Anda di halaman 1dari 19

IDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI

KAWASAN HUTAN ADAT GHIMBE PERAMUNAN DESA


PENYADINGAN KECAMATAN SEMENDE DARAT LAUT
KABUPATEN MUARA ENIM

Oleh

M. AFIT FIRANZAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

PALEMBANG

2022
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 5


1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 5
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 7
1.4 Batasan Masalah............................................................................................ 7
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 8
2.1 Burung ........................................................................................................... 8
2.2 Morfologi Burung ......................................................................................... 9
2.3 Habitat Burung ............................................................................................ 10
2.4 Penyebaran Burung ..................................................................................... 10
2.5 Keanekaragaman Jenis ................................................................................ 11
2.6 Hutan Adat Ghimbe Peramunan ................................................................. 11
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 13
3.1 Tempat dan Waktu ...................................................................................... 13
3.2 Bahan dan Alat ............................................................................................ 13
3.3 Metode Penelitian........................................................................................ 14
3.4 Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 14
3.5 Analisis Data ............................................................................................... 15
3.5.1 Indeks keanekaragaman ....................................................................... 15
3.5.2 Kelimpahan .......................................................................................... 15
3.5.3 Perbandingan keanekaragaman jenis burung ....................................... 16
3.5.4Indeks Kesamaan Jenis Burung ............................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ............................... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
DAFTAR TABLE
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Bagian-bagian tubuh burung. (Foto: M. Irham - LIPI) ...................... 9

Gambar 3. 1 Lokasi Desa Penyadingan Kecamatan Semende Darat Laut,


Kabupaten Muara Enim.Lokasi Desa Penyadingan Kecamatan Semende Darat
Laut, Kabupaten Muara Enim. .............................................................................. 13
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat keanekaragaman


yang tinggi, diantaranya dalam kategori burung tecatat sebanyak 1.771 spesies yang
ditemukan di Indonesia dan diantaranya terdapat 533 spesies yang dilindungi
(Saryanthi, 2019).Keanekaragaman Jenis Burung di Indonesia sering kali dikaitkan
dengan kondisi lingkungan, semakin tinggi keanekaragaman jenis burung maka
semakin seimbang suatu ekosistem di wilayah tempat hidup burung (Endah & Parta
Sasmita, 2015).

Burung merupakan satwa yang memiliki mobilitas tinggi dan memiliki


kemampuan penyebaran yang luas pada area terbuka, banyak hidup dikawasan
hutan, pedesaan dan perkotaan (Saefullah, et al. 2015, Reifani, et al. 2019). Burung
juga sangat berperan penting dalam ekosistem, perubahan struktur dan komposisi
vegetasi akan berpengaruh pada keanekaragaman spesies burung, keanekaragaman
burung pada suatu daerah dapat dijadikan indikator untuk kestabilan daerah itu
sendiri (Ayat & Tata, 2015; Susanto, et al. 2016).

Aktivitas burung membutuhkan habitat yang memiliki ketersediaan pakan


yang baik. Keanekaragaman burung dapat menjadi salah satu indikator kondisi
lingkungan (Saefullah, 2016). Keanekaragaman spesies burung di suatu komunitas
juga ditentukan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu waktu,
heterogenitas, ruang, persaingan, pemangsaan, kestabilan lingkungan dan
produktivitas. Hilangnya vegetasi juga menyebabkan hilangnya sumber pakan bagi
burung, sehingga akan berpengaruh bagi keanekaragaman burung disuatu wilayah.

Berdasarkan dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No SK.


3758/MENLHK-PSKL/PPKS/PKTH/PSL1/3/2019 tentang Penetapan Hutan Adat
Ghimbe Peramunan, maka secara hukum Hutan Adat Ghimbe Peramunan yang
terletak di Desa Penyandingan Kecamatan Semende Darat Laut seluas 43,7 Ha
dapat dikelola oleh Masyarakat Hukum Adat Puyang Sure Aek Big'a sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang undangan yang berlaku. (Deri Zulian 2022).

Penelitian sebelumnya yang sejenis sudah pernah diteliti oleh Nofan


Kurniawan dari Universitas Muhammadiyah Palembang 2018, dengan judul
“Identifikasi Spesies-Spesies Burung Di Desa Muara Lawai Kecamatan Merapi
Timur Kabupaten Lahat” Hasil penelitian menunjukan bahwa spesies burung yang
ada di perkebunan karet berjumlah 18 spesies, dan kelimpahan spesies dan
frekuensi sebaran burung di dominasi oleh spesies Cucak Kutilang (Pycnonotus
Aurigaster), keanekaragaman di hutan skunder dan perkebunan karet terbilang
sedang, sedangkan indkes kesamaan jenis di hutan skunder dan perkebunan karet
tinggi dengan nilai 62%.

