Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH SUHU TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI

LAPORAN PRAKTIKUM

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Mikrobiologi

yang Dibina oleh Agung Witjoro, S.Pd, M.Kes

Oleh :
Kelompok 3 / Offering A
Arief Baskara (170341615087)
Fikri Syahir Robi (170341615037)
Inaya Setianai (170341615028)
Izjaachwatul Diah (170341615004)
Windhi Agustin Riskikolis (170341615089)
Witia Ardipeni (170341615073)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BIOLOGI
MARET 2019
I. Topik
Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan bakteri
II. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Mikrobiologi dengan topik pengaruh suhu
terhadappertumbuhan bakteri adalah sebagai berikut:
1. Untuk mempelajari pengaruh suhu terhadap pertumbuhan bakteri
2. Untuk memnentukan titik kematian termal bakteri
III. Dasar Teori
Pertumbuhan mikroba merupakan penambahan suatu konponen sel suatu
mikroba secara konstan dan teratur. Pada mikroba uniseluler (bersel tunggal)
pertambahan sel atau pembelahan sel merupakan pertambahan jumlah individu. Pada
mikroba multiseluler pembelahan tidak menghasilkan individu baru namun hanya
pembentukan jaringan dan bertambah bersarnya suatu mikroba (Suharjono, 2006).
Pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh factor lingkungan, perubahan
lingkungan dapat menyebabkan berubahan morfologi dan fisiologi dari bakteri. Hal ini
dikarenakan mikroba menyediakan nurtisi untuk kultivasinya, juga diperlukan factor
lingkungan yang memungkinkan mikroba dapat tumbuh secara optimal. Selain
memiliki variasi dalam nutrisi, mikroba juga menunjukkan respon berbeda-beda.
Untuk keberhasilan kultivasi suatu mikroba diperlukan kombinasi nutrient yang tepat.
(Pelczar & Chan, 1986).
Daya tahan mikroba terhadap temperature tidak sama bagi tiap spesies. Ada
yang mati pada pemanasan beberapa menit diadalm cairan dengan tempratur 60°C dan
ada bebrapa bakteri yang mati pada suhu 100°C. Genus Bacillus dan Clostridium tetap
masih hidup setelah dipanasi dengan uap 100°C (Dwijosepitro, 1994).
Berdasarkan batas tempratur terhadap kegiatan metabolisme microorganism,
mikroorganisme dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Bakteri termofilik ( politermik ) bakteri yang dapat berkembang baik pada rentang
suhu 55° - 60 ° C
2. Bakteri mesofilik ( mesotermik ) bakteri yang dapat berkembang baik pada rentang
suhu 25°-40°C, bakteri yang hidup didalam tubuh manusia merupakan bakteri
mesofilik
3. Bakteri psikofilik (oligotermik) , bakteri yang dapat berkembang baik pada rentang
suhu 10°-20°C.
Selain pada rentang tersebut tubuh bakteri akan mengalami kerusakan protein dan
asam amino. Selain berpengaruh pada laju pertumbuhan, tempratur yang ekstrim akan
membunuh bakteri ( Brooks, 2005)

IV. Alat dan Bahan


Alat
1. Beaker glass
2. Tabung kultur
3. Termometer
4. Laminar Air Flow (LAF)
5. Water Bath
6. Jarum inokulasi
7. Inkubator

Bahan

1. Biakan murni bakteri


2. Medium nutrien cair
3. Medium NA
V. Prodesur Kerja

diinokulasikan 1 ose biakan bakteri


disediakan 7 tabung kultur berisi
yang tersedia ke dalam medium
medium nutrien cair, lalu diberi
tersebut lalu diinkubasi selama
kode A1,A2,A3,A4,A5,A6,dan A7
1x24 jam pada suhu 37°C

disediakan 2 buah lempeng NA lalu


kemudian diberikan kode
dibuat garis dengan menggunakan
A1,A2,A3,A4 pada cawan 4
spidol pada bagian luar dari dasar
kuadran pertama dan,A5,A6,A7,
cawn petri sehingga membentuk 4
A8 pada cawan 4 kuadran kedua
kuadran

dipanaskan 7 tabung kultur


tersebut dengan menggunakan tabung A3 dipanaskan sampai
water bath. tabung A1 dipanaskan suhu 60° tabung A4 dipanaskan
sampai suhu 40° tabung A2 hingga suhu 70
dipanaskan hingga suhu 50°.

