Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENANGANAN HASIL PERIKANAN

PENANGANAN BULU BABI (Diadema setosum)

Nama Kelompok :
Giovhany Adhitya (1810712310001)
Irwansyah (1810711110006)
M. Difa Azhari (1810712110004)
M. Fahmi Fadillah (1810711210007)
Muhammad Hidayatullah (18
Muhammad Rizqi Akmal (1810711310004)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
BANJARBARU
2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
Karunia dan Rahmat-Nya, kami dapat menyusun penulisan makalah yang berjudul
Penanganan Bulu Babi (Diadema spinosa).
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengajar mata kuliah
Pengetahuan Bahan Baku ibu Findya Puspitasari S. Pi., M. Si., Ph. D telah
memberi tugas dalam makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca, menambah wawasan dan pengetahuan tentang Penanganan
Bulu Babi (Diadema spinosa). Kami menyadari bahwa atas
ketidaksempurnaannya dalam penyusunan makalah ini mengingat terbatasnya
kemampuan, pengalaman dan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Sehingga kami
sangat mengharapkan adanya masukan berupa kritik atau saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
memberikan informasi dan menambah pengetahuan dan menjadikan sebagai
bahan refrensi bagi orang banyak.

Banjarbaru, 18 November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................... i


DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................
1.1 Latar Belakang ..........................................................................
1.3. Tujuan ........................................................................................
BAB 2. PEMBAHASAN ...........................................................................
BAB 3. PENUTUP ....................................................................................
3.1. Kesimpulan ...............................................................................
3.2. Saran ..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hasil perikanan banyak dimanfaatkan oleh industri pangan untuk diolah


menjadi produk yang siap dikonsumsi. Hal tersebut didukung oleh wilayah
perairan Indonesia yang luas sehingga dapat menghasilkan komoditi laut yang
melimpah serta memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Bulu babi dapat dijadikan sumber makanan dengan memanfaatkan
gonadnya. Beberapa negara maju, seperti Jepang, Amerika, Kanada juga
menjadikan bulu babi sebagai makanan tambahan. Cara pemanfaatan gonad bulu
babi adalah dengan memakan langsung, ataupun diolah terlebih dahulu.
Pengolahan gonad bulu babi di Jepang ada yang difermentasikan terlebih dahulu
untuk dijadikan neri atau sebagai campuran sushi (Suharsono 1999).
Bulu babi belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat secara komersial.
Penelitian yang dilakukan oleh Afifudin et al. (2014), pemanfaatan bulu babi
hanya sebagai pakan ternak tambahan dan sebagai lauk pauk terutama masyarakat
pesisir. Hewan ini memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi terutama dalam
bagian gonadnya yang merupakan salah satu komoditi ekspor. Bagian bulu babi
yang dimanfaatkan adalah gonad atau telurnya, baik gonad jantan maupun gonad
betina. Gonad yang dimiliki bulu babi memiliki kematangan tegantung
lingkungan dan faktor genetik, bulu babi muda dapat mencapai kematangan
seksual sekitar 1-2 tahun setelah beralih dari fase larva ke fase juvenil.
Bulu babi sebagai hewan dengan pergerakan yang sangat terbatas,
membuat bulu babi menjadi mudah untuk diburu. Pengambilan bulu babi di alam
terus dilakukan tanpa mempertimbangkan aspek kelestariannya, sehingga rawan
untuk terjadi penurunan populasinya. Penurunan stok bulu babi di alam akan
semakin cepat jika tingkat eksploitasinya lebih sering dilakukan, karena
penambahan individu baru (recruitment) dari populasi tersebut tidak sebanding
dengan pengambilan oleh masyarakat (Suharsono 1999).
1.2. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :


a. Mengetahui hewan bulu babi (Diadema setosum)
b. Bagaimana cara penanganan pada bulu babi (Diadema setosum)
BAB 2. PEMBAHASAN

Bulu babi adalah kelompok hewan tidak bertulang belakang (avertebrata)


