Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KEANEKARAGAMAN HAYATI

Oleh :

Kelompok 3

1. Chika Putri
2. Selvia Pratiwi
3. M. Rangga Prayoga
4. M. Alpin Syaputra

Guru Pembimbing : Meta Yuniarti, S.Pd.I

MADRASAH ALIYAH NURUL ULA BURAI

TAHUN PELAJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah Keanekaragaman Hayati ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata pelajaran Biologi. Kami ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
Keanekaragaman Hayati ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan
referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi
bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan
sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah
Keanekaragaman Hayati ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
A. Keanekaragaman Hayati.....................................................................................2
1 TINGKAT KEANEKARAGAMAN HAYATI....................................................3
a) TINGKAT GEN...........................................................................................3

b) TINGKAT SPESIES....................................................................................3
c) C TINGKAT EKOSISTEM.........................................................................4

BAB III PENUTUP.................................................................................................6


A. Kesimpulan ......................................................................................................6
B. Saran ......................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................7

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diperkirakan lebih dari satu juta jenis makhluk hidup mendiami atau pernah mendiami
planet bumi kita. Baik jenis-jenis tumbuhan, hewan, jamur, jasad renik maupun organisme
lain merupakan sumber kekayaan keanekaragaman hayati yang tak ternilai harganya.
Kegiatan penelitian dan pengumpulan data tentang sumber daya alam hayati, yang dikenal
dengan istilah bioprospeksi, terus digalakkan. Ini merupakan upaya yang berkelanjutan baik
untuk tujuan pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam ataupun untuk kepentingan komersial.
Dari kegiatan eksplorasi yang dilakukan oleh para ilmuwan yang diikuti dengan
pengembangan ilmu pengetahuan memberikan potret biodiversitas, gambaran tentang
kekayaan keanekaragaman sumber daya alam hayati.
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tidak ternilai. Indonesia memiliki
jumlah spesies mamalia tertinggi di dunia, sekitar 515 spesies atau 12% dari mamalia dunia.
Dengan sekitar 600 spesies reptilia dan sekitar 270 spesies amfibi yang ada, menempatkan
Indonesia di posisi ke tiga di dunia untuk kekayaan keanekaragaman reptilia dan pada posisi
ke lima untuk kekayaan keanekaragaman amfibi. Jumlah spesies kupu-kupu di Indonesia
merupakan yang tertinggi di dunia, 121 spesies, 44% di antaranya endemik (Djalal Tanjung,
2002).
Masih banyak potensi lain yang perlu digali dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan
masyarakat. Hal itu menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negeri dengan
keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Tinggal bagaimana kita mengelola dan
memanfaatkan potensi tersebut. Dengan mempelajari keanekaragaman hayati, diharapkan
kalian mengetahui potensi kekayaan keanekaragaman hayati, mampu memanfaatkan dengan
bijak dan ikut berperan aktif dalam melestarikan keanekaragaman hayati demi kelangsungan
hidup manusia dan makhluk hidup lain.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas di dalam
makalah tentang Keanekaragaman Hayati ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian keanekaragaman hayati?
2. Bagaimana tingkat keanekaragaman hayati?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati merupakan istilah yang digunakan untuk keanekaragaman
sumber daya alam, meliputi jumlah maupun frekuensi dari ekosistem, spesies, maupun gen di
suatu tempat. Pada dasarnya keanekaragaman melukiskan keadaan yang bermacam-macam
terhadap suatu benda yang terjadi akibat adanya perbedaan dalam hal, ukuran, bentuk, tekstur
maupun jumlah.

Sedangkan kata hayati itu sendiri berarti sesuatu yang hidup, jadi Keanekaragaman Hayati
dapat di artikan sebagai keanekaragaman atau keberagaman mahluk hidup yang bisa terjadi
akibat adanya Perbedaan-perbedaan mulai dari perbedaan bentuk, ukuran, warna, jumlah
tekstur, penampilan dan juga sifat-sifatnya.

