Anda di halaman 1dari 7

Tersedia online di:http://journal.poltekkp-bitung.ac.

id
Jurnal Bluefin Fisheries, 2 (2), 2020, App. 1-7

Teknik Pengoperasian Hand Line Tuna dengan Metode


Pemberat Batu dan Minyak Cumi di Perairan Laut Maluku

Karyanto*, Muhammad Zainul Arifin, Lidya Katili


Teknik Penangkapan Ikan, Politeknik Kelautan dan Perikanan Bitung,
Jl. Tandurusa Po Bok 12 Btg, Kota Bitung,Sulawesi Utara
*Corresponding Author, Email : aryakaryanto56@gmail.com

ABSTRAK
Pancing ulur tuna telah digunakan secara luas oleh nelayan di Laut Sulawesi dan
sekitarnya, untuk menangkap ikan pelagis besar dengan kapal-kapal ukuran kecil. Keberhasilan
penangkapan tuna hand line, disamping dipengaruhi oleh umpan, juga dipengaruhi oleh teknik
pengoperasian. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik pengoperasian
alat tangkap hand line tunadan hasil tangkapannya.Penelitian ini dilakukan pada bulan
September-November 2014 di perairan Laut Maluku dengan KM.Coelacanth milik Politeknik
Kelautan dan Perikanan Bitung. Data tangkapan dikumpulkan dengan menggunakan alat tangkap
hand line tuna selama 6 trip di perairan Laut Maluku menggunakan analisa deskriptif. Hasil
tangkapan madidihang (Thunnus albacares) sebesar 79,9% masih lebih banyak dibandingkan
dengan tuna mata besar (Thunnus obesus) yang hanya 20,1%.
Kata kunci : Madidihang; Pancing ulur tuna; Teknik pengoperasian

ABSTRACT
Tuna hand line has been used extensively by fishermen in the Sulawesi Sea and its
surroundings, to catch large pelagic fish with small boats. The success of catching hand line
tuna, in addition to bait, also by technical techniques. Therefore, this study aims to measure the
area of tuna fishing gear and its catch. The research was conducted in September-November
2014 in Maluku Sea waters with KM. Coelacanth belongs to Polytechnic of Marine and
Fisheries, Bitung. Data were collected using a tuna hand line fishing gear for 6 trips in the
waters of the Maluku Sea using descriptive analysis. The catch of yellowfin (Thunnus albacares)
was 79.9%, still more than the big eye tuna (Thunnus obesus) which was only 20.1%.
Keywords: Operation technique;Tuna hand line; Yellowfin
Jurnal Bluefin Fisheries, 2 (2), 2

1. Pendahuluan GT, dengan mesin tempel (outboard engine)


Ikan pelagis besar salah satunya 25 – 40 GT (Labaro et al. 2008).
adalah jenis ikan tuna yang memiliki nilai Menurut Witomo dan Wardono (2012)
ekonomis penting di dunia dan merupakan bahwa komoditas utama perikanan tangkap
komoditi perikanan terbesar ketiga di Kota Bitung adalah tuna, cakalang dan
Indonesia setelah udang dan ikan dasar. Ikan layang. Armada penangkapan di Kota
tuna memiliki harga yang relatif lebih mahal Bitung sebagian besar adalah alat tangkap
dibandingkan harga komoditas ikan lainnya menggunakan mata pancing seperti pancing
dengan permintaan terus meningkat. tuna, rawai tuna, pancing ulur karena ini
Alat tangkap yang cocok untuk berpengaruh dengan nilai jual ikan yang
menangkap ikan pelagis besar seperti tuna tertangkap khusus ikan tuna dan ikan
adalah alat tangkap handline atau pancing cakalang.
ulur. Tauladani et al (2013) mengatakan Nelayan di Kota Bitung pada
pancing ulur tuna biasa digunakan oleh umumnya menggunakan alat tangkap hand
nelayan untuk menangkap ikan pelagis line untuk menangkap ikan tuna di perairan
besar. Salah satu alat tangkap yang umum Laut Maluku. Keberhasilan penangkapan
digunakan oleh nelayan di Sulawesi Utara tuna hand line disamping dipengaruhi oleh
untuk mengeksploitasi sumberdaya tersebut umpan juga dipengaruhi oleh teknik
adalah pancing ulur tuna atau tuna hand pengoperasian (Karyanto et al, 2014).
line. Subani (1989) mengatakan pancing Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
ulur terdiri atas beberapa komponen, yaitu teknik pengoperasian menggunakan alat
1) gulungan tali, 2) tali pancing, 3) mata tangkap hand line dengan metode umpan
pancing, dan 4) pemberat. Selain metode pemberat batu dan tinta cumi, dan
konstruksinya sederhana, metode mengetahui hasil tangkapan tuna.
pengoperasian mudah, tidak memerlukan
Waktu dan Tempat Penelitian
modal yang besar dan kapal khusus (Von
Penelitian dilaksanakan selama 3
Brandt, 1984 dalam Sudirman dan Mallawa,
bulan sejak bulan September sampai bulan
2004).
Nopember 2014, di KM. Coelacanth milik
Target atau sasaran tangkapan utama
Akademi Perikanan Bitung/Politeknik
adalah madidihang (yellowfin tuna) yang
Kelautan dan Perikanan Bitung.
berasosiasi dengan rumpon pada kedalaman
50-200 meter. Kapal yang digunakan dalam
perikanan ini biasanya perahu katir tipe
pelang atau pump boat (outrigger canoes) 5
Jurnal Bluefin Fisheries, 2 (2), 3

