Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Geografi Hewan dan
Tumbuhan
Dosen Pengampu :
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Persebaran Fauna di Dunia” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai
persebaran fauna di dunia. Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Sugeng Widodo, M.Pd. selaku dosen koordinator pada mata kuliah Geografi
Hewan dan Tumbuhan.
2. Ibu Dian Utami, S.Pd., M.Pd. selaku dosen anggota pada mata kuliah Geografi Hewan
dan Tumbuhan.
3. Kedua orang tua kami, yang telah memberikan semangat dan kasih sayang.
4. Rekan-rekan mahasiswa-mahasiswi semester 4 (empat) yang telah membantu dalam
berjalannya perkuliahan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik
dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Harapan kami,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pribadi dan pembaca.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................. 2
1.3 Tujuan................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat................................................................................................................. 3
BAB IV PENUTUP............................................................................................................... 27
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 27
4.2 Saran.................................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Persebaran flora dan fauna di muka bumi di pengaruhi dua faktor, yaitu faktor
lingkungan dan faktor sejarah geologi. Faktor lingkungan merupakan faktor yang
sangat menetukan terjadinya jenis fasiasi flora dan fauna yang ada di muka bumi.
Berdasarkan sifatnya faktor lingkungan tersebut dibedakan lagi menjadi dua, lingkuan
abiotik dan lingkungan biotik. Lingkungan abiotik merupakan kondisi fisik yang di
miliki suatu wilayah. Termasuk dalam lingkungan abiotik yaitu, relief, iklim, tanah,
dan air. Relief mempengaruhi persebaran flira dan fauna baik jumlah maupun
jenisnya. Relief juga mempengaruhi unsur iklim seperti kelembaban udara, curah
hujan, dan tempertur udara.
Faktor sejarah geologi juga turut mempengaruhi variasi persebaran flora dan
fauna di muka bumi. Pergeseran benua yang terjadi pada mesozoikum menyebabkan
terjadinya perubahan lingkungan. Pada akhirnya perubahan lingkungan ini akan
mempengaruhi variasi persebaran flora dan fauna di muka bumi. Makhluk hidup yang
dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru akan bertahan, sementara itu makhluk
hidup yang tidak dapat bertahan akan musnah.
Sebagai makhluk hidup yang tinggal bersama dengan makhluk hidup lainnya,
alangkah baiknya kita sebagai manusia sadar dan peka terhadap isu-isu perburuan dan
perdagangan satwa liar secara ilegal. Memang, isu-isu mengenai hewan tidaklah
semenarik isu-isu politik maupun ekonomi. Namun, populasi mereka kian terancam
1
hari demi hari karena perilaku keji manusia. Untuk memahami persebaran fauna dan
klasifikasi hewan langka di dunia agar kita memahami dan menjaga hewan/fauna di
dunia agar tidak punah, maka dari itu kelompok kami membuat makalah dengan judul
“Persebaran Fauna di Dunia”.
1.2.7 Bagaimana pengaruh jenis dan persebaran fauna di dunia terhadap ekosistem?
2
1.4 Manfaat Penulisan
Makalah ini sangat bermanfaat yang ditinjau pada segi alam yaitu pelestarian
hewan langka. Pada makalah penulisan makalah ini dapat menjadi manfaat bagi
pembaca yaitu dapat digunakan sebagai bahan/acuan belajar dan pemahaman
mengenai cara ikut melestarikan hewan langka. Selain itu juga dapat bermanfaat
untuk penulis agar dapat menulis makalah dengan baik.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada hakekatnya analisa tetangga terdekat ini adalah sesuai untuk daerah di
mana antara satu permukiman yang lain tidak ada hambatan-hambatan alamiah yang
belum dapat teratasi misalnya jarak antara dua pemukiman yang ralatif dekat
dipisahkan oleh suatu jurang. Oleh karena itu untuk daerah-daaerah yang merupakan
suatu dataran di mana hubungan antara satu pemukiman dengan pemukiman yang lain
tidak ada hambatan alamiah yang berarti, maka analisa tetangga terdekat ini
mempunyai dampak praktisnya misalnya untuk tata perancangan letak dari pusat-
pusat pelayanan sosial, seperti rumah sakit, puskesmas, sekolah, pasar dan lain
sebagainya.
