Anda di halaman 1dari 6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Profil Kondang Merak

Kondang Merak merupakan kawasan pantai dan hutan alami yang berada di malang
selatan. Kawasan ini memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi sehingga cocok
dijadikan sasaran pengamataan flora dan fauna bagi peneliti mapun wisatawan yang
berkunjung. Tak jarang pengunjung dibuat takjub karena dapat melihat langsung satwa yang
ada.

Hutan Lindung Kondang Merak merupakan bagian dari kawasan hutan yang dikelola
oleh KPII malang. Hutan lindung kondang merak memiliki luas 21.442,5 Ha yang terletak di
desa Sumberbening kecamatan Bantur kabupaten Malang provinsi Jawa Timur Letak
geografis hutan lindung kondang merak adalah 24 20 10 "-20 ° 89 31" 126 11 12 "-126 36 20
BT dan dengan Hutan Perum Perhutani KPII Blitar di perbatasan utara dengan kawasan
Hutan Perum Perhutani KPIH Pasuruan, pada batas timur dengan kawasan Hutan Perum
Perhutani KPII Malang, dan pada batas selatan yang diperuntukkan bagi kawasan Hutan
Perum Perhutani KPI1 Blitar (Perum Perhutani Unit I Jatim Tahun 2006).

Hutan lindung kondang merak adalah kawasan pelestarian alam yang dimanfatkan
untuk tujuan koleksi satwa liar. Kondisi hutan yang masih sangat alami membuat hutan
lindung kondang merak sebagai kawasan dengan habitat satwa yang cukup banya Pada bulan
maret 2019 mahasiswa dari UM jurusan biologi melakukan kuliah kerja lapangan untuk
mengamati serangga, hewan epifauna dan infauna yang ada di kondang merak, dan memiliki
banyak macam serangga hewan epifauna dan infauna di kawasan hutan kondang merak.
Secara umum ada 3 jenis satwa yang lebih banyak bergantung pada kawasan ini yaitu
golongan Kera, Golongan Lutung dan Golongan Serangga.

2.2 Pengertian Fauna Tanah


Fauna tanah adalah hewan yang menempati tanah sebagai habitatnya. Menurut
Adianto (1980) dalam Fatawi (2002) kehadiran fauna tanah pada habitatnya tidak sama, ada
yang secara temporer dan ada pula yang menetap. Menurut Adianto (1980) dalam Fatawi
(2002) fauna tanah secara umum dapat dikelompokkan berdasarkan ukuran tubuh,
ketergantungan terhadap air, kehadirannya di tanah dan menurut tempat hidupnya.

Berdasarkan ukurannya, Van Der Driff (1951) dalam Fatawi (2002)

membagi fauna tanah menjadi empat kategori sebagai berikut:

1 Mikrofauna : hewan tanah yang memiliki ukuran tubuh 20-200 mikron

2 Mesofauna : hewan tanah yang memiliki ukuran tubuh 200 mikron-2 mm

3 Makrofauna : hewan tanah yang memiliki ukuran tubuh 2-20 mm

4 Megafauna : hewan tanah yang memiliki ukuran tubuh 20-200 mm

Berdasarkan kehadirannya, fauna tanah dibagi menjadi:

 Fauna tanah yang temporer, yaitu golongan hewan tanah yang memasuki tanah
dengan tujuan bertelur, setelah menetas dan berkembang menjadi dewasa, hewan
akan keluar dari tanah.
 Fauna tanah yang transien, yaitu hewan yang seluruh daur hidupnya
berlangsung di atas tanah.
 Fauna tanah yang periodik, yaitu hewan yang seluruh daur hidupnya ada di dalam
tanah, hanya sesekali hewan dewasa keluar dari dalam tanah untuk mencari
makanan dan setelah itu masuk kembali ke dalam tanah.
Misalnya: ordo Forficula, Chelisolches, Collembola, dan Acarina.
 Fauna tanah yang permanen, yaitu hewan yang seluruh daur hidupnya ada di dalam
tanah, dan tidak pernah keluar dari dalam tanah.
Misalnya: Nematoda tanah, Protozoa, dan Rotifera.

Menurut Adianto (1980) dalam Fatawi (2002) berdasarkan sifat ketergantungan


terhadap air, fauna tanah terbagi menjadi:
 Hidrobiontes, yaitu fauna tanah yang membutuhkan air relatif banyak untuk
aktifitas hidupnya.
 Higrofil, yaitu fauna tanah yang tidak menyukai air terlalu banyak untuk syarat
hidup optimalnya.
 Xerofil, yaitu fauna tanah yang lebih menyukai habitat kering. Misalnya: jenis
laba-laba.

Pengelompokan fauna tanah menurut tempat hidupnya dalam Ross (1965), dibagi
menjadi:

 Treefauna, yaitu hewan yang hidup di pohon.


