Anda di halaman 1dari 17

DIVERSITAS SERANGGA POLINATOR KHAS PADA TANAMAN

KAYU PUTIH DI HUTAN KAYU PUTIH JATI ROWO,


DAWARBLANDONG, KABUPATEN MOJOKERTO

Disusun Oleh :

Cyntia Maylawati S 19030204044


Crystal Prima Yudha 19030204065
Nisa Rahmasasi 19030204085

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................i
PENDAHULUAN..................................................................................................1
METODE PENELITIAN.....................................................................................3
Lokasi dan Waktu Penelitian..........................................................................3
Prosedur Kerja................................................................................................4
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................5
KESIMPULAN....................................................................................................10
UCAPAN TERIMA KASIH................................................................................11
KONTRIBUSI PENULIS.....................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11
LAMPIRAN.........................................................................................................13

i
1

DIVERSITAS SERANGGA POLINATOR KHAS PADA TANAMAN


KAYU PUTIH DI HUTAN KAYU PUTIH JATI ROWO,
DAWARBLANDONG, KABUPATEN MOJOKERTO

Cyntia Maylawati Suhartoyo, Crystal Prima Yudha, Nisa Rahmasari


*Corresponding author : nisa.19085@mhs.unesa.ac.id

ABSTRAK
Hutan Kayu Putih di KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan) Mojokerto merupakan
salah satu tempat yang memiliki potensi melimpah dalam produk kehutanan non-
kayu yaitu minyak kayu putih. Salah satu indikator keberhasilan melimpahnya
minyak kayu putih adalah penyerbukan bunga kayu putih oleh serangga
pollinator. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis keanekaragaman dan
peran serangga pollinator yang ada pada hutan Kayu Putih di,Kabupaten
Mojokerto. Pengambilan sampel dilakukan pada dua titik lokasi dengan
menangkap serangga menggunakan jala serangga. Penelitian ini dilakukan dengan
metode survey deskriptif. Keanekaragaman serangga polinator dianalisis
berdasarkan indeks keanekaragaman Shanon – Wiener. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa di Hutan Kayu Putih, Kabupaten Mojokerto ditemukan tujuh
spesies serangga polinator. Indeks keanekaragaman spesies (H’) pada stasiun
pertama sebesar 1,077 dalam kategori tingkat keanekaragaman sedang dan pada
stasiun kedua sebesar 1,509 pada kategori tingkat keanekaragaman sedang, spesies
Apis cerana merupakan serangga polinator yang dominan dengan jumlah 37
individu.
Kata kunci : hutan kayu putih; serangga pollinator; indeks keanekaragaman
serangga pollinator