tabung A5 dipanaskan sampai


setelah pemanasan, diletakkan
suhu 80° tabung A6 dipanaskan
tabung kultur pada rak tabung dan
hingga suhu 90 dan tabung A7
dibiarkan pada suhu kamar
dipanaskan hingga suhu 100°

diinokulasikan biakan bakteri


dalam ketujuh tabung kultur pada
permukaan lempeng NA secara kuadran A8 digunakan sebagai
zigzag dengan menggunakan kontrol yang tidak diinokulasi
jarum inokulasi berkolong dengan bakteri
sebanyak 1 ose sesuai dengan
kode kuadran

diamati pertumbuhan bakteri pada


tiap kuadran. dicatat ada atau
tidaknya pertumbuhan bakteri
VI. Data Hasil Pengamatan

Tabel pengamatan uji metabolism bakteri

Nama Suhu (oC) Pertumbuhan Bakteri

A1 40 oC +++

A2 50oC +++

A3 60oC +

A4 70oC ++

A5 80oC ++

A6 90oC +

A7 100oC -

A8 Kontrol +++

Keterangan :

+++ : Pertumbuhan bakteri sangat banyak

++ : Pertumbuhan bakteri banyak

++ : Pertumbuhan bakteri sedikit

- : Tidak ada

VII. Analisis Data


Praktikum ini berujuan untuk mempelajari pengaruh suhu terhadap
pertumbuhan bakteri dan menentukan titik kematian termal bakteri. Bakteri
diinokulasikan ke dalam medium kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 1x24
jam. Tabung kultur A1 dipanaskan pada suhu 40oC, tabung kultur A2 dipanaskan pada
suhu 50oC, tabung kultur A3 dipanaskan pada suhu 60oC, tabung kultur A4
dipanaskan pada suhu 70oC, tabung kultur A5 dipanaskan pada suhu 80oC, tabung
kultur A6 dipanaskan pada suhu 90oC, dan tabung kultur A7 dipanaskan pada suhu
100oC.
Bakteri pada tabung kultur yang sudah dingin diinokulasikan pada medium
lempeng NA kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 1x24 jam. Pertumbuhan
bakteri A1 sangat banyak. Pertumbuhan bakteri A2 sangat banyak. Pertumbuhan
bakteri A3 sedikit. Pertumbuhan bakteri A4 banyak. Pertumbuhan bakteri A5 banyak.
Pertumbuhan bakteri A6 sedikit. Pertumbuhan bakteri A8 sangat banyak. Pertumbuhan
bakteri paling banyak, yaitu A1 pada suhu 40oC, A2 pada suhu 50oC, dan A8 sebagai
kontrol sedangkan pertumbuhan bakteri yang sedikit, yaitu A7 pada suhu 100oC