Sampai saat ini, penelitian tentang keanekaragaman jenis burung di Hutan


Adat Ghimbe ini belum pernah dilakukan. karena itu, survei tentang
keanekaragaman jenis burung di lokasi ini penting untuk dilakukan. Berdasarkan
uraian di atas hal inilah yang melatarbelakangi dilakukanya penelitian tentang
keanekaragaman jenis burung di Hutan Adat Ghimbe Peramunan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Jenis Burung apa saja yang terdapat terdapat di kawasan Hutan Adat
Ghimbe Peramunan Desa Penyadingan Kecamatan Semende Darat Laut,
Kabupaten Muara Enim.

2. Bagaimana tingkat keanekaragaman dari jenis burung yang terdapat di


kawasan Hutan Adat Ghimbe Peramunan Desa Penyadingan Kecamatan
Semende Darat Laut, Kabupaten Muara Enim.

3. Bagaimana indeks dari keanekaragaman jenis burung yang terdapat di


kawasan Hutan Adat Ghimbe Peramunan Desa Penyadingan Kecamatan
Semende Darat Laut, Kabupaten Muara Enim.
1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui dan menganalisis tingkat keanekaragaman jenis burung yang


ditemukan di dalam kawasan Hutan Adat Ghimbe Desa Penyadingan
Kecamatan Semende Darat Laut, Kabupaten Muara Enim.
2. Mengetahui dan menganalisis tingkat kekayaan jenis burung yang
ditemukan di dalam kawasan Hutan Adat Ghimbe Desa Penyadingan
Kecamatan Semende Darat Laut, Kabupaten Muara Enim.
3. Mengetahui dan menganalisis tingkat kemerataan jenis burung yang
ditemukan di dalam kawasan Hutan Ghimbe Adat Desa Penyadingan
Kecamatan Semende Darat Laut, Kabupaten Muara Enim.

1.4 Batasan Masalah

1. Penelitian ini dilakukan di kawasan Hutan Adat Desa Penyadingan


Kecamatan Semende Darat Laut, Kabupaten Muara Enim.
2. Burung yang di teliti adalah jenis burung diurnal atau jenis burung yang
aktif mencari makanan dan aktivitas lainnya pada siang hari dan tidur di
malam hari yang terdapat di kawasan Hutan Adat Desa Penyadingan
Kecamatan Semende Darat Laut, Kabupaten Muara Enim.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi mahasiswa penelitian ini diharapkan dapat memberi bahan


pengetahuan dalam membantu memahami materi keanekaragaman jenis
burung di kawasan Hutan Adat Desa Penyadingan Kecamatan Semende
Darat Laut, Kabupaten Muara Enim.
2. Bagi Masyarakat hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi
serta data terbaru yang dapat digunakan sebagai rujukan tentang jenis
burung di kawasan Hutan Adat Desa Penyadingan Kecamatan Semende
Darat Laut, Kabupaten Muara Enim.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Burung

Burung merupakan satwa liar yang berperan penting dalam hal penyusun
rantai makanan, membantu penyerbukan, mengendalikan populasi serangga hama,
dan agen penyebar biji yang bermanfaat untuk meregenerasi hutan secara alami
(MacKinnon et al., 2010). Penurunan kualitas lingkungan karena berkurangnya
vegetasi dan tingginya aktivitas manusia juga berpengaruh terhadap kehilangan
tempat tinggal, berkembang biak, tempat bermain dan sumber pakan burung
(Nurdin, Nurlaila, Kosasih, & Herlina, 2020). Dengan demikian, burung
menjadikan indikator kualitas lingkungan. Burung sebagai salah satu satwa liar
yang menjadi indikator kualitas lingkungan, dapat dilihat dari keragamannya.
Semakin beragam burung-burung di suatu habitat, menunjukkan kualitas
lingkungan masih relatif baik. Selain itu, burung sangat bermanfaat di habitatnya,
karena memiliki fungsi vital secara ekologis pada lingkungan yang natural. Burung
juga memiliki nilai ekonomi dan budaya, baik secara langsung maupun tidak
langsung dikalangan masyarakat (Kim, et. al., 2001). Namun keberadaan burung di
habitatnya dapat terganggu dengan adanya perubahan lingkungan.

