Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

POPULASI
Guna mememnuhi tugas mata kuliah ekologi tumbuhan

OLEH:
BISMIL HANIFAH
2130106010

DOSEN PENGAMPUH:
DWI RINI KURNIA FITRI M.Se

JURUSAN TADRIS BIOLOGI A


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAHMUD YUNUS
BATUSANGKAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
hidayah serta inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah Ekologi tumbuhan ini dengan baik. Adapun maksud penyusunan
makalah Ekologi tumbuhan ini sebagai pemenuhan tugas mata ekologi
tumbuhan meteri tentang “POPULASI”. Penyusun menyadari bahwa makalah
ini tidak akan terselesaikan tanpa dukungan dari beberapa pihak. Oleh karena
itu kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dwi Rini Kurnia Fitri selaku
pembimbing kami dalam mengerjakan makalah ini.
Segala kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan
penyusunan makalah ini, agar menjadi terbaik bagi penyusun. Akhir kata kami
berharap dengan adanya penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca maupun penyusun sendiri, dan bagi semua yang berkepentingan.

Batusangkar, 16 Oktober 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................i


DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
A. Latar Belakang ....................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...............................................................................1
C. Tujuan .................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................3
A. Populasi lokal .....................................................................................3
B. Kerapatan dan kepadatan populasi .....................................................6
C. Pola penyebaran individu ...................................................................8
D. Susunan individu ................................................................................9
E. Masa hidup .........................................................................................10
F. Kurva kehidupan ................................................................................11
G. Alokasi sumber-sumber kehidupan.....................................................12
BAB III PENUTUP ............................................................................................14
A. Kesimpulan .........................................................................................14
B. Saran ...................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah populasi muncul dalam kehidupan manusia seringkali pertama
diperkenalkan melalui keilmuan biologi. Ketika masih di usia sekolah
dasar, istilah populasi telah diperkenalkan sebagai sekumpulan individu
sejenis (memiliki ciri-ciri sama) dan hidup di tempat (habitat) yang sama.
Namun apabila menggunakan kacamata keilmuan lain seperti statistik,
maka populasi merupakan data secara keseluruhan yang menjadi fokus
penelitian dengan ruang lingkup dan waktu tertentu.
Meskipun memiliki definisi yang berbeda-beda di masing-masing
keilmuan, tetapi pada dasarnya prinsip populasi dapat dikatakan mirip
yaitu terdiri dari unsur kumpulan sesuatu/ individu yang sama dalam ruang
lingkup yang sama. Bahkan dalam keilmuan biologi, populasi juga
menjadi salah satu obyek keilmuan yang penting untuk dipelajari dalam
rangka mengetahui proses perubahan genetiknya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu populasi lokal ?
2. Apa itu Kerapatan dan kepadatan populasi ?
3. Apa itu Pola penyebaran individu ?
4. Apa itu susunan individu ?
5. Apa itu masa hidup ?
6. Apa itu kurva kehidupan ?
7. Alokasi sumber-sumber kehidupan?