VIII. Pembahasan
Pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor nutrisi dan
kondisi lingkungan. Menurut Tarigan (1988) kondisi lingkungan akan memberikan
gambaran yang menunjukkan peningkatan jumlah sel berbeda dan pada akhirnya akan
memberikan gambaran terhadap kurva pertumbuhannya. Salah satu faktor lingkungan
yang memengaruhi pertumbuhan bakteri adalah suhu. Suhu merupakan salah satu
faktor utama yang sangat memengaruhi pertumbuhan mikroorganisme, karena suhu
akan mempengaruhi kinerja enzim dan metabolisme bakteri.
Bakteri memiliki daya tahan terhadap temperatur (suhu) yang berebda-beda
tergantung pada jenis dan spesiesnya. Perlakuan yang dilakukan pada praktikum ini
adalah dengan diberikannya perbedaan suhu (40oC-100oC) di tabung kultur bakteri.
Tujuan dilakukannya perlakuan tersebut untuk mengetahui pengaruh abiotik yang
terfokus pada suhu terhadap pertumbuhan bakteri sertta untuk mengetahui titik
kematian termal bakteri (thermal death point). Titik kematian bakteri merupakan batas
temperatur minimum yang dapat membunuh bakteri yang berada di dalam standar
medium selama 10 menit (Dwidjoseputro, 1984).
Ketahanan bakteri terhadap suhu berbeda-beda hal tersebut bergantung pada
jenis dan spesisenya. Bakteri dapat digolongkan menjadi tiga macam berdasarkan
ketahanan suhunya yaitu bakteri psikrofil, mesofil, termofil. Bakteri psikrofil
merupakan bakteri yang mampu hidup pada suhu rendah, bakteri mesofil merupakan
bakteri yang mampu hidup pada suhu sedang, dan bakteri termofil merupakan bakteri
yang mampu hidup pada suhu tinggi (Suharni, 2008). Bakteri memiliki batas
temperatur untuk melangsungkan hidupnya dan bakteri memiliki temperatur optimum
untuk tumbuh dengan baik. Menurut Dwijoseputro (1994) berdasarkan batas
temperaturnya , bakteri dapat digolongkan menjadi:
1. Bakteri psikofilik (oligotermik) yaitu bakteri yang dapat hidup antara 0 oC-30oC,
temperature optimumnya 10oC-20oC.
2. Bakteri mesofilik (mesotermik) yaitu bakteri yang dapat hidup dengan baik antara
50 oC-60 oC, temperature optimumnya 25oC-40oC.
3. Bakteri termofilik (politermik) yaitu bakteri yang tumbuh baik sekali pada
temperature 55oC-60oC.
Dari hasil pengamatan yang diperoleh menunjukkan bahwa bakteri yang diuji
mampu hidup dengan rentang suhu 40oC-90oC karena pada suhu 90oC masih terdapat
koloni bakteri yang masih hidup sedangkan pada suhu 100 oC sudah tidak ada koloni
bakteri yang tampak atau mati, lalu petumbuhan bakteri uji yang optimum ada pada
rentang suhu 40oC-50oC dengan indikasi pertumbuhan koloni bakteri yang banyak.
Apabila dibandingkan dengan perlakuan kontrol jumlah koloni pada rentang suhu
40oC-50oC dengan perlakuan kontrol menunjukkan hasil yang sama, jadi dapat
dikatakan bahwa pada rentang suhu 40oC-50oC merupakan pertumbuhan bakteri yang
optimal. Dari hasil tersebut, bakteri yang telah diamati termasuk ke dalam jenis bakteri
mesofilik. Bakteri mesofilik ini hidup pada suhu sedang dengan rentangan antara 50oC-
60oC dan tumbuh optimum pada rentang 25oC-40oC (Dwijoseputro, 1994).
Karakteristik dari bakteri ditentukan oleh sifat biokimia dan fisiologisnya. Pada
bakteri mesofilik asam nukleat dan makromolekul seperti protein akan tetap aktif untuk
melakukan metabolisme apabila berada pada suhu yang sedang. Hal tersebut tidak
terelpas dari mekanisme kinerja enzim. Enzim apabila terkena suhu rendah maka enzim
tidak bekerja, sedangkan jika terkena suhu tinggi maka enzim akan rusak. Enzim
bekerja dengan baik pada suhu optimal. Aktivitas enzim juga akan meningkat dengan
meningkatnya suhu sampai mencapai suhu optimumnya, tetapi setelah melewati suhu
optimumnya aktivitas enzim akan menurun (Rudiger dkk., 1994). Pada suhu datas 90
o
C bakteri tepatnya 100 oC yang merupakan titik termal kematian bakteri atau
temperatur minimum yang dapat membunuh bakteri. bakteri tersebut tidak dapat
tumbuh atau mati dikarenakan metabolisme enzim yang terdenaturasi sehingga tidak
berkerja yang mengakibatkan kematian pada koloni bakteri. Pada suhu yang ekstrim
protein, asam nukleat, dan komponen-komponen sel lainnya mengalami kerusakan
yang permanen sehingga bakteri mengalami kematian (Brooks dkk., 2005). Sedangkan
rentang suhu 40oC-90oC bakteri masih bisa hidup dikarenakan metabolisme selnya
mampu untuk tetap bekerja salah satunya kinerja enzim, lalu pada rentang suhu 40oC-
50oC merupakan pertumbuhan optimal dari koloni bakteri karena suhu terebut
merupakan suhu optimum bagi metabolisme selnya.
Dari perlakuan dengan berbagai macam suhu terhadap bakteri, maka dapat
diketahui titik kematian thermal bakteri. Dengan demikian bakteri isolat memiliki titik
minimum, titik optimum, titik maksimum dan titik ekstrim maksimum. Namun, dalam
pengamatan pengaruh suhu terhadap pertumbuhan bakteri ini tidak dapat ditentukannya
titik minimum pertumbuhannya hal tersebut dikarenakan perlakuan suhu rendah tidah
dilakukan dari suhu 0 oC

