Anda di halaman 1dari 12

ILMU KELAUTAN Available online at:

Volume 1, Nomor 2, 2019 http://jurnal.utu.ac.id/JLIK


ISSN: 2684-7051

IDENTIFIKASI PENYAKIT DAN GANGGUAN KESEHATAN TERUMBU


KARANG DI PERAIRAN DESA LANGGAPULU KONAWE SELATAN
SULAWESI TENGGARA

IDENTIFICATION OF CORAL REEF DISEASES AND HEALTH DISRUPTION


IN THE WATERS OF LANGGAPULU VILLAGE, KONAWE SELATAN,
SOUTHEAST SULAWESI

Riska1, Albida Rante Tasak2, Lalang 3, Sudarwin Kamur 4, Iswandi Wahab5, Maharani6
1,4,6
Universitas Sembilanbelas November Kolaka Jl. Pemuda, Tahoa, Kolaka, Kabupaten Kolaka,
Sulawesi Tenggara 93561, Indonesia
2
Universitas Ottow Geisler JayapuraKomp. pendidikan kristen, Kotaraja Dalam, Vim, Abepura, Kota
Jayapura, Papua 99224, Indonesia
3
Universitas Halu Oleo, Kampus Hijau Bumi Tridharma, Anduonohu, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara
93232, Indonesia.
5
Universitas Pasifik Morotai, Darame, Morotai Sel, Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara

Korespondensi riska_kelautan@usn.ac.id

ABSTRAK

Ekosistem terumbu karang merupakan salah satu organisme laut yang rentan terhadap perubahan lingkungan
perairan. Salah satu dampak akibat perubahan lingkungan tersebut adalah munculnya berbagai penyakit dan gangguan
kesehatan karang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi terumbu karang dan mengindetifikasi jenis-jenis
penyakit dan gangguan kesehatan yang mengancam ekosistem terumbu karang di perairan Desa Langgapulu. Metode
transek garis (line intercept transect) sepanjang 50 m digunakan untuk menggambarkan kondisi terumbu karang dengan
melihat persentase penutupan karang hidup, karang mati, alga, dan keberadaan biota lainnya. Metode belt transek
dengan ukuran 5 m x 50 m digunakan untuk mengidentifikasi penyakit dan gangguan kesehatan karang, pada 4 stasiun
pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang di perairan tersebut dalam kategori
sedang hingga buruk/rusak. Jenis penyakit karang yang ditemukan pada perairan ini yaitu Black Band
Disease (BBD), Brown Band Disease (BRBD), Dark Spots Disease (DSD), Pink Boctch (PB), Skeletal
Eroding Band (SEB), dan White Syndromes (WS). Gangguan kesehatan karang umumnya disebabkan karena
pemutihan karang (Bleaching), Crown of Thorns Starfish, Growth Anomalies, Pigmentation Response,
Sediment Damage, dan Tube Former. Penurunan kualitas lingkungan perairan sangat berperan terhadap
munculnya berbagai penyakit dan gangguan terhadap kesehatan karang, yang berdampak pada gangguan
secara fisiologis bagi biota karang.

Kata kunci : Terumbu Karang, Penyakit Karang, Gangguan Kesehatan Karang, Desa Langgapulu

ABSTRACT

Coral reef ecosystem is one of the marine organisms that are vulnerable to changes in the aquatic
environment. One of the impacts caused by these environmental changes is the emergence of various coral
diseases and health disruption. The purpose of the research was to know the condition of coral reefs and
identification of coral reef diseases and health disruption in the waters of Langgapulu village. The 50 m line
intercept transect method is used to describe the condition of coral reefs in the study area by determine the
live coral percentage, dead coral, algae, and presence of other organisms. Belt transect method with a size
of 5 m x 50 m is used to identify coral diseases and health disruption, at 4 research stations. The results
showed that the condition of coral reefs in these waters was in the moderate to bad / damaged category. The
types of coral diseases found in these waters are Black Band Disease (BBD), Brown Band Disease (BRBD),
63
ILMU KELAUTAN Available online at:
Volume 1, Nomor 2, 2019 http://jurnal.utu.ac.id/JLIK
ISSN: 2684-7051

Dark Spots Disease (DSD), Pink Boctch (PB), Skeletal Eroding Band (SEB), and White Syndrome (WS).
Coral health problems are generally caused by coral bleaching (Bleaching), Crown of Thorns Starfish,
Growth Anomalies, Pigmentation Response, Sediment Damage, and Tube Formers. The decline in the quality
of the aquatic environment plays a major role in the emergence of various diseases and disruptions to coral
health, which impacts physiological disruption for coral biota.

