Anda di halaman 1dari 23

KONSEP STRUKTUR POPULASI

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Matakuliah Ekologi Lanjut
yang Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Suhadi, M.Si. dan

Dr. Fatchur Rohman, M.Si.

Oleh:
Kelompok 3
Muhammad Fahrurrizal .A (1703418645)
Dasriani (170341864573)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
Oktober 2017

i
DAFTAR ISI
Halaman

Halaman Sampul ................................................................................................. i


Daftar Isi ............................................................................................................ ii
Daftar Gambar .................................................................................................. iii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................ 2
BAB II Pembahasan
A. Pengertian Populasi ................................................................................... 3
B. Karakteristik Populasi ............................................................................... 3
C. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Populasi ................................ 6
D. Model Pertumbuhan Populasi ................................................................... 8
E. Konsep Penyusutan Populasi ................................................................... 10
F. Faktor-Faktor Pembatas Populasi ............................................................ 14
BAB V Penutup
A. Simpulan .................................................................................................. 18
B. Saran ........................................................................................................ 18
Daftar Rujukan .................................................................................................. 19

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1. Pola Persebaran ....................................................................................... 5
2.2. Kurva Kesintasan ..................................................................................... 6
2.3. Model Pertumbuhan Eksponesial ............................................................. 9
2.4. Model Pertumbuhan Logistik .................................................................. 10
2.5. Pertumbuhan Populasi yang Diprediksi oleh Model Logistik ................ 12
2.6. Laju Kelahiran dan Kematian Sama-Sama Berubah menurut Densitas
Populasi ................................................................................................... 15
2.7. Laju Kelahiran Berubah menurut Densitas Populasi, tetapi Laju
Kematian Tidak Berubah .......................................................................... 15
2.8. Laju Kematian Berubah menurut Densitas Populasi, tetapi Laju
Kelahiran Tidak Berubah ............................................................................... 15

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makhluk hidup yang hidup di dunia ini merupakan individu. Makhluk
hidup tersebut hidup dan berinteraksi dengan makhluk hidup sejenis yang lain
sehingga membentuk populasi. Menurut Kendeigh (1980), populasi merupakan
merupakan sekumpulan individu yang berbeda antara satu tempat dengan tempat
yang lain pada spesies yang sama. Secara definitif populasi dibatasi ruang dan
waktu (limited and defined) sedangkan lingkungan merupakan variabel fisik dan
hayati yang mempengaruhi keberadaan pupulasi, termasuk interaksi antara
individu di dalam populasi itu sendiri maupun dengan spesies yang berbeda.
Sedangkan dem (deme) adalah populasi setempat (local population), yang setiap
pasangan (jantan maupun betina) memiliki peluang yang sama untuk kawin.
Populasi memiliki 2 ciri, yaitu ciri biologis dan ciri statistik. Ciri biologis
merupakan ciri-ciri yang dimiliki oleh individu-individu pembangun populasi itu,
meliputi: mempunyai struktur dan organisasi tertentu, mempunyai sejarah
kehidupan (lahir, tumbuh, berdiferensiasi, menjadi tua, dan mati), dapat dikenai
dampak lingkungan dan memberikan respons terhadap perubahan lingkungan,
mempunyai hereditas, dan terintegrasi oleh faktor- faktor hereditas. Ciri-ciri
statistik merupakan ciri uniknya sebagai himpunan atau kelompok
individuindividu yang berinteraksi satu dengan lainnya, meliputi: kerapatan,
sebaran, dispersi. Populasi dapat mengalami pertumbuhan dan penyusutan yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Baik pertumbuhan dan penyusutan populasi
memiliki model-model dan faktor-faktor yang mempengaruhinya masing-masing.
Maka dari itu, disusunlah makalah struktur populasi untuk mengerahui
karakteristik dari populasi, terutama pertumbuhan dan penyusutannya.
2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah pada makalah ini
adalah sebagai berikut.
1. Apakah yang dimaksud dengan populasi?
2. Bagaimana karakteristik populasi?
3. Apa sajakah faktor yang mempengaruhi pertumbuhan populasi?
4. Bagaimana model pertumbuhan populasi?
5. Bagaimana konsep penyusutan populasi?
6. Apa sajakah faktor-faktor pembatas populasi?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut.
1. Untuk menjelaskan pengertian populasi.
2. Untuk menjelaskan karakteristik populasi.
3. Untuk menjelaskan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan populasi.
4. Untuk menjelaskan model pertumbuhan populasi.
5. Untuk menjelaskan konsep penyusutan populasi
6. Untuk menjelaskan faktor-faktor pembatas populasi.
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Populasi
Populasi diartikan sebagai suatu kumpulan kelompok makhluk yang sama
spesies (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik),
yang mendiami suatu ruang khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang
walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok
dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu (Odum, 1971).
Taxonomiwan menggunakan istilah populasi untuk suatu kumpulan setempat
individu yang sedikit berbeda dari kumpulan setempat lain pada spesies yang
sama (Keindeigh, 1980). Suatu populasi dapat juga diartikan sebagai suatu
kelompok makhluk yang sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada
waktu yang khusus (Krebs, 1978). Jadi, populasi adalah kumpulan organisme dari
spesies yang sama yang menempati ruang tertentu dan memiliki berbagai ciri yang
unik dari kelompok.

