pesisir dan potensi hutan mangrove dengan luas wilayah sebesar 89,743 ha
Kabupaten Demak terletak di daerah pesisir yang memiliki potensi kelautan dan
perikanan cukup besar dari perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Desa
Betahwalang juga memiliki ekosistem hutan mangrove yang cukup luas sebesar
44
45
Kondisi mangrove disini sebagian besar berada di tepi sungai dan di sekitar
area tambak. Tambak-tambak tersebut sudah dikelola secara intensif yang dimiliki
perseorangan. Namun ada juga tegakan mangrove yang ditemukan pada substrat
perairan di Desa Betahwalang berkisar antara 28°C - 30°C. Nilai salinitas berkisar
antara 10 ppt – 20 ppt dengan derajat keasaman (pH) 6-7 dan nilai DO berkisar
4.1.2. Demografi
Data penduduk meliputi data jumlah penduduk, tingkat pendidikan dan mata
potensi ekosistem hutan mangrove dan manfaat secara ekonomi dari ekosistem
hutan mangrove.
a. Jumlah Penduduk
rincian penduduk yang berjenis kelamin laki-laki 2.908 jiwa dan penduduk yang
berjenis kelamin perempuan 2.764 jiwa yang berasal dari 1.589 kepala keluarga.
Perempuan (2.764)
b. Tingkat Pendidikan
tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) 1.546 orang, Sekolah Menengah Tingkat
Pertama (SLTP) sebanyak 1.379 orang, Sekolah Menengah Tingkat Atas (SLTA)
520 orang, Sarjana 57 orang, belum sekolah 659 orang dan tidak sekolah 134
orang. Adapun jumlah sarana dan prasarana pendidikan yang ada di Desa
Sekolah Dasar (SD), 1 banguan Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SLTP) dan
c. Mata Pecaharian
wilayah Desa Betahwalang terletak di pantai laut jawa yang memberikan peluang
bagi masyarakat untuk berprofesi sebagai nelayan. Untuk lebih jelasnya dapat
PNS (12)
mengenai fungsi fisik ekosistem hutan mangrove sebesar 83% sebanyak 128 orang ,
ragu-ragu 10% sebanyak 16 orang dan yang tidak mengetahui sebesar 7% sebanyak
7% 10%
Tidak Mengetahui (11)
Mengetahui (128)
besar sudah mengetahui manfaat mangrove sebagai penahan abrasi sebesar 24%,
pelindung tambak sebesar 38%, penghasil kayu sebesar 13%, penahan lumpur
sebesar 20% dan sebagai tempat wisata sebesar 5% . Data mengenai pengetahuan
Penghasil Kayu
24% 13%
Penahan Lumpur
20%
5%
Pelindung Tambak
38%
Tempat Wisata
mengetahui manfaat mangrove secara ekonomi yaitu sebanyak 73% dan sebanyak
27%
Mengetahui (109)
73%
Tidak Mengetahui (41)
yang sering dilakukan masyarakat disekitar hutan mangrove yaitu pembukaan lahan
pengambilan kayu, daun dan akar mangrove sebesar 19% dan pengambilan buah
mangrove sebesar 2%. Data mengenai jenis manfaat ekonomi ekosistem hutan
Data hasil penelitian akan dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Hasil
mangrove yang dapat dilihat pada Tabel 9 memiliki status valid karena nilai r
Tabel 10. Uji Reliabilitas Data Penelitian Valuasi Ekonomi Ekosistem Hutan
Mangrove di Desa Betahwalang, Kecamatan Bonang, Kabupaten
Demak
meliputi perikanan tangkap yaitu rajungan, ikan bandeng, udang, dan kepiting.