Indonesia dengan keanekaragaman baik itu flora maupun faunanya, Keanekaragaman Hayati
atau sering dikenal juga sebagai biodiversitas. Biodiversitas adalah suatu tingkat yang ada di
dalam bumi dan hal ini menjadi patokan atau ukuran dalam penentu kesehatan bumi.
Keanekaragaman hayati yang ada di lingkungan suatu ekosistem darat memiliki jumlah yang
lebih tinggi daripada biodiversitas lingkungan di kutub. Hal ini disebabkan oleh iklim atau
cuaca karena biodiversitas merupakan fungsi dari iklim.
Perubahan yang terjadi pada suatu lingkungan dapat berdampak buruk bagi spesies, hal itu
ialah akan terjadinya kepunahan masal suatu spesies. Suatu catatan sejarah menunjukkan
bahwa telah terjadi lima kepunahan masal selama kehidupan berlangsung di bumi. Sekitar
540 juta tahun yang telah lalu, eon fanerozoikum terjadi pertumbuhan biodiversitas yang
sangat cepat.

Pertumbuhan spesies yang sangat cepat disebabkan oleh suatu ledakan pada saat filum
multiseluler dengan mayoritas besar pertama kali muncul. Lalu sekitar 400 juta tahun yang
lalu, kepunahan masal terjadi atau kerap dikatakan sebagai suatu kerugian yang besar bagi
bidiversitas. Dikatakan pula hutan hujan menjadi salah satu penyebab kepunahan masal
karena adanya suatu karbon yang berlebih.

Dilanjutkan dengan pemunahan masal paling serius pada 251 tahun yang lalu dan pemulihan
yang dilakukan bahwa memakan waktu 30 tahun. Kemudian pemunahan masal yang terakhir
kali ada hingga kini yaitu kepunahan Paleogen yang terjadi sekitar 65 juta tahun yang lalu.
Kepunahan ini menjadi hal yang paling menarik perhatian karena di dalamnya yang punah
yaitu hewan dinosaurus.

2
1 TINGKAT KEANEKARAGAMAN HAYATI
Keanekaragaman hayati terjadi dengan tingkatan mulai dari organisme yang rendah hingga
tingkat organisme yang tinggi. Tingkatan tersebut ialah sebagai berikut:

A. TINGKAT GEN
Keanekaragaman tingkatan ini disebabkan variasi gen atau struktur gen dalam suatu spesies
makhluk hidup. Gen sendiri merupakan faktor pembawa sifat keturunan yang dapat dijumpai
di dalam kromosom. Setiap susunan gen akan memberi penampakan, baik anatomi ataupun
fisiologi, pada setiap organisme. Bila susunannya berbeda, maka penampakannya pun akan
berbeda pada satu sifat atau bahkan secara keseluruhan.
Keanekaragaman ini cukup mudah dikenali dengan ciri-ciri yang memiliki variasi, nama
ilmiah yang sama, serta perbedaan morfologi yang tidak terlalu mencolok. Biasanya,
keanekaragaman hayati tingkat gen disebut sebagai varietas.

Contoh keanekaragaman hayati tingkat gen pada tumbuhan:

 Padi (Oryza sativa) dengan varietas Padi rojolele, padi ciherang, padi ciliwung, dan
lain-lain
 Mangga (Mangifera indica) dengan Varietas Mangga arumanis, mangga manalagi,
mangga golek, dan lain-lain
 Durian (Durio zibethinus) dengan Varietas Durian petruk, durian bawor, durian
monthong, dan lain-lain.

Contoh keanekaragaman hayati tingkat gen pada hewan:

 Anjing (Canis familiaris) dengan ras anjing golden retrieve, anjing bulldog, anjing
german shepherd, dan lain-lain
 Kucing (Felis catus) dengan ras kucing anggora, kucing persia, kucing sphinx, dan
lain-lain
 Sapi (Bos taurus) dengan ras sapi bali, sapi madura, sapi fries holland, dan lain-lain.

