Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN LENGKAP

MODUL V

TINGKAH LAKU SEMUT MENCARI MAKAN

NAMA : KERENHAPUKH NOKAS

NIM : A22120160

KELAS :E

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2023
DAFTAR ISI

Sampul……………………………………………………………………………i

Daftar Isi………………………………………………………………………….ii

Daftar Gambar………………………………………………………………......iii

Daftar Tabel……………………………………………………………………...iv

Daftar Lampiran…………………………………………………………………v

Bab I Pendahuluan………………………………………………………………1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………..…….1

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………..……3

1.3 Tujuan…………………………………………………………………….…...3

Bab II Kajian Pustaka…………………………………………………………...4

2.1 Penelitian yang Relevan……………………………………………………….4

2.2 Dasar Teori tentang Morfologi Semut………………………………………...4

Bab III Metode Penelitian……………………………………………………….7

3.1 Desain Penelitian………………………………………………………………7

3.2 Waktu dan Tempat…………………………………………………………….7

3.3 Alat dan Bahan………………………………………………………………...7

3.4 Prosedur Kerja…………………………………………………………………8

Bab IV Hasil dan Pembahasan………………………………………………….9


4.1 Hasil Pembahasan……………………………………………………………..9

4.2 Pembahasan…………………………………………………………………..10

Bab V Penutup………………………………………………………………….13

5.1 Kesimpulan.………………………………………………………………….13

5.2 Saran………………………………………………………………………….13

Daftar Pustaka…………………………………………………………………..14
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1…………………………………………………………………………6

Gambar 2………………………………………………………………………..11
DAFTAR TABEL

3.3.1 Tabel Alat dan Bahan……………………………………………………...7


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran………………………………………………………………………..16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati nomor dua di


dunia yang memiliki keanekaragaman flora, fauna, dan berbagai kekayaan alam
lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007)
jenis–jenis fauna yang ada di Indonesia diperkirakan berjumlah sekitar 220.000
jenis, yang terdiri atas ± 200.000 jenis serangga (kurang dari 17% fauna serangga
di dunia), 4000 jenis ikan, 2000 jenis burung, dan 1000 jenis reptil dan amphibi.
Keanekaragaman jenis-jenis fauna di Indonesia yang melimpah tersebut
mendorong kita bagaimana untuk tetap mengupayakan pelestarian
keanekaragaman hayati yang masih tersisa sebelum mengalami kepunahan. Salah
satu kelompok serangga yang masih jarang diketahui jenis dan spesiesnya tetapi
mempunyai peran sangat penting dalam ekosistem adalah Semut. Semut
merupakan serangga yang tergolong dalam Bangsa Hymenoptera pada Suku
Formicidae (Zulkarnain, 2006).

Semut adalah kelompok serangga yang berdasarkan jumlah jenis, sifat


biologi dan ekologinya sangat penting (Noor, 2008). Semut dapat ditemukan pada
setiap ekosistem kecuali di daerah kutub dan memiliki peran sebagai indikator
ekologi di dalam ekosistem dan spesiesnya diperkirakan mencapai 15.000 spesies
yang tersebar di kepulauan maupun daratan yang luas (Latumahina, 2011). Fungsi
semut di dalam ekologi yaitu sebagai predator, pengurai dan herbivor dalam
ekosistem telah menjadi subjek intensif yang menarik untuk diteliti dalam segala
aspeknya (Noor, 2008). Menurut Setiani 1 2 (2010), semut juga memiliki
kepekaan terhadap tekanan yang ada di lingkungannya, sehingga dapat digunakan
sebagai indikator gangguan habitat. Semut dapat dijadikan sebagai indikator
biologi terhadap perubahan lingkungan karena mudah diidentifikasi, biomassa
dominan, taksonomi relatif maju, dan kondisi hidup yang sensitif pada perubahan
lingkungan (Agosti dkk., 2000).

Keanekaragaman semut di wilayah tropis pada umumnya dipengaruhi oleh


beberapa faktor diantaranya adanya predasi, kelembapan, tempat membuat sarang,
ketersediaan makanan, struktur dan komposisi tanaman serta topografi (Dakir,
2009), sedangkan menurut Noor (2008) keanekaragaman dan kekayaan semut
dapat mengalami penurunan berdasarkan ketinggian yaitu dari tempat yang rendah
ke tempat yang tinggi sehingga semut dapat digunakan untuk membantu
memahami kaidah ekologi, biomonitoring untuk tujuan konservasi dan
pengelolaan kawasan.

