Anda di halaman 1dari 137

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PROSES PENDISTRIBUSIAN OBAT


DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
dr. ADNAAN WD PAYAKUMBUH
TAHUN 2019

Oleh:

RESTI MUSLIMAH
NIM : 171000213461007

PROGRAM STUDI D-III ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT
BUKITTINGGI
2020

1
KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PROSES PENDISTRIBUSIAN OBAT


DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
dr. ADNAAN WD PAYAKUMBUH
TAHUN 2019

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Ahli Madya
Program Studi Diploma III Administrasi Rumah Sakit
di Fakultas Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

Dipersiapkan dan disusun oleh :

RESTI MUSLIMAH
NIM : 171000213461007

PROGRAM STUDI D-III ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT
BUKITTINGGI
2020
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Resti Muslimah


Tempat & Tanggal Lahir : Maur, 27 Agustus 1998
Alamat : Jorong Kayu Pasak, salareh aia
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Menikah
No. HP : 082385976855
Email : restimuslimah27@gmail.com

DATA ORANG TUA

Nama orang tua

a. Ayah : Bujang
b. Ibu : Rismawaty
Alamat Orang Tua : Jorong Kayu Pasak, Kec Palembayan

PENDIDIKAN
2004 – 2010 : SDN 21 Maur
2010 – 2013 : MTSN 2 Bukittinggi
2013 – 2016 : MAN 2 Bukittinggi
2017 – 2020 : D III Administrasi Rumah Sakit,
Universitas Muhammadiyah Sumatra Barat

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Ya Allah

Sepercik ilmu telah engkai karuniakan hanya untuk mengetahui sebagian kecil dari yang
engkau miliki

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha
mulia Yang mengajar manusia dengan pena,

Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (QS: Al-’Alaq 1-5)

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ? (QS: Ar-Rahman 13)

Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang
orang yang diberi ilmu beberapa derajat(QS : Al-Mujadilah 11)
Ya Allah,
Waktu yang sudah kujalani dengan jalan hidup yang sudah menjadi takdirku, sedih,
bahagia, dan bertemu orang-orang yang memberiku sejuta pengalaman bagiku, yang
telah memberi warna-warni kehidupanku. Kubersujud dihadapan Mu,
Engaku berikan aku kesempatan untuk bisa sampai
Di penghujung awal perjuanganku
Segala Puji bagi Mu ya Allah,
Alhamdulillah..Alhamdulillah..Alhamdulillahirobbil’alamin..
Puji syukurku ku ucapkan kepadamu ya Allah ya Tuhaku yang Maha Agung
Maha Tinggi, Maha Adil,Maha Penyayang dan maha segalanya atas takdirmu telah
kau jadikan aku manusia yang senantiasa berpikir, berilmu, beriman dan bersabar
dalam menjalani kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal
bagiku untuk meraih cita-cita besarku.
Lantunan Ayat-ayat Al- Quran beriring Shalawat dalam setiap rintihan,
menadahkan doa dalam setiap sujud syukur yang tiada tara, terima kasihku untukmu.
Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk Ayah dan amak yang sangat aku cintai,
yang tiada pernah hentinya selama ini memberiku semangat, doa, dorongan, nasehat
dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku selalu kuat
menjalani setiap rintangan yang ada didepanku yang ntah kadang datang tampa
sebab yang tidak aku sadari.,,Ayah,.. amak...terimalah bukti kecil ini sebagai kado

vi
keseriusanku untuk membalas semua pengorbananmu.. dalam hidupmu demi hidupku
kalian ikhlas mengorbankan segala perasaan tanpa kenal lelah, hujan, panas yang
tidak pernah engkau hiraukan untuk membesarkan kami dalam lapar berjuang
separuh nyawa hingga segalanya.. Maafkan anakmu Ayah,,,amak,, masih saja ananda
menyusahkanmu dan belum bisa membahagiakan mu ayah...amak yang aku cintai..
Dalam lima waktu mulai fajar terbit hingga terbenam.. seraya tangaku
menadah”.. ya Allah ya Rahman ya Rahim... Terimakasih telah kau tempatkan aku
diantara kedua malaikatmu yang setiap waktu ikhlas menjagaku,, mendidikku,,
membimbingku dengan baik,, ya Allah berikanlah balasan setimpal surga firdaus untuk
mereka dan jauhkanlah mereka nanti dari panasnya sengat hawa api nerakamu..
Untukmu Ayah (BUJANG),,,amak (Rismawaty)...Terimakasih....
we always loving you... ( ttd.Anakmu)

Dalam setiap langkahku aku selalu berusaha mewujudkan harapan-harapan


yang engkau impikan didiriku, meski belum semua itu kuraih’ insyallah atas dukungan
doa dan restu semua mimpi itu kan terjawab di masa penuh kehangatan nanti. Untuk
itu kupersembahkan ungkapan terimakasih kepada:

Kepada kakak ku (Emiliya Junita) dan adek ku yang aku sayangi (Azmi
Alkhaliq), (Syukri Dailahi) dan (M. Fikri) terimakasih kuucapkan kepada kalian semua
buat segala dukunga,doanya dan kalian yang selalu mengingatkan aku jiga aku
lupadan khilaf dalam setiap perkataan dan perbuatanku semoga kita bisa menjadi
kebanggan keluarga semua dan menjadi anak yang sholeh dan sholehah yang selalu
ingat Allah dalam setiap kaki melangkah.
... i love you all” :* ...
Never give up in every obstacle

"Hidup akan terasa berat jika hanya menghandalkan diri sendiri tampa melibatkan Allah dan olang lain dan
jangan terlalu egois dalam mencapai kesuksesan
"Tak ada tempat terbaik untuk berkeluh kesah selain bersama sahabat terbaik”..

“Terimakasih kuucapkan kepada sahabat terbaikku yang selalu menemani ketika susah
dan senang yang selalu setia mendengarkan setiap keluah dan kesahku walaupun
terkadang engkau tidak memahami tetapi kau selalu setia mendengarkanku, sahabatku
Apria Yani”

vii
Terimaksih kuucapkan kepada dosen-dosen pembimbing dan dosen pengajar yang
telah berbagi ilmu dan pengalaman yang belum pernah kami dapatkan kebelumnya.

Terimakasih kuucapkan Kepada Teman sejawat ,seperjuangan ARS 17’


“Tanpa kalian teman aku tak berarti,,tanpakalian teman aku bukan siapa-siapa yang
takkan jadi apa-apa dengan kebersamaan yang telah kita lalui selama tiga tahun
tampa terasa waktu begitu cepat berlalu berapa banyak rintangan, tantangan dan
kesenangan yang kita lewati dan kini hanya tingal kenangan yang
terukir...terimakasih ku ucapkan kepada mu teman-teman ku yang seperjuangan dan
yang aku sayangi ”,

Ketika kamu jatuh jangan tetap dibawah jatuh bukan berarti kalah itu hanya berarti
kamu harus bangkit dan kembali mencoba.
Kegagalan itu cara Allah mengatakan “Bersabarkah” aku memiliki sesuatu yang lebih
baik dari apa yang kau ingin kan

Jangan pernah menghiraukan kata orang lain jika kata itu menjatuhkan mu tapi
dengarkan kata orang yang bisa membuatmu lebih baik.
Segala kesusahan, kesulitan dan kegagalan akan terasa manis kala
kita berhasil melewatinya

Hanya sebuah karya kecil dan untaian kata-kata ini yang dapat
kupersembahkan kepada kalian semua,, Terimakasih beribu terimakasih kuucapkan..
Atas segala kekhilafan salah dan kekuranganku,
kurendahkan hati serta diri menjabat tangan meminta beribu-ribu kata maaf tercurah.
KTI ini kupersembahkan.

by” Resti Muslimah

viii
Program Studi D-III Administrasi Rumah Sakit
Fakultas Kesehatan UMSB
Karya Tulis Ilmiah
Agustus, 2020
ABSTRAK

RESTI MUSLIMAH

Gambaran Proses Pendistribusian Obat di Rumah Sakit Umum Daerah dr.


Adnan WD Payakumbuh Tahun 2019

Pada pendistribusian obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Adnaan WD Payakumbuh persediaan obat belum efektif dan efesien karna masih
banyak ditemukan persedian obat yang kosong sehingga mengharuskan pasien
membeli obat keluar dan juga dapat menghambat dan mengakibatkan perawatan
terhadap pasien tertunda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses
pendistribusian obat di Logistik Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Adnaan
WD Payakumbuh 2019.

Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Sampel


dalam penelitian ini adalah pengamatan yang pernah dilakukan di Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Adnaan WD Payakumbuh dan juga dari telaah dokumen juga
dilihat dari penelitian yang relefan serta teori.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pendistribusian obat mulai dari
perencanaan mengunakan metode konsumsi, epidemologi dan kombinasi,
pengadaan obat dilakukan dengan pembelian dan produksi sendiri, penyimpanan
yang masih kurang memadai, pendistribusian obat dilakukan secara langsung
dengan melakukan amprahan.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah dari semua tahap yang dilakukan mulai dari
perencanaan sampai kepada pendistribusian belum semua tahap dilakukan secara
baik sesuai dengan ketentuan yang ada karna keterbatasan alat dan tempat,
sarannya yaitu agar rumah sakit bisa melengkapi sarana di logistik farmasi seperti
penambahan rak-rak yang kurang dan ruangan yang kurang memadai.

Kata kunci: Proses Pendistribusian Obat

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadiran Allah SWT yang telah memberi

rahmad dan karunia-Nya dan salawat beriringan salam untuk Nabi Besar

Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

dengan judul “Gambaran Proses Pendistribusian Obat Di Rumah Sakit Umum

Daerah Dr. Adnaan WD Payakumbuh”guna sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar D-III Administrasi Rumah Sakit Fakultas Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Sumatra Barat.

Penulis menyadari bahwa karya tulias ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan

dan bimbingan berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terimakasih

kepada:

1. Bapak Dr. Riki Saputra, MA, Rektor Universitas Muhammadiyah

Sumatera Barat.

2. Ibu Yuliza Anggraini, S.ST., M.Keb Dekan Fakultas Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat.

3. Ibu Elsi Susanti, SE., MM, Ketua Program Studi D-III Administrasi

Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Sumatera Barat .

4. Ibu Erpidawati, SE., M.Pd, Dosen Program Studi D-III Administrasi

Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Sumatera Barat dan Selaku Pembimbing 1 yang telah banyak

x
membantu, memberi masukan dan dukungan terkait penyusunan Karya

Tulis Ilmiah ini.

5. Ibu Rahmanita Yusman, SKM, MMRS, Dosen Program Studi D-III

Administrasi Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Sumatera Barat dan Selaku Pembimbing 2 yang telah

membantu, dan dukungan terkait penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Ibu Silvia Adi Putri, SKM, M.kes, Dosen Program Studi D-III

Administrasi Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Sumatera Barat dan Selaku Penguji II yang telah

memberi saran dan masukan.

Kepada semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian Karya Tulis

Ilmiah ini semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tuliah Ilmiah ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari pembaca, semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi

semuanya.

Bukittinggi, 30 Agustus 2020

Penulis

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i


HALAMAN JUDUL PENELITIAN ............................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv
HALAMAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vi
HALAMAN ABSTRAK....................................................................................ix
HALAMAN KATA PENGANTAR ................................................................. x
HALAMAN DAFTAR ISI................................................................................ xii
HALAMAN DAFTAR TABEL ....................................................................... xiii
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ................................................................... xiv
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ............................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang ....................................................................................1
B. Identifikasi Masalah............................................................................7
C. BatasanMasalah..................................................................................7
D. Rumusan Masalah ..............................................................................8
E. Tujuan Penelitian ...............................................................................8
F. ManfaatPenelitian .............................................................................9

BAB II LANDASAN TEORI

A. Manajemen Logistik ........................................................................10


B. Instalasi Farmasi ..............................................................................13
C. Logistik Farmasi Rumah Sakit ........................................................17
D. Kerangka Istilah................................................................................42

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian ....................................................................45


B. Lokasi dan Waktu Penelitian .........................................................45
C. Subjek Penelitian ...........................................................................45
D. Sumber Data ..................................................................................46
E. Studi Literatur ...............................................................................47
F. Intrumen Penelitian ........................................................................48
G. Teknik Analisis ..............................................................................49

xi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian ........................................................53


B. Hasil Penelitian.............................................................................58
C. Pembahasan...................................................................................67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan..................................................................................100
B. Saran............................................................................................100

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan Metode Konsumsi dan Metode Morbiditas.....................27

Tabel 2.2 Defenisi Istilah.......................................................................................43

xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Istilah................................................................................42

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

1. Faktur Barang Masuk


2. Katru Stock
3. Gudang Obat Khusus Penyakit Dalam
4. Gudang Obat Injek
5. Ruangan BHP (Bahan Habis Pakai)
6. Ruangan BMHP (Bahan Medis Habis Pakai)
7. Ruangan B3 (Bahan Beracun Berbahaya)
8. Barang Amprahan
9. Memeberi Tanda Pada Obat Khusus
Lampiran 2
1. Struktur Organisasi Rumah Sakit.
2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi

Lampiran 3
1. Permenkes 2016
2. Lembaran Konsul Pembimbing
3. Hasil Tes Plagiarisme

xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesehatan,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan yang maksimal, sehinga usuha menciptakan pembangunan sumber

daya yang produktif secara sosial dan ekonomis. Sehingga dengan

meningkatkan pengetahuian dan kesadaran manusia untuk meningkatkan

derajat kesehatan tersebut maka suatu sarana penyelengara kesehatan dituntut

untuk senantiasa memeberikan pelayanan yang terkait kepada pasien ( Undang

– Undang RI Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kesehatan ).

Pelayanan rumah sakit merupakan bagian integral dari suatu organisasi

sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna

(komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit

(preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan

bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik (World Health

Organization). Menurut Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang

Rumah sakit, bahwa rumah sakit didefinisikan sebagai suatu institusi pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

darurat. Rumah sakit diklasifikasikan dalam kelas rumah sakit berdasarkan

fasilitas dan kemampuan rumah sakit dalam menyelenggarakan pelayanan.

Dalam Permenkes No. 340/Menkes/per/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit,

Pelayanan Farmasi merupakan pelayanan penunjang klinik yang harus dimiliki

1
oleh setiap jenis klasifikasi rumah sakit, yaitu Rumah Sakit Umum Tipe A, B,

C, dan D.

Pelayanan farmasi di rumah sakit merupakan pelayanan yang mengelola

perbekalan farmasi di rumah sakit yang terdiri dari serangkaian siklus yang

dimulai dari perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,

pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan, penghapusan,

monitoring, dan evaluasi. Sistem distribusi rumah sakit merupakan tatanan

jaringan sarana, personel, prosedur, dan jaminan mutu yang serasi, terpadu dan

berorientasi penderita dalam kegiatan penyampaian perbekalan farmasi beserta

informasinya kepada penderita (Febriawati, 2013).

Berdasarkan PMK no. 58 tahun 2014 tentang standar pelayanan

kefarmasian dirumah sakit bahwa pelayanan kefarmasian dirumah sakit

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan

rumah sakit. Tuntunan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu

pelayanan kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama

yang berorintasi kepada produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang

berorientasi pada pasien (patient oriented). Pelayanan yang beorientasi pada

pasien mengharuskan pelayanan kefarmasien yang dapat menigkatkan mutu

dalam pengelolaan dan farmasi klinis dirumah sakit.

Manajemen logistik merupakan hal yang sangat penting bagi rumah sakit

untuk mengelola persediaan logistik rumah sakit yang salah satunya yaitu

persedian obat (Ayuk Kumalasari 2016). Dalam menentukan persediaan obat

yang baik maka perlu adanya pengelolaan obat yang baik pula. Persediaan

2
yang tidak dikelola dengan baik dapat mengakibatkan kekurangan dan

kelebihan obat pada rumah sakit. Persediaan yang terlalu banyak atau berlebih

dapat menyebabkan bertambah besarnya biaya yang harus dikeluarkan rumah

sakit dalam biaya penyimpanan (Pemungkas & Nurhasanah, 2016)

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah unit pelaksana fungsional

yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah

Sakit. Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi

kepada pelayanan pasien, penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan

bahan medis habis pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan

masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik. Semua sediaan farmasi, alat

kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang beredar di Rumah Sakit

merupakan tanggung jawab Instalasi Farmasi, sehingga tidak ada pengelolaan

sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di Rumah Sakit

yang dilaksanakan selain oleh Instalasi Farmasi (Hardiyanti,2018) Fungsi

utama Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah melaksanakan pengelolaan obat.

Pengelolaan obat di instalasi farmasi meliputi tahap-tahap selection,

procurement, distribution, dan use yang saling terkait satu sama lain sehingga

harus terkoordinasi dengan baik agar masing-masing dapat berfungsi secara

optimal.

Manajemen persediaan adalah sebagian kegiatan yang berhubungan dengan

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan penentuan kebutuhan meterial, dan

3
kegiatan menentukan tingkat dan komposisi persediaan dan komposisi

persediaan dalam melindungi kelancaran produksi ( Wahyudi, 2015).

Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang

digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan

patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,

pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. (Permenkes

nomor 72 tahun 2016)

Perencanaan dan pengadaan obat yang baik memiliki peran yang sangat

penting untuk menentukan stok obat yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan

kesehatan dengan mutu terjamin serta dapat diperoleh pada saat yang

diperlukan. Apabila perencanaaan dan pengadaan obat dikelola dengan sistem

yang kurang baik, akan menyebakan terjadinya penumpukan obat dan

kekosongan stok obat (Prisanti,2019). Proses perencanaan terdiri dari perkiraan

kebutuhan, menetapkan sasaran dan menentukanstrategi, tanggung jawab dan

sumber yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Perencanaan dilakukan secara

optimal sehingga perbekalanfarmasi dapat digunakan secara efektif dan efisien

(Nesi & Kristin, 2018)

Pentingnya pengelolaan obat di instalasi farmasi dalam mencapai

pelayanan kesehatan yang optimal di rumah sakit, maka pada proses

pengelolaan obat perlu diawasi untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan

dalam pelaksanaan oprasionalnya sehingga dapat segera dilakukan tindakan

perbaikan untuk hal pelaksanaan pengelolaan obat yang masih dianggap belum

optimal.

