Anda di halaman 1dari 26

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi

Perairan Pantai Bintang, Negeri Morella terletak di Kecamatan Leihitu,

Kabupaten Maluku Tengah. Secara astronomis Negeri Morella terletak antara garis

lintang 3˚33’22.82’’ - 3˚32’42.25’ LS dan garis bujur 128˚11’7.30’’- 128˚12’23.91’’

BT

Secara geografis Negeri Morella berbatasan dengan:

 Sebelah Utara Berbatasan dengan Negeri Liang

 Sebelah Selatan Berbatasan dengan Negeri Mamala

 Sebelah Timur Berbatasan dengan Negeri Waai

 Sebelah Barat Berbatasan dengan Selat Seram

Secara visual perairan Pantai Bintang Negeri Morella memiliki topografi

pantai yang landai dan ditumbuhi oleh beberapa jenis lamun yaitu Cyomodoceae

rotundata, Enhalus acorodies, Halodule pinifolia,, Halophila ovalis, dan Thalassia

hemprichii (Irene, 2013) dengan tipe substrat pasir berlumpur, pasir, pasir bercampur

patahan karang dan karang mati. Aktivitas pemanfaatan sumberdaya moluska yang

ada pada perairan pantai Bintang dimanfaatkan oleh masyarakat dengan melakukan

aktivitas bameti pada saat air surut untuk mencari beberapa jenis moluska untuk

keperluan konsumsi dan adapun yang dimasak untuk dijual, masyarakat juga

memanfaatkan moluska sebagai bahan dasar untuk membuat asesoris.


4.2 Kondisi Sosial Masyarakat

4.2.1 Kependudukan

Penduduk Negeri Morella sebanyak 3.203 jiwa, termasuk dalam 706 kepala

keluarga. Penduduk laki-laki dan perempuan jika dikaitkan dengan partisipasi

penduduk dalam pemanfaatan sumberdaya moluska, peluang partisipasi laki-laki dan

perempuan sama-sama berpotensial.

Laki-Laki
49.7% 50.3%
Perempuan

Gambar 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin (Sumber:

Kantor Negeri Morella, 2019)

4.2.2 Tingkat Pendidikan Masyarakat

Semakin tinggi tingkat pendidikan rata-rata masyarakat perikanan maka

cenderung akan semakin meningkat kepedulian masyarakat terhadap keberlanjutan

usaha perikanan (Hartono dkk, 2005). Penilaian dilakukan berdasarkan

membandingkan tingkat pendidikan responden dengan tingkat pendidikan penduduk

Negeri Morella. Semakin banyak masyarakat yang berpendidikan tinggi maka akan

memiliki pemahaman yang baik dan mudah untuk menyerap informasi serta memiliki
kemampuan untuk meningkatkan kualitas hidupnya menjadi lebih baik. Sebaliknya,

jika rendahnya tingkat pendidikan seseorang maka akan menghambat pemahaman

dalam menerima informasi dan memiliki kesulitan dalam mengubah kualitas

hidupnya menjadi lebih baik serta kurangnya pengetahuan dalam pelestarian

sumberdaya. Selain itu, tingkat pendidikan rendah dapat menyebabkan seseorang

lebih sulit untuk meningkatkan sumber kehidupan ekonomi dengan baik sehingga

kebanyakan masyarakat yang berlatar pendidikan rendah cenderung tergolong dalam

masyarakat yang kategori miskin atau kurang mampu dan tertinggal.

Tingkat pendidikan penduduk Negeri Morella secara umum tergolong baik,

hal ini dapat dilihat dari persentase jumlah penduduk yang sebagian besar telah

menamatkan pendidikan pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Adapun

persentasi jumlah penduduk Negeri Morella berdasarkan tingkat pendidikan dapat

dilihat pada Gambar 4.2

SD SMP SMA D1-D3 S1-S3

9%
2%

25%

41%

23%

Gambar 4.2. Tingkat Pendidikan Penduduk Negeri Morella (Sumber: Kantor Negeri

Morella, 2019)
4.2.2 Pengetahuan Masyarakat Tentang Jumlah Moluska

Berdasarkan hasil tabulasi data kuesioner, 62% responden mengatakan

bahwa moluska mengalami penurunan cukup besar. Hal ini diketahui saat melakukan

aktivitas bameti, 29% responden mengatakan bahwa agak mengalami penurunan

dan 9% responden mengatakan tidak mengalami penurunan (Gambar 4.3). Hal ini

mungkin disebabkan oleh banyaknya moluska yang diperoleh pada saat bameti.

