Pengenalan Habitat
Habitat introduction
Oleh:
Afrindah Sinurat, Achmad Fadila, Aliffa Sekar Kinasih, Azalia Zania, Chairul Soleh,
Diah Nurmalita Sari
1
Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Jl. Sumantri Brojonegoro 1, Bandar
Lampung, 35145, Lampung, Indonesia
*
email: afrindahsanthresia@gmail.com
ABSTRAK
Pada praktikum ini praktikan membahas mengenai Pengenalan Habitat yang mana
praktikum ini bertujuan untuk Mendeskripsikan jenis-jenis komponen habitat, mendeskripsikan
fungsi dari masing-masing komponen habitat danmenganalisis masing-masing komponen
habitat. Habitat merupakan tempat tinggal suatu organisme untuk melaksanakan kehidupannya,
yang terdiri atas makro habitat dan mikro habitat. Habitat memiliki peran yang sangat penting
untuk keberlangsungan hidup dari satwa maupun tumbuhan yang ada di Kawasan tersebut. Ada
beberapa macam jenis dari habitat yang nanti akan dijelaskan pada jurnal ini.
ABSTRACT
In this practicum, practitioners discuss Habitat Introduction, where this practicum aims to
describe the types of habitat components, describe the function of each habitat component and
analyze each habitat component. Habitat is a place where an organism lives to run its life,
which consists of macro and micro habitats. Habitat has a very important role for the survival
of animals and plants in the area. There are several types of habitats that will be described
later in this journal.
PENDAHULUAN
Habitat merupakan suatu Kawasan tempat hidupnya flora dan fauna, keberadaaan
habitat ini sangatlah penting untuk keberlangsungan hidup dari tumbuhan dan hewan yang ada
di dalam Kawasan tersebut. Ketika habitatnya mampu dijaga dengan baik maka
keberlangsungan hidup flora dan fauna yang ada di Kawasan tersebut akan terjamin. Menurut
(Marini &Dewi, 2014).
Habitat merupakan tempat tinggal suatu organisme untuk melaksanakan kehidupannya,
yang terdiri atas makro habitat dan mikro habitat. Makro habitat bersifat global dengan kondisi
lingkungan yang bersifat umum dan luas, misalnya gurun pasir, pantai berbatu karang, hutan
hujan tropika, dan sebagainya, sebaliknya habitat mikro merupakan habitat local dengan
Jurnal Sylva Lestari ISSN (print) 2339-0913
Vol. 1 No. 1, April 2021 (1-10) ISSN (online) 2549-5747
kondisi lingkungan yang bersifat setempat yang tidak terlalu luas, misalnya, kolam, rawa payau
berlumpur lembek dan dangkal, danau, dan sebagainya.
Habitat sangat berperan penting sebagai tempat hidup, tempat berlindung seluruh
makhluk yang ada di bumi serta tempat bertumbuh dan berkembangnyamakhluk hidup. Kondisi
kualitas dan kuantitas habitat akan menentukan komposisi, penyebaran dan produktivitas satwa
liar. Habitat yang mempunyai kualitas tinggi diharapkan akan menghasilkan kehidupan satwa
liar yang berkualitas. Sebaliknya, habitat yang rendah kualitasnya akan menghasilkan kondisi
populasi satwa liar yang rapuh (daya reproduksi rendah akan mudah terserang penyakit)
(Alikodra, 2010).
Habitat merupakan tempat tinggal makhluk hidup dalam hal ini adalah hewan, habitat
juga terdiri atas beberapa macam jenis yaitu habitat darat, habitat air dan habitat darat-air.
Menurut (Miah, 2005), hewan yang hidupnya dan tempat tinggalnya di darat antara lain burung,
kupu-kupu, cacing rayap dan sebagainya. Hewan yang tinggal dihabitat air antara lain ikan,
belut, udang dan gurita. Sedangkan hewan yang hidup di habitat darat-air antara lain kura-kura,
buaya, katak dan anjing laut.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan selama 5 hari pada tanggal 1 April – 5 April 2021 pada pukul
06.00 WIB dan 18.00 WIB. Bertempatan di Lapangan Sepakbola Universitas Lampung. Bandar
Lampung.
Metode Penelitian yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode eksplorasi dengan
teknik jelajah (field to field) yaitu pengamatan dilakukan dengan penjelajahan suatu lokasi
untuk mengamati permasalahan/topik.Untuk memahami fenomena yang terjadi di lokasi
pengamatan digunakan analisis deskriptif yang dikomparasikan dengan literatur (jurnal, buku,
dan lainnya) yang bersifat relevan.