Untuk potensi perikanan budidaya terdapat tambak ikan bandeng dan udang yang
dikelolah masyarakat secara alami maupun intensif. Pengolahan hasil laut yang
sedang dirintis oleh masyarakat Desa Betahwalang yaitu pembuatan tepung yang
terbuat dari limbah cangkang rajungan, pembuatan krupuk ikan, pembuatan ikan
ekosistem hutan mangrove dapat diolah menjadi produk makanan seperti permen,
jenang, sirup dan krupuk namun belum dikembangkan untuk wirausaha karena
Nilai ekonomi sumber daya mangrove dibagi menjadi nilai guna (use
value) dan nilai non guna (non use value). Nilai guna meliputi nilai langsung
(direct use value) dan nilai pilihan (option value). Sedangkan komponen lainnya
yaitu nilai non guna (non use value) dibagi menjadi dua yang meliputi nilai
Tabel 11. Review Nilai Guna Langsung Ekosistem hutan mangrove di Desa
Betahwalang, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak
yang sering dilakukan di Desa Betahwalang. Secara umum bisa dilihat dari Tabel
11 nilai total manfaat langsung ekosistem hutan mangrove selama setahun dalam
skala kecil yaitu tambak garam sebesar Rp 18.000.000 dari hasil produksi 1500
kg, penjual ikan asin sebesar Rp 23.000.000,-/tahun dari hasil produksi 1000
bungkus dan penangkapan ikan sebesar Rp 24.380.000 dari hasil produksi 2.219
/tahun dari hasil produksi 1268 kg dan penangkapan kepiting bakau sebesar Rp
56.815.000 dari hasil produksi 951 kg. Sedangkan yang termasuk dalam skala
tinggi terdapat pada budidaya tambak udang sebesar Rp 312.000.000 dari hasil
produksi 300 kg dan tambak bandeng yaitu sebesar Rp 320.000.000 dari hasil
Tabel 12. Review Nilai Pilihan Ekosistem hutan mangrove di Desa Betahwalang,
Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak
17.168.034,35,-/tahun (Tabel 12). Hasil ini didapatkan dari jumlah total luasan
didapatkan dari nilai rata-rata Willingness To Pay (WTP) sebesar 108.000 yang
Tabel 14. Review Nilai Warisan Ekosistem hutan mangrove di Desa Betahwalang,
Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak
80.027.500,-/tahun (Tabel 14) yang didapatkan dari jumlah total nilai guna
Tabel 15. Review Nilai Total Ekonomi Ekosistem hutan mangrove di Desa
Betahwalang, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak
dan nilai pilihan yaitu sebesar Rp 17.168.034,35,-/tahun. Kategori nilai non guna
ekosistem hutan mangrove di Desa Betahwalang yaitu nilai guna langsung dengan
presentase tertinggi sebesar 53%, urutan kedua nilai keberadaan sebesar 40.60%,
urutan ketiga nilai warisan dengan presentase 5.30% dan nilai total terendah
kegiatan ekonomi yang ada. Tahap pertama melakukan identifikasi faktor internal
yaitu penilaian rating yang didapatkan dari hasil wawancara yang terstruktur dan
pembobotan yang di dapat dari penilaian terhadap para ahli, lalu skor akhir akan
menganalisis gambaran peluang dari ancaman yang ada serta disesuaikan dengan
56
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Tahapan terakhir yaitu pencocokan dari
Faktor internal dan faktor eksternal yang terdapat di Desa Betahwalang adalah
sebagai berikut :
Strength Weakness
Opportunity Threat
Tabel 17. Hasil Analisis Faktor Internal IFAS SWOT Kajian Valuasi Ekonomi
Hutan Mangrove Desa Betahwalang, Kecamatan Bonang, Kabupaten
Demak
Tabel 18. Hasil Analisis Faktor Eksternal EFAS SWOT Kajian Valuasi Ekonomi
Hutan Mangrove Desa Betahwalang, Kecamatan Bonang, Kabupaten
Demak
Analysis Summary) di Desa Betahwalang adalah sebesar 0.23 yang terdiri dari
jumlah skor kekuatan (strength) S1, S2, S3, S4, S5 sebesar 1.74 dan jumlah skor
kelemahan (weakness) W1, W2, W3, W4, W5 sebesar 1.51. Sedangkan nilai EFAS
(External Strategic Factor Analysis Summary) didapatkan hasil sebesar 0.29 yang
terdiri dari jumlah skor peluang (opportunity) O1, O2, O3 sebesar 1.74 dan jumlah