Keywords : Coral Reef, Coral Disease, Coral Health Disruption, Langgapulu Village

PENDAHULUAN
karang dilaporkan dapat merusak karang
Terumbu karang merupakan ekosistem dalam skala besar (Croquer et al., 2003).
khas perairan tropis yang rentan terhadap Beberapa penelitian mengungkapkan
perubahan lingkungan. Salah satu dampak bahwa penurunan kualitas lingkungan
perubahan lingkungan perairan adalah perairan sangat berperan terhadap
munculnya penyakit karang yang dapat munculnya agent atau mikroorganisme
menurunkan persentase tutupan karang pembawa patogen terhadap karang. Selain
hidup di suatu perairan. itu sedimentasi, polusi yang ditimbulkan
Penyakit karang adalah gangguan oleh limbah domestik, sampah, sampai
terhadap kesehatan karang yang dengan air balast juga berpotensi
menyebabkan gangguan secara fisiologis munculnya patogen penyebab penyakit
bagi biota karang (Raymundo dan Harvell, karang (Borger et al., 2005).
2008). Penyakit karang menyebabkan Beberapa jenis penyakit karang yang
kegagalan fungsi vital hewan karang, organ menyerang karang, antara lain White band
atau sistem organ, terganggunya proses disease (WBD), White plague (W), dan
pertumbuhan dan perkembangbiakan, Dark spot (Goreau et al., 1998). Infeksi
gangguan dalam proses reproduksi, penyakit karang umumnya terjadi ketika
perubahan struktur komunitas, penurunan karang mengalami stress akibat tekanan
keanekaragaman spesies dan kelimpahan dari lingkungan, seperti pencemaran, suhu
asosiasi hewan laut di terumbu karang. tinggi, sedimentasi, nutrient yang tinggi
Penyebabnya bisa berasal dari sumber terutama nitrogen dan senyawa carbon,
biotik atau abiotik (Stedman's Medical predator, kompetisi dengan alga yang
Dictionary, 1982 dalam Johan, 2010). pertumbuhannya sangat cepat, dan kondisi
Karang yang terinfeksi penyakit fisiologis yang lemah setelah terjadi
dicirikan dengan adanya perubahan warna, pemutihan (Antonius and Lipscomb, 2001;
kerusakan pada skeleton biota karang, Raymundo et al., 2008; Aeby et al., 2011).
sampai dengan kehilangan jaringannya, Penyakit karang banyak dilaporkan
mengalami luka atau perbedaan band dari dapat merusak karang dalam skala besar
jaringan karang yang hilang. Hal ini dapat seperti yang terjadi di laut Caribbean,
disebabkan oleh bakteri, virus, protozoa Australia dan beberapa lokasi di negara luar
atau jamur. (Loya et a1., 2001). Penyakit (Croquer et al., 2003; Willis et al., 2004).
Di Sulawesi Tenggara kematian karang

64
ILMU KELAUTAN Available online at:
Volume 1, Nomor 2, 2019 http://jurnal.utu.ac.id/JLIK
ISSN: 2684-7051

akibat penyakit masih belum menjadi lokasi dan digunakan sebagai dasar
perhatian khusus oleh para peneliti. Hal ini penentuan titik lokasi penelitian.
terbukti masih jarangnya penelitian yang Penandaan stasiun penelitian menggunakan
mengungkapkan penyakit karang. Dengan GPS (Global Position Station) yang
demikian penelitian yang dilaksanakan ini diambil sebanyak 4 (empat) titik stasiun
diharapkan dapat memberikan informasi (Gambar 1). Pengambilan lokasi titik
terkait dengan penyakit karang di Sulawesi stasiun berdasarkan pertimbangan
Tenggara, khususnya di wilayah perairan keberadaan penyakit karang dan kondisi
Desa Langgapulu, Konawe Selatan. terumbu karang (Fachrul, 2007) di perairan
Desa Langgapulu terletak di Desa Langgapulu.
Kecamatan Kolono Timur (Konawe
Selatan). Hampir disepanjang wilayah 2.1. Tutupan Terumbu Karang
pesisir desa ini di tumbuhi terumbu karang. Pengambilan data tutupan karang
Selain itu, wilayah perairan desa ini menggunakan metode LIT (Line Intercept
dijadikan sebagai daerah penangkapan ikan Transek) dengan panjang garis 50 meter
oleh masyarakat dan sebagai jalur lalu (English et al., 1994). Pengambilan data
lintas kapal. Banyaknya aktivitas yang dilakukan dengan cara dokumentasi berupa
dilakukan pada perairan tersebut di duga video menggunakan kamera bawah air.
berdampak pada terganggunya ekosistem Pengukuran parameter pendukung
yang ada pada perairan tersebut, khususnya penelitian berupa suhu, salinitas, kecerahan
bagi biota karang. dan kecepatan arus dilakukan pada tiap
Penelitian ini bertujuan untuk stasiun penelitian dan dilakukan langsung
mengetahui kondisi terumbu karang dan (in situ) selama pengamatan terumbu
mengidentifikasi penyakit dan gangguan karang. Dissolved Oxygen (DO) dan Total
kesehatan karang di perairan Desa Suspended Solid (TSS) diukur
Langgapulu, sehingga dapat menjadi data mengambil sampel air kemudian dianalisis
awal dan menjadi acuan kerusakan di Laboratorium Kimia Analitik FMIPA
ekosistem terumbu karang akibat UHO.
perubahan lingkungan di perairan tersebut.
Penyakit dan Gangguan Kesehatan
METODE PENELITIAN Terumbu Karang
Metode transek sabuk (belt transect)
Penelitian dilaksanakan pada Bulan dengan
Agustus-September 2019. Lokasi ukuran 5 meter dengan panjang garis 50
Penelitian dilakukan di Perairan Desa
Langgapulu. Penentuan lokasi penelitian
ini dilakukan dengan metode purposive
sampling. Sebelum melakukan
pengambilan titik stasiun penelitan. Survei
ini dilakukan untuk melihat kondisi awal