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah ATK (alat tulis), thermohygrometer,
binocular, kamera digital.Sedangkan bahan yang digunakan adalah tallysheet, buku panduan
identifikasi burung, buku panduan identifikasi serangga, buku panduan identifikasi
herpetofauna dan buku panduan identifikasi mamalia.
Prosedur yang dilakukan dalam mengamati faktor abiotik dan biotik pada habitat ini
dengan cara : (1) Mengamati komponen-komponen habitat baik biotik maupun abiotik yang
ada di suatu habitat.(2) Melakukan pengukuran komponen habitat fisik/abiotik seperti
temperatur dan kelembaban udara, intensitas cahaya matahari (radiasi matahari), dan jenis
tanah. (3) Mengidentifikasi dan mendokumentasikan komponen biotik yaitu vegetasi dan
makrofauna (burung, mamalia, herpetofauna dan serangga). (4) Mencatat dan mentabulasikan
masing-masing komponen biotik dan abiotik habitat serta fungsinya dan (5) Mendeskripsikan
masing-masing komponen habitat.
Tempat tinggal makhluk hidup untuk melangsung hidupnya secara normal disebut
habitat. Habitat adalah tempat tinggal satu individu atau populasi spesies tertentu (Matthew,
2011). Makhluk hidup untuk melangsungkan kegiatan makan minum, bernafas, bergerak,
tumbuh dan berkembang memerlukan tempat tinggal yang disebut dengan habitat. Kemudian
disekitar tempat tinggal tinggal tersebut terdapat udara, air, tanah yang didefinisikan sebagai
lingkungan. Sehingga terjadi hubungan interaksi timbal balik yang membentuk suatu sistem
Jurnal Sylva Lestari ISSN (print) 2339-0913
Vol. 1 No. 1, April 2021 (1-10) ISSN (online) 2549-5747
tatanan kehidupan antara makhluk hidup dengan makhluk tak hidup (lingkungan) yang
dinamakan ekosistem.
Dari segi komponennya, habitat terdiri dari komponen fisik dan komponen biotik.
Komponen fisik dan biotik ini membentuk sistem yang dapat mengendalikan kehidupan
satwaliar. Suatu habitat merupakan hasil interaksi dari sejumlah komponen. Secara terperinci
komponen fisik terdiri dari air, udara, iklim, topografi, tanah dan ruang. Sedang komponen
biotik terdiri dari vegetasi, mikro dan makro fauna. Satwaliar menempati habitat sesuai dengan
lingkungan yang diperlukan untuk mendukung kehidupannya. Contohnya penggunaan lahan
berlumpur di hutan mangrove sebagai feeding ground oleh beberapa jenis burung pantai
(shorebird) dan pemanfaatn tegakan mangrove untuk beristirahat dan cover (Iswandaru, et al.
2018).
Kondisi kualitas dan kuantitas habitat akan menentukan komposisi, penyebaran dan
produktivitas satwaliar (Alikodra, 2010). Habitat yang mempunyai kualitas tinggi diharapkan
akan menghasilkan kehidupan satwaliar yang berkualitas. Sebaliknya, habitat yang rendah
kualitasnya akan menghasilkan kondisi populasi satwaliar yang rapuh (daya reproduksi rendah
akan mudah terserang penyakit). Untuk mendapatkan kualitas kehidupan satwa liar yang
diinginkan diperlukan kegiatan pengelolaan habitat, yang didahului oleh kegiatan pengenalan
habitat (Alikodra, 2018).
Jengkol Sarang dan sumber pakan Pohon jengkol dapat dimanfaatkan sebagai
(Archidendron sarang oleh serangga kecil (biasanya
pauciflorum) semut rang-rang) selain itu pohon jengkol
bisa dijadikan sumber pakan bagi serangga
pemakan daun, buahnya juga dapat
dimanfaatkan sebagai sumber pakan bagi
manusia dan tupai
Papaya (Carica Sumber pakan, bahan untuk Papaya merupakan tanaman serba guna.
papaya) obat-obatan Buah, biji, dan daunnya bermanfaat dalam
berbagai praktik kuliner dan pengobatan
tradisional. Daunnya digunakan juga
untuk pakan ternak
Talas (Colocasia Bahan untuk obat-obatan Talas digunakan untuk bahan pengobatan
eusculenta) seperti mengurangi kolestrol dan
memperlancar pencernaan
Singkong (Manihot Sumber pakan dan bahan Singkong dijadikan sumber pakan yang
esculenta) obat dikonsumsi oleh manusia maupun hewan.
