Anda di halaman 1dari 4

1.

Black Band Disease

Penyakit Black Band Disease atau BBD merupakan penyakit yang menyerang jenis karang
batu dan bersifat virulen. Penyakit Black Band Disease atau BBD memiliki daya serang yang
sangat ganas yang menyebar pada bermacam-macam spesies karng dan menginfeksi jaringan.
Bakteri dari golongan Cyanobacterium merupakan penyebab dari penyakit Black Band Disease
atau BBD. Salah satu spesies dari Cyanobacterium tersebut adalah P. corallyticum (Sabdono dan
Ocky 2006). Selain Cyanobacterium, intensitas cahaya juga merupakan factor utama dari
penyakit Black Band Disease atau BBD. Penyakit Black Band Disease merupakan penyakit
karang yang disebabkan oleh gabungan antara mikroba pathogen yang membentuk sabuk dan
terdiri atas lima macam mikroba. Lima macam mikroba tersebut adalah filamentous
cyanobacterium, Phormidium corallyticum, sejumlah bakteri kelompok hetetotrofik, jamur laut,
bakteri pengoksidasi, dan bakteri yang menurunkan sulfat. Populasi dari cyanibacteria ditandai
dengan ketebalan sabuk antara 1 mm dengan lebar antaa 1-3 mm dan memiliki warna hitam
kecoklatan. (Johan et.al 2014).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Johan et.al (2014) pada lokasi penelitian, jenis
karang Montipora spp memiliki tingkat infeksi yang tinggi. Hal ini dikarenakan jenis karang
Montipora spp masuk ke dalam family Acroporidae yang sangat rentan terhadap perubahan
kondisi lingkungan. Perubahan kondisi lingkungan yang dimaksud adalah peningkatan suhu dan
sedimentasi. Perubahan tersebut menyebabkan pemutihan karang yang berakhir menjadi
perubahan fungsi lahan akibat pembangunan wilayah pesisir.

Black Band Disease atau BBD merupakan suatu penyakit karang yang memiliki ciri-ciri
seperti cincin yang gelap. Black Band Disease juga disebut Black Band Ring. Cincin gelap
tersebut memisahkan antara jaringan yang masih sehat dengan rangka karang. Black Band
Disease atau BBD anan meningkat jika terjadi kenaikan suhu diatas ambang normal, bahan
kimia yang memiliki sifat toksitas dan sedimenasi serta adanya pasokan nutrien. BlackBand
Disease ditandai dengan adanya bercak hitam seluas ¼ - 2 inci pada permukaan jaringan karang.
Black Band Disease bergerak melewati permukaan rangka karang, dengan kecepatan sekitar 3
mm – 1 cm perhari dan meninggalkan rangka karang berwarna putih (Siringoringo 2007).

Menurut Hazrul et.al (2016) berdasarkan penelitian yang dilakukan, penyakit Black Band
Disease menginfeksi koral jenis prtumbuhan masiv dan branching. Penyakit Black Band Disease
atau BBD dicirikan dengan adanya band atau pita berwarna hitam yang memiliki lebar 7-9 mm.
Band atau pita tersebut terletak diantara skeleton yang sudah mati dengan jaringan yang masih
hidup. Kasus ini dilaporkan pertama kali di Belize dan Bermuda. Setelah dilaporkan, penyakit ini
mewabah di seluruh Carribean ataupun Indo-Pacific. Penyakit Black Band Disease atau BBD
disebabkan oleh Cyanobacterium. Penyakit Black Band Disease atau BBD dapat dijadikan
indikator pada perubahan iklim di suatu perairan.

Menurut Rahma (2013) berdasarkan penelitiannya yang dilakukan di Pulau Barrang


Lompo, kehadiran penyakit Black Band Disease atau BBD memiliki kaitan dengan sedimentasi,
kekeruhan, kandungan BOT, dan pergantian musim. Penyakit Black Band Disease juga memiliki
keterkaitan dengan parameter lingkungan seperti suhu, kecerahan, substrat, nutrient yang
berkaitan, dan arus. Hal ini disebabkan karang yang memiliki habitat di dasar perairan sehingga
karang sensitive dengan perubahan yang ada disekitarnya. Hal ini juga dikuatkan sebab karang
juga bersifat sessil yang menyebabkan tidak bisa menghindar dari perubahan lingkungan sekitar.

Black band merupakan salah satu penyakit yang paling merusak hingga menyebabkan
kematian dalam skala yang besar dan kerusakan yang parah pada karang di dunia. Penyakit
Black band merupakan penyakit yang paling memengaruhi karang scleractinian dan gorgonian
(Sekar et.al 2008). Menurut Aeby dan Deborah (2006) cyanobacterium spesirs Phormidium
corallyticum yang menjadi agen pada penyakit black band. Penyakit black band ditandai dengan
bercak hitam seluas ¼ - 2 inci pada permukaan jaringan karang.

