Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

KUALITAS TETAS TELUR BURUNG GOSONG SULA (Megapodius bernsteinii)


(Upaya Pelestarian Burung Endemik Kabupaten Kepulauan Sula)

BIDANG KEGIATAN
PKM PENELITIAN

Diusulkan oleh:
Subhan Silia (Ketua) 04141411011 Angkatan 2014
Ariyanto (Anggota 1) 04141611007 Angkatan 2016
Hendro Priyono (Anggota 2) 04141711006 Angkatan 2017

UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2019
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ……………………………….................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………….. ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….... iii
BAB 1. PENDAHULUAN ………………………………………………….. 1
1.1. Latar Belakang ……………………………………………………. 1
1.2. Perumusan Masalah ………………………………………………. 2
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………………… 2
1.4. Luaran Penelitian …………………………………………………. 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………. 3
2.1. Burung Gosong Sula (Megapodius bernsteinii) ………………….. 3
2.2. Telung Burung Megapodius …………………...…………………. 3
2.3. Penyimpanan Telur Tetas ………………………………………… 4
2.4. Penetasan …………………………………………………………. 5
2.5. Kualitas Tetas …………………………………………………….. 5
BAB 3. METODE PENELITIAN …………………………………………… 6
3.1. Alat dan Bahan ……………………………………………………. 6
3.2. Metode Penelitian ………………………………………………… 6
3.3. Analisa Data ………………………………………………………. 7
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN ……………………………... 8
4.1. Anggaran Biaya …………………………………………………... 8
4.2. Jadwal Kegiatan …………………………………………………... 8
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 9
LAMPIRAN-LAMPIRAN …………………………………………………... 10

iii
1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Burung Gosong Sula (Megapodius bernsteinii) merupakan salah satu burung
endemik Kabupaten Kepulauan Sula Propinsi Maluku Utara yang terancam punah
dan termasuk dalam katagori genting (IUCN, 2008). Penyebab utama yaitu
eksploitasi telur dan perburuan liar yang tidak terkendali, degradasi dan fragmentasi
habitat yang berkelanjutan. Hal tersebut sebagai akibat dari aktivitas manusia,
lemahnya pengamanan dan pengawasan, rendahnya kesadaran masyarakat dan
tuntunan ekonomi yang mendesak.
Kelangsungan hidup burung Gosong Sula sangat penting khusus dari segi
kebudayaan, keanekaragaman hayati, ilmu pengetahuan dan komponen ekosistem
alam, oleh karena itu status populasi burung ini sudah dilindungi berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Pertanian nomor 757/Kpts/Um/12/1979 tertanggal 5 Desember
1979 (Noerdjito dan Maryanto, 2001). Namun sampai saat ini, lokasi bertelur burung
Gosong Sula di Kecamatan Mangoli Barat (Kabupaten Kepulauan Sula) belum ada
suatu keputusan untuk melindungi lokasi burung ini melangsungkan kehidupannya
agar dapat terhindar dari ancaman kepunahan.
Kecamatan Mangoli Barat Kabupaten Kepulauan Sula merupakan daerah
populasi terbesar bagi burung Gosong Sula (Megapodius bernsteinii). Masyarakat
setempat memanfaatkan burung dan telurnya sebagai sumber protein untuk dimakan,
juga sebagai sumber mata pencaharian. Ancaman terbesar bagi kelangsungan hidup
burung Gosong Sula yaitu adanya pemanenan telur yang berlebihan, berpotensi pada
penurunan jumlah populasi burung ini serta dipercepat dengan degradasi dan
fragmentasi lokasi bersarang.
Lokasi atau lapangan bertelur adalah komponen yang penting yang harus
diperhatikan, karena lapangan tempat bertelur juga berfungsi sebagai tempat untuk
mengeramkan telurnya. Megapodius tidak mengerami telurnya sendiri, telurnya
dibenamkan dalam tanah pada kedalaman tertentu di hutan sebagai sumber panas dari
dalam bumi, setelah bertelur induk burung Gosong Sula meninggalkan telurnya yang
telah dibenamkan di dalam tanah sampai waktunya menetas. Masalah utama yang
dihadapi dalam upaya pelestarian burung Gorong Sula adalah kerusakan habitat dan
penurunan populasi hampir disemua habitat. Burung Gosong Sula merupakan salah
satu jenis burung endemik langka yang perlu dilakukan upaya dalam pengelolaan
peyelamatan habitat dan peningkatan populasi.
Penelitian tentang konservasi burung Gosong Sula di habitat alami (in-situ)
maupun diluar habitat masih sangat kurang. Waluyo (1999) menyatakan bahwa
penangkaran satwa langka merupakan salah satu cara untuk meningkatkan populasi
untuk menghindarkan dari kepunahan. Burung Gosong Sula merupakan salah satu
2