Pertumbuhan Bakteri
4
Jumlah koloni

3
2
1
0
40 50 60 70 80 90 100
Temperatur (oC)

Titik minimum pertumbuhan bakteri tidak diketahui karena tidak adanya


perlakuan pada suhu dibawah 40°C. Kemudian titik optimum dari pertumbuhan bakteri
terdapat pada suhu 40°C dan 50°C merupakan fase dimana bakteri memasuki fase
eksponensial karena mengalami kecocokan lingkungan sehingga pertumbuhan koloni
yang banyak. Sedangkan pada suhu 60°C koloni bakteri mengalami penurunan jumlah
bakteri yang signifikan yang mungkin disebabkan karena adanya kesalahan dalam
proses perlakuan yang dilakukan. Sementara pada suhu 70°C-80°C merupakan titik
maksimum dimana bakteri hidup namun jumlahnya tidak sebanyak pada titik optimum.
Pada suhu 90°C merupakan suhu batas hidup bakteri atau titik ekstrim maksimum
diamana bakteri masih bisa bertahan hidup dengan jumlah koloni bakteri yang sangat
sedikit. Pada suhu diatas 90°C tepatnya 100°C merupakan titik kematian termal bakteri
dimana bakteri tidak bisa hidup sehingga tidak ada sedikitpun koloni bakteri yang
tampak.

