OLEH KELOMPOK I:
GERARDIANA MELITA HANI 2206050009
VERONIKA BAREK 2206050016
MARIA ADANG 2206050024
FAHRIA AKBAR SR 2206050025
Tanah yang mempunyai nilai produktif tinggi tidak hanya terdiri dari
bagian padat, cair dan udara, tetapi juga harus terdapat organisme hidup yaitu
organisme hidup. Sebaliknya, aktivitas organisme tanah dipengaruhi oleh 3
faktor, yaitu:
Secara ekologis, tanah terdiri dari tiga kelompok bahan, yaitu bahan
hidup (faktor biotik) berupa biota (makhluk hidup), faktor abiotik berupa
bahan organik, faktor abiotik berupa pasir (pasir), lanau. . (lanau). ) dan
bunyi (bunyi). Secara umum, sekitar 5% komposisi tanah merupakan
biomassa (biotik dan abiotik) yang sangat berperan penting karena
mempengaruhi sifat kimia, fisik, dan biologi tanah.
2.3. Komunitas
a. Cacah individu
b. Dominansi
Dominasi adalah spesies atau kelompok spesies yang berperan
yang dapat mempengaruhi spesies lain di lingkungan. Dominasi suatu
spesies dapat menunjukkan keberadaan dan tingkat penguasaan suatu
spesies dalam suatu ekosistem. Ada spesies dalam kelompok ini yang
memiliki pengaruh besar terhadap arus energi dan lingkungan dari semua
spesies yang ada pada lingkungan tersebut. Spesies dominan adalah
spesies yang lebih umum dan memiliki biomassa tinggi atau karakteristik
lain yang bertanggung jawab atas aliran energi di lingkungan. Dominasi
fauna bentik dalam suatu lingkungan dapat terkonsentrasi pada satu atau
lebih spesies hewan dasar yang dinyatakan dengan indeks dominansi
(Susanto, 2018; Oktaviani dan Yanuwiadi, 2016; Nurkhotimah et al.,
2017).
c. Keanekaragaman
Keanekaragaman merupakan keseluruhan bentuk variasi yang terdiri dari
bentuk, tampilan, jumlah serta sifat yang dapat dijumpai pada makhluk
hidup di berbagai tingkatan meliputi tingkat gen, tingkat spesies, maupun
tingkat ekosistem yang terdapat pada suatu daerah tertentu.
Keanekaragaman dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan mulai dari
organisme tingkat tinggi hingga organisme tingkat rendah (Susanto, 2018).
Keanekaragaman hayati mewakili keragaman dan heterogenitas organisme
atau sifat pada semua tingkat hieraki kehidupan, dari molekul hingga
ekosistem dengan fokus pada keanekragaman spesies (Morris dkk.,2014).
Keanekaragaman hayati tanah merupakan suatu bentuk keberagaman di
suatu habitat tersebut yang mempunyai peranan sangat besar untuk
memelihara serta meningkatkan kegunaan atau fungsi tanah untuk
mendukung kehidupan pada suatu alam baik dialam itu sendiri maupun di
dalam tanah (Lahati dan Erwin, 2021).
Fauna tanah memainkan peran penting dalam habitat. Peran fauna fauna tanah
yaitu mendukung kesuburan tanah dengan memperbaiki bahan organik,
menyebarkan unsur hara dan meningkatkan aerasi tanah. Fauna tanah merupakan
indikator yang paling sensitif terhadap perubahan akibat penggunaan lahan
sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk mengukur kualitas tanah. Fauna
tanah memainkan peran yang sangat penting dalam mendegradasi bahan organik
tanah dan menjaga keseimbangan ekosistem. Oleh karena itu, keberadaannya
dapat dijadikan sebagai ukuran kualitas lingkungan, khususnya kualitas tanah.
(Rousseau et al., 2013; Wibowo dan Slamet, 2017).
1. Suhu Tanah
Suhu merupakann faktor yang sangat berpengaruh terhadap ekosistem
fauna tanah, dikarenakan suhu merupakan syarat yang diperlukan oleh
organisme untuk bertahan hidup pada kisaran tertentu. Kehidupan hewan
tanah juga ditentukan oleh faktor suhu. Suhu dengan tingkat yang ekstrem
ataupun suhu dengan tingkat yang rendah dapat mematikan organisme
dalam tanah. Suhu tanah dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan hewan, reproduksi serta metabolisme hewan tanah. Pada
umumnya setiap spesies hewan tanah memiliki kisaran suhu yang
optimum. Suhu tanah merupakan bagian dari fisika tanah yang memiliki
fungsi untuk menentukan kehadiran organisme tanah (Husamah dkk.,
2017).