1
C. Tujuan
1. Apa itu populasi lokal ?
2. Apa itu Kerapatan dan kepadatan populasi ?
3. Apa itu Pola penyebaran individu ?
4. Apa itu susunan individu ?
5. Apa itu masa hidup ?
6. Apa itu kurva kehidupan ?
7. Alokasi sumber-sumber kehidupan?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Populasi lokal
Istilah populasi muncul dalam kehidupan manusia seringkali pertama
diperkenalkan melalui keilmuan biologi. Ketika masih di usia sekolah
dasar, istilah populasi telah diperkenalkan sebagai sekumpulan individu
sejenis (memiliki ciri-ciri sama) dan hidup di tempat (habitat) yang sama.
Namun apabila menggunakan kacamata keilmuan lain seperti statistik,
maka populasi merupakan data secara keseluruhan yang menjadi fokus
penelitian dengan ruang lingkup dan waktu tertentu.
Meskipun memiliki definisi yang berbeda-beda di masing-masing
keilmuan, tetapi pada dasarnya prinsip populasi dapat dikatakan mirip
yaitu terdiri dari unsur kumpulan sesuatu/ individu yang sama dalam ruang
lingkup yang sama. Bahkan dalam keilmuan biologi, populasi juga
menjadi salah satu obyek keilmuan yang penting untuk dipelajari dalam
rangka mengetahui proses perubahan genetiknya.
Dalam situasi tertentu sekelompok individu ada kemungkinan secara
genetika terisolasi, persilangan hanya memungkinkan terjadi diantara
anggota kelompok itu sendiri. Kelompok organisma-organisma yang
terisolasi tersebut biasanya disebut ”populasi lokal”.Populasi lokal adalah
merupakan unit dasar dalam proses evolusi, pertukaran gena terjadi secara
terus-menerus dalam waktu yang relatif lama shingga terjadi struktur gena
yang khusus untuk kelompok tersebut dan akan berbeda dengan struktur
gena populasi lokal lainnya meski untuk species yang sama. Hal ini
dikarenakan adanya seleksi alami yang beroperasi terhadapnya, sehingga
menghasilkan individu-individu dengan susunan gena yang memberi
kemungkinan untuk bertahan terhadap lingkungan lokal, dan akan
berkembang dalam jumlah yang semakin banyak jika dibandingkan
dengan individu-individu yang tidak tahan.Salah satu jalan suatu populasi
lokal dapat teradaptasi terhadap suatu lingkungan adalah dengan

3
pengembangan dan pengelolaan diversitas genetikanya melalui reproduksi
seksual dalam populasi. Hasilnya adalah sekelompok atau susunan
individu-individu yang masing-masing berbeda dalam toleransinya
terhadap lingkungan, salah satunya ada kemungkinan mempunyai
kemampuan yang sangat baik dalam toleransinya terhadap kondisi
lingkungan yang ekstrim daripada rata-rata anggota populasi lainnya.
Dengan demikian kehetrogenan struktur gena dari anggota populasi
mempersiapkan populasi terhadap kehancurnnya akibat lingkungan, misal
terhadap kemarau yang panjang.
Hal yang sejalan terjadi pula dalam kurun waktu yang relatif lama
dan lamban sebagai reaksi terhadap perubahan iklim, dalam hal ini bisa
ratusan bahkan ribuan tahun. Dengan demikian keheterogenan struktur
gena merupakan cara dalam mempertahankan hidup atau kelulusan hidup,
dan ini sebagai mekanisma teradaptasinya suatu populasi akibat seleksi
alami. Dalam suatu kawasan yang secara umum mempunyai kondisi yang
relatif sama, populasi lokal dari species yang ada berkecenderungan untuk
memperlihatkan toleransi terhadap lingkungan yang relatif sama pula,
tetapi akan berbeda toleransinya dengan species lokal lainnya (dari
species yang sama) yang berada pada kondisi iklim yang berbeda.
Populasi lokal seperti ini biasa dikenal dengan ras ekologi. Contoh yang
terkenal dari ras ekologi adalah di Skandinavia dimana terdapat dua
populasi yang secara sistematik dimasukkan dalam satu species yang sama
meskipun kedua populasi ini mempunyai karakteristika yang berbeda.
Populasi di daerah pegunungan mempunyai karakteristika bentuk
morfologi yang kerdil dan berbunga cepat, sedangkan populasi di daerah
pantai bentuk morfologinya tinggi tetapi berbunga lambat. Orang semula
memperkirakan bila individu dari populasi di pegunungan dipindahkan
atau ditumbuhkan di pantai maka akan tumbuh dengan karakteristika
populasi pantai, demikian pula sebaliknya. Akan tetapi setelah Goete
Turesson mencobanya, yaitu individu dari populasi pegunungan
ditumbuhkan di pantai, dan individu dari populasi pantai ditumbuhkan di