jenis burung endemik langka yang perlu dilakukan upaya dalam pengelolaan
penyelamatan habitat dan peningkatan populasi. Salah satu upaya untuk
mempertahankan populasi burung Gosong Sula adalah dengan melakukan penetasan
buatan terhadap telur burung Gosong Sula.
Keberhasilan penetasan secara buatan tergantung pada banyak faktor, antara
lain yaitu telur tetas, mesin tetas, manajemen penetasan, dan penyimpanan telur tetas.
Telur tetas yang telah diseleksi dan memenuhi persyaratan untuk ditetaskan
seharusnya segera dimasukkan ke dalam mesin tetas, selain itu berat telur yang
hendak ditetaskan sangat berpengaruh terhadap kualitas tetas yang dihasilkan.
Berdasarkan permasalahan diatas maka akan dilaksanakan penelitian dengan judul
“Kualitas Tetas Telur Burung Gosong Sula (Megapodius bernsteinii) (Upaya
Pelestarian Burung Endemik)”. Dengan melaksanakan penelitian ini diharapkan
mendapatkan berat telur yang optimal untuk ditetaskan guna mendapatkan kualitas
tetas yang diharapkan sehingga kelangsungan hidup dari burung Gosong Sula dapat
terus dipertahankan sehingga terhindar dari kepunahan.

1.2. Perumusan Masalah


Saat musim bertelur masyarakat di lokasi bertelur melakukan pengambilan
telur secara berlebihan tanpa adanya upaya untuk melakukan perlindungan tehadap
burung Gosong Sula (Megapodius bernsteinii). Jika hal seperti ini dilakukan secara
terus-meenerus maka akan berakibat pada penurunan populasi bahkan dalam jangka
waktu panjang akan berakibat pada hilangnya populasi di alam. Salah satu cara untuk
mempertahankan populasi burung Gosong Sula adalah dengan melakukan penetasan
buatan terhadap telur yang dihasilkan, namun sejauh mana pengaruh berat telur
terhadap kualitas tetas telur burung Gosong Sula sampai sekarang belum diketahui.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berat telur terhadap
kualitas tetas telur burung Gosong Sula (Megapodius bernsteinii), sedangkan manfaat
dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi untuk mempertahankan populasi
burung Gosong Sula dengan melakukan penetasan berdasarkan berat telur yang
optimal.

1.4. Luaran Penelitian


Luaran dari penelitian ini yaitu didapatkan berat telur yang optimal dari telur
burung Gosong Sula untuk ditetastakan sehingga menghasilkan kualitas tetas terbaik
sebagai upaya pelestarian satwa endemik Kabupaten Kepulauan Sula dari kepunahan
serta artikel ilmiah yang dipublikasikan pada jurnal nasional.
3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Burung Gosong Sula (Megapodius bernsteinii)


Taxonomi burung Gosong Sula menurut IUCN (2008) termasuk dalam
kingdom: animalia; phylum: chordate; class: aves; ordo: galliformes; family:
megapodiidae; genus: Megapodius; species: megapodius bersteinii. Jones dkk
(1995) menytakan bahwa family megapodiidae terdiri dari tujuh genus yaitu:
Alectura, Aepodius, Talegalla, Leipoa, Macrocephalon, Eulipoa dan Megapodius.
Burung Gosong termasuk avifauna berukuran sedang (30-40 cm). Sepintas bentuk
tubuhnya mirip ayam peliharaan. Kepalanya kecil, dilengkapi jambul mini pada
spesies tertentu. Sayapnya lebar dengan ekor pendek. Dibandingkan dengan proporsi
tubuhnya, kaki burung Gosong tergolong jumbo sehingga ilmuwan memberinya
nama: Megapodius (mega=besar, poda=kaki). Kaki digunakan untuk menjelajah dan
mengais serasah di lantai Hutan.