Burung merupakan salah satu komponen ekosistem yang memiliki peranan


penting dalam mendukung berlangsungnya suatu siklus kehidupan organisme.
Keadaan ini dapat dilihat dari rantai makanan dan jaring-jaring kehidupan yang
membentuk sistem kehidupannya dengan komponen ekosistem lainnya seperti
tumbuhan dan serangga (Sawitri, Muhktar, dan Iskandar 2010). Oleh karena itu
keberadaan burung di suatu kawasan sangatlah penting, karena dapat
mempengaruhi keberadaan dan persebaran jenis tumbuhan. Penurunan populasi
burung di suatu habitat atau kawasan dapat disebabkan karena adanya perubahan
infrastruktur, pengurangan vegetasi, kegiatan perburuan liar, pemanfaatan kawasan
sebagai tempat rekreasi, dan aktivitas manusia meningkat (Aryanti, Prabowo, &
Ma’arif, 2018). Selain itu, persebaran distribusi burung juga menjadi penyebab
penurunan atau kenaikan populasi burung. Setiap individu burung melakukan
adaptasi terhadap tipe-tipe habitatnya, ketersediaan pakan, aktivitas breeding, dan
perilaku sosial (Mainase, Warmetan, & Sinery, 2016).

2.2 Morfologi Burung

Secara umum bagian tubuh burung dapat dikelompokkan menjadi beberapa


bagian (Gambar 2.1). yaitu:

1. Kepala: mahkota, dahi, paruh, mata, lingkar mata, alis, kekang, garis mata,
malar, tengkuk, pipi, dagu, tenggorokan.
2. Tubuh bagian atas: leher, mantel, punggung, penutup ekor atas, ekor,
penutup sayap, dan sayap (primer dan sekunder).
3. Tubuh bagian bawah: dada, perut, penutup ekor bawah, kaki.

Gambar 2. 1 Bagian-bagian tubuh burung. (Foto: M. Irham - LIPI)


Tiap jenis burung dideskripsikan berdasarkan ciri-ciri morfologi eksternal
yang relatif mudah diamati. Ciri-ciri tersebut antara lain panjang total tubuh burung
yang di ukur dari paru sampai ekor untuk menentukan besar atau kecilnya tubuh
burung. Warna burung pada bagian-bagian tubuh utama seperti kepala, sayap, ekor,
tubuh bagian depan dan belakang. Selain warna bulu, warna bagian tubuh lain
seperti kaki dan mata juga sering kali dapat menjadi ciri pembeda jenis.
2.3 Habitat Burung

Habitat adalah suatu lingkungan dengan kondisi tertentu yang dijadikan


tempat suatu jenis atau komunitas hidup. Habitat yang baik akan mendukung
perkembangbiakan organisme yang hidup didalamnya secara normal. Habitat
memiliki kapasitas tertentu untuk mendukung pertumbuhan populasi suatu
organisme. Habitat merupakan bagian penting bagi distribusi dan jumlah burung,
(Bibby et al, 2000).

Faktor yang menentukan keberadaan burung adalah ketersediaan makanan,


tempat untuk istirahat, bermain, kawin, bersarang, bertengger dan berlindung.
Kemampuan areal menampung burung ditentukan oleh luasan, komposisi dan
struktur vegetasi, banyaknya tipe ekosistem dan bentuk areal serta keamanan,
Muhammad (2012). Burung merupakan salah satu margasatwa yang terdapat
hampir di setiap tempat, tetapi untuk hidupnya memerlukan syarat-syarat tertentu
yaitu adanya kondisi habitat yang cocok, baik, serta aman dari segala macam
gangguan. Habitat yang baik harus dapat menyediakan pakan, air, tempat
berlindung, tempat beristirahat dan tidur malam, serta tempat untuk
berkembangbiak baik ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas. Habitat burung
terbentang mulai dari tepi pantai hingga ke puncak gunung.

2.4 Penyebaran Burung

Pola sebaran merupakan salah satu ciri khas dari setiap organisme atau
populasi di suatu habitat. Setiap populasi mempunyai struktur atau penyusunan
individu yang dikenal dengan pola sebaran populasi. Sebaran tersebut merupakan
pergerakan individu ke dalam atau keluar dari suatu populasi (Nur et al 2013;
Natalia et al 2014). Pergerakan satwa liar baik dalam skala sempit maupun luas
merupakan usaha untuk memenuhi tuntutan hidupnya.

