Anda di halaman 1dari 12

0

BIODIVERSITAS DAN DEGRADASI LINGKUNGAN

Dra. ERLINTAN SINAGA, M.Kes

NIP: 196101191986012001

OLEH:

NAMA : SOVA YUNITA RITONGA

NIM : 4193111037

KELAS : DIK D 2019

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
1

I. JUDUL : BIODIVERSITAS DAN DEGRADASI LINGKUNGAN

II. TUJUAN :

1. Mengenal aneka jeni flora dan fauna yang ada dilingkungan UNIMED

2. Mendeskripsikan jenis-jenis flora dan fauna berdasarkan klasifikasi dan ciri-cirinya

3. Mengetahui keanekaragaman hayati berdasarkan flora dan fauna yang telah diamati

4. Mengetahui struktur, karakter, dan komposisi spesies dalam ekosistem UNIMED

5. Mengetahui manfaat dan nilai yang tergantung dalam keanekaragaman hayati

III. TINJAUAN TEORITIS : Keanekaragaman hayati merupakan istilah yang berkenaan


dengan berbagai kehidupan di bumi. Keanekaragaman hayati adalah kekayaan hidup
di bumi, jutaan tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme, genetika yang dikandungnya,
dan ekosistem dimana mereka melangsungkan kehidupannya. Ekosistem hutan
sebagai contoh, keanekaragaman spesies menghasilkan berbagai macam flora dan
fauna yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber pangan, tempat bernaung, obatobatan
dan kebutuhan hidup lainnya (Primack et al., 1 998). Indonesia merupakan negara
dengan tingkat keanekaragaman hayati yang sangat tinggi artinya Indonesia menjadi
salah satu pemanfaatan, pelestarian, pengetahuan dan kebijakan (Sunarmi,2014).

Degradasi lahan adalah proses penurunan produktivitas lahan yang sifatnya


sementara maupun tetap, dicirikan dengan penurunan sifat fisik, kimia dan biologi
(FAO 1994; Kurnia 2001; Kusmaryono 2000). Kecenderungan penurunan (degradasi)
sumberdaya lahan akan semakin meningkat, sebagai dampak pertumbuhanpenduduk.
Luas lahan terdegradasi di Indonesia selalu bertambah luas, jika pada tahun 1968
dilaporkan luas lahan terdegradasi di Indonesia 20 juta ha, tahun sembilan puluhan
sekitar 40 juta ha, dan pada tahun 2008 mencapai 77,8 ha (Dirjen Pengelolaan DAS
dan Perhutan Sosial, Kementerian Kehutanan 2011) (Wahyunto,Ai Dariah,2014).

Krisis biodiversitas yang terjadi secara global merupakan fakta yang tidak bisa
dipungkiri. Seperti telah dipaparkan sebelumnya, krisis yang dihadapi saat ini
disebabkan faktor antropogenik. Solusi untuk mengatasi krisis biodiversitas dengan
menggabungan kajian ilmiah dan mengkomunikasikan penyebab krisis biodiversitas,
mengembangkan teknologi,menguatkan intrumen hukum, menyusun insentif dan
perencanaan ekonomi, dan melakukan intervensi sosial. Terkait dengan perlindugan
2

secara hukum, telah banyak konvensi mengenai biodiversitas dan perlindungan


spesies di dunia. Diantaranya adalah CBD(Convention on Biologocal Diversity/
Konversi untuk Biodiversitas), CITES( Convetion on International Trade in
Endangered Species/ Konvensi Internasional untuk Perdagangan Spesies Terancam),
RAMSAR, UN Biosphere Reserve, dan lain-lain. Namun, efektivitas konvensi-
konvensi itu belum terlalu terlihat dalam pelestarian biodiversitas (Supriatnai, 2018).

IV. ALAT DAN BAHAN

No Nama Bahan Jumlah


1 Tali 4 meter
2 Tongkat kayu 4 buah
3 Lahan tanah untuk pengamatan 1x1 meter persegi

V. PROSEDUR KERJA

No Prosedur
1 Sediakan tongkat pacak untuk menancapkannya pada tanah
2 Sediakan tali sepanjang 4 meter untuk diikatkan pada tongkat yang telah
ditancapkan
3 Pilihlah lahan tanah 1x1 meter persegi yang terdapat macam-macam flora
dan fauna
4 Amatilah hewan dan tumbuhan yang ada dilahan tersebut