Gambar 1. Burung Gosong Sula (Megapodius bernsteinii)

2.2. Telur Burung Megapodius


Perbedaan fisik telur Megapodius yang paling menyolok dibandingkan dengan
telur dari jenis unggas domestikasi adalah proporsi kuning dan putih telur dimana
proporsi kuning telur lebih banyak disbanding putih telur yaitu pada burung Mamoa
sebesar 69,12 ± 3,18 %, 23,24 ± 2,78 (Sapsuha dkk, 2017). Proporsi kuning telur
yang tinggi pada megapodius merupakan suatu kondisi yang diperlukan embrio untuk
pertumbuhannya selama periode penetasan (Jones et al., 1995). Lebih lanjut
dikatakan bahwa kuning telur merupakan sumber nutrien yang digunakan anak
burung Megapodius setelah keluar dari kerabang, setelah itu anak burung
memerlukan waktu beberapa jam untuk muncul kepermukaan tanah.
Bentuk telur burung Mamoa adalah simetris (oval) dan warna kerabang coklat
tua dan coklat muda dengan telur kerabang agak kasar (Sapsuha, 2013). Menurut
Mardiastuti (1991), secara umum telur memiliki dua bentuk yaitu bentuk simetris
(lebar oval hampir bulat, panjang oval ellips, normal oval) dan asimetris (normal
4

oval, panjang oval, lebar oval). Yuwanta (2006) menyatakan bahwa bentuk telur pada
unggas yaitu oval, elliptical, biconial, conial, dan spherical, sedangkan tekstur
kerabang terdiri dari kasar, rata licin dan bergaris.
Berat telur burung mamoa yaitu pada kisaran 71.25 - 108.00 g dengan rata-
rata 99,28 ± 8.64 (Sapsuha, 2013) dan jika dibandingkan dengan telur burung Maleo
lebih kecil 2.25 kali yang memiliki berat rata-rata 218,13 g (Hafsah, 2009), 223,70 g
(Saerang et al., 2010) namun termasuk ekstra besar dalam ukuran telur burung atau
hampir sekitar 2 kali berat telur ayam petelur 54,03 gr (Tugiyanti dan Iriyanti, 2012).

2.3. Penyimpanan Telur Tetas


Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mempertahankan daya tetas telur
selama penyimpanan (Rasyaf, 1991) sebagai berikut :
1. Temperatur penyimpanan. Apabila telur tetas harus disimpan dahulu sebelum
ditetaskan maka temperatur ruangan tempat penyimpanan perlu mendapat
perhatian. Sebaiknya temperatur ruang penyimpanan tidak lebih tinggi dari
pada temperatur untuk perkembangan embrio. Temperatur saat embrio
berkembang disebut temperatur pysiological zero, yaitu 75 ̊F (24 ̊ C). Apabila
temperatur ruangan tempat penyimpanan diatas temperatur pysiological zero
maka telur tetas yang disimpan jika telah dibuahi akan berkembang. Oleh
karena itu, ruangan penyimpanan telur harus berkisar 65 ̊ F (18,3 ̊ C)
2. Kelembaban penyimpanan. Selama penyimpanan, dari bagian dalam telur akan
terjadi penguapan yang menyebabkan rongga udara dalam telur menjadi
besar. Untuk mencegah penguapan ini dilakukan usaha dengan meningkatkan
kelembaban penyimpanan yang baik yaitu 75-80%.
3. Lama penyimpanan. Bila telur terlalu lama disimpan maka daya tetas akan
menurun. Oleh karena itu, biasanya telur ditetaskan dalam 2 kali seminggu.
Dengan demikian, telur yang dimasukkan ke dalam mesin tetas berumur 1
hari, 2 hari dan 3 hari. Lama penyimpanan telur yang baik yaitu sekitar 1-4
hari, untuk penetasan sebaiknya tidak lebih dari 7 hari.
4. Pemutaran telur selama penyimpanan. Telur yang disimpan lebih dari satu
minggu sebaiknya diputar dengan total pemutaran 90̊. Sementara telur yang
disimpan kurang dari satu minggu tidak perlu dilakukan pemutaran.
Seleksi telur tetas merupakan aktifitas awal yang sangat menentukan
keberhasilan dalam suatu penetasan. Telur tetas harus berasal dari induk (pembibit)
yang sehat dan produktifitasnya tinggi dengan sex ratio yang baik, umur tidak boleh
lebih dari seminggu, kualitas fisik telur diantaranya bentuk telur tidak terlalu lonjong
atau terlalu bulat, berat atau besar seragam, permukaan kulit halus, tidak kotor dan
tidak retak (Rasyaf, 1991).
5