Gambar 1.1 Black Band Disease (Voss and Richardson 2006)


4. White Plague

White plague merupakan salah satu penyakit karang yang menghilangkan jaringan yang
cepat memengaruhi banyak spesies karang. Karang dengan jenis masif dan encrusting
merupakan jenis yang sering terkena penyakit white plague (Purnama et.al 2020). White plague
ada 3 tipe yaitu tipe I, tipe II,dan tipe III. Tiga tipe tersebut dibedakan berdasarkan
perkembangan hilangnya jaringan. Tipe I merupakan tipe yang berkembang paling lambat yaitu
beberapa mm per hari, tipe II merupakan tipe yang berkembang maksimal 2 cm per hari, dan tipe
III merupakan tipe yang paling cepat berkembangnya yaitu 42 cm per hari (Soffer et.al 2013).
Alphaproteobacterium diidentifikasi sebagai agen penyebab pada penyakit white plague tipe II
karena kemiripannya dengan epizootik sebelumnya yang ditandai sebagai plague, atau white
plague, yang terjadi di terumbu yang sama pada tahun 1970-an (Denner et.al 2003).

Menurut Siringoringo (2007) penyakit White Plague terlihat mirip dengan penyakit White Band
Disease. Penyakit White Plague menyerang karang jenis massiv dan encrusting. Karang yang
terkena penyakit White Plague terdapat jaringan yang hilang dan meninggalkan rangka karang
yang berwarna putih kosong. Penyakit White Plague memiliki 3 tipe, yaitu White Plague tipe I,
White Plague tipe II, dan White Plague Tipe III. Pada White Plague tipe I, dilaporkan terdapat 10
spesies karang yang terkena dan berdampak pada kematian jaringan lunak sekitar 3 mm/hari.
Pada penyakit White Plague tipe II, dilaporkan bahwa terdapat 32 spesies karang yang terke
penyakit White Plague tipe II. White Plague tipe II berdampak kematian pada jaringan karang
lunak sekitar 2 cm/hari. Pada penyakit White Plague tipe III, jaringan karang yang hilang lebih
besar dibandingkan White Plague tipe I dan White Plague tipe II. White Plague tipe III
mempengaruhi karang pembentuk terumbu yang sangat luat termasuk karang dengan bentuk
pertumbuhan massive. Bacterium diduga menjadi penyebab dari hilangnya jaringan karang dan
meluas dari satu keloni ke koloni lain. Menurut Yusri dan Estradivari (2007) penyakit White
Plague disebabkan oleh marga bakteri baru yang berkerabat dengan bakteri Sphingomonas.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Yusri dan Estradivari (2007) peneliti melakukan
pengukuran parameter lingkungan. Parameter lingkungan yang diukur antara lain adalah suhu
permukaan air laut, kecepatan dan arah arus, serta kecerahan. Hal tersebut membuktikan bahwa
penyakit White Plague dipicu oleh parameter lingkungan tersebut yang berujung terhadap
munculnya agen penyebab yang berupa bakteri. Penyakit White Plague merupkan penyakit pada
karang yang disebabkan oleh pathogen. Pathogen akan muncul ketoka ada pemicu. Pemicu dari
munculnya pathogen antara lain adalah factor lingkungan, keberadaan bakteri di perairan laut,
dan imunitas dari karang terhadap serangan patogenitas bakteri. Factor lingkungan yang
dimaksud ialah meliputi kenaikan shu, pengkayaan nutrient, polusi dari limbah plastic, limbah
industry, dan limbah rumah tangga (Palupi et.al 2019).

Aeby et.al (2016) dalam penelitiannya melakukan pengecekan terhadap suhu perairan,
musim, dan data aliran. Hal ini membukitakn bahwa suhu perairan, musim, dan aliran menjadi
factor terjadinya penyakit pada karang. Menurut Harvell et.al (2007) factor penyebab timbulnya
penyakit karang adalah tempratur, kualitas perairan, dan pathogen. Temptarur atau suhu
mempengaruhi karena semakin tinggi suhu perairan akan semakin panas yang mengakibatkan
pemutihan pada karang. Kualitas perairan juga mempegaruhi, sebab jika parameter tersebut
berada diatas ambang normal atau dibawah ambang normalakan mengakibatkan abnormalnya
ekosistem laut. Hal tersebut membuktikan bahwa penyakit White Plague dpat disebabkan juga
oleh factor-daktor tersebut.

Anda mungkin juga menyukai