VI. PEMBAHASAN

a. Hasil Flora dan Fauna yang Diamati

Lokasi Keterangan(Jumlah
Daftar
Pengamatan Spesies)
No Daftar spesies Flora Spesies
Fauna
Pinang Merah ( Bekicot 2|1
Fakultas Areca Vestiaria) (Achatina
Ilmu Sosial Fulica)
1
3

Pinus ( Pinus Kadal Kebun 2|1


Merkusii) ( Eutropis
Multi
2 fasciata)
Palem Kuning Belalang 1 |50
(Dypsis Lutescuns) Hijau (Oxya
3 Chinensis)
Meniran Semut 20 | 15
(Phyllanthaceae) Rangrang (
Oecophylla
4 Sp)
Teki (Cyperus Nyamuk takhingga | 40
5 rotundus) (Culicinae)
Sisiknaga Kupu-kupu banyak | 10
(pyrrosia) (Taractrocera
6 Archias)
Pegagan (Centella 5|-
7 asiatica)

Biodiversitas adalah sebuah keanekaragaman yang berbentuk organisme yang


menunjukkan keseluruhan variasi gen, jenis dan ekosistem pada suatu wilayah.
Keanekaragaman hayati adalah salah satu bentik variasi dengan berbagai perbedaan
mulai dari penampilan, jumlah, sifat, dari berbagai tingkatan, baik dari tingkatan gen,
tingkatan spesies, maupun tingkatan dalam ekosistem. Namun ada juga faktor yang
bersifat lingkungan karena tidak muncul (tidak tampak) di dalam ekosistem yang
ada,akan tetapi lingkungannya yang berbeda, sehingga mengakibatkan terjadinya
perbedaan faktor genetik dengan faktor lingkungan. Dengan adanya keanekaragaman
dari kedua faktor ini, yaitu faktor keturunan genetik dan faktor keturunan lingkungan,
dengan adanya Faktor keturunan akan menyebabkan adanya gen yang akan membawa
dasar atau sifat bawaan.

Banyak jumlah spesies flora yang kami amati di sekitar halaman Fakultas Ilmu Sosial
berjumlah 7 macam yaitu pinang merah, pinus, palem kuning, meniran, teki, sisik naga,
dan pegangan. Adapun jumlah fauna yang kami temui di sekitar halaman Fakultas Ilmu
Sosial yaitu berjumlah 6 macam yaitu bekicot, kadal kebun, belalang hijau, semut
rangrang, nyamuk dan kupu-kupu. Kekayaan spesies flora dan fauna pada lokasi berbeda
di UNIMED memiliki spesies yang berbeda disebabkan beberapa faktor yaitu: (1) Faktor
klimatik yaitu kondisi alam tempat dimana flora dan fauna itu tumbuh. Faktor iklim
tebagi menjadi beberapa bagian yaitu suhu yang mempengaruhi pertumbuhan dan
4

persebaran flora dan fauna, sinar matahari sebagai sumber makanan, kelembapan udara
sebagai zat hara tumbuhan, curah hujan sebagai tempat berlangsungnya hidup flora dan
fauna,dan angin; (2) Faktor edafik yaitu faktor tanah yaang ditempati oleh flora dan
fauna.Faktor-faktor edafik yang mempengaruhi jenis flora dan fauna yaitu keasaman
tanah, tekstur tanah, kandungan air tanah, struktuur tanah, kandungan udara di dalam
tanah; (3) Faktor topografi sebagai tingkat kemiringan dan ketinggian suatu tempat;(4)
Faktor biotik yaitu peranan manusia hewan dan tumbuhan terhadap flora dan fauna itu
sendiri. Nilai dan manfaat yaang dapa diperoleh dari flora dan fauna yang ditemukan di
UNIMED tentu saja yang utama adalah setelaah mengamati flora dan fauna di UNIMED
tepatnya di sekitaran lingkungan FIS menjadi menambah wawasan saya terhadap flora
dan faunaa yang sebelumnya belum saya kenali dan ketahui.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, kami mendapatkan beberapa jenis


spesies flora dan fauna pada ekosistem sekitaran Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Medan, berikut klasifikasi dan deskripsi flora dan fauna yang telah kami amati.