Dalam keanekaragaman hayati tingkat gen, peningkatan dapat terjadi lewat persilangan alias
hibridisasi antarorganisme atau spesies dengan sifat berbeda serta pembudidayaan hewan dan
tumbuhan liar oleh manusia alias domestikasi.

B. TINGKAT SPESIES

Keanekaragaman jenis di Indonesia sangat tinggi, keanekaragaman ini terbagi menjadi tiga
parameter yaitu species richness (kekayaan jenis), diversity (keanekaragaman jenis) dan
evenness (kemerataan jenis).

Di Indonesia, tingkat species richness, diversity dan evenness sangat tinggi. Keanekaragaman
spesies tersebut antara lain terdapat 8.500 spesies ikan, 1.533 spesies burung, 35 jenis

3
primata, 600 jenis reptil dan 270 jenis amfibi dan 38.000 jenis tumbuhan. Selain itu Indonesia
memiliki keanekaragaman terbesar untuk jenis kupu-kupu, burung nurinurian, palem-
paleman serta tumbuh-tumbuhan dan hewan hewan endemik.

Pada tahun 2007 sebanyak 127 jenis mamalia, 382 jenis burung, 31 jenis reptilia, 9 jenis ikan,
20 jenis serangga, 2 jenis crustacea, 1 jenis anthozoa dan 12 jenis bivalvia telah ditetapkan
Departemen Kehutanan sebagai flora dan fauna yang dilindungi.

Keanekaragaman tingkat spesies dapat ditemukan pada komunitas atau kelompok berbagai
spesies makhluk hidup dalam genus atau famili yang sama di suatu tempat. Biasanya,
semakin jauh dari kehidupan manusia, keanekaragaman tingkat spesies juga semakin tinggi.
A. Contoh Kehati Tingkat Spesies pada Tumbuhan (Flora)

 Tingkat genus: Genus Citrus misalnya pada jeruk bali (Citrus maxima), jeruk nipis
(Citrus aurantifolia), dan jeruk manis (Citrus nobilis). Selain itu, Genus Musa pada
pisang buah (Musa paradisiaca) dan pisang serat (Musa textilis).

 Tingkat famili: Famili Poaceae pada padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays), dan
alang-alang (Imperata cylindrica), dan Famili Zingiberaceae pada kunyit (Curcuma
domestica) dan jahe (Zingiber officinalis).

B. Contoh Kehati Tingkat Spesies pada Hewan (Fauna)

 Tingkat genus: Genus Felis dan Genus Bos. Genus Felis, diantaranya kucing leopard
(Felis bengalensis), kucing rumahan (Felis silvestris), dan kucing hutan (Felis chaus)
dan Genus Bos pada sapi berpunuk (Bos indicus), sapi potong dan perah di Eropa
(Bos Taurus), dan sapi asli Indonesia (Bos sondaicus).

 Tingkat famili: Famili Bovidae pada sapi (Bos) dan kerbau (Bubalus) dan Famili
Canidae: Serigala (Canis) dan rubah (Lycalopex).

C. TINGKAT EKOSISTEM

Keanekaragaman ini terjadi akibat perbedaan letak geografis yang menyebabkan perbedaan
iklim dan berpengaruh pada perbedaan suhu, curah hujan, intensitas cahaya matahari, dan
lamanya penyinaran matahari. Dengan sekian banyak perbedaan tersebut, flora dan fauna
yang menempati suatu daerah akan bervariasi pula.

Contoh keanekaragaman hayati tingkat ekosistem:

 Ekosistem lumut yang terletak di wilayah sekitar puncak gunung atau di daerah dingin
sekitar kutub dan didominasi oleh tumbuhan lumut. Hewan yang dapat dijumpai di
dalamnya ialah hewan-hewan berbulu tebal seperti beruang kutub.

