MODUL V
NIM : A22120160
KELAS :E
UNIVERSITAS TADULAKO
2023
DAFTAR ISI
Sampul……………………………………………………………………………i
Daftar Isi………………………………………………………………………….ii
Daftar Gambar………………………………………………………………......iii
Daftar Tabel……………………………………………………………………...iv
Daftar Lampiran…………………………………………………………………v
Bab I Pendahuluan………………………………………………………………1
1.3 Tujuan…………………………………………………………………….…...3
4.2 Pembahasan…………………………………………………………………..10
Bab V Penutup………………………………………………………………….13
5.1 Kesimpulan.………………………………………………………………….13
5.2 Saran………………………………………………………………………….13
Daftar Pustaka…………………………………………………………………..14
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1…………………………………………………………………………6
Gambar 2………………………………………………………………………..11
DAFTAR TABEL
Lampiran………………………………………………………………………..16
BAB I
PENDAHULUAN
Di alam semut dapat memiliki peran positif maupun negatif. Peran negatif
dari semut diantaranya merupakan sebagai hama yang dapat menghambat
pertumbuhan tanaman sehingga dapat merugikan. Sementara peranan positip dari
semut diantaranya, sebagai predator terhadap hama. Peran positif yan lainnya
sebagai pengurai atau detritus, baik secara sendiri atau bersimbiosis dengan
tumbuhan dan berbagai organisme lain (Yamane,1996).
1.3 Tujuan
KAJIAN PUSTAKA
Penelitian pada tahun (2020) Ari saputra, dkk. Melakukan penelitian yang
berjudul “Pola Prilaku Keberadaan Semut Famili Formicidae pada Tepian Sungai
Musi Gandus Kota Palembang Sumatera Selatan”. Penelitian ini menggenai
identifikasi pola perilaku semut tanah Solenopsis germinata dan Paratrechina
longicornis dilakukan di area permukiman tepian Sungai Musi Kecamatan
Gandus Palembang dengan rentang waktu selama antara bulan Mei - Desember
2018.
Persamaan peneitian yang di lakukan oleh Ari Saputra, dkk. Dengan yang
di lakukan oleh peneliti terletak pada tujuannya yaitu menganalisis pola perilaku
pada semut. Sedangkan perbedaannya terdapat pada objek yang di teliti Ari
Saputra, dkk meneliti semut tanah Solenopsis germinata dan Paratrechina
longicornis sedangkan peneliti meneliti semut hantu Tapinoma melanocephalum
(Fabricius).
Pekerja semut hantu sangat kecil, panjang 1,3 hingga 1,5 mm dan
monomorfik (satu ukuran). Mereka memiliki antena 12-segmen dengan segmen
secara bertahap menebal ke arah ujung. Pemandangan antena melampaui batas
oksipital. Kepala dan dada berwarna coklat tua dengan gaster dan kaki buram atau
putih susu (Creighton 1950). Dada tidak bertulang.
Gaster (bagian perut yang bengkak) memiliki lubang anus seperti celah
yang tidak berbulu (Smith dan Whitman 1992). Pedikel perut (struktur seperti
tangkai tepat di depan gaster) terdiri dari satu segmen yang biasanya tersembunyi
dari pandangan di bagian punggung oleh gaster (Creighton 1950). Stinger tidak
ada. Ukurannya yang kecil, dipadukan dengan warna yang pucat, membuat semut
pekerja sulit dilihat (Smith dan Whitman 1992).
BAB III
METODE PENELITIAN
3. 1 Desain Penelitian
No Alat Bahan
1. Alat Dokumentasi Gula
2. Alat Tulis Nasi
3. Stopwatch Roti
4 Penggaris Semut
3.4 Prosedur Kerja
Mencatat
data yang diperoleh
.
BAB IV
1) Pakan Gula
a. Pada perlakuan ini terdapat 3 ekor semut yang mendatangi pakan
pada menit ke-3. Yang terjadi pada semut saat menemukan
makanan yaitu semut berkomunikasi dengan semut lain.
b. Waktu yang dibutuhkan semut untuk berkelompok selama 49
detik.
c. Terdapat 1 kelompok dengan jumlah semut sebanyak 24 semut.
d. Pakan gula yang dibawah semut dengan menjauhi sarang dan
melalui jalur yang sama.
2) Pakan Nasi
a. Pada perlakuan ini terdapat seekor semut pada menit ke-9. yNg
terjadi pada semut saat menemukan makanan yaitu semut
meninggalkan makanan dan mencari makan ke tempat lain.
b. Waktu yang diperlukan sampai semut berbentuk kelompok selama
9 menit 50 detik.
c. Jumlah semut pada setiap kelompok adalah 13 ekor semut.
d. Pada pakan nasi, semut tidak membawa pakan tetapi kembali
dengan melalui jalur yang sama.