Namun demikian sebagian besar masyarakat mengatakan bahwa penurunan moluska

disebabkan pencemaran pantai yang sudah terlalu tercemar akibat aktivitas

masyarakat setempat dimana salah satunya membuang sampah kelaut (Masyarakat

Pesisir Pantai Bintang Negeri Morella). Membuang sampah kelaut akan

mempengaruhi kualitas air. Moluska merupakan organisme yang peka terhadap

perubahan kualitas air tempat hidupnya sehingga hal ini dapat juga menentukan

kepadatan dan keragaman populasi dari kelas tersebut (Odum 1999).

Tidak Tahu 0%

Tidak Mengalami Penurunan 9%

Agak Mengalami Penurunan 29%

Mengalami Penurunan 62%

Gambar 4.3. Pengetahuan Masyarakat Tentang Jumlah Moluska


4.2.3 Pengetahuan Masyarakat Tentang Dampak Dari Penggunaan Alat

Dari hasil survei dan wawancara di lapangan menunjukan bahwa 81%

responden masyarakat Negeri Morella mengatakan bahwa penggunaan alat berupa

parang dan pisau memberikan dampak negatif terhadap sumberdaya yang ada pada

perairan tersebut, 19% responden masyarakat mengatakan bahwa pengguanaan

parang dan pisau tidak ada pengaruh terhadap sumberdaya moluska (Gambar 4.4).

Hal ini ditunjukan pada saat kegiatan bameti berlangsung, sedikit dari masyarakat

menggunakan parang dan pisau, sedangkan sebagian besar masyarakat cenderung

tidak menggukan parang dan pisau karena mereka mengetahui bahwa penggunaan

alat tersebut sangat tidak ramah lingkungan, masyarakat lebih memilih

mengumpulkan moluska dengan menggunakan tangan.

Tidak Ada Pengaruh 19%

Merusak SD Moluska 81%

Gambar 4.4. Pengetahuan Masyarakat Tentang Dampak Dari Penggunaan Alat

4.4 Kondisi Hidrologi Perairan

Kondisi lingkungan untuk pertumbuhan gastropoda dan bivalvia harus

memiliki kondisi yang stabil, baik dalam suhu, salinitas dan substrat. Namun kadang
kenyataan kondisi lingkungan tidak selalu stabil dan berubah-ubah. Hal ini

dikarenakan adanya berbagai macam gangguan baik dari alam maupun aktivitas

manusia.

Parameter hidrologi yang diukur dalam pengambilan data penelitian ini adalah

suhu dan salinitas.Pengukuran parameter hidrologi dilakukan pada siang hari dengan

kondisi cuaca yang cerah. Adapun hasil pengukuran parameter hidrologi tertera di

Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Parameter Hidrologi Perairan Negeri Morella

Kondisi Perairan
Parameter
Range Rerata
o
Suhu ( C) 31-33 33,8
Salinitas (o/oo) 28-29 31,3

Berdasarkan pengukuran yang dilakukan pada lokasi penelitian diperoleh

hasil seperti terlihat pada pada Tabel 4.1, dimana rata-rata nilai suhu perairan adalah

33,8 0C dan rata-rata nilai salinitas perairan adalah 31,3o/oo. Kisaran suhu yang

melebihi batas toleransi dapat menyebabkan penurunan aktivitas metabolisme dan

bahkan kematian pada gastropoda (Hitalessy, 2015).

Menurut Hitalessy (2015) umumnya gastropoda dapat hidup di perairan

dengan salinitas berkisar antara 31-37 ppm. Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh

berbagai faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan, dan curah hujan, Suhu yang

optimum bagi bivalvia berkisar antara 25-280C (Miranda-Baeza et al.,2006).