Suhu pada tanah berperan untuk menentukan tingkat dekomposisi bahan
organik tanah. Fluktuasi suhu tanah lebih rendah dibandingkan dengan
suhu udara. Suhu tanah bagian lapisan atas mengalami fluktuasi dalam
satu hari satu malam dan juga bergantung pada musim, selain itu fluktuasi
juga tergantung pada keadaan topografi, cuaca dan keadaan tanah (Suin,
2012).
2. Keasaman (pH) Tanah
Keasaman pH dijadikan sebagai faktor pembatas, dikarenakan hewan
tanah sangat sensitif terhadap pH tanah. Toleransi hewan terhadap pH
umumnya bervariasi untuk setiap spesies. Terdapat beberapa hewan tanah
yang hidup pada pH basa, asam dan keduanya. Hewan yang dapat hidup
pada pH basa yaitu disebut hewan golongan kalsinofil. Sedangkan hewan
yang mampu hidup pada pH asam disebut hewan Asisofil. Sementara
hewan yang dapat hidup pada keduanya disebut golongan indifferen atau
netrofil (Husamah dkk., 2017).
3. Kelembaban Tanah
Kelembaban tanah mengacu pada partikel air yang dapat tetap berada di
dalam tanah ruang antar partikel tanah. Kadar air tanah juga mempengaruhi
keadaan keanekaragaman hewan tanah. Kelembaban tanah merupakan salah
satu faktor penting dan dikatakan sebagai parameter utama dalam proses
hidrologi, kimia dan biologi yang dapat menentukan ada tidaknya air
(Husamah et al., 2017).
Kelembaban berhubungan dengan populasi hewan di dalam tanah. Karena
itu, ketika tanah kering, hewan kehilangan kandungan air dari tubuhnya.
Jika kondisi tanah kering terus berlangsung, hal ini dapat memperkecil
kelangsungan hidup fauna tanah karena bahan organik lebih mudah
terakumulasi pada tanah dengan kelembaban tinggi dibandingkan pada
tanah dengan kelembaban rendah (Husamah et al., 2017). Menurut
Munavaroh et al. (2019), kelembaban dan kandungan air tanah mendukung
beberapa kelompok fauna tanah, dan kandungan air tanah juga
mempengaruhi fauna tanah, karena kandungan air terkait dengan kation
tanah, dekomposisi bahan organik dan kehidupan organisme tanah lainnya.
4. Bahan Organik Tanah
Bahan organik tanah dapat berasal dari tumbuhan, hewan dan residu
organisme lain yang telah membusuk di dalam tanah atau sedang dalam
proses pembusukan. Bahan organik tanah terdiri dari bahan humat dan non
humat. Zat humat adalah sisa tanaman yang terurai yang terdiri dari
campuran berbagai zat organik, yang masing-masing terdiri dari campuran
berbagai zat organik yang tidak dijelaskan. Bahan non-manusia, di sisi lain,
adalah sisa-sisa tumbuhan yang belum terurai dan oleh karena itu mudah
diidentifikasi. Bahan organik tanah sangat menentukan kepadatan
organisme tanah (Suin, 2012).
BAB III
METODELOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu pengamatan ini dilakukan pada hari Kamis, 11 Mei
2023 dan hari Jumat, 12 Mei 2023 pukul 04.00 WIB.
Tempat pengamatan yaitu di belakang Laboratorium Biologi,
Universitas Nusa Cendana, Kupang.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu; gelas
aqua, gelas ukur 100 ml, sendok, sabun cair, air.
3.3 Prosedur kerja
1. Di siapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Di tuangkan air kedalam gelas ukur sebanyal 100 ml,
kemudian dimasukkan kedalam gelas aqua.
3. Ditambahkan sabun cair sebanyak 1 sendok makan.
Kemudian dilarutkan kedalam air.
4. Disiapkan lubang dengan menggali tanah sesuai ukuran gelas
aqua.
5. Gelas yang sudah berisi larutan sabun cair, selanjutnya
dikuburkan kedalam lubang yang digali dan ditutup
menggunakan daun-daun kering ataupun serasa.
6. Selanjutnya, dibiarkan selama 1 malam dan kemudian diamati
hewan-hewan yang terdapat dalam gelas aqua.