utama adalah merk Yanmar 170 PK dan


mesin generator set merek Perkin 45 PK.

Alat Tangkap KM. Coelacanth


Alat tangkap yang digunakan di KM.
Coelacanth, dalam operasi penangkapan
adalah menggunakan alat tangkap hand
line tuna, karena alat ini merupakan alat
Gambar 1. Lokasi penelitian di Politeknik
yang sederhana dan mudah dioperasikan,
KP Bitung
daerah penangkapan di dekat rumpon
disekitar perairan laut Maluku. Alat tangkap
Pengambilan data diambil pada KM.
terdiri dari gulungan tali, tali utama, swivel,
Coelacanth mengenai data tangkapan selama
snap, pemberat, tali cabang dan mata
6 trip terakhir pada tahun 2014 sebagai
pancing, spesifiksi alat tangkap (Tabel 1).
sampel kapal yang menggunakan umpan
alami berpemberat batu dan minyak cumi
(cisabu), Analisis data menggunakan
deskriptif kualitatif untuk menggambarkan
teknik pengoperasian menggunakan alat
tangkap hand line tuna (pancing ulur).

Hasil dan Pembahasan


Operasi penangkapan tuna hand line
KM. Coelacanth adalah Kapal latih
dilengkapai dengan pemberat tambahan
milik Akademi Perikanan Bitung/Politeknik
yaitu dari bahan material batu yang
Kelautan dan Perikanan Bitung yang
gunanya untuk meletakkan umpan sayat
berkedudukan di Bitung Sulawesi Utara,
sebagai umpan hambur selain umpan yang
tipe longliner tahun pembuatan 2007
dikaitkan pada mata pancing. Pemberat batu
dengan Gross Tonage 28, kontruksi kapal
juga berfungsi untuk membantu
terbuat dari bahan fiberglass. KM.
mempercepat tenggelamnya pancing. Selain
Coelacant sekarang difungsikan sebagai
umpan alami juga ada tambahan dari bahan
sarana praktek laut dengan alat tangkap
ekstrak minyak cumi (cisabu) yang
Hand line. KM. Coelacanth dilengkapi
fungsinya untuk menarik perhatian tuna,
dengan alat bantu penangkapan yaitu perahu
deskripsi alat tangkap handline disajikan
katinting/pakura sejumlah 4 unit. Penggerak
pada Gambar 2.
Jurnal Bluefin Fisheries, 2 (2), 4