4
2.2 Keanekaragaman Hayati
Sumber daya alam hayati yang meliputi keanekaragaman flora dan fauna
mempunyai fungsi dan manfaat sebagai unsur pembentuk lingkungan hidup yang
kehadirannya tidak dapat diganti (Anonimous, 2010). Keanekaragaman memiliki
nilai-nilai lingkungan,budaya, dan sosial yang penting. Kenekaragaman hayati adalah
semua kehidupan di atas bumi ini baik tumbuhan, hewan, jamur, mikroorganisme
serta berbagai materi genetik yang di kandungnya dan kenekaragaman sistem ekologi
dimana mereka hidup (Baiquni, 2007 dalam Utama dkk., 2011).
5
tinggi (KLH dan KONPHALINDO, 1994 dalam Setiawan, Alikodra, Gunawan, dan
Darnaedi, 2006). Sampai dengan akhir tahun 2007, Departemen Kehutanan telah
menetapkan spesies flora dan fauna yang dilindungi adalah : mamalia (127 spesies),
burung (382 spesies), reptilia (31 spesies), ikan (9 spesies), serangga (20 spesies),
krustasea (2 spesies), anthozoa (1 spesies) dan bivalvia (12 spesies) (Departemen
Kehutanan, 2008).
6
BAB III
PEMBAHASAN
Fauna, dari bahasa Latin, atau alam hewan artinya adalah khazanah segala
macam jenis hewan yang hidup di bagian tertentu atau periode tertentu. Istilah yang
sejenis untuk tumbuhan adalah flora/nabatah. Nabatah, alam hewan dan bentuk
kehidupan lain seperti fungi dalam suatu kesatuan disebut biota. Penulisan nabatah
dan alam hewan biasanya ditulis di depan nama geografis, misalnya alam hewan
peralihan, alam hewan Asia atau alam hewan Australia.
Secara etimologis, penyebutan Fauna berasal dari nama Fauna, seorang Dewi
Romawi untuk bumi dan kesuburan, Dewa Romawi Faunus, dan roh dalam manfaat
hutan yang disebut Fauns. Ketiga kata tersebut adalah bahasa yang sama dari nama
Dewa Pan Yunani, dan panis adalah bahasa Yunani yang setara dengan fauna.
Fauna juga merupakan kata untuk sebuah buku yang memuat katalog
binatang-binatang itu sedemikian rupa. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Carl
Linnaeus dari Swedia dalam judul karyanya “Fauna Suecica” pada tahun 1745, yang
secara kasar dapat diterjemahkan sebagai “satwa liar Swedia”. Mengikuti
kepemimpinannya, naturalis mulai menggunakan istilah flora dan fauna untuk
mengidentifikasi berbagai organisme hidup dalam hirarki taksonomi. Flora
dimasukkan semuanya ke dalam kerajaan Plantae, sementara fauna termasuk
kerajaan Animalia. Definisi fauna telah berkembang dan berubah selama bertahun-
tahun.
Dengan perubahan ini datanglah pentahapan formal dari kata fauna secara
ilmiah. Sementara kata flora mempertahankan definisinya sebagai “organisme apa
pun di dalam kerajaan Plantae”, fauna telah berubah secara drastis. Fauna, seperti
yang digunakan saat ini, biasanya menggambarkan organisme di domain Archaea dan
Bakteri, ditambah kerajaan Animalia. Oleh karena itulah, istilah bukan
pengelompokan monofiletik, dan dengan demikian tidak secara akurat
menggambarkan apa pun bagi para ilmuwan yang mencoba mengatur bentuk-bentuk
7
kehidupan di suatu tempat atau waktu tertentu. Lebih lanjut, flora dan fauna
cenderung mengecualikan Kerajaan fungi, yang pernah diakui sebagai tumbuhan
langka tetapi sekarang diakui sebagai kerajaannya sendiri.
Fauna adalah adalah penjelasan klasifikasi yang menjadi bagian dari dunia
tumbuhan dengan penggambaran atas habitat ideal bagi banyak spesies hewan,
sehingga istilah ini menjadi golongan wilayah yang terdapat banyak burung, ikan dan
berbagai binatang hutan. Oleh karena itulah, fauna dapat dieksplorasi di berbagai
taman dan hutan, maupun kandang khusus yang menampung berbagai jenis hewan.
1. Biology Dictionary
Fauna adalah istilah yang mengacu pada semua kehidupan binatang dalam
wilayah tertentu, periode tertentu, atau keduanya. “Flora dan fauna” di suatu
tempat merupakan pendeskripsi semua kehidupan di suatu wilayah, termasuk
organisme mirip tumbuhan dan organisme mirip hewan.