4
Apabila rumah sakit tidak mampu merencanakan dan melaksanaakan

manajemen obat dengan baik maka rumah sakit tersebut tidak mampu

mencapai titik keberhasilan. Kegagalan manajemen logistik akan menurunkan

kualitas pelayanan rumah sakit sehingga kepuasan pasienpun juga akan

menurun. Salah satu tujuan manajemen logistik yaitu untuk tujuan keuangan

dimana manajemen logistik dapat dicapai dengan biaya yang rendah. Apabila

rumah sakit tidak melakukan pemenuhan logistik yang tepat maka pengeluaran

rumah sakit juga tidak dapat dikontrol dengan baik. Hal tersebut akan

merugikan rumah sakit.

Berdasarkan penelitian oleh muhammad fais satria negara, syarfaini,

syamsiah adha,dan nurul iwanah husain tentang Gambaran Pengelolaan

Persediaan Obat Di Gudang Farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa (2018) selama

periode Januari-Juli 2017 terdapat 84 dari 205 jenis obat yang mengalami

kekosongan. Informan menyebutkan bahwa pada gudang farmasi, kekosongan

terjadi diakibatkan oleh peningkatan jumlah pasien yang secara otomatis

mempengaruhi jumlah permintaan obat dari setiap bulannya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tahun (2018) yang

dilakukan Hardiyanti mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

Hasanuddin Makassar, terjadi kekosongan obat di Rumah Sakit, disebabkan

karena masalah dana yang kurang. Adapun kendala yang terjadi pada proses

perencaan karena belum maksimalnya Sistem Informasi Manajemen (SIM)

yang ada di Instalasi Farmasi RSUD Andi Makkasau Kota Parepare, serta

5
terlambatnya data-data keperluan obat yang dikumpulkan setiap unit/depo yang

ada di Rumah Sakit.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tahun (2019) oleh widya

prisanti program studi kesehatan masyarakat, fakultas ilmu kesehatan

universitas muhammadiyah surakarta, Petugas farmasi belum pernah

melakukan analisis ABC dalam proses perencanaan pengadaan obat.

Pengadaan obat selama ini dilakukan berdasarkan pada data pemakaian obat

rata-rata mingguan. Setiap hari petugas gudang mengecek stok-stok obat, jika

ada stok obat yang menipis maka petugas baru akan melakukan perencanaan

pengadaan. Sehingga sering terjadi kekosongan stok obat dan keterlambatan

pengiriman karena dipesan secara mendadak. Hal ini menyebabkan petugas

farmasi meminjam stok obat di rumah sakit lain atau apotek di luar rumah sakit

yang bekerja sama dengan rumah sakit. Jika hal ini terjadi terus menerus akan

mempengaruhi mutu pelayanan kepada pasien.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Gregorius Nesi, dan Erna Kristin,

Mahasiswa Magister Manajemen Rumah Sakit, Fakultas Kedokteran,

Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (2018),

bahwa kekurangan ketersediaan obat juga sering terjadi pada Rumah Sakit

Umum Daerah Kefamenanu Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa

Tenggara Timur. Hal ini disebabkan oleh hambatan-hambatan dalam

pengadaan seperti keterlambatan pengiriman oleh supplier dan juga karena

sejak berlakunya sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang

diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) telah terjadi

6
peningkatan jumlah pasien rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat yang

datang berkunjung ke rumah sakit ini.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang pernah dilakukan di

RSUD dr Adnaan WD Kota Payakumbuh bahwa persediaan obat belum

efektif dan efisien karena masih banyak di temukan obat yang kosong. Hal ini

terlihat dari data kartu stok barang dari hasil pengamatan yang dilakukan

secara langsung obat yang mengalami kekosongan stok RSUD dr Adnaan WD

Payakumbuh. Sehingga mengakibatkan pasien harus membeli obat keluar

rumah sakit dan juga dapat menghambat dan mengakibatkan perawatan

terhadap pasien tertunda.

Maka dari itu penulis mengambil judul penelitian ini dengan judul “

GAMBARAN PROSES PENDISTRIBUSIAN OBAT DI RUMAH SAKIT

UMUM DAERAH dr. ADNAAN WD PAYAKUMBUH ”

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dari judul di atas adalah gambaran proses

pendistribusian obat di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Adnaan WD

Payakumbuh

C. Batasan Masalah
Untuk mendapatkan hasil penelitian maka penulis membatasi masalah

penelitian tentang bagaimana proses pendistribusian obat di Rumah Sakit

Umum Daerah dr Adnaan WD Payakumbuh .

7
D. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas maka menjadi permasalahan dalam

penulisan ini adalah apa saja proses dari perndistribusian obat di logistik

farmasi di Rumah Sakit Umum Daerah dr Adnaan WD Payakumbuh.

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui proses pendistribusian obat

di logistik farmasi RSUD dr Adnaan WD Payakumbuh.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk diketahui bagaimana perencanaan obat di logistik farmasi pada

RSUD dr Adnaan WD Payakumbuh.

b. Untuk mengetahui proses pengadaan obat di logistik farmasi pada

RSUD dr Adnaan WD Payakumbuh.

c. Mengetahui bagaimana proses penerimaan obat pada logistik farmasi

di RSUD dr Adnaan WD Payakumbuh.

d. Untuk mengetahui bagaimana proses penyimpana obat pada logistik

farmasi RSUD dr Adnaan WD Payakumbuh.

e. Untuk mengetahui bagaimana pendistribusian obat pada logisrik

farmasi RSUD dr Adnaan WD Payakumbuh.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit

Setelah dilakukan penelitian manfaatnya bagi rumah sakit itu sendiri

yaitu, Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi rumah sakit dalam

rangka peningkatan mutu pelayanan dilogistik farmasi pada rumah sakit

8
yang terkhusus dalam penyelengaraan logistik farmasi sebagai bahan

perbaikkan mutu pelayanan kesehatan Rumah Sakit.

2. Bagi Penulis

Untuk menambah pengetahuan, memperluas informasi upaya

pengembangan ilmu logistik farmasi serta menambah pengalaman peneliti

dalam membuat Karya Tulis Ilmiah

3. Bagi Fakultas

Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa Fakultas Kesehatan dan

MIPA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat untuk penelitian

berikutnya dalam menerapkan dan mengembangkan pengetahuan.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi, wawasan dan

gambaran serta bahan kajian lebih penelitian lebih lanjut.

9
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Manajemen Logistik

Kata manajemen berasal dari bahasa Italia yaitu manneggiare yang

berarti “mengendalikan”, atau dalam bahasa Inggris yang berarti seni

mengendalikan kuda, dalam bahasa Prancis yang mengadopsi kata dari

bahasa Inggris menjadi management yang memiliki arti seni melaksanakan

dan mengatur. Banyak para ahli yang mendefinisikan istilah manajemen

secara umum diantaranya yaitu:

1. Definisi Klasik dari Mery Parker Follet menyebutkan manajemen

adalah suatu seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.

2. George Terry menyatakan bahwa pada dasarnya manajemen terdiri dari

planning, organizing, actuating, dan controlling (POAC).

3. Stoner mendefinisikan manajemen adalah proses perencanaan,

pengorganisasian, memimpin, dan mengawasi usaha-usaha dari anggota

organisasi dan dari sumber organisasi lainnya untuk mencapai tujuan

organisasi yang telah ditetapkan.

4. Longest menyatakan bahwa manajemen adalah suatu proses yang

melibatkan hubungan interpersonal dan teknologi, yang akan digunakan

untuk mencapai seluruh atau setidaknya sebagian tujuan organisasi

dengan menggunakan tenaga manusia yang ada serta sumber daya lain.

10
5. Menurut Ordway Tead, mendefinisikan manejemen sebagai sebuah

proses dan perangkat yang mengarahkan dan membimbing kegiatan

organisasi untuk mencapai tujuan.

6. Menurut John D. Millet, manajemen adalah proses memimpin dan

melancarkan pekerjaan dari orang yang terorganisir secara formal untuk

mencapai tujuan.

Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi, karena tanpa

manajemen, semua usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih

sulit, ada tiga alasan utama yang disampaikan oleh George R. Terry seperti

yang dikutif oleh Herlambang Susatyo dan Arita Murwani (2012) dalam

Febriawati (2013), mengapa sebuah organisasi membutuhkan manajemen.

Tiga alasan tersebut adalah:

1. Untuk mencapai tujuan, manajemen dibtuhkan untuk mencapai

tujuan organisasi dan tujuan pribadi.

2. Untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan yang saling

bertentangan, manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan

antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan yang

saling bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam

organisasi, seperti pemilik dan karyawan, kreditur, konsumen,

pemasok, serikat pekerja, masyarakat dan pemerintah.

3. Untuk mencapai efisiensi dan efektifitas. Suatu pekerjaan sebuah

organisasi dapat diukur dengan banyak cara yang berbeda. Salah satu

cara yang umum digunakan adalah dengan mengukur efisiensi dan

11
efektifitas. Efisiensi dan efektif bukanlah suatu hal yang sama.

Efisiensi adalah kemampuan seseorang untuk menyelesaikan suatu

pekerjaan dengan benar. Sedangkan efektifias adalah kemampuan

untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Manajemen logistik adalah suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta

proses mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan,

penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan

material/alat-alat (Muhammad Fais Satria negara, Emmi Bujawati, 2018).

Manajemen logistik adalah Proses pengelolaan yang strategis terhadap

pemindahan dan penyimpanan barang, sukucadang dan barang jadi dari para

supplier, diantara fasilitas-fasilitas perusahaan dan kepada para langganan

(Pebrianti, 2019)

Manajemen logistik obat merupakan hal yang sangat penting bagi

rumah sakit karena persediaan obat yang terlalu besar maupun terlalu

sedikit akan membuat rumah sakit mengalami kerugian. Kerugian yang

didapat berupa biaya persediaan obat yang membesar serta terganggunya

kegiatan operasional pelayanan dengan hal itu manajemen logistik sangat

berperan penting bagi suatu rumah sakit, adanya persedian obat yang

dibutuhkan oleh pasian yang dapat membantu kesembuhan bagi pasien

(Stella Herliantine Febreani dan Djazuly Chalidyanto 2016). Jadi

Manajemen Logistik mempunyai nilai yang lebih tinggi karena

didalamnya terdapat perencanaan, penentuan kebutuhan pengadaan,

12
penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan

material/alat-alatdan lain-lain serta rekapan kegiatan manajemen logistik

mulai dari perencanaan sampai penghapusan merupakan suatu lah yang

sangat penting bagi suatu rumah sakit.

Manajemen logistik dapat didefinisikan sebagai Planning, Organizing,

Staffing, Leading, dan Controlling dalam kegiatan yang berkaitan dengan

pengadaan, pendistribusian, penggunaan, pemeliharaan, dan penghapusan

barang dan jasa untuk mendukung kegiatan fungsi-fungsi utama dalam

pencapaian organisasi.

Manajemen logistik modern juga didefinisikan sebagai proses

pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang,

suku cadang dan barang jadi dari para suplier, diantara fasilitas-fasilitas

perusahaan dan kepada para pelanggan. Dengan tujuan menyampaikan

barang jadi dan bermacam-macam material dalam jumlah yang tepat pada

waktu yang dibutuhkan, dalam keadaan yang dapat dipakai, ke lokasi

dimana ia dibutuhkan, dan dengan total biaya yang terendah (Arjina

Winasari, 2015).

13
B. Instalasi Farmasi

Instalasi farmasi adalah suatu bagian/unit/devisi atau fasilitas di rumah

sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang

ditunjukkan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri. Berdasarkan definisi

tersebut maka instalasi farmasi rumah sakit secara umum dapat diartikan

sebagai suatu departemen atau unit bagian di suatu rumah sakit dibawah

pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa apoteker yang

memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku dan bertanggung

jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan langsung kepada penderita

(Muhammad Fais Satrianegara, Emmi Bujawati, dan Gusnawi 2018).

Adapun tujuan pelayanan farmasi adalah (Depkes RI, 2004) sebagai berikut:

1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan

biasa maupun keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien

maupun fasilitas yang tersedia.

2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur

kefarmasian dan etika profesi.

3. Melaksanakan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) mengenai obat,

4. Menjalankan pengelolan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku,

5. Mengevaluasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah

dan evaluasi pelayanan.

6. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku

7. Mengadakan penelitian dan pengembangan dibidang farmasi dan

peningkatan metode.

14
8. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan

formularium rumah sakit.

Farmasi Rumah sakit, selain mempunyai tujuan umum pelayanan farmasi,

juga mempunyai fungsi.

Fungsi Farmasi Rumah Sakit antara lain: (DepKes RI, 2004)

a. Pengelolaan perbekalan farmasi

1) Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah

sakit.

2) Merencanakan kebutuhan farmasi secara optimal.

3) Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan

yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.

4) Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan di rumah sakit.

5) Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan

ketentuan yang berlaku.

6) Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan

persyaratan kefarmasian.

7) Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di

rumah sakit.

15
b. Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan:

(DepKes RI, 2004)

1) Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien.

2) Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan

obat dan alat kesehatan.

3) Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat

dan alat kesehatan.

4) Memantau keefektifan dan keamanan penggunaan obat dan alat

kesehatan.

5) Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga

6) Memberikan konselling kepada pasien/keluarga.

7) Melakukan pencampuran obat suntik.

8) Melakukan penyiapan nutrisi parenteral.

9) Melakukan penanganan obat kanker.

10) Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.

11) Melakukan pencatatan setiap saat.

12) Melaporkan setiap kegiatan.

16
Farmasi rumah sakit mempunyai arti penting dalam Rumah Sakit.

Dalam Undang-undang Rumah Sakit no. 44 tahun 2009 disebutkan bahwa

salah satu persyaratan RS harus memenuhi persyaratan kefarmasian. Di

bagian keenam pasal 15 tentang kefarmasian menyebutkan bahwa: (DepKes

RI, 2009).

a) Persyaratan kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat

1 harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi dan alat kesehatan

yang bermutu, bermanfaat, aman dan terjangkau.

b) Pelayanan sediaan farmasi di Rumah Sakit harus mengikuti standar

pelayanan kefarmasian.

c) Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi dan bahan habis pakai di

Rumah sakit harus dilakukan oleh instalasi farmasi sistem satu pintu

d) Besaran harga perbekalan farmasi pada instalasi farmasi rumah sakit

harus wajar dan berpatokan kepada harga patokan yang ditetapkan

pemerintah.

e) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan kefarmasian

sebagaiamana dimaksud dalam ayat 2) diatur dengan Peraturan

Menteri (Dr. Satibi,2014)

17
C. Logistik Farmasi Rumah Sakit

Logistik Farmasi di rumah sakit merupakan salah satu aspek penting di rumah

sakit. Ketersediaan obat saat ini menjadi tuntutan pelayanan kesehatan.

Logistik obat di rumah sakit yang meliputi tahap-tahap yaitu perencanaan,

pengadaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, penghapusan, evaluasi

dan monitoring yang saling terkait satu sama lain, sehingga harus terkoordinasi

dengan baik agar masing- masing dapat berfungsi secara optimal. Ket-

idakterkaitan antara masing-masing tahap akan mengakibatkan tidak efisiennya

sistem suplai obat yang ada, ini juga memberikan dampak negatif terhadap

rumah sakit baik secara medis maupun ekonomis.(Muhammad Fais

Satrianegara, Emmi Bujawati, dan Gusnawi 2018).

Fungsiutama Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah melaksanakan

pengelolaan obat. Pengelolaan obat di instalasi farmasi meliputi tahap-tahap

selection,procurement, distribution, dan use yang saling terkait satu sama lain

sehinggaharus terkoordinasi dengan baik agar masing-masing dapat berfungsi

secaraoptimal. Ketidak terkaitan antara masing-masing tahap akan

mengakibatkan sistem suplay dan penggunaan obat yang ada menjadi tidak

efisien (Hardiyanti,2018).

Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Kementerian Kesehatan Nomor

1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit bahwa

pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari

sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada

pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi

18
klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Farmasi rumah sakit

bertanggung jawab terhadap semua barang farmasi yang beredar di rumah sakit

tersebut. Mutu pelayanan farmasi rumah sakit adalah pelayanan farmasi yang

menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan

kepuasan pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata masyarakat, serta

penyelenggaraan sesuai dengan standar pelayanan profesi yang ditetapkan serta

sesuai dengan kode etik profesi farmasi. Pengendalian mutu adalah suatu

mekanisme kegiatan pemantauan dan penilaian terhadap pelayanan yang

diberikan, secara terencana dan sistematis, agar dapat diidentifikasi peluang

untuk peningkatan mutu serta menyediakan mekanisme tindakan yang diambil

sehingga terbentuk proses peningkatan mutu pelayanan farmasi yang

berkesinambungan (Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004).

1. Pengertian Obat

Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang

digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau

keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,

penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi

(Hardiyanti,2018).

Menurut Trisnantoro (2003), obat merupakan barang yang sangat

dibutuhkan oleh masyarakat yang sakit. Pentingnya obat dalam pelayanan

kesehatan memberikan konsekuensi yang besar pula dalam anggaran obat.

Anggaran obat di rumah sakit untuk obat dan alat kesehatan yang dikelola

instalasi farmasi mencapai 50-60% dari seluruh anggaran rumah sakit.

19
Berbagai rumah sakit melaporkan bahwa keuntungan dari obat yang dijual

di rumah sakit merupakan hal yang paling mudah dilakukan dibandingkan

dengan keuntungan dari jasa yang lain, misalnya radiologi, pelayanan

rawat inap ataupun pelayanan gizi. Dengan kondisi seperti ini, maka

manajemen obat di rumah sakit sangat penting untuk dilakukan.

Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang dipergunakan

oleh semua mahluk untuk bagian dalam dan luar tubuh guna mencegah,

meringankan dan menyembuhkan penyakit. Obat paten yaitu obat jadi

dengan nama dagang yang terdaftar atas nama pembuat yang diberi kuasa

dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang memproduksinya.