4.5 Komposisi Gastropoda dan Bivalvia


Dari hasil identifikasi sampel gastropoda pada Perairan Pantai Bintang,

Negeri Morella ditemukan 584 individu yang terdiri atas 5 ordo, 11 famili, 12 genera,

dan 19 spesies. Pada ordo Neogastropoda terdiri atas 5 famili, 6 genera, 9 spesies dan

spesies terbanyak yaitu Nassarius globosus sebesar 278 individu diikuti oleh Hebra

corticata dengan jumlah 197 individu. Ordo kedua yaitu Mesogastropoda yang terdiri

atas 3 famili, 3 genera, 7 spesies dan spesies dengan jumlah individu tertinggi yaitu

Nerita signata dengan sebesar 12 individu. Ordo yang ketiga yaitu Caenogastropoda

yang terdiri atas 1 famili, 1 genus, 1 spesies. Hasil yang sama juga diperoleh pada

Ordo Chephalaspidae dan Trochida. Hasil identifikasi sampel bivalvia ditemukan 10

individu yang terdiri dari 2 ordo, 2 famili, 2 genera dan 2 spesies, Pada ordo yang

pertama terdiri atas 1 family, 1 genus, 8 spesies dan ordo yang kedua terdiri dari 1

famili, 1 genus dan 2 spesies ( Tabel 4.2).

Spesies gastropoda yang memiliki jumlah individu terbanyak yaitu Nassarius

globosus dan Hebra corticata karena hampir ditemui pada semua transek penelitian.

Ini menunjukan perairan pantai Bintang, Negeri Morella memiliki habitat yang cocok

untuk kelangsungan hidupnya. Spesies Nassarius sp. ditemukan pada substrat

patahan karang, karang mati, pasir, pasir berlumpur. Spesies ini ditemukan di

berbagai tipe substrat dikarenakan adanya faktor arus yang kuat pada perairan.

Dengan adanya arus yang kuat, Nassarius sp. yang memiliki cangkang berukuran

kecil mudah terbawa arus (Afni dkk, 2016). Spesies Hebra corticata biasanya

ditemukan di dasar perairan yang ditumbuhi vegetasi lamun (Muhamad, 2015).

Bivalvia yang ditemukan pada lokasi penelitian yaitu Gafrarium pectinatum

dan Anadara antiquata. Ditemukannya kedua spesies ini menunjukkan bahwa tipe
substrat pada perairan tersebut kurang mendukung keberadaan bivalvia karena hanya

ditemukan dua spesies dengan jumlah yang tidak banyak. Spesies Gafrarium

pectinatum dan Anadara antiquata memiliki tipe substrat berlumpur (Rastania, dkk

2017).

Tabel.4.2. Komposisi Spesies Gastropoda dan Bivalvia pada perairan pantai


Bintang, Negeri Morella.
Kelas Ordo Family Genus Spesies Jumlah
Gastropoda Nassarius 278
globosus
Neogastropoda Nassarius Nassarius 1
coronatus
Nassaridae Nassarius 18
luridus
Nassarius pullus 56
Hebra Hebra corticata 197
Costerllaridae Vexillum Vexillum 1
rugosum
Stranbidae Strombus Strombus 2
labiatus
Columbellidae Pyrene Pyrene ocellata 2
Olividae Oliva Oliva caldania 1
Cypraea moneta 1
Mesogastropoda Cypraea 1
Cyraeidae Cypraea caputdraconis
Cypraea lynx 1
Cypraea ovum 1
Littorinidae Littorina Littorina litoralis 1
Neritidae Nerita Nerita signata 12
Nerita filosa 6
Caenogastropoda Cerithiidae Cerithium Cerithium aluco 1
Chephalaspidae Bullidae Bulla Bulla mabillei 3
Trochida Turbinidae Turbo Turbo heynesia 1
Jumlah ∑=5 ∑ = 11 ∑ = 12 ∑ = 19 ∑ = 584
Moluska Veneroida Veneridae Gofrarium Gafrarium 8
pectinatum
Arcida Arcidae Anadara Anadara 2
Antiquata
Jumlah ∑=2 ∑=2 ∑=2 ∑=2 ∑ = 10

4.6 Kepadatan Dan Kepadatan Relatif Moluska

4.6.1 Kepadatan Dan Kepadatan Relatif Spesies Gastropoda


Berdasarkan hasil analisa data (Gambar 4.5), terlihat jelas bahwa nilai

kepadatan tertinggi diwakili oleh Nassarius globosus yaitu sebesar 4,27 ind/m2

dengan kepadatan relatif 47,6%, diikuti oleh Hebra corticata 3,07 ind/m2 dengan

kepadatan relatif 33,7%, Nassarius pullus 0,86 ind/m2 dengan kepadatan relatif

9,5%, Nassarius luridus 0,27 ind/m2 dengan kepadatan relative 3,08%, Nerita

signata 0,18 ind/m2 dengan kepadatan relative 2,0%, Nerita filosa 0,09 ind/m2

dengan kepadatan relatif 1 %. Sementara 13 spesies lainnya memiliki kepadatan

kurang dari 0.09 ind/m2, dengan kepadatan relatif 0,05 – 0,1%.