Di alam semut dapat memiliki peran positif maupun negatif. Peran negatif
dari semut diantaranya merupakan sebagai hama yang dapat menghambat
pertumbuhan tanaman sehingga dapat merugikan. Sementara peranan positip dari
semut diantaranya, sebagai predator terhadap hama. Peran positif yan lainnya
sebagai pengurai atau detritus, baik secara sendiri atau bersimbiosis dengan
tumbuhan dan berbagai organisme lain (Yamane,1996).

Peranan semut dalam menyuburkan tanah ini terjadi selama proses


pembuatan sarang dalam tanah. Dalam proses tersebut, semut pekerja membuat
rongga-rongga tanah yang secara tidak langsung dapat merubah struktur fisik
tanah. Selain itu, aktifitas semut mencari makan dan mengumpulkan bahan
makanan di sarang, ikut memicu bertambahnya kesuburan di daerah sekitar sarang
semut. Pada umumnya lapisan tanah di sekitar sarang semut memiliki lapisan
humus dan kesuburan yang lebih tinggi dibandingkan daerah yang jauh dari
sarang semut (Keller & Gordon, 2009)

Pengaruh semut pada lingkungan teresterial sangat besar. Pada sebagian


besar habitat teresterial mereka dikenal sebagai predator bagi serangga lain dan
bagi invertebrata kecil. Beberapa spesies semut beradaptasi sangat baik bahkan
pada habitat yang mengalami gangguan. Selain fungsinya yang sangat penting
pada ekosistem, semut dijadikan sebagai bioindikator dalam perubahan habitat
suatu kawasan untuk melihat perubahan yang terjadi pada lingkungan (Lee, 2002).
Semut biasa ditemukan pada berbagai habitat. Selain pada daerah teresterial semut
juga dapat ditemukan di daerah pesisir pantai karena terdapat habitat yang
memungkinkan keberadaan semut yaitu vegetasi mangrove dan secara ekologi,
sarang semut tersebar dari hutan bakau dan pohon-pohon di pinggir pantai.

Semut memiliki populasi cukup stabil sepanjang musim dan tahun.


Jumlahnya yang banyak dan stabil membuat semut menjadi salah satu koloni
serangga yang penting di ekosistem. Karena jumlahnya yang berlimpah,
fungsinya yang penting, dan interaksi yang komplek dengan ekosistem yang
ditempatinya, semut seringkali digunakan sebagai bio-indikator dalam
program penilaian lingkungan, seperti kebakaran hutan, gangguan terhadap
vegetasi, penebangan hutan, pertambangan, pembuangan limbah, dan faktor
penggunaan lahan(Wang et al., 2000).

Secara ekologi semut berfungsi membantu tumbuhan dalam


menyebarkan biji (dispersal), menggemburkan tanah, dan predator Selain itu
semut juga berperan sebagai bioindikator dari kondisi hutan dan kualitas tanah
dan kondisi lingkungan (Yaherwandi et al., 2019).

1.2 Rumusan Masalah

1) Manakah Makanan yang paling di minati oleh semut?


2) Bagaimana jalur kembali pada semut?

1.3 Tujuan

1) Untuk Mengetahui Makanan yang Paling di minati oleh Semut


2) Untuk Mengetahui Jalur kembali pada Semut
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Yang Relavan

Penelitian pada tahun (2020) Ari saputra, dkk. Melakukan penelitian yang
berjudul “Pola Prilaku Keberadaan Semut Famili Formicidae pada Tepian Sungai
Musi Gandus Kota Palembang Sumatera Selatan”. Penelitian ini menggenai
identifikasi pola perilaku semut tanah Solenopsis germinata dan Paratrechina
longicornis dilakukan di area permukiman tepian Sungai Musi Kecamatan
Gandus Palembang dengan rentang waktu selama antara bulan Mei - Desember
2018.

Persamaan peneitian yang di lakukan oleh Ari Saputra, dkk. Dengan yang
di lakukan oleh peneliti terletak pada tujuannya yaitu menganalisis pola perilaku
pada semut. Sedangkan perbedaannya terdapat pada objek yang di teliti Ari
Saputra, dkk meneliti semut tanah Solenopsis germinata dan Paratrechina
longicornis sedangkan peneliti meneliti semut hantu Tapinoma melanocephalum
(Fabricius).

2.2 Dasar Teori tentang Morfologi Semut

Semut adalah serangga yang memiliki keanekaragaman cukup tinggi.


Seluruh anggota semut masuk dalam anggota Famili Formicidae. Keberadaan
serangga ini sangat melimpah serta memiliki peranan penting dalam ekosistem ,
baik secara langsung maupun tidak langsung ( Khoo, 1990).