Sedangkan obat generik yaitu obat dengan nama resmi yang ditetapkan

dalam formularium untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Obat

menurut bentuk sediaan obat dikelompokkan menjadi bentuk padat

(serbuk, tablet, pil, dan kapsul), bentuk setengah padat (salep, krim, gel

dan salep mata), bentuk cair (injeksi, infus, obat tetes dan sirup) serta

bentuk gas (inhalasi, spray/aerosol) (Winasari, 2015).

Obat menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 72 Tahun 2016 adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk

biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem

fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,

pecegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan

kontrasepsi untuk manusia.

20
Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya

penyelenggaraan kesehatan. Penanganan dan pencegahan berbagai

penyakit tidak dapat lepas dari tindakan terapi dengan obat atau

farmakoterapi. Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga obat harus

selalu digunakan secara benar agar memberikan manfaat klinik yang

optimal (Badan POM, 2017).

Pengelolaan obat berhubungan erat dengan anggaran dan belanja

rumah sakit. Mengenai biaya obat di rumah sakit dapat sebesar 40% dari

total biaya kesehatan. Menurut Depkes RI secara nasional biaya obat

sebesar 40%-50% dari jumlah operasional pelayanan kesehatan.

Mengingat begitu pentingnya dana dan kedudukan obat bagi rumah sakit,

maka pengelolaannya harus dilakukan secara efektif dan efisien sehingga

dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi pasien dan rumah

sakit. Pengelolaan tersebut meliputi seleksi dan perencanaan, pengadaan,

penyimpanan, distribusi dan penggunaan.

Manajemen obat yang baik menjamin selalu tersedianya obat setiap

saat diperlukan, dalam jumlah yang cukup dan mutu yang terjamin, untuk

mendukung pengelolaan perbekalan obat di farmasi atau sistem

manajemen perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan yang

dimulai dari perencanaan sampai evaluasi yang saling terkait antara satu

dengan yang lain. Kegiatannya mencakup perencanaan, pengadaan,

penerimaan, penyimpanan, endistribusian, pengendalian, pencatatan, dan

pelaporan, penghapusan, monitoring dan evaluasi.

21
b. Perencanaan Obat

“Perencanaan pengadaan obat merupakan satu tahap awal yang

penting dalam menentukan keberhasilan tahap selanjutnya, sebab

tahap perencanaan berguna untuk menyesuaikan antara kebutuhan

pengadaan dengan dana yang tersedia untuk menunjang pelayanan

kesehatan di rumah sakit. Perencanaan pengadaan obat yang baik

memiliki peran yang sangat penting untuk menentukan stok obat yang

sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan dengan mutu terjamin

serta dapat diperoleh pada saat yang diperlukan. Apabila

perencanaaan pengadaan obat dikelola dengan sistem yang kurang

baik, akan menyebakan terjadinya penumpukan obat dan kekosongan

stok obat.(Prisanti, Studi Masyarakat, Kesehatan, Surakarta, 2019).

Berdasarkan Permenkes No. 72 Tahun 2016 tentang standar

pelayanan kefarmasian di apotek, dalam membuat perencanaan

pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis

pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan

kemampuan masyarakat. Pengadaan adalah suatu proses kegiatan

penyediaan perbekalan farmasi yang disesuaikan dengan kebutuhan

pelayanan rumah sakit.

Perencanaan terdiri dari perkiraan kebutuhan, menetapkan sasaran

dan menentukan strategi, tanggung jawab dan sumber yang

dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Perencanaan dilakukan secara

optimal sehingga perbekalan farmasi dapat digunakan secara efektif

22
dan efisien. (Prisanti, 2019), perencanaan dapat dilakukan oleh tim

yang telah ditentukan.

Perencanaan perbekalan farmasi adalah salah satu fungsi yang

menentukan dalam proses pengadaan perbekalan farmasi di rumah

sakit. Tujuan perencanaan perbekalan Farmasi adalah untuk

menetapkan jenis dan jumlah perbekalan Farmasi sesuai dengan pola

penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit

Perencanaan kebutuhan farmasi merupakan proses kegiatan dalam

pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai

dengan kebutuhan, anggaran, untuk menghindari kekosongan obat

dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan

dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain

konsumsi, epidemiologi, kombinasi,metode konsumsi dan

epidemiologi disesuaikan dengananggaran yang tersedia. (Gregorius

Nesi, Erna Kristin, 2018).

Dalam pedomal pelayanan farmasi Rumah Sakit Perencanaan

merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga

perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran,

untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode

yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang

telah ditentukan antara lain Konsumsi, Epidemiologi, Kombinasi

metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran

yang tersedia.

23
Pedoman Perencanaan :

1) DOEN, Formularium Nasional, Formularium Rumah Sakit,

Standar Terapi Rumah Sakit,Ketentuan setempat yang berlaku.

2) Anggaran yang tersedia

3) Penetapan prioritas

4) Sisa persediaan

5) Data pemakaian periode yang lalu

6) Rencana pengembangan.

Tahapan perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi meliputi:

a) Pemilihan

Dalam pedoman farmasi RSUD dr Adnaan WD

Payakumbuh pemilihan merupakan proses kegiatan sejak dari

meninjau masalah kesehatan yang terjadi di rumah sakit,

identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan

kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial,

standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat.

Penentuan seleksi obat merupakan peran aktif apoteker

dalamKomite Farmasi dan Terapi untuk menetapkan kualitas

danefektifitas, serta jaminan purna transaksi pembelian.

Fungsi pemilihan adalah untuk menentukan apakah

perbekalan farmasi benar-benar diperlukan sesuai dengan

jumlah pasien/kunjungan dan pola penyakit di Rumah Sakit.

Kriteria pemilihan kebutuhan obat yang baik yaitu meliputi:

24
a) Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara

menghindari kesamaan jenis.

b) Hindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat

kombinasimempunyai efek yang lebih baik dibanding obat

tunggal.

c) Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan

obat pilihan (drug of choice) dari penyakit yang

prevalensinya tinggi.

2) Kompilasi Penggunaan

Kompilasi penggunaan perbekalan farmasi berfungsi untuk

mengetahui penggunaan bulanan masing-masing jenis

perbekalan farmasi di unit pelayanan selama setahun dan

sebagai data pembanding bagi stok optimum. Informasi yang

didapat dari kompilasi penggunaan perbekalan farmasi adalah:

a) Jumlah penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi pada

masing-masing unit pelayanan.

b) Persentase penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi terhadap

total penggunaan setahum seluruh unit pelayanan.

c) Penggunaan rata-rata untuk setiap jenis perbekalan farmasi.

c. Perhitungan Kebutuhan

Menentukan kebutuhan perbekalan farmasi merupakan

tantangan yang berat yang harus dihadapi oleh tenaga farmasi yang

bekerja di Rumah Sakit. Masalah kekosongan atau kelebihan

25
perbekalan farmasi dapat terjadi, apabila informasi yang digunakan

semata-mata hanya berdasarkan kebutuhan teoritis saja. Dengan

koordinasi dan proses perencanaan untuk pengadaan perbekalan

farmasi secara terpadu serta melalui tahapan seperti di atas, maka

diharapkan perbekalan farmasi yang direncanakan dapat tepat jenis,

tepat jumlah, tepat waktu dan tersedia pada saat dibutuhkan.

Adapun pendekatan perencanaan kebutuhan dapat dilakukan

melalui beberapa metode:

1) Metode Konsumsi

Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi didasarkan

pada data real konsumsi perbekalan farmasi periode yang lalu,

dengan berbagai penyesuaian dan koreksi. Beberapa hal yang

harus diperhatikan dalam rangka menghitung jumlah perbekalan

farmasi yang dibutuhkan adalah:

a) Pengumpulan dan pengolahan data

b) Analisa data untuk informasi dan evaluasi

c) Perhitungan perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi

d) Penyesuaian jumlah kebutuhan perbekalan farmasi dengan

alokasi dana.

2) Metode Morbiditas/Epidemiologi

Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan perbekalan

farmasi berdasarkan pola penyakit, perkiraan kenaikan

kunjungan, dan waktu tunggu (lead time).

26
Langkah-langkah dalam metode ini adalah:

a) Menentukan jumlah pasien yang dilayani

b) Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan

prevalensi penyakit

c) Menyediakan formularium standar pedoman perbekalan

farmasi.

d) Menghitung perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi.

e) Penyesuaian dengan aloksai dana yang tersedia.

Tabel 2.1 Perbandingan metode konsumsi dan metode morbiditas

KOMSUMSI MORBIDITAS

1. Pilihan pertama dalam perencanaan 1. Lebih akurat dan mendekati

dan pengadaan kebutuhan yang sebenarnya

2. Lebih mudah dan cepat dalam 2. Pengobatan lebih rasional

Perhitungan 3. Perhitungan lebih rumit

3. Kurang tepat dalam penentuanjenis 4. Tidak dapat digunakan untuk

dan jumalah semua penyakit

4. Mendukung tidak rasionalnya dalam 5. Data yang diperlukan kunjungan

penggunaan. pasien dan sepuluh besar pola

penyakit.

Sumber : Kemenkes RI. 2010. Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di

Rumah Sakit.

27
d. Evaluasi Perencanaan

Setelah dilakukan perhitungan kebutuhan perbekalan farmasi

untuk tahun yang akan datang, biasanya akan diperoleh jumlah

kebutuhan, dan idealnya diikuti dengan evaluasi.

1) Analisa ABC

Analisa ABC adalah analisis yang digunakan dalam

beberapa sistem persediaan untuk menganalisis pola konsumsi

dan jumlah dari total konsumsi untuk semua jenis obat.

Analisis ABC (Always, Better, Control) merupakan pembagian

konsumsi obat dan pengeluaran untuk perencanaan. Metoode

ini cenderung pada Konsumsi Morbiditas.

a) Pilihan pertama dalam perencanaan dan pengadaan.

b) Lebih mudah dan cepat dalam perhitungan.

c) Kurang tepat dalam penentuan jenis dan jumalah.

d) Mendukung tidak rasionalnya dalam penggunaan.

(1) Lebih akurat dan mendekati kebutuhan yang

sebenarnya.

(2) Pengobatan lebih rasional.

(3) Perhitungan lebih rumit.

(4) Tidak dapat digunakan untuk semua penyakit.

(5) Data yang diperlukan : kunjungan pasien dan sepuluh

besar pola penyakit.

28
2) Analisa VEN

Berbeda dengan istilah ABC yang menunjukkan urutan,

VEN adalah singkatan dari V = Vital, E = Esensial, N = Non-

Esensial. Jadi melakukan analisis VEN artinya menentukan

prioritas kebutuhan suatu perbekalan farmasi. Dengan kata

lain, menetukan apakah suatu jenis perbekalan farmasi

termasuk vital (harus tersedia), esensial (perlu tersedia), atau

non-esensial (tidak prioritas untuk disediakan).

3) Analisis Kombinasi ABC dan VEN

Jenis perbekalan farmasi yang termasuk kategori A dari

analisis ABC adalah benar-benar jenis perbekalan farmasi

yang diperlukan untuk penanggulangan penyakit terbanyak.

Dengan kata lain, statusnya harus E dan sebagian V dari

VEN.Sebaliknya, jenis perbekalan farmasi dengan status N

harusnya masuk kategori C. Digunakan untuk menetapkan

prioritas untuk pengadaan obat dimana anggaran yang ada

tidak sesuai dengan kebutuhan.

4) Revisi daftar perbekalan farmasi

Bila langkah-langkah dalam analisis ABC maupun VEN

terlalu sulit dilakukan atau diperlukan tindakan cepat untuk

mengevaluasi daftar perencanaan, sebagai langkah awal dapat

dilakukan suatu evaluasi cepat (rapid evaluation), misalnya

29
dengan melakukan revisi daftar perencanaan perbekalan

farmasi.

b. Pengadaan

Pengadaan adalah suatu usaha kegiatan untuk memenuhi kegiatan

operasional yang telah ditetapkan dalam fungsi perencanaan. Metode

Pengadaan obat yang dilakukan secara e-purchasing dan manual.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 62 Tahun 2014

Pengadaan obat dilakukan melalui e-purchasing secara e-catalog tetapi

apabila mengalami kendala operasional dalam aplikasi (offline)

pembelian dapat dilakukan secara manual langsung kepada industri

farmasi yang tercantum dalam e-katalog (Gregorius Nesi & Erna

Kristin, 2018).

Pada Farmasi RSUD dr Adnaan WD Payakumbuh Pemgadaan

merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah

direncanakan dan disetujui, melalui :

1. Pembelian :

a) Secara e-purchasing (oleh Komite / Unit Layanan

Pengadaan).

b) Secara langsung kepada pabrik/distributor/pedagang besar

farmasi/rekanan.

2. Produksi/pembuatan sediaan farmasi

Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang

telah direncanakan dan disetujui melalui:

30
1. Pembelian

Pembelian adalah rangkaian proses pengadaan untuk

mendapatkan perbekalan farmasi. Hal ini sesuai dengan Peraturan

Presiden RI No. 94 tahun 2007 tentang Pengendalian dan

Pengawasan atas Pengadaan dan Penyaluran Bahan Obat, Obat

Spesifik dan Alat Kesehatan yang Berfungsi Sebagai Obat dan

Peraturan Presiden RI No. 95 tahun 2007 tentang Pedoman

Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Proses pembelian

mempunyai beberapa langkah yang baku dan merupakan siklus

yang berjalan terus-menerus sesuai dengan kegiatan rumah sakit.

Langkah proses pengadaan dimulai dengan mereview daftar

perbekalan farmasi yang akan diadakan, menentukan jumlah

masing-masing item yang akan dibeli, menyesuaikan dengan situasi

keuangan, memilih metode pengadaan, memilih rekanan, membuat

syarat kontrak kerja, memonitor pengiriman barang, menerima

barang, melakukan pembayaran serta menyimpan kemudian

mendistribusikan.

Ada 4 metode pada proses pembelian:

a) Tender terbuka, berlaku untuk semua rekanan yang terdaftar,

dan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Pada

penentuan harga metode ini lebih menguntungkan. Untuk

pelaksanaannya memerkukan staf yang kuat, waktu yang

lama serta perhatian penuh.

31
b) Tender terbatas, sering disebutkan lelang tertutup. Hanya

dilakukan pada rekanan tertentu yang sudah terdaftar dan

memiliki riwayat yang baik. Harga masih dapat dikendalikan,

tenaga dan beban kerja lebih ringan bila dibandingkan denan

lelang terbuka.

c) Pembelian dengan tawar menawar, dilakukan bila item tidak

penting, tidak banyak dan biasanya dilakukan pendekatan

langsung untuk item tertentu.

d) Pembelian langsung, pembelian jumlah kecil, perlu segera

tersedia. Harga tertentu, relatif agak lebih mahal.

2. Produksi

Produksi perbekalan farmasi di Rumah Sakit merupakan

kegiatan membuat, merubah bentuk, dan pengemasan kembali

sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Kriteria perbekalan farmasi

yang diproduksi:

a) Sediaan farmasi dengan formula khusus.

b) Sediaan farmasi dengan mutu sesuai standar denan harga

lebih murah

c) Sediaan farmasi yang memerlukan pengemasan kembali.

d) Sediaan farmasi yang tidak tersedia dipasaran

e) Sediaan farmasi untuk penelitian farmasi

f) Sediaan nutrisi parenteral

32
g) Rekonstitusi sediaan perbekalan farmasi sitostatika

h) Sediaan farmasi yang harus selalu dibuat baru.

3. Sumbangan/hibah/droping

Pada prinsipnya pengelolaan perbekalan farmasi dari

hibah/sumbangan, mengikuti kaidah umum pengelolaan perbekalan

farmasi reguler. Perbekalan farmasi yang tersisa dapat dipakai

untuk menunjang pelayanan kesehatan disaat situasi normal.

c. Penerimaan

Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi

yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui

pembelian langsung, tender, konsinyasi atau sumbangan. Penerimaan

perbekalan farmasi harus dilakukan oleh petugas yang bertanggung

jawab. Petugas yang dilibatkan dalam penerimaan harus terlatih baik

dalam tanggung jawab dan tugas mereka, serta harus mengerti sifat

penting dari perbekalan farmasi. Dalam tim penerimaan farmasi harus

ada tenaga farmasi. Semua perbekalan farmasi yang diterima harus

diperiksa dan disesuaikan dengan spesifikasi pada order pembelian

Rumah Sakit. Semua perbekalan farmasi harus ditempatkan dalam

tempat persediaan, segera setelah diterima, perbekalan farmasi harus

segera disimpan di dalam lemari besi atau tempat lain yang aman.

Perbekalan farmasi yang diterima harus sesuai dengan spesifikasi kontrak

yang telah ditetapkan.

33
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penerimaan:

1) Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS), untuk

bahan berbahaya

2) Khusus untuk alat kesehatan harus mempunyai Certificate of

Origin

3) Sertifikat analisa produk.

d. Penyimpanan

Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara

dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat

yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat

merusak mutu obat. Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan

kelas terapi, menurut bentuk sediaan alfabetis dengan menerapkan

prinsip (First Expired First Out) FEFO dan (First In First Out) FIFO dan

disertai sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan

farmasi sesuai kebutuhan. Penyimpanan sebaiknya dilakukan dengan

memperpendek jarak gudang dan pemakai dengan cara ini maka secara

tidak langsung terjadi efisiensi.

1) Pengaturan tata ruang

Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan,

pencarian dan pengawasan perbekalan farmasi, diperlukan pengaturan

tata ruang gudang dengan baik.