IX. Diskusi
1. Jelaskan pengaruh ketujuh macam suhu tersebut dalam percobaan ini terhadap
pertumbuhan bakteri!
Jawab: Pengaruh ketujuh suhu ini terlihat pada saat bakteri sudah di inokulasikan
pada medium lempeng NA. Pada suhu 40ºC-80ºC, bakteri masih bisa tubuh dengan
baik, akan tetapi pada suhu 90ºC pertubuhan bakteri mulai berkurang dan tidak
tumbuh pada suhu 100ºC. Hal ini menunjukkan bahwa pada suhu 100ºC merupakan
titik kematian termal. Dan pada saat suhu mencapai 100ºC bakteri tidak bisa tumbuh
lagi.
2. Suhu berapakah yang merupakan titik kematian termal bakteri-bakteri yang digunakan
dalam percobaan ini?
Jawab: Titik kematian termal bakteri-bakteri yang digunakan dalam percobaan ini
yakni pada suhu 1000C.
3. Jelaskan mekanisme kematian bakteri akibat perlakuan dengan suhu tinggi?
Jawab: Mekanisme kerusakan bakteri oleh suhu tinggi, Panas yang tinggi
menyebabkan perubahan fungsi senyawa-senyawa selluler yang menyebabkan
perubahan struktur protein, yaitu denaturasi protein. Selain itu juga akan menyebabkan
inaktivasi enzim sehingga akan mengganggu sistem metabolisme dalam sel bahkan
kematian sel tesebut akibat pemanasan. Kerusakan membran sel akan menyebabkan
pembebasan fraksi lipid membran sehingga membran sel akan kehilangan sifat
selektifnya dan kerusakan DNA. Temperatur yang tinggi yang melebihi temperatur
maksimaum akan menyebabkan denaturasi protein dan enzim yang mengakibatkan
terhentinya proses metabolisme mikrobia.
Inaktivasi bakteri oleh panas tidak dapat digambarkan dalam peristiwa
biokimia sederhana. Meskipun efek letal panas lembab suatu temperatur tertentu
biasanya dihubungkan dengan denaturasi dan koagulasi protein, pola kerusakan oleh
panas tersebut cukup kompleks, dan secara tidak diragukan koagulasi
menyembunyikan suatu perubahan kecil yang menginduksi sel sebelum koagulasi
menjadi nyata.
Peristiwa yang mematikan terutama produksi rantai-tunggal (terlepasnya
rantai) DNA. Hilangnya viabilitas (kelangsungan hidup) sel oleh panas sedang, dapat
dihubungkan dengan pelepasan rantai DNA tersebut. Kerusakan DNA terlihat bersifat
enzimatik, sebagai akibat dari aktivasi nuklease. Kemampuan sel untuk memperbaiki
kerusakan dan memperoleh viabilitasnya bergantung pada tempat fisiologik dan
susunan genetik organisme.
Panas juga dapat menghilangkan kekuatan fungsional membran, membocorkan
molekul kecil dan 260 nm pengabsorbsi materi. Materi tersebut berasal dari degradasi
ribosom oleh ribonuklease yang teraktivasi karena perlakuan panas. Dari keadaan
tersebut, dapat dilihat adanya hubungan antara degradasi RNA ribosomal dengan
hilangnya viabilitas sel karena temperatur tinggi.
Mekanisme kerusakan mikroorganisme oleh panas kering berbeda dengan
kerusakan oleh panas lembab. Efek letal panas kering, atau desikasi (pengawetan
melalui pengeringan) secara umum, biasanya karena denaturasi protein, kerusakan
oksidatif, dan efek toksik dari meningkatnya elektrolit. Dalam keadaan tidak ada air,
terjadi pengurangan sejumlah grup polar pada rantai peptida, dan banyak energi
dibutuhkan untuk melepaskan molekul tersebut.

X. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil pengamatan metabolisme dan hasil pembahasan


mengenai hidrolisis amilun, protein dan lemak dapat disimpulkan :

1. Perbedaan suhu dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri, ditandai dengan


perbedaan pertumbuhan bakteri pada masing- masing suhu
2. Titik kematian termal bakteri pada suhu 100 oC, ditandai pada suhu tersebut bakteri
tidak dapat tumbuh
DAFTAR RUJUKAN

Brooks, dkk.1994. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 2. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran


EGC.

Campbell, N.A., Reece, J.B., Mitchell, L.G. 2002. Biologi. Alih bahasa lestari, R. et al.
safitri, A., Simarmata, L., Hardani, H.W. (eds). Erlangga, Jakarta.

Darkuni, Noviar. 2001. Mikrobiologi. Malang: Universitas Negeri Malang.


Dwidjoseputro, D. 1984. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.

Dwidjoseputro. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan

Dwijoseputro. 1984. Dasar-dasar Mikrobiologi. Malang : Penerbit Djambatan

Rudiger, A, A Sunna, And G. Antranikian. 1994. Enzymes From Extreme Thermophilic And
Hyperthermophilic Archea And Bacteria Carbohydrases, Handbook Of Enzyme
Catalysis in Organic Synthesis. Weinhem: VCH Verlagsge sellsc hafft .

Suharni, T., T , dkk. 2008. Mikrobiologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya.

Tarigan, J. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia


LAMPIRAN

Gambar 1. Pertumbuhan bakteri pada suhu 0-


100⸰

Gambar 2. Pertumbuhan bakteri pada suhu 80⸰, 90⸰, 100⸰,


dan kontrol

Gambar 3. Pertumbuhan bakteri pada suhu 40⸰, 50⸰, 60⸰, dan


70⸰

Anda mungkin juga menyukai