Diusulkan oleh :
Ismail Maqbul
230210120053
230210120054
230210120056
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINAGOR
2016
Nama Ketua
: Ismail Maqbul
Jurusan
: Ilmu Kelautan
Universitas
: Padjadjaran
Nama Anggota 1
Jurusan
: Ilmu Kelautan
Universitas
: Padjadjaran
Nama Anggota 2
Jurusan
: Ilmu Kelautan
Universitas
: Padjadjaran
Ismail Maqbul
230210120053
i
Daftar Isi
Pendahuluan .................................................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................................................ 1
Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
Tujuan dan Manfaat Penulisan ....................................................................................... 2
II.
III.
Metode Penulisan............................................................................................................ 5
IV.
V.
Penutup ......................................................................................................................... 10
Kesimpulan ................................................................................................................... 10
Saran ............................................................................................................................. 10
ii
Daftar Gambar
iii
ABSTRAK
INVENTARISASI GENETIK KARANG TROPIS DALAM UPAYA
REHABILITASI DAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI
TERUMBU KARANG DI INDONESIA SECARA BERKELANJUTAN
Ismail Maqbul, Muhammad Soffa Firdaus, Evina Tami Roriris
Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Padjadjaran
ismailmaqbul@rocketmail.com
Sebanyak 16% terumbu karang dunia berada di Indonesia. Tercatat ada kurang
lebih 590 spesies karang keras yang mewakili lebih dari 95% jumlah spesies di
Pusat Segitiga Terumbu Karang (coral triangle). Kayanya potensi keanekaragaman
hayati terumbu karang yang dimiliki Indonesia diikuti dengan berbagai ancaman
kepunahan keanekaragaman hayati terumbu karang itu sendiri. Kerusakan karang
disebabkan oleh iveneti ivenetic maupun biotik. Oleh karena itu diperlukan upaya
perlindungan terumbu karang agar tetap lestari dan berkelanjutan. Inventarisasi
ivenetic karang melalui aplikasi bioteknologi molekuler merupakan salah satu
strategi jitu dalam upaya rehabilitasi dan konservasi terumbu karang di Indonesia.
Pendekatan molekuler dapat digunakan untuk memahami dan mengetahui
keanekaragaman hayati sampai tingkat ivenetic melalui metode isolasi DNA,
amplifikasi, dan analisis sekuens dari gen. Inventarisasi ivenetic karang
dimanfaatkan sebagai data fundamental dalam menyusun strategi mitigasi
(preventif) dan penanganan (kuratif) kerusakan terumbu karang tropis di Indonesia.
Pertama, melalui informasi inventarisasi ivenetic ini akan diketahui keragaman
ivenetic karang di suatu perairan dan juga dapat diketahui konektivitas genetiknya.
Kemudian dari informasi konektivitas ivenetic inilah yang digunakan untuk menata
dan menentukan Marine Protected Area (MPA) atau kawasan konservasi laut.
Kedua, dalam upaya rehabilitasi seperti transplantasi karang pada kawasan yang
telah mengalami degradasi, data inventarisasi ivenetic dapat digunakan untuk
menentukan jenis karang yang tepat untuk ditransplan. Ketiga, dimanfaatkan dalam
mencari formulasi agen yang tepat untuk mengatasi berbagai serangan penyakit
yang disebabkan oleh iveneti biotik (bakteri, virus, protozoa,fungi) pada karang.
Implementasi inventarisasi karang ini diharapkan menjadi solusi yang tepat untuk
mengelola kawasan konservasi laut secara berkelanjutan dan mendukung pilar
konservasi yakni perlindungan, pelestarian, dan pengelolaan.
iv
I. Pendahuluan
Latar Belakang
Perairan Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi di dunia. Salah
satunya adalah ekosistem terumbu karang. Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem di
bumi yang paling produktif dan paling kaya dari segi hayati. Terumbu karang memberikan
manfaat sangat besar bagi jutaan penduduk yang hidup dekat pesisir baik secara ekologi
maupun ekonomi. Hal ini merupakan sumber pangan dan pendapatan yang penting, menjadi
tempat asuhan bagi berbagai spesies ikan yang diperdagangkan, menjadi daya tarik wisatawan,
penyelam dan pengagum terumbu karang, serta melindungi garis pantai dari hantaman badai
(Burke et al. 2012).