2) Penyusunan stok perbekalan farmasi

34
Perbekalan farmasi disusun menurut bentuk sediaan dan alfabetis.

Untuk memudahkan pengendalian stok maka dilakukan langkah-

langkah berikut:

a) Gunakan prinsip FEFO (First Expired First Out) dan FIFO

(First In First Out) dalam penyusunan perbekalan farmasi yaitu

perbekalan farmasi yang masa kadaluwarsanya lebih awal atau

yang dietrima lebih awal harus digunakan lebih awal sebab

umumnya perbekalan farmasi yang datang lebih awal biasanya

juga diproduksi lebih awal dan umumnya relatif lebih tua dan

masa kadaluwarsanya lebih awal.

b) Susun perbekalan farmasi dalam kemasan besar di atas pallet

secara rapi dan teratur

c) Gunakan lemari khusus untuk penyimpanan narkotika

d) Simpan perbekalan farmasi yang dapat dipengaruhi oleh

temperatur , udara, cahaya dan kontaminasi bakteri pada tempat

yang sesuai

e) Simpan perbekalan farmasi dalam rak dan berikan nomor kode,

pisahkan perbekalan farmasi dalam dengan perbekalan farmasi

perbekalan farmasi untuk penggunaan luar

f) Cantumkan nama masing-masing perbekalan farmasi pada rak

dengan rapi

g) Apabila persediaan perbekalan farmasi cukup banyak, maka

biarkan perbekalan farmasi tetap dalam boks masing-masing

35
h) Perbekalan farmasi yang mempunyai batas waktu penggunaan

perlu dilakukan rotasi stok agar perbekalan farmasi tersebut

tidak selalu berada di belakang sehingga dapat dimanfaatkan

sebelum masa kadaluwarsa habis

i) Item perbekalan farmasi yang sama ditempatkan pada satu

lokasi walaupun dari sumber anggaran yang berbeda.

e. Pendistribusian

Distribusi adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di

Rumah Sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien

rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Jenis

Sistem Distribusi Ada beberapa metode yang dapat digunakan oleh IFRS

dalam mendistribusikan perbekalan farmasi di lingkungannya.

Jenis Sistem Distribusi Ada beberapa metode yang dapat digunakan

oleh IFRS dalam mendistribusikan perbekalan farmasi di lingkungannya.

Adapun metode yang dimaksud antara lain:

1) Resep perorangan

Resep perorangan adalah order/resep yang ditulis dokter untuk

tiap pasien. Dalam sistem ini perbekalan farmasi disiapkan dan

didistribusikan oleh IFRS sesuai yang tertulis pada resep.

2) Sistem distribusi persediaan lengkap di ruang

Definisi sistem distribusi persediaan lengkap di ruang adalah

tatanan kegiatan pengantaran sediaan perbekalan farmasi sesuai

dengan yang ditulis dokter pada order perbekalan farmasi, yang

36
disiapkan dari persediaan di ruang oleh perawat dengan mengambil

dosis/unit perbekalan farmasi dari wadah persediaan yang langsung

diberikan kepada pasien di ruang tersebut. Dalam sistem

persediaan lengkap di ruangan, semua perbekalan farmasi yang

dibutuhkan pasien tersedia dalam ruang penyimpanan perbekalan

farmasi, kecuali perbekalan farmasi yang jarang digunakan.

3) Sistem distribusi dosis unit (Unit Dose Dispensing = UDD).

Definisi perbekalan farmasi dosis unit adalah perbekalan

farmasi yang diorder oleh dokter untuk pasien, terdiri atas satu atau

beberapa jenis perbekalan farmasi yang masing-masing dalam

kemasan dosis unit tunggal dalam jumlah persediaan yang cukup

untuk suatu waktu tertentu. Sistem distribusi perbekalan farmasi

dosis unit adalah tanggung jawab IFRS, hal itu tidak dapat

dilakukan di Rumah Sakit tanpa kerja sama dengan staf medik,

perawatan pimpinan Rumah Sakit dan staf administratif. Jadi,

dianjurkan bahwa suatu panitia perencana perlu ditetapkan untuk

mengembangkan pendekatan penggunaan suatu sistem distribusi

dosis unit. Kepemimpinan dari panitia ini seharusnya datang dari

apoteker IFRS yang menjelaskan kepada anggota lain tentang

konsep distribusi perbekalan farmasi dosis unit.

4) Sistem distribusi kombinasi.

Definisi sistem distribusi yang menerapkan sistem distribusi

resep/order individual sentralisasi, juga menerapkan distribusi

37
persediaan di ruangan yang terbatas. Perbekalan farmasi yang

disediakan di ruangan adalah perbekalan farmasi yang diperlukan

oleh banyak penderita, setiap hari diperlukan dan biasanya adalah

perbekalan farmasi yang harganya murah mencakup perbekalan

farmasi berupa resep atau perbekalan farmasi bebas.

Menurut SOP Rumah Sakit Pendistribusian Merupakan kegiatan

mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit untuk pelayanan

individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta

untuk menunjang pelayanan medis.

Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau

oleh pasien dengan mempertimbangkan :

a. Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada


b. Metode sentralisasi atau desentralisasi
c. Sistem floor stock dan resep individu.
1) Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Inap.
Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk
memenuhi kebutuhan pasien rawat inap di rumah sakit, yang
diselenggarakan secara sentralisasi dan dengan sistem persediaan life
saving/emergency diruangan dan sistem resep perorangan.
2) Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Jalan.
Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk
memenuhi kebutuhan pasien rawat jalan di rumah sakit, yang
diselenggarakan secara sentralisasi dengan sistem resep perorangan
oleh Apotik Rumah Sakit.
3) Pendistribusian Perbekalan Farmasi di luar Jam Kerja

38
Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk
memenuhi kebutuhan pasien di luar jam kerja yang diselenggarakan
oleh:
a) Apotik rumah sakit yang dibuka 24 jam
b) Ruang rawat yang menyediakan perbekalan farmasi emergensi
f. Pengendalian

Pengendalian persedian adalah suatu kegiatan untuk memastikan

tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program

yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan

kekurangan/kekosongan obat di unit-unit pelayanan.

Kegiatan pengendalian mencakup:

1) Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu.

Jumlah stok ini disebut stok kerja.

2) Menentukan stok optimum adalah stok obat yang diserahkan

kepada unit pelayanan agar tidak mengalami

kelurangan/kekosongan.

3) Menentukan waktu tunggu (lead time) adalah waktu yang

diperlukan dari mulai pemesanan sampai obat diterima.

g. Penghapusan

Penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan

farmasi yang tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak

memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan perbekalan

farmasi kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku.

39
h. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan merupakan suatu keguatan yang bertujuan untuk

memonitor transaksi perbekalan farmasi yang keluar dan masuk di

lingkungan IFRS. Adanya pencatatan akan memudahkan petugas untuk

melakukan penelusuran bila terjadi adanya mutu obat yang sub standar

dan harus ditarik dari peredaran.pencatatan dapat dilakukan dengan

menggunakan bentuk digital maupun manual. Kartu yang umum

digunakan untuk melakukan pencatatan adalah Kartu Stok dan Kartu

Stok Induk.

Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan

administrasi perbekalan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan

yang disajikan kepada pihak yang berkepentingan.

Fungsi dari pencacatan adalah:

1) Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi perbekalan farmasi

(penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak, atau kadaluwarsa).

2) Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data mutasi 1

(satu) jenis perbekalan farmasi yang berasal dari 1 (satu) sumber

anggaran.

3) Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan,

perencanaan pengadaan distribusi dan sebagai pembanding terhadap

keadaan fisik perbekalan farmasi dalam tempat penyimpanan.

(Hardiyanti, 2018)

40
i. Monitoring dan Evaluasi

Salah satu upaya untuk terus mempertahankan mutu pengelolaan

perbekalan farmasi di rumah sakit adalah dengan melakukan kegiatan

monitoring dan evaluasi (monev). Kegiatan ini juga bermanfaat sebagai

msukan guna penyususnan perencanaan dan pengambilan keputusan.

Pelaksanaan monev daapt dilakukan secara periodik dan berjenjang.

Keberhasilan monev ditentukan oleh surpervisor maupun alat yang

digunakan. Tujuan monev adalah meningkatkan produktivitas

parapengelola perbekalan farmasi di rumah sakit agar dapat ditingkatkan

secara optimum (Kemenkes RI, 2010).

D. Kerangka Istilah

Menurut George R. Teny dalam bukunya Principle of Manajemen

mengatakan ada enam sumber daya pokok dari manajemen, yaitu Man,

Materials, Machines, Methods, Money, dan Markets Input ialah segala

sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kesehatan seperti

SDM, Dana, Prosedur dan Distributor.

Manajemen obat yang baik menjamin selalu tersedianya obat setiap saat

diperlukan, dalam jumlah yang cukup dan mutu yang terjamin, untuk

mendukung pengelolaan perbekalan obat di farmasi atau sistem manajemen

perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan yang dimulai dari

perencanaan sampai evaluasi yang saling terkait antara satu dengan yang

lain. Kegiatannya mencakup perencanaan, pengadaan, penerimaan,

41
penyimpanan, endistribusian, pengendalian, pencatatan, dan pelaporan,

penghapusan, monitoring dan evaluasi.

Sedangkan penemuan yang didapatkan di lapangan masih ada beberapa

permasalahan yang didapatkan dalam hal kekosongan obat, ada beberapa

stok obat yang tidak ada digudang logistik farmasi.

Kerangka istilah adalah kerangka yang berhubungan antara konsep-

konsep variabel-variabel yang akan diukur dan diamati.

Kerangka Istilah

Gambar 2.1

1. Perencanaan

Proses 2. Pengadaan
5. Pendistribusian
pendistribusian obat

3. Penerimaan
4. Penyimpanan

42
Defenisi Istilah

Tabel 2.2
Variabel Penelitian dan Defenisi Istilah

No Variabel Defenisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur


PROSES
1 Perencanaan Kegiatan dalam Pedoman Observasi Informasi kesesuaian
menentukan jumlah Observasi dan kegiatan proses perencanaan
obat yang Telaah persediaan yang dilakukan
dibutuhkan rumah Dokumen digudang farmasi RSUD dr
sakit. Adnaan WD dengan
ketetapan menurut pedoman
pelayanan kefarmasian
RSUD dr Adnaan WD
Payakumbuh
Pengadaan Kegiatanmelakukan Pedoman Observasi Informasi kesesuaian
pemesanan dalam Observasi dan kegiatan proses pengadaan
rangka Telaah persediaan yang dilakukan
merealisasikan Dokumen digudang farmasi RSUD dr
kebutuhan sesuai Adnaan WD dengan
perencanaan ketetapan menurut pedoman
pelayanan kefarmasian
RSUD dr Adnaan WD
Payakumbuh
Penerimaan Kegiatan melakukan Pedoman Observasi Informasi kesesuaian
penerimaan dari Observasi dan kegiatan penerimaan yang
supliersesuai dengan Telaah dilakukan digudang farmasi
pesanan yang sudah Dokumen RSUD dr Adnaan WD
direncanakan dengan ketetapan menurut
sebelumnya pedoman pelayanan
kefarmasian RSUD dr
Adnaan WD Payakumbuh
Penyimpanan Kegiatan melakukan Pedoman Observasi Informasi kesesuaian
penyimpanan Observasi dan kegiatan proses perencanaan
sesusai dengan Telaah yang dilakukan digudang
ketentuan yang ada. Dokumen farmasi RSUD dr Adnaan
WD dengan ketetapan
menurut pedoman
pelayanan kefarmasian
RSUD dr Adnaan WD
Payakumbuh

43
Pendistribusian Kegiatan dalam Pedoman Observasi Informasi kesesuaian
menjamin Observasi dan kegiatan pengawasan yang
pelaksanaan teknis Telaah dilakukan digudang farmasi
sesuai dengan Dokumen RSUD dr Adnaan WD
standar dan dengan ketetapan menurut
peraturan yang pedoman pelayanan
ditetapkan kefarmasian RSUD dr
Adnaan WD Payakumbuh

44
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian / Jenis Penelitian

Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.

Dalam melakukan penelitian peneliti mengetahui proses pendistribusian obat di

gudang logistik farmasi RSUD dr. Adnaan WD Payakumbuh, data yang

diperoleh dari hasil sampel penelitian berupa observasi yang pernah dilakukan

di analisis berdasarkan metode yang digunakan untuk mendapatkan gambaran

pada proses pendistribusian obat Logistik Farmasi Rumah Sakit dr. Adnaan

WD Payakumbuh.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian yang dilakukan pada Rumah Sakit Umum Daerah dr. Adnaan WD

Payakumbuh pada tanggal 11-16 Februari 2019. Rumah Sakit ini merupakan

salah satu Rumah Sakit yang dikelola oleh pemerintah daerah, milik

pemerintah daerah payakumbuh yang tergolong kedalam Rumah Sakit Tipe C.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian deskriptif kuantitatif yang dijadikan sebagai sampel dari

penelitian ini adalah hasil dari pengamatang yang dilakukan secara langsung di

Rumah Sakit dr. Adnaan WD Payakumbuh dan dalam penelitian deskriptif

tidak hanya mengambil sampel penetian dari hasil pengamatan saja namun juga

diambil dari beberapa hasil penelitian yang relefan dan juga diambil dari

beberapa teori yang ada.

45
Gambaran proses pendistribusian obat. Akan berdampak kesemua bagian

jika terjadi keterlambatan atau masalah yang menghambat salah satu unit. Pada

penelitian ini informannya adalah Kepala Instalasi Farmasi, Penanggungjawab

Perbekalan Farmasi, Penanggungjawab Gudang/ penyimpanan Farmasi,

Penaggungjawab Apotek, Penanggungjawab Farmasi Klinis, dan Petugas

Adminstrasi Farmasi.

D. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer yang diperolah dari hasil pengamatan secara langsung yaitu

untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Dalam penelitian deskriptif

teknis yang digunakan untuk mencari informasi tentang gambaran proses

pendistribusian obat di Logistik Farmasi Rumah Sakit dr. Adnaan WD

Payakumbuh. Dalam penelitian ini mengunakan instrumen studi

pengamatan secara langsung yang pernah dilakukan pada gudang logistik

farmasi.

2. Data Sekunder

Data sekunder yang diperolah dari telaah dokumen rumah sakit, yaitu

semua Standar Operasional Prosedur (SOP) yang terkait prose

pendistribusian obat dilogistik farmasi kemudian mengambil data dari

beberapa jurnal penelitian terdahulu yang sesuai dengan judul dan dari

beberapa teori yang relefan.

46
E. Studi Literatur

Studi literatur adalah mencari referensi teori yang relefan dengan khasus dan

permasalahan yang ditemukan. Relefransi tersebut barisikan tentang proses

Pendistribusian Obat Rumah Sakit dr. Adnaan WD Payakumbuh. Referensi ini

bisa didapatkan dari buku, jurnal, artikel, laporan penelitian, atau observasi.

Permasalah yang di ambil pada pembahasan ini tentang obat yaitu“ Gambaran

Proses Pendistribusian Obat di Gudang Logistik Farmasi Rumah Sakit

dr. Adnaan WD Payakumbuh“. Menarik untuk dikaji terkait permasalahan

ini akan di kemukakan dalam kajian teori yang relevan dengan masalah terkait.

Pada permasalahan ini kenapa penulis membahas tentang ini dikaranakan pada

saat penulis melakukan pengamatan atau yang lebih tepatnya yaitu melakukan

praktek lapangan pada rumah sakit RSUD dr Adnaan WD pada bagian Logistik

Farmasi saat melakukan pengamatan tersebut penulis menemukan pada saat itu

ada beberapa stok obat yang kosong yang disebabkan oleh bertambahnya

jumlah pasien pada saat itu sehingga tidak mencukupi stok obat yang ada

sehinga mengakibatkan pasien harus mencari obat keluar dan ada juga dibantu

oleh petugas farmasi dengan melakukan peminjaman obat pada rumah sakit

Ibnusina Yarsi Payakumbuh.

Beberapa penelitian yang dilakukan Gregorius Nesi, dan Erna Kristin

(2017) penyebab terjadinya kekosongan obat disebabkan adanya hambatan

dalam pengadaan seperti dalam hal keterlambatan pengiriman oleh supplierdan

sejak berlakunya sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang

diselengarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sehinga

47
terjadinya peningkatan jumlah pasien rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat

yang datang berobat ke rumah sakit.

Sedangkan menurut Permenkes No. 72 Tahun 2016 mengatakan pengadaan

yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah, dengan waktu yang tepat

dan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu dengan tujuan tersediannya

obat dalam jenis yang lengkap dan jumlah yang cukup sesuai dengan

kebutuhan pelayanan kesehatan dan obat juga dapat diperoleh secara langsung

saat dibutuhkan.

Menurut direktur bina obat publik dan perbekalan kesehatan Diretur

Jendral bina kefarmasian dan alat kesehatan dan mentri kesehatan republik

indonesia tentang materi pelatihan manajemen kefarmasian di instalasi farmasi

kabupaten/kota, obat merupakan komponen yang tidak tergantikan dalam

pelayanan kesehatan, dalam upaya pelayanan kesehatan ketersediaan obat

dalam jenis yang lengkap, jumlah yang cukup, terjamin khasiatnya, aman,

efektif dan bermutu merupakan sasaran yang harus dicapai.

F. Instrumen Penelitian

Berdasarkan penelitian ini peneliti melakukan pengamatan secara langsung

digudang logistik farmasi, peneliti juga melakukan pengambilan data dari hasil

dari penelitian terdahulu yang terkait tentang proses pendistribusian obat di

logistik farmasi rumah sakit dan dibandingkan dengan teori yang ada.

48
G. Teknis Analisis Data

Tahap dari analis data deskriptif pada penelitian ini, yaitu:

1. Reduksi adalah proses pemilihan data secara kasar, memilah data yang

berkaitan dengan penelitian dan membuat data hasil wawancara seperti

apa adanya, tujuan dari tahap ini memberikan gambaran yang lebih jelas

dan mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya.

a. Wawancara

Setelah melakukan wawancara, peneliti merekap hasil wawancara

dalam bentuk narasi yang terkait dengan proses pendistribusian obat

di logistik farmasi rumah sakit. Hal ini dilakukan sewaktu melakukan

praktek kerja lapangan selama proses pelaksanaan praktek lapangan

berlangsung.

b. Observasi

Saat melakukan observasi, peneliti melakukan reduksi dengan

melakukan pembatasan observasi yaitu pada kegiatan yang dilakukan

SDM, pada kegiatan perencanaan, kegiatan pengawasan dan kegiatan

pengendalian serta melakukan penyesuaian antara pedoman observasi

dengan proses pendistribusian obat yang dilakukan pada logistik

farmasi Rumah Sakit dr. Adnaan WD Payakumbuh.

c. Telaah Dokumen

Saat melakukan telaah dokumen, peneliti akan mengambil data

dokumen mengenai Standar Operasional Prosedur, maupun kebijakan

dalam melakukan proses pendistribusian obat di logistik farmasi

49
rumah sakit yang terdapat dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

Hal ini memudahkan peneliti terkait proses pendistribusian obat.