Burung membutuhkan suatu koridor untuk melakukan pergerakan yang


dapat menghubungkan dengan sumber keanekaragaman. Penyebaran suatu jenis
burung disesuaikan dengan pergerakkannya atau kondisi lingkungan seperti
pengaruh luas kawasan, ketinggian tempat dan letak geografis. Burung merupakan
kelompok satwaliar yang paling merata penyebarannya, ini disebabkan karena
kemampuan terbang yang dimilikinya, (Alikodra, 2002).

Kehadiran suatu burung pada suatu habitat merupakan hasil pemilihan


karena habitat tersebut sesuai untuk kehidupannya. Pemilihan habitat ini akan
menentukan burung pada lingkungan tertentu. Beberapa spesies burung tinggal di
daerah-daerah tertentu, tetapi banyak spesies yang bermigrasi secara teratur dari
suatu daerah ke daerah yang lain sesuai dengan perubahan musim. Jalur migrasi
yang umum dilewati oleh burung yaitubagian Utara dan Selatan bumi yang disebut
Latitudinal.

2.5 Keanekaragaman Jenis

Keanekaragaman jenis burung berbeda antar satu tempat dengan tempat


yang lain. Tinggi rendahnya suatu keanekragaman burung pada suatu komunitas
dipengaruhi oleh keanekaragaman tipe habitat, stuktur vegetasi,dan ketersediaan
pakan merupakan faktor utama yang mempengaruhi keanekaragaman jenis burung.
Selain faktor-faktor diatas, ada pula faktor lainnya yaitu musim dan cuaca,
kelembaban, produktivitasburung serta keberadaan predator juga mempengaruhi
tinggi rendahnya keanekaragaman jenis burung yang berada pada suatu lokasi.

Indeks keanekaragaman membuktikan bahwa kekayaan hayati dalam suatu


kawasan didukung secara penuh oleh kondisi ekologis disekelilingnya. Mulai dari
aktivitas makhluk hidup lain yang hidup berdampingan, keberadaan predator
ketersediaan pakan, hingga ketersediaan tempat tinggal yang aman dan nyaman
unuk burung tersebut hingga dapat berkembang biak, Keragaman jenis burung
merupakan suatu refleksi dari bermacam-macam habitat dan kondisi iklim yang
mampu mendukungnya (Sajithiran et al. 2004).

2.6 Hutan Adat Ghimbe Peramunan

Hutan Adat Ghimbe Peramunan yang terletak di Desa Penyandingan


Kabupaten Muara Enim. Terbentuknya Hutan Adat Ghimbe Peramunan berawal
dari puyang sure dari dusun muara danau mencalonkan diri sebagai pesirah dan
pada akhirnya masyarakat lebih memilih puyang kemakim akhinya puyang sure
mengalami kekalahan dalam pencalonan. Akhirnya puyang sure bermukim di
ataran belambangan dan melakukan badah tarak (semedi) kata penyandingan berarti
membandingan dusun ini dengan dusun muara danau berdiri pada tahun 1843 dusun
penyandingan marga semende darat.
Masyarakat adat telah mengenal adanya hutan larangan di wilayah adat
secara turun temurun dalam prakteknya disebut Hutan Peramunan adalah tempat
beramu, mengambil bahan untuk rumah milik masyarakat perindividu dengan
musyawarah para pemangku adat, pemerintahan dusun memikirkan Masyarakat
Hukum Adat Marge Semende Darat yang bermukim di Dusun Penyandingan,
dipimpin sekaligus oleh Kepala Dusun sebagai Ketua Lembaga Adatnya.
Masyarakat Hukum Adat Semende Darat masih memiliki hubungan yang kuat
dengan Hutan Adat Rimba Peramunan Puyang Sure.
Masyarakat Hukum Adat Marge Semende Darat memiliki aturan-aturan
adat dan sistem nilai yang mengatur tatanan kehidupan sosial masyarakat melalui
lisan adat / masyarakat adat Dusun penyandingan tertuang dalam “kitab karas” atau
surat ulu adat semende perlu di telusuri ke arsip nasional dikarnakan belum ada
yang paham secara lisan adat umum dan adat masalah pemamfaatan hutan
peramuan belum tertuang dalam kitab karas dan kesepakatan hasil musyawarah.
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian pengamatan burung ini dilaksanakan di kawasan Hutan Adat


Desa Penyadingan Kecamatan Semende Darat Laut, Kabupaten Muara Enim.
selama 1 bulan dimulai pada bulan Juli-Agustus 2022.