4
pegunungan, ternyata masing-masing tumbuh sesuai dengan karakteristik
asalnya. Hal ini memperlihatkan bahwa masing-masing anggota populasi
sudah sedemikian rupa terseleksi oleh alam lingkunganya dalam waktu
yang cukup lama, sehingga karakterisktik susunan genanya bersifat
khusus. Contoh-contoh lain biasanya akan diketemukan pada daerah
kontinental yang luas. Jadi suatu ras ekologi adalah juga populasi lokal
yang terbentuk oleh karakteritika individu-individunya. Apabila perubahan
lingkungan pada suatu kawasan yang luas berubah secara teratur, maka
adaptasi genetikanya akan terjadi secara teratur pula, dan dengan demikian
sebagai hasilnya akan terjadi perbedaaan yang nyata seperti pada ras yang
terbentuk adalah suatu seri tumbuhan, yang berurutan, yang
memperlihatkan keteraturan secara terus-menerus atau kontinu dalam sifat
genetikanya sebagai penentu dalam toleransi terhadap lingkunganya.
Populasi-populasi dari sekelompok organisma-organisma dengan
karakteristika yang berbeda secara teratur atau berurutan ini disebut
ekoklin. Jadi berdasarkan dua hal di atas, maka suatu species dapat
merupakan ras ekologi atau berupa kompleks dari ekoklin.
Dua pendekatan dalam kajian populasi ini, yaitu melalui ekologi
populasi yang mendalami pertumbuhan suatu populasi dan interaksi
diantara populasi-populasi yang berhubungan erat di dalam pengaruh
faktor lingkungan yang terkontrol ataupun tidak terkontrol. Pendekatan
lainnya yaitu mempelajari satu atau lebih populasi lokal dari suatu species
dalam usaha untuk mempelajari genetika species sebagai penentu
toleransinya terhadap kondisi lingkungannya, kajian ini disebut ekologi
gena atau ekologi fisiologi perbandingan.Pembahasan selanjutnya akan
ditekankan pada ekologi populasi. Besarnya suatu populasi di suatu
kawasan tertentu biasanya dinyatakan dalam suatu peristilahan kerapatan
atau kepadatan populasi. Kerapatan populasi dapat dinyatakan dalam:
jumlah individu persatuan luas, atau dapat pula dinyatakan dalam biomasa
persatuan luas (bila populasi tersebut dibentuk oleh individu-individu
dengan ukuran berbeda, ada kecambah, ada anakan dan tumbuhan dewasa

5
serta tumbuhan tua). Dalam perjalanan waktu suatu populasi besarannya
akan mengalami perubahan. Dalam mempelajari perubahan-perubahan ini
pengertian kecepatan memegang peranan penting, dan perubahan populasi
ini sangat ditentukan oleh berbagai faktor (kelahiram atau regenerasi:
kematian, perpindahan masuk, dan perpindahan keluar).
Dalam ekologi tumbuhan dinamika populasi ini merupakan kajian
yang menarik dikaitkan dengan kajian suksesi, lihat pembahasan
suksesi.Besarnya populasi tumbuhan di alam sangat ditentukan oleh
kapasitas tampungnya, yaitu jumlah terbanyak individu yang dapat
ditampung dalam suatu ekosistem dimana organisma itu masih dapat
hidup. Dalam keadaan ini persaingan
Intra species adalah dalam keadaan maksimal yang dapat ditanggung
oleh organisma tersebut. Meskipun dalam pembahasan di atas populasi
seolah-olah tetap pada kapasitas tampungnya, tetapi pada kenyataanya
berkecenderungan untuk berfluktuasi di atas dan di bawah kapasitas
tampungnya. Berbagai faktor sebagai pendorong untuk terjadinya fluktuasi
ini, yaitu: perubahan musim yang menyebabkan perubahan-perubahan
faktor fisika dan mungkin juga kimia lingkungannya. Contoh yang
menarik adalah kenaikan jumlah plankton yang sangat menyolok pada
musim tertentu, disebut ”plankton bloom”. Fluktuasi tahunan yang
disebabkan:a.Faktor dalam, misalnya karakteristika atu toleransi yang
berebda antara tumbuhan dewasa dengan kecambah dan anakan pohonnya.
b.Faktor luar, misalnya intraksi dengan populasi lain, baik tumbuhan
maupun hewan.

B. Kerapatan atau kepadatan populasi


Kerapatan adalah jumlah individu suatu spesies per satuan luas atau
per satuan cuplikan. Hasil kerapatan penelitian ini dihitung dengan cara
membagi jumlah individu yang ditemukan dengan satuan luas area
pengamatan yaitu luas plot yang digunakan. Jumlah luas plot yang
digunakan pada penelitian ini adalah 0,4 ha.