B. Karakteristik Populasi
Populasi memiliki 3 karakteristik/sifat yang fundamental yakni densitas,
dispersi, dan demografika (Campbell dkk., 2008). Adapun penjelasan masing-
masing adalah sebagai berikut.
1. Densitas atau kerapatan atau kepadatan
Densitas adalah jumlah individu per satuan luas atau volume (Campbell
dkk., 2008). Misalnya, hasil penelitian Halidah dan Kama (2013) tentang
kerapatan mangrove Avicenia marina dan Sonneratia alba pada substrat pasir,
menjelaskan bahwa jenis A. marina rata-rata ditemukan sebanyak 32.500
pohon/ha untuk tingkat semai, 4.400 pohon/ha untuk tingkat pancang, 700
pohon/ha untuk tingkat tiang, dan 50 pohon/ha untuk tingkat pohon. Pada jenis S.
alba ditemukan rata-rata 7.500 pohon/ha untuk tingkat semai, 2.000 pohon/ha
untuk tingkat pancang, 300 pohon/ha untuk tingkat tiang, dan tidak ditemukan
tingkat pohon pada plot pengamatan. Jumlah tanaman yang tersebar dalam luasan
tertentu menggambarkan nilai kerapatan dari suatu tegakan tersebut. Nilai
4

kerapatan menunjukkan pola penyesuaian suatu jenis dengan lingkungannya.


Jenis dengan nilai kerapatan tinggi memiliki pola penyesuaian yang besar
(Fachrul, 2007). Data sebaran tanaman di atas ternyata jenis A. marina memiliki
kerapatan yang lebih tinggi dibanding jenis S. alba. Banyaknya jumlah tanaman
jenis A. marina pada setiap tingkatan menunjukkan bahwa jenis A. marina
mempunyai tingkat kesesuaian yang lebih baik dibandingkan dengan jenis S.
alba.
2. Dispersi
Dispersi/penyebaran adalah pola penjarakan antara individu dalam
perbatasan populasi (Campbell dkk, 2008). Penyebaran atau distribusi tumbuhan
dalam suatu populasi bisa bermacam-macam, pada umumnya memperlihatkan tiga
pola penyebaran, yakni acak, merata, dan berkelompok (Gambar 2.1).

a) Penyebaran secara acak (random, penjarakan yang tidak bisa diprediksi),


jarang terdapat di alam, posisi individu tidak beragntung dengan posisi
individu yang lain. Penyebaran ini biasanya terjadi apabila faktor
lingkungan sangat beragam untuk seluruh daerah dimana populasi berada,
selain itu tidak ada sifat-sifat untuk berkelompok dari organisme tersebut.
Misalnya, tumbuhan dandelion sebagai tumbuhan yang disebarkan melalui
biji yang tertiup angin, mungkin akan tersebar secara acak di habitat yang
cukup konsisten (Campbell dkk., 2008).

b) Penyebaran secara merata (uniform, bejarak sama). Penyebaran semacam


ini terjadi apabila ada persaingan yang kuat antara individu-individu dalam
populasi tersebut. Misalnya, tumbuhan invasif Clidemia hirta
mensekresikan zat kimia berupa alelopati yang dapat menghambat
germinasi dan pertumbuhan tumbuhan yang lain Impatiens platypetaladi
sekitar yang dapat bersaing memperebutkan sumber daya (Ismaini, 2015).

c) Penyebaran secara berkelompok (clumped), pola penyebaran yang paling


umum di alam, terutama untuk tumbuhan. Tumbuhan seringkali
berkelompok ketika kondisi tanah dan faktor-faktor lingkungan lain
mendukung germinasi dan pertumbuhan. Misalnya, hasil penelitian
Halidah dan Kama (2013) tentang pola persebaran mangrove Avicenia
5

marina dan Sonneratia alba pada substrat pasir, menjelaskan bahwa jenis
A. marina dan Sonneratia alba mempunyai persebaran berkelompok.