Dengan mereduksi data dari 3 metode yang berbeda penulis

mengumpulkan informasi inti untuk dianilisis dan disajikan.

Mereduksi data bertujuan untuk memfokuskan peneliti pada proses

pendistribusian obat, agar data yang akan disajikan tidak keluar dari

topik yang akan dibahas atau yang akan diteliti.

2. Disply data adalah teknik rancang data dalam bentuk uraian singkat

berdasarkan temuan yang didapatkan dilapangan selama melakukan kerja

praktek lapangan dalam penyusunan data dalam bentuk karya tulis ilmiah

data yang selanjutnya melakukan kategori data menurut variabel yang

sesuai.

a. Wawancara

Penyajian hasil wawancara mengenai proses pendistribusian obat

dilampirkan dalam bentuk narasi pada laporan penelitian.

b. Observasi

Penyajian data observasi yang di dapatkan mengenai proses

pendistribusian obat dalam bentuk narasi.

c. Telaah Dokumen

Penyajian data kelengkapan dokumen yang didapatkan mengenai

proses pendistribusian obat dilampirkan dalam bentuk narasi.

Penyajian data dari 3 metode yang akan disajikan dalam bentuk narasi

50
yang dikaitkan satu sama lain guna mendukung suatu proses

pernyataan dalam analisis.

3. Analisis data pada penelitian ini menggunakan domain analysis dimana

analisis pada umumnya untuk memperoleh gambaran umum dan

menyeluruh tentang situasi sosial yang di teliti atau obyek penelitian.

Hasilnya berupa gambaran umum yang diteliti yang sebelumnya belum

pernah diketahui.

Analisis domain pada hakikatnya upaya peneliti untuk memperoleh

gambaran umum tentang data untuk menjawab fokus peneliti. Hasil

analisis ini berupa informasi mengenai proses pendistribusian obat di

Logistik Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Adnaan WD

Payakumbuh. Data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan

telaah dokumen dideskripsikan untuk mengetahui proses pendistribusian

obat. Dengan analisis domain peneliti mendeskripsikan unsur pada

kegiatan proses penditribusian mulai dari perencanaan, pengadaan,

penerimaan, penyimpanan dan penditribusian, pemaknaan hasil

penelitian didasari pada kesesuaian dengan domain maupun teori terkait

proses pendistribusian obat.

4. Verivikasi data proses penyimpulan data semua hasil yang dapat terlihat,

seluruh proses pembahasan, dilakukan dengan menganalisis,

membandingkan data dengan teori, melihat kekurangan dan kelebihan

serta masalah yang ada. Hal ini bertujuan untuk saling melengkapi data

51
satu sama lain agar suatu data menjadi valid kebenarannya dan dapat

mengidentifikasikan suatu masalah.

Penarik kesimpulan dilakukan dengan merangkul hasil proses

pendistribusian yang berlangsung dan pemberian saran pada masalah

yang ada mengenai proses pendistribusian obat di Logistik Farmasi

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Adnaan WD Payakumbuh.

52
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. GAMBAR LOKASI PENELITIAN

1. Sejarah Objek Penelitian

Awal berdirinya rumah sakit Adnaan WD Payakumbuh pada tahun

1923 (masih dalam masa penjajahan belanda dan jepang). Tahun 1967,

RSUD ini berstatus sebagai rumah sakit pembantu Payakumbuh dibawah

pengawasan kepala dinas kesehatan provinsi sumatera barat. Pada saat

tahun 1978, RSUD berubah menjadi rumah sakit umum payakumbuh tipe

D. PADA TAHUN 1980 dengan adanya pendelegasian RSUD kelas D

menajdi rumah sakit daerah tingkat (kabupatean/kota). Maka rumah sakit

payakumbuh dikelelola oleh pemerintah daerah tingkat kota madiyah

payakumbuh.

Pada tahun 1993 melalui SK Menkes No 191/Menkes/SK/II/1993, pada

tanggal 26 Rebruari 1993 status RSUD Payakumbuh dikukuhkan menjadi

kelas C. Ditahun yang sama RSUD payakumbuh resmi menjadi RSUD

DR.ADNAAN WD Payakumbuh, bedarsan SK DPRD Kodya Dati II

Payakumbuh Nomor 1 Tahun 1993 tanggal 10 April 1993.

Sedangkan nama rumah sakit menjadi RSUD dr Adnaan WD diambil

dari nama dokter Adnaan WD, asal Palembang beliau pelopor pertama

beroperasionalnya rumah sakit dan juga mnejabat sebagai Bupati pertama

di Kabupaten 50 Kota.

53
Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun1956 dan melalui Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1970 Tanggal17 Desember 1970,

Kota Payakumbuh ditetapkan sebagai kota kecil menjadi Daerah Tingkat II

dengan wilayah Pemerintahan sendiri. Tanggal dikeluarkannya

Permendagri tersebut di atas kemudian ditetapkan sebagaihari jadi Kota

Payakumbuh. Tahun 1993 berdasarkan SK DPRD Kodya Dati II

Payakumbuh Nomor 1 di kukuhkan nama Rumah Sakit ini “RSUD dr.

Adnaan WD Payakumbuh”. Pada Tahun 2002 berdasarkan SK Mendagri

Nomor 1 tentang Lembaga Teknis Daerah dan dengan SK Walikota

Payakumbuh Nomor 17 Tahun 2009 tanggal 14 Desember, ditetapkan

RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh sebagai Unit Swadana Daerah dengan

menerapkan PPK-BLUD secara penuh.

Pada aspek manajemen mutu, RSUD dr. Adnaan WD

melalui assesment akreditasi Rumah Sakit pada Tahun 2010 dengan status

terakreditasi LULUS TINGKAT LENGKAP. Pengakuan Komisi

Akreditasi Rumah Sakit (KARS) tersebut pada dasarnya adalah pengakuan

telah terpenuhinya standar pelayanan Rumah Sakit yang meliputi 16 (enam

belas) pelayanan yang terdiri dari: Administrasi dan Manajemen, Pelayanan

Medis, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan, Rekam Medis,

Pelayanan Farmasi, K3, Pelayanan Radiologi, Pelayanan Laboratorium,

Pelayanan Kamar Operasi, Pelayanan pengendalian Infeksi di RS,

Pelayanan Perinatal Risiko Tinggi, Pelayanan Rehabilitasi Medik,

Pelayanan Gizi, Pelayanan Intensif dan Pelayanan Darah.

54
Tahun 2017 RSUD dr. Adnaan WD melalui assesment akreditasi Rumah

Sakit di nyatakan lulus akreditasi dengan prediket: PARIPURNA dan

dilanjutkan verifikasi Tahun 2018. Pengakuan Komisi Akreditasi Rumah

Sakit (KARS) tersebut pada dasarnya adalah pengakuan telah terpenuhinya

standar pelayanan Rumah Sakit yang meliputi 16 (enam belas) pelayanan

yang terdiri dari: Administrasi dan Manajemen, Pelayanan Medis,

Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan, Rekam Medis,

Pelayanan Farmasi, K3, Pelayanan Radiologi, Pelayanan Laboratorium,

Pelayanan Kamar Operasi, Pelayanan pengendalian Infeksi di RS,

Pelayanan Perinatal Risiko Tinggi, Pelayanan Rehabilitasi Medik,

Pelayanan Gizi, Pelayanan Intensif dan Pelayanan Darah.

Data Rekam Medis Tahun 2018 RSUD dr. Adnaan WD mempunyai

kapasitas tempat tidur sebanyak 174 tempat tidur dengan pelayanan

spesialistik; Spesialis Penyakit Dalam, Spesialis Bedah, Spesialis Anak,

Spesialis Kebidanan Dan Kandungan, Spesialis Mata, Spesialis Jiwa,

Spesialis THT, Spesialis Paru, Spesialis Neurology, Spesialis Jantung,

Spesialis Kulit dan Kelamin, Rehab Medik , Patologi Klinik dan Radiology

yang ditunjang dengan peralatan yang cukup memadai.

55
2. Visi dan Misi Objek Penelitian

VISI:

Visi merupakan gambaran (impian) mengenai masa depan yang hendak

diwujudkan. Organisasi pemerintah yang digerakkan oleh visi dan misi

adalah lebih baik daripada digerakkan oleh aturan-aturan formal. Adapun

visi RSUD Dr. Adnaan WD adalah “ Rumah Sakit yang Maju, Bermutu,

Efektif, Efisien dan Dicintai Masyarakat ”.

MISI:

Adapun misi menjelaskan jalan yang dipilih untuk menuju masa depan

yang akan diwujudkan itu. Untuk mewujudkan visi tersebut, maka telah

dirumuskan misi RSUD dr. Adnaan WD yaitu:

a. Melaksanakan pelayanan kesehatan rujukan yang komprehensif bagi

masyarakat.

b. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berwawasan mutu dan

keselamatan pasien.

c. Menjalankan pengelolaan Rumah Sakit yang sehat dan berwawasan

lingkungan.

d. Memberikan nilai positif bagi pelanggan internal dan eksternal rumah

sakit.

56
Motto :

Untuk mengimplementasikan misi RSUD dr. Adnaan WD

Payakumbuh yang di aplikasikan dalam bentuk program dan

kegiatan, maka diperlukan Motto

yaitu ; “Memberikan Pelayanan Yang SMART (Senyum,

Manusiawi, Aman, Ramah, Tepat)”.

Tujuan:

Terwujudnya peningkatan derajat kesehatan perorangan bagi

masyarakat payakumbuh khususnya dan Sumatra Barat umumnya.

Terwujudnya pelayanan yang bermutu dan perfesional di RSUD Dr

Adnaan WD Payakumbuh.Tersedianya peningkatan sumber daya manusia

yang terampil dan terdidik serta selalu mengembangkan diri.Tersedianya

sarana dan prasarana rumah sakit sesuai standar yang

berlaku.Terwujudnya pengelolaan manajemen rumah sakit yang

perfesional.Terciptanya motivasi kerja bagi petugas rumah sakit dan

tersedianya dukungan dari pemerintahdan masyarakat.

57
B. Hasil Penelitian

1. Perencanaan

Hasil dari temuan dilapangan kegiatan perencanaan digudang farmasi

RSUD dr Adnaan WD Payakumbuh mengacu kepada prosedur yang telah

ditetapkan. Kegiatan perencanaan dalam penentuan kebutuhan obat di

instalasi farmasi mengunakan metode Konsumsi, Epidemiologi, Kombinasi

metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang

tersedia. Kegiatan perencanaan diawali dengan melihat dan merekap stok

bulan sebelumnya dan stok akhir bulan..

Dalam prose perencanaan obat Logistik Farmasi Rumah Sakit dr Adnaan

WD Payakumbuh memiliki beberapa pedoman

Pedoman Perencanaan :

a. DOEN, Formularium Nasional, Formularium Rumah Sakit, Standar

Terapi Rumah Sakit,Ketentuan setempat yang berlaku.

b. Anggaran yang tersedia

c. Penetapan prioritas

d. Sisa persediaan

e. Data pemakaian periode yang lalu

f. Rencana pengembangan

Dalam melakukan perancanaan berikutnya harus melakukan beberapa

pedoman Perencanaan tersebut. Untuk mengetahui data pemakaian obat

yang lalu dilihat dari data enam bulan terakhir dengan data 1 tahun terakhir

dan juga pemakaian rata-rata satiap unit yang telah direkap pada bulan

58
sampai pertahun, dan juga di sesuaikan dengan anggaran yang tersedia di

instalasi farmasi RSUD dr Adnaan WD Payakumbuh, perencanaan obat

masih ada yang belum sesuai dengan kebutuhan. Hal ini di karenakan obat

yang dibutuhkan tidak tersedia bahkan sampai terjadinya kekosongan obat.

Dari temuan dan wawancara yang pernah dilakukan penyebabnya karna

perencanaan masih dilaksanakan secara manual dan juga kondisi kesibukan

karna pelayanan yang harus tetap berjalan sambil proses perencanaan juga

harus cepat dilaksanakan sebelum akhir tahun sebelum ada anggaran

sehinga terjadilah kekosongan stok obat dan juga beberapa hal terutama

disebabkan meningkatnya jumlah pasien yang sakit melebihi dari perkiraan

yang dibuat bahkan obat cadangan yang tersedia juga tidak bisa memenuhi

semua pasien yang membutuhkan.

2. Pengadaan

Pengadaan obat di RSUD dr Adnaan WD Payakumbuh sudah

mengunakan sistem e-purchasing secara online memalui web LKPP

(Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah). Pengadaan obat

dilakukan berdasarkan e-catalogue obat dengan mengunakan metode

pembelian secara elektronik (e-purchasing) yang tercantum dalam e-

catagoue obat yang ditetapkan oleh LKPP. Sistem ini lebih memudahkan

bagi petugas teknis kefarmasian dalam melakukan pemesanan obat untuk

memenuhi kebutuhan dirumah sakit. Sedangkan kekurangannya terletak

pada tidak terjaminya kualitas obat karena banyak produk yang murah dan

server e-catalogue seringkali eror dalam pengoperasiannya. Selain itu

59
pemesanan juga dilakukan secara langsung kepada pabrik/ distributor/

pedagang besar farmasi/ rekanan, selain dari pembelian farmasi rumah sakit

juga Produksi/pembuatan sediaan farmasi.

Untuk memastikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai sesuai dengan mutu dan spesifikasi yang dipersyaratkan maka

jika proses pengadaan dilaksanakan oleh bagian lain di luar Instalasi

Farmasi harus melibatkan tenaga kefarmasian. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai antara lain:

d. Bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Analisa.

e. Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet

(MSDS).

f. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus

mempunyai Nomor Izin Edar.

g. Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-lain), atau pada kondisi tertentu

yang dapat dipertanggung jawabkan.

Dari hasil yang ditemukan dilapangan dan dari SOP Farmasi Rumah

Sakit dalam menentukan waktu pengadaan dilakukan pertahun, dengan

melihat data obat 6 bulan terakhir dan 1 tahun terakhir kemudian melakukan

penggadaan yang dibutuhkan dalam proses pengadaan obat. Pihak Instalasi

Farmasi Rumah Sakit terkadang juga melakukan pemesanan bulanan jika

60
persediaan obat dibutuhkan dan sisa stok obat sudah hampir habis bahkan

ada yang sudah habis sebelum waktu perencanaan. Penentuan waktu

pengadaan obat khususnya rawat inap dan rawat jalan dilakukan setipat hari

dengan mengampra manual setiap harinya kegudang Farmasi Rumah Sakit.

Kendala yang sering ditemukan dalam kegiatan pengadaan yaitu

ketersediaan anggaran yang kurang, kecepatan pengiriman dan prosedur

administrasi yang panjang dan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya

stock out pada kegiatan pengadaan diantaranya keterlambatan dalam

pembuatan surat pemesanan (SP), kekosongan pada distributor dan

kesalahan dalam pemesanan.

3. Penerimaan

Proses penerimaan dan pemeriksaan barang yang datang untuk

menerima perbekalan farmasi yangtelah diadakan sesuai dengan aturan

kefarmasian, melaluipembelian langsung, tender, konsinyasi atau

sumbangan.yang dilakukan oleh petugas gudang, petugas farmasi dan

logistik. Dengan mecocokkan jenis dan jumlah barang yang dipesan dengan

barang yang datang dalam melakukan pemenerimaan RSUD dr Adnaan WD

Payakumbuh memilik beberapa pedoman yaitu :

1. Pabrik harus mempunyai ijin sebagai distributor


2. Barang harus bersumber dari distributor utama
3. Expire date minimal 2 tahun.

61
Proses penerimaan barang Logistik Farmasi RSUD dr Adnaan WD

Payakumbuh menurut SOP yaitu:

a. Perbekalan farmasi dimasukkan ke ruang penerimaan barang;

b. Petugas melakukan pemeriksaan dokumen, untuk mencocokkan

kesesuaian antara pesanan dengan surat kiriman/delivery

order/faktur. Bila tidak sesuai dikomunikasikan kepada penyedia

barang untuk dikembalikan;

c. Petugas melakukan pemeriksaan batch perbekalan farmasi yang

datang di delivery order/faktur.

d. Petugas melakukan pemeriksaan spesifikasi apakah sesuai dengan

surat pesanan dan faktur. Bila tidak sesuai, obat dikembalikan;

e. Petugas melakukan pemeriksaan mutu obat, termasuk wadah dan

masa daluwarsa. Pemeriksaan organoleptik hanya dilakukan

terhadap obat yang dicurigai mengalami kemunduran kualitas

misalnya wadah penyok, berbau asam, berbau amoniak dll;

f. Petugas penerima akan mengembalikan barang jika kadaluarsa obat

kurang dari 2 (dua) tahun.

g. Petugas melakukan pencatatan ke dalam buku penerimaan barang.

h. Petugas membubuhkan tanda-tangan;

Untuk melakukan penerimaan petugas terlebih dahulu melakukan

penegecekan barang apakah barang tersebut bersumber dari distributor

utama jika benar baru barang di terima dan kemudian baru dilakukan

pengecekan selanjutnya, apabila barang tersebut Expire datenya kurang

62
dari dua tahun maka barang tersebut harus ditindak lanjuti dan di

kembalikan kepada distributornya kembali dan apabila barang tersebut

sudah sesuai dengan pemesanan dan expire date juga lebih dari dua tahun

dilajutkan dengan proses penyimpanan.