7. Dicatat dan dianalisis hasil pengamatan.
BAB IV
I II III
1 Kumbang Rove 1 1 0 2
2 Kutu kayu 1 1 2 4
3 Kutu busuk 2 0 0 2
4 Semut (ponerinae) 8 9 7 24
5 Rayap 1 1 0 2
Total 13 12 9 34
tanah
I II III
4.2. Pembahasan
Berdasarkan praktikum ekologi yang telah dilakukan yaitu
pengamatan hewan tanah dengan tujuan untuk mengamati organisme
tanah, maka didapatkan hasil seperti pada tabel hasil pengamatan diatas.
Organisme tanah merupakan salah satu komponen penysusun
ekosistem tanah yang berperan penting dalam berbagai proses dekomposer
dan aliran energi sehingga dapat mempengaruhi kesuburan tanah.
Organisme tanah terdistribusi secara luas di seluruh dunia yang berperan
penting secara biologis di lingkungan hutan maupun daerah pertanian.
Organisme tanah tersebut diketahui berperan dalam pengaturan populasi
mikroba, dekomposisi materi organik dan pengaturan siklus nitrogen
dalam tanah (Doles, et al.,2001).
Dalam praktikum pengamatan hewan tanah ini dengan menggunakan
larutan sabun cair yang disimpan dalam tanah selama 1 malam. Larutan
sabun cair dapat di gunakan sebagai perangkap untuk menangkap hewan
tanah. Fungsi utama larutan sabun cair sebagai perangkap adalah untuk
memecah lapian permukaan lapisan permukaan hewan dan membuat
hewan tidak dapat bergerak atau bernafas dengan bebas. Ketika hewan
tanah terkena larutan sabun cair, sabun tersebut akan menutupi permukaan
hewan dan memecah lapisan minyak yang melindungi tubuh hewan. Hal
ini akan membuat hewan menjadi tidak dapat bergerak dengan bebas
karena lapisan pelindungnya telah terganggu. Selain itu, larutan sabun cair
juga dapat membantu menjaga kelembaban tubuh hewan sehingga hewan
tidak mengalami dehidrasi selama tertangkap.
Dalam praktikum ini didapatkan beberapa jenis hewan tanah yaitu
kumbang rove, kutu kayu, kutu busuk, semut, dan rayap.
1. Kumbang Rove
2. Kutu kayu
Kutu kayu, juga dikenal sebagai rayap, adalah serangga kecil yang
termasuk dalam kelompok serangga perusak kayu. Mereka dikenal
karena kemampuannya merusak kayu saat mereka makan. Kutu
gudang milik ordo Isoptera dan ada ribuan spesies di seluruh
dunia. Kutu kayu memiliki struktur tubuh yang khas. Seperti yang
telah diamatai, mereka memiliki tubuh yang ramping dan
tersegmentasi yang terdiri dari kepala, dada, dan perut. Pegasus
biasanya memiliki rahang yang kuat yang digunakan untuk mengunyah
dan memakan kayu. Mereka juga memiliki antena yang panjang dan
runcing.
Kutu kayu dianggap sebagai hama karena dapat merusak struktur
kayu seperti bangunan, furnitur, serta pohon dan semak belukar.
Seperti ditempat yang dijadikan sebagai perangkap kutu kayu, terdapat
disekirar tempat tersebut terdapat pepohonan, semak belukar dan daun-
daun kering. Jika dilihat dari hal tersebut, mereka mengkonsumsi
selulosa yang terkandung dalam kayu sebagai sumber makanan.
Konsumsi dan penghancurannya dapat menyebabkan kerusakan serius
pada kayu, yang dapat mengganggu kekuatan dan daya tahan struktur.
Pengendalian kutu kayu seringkali memerlukan tindakan
pengendalian terpadu yang mencakup metode pengasapan,
penggunaan insektisida, atau penggunaan perangkap dan
penghalang fisik. Penting juga untuk mengambil tindakan
pencegahan yang tepat seperti: B. Menjaga kebersihan,
menghindari kelembaban yang berlebihan dan menjaga struktur
kayu dalam kondisi baik untuk mengurangi risiko infestasi
potongan kayu.