Sumber : Lembaga Pengelola Hutan Adat Puyang Sure Aek Big'a


Ghimbe Peramunan,2021.
Gambar 3. 1 Lokasi Desa Penyadingan Kecamatan Semende Darat Laut,
Kabupaten Muara Enim.Lokasi Desa Penyadingan Kecamatan Semende Darat
Laut, Kabupaten Muara Enim.
3.2 Bahan dan Alat

Alat-alat yang diperlukan untuk pengamatan ini berupa kamera digital, alat
tulis, teropong, lembar pengamatan, dan buku panduan lapangan burung-burung di
Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan yang ditulis oleh MacKinon tahun 2010.
NO Alat dan Bahan Kegunaan
1. Kamera Digital Mengabadikan momen selama penelitian.
2. Alat Tulis Untuk menulis atau mencatat saat penelitian.
Untuk melihat sebuah benda dari jarak yang
3. Teropong
jauh sehingga akan tampak lebih jelas.
4. Kompas Menunjukkan arah.
Untuk memungkinkan penentuan lokasi
5. GPS
geografis yang akurat.
6. Tally sheet Memudahkan pada saat mencatat suatu objek
yang ditemukan.
7. Buku Panduan Lapangan Sebagai refrensi tentang jenis-jenis burung
yang di jumpai di lapangan.

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.


Metode penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel dilakukan
secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data
bersifat kuantitatif.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengambilan data burung di lapangan dilakukan menggunakan metode IPA


(Indices Ponctuels d’Abondence) atau Point Count. Dalam metode IPA, pengamat
berhenti pada suatu titik di habitat yang diamati, dan menghitung semua burung
yang terdeteksi (baik yang terlihat lewat lensa binokuler secara langsung maupun
melalui suara burung) selama selang waktu 20 menit. Pengamatan dilakukan pada
pagi hari pukul 06.00 - 09.00 WIB dan sore hari pukul 15.00 – 18.00 WIB.
Penentuan jalur pengamatan dilakukan secara terarah, agar burung yang ditemui
adalah jenis burung yang ada di habitat tersebut.
Hasil yang didapat dengan metode ini berupa kelimpahan relatif.
Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan didapatkan informasi bahwa lokasi
penelitian memiliki luas 43,7 Ha. Metode yang digunakan di lapangan yaitu
sampling dengan metode jalur transek (strip transect) menggunakan garis lurus dan
lebar jalur sebagai batas. Panjang jalur yang digunakan adalah 1 km dengan lebar
kanan dan kiri, sehingga model dari metode ini berbentuk persegi panjang.
(Gambar 1).

Gambar 3. Inventarisasi burung dengan metode jalur


Metode lain yang digunakan adalah motode wawancara. Wawancara
dilakukan pada warga sekitar kawasan yang aktivitas kesehariannya berada di
dalam kawasan
3.5 Analisis Data

3.5.1 Indeks keanekaragaman


jenis Kekayaan jenis burung ditentukan dengan menggunakan
indeks keanekaragaman ShannonWiener dengan rumus (Mangurran,
1988):
H’ = − ∑ Pi ln Pi
ni
dengan Pi = ∑ N

Keterangan:
ni = Jumlah individu spesies ke-i
N = Total jumlah individu semua jenis yang ditemukan
Menurut Magurran (1988), nilai Indeks keanekaragaman burung berkisar
antara 1,5 – 3,5. Nilai 3,5 menunjukkan keanekaragaman yang tinggi.

3.5.2 Kelimpahan
Kelimpahan dihitung dengan membandingkan jumlah individu
suatu jenis dengan jumlah individu seluruh jenis dengan rumus (Helvoort,
1981).
Jumlah individu spesies ke-i
Ki = Jumlah individu seluruhhnya×100%

dimana Ki = nilai kelimpahan


Berdasarkan jumlah kehadiran spesies burung yang ditemukan di lapangan,
dapat ditentukan kategori kelimpahan relatif menjadi lima kelas yaitu:
Dominant (dominan) : > 8
Abundant (melimpah) : 2,1 - 8
Frequent (sering) : 1,1 - 2
Occasional (sesekali) : 0,1 - 1
Rare (jarang) : < 0,1

3.5.3 Perbandingan keanekaragaman jenis burung


Untuk membandingkan keanekaragaman burung antara berbagai
habitat digunakan uji Hutcheson dengan menghitung varian dari kedua
habitat, mencari t hitung dan menghitung diferensialnya (Mangurran, 1988):
∑ pi (In pi)2 -( ∑ pi In pi)2 S-1
+ 2
2a 2N
Pi = ni/N
N = total jumlah individu
S = total jumlah suku dalam sample.

