Disusun oleh :
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1.2.1. Mengetahui keberagaman makroinvertebrata di salah satu lokasi, Taman Nasioanl
Gunung Merapi
1.2.2. Mengetahui pengaruh kondisi lingkungan fisik terhadap keberagaman makroinvertebrata.
BAB II
LANDASAN TOERI
Makrofauna tanah merupakan indikator yang paling sensitif terhadap perubahan dalam
penggunaan lahan, sehingga dapat digunakan untuk menduga kualitas lahan (Rousseau et al.
2013). Dalam menjalankan aktivitas hidupnya, makrofauna tanah memerlukan persyaratan
tertentu. Kondisi lingkungan merupakan faktor utama yang menentukan kelangsungan hidupnya,
yaitu: iklim (curah hujan, suhu), tanah (kemasaman, kelembaban, suhu tanah, hara), dan vegetasi
(hutan, padang rumput) serta cahaya matahari (Hakim et al. 1986 dalam Sugiyarto et al 2007).
Keberadaan dan aktivitas makrofauna tanah dapat meningkatkan aerasi, infiltrasi air,
agregasi tanah, serta mendistribusikan bahan organik tanah sehingga diperlukan suatu upaya
untuk meningkatkan keanekaragaman makrofauna tanah (Njira & Nabwami, 2013). Makrofauna
seperti cacing dan sejenisnya berperan dalam siklus energi dalam ekosistem (Bruyn, 1997).
Makrofauna tanah berperan penting dalam meningkatkan kadar bahan organik tanah,
umumnya kelimpahan makrofauna disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya tanaman
penutup (Merlim et al, 2005). Keberadaan fauna tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah,
salah satunya adalah adanya bahan organik dalam tanah (Putra, 2012). Keberadaan fauna dapat
dijadikan parameter dari kualitas tanah, fauna tanah yang digunakan sebagai bioindikator
kesuburan tanah tentunya memiliki jumlah yang relatif melimpah (Ibrahim, 2014).
Suhu tanah juga merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberadaan
makrofauna tanah, karena dapat membantu laju dekomposisi bahan organik tanah (Suin, 1997).
Rahmawaty (2004) dalam Wulandari (2013), kisaran suhu tanah 15- 45 °C merupakan kisaran
suhu yang efektif bagi pertumbuhan insekta tanah.
Lakitan (1997), suhu tanah akan dipengaruhi oleh jumlah serapan radiasi matahari oleh
permukaan tanah. Suhu tanah pada saat siang dan malam sangat berbeda, pada siang hari ketika
permukaan tanah dipanasi matahari, udara yang dekat dengan permukaan tanah memperoleh
suhu yang tinggi, sedangkan pada malam hari suhu tanah semakin menurun (Rayadin dkk.,
2016). Suhu tanah berpengaruh terhadap penyerapan air. Semakin rendah suhu, maka sedikit air
yang diserap oleh akar, karena itulah penurunan suhu tanah mendadak dapat menyebabkan
kelayuan tanaman. Fluktuasi suhu tanah bergantung pada kedalaman tanah (Lubis, 2007).
METODOLOGI
- Pinset
- Botol Sampel
- Soil Tester
- Petri
- pH Meter
- HigroMeter
- Altimeter
- Plastik
- Cat Kayu
- Meteran
- Tali Rafia
- Larutan Formalin 4 %
- Detergen (Sunlight)
3.2. Langkah Kerja
Dilakukan persiapan media yaitu campurkan larutan formalin 4 % dan larutan sunlight
secukupnya dalam botol semua sampel (12 botol sampel).
Dilakukan pengukuran lokasi sampel, dimana terbagi menjadi 2 lokasi dengan beda
ketinggian. Pengukuran masing-masing lokasi menggunakan tali rafia dimana diukur 6 meter
dari jalan ke arah hutan.
Botol sampel diletakan pada jarak masing-masing 1 meter untuk satu lokasi sampling (6
meter : 6 botol sampel) dengan cara menggali tanah sesuai ketinggian botol sampel. Setelah
itu botol sampel ditanamkan dalam tanah.
Dilakukan pengukuran parameter fisik pada kedua lokasi sampling seperti pH tanah,
ketinggian, suhu tanah dan kelembapan udara. Kemudian botol sampel dibiarkan selama 2
hari.
Setelah 2 hari, botol sampel diambil dan lakukan pengukuran parameter fisik pada kedua
lokasi sampling seperti pH tanah, ketinggian, suhu tanah dan kelembapan udara. Botol
sampel dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi keberagaman markoinvertebrata apa saja
yang ditemukan.