Semut merupakan kelompok serangga yang keberadaannya sangat umum


dan tersebar luas dibanding kelompok serangga lainnya dan dapat dikatakan
sebagai indikator hayati dan sebagai alat monitoring perubahan kualitas
lingkungan, dimana semut perilaku sosial dari semut sebagai predator, pengurai
dan herbivora dalam ekosistem yang telah menjadi subjek intensif yang menarik
untuk diteliti dalam segala aspeknya. Semut merupakan predator penting dalam
ekosistem dan diprediksikan dapat melindungi suatu tanaman dari hama. Semut
dapat dijadikan predator untuk mengendalikan hama dan membantu penyerbukan
pada tanaman ( Abdullah, 2020).

Pekerja semut hantu sangat kecil, panjang 1,3 hingga 1,5 mm dan
monomorfik (satu ukuran). Mereka memiliki antena 12-segmen dengan segmen
secara bertahap menebal ke arah ujung. Pemandangan antena melampaui batas
oksipital. Kepala dan dada berwarna coklat tua dengan gaster dan kaki buram atau
putih susu (Creighton 1950). Dada tidak bertulang.

2.2.1 Gambar Pekerja Semut Hantu

Gambar 1. Pekerja Semut Hantu

Gaster (bagian perut yang bengkak) memiliki lubang anus seperti celah
yang tidak berbulu (Smith dan Whitman 1992). Pedikel perut (struktur seperti
tangkai tepat di depan gaster) terdiri dari satu segmen yang biasanya tersembunyi
dari pandangan di bagian punggung oleh gaster (Creighton 1950). Stinger tidak
ada. Ukurannya yang kecil, dipadukan dengan warna yang pucat, membuat semut
pekerja sulit dilihat (Smith dan Whitman 1992).
BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitin deskriptif dimana pengamatan yang


dilakukan adalah Scan Sampling (SS) yaitu pengamatan langsung dengan cara
mencatat perilaku lebih dari satu individu per satuan waktu.

3.2 Waktu dan Tempat

Adapun waktu pengamatan yang di lakukan pada pukul 16:35 - 18:00,


Tanggal 05 Juni 2023 bertempat di Desa Tondo, Kecamatan Mantikulore,
Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah.

3.3 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang di guanakan :

3.3.1 Tabel Alat dan Bahan

No Alat Bahan
1. Alat Dokumentasi Gula
2. Alat Tulis Nasi
3. Stopwatch Roti
4 Penggaris Semut
3.4 Prosedur Kerja

Menyiapkan alat dan


bahan

Menentukan stasiun yang terdapat sarang


semut berjarak 50 cm.

Meletakkan ketiga pakan (nasi, gula, dan roti) diatas


permukaan lantai sebagai sumber makanan semut.

Melakukan pengamatan terhadap jalur makan


semut dari sumber makanan hingga ke sarang.

Melakukan pengamatan agregasi semua dan


mengamati waktu semua beragregasi (berkoloni).

Menghitung waktu yang


di pengamatan

Mencatat
data yang diperoleh
.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Hasil Pengamatan

1) Pakan Gula
a. Pada perlakuan ini terdapat 3 ekor semut yang mendatangi pakan
pada menit ke-3. Yang terjadi pada semut saat menemukan
makanan yaitu semut berkomunikasi dengan semut lain.
b. Waktu yang dibutuhkan semut untuk berkelompok selama 49
detik.
c. Terdapat 1 kelompok dengan jumlah semut sebanyak 24 semut.
d. Pakan gula yang dibawah semut dengan menjauhi sarang dan
melalui jalur yang sama.
2) Pakan Nasi
a. Pada perlakuan ini terdapat seekor semut pada menit ke-9. yNg
terjadi pada semut saat menemukan makanan yaitu semut
meninggalkan makanan dan mencari makan ke tempat lain.
b. Waktu yang diperlukan sampai semut berbentuk kelompok selama
9 menit 50 detik.
c. Jumlah semut pada setiap kelompok adalah 13 ekor semut.
d. Pada pakan nasi, semut tidak membawa pakan tetapi kembali
dengan melalui jalur yang sama.
3) Pakan Roti
a. Pada perlakuan ini semut menemukan pakan pada menit ke-17
dengan semut sebanyak 5 ekor. Setelah menemukan pakan, semut
kembali tidak membawa pakan tetapi melalui jalur berbeda.
b. Waktu yang dilalui semut untuk membentuk kelompok selama
sekitar 20 menit lewat 37 detik dengan jumlah 19 ekor semut.
c. Dalam satu kelompok terdiri dari 19 ekor semut.
d. Pada pakan roti sama dengan pada pakan nasi, semut tidak
membawa pakan dan kembali ke sarangnya tetapi melalui jalur
yang berbeda.