2.4. Penetasan
Penetasan adalah usaha untuk menetaskan telur unggas dengan bantuan mesin
tetas yang sistem atau cara kerjanya mengadopsi tingkah laku (behaviour) induk
ayam atau unggas lainnya selama mengeram. Menurut Paimin (2002), pada
hakekatnya ada dua cara penetasan telur, yaitu secara alami (dengan induknya
sendiri) dan secara buatan (dengan alat penetas telur). Kapasitas produksi unggas
sekali pengeraman hanya sekitar 10-14 butir, akan tetapi untuk mesin tetas sangat
bervariasi tergantung kapasitas mesinnya.

2.5. Kualitas Tetas


Daya tetas adalah angka yang menunjukkan tinggi rendahnya kemampuan telur
untuk menetas. Daya tetas ini dapat dihitung dengan dua cara, yaitu pertama
membandingkan jumlah telur yang menetas dengan jumlah telur yang dieramkan, dan
kedua dengan membandingkan jumlah telur yang menetas dengan jumlah telur yang
fertil (dibuahi). Cara pertama banyak digunakan pada perusahaan penetasan yang
besar, sedangkan cara perhitungan kedua dilakukan terutama pada bidang penelitian.
Cara kedua jauh lebih akurat dalam menentukan daya tetas, karena daya tetas hanya
diperhitungkan dari telur yang benar-benar terbuahi, sedangkan cara pertama kurang
akurat karena daya tetas diperhitungkan secara kasar, daya tetas dihitung langsung
dari semua telur yang dieramkan (Kartasudjana dan Suprijatna, 2010).
Daya tetas dan kualitas telur tetas dipengaruhi oleh cara penyimpanan, lama
penyimpanan, tempat penyimpanan, suhu lingkungan, suhu mesin tetas,
danpembalikan selama penetasan. Daya tetas akan berkurang ketika telur disimpan
lebih dari 7 hari. Menurut pendapat Rukmana (2003), faktor-faktor yang menurunkan
daya tetas telur adalah sebagai berikut:
a. Kesalahan teknis pada waktu memilih telur tetas.
b. Kerusakan mesin tetas pada saat telur dalam mesin tetas
c. Heritability atau sifat turun temurun dari induk ayam yang daya produksi
telurnya tinggi dengan sendirinya akan menghasilkan telur dengan daya tetas
yang tinggi, dan sebaliknya.
d. Kekurangan vitamin A, B2, B12, D, E dan asam pentothenat dapat
menyebabkan daya tetas telur berkurang.
6

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Mesin Tetas sebanyak 3
buah yang dilengkapi thermometer untuk mengukur suhu, lampu 5 watt sebagai
sumber panas, hygrometer untuk mengukur kelembaban, jangka sorong untuk
mengukur panjang dan lebar telur serta timbangan digital kapasitas 200 gr untuk
menimbang berat telur.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain telur burung Gosong
Sula sebanyak 120 butir, Incunoll untuk membersihkan mesin tetas, air untuk
menjaga kelembaban dalam mesin tetas, kapas, air hangat dan alkohol digunakan
untuk membersihkan telur.