Penerimaan persediaan obat di instalasi Farmasi RSUD dr Adnaan WD

Payakumbuh telah sesuai dengan aturan kefarmasian yang mengikuti

aturan akreditasi rumah sakit. Tidak hanya itu dalam penerimaan

persediaan obat telah ada Tim yang dibentuk, mulai dari proses

penerimaan dan pengawasan serta pemeriksaan. Dalam penerimaan juga

obat juga terdapat beberapa kendala yang pertama, barang yang datang

terlambat, kedua, barang yang datang tidak sesuai dengan pesanan.

4. Penyimpanan

Berdasarkan informasi yang didapatkan bahwa penyimpanan obat

berdasarkan alfabet dan kegunaannya. Penyimpanan obat juga dilihat dari

jenis obat, obat tablet, injeksi, obat luar dan alat kesehatan dipisah. Dalam

peyimpanan obar menurut SOP yang ada memiliki beberapa persyaratan.

Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan

yang ditetapkan:

a. Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya

b. Dibedakan menurut suhu dan kestabilannya

c. Dibedakan berdasarkan jenis antara bahan yang mudah meledak atau

mudah terbakar

63
d. Tahan/tidaknya terhadap cahaya disertai dengan sistem informasi

yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai

kebutuhan.

Untuk melakukan proses penyimpanan Rumah Sakit dr Adnaan WD

Payakumbuh memiliki 2 petugas yang dikhususkan ditugaskan untuk

dibagian penyimpanan obat di gudang logistik farmasi Rumah Sakit.

Metode penyimpanan obat di logistik farmasi RSUD dr Adnaan WD

Payakumbuh dilakukan dengan menyimpan obat-obat, di rak, lemari

pendingin, dan juga ada yang disimpan dilemari khusus. Metode

pengambilan obat dilakukan dengan metode (first in first out) FIFO dan

(fisrt expire first out) FEFO. Dalam penyimpanan obat dilakukan pencatatan

yang dilakukan oleh penanggung jawab yang bertugas melaporkan dan

mencatat semua stok barang, baik obat yang masuk maupun obat yang

keluar.

Dalam pengamatan mutu obat di instalasi farmasi RSUD dr Adnaan WD

Payakumbuh dilakukan oleh tim pengendali mutu. Dalam menjaga mutu

obat disediakan alat pengatur suhu dengan suhu ruangan 15-300C dan lemari

pendingin 2-80C. Den juga selalu mengecek expired obat yang ada.

Untuk pemyimpanan digudang obat juga terbagi menjadi lima bagian

yaitu :

a. Gudang obat oral, gudang obat yang berisikian semua bentuk

persediaan yang digunakan secara oral seperti obat tablet, kaplet dan

kapusl

64
b. Gudang obat injeksi, dalam menyusun atau mengambil obat injeksi

harus hati-hati karna obat injeksi mudah pecah dan rusak. Contoh

obat injeksi yang ada di gudang farmasi seperti Ampicilin sodium,

Aminophylline, Omeprazole sodium, Ranitadin.

c. Ruang BHP (bahan habis pakai), ruang BHP seperti kapas, kasa

pembalut, masker, pharmafix, handscoon, perban dan lain-lain.

d. Ruang BMHP (bahan medis habis pakai), mencakup peralatan

tindakan operasi seperti selang O2, chateter, spuit dan lain-lain.

e. Ruang B3 (Bahan Beracun Berbahaya) tempat penyimpanan bahan

cairan yang beracun seperti alkohol, lisol, betadine, Vaselin. Suhu di

ruangan B3 minimal 20C kebawa supaya kualitas bahan cairan

tersebut maksimal

Sarana dan prasarana tempat penyimpanan obat di logistik Farmasi

RSUD dr Adnaan WD Payakumbuh kurang memadai seperti dalam hal

ruangan yang kecil dan sempit, rak-rak tempat penyimpanan sehinga masih

ada obat yang tidak disusun yang hanya di tumpukan dalam kardus.

5. Pendistribusian

Menurut informasi yang didapatkan metode pendistribusian obat

dilakukan dengan cara pendistribusian langsung atau dengan melakukan

ampra. Mekanisme dimulai dari resep dokter, selanjutnya permintaan obar

dari apotik tersebut kemudian dibawa kegudang. Sedangkan dengan metode

ampra dilakukan dengan cara setiap unit sesuai dengan kebutuhan dari

65
gudang akan melakukan pendistribusian yang sesuai dengan jadwal

pengampraan yang telah ditentukan.

Untuk petugas yang melakukan pendistribusian obat di Rumah Sakit dr

Adnaan WD Payakumbuh di kelompokan menjadi beberapa bagian mulai

dari pendistribusian obat digudang logistik farmasi, pendindistribusian obat

untuk pasien rawat jalan, pendistribusian obat untuk pasien rawat inap dan

pendistribusian obat di luar jam kerja. Kegiatan mendistribusikan

perbekalan farmasi di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses

terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang

pelayanan medis.

Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau

oleh pasien dengan mempertimbangkan :

a. Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada


b. Metode sentralisasi atau desentralisasi
c. Sistem floor stock dan resep individu.
1) Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Inap
Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk

memenuhi kebutuhan pasien rawat inap di rumah sakit, yang

diselenggarakan secara sentralisasi dan dengan sistem persediaan

life saving/emergency diruangan dan sistem resep perorangan.

2) Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Jalan


Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk

memenuhi kebutuhan pasien rawat jalan di rumah sakit, yang

diselenggarakan secara sentralisasi dengan sistem resep perorangan

oleh Apotik Rumah Sakit.

66
3) Pendistribusian Perbekalan Farmasi di luar Jam Kerja

Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk

memenuhi kebutuhan pasien di luar jam kerja yang diselenggarakan

oleh:

a) Apotik rumah sakit yang dibuka 24 jam


b) Ruang rawat yang menyediakan perbekalan farmasi emergensi

Ketika melakukan pendistribusian obat terdapat kendala yang

dihadapi, minsalnya barang yang dibutuhkan tidak tersedia di gudang

logistik farmasi Rumah Sakit.

C. Pembahasan

Menurut Permenkes 72 Tahun 2016 bab II pengelolaan Sediaan Farmasi,

alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang menjamin

seluruh rangkaian kegiatan perbekalan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta

memastikan kualitas, manfaat, dan keamanannya. Pengelolaan Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu

siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan,

penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan,

pengendalian, dan administrasi yang diperlukan bagi kegiatan Pelayanan

Kefarmasian. Sedangkan Proses pendistribusian obat di Rumah Sakit dr

Adnaan WD Payakumbuh yang dimulai dari Perencanaan, pengadaan,

penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian.

67
1. Perencanaan

Menurut Permenkes 72 Tahun 2016 pasal 3 Ayat 1 huruf A Perencanaan

kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode

pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya

kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan

dilakukan untuk menghindari kekosongan Obat dengan menggunakan

metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan

yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi

metode konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran yang

tersedia.

Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:

a. Anggaran yang tersedia;

b. Penetapan prioritas;

c. Sisa persediaan;

d. Data pemakaian periode yang lalu;

e. Waktu tunggu pemesanan; dan

f. Rencana pengembangan.

Sedangkan menurut Standar Operasional Prosedur (SOP) perencanaan

perbekalan farmasi Rumah Sakit dr Adnaan WD Payakumbuh tidak ada

SOP yang khusus pada proses Perencanaan yang ada hanya perhitungan

stock opname dalam perencanaansebelum melakukan pengadaan sebagai

berikut:

68
a. Ka IFRS menetapkan dan mengumumkan tanggal pelaksanaan stock

opname 1 bulan sekali untuk bagian gudang dan 6 bulan sekali untuk

seluruh bagian Instalasi Farmasi.

b. Apoteker membagi tugas kepada semua petugas untuk memastikan

bahwa data pengeluaran telah di entry.

c. Seluruh petugas Unit penyimpanan dan perencanaan mencocokkan

jumlah fisik perbekalan farmasi dengan kartu stock dan mencatat

perbekalan farmasi yang akan expired.

d. Seluruh petugas Instalasi Farmasi menghitung jumlah perbekalan

farmasi yang ada dan mencatat jumlah hasil stock opname.

e. Penanggung jawab Unit Penyimpanan dan perencanaan melaporkan

hasil stock opname kepada Kepala Instalasi Farmasi yang terdiri

dari:Nama Obat, jumlah, nilai rupiah.

f. Ka IFRS melaporkan hasil stock opname sebagai hasil persediaan

barang yang merupakan aset Rumah Sakit.

Setelah melakukan Stock Opname dilakukan seleksi/pemilihan kebutuhan

dengan Proses

1) Pemilihan obat dilakukan setiap membuat perencanaan obat bulanan

dan tahunan.

2) Pemilihan obat dilakukan oleh Kepala Instalasi Farmasi berdasarkan

Formularium RSUD dr. Adnaan WD Payakumbuh.

3) Apabila dengan alasan medis dibutuhkan obat baru selain yang terdapat

dalam Formalium RSUD dr. Adnaan WD Payakumbuh, maka dokter

69
yang meminta obat baru tersebut mengisis form permintaan obat baru

dan diajukan ke Komite Medik melalu Komite Farmasi Terapi.

4) Usulan obat baru dapat disediakan jika mendapatkan persetujuan dari

Komite Medik dan Direktur.

Oleh sebab itu Kepala dan seluruh staf Instalasi Farmasi melaksanakan

penghitungan perbekalan Instalasi Farmasi tiap semester yang dilaksanakan

setiap tanggal 30 Juni dan 31 Desember. Hasil perhitungan direkap

kemudian diberi harga proses penambahan obat baru ke dalam daftar

Formularium Rumah Sakit sebagai berikut:

1) Obat-obat yang diusulkan harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

a) Obat merupakan senyawa kimia baru dengan mekanisme kerja

berbeda dengan yang sudah ada di formularium

b) Obat tersebut merupakan obat satu-satunya untuk mengobati penyakit

tertentu.

2) Dokter yang akan menambahkan obat ke dalam formularium mengisi

formulir permintaan khusus obat non formularium RSUD Dr Achmad

Mochtar Bukittinggi

3) Dokter menyampaikan formulir permintaan khusus obat non formularium

RSUD dr. Adnaan WD Payakumbuh yang sudah diisi kepada Tim

Farmasi dan Terapi .

4) Tim Farmasi dan Terapi mengevaluasi Permintaan obat di luar

formularium untuk ditinjau ulang dan diagendakan pada rapat Tim

Farmasi dan Terapi.

70
5) Tim Farmasi dan Terapi mengkaji Obat yang diusulkan tersebut pada

rapat Tim Farmasi dan Terapi untuk diputuskan diterima atau ditolak

ditambahkan ke dalam formularium.

6) Tim Farmasi dan Terapi merekomendasikan kepada Direktur untuk

dimintakan persetujuan apabila rapat Tim Farmasi dan Terapi

memutuskan menerima usulan obat tersebut.

7) Tim Farmasi dan Terapi menginformasikan kepada dokter yang meminta

obat tersebut bila rapat Tim Farmasi dan Terapi memutuskan untuk

menolak usulan obat.

Dalam proses kegiatan pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan

farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari

kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat

dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan

antara lain Konsumsi, Epidemiologi, Kombinasi metode konsumsi dan

epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

Untuk mengetahui data pemakaian obat yang lalu dilihat dari data enam

bulan terakhir dengan data 1 tahun terakhir dan juga pemakaian rata-rata

satiap unit yang telah direkap pada bulan sampai pertahun dan juga dilihat

dari anggaran yang tersedia, Penetapan prioritas, Sisa persediaan, Data

pemakaian periode yang lalu dan Rencana pengembangan. Prose dan

kegiatan perencanaan dilakukan per tahun dan bahkan dilakukan perbulan

jika obat yang dibutuhkan sudah habis.

71
Menurut SOP Logistik Farmasi RSUD dr Adnaan WD Payakumbuh

dalam proses perencanaan berpedoman pada Permenkes No72 Tahun 2016

tetapi dalam proses perencanaan tidak semua kegiatan mengacu pada

permenkes.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan pada tahun

2018 oleh Hardiyanti mahasiswa kesehatan masyarakat, Universitas

Hasanuddin Makasar, yang dilakukan pada Instalasi Farmasi RSUD Andi

Maakkasar Kota Parepare proses perencanaan dilakukan oleh tim, dalam

menyusun perencanaan persediaan perbekalan farmasi pada tahun

berikutnya dilakukan pengecekan data stok persediaan tahun sebelumnya

yang dikumpulkan dari setiap unit/depo yang ada. Metode yang digunakan

dalam menentukan betuhan obat adalah metode konsumsi dan metode

epidemologi. Tetapi metode yang sering digunakan adalah metode konsumsi

dengan melihat data pemakaian atau pengunaan jenis obat dari tahun

sebelumnya. Setelah semua data terkumpul tim perencanaan melakukan

Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dalam menentukan anggaran yang

dibutuhkan. Tetapi kebutuhan obat di RSUD Adi Makkasau Kota Parepare

terkadang tidak terpenuhi sehingga sering terjadi kekosongan stok obat di

Rumah Sakit, disebabkan masalah dana yang kurang. Adapun kendala yang

terjadi pada proses perencanaan karena belum maksimalnya Sistem

Informasi Manajemen (SIM), serta terlambatnya data-data keperluan obat

yang dikumpulkan setiap unit/depo.

72
Menurut asumsi peneliti bahwa dalam perencanaan logistik farmasi di

RSUD dr Adnaan WD Pakumbuh belum semua perencanaan sesuai dengan

aturan Permenkes No 72 Tahun 2016 seharus proses perencanaan dilakukan

sesuai dengan SOP dan aturan Permenkes yang telah ditentukan sehingga

tahap-tahap pendistribusian obat selanjutnya dapat berjalan dengan baik.

2. Pengadaan

Menurut Permenkes 72 Tahun 2016 pasal 3 Ayat 1 huruf A Pengadaan

merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan perencanaan

kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah,

dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar

mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari

pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara

kebutuhan dan dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok,

penentuan spesifikasi kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan

pembayaran. Untuk memastikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan mutu dan spesifikasi yang

dipersyaratkan maka jika proses pengadaan dilaksanakan oleh bagian lain di

luar Instalasi Farmasi harus melibatkan tenaga kefarmasian. Hal-hal yang

perlu diperhatikan dalam pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai antara lain:

a. Bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Analisa.

b. Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet

(MSDS).

73
c. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

harus mempunyai Nomor Izin Edar.

d. Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 (dua) tahun kecuali.

untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-lain), atau pada kondisi

tertentu yang dapat dipertanggung jawabkan.

Rumah Sakit harus memiliki mekanisme yang mencegah

kekosongan stok Obat yang secara normal tersedia di Rumah Sakit

dan mendapatkan Obat saat Instalasi Farmasi tutup.

Pengadaan dapat dilakukan melalui:

a. Pembelian

Untuk Rumah Sakit pemerintah pembelian Sediaan Farmasi,

Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan

ketentuan pengadaan barang dan jasa yang berlaku.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian adalah:

1) Kriteria Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai, yang meliputi kriteria umum dan kriteria mutu

Obat.

2) Persyaratan pemasok.

3) Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan Sediaan Farmasi,

Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.

4) Pemantauan rencana pengadaan sesuai jenis, jumlah dan waktu.

b. Produksi Sediaan Farmasi

74
Instalasi Farmasi dapat memproduksi sediaan tertentu apabila:

1) Sediaan Farmasi tidak ada di pasaran;

2) Sediaan Farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri;

3) Sediaan Farmasi dengan formula khusus;

4) Sediaan Farmasi dengan kemasan yang lebih kecil/repacking;

5) Sediaan Farmasi untuk penelitian; dan

6) Sediaan Farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan/harus

dibuat baru (recenter paratus).

Sediaan yang dibuat di Rumah Sakit harus memenuhi

persyaratan mutu dan terbatas hanya untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan di Rumah Sakit tersebut.

c. Sumbangan/Dropping/Hibah

Instalasi Farmasi harus melakukan pencatatan dan pelaporan

terhadap penerimaan dan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sumbangan/dropping/

hibah. Seluruh kegiatan penerimaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan cara

sumbangan/dropping/hibah harus disertai dokumen administrasi

yang lengkap dan jelas. Agar penyediaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dapat membantu

pelayanan kesehatan, maka jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,

dan Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan kebutuhan

pasien di Rumah Sakit. Instalasi Farmasi dapat memberikan

75
rekomendasi kepada pimpinan Rumah Sakit untuk

mengembalikan/menolak sumbangan/dropping/hibah Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak

bermanfaat bagi kepentingan pasien Rumah Sakit.

Sedangkan menurut Standar Operasional Prosedur (SOP) pengadaan

perbekalan farmasi Rumah Sakit dr Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2019

sama dengan Standar Operasional Prosedur pengadaan farmasi menurut

Permenkes No. 72 Tahun 2016. Diamana Standar Operasional Prosedur

(SOP) pengadaan farmasi Rumah Sakit dr Adnaan WD Payakumbuh adalah

sebagai berikut:

a. Pemesanan obat, Bahan Medis Habis Pakai dan Bahan Habis Pakai

rumah sakit dilakukan oleh kepala IFRS di Instalasi Farmasi.

b. Pemesanan obat, Bahan Medis Habis Pakai dan Bahan Habis Pakai

rumah sakit ditujukan kepada distributor obat dan atau alat kesehatan.

c. Pemesanan obat dilakukan tiap bulan berdasarkan perencanaan

bulanan.

d. Pemesanan obat menggunakan format Surat Pesanan (SP) yang dicetak

NCR rangkap 3, lembar asli untuk distributor, lembar salinan pertama

untuk petugas gudang dan salinan kedua untuk arsip.

e. Surat Pesanan berisi tanggal, nama dan alamat distributor, nama,

bentuk sediaan, dosis, jumlah dan kemasan obat.

76
f. Surat Pesanan dilegalisasi oleh Kepala IFRS dengan mencantumkan

nama, Nomor SIPA dan tanda tangan Kepala IFRS serta di beri

stempel IFRS.