4. 2 Pembahasan

Adapun jenis semut yang di temukan yaitu Tapinoma melanocephalum


(Semut hantu). Semut hantu dianggap sebagai semut pengganggu yang hanya
kadang-kadang penting sebagai hama rumah di Florida hingga tahun 1988.
Populasi lapangan terbatas di Florida Selatan, meskipun koloni aktif telah
dilaporkan sejauh utara Gainesville, di Alachua County (Bloomcamp dan Bieman,
komunikasi pribadi) dan Duval County, (Mattis et al. 2004).

4.2.1 Morfologi

Semut hantu atau semut pudak adalah salah satu jenis semut yang
berukuran kecil, tubuhnya langsing, kepala berwarna cokelat tua, kemerah-
merahan atau hitam, dan menyukai manisan. Semut pekerja berukuran sangat
kecil yaitu antara 1,3 mm hingga 1,5 mm untuk panjang. Antena serangga ini
terdiri dari 12 segmen. Segmen antena semakin ke ujung semakin tebal. Bagian
scapes antennal melampaui perbatasan oksipital. Kepala dan dada berwarna coklat
gelap dengan gaster dan kaki berwarna buram atau putih susu.

Urutan takson dari semut hantu mulai dari tingkatan yang tertinggi sampai
pada tingkatan yang rendah adalah sebagai berikut:

Kerajaan Animalia

Filum Artropoda

Kelas Insecta
Ordo Hymenoptera

Famili Formicidae

Genus Tapinoma

Spesies Tapinoma melanocephalum

Sumber Gambar: Google

4.2.2 Habitat dan Perilaku Semut Hantu

Semut pudak merupakan spesies tropis yang sudah dikenal luas dan
diperkenalkan di seluruh dunia meskipun jangkauan aslinya tidak diketahui.
Hewan ini dapat ditemukan mana-mana pada tempat tinggal tanpa pendingin
udara di daerah tropis dan dataran rendah. Species ini ditemukan 35 kali
ditemukan di perkotaan, 52 kali ditemukan di hutan basah, 35 kali ditemukan di
semak belukar pesisir, 13 kali ditemukan di kebun perkotaan, 10 kali ditemukan di
semak-semak sekunder dan beragam vegetasi, 19 kali ditemukan di hutan kering,
18 kali ditemukan di hutan terganggu, 8 kali ditemukan di hutan kering tropis, 11
kali ditemukan di hutan sekunder, dan 10 kali ditemukan di hutan basah
pegunungan.

Pada pengamatan ini di lakukan beberapa perlakuan di antaranya


perlakuan pada gula, nasi dan roti. Semut mencari makananya mempunyai waktu
dan perlakuan yang berbeda di mana perilaku semut di mana semut menemukan
makanannya pada 3 menit pada perlakuan gula, yang terjadi pada semut
menemukan makananya di mana semut tersebut bisa berinteraksi denga semut lain
sehingga mereka kembali lagi ke jalurnya dan kembali lagi ke tempat makananya
secara berkelompok. Di mana perlakuan pada Nasi Seekor semut menemukan
makananya pada menit ke 9. Saat semut menemukan makanan pada perlakuan ini
semut menemukan makanan tersebut kemudian berpindah mencari makanan lain
yaitu gula, semut mendatangi makanan kemudian melakukan komunikasi dengan
semut lain untuk mendantangi makanan tersebut, kemudian melakukan agresi
(membuat kelempok). Pada perlakuan Roti Pada menit ke 17 terdapat 5 ekor
semut yang menemukan makanan (roti) dan yang terjadi yaitu semut
berkomunikasi dengan semut lain agar mendantangi pakan tersebut.

Lama waktu yang di butuhkan saat agregasi semut untuk membawa


makananya Gula Lama waktu yang di butuhkan dalam agregasi selama 49 detik
mampu membawa makananya tersebut. Pada nasi waktu yang di butuhkan semut
sampai terbentuk agresif selama 9 menit 50 detik. Pada roti dapat membutuhkan
waktu yang lama yaitu sekitar 20 menit lewat 37 detik.

Jumlah semut pada agregasi Gula Pada jumlah semut dalam setiap
agregasi tersebut berjumlah 24 semut. Pada nasi terdapat jumlah semut dalam
setiap agregasi tersebut berjumlah 13 ekor semut. Pada roti terdapat 19 ekor semut
yang membentuk agregasi (membentuk koloni).