2. Cambridge Dictionary
3. Merriam Webster
8
3.2 Jenis-jenis Fauna
3. Omnivora, yaitu hewan pemakan segala. Jenis hewan ini dapat memakan
tumbuhan, biji-bijian, maupun hewan lainnya. Contohnya yaitu babi, ayam,
tikus, dan beberapa jenis unggas.
9
3. Ovipar yaitu hewan yang berkembangbiak dengan cara bertelur-beranak.
Contoh hewan ovipar adalah beberapa jenis hewan reptil seperti buaya dan
biawak.
1. Mimikri ialah sistem pertahanan diri yang dimiliki oleh hewan-hewan jenis
tertentu yang melindungi diri dengan cara mengubah warna tubuhnya sesuai
dengan tempat ia berada agar dapat mengelabuhi penglihatan musuh.
Contohnya yaitu mimikri yaitu bunglon dan belalang.
10
3.3 Subdivisi Fauna
1. Epifauna
Epifauna merupakan hewan yang hidup di atas permukaan sedimen atau tanah.
2. Infauna
Infauna merupakan hewan akuatik yang hidup di dasar substratum, bukan di
permukaannya. Biasanya, hewan infauna makin jarang ditemukan seiring lebihnya
ke dalam cairan dan jaraknya dari garis pantai.
3. Microfauna
Microfauna merupakan hewan mikroskopik atau sangat kecil (biasanya
termasuk hewan-hewan protozoa dan hewan yang sangat kecil, seperti rotifera).
4. Makrofauna
Macrofauna merupakan organisme darat atau laut yang panjang tubuhnya
lebih dari atau sama dengan satu milimeter.
5. Megafauna
Megafauna merupakan hewan akbar pada tempat dan zaman tertentu.
Misalnya, megafauna Australia.
6. Meiofauna
Meiofauna merupakan hewan invertebrata perairan mempunyai ukuran kecil
yang hidup di cairan tawar dan cairan laut (asin). Istilah Meiofauna didefinisikan
sebagai himpunan organisme yang lebih akbar dari mikrofauna, tetapi lebih kecil
dari makrofauna. Organisme ini bisa melewati saringan mempunyai ukuran 1 mm,
tapi tidak bisa melewati saringan mempunyai ukuran 45 μm (ukuran bisa
berbeda-beda sesuai researcher).
7. Mesofauna
Mesofauna merupakan hewan invertebrata daratan mempunyai ukuran akbar,
seperti arthropoda, cacing tanah, dan nematoda.
11
8. Lain-Lain
Meliputi avifauna, yang faedahnya "fauna unggas" dan piscifauna (atau
ichthyofauna), yang faedahnya "fauna ikan".
Dalam fauna, kita juga harus mempelajari subdivisi fauna yaitu epifauna,
infauna, microfauna, makrofauna, megafauna, meiofauna, meiofauna, mesofauna,
dan lain lain.
Persebaran fauna di muka bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Penyebab
Beberapa faktor yang menyebabkan persebaran fauna di dunia, antara lain :
a. Tekanan Populasi
Semakin banyak pertambahan populasi hewan akan mengakibatkan
kebutuhan persediaan bahan makanan menjadi semakin sulit dipenuhi, hal
itulah yang mendorong hewan untuk bermigrasi.
b. Persaingan
Ketidakmampuan hewan dalam bersaing memperebutkan wilayah
teritorialnya dan bahan makanan yang dibutuhkan juga akan mendorong
terjadinya migrasi ke daerah lain.
c. Perubahan Habitat
Perubahan lingkungan tempat tinggal dapat mengakibatkan
ketidakmampuan dalam beradaptasi terhadap perubahan tersebut dan menjadi
merasa tidak cocok untuk terus menempati daerah asal.
2. Sarana Penyebaran
Saran untuk persebaran fauna, antara lain adalah sebagai berikut :
a. Udara
Fauna dapat bermigrasi dari dengan cara terbang di udara, sedangkan
flora dapat menggunakan angin untuk bermigrasi dari berat ringannya benih.
b. Air
Fauna yang memiliki kemampuan berenang (terutama hewan–hewan
air) memudahkan perpindahan mereka. Benih umbuhan dapat tersangkut dan
12
berpindah tempat dengan menggunakan media aliran sungai atau pengertian
arus laut.
c. Lahan
Hampir seluruh fauna daratan menggunakan lahan sebagai media
untuk berpindah tempat.
d. Pengangkutan Manusia
Manusia dapat mengakibatkan perpindahan flora dan fauna, baik
secara sengaja maupun tidak sengaja.