1. Sisik naga (Pyrrosia piloselloides)

Klasifikasi Ilmiah

Kingdom Plantae
Divisi Pteridophyta
Kelas Polypodiopsida/Pteridopsida
Ordo Polypodiales
Famili Polypodiaceae
Genus Pyrrosia
Spesies P. piloselloides
(L.) M.G. Price

Gambar
5

Deskripsi

Pyrrosia piloselloides adalah salah satu dari beberapa jenis paku epifit yang
dikenal sebagai sisik naga, duduitan, atau daun picisan. Tumbuhan ini biasa dijumpai
di tempat-tempat berelevasi rendah sampai tiggi, merambat pada batang pohon atau
dinding rumah yang tak terawat. P. piloselloides memiliki sistem fotosintesis yang
khas dimiliki oleh banyak tumbuhan epifit dan tahan kering. Morfologi dari sisik
nagatumbuh di batang dan dahan pohon, akar rimpang panjang, kecil,
merayap,bersisik, panjang5-22 cm, dan akar melekat kuat. Daun yang satu dengan
yang lainnya tumbuh dengan jarak yang pendek. Daun bertangkai pendek, tebal
berdaging, berbentuk jorong atau jorong memanjang, ujung tumpul atau membundar,
pangkal runcing, tepi rata, permukaan daun tua gundul atau berambut jarang pada
permukaan bawah, dan berwarna hijau sampai hijau kecoklatan. Daunnya ada yang
mandul dan ada yang membawa spora. Daun fertil bertangkai pendek atau duduk,
oval memanjang, panjang 1-5 cm, lebar 1-2 cm. Ukuran daun yang berbentuk bulat
sampai jorong hampir sama dengan uang logam picisan sehingga tanaman ini
dinamakan picisan. Sisik naga dapat diperbanyak dengan spora dan pemisahan akar.

2. Pinus (Pinus mercussi)

Klasifikasi Ilmiah

Kingdom Plantae
Divisi Pinophyta
Kelas Pinopsida
Ordo Pinales
Famili Pinaceae
Genus Pinus
Species: P. merkusii

Gambar
6

Deskripsi

Pinus merkusii, merupakan satu-satunya jenis pinus yang tumbuh di Indonesia


salah satunya tumbuh di Sumatera Utara. Pinus Merkusii pada umumya batang
berkayu, bulat, keras, bercabang horizontal, kulit retak-retak seperti saluran dan
berwarna cokelat, daunya majemuk dan bentuk jarum memiliki buah dengan perisai
ujung berbentuk jajaran genjang, akhirnya merenggang, tinggi kisaran 20-40 m dan
diameter 30-60 cm. Pinus merkusii dapat tumbuh di tanah kurang subur, tanah
berpasir, dan tanah berbatu, dengan curah hujan tipe A-C pada ketinggian 200-1.700
m diatas permukaan laut.Di hutan alam masih banyak ditemukan pohon besar
berukuran tinggi 70 m dengan diameter 170 cm.

3. Pegagan (Centella asiatica)


Klasifikasi Ilmiah
Kingdom Plantae
Divisi Angiospermae
Kelas Dicotiledoneae
Ordo Umbelliferae
Famili Apiaceae
Genus Centella
Spesies Centella asiatica L

Gambar

Deskripsi
Pegagan(Centella asiatica) merupakan tanaman liar yang banyak tumbuh di
perkebunan, tepi jalan, di daerah persawahan, di sela-sela rumput, di tanah yang agak
lembab ataupun agak ternaungi,dan dapat ditemukan di dataran rendah sampai dataran
7

tinggi (2500 m dpl). Pegagan adalah tanaman tidak berbatang,menahun, mempunyai


rimpang pendek dan stolon-stolon yang merayap, panjang 10-80 cm, akar keluar dari
setiap buku-buku,banyak percabangan yang membentuk tumbuhan baru, daun
tunggal,bertangkai panjang, dan terdiri dari 2-10 helai daun.Helaian daun berbentuk
ginjal, tepi bergerigi atau beringgit dan agak berambut.Bunga tersusun dalam karangan
berupa payung, tunggal atau3-5 bunga bersama-sama keluar dari ketiak daun,dan
berwarna merah muda atau putih. Buah kecil bergantung, berbentuk lonjong, pipih,
panjang 2-2,5 mm, baunya wangi, dan rasanya pahit.

4. Bekicot (Achatina fulica)


Klasifikasi Ilmiah
Kingdom Animalia
Filum Mollusca
Kelas Gastropoda
Famili Achatinidae
Genus Achatina
Spesies A. fulica

Deskripsi
Achatina merupakan hewan bertubuh lunak (Moluska) yang tidak memiliki
tulang belakang. tubuhnya dilindungi oleh cangkang dari bahan kapur yang kuat dan
didalmnya mengandung lapisan mutiara . Cangkang bekicot terpilin Spiral (Body
whorl) dengan jumlah putaran tujuh ,bentuk cangkang Fusiform , tidak memiliki
tutup cangkang (Operculu). warna cangkang coklat dengan pola-pola garis gelap di
permukaan nya.
5. Belalang hijau (Oxya chinensis)
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom Animalia
Filum Arthropoda
Kelas Insecta
Ordo Orthoptera
Famili Acrididae
Genus Oxya
Spesies O. chinensis
8