ABSTRACT
Eucalyptus forest in Mojokerto KPH (Forest Management Unit) is one of
the places that has abundant potential in non-timber forestry products, namely
eucalyptus oil. One indicator of the success of the abundance of eucalyptus oil is
the pollination of eucalyptus flowers by pollinator insects. This study aimeds to
analyze the diversity and role of pollinator insects in the Eucalyptus forest in
Mojokerto Regency. Sampling was carried out at two stations by catching insects
using insect nets. This research was conducted using a descriptive survey method.
Pollinator insect diversity was analyzed based on the Shannon - Wiener diversity
index. The results showed that in the Eucalyptus Forest, Mojokerto Regency,
there were six pollinator insect species. The species diversity index (H ') at the first
station was 1.077 in the medium diversity level category and at the second
station it was
1.509 in the medium diversity level category, Apis cerana species is the dominant
pollinator insect with 37 individuals.
Key words: eucalyptus forest; pollinator insect; pollinator insect diversity index
PENDAHULUAN
Serangga (Insecta) merupakan salah satu kelas dalam Filum Arthropoda yang
memiliki jumlah spesies yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah spesies
hewan-hewan lain dan masih beribu spesies yang belum terdeskripsikan status
taksonominya (Radiopoetro, 1990:335). Sejumlah 1,82 juta spesies hewan yang
telah diidentifikasi, serangga merupakan kelompok yang paling besar yaitu 60%
dari spesies tersebut atau lebih kurang ada 950.000 jenis. Jumlah spesies serangga
11 kali lebih banyak daripada jumlah spesies Arthropoda lain. Keanekaragaman
serangga ditentukan oleh sifat dan ciri karakter morfologi yang dimilikinya. Odum
(1993) menjelaskan bahwa keanekaragaman jenis cenderung akan rendah dalam
ekosistem yang secara fisik terkendali dengan karakteristik faktor pembatas fisik
kimia yang kuat dan akan tinggi dalam ekosistem yang diatur secara alami.
Serangga diidentikkan dengan hama dibidang pertanian, hal ini disebabkan
karena serangga dapat berperan sebagai vektor penyebab penyakit pada tanaman
(Balfas et al., 2002) dan pada manusia (Meilin dan Nasamsir, 2016). Namun, tidak
semua serangga bersifat sebagai hama atau vektor penyakit. Menurut Borror, et al
(1996) mengatakan bahwa secara tidak langsung serangga berperan menjaga
keseimbangan ekologi alam melalui rantai makanan, beberapa jenis burung
menjadikan serangga sebagai makanan utamanya. Serangga juga berperan dalam
bidang kedokteran dan penelitian ilmu pengetahuan. Serangga juga berperan
sebagai polinator atau penyerbuk, serangga memiliki kemampuan merespon
perubahan yang terjadi pada lingkungan, sehingga potensi serangga sebagai
bioindikator sangat diperhitungkan. Serangga membantu mentransfer tepungsari
dari antherke stigma sehingga terjadi adanya pembuahan. Hubungan tersebut
berperan penting bagi kehidupan manusia melalui dua mekanisme, yaitu penyedia
bahan makanan dan keberlanjutan keragaman hayati tumbuhan.
Indonesia merupakan penghasil minyak kayu putih terbesar di dunia. Minyak
kayu putih merupakan salah satu produk kehutanan non-kayu yang paling banyak
dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia, terutama untuk pengobatan.
Hutan Kayu Putih di Pulau Jawa sebagian besar ditanam di kawasan Perum
Perhutani, yang mengelola kebun seluas 27.320 ha di beberapa wilayah KPH
(Kesatuan Pemangkuan Hutan) salah satunya seperti pada KPH Mojokerto.
Serangga polinator memperoleh banyak manfaat dari kontaknya dengan bunga
berupa makanan, tempat berlindung dan membangun sarang atau tempat
melakukan perkawinan maka kontak tersebut dapat menjadi bagian yang tetap
dalam hidupnya dimana akan terbentuk interaksi yang konstan dengan tanaman
tersebut (Griffin dan Sedgley, 1989), sehingga terdapat jaminan terjadinya transfer
tepung sari yang mendukung pembuahan (Pacini, 2000). Dalam hal ini serangga
merupakan agen utama penyerbukan pada Melaleuca cajuputi atau kayu putih ini.
Bahkan hampir semua spesies dalam genus Melaleuca diserbuki oleh serangga.
Penelitian tentang serangga polinator pada tanaman minyak kayu putih sudah
pernah dilakukan oleh Kartikawati tahun 2010 terkait keanekaragaman serangga
pollinator pada tanaman kayu putih yang dikaji secara umum yaitu serangga yang
berpotensi sebagai pollinator pada tanaman kayu putih dihasilkan bahwa beberapa
jenis serangga pengunjung pada tanaman kayu putih antara lain lebah, kumbang,
kupu, semut dan lalat. Jenis-jenis serangga yang berpotensi sebagai polinator pada
tanaman kayu putih antara lain lebah madu, lebah dan kupu.
Melihat begitu besar peran serangga polinator dalam penyerbukan kayu putih
yang dapat dijadikan sebagai indikator keberhasilan dalam pengoptimalan
budidaya kayu putih, penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis
keanekaragaman dan peran serangga polinator yang ada pada Hutan Kayu Putih di
Mojokerto dengan harapan data hasil penelitian mengenai keanekaragaman dan
peran serangga tersebut di hutan Kayu Putih di Mojokerto dapat dijadikan
informasi bagi masyarakat sekitar dan bidang pendidikan dan penelitian
khususnya pada bidang biologi.

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Hutan Kayu Putih, Desa Jati Rowo, Kecamatan
Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto. Desa Jati Rowo merupakan daerah yang
dikelilingi area persawahan dan juga hutan. Penelitian ini dilakukan dengan
metode survey deskriptif dengan mengamati secara langsung kelompok serangga
yang ditemukan di lokasi penelitian serta pengoleksian langsung terhadap
spesimen serangga yang ditemukan di lokasi penelitian, kemudian melakukan
dokumentasi gambar kelompok serangga dengan kamera smartphone.
Pengambilan sampel dilakukan dengan penangkapan serangga menggunakan jala
serangga. Pengambilan sampling serangga pollinator dilaksanakan pada bulan
Maret hingga April 2021. Sebelum melakukan penelitian ini, dilakukan studi
pendahuluan dengan cara melihat peta lokasi melalui google earth dan
mempelajari serangga polinator yang ada di sekitar lokasi hutan Kayu Putih Desa
Jati Rowo.