Tidak semua wilayah di muka bumi dapat dihuni oleh mahluk hidup.
Berdasarkan penelitian diperkirakan hanya sekitar 1/550 bagian saja dari muka bumi
yang berpotensi sebagai lingkungan hidup. Hal ini berarti, kehidupan flora dan fauna
13
di suatu wilayah sangat terkait dengan kondisi lingkungannya. Itulah yang
menyebabkan persebaran flora dan fauna secara tidak merata di permukaan bumi.
Keberadaan fenomena biosfer merupakan fungsi dari kondisi lingkungan di
sekitarnya. Karena kondisi iklim dan tanah di permukaan bumi sangat beragam, maka
beragam pula persebaran flora dan fauna. Beberapa faktor lingkungan yang
mempengaruhi keberadaan flora dan fauna di muka bumi antara lain adalah faktor
klimatik (iklim), edafik (tanah), dan biotik (mahluk hidup).
1. Faktor Klimatik
Iklim merupakan faktor dominan yang mempengaruhi pola persebaran flora
dan fauna. Wilayah-wilayah dengan pola iklim ekstrim seperti kutub yang
senantiasa tertutup salju dan lapisan es abadi atau gurun yang gersang sudah
barang tentu sangat menyulitkan bagi kehidupan organisme. Karena itu,
persebaran tumbuhan dan binatang di kedua wilayah ini sangat minim baik jumlah
maupun jenisnya. Sebaliknya di daerah tropis merupakan wilayah yang optimal
bagi kehidupan spesies.
Faktor-faktor iklim yang berpengaruh terhadap persebaran flora dan fauna
antara lain suhu, kelembaban udara, angin, dan curah hujan.
a. Suhu
Posisi lintang di bumi sangat berhubungan dengan penerimaan
intensitas penyinaran matahari yang berbeda-beda di berbagai wilayah.
Daerah-daerah yang berada pada zone lintang iklim tropis menerima
penyinaran matahari setiap tahun relatif lebih banyak dibandingkan wilayah
lain. Perbedaan ini menyebabkan variasi suhu udara di berbagai kawasan di
muka bumi.
Perbedaan suhu juga terjadi karena secara vertikal yaitu letak suatu
wilayah berdasarkan perbedaan ketinggian di atas permukaan laut. Kondisi
suhu udara tentunya sangat berpengaruh terhadap kehidupan flora dan fauna,
karena berbagai jenis spesies memiliki persyaratan suhu lingkungan hidup
ideal atau optimum serta tingkat toleransi yang berbeda satu sama lain.
Contoh, flora dan fauna yang hidup di kawasan kutub memiliki tingkat
14
ketahanan dan toleransi lebih tinggi terhadap perbedaan suhu ekstrim antara
siang dan malam dibandingkan dengan flora dan fauna tropis.
Secara umum wilayah-wilayah yang memiliki suhu udara tidak terlalu
dingin atau panas merupakan habitat yang sangat baik atau optimal bagi
sebagian besar kehidupan organisme, baik manusia, flora dan fauna. Hal ini
disebabkan suhu yang terlalu panas atau dingin merupakan salah satu kendala
bagi mahluk hidup. Khusus dalam dunia tumbuhan, kondisi suhu udara adalah
salah satu faktor pengontrol persebaran vegetasi sesuai dengan posisi lintang,
ketinggian tempat, dan kondisi topografinya. Karena itu, sistem penamaan
habitat tumbuhan sering kali sama dengan kondisi iklimnya, seperti vegetasi
hutan tropis, vegetasi lintang sedang, vegetasi gurun, dan vegetasi pegunungan
tinggi.
b. Kelembaban Udara
Faktor iklim lain adalah kelembaban udara. Tingkat kelembaban udara
berpengaruh langsung terhadap pola persebaran tumbuhan di muka bumi.
Beberapa jenis tumbuhan sangat cocok hidup di wilayah kering, sebaliknya
terdapat jenis tumbuhan yang hanya bertahan hidup di atas lahan dengan kadar
air selalu tinggi. Berdasarkan tingkat kelembaban, berbagai jenis tumbuhan
diklasifikasikan ke dalam 4 kelompok utama, yaitu sebagai berikut ini.