Gambar 2.1 Pola Persebaran

3. Demografika
Demografi adalah bidang yang mempelajari statistika vital populasi dan
perubahan statistika tersebut seturut waktu. Salah satu cara untuk
merangkum sebagian statristika vital populasi adalah tabel kehidupan.
Sedangkan metode grafik yang digunakan untuk mempresentasikan data
pada table kehidupan adalah kurva kesintasan (survivorship curve), yaitu
suatu plot proporsi atau jumlah kohor yang masih hidup pada setiap
kelompok usia (Campbell dkk., 2013). Mesikpun kurva kesintasan sangat
beragam, namun dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe umum (Gambar
2.2) yakni sebagai berikut.

a) Tipe I
 Laju kematian yang rendah pada individu muda dan berusia
pertengahan, dan kemudian turun drastis sewaktu laju kematian
meningkat di kelompok-kelompok usia tua. disebut juga kurva “late
loss”
 Contoh : Phlox drumondii
b) Tipe II
 Laju kematian yang konstan selama rentang hidup organisme,
disebut juga kurva “constant loss”
 Contoh : tanaman tahunan (kaktus)
6

c) Tipe III
 Laju kematian yang sangat tinggi pada anak, namun mendatar
sewaktu laju kematian menurun untuk sedikit individu yang sintas
melewati periode kematian di bagian awal, disebut juga kurva “early
loss”
 Contohnya : Tumbuhan dengan usia yang panjang

Gambar 2.2 Kurva Kesintasan

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Penurunan


Populasi
Menurut Campbell (2002), perubahan ukuran populasi mencerminkan laju
relatif proses penambahan individu ke dalam populasi tersebut dan pengurangan
individu dari populasi tersebut. Penambahan/pertumbuhan terjadi melalui
natalitas/kelahiran dan imigrasi, sedangkan pengurangan/penurunan/penyusutan
terjadi melalui mortalitas/kematian dan emigrasi. Angka kelahiran dan kematian
bervariasi dan bergantung pada umur dan jenis kelamin.

Di dalam demografi (kajian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi


pertumbuhan dan penurunan populasi), struktur umur dan rasio jenis kelamin
merupakan hal yang paling penting. Setiap kelompok umur memiliki angka
kelahiran (birthrate) atau fekunditas (fecundity) dan angka kematian (death rate).
Angka kelahiran (birthrate) atau fekunditas (fecundity) merupakan jumlah
keturunan yang dihasilkan selama jangka waktu tertentu, seringkali paling besar
pada individu-individu umur pertengahan (intermediet). Sedangkan angka
kematian (death rate) paling tinggi pada usia tua.
7

Kelompok umur pada tumbuhan tidaklah sama dengan makhluk hidup lain,
seperti hewan dan manusia. Pada tumbuhan terdapat lima karakteristik masa hidup
tumbuhan yang berhubungan dengan bentuk hidupnya, yaitu tumbuhan annual,
biannual, herbaceus perennial, sufrutescent shurb dan woody perennial.
a) Tumbuhan annual, hidup selama satu tahun atau kurang. Rata-rata hidup
mereka adalah 1 – 8 bulan, bergantung pada spesies dan lingkungannya
(spesies gurun mungkin dapat melengkapi daur hidupnya selama 8 bulan
setahun atau 1 bulan pada daur berikutnya tergantung pada curah hujan).
Tetapi ada tumbuhan annual yang sangat singkat daur hidupnya seperti
Boerrhavia repens dari Gurun Sahara, dimana masa hidup dari biji
kemudian jadi biji lagi hanya 10 hari. Tumbuhan annual biasanya
termasuk golongan herba yaitu golongan yang kehilangan meristem
sekunder untuk memproduksi jaringan kayu. Mereka mati setelah
menghasilkan biji. Hal ini dapat disebabkan oleh kehabisan nutrisi,
perubahan hormon atau ketidakmampuan jaringan nonkayu untuk tegak
pada lingungan yang tidak nyaman setelah masa pertumbuhan.

b) Tumbuhan Biannual hidup selama 2 tahun, juga merupakan herbaceus.


Tahun pertama adalah masa pertumbuhan vegetatif dan reproduksi terjadi
pada tahun kedua kemudian diikuti kematian tumbuahan. Di bawah
kondisi pertumbuhan yang miskin masa vegetatif dapat lebih panjang dari
satu tahun.

c) Tumbuhan perennial herbaceus dapat hidup selama 20 – 30 tahun


meskipun ada jenis pengecualian yang dapat hidup 200 – 800 tahun.
Tumbuhan ini mati dan kembali ke sistem perakaran pada akhir masa
pertumbuhan. Sistem perakaran menjadi berkayu tetapi bagian di atas
tanah adalah herbeceus. Mereka memiliki juvenil (anakan), masa vegetatif
2 – 8 tahun kemudian berkembang dan bereproduksi secara periodik 2 – 3
tahun sekali atau hanya sekali pada akhir masa hidupnya. Karena mereka
kehilangan lingkaran tahunnya maka sedikit dari tumbuhan ini yang
kelihatan telah tua dan untuk menentukan usianya dapat dengan cara
menghitung daun-daun yang luka tau berparut-parut.
8

d) Tumbuhan shrub sufrutescent (sub-shrub) adalah jenis perantara dari


perennial herbaceus dan shrub sejati. Mereka berkembang perennial,
jaringan kayu hanya pada daerah dekat pangkal batang dan sisa sbatang
keatasnya merupakan herbaceus yang kemudian kembali mati tiap tahun.
Mereka umumnya berukuran kecil kira-kira 25 cm dan hidupnya lebih
singkat dibanding shrub sejati.