65
ILMU KELAUTAN Available online at:
Volume 1, Nomor 2, 2019 http://jurnal.utu.ac.id/JLIK
ISSN: 2684-7051

Gambar 1. Lokasi penelitian perairan Desa Langgapulu


meter digunakan untuk penyakit karang Analisis Data
serta gangguan kesehatan terumbu karang Analisis Penyakit Karang
(English et al., 1994). Pada koloni terumbu Prevalensi penyakit adalah proporsi
karang yang terserang penyakit/gangguan koloni sakit untuk total populasi diukur dari
kesehatan terumbu karang lainnya koloni. prevalensi dihitung dengan jumlah
didokumentasi menggunakan kamera koloni yang terinfeksi penyakit/
bawah air (bentuk pertumbuhan koloni compromised health dibagi dengan jumlah
terumbu karang pada bagian karang yang total koloni yang terdapat dalam transek
terserang dan diperbesaran). Identifikasi sabuk dikalikan 100% (Raymundo, et al.,
jenis penyakit dan bentuk gangguan 2008; Woesik, et al., 2009).
kesehatan karang lainnya di lakukan secara
deskriptif dengan cara melihat warna dari
luka yang menyerang karang, seperti
berwarna putih kuning, merah muda, hitam, Persentase Penutupan Karang Hidup
dan lain-lain. Mendeskripsikan garis tepi Data persentase penutupan karang
luka yang mempunyai 4 kategori yaitu hidup diperoleh dari data panjang tiap
warna, ketebalan, bentuk, dan kategori life form terumbu karang. Nilai
garis pemisah. Melihat pola luka banyak persentase penutupan terumbu karang yang
titik luka terhadap karang yang bertumpuk hidup dihitung dengan menggunakan
ditempat yang sama, menggunakan Coral rumus persentase penutupan (cover)
Disease Handbook: Guidelines for berdasarkan English et.al., (1997) yaitu :
Assessment, Monitoring and Management Data persentase penutupan karang
(Raymundo et al., 2008). hidup yang diperoleh dikategorikan
berdasarkan Lampiran Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 2001.

66
ILMU KELAUTAN Available online at:
Volume 1, Nomor 2, 2019 http://jurnal.utu.ac.id/JLIK
ISSN: 2684-7051

HASIL DAN PEMBAHASAN pada lokasi tersebut. Kondisi substrat yang


tidak stabil, sedimentasi, pengambilan
Kondisi Parameter Fisika dan Kimia karang, aktivitas di laut seperti kapal dan
Perairan pelabuhan, pelemparan jangkar kapal dan
Faktor fisika dan kimia perairan yang penangkapan yang tidak ramah lingkungan,
mempengaruhi perkembangan dan menjadi alasan rendahnya pertumbuhan
pertumbuhan terumbu karang antara lan karang di lokasi tersebut.
parameter suhu, salinitas, kecerahan, Berdasarkan hasil pengukuran,
kecepatan arus DO dan TSS (Tabel 1). diperoleh persentase rata-rata penutupan
karang hidup, karang mati, abiotik, dan
Tabel 1. Nilai parameter fisika dan kimia biotik lainnya yang berbeda-beda. Hal ini
perairan dapat diasumsikan bahwa sebagian
aktivitas manusia disekitar perairan
tersebut mulai berpengaruh terhadap
kondisi terumbu karang.