3) Pakan Roti
a. Pada perlakuan ini semut menemukan pakan pada menit ke-17
dengan semut sebanyak 5 ekor. Setelah menemukan pakan, semut
kembali tidak membawa pakan tetapi melalui jalur berbeda.
b. Waktu yang dilalui semut untuk membentuk kelompok selama
sekitar 20 menit lewat 37 detik dengan jumlah 19 ekor semut.
c. Dalam satu kelompok terdiri dari 19 ekor semut.
d. Pada pakan roti sama dengan pada pakan nasi, semut tidak
membawa pakan dan kembali ke sarangnya tetapi melalui jalur
yang berbeda.
4. 2 Pembahasan
4.2.1 Morfologi
Semut hantu atau semut pudak adalah salah satu jenis semut yang
berukuran kecil, tubuhnya langsing, kepala berwarna cokelat tua, kemerah-
merahan atau hitam, dan menyukai manisan. Semut pekerja berukuran sangat
kecil yaitu antara 1,3 mm hingga 1,5 mm untuk panjang. Antena serangga ini
terdiri dari 12 segmen. Segmen antena semakin ke ujung semakin tebal. Bagian
scapes antennal melampaui perbatasan oksipital. Kepala dan dada berwarna coklat
gelap dengan gaster dan kaki berwarna buram atau putih susu.
Urutan takson dari semut hantu mulai dari tingkatan yang tertinggi sampai
pada tingkatan yang rendah adalah sebagai berikut:
Kerajaan Animalia
Filum Artropoda
Kelas Insecta
Ordo Hymenoptera
Famili Formicidae
Genus Tapinoma
Semut pudak merupakan spesies tropis yang sudah dikenal luas dan
diperkenalkan di seluruh dunia meskipun jangkauan aslinya tidak diketahui.
Hewan ini dapat ditemukan mana-mana pada tempat tinggal tanpa pendingin
udara di daerah tropis dan dataran rendah. Species ini ditemukan 35 kali
ditemukan di perkotaan, 52 kali ditemukan di hutan basah, 35 kali ditemukan di
semak belukar pesisir, 13 kali ditemukan di kebun perkotaan, 10 kali ditemukan di
semak-semak sekunder dan beragam vegetasi, 19 kali ditemukan di hutan kering,
18 kali ditemukan di hutan terganggu, 8 kali ditemukan di hutan kering tropis, 11
kali ditemukan di hutan sekunder, dan 10 kali ditemukan di hutan basah
pegunungan.
Jumlah semut pada agregasi Gula Pada jumlah semut dalam setiap
agregasi tersebut berjumlah 24 semut. Pada nasi terdapat jumlah semut dalam
setiap agregasi tersebut berjumlah 13 ekor semut. Pada roti terdapat 19 ekor semut
yang membentuk agregasi (membentuk koloni).
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada semut mencari makanan, semut menuju makanan dan kembali lagi
ke makanannya tersebut sehingga semut bisa beragregasi (berkelompok) dengan
semut yang lain untuk mencari makanannya.
5.2 Saran
Diharapkan pada pengamatan ini lebih baik, dari segi materi konsep dan
alat dan bahan pada proses pengamatan agar bisa berkembang lagi menjadi
pengamatan yang lebih efektif ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, T., Daud, I. D., & Kartini.(2020). Uji Pemangsaan Berbagai Spesies
Semut (Solonopsis sp; Oecophylla sp; Dolichoderus sp) Terhadap hama
Purih Palsu (Cnaphalocrocis medinalis) Pada Tanaman Padi. Jurnal
Biologi Makassar, 5(2), 176-185.
Creighton WS. 1950. Semut Amerika Utara. Buletin Museum Zoologi Komparatif
104: 13-585, 57 pl.
Wang, C., Strazanac, J., & Butler, L. (2000). Abundance, diversity, and
activity of ants (Hymenoptera: Formicidae) in oak-domainated
mixed appalachian forests treated with microbial pesticides.
Environmental Entomology, 29(3), 579–586.
https://doi.org/10.1603/0046-225X-29.3.579
Yaherwandi, Herwina, H., Busniah, M., Efendi, S., & Hasan, A. (2019). The
Influence of Forest Ecosystems to Ant Community on Smallholder Oil
Palm Plantations at Dharmasraya Regency, West Sumatera
Indonesia. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science,
347(1), 1–9. https://doi.org/10.1088/1755-1315/347/1/012104
(2023) (2023)