e) Tumbuhan perennial woody (berkayu: pohon dan shrub) memiliki hidup


paling panjang: shrub 30 – 50 tahun, pohon angiosperm 200 – 300 tahun
dan pohon conifer 500 – 1000 tahun. Perennial berkayu menghabiskan
10% pertama dari masa hidupnya sebagai anakan yang seluruhnya
merupakan fase vegetatif, kemudian masuk fase kombinasi vegetatif dan
reproduksi dan mencapai puncak fase reproduksi beberapa tahun sebelum
kematiannya. Tumbuhan perennial memiliki meristem primer dan
sekunder yang secara teoritis mampu tumbuh bertambah besar dan panjang
selamanya.

D. Model Pertumbuhan Populasi


Semua populasi mempunyai potensi untuk tumbuh dengan cepat, baik
pertumbuhan dalam jumlah yang dapat dikatakan meledak suatu jumlah individu
dalam populasi dapat meningkatkan oleh adanya reaksi rantai yang saling
menunjang. Dari beberapa sifat dinamis populasi, tumbuh merupakan sifat yang
fundamental. Tumbuh merupakan kemampuan untuk menambah jumlah individu
dimana tumbuh dirumuskan sebagai sifat esensial yang membedakan populasi
hidup dan materi tak hidup (Wirakusumah, 2009).
Laju pertumbuhan populasi dinyatakan dalam jumlah individu, yang dalam
pertambahan populasi dibagi jangka waktu terjadinya penambahan ini dan dapat
dirumuskan sebagai berikut.

Laju Pertumbuhan= ΔN/ Δt

Dimana:
N = jumlah individu populasi asal
9

Δ = besar perubahan
T= waktu
Jadi ΔN menunjukkan setiap perubahan individu dalam populasi, dan Δt
interval waktu dari perubahan itu (Wirakusumah, 2009).
Populasi adalah suatu kesatuan yang selalu berubah dan yang menarik
perhatian adalah bukan hanya perubahan dalam ukuran besarnya dan
komposisinya pada saat yang manapun, tetapi juga bagaimanakah populasi itu
berubah. Ada beberapa karakteristik populasi yang berhubungan dengan istilah
laju, yang diperoleh dengan membagi perubahan dengan periode waktu
berlangsungnya perubahan. Jadi laju menunjukkan kecepatan sesuatu berubah
dalam satuan waktu. Cacah kelahiran per tahun adalah kelahiran. Istilah “per”
berarti “dibagi oleh”. Untuk rerata perubahan populasi dapat dinyatakan dengan
notasi baku delta N per delta t, dengan keterangan N = ukuran besarnya populasi
(atau ukuran lain untuk kepentingan), sedangkan t = waktu. Notasi untuk laju
sesaat adalah dN/dt (Abdullah, 2009).

Populasi-populasi memiliki pola-pola pertambahan yang disebut model


pertumbuhan populasi. Ada dua pola dasar pertumbuhan populasi yang didasarkan
atas bentuk kurva pertumbuhan hasil pengeplotan secara aritmatik, ialah model
pertumbuhan exponensial dan model pertumbuhan logistik (Campbell dkk., 2008).

a) Model pertumbuhan eksponensial


Model pertumbuhan eksponesial adalah model pertumbuhan yang
menjelaskan peningkatan populasi dalam kondisi-kondisi ideal dimana anggota-
anggota populasinya memiliki akses ke makanan melimpah dan bebas
bereproduksi sesuai kapasitas fisiologisnya. Model pertumbuhan ini juga disebut
dengan pertumbuhan populasi geometrik. Pada kondisi ini, laju peningkatan
perkapita dapat mencapai maksimum untuk spesies tersebut, disimbolkan dengan
rmax. Persamaan untuk pertumbuhan populasi eksponensial adalah

dN/dt = r * N
Ukuran populasi yang tumbuh secara eksponensial meningkat dengan laju
konstan, pada akhirnya menghasilkan kurva pertumbuhan berbentuk-J waktu
ukuran populasi diplot terhadap waktu (Gambar 2.3). Walaupun laju maksimum
10

peningkatan konstan, populasi mengakumulasi lebih banyak individu baru


persatuan waktu sewaktu populasi itu besar daripada ketika berukuran kecil,
dengan demikian kurva lama-lamaan akan semakin curam. Hal ini terjadi karena
pertumbuhan populasi bergantung pada N dan rmax, dan pada populasi yang lebih
besar terjadi lebih banyak kelahiran daripada populasi kecil yang tumbuh dengan
laju perkapita yang sama.