pada tali pancing. Swivel yang


digunakan terbuat dari kuningan dan
stainless steel.
(5) Pemberat
Pemberat berfungsi untuk mempercepat
tenggelamnya pancing dan menjaga
pancing tetap dalam keadaan lurus serta
Gambar 2. Desain hand line KM.
menjaga pancing tidak terbawa arus,
Coelacanth
pemberat yang digunakan terbuat dari
Karyanto (2014) mengatakan bahwa
bahan timah sebagai pemberat utama
bagian-bagian alat tangkap hand line
satu rangkaian dengan alat tangkap.
sebagai berikut :
(6) Pemberat Tambahan (Batu)
(1) Gulungan tali berbahan plastik dan kayu
Batu gunung yang fungsinya untuk
yang berbentuk bundar dan tengahnya
meletakkan umpan yang disayat-sayat
lubang sebagai pegangang tangan pada
kecil selain umpan yang kaitkan pada
saat menggulung, ukuran gulungan tali
mata pancing.
disesuaikan dengan panjang tali
(7) Tali Cabang
pancing. Penggunaan gulungan tali
Tali cabang terbuat dari bahan
bertujuan untuk menggulung tali agar
monofilament yang panjangnya 15-20
tidak kusut pada saat operasi
meter dengan ukuran 120.
penangkapan.
(8) Mata Pancing
(2) Tali utama (monofilament) yang
Mata pancing berbahan stainless steel
digunakan bernomor 140 dengan
fungsinya untuk mengaitkan umpan
panjang 200-300 meter menyesuaikan
sehingga ikan yang makan dapat terkait
kedalam laut sebagai daerah
pada mata pancing, mata pancing yang
penangkapan tuna,.
digunakan adalah tuna circle hook tipe
(3) Snap berfungsi sebagai penyambung
C (Cicago) ukuran no. 13.
antara tali utama dengan tali cabang
(9) Umpan
untuk memudahkan dalam operasi
Adalah umpan alami jenis ikan
penangkapan ketika mengganti bagian
cakalang segar baik dipotong kecil
tali cabang.
maupun disayat-sayat sebagai penarik
(4) Swivel
perhatian tuna.
Swivel atau kili-kili, berguna untuk
menetralisir adanya lilitan atau belitan
Jurnal Bluefin Fisheries, 2 (2), 5

mungkin agar batu dan mata pancing


terlepas. Umpan yang diikatkan pada batu
akan berhamburan dan kantong minyak
cumi akan menyebarkan larutan ekstrak
minyak cumi, sehingga menarik perhatian
ikan untuk memakannya.

Gambar 3. Alat tangkap hand line tuna KM.


Coelacanth
(Sumber : KM. Coelacanth)

Teknik Pengoperasian Alat Tangkap


Hand Line
Anak Buah Kapal atau pemancing
terlebih dahulu mencari umpan dengan cara
Gambar 4. Pemasangan umpan dan kantong
mengail menggunakan pancing bira-bira
minyak cumi pada mata pancing
(minihand line). Ikan seperti tongkol,
cakalang dan tuna kecil yang sudah
ditangkap kemudian disayat tipis/dipotong-
potong kecil dan salah satu sayatan
dikaitkan pada mata pancing bersamaan
dengan larutan minyak cumi hingga mata
pancing tidak terlihat. Daging ikan yang
sudah disayat ditambahkan dan ditaruh di
Gambar 5. Pemasangan umpan dan kantong
atas batu kemudian diikat bersamaan
cumi serta pengikatannya pada batu
dengan umpan dan minyak cumi yang
sudah dikaitkan pada mata pancing.
Pemberat batu yang sudah diberi
umpan dan dikat bersamaan dengan mata
pancing diturunkan pelan-pelan ke laut
pada kedalaman 50 – 150 m. Tali pancing
diulur pada kedalaman yang sudah
ditentukan kemudian tali disentak sekuat Gambar 6. Umpan dan batu siap diturunkan
Jurnal Bluefin Fisheries, 2 (2), 6