3.2. Metode Penelitian


Persiapan mesin tetas
- Tiga buah mesin tetas kapasitas 50 butir dibersihkan dengan menggunakan
Incunoll sebagai disenfektan
- Mesin tetas di kalibrasi selama 24 jam untuk menjaga dan mempertahankan
suhu dan kelembaban mesin tetas pada suhu 36oc dengan kelembaban 60-
70%.
Persiapan telur tetas
- Sebanyak 120 butir telur burung Gosong Sula yang diperoleh di kecamatan
Mangoli Barat Kabupaten Kepulauan Sula dibersihkan kemudian diukur
panjang dan lebarmya.
- Telur kemudian ditimbang, untuk dipisahkan berdasarkan berat sebagai
perlakuan, antara lain :
A1 : Telur dengan berat 171 – 180 g
A2 : Telur dengan berat 181 – 190 g
A3 : Telur dengan berat 191 – 200 g
A4 : Telur dengan berat 201 – 210 g
Masing-masing perlakuan diulang tiga kali dan setiap ulangan terdiri atas 10
butir telur sehingga total telur yang digunakan sebanyak 120 butir telur.
- Telur yang sudah dibersihkan dan ditimbang, disusun dalam rak telur dengan
posisi bagian yang tumpul menghadap keatas, kemudian dimasukan kedalam
mesin tetas. Pemutaran dilakukan setiap enam jam sekali. Pemutaran
dilakukan agar embrio tidak menempel pada satu sisi dan melekat dengan
selaput telur, selain itu pemutaran juga mambantu pemerataan temperatur
pada permukaan telur.
7

Parameter yang diamati


Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Fertilitas
Fertilitas adalah persentase telur yang bertunas dari sekelompok telur yang
ditetaskan.
Jumlah telur yang bertunas
Fertilitas = x 100%
Jumlah telur yang ditetaskan

2. Daya Tetas
Daya Tetas/Hatchtability adalah persentase telur yang menetas dari
sekelompok telur fertil yang ditetaskan, dengan rumus daya tetas yaitu :
Jumlah telur yang menetas
Daya tetas = x 100%
Jumlah telur yang fertil
3. Mortalitas
Mortalitas adalah persentase telur yang tidak menetas dari sekelompok telur
fertile yang ditetaskan.
Jumlah telur yang tidak menetas
Mortalitas = x 100%
Jumlah telur yang ferti
4. Bobot Tetas
Bobot tetas adalah berat anak burung Gosong Sula setelah menetas.

3.3. Analisa Data


Data yang di peroleh dianalisis dengan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL), apabila terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan Uji Beda
Nyata Terkecil (BNT) (Gaspersz, 1991).
8

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1. Anggaran Biaya


Tabel 4.1. Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya PKM-P
No. Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)
1. Peralatan yang diperlukan 2.790.000
2. Bahan habis pakai 1.760.000
3. Perjalanan 6.900.000
4. Lain-lain 1.050.000
Jumlah 12.500.000

Tabel 4.2. Jadwal Kegiatan PKM-P


Bulan
No. Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5
1. Persiapan alat dan bahan
Pengumpulan telur burung Gosong Sula
2. di Desa Dofa Kecamatan Mangoli Barat
Kabupaten Kepulauan Sula
Persiapan mesin tetas dan pengukuran
3.
telur
4. Penetasan
5. Analisa data
Pembuatan laporan akhir dan artikel
6.
ilmiah
9

DAFTAR PUSTAKA

Gaspersz, V. 1991 Metode Perancangan Percobaan. CV.ARMICO . Bandung.