Gambar 2.3 Model Petumbuhan Eksponensial

b) Model pertumbuhan logistik


Model pertumbuhan logistik adalah model pertumbuhan yang menjelaskan
pertumbuhan populasi melambat sewaktu mendekati daya dukungnya. Sewaktu
densitas populasi meningkat, akses setiap individu ke sumber daya mengecil. Pada
akhirnya ada batasan jumlah individu yang dapat menempati suatu habitat. Daya
dukung (K) adalah ukuran populasi maksimum yang dapat dipertahankan suatu
lingkungan tertentu. Persamaan model logistik adalah

dN/dt = r * N * [(K-N) / K]

Sewaktu N lebih kecil daripada K, nilai (K-N)/K besar, dan laju


peningkatan per kapita, rmax N(K-N)/N, dekat dengan laju peningkatan
maksimum. Namun, ketika N besar dan sumber daya membatasi, maka (K-N)/K
kecil, demikian pula halnya dengan laju peningkatan perkapita. Model
pertumbuhan logistik menghasilkan kurva pertumbuhan sigmoid (berbentuk S)
sewaktu N diplot terhadap waktu (Gambar 2.4).
11

Gambar 2.4 Model Pertumbuhan Logistik

E. Konsep Penyusutan Populasi


Secara umum, dapat diketahui bahwa berkebalikan dengan pertumbuhan
populasi, suatu populasi akan mengalami penyusutan apabila laju kematian di
dalam populasi itu lebih besar dari laju kelahiran. Menurut Resosoedarmo (1990),
populasi sebagai suatu individu yang dinamis dapat bertumbuh dalam perjalanan
ruang dan waktu dapat mengalami kenaikan atau penyusutan kepadatannya,
tergantung pada kondisi sumber daya alam dan lingkungan hidupnya. Bila daya
dukung lingkungan tidak mendukung suatu kepadatan populasi, maka kepadatan
populasi dapat mengalami penyusutan, sebaliknya jika daya dukung lingkungan
itu menunjang, sehingga kebutuhan populasi akan makanan, habitat serta
kebutuhan lain terpenuhi maka akan meningkatkan populasi. Dengan kata lain
adanya interaksi-interaksi antar individu di dalam populasi itu maupun dengan
individu lain dari luar populasi maka populasi merupakan suatu kesatuan yang
dinamis yang dikenal dengan istilah seleksi alam.

Menurut Campbell (2002), konsep penyusutan populasi terkait dengan


model logistik, yang menjabarkan bahwa pertumbuhan populasi melambat ketika
mendekati daya dukung/daya tampung. Pada model pertumbuhan eksponensial,
mengasumsikan bahwa sumber daya jumlahnya tidak terbatas merupakan hal yang
tidak pernah ditemukan di dunia nyata. Hal ini dikarenakan setiap populasi yang
terus menerus tumbuh maka akan menghasilkan populasi dalam jumlah yang
semakin besar, sehingga terjadi peningkatan kepadatan populasi yang dapat
mempengaruhi kemampuan individu untuk mengambil sumberdaya yang
mencukupi pemeliharaan, pertumbuhan, dan reproduksinya. Oleh karena populasi
12

hidup pada keadaan dimana sumber daya terbatas, sehingga ketika populasi
semakin padata, maka tiap individu hanya mendapat sebagian kecil dari sumber
daya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat batasan jumlah individu yang dapat
menempati suatu habitat. Para ahli ekologi mendefinisikan daya tampung sebagai
ukuran populasi maksimum yang dapat dipertahankan/ditampung oleh suatu
lingkungan tanpa adanya pertambahan atau penurunan ukuran populasi selama
periode waktu yang relatif lama. Daya tampung disimbolkan sebagai K, yang
bervariasi dalam ruang dan waktu seturut kelimpahan sumber daya pembatas, di
antaranya: energi, tempat berlindung, perlindungan dari perdator, ketersediaan
nutrisi, air, dan tempat bersarang yang sesuai dapat menjadi faktor pembatas.

Menurut Campbell (2002), kepadatan populasi dan keterbatasan


sumberdaya memiliki dampak yang besar terhadap laju pertumbuhan populasi.
Jika individu tidak mendapatkan sumberdaya yang mencukupi untuk
bereproduksi, angka kelahiran per kapita akan menurun. Jika individu tidak
memperoleh cukup energi untuk mempertahankan hidupnya, maka angka
kematian akan meningkat. Suatu penurunan angka kelahiran (b) atau peningkatan
angka kematian (d) akan mengakibatkan laju pertumbuhan (r) yang kecil,
sehingga cenderung mengalami penyusutan.