Xerophyta, yaitu jenis tumbuhan yang tahan terhadap lingkungan hidup
yang kering atau gersang (kelembaban udara sangat rendah). Contoh:
Kaktus, dan rumput gurun;
Mesophyta, yaitu jenis tumbuhan yang cocok hidup di lingkungan yang
lembab. Contoh: Anggrek, Cendawan (jamur);
Hygrophyta, yaitu jenis tumbuhan yang cocok hidup di lingkungan yang
basah. Contoh: Eceng Gondok, dan Teratai,
Tropophyta, yaitu jenis tumbuhan yang mampu beradaptasi terhadap
perubahan musim. Contoh: pohon Jati.
c. Angin
Angin berfungsi sebagai alat transportasi yang memindahkan benih
beberapa jenis tumbuhan dan membantu proses penyerbukan. Selain itu, angin
15
berfungsi untuk mendistribusikan uap air atau awan yang mengandung hujan
dari suatu tempat ke tempat lain.
d. Curah Hujan
Kebutuhan air bagi mahluk hidup sangatlah vital, karena air adalah
sumber kehidupan. Dalam siklus hidrologi, hujan merupakan sumber bagi
pendistribusian air yang ada di permukaan bumi ini. Begitu pentingnya air
bagi kehidupan mengakibatkan pola persebaran dan kerapatan mahluk hidup
antar wilayah biasanya tergantung dari tinggi-rendahnya curah hujan.
Wilayah-wilayah yang memiliki curah hujan tinggi umumnya merupakan
kawasan yang dihuni oleh aneka spesies dengan jumlah dan jenis jauh lebih
banyak dibandingkan dengan wilayah yang relatif lebih kering. Sebagai
contoh daerah tropis ekuatorial dengan curah hujan tinggi merupakan wilayah
yang secara alamiah tertutup oleh kawasan hutan hujan tropis (belantara
tropis) dengan aneka jenis flora dan fauna dan tingkat kerapatan tinggi.
2. Faktor Edafik
Selain iklim, faktor lingkungan lainnya yang mempengaruhi persebaran
mahluk hidup terutama tumbuhan adalah kondisi tanah atau edafik. Tanah
merupakan media tumbuh dan berkembangnya tanaman. Tingkat kesuburan tanah
merupakan faktor utama yang berpengaruh terhadap persebaran tumbuhan. Ini
berarti semakin subur tanah maka kehidupan tumbuhan semakin banyak jumlah
dan keanekaragamannya.
3. Faktor Biotik
Manusia adalah komponen biotik paling berperan terhadap keberadaan
tumbuhan dan fauna di suatu wilayah, baik yang sifatnya menjaga kelestarian
maupun merubah tatanan kehidupan tumbuhan dan fauna. Untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, manusia selalu berusaha memanfaatkan lingkungan hidup di
sekitarnya semaksimal mungkin, walau kadang-kadang dapat merusak
kelestariannya. Sebagai contoh dengan kemajuan IPTEK, dalam waktu relatif
singkat manusia mampu merubah kawasan hutan menjadi daerah permukiman dan
16
areal pertanian. Perubahan fungsi lahan ini tentunya berakibat terhadap kestabilan
ekosistem yang secara alamiah telah terjalin sejak lama.
Garis Wallace merupakan garis khayal yang membagi flora dan fauna di
wilayah barat dan tengah Indonesia. Garis ini bermula dari ujung utara Kalimantan
dan Sulawesi, menuju ke selatan, melalui selat Makasar, dan melewati selat antara
Pulau Bali dan Lombok.
Sementara itu, garis Weber merupakan garis khayal yang membagi flora dan
fauna di wilayah tengah dan timur Indonesia. Garis ini bermula dari ujung utara
Kepulauan Maluku, hingga sisi barat Paparan Sahul, menuju sisi timur Nusa Tenggara
Timur.
Fauna Asiatis juga disebut dengan fauna barat. Fauna Asiatis memiliki ciri dan
tipe yang mirip dengan fauna yang ada di Asia. Fauna ini tersebar di wilayah barat
Indonesia, yaitu Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan.
e) Dapat dijumpai Berbagai jenis burung bersuara merdu dengan warna yang
indah
17
f) Memiliki banyak jenis ikan tawar
a) Mamalia: Harimau sumatra, badak bercula satu, kerbau, banteng, gajah, tapir,
Keraras
c) Tipe fauna tipe peralihan yang terancam punah dan sangat langka dapat
dikategorikan sebagai tipe hewan endemik.
18
Komodo, binatang sejenis reptil yang tidak dapat ditemukan di daerah lain
atau negara lain cuma ada di pulau komodo dan di indonesia. Komodo adalah
hewan langka yang dilindungi karena habitatnya yang semakin menyempit.