skor ancaman (threat) T1, T2, T3 sebesar 1.45. Dari hasil nilai IFAS dan EFAS
yang terdapat pada Tabel 20, maka matriks yang terbentuk berada pada kuadran I
dimana nilai yang dihasilkan keduanya positif. Nilai bobot dan rating dari Strength
Opportunity
(0,23; 0,29)
Weakness Strength
Threath
Keterangan :
1. Strategi S-O
masyarakat (S1,O1)
2. Strategi S-T
3. Strategi W-O
mangrove (W4,O1)
61
4. Strategi W-T
4.2. Pembahasan
dilakukan uji statistika berupa uji validitas dan reliabilitas menggunakan program
SPSS 16. Berdasarkan hasil uji validitas (Tabel 9) didapatkan r hitung dari
variabel fungsi mangrove sebesar 0.326, spesies mangrove sebesar 0.541, manfaat
mangrove sebesar 0.425. Uji validitas menunjukkan bahwa nilai r hitung dari
masing-masing variabel lebih besar dari r tabel sebesar 0.160 yang dapat diartikan
bahwa data penelitian pada tabel 9 termasuk valid. Hasil dari pengujian
kesembilan variabel kuesioner yang valid ini dapat digunakan sebagai salah satu
mangrove.
62
dalam penelitian. Uji reliabilitas menunjukkan bahwa nilai Cronbach Alpha dari
tiap-tiap variabel lebih besar dari 0,600 yang berarti bahwa kuesioner yang
sebesar 0.670, spesies mangrove sebesar 0.643, manfaat mangrove sebesar 0.674,
mandiri sebesar 0.672, dan pengelolaan ekosistem hutan mangrove sebesar 0.658.
teknik valuasi ekonomi yang terbagi atas nilai guna (use value), tidak ada nilai
guna (non use value) dan nilai total ekonomi (total economic value). Berikut nilai
dapat dilihat pada Lampiran 5. Penelitian oleh Hanifa (2013) di Desa Pasar
mangrove sebesar Rp 889.649.579,-/tahun yang dapat dilihat pada Tabel 11. Hal
ini menunjukkan bahwa nilai guna langsung ekosistem hutan mangrove di Desa
penangkap ikan, tambak udang, tambak bandeng, tambak garam dan penjual ikan
geografis terletak di pantai laut jawa yang mempunyai potensi kelautan dan
perikanan cukup besar. Nelayan biasanya melaut pada pagi hari dengan
menggunakan alat tangkap gill net, set bottom gill net (bubu) serta arad. Jenis
hasil tangkapan nelayan sendiri meliputi rajungan, ikan belanak, kepiting, udang
produksi per tahun sekitar 1.2 ton yang dapat dilihat pada Tabel 11. Rajungan
merupakan hasil tangkapan utama dan sumber penghasilan utama bagi masyarakat
diperoleh dari pendapatan bersih nelayan kepiting dengan hasil tangkapan sekitar
Hasil tangkapan yang terdiri dari ikan menghasilkan nilai guna sebesar Rp
terlihat dari ketiga lokasi diduga karena kondisi ekosistem hutan mangrove
hasil produksi ikan disebabkan karena kondisi ekosistem hutan mangrove itu
sendiri. Ketika ekosistem hutan mangrove itu rusak atau tidak berfungsi seperti
menjadi 2 jenis yaitu tambak alami dan tambak intensif. Teknologi yang
sederhana sehingga hasil produksi yang diperoleh lebih rendah. Pakan yang
digunakan yaitu pakan alami yang tumbuh secara alami dan tidak ada pakan
tambahan, jika dilihat dari segi biaya tambak alami lebih murah karena tidak
membutuhkan pakan ekstra dan nutrisi yang lebih. Tambak intensif menggunakan
teknologi yang modern dan lebih maju sehingga memperoleh hasil produksi lebih
tinggi. Jika dibandingkan dengan tambak alami, biaya produksi yang dikeluarkan
tambak intensif lebih besar karena dalam budidaya ini membutuhkan penambahan
nutrisi dan sistem pengairan yang baik untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Dengan adanya perkembangan teknologi yang sangat pesat, pada saat ini
teknik budidaya berbagai jenis ikan secara bersama dalam satu ekosistem yang
bersamaan. Ikan bandeng merupakan biota yang aktif bergerak sehingga perannya
dalam budidaya ini sebagai pengaduk atau penggerak yang mampu meningkatkan
aerasi pada tambak. Selain mendapatkan hasil produksi yang berlipat ganda,
keuntungan lain dari budidaya ini yaitu hemat pakan dan ramah lingkungan.