Pengamatan terumbu karang dilakukan


pada 4 stasiun pengamatan dengan persentase
tutupan karang masuk kategori buruk-sedang,
dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Persentase tutupan karang


Gambar 2. Persentase tutupan karang hidup, karang mati,
abiotik, dan biotik lainnya.

Gambar 2 menunjukkan bahwa


stasiun 3 berada dikategori buruk. Hal ini
diduga karena tingginya nilai komponen
Berdasarkan kriteria penilaian persentase abiotik (pasir dan patahan karang) yang
karang menurut Keputusan Menteri berkisar 25,56% dan karang mati 28,14%.
Lingkungan Hidup No. 4 tahun 2001, kondisi Tingginya nilai komponen abiotik dan
terumbu karang perairan desa Langgapulu karang mati pada area terumbu karang
masuk kategori buruk hingga sedang, dengan adalah pertanda rendahnya nilai persentase
persentase pertumbuhan berkisar 21,16% – tutupan karang hidup. Yunandar (2011)
35,58% (Tabel 2). Persentase tutupan karang menjelaskan bahwa tingginya persentase
hidup pada perairan ini menunjukkan pasir menunjukkan bahwa distribusi karang
bahwa keragaman karang rendah, sehingga tidak merata dan membentuk gundukan-
tidak ada jenis karang yang mendominasi gundukan yang berpisah. Menurut
67
ILMU KELAUTAN Available online at:
Volume 1, Nomor 2, 2019 http://jurnal.utu.ac.id/JLIK
ISSN: 2684-7051

Ciner et.al., (2009) patahan karang yang media penularan, dan tekanan dari
ditemukan di perairan akibat pembuangan lingkungan. Infeksi oleh virus, bakteri,
jangkar kapal dan penangkapan ikan yang fungi dan protista adalah penyakit yang
tidak ramah lingkungan menggunakan disebabkan faktor biotik, sedangkan
bom, sehingga menyebabkan kesempatan gangguan kesehatan secara abiotik
karang untuk tumbuh dan berkembang disebabkan oleh tekanan lingkungan seperti
menjadi terhambat. Aktivitas lainnya yaitu suhu, sedimen, toksit, dan radiasi ultra
adanya organic impact dari pembudidayaan violet (Raymundo et al., 2008). Saat ini
ikan dengan menggunakan keramba apung. serangan penyakit karang memperburuk
Salah satu penyebab rendahnya kondisi karang dan terjadi peningkatan
tutupan karang hidup di stasiun 1, 2 dan 4, sejalan dengan kenaikan suhu air laut,
adalah tingginya persentase komponen sehingga dijadikan indicator kenaikan suhu
biotik lainnya (sponge, soft coral, turf air laut akibat perubahan iklim dan
algae) dan karang mati. Menurut Evans pemanasan global (Willis, 2004; Harvell,
et.al., (2011) soft coral dan sponge 2007).
dianggap sebagai biota pengganggu Prevalensi penyakit dan gangguan
karang. Kehadiran mereka mampu kesehatan terumbu karang dapat dilihat
mendominasi ekosistem terumbu karang. pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3, dapat
dilihat bahwa penyakit Black Band Disease
Penyakit Karang yang ditemukan (BBD), Skeletal Eroding Band (SEB), dan
Penyakit karang didefinisikan sebagai White Syndromes (WS) di temukan pada
semua bentuk gangguan terhadap setiap stasiun pengamatan, dengan rata
kesehatan karang yang berdampak terhadap prevalensi penyakit masing-masing 1,57%,
penuruhan fungsi fisiologis. Penyakit 1,57%, dan 2,04%. Penyakit WS
karang timbul akibat kombinasi dan ditemukan menginfeksi karang yang
interaksi antara karang sebagai inang, memiliki bentuk pertumbuhan foliose,