Stasiun I

Stasiun I1

Gambar 1. Lokasi Hutan Kayu Putih Desa Jati Rowo


Prosedur Kerja
a. Pengambilan Sampling
Pengambilan sampel dilakukan pada dua tempat yang berbeda
yaitu pada area hutan yang dekat pemukiman warga dan area hutan yang
jauh dari pemukiman warga. Pengambilan sampel serangga polinator
membutuhkan jala serangga, amplop koleksi kapas dan toples. kemudian
untuk bahan yang digunakan yaitu alkohol. Pengambilan sampel
serangga polinator dilakukan. Pada setiap lokasi pengambilan sampel
dilakukan penangkapan serangga polinator dengan mengayunkan jala
serangga ke kanan dan ke kiri. Setelah mendapatkan serangga polinator,
serangga dimasukkan ke toples yang berisi kapas beralkohol untuk
dimatikan, kemudian dilakukan pengamatan ciri penting dari sampel
tersebut dan mendokumentasikan sampel dengan kamera smartphone.
Lalu dihitung jumlahnya, kemudian sampel serangga polinator
dimasukkan ke dalam amplop koleksi.
b. Pengawetan dan Identifikasi Spesimen
Sampel serangga polinator yang telah disimpan di dalam amplop
koleksi kemudian diawetkan dengan cara dikeringkan dalam suhu ruang,
jika hewan yang didapat terlalu besar, maka bagian belakang serangga
akan disuntik dengan formalin 4% dan badannya disapu dengan formalin
4% menggunakan kuas. Setelah mengering serangga kemudian
dimasukkan insektarium dan diberi label keterangan diluar insektarium
yang berisi catatan khusus berupa informasi desktripsi identifikasi,
kolektor, dan juga informasi klasifikasi yang kami peroleh dari website
https://www.insectidentification.org/bugfinder-start.asp.
c. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menghitung indeks
keanekaragaman spesies serangga polinator di area Hutan Kayu Putih
dengan menggunakan rumus Shannon-Wiener (H’) (Krebs, 1999) dengan
rumus :
H’ = -∑ ρi In ρi
Keterangan :
H’ = Indeks keanekarangaman spesies
ρi = Perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan spesies
ρi = ni/N
N = Jumlah individu spesies ke-i

Dengan kriteria indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dibagi


menjadi 3 yaitu :
H’ < 1 = keanekaragaman rendah
1 < H’ < 3 = keanekaragaman
sedang H’ > 3 = keanekaragaman
tinggi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengambilan sampel terletak di lokasi Hutan Kayu Putih, Desa Jati Rowo,
Dawarblandong, Mojokerto, Jawa Timur. Lokasi pengambilan sampel dilakukan
pada serangga polinator yang terdapat di sekitar pohon Kayu Putih, ataupun ketika
serangga hinggap pada bunga Kayu Putih. Lokasi dibagi menjadi 2 stasiun yaitu
pada area hutan yang dekat dengan pemukiman dan hutan yang jauh dari
pemukiman seperti ditunjukan pada Gambar 2 dan 3.

Gambar 1. Stasiun I Gambar 2. Stasiun II

Penelitian yang dilakukan dari dua titik area pengambilan sampel

ditemukan
sebanyak 7 sampel Serangga Polinator (Insecta) yang terdiri dari 7 spesies yang
termasuk ordo Hymenoptera, Diptera, dan Lepidoptera. Berikut merupakan
Serangga Polinator yang diperoleh dari hasil sampling lapangan di Hutan Kayu
Putih, Desa Jati Rowo, Dawarblandong, Mojokerto, Jawa Timur.

