalam batasan Normal serta Mampu melakukan asuhan neonatus

secara komprehensif Pada Bayi Ny.S

6. Keluarga Berencana

Mampu memberikan pelayanan keluarga berencana secara

komprehensif sesuai kondisi Ny. S. Klien telah memilih menjadi akseptor

KB IUD pada tanggal 23 Juni 2016.

B. Saran

232
Penulis ingin menyumbangkan saran di akhir penulisan laporan tugas

akhir ini dalam mengupayakan peningkatan pelayanan kesehatan khususnya

dalam asuhan kebidanan komprehensif, yaitu sebagai berikut :

g. Bagi Prodi D-III Kebidanan Balikpapan

Kepada Prodi D-III Kebidanan Balikpapan diharapkan laporan tugas

akhir ini dapat meningkatkan kualitas pendidikan bidan khususnya dalam

pemberian asuhan kebidanan secara komprehensif dan lebih mengajarkan

kepada mahasiswa untuk menganalisis kasus-kasus yang terjadi dalam

laporan tugas akhir yang dilakukan.

h. Bagi Tenaga Kesehatan/Bidan

a. Diupayakan bimbingan dan asuhan yang diberikan lebih sesuai

dengan standar asuhan kebidanan yang telah diberikan untuk

menghasilkan asuhan kebidanan yang tepat, bermutu dan memuaskan

klien.

b. Bidan diupayakan mampu menjalin komunikasi yang baik dengan

pasien agar tercipta suasana yang terbuka dan harmonis, sehingga

dapat meningkatkan pelayanan kebidanan khususnya dalam

memberikan pelayanan kebidanan pada masa kehamilan, persalinan,

nifas dan bayi baru lahir serta keluarga berencana.

c. Bidan diupayakan melakukan penyuluhan tentang jarak/interval

kehamilan yang terlalu dekat karena hal tersebut merupakan resiko

tinggi terhadap kehamilan berikutnya.

i. Bagi klien

233
Klien yang terpilih dalam pelaksanaan laporan tugas akhir ini

memiliki manfaat yang sangat berguna, diantaranya :

a. Kehamilan akan sehat

b. Persalinan lebih dipantau oleh tenaga kesehatan

c. Pengetahuan kehamilan dan persalinan lebih banyak

d. Pada saat hamil lebih sering melakukan pemeriksaan terutama

pada usia kehamilan yang tua, bilamana memungkinkan untuk

melakukan pemeriksaan USG

e. Pergi ke fasilitas kesehatan terdekat bila mengalami keluhan yang

dirasakan

j. Bagi penulis

Bagi penulis diupayakan dapat memenejemen waktu agar asuhan

kebidanan komprehensif bisa dilakukan secara maksimal.

Mengembangkan pola pikir ilmiah dan melaksanakan asuhan kebidanan

komprehensif melalui pendidikan dan penatalaksanaan serta mendapat

pengalaman secara nyata di lapangan agar dapat memberikan pelayanan

kebidanan yang lebih efektif dan lebih meningkatkan mutu pelayanan

kebidanan yang diselenggarakan.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati et al. 2008. Asuhan kebidanan Nifas. Yogyakarta Fitramaya

Departemen Kesehatan RI. 2002. Pedoman Pelayanan Antenatala di Tingkat


Pelayanan Dasar.Jakarta: Depkes RI

234
Departemen Kesehatan RI. 2012. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta. 2012.
Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.www.depkes.go.id, Diakses tanggal 11 Maret 2015 Millenium
Development Goals. www.depkes.go.id, Diakses tanggal 11 Maret 2015.

Departemen Kesehatan RI. 2012. Profil kota Balikpapan Tahun 2011 http:
//dkk.balikpapan.go.id/index.php?option=comcontent&task=view&id=137&i
temid=103,Diakses pd tanggal 11 Maret 2015

Depdiknes. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka


Indonesia

Depkes, RI, 2007. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2006. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.