Sangat mudah menangkap serpihan kayu dengan air sabun
atau larutan sabun cair karena alasan berikut:
1. Kelainan permukaan tubuh:
Rangka bilah kayu merupakan permukaan yang peka
terhadap bahan kimia seperti sabun. Saat serpihan kayu
terkena air sabun atau larutan sabun cair, itu
mengganggu keseimbangan cairan alami permukaan
tubuhnya. Ini dapat merusak struktur dan fungsi tubuh
mereka, membuat mereka lebih rentan terhadap pengaruh
lingkungan.
2. Tegangan permukaan
Air sabun atau larutan sabun cair memiliki tegangan
permukaan yang lebih rendah daripada air biasa. Hal ini
memungkinkan larutan sabun cair lebih mudah menyebar
ke seluruh permukaan potongan kayu. Paparan larutan
sabun akan melapisi potongan kayu dan mengurangi
kemampuannya untuk bergerak bebas.
3. Penyakit pernapasan:
Larutan sabun cair yang digunakan untuk mengendalikan
kutu kayu dapat mengganggu pertukaran oksigen dan
karbon dioksida. Kutu kayu bernapas melalui saluran
udara di permukaan tubuhnya. Jika larutan sabun cair
memasuki saluran udara ini, itu dapat menghalangi suplai
oksigen dan mencegah pernapasan normal dari potongan
kayu tersebut.
4. Efek pengeringan:
Larutan sabun cair dapat mengeringkan potongan kayu. Sabun
memiliki sifat yang dapat mengeluarkan air dari tubuh
serangga. Hal ini dapat menyebabkan potongan kayu
mengering dan mengganggu keseimbangan kelembapan yang
penting untuk kelangsungan hidup mereka.
Kombinasi dari efek ini membuat air sabun atau larutan sabun cair
menjadi cara yang efektif untuk menangkap dan mengendalikan
serpihan kayu. Namun, penting untuk dicatat bahwa penggunaan
larutan sabun cair sebagai alat kontrol harus dilakukan dengan hati-
hati, dengan mempertimbangkan faktor keamanan dan dampak
lingkungan yang terkait.
3. Kutu Busuk
Serangga merupakan serangga kecil yang termasuk dalam famili
Pentatomidae. Mereka memiliki bentuk tubuh yang cukup lebar dan
pipih dengan warna coklat atau hitam. Nama "bug" berasal dari fakta
bahwa serangga ini dapat mengeluarkan bau yang tidak sedap saat
terancam atau diganggu.
Serangga kebanyakan hidup di tempat yang hangat dan kering dan
ditemukan di berbagai macam tanaman. Mereka memakan berbagai
tanaman, termasuk tanaman pertanian seperti kedelai, jagung, dan
kacang-kacangan. Selain itu, beberapa tempat tidur mungkin
memakan serangga lain.
Serangga sering dianggap sebagai hama karena dapat merusak
tanaman dan menurunkan hasil panen. Mereka dapat menyedot getah
tanaman, yang dapat merusak daun dan buah. Selain itu serangga ini
juga dapat menularkan penyakit pada tanaman.
Meskipun kutu busuk bisa menjadi masalah di bidang pertanian,
serangga ini memiliki kelebihan. Spesies serangga tertentu dapat
membantu mengendalikan serangga lain yang merusak tanaman.
Selain itu, kutu busuk juga dapat membantu memecah bahan organik
dan memperkaya tanah dengan nutrisi.
Selain itu, kutu busuk juga menghasilkan kotoran atau feses yang kaya
nutrisi. Kotoran ini bisa menjadi pupuk alami yang bermanfaat bagi
tanaman, seperti nitrogen, fosfor, dan kalium.
Meskipun kutu busuk berperan dalam pengayaan tanah, namun jika
berkembang biak secara berlebihan juga dapat menjadi masalah bagi
tanaman. Kutu daun dapat merusak tanaman dengan menghisap jus
dari daun dan buah, sehingga mengurangi hasil panen. Oleh karena
itu, mengendalikan kutu busuk di bidang pertanian sangatlah penting.
Karena kandungan kimianya, larutan sabun Mama Lime atau sabun
cair merek lain bisa efektif menangkap dan mengendalikan kutu busuk
muda. Beberapa alasan kutu busuk muda tertangkap dengan Mama
lime adalah sebagai berikut:
a. Kelainan permukaan tubuh:
Permukaan tubuh kutu busuk muda sensitif terhadap
bahan kimia seperti sabun. Larutan sabun Mama Lime
mengganggu keseimbangan cairan permukaan tubuh
kutu busuk, yang dapat merusak struktur dan fungsi
tubuhnya. Ini membuat mereka rentan terhadap efek air
sabun dan membatasi pergerakan mereka.
b. Tegangan Permukaan:
Larutan sabun Mama Lime memiliki tegangan
permukaan yang lebih rendah dibandingkan air biasa.