Pada Makanan yang telah di temukan di bawah ke jalur sarangnya atau


mencari jalur lain untuk menemukan makananya. Pada saat menemukan
makananya yaitu gula, semut tersebut menjauhi sarangnya, menemukan agregasi
dengan melalui jalur yang sama. Pada nasi makanan tidak dibawa tetapi mencari
makanan di tempat lain. Pada saat semut-semut tersebut membentuk koloni pada
pakan roti tersebut namun mereka tidak membawa pakannya, dan kembali menuju
sarangnya tetapi melalui jalur berbeda.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Pada pengamatan semut ini bertujuan untuk mengetahui makanan yang


palng diminati semut dan untuk mengatahui jalur kembali semut. Di
lakukan pengamatan dengan cara memberi pakan yang berbeda di mana
terdiri dari gula, nasi, dan roti.
2. Adapun jenis semut di temukan yaitu semut Tapinoma melanocephalum
(Semut hantu). Semut yang sangat kecil, para pekerja memiliki panjang 2
mm dan pucat, perut dan kaki sangat kecil, seperti namanya. Kepala dan
dada berwarna cokelat tua. Tubuh hampir transparan membuat semut kecil
ini terlihat lebih kecil lagi. Semut ini adalah spesies invasif yang mencari
makan untuk semua jenis nutrisi dan akan tinggal di dalam lemak dan
serangga lain tetapi lebih menyukai makanan manis.

Pada semut mencari makanan, semut menuju makanan dan kembali lagi
ke makanannya tersebut sehingga semut bisa beragregasi (berkelompok) dengan
semut yang lain untuk mencari makanannya.

5.2 Saran

Diharapkan pada pengamatan ini lebih baik, dari segi materi konsep dan
alat dan bahan pada proses pengamatan agar bisa berkembang lagi menjadi
pengamatan yang lebih efektif ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T., Daud, I. D., & Kartini.(2020). Uji Pemangsaan Berbagai Spesies
Semut (Solonopsis sp; Oecophylla sp; Dolichoderus sp) Terhadap hama
Purih Palsu (Cnaphalocrocis medinalis) Pada Tanaman Padi. Jurnal
Biologi Makassar, 5(2), 176-185.

Creighton WS. 1950. Semut Amerika Utara. Buletin Museum Zoologi Komparatif
104: 13-585, 57 pl.

Khoo. Y. H. 1990. A note on the Formicidae (Hymenoptera) from Pitfall traps at


Ulu Kinchin, Pahang, Malaysia. Malayan Nature Journal 43: 290-293.

Keller & Gordon, 2009). Monograph of Nylanderia (Hymenoptera: Formicidae)


of the World, Nylanderia in the Afrotropics. Zootaxa. 3110: 10–36.

Smith EH, Whitman RC. 1992. Panduan Lapangan tentang Hama


Struktural. Asosiasi Manajemen Hama Nasional, Dunn Loring, VA.

Yamane, S.,Itino, T. danRahman, N. Abd. 1996. Ground Ant Fauna In The a


Bornean Dipterocarp Forest. The Raffles Buletin Of Zoology 44 (1): 253-
262

Wang, C., Strazanac, J., & Butler, L. (2000). Abundance, diversity, and
activity of ants (Hymenoptera: Formicidae) in oak-domainated
mixed appalachian forests treated with microbial pesticides.
Environmental Entomology, 29(3), 579–586.
https://doi.org/10.1603/0046-225X-29.3.579

Yaherwandi, Herwina, H., Busniah, M., Efendi, S., & Hasan, A. (2019). The
Influence of Forest Ecosystems to Ant Community on Smallholder Oil
Palm Plantations at Dharmasraya Regency, West Sumatera
Indonesia. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science,
347(1), 1–9. https://doi.org/10.1088/1755-1315/347/1/012104

Tarumingkeng, Rudy. 2001. Serangga dan Lingkungan dalam:


http://www.nysaes.cornell.edu/ent/biocontrol/info/primer.html. Diakses
tanggal 20 Januari 2012
LAMPIRAN

Dokumentasi Penelitian Alat Dokumentasi Penelitian Bahan

Sumber dokumentasi: Penelitian Sumber dokumentasi: Penelitian

(2023) (2023)

Dokumentasi Pakan Gula Dokumentasi Pakan Nasi

Sumber dokumentasi: Penelitian Sumber dokumentasi: Penelitian


(2023) (2023)
Dokumentasi Pakan Roti

Sumber dokumentasi: Penelitian


(2023)

Anda mungkin juga menyukai