Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH ILMU HAMA PENYAKIT

SERANGGA SEBAGAI DEKOMPOSER

Disusun Oleh :

Natasha Choirunnisa Priwardana

1610401002

Agroteknologi A/Semester IV

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TIDAR

2018
BAB I

PENDAHULUAN

Serangga mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia..

Serangga dapat merusak tanaman sebagai hama dan sumber vektor

penyakit bagi manusia. Ratusan butir telur kupu-kupu yang terletak

pada permukaan daun, akan menetas dan menjadi ulat yang akan

memakan daun tanaman. Tanaman tidak akan mnedapatkan keuntungan

dengan adanya serangga yang seperti itu (Meilin, 2016).

Di lain sisi, serangga tidak hanya mempunyai peran yang

merugikan bagi manusia ataupun di dalam bidang pertanian. Serangga

mempunyai peran yang menguntungkan di bidang pertanian sehingga

dapat mendukung kesuburan tanah dan tanaman sehingga akan

berdampak positif juga terhadap manusia. Jenis-jenis serangga ada

berbagai macam di sekitar kita sehingga mempunyai kemampuan

masing-masing untuk berperan. Salah satu peran serangga yang

mendukung bidang pertanian adalah serangga mampu berperan sebagai

decomposer. Manusia tidak dapat berperan sebgai dekomposer seperti

halnya serangga. Oleh karena itu inilah yang melatarbelakangi penulisan

makalah yang berjudul Serangga Sebagai Dekomposer.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Serangga dapat ditemukan di berbagai tempat termasuk di

permukaan tanah. Di permukaan tanah serangga memakan tumbuhan

hidup dan tumbuhan mati yang berada di atas permukaan tanah.

Serangga tanah berperan dalam proses atau dekomposisi material

organik tanah sehingga membantu dalam menentukan siklus material

tanah, sehingga proses perombakan material dalam tanah akan berjalan

lebih cepat dengan bantuan serangga permukaan tanah. Salah satu

serangga tanah yang berperan dalam proses dekomposisi tanah adalah

ordo Collembola (Borror et al.,1997 dalam Ma’arif 2014).

Menurut Meilin (2016) serangga yang dapat berperan sebagai

dekomposer akan memakan tanaman yang sudah tua sehingga dapat

mengembalikan unsur hara dalam tanah dan membuat tanah menjadi

subur. Contoh lain serangga sebagai decomposer adalah rayap. Hal

tersebut didukung dengan adanya informasi bahwa sejak awal rayap

merupakan organisme yang memakan kayu.

Adapun teori lain yang menyatakan bahwa filum Arthopoda

adalah hewan tanah yang pada umumnya menunjukkan dominasi

tertinggi dibandingkan organisme tanah yang lain. Sedangkan pada

tingkat ordo terdapat 6 jenis serangga yang ditemukan di tanah antara

lain, formicidae, Vespidae, Gryllinae, Coleoptera dan Diptera. Kelompok

ordo tertinggi jumlah individu yang ditemukan adalah ordo Formicidea

dengan jumlah 114 individu pada hutan heterogen dan 16 pada hutan

homogen (Sari, 2014). Kemudian berdasarkan hasil penelitian Arifin,

dkk (2016), serangga yang memiliki peran ekologis sebagai dekomposer

atau pemakan bahan organik adalah serangga ordo Blattodea dengan


filum Blattidae dan Blattellidae, Coleoptera dengan filum Anthicidae,

Elateridae, Nitidullidae, Scarabaeidae. Diptera dengan filum

Ceratopogonidae dan Phoridae, Isoptera dengan filum Termitidae.

Keberadaan rayap di hutan memberikan pengaruh yang menguntungkan

untuk tanaman sehingga tidak perlu melakukan pembakaran kayu dan

seresah tanaman karena dapat diuraikan oleh rayap. (Susilo, 2007)


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Ciri-ciri Serangga Isoptera

Isoptera ordo yang dekat dengan Blattodea, umumnya

ditemukan di daerah tropis dan sub tropis. Ordo ini terdiri dari

2300 spesies. Serangga ini bertubuh lunak, mempunyai

kemampuan menyamar dan membentuk koloni. Setiap koloni terdiri

dari beberapa kasta. Ada 3 kasta yang biasa dikenal antara lain,

reproduktif, prajurit, dan pekerja (Oktarima, 2015).