Sebagian wilayah di Indonesia, merupakan pusat keanekaragaman biota laut dunia
dalam wilayah Coral Triangle, dengan area terumbu karang terluas di dunia yaitu 12-15% dan
sebanyak 16% terumbu karang dunia berada di Indonesia. Burke et al. (2012) menyebutkan
bahwa keanekaragaman hayati terumbu karang Indonesia merupakan paling kaya di dunia.
Tercatat kurang lebih 590 spesies karang kerang atau sekitar 95% species terumbu karang di
segitiga terumbu karang ada di Indonesia.
Indonesia sebagai Negara kepulauan terbesar di dunia memiliki ekosistem terumbu
karang tropis yang khas dan sangat luas. Namun, keberadaan dan kondisi terumbu karang di
Indonesia saat ini mengalami ancaman degradasi. Burke et al (2012) menyebutkan bahwa
setengah abad terakhir ini degradasi terumbu karang di Indonesia meningkat dari 10% menjadi
50%. Kerusakan karang disebabkan oleh faktor abiotik seperti temperatur, sedimentasi,
senyawa kimia yang beracun, ketidakseimbangan nutrien, radiasi ultraviolet, dan biotik seperti
predasi, pertumbuhan alga yang tak terkendali serta infeksi penyakit (Harvell et al. 2007).
Ancaman utama yang memperburuk kondisi terumbu karang global saat ini adalah infeksi yang
disebabkan oleh bakteri, virus, protozoa dan fungi yang menyebabkan hilangnya jaringan pada
karang dan perubahan terhadap laju reproduksi, laju pertumbuhan, struktur komunitas,
keragaman spesies, dan kelimpahan organisme asosiasi karang (Loya et al. 2001 dalam Harvell
et al. 2007).
Karang di Indonesia tersebar mulai dari bagian barat hingga bagian timur. Sebaran
karang tidak merata di setiap daerah karena faktor pembatas di setiap daerah berbeda-beda
(Suharsono 2008). Terdapat dugaan bahwa populasi karang yang tersebar di setiap wilayah
memiliki suatu hubungan secara genetik. Namun, informasi tentang hubungan secara genetik
antar populasi terumbu karang yang dipisahkan oleh jarak tersebut sangat kurang atau bahkan
belum ada. Sudah banyak penelitian yang mendeskripsikan karang dengan karakter morfologi,
namun demikian pendeskripsian tersebut masih membingungkan. Berbeda bila karang tersebut
diidentifikasi karakter genetiknya secara molekuler, hasilnya akan lebih akurat. Identifikasi
karang sampai tingkat genetik dilakukan melaui pendekatan molekuler. Metode pendektan
molekuler ini digunakan untuk memahami dan mengetahui keanekaragaman hayati sampai
tingkat genetik melalui metode isolasi DNA, amplifikasi gen, dan analisis sekuens dari gen.
Perlindungan plasma nutfah (sumber kehidupan) ekosistem terumbu karang melalui pendekatan
teknologi molekuler merupakan salah satu strategi jitu dalam upaya pengelolaan dan konservasi
terumbu karang di Indonesia.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan bagaimana upaya inventarisasi
keanekaragaman hayati karang tropis dengan pendekatan teknologi molekuler digunakan
sebagai data fundamental strategi mitigasi (preventif) dan penanganan (kuratif) kerusakan
terumbu karang, dalam rangka preservasi plasma nutfah terumbu karang tropis di Indonesia.
Terumbu Karang
Terumbu karang (coral reef) merupakan suatu ekosistem, sedangkan karang (reef coral)
merupakan individu organisme (Supriharyono 2007). Terumbu karang merupakan ekosistem
yang terdapat khas di daerah tropis. Meskipun terumbu karang ditemukan di seluruh perairan
dunia, tetapi hanya di daerah tropis terumbu karang berkembang dengan baik. Struktur terumbu
karang di bentuk dari koloni-koloni hewan karang yang membentuk terumbu. Terumbu adalah
endapan-endapan masif yang penting dari kalsium karbonat (CaCO3), terutama dihasilkan oleh
hewan karang (fillum Cnidaria, kelas Antozoa, ordo Madreporaria), juga alga berkapur dan
organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat (Nybakken 1992).