BAB IV
Jumlah Individu
1, 0% 7, 2%
2, 0% 4, 1%
9, 2%
3, 1%
11, 3%
7, 2%
1, 0% 50, 12%
3, 1%
69, 16%
217, 51%
38, 9%
Jumlah
Jumlah Total Kelembaban
Stasiun Titik Total pH Tanah Suhu udara
Spesies udara
Individu
Tabel diatas menunjukkan jumlah individu dan spesies yang ditemukan pada 6 titik
dalam 2 plot. Plot pertama diletakkan pada tempat yang lebih rendah dan plot kedua diletakkan
pada tempat yang lebih tinggi dari Telogo Putri yang berada di Taman Nasional Gunung Merapi
Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan bertepatan pada saat musim kemarau sehingga hal ini
sangat mempengaruhi jenis dan jumlah Makroinvertebrata tanah yang ada .
Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa jumlah individu yang ditemukan pada plot pertama
ditempat yang lebih rendah sebanyak 299 jenis dan 29 spesies sedangkan pada plot kedua
ditempat yang lebih tinggi jumlah individu sebanyak 159 jenis dan 28 spesies. Sehingga dapat
disimpulkan keberagaman Makroinvertebrata paling banyak ditemukan pada plot pertama di
tempat yang lebih rendah.
Pada tabel diatas menunjukkan pH pada tanah plot 1 dan plot 2 mencapai 7,0-7,4 pH ini
masuk dalam kategori netral. Pada hasil diatas tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
pada plot 1 dan plot 2. Rahmawati (2014) Menjelaskan bawa derajat keasaman (pH) tanah
berpengaruh terhadap kehidupan dan kegiatan makroivertebrata tanah karena sangat sensitif
terhadap pH tanah sehingga hal tersebut menjadi salah satu faktor pembatas. Toleransi
makroinvertebrata terhadap pH tergantung pada jenis spesies, ada fauna yang senang pada pH
basa dan ada pula yang senang pada pH asam .
Kelembaban tanah sangat berhubungan dengan kadar air tanah, kadar air tanah
mempengaruhi populasi makroinvertebrata tanah. Hal tersebut karena tubuh makroinvertebrata
tanah mengandung air. Oleh karena itu, kondisi tanah yang kering dapat menyebabkan tubuh
makroinvertebrata tanah kehilangan air dan hal ini merupakan masalah yang besar bagi
kelangsungan hidupnya ( Lee, 1985). Pada pengamatan yang dilakukan kondisi lingkungan
sedang kemarau hal ini membuat kondisi tanah kering dan tidak lembab. Hal tersebutlah yang
membuat makroinvertebrata yang ditemukan sebagian besar adalah hewan yang memiliki habitat
atau dapat hidup ditempat yang kering dan hangat (Terkena sinar matahari langsung) seperti
Scolopendra morsitans, Theraphosidae sp, Dolichoderus bituberculatus, Solenopsis sp,
Leptoglossus occidentalis, Monomorium minimum, Chyphoderopsis sp beberapa fauna yang
ditemukan.
Pada tabel diatas menunjukkan suhu udara pada lingkungan plot 1 dan 2 berkisaran 27-
29OC dimana pada daerah yang lebih rendah yaitu plot 1 memiliki suhu 28-29OC sedangkan pada
daerah yang lebih tinggi yaitu plot 2 memiliki suhu udara 27-28OC. Variasi suhu lingkungan
alami dan dampak yang ditimbulkannya mempunyai peranan potensial dalam menentukan proses
kehidupan, penyebaran serta kelimpahan populasi berbagai fauna (sukarsono, 2009). Menurut
Riyanto (2007) kisaran suhu yang optimal dan toleran bagi aktifitas makroinvetebrata tanah
adalah 25°C – 32 °C. Menurut hasil yang didapatkan suhu udara di TNGM masih optimal untuk
habitat makroinvetebrata tanah yang ada disana.
DAFTAR PUSTAKA
Bruyn et al. 1997. The Status of Soil Macrofauna as Indicators of Soil Health to Monitor the
Sustainability of Australian Agricultural Soil. Ecological Economics 23 (1997) 167-178.
Ibrahim, Hasan. 2014. Keanekaragaman Mesofauana Tanah Daerah Pertanian Apel Desa
Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu Sebagai Bioindikator Kesuburan Tanah dan
Bahan Ajar Biologi SMA. Skripsi Pendidikan Biologi UMM. Tidak diterbitkan. Malang.