Singkong memiliki banyak manfaat untuk
kesehatan seperti menurunkan berat
badan, mencegah kanker, dan mengobati
rematik
Waru landak Bahan obat-obatan herbal Tanaman ini memiliki manfaat untuk
(Hibiscus mutabilis) menyembuhkan penyakit seperti mata
merah dan bengkak, infeksi paru-paru,
keputihan, dll
Rumput gajah Sumber pakan, bahan obat, Rumput ini biasanya tumbuh bebas atau
(Pennisetum dan sebagai cover sengaja ditanam untuk dijadikan makanan
purpureum) hewan ternak yang kaya nutrisi, dijadikan
obat sekaligus untuk jenis satwa tertentu
dan materi untuk membuat sarang
Alang-alang Sebagai cover Untuk jenis satwa tertentu dan materi
(Imperata untuk membuat sarang
cylindrical)
Putri malu (Mimosa Dijadikan herbal Memiliki kandungan senyawa yang dapat
pudica) digunakan sebagai obat pereda batuk dan
mencegah kerusakan ginjal
Kupu- Membantu penyerbukan Membantu penyerbukan dengan cara
kupu(Pollydamas hinggap pada bunga pada serbuk sari yang
swallowtail) lengket, serbuk sari akan jatuh ke kepala
putik dan mengalami fertilisasi
Semut Membantu menyebarkan Membantu tanaman dengan mengangkut
hitam(Monomorium benih benih ke habitat yang lebih aman dan kaya
minimum) nutrisi seperti ke sarangnya yang
merupakan tanah subur untuk
pertumbuhan benih
Tekukur (Spilopedia Burung penghibur Ukuran besar berwarna coklat
chinensis)
Kelembapan udara Menjaga kelembapan Lembap tapi agak basah, lembab sebab
disekitar tanaman turun hujan, lembap, sedikit lembap, dan
lembap
Sinar matahari Membantu proses Intensitas cahaya matahari masih kurang,
fotosintesis tidak ada cahaya matahari karena masih
mendung, cahaya matahari bagus, cahaya
matahari baik dan terik, cahaya matahari
baik
Pengamatan habitat yaitu pengamatan faktor biotik dan abiotik ini dilakukan di lapangan
sepak bola Universitas Lampung.Pengamatan ini dilakukan sejak hari Kamis hingga Selasa,
pengamatan dilakukan pada pukul 06.00 WIB dan 18.00 WIB.Berdasarkan tabel 1 pada
pengamatan faktor biotik yang dilakukan pada pagi hari terdapat empat jenis serangga dan satu
jenis aves yang teramati. Empat jenis serangga ini yaitu semut rang-rang, semut merah, luwing,
dan laba-laba. Semut rang-rang (Oecophylla smaragdina)berfungsi sebagai pengendali hama
alami. Semut rang-rang akan memangsa hama baik yang merusak secara langsung maupun
menularkan penyakit pada tanaman.
Semut merah (Solenopsis invicta) berfungsi meningkatkan aerasi dan drainase tanah,
semut membangun sarang di bawah tanah, meningkatkan kualitas tanah dengan cara
mendistribusikan nutrisi tanah secara signifikan. Lalu ada luwing (Spirostreptidae) berfungsi
Menjaga kebersihan lantai hutan dan meningkatkan kesuburan tanah, kotoran yang dikeluarkan
luwing membantu meningkatkan kandungan zat hara dalam tanah. Kemudian ada laba-laba
(Parasteatoda tepidariorum) yang berfungsi memangsa hama penyakit. Laba-laba ini
membantu mengurangi kepadatan populasi serangga yang signifikan sehingga adanya
konstribusi dalam menjaga keseimbangan alam.Untuk jenis aves ini sendiri yaitu burung
pipit(Lonchura punctulata)yang memiliki fungsi sebagai indicator kebersihan udara, semakin
udara yang tersedia bersih maka populasi burung pipit ini juga banyak.
Sedangkan pengamatan biotik pada sore hari yang teramati yaitu terdapat lima jenis
pohon, tiga jenis tanaman, empat jenis tumbuhan bawah, dua jenis serangga, dan satu jenis aves.