Tabel 1. Data hasil sampling lapangan di Hutan Kayu Putih, Desa Jati Rowo,
Dawarblandong, Mojokerto, Jawa Timur.
Stasiun Jumlah
No Nama Spesies I II Spesies
1 Apis cerana 24 13 37
2 Amata huebneri 5 3 8
3 Eristalinus 5 - 5
quinquestriatus
4 Ypthima dohertyi 1 3 4
5 Spoladea recurvalis 2 2 4
6 Sameodes cancellalis - 4 4
7 Euproctis similis - 2 2
Total 37 27 59

Kemudian disajikan indeks keanekaragaman dari masing masing stasiun


seperti pada tabel berikut.
Tabel 2. Indeks Keanekaragaman Serangga Polinator pada Stasiun I Hutan Kayu
Putih, Desa Jati Rowo, Dawarblandong, Mojokerto, Jawa Timur.
Jumlah
No Nama Spesies ρi ln ρi H’
Spesies
1 Apis cerana 24 0,64865 -0,43286 0,28077
2 Amata huebneri 5 0,13513 -2,00152 0,27046
Eristalinus
3 5 0,13513 -2,00152 0,27046
quinquestriatu
s
4 Ypthima dohertyi 1 0,02703 -3,61081 0,09760
5 Spoladea recurvalis 2 0,05405 -2,91786 0,15771
6 Sameodes cancellalis - - - -
7 Euproctis similis - - - -
Total 37 1,077

Tabel 3. Indeks Keanekaragaman Serangga Polinator pada Stasiun II Hutan Kayu


Putih, Desa Jati Rowo, Dawarblandong, Mojokerto, Jawa Timur.
Jumlah
No Nama Spesies ρi ln ρi H’
Spesies
1 Apis cerana 13 0,48148 -0,73089 0,35191
2 Amata huebneri 3 0,11111 -2,19723 0,24413
Eristalinus
3 - - - -
quinquestriatus
4 Ypthima dohertyi 3 0,11111 -2,19723 0,24413
5 Spoladea recurvalis 2 0,07407 -2,60274 0,19278
6 Sameodes cancellalis 4 0,14814 -1,90959 0,28289
7 Euproctis similis 2 0,07407 -2,60274 0,19278
Total 27 1,509

Berdasarkan data hasil sampling lapangan yang di lakukan diperoleh hasil


7 spesies pada Serangga Polinator yaitu Apis cerana, Amata huebneri, Eristalinus
quinquestriatus, Euproctis similis, Ypthima dohertyi, Spoladea recurvalis,
Saemodes cancellalis, dan Euproctis similis dengan klasifikasi yang dapat dilihat
pada tabel berikut.