Nilai pilihan (OV) adalah nilai ekonomi yang didapatkan dari potensi yang
yang akan datang. Nilai pilihan ekosistem hutan mangrove dihitung menggunakan
perkiraan dari nilai yang dihasilkan oleh suatu sumber daya alam yang ada di
tempat lain, kemudian nilai tersebut digunakan sebagai gambaran manfaat dari
suatu lingkungan. Nilai pilihan pada penelitian ini dilihat dari adanya nilai
tumbuhan mangrove dengan membentuk akar yang kuat dan kokoh inilah yang
dampak yang besar bagi kelestarian ekosistem hutan mangrove di masa yang akan
Indonesia mempunyai nilai sebesar US$ 1,500 per km2 atau US$ 15/ha/th. Nilai
ini merupakan asumsi yang dapat digunakan untuk seluruh hutan mangrove di
dolar sebesar Rp 14.072,39 (16 November 2019) dengan luasan hutan mangrove
yaitu 81,332 ha dari pada di Desa Timbulsloko 77,04 ha. Nilai pilihan tersebut
mangrove di suatu wilayah. Nilai tersebut akan berkurang jika terdapat penurunan
namun akan bertambah jika kelestarian ekosistem hutan mangrove tetap terjaga,
108.000,-/tahun dengan jumlah penduduk sebanyak 5.672 orang. Nilai WTP ini
/tahun lebih tinggi dari Desa Betahwalang. Hal ini disebabkan karena nilai
karena di Desa Kaliwlingi sudah terdapat tempat ekowisata mangrove yang cukup
baik sehingga masyarakat lebih merasakan adanya manfaat dari ekosistem hutan
mengenai fungsi dan manfaat ekosistem hutan mangrove secara langsung maupun
ekosistem hutan mangrove. Hal ini yang menjadi salah satu penyebab rendahnya
Nilai warisan (BV) adalah nilai ekonomi yang didapatkan dari hasil manfaat
didapatkan dari adanya fungsi fisik ekosistem hutan mangrove sebagai pelindung
pantai dari adanya ombak, sehingga wilayah pesisir terhindar dari adanya abrasi.
Selain itu fungsi ekologis dan ekonomis ekosistem hutan mangrove juga berguna
untuk generasi yang akan datang. Salah satunya mangrove digunakan sebagai
habitat atau tempat tinggal dari berbagai biota laut, tempat mencari makan
untuk menjaga ekosistem hutan mangrove agar dapat lestari sehingga dapat
diperkirakan berasal dari 10% dari nilai manfaat langsung yang dihasilkan oleh
ini merupakan bentuk kepedulian masyarakat saat ini terhadap generasi yang
ekosistem hutan mangrove maka semakin tinggi pula peluang generasi yang
akan datang untuk merasakan adanya fungsi dan manfaat ekosistem hutan
Salah satu cara untuk menjaga keberadaan ekosistem hutan mangrove agar
DLH dan DKP Kabupaten Demak. Selain itu instansi swasta seperti OISCA,
Wetlands dan BWN juga turut memberi bantuan dalam program Bioraight yaitu
Nilai ekonomi total (TEV) merupakan nilai yang didapatkan dari hasil
hutan mangrove. Nilai-nilai tersebut berasal dari nilai guna langsung, nilai guna
tidak langsung, nilai pilihan, nilai keberadaan dan nilai warisan yang telah
kepiting, dan manfaat langsung udang. Nilai guna tidak langsung dari fungsi
Betahwalang.