Hal ini memungkinkan larutan sabun menyebar dengan
mudah ke permukaan kutu busuk muda. Saat
bersentuhan dengan larutan sabun Mama Lime, itu
menutupi serangga muda dan mencegahnya bergerak
bebas.
c. Penyakit pernapasan:
Busa jeruk nipis yang menutupi serpihan
wangi muda dapat mencegah pertukaran udara dan
oksigen. Jika larutan sabun memasuki saluran udara
kutu busuk muda, itu dapat menyebabkan masalah
pernapasan dan akhirnya menyebabkan
kematiannya.
d. Efek pengeringan:
Larutan sabun Mama Lime dapat mengeringkan
kutu busuk muda. Sabun cair memiliki kemampuan
menarik kelembapan dari tubuh serangga, yang dapat
mengeringkan serangga dan mengganggu keseimbangan
kelembapan yang diperlukan untuk kelangsungan hidup
mereka.
e. Penyumbatan pori:
Air sabun Mama Lime dapat menyumbat pori-pori
serangga muda. Pori-pori adalah saluran penting yang
mendukung pernapasan dan fungsi tubuh lainnya. Jika
pori-pori tersumbat oleh larutan sabun, maka dapat
menimbulkan gangguan pada tubuh serangga muda
tersebut.
Gabungan, efek di atas menjadikan Mama Lime Soap perangkap
yang efektif untuk mengendalikan dan menangkap kutu busuk muda.
Namun perlu diingat bahwa penggunaan larutan sabun Mama Lime
harus dilakukan dengan hati-hati dan sesuai dengan petunjuk yang ada
pada produk.
4. Semut ( Ponerinae)
Semut Ponerinae adalah subfamili dari keluarga Formicidae dan
termasuk dalam ordo Hymenoptera. Subfamili Ponerinae mencakup
berbagai macam semut, termasuk semut besar yang sering menghuni
daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Semut dari subfamili
Ponerinae umumnya memiliki ukuran tubuh yang lebih besar
dibandingkan dengan semut lainnya.
Tidak ada bukti ilmiah bahwa semut ponerinae secara khusus
tertarik pada perangkap yang mengandung larutan kapur susu atau
sabun cair lainnya dibandingkan semut lainnya. Keefektifan
perangkap terhadap semut bergantung pada beberapa faktor, antara
lain jenis perangkap, penyebarannya, cara kerja perangkap, dan
kebiasaan makan semut.
Larutan sabun cair, termasuk Mama Lime, sering digunakan
sebagai perangkap untuk mengendalikan serangga, termasuk semut,
dengan mengganggu keseimbangan cairan permukaan tubuh,
mencegah pernapasan, atau menyebabkan dehidrasi. Keefektifan
perangkap larutan sabun cair dapat bergantung pada beberapa faktor,
termasuk konsentrasi larutan, di mana perangkap ditempatkan, dan
kebiasaan makan semut.
Spesies semut tertentu mungkin lebih tertarik pada sumber
makanan atau bahan kimia tertentu, tetapi tidak ada bukti bahwa
solusi Mama Lime bekerja secara khusus untuk semut Ponerinae.
Setiap spesies semut memiliki perilaku dan kebiasaan makan yang
berbeda, sehingga respons mereka terhadap jebakan bisa berbeda-
beda.
5. Rayap
Rayap atau dikenal dengan nama ilmiah Isoptera, merupakan
serangga yang berperan penting dalam organisme tanah. Rayap
membantu menjaga keseimbangan ekosistem tanah dengan bertindak
sebagai pengurai dan pemulung organik.
Rayap memakan bahan organik seperti kayu, daun dan serat
tanaman selulosa lainnya dan kemudian memecahnya menjadi bahan
organik yang lebih sederhana. Rayap membantu dalam produksi
kompos kaya nutrisi yang meningkatkan kesuburan tanah. Selain itu,
rayap juga membantu memperbaiki sirkulasi udara dan air di dalam
tanah dengan membentuk saluran dan jalur udara di dalam tanah. Ini
memungkinkan air dan udara menembus lebih dalam ke dalam tanah
dan menyuburkan tanaman dengan lebih baik.