Kepadatan moluska nenunjukkan jumlah individu yang hidup pada habitat

tertentu, luasan tertentu, dan waktu tertentu (Brower & Zar, 1977 dalam Irawan,

2008). Nilai kepadatan yang tinggi menunjukkan jumlah organisme yang banyak. Hal

ini dapat mengindikasikan bahwa habitat tersebut dapat ditempati oleh organisme

dalam jumlah yang banyak. Menurut Mike (2007) dalam Saripantung, dkk (2013),

Nassarius sp. dikenal sebagai siput pemakan detritus yang hidup membenamkan diri

di lumpur berpasir. Dalam penelitian di zona intertidal Teluk Ambon, Islami &

Mudjiono (2009) juga mendapatkan famili Nassariidae pada berbagai tipe substrat

seperti lumpur, pasir, dan batuan dengan jumlah individu yang melimpah. Hal

ini diduga karena melimpahnya bahan makanan (detritus) pada perairan tersebut serta

kondisi perairan yang mendukung pertumbuhan Nassarius sp.

Nerita filosa menjadi salah satu spesies yang memiliki kepadatan terendah

pada lokasi penelitian dikarenakan spesies ini hidup menempel pada batuan dan

karang (Afrizal, 2015). Perairan Pantai Bintang di Negeri Morella memiliki substrat

berpasir, pasir berlumpur, serta pasir bercampur patahan karang, sehingga tidak
cukup menunjang hidup Nerita filosa. Kondisi habitat yang didominasi pasir sedikit

berlumpur tidak menyediakan tempat melekat bagi organisme, khususnya gastropoda.

Tempat melekat berguna untuk mempertahankan diri dari aksi gelombang yang terus

menerus menggerakkan partikel-partikel substrat.

5.00
4.50
Kepadatan spesies (ind/m²)

4.00
3.50
3.00
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00

Spesies Gastropoda

5.00
Kepadatan Relatif (%)

4.00

3.00

2.00

1.00

0.00
Nassarius Hebra Nassarius Nassarius Nerita Nerita
globosus corticata pullus luridus signata filosa
Spesies Gastropoda

Gambar 4.6. Kepadatan (ind/m²) dan Kepadatan Relatif (%) Spesies

Gastropoda

4.6.2 Kepadatan Dan Kepadatan Relatif Spesies Bivalvia


Berdasarkan hasil analisa data (Gambar 4.7), terlihat jelas bahwa nilai

kepadatan tertinggi diwakili oleh Gafrarium pectinatum yaitu sebesar 0,1231 ind/m²

dengan kepadatan relatif 80%. Kemudian diikuti oleh Anadara antiquata dengan

nilai kepadatan sebesar 0,0313 ind/m² dan kepadatan relatif 20%.

Kelas gastropoda memiliki kepadatan tertinggi dibandingkan kelas bivalvia

dikarenakan gastropoda mmemiliki kemampuan bergerak di berbagai substrat untuk

mendapatkan makanan dan merupakan salah satu faktor yang cukup menentukan

untuk bertahan hidup, dibandingkan kelas bivalvia yang hanya hidup menempel atau

membenamkan diri di dalam substrat (Cappenberg, 2016). Maka dari itu kelas

bivalvia memiliki kepadatan yang lebih sedikit dibandingkan kelas lain yang didapat

pada lokasi penelitian. Kelas bivalvia hidup menempel atau membenamkan diri

dalam substrat, sehingga tipe substrat merupakan faktor yang sangat penting bagi

kelangsungan hidupnya. Lokasi pengamatan ditemukannya kelas bivalvia ini yakni

pada substrat berpasir dengan patahan karang, sehingga bivalvia hanya ditemukan

dalam jumlah yang sedikit.