Lee KE. 1985. Earthworms their ecology and relationships with soils and land use.Academic
Press (Harcourt Brace Jovanovich Publishers). Sydney, Orlando, San Diego, New York,
Lubis, S.K. 2007. Aplikasi Suhu dan Aliran Panas Tanah. Universitas Sumatera. Medan. USU.
Merlim, Analy de Oliveira, José Guilherme Marinho Guerra; Rodrigo Modesto Junqueira.
Adriana Maria de Aquino. 2005. Soil Macrofauna in Cover Crops of Figs Grown Under
Organic Management. Sci. Agric. (Piracicaba, Braz.), 62(1): 57-61.
Njira, Keston Oliver Willard & Nabwami, Janet. 2013. Soil Management Practices that Improve
Soil Health: Elucidating their Implications on Biological Indicators. Journal of Animal &
Plant Sciences. 18(2): 2750-2760.
Putra, Muhammad dkk. 2012. Makrofauna Tanah Pada Ultisol di Bawah Tegakan Berbagai
Umur Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Jurnal Penelitian UNRI: Riau.
Rahmawati . 2014. Studi Keanekaragaman mesofauna tanah di kawasan hutan wisata alam
Riyanto. 2007. Kepadatan, pola distribusi dan peranan semut pada tanaman di sekitar
Rousseau L, Fonte SJ, Tellez O, Hoek RVD, Lavelle P. 2013. Soil macrofauna as indicator of
soil quality and land use impact in smallholder agroecosystems of western nicaragua.
Ecological indicators. 27(2013):71-82.
Sukarsono. 2009. Pengantar Ekologi Hewan; Konsep, Perilaku, Psikologi dan Komunikasi.
Suin NM. 1997. Ekologi Hewan Tanah. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
Wilhm, J. L., and T.C. Doris. 1986. Biologycal Parameter for water quality Criteria. Bio.
Science: 18.
Wulandari SD. 2013. Keanekaragaman insekta tanah pada berbagai tipe tegakan Hutan
Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Lampiran
Jumlah Individu
Nama Spesies Gambar Spesies Total
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6
Individu
Scolopendra 2
morsitans
(kelabang) 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
4
Camel
cricket 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0
(Jangkrik
unta)
7
Theraphosid 0 0 1 0 3 1 0 1 1 0 0 0
ae sp
(Tarantula)
Aaroneida 3
sp
0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0
(lala-laba
coklat)
11
Helticidae
2 2 0 0 0 0 2 0 0 3 1 1
sp
Dolichoderu 217
s
bituberculat 4 0 0 48 9 110 3 3 9 9 10 12
us (semut
besar hitam)
38
Solenopsis
sp (Semut 5 22 0 0 0 0 0 0 0 0 2 9
merah)
Monomoriu 69
m minimum
(Semut
hitam 10 4 36 9 0 2 0 0 2 6 0 0
ukuran
kecil)
35
0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 32 0
3
Leptoglossu
s 0 0 2 0 0 0 1 0 0 0 0 0
occidentalis
1
Reduviidae
triatoma 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
sanguisuga
1
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
50
Chyphodero 0 5 5 0 0 0 6 0 11 19 4 0
psis sp.
9
Ordo
Thysanopter 6 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
a
Homoptera 0 0 0 0 0 0 7 0 0 0 0 0
1
Lumbricus
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
sp
458
Total Individu 28 39 45 59 13 115 20 4 26 37 49 23
57
Total spesies 6 6 5 4 3 5 6 2 7 4 5 4
LAMPIRAN
Dolichoderus
bituberculatus 1. Dapat ditemukan ditanah, jalan yang
(semut besar mencolok,
hitam) 2. mencari makan di kolom di tanah atau di
vegetasi rendah dan pohon
3. Panjang lebih dari 4 mm
4. Dapat hidup ditembat yang kering dan
hangat
Solenopsis sp 1. Hidup dalam koloni dengan jumlah
(Semut merah) koloni bisa mencapai hingga 100.000
ekor
2. Membuat gundukan tanah yang
tingginya dapat mencapai hingga 2
kakidi tempat yang terbuka dan
terkena sinar matahari.
3. Panjang semut pekerjanya mencapai
3mm dan panjang ratu semut mencapai
6mm.
4. Jenis semut ini berwarna coklat agak
kemerahan
Monomorium 1. Bersarang di kayu lapuk, di bawah batu,
minimum (Semut atau di tanah
hitam ukuran 2. Memiliki panjang 2 mm yang berwarna
kecil) hitam.