Tabel 4. Klasifikasi Spesies Serangga Polinator di Hutan Kayu Putih, Desa Jati
Rowo, Dawarblandong, Mojokerto, Jawa Timur.
No Nama Spesies Genus Famili Ordo Kelas
1 Apis cerana Apis Apidae Hymenoptera Insecta
2 Eristalinus Eristalinus Syrphidae Diptera Insecta
quinquestriatu
s
3 Amata huebneri Amata Erebidae Lepidoptera Insecta
4 Euproctis similis Euproctis Erebidae Lepidoptera Insecta
5 Ypthima dohertyi Ypthima Nymphalidae Lepidoptera Insecta
6 Spoladea recurvalis Spoladea Cambridae Lepidoptera Insecta
7 Sameodes cancellalis Sameodes Cambridae Lepidoptera Insecta
Dari hasil pengamatan, diperoleh Indeks Keanekaragaman spesies (H’)
pada masing masing stasiun yang diteliti yakni berbeda dimana pada stasiun I
indeks keanekaragaaman spesies sebesar 1,077 dan indeks keanekaragaman
spesies pada stasiun II sebesar 1,509, dimana kedua stasiun termasuk dalam
kategori tingkat keanekaragaman sedang. Tingkat keanekaragaman tidak jauh
disebabkan oleh kondisi lingkungan yang mana juga sangat berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup spesies yang ada dikawasan Hutan Kayu Putih ini sehingga
berpengaruh pula terhadap banyaknya sampel yang diambil. Pernyataan ini sama
dengan Subekti (2012) yang menyatakan bahwa keberadaan suatu jenis serangga
dalam suatu habitat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan antara lain kondisi
suhu udara, kelembapan udara, cahaya, vegetasi, dan ketersediaan pakan.
Kemudian perbedaan pada area hutan yang jauh dari pemukiman warga memiliki
tingkat keanekaragaman yang tinggi daripada area hutan yang dekat dengan
pemukiman warga dikarenakan oleh ketersediaan bahan pangan dan faktor lain.
Perubahan yang terjadi pada lingkungan hidup manusia, menyebabkan adanya
gangguan terhadap keseimbangan, karena sebagian dari komponen lingkungan
menjadi berkurang fungsinya. Perubahan lingkungan juga dapat terjadi karena
campur tangan manusia, namun dapat pula terjadi karena faktor alami (Odum,
1971).
Berdasarkan sampling yang berhasil ditemukan pada dua stasiun, beberapa
famili ditemukan terdapat di kedua stasiun ataupun hanya terdapat pada salah
satunya. Adapun Serangga yang ditemukan dilokasi penelitian terdiri dari 3 ordo
yaitu Ordo Hymenoptera dengan famili Apidae didapat 1 spesies Apis cerana.
Ordo Diptera dengan famili Syrphidae didapat 1 spesies Eristalinus
quinquestriatus, kemudian Ordo Lepidoptera dengan 3 famili yaitu famili
Erebidae yang didapat 2 spesies Amata huebneri dan Euproctis similis, famili
Nymphalidae didapat 1 spesies Ypthima Dohertyi dan famili Cambridae didapat 2
spesies Spoladea recurvalis dan Sameodes cancellalis.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ordo Hymenoptera
khususnya pada spesies Apis cerana mendominasi seluruh populasi komunitas
karena persebaran kelompok Hymenoptera yang melimpah pada tiap stasiun
dimana indeks keanekaragamannya lebih besar daripada spesies lainnya yaitu
0,28077 pada stasiun pertama dan 0,35191 pada stasiun kedua. Hal ini bisa terjadi
karena pada saat pengambilan sampling, bunga pada pohon Kayu Putih sedang
bermekaran disepanjang kawasan hutan sehingga polen yang memiliki nutrisi
sangat penting bagi pertumbuhan larva dan perkembangan lebah madu (Keller et
al., 2005) menyebabkan spesies ini mendominasi pada kawasan Hutan Kayu Putih
tersebut. Lebah madu termasuk serangga yang bermanfaat baik dari produksi
koloni maupun segi layanannya terhadap ekosistem. Lebah madu merupakan
serangga polinator yang telah dimanfaatkan dalam bidang pertanian diantaranya,
untuk meningkatkan produksi berbagai jenis tumbuhan (Jasmi 2014).
Sebagian besar (± 80%) tanaman pertanian proses penyerbukannya
bergantung atau meningkat sejalan dengan meningkatnya kunjungan serangga
penyerbuk (Ashman et al., 2004). Serangga penyerbuk, terdiri atas beberapa Ordo
serangga (Diptera, Coleoptera, Hymenoptera dan Lepidoptera) dimana yang
ditemukan dilokasi yaitu 3 Ordo (Diptera, Hymenoptera dan Lepidoptera), namun
demikian yang perannya sangat penting untuk reproduksi sexual berbagai macam
tanaman pertanian, adalah dari Ordo Hymenoptera.

bulu
bercabang
(plumose) di
tubuh mereka

Gambar 4. Apis cerana

tanda mata yang sangat khas dalam bentuk bi

Gambar 5. Eristalinus quinquestriatus

adanya organ
tymbal
metepisternu
m pada
sternum
metathorax
Gambar 6. Amata huebneri
Tubuh berwarna
putih halus
seperti sutra
dengan ekor
berwarna
kuning
Gambar 7. Euproctis similis

Jumlah motif
polkadot pada
tubuhnya
sebagai penciri
spesies

Gambar 8. Ypthima dohertyi

Corak sayap
coklat dan
putih, mampu
bermigrasi
sangat lama
Gambar 9. Spoladea recurvalis