6
Menurut Syafei (1994) Besarnya suatu populasi di suatu kawasan
tertentu biasanya dinyatakan dalam suatu peristilahan kerapatan atau
kepadatan populasi. Menurut Odum (1998) kerapatan populasi adalah
besarnya populasi dalam hubungannya dengan satuan ruang. Pada M.
Arsyad – Kerapatan dan Pola Distribusi umumnya dinyatakan sebagai
jumlah individu, atau biomass populasi per satuan areal atau volume.
Menurut Syafei (1994) perubahan populasi sangat ditentukan oleh
berbagai faktor yaitu kelahiran atau regenerasi, kematian, perpindahan
masuk, dan perpindahan keluar.
Natalitas adalah kemampuan yang merupakan sifat dari suatu
populasi untuk bertambah. Laju kelahiran setara dengan kelahiran.
Natalitas ini dapat berupa kelahiran, menetesnya telur, pembuahan atau
timbulnya individu oleh pembelahan sel. Mortalitas adalah kematian
individu-individu di dalam populasi. Hal ini kurang lebih merupakan
kebalikan daripada natalitas. Laju mortalitas setara dengan kematian.
Seperti halnya natalitas, motalitas dapat dinyatakan sebagai individu yang
mati dalam kurun waktu tertentu (Odum, 1998). Berdasarkan tabel
kerapatan tumbuhan famili Palmae, terlihat Calamus ovoideus memiliki
kerapatan tertinggi. Hal ini diduga karena di kawasan air terjun Bajuin
belum ada aktivitas pemanfaatan spesies ini meskipun spesies ini memiliki
nilai ekonomis. Tidak adanya eksploitasi Spesies Palmae ini menyebabkan
mortalitas Spesies Palmae ini hanya terjadi secara alami. Mortalitas
tersebut akan berpengaruh dengan jumlah individu yang ditemukan pada
kawasan tersebut.
Menurut Odum (1998) salah faktor yang mempengaruhi populasi
suatu individu adalah mortalitas. Semakin kecil tingkat mortalitas maka
akan semakin besar populasi individu tersebut. Adapun spesies famili yang
memiliki kerapatan terendah adalah Areca catechu. Masyarakat sekitar
sudah memanfaatkan buah pinang untuk dikonsumsi meskipun jumlahnya
belum banyak. Buah yang dikonsumsi tersebut dapat menyebabkan
populasi anakan pinang menjadi rendah. Hal ini dapat berdampak pada

7
jumlah individu yang ditemukan. Dijelaskan oleh Subahar (1995),
pertumbuhan populasi akan menjadi kecil apabila sedikitnya anakan yang
ditemukan. Dengan demikian indikasi kerapatan populasi rendah bila
sedikit ditemukan anakan
C. Pola penyebaran individu
Penyebaran atau distribusi individu dalam suatu populasi bisa
bermacam-macam. Pada umunya memperlihatkan tiga pola penyebaran,
yaitu: penyebaran secara acak, penyebaran merata dan penyebaran
berkelompok.Penyebaran secara acak jarang terdapat di alam. Penyebaran
semacam ini biasanya terjadi apabila faktor lingkungannya sangat seragam
untuk seluruh daerah dimana populasi berada, selain itu tidak ada sifat-
sifat untuk berkelompok dari organisma tersebut. Penyebaran secara
merata umum terdapat pada tumbuhan. Penyebaran semacam ini terjadi
apabila ada persaingan yang kuat di antara individu-individu dalam
populasi tersebut. Pada tumbuhan misalnya persaingan untuk mendaptkan
nutrisi dan ruang.Penyebaran secara berkelompok adalah yang paling
umum terdapat di alam, terutama untuk hewan. Pengelompokan ini
terutama disebabkan oleh berbagai hal:-Respons dari organisma terhadap
perbedaan habitat secara lokal-Respons dari organisma terhadap
perubahan cuaca musiman-Akibat dari cara atau proses
reporduksi/regenerasi-
Sifat-sifat organisma dengan organ vegetatifnya yang menunjang
untuk terbentuknya kelompok atau koloni.Dalam ekologi populasi ini
dikembangkan suatu cara untuk memahami pola distribusi dari individu
dalam populasinya, diantaranya yaitu dengan memanfaatkan penyebaran
Poisson dengan asumsi pertama individu-individu menyebar secara acak.
Perlu diingat cara ini akan memberikan hasil yang baik apabila jumlah
individu setiap satu meter perseginya adalah rendah.Berdasarkan asumsi
penyebaran individu-individu adalah acak maka dapat didefenisikan
bahwa varians (V) adalah sama dengan harga rata-rata (X), jadi apabila
varians lebih besar dari harga rata-rata maka penyebaran individu adalah