Persamaan Pertumbuhan Logistik


Model matematis pertumbuhan populasi dapat dimodifikasi untuk
memasukkan perubahan laju pertumbuhan (r) ketika ukuran populasi tumbuh
mendekati daya tampung (N tumbuh mendekati K). Dalam model pertumbuhan
populasi logistik, laju peningkatan mendekati nol sewaktu daya dukung tercapai.
Model logistik pertumbuhan populasi menghasilkan kurva pertumbuhan sigmoid
(berbentuk S) sewaktu N diplot terhadap waktu (garis merah pada Gambar 2.5).
Individu-individu baru ditambahkan ke populasi paling cepat pada ukuran
populasi intermediat, ketika tidak hanya ada populasi yang berbiak dengan ukuran
yang cukup besar, namun juga tersedia banyak ruang dan sumber daya lain di
lingkungan. Laju pertumbuhan populasi melambat drastis sewaktu N mendekati
K.
13

Gambar 2.5 Pertumbuhan Populasi yang Diprediksi oleh Model Logistik

Model Logistik dan Pertumbuhan Nyata Populasi


Pertumbuhan populasi di laboratorium berada dalam lingkungan konstan,
tidak terdapat predator dan spesies pesaing yang dapat mengurangi pertumbuhan
populasi, kondisi-kondisi yang jarang terjadi di alam. Asumsi dasar yang
digunakan dalam model logistik jelas tidak berlaku pada semua populasi. Model
logistik juga menyertakan gagasan bahwa terlepas dari densitas populasi, setiap
individu baru dalam populasi memiliki efek negatif yang sama terhadap laju
pertumbuhan. Akan tetapi sejumlah populasi menunjukkan efek Alee dimana
individu mungkin lebih sulit bertahan hidup dan bereproduksi jika ukuran populasi
terlampau kecil. Misalnya, sebatang tumbuhan mungkin rusak akibat angin
kencang jika berdiri sendiri, namun akan terlindungi jika hidup
menggerombol/terlindungi individu-individu pohon.

Model logistik mengasumsikan bahwa populasi-populasi menyesuaikan


diri secara sangat cepat terhadap pertumbuhan dan mendekati daya tampung
dengan mudah. Pada kenyataannya sering kali ada waktu jeda/keterlambatan
sebelum efek-efek negatif peningkatan populasi terwujud. Contoh: ketika
beberapa sumberdaya penting, seperti makanan menjadi terbatas pada suatu
populasi, reproduksi akan berkurang, tetapi angka kelahiran kemungkinan tidak
segera terpengaruh.
Model logistik bermanfaat sebagai titik permulaan untuk memikirkan
bagaimana populasi tumbuh dan untuk mengkonstruksi model yang lebih
kompleks. Model itu juga penting dalam biologi konservasi untuk memprediksi
14

seberapa cepat populsi tertentu dapat mengalami peningkatan jumlah setelah


mengalami penurunan menjadi berukuran kecil. Selain itu, model logistik juga
berguna untuk mengestimasi laju panen berkelanjutan suatu populasi. Para ahli
biologi konservasi dapat menggunakan model itu untuk mengestimasi ukuran
kritis populasi organisme-organisme tertentu.

Model Pertumbuhan Populasi dan Sejarah Kehidupan


Model logistik memperkirakan laju laju petumbuhan yang berbeda untuk
populasi-populasi berdensitas rendah atau tinggi relatif terhadap daya tampung
lingkungan. Pada daya tampung tinggi, setiap individu hanya memperoleh sedikit
sumber daya, dan populasi tumbuh lambat atau bahkan berhenti sama sekali. Pada
densitas rendah, sumberdaya relatif melimpah, dan populasi tumbuh cepat. Setiap
kondisi mendukung ciri-ciri sejarah hidup yang berbeda. Pada densitas populasi
tinggi, seleksi mengunggulkan adaptasi yang memungkinkan organisme tetap
dapat hidup dan bereproduksi dengan sedikit sumberdaya. Kemampuan bersaing
dan penggunaan sumberdaya secara efektif akan diunggulkan dalam populasi-
populasi yang berada pada atau dekat daya tampung. Pada densitas populasi
rendah, adaptasi-adaptasi yang mendukung reproduksi secara cepat akan
terseleksi.

Para ahli ekologi telah mencoba menghubungkan perbedaan-perbedaan


sifat yang diunggulkan pada densitas populasi yang berbeda dengan model
pertumbuhan logistik. Populasi terseleksi oleh-K (K-selected population) disebut
juga populasi kesetimbangan (equilibrial population), yaitu populasi yang
cenderung akan hidup pada kepadatan populasi yang mendekati batas
sumberdayanya. Kompetisi antara individu-individu dalam populasi tersebut
relatif kuat. Pohon-pohon dewasa yang tumbuh dalam hutan tua merupakan
contoh organisme terseleksi-K. Populasi terseleksi oleh-r (r-selected population)
disebut juga populasi oprtunistik (opportunistic population), yaitu populasi yang
kemungkinan besar akan ditemukan dalam lingkungan yang bervariasi, dimana
kepadatan populasi berubah-ubah, atau dalam habitat terbuka sehingga
kemungkinan besar individu menghadapi sedikit persaingan. Kondisi semacam itu
sering ditemukan pada habitat-habitat yang terganggu.
15