Pohon yang teramati yaitu pohon alpukat (Persea Americana) yang memiliki fungsi sebagai
sumber pakan bagi serangga khusunya ulat.Mahoni daun lebar (Swietenia macrophylla)
berfungsi sebagai sumber pakan, daun dari pohon mahoni dijadikan sebagai sumber pakan
ternak dan tumbuhan pelindung.Pulai (Alstonia scholaris) yang memiliki fungsi sebagai
tanaman herbal untuk kesehatan yang digunakan untuk mengobati berbagai jenis
penyakit.Akasia (Acacia mangium) memiliki fungsi sebagai penghambat terjadinya
longsor.Pohon akasia mampu memperbaiki struktur tanah dan mencegah terjadinya banjir atau
Jurnal Sylva Lestari ISSN (print) 2339-0913
Vol. 1 No. 1, April 2021 (1-10) ISSN (online) 2549-5747
terhalang oleh kanopi pohon yang tinggi.Suhu udara pada hari Jumat, 2 April 2021 yaitu 24 oC
dengan kelembapan udara yang lembap.Sabtu, 3 April 2021 suhu yang terukur adalah 32 oC
kondisi kelembapan udaranya tidak terlalu lembab dan sinar matahari hanya sedikit yang
masuk. Hari Minggu, 4 April 2021 suhunya berada pada 30oC dengan kelembapan udaranya
agak kering dan cahaya matahari bagus. Sedangkan pada hari Senin, 5 April 2021 suhunya
adalah 32oC keadaan kelembapan udara agak kering dan sinar matahari baik dan terik.
Suhu merupakan suatu bentuk energi yang dapat berpindah dari yang lebih tinggi ke yang
lebih rendah. Suhu lingkungan dapat diartikan sebagai tingkat panasnya udara di suatu tempat
yang dinyatakan dengan derajat celcius (oC) (Gabriel, 2013). Pengamatan yang dilakukan pada
praktikum diperoleh data suhu yaitu 26o, 24o, 32o, 30o, dan 32o . Suhu tersebut diperoleh dari
pengukuran menggunakan Handphone. Perbedaan suhu yang diperoleh bisa disebabkan oleh
berbagai faktor, salah satu diantaranya adalah waktu pengamatan. Suhu pada siang hari
biasanya akan lebih tinggi dibandingkan dengan pagi, sore, atau malam hari.
Kelembaban udara dapat diartikan sebagai sedikit banyaknya kandungan air yang
terdapat pada udara di suatu tempat atau lingkungan. Pada praktikum ini, kelembaban udara
yang diperoleh dengan menggunakan Handphone diantaranya adalah lembab, tidak terlalu
lembab, dan agak kering. Perubahan kelembaban udara dapat disebabkan oleh berbagai hal,
diantaranya adalah cuaca dan kondisi lingkungan. Kelembaban udara suatu tempat dapat
berubah sesuai dengan suhu yang terdapat pada tempat tersebut. Semakin tinggi suhu suatu
tempat, maka akan semakin rendah kelembaban udaranya dan semakin rendah suhu suatu
tempat maka kelembaban udaranya akan semakin tinggi atau lembab (Hadi, 2013).
Sinar matahari merupakan suatu unsur yang penting bagi suatu habitat atau lingkungan.
Sinar matahari berfungsi bagi kelangsungan makhluk hidup yang hidup pada suatu lingkungan.
Sinar matahari yang diamati pada lokasi praktikum cenderung kurang, hal ini lokasi tersebut
ditutupi pohon yang tinggi, cahaya matahari hanya sedikit yang masuk, cahaya matahari baik
dan terik. Sedikit banyaknya sinar matahari yang terdapat pada suatu tempat berpengaruh pada
suhu dan kelembaban udara tempat tersebut. Suhu dan kelembaban udara suatu tempat akan
berbeda sesuai dengan jumlah sinar matahari yang ada pada tempat tersebut.
SIMPULAN
1. Jenis komponen-komponen habitat yang ditemukan ada dua yaitu komponen biotik dan
komponen abiotik.
3. Komponen biotik yang ditemukan di lokasi penelitian yaitu semut rang-rang, semut merah,
luwing, burung pipit, laba-laba, alpukat, mahoni daun lebar, pulai, akasia, jengkol, papaya,
talas, singkong, waru landak, rumput gajah, alang-alang, putri malu, kupu-kupu, semut
hitam, dan tekukur. Sedangkan komponen abiotic yang ditemukan yaitu suhu, kelembapan
udara, sinar matahari, bebatuan, dan semen pondasi.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Sylva Lestari ISSN (print) 2339-0913
Vol. 1 No. 1, April 2021 (1-10) ISSN (online) 2549-5747