Tabel 3. Prevalensi penyakit dan gangguan kesehatan terumbu karang

68
ILMU KELAUTAN Available online at:
Volume 1, Nomor 2, 2019 http://jurnal.utu.ac.id/JLIK
ISSN: 2684-7051

encrusting, masive, dan beberapa jenis tersebut akan ditumbuhi lumut/alga


acropora. WS ditandai dengan hilangnya serta terdapat endapan sedimen. Menurut
jaringan karang dengan ciri bercak putih Dinsdale (2000) menyatakan bahwa
atau garis tebal putih tidak teratur. penyakit ini muncul karena karang bersifat
Prevalensi WS merupakan jenis penyakit sesil sehingga tidak bisa menghindar dari
karang yang banyak disebabkan oleh perubahan lingkungan seperti kenaikan
organisme-organisme pemangsa karang. suhu, salinitas, pH, kecerahan, dan
Organisme tersebut memanfaatkan sedimentasi, yang mengakibatkan terumbu
jaringan karang sebagai makanan. Salah karang akan stres dan bisa menyebabkan
satu contoh mahkota berduri (Acanthaster kematian apabila suhu tinggi dan sedimen
planci) merupakan hewan atau pemangsa menempel pada koloni bentuk
organisme karang yang dapat pertumbuhan terumbu karang. Daya tahan
menyebabkan kerusakan jaringan karang. terumbu karang atau sistem kekebalan
Works dan Aeby (2011) menjelaskan karang akan berkurang karena terlalu
predator seperti Drupella sp dan mahkota banyak mengeluarkan lendir.
berduri (Acanthaster planci) dapat Penyakit Black Band Disease (BBD)
menyebabkan kehilangan jaringan karang. juga ditemukan pada semua stasiun.
Roff et al. (2006) menyebutkan kematian Penyakit ini menginfeksi coral massive dan
koloni karang yang tinggi dapat disebabkan coral brancing. Ciri-ciri penyakit ini
oleh munculnya penyakit sindrom putih berupa band (pita) berwarna hitam dengan
(White Syndrome) dengan perkembangan lebar 7-9 mm terletak antara skeleton yang
yang cepat. sudah mati (putih) dengan jaringan yang
Penyakit SEB disebabkan karena masih hidup. Skeleton yang sudah mati
hilangnya jaringan karang yang ditumbuhi oleh alga. Penyakit BBD ini
diakibatkan non predasi. Penyakit ini menyerang karang keras. BBD disebabkan
menyerang genus karang Acropora oleh gangguan mikroorganisme
sedangkan pada genus yang lain tidak Cyanobacterium, phormidium
terlihat terkena penyakit tersebut. Penyakit Corallyticum. Tingginya jumlah koloni
karang jenis ini merupakan penyakit yang karang yang terserang BBD dapat dijadikan
dapat mengikis koloni karang. Penyakit ini indikator perubahan lingkungan di perairan
terjadi diakibatkan oleh infeksi protozoa (Willis et al., (2004); Santavy et al., (2004);
yang terdapat pada perairan tersebut Borger et al., (2005); dan Harvell, (2007)).
(Harvell et al., 2007). Infeksi patogen dari Selain ketiga penyakit diatas,
seperti jenis Halofolliculina corallasia ditemukan pula penyakit Brown Band
dapat meningkatkan kerusakan dan Disease (BRBD), Dark Spots Disease
pengikisan jaringan karang genus (DSD) dan Pink Boctch pada stasiun
Acropora. Ciri-ciri penyakit ini adalah pengamatan. Menurut Raymundo et al.,
perubahan warna karang berbentuk band (2006) bahwa peningkatan laju infeksi
(pita) yang merupakan luka pada koloni BRBD seiring dengan peningkatan suhu.
karang. Pada akhirnya bagian jaringan Penyakit Dark Spots Disease (DSD)
69
ILMU KELAUTAN Available online at:
Volume 1, Nomor 2, 2019 http://jurnal.utu.ac.id/JLIK
ISSN: 2684-7051