Konsep seleksi-K dan r merepresentasikan dua ekstrem dalam kisaran


sejarah hidup yang nyata. Kerangka kerja seleksi K dan r, didasarkan pada
gagasan mengenai daya dukung, telah membantu para ahli ekologi mengajukan
berbagai alternatif hipotesis mengenai evolusi sejarah hidup. Hipotesis-hipotesis
alternatif itu sendiri telah merangsang penelitian lebih mendalam mengenai
bagaimana faktor-faktor seperti gangguan, cekaman, dan frekuensi kesempatan
reproduksi yang berhasil mempengaruhi evolusi sejarah hidup. Selain itu, juga
menelaah pertanyaan penting tentang mengapa laju pertumbuhan populasi
menurun sewaktu ukuran populasi mendekati daya dukung. Untuk menjawab
pertanyaan tersebut perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan populasi/pembatas populasi.

F. Faktor-Faktor Pembatas Populasi


Menurut Campbell (2002), faktor-faktor pembatas populasi, di antaranya:
a) Faktor yang mengatur pertumbuhan populasi bergantung pada kepadatan
populasi (density-dependent factor)

Pengertian biologis utama model logistik adalah peningkatan kepadatan


populasi mengurangi ketersediaan sumberdaya bagi individu suatu organisme, dan
keterbatasan sumberdaya akhirnya akan membatasi pertumbuhan populasi. Model
logistik tersebut sesungguhnya adalah model kompetisi intraspesies (intraspesific
competition), dimana ketahanan individu-individu dari spesies yang sama pada
sumberdaya terbatas yang sama. Ketika ukuran populasi meningkat, kompetisi
menjadi lebih sering dan laju pertumbuhan menurun sebanding dengan intensitas
kompetisi. Hal ini menunjukkan bahwa laju pertumbuhan populasi bergantung
pada kepadatan. Misalnya reproduksi rumput menurun sewaktu densitas populasi
meningkat, sebagian karena air atau nutrien menjadi lebih sulit diperoleh. Dengan
demikian, dalam populasi rumput ini, laju kelahiran diregulasi oleh faktor-faktor
bergantung densitas.
16

Gambar 2.6 Laju Kelahiran dan Kematian Sama-Sama Berubah menurut


Densitas Populasi

Gambar 2.7 Laju Kelahiran Berubah menurut Densitas Populasi, tetapi Laju
Kematian Tidak Berubah

Gambar 2.8 Laju Kematian Berubah menurut Densitas Populasi, tetapi Laju
Kelahiran Tidak Berubah
Regulasi Populasi Bergantung Densitas
Tanpa keberadaan umpan-balik negatif antara densitas populasi dan laju
kelahiran dan kematian vital, populasi tidak akan berhenti bertumbuh. Regulasi
bergantung densitas memberikan umpan balik itu, beroperasi melalui mekanisme-
17

mekanisme yang membantu mengurangi laju kelahiran dan meningkatkan laju


kematian, sehingga menghentikan pertumbuhan populasi.
1) Kompetisi untuk sumber daya
Dalam populasi yang bersesakan, peningkatan densitas populasi
mengintensifikasi kompetisi memperebutkan nutrisi dan sumber daya lain
yang berkurang, menyebabkan laju kelahiran menurun. Hidup
berdesakdesakan dapat mengurangi reproduksi oleh tumbuhan. Misalnya
reproduksi rumput menurun sewaktu densitas populasi meningkat,
sebagian karena air atau nutrien menjadi lebih sulit diperoleh.

2) Teritorialitas
Ruang teritori menjadi sumber daya yang diperebutkan individu yang
berkompetisi. Mempertahankan teritori meningkatkan kemungkinan
individu akan mendapatkan cukup makanan untuk bereproduksi.
Keberadaan individu surplus atau tak berbiak merupakan indikasi bagus
bahwa teritorialitas membatasi pertumbuhan populasi.

3) Penyakit
Densitas populasi juga dapat mempengaruhi kesehatan, dan dengan
demikian kesintasan organisme. Jika laju penularan suatu penyakit
bergantung pada laju tertentu kesesakan populasi, dampak penyakit
tersebut mungkin bergantung densitas. Di antara tumbuhan, keparahan
infeksi patogen fungi seringkali lebih besar di lokasi-lokasi dengan
densitas populasi tumbuhan inang yang lebih tinggi.

4) Limbah Toksik
Akumulasi zat buangan toksik dapat turut berperan dalam regulasi
bergantung-densitas terhadap ukuran populasi.