Anoa, binatang khas Sulawesi. Anoa memiliki ukuran badan yang lebih kecil,
mirip sapi.
Kuskus, di Sulawesi.
Beruang, di Sulawesi.
Fauna Australis juga dikenal dengan nama fauna timur. Fauna Australis ini
mirip dengan fauna di Benua Australia. Fauna jenis ini bisa ditemukan di wilayah
Papua, Halmahera, dan Kepulauan Aru. Fauna di bagian timur Indonesia (tipe
Australis) yang memiliki kemiripan dengan fauna yang dapat ditemukan di Benua
Australia. Terdapat berbagai macam jenis burung yang dilindungi dan berhabitat
asli di timur Indonesia.
Bila ditelusuri fauna yang hidup di bagian timur secara umum memiliki
beberapa ciri fisik :
19
c) Tidak ditemukan kera di hutannya.
Burung cendrawasih.
Kangguru pohon.
Burung kasuari, terdapat dua jenis yaitu kasuari kerdil dan kasuari gelambir
tunggal.
Berbagai jenis burung lainnya seperti namudur, raja udang, bidadari, dan nuri.
Umumnya hewan terbesar secara terbatas pada daerah tertentu karena adanya
berbagai penghalang atau karena sejarah pada zaman dahulu. Umumnya yang menjadi
penhalang dan permisahan persebaran hewan adalah faktor-faktor fisik yang
berhbungan dengan ke adaan bumi.faktor-faktor tersebut antara lain laut, gunung,
sungai, padang pasir, dan iklim.
20
1. Fauna Ethiopian
Wilayah persebaran fauna Ethiopian meliputi seluruh Benua Afrika,
Kepulauan Madagaskar, dan Semenanjung Arabia. Ciri khas hewan tipe ethiopian
sebagian besar adalah mamalia dan bertubuh besar. Hewan yang khas daerah ini
adalah: gajah Afrika (Loxodonta africana), badak Afrika putih bercula dua
(Cerathoterium simum), gorila (Pongo pygmeus), baboon (papio Anubis),
simpanse (Pan troglodytes), jerapah (Giraffa camelopardalis). Mamalia padang
rumput seperti zebra (Equus zebra), antilope, kijang, singa (Panthera leo),
harimau Afrika (Panthera pardus pardus), dan mamalia pemakan serangga yaitu
trengiling (Manis javanica). Mamalia endemik di wilayah ini adalah Kuda Nil
(Hippopotamus amphibius) yang hanya terdapat di Sungai Nil,Mesir. Namun di
Madagaskar juga terdapat kuda Nil namun lebih kecil.
2. Fauna Oriental.
Hewan-hewan yang terdapat di wilayah ini memiliki karakteristik yang cukup
mirip dengan fauna tipe Ethiopian karena sama-sama terletak di wilayah tropis.
Wilayah perbesaran fauna tipe oriental meliputi Asia Tenggara, Indonesia Barat,
Asia Selatan, dan sebagian wilayah Asia Timur.Hewan yang khas wilayah ini
adalah harimau (Panthera tigris), orang utan (Pongo pygmeus), gibbon (Hylobates
muelleri), rusa (Cervinae sp), banteng (Bos javanicus), dan badak bercula satu
(Rhinoceros sondaicus). Hewan lainnya adalah badak bercula dua (Dicerorhinus
sumatrensis), gajah (Elephas maximus sumatranus), beruang madu (Helarctos
malayanus), antilop berbagai jenis reptil, dan ikan.Adanya jenis hewan yang
hampir sama dengan wilayah Ethiopian antara lain kucing, anjing, monyet
(Macaca fascicularis), gajah, badak, dan harimau, menunjukkan bahwa Asia
Selatan dan Asia Tenggara pernah menjadi satu daratan dengan Afrika.
3. Fauna Australis.
Wilayah persebarannya meliputi seluruh Benua Australia, Selandia Baru,
Kepulauan-Kepulauan Pasifik (Oceania), dan wilayah Indonesia Timur. Beberapa
jenis hewan yang termasuk dalam tipe Australis antara lain kanguru, burung
cendrawasih, kakaktua, kiwi, koala, platipus, dan beberapa jenis hewan
berkantung (marsupial). Beberapa hewan khas wilayah ini adalah kanguru
(Dendrolagus pulcherrinus), kiwi dari genus Apteryx, koala (Phascolarctos
21
cinereus). Terdapat beberapa jenis burung yang khas wilayah ini seperti burung
cendrawasih (Paradisaea rudolphi), burung kasuari (Casuarius casuarius),
burung kakaktua (Cacatua moluccensis), dan betet (Psittacula Alexandri).