8
berkelompok, dan sebaliknya apabila varians lebih kecil dari harga rata-
rata maka penyebarannya merata

D. Susunan individu
Susunan individu dalam populasi dapat dikaji berdasarkan skala
waktu yang meliputi kelahiran, kematian, laju reproduksi dan masa hidup
(umur). Ilmu yang mempelajarinya disebut Demography. Tiap individu
dalam populasi memiliki sifat-sifat tersendiri dalam laju kelahiran,
kelompok umur dan rata-rata masa hidup. Tidak seperti hewan yang
berhenti tumbuh setelah dewasa, tumbuhan perennial memiliki meristem
primer dan sekunder yang secara teoritis mampu tumbuh bertambah besar
dan panjang selamanya. Selain itu beberapa jenis tumbuhan dapat
bereproduksi secara vegetatif sehingga individu tersebut dapat terus hidup
melalui perwakilan tubuhnya yang telah menjadi individu baru dengan ciri
genetik yang sama. Oleh karena itu makhluk hidup yang memiliki umur
paling lama di dunia adalah tumbuhan, seperti lichen dapat berumur
sampai 4500 tahun, klon shrub 3000 – 4000 tahun, pohon conifer 5000
tahun. Beberapa benih tumbuhan tertentu dapat mengalami dormansi
sampai selama 1000 – 10.000 tahun. Namun demikian sebagian besar
akhirnya mati karena serangan penyakit, kerusakan fisik, pemangsaan
hewan atau perubahan lingkungan. Tumbuhan memiliki beberapa problem
dalam studi-studi demography dibanding hewan. Konsep individu
dipaksakan pada golongan yang dapat bereproduksi secara vegetatif
melalui rizhom, stek atau bagian tubuh lainnya. Dengan cara ini individu
dapat meluas menutupi area yang luas dalam waktu yang lama sehingga
terminologi kematian, kelahiran dan masa hidup menjadi berbeda dengan
tumbuhan yang benar-benar satu individu. Problem lainnya adalah waktu
germinasi tidak berhubungan dengan waktu reproduksi. Tumbuhan gurun
di Timur Tengah

9
Blepharis persica meninggalkan bijinya dalam buah sampai 10
tahun atau lebih sampai ada hujan lebat yang melepaskannya untuk
berkecambah 3 jam kemudian. Spesies chaparral
Ceanothus menghasilkan biji dengan mantel keras yang menunda
germinasi sampai beberapa tahun sehingga sejumlah kecil biji-biji yang
tumbuh tidak menggambarkan jumlah biji yang besar dalam tanah. Tingkat
plastisitas penotiphic yang ditunjukkan oleh tumbuhan dapat begitu besar
sehingga aspek-aspek demography dapat bervariasi pada spesies yang
sama dalam waktu atau ruang. Laju pertumbuhan, awal reproduksi, ukuran
tumbuhan dan masa hidup semuanya dapat dimodifikasi oleh lingkungan.