Corak sayap
berwarna coklat,
dengan bintik-
bintik putih yang
sebagian bergaris
hitam di sayap
depan, dan pita
putih di sayap
Gambar 10. Sameodes cancellalis belakang
Banyak tidaknya serangga yang ditemukan pada setiap stasiun disebabkan
oleh banyak faktor seperti tanaman Kayu Putih sedang mengalami pembungaan,
dimana tanaman Kayu Putih mengalami pembungaan sekitar bulan maret hingga
november, sehingga pada saat itu polen pada bunga kayu putih sebagai nutrisi
serangga melimpah. Borror (1996) menyatakan bahwa, “Makanan merupakan
salah satu faktor yang sangat penting dalam mempertahankan banyaknya hewan
ditempat hidupnya”. Kemudian waktu pengambilan sampling, pengambilan
sampling dilakukan sekitar pukul 10 – 12 siang dimana kemungkinan kurangnya
waktu pengamatan, spesies yang ditemukan pun tidak banyak. Dukungan dari
faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan juga intensitas cahaya pun sangat
berpengaruh. Pada suhu tertentu aktivitas serangga tinggi (sangat aktif),
sedangkan pada suhu yang lain aktivitas serangga rendah (kurang aktif).
Umumnya kisaran suhu yang efektif adalah suhu minimum yaitu 15 °C, suhu
optimum yaitu 25°C dan suhu maksimum yaitu 45°C. Pada suhu optimum
kemampuan serangga untuk beraktifitas mencari makan lebih maksimal,
meningkatkan reproduksi dan mengurangi kematian sebelum batas umur (Jumar,
2000). Di tegakan alamnya, M. cajuputi subsp. cajuputi tumbuh pada daerah
dengan suhu minimum 17-22 °C dan maksimum 31-33 °C; atau curah hujan rerata
tahunan sebesar 600 – 1750 mm (Noor et al., 2014). Sehingga sesuai dengan
penelitian yang dilakukan pada kawasan Hutan Kayu Putih pada waktu pukul 10-
12 siang dengan suhu rata rata 29°C ditemukan beberapa serangga polinator yang
sedang aktif untuk mencari makan. Produksi biji merupakan puncak dari
serangkaian aktifitas biologi reproduksi suatu jenis tanaman. Dalam memproduksi
biji selain faktor dari dalam tanaman itu sendiri (jumlah bunga, fertilitas) masih
terdapat faktor luar yang berperan penting yaitu kehadiran agen pembantu
penyerbukan (polinator). Penelitian serupa telah dilakukan oleh Noor K. et al.
(2014) dimana diketahui dari penelitian beliau salah satu faktor mempercepat
penyerbukan adalah adanya penyerbuk biotik dimana serangga polinator disini
yang mana didominasi oleh Apis cerana atau lebah madu sebagai agen utama
penyerbukan pada M. Cajuputi ini.

KESIMPULAN
Keanekaragaman serangga polinator khas tanaman kayu putih di Hutan Kayu
Putih, Desa Jati Rowo, Dawarblandong, Mojokerto, Jawa Timur memiliki indeks
keanekaragaman sebesar 1,077 pada stasiun I dan 1,509 pada stasiun II dengan
kategori tingkat keanekaragaman sedang. Perolehan serangga polinator khas
tanaman kayu putih di Hutan Kayu Putih, Desa Jati Rowo, Dawarblandong,
Mojokerto, Jawa Timur sebanyak 57 individu dengan 7 spesies dari 3 Ordo yaitu
Hymenoptera, Diptera, dan Lepidoptera. Berdasarkan hasil identifikasi, spesies
Apis cerana merupakan serangga polinator yang dominan dengan jumlah 37
individu.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Ibu Reni Ambarwati, S.Si., M.Sc. ; Ibu
Ulfi Faizah, S.Pd., M.Si. dan Ibu Dwi Anggorowati Rahayu, S.Si, M.Si. selaku
dosen mata kuliah Sistematika Hewan serta semua pihak yang telah banyak
memberikan bantuan dalam peneyelesaian penelitian ini.

KONTRIBUSI PENULIS
Penulis satu yakni Cyntia Maylawati Suhartoyo melakukan penulisan
pendahuluan, penelusuran pustaka, analisis data, sampling, dan dokumentasi
sampel. Penulis dua yakni Crystal Prima Yudha melakukan penulisan
pendahuluan, tinjauan pustaka, kesimpulan, sampling, dan pembuatan
insektarium. Dan penulis ketiga Nisa Rahmasari melakukan penulisan abstrak,
pemotretan sampel, identifikasi sampel dan pembuatan awetan.

DAFTAR PUSTAKA
Ashman TI 2000, Pollinator selectivity and its implications for the evolution of
dioecy and sexual dimorphisme, Ecology 81: 2577- 2591

Balfas, R, Supriadi, Mardiningsih,T.L., & Sugandi, E 2002, Penyebab dan


serangga vektor penyakit keriting pada tanaman lada. Jurnal Littri. 8 (1): 7–11.