Kelompok reptil antara lain buaya, kura-kura (Cuora amboinensis), ular phyton
(molurus bivittatus).
4. Fauna Neotropika
Meliputi wilayah beriklim tropis dan sedang di Amerika Tengah dan Amerika
Selatan. Hewan endemiknya adalah ikan Piranha (Pygocentrus nattereri) dan
Belut listrik (Electrophorus electricus) di Sungai Amazone, Lama (Lama glama)
sejenis unta di padang pasir Atacama (Peru), dan kera hidung merah. Wilayah
Neotropikal sangat terkenal sebagai wilayah fauna Vertebrata karena jenisnya
yang sangat beranekaragam dan spesifik, seperti beberapa spesies monyet,
trenggiling (Manis javanica), beberapa jenis reptil seperti buaya meksiko
(Crocodylus moreleti), ular, kadal (Draco volans), beberapa spesies burung, dan
ada sejenis kelelawar penghisap darah.
5. Fauna Neartik
Meliputi wilayah Amerika Utara dan Greenland yang sebagian besar beriklim
sedang hingga dingin. Beberapa jenis fauna yang hidup di zona ini antara lain
bison, kalkun liar, antelop, kambing gunung, tupai, salamander, rakun, dan
sebagainya. Hewan khas daerah ini adalah ayam kalkun liar (Numida meleagris),
tikus berkantung di Gurun Pasifik Timur, bison Amerika (Bison bison), muskox,
caribau (Rangifer tarandus), domba gunung, Salamander (Andrias davidianus),
Tupai (Tupaia javanica). Di daerah ini juga terdapat beberapa jenis hewan yang
ada di wilayah Palearktik seperti : kelinci, kelelawar, anjing, kucing, dan bajing.
6. Fauna Paleartik
Meliputi wilayah Eropa, Eurasia, Himalaya, Afganistan, dan Persia. Beberapa
jenis fauna Paleartik : hewan endemik: yaitu Panda (Ailuropoda melanoleuca) di
Cinahewan yang terbatas penyebarannya (binatang kutub) seperti rusa Kutub
(Rangifer tarandus), kucing Kutub, dan beruang Kutub (Ursus maritimus). Hewan
khas berasal dari wilayah ini antara lain kelinci, sejenis tikus (Rattus norvegicus),
22
berbagai spesies anjing (Canis familiaris), kelelawar (Cyneptorus sp). Bajing
(Callosciurus notatus), dan kijang (Muntiacus muntjak) telah menyebar ke
wilayah lainnya.
7. Fauna Antartik
Sesuai namanya, zona antartik meliputi seluruh wilayah Antartika (Kutub
Selatan) yang beriklim dingin. Beberapa contoh hewan yang terdapat di wilayah
ini antara lain pinguin, beberapa jenis ikan, rusa kutub, anjing laut, dan lain-lain.
Dari hasil penelitian ekosistem pascabakar 1 tahun, belukar muda, belukar tua
dan hutan sekunder memiliki pH berkisar 4,97 ; 5.07 dengan kecenderungan masam.
Kandungan C-Oorganik paling tinggi pada ekosistem belukar tua dan hutan sekunder
berturut-turut 4,72 ; 3,67 % sedangkan terendah pada ekosistem lahan pascabakar 1
tahun 1,38%. Kandungan C-Organik yang tinggi berpengaruh terhadap kelimpahan
fauna tanah hal ini disebabkan karena C-Organik berbanding lurus dengan kandungan
bahan organik sesuai dengan pernyataan Setyorini (2005), bahwa penambahan bahan
organik ke dalam tanah akan meningkatkan kadar C organik tanah.
23
Bahan organik tanah merupakan sumber makanan yang dibutuhkan oleh fauna
tanah. Dimana terdapat bahan organik yang tinggi maka fauna tanah juga akan
melimpah. Kandungan N total pada lahan pascabakar memiliki kriteria sangat rendah
yaitu < 0,1% sedangkan belukar muda, hutan sekunder, dan belukar tua memiliki
kriteria rendah yaitu kisaran 0,1% - 0,22 %. Stevenson (1986) menyatakan agar
terjadi mineralisasi, kandungan N suatu bahan organik harus lebih dari nilai kritis
1,5% sampai 2,5 %, dibawah nilai kritis tersebut akan terjadi imobilisasi.