Gambar

Deskripsi
Tubuh belalang terdiri dari 3 bagian utama, yaitu kepala, dada (thorax) dan
perut (abdomen). Belalang juga memiliki 6 enam kaki bersendi, 2 pasang sayap, dan
2 antena. Kaki belakang yang panjang digunakan untuk melompat sedangkan kaki
depan yang pendek digunakan untuk berjalan. Meskipun tidak memiliki telinga,
belalang dapat mendengar. Alat pendengar pada belalang disebut dengan tympanum
dan terletak pada abdomen dekat sayap. Tympanum berbentuk menyerupai disk
bulat besar yang terdiri dari beberapa prosesor dan saraf yang digunakan untuk
memantau getaran di udara, secara fungsional mirip dengan gendang telinga
manusia. Belalang bernafas dengan trakea. Belalang punya 5 mata (2 compound eye,
dan 3 ocelli). Belalang termasuk dalam kelompok hewan berkerangka luar
(exoskeleton). Contoh lain hewan dengan exoskeleton adalah kepiting dan lobster.
Belalang betina dewasa berukuran lebih besar daripada belalang jantan dewasa,
yaitu 58-71 mm sedangkan belalang jantan 49-63 mm dengan berat tubuh sekitar 2-3
gram.

6. Nyamuk (Culicidae)
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Diptera
Famili: Culicidae
9

Gambar

Deskripsi
Nyamuk adalah salah satu komponen lingkungan manusia. Di lingkungan
permukiman merupakan tempat perindukan nyamuk. Banyak penyakit khususnya
penyakit menular seperti demam berdarah, Japanese encephalitis, malaria. Nyamuk
berukuran kecil (4-13 mm). Kepalanya mempunyai probosis halus dan panjang yang
melebihi panjang kepala. Pada nyamuk betina probosis dipakai sebagai alat untuk
mengisap darah, sedangkan pada nyamuk jantan digunakan untuk mengisap bahan
bahan cair seperti cairan tumbuh-tumbuhan, buah-buahan dan juga keringat. Di kiri
kanan probosis terdapat palpus yang terdiri atas 5 ruas dan sepasang antena yang
terdiri atas 15 ruas. Antenna pada nyamuk jantan berambut lebat (plumose) dan pada
nyamuk betina jarang (pilose). Sebagian besar toraks yang tampak (mesonotum),
diliputi bulu halus. Bulu tersebut berwarna putih/ kuning dan membentuk gambaran
yang khas untuk masing masing spesies. Nyamuk mempunyai tiga pasang kaki
(heksapoda) yang melekat pada toraks dan setiap kaki terdiri atas satu ruas femur,
satu ruas tibia dan lima ruas tarsus.
10

VII. KESIMPULAN

1. Dalam ekosistem UNIMED khususnya lingkungan Fakultas Ilmu Sosial


terdapat banyak flora dan fauna yang hidup didalamnya, seperti pohon
pinus, tumbuhan sisik naga, tumbuhan pegagan, belalang hijau, nyamuk,
bekicot, dan lain sebagainya.
2. Berdasarkan klasifikasi dan ciri-cirinya, flora dan fauna yang telah kami
amati termasuk pada jenis flora dan fauna pada ekosistem darat.
3. Keanekaragaman hayati yang telah diamati bermacam-macam, ada yang
termasuk dalam jenis pohon, rerumputan, tumbuhan empifit dan sebagainya,
begitu juga dengan fauna, kebanyakan tergolong dalam jenis serangga atau
insekta.

DAFTAR PUSTAKA

Sunarmi,2014. MELESTARIKAN KEANEKARAGAMAN HAYATI MELALUI


PEMBELAJARAN DI LUAR KelAS DAN TUGAS YANG MENANTANG.
JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI 6(1): 38-49

Wahyunto, Ai Dariah, 2014. DEGRADASI LAHAN DI INDONESIA: KONDISI


EXISTING, KARAKTERISTIK, DAN PENYERAGAMAN DEFENISI
MENDUKUNG GERAKAN MENUJU SATU PETA. JURNAL SUMBERDAYA
LAHAN 8(2): 81-94

Supriatnai. 2018. KONSERVASI BIODIVERSITAS: TEORI DAN PRAKTIK DI


INDONESIA. YAYASAN PUSTAKA OBOR INDONESIA: JAKARTA
11

Anda mungkin juga menyukai