Borror, DJ, Triplehorn, CA, & Johnson. NF 1996, Pengenalan pelajaran serangga,
edk 6 (Terjemahan), Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Griffin, A.R. & Sedgley, M 1989, Sexual reproduction of tree crops, Academic
Press Inc. Harcourt Brace Jovanovich Publishers, San Diego.

Jasmi 2014, Kajian morfometrik dan ekologi apis cerana fabr. (hymenoptera:
apidae) pada tanaman polikultur di sumatera barat, Disertasi Program Doktor
Ilmu- Ilmu Pertanian, Pascasarjana Universitas Andalas Padang.

Jumar 2000, Entomologi pertanian, Rineka Cipta, Jakarta.

Kartikawati, N,K 2010, Polinator pada tanaman kayu putih. Yogyakarta, Balai
Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan.

Keller, I., P. Fluri., & A. Imdorf 2005, Pollen nutrition and colony development in
honey bees-part II, Bee Word, 86: 27-34.

Meilin,A & Nasamsir 2016, Serangga dan peranannya dalam bidang pertanian dan
kehidupan. Jurnal Media Pertanian, 1(1): 18–28.
Noor K,K, Anto R, MudjiS, Liliana B, & Prastyono 2014, Budidaya dan prospek
pengembangan kayuputih (melaleuca cajuputi), IPB Press, Jakarta.

Odum, EP 1993, Dasar – Dasar Ekologi, edk 3, Gajah Mada Unversity Press,
Yogyakarta.

Odum EP. 1971. Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ketiga. Gadjah Mada Univesity
Press. Yogyakarta

Pacini, E 2000, From anther and pollen ripening to pollen presentation. Plant
Systematics and Evolution 222: 19-43.

Pariyanto, Riastuti, RD, Nurzorifah, M 2019, Keanekaragaman insekta yang


terdapat di hutan pendidikan dan pelatihan universitas muhammadiyah bengkulu.
Jurnal Pendidikan dan Sains 2(2):70-92.

Radiopoetro 1990, Zoologi, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Subekti N. 2012. Keanekaragaman jenis serangga di Hutan Tinjomoyo Kota


Semarang Jawa Tengah. Jurnal Tengkawang. 2(1):19-26.
LAMPIRAN

Alat dan Bahan

Kegiatan Praktikum Lapangan

ρi In ρi = -0,43286 H’ =
Perhitungan Indeks Keanekaragaman 0,28077
 Stasiun I
- Apis cerana - Amata huebneri H’ = -∑
H’ = -∑ ρi In ρi ρi In ρi Ρi = Ni/N
Ρi = Ni/N = 5/37 = 0,13513
= 24/37 = 0,64865 ρi In ρi = -2,00152 H’ =
0,27046
 Stasiun II
- Eristalinus quinquestriatus
- Apis cerana
H’ = -∑ ρi In ρi
H’ = -∑ ρi In ρi
Ρi = Ni/N
Ρi = Ni/N
= 5/37 = 0,13513
= 13/27 = 0,48148
ρi In ρi = -2,00152
ρi In ρi = -0,73089
H’ = 0,27046
H’ = 0,35191
- Ypthima dohertyi
- Amata huebneri
H’ = -∑ ρi In ρi
H’ = -∑ ρi In ρi
Ρi = Ni/N
Ρi = Ni/N
= 1/37 = 0,02703
= 3/27 = 0,11111
ρi In ρi = -3,61081
ρi In ρi = -2,19723
H’ = 0,09760
H’ = 0,24413
- Spoladea candellalis
- Ypthima dohertyi
H’ = -∑ ρi In ρi
H’ = -∑ ρi In ρi
Ρi = Ni/N
Ρi = Ni/N
= 2/37 = 0,05405
= 3/27 = 0,11111
ρi In ρi = -2,91786
ρi In ρi = -2,19723
H’ = 0,15771
H’ = 0,24413

- Spoladea candellalis
H’ = -∑ ρi In ρi
Ρi = Ni/N
= 2/27 = 0,07407
ρi In ρi = -2,60274
H’ = 0,19278

- Sameodes cancellalis
H’ = -∑ ρi In ρi
Ρi = Ni/N
= 4/27 = 0,14814
ρi In ρi = -1,90959
H’ = 0,28259

- Euproctis similis
H’ = -∑ ρi In ρi
Ρi = Ni/N
= 2/27 = 0,07407
ρi In ρi = -2,60274
H’ = 0,19278

Anda mungkin juga menyukai