ditandai dengan munculnya warna gelap, Bleaching atau Pemutihan karang


warna coklat atau warna ungu yang dibedakan menjadi empat kategori yaitu
menyerang karang Scleractinian. Jaringan Pacth, Full, Stripes, dan Spot (bintik-
luar karang yang terserang akan terlihat bintik). Pemutihan karang terjadi akibat
tetap utuh, walaupun terkadang hilangnya zooxanthella pada jaringan
mengakibatkan kematian jaringan karang koloni karang yang menyebabkan karang
dalam pusat bintik (Gil Agudelo et al., menjadi memutih dengan mengghilangkan
2001). Warna ungu gelap kecoklatan atau pigmen warna pada karang tersebut.
kelabu dari jaringan tersebut sering Pemutihan karang terjadi dikarenakan
melingkar pada permukaan, tapi kadang- terjadinya peningkatan suhu permukaan
kadang dijumpai juga bentuk yang tidak laut (Yee et al., 2011) dan tingginya radiasi
beraturan pada permukaan koloni (bercak matahari (Le Tissier dan Brown, 1996).
warna ungu terang terlihat pada pemutihan Peningkatan dan penurunan suhu
koloni). Menurut Siringoring (2007) permukaan air laut serta tingginya radiasi
penyebab penyakit ini belum diketahui, matahari menyebabkan stres pada
namun diduga disebabkan oleh adanya organime karang (zooxanthella) yang dapat
akumulasi sedimen pada jaringan karang. menyebabkan terjadinya pemutihan karang
Karang yang terinfeksi Penyakit PB pada koloni-koloni karang (Douglas,
dicirikan dengan terdapatnya lingkaran- 2003). Pemutihan karang merupakan
lingkaran atau titik kecil berwarna pink/ tanggapan terhadap perubahan lingkungan
merah muda yang terpisah-pisah dan yang menyebabkan keluarnya polip karang
menyebar pada permukaan koloni karang. ketika terjadinya stres pada karang (Hayes
Lebih lanjut Frias-Lopez et al., (2002) dan Goreau 1992).
menyatakan bahwa perubahan warna pada Crown of Thorns Starfish (Acanthaster
jaringan permukaan karang merupakan plancy) merupakan salah satu predasi hewan
deteksi awal munculnya syndrome pink karang, yang memangga karang sehingga
yang disebabkan adanya ganggua eksternal merusak jaringan karang. Gangguan
dari CO2 yang mengganggu proses kesehatan lain yang mengganggu
metabolism antara alga dan inangnya. pertumbuhan terumbu karang adalah
growth anomalies, pigmentation response
Gangguan Kesehatan Terumbu Karang dan sediment damage.
Lainnya Growth anomalies umumnya
Tabel 3 menunjukkan ada 6 gangguan ditemukan pada karang masive jenis
kesehatan karang di perairan desa Langgapulu, porites. Morfologi Porites yang
yaitu Bleaching (B), Crown of Thorns Starfish, mengalami growth anomalies terlihat
Growth Anomalies (GA), Pigmentation berbeda dari jaringan sehat. Kelainan ini
Response (PR), Sediment Damage (SD) dan disebut juga dengan tumor. Penyebabnya
Tube Formers (TF). Bleaching, Crown of belum diketahui secara pasti. Pigmen pada
Thorns Starfish, dan Tube formers ditemukan jaringan yang mengalami kelainan
pada ke 4 stasiun pengamatan. pertumbuhan pada umumnya lebih pucat
70
ILMU KELAUTAN Available online at:
Volume 1, Nomor 2, 2019 http://jurnal.utu.ac.id/JLIK
ISSN: 2684-7051

atau lebih muda dari jaringan sehat, karena kunci kematian karang, hal tersebut
disebabkan berkurangnya zooxanthellae dikarenakan sedimen yang kaya akan bahan
atau tidak ada sama sekali. Pada bagian organ menyebabkan peningkatan konstan
sekeliling tumor dapat dilihat adanya pita hidrogen sulfida yang dapat meningkatkan
(garis) berwarna pink yang merupakan degradasi lendir karang dan menyebabkan
respon dari pigmentasi karang akibat luka. kematian jaringan karang. Menurut Rogers
Menurut Beeden et al., (2008), respon (1990), peningkatan sedimentasi
pigmentasi karang dapat berupa bintik- menyebabkan degradasi terumbu karang
bintik, garis, benjolan, bercak ataupun pada satu wilayah, partikel sedimen yang
bentuk yang tidak teratur tergantung dari menutupi organisme karang dan
penyebab luka pada karang. mengurangi cahaya yang dibutuhkan untuk
Pigmentation response (PR) menjadi proses fotosintesis. Porites sp. mengalami
salah satu pengganggu organisme karang. kerusakan akibat terakumulasi sendimen
PR disebabkan oleh suhu yang tinggi pada bagian permukaan tubuh karang. Pada
sehingga terumbu karang mengalami stres umumnya penumpukan sedimen terjadi
(Haapkyla, 2009). Gangguan ini juga pada kawasan perairan yang arus dan
banyak menyerang karang masive. Karang sirkulasi airnya tidak terlalu deras
masive yang terganggu akan mengalami sehingga partikel sendimen tidak dapat
perubahan warna jaringan (pigmentasi) dibersihkan dari tubuh karang. Sedimen
sebagai respon terhadap lingkungannya. yang menutupi koralit karang dalam jangka
Bagian karang yang mengalami pigmentasi waktu yang lama dapat mematikan karang.
terlihat berwarna merah muda yang Apabila sendimen terus menebal, maka
memiliki pola diffusi. Hal ini sesuai dengan penetrasi cahaya yang dibutuhkan oleh
pernyataan Raymundo et al. (2008) bahwa zooxanthellae untuk melakukan
pigmentasi dianggap sebagai respon dari fotosintesis menjadi terhambat. Nilai
karang terhadap berbagai macam stressor sediment damage dipengaruhi oleh
seperti pertumbuhan alga, atau kompetisi. kandungan TSS yang cukup tinggi,
Sedimentation Damage terjadi sehingga sedimen banyak menutupi
diakibatkan tingginya pengaruh aktifitas terumbu karang yang berakibat terumbu
antropogenik dan banyaknya aliran sungai karang mengalami stres karena polip
yang menimbulkan tingkat sedimentasi karang tertutup oleh sedimen. Adaptasi
pada perairan meningkat. Sedimen yang terumbu karang terhadap sedimen yang
tinggi menyebabkan kematian pada karang menutupinya mengeluarkan lendir,
yang terjadi karena polip-polip karang sehingga terumbu karang mengalami
tertutupi oleh partikel-partikel dari sedimen turunnya daya kekebalan akibat terlalu
tersebut dan terhalangnya cahaya matahari banyak mengeluarkan lendir (Peter, 1997).
yang dibutuhkan biota karang untuk Tube formers disebabkan oleh cacing
melakukan proses fotosintesis. Menurut pengebor, umumnya cacing pengebor
Weber (2012), limpasan sedimen yang ditemukan pada jenis karang massive. Dari
menumpuk pada karang akan menjadi ke 4 Stasiun koloni bentuk pertumbuhan
71
ILMU KELAUTAN Available online at:
Volume 1, Nomor 2, 2019 http://jurnal.utu.ac.id/JLIK
ISSN: 2684-7051