Tali pancing ditarik atau disentak kuat 1250 54’00” BT hingga 000 42’ 00” LU-
pada saat ikan sudah memakan agar pancing 1260 48’00” BT di perairan laut Maluku.
terkait pada mulut ikan. Tali pancing ditarik Sesuai Tabel 2 hasil tangkapan KM.
pelan-pelan mengikuti pergerakan tuna Coelacanth selama 6 trip mendapatkan 2
dengan hati-hati sampai tuna mendekati jenis tuna sebanyak 139 ekor, madidihang
perahu, kemudian dinaikkan dengan ganco (Thunnus albacares) sebanyak 79,9%
ke atas kapal/perahu. Ikan tuna dimasukkan sedangkan tuna mata besar (Thunnus
kedalam palka yang sudah dikasih es curah. obesus) sebanyak 20,1%. Tangkapan
Operasi penangkapan pancing ulur (hand terbayak didapat pada trip 4 sebanyak 30
line) dilakukan mulai pukul 05.00-20.00, ekor, madidihang (Thunnus albacares)
disekitar rumpon sebagai pengumpul tuna. sebanyak 83,3% dan tuna mata besar
Tujuan pemasangan rumpon disuatu (Thunnus obesus) sebanyak 16,7%
perairan adalah untuk memikat ikan yang sedangkan tangkapan terendah didapat pada
beruaya agar mau singgah, beristirahat, trip ke 2 sebanyak 15 ekor, madidihang
berkumpul atau terkonsentrasi di sekitar (Thunnus albacares) sebanyak 73,3% dan
rumpon, sehingga akan mempermudah tuna mata besar (Thunnus obesus) sebanyak
nelayan dalam menentukan daerah 26,7%. Ini menunjukkan bahwa hasil
penangkapan ikan (fishing ground), dengan tangkapan pada KM. Coelacanth
adanya kepastian daerah penangkapan ikan, didominasi oleh madidihang (Thunnus
maka waktu dan biaya operasi penangkapan albacares) selama 6 trip operasi
bisa diprediksi secara akurat, sehingga usaha penangkapan. Hasil ini sesuai yang
penangkapan ikan akan bisa menjadi efektif dikemukakan Labaro, et al. (2008) bahwa
dan efisien (Martasuganda, 2008). tuna yang tertangkap di laut Maluku adalah
Daerah penangkapan tuna hand line madidihang (Thunnus albacares) 87,21 %,
KM. Coelacanth, selama 6 trip operasi dan tuna mata besar 9,30 %. Sudirman dan
penangkapan berada pada titik koordinat Mallawa (2004) mengatakan hasil
atau posisi yang merupakan daerah tangkapan utama pancing ulur adalah tuna
0
penangkapan terbanyak 00 02’ 00” LU - (Thunnus spp.)
Jurnal Bluefin Fisheries, 2 (2), 7

Karyanto, Reppie E, Budiman J. 2014.


Perbandinagn Hasil Tangkapan Tuna
20,1%
HandLine dengan Teknik
Madidihang
Tuna mata besar Pengoperasian yang Berbeda di Laut
79,9%
Maluku. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Perikanan Tangkap. 1(6): 221-226.
Gambar 78. Grafik hasil tangkapan tuna
Martasuganda, S. 2008. Rumah pondok
Kesimpulan ikan. Departemen Pamanfaatan
1. Umpan yang digunakan jenis ikan Sumberdaya Perikanan dan Pusat
tongkol, cakalang dan tuna kecil. Batu Kajian Sumberdaya Pesisir dan
digunakan sebagai pemberat sekaligus Lautan. Institut Pertanian Bogor.
untuk meletakkan mata pancing yang Subani, W., H.R. Barus. 1989. Alat dan cara
sudah diberi umpan dan minyak cumi. penangkapan ikan di Indonesia.
2. Hasil tangkapan didominasi oleh Lembaga Penelitian Perikanan laut.
madidihang (Thunnus albacares) Jakarta.
sebanyak 79,9% sedangkan tuna mata
Sudirman, H dan Malawa, A. 2004. Teknik
besar (Thunnus obesus) 20,1%.Dari
penangkapan ikan. Penerbit Rineka
seluruh tangkapan sebanyak 139 ekor.
Cipta Jakarta.

Daftar Pustaka Tauladani, S.A, Arifin, M.Z, Wijaya N.

Labaro, I., etal. 2008. Pengaruh larutan 2013. Pengaruh Umpan Buatan dan

minyak cumi (Chisabu) terhadap hasil alami Terhadap Hasil Tangkapan

tangkapan pancing ulur tuna di Tuna HandLine di Perairan Laut

Perairan sekitar pulau Batang Dua. Maluku. Aquatic Science &

Prosiding Konferensi Nasional Pesisir Management, Edisi Khusus 1, 57-

dan Lautan, pp. 782-790 61.

Karyanto, 2014. Perbandingan Hasil Witomo dan Wardono (2012)Witomo CM

Tangkapan Tuna Hand Line dengan dan Wardono Budi. 2012. Potret

Menggunakan Teknik Pengoperasian Perikanan Tangkap Tuna, Cakalang

Yang Berbeda Di Perairan Laut dan Layang di Kota Bitung. Buletin

Maluku [Skripsi]. Manado (ID): Riset Sosek Kelautan dan

Universitas Samratulangi Manado. Perikanan. 7(1) : 7-1

Anda mungkin juga menyukai