Nilai ekonomi total yang terdapat di Desa Betahwalang dengan luas 81.332
guna langsung (use value) sebesar Rp 817.443.034,35,-/tahun dan nilai non guna
hutan mangrove, perubahan nilai tukar rupiah US$, perbedaan harga pasar dan
penting karena memiliki presentase nilai yang paling tinggi daripada nilai
lainnya yaitu sebesar 53%. Hal ini sesuai dengan pendapat responden yang
mempunyai manfaat secara ekologis yaitu sebagai tempat mencari makan dan
perlindungan berbagai biota laut. Hal inilah yang membuat masyarakat berupaya
mengalami kerusakan.
hayati di Desa Betahwalang mempunyai nilai presentase yang paling kecil. Hal
ini diduga karena masih banyak potensi yang belum diketahui seluruhnya
ada agar dapat dimanfaatkan secara maksimal. Untuk nilai keberadaan dan nilai
Kedua nilai ini jika digabungkan akan mempunyai nilai yang besar.
menyebabkan kerusakan. Sebagai penahan abrasi fungsi ini akan tetap ada jika
keberadaan ekosistem hutan mangrove maka semakin besar pula nilai manfaat
Betahwalang dilihat dari adanya fungsi fisik ekosistem hutan mangrove sebagai
adanya peningkatan hasil tangkapan ikan dan budidaya tambak yang dapat
akan menyebabkan konversi lahan yang dapat mengurangi area ekosistem hutan
mangrove di Desa Betahwalang. Oleh karena itu perlu dilakukan strategi untuk
faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman).
Penilaian bobot dan rating pada penelitian ini dinilai dari 2 sudut pandang yaitu
pemerintah dan akademisi. Data dari pemerintah diwakili Bapak Sulkan selaku
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Demak dan dari akademisi
oleh Bapak Dr. Rudhi Pribadi selaku dosen Departemen Ilmu Kelautan,
matriks SWOT (Gambar 14) strategi yang sesuai untuk diterapkan di Desa
Betahwalang adalah strategi S-O. Dengan adanya kekuatan dan peluang yang
tinggi ini maka strategi untuk pengembangan ekosistem hutan mangrove harus
III, IV secara berturut-turut yaitu strategi S-O (3.48), strategi W-O (3.25),
strategi S-T (3.19), strategi W-T (2.96) dapat dilihat pada Tabel 24. Strategi S-O
Betahwalang yaitu pembuatan permen dari buah mangrove jenis Bruguiera sp,
sedangkan untuk produk dari hasil laut yaitu pembuatan tepung dari cangkang
rajungan, pembuatan ikan asin dan krupuk ikan. Kendala terbesar yang dihadapi
75
pemasaran produk. Packaging yang menarik dan pemasaran produk yang luas
sangat penting dalam kegiatan wirausaha agar tidak kalah saing dengan produk
lainnya. Oleh karena itu strategi edukatif dalam bentuk pelatihan-pelatihan dan
pengembangan produk yang kreatif dan inovatif perlu dikembangkan agar dapat
ekosistem hutan mangrove agar tetap lestari namun juga dapat meningkatkan
yang cukup besar dengan keanekaragaman hayati yang tinggi serta ekosistem
hutan mangrove yang tergolong masih alami, sehingga cocok untuk dijadikan
sebagainya. Selain itu ekowisata ini juga bersifat konservatif karena tidak
merusak alam dan berkelanjutan. Ekowisata ini dapat berkelanjutan jika dalam
sehingga tercipta pola ekowisata dengan keindahan alam yang masih alami.
Salah satu upaya konservasi ekosistem hutan mangrove yang dapat dilakukan
dilakukan sebagai upaya pengembalian nilai estetika dan fungsi hutan mangrove
yang mengalami kerusakan. Dalam hal ini dibutuhkan koordinasi yang baik
Masyarakat setempat harus berperan secara aktif dalam program ini, karena