yang dominan ditemukan yaitu coral DAFTAR PUSTAKA


massive, oleh sebab itu nilai tube formers
sangan tinggi dari pada jenis gangguan Aeby, G.S., Williams, G.J., Franklin, E.C.,
kesehatan terumbu karang lainnya. Kenyon, J., Cox, E.F., Coles, S and
TM Work, 2011. “Patterns of Coral
Disease Across the Hawaiian
KESIMPULAN DAN SARAN
Archipelago: Relating Disease to
Environment”. PloS ONE, Vol. 6,
Kesimpulan No.5, pp: 20-30.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, Antonius, A., Lipscomb, D., 2001. “First
maa disimpulkan bahwa : Protozoan Coral Killer Identified in
1. Penyakit karang yang di temukan di The Indo-Pacific”. Atoll Research
perairan Desa Langgapulu terdiri dari Bulletin, .Vol. l. No. 21, pp: 481 -
penyakit Black Band Disease (BBD), 493.
Beeden, R., Willis, B.L., Raymundo, L.J,m
Brown Band Disease (BRBD), Dark
Page, C.A., Weil, E., 2008.
Spots Disease (DSD), Pink Boctch “Underwater Cards for Assessing
(PB), Skeletal Eroding Band (SEB), Coral Health on Indo-Pacific Reef.
dan White Syndromes (WS). CRTR Program Project Executing
2. Gangguan kesehatan karang umumnya Agency,
disebabkan karena pemutihan karang Center for Marine Studies”. The
(Bleaching), Crown of Thorns Starfish, University of Queensland,
Australia.
Growth Anomalies, Pigmentation
Croquer A., Pauls, S.M., Zubillaga, A.L.
Response, Sediment Damage, dan Tube 2003. “White plague disease
Former. outbreak in a coial reefat Los
3. Penurunan kualitas lingkungan perairan Roques National Park”. Rey.
sangat berperan terhadap munculnya Biology. Tropical, Vol. 51, No 4,
berbagai penyakit dan gangguan pp. 39-45.
Dinsdale, E.A., 2000. Abundance of black
terhadap kesehatan karang, yang
band disease on coral from one
berdampak pada gangguan secara location on the great barrier reef: a
fisiologis bagi biota karang. comparison with abundance in the
carribean region. In Proceeding 9th
Saran International Coral Reef
Penelitian ini hanya sebatas Symposium.
mengidentifikasi penyakit dan gangguan Douglas AE. 2003. “Coral bleaching––how
kesehatan terumbu karang secara and why?” Marine Pollution
Bulletin, 46 (4) 385-392.
deskriptif, menggunakan buku panduan
English S., Wilkinson, C., Baker, V., 1994.
identifikasi penyakit dan gangguan
Survey manual for tropical marine
kesehatan karang. Oleh sebab itu,
resources. ASEAN-Australia
disarankan adanya penelitian lanjutan yang
Marine Science Project: Living
mendalam.
Coastal Resources.