Hafsah.2009. Percepatan Peningkatan Populasi Burung Maleo (Macrochephalon
maleo) Melalui Perbaikan Pola Penetasan Dan Penangkaran Di Taman Nasional
Lore Lindu Sulawesi Tengah.Disertasi.UGM.Yogyakarta.
IUCN. 2008. The IUCN Red List of Threatened Species. Macrocephalo maleo.
http://www.iucnredlist.org.
Jones, D.N., Dekker R.W.R.J. and C.S.Roselaar. 1995. Bird Families of The World.
The Megapodes. Oxford University Press.
Kartasudjana, R. dan E. Suprijatna. 2010. Manajemen Ternak Unggas. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Mardiastuti, A. 1991. Difference in size among waterbirds eggs in Pulau Rambut:
Some Preliminary Observation. Media Konservasi III (2):66-77
Noerdjito, M. dan I. Maryanto. 2001. Jenis-Jenis Hayati yang Dilindungi
Perundangun dangan Indonesia. Balitbang Zoologi Puslitbang Biologi LIPI
Cibinong.
Paimin, B. Farry. 2002. Membuat dan Mengelola Mesin Tetas. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Rasyaf, M. 1991. Pengelolaan Penetasan. Cetakan ke-2. Kanisius, Yogyakarta.
Rukmana, R. 2003. Ayam Buras. Kanisius, Yogyakarta
Saerang, JLP., W Manalu., IRH Soesanto and A Mardiastuti. 2010. Physical and
Chemical Characteristics of Maleo Egg in Bogani Nani Wartabone Park.. J.
Animal Production 12 (1):34-38
Sapsuha, Y. 2013. Kualitas Fisik Telur Burung Mamoa (Eulipoa wallacei). JITP Vol.
2 (3):167-174.
Sapsuha, Y., Nur S., Nurjana, A dan Hasriani, I. 2017. Karakteristik Fisik Dan Kimia
Telur Burung Mamoa (Eulipoa Wallacei) di Pantai Uwo Uwo Kecamatan
Galela Kabupaten Halmahera Utara. Jurnal Sain Veteriner Vol. 35 (2): 236-242.
Tugiyanti, E dan Iriyanti, N. 2012. Kualitas eksternal ayam petelur yang mendapat
ransum dengan penambahan tepung ikan fermentasi menggunakan isolate
produser antihistamin, Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol. 1 No. 2
Waluyo, S. P. 1999. Upaya penagkaran burung kakatua putih jambul kuning (cacatua
galerita) di Balitbang Zoologi Puslitbang Biologi-LIPI. Abstract. Proyek
Penelitian. Pengembangan dan Pendayagunaan Biota Darat. Puslitbang Biologi-
LIPI Bogor 1 : 5
Yuwanta,T. 2006. Beberapa Metode Praktis Penetasan Telur. Fakultas Peternakan
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
10
11
12
13

Lampiran 1.2. Biodata Dosen Pendamping


A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Yusri Sapsuha, S.Pt., M.Sc
2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Program Studi Peternakan
4 NIP/NIDN 197506232003121001 / 0023067501
5 Tempat dan Tanggal Lahir Sanana, 23 Juni 1975
6 Alamat E-mail yusrisapsuhaunkhair@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 085240118039

B. Riwayat Pendidikan
Gelar Akademik Sarjana S2/Magister S3/Doktor
Nama Institusi Universitas Universitas Gadjah
Hasanuddin Mada
Jurusan/Prodi Nutrisi dan Makanan Ilmu Peternakan
Ternak
Tahun Masuk-Lulus 1994 -1999 2007 – 2010

C. Rekam Jejak Tri Dharma PT


C.1. Pendidikan/Pengajaran
No Nama Mata Kuliah Wajib/Pilihan SKS
1 Pengantar Bahan Makanan Ternak Wajib 2
2 Dasar Ternak Unggas Wajib 3
3 Bahan Pakan dan Formulasi Ransum Wajib 3
4 Landasan Nutrisi dan Makanan Ternak Wajib 3
5 Konservasi Satwa Endemik dan Harapan Wajib 3
6 Aneka Ternak Wajib 2
7 Pengelolaan Padang Penggembalaan Pilihan 3
8 Pengelolaan Penetasan Pilihan 3
9 Manajemen Ternak Unggas Pilihan 2

C.2. Penelitian
No Judul Penelitian Penyandang Dana Tahun
1 Pemnafaatan Daun Pala (Myristica frangrans Ristek DIKTI 2013
Houtt) dan Cengkeh (Syzygium aromaticum L)
sebagai Phitobiotic untuk Meningkatkan
Produktivitas Broiler (Anggota 1)
2 Peranan Gender dalam Pengembangan BAPEDA Propinsi 2013
Peternakan di Provinsi Maluku Utara (Ketua) Maluku Utara
3 Kajian Keragaman Jenis Burung Berbasis BAPEDA Propinsi 2014
Gugus Pulau di Provinsi Maluku Utara Maluku Utara
(Anggota 1)
14

4 Analisis Mutu Daging Sapi Olahan di Provinsi BAPEDA Propinsi 2015


Maluku Utara (Anggota 1) Maluku Utara
5 Pemnafaatan Daun Pala (Myristica frangrans Ristek DIKTI 2015
Houtt) dan Cengkeh (Syzygium aromaticum dan
L) sebagai Phitobiotic untuk Meningkatkan 2016
Produktivitas Kambing Kacang (Capra hircus)
(Ketua selama 2 tahun)
6 Pengunaan Tanaman Herbal Sebagai Feed Ristek DIKTI 2016
Additive Untuk Meningkatkan Produktivitas
Broiler (Anggota 1)
7 Percepatan Peningkatan Populasi Burung Ristek DIKTI 2016
Mamoa (Eulipoa wallacei) Melalui Perbaikan (INSINAS) dan
Pola Penetasan dan Pemberian Pakan di 2017
Maluku Utara (Ketua selama 2 tahun)