0.15

Kepadatan Spesies (ind/m²)


0.10

0.05

0.00
Gafrarium Anadara
pectinatum antiquata

Spesies Bivalvia

0.15
Kepadatan Relatif (%)

0.10

0.05

0.00
Gafrarium Anadara
pectinatum antiquata

Spesies Bivalvia

Gambar 4.7. Kepadatan (ind/m²) Dan Kepadatan (%) Relatif Bivalvia

4.7 Frekuensi Kehadiran Moluska

4.7.1 Frekuensi Kehadiran Gastropoda

Hasil analisis menunjukan spesies gastropoda yang memiliki frekuensi

kehadiran tertinggi di perairan pantai Bintang Negeri Morella (Gambar 4.8) adalah

spesies Hebra corticata (0,69), Nassarius globosus (0,61), Nassarius pullus (0,43),

Nassarius luridus (0,21), Nerita signata (0,20), Nerita filosa (0,12). Sementara 13
spesies lainya memiliki frekuensi kehadiran kurang dari 0,04. Hal ini menunjukkan

bahwa kedua spesies Hebra corticata dan Nassarius globosus karena hampir

ditemukan di semua kuadran pengamatan. Ada 9 spesies gastropoda yang memiliki

nilai frekuensi kehadiran terendah yaitu 0,01 karena hanya bisa ditemukan pada satu

kuadran dari 65 kuadran pengamatan.

Berdasarkan nilai frekuensi kehadiran yang didapat, hanya Hebra corticata

dan Nassarius globosus yang memiliki nilai frekuensi kehadiran tinggi. Artinya,

kedua spesies tersebut memiliki sebaran yang cukup luas, yaitu ditemukan di hampir

semua lokasi pengamatan. Hebra corticata umumnya ditemukan di dasar perairan

yang ditumbuhi oleh vegetasi lamun (Islami & Mudjiono, 2009), maka dari itu

spesies ini banyak ditemukan di perairan Pantai Bintang yang memiliki komunitas

lamun, sedangkan Nassarius globosus banyak ditemukan pula karena substrat tempat

spesies ini ditemukan cocok untuk kehidupan gastropoda tersebut.

0.80
0.70
Frekuensi Kehadiran Spesies

0.60
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00

Spesies Gastropoda

Gambar 4.8. Frekuensi Kehadiran Spesies Gastropoda

4.7.2 Frekuensi Kehadiran Bivalvia


Hasil analisis menunjukan spesies bivalvia yang ditemukan di pantai Bintang

Negeri Morella (Gambar 4.9) adalah 2 spesies dan memiliki frekuensi kehadiran

Gafrarium pectinatum (0,1231) dan Anadara antiquata (0,0308). Hal ini menunjukan

bahwa untuk spesies bivalvia memiliki frekuensi kehadiran yang paling rendah

dibandingkan dengan spesies gastropoda. Bivalvia hidup dengan cara membenamkan

diri ke dalam substrat, sehingga kehadiran bivalvia dipengaruhi oleh tipe substrat

pada lokasi tersebut.

Gafrarium pectinatum hidup di dasar substrat yang berpasir dan biasanya

dapat ditemukan di daerah intertidal dan sublitoral sampai kedalaman sekitar 20

meter. Anadara antiquata hidup di dasar lumpur pada daerah intertidal dan sublitoral

sampai kedalaman 25 meter (Rastania dkk). Lokasi pengamatan dimana kedua

spesies ini ditemukan adalah di substrat berpasir dengan patahan karang, sehingga

keberadaan kerang tersebut hanya sedikit dan frekuensi kehadiran G. pectinatum

lebih besar dibandingkan A. antiquata.

0.13
Frekuensi Kehadiran Spesies

0.12
0.11
0.10
0.09
0.08
0.07
0.06
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0.00
Gafrarium Anadara
pectinatum antiquata
Spesies Bivalvia

Gambar 4.9. Frekuensi Kehadiran Spesies Bivalvia

4.8 Potensi Moluska


4.8.1 Potensi Gastropoda

Dari hasil perhitungan (Gambar 4.9) menunjukan bahwa nilai potensi tertinggi

dari gastropoda di perairan Pantai Bintang, Negeri Morella yaitu di wakilkan oleh

spesies Nassarius globosus dengan nilai potensi 136.861,97 individu, Hebra

corticata dengan nilai potensi 96.984,62 individu, Nassarius pullus dengan nilai

potensi 227.569,23 individu, Nassarius luridus dengan nilai potensi 8.861,54

individu, Nerita signata dengan nilai potensi 5.907,69 individu, Nerita filosa dengan

nilai potensi 2.953,85 individu dan 13 spesies lainnya memiliki nilai potensi sebesar

1.476,92 individu, sampai pada nilai potensi terendah yaitu 492,31 individu.