Ilma. 2012. Millennium Development Goals (MDGs).


http://bahankuliahilma.blogspot.com. Diakses (12 Maret 2015)

Jannah. (2012). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta: ANDI

JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes RI

_____________. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal, Jaringan Nasional


Pelatihan Klinik-Kesehatan Reproduksi. Jakarta : JNPK-KR

Knott. L. 2010. Miliaria, http://www.patient.co.uk/health/miliaria-prickly-heat-heat-rash,


akses 20 juni 2015

Kusmiati, dkk. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta : Fitramaya

Manuaba, Ida Bgus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB.
Jakarta : EGC

Musliatun , Wati Nur. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta :
Fitramaya

________________________. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya

Natoatmodjo, J. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta


Prawirohardjo. S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka sarwono
Prawirohardjo

Priharjo, Robert. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : EGC

Rochjati, Poedji. 2003. Skrinning Antenatal pada Ibu Hamil. Surabaya : Airlangga
University Press

235
Saifuddin. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.BPSP.

________. 2010. Buku Paduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta: YBPSP

______________. Buku Paduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT.BPSP

Sudoyo. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. FKUI

Suherni. 2009. Perawatan Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.

Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta :


Salemba Medika

Sumarah. 2009. Perawatan Ibu BerPsalin. Yogyakarta: Fitramaya

Varney, Helen et al. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC

Winkjosastro,H. 2006. Ilmu Kandungan. Edisi 2. Jakarta:BPSP

Suherni,2013.Kehamilan, Pesalinan dan Nifas . Yogyakarta: Sangmediaku

Ambarwati et al. 2008. Asuhan kebidanan Nifas. Yogyakarta: Fitramaya

Suherni, Hesty, Anita. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya

Elizabeth siwi walyuni, Th. Endang Purwoastuti. 2015. Konsep Dan Asuhan
Kebidanan Maternatal dan Neonatal. Yogyakarta: Pustakabarupress.

Wiknjosastro, H.2007. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiraharjo.

Wiknjosastro, Hanifa. (2005). “Ilmu Bedah Kebidanan”. Jakarta: Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardho

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetry Jilid I. EGC: Jakarta.

Saifuddin, BA, dkk. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta. YBPSP.
Bardasono,2008. Buku Saku Obstetrik dan Ginekologi. Edisi 9. Jakarta:EGC

Saifudin, Abdul Bahri. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
Neonatal. JHPIEGO. Jakarta.

236
Manuaba, IBG, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB.Jakarta :
EGC

Nuhamedika,2010.Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan.Yogyakarta: Fitramaya. GHS.

Pantiawati Ika,Saryono.2010.Asuhan Kebidanan I ( Kehamilan ). Yogyakarta:


Nuhamdika.

Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI

Muslihatun,Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi, Dan Balita.


Yogyakarta:Fitramaya
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika
Dewi, vivian nanny lia dan Tri sunarsih. 2011. Asuhan kehamilan untuk kebidanan.
Jakarta: Salemba medika

Manuaba, IBG, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB.Jakarta :
EGC

Prawirohardjo, S. 2005. Ilmu Kebidanan Bina Pustaka : Jakarta.

Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama.

Nugraheny,Esti.2010.Asuhan Kebidanan Nifas. Yogjakarta :BukuKesehatan.


Damayanti.

Kusmiyati, Yuni, dkk.2009. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Nuha Medika.

Bobak, 2004. Keperawatan Maternitas. Jakarta, EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan bina


pustakaSarwono Prawirohardjo.

Manuaba, Candradinata.. 2008 . Gawat Darurat Obstetri Ginekologi Dan Obstetri


Ginekologi Social Untuk Profesi Bidan. Jakarta : EGC. 10.

Sualman K. 2009. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini.Jakarta: EGC. P 119-122.

Cipta, Jakarta. Ayurai 2010, Ketuban pecah dini, diakses tanggal 21 Agustus 2011
jam 14:00.

237
Dr.Taufan Nugroho, MPH, Nurrezki,Amd.Keb,dkk. Mei 2014.Buku Ajar Asuhan
Kehamilan 1. Yogyakarta: Nuha Medika.

Suherni. 2009. Perawatan Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.

238

Anda mungkin juga menyukai