72
ILMU KELAUTAN Available online at:
Volume 1, Nomor 2, 2019 http://jurnal.utu.ac.id/JLIK
ISSN: 2684-7051

Fachrul, M.F., 2007. Metode Sampling intertidal reefs coral Goniastrea


Biokologi. Jakarta: PT Bumi aspera at KO Phuket, Thailand”.
Aksara. Marine Ecology Progress Series,
Vol. 136, pp. 235-244.
Gilagudelo, D.L., Garzon-ferreira, J., 2001.
Peter, S.E.C., 1997. ”Diseases of coral-reef
“Spatial and seasonal variation of
organisms. In: Birkeland C (ed) Life
dark spots disease in coral
and death of coral reefs”. Chapman
communities of the Santa Marta
& Hall, London, pp. 114–139.
area (Columbian Caribbean)”.
Siringoringo, M. R., 2007. “Pemutihan
Bulletin of Marine Science, Vol. 69,
Karang Dan Beberapa Penyakit
pp. 619-630.
Karang”. Oseana. Vol. xxxii, No. 4,
Frias-Lopez, J., A. L. Zerkle, G. T.
pp. 29- 37.
Bonheyo, and B. W. Fouke., 2002.
Raymundo, L.J., Maypa, A.P., Rosell, K.
“Partitioning of bacterial
B,. Cadiz, P.L., Rojas, P.T.A., 2006.
communities between seawater and
A Survey of Coral Disease
healthy, black band diseased, and
Prevalence in Marine Protected
dead coral surfaces”. Appl.
Areas and Fished Reefs of the
Environmental Microbiology, Vol.
Central Visayas. Philippines:
68, pp. 2214 - 2228.
University of Guam.
Haapkylä, J., Richard, K.F., Unsworth, A.,
Raymundo, L.J., Couch, C.S. and Harvell,
Seymour, S., Thomas, J.M., Flavell,
C.D., 2008. Coral Disease
M., Willis, B.L., Smith, D.J.,. 2009.
Handbook : Guidelines for
”Spatio-temporal coral disease
Assessment, Monitoring &
dynamics in the
Management. Coral Reef Targeted
Wakatobi Marine National Park,
Research and Capacity Building for
South-East Sulawesi, Indonesia”.
Management Program. Australia:
Disease of Aquatic Organisms,
The University of Queensland.
Vol. 87, pp. 105–115.
Roff G, Hoegh-Guldberg O Fine M., 2006.
Harvell, C.D., 2007. “Coral Disease
“Intra-colonial response to
Environmental Drivers, and The
Acroporid “white syndrome”
Balance Between Coral and
lesions in tabular Acropora spp.
Microbial Associates”.
(Scleractinia)”. Coral Reefs, Vol.
Oceanography, Vol 20, No. 1, pp.
25 No. 2, pp. 255-264.
45-57.
Rogers, C. S. 1990. “Responses of coral
Hayes RI, Goreau TJ., 1992. “Histology of
reefs and reef organisms to
Caribbean and south Pacific
sedimentation”. Marine
bleached corals”. Proc. 7th Int.
Ecology Progress Series, Vol. 62,
Coral Reef Symp, No. 1, pp. 77.
pp. 185-202.
Johan, O, 2010. “Penyebab, Dampak, Dan
Santavy, D.L and Bruckner, A.W. 2004..
Manajemen Penyakit Karang Di
Cyanobacterial Mat Diseases on
Ekosistem Terumbu Karang. Media
Stony and Soft Corals: Black-band
Akuakultur”. Pusat Penelitian Dan
and Redband Diseases (in review).
Pengembangan Perikanan
Weber M, Beer DD, Lott C, Polerecky L,
Budidaya, Vol. 5.
Kohls K, Abel RMM, Ferdelman
Le Tissier MDAA, Brown BE., 1996.
TG, Fabricius KE., 2012.
“Dynamics of solar bleaching in the
“Mechanisms of damage to coral
73
ILMU KELAUTAN Available online at:
Volume 1, Nomor 2, 2019 http://jurnal.utu.ac.id/JLIK
ISSN: 2684-7051

exposes to sedimentasion”. PNAS,


Vol. 109, No. 14, pp. 1558-1567.
Willis, B.L., Page, C.A., Dinsdale, E., A.,
2004. Coral Disease on the Great
Barrier Reef In Rosenberg E, Loya
Y (eds) Coral Disease and Health.
pp. 69-104. Australia: James Cook
University.
Woesik, R.V., J. Gilner, Hooten, A.J.,
2009. Standard Operating
Procedures for Repeated Measures
of Process and state Variables of
Coral ReefEnvironment. CRTR and
Capacity Building for
Management Program. Australia:
The University of Queensland.
Work TM, Aeby GS. 2011. “Pathology of
tissue loss (white syndrome) in
Acropora sp. corals from the
Central Pacific”. Journal of
invertebrate pathology, Vol. 107,
No. 2, pp. 127-131.
Yee SH, Santavy DL, Barron MG. 2011.
“Assessing the effects of disease
and bleaching on Florida Keys
corals by fitting population models
to data”. Ecological Modelling,
Vol. 222, No. 7, pp. 1323-1332.
Yunandar. 2011. “Pemetaan Kondisi
Karang Tepi (Fringging Reef) Dan
Kualitas Air Pantai Angsana
Kalimantan Selatan”. Jurnal Bumi
Lestari, Vol. 11 No. 1 pp. 50-57.

74

Anda mungkin juga menyukai