4
 Ekosistem hutan konifer yang didominasi oleh tumbuhan yang berdaun seperti jarum,
misalnya pinus atau cemara yang di dalamnya, terdapat hewan juga salah satunya
beruang.
 Ekosistem hutan hujan tropis yang ditumbuhi beragam pohon, liana, dan epifit.
Hewan yang hidup di dalamnya misalnya kera.
 Ekosistem padang rumput yang terdapat di wilayah kering di ketinggian sekitar 4000
MDPL dan didominasi oleh rumput-rumputan. Pada ekosistem ini, hidup mamalia
besar, karnivora, dan herbivora.
 Ekosistem gurun yang memiliki perbedaan suhu mencolok antara siang dan malam,
angin kencang, iklim panas, dan hujan yang sangat sedikit serta didominasi oleh
kelompok tumbuhan xerofit seperti kaktus. Hewan yang dapat dijumpai di dalamnya
adalah reptil dan mamalia kecil.
 Ekosistem pantai yang didominasi oleh formasi pes-caprae dan barringtonia
berbentuk perdu atau pohon. Di dalamnya, terdapat serangga, burung pantai, dan lain-
lain.

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keanekaragaman hayati yang ada di dunia ini meliputi berbagai variasi bentuk, ukuran,
jumlah (frekuensi), warna, dan sifat-sifat lain dari makhluk hidup. Jadi, setiap sistem
lingkungan mempunyai keanekaragaman masing-masing. Keanekaragaman tersebut
berlangsung mulai dari tingkatan gen, jenis, sampai ekosistem.
Beragam tumbuhan, hewan, jamur, bakteri, dan jasad renik lain banyak terdapat di
Indonesia. Sekitar 40.000 jenis tumbuhan, 350.000 jenis hewan, 5.000 jenis jamur, dan 1.500
jenis Monera berada di Indonesia. Bahkan banyak jenis makhluk hidup yang merupakan
makhluk hidup endemik atau hanya ditemukan di suatu daerah saja.
Alam merupakan tempat manusia hidup sekaligus tempat untuk memperoleh bahan
kebutuhannya. Dari alam, manusia mendapatkan makanan dan energi. Kebutuhan manusia
yang diperoleh dari lingkungannya bukan hanya sesaat, melainkan selama spesies itu ada
sehingga kebutuhan itu tetap ada, bahkan makin meningkat. Untuk dapat menyediakan
kebutuhan hidup secara berkesinambungan itu, manusia harus selalu berusaha menjaga
kelestarian keanekaragaman hayati.

B. Saran

Perlu diingat bahwa kelangsungan hidup manusia juga bergantung dari kelestarian
ekosistem tempat manusia hidup. Untuk menjaga terjaminnya kelestarian ekosistem, manusia
harus dapat menjaga keserasian hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya
sehingga keseimbangan ekosistem dapat terjaga.

6
DAFTAR PUSTAKA

Anshori, Moch. dan Djoko Martono. 2009. Biologi 1: Untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)
– Madrasah Aliah (MA) Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional.
Ferdinand P., Ficktor dan Moekti Ariebowo. 2009. Praktis Belajar Biologi 1: Untuk Kelas X
SMA/MA. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Firmansyah, Rikky, dkk. 2009. Mudah dan Aktif Belajar Biologi 1: Untuk Kelas X Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional.
Kistinnah, Idun dan Endang Sri Lestari. Biologi 1: Makhluk Hidup dan Lingkungannya Untuk
SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Loveless A.R. 1998. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropis. Jakarta: PT
Gramedia.
Rigg, Jonathan. 2002. Indonesia Heritage: Manusia dan Lingkungan. Jakarta: Bumi Antar
Bangsa.
Sastrapraja, Didin S. 1989. Keanekaragaman Hayati untuk Kelangsungan Hidup Bangsa.
Bogor: Pusat Pendidikan dan Pengembangan Bioteknologi LIPI.
Setijati, D.S et al. 1992. Khazanah Flora dan Fauna Nusantara. Jakarta: Yayasan Obor.
Subardi, Nuryani, Shidiq Pramono. 2009. Biologi 1: Untuk Kelas X SMA dan MA. Jakarta:
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Sulistyorini, Ari. 2009. Biologi 1: Untuk Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Kelas X.
Jakarta: PT. Balai Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai