Riska1, Albida Rante Tasak2, Lalang 3, Sudarwin Kamur 4, Iswandi Wahab5, Maharani6
1,4,6
Universitas Sembilanbelas November Kolaka Jl. Pemuda, Tahoa, Kolaka, Kabupaten Kolaka,
Sulawesi Tenggara 93561, Indonesia
2
Universitas Ottow Geisler JayapuraKomp. pendidikan kristen, Kotaraja Dalam, Vim, Abepura, Kota
Jayapura, Papua 99224, Indonesia
3
Universitas Halu Oleo, Kampus Hijau Bumi Tridharma, Anduonohu, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara
93232, Indonesia.
5
Universitas Pasifik Morotai, Darame, Morotai Sel, Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara
Korespondensi riska_kelautan@usn.ac.id
ABSTRAK
Ekosistem terumbu karang merupakan salah satu organisme laut yang rentan terhadap perubahan lingkungan
perairan. Salah satu dampak akibat perubahan lingkungan tersebut adalah munculnya berbagai penyakit dan gangguan
kesehatan karang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi terumbu karang dan mengindetifikasi jenis-jenis
penyakit dan gangguan kesehatan yang mengancam ekosistem terumbu karang di perairan Desa Langgapulu. Metode
transek garis (line intercept transect) sepanjang 50 m digunakan untuk menggambarkan kondisi terumbu karang dengan
melihat persentase penutupan karang hidup, karang mati, alga, dan keberadaan biota lainnya. Metode belt transek
dengan ukuran 5 m x 50 m digunakan untuk mengidentifikasi penyakit dan gangguan kesehatan karang, pada 4 stasiun
pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang di perairan tersebut dalam kategori
sedang hingga buruk/rusak. Jenis penyakit karang yang ditemukan pada perairan ini yaitu Black Band
Disease (BBD), Brown Band Disease (BRBD), Dark Spots Disease (DSD), Pink Boctch (PB), Skeletal
Eroding Band (SEB), dan White Syndromes (WS). Gangguan kesehatan karang umumnya disebabkan karena
pemutihan karang (Bleaching), Crown of Thorns Starfish, Growth Anomalies, Pigmentation Response,
Sediment Damage, dan Tube Former. Penurunan kualitas lingkungan perairan sangat berperan terhadap
munculnya berbagai penyakit dan gangguan terhadap kesehatan karang, yang berdampak pada gangguan
secara fisiologis bagi biota karang.
Kata kunci : Terumbu Karang, Penyakit Karang, Gangguan Kesehatan Karang, Desa Langgapulu
ABSTRACT
Coral reef ecosystem is one of the marine organisms that are vulnerable to changes in the aquatic
environment. One of the impacts caused by these environmental changes is the emergence of various coral
diseases and health disruption. The purpose of the research was to know the condition of coral reefs and
identification of coral reef diseases and health disruption in the waters of Langgapulu village. The 50 m line
intercept transect method is used to describe the condition of coral reefs in the study area by determine the
live coral percentage, dead coral, algae, and presence of other organisms. Belt transect method with a size
of 5 m x 50 m is used to identify coral diseases and health disruption, at 4 research stations. The results
showed that the condition of coral reefs in these waters was in the moderate to bad / damaged category. The
types of coral diseases found in these waters are Black Band Disease (BBD), Brown Band Disease (BRBD),
63
ILMU KELAUTAN Available online at:
Volume 1, Nomor 2, 2019 http://jurnal.utu.ac.id/JLIK
ISSN: 2684-7051
Dark Spots Disease (DSD), Pink Boctch (PB), Skeletal Eroding Band (SEB), and White Syndrome (WS).
Coral health problems are generally caused by coral bleaching (Bleaching), Crown of Thorns Starfish,
Growth Anomalies, Pigmentation Response, Sediment Damage, and Tube Formers. The decline in the quality
of the aquatic environment plays a major role in the emergence of various diseases and disruptions to coral
health, which impacts physiological disruption for coral biota.
Keywords : Coral Reef, Coral Disease, Coral Health Disruption, Langgapulu Village
PENDAHULUAN
karang dilaporkan dapat merusak karang
Terumbu karang merupakan ekosistem dalam skala besar (Croquer et al., 2003).
khas perairan tropis yang rentan terhadap Beberapa penelitian mengungkapkan
perubahan lingkungan. Salah satu dampak bahwa penurunan kualitas lingkungan
perubahan lingkungan perairan adalah perairan sangat berperan terhadap
munculnya penyakit karang yang dapat munculnya agent atau mikroorganisme
menurunkan persentase tutupan karang pembawa patogen terhadap karang. Selain
hidup di suatu perairan. itu sedimentasi, polusi yang ditimbulkan
Penyakit karang adalah gangguan oleh limbah domestik, sampah, sampai
terhadap kesehatan karang yang dengan air balast juga berpotensi
menyebabkan gangguan secara fisiologis munculnya patogen penyebab penyakit
bagi biota karang (Raymundo dan Harvell, karang (Borger et al., 2005).
2008). Penyakit karang menyebabkan Beberapa jenis penyakit karang yang
kegagalan fungsi vital hewan karang, organ menyerang karang, antara lain White band
atau sistem organ, terganggunya proses disease (WBD), White plague (W), dan
pertumbuhan dan perkembangbiakan, Dark spot (Goreau et al., 1998). Infeksi
gangguan dalam proses reproduksi, penyakit karang umumnya terjadi ketika
perubahan struktur komunitas, penurunan karang mengalami stress akibat tekanan
keanekaragaman spesies dan kelimpahan dari lingkungan, seperti pencemaran, suhu
asosiasi hewan laut di terumbu karang. tinggi, sedimentasi, nutrient yang tinggi
Penyebabnya bisa berasal dari sumber terutama nitrogen dan senyawa carbon,
biotik atau abiotik (Stedman's Medical predator, kompetisi dengan alga yang
Dictionary, 1982 dalam Johan, 2010). pertumbuhannya sangat cepat, dan kondisi
Karang yang terinfeksi penyakit fisiologis yang lemah setelah terjadi
dicirikan dengan adanya perubahan warna, pemutihan (Antonius and Lipscomb, 2001;
kerusakan pada skeleton biota karang, Raymundo et al., 2008; Aeby et al., 2011).
sampai dengan kehilangan jaringannya, Penyakit karang banyak dilaporkan
mengalami luka atau perbedaan band dari dapat merusak karang dalam skala besar
jaringan karang yang hilang. Hal ini dapat seperti yang terjadi di laut Caribbean,
disebabkan oleh bakteri, virus, protozoa Australia dan beberapa lokasi di negara luar
atau jamur. (Loya et a1., 2001). Penyakit (Croquer et al., 2003; Willis et al., 2004).
Di Sulawesi Tenggara kematian karang
64
ILMU KELAUTAN Available online at:
Volume 1, Nomor 2, 2019 http://jurnal.utu.ac.id/JLIK
ISSN: 2684-7051
akibat penyakit masih belum menjadi lokasi dan digunakan sebagai dasar
perhatian khusus oleh para peneliti. Hal ini penentuan titik lokasi penelitian.
terbukti masih jarangnya penelitian yang Penandaan stasiun penelitian menggunakan
mengungkapkan penyakit karang. Dengan GPS (Global Position Station) yang
demikian penelitian yang dilaksanakan ini diambil sebanyak 4 (empat) titik stasiun
diharapkan dapat memberikan informasi (Gambar 1). Pengambilan lokasi titik
terkait dengan penyakit karang di Sulawesi stasiun berdasarkan pertimbangan
Tenggara, khususnya di wilayah perairan keberadaan penyakit karang dan kondisi
Desa Langgapulu, Konawe Selatan. terumbu karang (Fachrul, 2007) di perairan
Desa Langgapulu terletak di Desa Langgapulu.
Kecamatan Kolono Timur (Konawe
Selatan). Hampir disepanjang wilayah 2.1. Tutupan Terumbu Karang
pesisir desa ini di tumbuhi terumbu karang. Pengambilan data tutupan karang
Selain itu, wilayah perairan desa ini menggunakan metode LIT (Line Intercept
dijadikan sebagai daerah penangkapan ikan Transek) dengan panjang garis 50 meter
oleh masyarakat dan sebagai jalur lalu (English et al., 1994). Pengambilan data
lintas kapal. Banyaknya aktivitas yang dilakukan dengan cara dokumentasi berupa
dilakukan pada perairan tersebut di duga video menggunakan kamera bawah air.
berdampak pada terganggunya ekosistem Pengukuran parameter pendukung
yang ada pada perairan tersebut, khususnya penelitian berupa suhu, salinitas, kecerahan
bagi biota karang. dan kecepatan arus dilakukan pada tiap
Penelitian ini bertujuan untuk stasiun penelitian dan dilakukan langsung
mengetahui kondisi terumbu karang dan (in situ) selama pengamatan terumbu
mengidentifikasi penyakit dan gangguan karang. Dissolved Oxygen (DO) dan Total
kesehatan karang di perairan Desa Suspended Solid (TSS) diukur
Langgapulu, sehingga dapat menjadi data mengambil sampel air kemudian dianalisis
awal dan menjadi acuan kerusakan di Laboratorium Kimia Analitik FMIPA
ekosistem terumbu karang akibat UHO.
perubahan lingkungan di perairan tersebut.
Penyakit dan Gangguan Kesehatan
METODE PENELITIAN Terumbu Karang
Metode transek sabuk (belt transect)
Penelitian dilaksanakan pada Bulan dengan
Agustus-September 2019. Lokasi ukuran 5 meter dengan panjang garis 50
Penelitian dilakukan di Perairan Desa
Langgapulu. Penentuan lokasi penelitian
ini dilakukan dengan metode purposive
sampling. Sebelum melakukan
pengambilan titik stasiun penelitan. Survei
ini dilakukan untuk melihat kondisi awal
65
ILMU KELAUTAN Available online at:
Volume 1, Nomor 2, 2019 http://jurnal.utu.ac.id/JLIK
ISSN: 2684-7051
66
ILMU KELAUTAN Available online at:
Volume 1, Nomor 2, 2019 http://jurnal.utu.ac.id/JLIK
ISSN: 2684-7051
Ciner et.al., (2009) patahan karang yang media penularan, dan tekanan dari
ditemukan di perairan akibat pembuangan lingkungan. Infeksi oleh virus, bakteri,
jangkar kapal dan penangkapan ikan yang fungi dan protista adalah penyakit yang
tidak ramah lingkungan menggunakan disebabkan faktor biotik, sedangkan
bom, sehingga menyebabkan kesempatan gangguan kesehatan secara abiotik
karang untuk tumbuh dan berkembang disebabkan oleh tekanan lingkungan seperti
menjadi terhambat. Aktivitas lainnya yaitu suhu, sedimen, toksit, dan radiasi ultra
adanya organic impact dari pembudidayaan violet (Raymundo et al., 2008). Saat ini
ikan dengan menggunakan keramba apung. serangan penyakit karang memperburuk
Salah satu penyebab rendahnya kondisi karang dan terjadi peningkatan
tutupan karang hidup di stasiun 1, 2 dan 4, sejalan dengan kenaikan suhu air laut,
adalah tingginya persentase komponen sehingga dijadikan indicator kenaikan suhu
biotik lainnya (sponge, soft coral, turf air laut akibat perubahan iklim dan
algae) dan karang mati. Menurut Evans pemanasan global (Willis, 2004; Harvell,
et.al., (2011) soft coral dan sponge 2007).