Tingginya potensi spesies Nassarius globosus disebabkan substrat perairan

yang cocok untuk spesies ini. Nassarius sp. ditemukan pada substrat pasir, pasir

berlumpur, patahan karang, dan karang mati (Afni dkk, 2016). Pantai Bintang

memiliki tipe substrat pasir, pasir berlumpur, patahan karang, dan karang mati

sehingga Nassarius globosus dapat hadir dalam jumlah besar pada area sampling.

Hal ini didukung oleh pendapat Manuputty (2001) dalam Makoy (2008), apabila

suatu individu ditemukan dengan jumlah kehadiran yang tinggi disebabkan karena

habitat yang cocok bagi pertumbuhan spesies tersebut dan tersedianya sumber

makanan yang cukup.


160000

120000

80000

40000

Spesies Gastropoda

Gambar 4.9 Potensi Spesies Gastropoda

4.8.2 Potensi Bivalvia

Dari hasil perhitungan (Gambar 4.10) menunjukan bahwa nilai potensi

tertinggi dari bivalvia di perairan pantai Bintang, Negeri Morella yaitu spesies

Gafrarium pectinatum dengan nilai potensi sebesar 3.938,46 individu dan spesies

Anadara antiquata dengan nilai potensi sebesar 984,62 individu.

Gafrarium pectinatum memiliki nilai potensi yang lebih besar dibandingkan

dengan Anadara antiquata dikarenakan kecocokan spesies tersebut terhadap tipe

substrat ditemukannya bivalvia tersebut. Habitat yang cocok dapat mendukung

kelangsungan hidup suatu biota sehingga kehadirannya di perairan tersebut cukup

banyak.
4500

Potensi Spesies Bivalvia (ind)


4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
Gafrarium Anadara antiquata
pectinatum
Spesies Bivalvia

Gambar 4.10 Potensi Spesies Bivalvia

4.9 Aktivitas Pemanfaatan Moluska

Kegiatan pemanfaatan sumberdaya moluska (gastropoda dan bivalvia) sudah

dilakukan sejak lama, Masyarakat pesisir pantai Bintang, Negeri Morella

memanfaatkan sumberdaya moluska sebagai sumberdaya alternatif ketika mahalnya

bahan makanan di pasar. Kegiatan bameti (memanfaatkan sumberdaya) ini sering

melibatkan ayah, ibu, dan anak. Hasil tangkapan yang diperoleh berkisar antara 50-

100 individu dalam ember berukuran 1 kg. Hasil yang diperoleh juga bergantung

pada lamanya waktu penangkapan, cuaca, dan banyaknya pelaku pemanfaatan pada

saat bameti. Pelaku pemanfaatan di perairan pantai Bintang, Negeri Morella bukan

saja masyarakat yang mendiami perairan tersebut tetapi juga masyarakat dari luar

(Buton).

4.9.1 Waktu pemanfaatan sumberdaya

Waktu pemanfaatan sumberdaya merupakan penentuan dalam memperoleh

banyak dan sedikitnya hasil tangkapan yang diperoleh, Semakin singkat waktu yang

digunakan dalam kegiatan pemanfatan sumberdaya maka hasil yang diperoleh juga
sedikit dan sebaliknya jika semakin lama waktu yang digunakan dalam kegiatan

pemanfaatan sumberdaya maka hasil yang didapatkan juga banyak. Semakin

singkatnya waktu dalam memanfaatkan sumberdaya maka secara tidak langsung

menurunkan tekanan terhadap sumberdaya moluska sehingga ancaman terhadap

keberlanjutannya akan semakin rendah.

Waktu dalam kegiatan pemanfaatan sumberdaya Moluska dilakukan

masyarakat pesisir pantai Bintang, Negeri Morella yaitu 1-3 kali dalam seminggu

pada saat air surut, masyarakat melakukan pemanfaatan pada siang dan malam hari.

4.9.2 Alat yang digunakan

Alat tangkap yang digunakan oleh masyarakat dalam kegiatan pemanfaatan

sumberdaya (bameti) masih tergolong sederhana. Jenis alat yang ditemukan pada saat

wawancara responden yaitu pisau dan parang.