Sedangkan dalam pengadaan obat Instalasi Farmasi RSUD dr Adnaan

WD Payakubuh kebijakan dalam pengadaan obat yaitu:

a. Pembelian:

1) Secara e-purchasing (oleh Komite / Unit Layanan Pengadaan)


2) Secara langsung kepada pabrik/ distributor/ pedagang besar
farmasi/rekanan.
Hal yang harus diperhatikan dalam proses pembelian yaitu

a) Pemesanan Obat yang ada dalam e-katalog dilakukan secara e-

purchasing oleh pejabat pengadaan.

b) Apabila pemesanan obat secara e-purchasingtidak dipenuhi oleh

distributor dalam jangka waktu maksimal 1 (satu) minggu maka

dilakukan pemesanan obat tersebut secara manual diutamakan ke

distributor pemenang e-katalog atau distributor lain yang dapat

melayani dengan harga e-katalog.

c) Apabila tidak ada distributor yang dapat melayani pemesanan obat

dan Bahan Medis Habis Pakai dengan harga e-katalog maka

pemesanan dilakukan secara manual kepada distributor lain dengan

harga yang mendekati harga e-katalog pemesanan obat yang tidak

ada dalam e-katalog, Bahan Medis Habis Pakai dan Bahan Habis

Pakai secara manual dilakukan oleh Kepala Instalasi Farmasi

kepada distributor resmi.

77
2. Produksi Sediaan Farmasi.

Instalasi Farmasi dapat memproduksi sediaan tertentu apabila:

1) Sediaan Farmasi tidak ada di pasaran.

2) Sediaan Farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri.

3) Sediaan Farmasi dengan formula khusus.

4) Sediaan Farmasi dengan kemasan yang lebih kecil/repacking.

5) Sediaan Farmasi untuk penelitian dan

6) Sediaan Farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan/harus

dibuat baru (recenter paratus).

Jadi perbedaan pengadaan di Instalasi Farmasi RSUD dr Adnaan WD

Payakumbuh dengan pengadaan pada permenkes yaitu pada RSUD dr

Adnaan WD Payakumbuh tidak melakukan pengadaan

Sumbangan/Dropping/Hibah. Persamaan penggadaan yaitu melakukan

Pembelian dan Produksi Sediaan Farmasi.

Kendala yang sering ditemukan dalam kegiatan pengadaan yaitu

ketersediaan anggaran yang kurang, kecepatan pengiriman dan prosedur

administrasi yang panjang dan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya

stock out pada kegiatan pengadaan diantaranya keterlambatan dalam

pembuatan surat pemesanan (SP), kekosongan pada distributor dan

kesalahan dalam pemesanan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan yang dilakukan oleh

Ajrina Winasari pada Tahun 2015, program studi Kesehatan Masyarakat,

Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakakrta, menujukan bahwa

78
yang dilakukan di RSUD Kota Bekasi dengan menujukan langsung dan saat

ini pememsanannya wajib melalui E-Purchasing. kelebihan dari sistem ini

dapat memberikan kemudahaan pada petugas untuk melakukan pemesanan.

sedangakan kekurangannya yaitu tidak terjaminnya kualitas obat karna

banyak produk yang murah dan server e-kataloge sering eror dalam

pengoperasiannya. Sedang faktor yang mempengaruhi stok out pada RSUD

kota bekasi yaitu keterlambatan dalam pembuatan surat pemesanan (SP),

kekosangan pada distributor dan kesalahan dalam pemesanan.

Menurut asumsi peneliti bahwa dalam Pengadaan logistik farmasi di

RSUD dr Adnaan WD Pakumbuh sudah sesuai dengan aturan Permenkes

No 72 Tahun 2016 namun RSUD dr Adnaan WD belum melakukan

pengadaan yang ada pada permenkes dalam hal pengadaan secara

Sumbangan/Dropping/Hibah. Seharusnya RSUD dr Adnaan WD

Payakumbuh melakukan aturan Permenkes yang telah ditentukan sehingga

tahap-tahap pendistribusian obat selanjutnya dapat berjalan dengan baik.

3. Penerimaan

Menurut Permenkes 72 Tahun 2016 pasal 3 Ayat 1 huruf A Penerimaan

kegiatan yang menjamin kesesuaian jenis spisifikasi, jumlah, mutu, waktu

penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pemesanan dengan kondisi

fisik yang diterima semua dokumen terkait dengan penerimaan barang harus

disimpan dengan baik.

79
Sedangkan menurut SOP penerimaan barang Logistik Farmasi RSUD

dr Adnaan WD Payakumbuh dengan proses

a. Perbekalan farmasi dimasukkan ke ruang penerimaan barang;

b. Petugas melakukan pemeriksaan dokumen, untuk mencocokkan

kesesuaian antara pesanan dengan surat kiriman/delivery

order/faktur. Bila tidak sesuai dikomunikasikan kepada penyedia

barang untuk dikembalikan;

c. Petugas melakukan pemeriksaan batch perbekalan farmasi yang

datang di delivery order/faktur.

d. Petugas melakukan pemeriksaan spesifikasi apakah sesuai dengan

surat pesanan dan faktur. Bila tidak sesuai, obat dikembalikan;

e. Petugas melakukan pemeriksaan mutu obat, termasuk wadah dan

masa daluwarsa. Pemeriksaan organ oleptik hanya dilakukan

terhadap obat yang dicurigai mengalami kemunduran kualitas

misalnya wadah penyok, berbau asam, berbau amoniak dll;

f. Petugas penerima akan mengembalikan barang jika kadaluarsa obat

kurang dari 2 (dua) tahun.

g. Petugas melakukan pencatatan ke dalam buku penerimaan barang;

h. Petugas membubuhkan tanda-tangan;

Dari penyataan diatas menurut permenkes no 72 tahun 2016 pasal 3 ayat

1 huruf A sama dengan SOP penerimaan barang di Logistik Farmasi RSUD

dr Adnaan WD Payakumbuh karna dalam proses penerimaan sama-sama

memperhatikan kesesuaian jenis spisifikasi, jumlah, mutu, waktu

80
penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pemesanan dengan kondisi

fisik yang diterima semua dokumen terkait dengan penerimaan barang harus

disimpan dengan baik. Dalam proses peneriamaan barang terdapat kedala

yang dihadapi, pertama obat yang datang tidak sesuai dengan pesanan,

datang terlambat dan tekadang barang yang datang diluar jam kerja.

Pernyataan diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Hardiyanti Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin

Makasar, Tahun 2018. Dalam proses penerimaan barang diperlukan tim

dimana penerimaan dan pemeriksaan barang mencocokan surat pesanan

dengan barang yang datang. Setelah semua sesuai makan dilakukan

penyimpanan jika terjadi kesalahan maka diserahkan kepada pengadaan

untuk ditindak lanjuti, ynag di alami pada penerimaan di RSUD Andi

Maakkasar Kota Parepare, kesalahan barang yang datang, keterlambatan

barang yang datang dan barang datang diluar jam kerja.

Menurut asumsi peneliti bahwa dalam Penerimaan logistik farmasi di

RSUD dr Adnaan WD Pakumbuh sudah sesuai dengan aturan Permenkes

No 72 Tahun 2016 dengan hal tersebut proses penerimaan sehinga

pendistribusian obat selanjutnya dapat berjalan dengan lancar.

4. Penyimpanan

Menurut Permenkes 72 Tahun 2016 pasal 3 Ayat 1 huruf ASetelah barang

diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan penyimpanan sebelum

dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan

keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

81
sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang

dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya,

kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.

Komponen yang harus diperhatikan antara lain:

a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan Obat

diberi label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal

pertama kemasan dibuka, tanggal kadaluwarsa dan peringatan

khusus.

b. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan

kecuali untuk kebutuhan klinis yang penting.

c. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan

pasien dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas

dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted) untuk

mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-hati.

d. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

yang dibawa oleh pasien harus disimpan secara khusus dan dapat

diidentifikasi.

e. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan

barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.

Instalasi Farmasi harus dapat memastikan bahwa Obat disimpan

secara benar dan diinspeksi secara periodik. Sediaan Farmasi, Alat

82
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang harus disimpan terpisah

yaitu:

a. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan

diberi tanda khusus bahan berbahaya.

b. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi

penandaaan untuk menghindari kesalahan pengambilan jenis gas

medis. Penyimpanan tabung gas medis kosong terpisah dari tabung

gas medis yang ada isinya. Penyimpanan tabung gas medis di

ruangan harus menggunakan tutup demi keselamatan.

Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi,

bentuk sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan

prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO)

disertai sistem informasi manajemen. Penyimpanan Sediaan Farmasi,

Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang penampilan dan

penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak

ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk

mencegah terjadinya kesalahan pengambilan Obat. Rumah Sakit harus

dapat menyediakan lokasi penyimpanan Obat emergensi untuk kondisi

kegawat daruratan. Tempat penyimpanan harus mudah diakses dan

terhindar dari penyalah gunaan dan pencurian.

Pengelolaan Obat emergensi harus menjamin:

83
a. Jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar Obat emergensi yang

telah ditetapkan;

b. Tidak boleh bercampur dengan persediaan Obat untuk kebutuhan

lain;

c. Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti;

d. Dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa; dan

e. Dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain.

Sedangkan penyimpanan obat di Logistik Farmasi RSUD dr Adnaan

WD Payakumbuh dengan menurut aturan penyimpanan obat di Rumah

Sakit yang dibedakan atas:

a. Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya

b. Dibedakan menurut suhu dan kestabilannya

c. Dibedakan berdasarkan jenis antara bahan yang mudah meledak atau

mudah terbakar

d. Tahan/tidaknya terhadap cahaya disertai dengan sistem informasi

yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai

kebutuhan.

Standar Operasional Prosedur (SOP) proses penyimpanan obat yang

di kelompokan berdasarkan :

1) Penyimpanan Tablet dan Kapsul

a) Tablet dan kapsul yang telah diterima (di ruang penerimaan)

dimasukkan dalam ruang penyimpanan khusus obat;

84
b) Tablet dan kapsul disusun pada papan rak bagian atas dengan rapi

dan teratur;

c) Obat disusun secara alfabetis berdasarkan nama generiknya;

d) Obat disusun dengan menerapkan prinsip FEFO dan FIFO;

e) Apabila rak tidak mencukupi, sisa obat disimpan dalam dus besar

secara rapi dan teratur di atas lantai;

f) Penyimpanan obat di atas lantai dengan diberi alas pallet.

Penumpukan dus obat sesuai dengan petunjuk pada karton, jika

tidak tertulis pada karton maka maksimal ketinggian tumpukan

delapan dus;

g) Petugas mencatat tablet dan kapsul yang telah disusun dalam

kartu stok;

h) Kartu stok ditempatkan dekat barang.

2) Penyimpanan Sirup

a) Obat bentuk cairan (sirup, obat tetes dll.) yang telah diterima (di

ruang penerimaan) dimasukkan dalam ruang penyimpanan khusus

obat;

b) Obat cair disimpan dalam kemasan asli pabrik, disusun pada

papan rak bagian bawah dengan rapi dan teratur;

c) Obat disusun secara alfabetis berdasarkan nama generiknya;

d) Obat disusun dengan menerapkan prinsip FEFO dan FIFO;

e) Apabila rak tidak mencukupi, sisa obat disimpan dalam dus besar

secara rapi dan teratur di atas lantai;

85
f) Penyimpanan obat di atas lantai dengan diberi alas pallet.

Penumpukan dus obat sesuai dengan petunjuk pada karton, jika

tidak tertulis pada karton maka maksimal ketinggian tumpukan

delapan dus.

g) Petugas mencatat sirup yang telah disusun dalam kartu stok;

h) Kartu stok ditempatkan dekat barang.

Untuk Penyimpanan sirup dilakukan di ruangan yang terlindung

dari lembab dan cahaya matahari, Penyimpanan dilakukan oleh tenaga

kefarmasian yang memiliki ijin kerja dan ijin praktek yang masih

berlaku dan Obat bentuk cairan disimpan pada suhu 15-30˚C.

3) Penyimpanan Salep dan Krim

a) Obat bentuk pasta (salep, krim dll.) yang telah diterima (di ruang

penerimaan) dimasukkan dalam ruang penyimpanan khusus obat.

b) Obat pasta disimpan dalam kemasan asli pabrik, disusun dalam

lemari khusus penyimpan salep/krim dengan rapi dan teratur.

c) Obat disusun secara alfabetis berdasarkan nama generiknya;

d) Obat disusun dengan menerapkan prinsip FEFO dan FIFO.

e) Apabila rak tidak mencukupi, sisa obat disimpan dalam dus besar

secara rapi dan teratur di atas lantai;

f) Penyimpanan obat di atas lantai dengan diberi alas palet.

Penumpukan dus obat sesuai dengan petunjuk pada karton, jika

tidak tertulis pada karton maka maksimal ketinggian tumpukan

delapan dus.

86
g) Petugas mencatat salep dan krim yang telah disusun dalam kartu

stok;

h) Kartu stok ditempatkan dekat barang.

Ruang penyimpanan salep dan krim terlindung dari cahaya matahari

langsung, di tempat yang sejuk ( 15-25oC), dalam wadah tertutup rapat

dan tidak lembab (kelembaban 30-50%), Penyimpanan dilakukan oleh

tenaga kefarmasian yang memiliki ijin kerja dan ijin praktek yang

masih berlaku.

4) Penyimpanan Suppositoriadan Sejenisnya

a) Suppositoria yang telah diterima langsung dimasukkan dalam

lemari pendingin tapi bukan dalam freezer (bila ruang penerimaan

tidak ada lemari pendingin).

b) Suppositoria disimpan dalam wadah tertutup rapat dan sesuai

petunjuk penyimpanan yang tercantum pada kemasan, dengan

menerapkan sistem FEFO dan FIFO,

c) Petugas mencatat suppositoria yang telah disusun dalam kartu

stok;

d) Kartu stok ditempatkan dekat barang .

Penyimpanan dalam lemari es, dalam wadah tertutup rapat dan

terlindung dari cahaya, Penyimpanan dilakukan oleh tenaga

kefarmasian yang memiliki ijin kerja dan ijin praktek yang masih

berlaku dan Obat suppositoria dan sejenisnya disimpan pada suhu 4-

8˚C.

87
5) Penyimpanan Cairan Infus

a) Cairan infus yang telah diterima dimasukkan dalam ruang

penyimpanan khusus obat.

b) Cairan infus diletakkan pada lantai yang diberi alas pallet dengan

rapi dan teratur.

c) Cairan infus disusun secara alfabetis;

d) Cairan infus disimpan dengan menerapkan sistem FEFO dan FIFO.

e) Bila dus dalam jumlah banyak, petugas memperhatikan

penumpukan dus obat sesuai dengan petunjuk pada karton, jika

tidak tertulis pada karton maka maksimal ketinggian tumpukan

delapan dus.

f) Petugas mencatat cairan infus yang telah disusun dalam kartu stok;

g) Kartu stok ditempatkan di dekat barang.

Penyimpanan dilakukan di ruangan yang terlindung dari cahaya

matahari, Suhu maksimal ruang penyimpanan adalah 30oCKelembaban

maksimal ruang penyimpanan adalah 50%, Penyimpanan dilakukan

oleh tenaga kefarmasian yang memiliki ijin kerja dan ijin praktek yang

masih berlaku yang termasuk cairan infus adalah NaCl 0,9%, dextrose

5%, dextran, ringer laktat, dextrose 10%.

88
6) Penyimpanan Injeksi

a) Sediaan injeksi yang telah diterima dimasukkan dalam ruang

khusus obat.

b) Sediaan injeksi disusun pada papan rak atau lemari bagian bawah

dan disimpan dalam wadah tertutup rapat dan sesuai petunjuk

penyimpanan yang tercantum pada kemasan.

c) Khusus untuk sediaan injeksi oksitosin, injeksi ephinefrin, injeksi

pospargin, disimpan di lemari pendingin.

d) Petugas menyusun sediaan injeksi secara alfabetis;

e) Petugas menerapkan prinsip FEFO dan FIFO.

f) Petugas mencatat sediaan injeksi yang telah disusun dalam kartu

stok;

g) Kartu stok ditempatkan dekat dengan barang.

Penyimpanan dilakukan dalam ruang terlindung dari cahaya matahari,

tidak lembab dan tempat yang kering pada suhu yang disesuaikan

dengan masing-masing injeksi, Penyimpanan dilakukan oleh tenaga

kefarmasian yang memiliki ijin kerja dan ijin praktek yang masih

berlaku dalam Pemindahan obat dilakukan dengan hati-hati supaya

tidak pecah/rusak.

89
7) Penyimpanan Bahan Mudah Terbakar

a) Bahan mudah terbakar yang telah diterima dimasukkan dalam

ruang khusus penyimpanan bahan mudah terbakar

b) Bahan mudah terbakar diletakkan pada lantai yang diberi alas

pallet dengan rapi dan teratur.

c) Petugas menyusun bahan mudah terbakar dengan menerapkan

sistem FEFO dan FIFO.

d) Petugas mencatat bahan mudah terbakar yang telah disusun dalam

kartu stok .

e) Kartu stok ditempatkan di dekat barang.

Penyimpanan dilakukan di ruangan terpisah dengan ruangan

penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan dalam ruang

penyimpanan selalu tersedia alat pemadam kebakaran dan dekat

dengan sumber air Suhu maksimal ruang penyimpanan adalah 23oC.

8) Penyimpanan Sera/Vaksin

a) Vaksin yang telah diterima dimasukkan dalam lemari pendingin;

b) Petugas menyusun vaksin dengan menerapkan sistem FEFO dan

FIFO;

c) Petugas melakukan pengamatan mutu vaksin secara berkala, bila

terdapat vaksin yang rusak dan kadaluwarsa dipisahkan di tempat

tersendiri.

d) Petugas melakukan pencatatan suhu penyimpanan vaksin setiap

hari.

90
e) Petugas mencatat vaksin yang telah disusun dalam kartu stok .

f) Kartu stok ditempatkan dekat barang.

Penyimpanan vaksin dilakukan dalam lemari pendingin dengan suhu

2-8˚C, dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya, Vaksin

disimpan dalam wadah tertutup rapat atau cold chain dalam

melakukan pemindahan obat harus hati-hati supaya tidak pecah/rusak

penyimpanan dilakukan oleh tenaga kefarmasian yang memiliki ijin

kerja dan ijin praktek yang masih berlaku.