Terumbu karang mempunyai berbagai fungsi yang antara lain : Sebagai gudang
keanekaragaman hayati biota-biota laut, tempat tinggal sementara atau tetap, tempat mencari
makan, berpijah, daerah asuhan dan tempat berlindung bagi hewan laut lainnya. Terumbu
karang juga berfungsi sebagai tempat berlangsungnya siklus biologi, kimiawi dan fisik secara
global yang mempunyai tingkat produktivitas yang sangat tinggi. Terumbu karang merupakan
sumber bahan makanan langsung maupun tidak langsung dan sumber obat-obatan. Terumbu
karang sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak dan sumber utama bahan-bahan
kontruksi. Di samping itu terumbu karang mempunyai nilai yang penting sebagai pendukung
dan penyedia bagi perikanan pantai termasuk di dalamnya sebagai penyedia lahan dan tempat
budidaya berbagai hasil laut. Terumbu karang juga dapat berfungsi sebagai daerah rekreasi,
baik rekreasi pantai maupun rekreasi bawah laut lainnya. Terumbu karang juga dapat
dimanfaatkan sebagai sarana penelitian dan pendidikan serta sebagai tempat perlindungan
biota-biota langka.
Identifikasi karang tidaklah semudah identifikasi tumbuhan dan ikan dimana
terminologi untuk kedua biota tersebut dapat berlaku umum dan kunci determinasi telah
dibuatkan secara mapan. Kesulitan yang dihadapi dalam identifikasi karang adalah terminologi
yang ada tidak dapat berlaku secara umum untuk semua jenis karang. Hampir tiap suku atau
bahkan beberapa marga mempunyai terminologi sendiri-sendiri. Sebagai contoh terminologi
yang dipakai untuk Acropora tidak dapat diterapkan untuk Porites. Kesulitan yang lain adalah
berapa jumlah jenis dari marga Acropora maupun Porites tidak diketahui secara pasti. Sebagai
contoh Acropora yang dikenal dari namanya ada sekitar 368 jenis akan tetapi jenis yang benar
dan diakui secara internasional tidak lebih dari 113 jenis (Suharsono 2008).
interaksi inang dan patogen. Kenaikan temperatur dapat mempengaruhi perubahan aktivitas
biologi dan perangkat fisiologis karang, termasuk pula perubahan kemampuan karang untuk
melawan infeksi patogen (Rosenberg et al. 2007), terlebih patogen dapat menjadi lebih virulen
pada temperatur yang lebih tinggi (Ben-Haim et al. 2003).
DNA Barcoding
Metode genetika molekular dapat berkontribusi pada hal terkait konservasi gen, spesies
dan ekosistem. Salah satu pendekatan pendekatan molekuler yang digunakan adalah dna
barkoding. DNA (deoxyribonucleic acid) merupakan tempat penyimpanan informasi genetik
dan berperan sebagai materi genetik yang menurunkan sifat tertentu dari satu generasi ke
generasi turunannya. DNA barkoding adalah sekuen standar urutan basa-basa nukleotida
pendek dari suatu gen, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi spesies. Hal ini karena
setiap spesies pada gen tertentu memiliki urutan basa yang unik (Hebert et al. 2003). DNA
barkoding merupakan sebuah pendekatan yang bertujuan untuk mengidentifikasi semua spesies
yang saat ini telah dikenal, dan untuk menyediakan kriteria pengakuan spesies baru dengan
menggunakan data berbasis DNA. Identifikasi morfologi yang handal dapat diperkuat dengan
metode DNA barkoding agar identifikasi dilakukan secara tepat dan akurat.
DNA barkoding merupakan sebuah teknik yang dikembangkan dalam rangka untuk
mempercepat dan mempermudah proses identifikasi organisme dengan menggunakan potongan
gen tertentu yang telah teruji kemampuannya untuk membedakan pada tingkat species. Berbeda
dengan teknik identifikasi secara konvensional yang hanya dapat dilakukan dengan
menggunakan spesimen yang utuh dan dewasa, teknik barkoding dapat digunakan untuk
mengidentifikasi semua bentuk tingkatan kehidupan mulai dari telur, larva, pupa sampai
dewasa bahkan mampu digunakan juga untuk fragmen tubuh yang tidak diketahui asalnya.
Teknik ini akan mampu menjembatani keadaan saat ini dimana ahli taksonomi semakin langka.
Di sisi lain laju kerusakan habitat sangat tinggi yang menyebabkan hilangnya banyak species
yang belum kita ketahui jenisnya (Sutrisno 2012).