dianggap sebagai biota pengganggu Prevalensi penyakit dan gangguan
karang. Kehadiran mereka mampu kesehatan terumbu karang dapat dilihat
mendominasi ekosistem terumbu karang. pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3, dapat
dilihat bahwa penyakit Black Band Disease
Penyakit Karang yang ditemukan (BBD), Skeletal Eroding Band (SEB), dan
Penyakit karang didefinisikan sebagai White Syndromes (WS) di temukan pada
semua bentuk gangguan terhadap setiap stasiun pengamatan, dengan rata
kesehatan karang yang berdampak terhadap prevalensi penyakit masing-masing 1,57%,
penuruhan fungsi fisiologis. Penyakit 1,57%, dan 2,04%. Penyakit WS
karang timbul akibat kombinasi dan ditemukan menginfeksi karang yang
interaksi antara karang sebagai inang, memiliki bentuk pertumbuhan foliose,
68
ILMU KELAUTAN Available online at:
Volume 1, Nomor 2, 2019 http://jurnal.utu.ac.id/JLIK
ISSN: 2684-7051
atau lebih muda dari jaringan sehat, karena kunci kematian karang, hal tersebut
disebabkan berkurangnya zooxanthellae dikarenakan sedimen yang kaya akan bahan
atau tidak ada sama sekali. Pada bagian organ menyebabkan peningkatan konstan
sekeliling tumor dapat dilihat adanya pita hidrogen sulfida yang dapat meningkatkan
(garis) berwarna pink yang merupakan degradasi lendir karang dan menyebabkan
respon dari pigmentasi karang akibat luka. kematian jaringan karang. Menurut Rogers
Menurut Beeden et al., (2008), respon (1990), peningkatan sedimentasi
pigmentasi karang dapat berupa bintik- menyebabkan degradasi terumbu karang
bintik, garis, benjolan, bercak ataupun pada satu wilayah, partikel sedimen yang
bentuk yang tidak teratur tergantung dari menutupi organisme karang dan
penyebab luka pada karang. mengurangi cahaya yang dibutuhkan untuk
Pigmentation response (PR) menjadi proses fotosintesis. Porites sp. mengalami
salah satu pengganggu organisme karang. kerusakan akibat terakumulasi sendimen
PR disebabkan oleh suhu yang tinggi pada bagian permukaan tubuh karang. Pada
sehingga terumbu karang mengalami stres umumnya penumpukan sedimen terjadi
(Haapkyla, 2009). Gangguan ini juga pada kawasan perairan yang arus dan
banyak menyerang karang masive. Karang sirkulasi airnya tidak terlalu deras
masive yang terganggu akan mengalami sehingga partikel sendimen tidak dapat
perubahan warna jaringan (pigmentasi) dibersihkan dari tubuh karang. Sedimen
sebagai respon terhadap lingkungannya. yang menutupi koralit karang dalam jangka
Bagian karang yang mengalami pigmentasi waktu yang lama dapat mematikan karang.
terlihat berwarna merah muda yang Apabila sendimen terus menebal, maka
memiliki pola diffusi. Hal ini sesuai dengan penetrasi cahaya yang dibutuhkan oleh
pernyataan Raymundo et al. (2008) bahwa zooxanthellae untuk melakukan
pigmentasi dianggap sebagai respon dari fotosintesis menjadi terhambat. Nilai
karang terhadap berbagai macam stressor sediment damage dipengaruhi oleh
seperti pertumbuhan alga, atau kompetisi. kandungan TSS yang cukup tinggi,
Sedimentation Damage terjadi sehingga sedimen banyak menutupi
diakibatkan tingginya pengaruh aktifitas terumbu karang yang berakibat terumbu
antropogenik dan banyaknya aliran sungai karang mengalami stres karena polip
yang menimbulkan tingkat sedimentasi karang tertutup oleh sedimen. Adaptasi
pada perairan meningkat. Sedimen yang terumbu karang terhadap sedimen yang
tinggi menyebabkan kematian pada karang menutupinya mengeluarkan lendir,
yang terjadi karena polip-polip karang sehingga terumbu karang mengalami
tertutupi oleh partikel-partikel dari sedimen turunnya daya kekebalan akibat terlalu
tersebut dan terhalangnya cahaya matahari banyak mengeluarkan lendir (Peter, 1997).
yang dibutuhkan biota karang untuk Tube formers disebabkan oleh cacing
melakukan proses fotosintesis. Menurut pengebor, umumnya cacing pengebor
Weber (2012), limpasan sedimen yang ditemukan pada jenis karang massive. Dari
menumpuk pada karang akan menjadi ke 4 Stasiun koloni bentuk pertumbuhan
71
ILMU KELAUTAN Available online at:
Volume 1, Nomor 2, 2019 http://jurnal.utu.ac.id/JLIK
ISSN: 2684-7051
72
ILMU KELAUTAN Available online at:
Volume 1, Nomor 2, 2019 http://jurnal.utu.ac.id/JLIK
ISSN: 2684-7051
74