yang termasuk dalam filum Echinodermata. Hewan ini banyak ditemukan pada
perairan dangkal dan biasanya terdapat pada padang lamun dan daerah terumbu
karang. Terdapat kurang lebih 800 jenis bulu babi dari kelas Echinodea yang
terbagi dalam dua sub kelas, yaitu Perischoechinoidea dan Echinoidea. Terdapat
kurang lebih 84 jenis bulu babi di Indonesia yang berasal dari 31 suku dan 48
marga (Suharsono 1999).
Bulu babi memiliki bentuk tubuh bulat dengan duri-duri yang
mengelilingi tubuhnya. Bulu babi memiliki keunikan dari spesies lain, yaitu gonad
yang dimilikinya mengandung gizi tinggi. Siahaya (2009) menyatakan bahwa
gonad bulu babi merupakan makanan bergizi untuk kesehatan tubuh,
memperlancar metabolisme tubuh, dan dapat menyuburkan organ reproduksi.
Penanganan bulu babi umumnya hanya dimanfaatkan untuk lauk saat makan dan
pembuatan bahan pakan. Bulu babi memiliki ukuran yang bervariasi. Toha et al.
(2012) menyatakan bahwa bulu babi komersil memiliki kisaran ukuran tinggi
cangkang 50-61 mm, diameter cangkang 86-94 mm, dan berat total 148-331 gram.
Penanganan awal terhadap bulu babi adalah perlakuan yang tidak
merubah karakteristik organoleptik dan tidak merubah komponen kimiawi yang
mengarah ke proses pembusukan akibat perlakuan tersebut setelah penangkapan
atau pemanenan. Pengawetan adalah usaha untuk mempertahankan kualitas dan
daya awet produk perikanan pasca panen (Afrianti, 2008). Cara penanganan yang
kurang higiens dan sanitasi menyebabkan. Penanganan awal yang dilakukan
dengan pengawetan bulu babi sebagai makanan tambahan yaitu pertama-tama
preparasi, perlu dilakukan pemukulan dengan benda tumpul untuk memecahkan
tempurung bulu babi. Tempurung yang sudah pecah kemudian diambil dan
dipisahkan gonad dan jeroannya. Setelah itu pemberian jeruk nipis, pengukusan
dan pengasapan. Pemberian jeruk nipis merupakan penambahan asam yang dapat
menyebabkan penguraian atau pemecahan polimer protein menjadi bentuk-bentuk
yang lebih sederhana sehingga menjadi lebih mudah dicerna (Sukarni et al.,
1989). Pengukusan lebih baik dalam menjaga kandungan gizi dari pada perebusan
dan penggorengan. Pengukusan adalah salah satu cara pengolahan bahan pangan
dengan menggunakan proses pemanasan. Berdasarkan penelitian Ambarita (2003)
menyatakan bahwa pemanasan bahan makanan dengan suhu 100⁰C atau lebih
dengan tujuan utama adalah memperoleh rasa yang lebih enak, bau yang lebih
baik, tekstur yang lebih kompak, untuk membunuh mikrobia dan menginaktifkan
semua enzim. Pengasapan merupakan salah satu cara menghambat laju proses
pembusukan yaitu untuk mengurangi kadar air sehingga terbentuk aroma dan rasa
yang khas pada produk dan warnanya menjadi keemasan atau kecoklatan
(Wibowo, 1996), bakteri pembusuk tidak akan cepat aktif dan hasil produksi
dapat disimpan lebih lama (Moeljanto, 1992). Berdasarkan latar belakang di atas
perlu dilakukan penelitian tentang metode penanganan awal yang berbeda
terhadap kualitas gonad landak laut (Sea urchin).
BAB 3. KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

Kesimpulan pada makalah ini adalah sebagai berikut :


a. Bulu babi adalah kelompok hewan tidak bertulang belakang (avertebrata)
yang termasuk dalam filum Echinodermata. Hewan ini banyak ditemukan
pada perairan dangkal dan biasanya terdapat pada padang lamun dan daerah
terumbu karang Bulu babi memiliki beberapa bagian, seperti cangkang,
jeroan, insang, dan gonad. Gonad bulu babi sangat terkenal akan kandungan
gizinya yang tinggi, sehingga gonad bulu babi banyak dimanfaatkan sebagai
makanan untuk dikonsumsi
b. Tahapan awal pertama-tama yaitu preparasi, perlu dilakukan pemukulan
dengan benda tumpul untuk memecahkan tempurung bulu babi. Tempurung
yang sudah pecah kemudian diambil dan dipisahkan gonad dan jeroannya.
Setelah itu lakukan pemberian jeruk nipis. Prosedur penanganan mentah
peraskan jeruk nipis kedalam mangkok lalu diukur sebanyak 20 ml.
Bersamaan dengan itu gonad landak laut (Sea urchin) di timbang sebanyak
200 gram. Kemudian dilakukan pencampuran antara gonad dan air jeruk nipis
lalu diaduk pelan-pelan hingga tercampur. Pengukusan Prosedur pengukusan
gonad landak laut (Sea urchin) dengan menyiapkan alat pengukusan.
Kemudian dilakukan pengukusan (suhu 1000C) Selanjutnya simpan gonad
kedalam alat pengukus/piring dandang. Proses pengukusan dilakukan selama
30 menit pada suhu 100 0C (Afrianto dan Liviawaty, 1989). Pengasapan
Pengasapan dengan menggunakan sabut kelapa. Kemudian simpan gonad
landak laut (Sea urchin) di atas alat pengasap. Pengasapan untuk gonad
landak laut (Sea urchin) dilakukan selama 1 jam pada suhu 20-30 0C .

3.2. Saran

Sebaiknya penanganan pada bulu babi ini ditangani secepat mungkin


untuk menghindari kemunduran mutu karena karena hewan ini sangat sensitif
terhadap perubahan habitat, dapat mengalami stress dan mengeluarkan cairan
gonadnya, sehingga volume gonad berkurang dan menurunkan penampakan
gonad.
DAFTAR PUSTAKA

Afifudin I K, Suseno SH, Jacoeb AM. 2014. Profil asam lemak dan asam amino
gonad bulu babi. JPHPI. 17(1): 60-70.
Siahaya DM. 2009. Analisis kandungan asam lemak pada gonad bulu babi
(Tripneustes gratilla L). Jurnal Ichthyos. 8(2):75-79
Toha AH, Pramana A, Sumitro SB, Hakim L, Widodo. 2012. Penentuan jenis
kelamin bulu babi Tripneustes gratilla secara morfologi. Berkala
Penelitian Hayati. 17: 211-215.

Anda mungkin juga menyukai