3.5.4 Indeks Kesamaan Jenis Burung


Habitat sangat mempengaruhi komposisi jenis burung dalam suatu
komunitas. Perubahan komposisi pada setiap habitat dapat diukur dengan
indeks kesamaan jenis (Similarity Index) terhadap jenis burung. Rumus
yang digunakan berdasarkan Jaccard (1901) dalam Krebs (1978) adalah :
a
Indeks Kesamaan Jenis (SI) = a+b+c

Dimana :
a = jumlah jenis yang umum di komunitas A dan B
b = jumlah jenis yang unik di komunitas A tetapi tidak di komunitas B
c = jumlah jenis yang unik di komunitas B tetapi tidak ada di komunitas A
Untuk melihat tingkat kesamaannya, digunakan dendrogram kesamaan jenis
burung (Krebs, 1978). Nilai indeks kesamaan jenis ini digunakan juga untuk
menguji kesamaan antar habitat maupun antar plot.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, I. S., Suryaningsih, S., & Nasution, E. K. (2022). Keanekaragaman


Keanekaragaman Spesies Burung Diurnal di Cagar Alam Nusakambangan
Timur. BioEksakta: Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed, 3(3), 185-189.

Banoet, S. Y., Purnama, M. M., & Rammang, N. (2020). Studi Keanekaragaman Jenis
Burung di Taman Wisata Alam Baumata, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Wana Lestari, 3(02), 1-10.

Kurniawan, I. S. (2019). Keanekaragaman Aves di Kawasan Cagar Alam Pananjung


Pangandaran. Titian Ilmu: Jurnal Ilmiah Multi Sciences, 11 (1), 37-44.

Kurniawan, I. S., Tapilouw, F. S., Hidayat, T., & Setiawan, W. (2019). Keanekaragaman
Aves di Kawasan Cagar Alam Pananjung Pangandaran. Titian Ilmu: Jurnal Ilmiah
Multi Sciences, 11(1), 37-44.

Lembaga Pengelolaan Hutan Adat . 2021. Rencana Pengelolaan Hutan Adat


Ghimbe Peramunan. Lembaga Pengelolaan Hutan Adat Puyang Sure Aek
Big'a Ghimbe Peramunan Kabupaten Muara Enim.

MacKinnon J, Karen Phillips, Bas van Balen. 2010. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali
dan Kalimantan. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor Mangguran, A. E.
1988. Ecological Diversity and Its Measurement. Croom Helm Limited. London.

MARHENTO, G. (2016). IDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DAN KEARIFAN


TRADISIONAL MASYARAKAT DALAM UPAYA KONSERVASI DI PULAU RAMBUT
KEPULAUAN SERIBU . Jurnal Formatif.

Putri, W. Z. (2021). Identifikasi dan keanekaragaman jenis burung di pulau condong


lampung selatan .

Sihotang, D. F., Patana, P., & Jumilawaty, E. (2013). Identifikasi Keanekaragaman Jenis
Burung di Kawasan Restorasi Resort Sei Betung, Taman Nasional Gunung
Leuser/(Identification Diversity of Bird Species in Restoration Area at Sei Betung
Resort, Gunung Leuser National Park). Peronema Forestry Science Journal, 2(2),
59-66.

Supartono T., Ismail, A. Y., & Hamdani, A. (2015). KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI
KAWASAN GUNUNG SUBANG KABUPATEN KUNINGAN PROVINSI JAWA
BARAT. Wanaraksa, 9(02).

Turner, & Garibaldi. (2004: 87).


Zulian, D. (2022). sk hutan adat desa penyandingan. Dipetik Juli 2022, 7, dari lentera
pendidikan: http://www.lenterapendidikan.com/berita/muara-enim/view/sk-
hutan-adat-desa-penyandingan-seluas-437-hektar-resmi-diterima.html
Tally Sheet Pengamatan Burung
Hari/Tanggal :
Lokasi :
Jalur :
Titik koordinar :

Jumlah
No Nama Lokal Nama Ilmiah Keterangan
individu

Anda mungkin juga menyukai