4.9.3 Spesies Moluska yang dimanfaatkan

Tingginya harga kebutuhan pokok akan pangan, membuat mayarakat Negeri

Morella menjadikan sumberdaya moluska sebagai sumberdaya alternatif pemenuhan

pangan. Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden masyarakat Negeri

Morella memanfaatkan sumberdaya moluska untuk bahan makanan, dijual, dan

dekorasi. Selain untuk dikonsumsi, masyarakat memanfaatkan daging moluska untuk

dimasak kemudian dijual kisaran harga untuk dijual yaitu Rp 3.000-Rp 10.000 per

bungkus. Sebagian besar masyarakat memanfaatkan spesies gastropoda dibandingkan

spesies bivalvia hal ini di karenakan kurangnya spesies bivalvia yang ada di perairan
pantai Bintang Negeri Morella. Moluska yang dimanfaatkan untuk konsumsi dari

kelas gastropoda yaitu Turbo heynesi, Nerita filosa, Nerita signata, Nassarius

coronatus, Strombus labiatus, Cypraea caputdraconis, dan kelas bivalvia Anadara

antiquata.

4.10 Analisis Faktor Lingkungan SWOT

4.10.1 Identifikasi Komponen-komponen SWOT

Untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya moluska di perairan pantai

Bintang, Negeri Morella, diperlukan suatu strategi pengelolaanya. Untuk mencapai

maksud tersebut, perlu memahami dan mengetahui faktor lingkungan internal dan

eksternal melalui analisa SWOT (Tabel 4.3).

Tabel 4.3. Komponen dan Faktor – Faktor SWOT

Faktor Internal

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

1. Potensi tertinggi yaitu gastropoda 1. Pengambilan moluska dengan alat


Nassarius globosus nilai potensi tidak ramah lingkungan yang
136861,54 dapat mengakibatkan kerusakan
habitat moluska.
2. Tersedia 19 spesies gastropoda
dan 2 spesies bivalvia yang 2. Belum adanya monitoring di
didalamnya dimanfaatkan tingkat pemerintah negeri Morella
(fungsi kewang laut tidak ada).
3. Tersedia 52% SDM dengan
pendidikan (SMA – S3) 3. Belum adanya batas wilayah
(zona) pemanfaatan
Faktor Eksternal

Peluang ( O ) Ancaman ( A )

1. Adanya regulasi pemerintah pusat 1. Penurunan sumberdaya bivalvia


(UU No. 27 Tahun. 2007 tentang
pengelolaan pesisir dan pulau –
pulau kecil, UU No. 5 Tahun. 2. Adanya pelaku pemanfaat moluska
1990 tentang konservasi dari luar (Masyarakat Buton dan
sumberdaya laut dan UU No 31 Mamala).
Tahun 2004 tentang perikanan).

4.10.2. Analisis Strategi TWOS

Analisis strategi TWOS merupakan suatu bentuk analisis yang dilakukan

dengan dengan menyilangkan atau memadukan komponen-komponen yang terdapat

dalam faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dengan komponen-komponen yang

terdapat dalam faktor eksternal (peluang dan ancaman) guna mendapatkan strategi

pengelolaan (Tabel 4.4).

Tabel 4.4. Matriks Strategi TWOS

Eksternal Peluang ( O ) Ancaman ( T )


Internal

Strategi S – O Strategi S - T

1. Pengelolaan 1. Peningkatan
berbasis masyarakat pegawasan untuk
Kekuatan ( S ) dimana masyarakat menghindari adanya
lokal secara aktif kemungkinan
terlibat dalam proses penyelewengan
pengelolaan terhadap
pemanfaatan
moluska.
2. Konservasi 2. Penetapan waktu
sumberdaya pengambilan
moluska untuk moluska
menjamin
kesinambungan
persediaan dari SD
moluska

Strategi W – O Strategi W –T

1. Revitalisasi kapasitas 1. Revitalisasi kapasitas


pengelolaan pesisir pengelolaan pesisir dan
dan laut khususnya laut khususnya
sumberdaya moluska sumberdaya moluska
Kelemahan ( W ) tingkat desa tingkat desa
2. Melaksanakan
2. Penetapan batas penyuluhan dan
wilayah komunikasi dengan
pemanfaatan masyarakat secara
berkala
3. Optimalisasi
peneglolaan melalui
upaya konservasi dan
rehabilitasi sumberdaya
moluska

Berdasarkan penyilangan factor-faktor lingkungan SWOT (analisis TWOS),

maka dihasilkan 6 strategi pengelolaan sumberdaya moluska dan lingkungan

habitatnya pada perairan pantai Bintang, Morella. Melalui strategi tersebut maka

dirumuskan sebanyak 11 arahan pengelolaan (Tabel 4.5).