5) Faktor Intrinsik
Densitas populasi yang tinggi bisa menginduksi sindrom stres, berupa
perubahan hormonal yang menunda kematangan reproduksi untuk
bereproduksi. Dalam hal ini densitas tinggi menyebabkan peningkatan
mortalitas dan penurunan laju kelahiran
18

b) Faktor yang tidak bergantung pada kepadatan (density-independent factor)


tidak berhubungan dengan kepadatan populasi

Faktor yang tidak bergantung pada kepadatan (density-independent factor)


tidak berhubungan dengan kepadatan populasi, karena faktorfaktor tersebut
mempengaruhi persentase individu yang sama tanpa memperhitungkan kepadatan
populasi. Faktor-faktor yang tidak bergantung pada kepadatan yang paling umum
dan penting adalah yang berhubungan dengan cuaca dan iklim. Misalnya,
cekaman kekeringan yang timbul sewaktu akar rumput tersibak akibat pergeseran
pasir merupakan faktor yang tak-bergantung densitas. Contoh lain adalah
kebakaran dan badai topan yang melanda beberapa daerah sehingga memberi
pengaruh yang signifikan terhadap beberapa populasi.

c) Gabungan faktor-faktor yang bergantung pada kepadatan dan yang tidak


bergantung pada kepadatan kemungkinan membatasi pertumbuhan
sebagian besar populasi

Hal ini terjadi bila ada suatu fenomena dimana terjadi perubahan laju
kematian atau kelahiran dari suatu populasi yang diakibatkan oleh kepadatan dan
faktor lain yang tidak berhubungan dengan kepadatan, seperti cuaca dan iklim.
19

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
1. Populasi adalah kelompok organisme atau individu spesies yang sama,
yang menempati ruang dan waktu tertentu, memiliki sifat yang unik dari
masing-masing individu anggota kelompok tersebut.

2. Tiga karakteristik penting setiap populasi adalah kepadatan (density)


populasi, penyebaran (dispersion), dan demografika.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan populasi meliputi


natalitas/kelahiran dan imigrasi, sedangkan penurunan/penyusutan
populasi meliputi mortalitas/kematian dan emigrasi.

4. Model pertumbuhan populasi ada dua pola dasar yakni model


pertumbuhan eksponensial dan model pertumbuhan logistik.

5. Konsep penyusutan populasi meliputi persamaan pertumbuhan logistik,


model logistik dan pertumbuhan nyata populasi, dan model pertumbuhan
populasi dan sejarah kehidupan.

6. Faktor-faktor pembatas populasi meliputi faktor yang mengatur


pertumbuhan populasi bergantung pada kepadatan populasi (density
dependent factor), faktor yang tidak bergantung pada kepadatan (density
independent factor) tidak berhubungan dengan kepadatan populasi, dan
gabungan faktor-faktor yang bergantung pada kepadatan dan yang tidak
bergantung pada kepadatan kemungkinan membatasi pertumbuhan
sebagian besar populasi.

B. Saran
1. Pembaca sebaiknya lebih banyak membaca literatur terkait struktur model
pertumbuhan dan kaitannnya dengan konsep penyusutan sehingga dapat
membedakan antara pertumbuhan dan penyusutan.

2. Pembaca sebaiknya membaca makalah ini secara berurutan sehingga


pemahaman yang didapatkan tidak parsial dan lebih mudah dipahami.
20

DAFTAR RUJUKAN

Abdullah. 2009. Ekologi Tumbuhan. Banda Aceh: Unsyiah


Campbell, N.A., Reece, J.B., Urry, L. A., Cain, M.L., Wasserman, S.A., Minorsky, P.V.,
dan Jackson, R.B. 2002. BIOLOGI Edisi kelima-Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Fachrul, M.F. 2007. Metode sampling bioekologi. (Cetakan pertama). Jakarta: Sinar
Grafika Offset.
Halidah dan Kama, H. 2013. Penyebaran Alami Avicenia marina (Forsk) Vierh dan
Sonneratia alba Smith Pada Substrat Pasir (Distribution Pattern and Density
Avicenia marina (Forsk) Vierh and Sonneratia alba Smith on Sand Substrate).
Forest Rehabilitation Journal. 1(1): 51-58.

Ismaini, L. 2015. Pengaruh alelopati tumbuhan invasif (Clidemia hirta) terhadap


germinasi biji tumbuhan asli (Impatiens platypetala). PROS SEM NAS MASY
BIODIV INDON 1(4): 834-837

Kendeigh, S.C. 1980. Ecology with Special Reference to Animal and Man. Departement
of Zoological Univercity of Illinoist at Urbana-Champaign. New Delhi: Pretince-
Hall of India Private Limited.

Krebs. 1978. Ecology The Experimental Analysis of Distribution and Abundance.Third


Edition. New York :Harper and Row Distribution.

Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology. Philadelphia: W.B. Sounders Company Ltd.


Resosoedarmo, S. 1990. Pengantar Ekologi. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya.

Wirakusumah, S. 2009. Dasar-Dasar Ekologi, Menopang Pengetahuan Ilmu-ilmu


Lingkungan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Anda mungkin juga menyukai