E. Masa hidup
Ada lima karakteristik masa hidup tumbuhan dan masing-masing
karakteristik ini berhubungan dengan bentuk hidupnya, yaitu tumbuhan
annual, biannual, herbaceus perennial, sufrutescent shrub dan woody
perennial.
Tumbuhan annual hidup selama satu tahun atau kurang. Rata-rata
hidup mereka adalah 1 – 8 bulan, bergantung pada spesies dan
lingkungannya ( spesies gurun mungkin dapat melengkapi daur hidupnya
selama 8 bulan setahun atau 1 bulan pada daur berikutnya tergantung pda
curah hujan). Tetapi ada tumbuhan annual yang sangat singkat daur
hidupnya seperti
Boerrhavia repens dari Gurun Sahara, dimana masa hidup dari biji
kemudian jadi biji lagi hanya 10 hari. Tumbuhan annual biasanya
termasuk golongan herba yaitu golongan yang kehilangan meristem
sekunder untuk memproduksi jaringan kayu. Mereka mati setelah
menghasilkan biji. Hal ini dapat disebabkan oleh kehabisan nutrisi,
perubahan hormon atau ketidakmampuan jaringan nonkayu untuk tegak
pada lingkungan yang tidak nyaman setelah masa
pertumbuhan.Tumbuhan biannual hidup selama 2 tahun, juga
merupakan herbaceus. Tahun pertama adalah masa pertumbuhan vegetatif

10
dan reproduksi terjadi pada tahun kedua kemudian diikuti kematian
tumbuhan. Di bawah kondisi pertumbuhan yang miskin masa vegetatif
dapat lebih panjang dari satu tahun.
Tumbuhan perennial herbaceus dapat hidup selama 20 – 30 tahun
meskipun ada jenis pengecualian yang dapat hidup 400 – 800 tahun.
Tumbuhan ini mati dan kembali ke sistem perakaran pada akhir masa
pertumbuhan. Sistem perakaran menjadi berkayu tetapi bagian diatas tanah
adalah herbaceus. Mereka memilki juvenil (anakan), masa vegetatif 2 – 8
tahun kemudian berkembang dan bereproduksi secara periodik 2 – 3 tahun
sekali atau hanya sekali pada akhir masa hidupnya. Karena mereka
kehilangan lingkaran tahunnya maka sedikit dari tumbuhan ini yang
kelihatan telah tua dan untuk menentukan usianya dapat dengan cara
menghitung daun-daun yang luka atau berparut-parut atau dengan
menduga-duga laju penyebaran gerombolnya.
Tumbuhan shrub sufrutescent (sub-shrub) adalah jenis perantara dari
perennial herbaceus dan shrub sejati. Mereka berkembang perennial,
jaringan kayu hanya pada daerah dekat pangkal batang dan sisa batang
keatasnya merupakan herbaceus yang kemudian kembali mati tiap tahun.
Mereka umumnya berukuran kecil kira-kira 25 cm dan hidupnya lebih
singkat dibanding shrub sejati.Tumbuhan perennial woody
(berkayu : pohon dan shrub) memiliki hidup paling panjang : shrub
30 – 50 tahun, pohon angiosperm 200 – 300 tahun dan pohon conifer 500
– 1000 tahun. Perennial berkayu menghabiskan 10% pertama dari masa
hidupnya sebagai anakan yang seluruhnya merupakan fase vegetatif,
kemudian masuk fase kombinasi vegetatif dan reproduksi dan mencapai
puncak fase reproduksi beberapa tahun sebelum kematiannya.

F. Kurva kehidupan
Jika kita mengamati individu-individu dalam populasi dari mulai
lahir sampai mati maka kita dapat menggambarkannya dalam 3 tipe kurva
berdasarkan tiap pertambahan umur. Tipe I populasi sedikit mati pada

11
masa muda dan sebaliknya banyak mati pada saat dewasa dengan masa
hidup yang pendek. Tipe II populasi memiliki kematian yang konstan pada
semua tingkat umur. Tipe III populasi memiliki kematian yang tinggi pada
masa muda. Individu sedikit yang dapat hidup mencapai dewasa memiliki
resiko kematian yang rendah dan melanjutkan kehidupan yang lama.