Dalam koloni rayap terdapat beberapa kasta dengan peran dan
tanggung jawab yang berbeda. Beberapa individu rayap bertanggung
jawab untuk mencari makanan dan memperluas koloni, sementara
yang lain bertanggung jawab atas perawatan dan perlindungan telur
dan larva rayap. Ada juga individu rayap yang bertugas membersihkan
lingkungan dan mengangkut bahan organik ke sarangnya.
Oleh karena itu keberadaan rayap pada organisme tanah sangat
penting dalam menjaga kelestarian dan keseimbangan ekosistem
tanah.
Penting untuk diingat bahwa larutan sabun cair, termasuk Mama
Lime, tidak umum digunakan untuk rayap. Rayap memiliki perilaku
dan karakteristik yang berbeda dengan semut dan biasanya
memerlukan penanganan khusus.
Rayap umumnya dianggap sebagai hama yang sulit dikendalikan
karena sistem sosialnya yang kompleks dan daya rusak yang
signifikan. Pengendalian rayap yang efektif seringkali memerlukan
penggunaan metode pengendalian khusus, seperti penggunaan
insektisida aktif yang dirancang khusus untuk rayap.
Larutan sabun cair seperti Mama Lime dapat mempengaruhi rayap,
misalnya mengganggu keseimbangan cairan permukaan tubuhnya atau
menyebabkan dehidrasi. Namun, larutan sabun cair ini memiliki
kemampuan terbatas untuk mengendalikan rayap secara efektif dan
tidak dianggap sebagai metode pengendalian rayap primer yang
direkomendasikan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang dilakuakan bahwa dapat disimpulkan,
organisme tanah disekitar lingkungan terdapat berbagai macam jenis.
Untuk wilayah seperti perkebunan ataupun lainnya yang mendominan
jenis organisme tanah yakni semut jenis Ponerinae yang memiliki
70,58% dari sekian banyaknya organisme yang diamati. Disusul oleh
kutu kayu 11.76%, dan selanjutnya kumbang rove, rayap, dan kutu
busuk dengan 5,88% kepadatan dan kepadatan relatif yang diamati.
5.2 saran
Diharapkan dengan adanya pengamatan ini dapat memberikan
manfaat yang lebih bagi para pembaca maupun masyarakat sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M., Darmawan Putri, N., Sandrawati, A., Rachmat Harryanto, dan, Ilmu Tanah
dan Sumberdaya Lahan, D., Pertanian Universitas Padjadjaran, F., Program Studi
Agroteknologi, A., & Pertanian Universitas Padjadjaran Jl Raya Bandung
Sumedang Km, F. 2018. Pengaruh Posisi Lereng terhadap Sifat Fisika dan Kimia
Tanah pada Inceptisols di Jatinangor (Vol. 16, Issue 2).
Lahati, B. K., & Ladjinga, E. 2021. Soil Macrofauna Diversity in Organic and
Conventional Vegetable Fields in Ternate City. Techno: Jurnal Penelitian, 10(1),
44-53.
Ii, B. A. B., & Pustaka, T. 2013. Keanekaragaman Makrofauna Tanah…, Fiqi
Prima Dani, FKIP UMP, 2022. 6–27.
Morris, E. K. et al. 2014. Choosing and using diversity indices: insights for
ecological applications from the German Biodiversity Exploratories. Ecology
and Evolution, 4(18), 3514-3524. doi: 10.1002/ece3.1155
Saputra, A., & Agustina, P. 2019. Keanekaragaman Makrofauna Tanah Di
Universitas Sebelas Maret. Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan
Biologi dan Saintek) Ke-4.
Sugiyarto, EfendiE, MahajoenoE, SugitoY, HandayantoE, AgustinaL. 2007.
Preferensi berbagai jenis makrofauna tanah terhadap sisa bahan organik
tanaman pada intensitas cahaya berbeda. Biodiversitas7 (4): 96-100.
Wibowo, C., & Slamet, S. A. 2017. Keanekaragaman Makrofauna Tanah Pada
Berbagai Tipe Tegakan Di Areal Bekas Tambang Silika Di Holcim
Educational Forest, Sukabumi, Jawa Barat Soil Macrofauna Diversity On
Various Types Of Stands In Silicas’ Post-Mining Land In Holcim
Educational Forest... Journal Of Tropical Silviculture, 8(1), 26–34.
Https://Doi.Org/10.29244/J-Siltrop.8.1.26-34
LAMPIRAN
Gambar 1.7
Rayap