9) Penyimpanan Obat Golongan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor

a) Obat golongan narkotika, psikotropika dan prekursor yang telah

diterima dimasukkan dalam ruang khusus obat.

b) Obat golongan narkotika, psikotropika dan prekursor disimpan

dalam lemari khusus.

c) Lemari khusus harus selalu terkunci.

d) Khusus untuk lemari narkotika mempunyai dua pintu (luar dan

dalam), dan kunci dipegang oleh dua orang yang berbeda.

e) Obat disusun secara alfabetis menurut namageneric.

f) Obat disimpan dengan menerapkan sistem FEFO dan FIFO.

g) Petugas mencatat obat yang telah disusun dalam kartu stok.

h) Kartu stok ditempatkan dekat barang.

Penyimpanan obat dilakukan dalam lemari terkunci dan terpisah dari

obat-obat yang lain. Sebagai pemegang kunci adalah kepala gudang

dan apabila berhalangan, kunci dapat didelegasikan kepada petugas

91
gudang farmasi yang lainSuhu penyimpanan tidak lebih dari 30°C

Penyimpanan dilakukan oleh tenaga kefarmasian yang memiliki ijin

kerja dan ijin praktek yang masih berlaku.

10) Penyimpanan Bahan Habis Pakai

a) Bahan Habis Pakai yang telah diterima dimasukkan dalam ruang

penyimpanan Bahan Habis Pakai.

b) Bahan Habis Pakaiyang bervolume kecil disusun pada rak. Bila

tidak muat, sisanya disimpan pada lantai yang diberi alas pallet;

c) Bahan Habis Pakai yang mempunyai volume besar disimpan dalam

dus, ditaruh di lantai dengan diberi alas palet. Jumlah tumpukan

dus sesuai dengan petunjuk pada karton, jika tidak ada petunjuk

maksimal ketinggian tumpukan adalah delapan dus.

d) Bahan Habis Pakaidisusun dengan menerapkan sistem FEFO dan

FIFO.

e) Petugas mencatat Bahan Habis Pakai yang telah disusun dalam

kartu stok.

f) Kartu stok ditempatkan dekat barang.

Untuk sarana dan prasarana pada tempat penyimpanan belum memadai

dan belum memenuhi standar ini dikarenakan ruangan tempat

penyimpanan yang sempit, rak-rak tempat penyimpanan kurang dan

sebagian tidak memiliki pallet sehingga barang yang datang hanya

ditumpuk di lantai dan aja juga beberapa pelaratan yang disimpan diluar

ruangan karna tidak ada tempat penyimpanannya lagi.

92
Pernyataan di atas sejalan dengan peneitian yang dilakukan Muhammad

Fais Satrianegara, Emmi Bujawati, dan G. (2018). Dalam penyimpanan obat

di Gudang Instalasi Farmasi RSUD Lanto Daeng Pasewang yang

bertanggung jawab adalah kepala gudang dan staf gudang. Penyimpanan

obat digudang dilakukan dengan cara memisahkan obat berdasarkan sumber

dan jenisnya, suhu kamar serta model penyimpanannya menggunakan

system FIFO (First In First Out), FEFO (First Expire First Out) dan sesuai

alfabetis. Berdasarkan hasil penelitian, Penataan obat di lemariberdasarkan

alfabetis, dipisahkan ber- dasarkan jenisnya dan menggunakan metode FIFO

FEFO. Penyimpanan obat di Gudang Instalasi Farmasi RSUD Lanto Daeng

Pasewang selalu disertai dengan kartu stok. Hasil Pencatatan keluar

masuknya obat digudang merupakan hal yang perlu dilakukan, dalam

pencatatn keluar masuknya obat digudang Instalasi Farmasi RSUD Lanto

Daeng Pasewang dilakukan oleh masing- masing penanggung jawab

gudang.

Berdasarkan teori dan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa

kebijakan di RSUD dr Adnaan WD Payakumbuh sudah sesuai dengan

aturan Permenkes No 72 Tahun 2016 namun untuk sarana dan prasarana

penyimpanan obat Logistik Farmasi Rumah Sakit dr Adnaan WD

Payakumbuh harus dilengkapi sehinga pendistribusian obat selanjutnya

dapat berjalan dengan lancar.

93
5. Pendistribusian

Menurut Permenkes 72 Tahun 2016 pasal 3 Ayat 1 huruf ADistribusi

merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan/

menyerahkan Sediaan Farmasi, AlatKesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai dari tempatpenyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan

tetapmenjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.Rumah

Sakit harus menentukan sistem distribusi yang dapatmenjamin

terlaksananya pengawasan dan pengendalian SediaanFarmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di unitpelayanan.

Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengancara:

a. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)

1) Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola

oleh Instalasi Farmasi.

2) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang

disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat

dibutuhkan.

3) Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang

mengelola (di atas jam kerja) maka pendistribusiannya didelegasikan

kepada penanggung jawab ruangan.

4) Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor

stock kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.

94
5) Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan kemungkinan

interaksi Obat pada setiap jenis Obat yang disediakan di floor stock.

b. Sistem Resep Perorangan

Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai berdasarkan Resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat

inap melalui Instalasi Farmasi.

c. Sistem Unit Dosis

Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai berdasarkan Resep perorangan yang disiapkan dalam unit

dosis tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien.

Sistem unit dosis ini digunakan untuk pasien rawat inap.

d. Sistem Kombinasi

Sistem pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan

kombinasi a + b atau b + c atau a + c.

Sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) sangat dianjurkan untuk

pasien rawat inap mengingat dengan sistem ini tingkat kesalahan pemberian

Obat dapat diminimalkan sampai kurang dari 5% dibandingkan dengan

sistem floor stock atau Resep individu yang mencapai 18%.

Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh

pasien dengan mempertimbangkan:

a. Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada; dan

b. Metode sentralisasi atau desentralisasi.

95
Disimpan secara benar dan diinspeksi secara periodik. Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang harus

disimpan terpisah yaitu:

a. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan

diberi tanda khusus bahan berbahaya.

b. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi

penandaaan untuk menghindari kesalahan pengambilan jenis gas

medis. Penyimpanan tabung gas medis kosong terpisah dari tabung

gas medis yang ada isinya. Penyimpanan tabung gas medis di ruangan

harus menggunakan tutup demi keselamatan.

Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk

sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired

First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi

manajemen. Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai yang penampilan dan penamaan.

Sedangkan menurut Standar Operasional Prosedur (SOP) di Logistik

Farmasi Rumah Sakit sama dengan pendistribusian menurut Permenkes No.

72 Tahun 2016 dimana dalam prosedur pendistribusian obat di logistik

farmasi rumah sakit melakukan secara Langsung dan dengan cara

Amprahan dengan prosessebagai berikut.

96
a. Prosedur Amprahan barang dari Apotik

1) Petugas Apotek Instalasi Farmasi menyerahkan amprahan kebutuhan

apotek kepada petugas gudang 1 (satu) kali seminggu.

2) Petugas gudang menganalisa amprahan tersebut.

3) Dengan mempertimbangkan sisa stok di Gudang obat, petugas

gudang mengambilkan amprahan.

4) Jumlah dan item barang yang dipenuhi dan yang tidak dipenuhi

dicatat pada lembar tanda terima barang.

5) Lembar tanda terima barang diserahkan oleh petugas gudang kepada

Kasub instalasi perbekalan untuk dianalisa kembali dan disetujui

untuk diserahterimakan.

6) Petugas gudang bersama-sama dengan petugas amprahan melakukan

pengecekan barang amprahan sebelum diserahterimakan.

7) Barang-barang yang sudah dicek, diserahterimakan dari petugas

gudang ke petugas amprahan.

8) Petugas gudang dan petugas amprahan membubuhkan paraf pada

lembar serah terima barang.

9) Penyimpan barang melegalisasi pengeluaran barang dari gudang.

10) Barang yang sudah diserahterimakan, dibawa ke apotek oleh petugas

amprahan dibantu oleh petugas gudang.

97
b. Pendistribusian Bahan Habis Pakai

1) Petugas ruangan menyerahkan permintaan Bahan Habis Pakai kepada

petugas gudang setiap minggu.

2) Petugas gudang menganalisa permintaan Bahan Habis Pakai,

kemudian mengambilkan sesuai permintaan.

3) Item barang yang dipenuhi di catat di dalam blanko serah terima

barang.

4) Petugas gudang melakukan serah terima barang dengan petugas

ruangan sesuai dengan daftar barang yang diberikan.

5) Bukti serah terima di dokumentasikan sebagai arsip.

Semua ini terkait dengan Apotek rawat jalan, Apotek rawat inap, Apotek

IGD, Bedah Sentral dan Bagian produksi. Untuk pemberian obat kepada

pasien rawat jalan dan rawat inap di berikan langsung oleh petugas apoteker

kepada pasien.

Sistem pendistribusian untuk pasien rawat inap diselenggarakan secara

sentralisasi dan dengan sistem persediaan life saving/emergency diruangan

dan sistem resep perorangan, sedangkan Pendistribusian Perbekalan Farmasi

untuk Pasien Rawat Jalan kegiatan pendistribusian diselenggarakan secara

sentralisasi dengan sistem resep perorangan oleh Apotik Rumah Sakit,

ketika melakukan pendistribusian obat terdapat kendala yang dihadapi yaitu

barang dibutuhkan tidak tersedia di gudang Logistik Farmasi Rumah Sakit.

Penyataan ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan, Stella

Herliantine Febreani dan Djazuly Chalidyanto, Fakultas Kesehatan

98
Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya pada tahun 2016, Metode

pendistribusian obat yang dilakukan adalah dengan metode desentralisasi

yaitu semua penyaluran obat ke unit-unit pelayanan terpusat pada gudang

logistik disertai dengan penyediaan obat-obat tertentu di kamar obat pada

rawat inap dan depo farmasi.Pendistribusian obat untuk pasien rawat inap

yakni menggunakan dengan sistem kombinasi Unit Dose Dispensing (UDD)

dan resep perorangan sementara untuk pasien rawat jalan yakni dengan

sistem resep perorangan. Proses pendistribusian obat yang dilakukan di

logistik instalasi farmasi yakni dengan prinsip First In First Out (FIFO)

yakni dimana obat yang dikeluarkan adalah obat yang pertama kali datang.

Tidak ada petugas khusus dalam pendistribusian obat melainkan para

penanggung jawab tiap unit pelayanan, kamar obat, dan depo mengambil

sendiri ke ruangan logistik farmasi.

Berdasarkan teori dan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa

kebijakan dalam pendistribusian di RSUD dr Adnaan WD Payakumbuh

sudah sesuai dengan aturan Permenkes No 72 Tahun 2016. Tetapi dalam

pendistribusian petugas juga memiliki kendala dalam hal stock obat yang

tidak mencukupi kebutuhan pasien.

99
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang gambaran proses

pendistribusian obat di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Adnaan WD

Payakumbuh Tahun 2019, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Dalam proses Pendistribusian Obat di Rumah Sakit dr Adnaan WD

Payakumbuh sudah sama dengan Proses Pendistribusian menurut Permenkes

No 72 Tahun 2016 pasal 3 Ayat 1 huruf A namun masih ada beberapa tahap

yang belum sesuai dengan Permenkes, Tahap proses Pendistribusian sudah

berjalan dengan baik

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka dapat disampaikan

saran bahwa dalam proses Pendistribusian Logistik Farmasi Rumah Sakit dr

Adnaan WD Payakumbuh harus dilakukan dengan SOP yang telah ditetapkan

sehingga tahap-tahap Pendistribusian dapat berjalan dengan lancar.

100
DAFTAR PUSTAKA

Dep Kes RI 2004 Keputusan Mentri Kesehatan RI tentang standar pelayanan


farmasi di Rumah Sakit dan Apotik, Jakarta.

Dep Kes RI, 2009. undang-undang no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
departemen kesehatan RI. Jakarta.

Dr. Satibi, M.Si., Apt. 2014. Manajemen Obar di Rumah Sakit, Fakultas Farmasi,
Universitas Gadjah Mada, Yokyakarta.

Febriawati, Henni. 2013. Manajemen Logistik Farmasi Rumah Sakit. Yokyakarta:


Gosyen.

Febreani, Stella Herliantine, dan Djazuly Chalidyanto. 2016. Pengelolaan Sediaan


Obat Pada Logistik Farmasi Rumah Sakit Umum Tipe B Di Jawa
Timu.Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga,
SurabayaJurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 4 Nomor 2
Juli- Desember 2016.
Hardiyanti. 2018. Manajemen Obat Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
Daerah Andi Makkasau Kota Parepare Tahun 2018. (SRIPSI) Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Makassar.

Kementrian Kesehatan nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar


Pelayanan Rumah Sakit.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar


Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.

Kemenkes RI, 2010. Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit,


Jakarta.

Kumalasari, ayu dan Thini Nurul Rochmah (2016). Pengendalian Persediaan


Obat Generik Dengan Metode MMSL (Minimum-Maxsimum Stock Level)
di Unit Farmasi Rumah Sakit Islam Surabaya. fakultas kesehatan
masyarakat, universitas air langga, surabaya. Jurnal manajemen
kesehatan STIKES Rs dr soetomo, vol.2 no. 2 oktober 2016: 143-152
Nesi Gregonius dan Erna Kristin. 2018. Evaluasi Perencanaan dan Pengadaan
Obat di Instalasi Farmasi RSUD Kefamenanu Kabupaten Timor Tengah
Utara. Mahasiswa Magister Manajemen Rumah Sakit, Fakultas
Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah
Mada. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, Vol. 07, No. 04
Desember 2018
Pamungkas, G dan D. Nurhasanah. (2016). “Analisis Penyebeb Kekosongan Stock
Obat Kusta di RS. X Tahun 2014”. Jurnal ilmu kesehatan, Vol.10,No.1,
hlm: 626-638.

Pebrianti. (2019). Manajemen logistik pada gudang farmasi rumah sakit umum
daerah kabelota kabupaten donggala. 127–136.

Peraturan Badan Pengelolaan Obat dan Makanan No 26 Tahun 2017. Organisasi


dan Tata Kerja Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Kepala Badan
Pengawasan Obat dan Makanan.

Peraturan Presiden RI No. 94 Tahun 2007 tentang Pengelolaan dan Pengawasan


atas Pengadaan dan Penyaluran Bahan Obat.

Permenkes No. 340/Menkes/per/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit.

Permenkes No. 72 Tahun 2016. Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di


Rumah Sakit. Jakarta: peraturan Mentri Kesehatan RI.

Prisanti, widya. 2019. Analisis Perencanaan dan Pengadaan Obat Dengan


Metode Analisis ABC di Instalasi Farmasi RSIA Aisyiyah Klatin.Program

Rudy Wahyudi. (2015). Analisis Pengendalian Persediaan Barang Berdasarkan


Metode EOQ di Toko Era Baru Samarinda. Ejurnal ilmu administrasi
bisnis, 2015, 2(1): 162-173. Issn 2355-5408.

Satrianegara, Fais, Syarfaini, Syamsiah Adha dan Nurul Iwanah Husain. 2018.
Gambaran Pengelolaan Persediaan Obat Di Gudang Farmasi Rsud
Syekh Yusuf Gowa. Makasar: Bagian Administrasi Rumah Sakit
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar dan bagian Gizi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Volume 10, Nomor 2, Juli-
Desember 2018.

Satrianegara, Muhammad Fais, Emmi Bujawati dan Gusnawi. 2018.”Analisis


Pengelolaan Manajemen Logistik Obat di Instalasi Farmasi Rsud Lanto
Daeng Pasewang Kabupaten Jenepont”

Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas


Muhammadiyah Surakarta.

Stella Herliantine Febreani dan Djazuly Chalidyanto, 2016. Pengelolaan Sediaan


Obat Pada Logistik FarmasiRumah Sakit Umum Tipe B Di Jawa Timur.
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya.

Trisnantoro, Laksono. 2003. Memahami Ilmu Ekonomi Dalam Manajemen Rumah


Sakit. Gadjah Mada University Press.
Winasari, Arjina. (2015). Gambaran Penyebab Kekosongan Stok Obat Paten Dan
Upaya Pengendaliannya Di Gudang Medis Instalasi Farmasi Rsud Kota
Bekasi Pada Triwulan I tahun 2015. Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam
Negri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
LAMPIRAN 1

1. Faktur Barang Masuk

2. Kartu Stok
3. Gudang obat khusus penyakit dalam

4. Gudang obat injeksi


5. Ruang BHP (bahan habis pakai)

6. Ruang BMHP (bahan medis habis pakai)

7. Ruang B3 (Bahan Beracun Berbahaya)


1. Barang amprahan

2. Memberi tanda pada obat khusus

a. High Alert

b. LASA (look alike sound alaike)


c. Obat Narkotika
3. Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas

Gambar 3.1

DIREKTUR

Direktur Direktur

Umum & Keuangan Pelayanan & Penunjang

Kabag Kabid

Umum & Kepegawaian Pelayanan Medis

Kabag Kabid

Akuntansi & Pelaporan Pelayanan Keperawatan

Kabag Kabid
Perencanaan&Pengangg Pelayanan Penunjang
aran
STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI FARMASI

RSUD Dr.ADNAAN WD KOTA PAYAKUMBUH

DIREKTUR UTAMA

DIREKTUR PELAYANAN DAN PENUNJANG

KABIT PENUNJANG

KOMITE
INSTALASI FARMASI
FARMASI TERAPI

TERAPI
SUB INSTALASI SUB INSTALASI SUB INSTANSI SUB
PERBEKALAN APOTEK FARMASI INSTALASI
FARMASI KLINIK PRODUKSI
PE
BAGIAN BAGIAN DEPO
BAGIAN PIO BAGIAN
PENYIMPAN RAWAT JALAN
PRODUK
AN
SI

BAGIAN DEPO BAGIAN


BAGIAN
RAWAT INAP KONSELING
ADMINISTRASI

BAGIAN DEPO
IGD

Anda mungkin juga menyukai