G. Alokasi sumber-sumber kehidupan


Spesies tumbuhan memiliki pola alokasi sumber-sumber kehidupan
yang membuatnya tetap bertahan dari kepunahan. Pola-pola ini telah
dihasilkan dan diperhalus melalui seleksi alam. Pola alokasi sumber-
sumber dari tiap spesies sebagian ditentukan oleh nichenya. Organisme
memiliki sejumlah energi dan waktu yang terbatas untuk melengkapi
siklus hidupnya. Waktunya sendiri tidak dialokasikan tetapi penting dalam
perolehan energi fotosintetik dan dalam pemanfaatan energi untuk
pemeliharaan. Sebagian dari total energi yang tersedia digunakan untuk
tiap aktivitas dalam siklus kehidupan untuk akar, batang, daun, bunga,
benih atau buah dan sebagian untuk pertumbuhan, pemeliharaan atau
untuk pertahanan dari herbivor. Sejumlah waktu dihabiskan dalam fase
dorman, anakan, fase vegetatif, dewasa dan fase reproduksi. Organisma
berada dalam sebuah kontinuitas antara 2 ekstrem strategi alokasi sumber
yaitu r dan k. Strategi r yaitu tumbuhan hidup singkat dengan cepat
dewasa, menghuni habitat terbuka dalam komunitas seral dan
mencurahkan sebagian besar hasil fotositesisnya untuk menghasilkan
bunga, buah dan biji. Ukuran populasi mereka rapat tetapi tidak saling
bergantung yaitu ukuran populasinya dikendalikan oleh faktor fisik seperti
kebakaran, banjir, salju, masa kering dan lain-lain. Rumput dan jenis-jenis
pioner adalah contoh populasi strategi r. Strategi k yaitu tumbuhan
memiliki masa hidup yang lama, menghuni tempat tertutup, berada dalam
seral akhir atau komunitas klimaks dan mencurahkan sebagian kecil hasil
fotosintesisnya untuk reproduksi. Ukuran populasinya rapat dan saling
bergantung yaitu ukuran populasinya dikendalikan oleh interaksi biotik

12
seperti kompetisi. Ukuran populasi berhubungan erat dengan daya dukung
habitat. Pohon-pohon hutan merupakan contoh tumbuhan strategi.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Populasi merupakan sekelompok organisma dari spesies yang sama
yang menempati suatu ruang tertentu, dan mampu melakukan persilangan
diantaranya dengan menghasilkan keturunan yang fertil. Dengan demikian
hubungan antara organisma satu dengan organisma lainnya dalam populasi
dapat melalui dua jalan yaitu hubungan genetika dan hubungan ekologi.
Dalam situasi tertentu sekelompok individu ada kemungkinan
secara genetika terisolasi, persilangan hanya memungkinkan terjadi
diantara anggota kelompok itu sendiri. Kelompok organisma-organisma
yang terisolasi tersebut biasanya disebut ”populasi lokal”.Populasi lokal
adalah merupakan unit dasar dalam proses evolusi, pertukaran gena terjadi
secara terus-menerus dalam waktu yang relatif lama shingga terjadi
struktur gena yang khusus untuk kelompok tersebut dan akan berbeda
dengan struktur gena populasi lokal lainnya meski untuk species yang
sama. Hal ini dikarenakan adanya seleksi alami yang beroperasi
terhadapnya, sehingga menghasilkan individu-individu dengan susunan
gena yang memberi kemungkinan untuk bertahan terhadap lingkungan
lokal, dan akan berkembang dalam jumlah yang semakin banyak jika
dibandingkan dengan individu-individu yang tidak tahan.

B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, jika ada kekurangan dan
kesalahan dalam menyusun ataupun menuliskan kalimat mohon dimaafkan
dan harap memberikan kritikan dan saran yang membangun.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ahyuni, M., Izmiarti dan Afrizal. 2014. Kepadatan Populasi dan Distribusi
Ukuran Kerang Contradens sp. di Perairan Tanjung Mutiara Danau
Singkarak, Sumatera Barat. Jurnal Biologi Universitas Andalas.
3(3): 168-174.
Desmukh I. 1992. Ekologi dan Biologi Tropika. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.
Nurdin, J. 2009. Ekologi Populasi dan Siklus Reproduksi .jakarta
Odum, E.P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi, Edisi Ketiga. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Suin, N. M. 2002. Ekologi Populasi. Universitas Andalas. Padang.

15

Anda mungkin juga menyukai