 Epifauna, yaitu hewan yang hidup di permukaan tanah.
 Infauna, yaitu hewan yang hidup di dalam tanah

2.2 Isolasi Basah

Fauna tanah merupakan salah satu komponen ekosistem tanah yang berperan dalam
memperbaiki struktur tanah melalui penurunan berat jenis, peningkatan ruang pori, aerasi,
drainase, kapasitas penyimpanan air, dekomposisi bahan organik, pencampuran partikel
tanah, penyebaran mikroba, dan perbaikan struktur agregat tanah (Witt, 2004). Walaupun
pengaruh fauna tanah terhadap pembentukan tanah dan dekomposisi bahan organik bersifat
tidak langsung, secara umum fauna tanah dapat dipandang sebagai pengatur terjadinya proses
fisik, kimia maupun biokimia dalam tanah (Hill, 2004).
Keberadaan hewan tanah di suatu tempat dapat dipengaruhi oleh faktor abiotik di
lingkungan. Faktor lingkungan yang paling esensial bagi kesuburan dan perkembangan hidup
hewan tanah adalah temperatur, cahaya, kelembaban dan jumlah makanan yang tersedia.
Cahaya memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan hidup hewan tanah dan
merupakan faktor yang sangat vital berhubungan dengan perilaku untuk memberikan variasi
morfologi dan fisiologi pada hewan tanah (Suwondo, 2007). Kondisi lingkungan yang
beragam di berbagai tempat menyebabkan variasi keberadaan jenis hewan tanah.
Fauna tanah berdasarkan ukuran tubuhnya, dibagi menjadi mikrofauna, mesofauna
dan makrofauna. Mikrofauna berukuran 20-200 mikron, mesofauna berukuran 200 mikron- 1
sentimeter dan makrofauna berukuran lebih dari 1 sentimeter (Suin, 2012). Untuk
mengetahui jenis hewan tanah terutama infauna berukuran mikro dan meso, dapat dilakukan
melalui isolasi basah. Isolasi basah adalah salah satu metode koleksi hewan tanah dengan
cara pencucian (washing). Keuntungan metode ini adalah memerlukan waktu sebentar tetapi
harus dilakukan dengan teliti dan sabar.

2.4 Keanekaragaman Fauna

Salah satu organisme yang berperan sangat besar dalam perbaikan kesuburan tanah
adalah fauna tanah. Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan mampu berjalan dengan
cepat bila tidak ditunjang oleh kegiatan makrofauna tanah. Makrofauna tanah mempunyai
peranan penting dalam dekomposisi bahan organik tanah dalam penyediaan unsur hara.
Makrofauna akan merombak substansi nabati yang mati, kemudian bahan tersebut akan
dikeluarkan dalam bentuk kotoran.

Secara umum, keberadaan aneka macam fauna tanah pada tanah yang tidak
terganggu-seperti padang rumput- karena siklus hara berlangsung secara kontinyu. (Arief,
2001). Fauna tanah memainkan peranan yang sangat penting dalam perombakan zat atau
bahan-bahan organik dengan cara :

1. Menghancurkan jaringan secara fisik dan meningkatkan ketersediaan daerah bagi


aktifitas bakteri dan jamur,
2. Melakukan perombakan bahan pilihan seperti gula, sellulosa dan sejenislignin,
3. Merubah sisa-sisa tumbuhan menjadi humus,
4. Menggabungkan bahan yang membusuk pada lapisan tanah bagian atas.
5. Membentuk bahan organik dan bahan mineral tanah (Barnes, 1997).

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan fauna tanah adalah:

1. Struktur tanah berpengaruh pada gerakan dan penetrasi fauna tanah;


2. Kelembaban tanah dan kandungan hara berpengaruh terhadap perkembangan dalam
daur hidup;
3. Suhu tanah mempengaruhi peletakan telur;
4. Cahaya dan tata udara mempengaruhi kegiatannya.
Menurut Rahmawati (2006) untuk mendapatkan infauna tanah, dapat digunakan metode
barlese tullgren funnel dan dekantasi basah. Cara kerja Barlese Tullgren Funnel adalah
tanah sampel yang diambil ditaruh diatas saringan atau kasa nyamuk yang telah ada
didalam corong. Kemudian set barles berisi tanah ditempatkan dibawah sinar matahari
dimulai saat matahari hampir terbit. Prinsipnya hewan tanah tersebut akan jatuh kedalam
wadah penampung karenan hewan tersebut bersifat fototaksis negatif. Sedangkan pada
dekantasi menggunakan sarana saringan bertingkat atau saringan pipa yang akhirnya
diharapkan infauna tanah akan mengendap dibagian bawah.

DAFTAR RUJUKAN
Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Jakarta:Kanisius.

Barnes, B. V., Donald R. Z., Shirley R. D. and Stephen H. S. 1997. Forest Ecology. 4t h
Edition. New York. John Wiley and Sons Inc. Darmawan, Agus, dkk. 2005. Ekologi Hewan.
Malang: FMIPA UM

Fatawi, Zaim. 2002. Studi Keanekaragaman Serangga Tanah (Epifauna) pada


Berbagai Ketinggian di Lereng Gunung Ijen Kabupaten Banyuwangi.
Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM

Junaidah. 2001. Keanekaragaman Serangga Tanah (Infauna) di Gunung Kelud


Kabupaten Kediri. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM

Maulidiyah, Ary. 2003. Studi Keanekaragaman Fauna Tanah (Infauna) di Puncak


Gunung Ijen Kabupaten Banyuwangi. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
FMIPA UM
Rahmawati. 2006. Study Keanekaragaman Mesofauna Tanah Di Kawasan Hutan
Wisata Alam Sibolangit. www. Journal Fauna. Com

Ross, H.H. 1965. A Text Book of Entomology. 3t h Edition. Ney York : John
Wiley & Sons

Anda mungkin juga menyukai