Tabel 4.5. Strategi dan Arahan Pengelolaan

No
Strategi Arahan Pengelolaan

* Penertiban regulasi
disertai sanksi yang tegas
ditingkat desa terkait
pemanfaatan dan
pengelolaan sumberdaya
Revitalisasi kapasitas moluska
kelembagaan pengelolaan
1
sumberdaya pesisir dan laut * Mengaktifkan kembali
khususnya sumberdaya fungsi kewang dan
moluska tingkat desa kelembagaan lainnya yang
berkaitan dengan
pengelolaan sumberdaya
pesisir dan laut khususnya
moluska

* Pemerintah Negeri Morella


mengaktifkan sasi agar tetap
berlanjut

* Pemerintah Negeri Morella


Refungsional sistem sasi
merivisi sistem sasi,
2 dalam pengendalian,
sosialiasasikan kepada
pemanfaatan, dan
masyarakat, dan
perlindungan SD moluska
pengendalian dalam
pemanfaatan SD moluska
agar pemanfaatan tetap
berlanjut

Melalui penyuluhan
sehingga memberikan
Melakukan pembatasan
pemahaman dan informasi
3 penangkapan pada daerah
kepada masyarakat tentang
penangkapan moluska
batas – batas dalam proses
pengelolaan
Melalui penyuluhan
sehingga memberikan
pemahaman dan informasi
Tidak menggunakan alat kepada masyarakat tentang
4
yang tidak ramah lingkungan alat-alat yang merusak
(pisau dan parang) dan cara
ramah lingkugan (memungut
dengan tangan)

Melakukan pengawasan
terhadap habitat moluska, Menyusun dan
membuat sistem pemantauan melaksanakan program atau
dan evaluasi yang pendidikan dengan
5
melibatkan para pemangku masyarakat tentang
kepentingan dalam pentingnya menjaga
perlindungan sumberdaya sumberdaya moluska
moluska

Pemberlakuan kebijakan dari Bersama pemerintah Negeri


pemerintah setempat atau Morella dan masyarakat
yang berwenang untuk untuk kembali mengaktifkan
menngendalikan konservasi program-program sasi
6
top down dengan melalui
sosialisasi dan pemberian
insentif dan disinsentif bagi
para pelanggarnya
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pemabahasan dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Gastropoda yang ditemukan pada Perairan Pantai Bintang, Negeri

Morella ditemukan 584 individu yang terdiri atas 5 ordo, 11 famili, 12

genera, dan 19 spesies. Sedangkan bivalvia 10 individu yang terdiri dari 2

ordo 2, 2 famili, 2 genera, dan 19 spesies. Spesies gastropoda yang

memilki nilai kepadatan tertinggi diwakili oleh Nassarius globosus yaitu

sebesar 4,27 ind/m2 dengan kepadatan relatif 47,6%, diikuti oleh Hebra

corticata 3,07 ind/m2 dengan kepadatan relatif 33,7%, sedangkan, bivalvia

yang memiliki nilai kepadatan kepadatan tertinggi diwakili oleh

Gafrarium pectinatum yaitu sebesar 0,1231 ind/m² dengan kepadatan

relative 80%. Kemudian diikuti oleh Anadara antiquate dengan nilai

kepadatan sebesar 0,0313 ind/m² dan kepadatan relatif 20%.

2. Aktivitas pemanfaatan moluska yaitu dengan cara “bameti” selama 1-3

kali dalam seminggu menggunakan parang dan pisau. Moluska yang

dimanfaatkan untuk konsumsi dari kelas gastropoda yaitu, Turbo heynesi,

Nerita filosa, Nerita signata, Nassarius coronatus, Strombus labiatus,

Cypraea caputdraconis, dan kelas bivalvia Anadara antiquata.


3. Dirumuskan 6 strategi dan 8 arahan pengelolaan sumberdaya moluska

negeri Morella untuk menjamin eksistensi, fungsi dan manfaat ekologis,

ekonomis, serta pemanfaatan moluska secara keberlanjutan.

5.2 Saran

1. Strategi dan program yang dihasilkan dari penelitiaan ini diharapkan dapat

digunakan oleh pemerintah Negeri Morella sebagai petunjuk dalam

menyusun peraturan desa untuk mengelola pemanfaatan sumberdaya

bivalvia dan gastropoda yang di perairan pantai Bintang.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang aspek biologi reproduksi

menyangkut tingkat kematangan gonad dan waktu pemijahan.

Anda mungkin juga menyukai