Pendekatan Molekuler dalam Upaya Melindungi Plasma Nutfah dan Penataan Kawasaan
Konservasi Terumbu Karang
Konsep perlindungan plasma nutfah melalui pendekatan molekuler adalah sebagai
berikut :
Perlindungan
Plasma Nutfah
Terum Karang
Pendekatan Molekuler
DNA Barcoding
Isolasi DNA
Amplifikasi Gen
Sekuensing
Inventarisasi Genetik
Keragaman Gen
Kokentivitas
Tujuan utama dari konsep ini adalah inventarisasi genetik terumbu karang tropis sebagai data
fundamental, yang dapat dimanfaatkan dalam penyusunan strategi mitigasi (preventif) dan
penanganan (kuratif) kerusakan terumbu karang serta upaya preservasi plasma nutfah terumbu
karang.
Tahap Pertama (DNA Barcoding)
Untuk mendapatkan data spesies karang sampai tingkat genetik maka dapat dilakukan
dengan teknik barcoding DNA. Teknik ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi semua
spesies yang saat ini telah dikenal, dan untuk menyediakan kriteria pengakuan spesies baru
(Singleton 2010). Metode ini juga dapat digunakan pada setiap stadia hidup (baik dari larva,
juvenil maupun dewasa), karena tidak dipengaruhi oleh plastisitas fenotipik (Shearer dan
Coffroth 2006).
Barkoding DNA melaui beberapa tahap, pertama adalah isolasi atau ekstraksi DNA dari
karang, selanjutnya adalah amplifikasi gen. Proses Amplifikasi DNA menggunakan metode
PCR (Polymerase Chain Reaction) adalah reaksi berantai dalam mengamplifikasi sekuen DNA
dengan bantuan oligonukleotida sebagai primer. DNA yang telah terekstraksi dengan baik,
kemudian dijadikan cetakan (template) untuk amplifikasi PCR. Tahap terakhir adalah
sekuensing. Sekuensing atau pengurutan DNA merupakan suatu teknik untuk menentukan
urutan basa nukleotida pada molekul DNA, hal ini bertujuan untuk menentukan identitas
genetik.
V. Penutup
Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, maka upaya inventarisasi genetik karang sebagai data
fundamental melalui pendekatan molekuler dapat digunakan dalam membantu menyusun
strategi mitigasi (preventif) dan penanganan (kuratif) kerusakan terumbu karang serta upaya
preservasi plasma nutfah terumbu karang tropis di Indonesia. Pertama, melalui inventarisasi
genetik ini akan diketahui keragaman genetik karang di suatu perairan dan informasi mengenai
konektivitas genetiknya. Kemudian dari informasi konektivitas genetik inilah digunakan untuk
menentukan suatu Marine Protected Area (MPA) atau kawasan konservasi laut. Kedua, dalam
upaya rehabilitasi seperti transplantasi karang pada kawasan yang telah mengalami degradasi,
data inventarisasi genetik digunakan untuk menentukan jenis karang yang tepat untuk
ditransplan.
Implementasi dari inventarisasi genetik karang ini diharapkan menjadi solusi yang tepat
untuk mengelola kawasan konservasi secara berkelanjutan dan mendukung pilar konservasi
yakni perlindungan, pelestarian dan pengelolaan. Serta mendukung target pemerintah untuk
mencapai 20 juta Ha Luas Kawasan Konservasi di Tahun 2020, sesuai dengan Konferensi
Biodiversity yang menyatakan bahwa target Marine Potected Area (MPA) sebesar 10% dari
luas Perairan Dunia.
Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan tulisan ini, maka penulis merekomendasikan berupa
saran, yaitu diperlukan data yang lebih lengkap dan komprehensif mengenai aplikasi teknologi
molekuker dalam upaya mengkaji sumberdaya hayati kelautan sebagai buah inovasi dari
kalaborasi penelitian berbasis ekologi dan bioteknologi. Selain itu, dibutuhkan data mengenai
perkembangan bioteknologi molekuler yang sangat menawarkan berbagai macam kemudahan
dan strategi baru bagi penelitian di berbagai lin kajian, termasuk dalam lingkup penelitian
berbasis ekologi dan konservasi.
10
Daftar Pustaka
11
Wijayanti DP, Indrayanti E, & Suryono CA. 2009. Kajian konektivitas genetic antar terumbu
sebagai dasar perencanaan kawasan restorasi karang dalam upaya menghadapi global
warming. Semarang (ID):Universitas Diponegoro. 30 Hal.
12
Identitas Penulis
13