C.3. Pengabdian Kepada Masyarakat


No Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Penyandang Dana Tahun
Pengawetan Hijauan Makanan pada Kelompok
1. Peternak di Desa Dofa Kecamatan Mangoli Ristek DIKTI 2010
Barat Kabupaten Kepulauan Sula (Ketua)
IbIKK Pembibitan dan Produksi Kambing
Kacang Berbasis Sumber Daya Lokal Sebagai 2013
2. Wadah Pengembangan Bisnis Mahasiswa Ristek DIKTI s/d
Program Studi Peternakan Universitas Khairun 2015
(Ketua)
Kawasan Ekonomi Masyarakat (KEM) 2014
3. Tabadamai, Desa Tabadamai Kecamatan Pertamina s/d
Jailolo Selatan Kab. Halmahera Barat (Ketua) 2017
2016
4. PPUPIK Broiler Organik (Ketua) Ristek DIKTI s/d
2018
Pemanfaatan Tanaman Herbal Sebagai
Fitobiotik pada Kelompok Peternak Broiler di
5. Desa Akekolano Kecamatan Oba Utara untuk IPTEKDA LIPI 2016
Mendorong Ketersediaan Daging Broiler
Organik Di Provinsi Maluku Utara (Ketua)
IbM Kelompok Peternak di Desa Akekolano
6. Kecamatan Oba Utara Kota Tidore Kepulauan Ristek DIKTI 2017
(Anggota)
PKM Kelompok Peternak Desa Worat Worat
7. Kecamatan Sahu Kabupaten Halmahera Barat Ristek DIKTI 2018
Provinsi Maluku Utara (Anggota)
15
16

Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan


1. Jenis Perlengkaan Volume Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp)
- Sewa mesin tetas (3 unit, 3 bulan) 9 300.000 2.700.000
- Sewa jangka sorong (buah) 1 45.000 45.000
- Sewa timbangan digital (buah) 1 45.000 45.000
SUB TOTAL (Rp) 2.790.000
2. Bahan Habis Volume Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp)
- Telur burung gosong sula (butir) 120 12.500 1.500.000
- Incullon (botol) 1 115.000 115.000
- Kapas (pak) 1 40.000 40.000
- Alkohol 70% (botol) 1 105.000 105.000
SUB TOTAL (Rp) 1.760.000
3. Perjalanan Volume Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp)
- Ternate - Kepulauan Sula (pp 3
3 1.300.000 3.900.000
org)
- Akomodasi (3 org, 2 hari) 6 300.000 1.800.000
- Uang Makan tim (3 orang, 2 hari) 6 75.000 450.000
- Trasportasi lokal di Ternate
1 750.000 750.000
selama kegiatan (paket)
SUB TOTAL (Rp) 6.900.000
4. Lain-Lain Volume Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp)
- Biaya publikasi di jurnal Nasional 1 750.000 750.000
- Pulsa listrik 1 300.000 300.000
SUB TOTAL (Rp) 1.050.000
TOTAL 1 + 2 + 3+ 4 12.500.000
(Terbilang: Dua belas juta lima ratus ribu rupiah)
17

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas

No. Nama/NIM Program Bidang Alokasi Uraian Tugas


Studi Ilmu Waktu
(jam/minggu)
Mengkoordinir
seluruh kegiatan
penelitian dan
Subhan Silia
1. Peternakan Peternakan 10 bertanggung
/04141411011
jawab atas
keseluruhan
kegiatan PKM-P
Melaksanakan
jalannya kegiatan
PKM-P,
Ariyanto /
2. Peternakan Peternakan 8 penulisan
04141611007
laporan,
memasukkan ke
jurnal
Melaksanakan
jalannya kegiatan
Hendro PKM-P,
3. Priyono / Peternakan Peternakan 8 penulisan
04141711006 laporan,
memasukkan ke
jurnal
18

Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Peneliti

Anda mungkin juga menyukai