3.2 Serangga Isoptera sebagai Dekomposer

Ordo Isoptera yang biasa ditemukan adalah famili

Termitidae. Kelompok ini mencakup rayap-rayap tanpa serdadu

membuat lubang di bawah kayu dan lempengan-lempengan feses

sapi sehingga serangga Isoptera merupakan serangga sebagai

decomposer. Rayap masuk ke dalam ordo Isoptera merupakan

bagian yang sangat penting di dalam daur ulang nutrisi tanaman

melalui poses disintegrasi dan dekomposisi material organik dari

kayu dan seresah tanaman (Borror et al, 2005 dalam Arifin dkk,

2016).

Rayap akan membentuk sarang yang berbentuk gundukan

dan dijadikan sebagai habitatnya. Seiring berjalannya waktu

semakin lama gundukan rayap akan semakin membesar sesuai

dengan jumlah populasinya. Gundukan rayap dapat ditemukan di

permukaan tanah, batang pohon bagian atas dan bagian bawah

(Darwisah, 2017).

Dari hasil penelitian ditemukan sarang rayap di permukaan

tanah, bawah potonan ranting kayu, daun tunggal yang melapuk.


Oleh karena itu rayap terbukti merupakan serangga yang

berperan sebagai dekomposer. Tanpa adanya rayap ranting kayu

,dedaunan dan lempengan feses sapi yang ada di permukaan

tanah tidak akan melapuk, dengan melapuknya material organik

tanah maka akan memicu timbulnya kesuburan tanah dan akan

menguntungkan tanaman.
BAB IV

KESIMPULAN

Dari tinjauan pustaka dan pembahasan yang sudah diuraikan

dapat disimpulkan bahwa serangga sebagai dekomposer merupakan

serangga yang dapat menguraikan bahan organik. Salah satu contohnya

adalah rayap dari ordo Isoptera. Rayap sebagai dekomposer

memberikan dampak positif dan negatif. Semakin banyak populasi rayap

dapat membantu menyuburkan tanah, tetapi menimbulkan dampak

negativ yaitu dapat merusak konstruksi bangunan karena di atas tanah

tidak hanya ada tanaman dan ranting kayu atau serasah tanama, tetapi

ada juga bangunan. Rayap berperan sebagai dekomposer ditandai degan

terbentuknya gundukan di permukaan kayu atau bahan organik lainnya


DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Luthfi. Mokhamad, Irfan., Indah Permanasari., Aulia, Rani

Annisava., Ahmad, Taufik Arminudin. 2016. Keanekaragaman

Serangga Pada Tumpang Sari Tanaman Pangan Sebagai Sela Di

Pertanaman Kelapa Sawit Belum Mnghasilkan. Riau : UIN Sultan

Syarif Kasim. Jurnal Agroteknologi. Vol 7 (1). Hal 33-40.

Darwisah. 2017. Kajian Perilaku Agonositik Intraspesifik Koloni

Nasusitermes matangensis (Isoptera : Termitidae) di Pulai

Sebesi Lampung. Lampung : UIN Raden Intan. Skripsi

Meilin, Araz., Nasamsir. 2016. Serangga dan Peranannya dalam Bidang

Pertanian dan Kehidupan. Universitas Batanghari. Jurnal Media

Pertanian. Vol 1(1). Hal 18-28.

Ma’arif, Syamsuil., Ni, Made Suhartini., I, Ketut Dirgantara. 2014.

Diversitas Serangga Permukaan Tanah Pada Pertanian

Hortikultura Organik di Banjar Titigalar., Desa Bangli,

Kecamatan Batuliti, Kabupaten Tabanan-Bali. Jimbaran : Universitas

Udayana. Jurnal Jurnal Biologi. Vol 18 (1). Hal 28-32.

Oktarima, Dwi Wahidati. 2015. Pedoman Mengoleksi, Preservasi, Serta

Kurasi Serangga dan Arthropoda Lain. Jakarta: Badan Karantina

Pertanian Kementrian Pertanian

Sari, Martala. 2014. Identifikasi Serangga Permukaan Tanah Hutan

Tropis Dataran Rendah. Universitas Lancang Kuning. Jurnal

Biologi Lectura. Vol 2 (1). Hal : 63-71.

Susilo, F.X. 2007. Keanekaragaman Serangga di Indonesia, Posisinya Di

Dunia dan Perubahan Tata Guna Lahan : Kasus Rayap. Bandar

Lampung : Universitas Lampung. Makalah Utama Konferensi

Nasional. Hal : 1-17.

Anda mungkin juga menyukai