Menurut Suntoro (2002), nilai kritis untuk rasio C/N agar dapat segera
terdekomposisi adalah kurang dari 20%. Praktek pembakaran dengan tujuan
pembukaan lahan yang akan digunakan untuk perladangan akan mengakibatkan
punahnya fauna tanah sehingga akan mengakibatkan proses humifikasi dan
dekomposisi menjadi terhenti. Kandungan N atau nisbah C/N dinyatakan sebagai
faktor kimia penting yang menentukan kecepatan dekomposisi dan mineralisasi N
bahan organik atau sisa tanaman. Laju dekomposisi dipengaruhi salah satunya oleh
suhu tanah, laju dekomposisi cepat apabila berada pada kondisi iklim yang panas dan
sebaliknya laju dekomposisi akan lambat apabila berada pada kondisi dingin. C/N
pada semua tipe penggunaan lahan memiliki kriteria tinggi yaitu 16-25 hingga sangat
tinggi yaitu >25. Kriteria sifat kimia tanah merujuk pada Balai Penelitian Tanah tahun
2006.
Berikut ini adalah upaya konservasi satwa langka di Indonesia dan dunia yang
bisa dilakukan:
24
2. Mendukung Upaya Pelestarian Lingkungan
Langkah selanjutnya yang bisa dilakukan adalah masyarakat harus mendukung
upaya yang dilakukan oleh pemerintah maupun lembaga lainnya yang sedang
melakukan pelestarian lingkungan. Cara mendukungnya adalah dengan
memberikan bantuan finansial maupun moril dalam setiap kampanye yang
dilakukan.
3. Membuat Penangkaran
Cara melestarikan satwa langka yang ada di Indonesia selanjutnya adalah
dengan membuat tempat untuk penangkaran. Penangkaran tersebut bisa membuat
satwa langka bisa berkembang biak agar tidak punah. Perkembangan biakan ini
bisa menjaga satwa tersebut agar tidak punah.
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Fauna adalah adalah penjelasan klasifikasi yang menjadi bagian dari dunia
tumbuhan dengan penggambaran atas habitat ideal bagi banyak spesies hewan,
sehingga istilah ini menjadi golongan wilayah yang terdapat banyak burung, ikan dan
berbagai binatang hutan. Oleh karena itulah, fauna dapat dieksplorasi di berbagai
taman dan hutan, maupun kandang khusus yang menampung berbagai jenis hewan.
Dalam fauna, kita juga harus mempelajari subdivisi fauna yaitu epifauna,
infauna, microfauna, makrofauna, megafauna, meiofauna, meiofauna, mesofauna, dan
lain-lain.
Upaya konservasi satwa langka di Indonesia dan dunia yang bisa dilakukan
yaitu memberikan edukasi dan evaluasi, mendukung upaya pelestarian lingkungan,
27
membuat penangkaran, membuat papan larangan, menghindari interaksi dengan
binatang langka, serta memberikan sanksi kepada penjual.
4.2 Saran
28
DAFTAR PUSTAKA
A. Miller, S., & John P, H. (2016). Zoology (10th Ed.). New York: McGraw-Hill Education.
Abdullah ramli (2012). Pembelajaran berbasis pemanfaatan sumber belajar. jurnal : halaman
216-231.
Bengtsson, J., Nilsson, S. G., Franc, A., & Menozzi, P. (2000). Biodiversity, disturbance,
ecosystem function and management of European forests. For. Ecol. Manag., 132, 39–
50.
Herdiyantoro. 2008. Fauna Tanah dan Peranannya Dalam Ekosistem Tanah. Laboratorium
Biologi Dan Bioteknologi Tanah. Jurusan Tanah FakultasPertanian Universitas
Padjadjaran. Hal: 1-50.
Metananda, A.A., E.A.M. Zuhud, dan A. Hikmat. 2016. Populasi, Sebaran dan Asosoasi
Kepuh (Sterculia foetida L.) Di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat. Jurnal
Media Konservasi. Vol. 20 No. 3. Hal. 277- 287.
Mula, Yuliana, dkk. 2008. Explore Ilmu Pengetahuan Sosial Jilid 1 SMP Kelas VII. Hal : 33.
Peterson, G., Allen, C. R., & Holling, C. S. (1998). Ecological resilience, biodiversity, and
scale. Ecosystems, 1, 6–18.
RI, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan
Ekosistemnya.
Yasinto Sindhu. 2016. Geografi XI Peminatan Ilmu-ilmu Sosial untuk SMA dan MA. Jakarta:
Erlangga.
29